laporan praktikum ekologi tumbuhan (2)
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN
PRODUKTIVITAS
Kelompok 3:
Lidya Stephani (3415081960)
Nurhayati (3415081968)
Kusfebriani (3415081962)
Noor Andran I. (3415081977)
Yunita Kurniasih (3415083252)
Pendidikan Biologi Reguler 2008
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2011
PRODUKTIVITAS
I. Tujuan :
1. Menentukan perubahan produksi dalam biomassa selama kurun waktu
tertentu
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas
II. Teori singkat :
Produktivitas adalah laju produksi makhluk hidup dalam ekosistem.
Produktivitas ekosistem merupakan suatu indeks yang mengintegrasikan pengaruh
kumulatif dari banyak proses dan interaksi yang berlangsung simultan di dalam
ekosistem. Jika produktivitas pada suatu ekosistem hanya berubah sedikit dalam
jangka waktu yang lama maka hal ini menandakan kondisi lingkungan yang stabil,
tetapi jika terjadi perubahan yang dramatis, maka menunjukkan telah terjadi
perubahan lingkungan yang nyata atau terjadi perubahan yang penting dalam
interaksi di antara organisme-organisme yang menyusun ekosistem (Jordan, 1985).
Aliran energi di dalam ekosistem berhubungan dengan konsep produktivitas.
Tumbuh-tumbuhan berklorofil mampu menangkap energi cahaya dan mengolah
serta menyimpannya menjadi energi kimia berupa bahan organik. Energi kimia yang
disimpan oleh tumbuh-tumbuhan (produsen) disebut produksi atau lebih khusus lagi
produksi primer. Energi kimia ini merupakan energi pertama dari bentuk
penyimpanan energi. Kecepatan akumulasi energi pada produsen (autotrof) dikenal
sebagai produktivitas primer. Produktivitas primer adalah jumlah total energi kimia
berupa bahan organik yang dibentuk oleh tumbuh-tumbuhan per satuan luas, per
satuan waktu, sering ditulis dengan calori/cm2/tahun atau bahan organik kering
dalam gram/m2/tahun .
Jumlah bahan organik pada waktu tertentu persatuan luas disebut hasil
bawaan (standing crop) atau biomassa. Hasil bawaan selalu dituliskan sebagai berat
kering dalam gram/m2 atau kg/m2 atau 106 gram/hektar. Produktivitas primer
merupakan hasil fotosintesis oleh tumbuhan berklorofil termasuk ganggang.
Fotosintesis oleh bakteri dan kemosintesis juga menyokong produktivitas primer
walupun hasil keduanya sangat kecil. Jumlah total yang ditangkap dalam bentuk
bahan makanan oleh tumbuhan dengan proses fotosintesis disebut produktivitas
primer kotor.
Sebagian hasil produksi primer digunakan oleh tumbuh-tumbuhan di dalam
proses respirasi. Jumlah total energi kimia berupa bahan organik per satuan luas,
per satuan waktu setelah dikurangi energi untuk resprasi disebut produktivitas primer
bersih. Produktivitas primer bersih inilah yang berguna untuk manusia dan hewan
(Dirdjosoemarto, 1993).
Organisme heterotrof mensintesis kembali energi yang diperolehnya dan
disimpan dalam jaringan heterotrof disebut produktivitas sekunder. Produktivitas
sekunder merupakan produktivitas hewan dan saproba dalam komunitas.
Produktivitas komunitas diartikan sebagai jumlah bahan organik yang tersimpan dan
tidak digunakan oleh heterotrof. Contohnya produksi primer bersih dikurangi
konsumen heterotrof. Hewan adalah organisme yang tidak dapat membuat makanan
sendiri (heterotrof), oleh sebab itu kebutuhannya akan energi tergantung pada
produksi primer bersih.
Menurut Jordan (1985) dalam Wiharto (2007), Jika produktivitas suatu
ekosistem hanya berubah sedikit dalam jangka waktu yang lama maka hal itu
menandakan kondisi lingkungan yang stabil, tetapi jika perubahan yang dramatis
maka menunjukkan telah terjadi perubahan lingkungan yang nyata atau terjadi
perubahan yang penting dalam interaksi di antara organisme penyusun eksosistem.
Menurut Campbell (2002), terjadinya perbedaan produktivitas pada berbagai
ekosistem dalam biosfer disebabkan oleh adanya faktor pembatas dalam setiap
ekosistem. Faktor yang paling penting dalam pembatasan produktivitas bergantung
pada jenis ekosistem dan perubahan musim dalam lingkungan.
Produktivitas pada ekosistem dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
a. Suhu
Berdasarkan gradasi suhu rata-rata tahunan, maka produktivitas akan
meningkat dari wilayah kutub ke ekuator. Namun pada hutan hujan tropis, suhu
bukanlah menjadi faktor dominan yang menentukan produktivitas, tapi lamanya
musim tumbuh. Adanya suhu yang tinggi dan konstan hampir sepanjang tahun dapat
bermakna musim tumbuh bagi tumbuhan akan berlangsung lama, yang pada
gilirannya meningkatkan produktivitas.
b. Cahaya
Cahaya merupakan sumber energi primer bagi ekosistem. Cahaya memiliki
peran yang sangat vital dalam produktivitas primer, oleh karena hanya dengan
energi cahaya tumbuhan dan fitoplankton dapat menggerakkan mesin fotosintesis
dalam tubuhnya. Hal ini berarti bahwa wilayah yang menerima lebih banyak dan
lebih lama penyinaran cahaya matahari tahunan akan memiliki kesempatan
berfotosintesis yang lebih panjang sehingga mendukung peningkatan produktivitas
primer.
c. Air, curah hujan dan kelembaban
Air merupakan bahan dasar dalam proses fotosintesis, sehingga ketersediaan
air merupakan faktor pembatas terhadap aktivitas fotosintetik. Secara kimiwi air
berperan sebagai pelarut universal, keberadaan air memungkinkan membawa serta
nutrient yang dibutuhkan oleh tumbuhan.
Air memiliki siklus dalam ekosistem. Keberadaan air dalam ekosistem dalam
bentuk air tanah, air sungai/perairan, dan air di atmosfer dalam bentuk uap. Uap di
atmosfer dapat mengalami kondensasi lalu jatuh sebagai air hujan. Interaksi antara
suhu dan air hujan yang banyak yang berlangsung sepanjang tahun menghasilkan
kondisi kelembaban yang sangat ideal tumbuhan terutama pada hutan hujan tropis
untuk meningkatkan produktivitas.
d. Nutrien
Tumbuhan membutuhkan berbagai ragam nutrient anorganik, beberapa
dalam jumlah yang relatif besar dan yang lainnya dalam jumlah sedikit, akan tetapi
semuanya penting. Pada beberapa ekosistem terrestrial, nutrient organic merupakan
faktor pembatas yang penting bagi produktivitas. Produktivitas dapat menurun
bahkan berhenti jika suatu nutrient spesifik atau nutrient tunggal tidak lagi terdapat
dalam jumlah yang mencukupi. Nutrient spesifik yang demikian disebut nutrient
pembatas (limiting nutrient). Pada banyak ekosistem nitrogen dan fosfor merupakan
nutrient pembatas utama, beberapa bukti juga menyatakan bahwa CO2 kadang-
kadang membatasi produktivitas.
e. Tanah
Potensi ketersedian hidrogen yang tinggi pada tanah-tanah tropis disebabkan
oleh diproduksinya asam organik secara kontinu melalui respirasi yang
dilangsungkan oleh mikroorganisme tanah dan akar (respirasi tanah). Jika tanah
dalam keadaan basah, maka karbon dioksida (CO2) dari respirasi tanah beserta air
(H2O) akan membentuk asam karbonat (H2CO3 ) yang kemudian akan mengalami
disosiasi menjadi bikarbonat (HCO3-) dan sebuah ion hidrogen bermuatan positif
(H+). Ion hidrogen selanjutnya dapat menggantikan kation hara yang ada pada koloid
tanah, kemudian bikarbonat bereaksi dengan kation yang dilepaskan oleh koloid,
dan hasil reaksi ini dapat tercuci ke bawah melalui profil tanah (Wiharto, 2007).
f. Herbivora
Menurut Barbour at al. (1987) dalam Wiharto (2007), sekitar 10 % dari
produktivitas vegetasi darat dunia dikonsumsi oleh herbivora biofag. Persentase ini
bervariasi menurut tipe ekosistem darat. Namun demikian, menurut McNaughton
dan Wolf (1998) bahwa akibat yang ditimbulkan oleh herbivore pada produktivitas
primer sangat sedikit sekali diketahui. Bahkan hubunga antar herbivore dan
produktivitas primer bersih kemungkinan bersifat kompleks, di mana konsumsi
sering menstimulasi produktivitas tumbuhan sehingga meningkat mencapai tingkat
tertentu yang kemudian dapat menurun jika intensitasnya optimum.
Jordan (1985) dalam Wiharto (2007) menyatakan, bahwa walaupun defoliasi
pada individu pohon secara menyeluruh sering sekali terjadi, hal ini disebabkan oleh
tingginya keanekaragaman di daerah hutan hujan tropis. Selain itu, banyak pohon
mengembangkan alat pelindung terhadap herbivora melalui produksi bahan kimia
tertentu yang jika dikonsumsi oleh herbivora memberi efek yang kurang baik bagi
herbivora.
Pengukuran Produktivitas
Produktivitas harus diukur selama waktu yang tepat, karena terdapat
perbedaan metabolisme selama siang dan malam hari. Perbedaan metabolisme
juga terjadi antar musim, oleh sebab itu pengukuran energi dalam skala tahunan.
Berbagai metode dilakukan untuk mengukur produktivitas primer, setiap prosedur
memiliki keuntungan dan kerugian sendiri-sendiri. Salah satu metode dalam
pengukuran produktivitas primer yang biasa digunakan adalah metode pemanenan.
Metode ini merupakan metode paling awal dalam mengukur produktivitas
primer. Caranya adalah dengan memotong bagian tanaman yang berada di atas
permukaan tanah, baik pada tumbuhan yang tumbuh di tanah maupun yang tumbuh
di dalam air. Bagian tanaman yang dipotong selanjutnya dipanaskan sampai seluruh
airnya hilang atau beratnya konstan. Materi tersebut ditimbang, dan produktivitas
primer dinyatakan dalam biomassa per unit area per unit waktu, misalnya sebagai
gram berat kering/m2/tahun. Metode ini menunjukan perubahan berat kering selama
periode waktu tertentu.
Metode ini memang tidak cocok untuk mengukur produktivitas primer
fitoplankton, karena ada beberapa kesalahan, misalnya perubahan biomassa yang
terjadi tidak hanya diakibatkan oleh produktivitas tetapi juga berkurangnya
fitoplankton karena pemangsaan oleh hewan-hewan pada trofik di atasnya, atau
mungkin jumlah fitoplankton berubah karena gerakan air dan pengadukan. Metode
ini umum dilakukan untuk lingkungan terestrial.
III. Alat dan Bahan
1. Alat tulis dan kalkulator
2. Koran
3. Kuadrat besi ukuran ½ X ½ m
4. Gunting, pisau, cutter
5. Timbangan
6. Oven
7. Plastik
IV. Cara kerja
V. Hasil Pengamatan
Data Pengamatan metode pemanenan untuk pengukuran produktivitas
Lokasi: dekat Greenhouse
Luas lokasi pengamatan: 0,5 m x 0,5 m = 0,25 m2
Waktu
PanenCuaca Kelembaban
Indikator
perhitungan
Plot Jumlah
(gram)
Rata-rata
(gr/m2/2minggu)I II
To
24
Maret
2011
Cerah 76% Berat Basah99,73
gram
149,86
gram
249,59
gram
124,79
gr/m2 /2minggu
T1
7 April
2011
Cerah Tidak diamati Berat Basah36,5
gram
43,61
Gram
80,11
gram
40,055
gr/m2/ 2minggu
T2
21 April
2011
Berawan 70% Berat Basah20,87
gram
54,41
gram
75,28
gram
37,64
gr/m2/ 2minggu
Perbandingan data pengamatan dengan kelampok lain (Kelompok 1)
Data Pengamatan metode pemanenan untuk pengukuran produktivitas
Lokasi: dekat mading BPM
Luas lokasi pengamatan: 0,5 m x 0,5 m = 0,25 m2
Waktu
PanenCuaca Kelembaban
Indikator
perhitungan
Plot Jumlah
(gram)
Rata-rata
(gr/m2/2minggu)I II
To
24
Maret
2011
Cerah Tidak diamati Berat Basah44,49
gram
26,53
gram
71,02
gram
35,51
gr/m2 /2minggu
T1
7 April
2011
Cerah Tidak diamati Berat Basah30,7
gram
31,06
Gram
61,76
gram
30,88
gr/m2/ 2minggu
T2
21 April
2011
Berawan Tidak diamati Berat Basah21,19
gram
26,73
gram
47,92
gram
23,96
gr/m2/ 2minggu
VI. Pembahasan
Praktikum produktivitas kali ini menggunakan metode pemanenan yang
dilakukan dengan memotong bagian tumbuhan yang berada di atas permukaan
tanah, tumbuhan yang digunakan yaitu rerumputan pada plot yang berukuran 0,5 m
x 0,5 m sebanyak 2 plot. Pemanenan dilakukan setiap dua minggu sekali sebanyak
3 kali pengambilan data. Pemanenan dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 08.00
s/d 09.50 wib. Produktivitas harus diukur selama waktu yang tepat, karena terdapat
perbedaan metabolisme selama siang dan malam hari. Bagian tanaman yang
dipotong selanjutnya ditimbang, dan produktivitas primer dinyatakan dalam
biomassa per unit area per unit waktu, yaitu gr/m2/2minggu.
Aliran energi di dalam ekosistem dimulai saat terjadinya proses fiksasi pada
proses fotosintesis. Melalui fotosintesis energi cahaya diubah menjadi energi kimia
organik yang disimpan oleh tumbuhan sebagai batang, biji, daun, buah, umbi, dan
lain-lain. Sejumlah energi yang dikumpulkan oleh tumbuhan disebut sebagai
produksi atau lebih khusus disebut sebagai produksi primer. Laju penyimpanan
energi pada tumbuhan disebut sebagai produktivitas primer. Seluruh energi yang
disimpan sebagai akibat proses fotosintesis disebut sebagai produksi primer kotor.
Tumbuhan juga membutuhkan sejumlah energi untuk hidupnya. Energi yang dipakai
untuk kehidupannya diambil dari hasil fotosintesis melalui proses respirasi. Jadi
energi yang disimpan oleh tumbuhan setelah dikurangi dengan proses repirasi
disebut produksi primer bersih. Produksi dinyatakan dalam satuan energi/satuan
area/satuan waktu atau satuan biomassa/satuan area/satuan waktu. Misalnya
Kkal/m2/tahun, gram/m3/hari, daln lain-lain (Dharmawan, 2005).
Pada praktikum kali ini, secara umum diperoleh terjadinya penurunan berat
produktivitas dari pemanenan yang dilakukan. Hal ini menunjukkan terdapat
perubahan lingkungan yang nyata, hal tersebut didukung dengan teori menurut
Jordan (1985) dalam Wiharto (2007) yaitu jika produktivitas suatu ekosistem hanya
berubah sedikit dalam jangka waktu yang lama maka hal itu menandakan kondisi
lingkungan yang stabil, tetapi jika perubahan yang dramatis maka menunjukkan
telah terjadi perubahan lingkungan yang nyata atau terjadi perubahan yang penting
dalam interaksi di antara organisme penyusun eksosistem.
Sedangkan menurut Campbell (2002) terjadinya perbedaan produktivitas
pada berbagai ekosistem dalam biosfer disebabkan oleh adanya faktor pembatas
dalam setiap ekosistem. Faktor yang paling penting dalam pembatasan produktivitas
bergantung pada jenis ekosistem dan perubahan musim dalam lingkungan. Hal ini
diperjelas dengan keadaan cuaca plot yang tidak menentu yaitu terkadang hujan
dan terkadang panas bahkan dalam satu hari bisa mengalami kedua cuaca tersebut.
Terjadinya hujan menyebabkan banyaknya nitrogen yang terfiksasi di udara, dan
turun ke bumi bersama air hujan sehingga membuat lahan menjadi subur.
Kelembaban pada plot yang diamati cukup tinggi dan merupakan faktor yang
mempengaruhi besarnya jumlah produktivitas. Hal ini diperkuat dengan teori
menurut Jordan (1995) dalam Wiharto (2007), tingginya kelembaban pada gilirannya
akan meningkatkan produktivitas mikroorganisme. Selain itu, proses lain yang
sangat dipengaruhi proses ini adalah pelapukan tanah yang berlangsung cepat yang
menyebabkan lepasnya unsur hara yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Suhu secara
langsung ataupun tidak langsung berpengaruh pada produktivitas. Secara langsung
suhu berperan dalam mengontrol reaksi enzimatik dalam proses fotosintetis,
sehingga tingginya suhu dapat meningkatkan laju maksimum fotosintesis.
Berbeda dengan kelompok lain, jumlah produktivitasnya lebih sedikit dari
yang praktikan dapatkan. Perbedaan ini disebabkan karena letak plot yang diamati
berbeda. Plot kelompok lain terletak di daerah yang menjadi jalan protokol orang-
orang dan daerah tersebut tidak terdapat tumbuhan lain disekitarnya. Plot praktikan
terletak di daerah yang bukan merupakan jalan protokol orang-orang dan terdapat
banyak tumbuhan lain disekitarnya. Daerah pengamatan praktikan juga merupakan
daerah yang terawat sehingga mendapat banyak nutrisi yang membuat rumput di
plot praktikan tummbuh dengan subur. Tetapi secara umum, jumlah produktivitas
kedua kelompok mengalami penurunan juga.
VII. Kesimpulan
1. Pengukuran produktivitas yang dilakukan dengan menggunakan metode
pemanenan menunjukkan perubahan jumlah produktivitas yaitu rata-rata
dari 124,79 gr/m2/2minggu pada pemanenan awal menjadi 40,055 gr/m2/
2minggu kemudian menurun lagi menjadi 37,64 gr/m2/ 2minggu.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya produktivitas adalah cahaya,
suhu, kelembaban, air, nutrien, tanah dan herbivor.
DAFTAR PUSTAKA
Dharmawan, Agus dkk. 2005. Ekologi Hewan. Malang: Universitas Negeri Malang.
Hadisubroto, Tisno. 1989. Ekologi Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Resosoedarmo, Soedjiran. 1986. Pengantar Ekologi. Bandung: Remadja Karya CV.