laporan rlbm wiosyu new
TRANSCRIPT
26
Teknik Lingkungan January , 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat dibutuhkan oleh
manusia, hewan dan tumbuhan. Limbah cair merupakan unsur pencemaran yang
sangat potensial bagi lingkungan air. Unsur tersebut dapat membahayakan baik
terhadap manusia maupun kehidupan biota air. Oleh karena itu, pengolahan
limbah cair menjadi semakin penting artinya sebagai bagian dari upaya manusia
untuk mengamankan sumber-sumber air yang sangat dibutuhkan mengingat air
tersebut sangat terbatas.
Deterjen merupakan salah satu bahan pencuci yang sangat populer di
Indonesia. Tetapi limbah yang dihasilkan berdampak negatif yaitu limbah cair
yang dapat mencemari lingkungan. Limbah cair yang dihasilkan merupakan jenis
buangan organik yang sulit diuraikan oleh bakteri, yakni Dodesil Benzene
Sulfonat (DBS). Salah satu dampaknya adalah timbul buih dipermukaan perairan
sehingga dapat mengganggu pelarutan oksigen dalam air. Selain itu limbah
detergen juga mengandung COD, BOD dan fosfat yang cukup tinggi.Oleh karena
itu, diperlukan teknik yang tepat dan efektif dalam pengolahan limbah deterjen.
Limbah laundry yang akan diolah dalam penelitian ini adalah limbah yang
berasal dari Laundry Indo Gama yang berada di Jl.Media, Indo Gama membuang
limbah detergen langsung ke saluran terbuka yaitu parit yang akhir pengalirannya
langsung menuju badan air. Hal dikarenakan Indo Gama tidak memiliki instalasi
pengolahan limbah. Sehingga, dalam pengolahan limbah laundry yang akan kami
lakukan digunakan modifikasi dari pengolahan lumpur aktif konvensional yakni
dengan sistem pengolahan stabilisasi kontak, karena sistem ini menggunakan
waktu yang relatif singkat dan menghasilkan sedikit lumpur. Selain itu kami juga
akan menambahkan tanaman air berupa eceng gondok pada bak stabilisasi/
pengendapan untuk mereduksi kandungan fosfat dalam limbah detergen tersebut. |
26
Teknik Lingkungan January , 2013
B. PERUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana kandungan kadar COD dan fosfat pada limbah laundry?
2. Bagaimana efektifitas kerja lumpur aktif dalam mengurangi kandungan
COD dan fosfat dari limbah laundry?
3. Bagaimana efektifitas tanaman eceng gondok dalam menurunkan
kandungan COD dan fosfat dari limbah laundry?
C. TUJUAN
1. Mengetahui kandungan kadar COD dan fosfat pada limbah laudry.
2. Mengetahui efektifitas kerja lumpur aktif dalam mengurangi kandungan
COD dan fosfat dari limbah laundry.
3. Mengetahui efektifitas tanaman eceng gondok dalam menurunkan
kandungan COD dan fosfat dari limbah laundry.
D. MANFAAT PENULISAN
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta
membuka pikiran masyarakat akan pentingnya pengolahan limbah sebelum di
buang kelingkungan, sehingga dapat meminimalkan potensi terjadinya
pencemaran.
E. KEGUNAAN
Kegunaan dari penelitian adalah dapat memberikan manfaat bagi masyarakat
yaitu pengetahuan dan keterampilan mengenai cara pengolahan limbah detergen
dengan menggunakan teknologi yang sederhana agar aman di buang
kelingkungan, sehingga dapat mengurangi potensi terjadinya pencemaran.
|
26
Teknik Lingkungan January , 2013
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LIMBAH CAIR
Limbah cair disebut juga air limbah (waste water) yang merupakan air
buangan dari masyarakat, rumah tangga,industri, air tanah, air permukaan serta
buangan lainnya. Di dalam limbah cair terkandung zat-zat pencemar dengan
konsentrasi tertentu yang bila dimasukkan ke bahan air dapat mengubah kualitas
airnya. Kualitas air merupakan pencerminan kandungan konsentrasi makhluk
hidup, energi, zat-zat, atau komponen lain yang ada dalam air. Limbah cair
mempunyai efek negatif bagi lingkungan karena mengandung zat-zat beracun
yang mengganggu keseimbangan lingkungan dan kehidupan makhluk hidup yang
terdapat di dalamnya. Karakteristik kimia dan bahan organik dalam limbah cair
adalah sebagai berikut (Nurita Sukma,2010):
Protein
Protein merupakan bagian yang penting dari makhluk hidup, termasuk di
dalamnya tanaman, dan hewan bersel satu. Protein mengandung karbon,
hidrogen,dan oksigen yang mempunyai bobot molekul sangat tinggi. Di
dalam limbah cair, protein merupakan unsur penyebab bau, karena adanya
proses pembusukan dan peruraian oleh bakteri.
Karbohidrat
Karbohidrat antara lain : gula, pati, sellulosa dan benang-benang kayu terdiri
dari unsur C, H, dan O. Gula dalam limbah cair cenderung terdekomposisi
oleh enzim dari bakteri-bakteri tertentu dan ragi menghasilkan alkohol dan
gas CO2 melalui proses fermentasi. Fermentasi merupakan proses peruraian
metabolik dari bahan organik oleh mikroorganisme yang menghasilkan energi
dan gas, yang berlangsung dalam kondisi anaerobik. Metabolisme merupakan |
26
Teknik Lingkungan January , 2013
peristiwa pembentukan dan peruraian zat di dalam diri makhluk hidup yang
memungkinkanberlangsungnya hidup. Karbohidrat ini keberadaannya dalam
limbah cair mengakibatkan bau busuk dan turunnya oksigen terlarut, sehingga
dapat mengganggu kehidupan biota air.
Minyak dan lemak
Minyak adalah lemak yang bersifat cair. Keduanya mempunyai komponen
utama karbon dan hidrogen yang mempunyai sifat tidak larut dalam air.
Bahan-bahantersebut banyak terdapat pada makanan, hewan, manusia dan
bahkan ada dalam tumbuh-tumbuhan sebagai minyak nabati. Sifat lainnya
adalah relatif stabil,tidak mudah terdekomposisi oleh bakteri.
COD (Chemical Oxygen Demand)
COD adalah banyaknya oksigen yang diperlukan untuk mengoksidasi
senyawa organik secara kimiawi.
BOD (Biologocal Oxygen Demand)
BOD adalah jumlah kebutuhan oksigen yang diperlukan oleh mikroorganisme
untuk mengoksidasi semyawa organik yang ada dalam limbah.
Deterjen
Deterjen termasuk bahan organik yang sangat banyak digunakan untuk
keperluan rumah tangga, hotel, dan rumah sakit. Bahan aktif pembersih yang
terkandung dalam deterjen yaitu ABS (Alkyl Benzene Sulfonate) dan LAS
(Linear Alkyl Sulfonate). ABS ini dapat menimbulkan busa yang sulit untuk
diuraikan sedangan busa yang ditimbulkan oleh LAS dapat diuraikan dengan
sendirinya.
Phenol
Phenol juga merupakan bahan organik yang mempunyai sifat larut dalam air.
Bahan ini dalam air dapat menyebabkan iritasi yang kuat, racun terhadap kulit
dandapat menyebabkan gangguan terhadap tenggorokan. Toleransi
pengolahan untukair limbah industri adalah 500 mg/l, bila melebihi akan sulit
untuk diuraikan secara biologis dan toleransi maksimum untuk air limbah |
26
Teknik Lingkungan January , 2013
adalah 2 mg/l.Limbah cair mengandung bahan-bahan organik dan kimia yang
harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu supaya aman di buang ke
lingkungan. Oleh karena itu ada beberapa teknik pengolahan air buangan
yang telah dicoba dan dikembangkan selama ini.
Teknik-teknik pengolahan air buangan yang telah dikembangkan
secara umum terbagi menjadi 3 metode pengolahan:
1. Pengolahan Secara Fisik
Pengolahan ini dilakukan dengan tujuan agar bahan-bahan tersuspensi
berukuran besar dan yang mudah mengendap atau bahan-bahan yang
terapung disisihkan terlebih dahulu. Pengolahan fisika meliputi
(Sugiharto,1987) :
Screening(penyaringan)
Proses ini bertujuan untuk pemisaahan padatan tidak terlarut yang
bentuknya cukup besar.
Comminution
Proses ini bertujuan untuk menghancurkan atau mereduksi padatan yang
tidak seragam menjadi bagian yang lebih kecil dan seragam dengan
comminutor.
Flow Equalisation (penyeragaman aliran)
Proses ini bertujuan untuk membut kecepatan aliran konstan dengan bak
equlisasi.
Mixing (pencampuran)
Mixing dilakukan jika ombinassi dengan penambahan bahan kimia
dengan menggunakan hidraolik air atau tangki.
Flokulasi (pengumpalan)
Flokulasi bertujuan untuk memperbesar ukuran partikel tidak larut
sehingga menjadi lebih berat dan mudah mengendap di dasar sehingga
pemisahan padatan tidak terlarut lebih mudah melalui proses berikutnya.
Pengendapan |
26
Teknik Lingkungan January , 2013
Pengendapan merupakan cara yang efisien dan murah untuk
menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar. Bahan tersuspensi
yang mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses
pengendapan. Parameter desain yang utama untuk proses pengendapan
ini adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di
dalam bak pengendap.
Flotasi
Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahan-bahan yang
mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses
pengolahan berikutnya. Flotasi juga dapat digunakan sebagai cara
penyisihan bahan-bahan tersuspensi (clarification) atau pemekatan
lumpur endapan (sludge thickening) dengan memberikan aliran udara ke
atas (air flotation).
Filtrasi
Proses filtrasi di dalam pengolahan air buangan, biasanya dilakukan
untuk mendahului proses adsorbsi atau proses reverse osmosis-nya, akan
dilaksanakan untuk menyisihkan sebanyak mungkin partikel tersuspensi
dari dalam air agar tidak mengganggu proses adsorbsi atau menyumbat
membran yang dipergunakan dalam proses osmosis. Proses adsorbsi,
biasanya dengan karbon aktif, dilakukan untuk menyisihkan senyawa
aromatik (misalnya: fenol) dan senyawa organik terlarut lainnya,
terutama jika diinginkan untuk menggunakan kembali air buangan
tersebut.
2. Pengolahan Secara Kimia
Pengolahan air buangan secara kimia adalah pengolahan dengan
menambahkan bahan kimia pengendap untuk mengubah bentuk fisik padatan
dan tersuspensi sehingga mudah proses pengolahannya. Proses ini meliputi
(Sugiharto,1987) : |
26
Teknik Lingkungan January , 2013
Perpindahan gas
Adsorbsi
Desinfeksi
Dechlorinasi
3. Pengolahan Secara Biologi
Pengolahan ini merupakan sistem pengolahan yang didasarkan pada
aktivitas mikroorganisme dalam kondisi aerobik atau anaerobik ataupun
penggunaan organisme air untuk mengabsorbsi senyawa kimia dalam limbah
cair. Pengolahan limbah cair secara biologis pada prinsipnya dibedakan
menjadi (Sugiharto,1987):
a. Pengolahan secara aerob, bahan-bahan organik dalam limbah cair dapat
diuraikan/dipecah oleh mikroorganisme aerob menjadi bahan yang tidak
mencemari, dimana pemecahan ini berlangsung dalam suasana aerob
b. Pengolahan secara anaerob dengan peran mikroorganisme yg bersifat
anaerob
c. Pengolahan secara fakultatif dengan peran bakteri yang bersifat
fakultatif, yaitu dapat berfungsi sebagai organisme aerob bila ada oksigen
dan sebagai organisme anorganik bila tidak ada oksigen
Pengolahan secara biologis dapat dilakukan dengan bioremidiasi dan
fitoremidiasi. Bioremidiasi yaitu proses yang menggunakan mikroorganisme
atau organisme untuk menghilangkan atau mengurangi racun pencemar. Salah
satu contoh bentuk bioremidiasi adalah penggunaan sistem lumpur aktif.
Sedangkan fitoremidiasi merupakan metode remidiasi yang mengandalkan
peran tumbuhan untuk menyerap, mendegradasi, mentransformasi bahan
pencemar baik senyawa organic maupun anorganik.
B. DETERGEN DAN KANDUNGANYA
|
26
Teknik Lingkungan January , 2013
Detergen merupakan salah satu bahan pencemar yang tidak dapat diuraikan
oleh organisme. Detergen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk
membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi.
Produk deterjen saat ini sudah digunakan oleh hampir semua penduduk untuk
berbagai keperluan seperti mencuci pakaian dan perabotan serta sebagai bahan
pembersih lainnya (Aisyahwalsiah,2010).
Bahan – bahan yang umum terkandung pada deterjen adalah
(Widiyani,2010):
1. Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang
mempunyai ujung berbeda yaitu hydrophile (suka air) dan hydrophobe(suka
lemak). Bahan aktif ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan air
sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan.
Surfaktant terbagi atas jenis anionic (Alkyl Benzene Sulfonate/ABS, Linier
Alkyl Benzene Sulfonate/LAS, Alpha Olein Sulfonate/AOS), sedangkan jenis
kedua bersifat kationik (Garam Ammonium) dan jenis yang ketiga bersifat
non ionic (Nonyl phenol polyethoxyle) serta Amphoterik (Acyl
Ethylenediamines).
2. Builder (Permbentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari
surfaktan dengan cara menonaktifkan mineral penyebab kesadahan air, dapat
berupa Phosphates (Sodium Tri Poly Phosphate/STPP), Asetat (Nitril Tri
Acetate/NTA, Ethylene Diamine Tetra Acetate/EDTA), Silikat (Zeolit), dan
Sitrat (asam sitrat).
3. Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai
kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas atau dapat
memadatkan dan memantapkan sehingga dapat menurunkan harga, misal
Sodium sulfate
4. Additives adalah bahan suplemen/ tambahan untuk membuat produk lebih
menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dan sebagainya yang
tidak berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen. Additives |
26
Teknik Lingkungan January , 2013
ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk. Contohnya enzyme,
borax, sodium chloride, Carboxy Methyl Cellulose (CMC) dipakai agar
kotoran yang telah dibawa oleh detergent ke dalam larutan tidak kembali ke
bahan cucian pada waktu mencuci (anti Redeposisi). Wangi – wangian atau
parfum dipakai agar cucian berbau harum, sedangkan air sebagai bahan
pengikat.
Menurut kandungan gugus aktifnya, maka deterjen diklasifikasikan
sebagai berikut (Widiyani,2010):
1. Deterjen jenis keras, deterjen jenis ini sukar dirusak oleh organisme
meskipun bahan tersebut dibuang, akibatnya zat tersebut masih aktif.
Jenis inilah yang menyebabkan pencemaran air. Contoh : Alkil
Benzena Sulfonat (ABS).
2. Deterjen jenis lunak, deterjen jenis ini bahan penurun tegangan
permukaannya mudah dirusak oleh mikroorganisme, sehingga tidak
aktif lagi setelah dipakai. Contoh : Lauril Sulfat atau Lauril Alkil
Sulfonat (LAS).
C. KANDUNGAN LIMBAH CAIR DETERGEN
Kualitas air merupakan pencerminan kandungan konsentrasi makhluk hidup,
energi, zat-zat, atau komponen lain yang ada dalam air. Begitu juga dengan
limbah cair detergen yang mempunyai kandungan-kandungan yang dapat
menurunkan kualitas air. Berikut ini adalah karakteristik kimia bahan organik
dalam limbah cair detergen (laundry) diantaranya adalah :
1. COD (Chemical Oxygen Demand)
COD adalah banyaknya oksigen yang diperlukan untuk mengoksidasi
senyawa organik secara kimiawi. Hasil analisis COD menunjukkan
kandungan senyawa organik yang terdapat dalam limbah. Analisis COD
dapat dilakukan dengan metode dikromat. (Driyanti Rahayu, 2007).
2. BOD (Biologocal Oxygen Demand) |
26
Teknik Lingkungan January , 2013
BOD adalah jumlah kebutuhan oksigen yang diperlukan oleh mikroorganisme
untuk mengoksidasi semyawa organik yang ada dalam limbah. Hasil analisa
BOD menunjukkan besarnya kandungan senyawa organik yang dapat
terbiodegradasi. (Driyanti Rahayu, 2007).
3. TSS (Total Suspended Solid)
Padatan tersuspensi total (TSS) merupakanresidu dari padatan total yang
tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2μm atau lebih besar
dari ukuran partikel koloid (SNI, 2004).
4. Fosfat
Fosfat memegang peranan penting dalam produk deterjen, sebagai softener
air dan Builders. Bahan ini mampu menurunkan kesadahan air dengan cara
mengikat ion kalsium dan magnesium. Berkat aksi softenernya, efektivitas
dari daya cuci deterjen meningkat. Fosfat pada umumnya berbentuk Sodium
Tri Poly Phosphate (STPP). Fosfat tidak memiliki daya racun, bahkan
sebaliknya merupakan salah satu nutrisi penting yang dibutuhkan mahluk
hidup. Tetapi dalam jumlah yang terlalu banyak, fosfat dapat menyebabkan
pengkayaan unsur hara (eutrofikasi) yang berlebihan di badan air
sungai/danau, yang ditandai oleh ledakan pertumbuhan algae dan eceng
gondok yang secara tidak langsung dapat membahayakan biota air dan
lingkungan. Di beberapa negara Eropa, penggunaan fosfat telah dilarang dan
diganti dengan senyawa substitusi yang relatif lebih ramah lingkungan
(Anonimous, 2009).
Tabel 1. Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan Industri
PARAMETERKADAR
MAKSIMUMBEBAN PENCEMARAN
MAKSIMUM(mg/liter) (kg/hari.Hari)
|
26
Teknik Lingkungan January , 2013
BOD5 50 4.3COD 100 8.6TSS 200 17.2pH 6.0 - 9.0
Sumber : Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 3/MENLH/1/1998Tentang Baku
Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan Industri
D. DAMPAK DETERJEN TERHADAP KESEHATAN DAN
LINGKUNGAN
Deterjen sangat berbahaya bagi lingkungan karena dari beberapa kajian
menyebutkan bahwa detergen memiliki kemampuan untuk melarutkan bahan dan
bersifat karsinogen, misalnya 3,4 Benzonpyrene, selain gangguan terhadap
masalah kesehatan, kandungan detergen dalam air minum akan menimbulkan bau
dan rasa tidak enak. Deterjen kationik memiliki sifat racun jika tertelan dalam
tubuh, bila dibanding deterjen jenis lain (anionik ataupun non-ionik)
(Widiyani,2010).
Kerugian lain dari penggunaan deterjen adalah terjadinya proses eutrofikasi di
perairan. Ini terjadi karena penggunaan deterjen dengan kandungan fosfat tinggi.
Eutrofikasi menimbulkan pertumbuahan tak terkendali bagi eceng gondok dan
menyebabkan pendangkalan sungai. Sebaliknya deterjen dengan rendah fosfat
beresiko menyebabkan iritasi pada tangan dan kaustik. Karena diketahui lebih
bersifat alkalis. Tingkat keasamannya (pH) antara 10 - 12 (Aisyahwalsiah,2010).
Pembuangan limbah ke sungai/sumber-sumber air tanpa treatment
sebelumnya, mengandung tingkat polutan organik yang tinggi serta
mempengaruhi kesesuaian air sungai untuk digunakan manusia dan merangsang
pertumbuhan alga maupun tanaman air lainnya. Selain itu deterjen dalam badan
air dapat merusak insang dan organ pernafasan ikan yang mengakibatkan toleransi
ikan terhadap badan air yang kandungan oksigennya rendah menjadi menurun.
Ikan membutuhkan air yang mengandung oksigen paling sedikit 5 mg/ liter atau 5
ppm (part per million). Apabila kadar oksigen kurang dari 5 ppm, ikan akan mati,
|
26
Teknik Lingkungan January , 2013
tetapi bakteri yang kebutuhan oksigen terlarutnya lebih rendah dari 5 ppm akan
berkembang. Apabila sungai menjadi tempat pembuangan limbah yang
mengandung bahan organik, sebagian besar oksigen terlarut digunakan bakteri
aerob untuk mengoksidasi karbon dan nitrogen dalam bahan organik menjadi
karbondioksida dan air. Sehingga kadar oksigen terlarut akan berkurang dengan
cepat dan akibatnya hewan-hewan seperti ikan, udang dan kerang akan
mati(Ahsan et al, 2005).
Beberapa Dampak Penggunaan Deterjen Bagi Kesehatan dan Lingkungan
adalah sebagai berikut :
1. Golongan ammonium kuartener itu dapat membentuk senyawa nitrosamin.
Senyawa nitrosamin diketahui bersifat karsinogenik, dapat menyebabkan
kanker.
2. Senyawa SLS, SLES atau LAS mudah bereaksi dengan senyawa golongan
ammonium kuartener, seperti DEA untuk membentuk nitrosamin tadi. Bukan
cuma itu, SLS diketahui menyebabkan iritasi pada kulit, memperlambat
proses penyembuhan dan penyebab katarak pada mata orang dewasa.
3. Penggunaan fosfat sebagai builder dalam deterjen perlu ditinjau kembali,
mengingat senyawa ini dapat menjadi salah satu penyebab proses eutrofikasi
(pengkayaan unsur hara yang berlebihan) pada sungai/danau yang ditandai
oleh ledakan pertumbuhan algae dan eceng gondok menyebabkan terjadinya
pendangkalan sungai. Pertanda lonceng kematian bagi kehidupan penghuni
sungai.
4. Di beberapa negara Eropa, penggunaan fosfat telah dilarang dan diganti
dengan senyawa substitusi yang relatif lebih ramah lingkungan.
5. Penggunaan deterjen dapat mempunyai risiko bagi kesehatan dan lingkungan.
Risiko deterjen yang paling ringan pada manusia berupa iritasi (panas, gatal
bahkan mengelupas) pada kulit terutama di daerah yang bersentuhan langsung
dengan produk. Hal ini disebabkan karena kebanyakan produk deterjen yang
beredar saat ini memiliki derajat keasaman (pH) tinggi. Dalam kondisi |
26
Teknik Lingkungan January , 2013
iritasi/terluka, penggunaan produk penghalus apalagi yang mengandung
pewangi, justru akan membuat iritasi kulit semakin parah.
E. LUMPUR AKTIF (Activated Sludge)
Proses lumpur aktif adalah salah satu proses pengolahan air limbah secara
biologi, yang pada prinsipnya memanfaatkan mikroorganisme yang mampu
memecah bahan organik dalam limbah cair dimana limbah cair dan lumpur aktif
dicampur dalam satu reaktor. Salah satu parameter yang sering digunakan dalam
pengolahan limbah cair sistem lumpur aktif adalah Mixed Liquor Suspended
Solids (MLSS). Mixed liquor suspended solids adalah jumlah dari bahan organik
dan mineral berupa padatan terlarut, termasuk mikroorganisme di dalam mixed
liquor(Sutapa DAI, 2000).
Keuntungan dari proses pengolahan ini adalah :
Daya larut oksigen dalam air limbah lebih besar;
Efisiensi proses lebih tinggi; dan
Cocok untuk pengolahan air limbah dengan debit kecil untuk polutan
organik yang susah terdegradasi.
Berikut ini adalah beberapa modifikasi proses lumpur aktif yaitu :
Sistem Aerasi Berlanjut
Proses ini biasanya dipakai untuk pengolahan air limbah dengan sistem paket
(package treatment) .
Proses dengan Sistem Oksidasi Parit (Oxidation Ditch)
Sistem oksidasi parit terdiri dari bak aerasi berupa parit atau saluran yang
berbentuk oval yang dilengkapi dengan satu atau lebih rotor rotasi untuk
aerassi limbah. Saluarn atau paarit tersebut menerima limbah yang telah
disaring dan mempunyai waktu tinggal hidraulik mendekati 24 jam.
Dibandingkan dengan proses lumpur aktif konvensional, oxidation ditch
mempunyai beberapa kelebihan, yaitu efisiensi penurunan BOD dapat
|
26
Teknik Lingkungan January , 2013
mencapai 85%-90% (dibandingkan 80%-85%) dan lumpur yang dihasilkan
lebih sedikit.
Sistem Aerasi Bertingkat
Limbah hasil dari pengolahan primer (pengendapan) masuk dalam tangki
aerasi melalui beberapa lubang atau saluran, sehingga meningkatkan
distribusi dalam tangki aerasi dan membuat lebih efisien dalam penggunaan
oksigen.
Sistem Stabilisasi Kontak (Contact Stabilization)
Pada sistem ini limbah dan lumpur bercaur dalam tangki reaktor kecil untuk
waktu yang singkat (20-40 menit), aliran campuran tersebut dialirkan ke
tangki penjernihan dan lumpur dikembalikan ke tangki stabilisasi dengan
waktu tinggal 4-8 jam. Kelebihan dari sistem ini dibandingakan oxidation
ditch adalah menghasilkan sedikit lumpur, efisiensi yang lebih tinggi (90%-
95%) dan waktu detensi hidrolis total lebih pendek (4-8 jam).
Sistem Aerasi dengan Pencampuran Sempurna (Completely Mixed System)
Pada sistem ini limbah hanya diaerasikan dalam tangki aerasi secara merata,
selain itu sistem ini dapat menahan shock load dan racun.
F. ECENG GONDOK(Eichhornia crassipes)
Eceng gondok atau enceng gondok (Latin:Eichhornia crassipes) adalah
salah satu jenis tumbuhan air mengapung. Selain dikenal dengan nama eceng
gondok, di beberapa daerah di Indonesia. Eceng gondok tumbuh di kolam-kolam |
Taksonomi Eichhornia crassipes
Kerajaan: PlantaeDivisi: MagnoliophytaKelas: LiliopsidaOrdo: CommelinalesFamili: PontederiaceaeGenus: Eichhornia
Gambar 1. Eceng Gondok
26
Teknik Lingkungan January , 2013
dangkal, tanah basah dan rawa, aliran air yang lambat, danau, tempat
penampungan air dan sungai. Tumbuhan ini dapat beradaptasi dengan perubahan
yang ekstrem dari ketinggian air, arus air, dan perubahan ketersediaan nutrien, pH,
temperatur dan racun-racun dalam air.Pertumbuhan eceng gondok yang cepat
terutama disebabkan oleh air yang mengandung nutrien yang tinggi, terutama
yang kaya akan nitrogen, fosfat dan potasium (Laporan FAO). Kandungan garam
dapat menghambat pertumbuhan eceng gondok seperti yang terjadi pada danau-
danau di daerah pantai Afrika Barat, di mana eceng gondok akan bertambah
sepanjang musim hujan dan berkurang saat kandungan garam naik pada musim
kemarau (wikipedia, 2012).
BAB III
METODE PELAKSANAAN
A. Waktu dan Tempat
a) Waktu
Adapun waktu pelaksanaan tugas penelitian ini dari bulan September-
Desember 2012.
b) Tempat
Adapun tempat pelaksanaan penelitian ini yaitu :
Tempat pengambilan sampel: Indo Gama Laundry di Jl.Media
Pontianak
Tempat perancangan alat : Workshop Fakultas Teknik Universitas
Tanjungpura Pontianak
Tempat analisis sampel : Unit Laboratorium Kesehatan provinsi
|
26
Teknik Lingkungan January , 2013
Kalimantan Barat
B. Alat dan Bahan
a) Alat
Peralatan yang digunakan dalam pembuatan alat ini antara lain :
Jerigen : 1 buah ukuran 20 literPipa : 1 buah ϴ ½ inchiKeran : 1 buah ϴ ½ inchiBak kaca : 2 buahEmber cat : 1 buah 20 kgPipa L : 2 buah ϴ ½ inchiKeran penyambung : 1 buah ϴ ½ inchi Lem paralon : 1 buahIsolatif : 1 buah
b) Bahan
Bahan yang di gunakan antara lain: air limbah laundry yang berasal dari
kegiatan laundry di Indo Gamma yang berlokasi di jalan Media Pontianak
sebanyak 20 liter, 3 gram sedimen (lumpur) yang berasal dari selokan di Jalan
Pangeran Natakusuma, dan 1 gram pupuk NPK, serta 1 liter aquades dan
tanaman eceng gondok.
C. Prosedur Kerja
1. Rancangan Penelitian
Gambar 2. Skema Rancangan Penelitian
Keterangan:
1. Mula mula menentukan tema dari penelitian
|
MulaiMenentukan Metode/
Sistem
Pembuatan Alat
Proses Hasil dan Analisis
Selesai
26
Teknik Lingkungan January , 2013
2. Dari tema, kemudian menentukan metode atau sistem yang akan di
gunakan dan menentukan judul penelitian
3. Perancangan alat sesuai dengan metode atau sistem penelitian yang
di gunakan. Kemudian menyediakan bahan serta memulai perakitan
alat
4. Setelah perakitan alat selesai, maka di lakukan pengolahan sesuai
prosedur kerja
5. Setelah itu, di lakukan analisis terhadap hasil yang di peroleh
sesuai parameter yang di inginkan
6. Penelitian selesai
2. Perakitan Alat
Gambar 3. Alat pengolahan limbah Laundry
3. Pembibitan (seeding)
|
Analisis COD dan Fosfat
26
Teknik Lingkungan January , 2013
Sebanyak 3 gram lumpur yang diperoleh dari Sungai Mati, 1 gram NPK
dimasukkan kedalam toples plastik yang sudah disii dengan akuades
sebanyak 1 liter. Selama pembibitan dilakukan aerasi dengan aerator yang
ujung selangnya ditempatkan pada dasar toples. Aerasi dilakukan selain
sebagai sumber oksigen juga dapat sebagai alat pengadukan dari proses
pembibitan. Pembibitan ini dilakukan selama 1 minggu.
4. Pengolahan Limbah Detergen
Proses pengolahan limbah detergen dapat di lihat pada diagram alir
berikut:
|
Analisis COD dan Fosfat
Analisis COD dan Fosfat
26
Teknik Lingkungan January , 2013
Gambar 4. Skema Proses Pengolahan Limbah Laundry
Keterangan:
1. Mula-mula limbah detergen laundry di analisis terlebih dahulu kadar
COD, BOD dan Fosfat.
2. Limbah detergen laundry di saring dengan kain kasa terlebih dahulu
kemudian disalurkan ke bak pengendap awal untuk mengendapkan
partikel-partikel yang berukuran besar.
3. Selanjutnya limbah laundry akan memasuki bak pencampuran, dimana
pada bak ini terjadi proses kontak antara limbah dengan lumpur aktif serta
di lakukan aerasi.
4. Sebagian kecil hasil proses kontak limbah laundry dengan lumpur aktif
akan di analisis kembali kadar COD, BOD dan Fosfatnya untuk
mengetahui efektifitas kerja lumpur aktif.
|
Influent(Limbah Laundry) Screening
Bak Pengendap Awal
(40 menit)
Bak Pencampuran (lumpur aktif dan aerasi)
(8 jam)
Bak Pengendapan Akhir (stabilisasi) dan reduksi
fosfat dengan eceng gondok
Efluent
26
Teknik Lingkungan January , 2013
5. Kemudian limbah detergen laundry memasuki bak stabilisasi atau bak
penenang untuk mengendapakan partikel yang masih tersisa. Pada bak ini
di tambahkan tanaman eceng godok untuk mereduksi kandungan fosfat.
6. Setelah itu limbah laundry kembali di analisis kandungan COD, BOD dan
fosfatnya.
7. Effluent aman di buang ke lingkungan.
D. JADWAL KEGIATAN
Kegiatan ini dilakukan selama 5 minggu dengan kegiatan sebagai berikut :
Tabel 2. Jadwal Kegiatan Penelitian
No.
KegiatanSep Okt Nop Des Jan3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
1Pembuatan proposal
2Presentasi proposal
3Perancangan dan pembuatan peralatan
4Pembibitan (seeding)
5Uji kemampuan kerja alat
6Uji Parameter air limbah
7Analisis hasil uji air limbah
8Penyusunan laporan
9 Presentasi hasil
E. RANCANGAN ANGGARAN BIAYA
Tabel 3. Rancangan Anggaran Biaya Penelitian
|
26
Teknik Lingkungan January , 2013
NO Uraian Ukuran SatuanHarga JumlahSatuan
(Rp) (Rp)1 Bak Kaca 20 liter 2 buah 100.000 200.000
2 Pipaϴ ½ inchi 2 meter 4.000 8.000
3 Pipa Lϴ ½ inchi 1 buah 8.000 8.000
4 Aerator 2 buah 40.000 80.000
5 Keran Penyambungϴ ½ inchi 1 buah 16.000 16.000
6 Keranϴ ½ inchi 1 buah 6.500 6.500
7 Lem Paralon 1 buah 4.000 4.0008 Isolatif 1 buah 2.500 2.5009 NPK 2 gram 700 1.40010 Aquades 1 liter 5.000 5.00011 Uji COD 3 sampel 18.500 55.50012 Uji Fosfat 3 sampel 18.500 55.500
Total 442.400
|
26
Teknik Lingkungan January , 2013
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Tabel 4.1 Hasil Analisis COD dan Fosfat padal Limbah Detergen
No. Kode Sampel Parameter Hasil Pemeriksaan (mg/L)
1 A1
COD
773
2 A2 362
3 A3 324
4 B1
Fosfat (PO4)
1,19
5 B2 0,94
6 B3 0,58
Sumber: Hasil Analisis 2013
Keterangan:
A1 = Sampel COD sebelum treatment
A2 = Sampel COD setelah kontak dengan lumpur aktif
A3 = Sampel COD setelah kontak dengan eceng gondok
B1 = Sampel Fosfat sebelum treatment
B2 = Sampel Fosfat setelah kontak dengan lumpur aktif
B3 = Sampel Fosfat setelah kontak dengan eceng gondok
Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Parameter Fisik
No ParameterSampel
Sebelum Sesudah
1 Warna putih keabu-abuan kuning bening
2 Kekeruhan Keruh Bening
|
26
Teknik Lingkungan January , 2013
3 Bau berbau khas detergen tidak berbau
Sumber: Hasil Analisis 2013
B. PEMBAHASAN
Pengolahan yang dilakukan pada limbah laundry bertujuan untuk
mengurangi kandungan kimia yang terdapat pada detergen seperti COD,
BOD dan fosfat sehingga limbah ini aman untuk di buang ke lingkungan.
Pada penelitian ini dilakukan pengolahan pada limbah laundry “Indo Gama” .
Pengolahan ini dilakukan secara biologi yakni dengan teknik bioremediasi,
yaitu penggunaan mikroorganisme (lumpur aktif) dan fitoremediasi yaitu
penggunaan tumbuhan dalam mengurangi kadar kimia pada detergent (eceng
gondok).
Metode pengolahan yang digunakan yaitu kontak-stabilisassi, hal ini
karena pada sistem ini limbah dan lumpur bercampur dalam tangki reaktor
kecil untuk waktu yang singkat (20-40 menit), aliran campuran tersebut
dialirkan ke tangki penjernihan dan lumpur dikembalikan ke tangki stabilisasi
dengan waktu tinggal 4-8 jam. Kelebihan dari sistem ini dibandingakan
oxidation ditch adalah menghasilkan sedikit lumpur, efisiensi yang lebih
tinggi (90%-95%) dan waktu detensi hidrolis total lebih pendek (4-8 jam).
Pada penelitian ini, sampel diambil sebanyak 3 kali yaitu sebelum
treatment, setelah kontak dengan lumpur aktif dan setelah kontak dengan
eceng gondok, sehingga dapat diketahui efisiensi penurunan masing-masing
parameter berdasarkan tahap-tahap pengolahan yang di lakukan. Berikut akan
dijelaskan hasil analisis sampel:
|
26
Teknik Lingkungan January , 2013
1. COD
A1 A2 A3300
400
500
600
700
800
Sampel
Kada
r CO
D
Keterangan:
A1 : sebelum treatment
A2 : setelah kontak dengan lumpur aktif
A3 : setelah kontak dengan eceng gondok
Gambar 4.1 Grafik Penurunan COD
Pada Gambar 4.1 di atas dapat dilihat penurunan kadar COD, terjadi
penurunan yang sangat signifikan terhadap sampel A2. Sampel A2 adalah
sampel limbah laundry setelah mengalami kontak dengan lumpur aktif.
Terjadi penurunan kadar COD sebesar 53 % dari 773 mg/L menjadi 362
mg/L. Sedangkan pada sampel A3, yaitu setelah dilakukan kontak dengan
eceng gondok penurunan kadar COD tidak terlalu signifikan karena
|
26
Teknik Lingkungan January , 2013
efisiensinya hanya 10 %, dari 362 mg/L menjadi 324 mg/L. Efisiensi pada
sampel A2 lebih tinggi dibandingkan A3, hal ini menunjukkan pada sistem ini
proses lumpur aktif memberikan kontribusi terbesar dalam penurunan kadar
COD.
Pada proses lumpur aktif ini juga menyebabkan terjadinya perubahan
kondisi pada limbah laundry, limbah laundry yang tadinya berwarna putih,
keruh, berbusa dan berbau detergen berubah menjadi lebih bening, tidak
brbusa dan tidak berbau.
2. Fosfat
B1 B2 B30.45
0.65
0.85
1.05
1.25
1.45
1.19
0.94
0.58
Keterangan:
B1 : sebelum treatment
B2 : setelah kontak dengan lumpur aktif
B3 : setelah kontak dengan eceng gondok
Gambar 4.2 Grafik Penurunan Fosfat
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa :
Sampel 1 : merupakan sampel sebelum dilakukannya treatment dan kandungan
fosfat sebesar 1,19 mg/L.
|
26
Teknik Lingkungan January , 2013
Sampel 2 : merupakan sampel setelah dilakukannnya kontak dengan lumpur aktif.
Kandungan fosfat pada sampel ini mengalami penurunan sebesar 21%
sehingga kandungan fosfat menjadi 0,94 mg/L.
Sampel 3 : merupakan sampel setelah di lakukan kontak dengan eceng gondok.
Kandungan fosfat pada sampel ini menngalami penurunan 51%
sehingga kandungan fosfat menjadi 0,58
Dari hasil anaisa diatas dapat diketahui bahwa proses kontak satabilisasi
dengan menggunaan eceng gondok cukup efisien dalam penurunan kadar fosfat
yang terdapat pada limbah laundry (limbah deterjen), terutama pada saat air
limbah mengalami kontak dengan tanaman eceng gondok. Pada saat terjadi kontak
dengan eceng gondok, penurunan kadar fosfat cukup signifikan di bandingkan
saat kantak dengan lumpur aktif, hal ini terjadi karena dengan bantuan tumbuhan
air (eceng gondok) reduksi fosfat dapat berlangsung lebih cepat.
|
26
Teknik Lingkungan January , 2013
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Penurunan kadar COD dan fosfat pada limbah laundry yaitu COD
sebesar 58% menjadi 324 mg/L dan fosfat sebesar 51% menjadi 0,58
mg/L
2. Efisiensi lumpur aktif dalam menurukan COD cukup tinggi ini dapat
dilihat dari hasil penuruunan kadar COD dan efisiensi lumpur aktif ini
tergantung pada keadaan mikroorganisme yang terdapat padaa lumpur
ini.
3. Efiseiensi eceng gondok paling tinggi terhadap penurunan kadar fosfat
karena tanaman ini merupakan suatu tanaman yang dapat menyerap
mineral termasuk fosfat.
B. SARAN
Sebaiknya diperhatikan kualitas dari lumpur aktif sebelum dilakukan
pengolahan
|
26
Teknik Lingkungan January , 2013
DAFTAR PUSTAKA
, a. 2012. “Pengelolaan Limbah Detergen Dengan Biofilter”.
http://www.Greenradio.fm. Diakses pada hari rabu 3 Oktober 2012 pukul
10.05 WIB
, b. 2012. “Eceng Gondo”. http://id.wikipedia.org/wiki/eceng-gondok. Diakses
pada hari rabu 3 Oktober 2012 pukul 10.05 WIB
Ahsan, S. 2005. Effect of Temperatur on Wastwater Treatment with Natural and
Waste Materials (Original Paper). Clean Technology Enviromental Policy.
7:198-202
Aisyahwalsiah, Amylia. 2010. “Efektifitas penurunan Kadar Dodesil Benzena
sulfonat (DBS) Dari Limbah Detergen yang Diolah Dengan Lumpur Aktif
Nurita, Sukma. 2010. Efisiensi Penurunan Kadar COD, dan Phenol pada Sistem
Pengolahan Limbah Anaerob dengan menggunakan Lumpur aktif pada
Limbah air Jamu |
26
Teknik Lingkungan January , 2013
No.
Parameter Satuan
KepMen LH No.
112 Tahun 2003
PP No. 82 Tahun 2001
I II III IVFisika
1 Temperatur 0C deviasi
3deviasi
3deviasi
3deviasi
42 TDS mg/L 1000 1000 1000 20003 TSS mg/L 50 50 400 400
Kimia Organik4 pH mg/L 6 - 9 6 - 9 6 - 9 6 - 9 6 - 95 BOD mg/L 100 2 3 6 126 COD mg/L 100 10 25 50 1007 DO mg/L 6 4 3 08 Totsl Phosfat mg/L 0,2 0,2 1 5
9 NH3 mg/L 0,5 10 Arsen mg/L 0,5 1 1 1
|
26
Teknik Lingkungan January , 2013
11 Kobalt mg/L 0,2 0,2 0,2 0,2
12 Barium mg/L 1
13 Boron mg/L 1 1 1 1
14 Selenium mg/L 0,01 0,05 0,05 0,0515 Kadmium mg/L 0,01 0,01 0,01 0,0116 Chrom (IV) mg/L 0,05 0,05 0,05 0,0117 Tembaga mg/L 0,02 0,02 0,02 0,218 Besi mg/L 0,3 19 Pb mg/L 0,03 0,03 0,03 120 Mn mg/L 0,1 21 Hg mg/L 0,001 0,002 0,002 0,00522 Zn mg/L 0,05 0,05 0,05 223 Cl mg/L 800 24 Si mg/L 0,02 0,02 0,02 25 F mg/L 0,5 1,5 1,5
26 NO2 mg/L 0,06 0,06 0,06 27 Sulfat mg/L 400 28 Klorin bebas mg/L 0,03 0,03 0,03
29 H2S mg/L 0,002 0,002 0,002 Mikrobiologi
30 Fecal ColiformJml/100
ml 100 1000 2000 2000
31 Total ColiformJml/100
ml 1000 5000 10000 10000radioaktivitas32 Gross A Bq/L 0,1 0,1 0,1 0,133 Gross B Bq/L 1 1 1 1Kimia Organik34 Minyak & Lemak µg/L 1000 1000 1000 100035 MBAS µg/L 200 200 200 20036 Fenol µg/L 1 1 1 137 BHC µg/L 210 210 210 21038 Aldrin/Dieldrin µg/L 17 39 Chlordane µg/L 3 40 DDT µg/L 2
41Heptachlor & Heptachlor anoxide µg/L 18
|