laporan praktikum ekologi tumbuhan "aplikasi metode pengukuran vegetasi"

22
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN LATIHAN V APLIKASI METODE PENGUKURAN VEGETASI Disusun oleh : Nama : Anna Argiyanti NIM : A420120039 Kelompok : 6 Korektor : Desti Trisnaningsih Nilai : LABORATORIUM BIOLOGI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

Upload: biology-education

Post on 25-Jun-2015

6.849 views

Category:

Education


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan praktikum ekologi tumbuhan "Aplikasi Metode Pengukuran Vegetasi"

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN

LATIHAN V

APLIKASI METODE PENGUKURAN VEGETASI

Disusun oleh :

Nama : Anna Argiyanti

NIM : A420120039

Kelompok : 6

Korektor : Desti Trisnaningsih

Nilai :

LABORATORIUM BIOLOGI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2013

Page 2: Laporan praktikum ekologi tumbuhan "Aplikasi Metode Pengukuran Vegetasi"

BAB I

PEDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu

vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan

tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan

kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan

berbagai kendala yang ada (Syafei, 1990).

Analisis komunitas tumbuhan merupakan suatu cara mempelajari susunan atau

komposisi jenis dan bentuk atau struktur vegetasi. Dalam ekologi hutan, satuan vegetasi

yang dipelajari atau diselidiki berupa komunitas tumbuhan yang merupakan asosiasi konkret

dari semua spesies tetumbuhan yang menempati suatu habitat. Oleh karena itu, tujuan yang

ingin dicapai dalam analisis komunitas adalah untuk mengetahui komposisi spesies dan

struktur komunitas pada suatu wilayah yang dipelajari (Tjitrosoepomo, 2002).

Vegetasi (dari bahasa Inggris: vegetation) dalam ekologi adalah istilah untuk

keseluruhan komunitas tumbuhan. Vegetasi merupakan bagian hidup yang tersusun dari

tumbuhan yang menempati suatu ekosistem. Beraneka tipe hutan, kebun, padang rumput,

dan tundra merupakan contoh-contoh vegetasi. Analisis vegetasi biasa dilakukan oleh

ilmuwan ekologi untuk mempelajari kemelimpahan atau keanekaragaman jenis serta

kerapatan tumbuh tumbuhan pada suatu tempat.

Sementara analisa vegetasi adalah cara untuk mempelajari susunan (komponen jenis)

dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Hutan merupakan

komponen habitat terpenting bagi kehidupan oleh karenanya kondisi masyarakat tumbuhan

di dalam hutan baik komposisi jenis tumbuhan, dominansi spesies, kerapatan maupun

keadaan penutupan tajuknya perlu diukur. Selain itu dalam suatu ekologi hutan satuan yang

akan diselidiki adalah suatu tegakan, yang merupakan asosiasi konkrit.

Page 3: Laporan praktikum ekologi tumbuhan "Aplikasi Metode Pengukuran Vegetasi"

Ada berbagai metode yang dapat di gunakan untuk menganalisa vegetasi ini.

Diantaranya dengan menggunakan metode petak, metode jalur, metode garis berpetak,

metode kombinasi antara metode jalur dengan metode garis berpetak,metode garis, metode

tanpa plot, dan metode jarak. Pada praktikum latihan V ini analisa vegatasi menggunakan

metode petak dengan cara membuat petak yang sudah ditentukan ukurannya dengan

menggunakan tali rapia.

Untuk memahami lebih lanjut tentang analisa vegetasi maka dilakukan pengkajian

lebih dalam dengan melalukan Praktikum Latihan V tentang “Aplikasi Metode Pengukuran

Vegetasi”.

B. PERMASALAHAN

a. Populasi dan komunitas apa saja yang berada di lokasi pengamatan ?

b. Apa yang sebut dengan metode perhitungan populasi tanaman ?

c. Bagaimana penerapan metode perhitungan populasi tanaman ?

d. Bagaimana cara menghitung indeks keanekaragaman, dominansi spesies dari suatu

vegetasi ?

C. TUJUAN

a. Praktikan mampu mengidentifikasi populasi dan komunitas yang ada pada lokasi

pengamatan.

b. Praktikan dapat mengetahui metode perhitungan populasi tanaman.

c. Praktikan dapat menerapkan metode perhitungan populasi tanaman.

d. Praktikan dapat menghitung indeks keanekaragaman, dominansi spesies dari suatu

vegetasi.

D. MANFAAT

a. Praktikan dapat mengindentifikasi populasi dan komunitas yang ada di lokasi

pengamatan.

b. Praktikan dapat memahami metode perhitungan populasi tanaman.

c. Praktikum dapat menerapkan metode perhitungan populasi tanaman.

d. Praktikan dapat mengetahui keanekaragaman, dominansi spesies dari suatu vegetasi.

Page 4: Laporan praktikum ekologi tumbuhan "Aplikasi Metode Pengukuran Vegetasi"

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Syafei (1990), menyatakan bahwa dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai

metode untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu

vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan

pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus

diperhitungkan berbagai kendala yang ada.

Gould (2000), said that understanding mesoscale patterns of ecosystem properties is

important if we are to effectively monitor ecosystem change due to land use and climate change.

Remote sensing provides the best tool for looking at large areas of the earth's surface to analyze,

map, and monitor ecosystem patterns and processes. Patterns of vegetation and variation in

biodiversity are important ecosystem properties, with strong relationships to important

ecosystem functions. Species richness is the most widely used measure of biodiversity, and

mapping patterns of species richness within a landscape can provide a basis for future monitoring

and an ecological basis for land management and conservation decisions.

Tjitrosoepomo (2002), menyatakan bahwa analisis komunitas tumbuhan merupakan suatu

cara mempelajari susunan atau komposisi jenis dan bentuk atau struktur vegetasi. Dalam ekologi

hutan, satuan vegetasi yang dipelajari atau diselidiki berupa komunitas tumbuhan yang

merupakan asosiasi konkret dari semua spesies tetumbuhan yang menempati suatu habitat. Oleh

karena itu, tujuan yang ingin dicapai dalam analisis komunitas adalah untuk mengetahui

komposisi spesies dan struktur komunitas pada suatu wilayah yang dipelajari.

Dachlan (2013), menyatakan bahwa dalam penelitian data vegetasi yang paling

diperlukan adalah mengenai vegetasi dengan informasi variabelnya, misalnya pengelompokan

vegetasi (masyarakat tumbuh-tumbuhan) pada ekosistem hutan. Keberadaan hutan sangatlah

penting dan tidak lepas dari tipenya. Untuk tujuan penetapan dampak ekologi diperlukan cara

mengetahui kendala habitat (habitat constrain). Salah satu pendekatan untuk mengevaluasi aspek

habitat yaitu dengan pengamatan pendahuluan (reconnaissance) dan analisis vegetasi.

Pengamatan pendahuluan dilakukan untuk mempelajari habitat secara umum dan menyeluruh

Page 5: Laporan praktikum ekologi tumbuhan "Aplikasi Metode Pengukuran Vegetasi"

agar dapat diperoleh gambaran tentang keadaan habitat dan vegetasinya. Misalnya tentang luas

habitat, keadaan topografi, dan pola vegetasi utama seperti bentuk pertumbuhan (fisiognomi dan

jenis tumbuhan dominan), korelasi antara masyarakat tumbuhan dengan lingkungannya atau

pengaruh manusia terhadap tumbuh -tumbuhan pada masa sekarang maupun masa yang lalu.

Sucipto (2008), menyatakan bahwa luas area tempat pengambilan contoh komunitas

tumbuhan atau vegetasi sangat bervariasi, tergantung pada bentuk atau struktur vegetasi tersebut.

Yang perlu diperhatikan dalam menentukan luas minimum yang dipakai adalah seluas papaun

percontohan diambil harus dapat menggambarkan bentuk vegetasi secara keseluruhan.

Percontohan yang diambil dianggap memadai apabila seluruh atau sebagian besar jenis

tumbuhan pembentuk vegetasi itu berada dalam vegetasi akan didapatkan suatu luas terkecil

yang dapat mewakili vegetasi, kecuali untuk hutan tropika yang sangat sulit ditentukan luas

terkecilnya. Luas terkecil yang dapat mewakili karakteristik komunitas tumbuhan atau komunitas

tumbuhan atau vegetasi secara keseluruhan disebut luas minimum.

Page 6: Laporan praktikum ekologi tumbuhan "Aplikasi Metode Pengukuran Vegetasi"

BAB III

METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUM

A. ALAT DAN BAHAN

a. Alat

1) 1 gulung Rafia

2) 20 buah Pathok

3) 1 set Alat tulis

4) 1 buah Tabel pengamatan

b. Bahan

1) Vegetasi Hutan Wanagama Yogyakarta

B. CARA KERJA

Pada praktikum latihan V tentang “Aplikasi Metode Pengukuran Vegetasi” dilaksanakan

pada :

Hari dan Tanggal : Minggu, 8 Desember 2013

Waktu : 09.30 – 11.00 WIB

Tempat : Hutan Wanagama Yogyakarta

1. Memilih satu lingkungan untuk aplikasi perhitungan vegetasi yang berada dikawasan atau

lokasi di Hutan Wanagama Yogyakarta menentukan batas-batasnya.

2. Ditengah komunitas tersebut menentukan petak contoh 1, permulaan petak 1 contoh

seluas 0,5 m × 0,5 m.

3. Mencatat jumlah jenis yang terdapat pada petak contoh di data tabel lembar pengamatan.

4. Memperluas petak menjadi dua kali lipatnya (petak contoh 2) dan mencatat pertambahan

jenis yang terdapat pada petak contoh 2.

5. Memperluas petak 2 contoh menjadi dua kali lipatnya (petak contok 3) dan mencatat

pertambahan jenisnya yang terdapat pada petak.

6. Petak dibuat sesuai dengan jumlah anggota kelompok masing-masing.

Page 7: Laporan praktikum ekologi tumbuhan "Aplikasi Metode Pengukuran Vegetasi"

C. PENGUMPULAN DATA DAN ANALISIS DATA

1 Pengumpulan Data

Pada praktikum latihan V tentang “Aplikasi Metode Pengukuran Vegetasi”

pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi dan metode

eksperimen.

a. Metode observasi adalah cara memperoleh data dengan cara melakukan pengamatan

langsung terhadap objek percobaan. Pada praktikum kali ini dengan melakukan

pengamatan langsung ke Hutan Wanagama Yogyakarta dan menghitung jumlah

spesies yang berada pada vegetasi Hutan Wanagama Yogyakarta.

b. Metode eksperimen adalah cara memperoleh data dengan uji coba atau percobaan

secara langsung terhadap vegetasi yang berada di Hutan Wanagama Yogyakarta.

Dengan melalukan perhitungan terhadap spesies tanaman yang ditemukan pada

vegetasi yang sudah ditentukan batasannya.

2 Analisa Data

Analisa data yang digunakan pada praktikum latihan V tentang ”Aplikasi Metode

Pengukuran Vegetasi” mengunakan analisa data deskriptif.

a. Metode deskriptif adalah suatu metode yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi

secara aktual dan terperinci. Pada praktikum kali ini menjelaskan bagaimana

keanekaragaman dan dominansi spesies yang ada pada Hutan Wanagama

Yogyakarata.

Page 8: Laporan praktikum ekologi tumbuhan "Aplikasi Metode Pengukuran Vegetasi"

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

1. Tabel

No Nama Spesies

Petak Jumlah

Populasi I II III IV V

1 Rumput Teki 15 107 193 243 377 935

2 Spesies A 1 1

3 Mahoni 5 7 2 14

4 Spesies B 1 1

5 Spesies C 2 1 3

6 Lamtoro 2 2

7 Spesies D 1 1

8 Spesies E 1 1

Jumlah Total Populasi 958

Perhitungan Vegetasi Hutan Wanagama Yogyakarta

Luas Area = 2,5 × 2,5 = 6,25 m2

1. Kerapatan Populasi

a. Spesies Rumput Teki

2

Jadi kerapatan populasi spesies rumput teki 150 individu/m2

b. Spesies A

2

Jadi kerapatan populasi spesies A 1 individu/ m2

Page 9: Laporan praktikum ekologi tumbuhan "Aplikasi Metode Pengukuran Vegetasi"

c. Mahoni

2

Jadi kerapatan populasi spesies mahoni 3 individu/m2

d. Spesies B

2

Jadi kerapatan populasi spesies B 1 individu/m2

e. Spesies C

2

Jadi kerapatan populasi spesies C 1 individu/m2

f. Spesies Lamtoro

2

Jadi kerapatan populasi spesies lamtoro 1 individu/m2

g. Spesies D

2

Jadi kerapatan populasi spesies D 1 individu/m2

h. Spesies E

2

Jadi kerapatan populasi spesies E 1 individu/m2

2. Kerapatan Populasi Relatif

Page 10: Laporan praktikum ekologi tumbuhan "Aplikasi Metode Pengukuran Vegetasi"

a. Spesies Rumput Teki

b. Spesies A

c. Spesies Mahoni

d. Spesies B

e. Spesies C

f. Spesies Lamtoro

g. Spesies D

h. Spesies E

3. Indeks Keanekaragaman

Keterangan

Ds : indeks keanekaragaman

n : Total Jenis Individu ke-i pada semua

petak.

N : Total semua jenis individu pada

semua petak.

Kesimpulan

0<Ds<0,5 maka indeks

keanekaragaman jenis rendah.

0,5<Ds<1 maka indeks

keanekaragaman jenis tinggi.

a. Spesies Rumput Teki

Page 11: Laporan praktikum ekologi tumbuhan "Aplikasi Metode Pengukuran Vegetasi"

Kesimpulan

0<0,05<0,5 maka indeks

keanekaragaman rendah.

b. Spesies A

Kesimpulan

0<1<1 maka indeks

keanekaragaman tinggi.

c. Spesies Mahoni

Kesimpulan

0<0,99<1 maka indeks

keanekaragaman tinggi.

d. Spesies B

Kesimpulan

0<1<1 maka indeks

keanekaragaman tinggi

e. .Spesies C

Kesimpulan

0<0,99<01 maka indeks

keanekaragaman tinggi.

f. Spesies Lamtoro

Kesimpulan

0<0,99<1 maka indeks

keanekaragaman tinggi.

Page 12: Laporan praktikum ekologi tumbuhan "Aplikasi Metode Pengukuran Vegetasi"

g. Spesies D

Kesimpulan

0<1<1 maka indeks

keanekaragaman tinggi.

h. Spesies E

Kesimpulan

0<1<1 maka indeks

keanekaragaman tinggi.

4. Indeks Dominan (Shanon dan Odum)

Keterangan :

C : Indeks Dominan

ni : Jumlah Individu

N : Jumlah Total Individu

a. Spesies Rumput Teki

Kesimpulan C = 0,95, maka 0,61 ≥

indeks dominan tinggi.

b. Spesies A

Kesimpulan C = 0,000001, maka 0

– 0,3 indeks dominan rendah.

c. Spesies Mahoni

Kesimpulan C = maka 0 –

0,3 indeks dominan rendah.

d. Spesies B

Kesimpulan C = 0,000001, maka 0

– 0,3 indeks dominan rendah.

e. Spesies C

Page 13: Laporan praktikum ekologi tumbuhan "Aplikasi Metode Pengukuran Vegetasi"

Kesimpulan C = , maka

0 – 0,3 indeks dominan rendah.

f. Spesies Lamtoro

Kesimpulan C = , maka 0

– 0,3 indeks dominan rendah.

g. Spesies D

Kesimpulan C = 0,000001, maka 0

– 0,3 indeks dominan rendah.

h. Spesies E

Kesimpulan C = 0,000001, maka 0

– 0,3 indeks dominan rendah.

Page 14: Laporan praktikum ekologi tumbuhan "Aplikasi Metode Pengukuran Vegetasi"

Tabel Indeks Keanekaragaman Jenis

No Jenis Tanaman Ds Kesimpulan

1 Spesies Rumput Teki 0,05 Rendah

2 Spesies Mahoni 0,99 Tinggi

3 Spesies C 0,99 Tinggi

4 Spesies Lamtoro 0,99 Tinggi

5 Spesies A 1 Tinggi

6 Spesies B 1 Tinggi

7 Spesies D 1 Tinggi

8 Spesies E 1 Tinggi

Tabel Indeks Dominan (Shanon dan Odum)

No Jenis Tanaman Ds Kesimpulan

1 Spesies Rumput Teki 0,95 Tinggi

2 Spesies Mahoni 0,00021 Rendah

3 Spesies C 0,0000097 Rendah

4 Spesies Lamtoro 0,0000041 Rendah

5 Spesies A 0,0000010 Rendah

6 Spesies B 0,0000010 Rendah

7 Spesies D 0,0000010 Rendah

8 Spesies E 0,0000010 Rendah

2. Hasil Diskusi

a. Jenis flora yang dominan pada lokasi yang diamati pada vegetasi di Hutan Wanagama

Yogyakarta adalah rumput teki (Cypetus rotundus) ini dikarenakan dalam luas area

yang sudah ditentukan seluas 6,25 m2 vegetasi yang diamati, tanaman yang banyak

ditemui adalah rumput teki (Cypetus rotundus) dibandingkan dengan tanaman yang

Page 15: Laporan praktikum ekologi tumbuhan "Aplikasi Metode Pengukuran Vegetasi"

lainnya. Dari total 958 jumlah populasi, ditemukan populasi rumput teki (Cypetus

rotundus) sebanyak 935 individu.

b. Keanekaragaman spesies yang ditemukan pada vegetasi di Hutan Wanagama

Yogyakarta pada petak vegetasi yang telah dibuat keanekaragamannya rendah. Hal ini

dikarekan pada petak yang luasnya 6,25 m2 hanya ditemukan 8 spesies tanaman yang

berada di petak vegetasi yang diamati.

c. Faktor yang mempengaruhi keanekaragaman spesies pada suatu vegetasi berupa :

Faktor Elevasi, adalah faktor tinggi rendahnya tempat di permukaan bumi

(geografis).

Faktor Kesuburan Tanah, karena adanya perbedaan tingkat kesuburan tanah pada

tiap-tiap permukaan bumi. Ini meliputi unsur hara yang terkandung di dalam tanah.

Faktor Iklim, dengan adanya perbedaan iklim pada setiap daerah akan

mempengaruhi keanekaragaman spesies.

Faktor Biologis, faktor ini terjadi karena adanya pengaruh antara tumbuhan itu

sendiri.

Page 16: Laporan praktikum ekologi tumbuhan "Aplikasi Metode Pengukuran Vegetasi"

B. PEMBAHASAN

Pada praktikum latihan V tentang “Aplikasi Metode Pengukuran Vegetasi” yang

bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman, dominansi spesies yang ada pada suatu

vegetasi. Vegetasi sendiri merupakan bagian hidup yang tersusun dari tumbuhan yang

menempati suatu ekosistem. Analisa vegetasi pada praktikum latihan V ini dilakukan di

Hutan Wanagama Yogyakarta. Dilihat dari pengertian analisa vegetasi itu sendiri adalah

cara untuk mempelajari susunan (komponen jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau

masyarakat tumbuh-tumbuhan. Dalam menganalisa suatu vegetasi dapat menggunakan

metode-metode analisa vegetasi, salah satunya adalah metode petak, metode jalur, metode

garis berpetak, metode kombinasi antara metode jalur dengan metode garis berpetak,metode

garis, metode tanpa plot, dan metode jarak. Namun pada analisis vegetasi kali ini

menggunakan metode petak.

Metode petak adalah analisa vegetasi dengan menggunakan petak-petak, dimana

dapat dilakukan dengan cara membuat petak dengan ukuran yang sudah ditetapkan.

Pembuatan petak dapat meggunakan tali rapia. Pada praktikum latihan V ini terdapat lima

petak yang dibuat dengan ukuran masing-masing sebesar 0,5 m. Jadi total luas area yang

diamati sebesar 6,25 m2. Setelah mengamati kelima petak tersebut didapatkan delapan

macam spesies tanaman yang berada pada petak yang diamati. Spesies tanaman yang

ditemukan berupa : rumput teki, lamtoro, beberapa perdu, dan pohon yang belum kami

ketahui nama ilmiah maupun nama lokalnya.

Dalam analisa vegetasi memerlukan veriabel-variabel yang menggambarkan baik

struktur maupun komposisi vegetasi, diantaranya adalah :

1. Kerapatan, untuk menggambarkan jumlah individu dari populasi sejenis

2. Kerimbunan, variable yang menggambarkan luas penutupan suatu populasi di suatu

kawasan, dan bias juga menggambarkan luas daerah yang dikuasai oleh populasi tertentu

atau dominasinya.

3. Frekuensi, variable yang menggambarkan penyebaran dari populasi disuatu kawasan

Jumlah masing-masing spesies tanaman yang didapat berbeda-beda pada setiap

petaknya. Dari semua petak didapat jumlah populasi masing-masing spesies, berupa rumput

teki sebanyak 935 spesies, spesies A sebanyak 1 spesies, mahoni sebanyak 14 spesies,

spesies B sebanyak 1 spesies, spesies C sebanyak 3 spesies, lamtoro 2 spesies, spesies D

Page 17: Laporan praktikum ekologi tumbuhan "Aplikasi Metode Pengukuran Vegetasi"

sebanyak 1 spesies, dan spesies E sebanyak 1 spesies. Jadi jumlah total populasi dari semua

spesies yang berada pada kelima petak adalah 958 spesies.

Pada praktikum latihan V kali ini menggunakan perhitungan untuk mengetahui

kerapatan populasi, kerapatan populasi relatif, indeks keanekaragaman, dan indeks

dominansi. Setelah melakukan perhitungan dengan rumus yang ada seperti dibawah ini :

1. Kerapatan Populasi

2. Kerapatan Populasi Relatif

3. Indeks Keanekaragaman

4. Indeks Dominansi (Shanon dan Odum)

Hasil yang didapat dari rumus kerapatan populasi paling tinggi dimiliki oleh

rumput teki yaitu 150 spesies/m2 dan kerapatan paling rendah dimiliki oleh spesies A,

spesies B, spesies C, spesies lamtoro, spesies D, dan spesies E yaitu sebesar 1 spesies/ m2.

Sedangkan dari rumus kerapatan populasi relatif didapat hasil dimiliki oleh spesies rumput

teki sebesar 94%, spesies mahoni 1,8%, dan 0,62% dimiliki oleh spesies E, spesies D,

spesies lamtoro, spesies B, dan spesies A. Pada indeks keanekaragaman paling tinggi

dimiliki oleh spesies E, spesies D, spesies B, spesies A sebesar 1, disusul oleh spesies

mahoni, spesies C, dan spesies lamtoro sebesar 0,99 dan indeks keanekaragaman paling

rendah dimiliki spesies rumput teki sebesar 0,05. Sedangkan indeks dominan (Shanon dan

Odum) tertinggi dimiliki oleh rumput teki sebesar 0,95 disusul oleh spesies mahoni 0,00021,

spesies C sebesar 0,0000097, spesies 0,0000041, dan 0,000001 dimiliki oleh spesies A,

spesies B, spesies D, dan spesies E.

Adapun faktor yang mempengaruhi banyak atau sedikitnya jumlah spesies pada

sutu vegetasi, yaitu :

Page 18: Laporan praktikum ekologi tumbuhan "Aplikasi Metode Pengukuran Vegetasi"

1. Iklim

Iklim merupakan salah satu faktor terpenting yang dapat menyebabkan keanekaragaman

tumbuhan dalam suatu daerah, karena tumbuhan memiliki iklim tertentu agar bisa

hidup.

2. Keragaman Habitat

Dengan adanya keragaman habitat akan menyebabkan keragaman spesies tumbuhan

maka persaingan dan kompetisi akan meningkat untuk merebutkan unsur yang

dibutuhkan dalam pertumbuhan dan perembangan masing-masing tumbuhan.

3. Ukuran

Luas daerah akan mempengaruhi keragaman dimana daerah yang luas akn menampung

jumlah individu atau spesies yang banyak pula. Beberapa penelitian membuktikan

bahwa terdapat hubungan anatar luas dan keberagaman spesies secara kuantitatif.

4. Faktor Elevasi

Faktor tinggi rendahnya tempat di permukaan bumi (geografis).

5. Faktor Kesuburan Tanah

Adanya perbedaan tingkat kesuburan tanah pada tiap-tiap permukaan bumi. Ini meliputi

unsur hara yang terkandung di dalam tanah.

6. Faktor Biologis

Faktor ini terjadi karena adanya pengaruh antara tumbuhan itu sendiri.

Page 19: Laporan praktikum ekologi tumbuhan "Aplikasi Metode Pengukuran Vegetasi"

BAB V

KESIMPULAN

1. Vegetasi merupakan bagian hidup yang tersusun dari tumbuhan yang menempati suatu

ekosistem (hutan, kebun, tundra).

2. Analisa vegetasi adalah cara untuk mempelajari susunan (komponen jenis) dan bentuk

(struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan.

3. Ada beberapa macam metode analisa vegetasi, meliputi : metode petak, metode jalur,

metode garis berpetak, metode kombinasi antara metode jalur dengan metode garis

berpetak,metode garis, metode tanpa plot, dan metode jarak.

4. Metode petak adalah metode analisa vegetasi dengan menggunakan petak, dimana dapat

dilakukan dengan cara membuat petak dengan ukuran yang sudah ditetapkan.

5. Dalam analisa vegetasi tedapat rumus untuk menghitung kerapatan populasi, kerapatan

populasi relatif, indeks keanekaragaman, dan indeks dominansi.

6. Dalam petak seluas 6,25 m2 ditemukan delapan spesies, yaitu : rumput teki, lamtoro,

mahoni, spesies A, spesies B, spesies C, spesies D, dan spesies E (berupa perdu dan pohon

yang belum kami ketahui nama ilmiah maupun nama lokalnya).

7. Kerapatan populasi paling tinggi dimiliki oleh rumput teki yaitu 150 spesies/m2 dan

kerapatan paling rendah dimiliki oleh spesies A, spesies B, spesies C, spesies lamtoro,

spesies D, dan spesies E yaitu sebesar 1 spesies/ m2.

8. Kerapatan populasi relatif paling tinggi dimiliki spesies rumput teki sebesar 94%, dan

terendah sebesar 0,62% dimiliki oleh spesies E, spesies D, spesies lamtoro, spesies B, dan

spesies A.

9. Indeks keanekaragaman paling tinggi dimiliki oleh spesies E, spesies D, spesies B, spesies A

sebesar 1 dan indeks keanekaragaman paling rendah dimiliki spesies rumput teki sebesar

0,05.

10. Indeks dominan (Shanon dan Odum) tertinggi dimiliki oleh rumput teki sebesar 0,95 dan

terendah sebesar 0,000001 dimiliki oleh spesies A, spesies B, spesies D, dan spesies E.

11. Faktor yang mempengaruhi banyak atau sedikitnya jumlah spesies pada sutu vegetasi, yaitu :

iklim, keragaman habitat, ukuran, faktor elevasi, dan faktor biologis.

Page 20: Laporan praktikum ekologi tumbuhan "Aplikasi Metode Pengukuran Vegetasi"

DAFTAR PUSTAKA

Dahlan, Rusky. 2013. Struktur Vegetasi Mangrove Di Kampung Iseren Pulau Rumberpon Pada

Kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih. Manokwari : Univeristas Negeri Papua.

Hariyanto, Sucipto, dkk. 2008. Teori dan Praktik Ekologi. Surabaya: Penerbit Universias

Airlangga (Airlangga Press).

Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung. ITB.

Tjitrosoepomo, G. 2002. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

William, Gould. 2000. Remote Sensing Of Vegetation Plant Species Richness and Regional

Biodiversity Hotspots. Institute of Arctic and Alpine Research (INSTAAR), University of

Colorado, Campus Box 450, Boulder, Colorado 80309-0450 USA.

Page 21: Laporan praktikum ekologi tumbuhan "Aplikasi Metode Pengukuran Vegetasi"

LAMPIRAN LATIHAN V

APLIKASI METODE PENGUKURAN VEGETASI

Kelompok VI

1. Nurul Kqomariah A420120023

2. Dewi Dianing Tyas A420120024

3. Erviyan Tri Ambarwati A420120032

4. Ina Royani A420120038

5. Anna Argiyanti A420120039

Petak yang diamati ukuran 2,5 × 2,5 = 6,25 m2

Page 22: Laporan praktikum ekologi tumbuhan "Aplikasi Metode Pengukuran Vegetasi"