laporan perwil 2009
DESCRIPTION
LAPORAN PERWIL 2009TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan Kawasan Barat Indonesia yang tidak merata masih
terdapat beberapa permasalahan umum seperti permasalahan pertanian,
perkebunan tradisional dan subsistemnya, masih adanya kasus busung
lapar yang diderita warga, rendahnya kualitas kesehatan, kemiskinan dan
keterisolasian, terbatasnya ketersediaan prasarana dasar, terbatasnya
pasokan air minum, listrik, dan energi, masih terbatasnya sarana dan
prasarana transportasi untuk memudahkan aksesibilitas, bencana alam,
masih rendahnya kualitas hidup masyarakat, serta masih rawannya ancaman
separatisme. Sedangkan sebagian besar wilayah di Indonesia bagian Barat
khususnya pulau Sumatera memiliki potensi yang dapat dikembangkan untuk
kepentingan wilayah masing-masing, namun hal ini belum dikelola secara
optimal melalui kegiatan penataan ruang.
Dalam rangka pelaksanaan pengembangan wilayah kabupaten sesuai
dengan potensi daerah masing-masing membutuhkan keterpaduan
pengembangan sektoral dengan pengembangan wilayah kabupaten lainnya.
Tujuan utama pengembangan wilayah adalah peningkatan kualitas hidup dan
kesejahteraan masyarakat serta pemerataannya.
Pesisir Selatan merupakan salah satu Kabupaten di Sumatera Barat
yang terletak di pantai barat bagian selatan Propinsi Sumatera Barat, dan
merupakan pintu gerbang masuk di wilayah selatan propinsi ini. Kabupaten
ini dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang
Pembentukan Daerah otonomi Kabupaten dalam lingkungan Daerah Propinsi
Sumatera Tengah. Secara administrasi, terdiri dari 12 (dua belas) Kecamatan
dan 76 Nagari.
Dengan berlakunya UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
maka peraturan daerah tentang RTRW perlu dilakukan penyesuaian
terhadap UU tersebut. Penyesuaian diantaranya dilakukan terhadap masa
berlaku RTRW kabupaten dari 10 tahun menjadi 20 tahun, selain beberapa
hal prinsip yang perlu pemanfaatan ruang, penerapan sanksi, proporsi
kawasan lindung dalam DAS dan ruang terbuka hijau perkotaan masing-
masing paling sedikit 30%, serta perlunya zoning regulation pada kawasan-
kawasan strategis. PP No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional (RTRWN) juga telah menetapkan struktur ruang yang
mengatur sistem perkotaan nasional, dan penetapan Kawasan Strategis
Nasional dan Propinsi tentunya harus dijabarkan lebih lanjut dalam Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pesisir Selatan untuk 20 (dua puluh) tahun
mendatang terhitung mulai tahun 2010-2030.
BAB II
TUJUAN RENCANA
Tujuan pembuatan laporan ini yaitu mengetahui tahap – tahap yang
dilakukan dalam proses perencanaan wilayah, selain itu untuk mempelajari
proses analisa untuk menghasilkan rencana tata ruang wilayah.
Terwujudnya Keterpaduan Pola Ruang Kabupaten Pesisir Selatan
Sampai Tahun 2030 Melalui Pengembangan Potensi Ketahanan Pangan
Berbasis Kelautan, Pariwisata Dan Mitigasi Bencana Secara Berkelanjutan.
Visi Kabupaten Pesisir Selatan adalah mewujudkan masyarakat
pesisir selatan yang sejahtera. Misi Kabupaten ini adalah sebagai berikut:
Menegakan supermasi hukum dan HAM, menjalankan prinsip-
prinsip pemerintahan yang baik serta meningkatkan kapasitas
kelembagaan pemerintahan daerah dan masyarakat.
Mengembangkan perekonomian pesisir selatan dengan
mengoptimalkan pengembangan kawasan ekonomi terpadu.
Meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat pesisir selatan
melalui peningkatan akses terhadap Pelayanan pendidikan,
kesehatan, kehidupan beragama dan ketahanan budaya.
Mengembangkan dan meningkatkan prasarana dan sarana daerah,
Ekonomi, agama dan sosial budaya.
Untuk mewujudkan visi dan misi pembangunan jangka panjang, maka
ketiga wilayah studi perlu menyusun dan menetapkan rencana wilayah.
Pengembangan wilayah Kabupaten perencanaan ini sebagai bagian dari
proses pembangunan yang diharapkan dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi Wilayah Kabupaten Pesisir Selatan. Di dalam laporan ini akan
dibahas perencanaan wilayah studi dalam mewujudkan visi tersebut.
BAB III
GAMBARAN UMUM
3.1 Keadaan Geografis
Secara geografis terletak antara 0º59’ - 2º28´ Lintang Selatan dan
109º19´ - 101º18´ Bujur Timur dengan batas-batas :
Sebelah Utara dengan Kota Padang;
Sebelah Selatan dengan Muko- muko (Provinsi Bengkulu);
Sebelah Timur dengan Kabupaten Solok, Kabupaten Solok Selatan
dan Propinsi Jambi;
Sebelah Barat dengan Samudera Hindia;
Dengan letak tersebut menjadikan Kabupaten Pesisir Selatan ini
sebagai gerbang masuk wilayah Selatan Provinsi Sumatera Barat yang perlu
didukung oleh prasarana, baik transportasi darat dan laut yang memadai,
seperti jalan nasional Padang Bengkulu dan pelabuhan Carocok Painan.
Luas daratan ± 5.794,95 km² dan luas perairan (laut) ± 84,312 km² dengan
panjang pantai ± 234 km. Memiliki 25 pulau-pulau kecil.
3.2. Kondisi Bio-Fisik Wilayah
3.2.1. Iklim
Indikator yang mempengaruhi iklim suatu wilayah salah satunya adalah
curah hujan. Curah hujan berpengaruh langsung terhadap siklus dan pola
penanaman masyarakat pertanian yang ada di suatu wilayah, dengan
mengetahui iklim dan curah hujan, maka para petani dapat memprediksi dan
menentukan untuk musim tanam dalam satu tahun sehingga peningkatan
hasil dapat lebih ditingkatkan dan resiko kegagalan panen dapat dikurangi.
Kabupaten Pesisir Selatan memiliki 11 sungai besar dan 7 kecil serta sumber
mata air dan hutan lindung dengan curah hujan yang tergolong sedang (rata-
rata curah hujan 2.755 – 3.000 mm/tahun). Musim hujan biasanya jatuh pada
bulan Oktober sampai dengan Februari, sedangkan bulan Maret sampai
September curah hujan sangat rendah dan bulan-bulan inilah masyarakat
sulit mendapat air (rata-rata hari hujan 113 hari pertahun). Pada daerah yang
belum mendapat akses air bersih biasanya masyarakat masih menggunakan
sungai sebagai sumber air untuk keperluan rumah tangga.
Januari
Febru
ari
Maret
April MeiJuni
Juli
Agustu
s
Septem
ber
Oktober
Nopember
Desember
127.6
302.5
427.4
273.6
133.8
326.3
595.3
74.2
271.5345.2
207
510.5
Gambar 5.5Curah Hujan Bulanan Tahun 2008
Banyaknya Curah Hujan (Mm)
3.2.2 Geologi
Secara geologis Kabupaten Pesisir Selatan merupakan daerah rawan gempa
bumi. Hal ini terkait dengan kondisi fisik Pulau Sumatera sebagai Great
Sumatra Fault di sepanjang pesisir Sumatera yang saling mendesak
sehingga terjadi gerakan di lempeng besar dan micro plate. Kondisi tersebut
menjadikan rentan terhadap bencana alam seperti tanah longsor dan gempa
bumi yang berpotensi terjadinya gelombang tinggi dan/atau tsunami.
Kabupaten Pesisir Selatan termasuk dalam kawasan rawan bencana alam
baik berupa gempa bumi, banjir, tanah longsor, gelombang tinggi dan
tsunami. Bencana alam gempa bumi ini terkait dengan letak geografis
Kabupaten Pesisir Selatan yang berada pada pertemuan lempeng benua.
Sedangkan tanah longsor dan banjir lebih diakibatkan oleh sifat fisik dan
tutupan lahan (hutan) yang semakin berkurang. Demikian juga bahaya
bencana alam lain saling berkaitan penyebabnya.
Selama ini bencana alam menjadi kendala dalam upaya pengembangan
kawasan budidaya untuk meningkatkan pembangunan dan kesejahteraan
masyarakat.
Tabel
Kejadian Bencana Alam
NO JENIS BENCANATAHUN TAHUN
2008 2009
1 Banjir 5 0
2 Longsor 2 0
3 Kebakaran 15 50
4 Puting Beliung 3 0
5 Gelombang Pasang 1 1
6 Gempa Bumi 0 4
11 Abrasi Pantai 0 1
12 Angin Badai 0 11
JUMLAH 38 67
Sumber : Kesbanglinmas Kabupaten Pesisir Selatan, 2009
3.2.3 Topografi
Secara keseluruhan daerah Kabupaten Pesisir Selatan memiliki topografi
wilayah yang bervariasi antara dataran rendah sampai dataran tinggi, berada
pada ketinggian 0 - 1.000 meter dari permukaan laut. Sebagian besar
wilayah memiliki topografi, curam hingga sangat curam (> 25%) yang
merupakan bagian dari Pegunungan Bukit Barisan. Wilayah yang curam
terletak di bagian barat yang merupakan wilayah tengah pulau Sumatera.
Sementara topografi yang landai hingga datar terletak di bagian Timur hingga
batas pantai dalam luasan yang sempit.
Untuk ketiga wilayah studi yakni Kecamatan Sutera, Lengayang dan Linggo
Sari Baganti kondisi topografi tersebut juga sama yaitu dengan topografi
relatif datar di sepanjang pantai dengan lebar kurang dari 15 km ke arah
darat hingga topografi berbukit-bukit yang mendominasi bagian barat wilayah.
3.2.4 Jenis Tanah
Secara umum, jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Pesisir Selatan
didominasi dengan jenis tanah podsolik. Jenis tanah podsolik terletak di
wilayah dengan kemiringan sangat tinggi dan juga pada dataran yang datar.
Selain itu, di wilayah ini juga terdapat jenis tanah kambisol yang menempati
bagian wilayah yang agak curam, sebagian luasan organosol pada daerah
rawa pinggir pantai dan jenis tanah andosol. Sementara itu disepanjang
pantai jenis tanahnya adalah tanah regosol.
Jenis Tanah podsolik umumnya berkembang dari bahan induk tua
terutama baham induk batuan liat. Tanah ini dicirikan oleh kedalaman tanah
yang agak dalam dengan warna lapisan atas coklat gelap dan coklat gelap
kekuningan, struktur gumpal bersudut dan reaksi tanah masam. Jenis tanah
ini berkembang dari bahan induk masam di lereng pegunungan pada elevasi
tinggi. Sedangkan jenis tanah Podzolik dataran rendah, pada umumnya
adalah hidro-podzolik yang berkembang pada kondisi drainase buruk. Tanah
ini biasanya berasosiasi dengan tanah Podzol (Spodosol) yang dicirikan oleh
horison spodik. Horison permukaan mengalami pelindian hebat yang
menghasilkan horison pencucian yang miskin hara dan (Petocz, 1984)
berpasir, sedangkan harison penimbunan kaya akan besi dan humus yang
disebut horison spodik.
Jenis tanah kambisol adalah tanah dengan tingkat perkembangan lemah
yang dicikan oleh adanya horison penciri kambik, struktur tanah dan iluvasi
liat yang masih lemah dan terdapat karatan pada lapisan bawah. Penyebaran
dijumpai pada lahan basah berdrainase buruk dengan ciri sifat hidromorfik
yang dominan maupun pada lahan kering berdrainase baik.
Tanah andosol adalah tanah yang berbahan induk abu volkan, merupakan
tanah yang relatif muda dibandingkan latosol, yang sifat- sifatnya sangat
ditentukan oleh mineral liat yang dikandungnya yaitu alofan yang bersifat
amorf. Umumnya mempunyai kejenuhan basa relatif rendah tetapi
mempunyai AL dapat ditukar relatif tinggi. Terbawa oleh sifat mineral liat
dominan yang dimilikinya maka andosol mempunyai sifat tiksotrofik,
mempunyai kemampuan mengikat air besar, porositas tinggi, bobot isi
rendah, gembur, tidak plastis dan tidak lengket serta kemampuan fiksasi
fosfat yang tinggi. Tanah ini biasanya sesuai untuk pertanian lahan basah
dan buah-buahan serta tanaman semusim.
Sedangkan tanah organosol Jenis tanah ini berasal dari bahan induk organik
seperti dari hutan rawa atau rumput rawa, dengan ciri dan sifat: tidak terjadi
deferensiasi horizon secara jelas, ketebalan lebih dari 0.5 meter, warna
coklat hingga kehitaman, tekstur debu lempung, tidak berstruktur, konsistensi
tidak lekat-agak lekat, kandungan organik lebih dari 30% untuk tanah tekstur
lempung dan lebih dari 20% untuk tanah tekstur pasir, umumnya bersifat
sangat asam (pH 4.0), kandungan unsur hara rendah.
Berdasarkan penyebaran topografinya, tanah gambut dibedakan menjadi tiga
yaitu:
a. Gambut ombrogen: terletak di dataran pantai berawa, mempunyai
ketebalan 0.5 – 16 meter, terbentuk dari sisa tumbuhan hutan dan rumput
rawa, hampir selalu tergenang air, bersifat sangat asam. Contoh
penyebarannya di daerah dataran pantai Sumatra, Kalimantan dan Irian Jaya
(Papua);
b. Gambut topogen: terbentuk di daerah cekungan (depresi) antara rawa-
rawa di daerah dataran rendah dengan di pegunungan, berasal dari sisa
tumbuhan rawa, ketebalan 0.5 – 6 meter, bersifat agak asam, kandungan
unsur hara relatif lebih tinggi. Contoh penyebarannya di Rawa Pening (Jawa
Tengah), Rawa Lakbok (Ciamis, Jawa Barat), dan Segara Anakan (Cilacap,
Jawa Tengah); dan
c. Gambut pegunungan: terbentuk di daerah topografi pegunungan,
berasal dari sisa tumbuhan yang hidupnya di daerah sedang (vegetasi
spagnum). Contoh penyebarannya di Dataran Tinggi Dieng.
Tanah Regosol, adalah jenis tanah yang terbentuk dari bahan induk abu dan
pasir vulkan intermedier. Bentuk wilayahnya berombak sampai bergunung.
Tanah Regosol belum jelas menempatkan perbedaan horizon-horizon.
Tekstur tanah ini biasanya kasar, tanpa ada struktur tanah, konsistensi lepas
sampai gembur dan easaman tanah dengan pH sekitar 6-7.
3.2.5 Penggunaan Lahan
Daratan yang selektif luas termasuk pulau-pulau kecil merupakan modal
pembangunan yang sangat potensial untuk dikembangkan, tidak saja untuk
kegiatan pertanian perkebunan dan kehutanan, tetapi juga pada beberapa bagian
wilayah dapat dikembangkan permukiman. Secara umum pemanfaatan lahan darat
di kembangkan untuk pengembangan ekonomi daerah, sementara pemanfaatannya
masih menghadapi beberapa kendala, terutama terkait dengan kondisi fisiografi.
Secara fisik, kondisi daerah ini umumnya berupa perbukitan dan pegunungan
sehingga membutuhkan kehati-hatian agar tidak menimbulkan bencana alam,
terutama tanah longsor.
Penggunaan lahan di Kabupaten Pesisir Selatan dipengaruhi oleh faktor
alami maupun faktor non alami. Secara alami faktor yang mempengaruhi
penggunaan lahan antara lain kemiringan tanah, jenis tanah, curah hujan,
dan kandungan air tanah. Sedangkan secara non alami faktor yang
mempengaruhi antara lain penggunaan lahan yaitu aktifitas yang terjadi di
masyarakat, mata pencaharian, sebaran penduduk dan jumlah penduduk.
Di Kabupaten Pesisir Selatan penggunaan lahan didominasi oleh faktor non
alami, hal ini terlihat dari penyebaran pola permukiman pada daerah-daerah
yang bisa dikembangkan, baik pertanian, perikanan, maupun bidang lain
seperti pemerintahan.
Jika dilihat dari sudut penggunaan lahan, Kecamatan Sutera sampai saat ini
masih diliputi oleh kawasan hutan. Luas hutan mencapai 53,43 persen dari
luas wilayah. Lahan untuk pertanian meliputi 36,04 persen dari luas wilayah
Kecamatan Sutera. Sisanya 10.53 persen digunakan untuk tempat tinggal,
lahan kering lainnya
Tabel 5.4
N
o
Penggunaan
Lahan
Kecamatan
Sutera
Kecamatan
Lengayang
Kecamatan
Linggo Sari
Baganti
Luas Presenta
se
Luas Presenta
se
Luas Presenta
se
1 Lahan Sawah 1.84
2
5,13 3.672 6,22 2.980 9,45
2 Bangunan dan
halaman
459 1,28 1.788 3,03 595,5 1,89
3 Kebun / tegal 2.63
1
7,33 4.485 7,59 3.654 11,58
4 Ladang 652 1,82 7.053 11,94 456 1,45
5 Penggembalaan/
padang rumput
31 0,09 35 0,06 75 0,11
6 Sementara tdk
diusahakan
594 1,65 4.068 6,89 419 0,94
7 Ditanami pohon/
hutan rakyat
10.3
52
28,83 3.889 6,58 3.978 4,16
8 Hutan negara 14.1
05
39,28 30.24
8
51,22 10.658
,2
45,17
9 Perkebunan 1.95
1
5,43 1.761 2,98 3.242 9,32
1
0
Lahan kering
lainnya
3.25
0
9,05 1.094 1,85 5.314,
5
22,88
1
1
Rawa-rawa 40 0,11 950 1,61 152 0,24
1
2
Kolam empang 0 0,00 16 0,03 16 0,01
Jumlah 35.9
07
100,00 59.06
0
100,00 31.541 100,00
Presentase Penggunaan Lahan Menurut Jenis Penggunaannya
Kecamatan Sutera, Lengayang, kecamatan Linggo Sari Baganti Tahun
2005
Sumber : Pesisir Selatan Dalam Angka Tahun 2008 & Kecamatan Sutera Dalam Angka 2005,
Kecamatan Lengayang dalam angka 2008, Kecamatan Linggo Sari Baganti 2008
Kemudian untuk Kecamatan Lengayang sebagian besar masih merupakan
kawasan hutan. Luas kawasan hutan di Kecamatan Lengayang mencapai
57,80 persen dari luas wilayah. Sementara lahan untuk budidaya pertanian
tercatat sekitar 35,62 persen, sedangkan lahan untuk permukiman sekitar
3,03 persen. Sisanya yaitu sebesar 3,55 persen merupakan semak/rawa-
rawa lainnya.
Sedangkan pada Kecamatan Linggo Sari Baganti sampai saat ini sebagian
besar merupakan kawasan hutan. Luas kawasan hutan di Kecamatan Linggo
Sari Baganti mencapai 49,78 persen dari luas wilayah. Sementara lahan
untuk budidaya pertanian tercatat sekitar 42,2 persen, sedangkan lahan
untuk permukiman sekitar 1,89 persen. Sisanya sebesar 6,13 persen
merupakan semak/rawa-rawa lainnya.
Dari keseluruhan Kecamatan yang menjadi lokasi studi maupun secara
keseluruhan Kabupaten Pesisir Selatan dalam hal penggunaan lahan masih
terkendala dengan adanya hutan negara yang berstatus hutan lindung
sebesar 51% dari total luas wilayah Kabupaten Pesisir Selatan atau sekitar ±
30.248 Km² membuat pengembangan wilayah budidaya menjadi terbatas
hanya pada wilayah pesisir yang relatif datar. Dari 26 % luas hutan dan
berstatus HPL, sekitar 30 % sudah dikelola oleh investor asing dan lokal.
3.2.6 Sumber Daya Air
Hidrologi meliputi sumber air permukaan tanah dan sumber air bawah tanah.
Sumber air permukaan tanah terdapat pada sungai-sungai yang mengalir di
daerah ini yang mencapai jumlah sebanyak 18 sungai yang terdiri atas 11
sungai besar dan 7 sungai kecil. Daerah ini memiliki sebanyak 25 pulau,
dimana pulau-pulau tersebut sangat berpotensi di kembangkan menjadi objek
wisata baik wisata alam maupun wisata bahari. Sumber mata air hampir
terdapat diseluruh kecamatan. Jika dilihat dari intensitasnya, maka dapat
dibedakan menjadi sumber air periodik yang mengalir sepanjang tahun dan
non periodik yang mengalir pada waktu tertentu. Sumber mata air terdiri dari
air permukaan dan air tanah, di jelaskan sebagai berikut ;
Air Tanah
Kedalaman air tanah di suatu wilayah ditentukan oleh tinggi wilayah dari
permukaan air laut. Daerah ini tersusun dari batuan induk yang bervarisi dan
terletak pada ketinggian 0-1000 meter diatas permukaan laut. Potensi
ketersediaan air tanah pada tahun 2008 yaitu : 9.420,44 juta m3.
Air Sungai
Kondisi debit sungai pada tahun 2008 yaitu : 29,696 M3/dt. Luas sungai yang
ada adalah 6.232,02 Ha. Batang Inderapura merupakan Sungai terpanjang
dengan panjang aliran sungai 93,70 km2 dan luas Daerah Aliran Sungainya
mencapai 2.035.89 km2 dengan debit aliran sebesar 7,315 M3/dt yang melalui
kecamatan Pancung soal, Basa IV Balai dan Kecamatan Linggosaribaganti.
Sungai kedua terpanjang adalah sungai Batang Silaut sepanjang 56,42 Km2
dengan luas 516,89 Km2 dengan debit air sebesar 1,857 M3/dt. Sedangkan
debit aliran sungai terkecil terdapat pada Batang Painan yaitu sebesar 0,084
M3/dt dengan luas Daerah Aliran Sungai 23,36 km2 dan dengan panjang
sungai 13,61 km.
Kondisi ini memerlukan adanya sinkronisasi pola ruang antar wilayah agar
tatanan kelestarian lingkungan dapat dipertahankan kelestariannya. Sungai-
sungai yang tersebar menjadi penopang dalam mensuply ketersediaan air
bagi daerah irigasi yang diatur melalui saluran irigasi.
Tabel
Nama-nama Sungai, Lokasi dan Panjangnya
No. Nama Sungai Lokasi Panjang
1 Batang Tarusan Koto Tarusan 70,5
2 Batang Bayang Bayang 82
3 Batang Lumpo IV Jurai 40,5
4 Batang Salido IV Jurai 29
5 Batang Painan IV Jurai 12,5
6 Batang Lalamu Batang Kapas 42,5
7 Batang Kapas Batang Kapas 77,5
8 Batang Surantih Sutera 60
9 Batang Amping Parak Sutera 27,5
10 Batang Kambang Lengayang 135
11 Batang Lakitan Lengayang 44
12 Batang Pelangai Ranah Pesisir 190
13 Batang Tungu Ranah Pesisir 6,5
14 Batang Aia Haji Linggo Sari Baganti 106
15 Batang Punggasan Linggo Sari Baganti 58,5
16 Aia Bantaian Linggo Sari Baganti 58,55
17 Air Muara Sakai Pancung Soal 433,5
18 Batang Silaut Pancung Soal 111,1
Sumber : Dinas Pengairan Kabupaten Pesisir Selatan
3.2.7 Ekosistem Perairan
Kabupaten Pesisir Selatan memiliki panjang garis pantai yang sangat
panjang yaitu 234 km. Kondisi ini merupakan potensi bagi pengembangan
sektor perikanan laut. Apalagi wilayah perairan di kabupaten ini memiliki
buffer yaitu kepulauan Mentawai yang menyebabkan memiliki ombak yang
relatif tenang dan memiliki potensi perikanan laut yang besar.
Berdasarkan data sekunder sumberdaya ikan yang ada di lokasi ini antara
lain Ikan Pelagis Besar dan Kecil ( + 34.008 ton / tahun ), Ikan Demersal ( +
60.435,73 ton / tahun ), Ikan Hias Air Laut ( + 14.516.400 ekor / tahun ),
Udang ( + 556,27 ton / tahun ). Selain itu kabupaten ini masih memiliki
ekosistem mangrove seluas + 325 Ha dan Terumbu Karang di Sepanjang
Perairan Pantai.
Kabupaten ini memiliki 5 (lima) teluk yaitu Teluk Mandeh, Teluk Painan,
Teluk Sei Nipah, Teluk Betung, dan Teluk Sei Bungin. Luasan wilayah
perairan laut adalah + 2.347,72 Ha yang dapat dimanfaatkan untuk
pengembangan sektor perikanan tangkap. Sementara wilayah ini juga
memiliki perairan payau seluas 26.278,18 Ha. Di wilayah laut ada terdapat
53 pulau yang masuk kedalam wilayah administrasi kabupaten Pesisir
Selatan.
Pada saat ini, kegiatan perikanan yang terdapat di Kabupaten Pesisir Selatan
mencakup perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Pada perikanan
budidaya, terdapat juga budidaya ikan laut dan darat. Komoditas yang
sedang berkembang di beberapa lokasi yang ada di Kabupaten Pesisir
Selatan dalam hal pembudidayaan ikan terutama budidaya ikan laut adalah
jenis ikan bandeng. Budidaya ikan bandeng dilakukan untuk memenuhi
tingginya permintaan akan umpan pakan perikanan tangkap bukan untuk
kebutuhan konsumsi masyarakat. Pola penangkapan ikan khususnya ikan-
ikan besar seperti tuna, kakap, dll menggunakan umpan hidup berupa ikan
bandeng yang berukuran sedang, karena tingginya permintaan akan ikan
bandeng sebagai umpan para nelayan membuat budidaya perikanan laut ini
sangat berkembang.
Gambar Kapal Nelayan Penangkap Ikan
3.3 Kependudukan
Jumlah penduduk Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2008 tercatat sebanyak
442.257 jiwa, yang terdiri dari 218.034 jiwa laki-laki dan 224.223 jiwa
perempuan, dengan jumlah rumah tangga sebanyak 100.036 dengan rasio
jenis kelamin sebesar 97,45 pada tahun 2008 yang artinya jumlah penduduk
perempuan lebih banyak dibandingkan penduduk laki-laki.
Ratio jenis kelamin pada tahun 2008 sedikit lebih tinggi dibanding tahun 2007
yakni dari 97,15 pada tahun 2007 menjadi 97,25 pada tahun 2008. Artinya
dalam 100 orang penduduk perempuan terdapat 97,25 orang penduduk laki-
laki.
Kepadatan penduduk Pesisir Selatan pada tahun 2008 tercatat sekitar 76,92
jiwa per kilometer persegi. Jika dibandingkan dengan tahun 2007 telah terjadi
kenaikan 3 jiwa perkilometer persegi.
Laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2007 ke tahun 2008 mengalami
kenaikan yang cukup tinggi dibandingkan laju pertumbuhan penduduk tahun
2006 ke tahun 2007. Pada tahun 2007 laju pertumbuhan penduduk tercatat
hanya sebesar 1.18 persen, sedangkan pada tahun 2008 tercatat sebesar
2,10 persen. Tingginya laju pertumbuhan penduduk tahun 2008 ini terjadi
karena tingginya tingkat kelahiran dan migrasi neto.
Angkatan kerja di Kabupaten Pesisir Selatan pada tahun 2008 tercatat
sebanyak 176,690 orang. Bila dilihat dari angkatan kerja yang ada, terdapat
sebanyak 160,929 orang (91,08%) yang bekerja atau memiliki pekerjaan
sedangkan sisanya sebanyak 15.761 orang (8,92%) adalah mereka yang
sedang mencari pekerjaan. Keadaan ini jauh lebih baik bila dibandingkan
pada tahun sebelumnya, 88,30% yang bekerja dan 11,70 % pengangguran.
3.3.1 Kecamatan Sutera
Jumlah penduduk di Kecamatan Sutera tahun 2005 tercatat sekitar 42.254
jiwa, terdiri dari 20.806 jiwa laki-laki dan 21.448 jiwa perempuan dengan
jumlah rumah tangga sebanyak 9.483 rumah tangga.
Kepadatan penduduk Kecamatan Sutera tercatat sekitar 94,81 jiwa per Km².
Kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kenagarian Taratak dengan
kepadatan 125,50 jiwa Km². Sedangkan yang terendah terdapat di
Kanagarian Surantih yaitu hanya 84,27 jiwa per Km². Bila dilihat jumlah
penduduk per nagari, maka yang terbanyak adalah Nagari Surantih (25.004
jiwa) dan terendah adalah penduduk Nagari Taratak (5.605 jiwa).
Perkembangan sex ratio yaitu perbandingan jumlah penduduk laki-laki
dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan dikali seratus ternyata
sex ratio pada tahun 2005 menjadi 97,01. Angka ini menunjukkan bahwa
lebih banyak jenis kelamin perempuan daripada penduduk laki-laki, dimana
setiap 100 orang perempuan terdapat 97 orang laki-laki.
Tabel
Banyaknya Rumah Tangga, Penduduk, dan Kepadatan Penduduk
No NagariRumah
TanggaPenduduk
Kepadatan per
Km²
1 Ampiang Parak 2.584 11.645 111,66
2 Surantih 5.636 25.004 84,27
3 Taratak 1.263 5.605 125,50
Jumlah 9.483 42.254 94,81 Sumber : Kecamatan Sutera Dalam Angka 2005
Jika dilihat penduduk berdasarkan kelompok umur, memberikan gambaran
bahwa jumlah penduduk berumur 0-4 tahun tercatat sebanyak 4.321 jiwa
(10,23%), umur 5-14 tahun 8.839 jiwa (20,92%), umur 15-24 tahun 8.618 jiwa
(20,40%), umur 25-29 tahun 17.680 jiwa (41,84%) dan umur 60 tahun keatas
2.796 jiwa (6,62%).
Tabel 5.7
Banyaknya Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Kelompok
Umur
Jenis Kelamin
JumlahLaki-
lakiPerempuan
0-4 2.135 2.186 4.321
5-9 2.162 2.213 4.375
10-14 2.207 2.257 4.464
15-19 2.162 2.220 4.382
20-24 2.089 2.147 4.236
25-29 1.922 1.986 3.908
30-34 1.662 1.716 3.378
35-39 1.352 1.393 2.745
40-44 1.121 1.159 2.280
45-49 994 1.032 2.026
50-54 950 992 1.942
55-59 684 717 1.401
60-64 616 646 1.262
65 + 750 784 1.534
Jumlah 2005
2004
20.806
20.475
21.448
21.105
42.225
41.580
Sumber : Kecamatan Sutera Dalam Angka 2005
3.3.2. Kecamatan Lengayang
Jumlah penduduk di Kecamatan Lengayang tahun 2008 tercatat sekitar
54.411 jiwa, terdiri dari 26.830 jiwa laki-laki dan 27.581 jiwa perempuan
dengan 11.999 Rumah tangga. Kepadatan penduduk sekitar 92,13 jiwa per
Km². Kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Nagari Lakitan dengan
kepadatan 96,58 jiwa Km², sementara di Nagari Kambang tercatat sebesar
89,28 jiwa per Km². Bila melihat jumlah penduduk per Nagari yang terbanyak
adalah Nagari Kambang yaitu tercatat 32.153 jiwa sedangkan di Nagari
Lakitan tercatat seitar 22.258 jiwa.
Perkembangan sex ratio yaitu perbandingan jumlah penduduk laki-laki
dibandingkan dengan perempuan dikalikan seratus ternyata sex ratio pada
tahun 2008 yaitu sekitar 97,28. Angka ini menunjukkan bahwa lebih banyak
jenis kelamin perempuan daripada penduduk laki-laki, dimana setiap 100
orang perempuan terdapat 97 orang laki-laki.
Tabel
Banyaknya Rumah Tangga, Penduduk, dan Kepadatan Penduduk
No NagariRumah
TanggaPenduduk
Kepadatan per
Km²
1 Lakitan 4.909 22.258 96,58
2 Kambang 7.090 32.153 89,28
Jumlah 11.999 54.411 92,13 Sumber : Kecamatan Lengayang Dalam Angka 2008
Jika diperhatikan penduduk berdasarkan kelompok umur, memberikan
gambaran bahwa jumlah penduduk berumur 0-4 tahun tercatat sebanyak
5.092 jiwa (12,12%), umur 5-14 tahun 9.249 jiwa (22,01%), umur 15-24 tahun
8.050 jiwa (19,16%), umur 25-29 tahun 16.939 jiwa (40,32%) dan umur 60
tahun keatas 2.683 jiwa (6,39%).
Tabel 5.9
Banyaknya Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Kelompok
Umur
Jenis KelaminJumlah
Laki-laki Perempuan
0-4 2.510 2.582 6.595
5-9 2.368 2.438 6.224
10-14 2.188 2.255 5.754
15-19 2.070 2.133 5.443
20-24 1.895 1.952 4.982
25-29 1.739 1.792 4.575
30-34 1.563 1.611 4.112
35-39 1.355 1.398 3.565
40-44 1.147 1.182 3.017
45-49 991 1.021 2.605
50-54 848 874 2.231
55-59 698 720 1.863
60-64 596 615 1.568
65 + 725 747 1.904
Jumlah 20.693 21.320 54.441
Sumber : Kecamatan Lengayang Dalam Angka 2008
3.3.3. Kecamatan Linggo Sari Baganti
Jumlah penduduk di Kecamatan Linggo Sari Baganti tahun 2008 tercatat
sekitar 42.013 jiwa, terdiri dari 20.693 jiwa laki-laki dan 21.320 jiwa
perempuan dengan 10.079 Rumah tangga. Kepadatan penduduk sekitar
133,2 jiwa per Km². Kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kanagarian
Aia Haji dengan kepadatan 157 jiwa Km², sedangkan di Kenagarian
Punggasan hanya tercatat sebesar 113 jiwa per Km². Dimana jumlah
penduduk di Kanagarian Aia Haji tercatat 22.616 jiwa sedangkan di
Kenagarian Punggasan terdapat sekitar 19.397 jiwa.
Perkembangan sex ratio yaitu perbandingan jumlah penduduk laki-laki
dibandingkan dengan perempuan dikalikan seratus ternyata sex ratio pada
tahun 2008 menjadi 97,06. Angka ini menunjukkan bahwa lebih banyak jenis
kelamin perempuan daripada penduduk laki-laki, dimana setiap 100 orang
perempuan terdapat 97 orang laki-laki.
Tabel
Banyaknya Rumah Tangga, Penduduk, dan Kepadatan Penduduk
No NagariRumah
TanggaPenduduk
Kepadatan per
Km²
1 Aia Haji 5.426 22.616 157
2 Punggasan 4.653 19.397 113
Jumlah 10.079 42.013 133,20Sumber : Kecamatan Linggo Sari Baganti Dalam Angka 2008
Bila kita perhatikan penduduk berdasarkan kelompok umur, memberikan
gambaran bahwa jumlah penduduk berumur 0-4 tahun tercatat sebanyak
5.092 jiwa (12,12%), umur 5-14 tahun 9.249 jiwa (22,01%), umur 15-24 tahun
8.050 jiwa (19,16%), umur 25-29 tahun 16.939 jiwa (40,32%) dan umur 60
tahun keatas 2.683 jiwa (6,39%).
Tabel
Banyaknya Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Kelompok
Umur
Jenis KelaminJumlah
Laki-laki Perempuan
0-4 2.510 2.582 5.092
Kelompok
Umur
Jenis KelaminJumlah
Laki-laki Perempuan
5-9 2.368 2.438 4.806
10-14 2.188 2.255 4.443
15-19 2.070 2.133 4.203
20-24 1.895 1.952 3.847
25-29 1.739 1.792 3.531
30-34 1.563 1.611 3.174
35-39 1.355 1.398 2.753
40-44 1.147 1.182 2.329
45-49 991 1.021 2.012
50-54 848 874 1.722
55-59 698 720 1.418
60-64 596 615 1.211
65 + 725 747 1.472
Jumlah 20.693 21.320 42.013
Sumber : Kecamatan Linggo Sari Baganti Dalam Angka 2008
3.4 Perekonomian
Struktur perekonomian dibentuk berdasarkan 9 (sembilan) sektor utama
kegiatan, meliputi sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, industri
pengolahan, listrik, gas dan air minum, bangunan, perdagangan, hotel dan
restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan, serta jasa-jasa. Struktur ekonomi tahun 2008 didominasi oleh
sektor pertanian, atas harga berlaku maupun harga konstan dimana dari
PDRB atas dasar berlaku terlihat bahwa sumbangan sektor ini tahun 2008
sebesar 34,98 %, sedang menurut harga konstan sebesar 32,44 %. Sektor
lain yang cukup besar memberikan kontribusinya terhadap PDRB adalah
sektor perdagangan, hotel dan restoran 20,84 %, sektor jasa-jasa 16,77%,
sektor pengangkutan dan komunikasi 3,37 % dan sektor industri pengolahan
12,97%.
Pertumbuhan perekonomian suatu wilayah secara umum dapat dilihat melalui
indikator pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan PDRB
perkapita. Berdasarkan data pertumbuhan PDRB dapat disimpulkan kondisi
makro ekonomi sebagaimana uraian di bawah ini :
Berdasarkan harga berlaku, pertumbuhan ekonomi tahun tahun 2004
sebesar 4,70 % dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2008
sebesar 5,42 %;
Berdasarkan harga konstan tahun 2000, pertumbuhan PDRB tahun 2008
sebesar 5,42 %; pertumbuhan ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan laju
pertumbuhan tahun 2007 sebesar 5,31 %;
Selama lima tahun terakhir perekonomian menunjukkan kinerja yang baik,
dimana pertumbuhan ekonomi menunjukkan kecenderungan laju yang
meningkat.
Sektor unggulan yang dilihat dari nilai LQ setiap sektor, dengan kriteria jika
sektor yang bersangkutan mempunyai nilai LQ ≥ 1. Dari hasil perhitungan LQ
menunjukkan bahwa sektor pertanian, khususnya pertanian tanaman pangan
dan perkebunan merupakan sektor unggulan yang mampu memberikan
kontribusi terhadap perekonomian daerah. Sub sektor perkebunan yang
menjadi unggulan adalah komoditi karet, dan kelapa sawit, komoditi lain juga
berpotensi menjadi unggulan.
Tabel 5.12
PDRB Kab. Pesisir Selatan per Sektor Atas Dasar Harga Berlaku dan
Harga Konstan 2004-2008
N
o
.
Sektor
Ekonomi
Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008
HBHK
2000HB
HK
2000HB
HK
2000HB
HK
2000HB
HK
2000
Juta
(Rp)
(
%
)
Juta
(Rp)
(
%
)
Juta
(Rp)
(
%
)
Juta
(Rp)
(
%
)
Juta
(Rp)
(
%
)
Juta
(Rp)
(
%
)
Juta
(Rp)
(
%
)
Juta
(Rp)
(
%
)
Juta
(Rp)
(
%
)
Juta
(Rp)
(
%
)
1 Pertaniaan
631.
052,
90
32
,4
4
512.
450,
79
33
,1
3
781.
424,
60
34
,3
5
531.
874,
70
33
,1
3
936.
914
35
,3
0
554.
751,
42
32
,4
3
1.08
7.67
7
35
,2
8
578.
800,
87
32
,1
3
1.25
2.18
9
34
,9
8
603.
853,
60
31
,8
0
2Pertambangan
& Penggalian
31.7
11,3
3
1,
63
23.6
72,9
9
1,
53
36.5
64,9
4
1,
61
24.9
02,3
1
1,
53
42.5
53
1,
60
26.2
76,2
9
1,
54
51.3
77
1,
67
28.0
82,1
5
1,
56
61.8
25
1,
73
30.0
18,2
1
1,
58
3Industri
Pengelolaan
252.
711,
33
12
,9
9
195.
272,
95
12
,6
2
288.
737,
67
12
,6
9
207.
531,
87
12
,6
2
337.
753
12
,7
2
221.
041,
40
12
,9
2
396.
563
12
,8
6
234.
965,
32
13
,0
4
464.
371
12
,9
7
250.
753,
51
13
,2
1
4Listrik,Gas dan
Air Bersih
14.1
71,8
4
0,
73
8.94
9,34
0,
58
16.5
12,1
9
0,
73
9.72
4,75
0,
58
19.2
42
0,
72
10.5
54,4
0
0,
62
22.3
73
0,
73
11.4
88,5
0
0,
64
25.8
82
0,
72
12.2
09,9
5
0,
64
5 Bangunan
86.4
37,2
4
4,
44
59.9
04,9
7
3,
87
100.
803,
99
4,
43
63.8
60,1
2
3,
87
118.
745
4,
47
68.1
21,8
2
3,
98
141.
494
4,
59
72.8
21,8
2
4,
04
172.
644
4,
82
77.5
62,9
3
4,
08
6
Perdagangan,
Hotel &
Restoran
420.
194,
43
21
,6
0
342.
361,
07
22
,1
3
473.
288,
52
20
,8
1
360.
141,
53
22
,1
3
537.
018
20
,2
3
379.
848,
84
22
,2
1
629.
860
20
,4
3
400.
983,
31
22
,2
6
745.
980
20
,8
4
424.
331,
86
22
,3
5
7
Pengangkutan
Dan
Komunikasi
57.2
23,3
6
2,
94
41.7
91,7
6
2,
70
71.1
71,7
8
3,
13
44.0
01,1
9
2,
70
89.7
26
3,
38
46.8
01,7
4
2,
74
104.
342
3,
38
49.8
99,7
0
2,
77
120.
791
3,
37
53.1
75,3
7
2,
80
8
Keuangan,Pers
ewaan & Jasa
Perusahan
79.6
16,1
3
4,
09
62.0
95,5
8
4,
01
88.8
84,4
9
3,
91
64.9
21,6
8
4,
01
101.
427
3,
82
68.0
13,0
3
3,
98
117.
257
3,
80
71.8
04,4
0
3,
99
135.
926
3,
80
75.8
80,1
7
4,
00
9 Jasa-Jasa
372.
230,
75
19
,1
3
300.
334,
40
19
,4
2
417.
469,
02
18
,3
5
318.
785,
25
19
,4
2
470.
943
17
,7
4
335.
160,
73
19
,5
9
531.
977
17
,2
6
352.
490,
20
19
,5
7
600.
545
16
,7
7
371.
116,
30
19
,5
4
Jumlah
1.94
5.34
9,31
10
0,
00
1.54
6.83
3,85
10
0,
00
2.27
4.85
7,20
10
0,
00
1.62
5.74
3,40
10
0,
00
2.65
4.32
0,26
10
0,
00
1.71
0.56
9,67
10
0,
00
3.08
2.91
9,44
10
0,
00
1.80
1.33
6,27
10
0,
00
3.58
0.15
3,38
10
0,
00
1.89
8.90
1,90
10
0,
00
Sumber : Pesisir Selatan Dalam Angka Tahun 2008; Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Peisir Selatan
3.4.1. Perekonomian Kecamatan Sutera
Perekonomian Kecamatan Sutera jika dilihat dari penerimaan daerah sektor
pemungutan pajak bumi dan bangunan pada tahun 2005 terealisasi sebesar
60,381 juta rupiah atau 54,93 persen dari target yang ditetapkan. Sedangkan
jika dilihat berdasarkan nagari yang terdapat di Kecamtan Sutera,
Kenagarian Surantih merupakan pencapaian target terkecil dari ketiga Nagari
yang ada di Kecamatan Sutera yaitu sebesar 46,60%.
Perkembangan dunia usaha juga tidak terlepas dari peranan Bank dan
Koperasi. Jumlah bank yang terdapat di Kecamatan Sutera sebanyak 5
buah, 1 Bank Pemerintah, 1 buah Bank BPR, dan 3 buah Bank Pasar.
Sementara jumlah koperasi tercatat sebanyak 1 buah yaitu KPN dengan
anggota sebanyak 318 orang.
Tabel
Target dan Realisasi Penerimaan PBB dirinci Menurut Nagari Tahun
2005
NagariTarget Realisasi Persentase
(000 Rp.) (000 Rp.) (%)
1. Amping
Parak
20.148 15.306 75,97
2. Surantih 80.550 37.534 46,60
3. Taratak 9.217 7.542 81,83
2005 109.914 60.381 54,93
2004 82.837 77.104 93,08
2003 60.610 60.878 100,44Sumber : Kantor Camat Kecamatan Sutera 2005
1. Amping Parak
2. Surantih 3. Taratak0
10,00020,00030,00040,00050,00060,00070,00080,00090,000
20,148
80,550
9,21715,306
37,534
7,542
Gambar 5.7Target dan Realisasi Penerimaan PBB
Target (000 Rp.)Realisasi (000 Rp.)
Sumber : Kantor Camat Kecamatan Sutera 2005
Pada sektor pertanian, produksi padi sawah yang merupakan salah satu
produk pertanian unggulan di Kecamatan Sutera pada tahun 2005 sebesar
24.582,4 ton atau mengalami peningkatan sebesar 5.507,4 ton dibandingkan
produksi tahun 2004. Hal ini disebabkan luas panen pada tahun 2005
meningkat sebanyak 873 Ha. Hasil produksi perhektar juga mengalami
peningkatan dimana pada tahun sebelumnya 4,89 ton, pada tahun 2005
mencapai 5,15 ton.
Saat ini sudah terdapat beberapa kelompok tani yang terlatih dan dibina
sehingga dapat meningkatkan hasil produksi setip tahun, tidak hanya
kelompok tani pada sektor pertanian, juga terdapat kelompok tani perikanan
dan perkebunan.
Selain sektor pertanian, di Kecamatan Sutera juga memiliki produk-produk
pertanian dan perkebunan lain yang menjadi sektor unggulan, seperti
Perkebunan Gambir dan Perkebunan Sawit. Khusus untuk perkebunan
Gambir, sudah terdapat tempat penyulingan dan pengolahan hasil
perkebunan menjadi barang yang setengah jadi berupa minyak hasil
penyulingan yan nantinya akan dibawa keluar wilayah Kabupaten Pesisir
atau untuk kebutuhan ekspor. Lokasi penyulingan gambir pada umumnya
berada di tengah-tengah perkebunan gambir yang terletak di atas bukit,
umumnya berbentuk rumah non permanen dari kayu dan sudah dilengkapi
dengan alat penyulingan yang cukup modern. Setelah dilakukan penyulingan
di lokasi penyulingan di atas bukit, kemudian hasil berupa minyak gambir
yang diperuntukkan untuk bahan baku pembuatan barang kosmetik, obat,
dan lain-lain akan dibawa melalui jalan darat ataupun laut yang nantinya
diperuntukkan ntuk memenuhi kebutuhan dalam negeri ataupun lua negeri.
Gambar
Perkebunan Gambir
Gambar
Tempat Penyulingan Gambir
Untuk sektor unggulan lain dari perkebunan, yakni hasil perkebunan sawit
saat ini Kecamatan Sutera hanya baru mampu memasok kebutuhan akan
CPO berupa bahan baku, karena di Kecamatan Sutera belum terdapat pabrik
pengolahan bijih sawit menjadi barang olahan selanjutnya ehingga
pengadaan akan hasil sawit hanya terbatas pada bahan baku.
Gambar
Perkebunan Sawit
Gambar
Bijih Sawit sebagai Hasil
Produksi
Selain sektor pertanian dan perkebunan, sektor lain yang juga menjadi salah
satu sektor unggulan di Kecamatan Sutera adalah peternakan, perikanan
tangkap dan perikanan budidaya. Untuk sub sektor perikanan merupakan
salah satu andalan Kabupaten Pesisir Selatan untuk meningkatkan
perekonomian masyarakat, demikian juga dengan Kecamatan Sutera.
Jumlah nelayan perikanan laut yang ada di Kecamatan Sutera tahun 2005
tercatat sebanyak 2.849 nelayan, yang terdiri dari 2.507 sebagai nelayan
penuh dan 342 sebagai nelayan sambilan. Bila dilihat pada masing-masing
nagari yang paling banyak memiliki nelayan yaitu Kenagarian Surantih yang
mencapai 48,16 % dari total nelayan di Kecamatan Sutera.
3.4.2. Perekonomian Kecamatan Lengayang
Penerimaan daerah dari pemungutan pajak bumi dan bangunan di
Kecamatan Lengayang pada tahun 2008 terealisasi sebesar 146.871 juta
rupiah atau 43,58 persen dari target yang ditetapkan sebesar 337,004 juta
rupiah.
Jumlah bank dan koperasi yang terdapat di Kecamatan Lengayang sebanyak
7 buah. Terdiri dari 1 buah Bank Pemerntah, 1 buah Bank BPR serta 5 unti
bank Pasar. Sementara jumlah koperasi tercatat sebanyak 6 buah yaitu 5
KUD dan 1 KPN.
Tabel
Target dan Realisasi Penerimaan PBB dirinci Menurut Nagari Tahun
2008
NagariTarget Realisasi Persentase
(000 Rp.) (000 Rp.) (%)
1. Lakitan 88.623 42.203 47,62
2. Kamban
g
248.381 104.668 42,14
2005 337.004 146.871 43,58Sumber : Kantor Camat Kecamatan Lengayang 2008
(000 Rp.) (000 Rp.)Target Realisasi
0
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
88,623
42,203
248,381
104,668
Gambar 5.12Target dan Realisasi Penerimaan PBB
1. Lakitan2. Kambang
Sumber : Kantor Camat Kecamatan Lengayang 2008
Pada sub sektor pertanian di Kecamatan Lengayang pada tahun 2008
produksi sebesar 28.060 ton. Hasil produksi tersebut diperoleh dari luas
panen 6.049 Ha untuk padi sawah dan 3 Ha untuk padi ladang.
Tidak berbeda dengan Kecamatan Sutera, Kecamatan Lengayang juga
memiliki komodity unggulan pada sub sektor perkebunan berupa tanaman
sawit, karet, kelapa, cokelat, pinang dan nilam. Dari semua jenis tanaman
perkebunan tersebut jenis kelapa sawit yang memiliki produksi terbesar yaitu
2.390,2 ton dan disusul karet dengan produksi sebesar 2.041,7 ton.
Pada sub sektor peternakan, Kecamatan Lengayang ditetapkan sebagai
Kawasan Strategis Agropolitan Peternakan dengan sektor utama peternakan
sapi. Di Kecamatan ini pemeliharaan peternakan dilakukan dengan sistem
tradisional dan juga sistem modern, sistem tradisional dilakukan dengan cara
pengembalaan di lepas liar di padang rumput penggembalaan pada siang
hari dan kembali pada sore hari, untuk sistem modern peternakan dilakukan
dengan kandang yang besar dengan ketersediaan pakan yang cukup
sehingga tidak dilepas liarkan untuk mencari makan serta perawatan dna
pemeliharaan yang lebih tinggi.
Gambar
Peternakan dengan sistem tradisional
Pada sub sektor perikanan yang juga merupakan salah satu komoditi
unggulan di Kecamatan Lengayang memiliki jumlah nelayan prikanan laut
sebanyak 1.523 nelayan, dimana terdiri dari 1.259 orang merupakan nelayan
penuh, dan 264 orang merupakan nelayan sambilan. Jika dilihat berdasarkan
Nagari maka nagari Lakita merupakan nagari yang memiliki paling banyak
nelayan dengan jumlah 61,52 persen dari total nelayan di Kecamatan
Lengayang.
3.4.3. Perekonomian Kecamatan Linggo Sari Baganti
Penerimaan daerah dari pemungutan pajak bumi dan bangunan di
Kecamatan Linggo Sari Baganti pada tahun 2008 terealisasi sebesar 96,78
juta rupiah atau 71,95 persen dari target yang ditetapkan sebesar 134,51 juta
rupiah.
Di Kecamatan Linggo Sari Baganti terdapat sejumlah bank dan koperasi
sebanyak 6 buah. Terdiri dari 1 buah Bank Pemerntah, 1 buah Bank BPR
serta 4 unit bank Pasar. Dan juga terdapat koperasi tercatat sebanyak 3
buah yaitu 2 KUD dengan anggota sebanyak 2.334 orang dan 1 KPN dengan
anggota sebanyak 226 orang.
Tabel
Target dan Realisasi Penerimaan PBB dirinci Menurut Nagari Tahun
2008
NagariTarget Realisasi Persentase
(000 Rp.) (000 Rp.) (%)
1. Aia Haji 68.163 43.583 63,94
2. Punggasan 66.346 53.196 80,18
2005 134.509 96.779 71,95Sumber : Kantor Camat Kecamatan Linggo Sari Baganti 2008
(000 Rp.) (000 Rp.)Target Realisasi
0
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,00070,000
68,163
43,583
66,346
53,196
Gambar 5.14Target dan Realisasi Penerimaan PBB
1. Aia Haji2. Punggasan
Sumber : Kantor Camat Kecamatan Linggo Sari Baganti 2008
Jika dilihat pada sub sektor pertanian di Kecamatan Linggo Sari Baganti
pada tahun 2008 diproduksi 25.963 ton. Hasil padi tersebut diperoleh dengan
luas panen 5.596 Ha dan luas tanam 5.739 Ha.
Pada sub sektor perkebunan rakyat yang terdapat di Kecamatan Linggo Sari
Baganti diantaranya adalah tanaman kelapa sawit, pala, karet dan kayu
manis. Dan jenis kelapa sawit penghasil perkebunan terbesar yaitu 856,2
ton. Dan penghasil terbesar kedua yaitu kelapa sebesar 368,3 ton.
Tidak berbeda dengan Kecamatan di sekitarnya, di Kecamatan Linggo Sari
Baganti juga menjadikan sub sektor perikanan sebagai salah satu komoditas
andalan daerah, hal ini terlihat dari jumlah nelayan sebanyak 1.845 nelayan
dengan 1.524 nelayan penuh dan 321 nelayan sambilan.
3.5. Prasarana Wilayah
Prasarana suatu wilayah yang baik merupakan salah satu indikator
perkembangan kemajuan suatu wilayah, prasarana suatu wilayah yang baik
dapat mendorong kemajuan perekonomian daerah yang secara langsung
dapat meningkatkan pebdapatan suatu daerah sehingga dengan tingginya
pendapatan daerah maka kesejahteraan masyarakat juga dapat meningkat.
Prasarana wilayah yang dimaksud meliputi prasarana transportasi,
telekomunikasi, energi, dan sumberdaya air.
3.5.1 Prasarana Transportasi
Prasarana transportasi di Kabupaten Pesisir Selatan meliputi transportasi
darat dan laut. Prasarana transportasi darat ditunjang dengan adanya
jaringan jalan nasional, provinsi dan kabupaten. Saat ini terdapat satu
jaringan jalan arteri primer dengan status jalan negara yang menghubungkan
utara dan selatan Kabupaten Pesisir Selatan. Jalan negara yang
menghubungkan Kota Padang - Painan - Propinsi Bengkulu ini dalam kondisi
yang baik hanya terjadi kerusakan di beberapa titik. Selain itu terdapat juga
jalan kolektor primer dengan status jalan propinsi yakni Pasar Baru - Alahan
Panjang; Mandeh - Sei Pinang - Sei Pisang; Tapan – Sungai Penuh; dan
Jalan Lingkar Luar. Salah satu penunjang kegiatan transportasi darat adalah
keberadaan terminal, di Kabupetn Pesisir Selatan terdapat satu terminal yang
terdapat Painan adalah terminal Sago.
Gambar
Terminal Sago
Untuk menunjang perwujudan rencana struktur ruang dan pemanfaatan
potensi ekonomi yang ada, maka pengembangan dan pembangunan
prasarana jalan masih dibutuhkan. Tetapi masih terdapat beberapa kendala
dalam pengembangannya. Kendala-kendala tersebut diantaranya topografi,
banyaknya aliran sungai dan luasnya kawasan hutan lindung termasuk taman
nasional.
Pengembangan angkutan sungai memiliki banyak permasalahan, seperti
kondisi fisik sungai, debit air dan tingginya sedimentasi. Prasarana
transportasi laut telah ditunjang oleh pelabuhan skala lokal (Pelabuhan
Panasahan). Namun untuk kegiatan ekspor impor yang lebih besar
masyarakat menggunakan pelabuhan yang ada diluar Kabupaten Pesisir
Selatan, yaitu pelabuhan Teluk Bayur di Kota Padang. Biasanya kegiatan
pengiriman barang ekspor impor maupun nasional dari dan menuju
Kabupaten Pesisir Selatan akan melalui jalan darat Padang – Painan -
Bengkulu kemudian menuju ke Pelabuhan Teluk Bayur untuk melakukan
perjalanan melalui laut.
Gambar
Pelabuhan Teluk Bayur di Kota Padang
3.5.2 Prasarana Telekomunikasi
Pelayanan telekomunikasi di Kabupaten Pesisir Selatan dikelola oleh PT.
Telkom Tbk, Kandatel II Sumatera Barat. Wilayah yang telah terjangkau
jaringan telekomunikasi umumnya di wilayah perkotaan, termasuk di
dalamnya adalah kecamatan dan kota kabupaten. Pengembangan jaringan
pelayanan telekomunikasi menghadapi kendala pada terbatasnya
kemampuan penyediaan jaringan dan satuan sambungan telepon. Namun
dengan berkembangnya teknologi telekomunikasi seluler/telepon genggam,
maka penyediaan sambungan telepon kabel sementara bisa diatasi dengan
penggunaan telepon seluler.
3.5.3 Prasarana Energi
Pemenuhan kebutuhan listrik sampai saat ini dilayani oleh PLN Provinsi
Sumatera Barat Cabang Padang, dengan kapasitas produksi daya sebesar
55.300 MWH dengan jumlah pelanggan sebanyak 54.358 pelanggan dan
pada umumnya pelanggan rumah tangga. Sementara untuk industri
jumlahnya masih rendah.
Selain itu beberapa PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro) juga
telah dibangun oleh perusahaan, swadaya masyarakat. Namun demikian,
ada beberapa PLTMH yang terganggu operasionalnya meyebabkan
tergangunya pasokan listrik.
Kebutuhan tenaga listrik dari tahun ketahun terus mengalami peningkatan.
Jumlah pelanggan listrik PLN, Pada tahun 2007 mencampai 49.630
pelanggan, pada tahun 2008 meningkat menjadi 54.358 pelanggan. Jenis
pelanggan terbanyak adalah rumah tangga, yaitu sebanyak 51.025 dengan
pemakaian daya 4.220.041 (Kwh) pada tahun 2008, Kapasitas pembangkit
energi listrik yang ada dan akan dikembangkan kiranya mampu memenuhi
kebutuhan energi listrik sampai tahun 2030 yang diperkirakan sebesar
145.941 MWh atau tumbuh rata-rata 2,83 % per tahun.
Tabel
Jumlah Dan Total Daya Pltmh/Plta/Plts
Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Pesisir Selatan, Tahun 2009
BAB IV
ANALISIS
4.1 Daya Dukung Lingkungan
Karakteristik lahan pada wilayah yang direncanakan perlu diketahui sehingga
perencanaan wilayah pada daerah tersebut sesuai. Karakteristik lahan pada
wilayah yang direncanakan digunakan untuk mengetahui daya dukung lahan
pada wilayah tersebut. Daya dukung lahan di Kabupaten Pesisir Selatan
dianalisa dengan menggunakan peta kelerengan, peta fungsi hutan, peta
rawan bencana, dan peta resapan air. Peta – peta tersebut di – overlay untuk
mengetahui daerah yang boleh dibangun dan tidak boleh dibangun pada
Kabupaten Pesisir.
4.1.1 Penentuan daerah yang boleh dibangun dan tidak boleh dibangun
:
a. Daerah yang boleh dibangun
Kelerengan yang terdapat pada Kabupaten Pesisir Selatan terbagi menjadi 5
kelas lereng yaitu 0%-8%, 8%-14%, 15%-25%, 25%-40% dan <40% Di ketiga
wilayah ini kelas lereng yang boleh dibangun yaitu yaitu pada kemiringan
8%-15% Karena pada kelas lereng 8%-15% daerah tersebut tidak terlalu
curam untuk dibangun.
Fungsi hutan di Kabupaten Pesisir Selatan, Kota Padang, terbagi menjadi 6
fungsi hutan yaitu Taman Nasional, Cagar alam, Hutan lindung, hutan
Produksi terbatas, hutan produksi dan hutan produksi konversi. Pada
Kabupaten Pesisir Selatan ini fungsi hutan di wilayah ini fungsi hutan yang
boleh dibangun yaitu hutan produksi yang dapat dikonversi, dan hutan
produksi.
Kabupaten Pesisir Selatan termasuk dalam kawasan rawan bencana
alam baik berupa gempa bumi, banjir, tanah longsor, gelombang tinggi dan
tsunami. Bencana alam gempa bumi ini terkait dengan letak geografis
Kabupaten Pesisir Selatan yang berada pada pertemuan lempeng benua.
Sedangkan tanah longsor dan banjir lebih diakibatkan oleh sifat fisik dan
tutupan lahan (hutan) yang semakin berkurang. Demikian juga bahaya
bencana alam lain saling berkaitan penyebabnya. Selama ini bencana alam
menjadi kendala dalam upaya pengembangan kawasan budidaya untuk
meningkatkan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.
b. Daerah yang tidak boleh dibangun
Kelerengan yang terdapat pada Kabupaten Pesisir Selatan terbagi menjadi 5
kelas lereng yaitu 0%-8%, 8%-14%, 15%-25%, 25%-40% dan <40% Di ketiga
wilayah ini kelas lereng yang tidak boleh dibangun yaitu pada kemiringan
lereng 25%-40%. Karena pada kelas lereng 25%-40% daerah tersebut
terlalu curam untuk dibangun kawasan budidaya khususnya perumahan.
Fungsi hutan di Kabupaten Pesisir Selatan, Kota Padang, terbagi menjadi 6
fungsi hutan yaitu Taman Nasional, Cagar alam, Hutan lindung, hutan
Produksi terbatas, hutan produksi dan hutan produksi konversi. Pada
Kabupaten Pesisir Selatan ini fungsi hutan di wilayah ini fungsi hutan yang
tidak boleh dibangun yaitu Taman Nasional, Cagar Alam, dan Hutan Lindung.
Dari analisa ini dihasikan kawasan lindung yaitu kawasan yang tidak boleh
dibangun pada kawasan ini dan kawasan budidaya yaitu kawasan yang boleh
dibangun pada kawasan ini.
Proyeksi
4.2.1 Proyeksi Penduduk
Jumlah penduduk dari tahun 2004 sebanyak 418.521 dengan kepadatan
perkilometer 72,79, hingga pada tahun 2008 mencapai 422.257 dengan
kepadatan perkilometer 76,92 menunjukkan peningkatan rata-rata 4,42 % per
tahun. Tingkat pertambahan ini cukup tinggi, sehingga perlu diambil langkah-
langkah yang tepat agar pertambahannya dapat dikendalikan dan sesuai
dengan daya dukung lingkungan.
Hasil perhitungan jumlah penduduk tahun 2029, diperkirakan berjumlah sebanyak 11.015.179 jiwa. Untuk itu maka penataan wilayah dapat mengakumulasikan jumlah penduduk perlu dilakukan secara terpadu, melalui penyediaan sarana dan prasarana.
Laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2007 ke tahun 2008 mengalami
kenaikan yang cukup tinggi dibandingkan laju pertumbuhan penduduk tahun
2006 ke tahun 2007. Pada tahun 2007 laju pertumbuhan penduduk tercatat
hanya sebesar 1.18 persen, sedangkan pada tahun 2008 tercatat sebesar
2,10 persen. Tingginya laju pertumbuhan penduduk tahun 2008 ini terjadi
karena tingginya tingkat kelahiran dan migrasi neto. Jauh di atas laju
pertumbuhan penduduk (LPP) Indonesia yang hanya mencapai angka 1,47
persen per tahun.
Pada proses penyusunan rencana tata ruang kabupaten dilakukan proyeksi
penduduk 20 tahun ke depan. Proyeksi penduduk dengan menggunakan
metode proyeksi yang laju pertumbuhan sama tiap tahun. Adapun rumus
yang digunakan dapat dilihat di bawah ini :
Rumusnya: Pn = Po (1+r)n
Pn = Jumlah penduduk tahun proyeksi
Po = Jumlah penduduk tahun awal
r = Laju pertumbuhan per tahun
n = Jangka waktu tahun rencana
Metode di atas dapat digunakan untuk menghitung jumlah penduduk dari
kondisi eksisting pada tahun 2009 hingga periode tahun rencana yaitu tahun
2029. Adapun proyeksi penduduk dilakukan tiap 5 tahun dimulai pada tahun
2009 sampai dengan tahun 2029 karena tiap 5 tahun diadakan proses
evaluasi rencana tata ruang kabupaten.
Tabel 4.2 Proyeksi Penduduk Tahun 2009 - 2029
No.
Data Existing Tahun 2009 Jiwa
Proyeksi Penduduk Jiwa Jumlah KK
2014 2019 2024 2029 2014 2019 2024 2029
1.448.49
03.090.162 5.731.835 8.373.507 11.015.179 772.541 1.432.959
2.093.377
2.753.795
Sumber: Hasil Proyeksi, 2010
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk pada tahun
rencana (tahun 2029) yaitu sebesar 11.015.179 jiwa.
4.2 Kesesuaian Lahan
4.2.1 Permukiman
Pertumbuhan penduduk di daerah perencanaan setiap tahunnya cukup besar
pertumbuhannya, pada tahun rencana yaitu tahun 2029 maka lokasi
permukiman yang ada sudah tidak dapat menampung pertumbuhan
penduduk disetiap tahunnya, akan tetapi lokasi permukiman baru disiapkan
yaitu letaknya tidak jauh dari permukiman yang sudah ada yaitu berjarak
±5Km dari jarak permukiman yang sudah ada untuk menampung
pertumbuhan penduduk yang padat. Lokasi ini dipilih karena sesuai dengan
lahan yang cocok untuk kawasan perumahan yaitu pada kelerengan 0 -15
%. Penentuan lokasi ini memiliki kelebihan dan kekurangan untuk dijadikan
permukiman, yaitu:
- Kelebihan:
1. Lokasi permukiman dekat dengan ibukota kabupaten
2. Lokasi permukiman dilalui jalan Negara.
3. Aksesibilitas untuk mencapai lokasi ini mudah karena dilaui jalan
kabupaten.
4. Lokasi permukiman perkotaan berada di kawasan pemerintahannya,
4.2.2 Pariwisata
Pembangunan kepariwisataan dilakukan melalui pengembangan
industri pariwisata, destinasi pariwisata, pemasaran dan kelembagaan
pariwisata. Daerah memiliki beragam daya tarik wisata andalan
maupun potensial, meliputi wisata alam, wisata bahari, wisata minat
khusus, tarik wisata budaya/ sejarah. Hal ini tidak terlepas dari
keindahan alam, peninggalan sejarah serta berbagai ragam budaya
yang terdapat hampir diseluruh daerah.
Pengembangan wisata bahari telah menjadi salah satu produk usaha
dan tujuan wisata (destinasi) yang penting. Hal ini ditunjukkan dengan
semakin meningkatnya jumlah wisata yang berkunjung, baik dari
wisatawan manca negara, nusantara maupun wisatawan lokal.
Pembangunan wisata bahari pada hakekatnya merupakan upaya untuk
mengembangkan dan memanfaatkan objek dan daya tarik wisata
bahari antara lain dalam bentuk keindahan pantai sepanjang Pesisir
Selatan, keanekaragaman flora dan fauna (taman laut), keindahan
alam, maupun sungai-sungai terjal yang mengalir kelautan.
Seiring dengan terus meningkatnya minat kunjungan wisatawan,
pemerintah daerah mulai mengupayakan pengembangan wisata
dengan potensi keindahan alam laut yang tidak kalah dengan objek-
objek wisata bahari lain diluar Kabupaten Pesisir Selatan. Di sisi lain
diharapkan terjadinya keseimbangan dan pemerataan di bidang
kepariwisataan tanpa membedakan jenis dan nilai jual potensi wisata
yang ada.
Pada tahun 2008 tercatat sebanyak 88.458 orang wisatawan yang
berkunjung ke Kabupaten Pesisir Selatan dengan perincian 201 orang
wisatawan asing dan 88.257 wisatawan domestik. Dengan
difungsikannya beberapa kawasan wisata bahari ini, diharapkan akan
mampu menarik minat kunjungan wisatawan untuk berkunjung
terutama untuk menikmati keindahan potensi laut/ bahari yang ada.
Berikut beberapa lokasi objek wisata bahari yang terdapat di
Kabupaten Pesisir Selatan :
Pantai Carocok Tarusan
Wisata Bahari Kawasan Mandeh
Pantai Batu Kalang
Pulau Batu Kalang
Pantai Pasir Ganting
Pantai Sumedang
Pantai Pasir Putih
Pantai Nyiur Melambai
Pantai Teluk Kasai
Pantai Sungai Nipah
Pantai Batu Kureta
Pantai Pulau Aur Besar/Kecil
Pulau Penyu
Pantai Ketaping
INDUSTRI PERKEBUNAN
Kegiatan industri yang telah berkembang di Kabupaten Pesisir Selatan
dikelompokkan menjadi industri besar, dan kecil. Bahan baku industri
memanfaatkan bahan baku lokal. Pengelolaan dan pengembangan
perkebunan dilakukan oleh berbagai pihak, baik swasta maupun masyarakat
yang tersebar di seluruh kabupaten. Perkebunan sawit merupakan
perkebunan terbesar bila di bandingkan dengan komoditi lain.
INDUSTRI PERIKANAN
Potensi pembudidayaan perikanan darat cukup besar, namun sampai saat
ini produksi budidaya masih sangat kecil dibandingkan perikanan tangkap.
Aktivitas budidaya perikanan laut terdapat pada Kecamatan Koto XI Tarusan,
sedangkan aktivitas budidaya perikanan air tawar tersebar di 12 (dua belas
kecamatan).
BAB V
RENCANA POLA PEMANFAATAN RUANG
5.1. Visi dan Misi
Visi pembangunan dari Kabupaten Pesisir Selatan yaitu menjadikan
Kabupaten Pesisir Selatan sebagai daerah perikanan, perkebunan,
pariwisata dan industri. Visi ini diharpakan dapat dikembangkan secara
optimal pada tahun rencana yaitu tahun 2029. Sedangkan Misi dari
kabupaten Pesisir Selatan adalah menyejahterakan masyarakatnya dengan
ekonomi sebagai pilar utama.
Pembangunan aspek fisik, sosial dan ekonomi di kabupaten ini hingga tahun
2029 bertujuan untuk mewujudkan visi ketiga wilayah studi. Pembangunan dan
pengembangan di kabupaten ini meliputi :
A. Permukiman :
- Dengan kebutuhan lahan sebesar 200 m2/KK
B. Industri Perkebunan
- Kelapa Sawit
- Gambir
C. Pembangunan Industri Perikanan
- Ikan Tuna
- Cakalang
5.2 Rencana Pola Pemanfaatan Ruang
Rencana pola pemanfaatan ruang pada tahun 2029 meliputi kawasan
permukiman, kawasan industri perkebunan, kawasan industri perikanan, kawasan
pariwisata dan jaringan di kabupaten ini. Rencana pola pemanfaatan ruang pada
tahun 2029 dapat dilihat pada peta ...................