analisissdantbwwf2009 libre

48
LOGO Analisis Sumberdaya Alam dan Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan Propinsi NTB ADDINUL YAKIN (Addy) Faperta UNRAM Disampaikan pada Workshop on LECE SUEZ, Kerjasama WWW Nusa Tenggara dan Pemda NTB. Mataram, 21 Juli 2009.

Upload: wantikurniahadiyati

Post on 01-Oct-2015

231 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

 1999-2006 di Kawasan Gunung Rinjani telah terjadiPenurunan tutupan hutan seluas 5.715 ha per tahun (WWF,2008)  Luas lahan kritis di dalam Kawasan Hutan Pulau Lombok153.810, 45 ha (32, 45 % dari luas wilayah P Lombok (SKGubernur NTB No. 122/2005)  Jumlah lahan kritis di DAS/SWSS di P Lombok mencapai140, 132 ha.Tingkat bahaya erosi DAS yang tergolong beratmencapai 85,52 % dari keseluruhan luas DAS. DAS/SWSSJelateng dan Dodokan dalam kondisi kritis dan SWSS/DASPutih dan Menanga, sangat kritis (SK Gubernur NTB No.393/2006)

TRANSCRIPT

  • LOGO

    Analisis Sumberdaya Alam dan Pembangunan Ekonomi

    Berkelanjutan Propinsi NTB ADDINUL YAKIN (Addy) Faperta UNRAM

    Disampaikan pada Workshop on LECE SUEZ, Kerjasama WWW Nusa Tenggara dan Pemda NTB.

    Mataram, 21 Juli 2009.

  • STRUKTUR PRESENTASI 1. PENDAHULUAN 2. KONDISI SUMBERDAYA ALAM STRATEGIS NTB 3. IMPLIKASI SOSIAL EKONOMI DAN LINGKUNGAN DEGRADASI

    SDA NTB 4. KONSEP, STRATEGI, DAN SASARAN PEMBANGUNAN

    BERKELANJUTAN 5. MENUJU PEMBANGUNAN EKONOMI NTB BERKELANJUTAN

    DALAM PERSPEKTIF KEBIJAKAN 6. POTENSI BENEFIT EKONOMI PERBAIKAN DAN KONSSERVASI

    SDA & LINGKUNGAN NTB 7. PENGELOLAAN SDA DAN LINGKUNGAN DALAM PERSPEKTIF

    KEBIJAKAN di NTB 8. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN REFERENSI

    Addinul Yakin: WkshopLECESUEZWWFNTB709

    2

  • 1. PENDAHULUAN Perekonomian NTB masih sangat tergantung pada basis sumberdaya alam,

    dimana pada Tahun 2008, 49,5 % masih bekerja di sektor pertanian diikuti oleh sektor terkait pariwisata (sekitar 36 %). Namun demikian, tingkat pertumbuhan sektor pertanian relatif rendah (3,61 %) sektor non pertanian (terutama industri dan terkait pariwisata) relatif lebih tinggi Kondisi sumberdaya alam dan lingkungan di NTB,semakin mengkhawatirkan, kalau tidak ditangani maka akan dapat mengancam pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang Dalam rangka menuju NTB Hijau dan Pengembangan Pariwisata, semangat PIN (Percepatan, Inovatif, Nilai Tambah) harus disertai oleh daya dukung sumberdaya alam dan lingkungan yang memadai Perlu integrasi dan sinergi antara pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan dalam pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dengan Strategi dan Kebijakan, serta program yang sesuai dan integratif baik sektor, spasial, vertikal.

    Addinul Yakin: WkshopLECESUEZWWFNTB709

    3

  • 2. KONDISI SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN

    STRATEGIS NTB

    Addinul Yakin: WkshopLECESUEZWWFNTB709

    4

  • 2.1. KONDISI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN HUTAN DAN DAS

    1999-2006 di Kawasan Gunung Rinjani telah terjadi Penurunan tutupan hutan seluas 5.715 ha per tahun (WWF, 2008) Luas lahan kritis di dalam Kawasan Hutan Pulau Lombok 153.810, 45 ha (32, 45 % dari luas wilayah P Lombok (SK Gubernur NTB No. 122/2005) Jumlah lahan kritis di DAS/SWSS di P Lombok mencapai 140, 132 ha.Tingkat bahaya erosi DAS yang tergolong berat mencapai 85,52 % dari keseluruhan luas DAS. DAS/SWSS Jelateng dan Dodokan dalam kondisi kritis dan SWSS/DAS Putih dan Menanga, sangat kritis (SK Gubernur NTB No. 393/2006)

    Addinul Yakin: WkshopLECESUEZWWFNTB709

    5

  • 2.1.1. Degradasi Hutan NTB

    No. Tahun Luas Kawasan Hutan (Ha)

    Degradasi (Ha)

    1 1996 1.050.522,1281

    2 2000 996.836,5286 53.685,5995

    3 2004 962.745,8252 34.090,7034

    4 2008 817.831,2368 144.914,5884

    Rata-Rata/ Tahun

    12.076,25

    Tabel 2 Perubahan Luas Tutupan Hutan di Wilayah NTB

    Sumber: WWF (2009) Addinul Yakin: WkshopLECESUEZWWFNTB709

    6

  • 2.1.2. KONDISI HUTAN DAS DI P LOMBOK

    Tabel 3 Katagori Kondisi Daerah Aliran Sungai berdasarkan Prosentase Luas Hutan dalam DAS di Pulau Lombok

    No Nama DAS Luas DAS

    (Ha) Luas Hutan Dalam DAS

    (Ha)

    Prosentase Hutan Dlm DAS (%)

    Katagori Kondisi

    DAS

    1 Jelateng 59964.0106 6737.9922 11.24 Sangat Kritis 2 Dodokan 197480.9951 43583.3467 22.07 Kritis

    3 Menanga 97365.6961 25427.4535 26.12 Kritis 4 Putih 95894.6892 41538.5705 43.32 Baik

    Sumber : WWF (2009) Addinul Yakin:

    WkshopLECESUEZWWFNTB709 7

  • 2.1.3. Kondisi Hutan DAS di P Sumbawa Tabel 4 Katagori Kondisi Daerah Aliran Sungai berdasarkan Prosentase

    Luas Hutan dalam DAS di Pulau Sumbawa

    No. Nama DAS Luas DAS (Ha) Luas Hutan Dalam DAS

    (Ha)

    Prosentase Hutan Dlm DAS (%)

    Katagori Kondisi DAS

    1 Jereweh 95700.3881 74974.8661 78.34 Baik 2 Bako 94896.7374 64013.7927 67.46 Baik 3 Empang 54049.3982 5707.0793 10.56 Sangat Kritis 4 Rimba 106428.4873 37214.7611 34.97 Baik 5 Beh 232835.7428 193105.9876 82.94 Baik 6 Rea 99933.7634 66751.9545 66.80 Baik 7 Moyohulu 126337.4257 21295.7687 16.86 Sangat Kritis 8 Baka 81394.7856 38292.1145 47.04 Baik 9 Rhee 96689.8636 36701.5456 37.96 Baik

    10 Sari 43977.3929 6973.9217 15.86 Sangat Kritis 11 Parado 151762.7850 35371.1116 23.31 Kritis 12 Bango 88592.5729 34696.5730 39.16 Baik 13 P. Moyo 33044.7962 15514.8530 46.95 Baik 14 Hoddo 169689.4839 61232.9681 36.09 Baik

    Sumber : WWF (2009) Addinul Yakin: WkshopLECESUEZWWFNTB709

    8

  • 2.1.4. Kondisi Lahan Kritis di Pulau Lombok

    Kategori lahan kritis

    Dalam areal hutan

    Luar Areal Hutan

    Pada lahan pertanian

    Total

    Sangat kritis 5952.80 (3,66%)

    4125.15 (3,11%)

    553.82 (0,36 %)

    10631.77 (2,37%)

    Kritis 5500.54 (3,38%)

    27243.29 (20,55%)

    3836.62 (2,50 %)

    36580.45 (8,15%)

    Agak kritis 31609.34 (19,42%)

    42530.02 (32,09%)

    9329.51 (6,09%)

    83468.87 (18,61%)

    Potensial kritis 110741.4 (68,05%)

    38408.82 (28,98%)

    42599.74 (27,79%)

    191749.96 (42,74%)

    Baik 8938.71 (5,49%)

    20236.65 (15,27%)

    96994.28 (63,27%)

    1261 (28,12 %)

    Total 162.742,79 132.543,93 153.313,97 448.600,69

    Sumber: Diolah dari Kimpraswil NTB (2006) Addinul Yakin:

    WkshopLECESUEZWWFNTB709 9

  • 2.2. Kondisi Sumberdaya Air (1) Dalam kurun 1992-2007 curah hujan di DAS ada yang turun, naik,

    dan fluktuatif Beberapa sungai di Kawasan Gunung Rinjani mengalami penurunan debit rata-rata 3,8 % per tahun Kondisi debit sungai di kawasan G Rinjani sekarang sebesar 114,34 juta m3 atau sekitar 5371 m3/kapita/ tahun (menengah), dengan tingkat pertumbuhan penduduk 1,8 %/tahun, pada tahun 2020 hanya mencapai 4260 m3/kapita/tahun (kurang) Hasil riset pada beberapa sampel DAS, kisaran indeks pencemaran dari tercemar sedang hingga berat (WWF, 2008) Hasil Evaluasi Kondisi Koefisien Regime Sungai (KRS) di WS Lombok ditemukan bahwa dari 19 DAS ditemukan bahwa 5 DAS ( %) dalam kondisi sedang, dan 14 DAS ( %) dalam kondisi buruk

    (Balai Hidrologi, 2007)

    Addinul Yakin: WkshopLECESUEZWWFNTB709

    10

  • Kondisi Sumberdaya Air (2) Di Kab Sumbawa telah terjadi kehilangan jumlah titik

    mata air sebanyak 179, yaitu dari 250 titik menjadi 71 titik mata air. 56 % mempunyai debit kurang dari 5 liter/detik. Aliran mata air sangat kecil, dan debit aliran menurun mencapai 76,6 %. Kondisi lahan di sekitar mata air kurang mendukung karena kondisi hutan rusak atau pengalihan fungsi lahan. Di Kabupaten Dompu, Secara keseluruhan debit mata air telah mengalami penurunan secara signifikan dengan rata-rata 58,30 % dan Di Kabupaten Bimadengan rata-rata 77,90 % (Balai Hidrologi, 2008)

    Addinul Yakin: WkshopLECESUEZWWFNTB709

    11

  • 2.3. KECENDRUNGAN DEGRADASI SDA DAN LINGKUNGAN PERTANIAN

    Parameter

    Kini dibandingkan dengan masa lalu

    Esok dibandingkan dengan saat sekarang

    lebih baik/banyak

    lebih jelek/sedikit

    lebih baik/banyak

    lebih jelek/sedikit % % % %

    Kualitas lahan 4 5,6 68 94,4 5 7 67 93,0

    Hasil produksi 60 83,3 12 16,7 58 80,6 14 19,4

    Hama/penyakit 50 69,4 22 30,6 48 66,7 24 33,3

    Gulma 32 55,6 40 44,4 30 41,7 42 58,3

    Standar hidup 64 88,9 8 11,9 68 94,4 4 5,6

    Tingkat Erosi 64 88,9 8 11,1 62 86,1 10 13,9

    Keragaman hayati (biological diversity)

    8

    11,1

    64

    88,9

    2

    2,8

    70

    97,2

    Kesuburan tanah 14 19,4 58 80,6 17 23,6 55 76,4

    Sumber: Yakin (2000) Addinul Yakin:

    WkshopLECESUEZWWFNTB709 12

  • 2.4. KONDISI PESISIR DAN KELAUTAN

    Sampai saat ini, serangkaian ancaman seperti pengeboman ikan (blast fishing), sedimentasi dan polusi, penangkapan berlebihan, dan pembangunan pariwisata telah merusak kondisi terumbu karang dan ekosistemnya (Cesar, 1996; Soede, et.al., 1999). Satu survey 1998 menemukan bahwa kondisi terumbu karang di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan, di mana hanya 5,3 % sangat baik (tutupan terumbu karang, 76-100 %); 21.7 % baik (51-75 %); 33,5 % cukup baik (26-50 %); dan 39,5 % jelek (0-25 %) (World Bank, 2003). Mengingat nilai ekonomi, budaya, sosial, ekologis terumbu karang yang tinggi (Pendleton, 1995) pada satu sisi dan tingkat degradasi yang semakin parah pada sisi lain maka pengelolaan terumbu karang berkelanjutan telah menjadi perhatian kontemporer (Bunce and Gustavson, 1998). Kegiatan pertambangan karang dan penangkapan ikan dengan bahan peledak masih berlangsung di Taman Wisata Alam Gili Matra (TWALGM), sehingga telah mengakibatkan kerusakan lingkungan terumbu karang yang signifikan, meskipun serangkaian program partisipasi masyarakat dan beberapa kebijakan telah dikeluarkan (Hidayat, 2003; 2004)

    Addinul Yakin: WkshopLECESUEZWWFNTB709

    13

  • Gambar 1: Siklus Masalah Degradasi Sumberdaya Perikanan dan Pesisir

    DAMPAK:

    Penangkapan berlebihan Penangkapan dengan metode destruktif (illegal-blast fishing) Deforestasi dan Kehilangan keragaman hayati Kenaikan Suhu Bumi Degradasi fisik ekosistem pesisir utama: terumbu karang, hutan bakau, estuaria, dan pantai berpasir Sedimentasi Eutropikasi Polusi/pencemaran dari industri, limbah domestik, pupuk kimiawi pertanian Kerusakan habitat alami

    KONSEKUENSI:

    Berkurangnya jenis dan jumlah tangkapan Berkurangnya Kapasitas ekosistem dan habitat Berkurangnya turis Hilangnya keragaman hayati Berkurangnya benefit Meningkatnya erosi Meningkatnya biaya penangkapan Meningkatnya Biaya sosial dan lingkungan

    AKAR MASALAH:

    Pertumbuhan penduduk Kegagalan pasar

    Keserakahan manusia Eksternalitas

    Kemiskinan Kegagalan kelembagaan termasuk lembaga lokal

    Pendidikan rendah Kebijakan yang tidak sesuai

    Akses terbuka Kurangnya penegakan hukum

    Sumberdaya tersedia terbatas Virus dan Penyakit

    Industrialisasi dan modernisasi Pengembangan Pariwisata

    Addinul Yakin: WkshopLECESUEZWWFNTB709

    14

  • 2.5. Kenapa Degradasi Sumberdaya alam dan Lingkungan Terjadi

    Aktivitas Manusia: Legal dan illegal logging/tangkap, legal (transmigrasi) dan Illegal occupation (pemukiman, peternakan masyarakat sekitar), Konversi untuk pertanian/perkebunan, dan bencana (kebakaran, longsor, dll) Kenapa manusia cendrung merusak? Masalah: property rights, policy /governmental failures, market failures, institusional failurers Untuk memperbaiki, koreksi semua kegagalan dan masalah di atas

    Addinul Yakin: WkshopLECESUEZWWFNTB709

    15

  • 3. IMPLIKASI SOSIAL EKONOMI DARI DEGRADASI LINGKUNGAN

    Addinul Yakin: WkshopLECESUEZWWFNTB709

    16

  • 3.1. IMPLIKASI EKONOMI DEGRADASI LINGKUNGAN

    Biaya sosial dan lingkungan yang tinggi (pengendalian banjir, erosi, kerusakan infrastruktur, kehilangan hasil pertanian, menurunnya wisatawan, dan ekses negatif lainnya) Kebijakan sektor terkait (Pertanian, Pariwisata) akan terancam Konsep PIN (Pencepatan Inovatif dan Nilai Tambah) bisa menghadapi kendala serius

    Addinul Yakin: WkshopLECESUEZWWFNTB709

    17

  • Produktivitas Lahan Cendrung Menurun

    0 10 20 30 40 50 60 70 80

    Produktivitas Padi NTB

    Rata-rata Produksi_Kw/Ha

    Sumber: BPS NTB (2000, 2008) Addinul Yakin:

    WkshopLECESUEZWWFNTB709 18

  • 3.2. IMPLIKASI LANGSUNG PADA SEKTOR PERTANIAN DAN SEKTOR LAIN

    Ketersediaan Air Menurun mengganggu intensitas tanam dan produktivitas usahani baik tanaman maupun ternak Rusaknya Infrastruktur Pertanian, sarana dan prasana irigasi (saluran, dam, dan sejenis) Kehilangan hasil pertanian (tanaman dan ternak karena flooding, erosi, dan sejenis Kesempatan kerja, pendapatan masyarakat menurun, rawan sosial-ekonomi dan politik Bisa menghambat Pertunbuhan Sektor Pariwisata dan terkait

    Addinul Yakin: WkshopLECESUEZWWFNTB709

    19

  • Addinul Yakin: WkshopLECESUEZWWFNTB709

    20

    -

    50,000.00

    100,000.00

    150,000.00

    200,000.00

    250,000.00

    Tahun

    Luas Tanah Sawah Untuk 1x Tanam dan 2x Tanam di Prov NTB (1996-2007)

    2x tanam 1x tanam

    Sumber: BPS NTB (2000, 2008)

  • 3.3. ILUSTRASI POTENSI KERUGIAN EKONOMI

    Addinul Yakin: WkshopLECESUEZWWFNTB709

    21

    Pendapatan perikanan sustainabel yang hilang

    Kehilangan proteksi pesisir

    Kehilangan penerimaan wisata

    Blast Fishing 570 160 210

    Sedimentasi 20 0 100

    Tabel Kehilangan Ekonomi dari Penangkapan Bahan Peledak dan Sedimentasi selama 20 tahun (Juta US $)

    Sumber: World Resource Institute (2002) dalam World Bank (2003)

  • PERSEPSI NELAYAN TENTANG HASIL TANGKAPAN LAUT

    Kriteria Belakangan ini (Desember 1999) Musim Ikan Di Luar Musim Ikan

    Jumlah % Jumlah % Jumlah % TANJUNG LUAR Sangat melimpah Cukup banyak Sedang Kurang Kurang sekali

    0 1 19 21 0

    0 2,4 46,3 21 0

    6 17 7 9 0

    15,4 43,6 17,9 23,1 0,0

    0 0 0 11 30

    0 0 0

    26,8 73,2

    JEROWARU Sangat melimpah Cukup banyak Sedang Kurang Kurang sekali

    0 0 2 4 0

    0 0

    33,3 66,7

    0

    0 1 5 0 0

    0 16,7 83,3

    0 0

    0 0 0 1 4

    0 0 0 20 80

    SUKARAJA Sangat melimpah Cukup banyak Sedang Kurang Kurang sekali

    0 1 2 1 0

    0 25,0 50,0 25,0

    0

    0 3 0 0 0

    0 100

    0 0 0

    0 0 0 3 0

    0 0 0

    100 0 Addinul Yakin:

    WkshopLECESUEZWWFNTB709 22

  • Persepsi Nelayan tentang Kelayakan Ekonomi Usaha Penangkapan

    Pendapat Nelayan (kriteria)

    Persentase (%) TANJUNG

    LUAR

    JEROWARU SUKARAJA

    Menguntungkan Untungnya sedikit Tidak menguntungkan lagi Sekedar untuk hidup Tidak tahu

    20,5 38,5 10,3 30,7 0,0

    0 25 0

    75 0

    33,3 0 0

    66,7 0

    Addinul Yakin: WkshopLECESUEZWWFNTB709

    23

  • 4. KONSEP, STRATEGI, DAN SASARAN PEMBANGUNAN

    BERKELANJUTAN

    Addinul Yakin: WkshopLECESUEZWWFNTB709

    24

  • 4.1. KONSEP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (Sustainable Development-SUSDEV) (1)

    KOMITMEN GLOBAL SEJAK Konferensi PBB 1972 dan diperkuat pada UNCED 1992 dalam Pasal 4 dalam Rio Declaration 1992:

    Untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan, proteksi lingkungan harus menjadi bagian integral dari proses pembangunan dan tidak boleh dipisahkan dengan hal tersebut

    Addinul Yakin: WkshopLECESUEZWWFNTB709

    25

  • 4.2. KONSEP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (Sustainable Development)

    Brundlant Report in Our Common Future, the final commission report (1987)

    Sustainable development as development that meets the needs of the present without compromising the ability of future generations to meet their own needs.

    Pembangunan Berkelanjutan adalah pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan masa sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka.

    Addinul Yakin: WkshopLECESUEZWWFNTB709

    26

  • 4.3 PERSPEKTIF PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

    SusDev mensyaratkan interaksi yang harmonis, seimbang, dan saling ketergantungan antara dimensi-dimensi sosial,

    ekonomi, dan lingkungan. TIGA PERSPEKTIF SUSDEV: PERSPEKTIF EKONOMI dimana alokasi dan penggunaan sumberdaya harus

    menciptakan efisiensi ekonomi, pertumbuhan, dan stabilitas, dengan internaslisasi dan kompensasi bagi kerusakan lingkungan PERSPEKTIF LINGKUNGAN di mana alokasi dan penggunaan sumberdaya harus menciptakan integritas lingkungan di mana biodiversitas dan fleksibilitas sumberdaya alam dipertahankan sehingga menjamin produksi barang dan jasa yang berkualitas sepanjang waktu; PERSPEKTIF SOSIAL di mana alokasi dan penggunaan sumberdaya harus mampu menekan kemiskinan, dan mewujudkan keadilan antar generasi tanpa mengorbankan budaya warisan dengan partisipasi kolektif dari seluruh lapisan masyarakat; Addinul Yakin:

    WkshopLECESUEZWWFNTB709 27

  • 4.4. Sasaran Kebijakan bagi Perwujudan Pembangunan Berkelanjutan ( SADC 1996 dalam UNEP (1999) (1)

    Kebutuhan

    manusia

    Sustainabilitas ekonomi

    (Economic sustainability)

    Sustainablitas Sosial (Social

    sustainability)

    Sustainabilitas lingkungan

    (Environmental sustainability)

    Air Memastikan suplai air

    yang cukup dan

    penggunaannya yang

    efisien bagi pembangunan

    pertanian, industry,

    perkotaan dan pedesaan.

    Memastikan akses yang cukup

    bagi mayoritas kaum miskin

    pada air bersih baik untuk

    keperluan domestic maupun

    pertanian skala kecil

    Memastikan perlindungan

    yang memadai bagi

    sumberdaya dan ekosistem

    sumber air, perairan dan air

    tawar/bersih

    Makanan Meningkatkan produksi

    dan produktivitas

    pertanian bagi ekspor dan

    keamanan pangan

    regional

    Meningkatkan produktivitas

    dan profitabilitas dari

    pertanian skala kecil dan

    memastikan keamanan pangan

    rumahtangga

    Memastikan penggunaan yang

    berkelanjutan dan konservasi

    sumberdaya lahan, hutan,

    kehidupan liar (wildlife),

    perikanan dan air.

    Kesehatan Meningkatkan produktivitas

    melalui penangangan

    kesehatan preventif dan

    peningkatan kesehatan dan

    keamanan di tempat kerja

    Memperkuat standar udara, air,

    dan suara/bising bagi

    perlindungan kesehatan manusia

    dan memastikan pelayanan

    kesehatan dasar bagi mayoritas

    kaum miskin

    Memastikan perlindungan

    sumberdaya biologi, ekosistem

    dan sistem pendukung hidup

    yang memadai.

    Addinul Yakin: WkshopLECESUEZWWFNTB709

    28

  • Sasaran Kebijakan bagi Perwujudan Pembangunan Berkelanjutan ( SADC 1996 dalam UNEP (1999) (2)

    Pemukiman dan jasa-jasa

    Memastikan suplai sumberdaya yang cukup dan penggunaannya yang efisien bagi bangunan dan sistem transportasi.

    Memastikan akses yang cukup terhadap perumahan yang terjangkau, sanitasi, dan transportasi oleh mayoritas kaum miskin

    Memastikan penggunaan yang optimum dan berkelanjutan dari sumberdaya lahan, hutan, energi, dan mineral.

    Energi Memastikan suplai

    energi yang cukup dan

    penggunaanya yang

    efisien bagi

    pembangunan

    industry, transportasi

    dan penggunaan

    rumahtangga

    Memastikan akses yang cukup

    terhadap energi yang

    terjangkau oleh mayoritas

    kaum miskin, terutama

    alternatif-alternatif bagi kayu

    bakar.

    Mengurangi dampak lingkungan

    lokal, nasional, dan global dari

    minyak bumi dan mengembangkan

    pembangunan dan penggunaan

    alternatif-alternatif bagi

    sumberdaya hutan dan yang

    sumberdaya terbarukan lainnya

    Pendidikan Memastikan ketersediaan orang-orang terlatih bagi semua sektor ekonomi kunci

    Memastikan akses yang cukup bagi semua pada pendidikan bagi kehidupan yang sehat dan produktif

    Mengintegrasikan lingkungan

    dalam program-program

    pendidikan dan informasi publik.

    Pendapatan Meningkatkan

    efisiensi ekonomi,

    pertumbuhan dan

    kesempatan kerja di

    sektor formal

    Mendukung usaha skala kecil

    dan penciptaan lapangan

    kerja bagi masyarakat miskin

    di sektor informal

    Memastikan penggunaan

    sumberdaya alam yang

    berkelanjutan yang dibutuhkan

    bagi partumbuhan ekonomi dalam

    sektor formal dan informal Addinul Yakin: WkshopLECESUEZWWFNTB709

    29

  • 4.5. PERGESERAN PARADIGMA PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN

    Ada Pengakuan yang meningkat pada kompleksitas hubungan antara Sektor Kehutanan dan peluang-peluang baru untuk pembangunan pedesaan baik dalam meningkatkan basis produktif maupun memperkuat fungsi-fungsi jasa lingkungan (Slee and Wiersum, 2001; Elands and Wiersum, 2001). Pada masalalu berorientasi pada fungsi produksi sumberdaya alam (hutan, kelautan) untuk kemajuan ekonomi pedesaan/pesisir (pendapatan, kesempatan kerja, dan bahan baku), Saat ini, peran sumberdaya alam (kehutanan, kelautan) telah berubah kepada upaya mempertahankan dan kembali memulihkan jasa amenitas dan lingkungan menuju wilayah rekreasi dan kehidupan yang menarik secara lingkungan untuk populasi perkotaan. Akibatnya perlu penyesuaian pada kebijakan sektor sumberdaya alam dan pedesaan. Menuju Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan yang integratif antar sektor, wilayah, dan vertikal

    Addinul Yakin: WkshopLECESUEZWWFNTB709

    30

  • 5. POTENSI BENEFIT EKONOMI PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN

    Addinul Yakin: WkshopLECESUEZWWFNTB709

    31

  • 5.1. Valuasi Lingkungan di Asia Cesar (2002) melaporkan bahwa 93 persen

    studi di Asia Selatan dan Asia Tenggara ditujukan untuk mengestimasi nilai penggunaan langsung (direct use values) dan hanya sekitar 7 persen yang mengkaji tentang indirect use and non-use values (Cesar, 2002), sehingga usaha untuk mengatasi konflik antara konservasi dan

    konversi sumberdaya pantai dan kelautan masih perlu dikembangkan.

    Addinul Yakin: WkshopLECESUEZWWFNTB709

    32

  • Addinul Yakin: WkshopLECESUEZWWFNTB709

    Gambar Kategorisasi nilai ekonomi sumberdaya dan lingkungan terumbu karang

    Nilai Ekonomi Total

    Nilai Pengguna (use values)

    Nilai bukan pengguna (non use values)

    Langsung Tidak langsung Quasi pilihan Pilihan Masa depan keberadaan

    Penggunaan langsung maupun tidak langsung masa depan

    Benefit fungsional yang dinikmati secara tidak langsung

    Output & jasa yang bisa dikonsumsi langsung

    Dari terancamnya habitat karang Spesies langka Spesies karismatik Nilai astetik

    Spesies Habitat Gaya hidup dikaitkan dengan nilai tradisional

    Spesies Habitat, dan Keragaman Hayati

    Dukungan biologis pada: Burung laut, Kura-kura, Ikan, dan Ekosistem lainnya

    Ekstraktif: Ikan, Budidaya laut, Perdagangan akuarium Obat-obatan

    Menyimpan Nilai pengguna dan non pengguna untuk masa datang

    Informasi baru yang diharapkan untuk menghindar kehilangan yang tidak bisa diperbaiki

    Nilai dari pengetahuan akan keberlanjutan eksistensi sumberdaya (keyakinan moral)

    Non Ekstraktif: Rekreasi Pendidikan & Penelitian Estetika

    Proteksi fisik pada: Garis pantai Navigasi Ekosistem lainnya

    Dukungan kehidupan global: Penyimpanan karbon

    33

    5.2. Total Economic Valuation

  • 5.3. Potensi Nilai Ekonomi Kawasan Hutan

    Stabilisasi Fungsi-Fungsi hidrologis Proteksi tanah Stabilisasi iklim Konservasi sumberdaya yang diperbaharui Proteksi sumberdaya genetik Preservasi stok pemuliaan, jumlah sumber air Keragaman hayati Fasilitas Rekreasi dan Pariwisata Nilai lingkungan (non-markets) Kesempatan Kerja Fasilitas pendidikan, riset dan monitoring Mempertahankan lingkungan hidup berkualitas Keuntungan dari perlakuan khusus untuk Masyarakat sekitar kawasan Preservasi Nilai kebanggaan budaya dan tradisional serta warisan regional Keseimbangan lingkungan alamiah

    Addinul Yakin: WkshopLECESUEZWWFNTB709

    34

  • 5.5. POTENSI BENEFIT EKONOMI PENGELOLAAN SDA DAN LINGKUNGAN BERKELANJUTAN (1)

    Addinul Yakin: WkshopLECESUEZWWFNTB709

    35

    Sumber Benefit Besarnya Benefit

    (Milyar Rp./tahun)

    PV selama 10 tahun (milyar

    Rp)

    15 %

    Sumber daya air 423 2.774

    Sumberdaya kehutanan (hutan

    produksi) 31 206

    Sumberdaya pariwisata(1999) 286 1876

    Total Nilai WTP (jika pasar

    tersedia, dengan pembayaran per

    RT)

    31 203

    Nilai Total 771 5157

    1. Estimasi Benefit Kawasan Rinjani

  • 5.5. POTENSI BENEFIT EKONOMI PENGELOLAAN SDA DAN LINGKUNGAN BERKELANJUTAN (2)

    2. Analisis Biaya Perjalanan (Travel Cost Method) tentang wisata pendakian Gunung Rinjani menunjukkan ekonomi maksimum yang potensial bisa dicapai adalah sebesar Rp. 5.464.911.352, dengan harga tikat masuk optimum adalah sebesar Rp 159.500.- dan tingkat kunjungan optimum sebanyak 34.263 per tahun. Potensial benefit tersebut adalah jauh lebih besar jika dibandingkan Nilai Ekonomi Wisata Pendakian Pada Kawasan TNGR Pulau Lombok dengan harga biaya masuk yang berlaku sekarang, yaitu sebesar Rp 3.106.166.350,-/tahun dengan biaya masuk turis mancanegara Rp.50.000 dan domestik Rp. 7.500 (Yakin dan Gatut, 2008)

    3. Hasil estimasi dengan Travel Cost Method potensi nilai ekonomi jasa rekreasi obyek wisata alam Joben sebesar Rp 3.031.804.577,00 dalam setahun sehingga kesediaan membayar setiap pengunjung diperkirakan sebesar Rp 23.372,00; (2) harga biaya masuk yang optimal bagi pengelola yaitu sebesar Rp 25.000,00 dengan taksiran pendapatan sebesar Rp 1.407.050.000,00 per tahun. Ini berarti ada kenaikan 6 kali lipat dari pandapatan pengelola pada harga biaya masuk yang berlaku sekarang yaitu Rp 2.000,00 yang hanya sebesar Rp 232.680.000,00 per tahun. Dalam hal ini ada peluang bagi pengelola untuk meningkatkan pendapatan dengan menaikkan harga biaya masuk ke obyek wisata Joben, tetapi hasil survey menemukan juga bahwa hanya 44 % responden yang setuju untuk kenaikan tarif dengan kenaikan yang tidak terlalu besar (Yakin dan Basrun, 2007)..

    Addinul Yakin: WkshopLECESUEZWWFNTB709

    36

  • 5.5. POTENSI BENEFIT EKONOMI PENGELOLAAN SDA DAN LINGKUNGAN BERKELANJUTAN (3)

    Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) telah menciptakan banyak kesempatan kerja bagi penduduk local dan mampu memberikan kontribusi sampai sebesar 46,1 persen (Rp. 6.164.940 per tahun) terhadap pendapatan keluarga (Rp. 14.535. 766) petani sekitar kawasan yang ikut bekerja dan/atau berusaha pada kegiatan pariwisata tersebut (Yakin, 2002) Dengan menggunakan jumlah biaya perjalanan wisatawan yang diestimasi oleh WWF (2001) selama tinggal di Pulau Lombok yaitu sebesar Rp.345 866,- per kapita, dan dengan total kunjungan wisatawan ke kawasan Gili Indah sebanyak 85140 orang maka potensial nilai ekonomi pariwisata dari kawasan TWALGM mencapai Rp. 29.447.031.240,- per tahun (Yakin, 2008). Sekarang ini untuk konservasi lingkungan, setiap diver dikenakan US $5, tetapi sekarang sedang dilakukan penelitian tentang WTP (Choice Model) untuk fee masuk lingkungan bagi semua pengunjung ke Ketiga Gili.

    Addinul Yakin: WkshopLECESUEZWWFNTB709

    37

  • 6. PENGELOLAAN SDA DAN LINGKUNGAN DALAM PERSPEKTIF KEBIJAKAN DI NTB

    Addinul Yakin: WkshopLECESUEZWWFNTB709

    38

  • 6.1. ISU-ISU PENTING DALAM KEBIJAKAN NTB

    Isu SDA dan Lingkungan sudah termuat dengan memadai RPJP Daerah NTB Tahun 2005-2025, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD): 2009-2013 Integrasi Pengelolaan Sumberdaya Air, belum jelas??? Merujuk kepada UU No. 7/2004 tentang Sumberdaya Air: Konservasi Sumberdaya air; pendayagunaan sumberdaya air; pengendalian daya rusak air: Bagaimana integrasi dengan Kehutanan??? Kebijakan Pertambangan: Hanya Pembinaan, pengawasan, penertiban? Bagaimana tentang pembukaan tambang baru (Sekotong, Bima ??), Kalau ya bagaimana? Pengaturan Tata Ruang dalam UU No. 26/2006 sudah memadai: NTB harus memastikan bahwa apa yang disyaratkan dalam UU tersebut dipenuhi ( misalnya kawasan hutan harus minimal 30 % dari luas DAS) RPJMD dan RTRW perlu diadopsi oleh Kabupaten/Kota Sharing Anggaran Pusat/Propinsi/Kabupaten/Kota Perlu Komitmen dan kesungguhan PEMDA Propinsi dan Kabupaten/Kota dalam implementasinya Strategi Revenue Generating dari SDA perlu dikembangkan Sinkronisasi anggaran kaitan dengan PIN, Program Sejuta Sapi, dan sektor lain

    Addinul Yakin: WkshopLECESUEZWWFNTB709

    39

  • 6.2. BEBERAPA STRATEGI KUNCI

    Penerapan Pengelolaan sumberdaya alam Lestari/berkelanjutan (sustainable natural resource management) Penetapan kawasan hutan lindung dan strategis, minimal sesuai Undang-Undang (30%) Koreksi pasar dengan Memperjelas hak-hak penguasaan/ pemilikan sumberdaya alam ; dan Valuasi Barang Lingkungan Penegakan Hukum (Law enforcement) Memperkuat kelembagaan lokal Mendorong partisipasi masyarakat melalui agroforestry, konservasi, reboisasi, dan rehabilitasi

    Addinul Yakin: WkshopLECESUEZWWFNTB709

    40

  • 7. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

    Addinul Yakin: WkshopLECESUEZWWFNTB709

    41

  • 7.1. KESIMPULAN Degradasi SDA dan Lingkungan NTB sudah mengkhawatirkan dan telah

    menimbulkan biaya sosial dan lingkungan yang signifikan Untuk mendukung Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan NTB, maka Upaya Konservasi dan pemulihan SDA dan Lingkungan Strategis NTB (Hutan, Perikanan, Air) merupakan suatu Keharusan Kebijakan Pembangunan (RPJP) dan Kebijakan RTRW NTB yang ada belum menginternalisasikan hal-hal tersebut Belum ada Komitmen yang jelas baik dari sisi program dan Pembiayaan yang memadai baik Pemerintah Propinsi dan Kabupaten/Kota Sinergitas Pembangunan antar sektor dan antar wilayah belum optimal Perlu Grand Strategy pemulihan SDA alam dan Lingkungan dengan Arah pembangunan Ekonomi NTB berkelanjutan Potensi Revenue Generating dari Pemanfaatan Jasa Lingkungan Sumberdaya alam dan lingkungan sangat Tinggi

    Addinul Yakin: WkshopLECESUEZWWFNTB709

    42

  • 7.2. IMPLIKASI KEBIJAKAN

    Harus ada strategi yang jelas pada pemulihan dan perbaikan SDA dan Lingkungan (Program, pendanaan, sumberdaya) Perlu ada program yang sinergi antara target global, nasional, regional/daerah Perlu sinkronisasi kebijakan RPJP dan RTRW dan Kebijakan Fiskal dan Implementasinya, Propinsi Kabupaten/Kota Perlu ada mekanisme dan martiks tanggungjawab yang jelas antara Propinsi dengan Kabupaten/Kota Perlu menggali dan mengoptimalkan potensi revenue generating dari jasa sumberdaya alam dan lingkungan (termasuk karbon kredit), antara lain melalui eco tourism

    Addinul Yakin: WkshopLECESUEZWWFNTB709

    43

  • Referensi (1) Balai Hidrologi (2007), Booklet Informasi Kondisi Parameter Hidrologi Lahan . Mataram: Dinas Pemukiman dan Prasarana

    Wilayah NTB. Balai Hidrologi (2008), Booklet Mata Air Pulau Sumbawa. Mataram: Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah NTB. Biro Hukum Setda Provinsi NTB, 2009, Draft Rancangan PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2009 2013 BPS (2000, 2008), NTB Dalam Angka. Mataram: BPS Basuki, Prayitno (2009), Analisis Ekonomi Regional NTB: Mendukung Pencapaian Pembangunan NTB yang Berkelanjutan. Mataram: WWF Nusa Tenggara Project. Buttoud, Gerard, 2002. Introduction: Multipurpose management of mountain forests: which approaches? Forest Policy and Economics 4 (2002) 8387 Cesar, Herman, 1996. Economic Analysis of Indonesian Coral Reefs. Working paper series. Paris: the World Bank. Cesar, Herman, 2002. The Biodiversity Benefits of Coral Reef Ecosystem: Values and Markets. Paris: OECD. Elands, Birgit H.M and K. Freerk Wiersum, 2001. Forestry and rural development in Europe: an explanation of socio-political discources. Forest Policy and Econmics 3 (2001):5-16. Fromm, Oliver (2000), Ecological Structure and Functions of Biodiversity as Elements of Its Total Economic Value Environmental and Resource Economics 16: 303328. Hidayat, Aceng (2003), Governance Structure in Coral Reef Management: A Report from Gili Indah Village, West Lombok Indonesia. A Working Paper presented at Resource Economic Department, Humboldt University of Berlin. Hidayat, Aceng (2004), Determinats of Institutional Change and Collective Action in Coral Reef Management: Evidences from Lombok, Indonesia ISTECS JOURNAL, V (2004) 1-13. Pendleton, Linwood H (1995), Valuing Coral Reef Protection. Ocean and Coastal Management, Vol.26 No.2, pp. 119-131. Ruitenbeek, HJ (1999), Blue pricing of undersea treasures needs and opportunities for environmental economics research on coral reef management in South East Asia. Paper presented to the 12th Biannual Workshop of the Environmental Economics Program for South East Asia, Singapore, 11-14 May. IDRC, Singapore. Soede, C-Pet, H.S.J.Cesar, and J.S. Pet, 1999. An Economic Analysis of Blast Fishing in Indonesian Coral Reefs, Environmental Conservation 26(2): 83-93.

    Addinul Yakin: WkshopLECESUEZWWFNTB709

    44

  • Referensi (2) Yakin, Addinul (1998), Optimal Fertilizer Policy on Lombok Rice Agriculture: A Cross Sectional Study. Unpublished M.Ec Thesis

    (by Research), Department of Economics, Faculty of Business dan Law, La Trobe University, Bundoora, Victoria, Australia. Yakin, Addinul (2000a), Implikasi Sosial Ekonomi Pembangunan Hutan Kemasyarakatan dan Prospek Pengelolaan HPH melalui Koperasi: Kasus di Kabupaten Bima dan Dompu. Majalah Ilmiah Agriteksos Vol. 9(4), Januari 2000. Yakin, Addinul (2000b), Kebijaksanaan Pemupukan Optimum pada padi sawah dan dampak Pemupukan terhadap stdanar hidup dan kualitas lingkungan di Kabupaten Lombok Barat. Majalah Ilmiah Agroteksos Vol. 12(5), Desember 2000. Yakin, Addinul (2001) The Environmental Implications of Technological Changes in Agricultural Practices: An Economic dan Policy Perspective. Majalah Ilmiah Agroteksos, Vol 13(1),Oktober 2001. Yakin, Addinul (2002a), Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dalam Perspektif Sosial-Ekonomi dan Lingkungan: Studi Kasus di Kacamatan Keruak Lombok Timur. Majalah Ilmiah Agrimansion, Vol 3(2), Januari 2002. Yakin, Addinul (2002b), The Impact of Development of Rinjani Mountain National Park toward the Farmer's Economy in the Surrounding Area: A case study at the Village of Senaru, District of West Lombok. Majalah Ilmiah Agroteksos, Vol. 12(2),Oktober 2002. Yakin, Addinul dan Jamal Othman (2003), Forest Resource dan Policy at the Age of Regional Autonomy in Indonesia , Paper yang dipresentasikan pada the 2-day International Seminar on Sustainable Economic, Business, dan Social Development in an Era of Globalization, 13/10/2003-14/10/2003 at Equatorial Hotel, Bangi, Selangor, Malaysia. Yakin, Addinul (2004), Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan: Teori dan Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan. Akedemika Pressindo, Jakarta. Cetakan Kedua. Yakin, Addinul (2005a), State, Institution, dan Environmental Governance: Special Reference to Indonesia, Malaysia, dan Japan. Paper dipresentasikan pada Seminar Nasional oleh LIPI Jakarta, 29 Maret 2005. Yakin, Addinul (2005b), Community Involvement dan Environmental Management of Rinjani National Park, Lombok Island in Mitsuda dan Sayuti (editors), Sustainable Lombok: The Rich Nature dan Rich People in the 21st Century. Mataram: Universitas Mataram Press: 93-120. Yakin, Addinul (2006a), Implementation dan Enforcement of Environmental Policies in Promoting Sustainable Development in Asia: Learning from Malaysia dan Japan in Power, Purpose, Process, dan Practice in Asia: The Work of API Fellows 2003/2004. Asian Public Intellectuals Program. Kuala Lumpur, Malaysia: Sasyaz Holdings Sdn. Bhd. Pages: 1-18. Yakin, Addinul (2006b), Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Hutan dan Tata Pamong Lingkungan di Era Otonomi Daerah. Paper yang disampaikan pada Seminar Nasional tentang Kehutanan yang diselenggarakan di Hotel Jayakarta, Lombok: 9-11 Juni 2006

    Addinul Yakin: WkshopLECESUEZWWFNTB709

    45

  • Referensi (3) Yakin, Addinul (2007), Application of Polluter Pays Principle for Improving Environmental Quality in the Palm Oil Industry of

    Malaysia: A Success Story. Vol. (17): 1, April 2007, Agroteksos journal. University of Mataram. Yakin, Addinul dan Basrun (2007), Valuasi Ekonomi Obyek Wisata Alam Joben pada Kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani: Aplikasi Metode Biaya Perjalanan. Jurnal LEMLIT UNRAM, Pebruari 2007 Yakin, Addinul dan Gatut Panggah Prasetyo (2008), Nilai Ekonomi Wisata Pendakian pada Kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani di Pulau Lombok. Jurnal LEMLIT Unram, Pebruari 2008. Yakin, Addinul (2007), Dimensi Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Pemanfaatan Sumberdaya dan Lingkungan pada Taman Wisata Alam Gili Matra, Kabupaten Lombok Barat. Majallah Agroiteksos , Oktober 2007 Yakin, Addinul (2008), Kelembagaan dan Intervensi Kebijakan dalam Pengelolaan Sumberdaya Terumbu Karang Berkelanjutan: Kasus Taman Wisata Alam Laut Gili Matra, Kabupaten Lombok Barat. Majalah Agroteksos (dalam naik cetak) World Bank (2000). Indonesia: The Challenge of World Bank involvement in Forests. Washington: the World Bank World Bank (2003). Decentralizing Indonesia: A Regional Public Expenditure Review. Report No. 26191-IND. WWF (2001, 2002), Resource Economic Valuation of Rinjani Mountain Area. A Report. Mataram: WWF Nusa Tenggara Project. WWF(2008), Studi Analisis Hidrologis dan Perubahan Tutupan Lahan Kawasan Gunung Rinjani, Lombok. Mataram: WWF Nusa Tenggara Project. Kerjasama dengan Pemda NTB, BALITHUT Mataram, dan BAPEDAS Dodokan Moyosari WWF (2009), Studi Analisis SpasialTutupan Hutan Wilayah Nusa Tenggara Barat (Tahun 1996 2008). Draft Laporan Akhir. Mataram: WWF Nusa Tenggara Project.

    Addinul Yakin: WkshopLECESUEZWWFNTB709

    46

  • Tentang Pemakalah Addinul Yakin (Addy) adalah Lektor Kepala dengan konsentrasi Ekonomi Sumberdaya dan

    Kebijakan Lingkungan di Faperta UNRAM. Pendidikan; Faperta Unram (1986); Graduate Diploma In Economics, Spesialisasi di bidang Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (1994) dan Master of Economics (1998) dari La Trobe University Australia dengan AIDAB Scholarship Australia.Telah menulis banyak artikel dan beberapa buku (terbit dalam dan luar negeri) dan presentasi paper di Jepang, Australia, Malaysia, dan Phlippines.

    Pernah bekerjasama dan berkontribusi dalam berbagai kapasitas dengan banyak lembaga antara lain: GTZ, WWF, FAO, JICA, ACIAR, ADB, UNEP, USAID, AIDAB, FORD, NIPPON FOUNDATION, WORLD BANK , LIPI, UNDP, CSEAS, LESTARI, LA TROBE, dan GDN.

    Pendiri beberapa Lembaga Riset dan LSM (misalnya, CRESCENT, IRDES, Yayasan PATUA, Yayasan Fazrul Yakin).

    Pernah memperoleh Asian Public Intellectual (API) Fellowship Program dari the Nippon Foundation, Jepang untuk menjadi Visiting Research fellow di Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM), Selangor (Juli-Desember 2003) serta di Kyoto University, Jepang (Jan-Jun 2004).

    Mantan Direktur Program Ekstensi FP Unram (2005-2007), dan PD III FP Unram (2007-20112. Bisa dihubungi: Kantor: Fakultas Pertanian Universitas Mataram. Rumah: Jl. Sapta Pesona No. 48 Mataram 83117. Tel. (0370) 645 221; HP: 081 339 530 987; e-

    mail: [email protected]., [email protected].. Dan Websites: http://www.addinulyakin.blogspot.com; https://unram.academia.edu/AddinulYakin

    Addinul Yakin: WkshopLECESUEZWWFNTB709

    47

  • SEKIAN DAN TERIMA KASIH

    Addinul Yakin: WkshopLECESUEZWWFNTB709

    48