laporan praktikum farmasi bahan alam i1

8
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI BAHAN ALAM II “PENETAPAN ZAT IDENTITAS” Disusun Oleh : Siti Suryani ( D1A080337 ) Tanggal Praktikum : 18 Mei 2011 Pukul 13.00 - 16.00 WIB Tanggal Pengumpulan : 20 Mei 2011 JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM

Upload: siti-suryani

Post on 04-Jul-2015

407 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum Farmasi Bahan Alam i1

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI BAHAN ALAM II

“PENETAPAN ZAT IDENTITAS”

Disusun Oleh :

Siti Suryani ( D1A080337 )

Tanggal Praktikum : 18 Mei 2011

Pukul 13.00 - 16.00 WIB

Tanggal Pengumpulan : 20 Mei 2011

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS AL-GHIFARI

BANDUNG

2011

Page 2: Laporan Praktikum Farmasi Bahan Alam i1

Tujuan penetapan zat identitas :

1. Untuk mengetahui kualitas simplisia

2. Untuk mengetahui kebenaran kandungan metabolit sekunder dalam suatu simplisia

3. Untuk menghitung nilai Rf kafein dalam kopi menggunakan uji Kromatografi Lapis Tipis

(TLC)

Teori Dasar :

Kafein adalah senyawa alkaloid xantina berbentuk kristal pada suhu ruang dan berasa

pahit yang bekerja sebagai obat perangsang psikoaktif dan diuretik ringan. Kafein oleh

seorang kimiawan Jerman, Friedrich Ferdinand Runge pada tahun 1819. Kafein secara

alamiah dijumpai pada bahan pangan seperti biji kopi, daun teh, buah kola, dan guarana.

Kafein merupakan obat perangsang sistem pusat saraf pada manusia dan dapat mengusir rasa

kantuk secara sementara. Kafein merupakan zat psikoaktif yang paling banyak dikonsumsi di

dunia.

Kromatografi ditemui oleh Michael Tswett, seorang ahli botani di Universiti Warsaw

(Poland), pada tahun 1906. Perkataan kromatografi berasal daripada perkataan Yunani

"warna" dan "tulis" Kromatografi terbentuk apabila terdapat satu fasa diam dan satu fasa

bergerak. Fasa diam biasanya ialah padatan atau cairan manakala fasa bergerak biasanya ialah

cair atau gas. Setiap molekul yang berbeza akan terjerap kepada fasa pegun dengan kekuatan

yang berbeda. Pada masa yang sama, dua molekul yang berlainan juga mempunyai

keterlarutan yang berbeza dalam fasa bergerak.

Kromatografi lapis tipis (TLC) merupakan salah satu metode analisis kualitatif

dengan cara memisahkan komponen-komponen sampel berdasarkan perbedaan kepolaran.

Pada TLC, pelat tipis berfungsi sebagai fasa diam dan eluen berfungsi sebagai fasa gerak.

Pada percobaan ini digunakan pelat silika gel yang bersifat polar. Fasa gerak akan bergerak

melalui fasa diam dan membawa komponen-komponen dengan kecepatan yang berbeda untuk

komponen yang berbeda.

Zat Identitas yang akan ditentukan atau di identifikasi :

Simplisia : Biji Kopi (Coffeae semen, Coffee beans)

Zat identitas simplisia : Kaffein

Fase Gerak yang digunakan :

1. Kloroform : etanol 98 % ( 99 : 1 ) Karena pada praktikum sebelumnya

perbandingan tsb kurang baik maka perbandingan di ubah menjadi,

2. Kloroform : etanol 70 % ( 2 : 0,5 )

Page 3: Laporan Praktikum Farmasi Bahan Alam i1

Cara kerja :

1. Penetapan kadar sari larut Air ekstrak kental air diuapkan, dihasilkan ekstrak pekat

ekstrak pekat air ditimbang kemudian dicatat hasilnya sebagi nilai W1cawan dicuci,

kemudian di timbang dan dicatat hasilnya sebagai W0 hitung rendemen (%) kadar sari larut

air.

2. Penetapan kadar sari larut etanol ekstrak pekat etanol ditimbang kemudian dicatat

hasilnya sebagi nilai W1 dikerok sedikit kemudian larutkan dengan 3-4 tetes etanol atau

secukupnya (jangan terlalu pekat dan jangan terlalu encer!) sisanya yang di cawan

uap dilarutkan lagi dengan etanol dan masukkan dalam tabung reaksi kemudian di tutup dgn

plastic cawan kosong dicuci, kemudian di timbang dan dicatat hasilnya sebagai W0

hitung rendemen (%)kadar sari larut etanol.

3. Jenuhkan dulu fase gerak dalam Chamber kloroform : etanol 70% ( 2 ml : 0,5 ml)

untuk memastikan sudah jenuhnya fase gerak bisa dimasukan kertas saring atau diamkan

selama 20 menit.

4. Pada langkah no.2 sisa kerokan yang sudah dilarutkan tadi kemudian di totolkan pada plat

KLT (Plat KLT di beri batas bawah 1cm dan batas atas 0,5 cm) sebanyak 5-7 totolan,

(Perhatikan Teknik penotolan sampel!!!Jarak antara penotolan yang satu dengan yang

selanjutnya harus memperhatikan keringnya penotolan sebelumnya).

5. Setelah noda kering masukkan plat KLT kedalam chamber (Pastikan fase gerak sudah

benar-benar jenuh) Perhatikan noda yang naik (noda yang naik tidak boleh melebihi

batas atas plat KLT dan tidak boleh terendam oleh fase gerak!) semprotkan penampak

bercak Iodin-HCl.

Data Pengamatan :

1. Rendemen Kadar Sari larut Air

W0 = 59,05 g Rendemen = 59,45-59,05 X 100% = 40 %

W1 = 59,45 g 0,5

Bobot Simplisia = 0,5 g

2. Rendemen Kadar Sari larut Etanol

W0 = 58,60 g Rendemen = 58,75 -58,60 X 100% = 30 %

W1 = 58,75 g 0,5

Bobot Simplisia = 0,5 g

3. Nilai Rf (Retordation factor)

h = 12 Rf = h = 6,6 = 0,55

L = 9 L 12

Page 4: Laporan Praktikum Farmasi Bahan Alam i1

Pembahasan :

o Penetapan rendemen kadar sari larut air dan kadar sari larut etanol

Pada proses penetapan rendemen kadar sari larut air dan kadar sari larut etanol, rendemen kadar

sari larut air menghasilkan nilai yang lebih besar dari rendemen kadar sari larut etanol. Hal ini bisa

saja disebakan karena sifat etanol yang mudah menguap dibandingkan dengan air. Sehingga ketika

dipekatkan menjadi ekstrak kental, kadar sari larut etanol lebih sedikit, berbeda dengan kadar sari

larut air yang ketika dipekatkan masih ada lengket-lengket sisa air yang tidak menguap sehingga

mempengaruhi dalam perhitungan rendemen. Yang kedua bisa juga disebabkan dari kelalaian

praktikan dalam proses pemekatan ekstrak kental kadar sari larut air, yang seharusnya menghasilkan

ekstrak kental tanpa air.

o Penentuan nilai Rf kaffein dalam kopi

Pemilihan fase gerak yang tertera pada modul adalah kloroform : etanol 98% ( 99 : 1 ), namun

karena pada praktikum sebelumnya hasilnya tidak dapat menampakkan bercak, maka diganti dengan

perbandingan 2 ml : 0,5 ml, itupun etanol yang dipergunakan adalah etanol 70%. Fase gerak adalah

suatu medium angkut yang terdiri dari satu atau lebih pelarut, maksimal 3 komponen pelarut. Tapi

pada dasarnya faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan fase gerak adalah sifat kepolaran dari

metabolit sekunder yang akan kita uji. Kaffein adalah suatu metabolit sekunder dari golongan alkaloid

yang bersifat non-polar fase gerak yang digunakan adalah campuran dari kloroform karena

Kloroform bersifat non polar sehingga saat di elusi kloroform tidak tertahan oleh plat silika dan

akhirnya noda kafein pun tidak terbawa jauh (Nilai Rf kecil).

Pada penentuan nilai Rf (Retordation factor ) dihasilkan nilai Rfnya 0,55 kesalahan dalam

perhitungan menyebabkan nilai Rfnya menjadi tidak valid. Hal ini bisa disebabkan karena kelalaian

dari praktikan pada saat penotolan sampel, misalnya saja noda pada plat KLT belum benar – benar

kering, namun karena praktikan tidak sabar kemudian ditambahkan lagi dengan penotolan

selanjutnya hal ini jelas mempengaruhi dalam sifat aliran noda yang akan naik. Belum lagi faktor fase

gerak yang ada dalam chamber belum cukup jenuh sehingga perambatannya antara sisi kanan dan sisi

kiri tidak sama. Selain itu kelalaian yang lain adalah ketika penotolan sampel pipa kapilernya terlalu

menekan pada silika gel sehingga platnya menjadi bolong. Dan ternyata dari ketiga plat KLT yang

dibuat yang paling maksimal menampakkan noda adalah plat KLT yang ke-3 yakni ketika kerokan

yang diencerkan kembali dengan etanol dibuat dengan konsentrasi yang tidak terlalu pekat dan tidak

terlalu encer. Dari hasil di atas ternyata menurut pustaka nilai Rf dipengaruhi oleh Pelarut, Suhu,

Ukuran Bejana, Fase Diam, dan Sifat Campuran.

Page 5: Laporan Praktikum Farmasi Bahan Alam i1

Kesimpulan :

Dari nilai Rf yang diperoleh yakni 0,55 ternyata pada penetapan zat identitas, ada

kemungkinan adalah zat yang sama dengan kaffein karena range Rf kaffein yang diperoleh

dari pustaka adalah berkisar dari 0,47 -0,57. Sedangkan Rf Kaffein murninya sendiri adalah

0,52.

Lampiran gambar plat KLT

Sebelum disemprot penampak bercak

Iodin-HCl

Setelah disemprot penampak bercak

Iodin-HCl

DAFTAR PUSTAKA

• Harbone, J.B, 1987, Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan

• Erika, Irma, 2010, Modul Kuliah Isolasi dan Fraksinasi, Bandung

• http://bahan-alam.fa.itb.ac.id/detail.php . id=181, 15 Juni 2008.

• http://id.wikipedia.org/wiki/Kaffein

• http://books.google.co.id/books?id=12ahTF69BAEC&lpg=PA803&ots=fcwQt5

ktsZ&dq=caffein%20in%20industry&pg=PA803#v=onepage&q=caffein&f=false

• http://eckhochems.blogspot.com/2010/04/isolasi-kafein-dari-kopi.html

• http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/instrumen_analisis/kromatografi1/

kromatografi_lapis_tipis/

• http://id.wikipedia.org/wiki/Kromatografi_lapis_tipis (diakses tanggal 23 Maret

Page 6: Laporan Praktikum Farmasi Bahan Alam i1