laporan perwil 2009

63
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Kawasan Barat Indonesia yang tidak merata masih terdapat beberapa permasalahan umum seperti permasalahan pertanian, perkebunan tradisional dan subsistemnya, masih adanya kasus busung lapar yang diderita warga, rendahnya kualitas kesehatan, kemiskinan dan keterisolasian, terbatasnya ketersediaan prasarana dasar, terbatasnya pasokan air minum, listrik, dan energi, masih terbatasnya sarana dan prasarana transportasi untuk memudahkan aksesibilitas, bencana alam, masih rendahnya kualitas hidup masyarakat, serta masih rawannya ancaman separatisme. Sedangkan sebagian besar wilayah di Indonesia bagian Barat khususnya pulau Sumatera memiliki potensi yang dapat dikembangkan untuk kepentingan wilayah masing-masing, namun hal ini belum dikelola secara optimal melalui kegiatan penataan ruang. Dalam rangka pelaksanaan pengembangan wilayah kabupaten sesuai dengan potensi daerah masing-masing

Upload: romi-mitrolia

Post on 26-Dec-2015

36 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

LAPORAN PERWIL 2009

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PERWIL 2009

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan Kawasan Barat Indonesia yang tidak merata masih

terdapat beberapa permasalahan umum seperti permasalahan pertanian,

perkebunan tradisional dan subsistemnya, masih adanya kasus busung

lapar yang diderita warga, rendahnya kualitas kesehatan, kemiskinan dan

keterisolasian, terbatasnya ketersediaan prasarana dasar, terbatasnya

pasokan air minum, listrik, dan energi, masih terbatasnya sarana dan

prasarana transportasi untuk memudahkan aksesibilitas, bencana alam,

masih rendahnya kualitas hidup masyarakat, serta masih rawannya ancaman

separatisme. Sedangkan sebagian besar wilayah di Indonesia bagian Barat

khususnya pulau Sumatera memiliki potensi yang dapat dikembangkan untuk

kepentingan wilayah masing-masing, namun hal ini belum dikelola secara

optimal melalui kegiatan penataan ruang.

Dalam rangka pelaksanaan pengembangan wilayah kabupaten sesuai

dengan potensi daerah masing-masing membutuhkan keterpaduan

pengembangan sektoral dengan pengembangan wilayah kabupaten lainnya.

Tujuan utama pengembangan wilayah adalah peningkatan kualitas hidup dan

kesejahteraan masyarakat serta pemerataannya.

Pesisir Selatan merupakan salah satu Kabupaten di Sumatera Barat

yang terletak di pantai barat bagian selatan Propinsi Sumatera Barat, dan

merupakan pintu gerbang masuk di wilayah selatan propinsi ini. Kabupaten

ini dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang

Page 2: LAPORAN PERWIL 2009

Pembentukan Daerah otonomi Kabupaten dalam lingkungan Daerah Propinsi

Sumatera Tengah. Secara administrasi, terdiri dari 12 (dua belas) Kecamatan

dan 76 Nagari.

Dengan berlakunya UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,

maka peraturan daerah tentang RTRW perlu dilakukan penyesuaian

terhadap UU tersebut. Penyesuaian diantaranya dilakukan terhadap masa

berlaku RTRW kabupaten dari 10 tahun menjadi 20 tahun, selain beberapa

hal prinsip yang perlu pemanfaatan ruang, penerapan sanksi, proporsi

kawasan lindung dalam DAS dan ruang terbuka hijau perkotaan masing-

masing paling sedikit 30%, serta perlunya zoning regulation pada kawasan-

kawasan strategis. PP No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Nasional (RTRWN) juga telah menetapkan struktur ruang yang

mengatur sistem perkotaan nasional, dan penetapan Kawasan Strategis

Nasional dan Propinsi tentunya harus dijabarkan lebih lanjut dalam Rencana

Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pesisir Selatan untuk 20 (dua puluh) tahun

mendatang terhitung mulai tahun 2010-2030.

Page 3: LAPORAN PERWIL 2009

BAB II

TUJUAN RENCANA

Tujuan pembuatan laporan ini yaitu mengetahui tahap – tahap yang

dilakukan dalam proses perencanaan wilayah, selain itu untuk mempelajari

proses analisa untuk menghasilkan rencana tata ruang wilayah.

Terwujudnya Keterpaduan Pola Ruang Kabupaten Pesisir Selatan

Sampai Tahun 2030 Melalui Pengembangan Potensi Ketahanan Pangan

Berbasis Kelautan, Pariwisata Dan Mitigasi Bencana Secara Berkelanjutan.

Visi Kabupaten Pesisir Selatan adalah mewujudkan masyarakat

pesisir selatan yang sejahtera. Misi Kabupaten ini adalah sebagai berikut:

Menegakan supermasi hukum dan HAM, menjalankan prinsip-

prinsip pemerintahan yang baik serta meningkatkan kapasitas

kelembagaan pemerintahan daerah dan masyarakat.

Mengembangkan perekonomian pesisir selatan dengan

mengoptimalkan pengembangan kawasan ekonomi terpadu.

Meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat pesisir selatan

melalui peningkatan akses terhadap Pelayanan pendidikan,

kesehatan, kehidupan beragama dan ketahanan budaya.

Mengembangkan dan meningkatkan prasarana dan sarana daerah,

Ekonomi, agama dan sosial budaya.

Untuk mewujudkan visi dan misi pembangunan jangka panjang, maka

ketiga wilayah studi perlu menyusun dan menetapkan rencana wilayah.

Pengembangan wilayah Kabupaten perencanaan ini sebagai bagian dari

Page 4: LAPORAN PERWIL 2009

proses pembangunan yang diharapkan dapat mendorong pertumbuhan

ekonomi Wilayah Kabupaten Pesisir Selatan. Di dalam laporan ini akan

dibahas perencanaan wilayah studi dalam mewujudkan visi tersebut.

Page 5: LAPORAN PERWIL 2009

BAB III

GAMBARAN UMUM

3.1 Keadaan Geografis

Secara geografis terletak antara 0º59’ - 2º28´ Lintang Selatan dan

109º19´ - 101º18´ Bujur Timur dengan batas-batas :

Sebelah Utara dengan Kota Padang;

Sebelah Selatan dengan Muko- muko (Provinsi Bengkulu);

Sebelah Timur dengan Kabupaten Solok, Kabupaten Solok Selatan

dan Propinsi Jambi;

Sebelah Barat dengan Samudera Hindia;

Dengan letak tersebut menjadikan Kabupaten Pesisir Selatan ini

sebagai gerbang masuk wilayah Selatan Provinsi Sumatera Barat yang perlu

didukung oleh prasarana, baik transportasi darat dan laut yang memadai,

seperti jalan nasional Padang Bengkulu dan pelabuhan Carocok Painan.

Luas daratan ± 5.794,95 km² dan luas perairan (laut) ± 84,312 km² dengan

panjang pantai ± 234 km. Memiliki 25 pulau-pulau kecil.

3.2. Kondisi Bio-Fisik Wilayah

3.2.1. Iklim

Indikator yang mempengaruhi iklim suatu wilayah salah satunya adalah

curah hujan. Curah hujan berpengaruh langsung terhadap siklus dan pola

penanaman masyarakat pertanian yang ada di suatu wilayah, dengan

mengetahui iklim dan curah hujan, maka para petani dapat memprediksi dan

Page 6: LAPORAN PERWIL 2009

menentukan untuk musim tanam dalam satu tahun sehingga peningkatan

hasil dapat lebih ditingkatkan dan resiko kegagalan panen dapat dikurangi.

Kabupaten Pesisir Selatan memiliki 11 sungai besar dan 7 kecil serta sumber

mata air dan hutan lindung dengan curah hujan yang tergolong sedang (rata-

rata curah hujan 2.755 – 3.000 mm/tahun). Musim hujan biasanya jatuh pada

bulan Oktober sampai dengan Februari, sedangkan bulan Maret sampai

September curah hujan sangat rendah dan bulan-bulan inilah masyarakat

sulit mendapat air (rata-rata hari hujan 113 hari pertahun). Pada daerah yang

belum mendapat akses air bersih biasanya masyarakat masih menggunakan

sungai sebagai sumber air untuk keperluan rumah tangga.

Januari

Febru

ari

Maret

April MeiJuni

Juli

Agustu

s

Septem

ber

Oktober

Nopember

Desember

127.6

302.5

427.4

273.6

133.8

326.3

595.3

74.2

271.5345.2

207

510.5

Gambar 5.5Curah Hujan Bulanan Tahun 2008

Banyaknya Curah Hujan (Mm)

3.2.2 Geologi

Secara geologis Kabupaten Pesisir Selatan merupakan daerah rawan gempa

bumi. Hal ini terkait dengan kondisi fisik Pulau Sumatera sebagai Great

Sumatra Fault di sepanjang pesisir Sumatera yang saling mendesak

sehingga terjadi gerakan di lempeng besar dan micro plate. Kondisi tersebut

menjadikan rentan terhadap bencana alam seperti tanah longsor dan gempa

bumi yang berpotensi terjadinya gelombang tinggi dan/atau tsunami.

Page 7: LAPORAN PERWIL 2009

Kabupaten Pesisir Selatan termasuk dalam kawasan rawan bencana alam

baik berupa gempa bumi, banjir, tanah longsor, gelombang tinggi dan

tsunami. Bencana alam gempa bumi ini terkait dengan letak geografis

Kabupaten Pesisir Selatan yang berada pada pertemuan lempeng benua.

Sedangkan tanah longsor dan banjir lebih diakibatkan oleh sifat fisik dan

tutupan lahan (hutan) yang semakin berkurang. Demikian juga bahaya

bencana alam lain saling berkaitan penyebabnya.

Selama ini bencana alam menjadi kendala dalam upaya pengembangan

kawasan budidaya untuk meningkatkan pembangunan dan kesejahteraan

masyarakat.

Tabel

Kejadian Bencana Alam

NO JENIS BENCANATAHUN TAHUN

2008 2009

1 Banjir 5 0 

2 Longsor 2 0 

3 Kebakaran 15 50

4 Puting Beliung 3 0 

5 Gelombang Pasang 1 1

6 Gempa Bumi 0 4

11 Abrasi Pantai 0 1

12 Angin Badai 0 11

JUMLAH 38 67

Sumber : Kesbanglinmas Kabupaten Pesisir Selatan, 2009

3.2.3 Topografi

Page 8: LAPORAN PERWIL 2009

Secara keseluruhan daerah Kabupaten Pesisir Selatan memiliki topografi

wilayah yang bervariasi antara dataran rendah sampai dataran tinggi, berada

pada ketinggian 0 - 1.000 meter dari permukaan laut. Sebagian besar

wilayah memiliki topografi, curam hingga sangat curam (> 25%) yang

merupakan bagian dari Pegunungan Bukit Barisan. Wilayah yang curam

terletak di bagian barat yang merupakan wilayah tengah pulau Sumatera.

Sementara topografi yang landai hingga datar terletak di bagian Timur hingga

batas pantai dalam luasan yang sempit.

Untuk ketiga wilayah studi yakni Kecamatan Sutera, Lengayang dan Linggo

Sari Baganti kondisi topografi tersebut juga sama yaitu dengan topografi

relatif datar di sepanjang pantai dengan lebar kurang dari 15 km ke arah

darat hingga topografi berbukit-bukit yang mendominasi bagian barat wilayah.

3.2.4 Jenis Tanah

Secara umum, jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Pesisir Selatan

didominasi dengan jenis tanah podsolik. Jenis tanah podsolik terletak di

wilayah dengan kemiringan sangat tinggi dan juga pada dataran yang datar.

Selain itu, di wilayah ini juga terdapat jenis tanah kambisol yang menempati

bagian wilayah yang agak curam, sebagian luasan organosol pada daerah

rawa pinggir pantai dan jenis tanah andosol. Sementara itu disepanjang

pantai jenis tanahnya adalah tanah regosol.

Jenis Tanah podsolik umumnya berkembang dari bahan induk tua

terutama baham induk batuan liat. Tanah ini dicirikan oleh kedalaman tanah

yang agak dalam dengan warna lapisan atas coklat gelap dan coklat gelap

kekuningan, struktur gumpal bersudut dan reaksi tanah masam. Jenis tanah

ini berkembang dari bahan induk masam di lereng pegunungan pada elevasi

tinggi. Sedangkan jenis tanah Podzolik dataran rendah, pada umumnya

adalah hidro-podzolik yang berkembang pada kondisi drainase buruk. Tanah

Page 9: LAPORAN PERWIL 2009

ini biasanya berasosiasi dengan tanah Podzol (Spodosol) yang dicirikan oleh

horison spodik. Horison permukaan mengalami pelindian hebat yang

menghasilkan horison pencucian yang miskin hara dan (Petocz, 1984)

berpasir, sedangkan harison penimbunan kaya akan besi dan humus yang

disebut horison spodik.

Jenis tanah kambisol adalah tanah dengan tingkat perkembangan lemah

yang dicikan oleh adanya horison penciri kambik, struktur tanah dan iluvasi

liat yang masih lemah dan terdapat karatan pada lapisan bawah. Penyebaran

dijumpai pada lahan basah berdrainase buruk dengan ciri sifat hidromorfik

yang dominan maupun pada lahan kering berdrainase baik.

Tanah andosol adalah tanah yang berbahan induk abu volkan, merupakan

tanah yang relatif muda dibandingkan latosol, yang sifat- sifatnya sangat

ditentukan oleh mineral liat yang dikandungnya yaitu alofan yang bersifat

amorf. Umumnya mempunyai kejenuhan basa relatif rendah tetapi

mempunyai AL dapat ditukar relatif tinggi. Terbawa oleh sifat mineral liat

dominan yang dimilikinya maka andosol mempunyai sifat tiksotrofik,

mempunyai kemampuan mengikat air besar, porositas tinggi, bobot isi

rendah, gembur, tidak plastis dan tidak lengket serta kemampuan fiksasi

fosfat yang tinggi. Tanah ini biasanya sesuai untuk pertanian lahan basah

dan buah-buahan serta tanaman semusim.

Sedangkan tanah organosol Jenis tanah ini berasal dari bahan induk organik

seperti dari hutan rawa atau rumput rawa, dengan ciri dan sifat: tidak terjadi

deferensiasi horizon secara jelas, ketebalan lebih dari 0.5 meter, warna

coklat hingga kehitaman, tekstur debu lempung, tidak berstruktur, konsistensi

tidak lekat-agak lekat, kandungan organik lebih dari 30% untuk tanah tekstur

lempung dan lebih dari 20% untuk tanah tekstur pasir, umumnya bersifat

sangat asam (pH 4.0), kandungan unsur hara rendah.

Berdasarkan penyebaran topografinya, tanah gambut dibedakan menjadi tiga

yaitu:

Page 10: LAPORAN PERWIL 2009

a. Gambut ombrogen: terletak di dataran pantai berawa, mempunyai

ketebalan 0.5 – 16 meter, terbentuk dari sisa tumbuhan hutan dan rumput

rawa, hampir selalu tergenang air, bersifat sangat asam. Contoh

penyebarannya di daerah dataran pantai Sumatra, Kalimantan dan Irian Jaya

(Papua);

b. Gambut topogen: terbentuk di daerah cekungan (depresi) antara rawa-

rawa di daerah dataran rendah dengan di pegunungan, berasal dari sisa

tumbuhan rawa, ketebalan 0.5 – 6 meter, bersifat agak asam, kandungan

unsur hara relatif lebih tinggi. Contoh penyebarannya di Rawa Pening (Jawa

Tengah), Rawa Lakbok (Ciamis, Jawa Barat), dan Segara Anakan (Cilacap,

Jawa Tengah); dan

c. Gambut pegunungan: terbentuk di daerah topografi pegunungan,

berasal dari sisa tumbuhan yang hidupnya di daerah sedang (vegetasi

spagnum). Contoh penyebarannya di Dataran Tinggi Dieng.

Tanah Regosol, adalah jenis tanah yang terbentuk dari bahan induk abu dan

pasir vulkan intermedier. Bentuk wilayahnya berombak sampai bergunung.

Tanah Regosol belum jelas menempatkan perbedaan horizon-horizon.

Tekstur tanah ini biasanya kasar, tanpa ada struktur tanah, konsistensi lepas

sampai gembur dan easaman tanah dengan pH sekitar 6-7.

3.2.5 Penggunaan Lahan

Daratan yang selektif luas termasuk pulau-pulau kecil merupakan modal

pembangunan yang sangat potensial untuk dikembangkan, tidak saja untuk

kegiatan pertanian perkebunan dan kehutanan, tetapi juga pada beberapa bagian

wilayah dapat dikembangkan permukiman. Secara umum pemanfaatan lahan darat

di kembangkan untuk pengembangan ekonomi daerah, sementara pemanfaatannya

masih menghadapi beberapa kendala, terutama terkait dengan kondisi fisiografi.

Page 11: LAPORAN PERWIL 2009

Secara fisik, kondisi daerah ini umumnya berupa perbukitan dan pegunungan

sehingga membutuhkan kehati-hatian agar tidak menimbulkan bencana alam,

terutama tanah longsor.

Penggunaan lahan di Kabupaten Pesisir Selatan dipengaruhi oleh faktor

alami maupun faktor non alami. Secara alami faktor yang mempengaruhi

penggunaan lahan antara lain kemiringan tanah, jenis tanah, curah hujan,

dan kandungan air tanah. Sedangkan secara non alami faktor yang

mempengaruhi antara lain penggunaan lahan yaitu aktifitas yang terjadi di

masyarakat, mata pencaharian, sebaran penduduk dan jumlah penduduk.

Di Kabupaten Pesisir Selatan penggunaan lahan didominasi oleh faktor non

alami, hal ini terlihat dari penyebaran pola permukiman pada daerah-daerah

yang bisa dikembangkan, baik pertanian, perikanan, maupun bidang lain

seperti pemerintahan.

Jika dilihat dari sudut penggunaan lahan, Kecamatan Sutera sampai saat ini

masih diliputi oleh kawasan hutan. Luas hutan mencapai 53,43 persen dari

luas wilayah. Lahan untuk pertanian meliputi 36,04 persen dari luas wilayah

Kecamatan Sutera. Sisanya 10.53 persen digunakan untuk tempat tinggal,

lahan kering lainnya

Page 12: LAPORAN PERWIL 2009

Tabel 5.4

N

o

Penggunaan

Lahan

Kecamatan

Sutera

Kecamatan

Lengayang

Kecamatan

Linggo Sari

Baganti

Luas Presenta

se

Luas Presenta

se

Luas Presenta

se

1 Lahan Sawah 1.84

2

5,13 3.672 6,22 2.980 9,45

2 Bangunan dan

halaman

459 1,28 1.788 3,03 595,5 1,89

3 Kebun / tegal 2.63

1

7,33 4.485 7,59 3.654 11,58

4 Ladang 652 1,82 7.053 11,94 456 1,45

5 Penggembalaan/

padang rumput

31 0,09 35 0,06 75 0,11

6 Sementara tdk

diusahakan

594 1,65 4.068 6,89 419 0,94

7 Ditanami pohon/

hutan rakyat

10.3

52

28,83 3.889 6,58 3.978 4,16

8 Hutan negara 14.1

05

39,28 30.24

8

51,22 10.658

,2

45,17

9 Perkebunan 1.95

1

5,43 1.761 2,98 3.242 9,32

1

0

Lahan kering

lainnya

3.25

0

9,05 1.094 1,85 5.314,

5

22,88

1

1

Rawa-rawa 40 0,11 950 1,61 152 0,24

1

2

Kolam empang 0 0,00 16 0,03 16 0,01

Jumlah 35.9

07

100,00 59.06

0

100,00 31.541 100,00

Presentase Penggunaan Lahan Menurut Jenis Penggunaannya

Kecamatan Sutera, Lengayang, kecamatan Linggo Sari Baganti Tahun

2005

Page 13: LAPORAN PERWIL 2009

Sumber : Pesisir Selatan Dalam Angka Tahun 2008 & Kecamatan Sutera Dalam Angka 2005,

Kecamatan Lengayang dalam angka 2008, Kecamatan Linggo Sari Baganti 2008

Kemudian untuk Kecamatan Lengayang sebagian besar masih merupakan

kawasan hutan. Luas kawasan hutan di Kecamatan Lengayang mencapai

57,80 persen dari luas wilayah. Sementara lahan untuk budidaya pertanian

tercatat sekitar 35,62 persen, sedangkan lahan untuk permukiman sekitar

3,03 persen. Sisanya yaitu sebesar 3,55 persen merupakan semak/rawa-

rawa lainnya.

Sedangkan pada Kecamatan Linggo Sari Baganti sampai saat ini sebagian

besar merupakan kawasan hutan. Luas kawasan hutan di Kecamatan Linggo

Sari Baganti mencapai 49,78 persen dari luas wilayah. Sementara lahan

untuk budidaya pertanian tercatat sekitar 42,2 persen, sedangkan lahan

untuk permukiman sekitar 1,89 persen. Sisanya sebesar 6,13 persen

merupakan semak/rawa-rawa lainnya.

Dari keseluruhan Kecamatan yang menjadi lokasi studi maupun secara

keseluruhan Kabupaten Pesisir Selatan dalam hal penggunaan lahan masih

terkendala dengan adanya hutan negara yang berstatus hutan lindung

sebesar 51% dari total luas wilayah Kabupaten Pesisir Selatan atau sekitar ±

30.248 Km² membuat pengembangan wilayah budidaya menjadi terbatas

hanya pada wilayah pesisir yang relatif datar. Dari 26 % luas hutan dan

berstatus HPL, sekitar 30 % sudah dikelola oleh investor asing dan lokal.

3.2.6 Sumber Daya Air

Hidrologi meliputi sumber air permukaan tanah dan sumber air bawah tanah.

Sumber air permukaan tanah terdapat pada sungai-sungai yang mengalir di

daerah ini yang mencapai jumlah sebanyak 18 sungai yang terdiri atas 11

sungai besar dan 7 sungai kecil. Daerah ini memiliki sebanyak 25 pulau,

Page 14: LAPORAN PERWIL 2009

dimana pulau-pulau tersebut sangat berpotensi di kembangkan menjadi objek

wisata baik wisata alam maupun wisata bahari. Sumber mata air hampir

terdapat diseluruh kecamatan. Jika dilihat dari intensitasnya, maka dapat

dibedakan menjadi sumber air periodik yang mengalir sepanjang tahun dan

non periodik yang mengalir pada waktu tertentu. Sumber mata air terdiri dari

air permukaan dan air tanah, di jelaskan sebagai berikut ;

Air Tanah

Kedalaman air tanah di suatu wilayah ditentukan oleh tinggi wilayah dari

permukaan air laut. Daerah ini tersusun dari batuan induk yang bervarisi dan

terletak pada ketinggian 0-1000 meter diatas permukaan laut. Potensi

ketersediaan air tanah pada tahun 2008 yaitu : 9.420,44 juta m3.

Air Sungai

Kondisi debit sungai pada tahun 2008 yaitu : 29,696 M3/dt. Luas sungai yang

ada adalah 6.232,02 Ha. Batang Inderapura merupakan Sungai terpanjang

dengan panjang aliran sungai 93,70 km2 dan luas Daerah Aliran Sungainya

mencapai 2.035.89 km2 dengan debit aliran sebesar 7,315 M3/dt yang melalui

kecamatan Pancung soal, Basa IV Balai dan Kecamatan Linggosaribaganti.

Sungai kedua terpanjang adalah sungai Batang Silaut sepanjang 56,42 Km2

dengan luas 516,89 Km2 dengan debit air sebesar 1,857 M3/dt. Sedangkan

debit aliran sungai terkecil terdapat pada Batang Painan yaitu sebesar 0,084

M3/dt dengan luas Daerah Aliran Sungai 23,36 km2 dan dengan panjang

sungai 13,61 km.

Kondisi ini memerlukan adanya sinkronisasi pola ruang antar wilayah agar

tatanan kelestarian lingkungan dapat dipertahankan kelestariannya. Sungai-

sungai yang tersebar menjadi penopang dalam mensuply ketersediaan air

bagi daerah irigasi yang diatur melalui saluran irigasi.

Tabel

Nama-nama Sungai, Lokasi dan Panjangnya

Page 15: LAPORAN PERWIL 2009

No. Nama Sungai Lokasi Panjang

1 Batang Tarusan Koto Tarusan 70,5

2 Batang Bayang Bayang 82

3 Batang Lumpo IV Jurai 40,5

4 Batang Salido IV Jurai 29

5 Batang Painan IV Jurai 12,5

6 Batang Lalamu Batang Kapas 42,5

7 Batang Kapas Batang Kapas 77,5

8 Batang Surantih Sutera 60

9 Batang Amping Parak Sutera 27,5

10 Batang Kambang Lengayang 135

11 Batang Lakitan Lengayang 44

12 Batang Pelangai Ranah Pesisir 190

13 Batang Tungu Ranah Pesisir 6,5

14 Batang Aia Haji Linggo Sari Baganti 106

15 Batang Punggasan Linggo Sari Baganti 58,5

16 Aia Bantaian Linggo Sari Baganti 58,55

17 Air Muara Sakai Pancung Soal 433,5

18 Batang Silaut Pancung Soal 111,1

Sumber : Dinas Pengairan Kabupaten Pesisir Selatan

3.2.7 Ekosistem Perairan

Kabupaten Pesisir Selatan memiliki panjang garis pantai yang sangat

panjang yaitu 234 km. Kondisi ini merupakan potensi bagi pengembangan

sektor perikanan laut. Apalagi wilayah perairan di kabupaten ini memiliki

buffer yaitu kepulauan Mentawai yang menyebabkan memiliki ombak yang

relatif tenang dan memiliki potensi perikanan laut yang besar.

Berdasarkan data sekunder sumberdaya ikan yang ada di lokasi ini antara

lain Ikan Pelagis Besar dan Kecil ( + 34.008 ton / tahun ), Ikan Demersal ( +

60.435,73 ton / tahun ), Ikan Hias Air Laut ( + 14.516.400 ekor / tahun ),

Page 16: LAPORAN PERWIL 2009

Udang ( + 556,27 ton / tahun ). Selain itu kabupaten ini masih memiliki

ekosistem mangrove seluas + 325 Ha dan Terumbu Karang di Sepanjang

Perairan Pantai.

Kabupaten ini memiliki 5 (lima) teluk yaitu Teluk Mandeh, Teluk Painan,

Teluk Sei Nipah, Teluk Betung, dan Teluk Sei Bungin. Luasan wilayah

perairan laut adalah + 2.347,72 Ha yang dapat dimanfaatkan untuk

pengembangan sektor perikanan tangkap. Sementara wilayah ini juga

memiliki perairan payau seluas 26.278,18 Ha. Di wilayah laut ada terdapat

53 pulau yang masuk kedalam wilayah administrasi kabupaten Pesisir

Selatan.

Pada saat ini, kegiatan perikanan yang terdapat di Kabupaten Pesisir Selatan

mencakup perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Pada perikanan

budidaya, terdapat juga budidaya ikan laut dan darat. Komoditas yang

sedang berkembang di beberapa lokasi yang ada di Kabupaten Pesisir

Selatan dalam hal pembudidayaan ikan terutama budidaya ikan laut adalah

jenis ikan bandeng. Budidaya ikan bandeng dilakukan untuk memenuhi

tingginya permintaan akan umpan pakan perikanan tangkap bukan untuk

kebutuhan konsumsi masyarakat. Pola penangkapan ikan khususnya ikan-

ikan besar seperti tuna, kakap, dll menggunakan umpan hidup berupa ikan

bandeng yang berukuran sedang, karena tingginya permintaan akan ikan

bandeng sebagai umpan para nelayan membuat budidaya perikanan laut ini

sangat berkembang.

Page 17: LAPORAN PERWIL 2009

Gambar Kapal Nelayan Penangkap Ikan

3.3 Kependudukan

Jumlah penduduk Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2008 tercatat sebanyak

442.257 jiwa, yang terdiri dari 218.034 jiwa laki-laki dan 224.223 jiwa

perempuan, dengan jumlah rumah tangga sebanyak 100.036 dengan rasio

jenis kelamin sebesar 97,45 pada tahun 2008 yang artinya jumlah penduduk

perempuan lebih banyak dibandingkan penduduk laki-laki.

Ratio jenis kelamin pada tahun 2008 sedikit lebih tinggi dibanding tahun 2007

yakni dari 97,15 pada tahun 2007 menjadi 97,25 pada tahun 2008. Artinya

dalam 100 orang penduduk perempuan terdapat 97,25 orang penduduk laki-

laki.

Kepadatan penduduk Pesisir Selatan pada tahun 2008 tercatat sekitar 76,92

jiwa per kilometer persegi. Jika dibandingkan dengan tahun 2007 telah terjadi

kenaikan 3 jiwa perkilometer persegi.

Laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2007 ke tahun 2008 mengalami

kenaikan yang cukup tinggi dibandingkan laju pertumbuhan penduduk tahun

2006 ke tahun 2007. Pada tahun 2007 laju pertumbuhan penduduk tercatat

hanya sebesar 1.18 persen, sedangkan pada tahun 2008 tercatat sebesar

2,10 persen. Tingginya laju pertumbuhan penduduk tahun 2008 ini terjadi

karena tingginya tingkat kelahiran dan migrasi neto.

Page 18: LAPORAN PERWIL 2009

Angkatan kerja di Kabupaten Pesisir Selatan pada tahun 2008 tercatat

sebanyak 176,690 orang. Bila dilihat dari angkatan kerja yang ada, terdapat

sebanyak 160,929 orang (91,08%) yang bekerja atau memiliki pekerjaan

sedangkan sisanya sebanyak 15.761 orang (8,92%) adalah mereka yang

sedang mencari pekerjaan. Keadaan ini jauh lebih baik bila dibandingkan

pada tahun sebelumnya, 88,30% yang bekerja dan 11,70 % pengangguran.

3.3.1 Kecamatan Sutera

Jumlah penduduk di Kecamatan Sutera tahun 2005 tercatat sekitar 42.254

jiwa, terdiri dari 20.806 jiwa laki-laki dan 21.448 jiwa perempuan dengan

jumlah rumah tangga sebanyak 9.483 rumah tangga.

Kepadatan penduduk Kecamatan Sutera tercatat sekitar 94,81 jiwa per Km².

Kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kenagarian Taratak dengan

kepadatan 125,50 jiwa Km². Sedangkan yang terendah terdapat di

Kanagarian Surantih yaitu hanya 84,27 jiwa per Km². Bila dilihat jumlah

penduduk per nagari, maka yang terbanyak adalah Nagari Surantih (25.004

jiwa) dan terendah adalah penduduk Nagari Taratak (5.605 jiwa).

Perkembangan sex ratio yaitu perbandingan jumlah penduduk laki-laki

dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan dikali seratus ternyata

sex ratio pada tahun 2005 menjadi 97,01. Angka ini menunjukkan bahwa

lebih banyak jenis kelamin perempuan daripada penduduk laki-laki, dimana

setiap 100 orang perempuan terdapat 97 orang laki-laki.

Tabel

Banyaknya Rumah Tangga, Penduduk, dan Kepadatan Penduduk

No NagariRumah

TanggaPenduduk

Kepadatan per

Km²

1 Ampiang Parak 2.584 11.645 111,66

2 Surantih 5.636 25.004 84,27

3 Taratak 1.263 5.605 125,50

Page 19: LAPORAN PERWIL 2009

Jumlah 9.483 42.254 94,81 Sumber : Kecamatan Sutera Dalam Angka 2005

Jika dilihat penduduk berdasarkan kelompok umur, memberikan gambaran

bahwa jumlah penduduk berumur 0-4 tahun tercatat sebanyak 4.321 jiwa

(10,23%), umur 5-14 tahun 8.839 jiwa (20,92%), umur 15-24 tahun 8.618 jiwa

(20,40%), umur 25-29 tahun 17.680 jiwa (41,84%) dan umur 60 tahun keatas

2.796 jiwa (6,62%).

Tabel 5.7

Banyaknya Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Kelompok

Umur

Jenis Kelamin

JumlahLaki-

lakiPerempuan

0-4 2.135 2.186 4.321

5-9 2.162 2.213 4.375

10-14 2.207 2.257 4.464

15-19 2.162 2.220 4.382

20-24 2.089 2.147 4.236

25-29 1.922 1.986 3.908

30-34 1.662 1.716 3.378

35-39 1.352 1.393 2.745

40-44 1.121 1.159 2.280

45-49 994 1.032 2.026

50-54 950 992 1.942

55-59 684 717 1.401

60-64 616 646 1.262

65 + 750 784 1.534

Jumlah 2005

2004

20.806

20.475

21.448

21.105

42.225

41.580

Sumber : Kecamatan Sutera Dalam Angka 2005

Page 20: LAPORAN PERWIL 2009

3.3.2. Kecamatan Lengayang

Jumlah penduduk di Kecamatan Lengayang tahun 2008 tercatat sekitar

54.411 jiwa, terdiri dari 26.830 jiwa laki-laki dan 27.581 jiwa perempuan

dengan 11.999 Rumah tangga. Kepadatan penduduk sekitar 92,13 jiwa per

Km². Kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Nagari Lakitan dengan

kepadatan 96,58 jiwa Km², sementara di Nagari Kambang tercatat sebesar

89,28 jiwa per Km². Bila melihat jumlah penduduk per Nagari yang terbanyak

adalah Nagari Kambang yaitu tercatat 32.153 jiwa sedangkan di Nagari

Lakitan tercatat seitar 22.258 jiwa.

Perkembangan sex ratio yaitu perbandingan jumlah penduduk laki-laki

dibandingkan dengan perempuan dikalikan seratus ternyata sex ratio pada

tahun 2008 yaitu sekitar 97,28. Angka ini menunjukkan bahwa lebih banyak

jenis kelamin perempuan daripada penduduk laki-laki, dimana setiap 100

orang perempuan terdapat 97 orang laki-laki.

Tabel

Banyaknya Rumah Tangga, Penduduk, dan Kepadatan Penduduk

No NagariRumah

TanggaPenduduk

Kepadatan per

Km²

1 Lakitan 4.909 22.258 96,58

2 Kambang 7.090 32.153 89,28

Jumlah 11.999 54.411 92,13 Sumber : Kecamatan Lengayang Dalam Angka 2008

Jika diperhatikan penduduk berdasarkan kelompok umur, memberikan

gambaran bahwa jumlah penduduk berumur 0-4 tahun tercatat sebanyak

5.092 jiwa (12,12%), umur 5-14 tahun 9.249 jiwa (22,01%), umur 15-24 tahun

8.050 jiwa (19,16%), umur 25-29 tahun 16.939 jiwa (40,32%) dan umur 60

tahun keatas 2.683 jiwa (6,39%).

Page 21: LAPORAN PERWIL 2009

Tabel 5.9

Banyaknya Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Kelompok

Umur

Jenis KelaminJumlah

Laki-laki Perempuan

0-4 2.510 2.582 6.595

5-9 2.368 2.438 6.224

10-14 2.188 2.255 5.754

15-19 2.070 2.133 5.443

20-24 1.895 1.952 4.982

25-29 1.739 1.792 4.575

30-34 1.563 1.611 4.112

35-39 1.355 1.398 3.565

40-44 1.147 1.182 3.017

45-49 991 1.021 2.605

50-54 848 874 2.231

55-59 698 720 1.863

60-64 596 615 1.568

65 + 725 747 1.904

Jumlah 20.693 21.320 54.441

Sumber : Kecamatan Lengayang Dalam Angka 2008

3.3.3. Kecamatan Linggo Sari Baganti

Jumlah penduduk di Kecamatan Linggo Sari Baganti tahun 2008 tercatat

sekitar 42.013 jiwa, terdiri dari 20.693 jiwa laki-laki dan 21.320 jiwa

perempuan dengan 10.079 Rumah tangga. Kepadatan penduduk sekitar

133,2 jiwa per Km². Kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kanagarian

Aia Haji dengan kepadatan 157 jiwa Km², sedangkan di Kenagarian

Page 22: LAPORAN PERWIL 2009

Punggasan hanya tercatat sebesar 113 jiwa per Km². Dimana jumlah

penduduk di Kanagarian Aia Haji tercatat 22.616 jiwa sedangkan di

Kenagarian Punggasan terdapat sekitar 19.397 jiwa.

Perkembangan sex ratio yaitu perbandingan jumlah penduduk laki-laki

dibandingkan dengan perempuan dikalikan seratus ternyata sex ratio pada

tahun 2008 menjadi 97,06. Angka ini menunjukkan bahwa lebih banyak jenis

kelamin perempuan daripada penduduk laki-laki, dimana setiap 100 orang

perempuan terdapat 97 orang laki-laki.

Tabel

Banyaknya Rumah Tangga, Penduduk, dan Kepadatan Penduduk

No NagariRumah

TanggaPenduduk

Kepadatan per

Km²

1 Aia Haji 5.426 22.616 157

2 Punggasan 4.653 19.397 113

Jumlah 10.079 42.013 133,20Sumber : Kecamatan Linggo Sari Baganti Dalam Angka 2008

Bila kita perhatikan penduduk berdasarkan kelompok umur, memberikan

gambaran bahwa jumlah penduduk berumur 0-4 tahun tercatat sebanyak

5.092 jiwa (12,12%), umur 5-14 tahun 9.249 jiwa (22,01%), umur 15-24 tahun

8.050 jiwa (19,16%), umur 25-29 tahun 16.939 jiwa (40,32%) dan umur 60

tahun keatas 2.683 jiwa (6,39%).

Tabel

Banyaknya Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Kelompok

Umur

Jenis KelaminJumlah

Laki-laki Perempuan

0-4 2.510 2.582 5.092

Page 23: LAPORAN PERWIL 2009

Kelompok

Umur

Jenis KelaminJumlah

Laki-laki Perempuan

5-9 2.368 2.438 4.806

10-14 2.188 2.255 4.443

15-19 2.070 2.133 4.203

20-24 1.895 1.952 3.847

25-29 1.739 1.792 3.531

30-34 1.563 1.611 3.174

35-39 1.355 1.398 2.753

40-44 1.147 1.182 2.329

45-49 991 1.021 2.012

50-54 848 874 1.722

55-59 698 720 1.418

60-64 596 615 1.211

65 + 725 747 1.472

Jumlah 20.693 21.320 42.013

Sumber : Kecamatan Linggo Sari Baganti Dalam Angka 2008

3.4 Perekonomian

Struktur perekonomian dibentuk berdasarkan 9 (sembilan) sektor utama

kegiatan, meliputi sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, industri

pengolahan, listrik, gas dan air minum, bangunan, perdagangan, hotel dan

restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa

perusahaan, serta jasa-jasa. Struktur ekonomi tahun 2008 didominasi oleh

sektor pertanian, atas harga berlaku maupun harga konstan dimana dari

PDRB atas dasar berlaku terlihat bahwa sumbangan sektor ini tahun 2008

sebesar 34,98 %, sedang menurut harga konstan sebesar 32,44 %. Sektor

lain yang cukup besar memberikan kontribusinya terhadap PDRB adalah

sektor perdagangan, hotel dan restoran 20,84 %, sektor jasa-jasa 16,77%,

sektor pengangkutan dan komunikasi 3,37 % dan sektor industri pengolahan

12,97%.

Page 24: LAPORAN PERWIL 2009

Pertumbuhan perekonomian suatu wilayah secara umum dapat dilihat melalui

indikator pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan PDRB

perkapita. Berdasarkan data pertumbuhan PDRB dapat disimpulkan kondisi

makro ekonomi sebagaimana uraian di bawah ini :

Berdasarkan harga berlaku, pertumbuhan ekonomi tahun tahun 2004

sebesar 4,70 % dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2008

sebesar 5,42 %;

Berdasarkan harga konstan tahun 2000, pertumbuhan PDRB tahun 2008

sebesar 5,42 %; pertumbuhan ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan laju

pertumbuhan tahun 2007 sebesar 5,31 %;

Selama lima tahun terakhir perekonomian menunjukkan kinerja yang baik,

dimana pertumbuhan ekonomi menunjukkan kecenderungan laju yang

meningkat.

Sektor unggulan yang dilihat dari nilai LQ setiap sektor, dengan kriteria jika

sektor yang bersangkutan mempunyai nilai LQ ≥ 1. Dari hasil perhitungan LQ

menunjukkan bahwa sektor pertanian, khususnya pertanian tanaman pangan

dan perkebunan merupakan sektor unggulan yang mampu memberikan

kontribusi terhadap perekonomian daerah. Sub sektor perkebunan yang

menjadi unggulan adalah komoditi karet, dan kelapa sawit, komoditi lain juga

berpotensi menjadi unggulan.

Page 25: LAPORAN PERWIL 2009

Tabel 5.12

PDRB Kab. Pesisir Selatan per Sektor Atas Dasar Harga Berlaku dan

Harga Konstan 2004-2008

N

o

.

Sektor

Ekonomi

Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008

HBHK

2000HB

HK

2000HB

HK

2000HB

HK

2000HB

HK

2000

Juta

(Rp)

(

%

)

Juta

(Rp)

(

%

)

Juta

(Rp)

(

%

)

Juta

(Rp)

(

%

)

Juta

(Rp)

(

%

)

Juta

(Rp)

(

%

)

Juta

(Rp)

(

%

)

Juta

(Rp)

(

%

)

Juta

(Rp)

(

%

)

Juta

(Rp)

(

%

)

1 Pertaniaan

631.

052,

90

32

,4

4

512.

450,

79

33

,1

3

781.

424,

60

34

,3

5

531.

874,

70

33

,1

3

936.

914

35

,3

0

554.

751,

42

32

,4

3

1.08

7.67

7

35

,2

8

578.

800,

87

32

,1

3

1.25

2.18

9

34

,9

8

603.

853,

60

31

,8

0

2Pertambangan

& Penggalian

31.7

11,3

3

1,

63

23.6

72,9

9

1,

53

36.5

64,9

4

1,

61

24.9

02,3

1

1,

53

42.5

53

1,

60

26.2

76,2

9

1,

54

51.3

77

1,

67

28.0

82,1

5

1,

56

61.8

25

1,

73

30.0

18,2

1

1,

58

3Industri

Pengelolaan

252.

711,

33

12

,9

9

195.

272,

95

12

,6

2

288.

737,

67

12

,6

9

207.

531,

87

12

,6

2

337.

753

12

,7

2

221.

041,

40

12

,9

2

396.

563

12

,8

6

234.

965,

32

13

,0

4

464.

371

12

,9

7

250.

753,

51

13

,2

1

4Listrik,Gas dan

Air Bersih

14.1

71,8

4

0,

73

8.94

9,34

0,

58

16.5

12,1

9

0,

73

9.72

4,75

0,

58

19.2

42

0,

72

10.5

54,4

0

0,

62

22.3

73

0,

73

11.4

88,5

0

0,

64

25.8

82

0,

72

12.2

09,9

5

0,

64

5 Bangunan

86.4

37,2

4

4,

44

59.9

04,9

7

3,

87

100.

803,

99

4,

43

63.8

60,1

2

3,

87

118.

745

4,

47

68.1

21,8

2

3,

98

141.

494

4,

59

72.8

21,8

2

4,

04

172.

644

4,

82

77.5

62,9

3

4,

08

6

Perdagangan,

Hotel &

Restoran

420.

194,

43

21

,6

0

342.

361,

07

22

,1

3

473.

288,

52

20

,8

1

360.

141,

53

22

,1

3

537.

018

20

,2

3

379.

848,

84

22

,2

1

629.

860

20

,4

3

400.

983,

31

22

,2

6

745.

980

20

,8

4

424.

331,

86

22

,3

5

7

Pengangkutan

Dan

Komunikasi

57.2

23,3

6

2,

94

41.7

91,7

6

2,

70

71.1

71,7

8

3,

13

44.0

01,1

9

2,

70

89.7

26

3,

38

46.8

01,7

4

2,

74

104.

342

3,

38

49.8

99,7

0

2,

77

120.

791

3,

37

53.1

75,3

7

2,

80

8

Keuangan,Pers

ewaan & Jasa

Perusahan

79.6

16,1

3

4,

09

62.0

95,5

8

4,

01

88.8

84,4

9

3,

91

64.9

21,6

8

4,

01

101.

427

3,

82

68.0

13,0

3

3,

98

117.

257

3,

80

71.8

04,4

0

3,

99

135.

926

3,

80

75.8

80,1

7

4,

00

Page 26: LAPORAN PERWIL 2009

9 Jasa-Jasa

372.

230,

75

19

,1

3

300.

334,

40

19

,4

2

417.

469,

02

18

,3

5

318.

785,

25

19

,4

2

470.

943

17

,7

4

335.

160,

73

19

,5

9

531.

977

17

,2

6

352.

490,

20

19

,5

7

600.

545

16

,7

7

371.

116,

30

19

,5

4

Jumlah

1.94

5.34

9,31

10

0,

00

1.54

6.83

3,85

10

0,

00

2.27

4.85

7,20

10

0,

00

1.62

5.74

3,40

10

0,

00

2.65

4.32

0,26

10

0,

00

1.71

0.56

9,67

10

0,

00

3.08

2.91

9,44

10

0,

00

1.80

1.33

6,27

10

0,

00

3.58

0.15

3,38

10

0,

00

1.89

8.90

1,90

10

0,

00

Sumber : Pesisir Selatan Dalam Angka Tahun 2008; Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten

Peisir Selatan

3.4.1. Perekonomian Kecamatan Sutera

Perekonomian Kecamatan Sutera jika dilihat dari penerimaan daerah sektor

pemungutan pajak bumi dan bangunan pada tahun 2005 terealisasi sebesar

60,381 juta rupiah atau 54,93 persen dari target yang ditetapkan. Sedangkan

jika dilihat berdasarkan nagari yang terdapat di Kecamtan Sutera,

Kenagarian Surantih merupakan pencapaian target terkecil dari ketiga Nagari

yang ada di Kecamatan Sutera yaitu sebesar 46,60%.

Perkembangan dunia usaha juga tidak terlepas dari peranan Bank dan

Koperasi. Jumlah bank yang terdapat di Kecamatan Sutera sebanyak 5

buah, 1 Bank Pemerintah, 1 buah Bank BPR, dan 3 buah Bank Pasar.

Sementara jumlah koperasi tercatat sebanyak 1 buah yaitu KPN dengan

anggota sebanyak 318 orang.

Tabel

Target dan Realisasi Penerimaan PBB dirinci Menurut Nagari Tahun

2005

NagariTarget Realisasi Persentase

(000 Rp.) (000 Rp.) (%)

1. Amping

Parak

20.148 15.306 75,97

2. Surantih 80.550 37.534 46,60

3. Taratak 9.217 7.542 81,83

Page 27: LAPORAN PERWIL 2009

2005 109.914 60.381 54,93

2004 82.837 77.104 93,08

2003 60.610 60.878 100,44Sumber : Kantor Camat Kecamatan Sutera 2005

1. Amping Parak

2. Surantih 3. Taratak0

10,00020,00030,00040,00050,00060,00070,00080,00090,000

20,148

80,550

9,21715,306

37,534

7,542

Gambar 5.7Target dan Realisasi Penerimaan PBB

Target (000 Rp.)Realisasi (000 Rp.)

Sumber : Kantor Camat Kecamatan Sutera 2005

Pada sektor pertanian, produksi padi sawah yang merupakan salah satu

produk pertanian unggulan di Kecamatan Sutera pada tahun 2005 sebesar

24.582,4 ton atau mengalami peningkatan sebesar 5.507,4 ton dibandingkan

produksi tahun 2004. Hal ini disebabkan luas panen pada tahun 2005

meningkat sebanyak 873 Ha. Hasil produksi perhektar juga mengalami

peningkatan dimana pada tahun sebelumnya 4,89 ton, pada tahun 2005

mencapai 5,15 ton.

Saat ini sudah terdapat beberapa kelompok tani yang terlatih dan dibina

sehingga dapat meningkatkan hasil produksi setip tahun, tidak hanya

kelompok tani pada sektor pertanian, juga terdapat kelompok tani perikanan

dan perkebunan.

Page 28: LAPORAN PERWIL 2009

Selain sektor pertanian, di Kecamatan Sutera juga memiliki produk-produk

pertanian dan perkebunan lain yang menjadi sektor unggulan, seperti

Perkebunan Gambir dan Perkebunan Sawit. Khusus untuk perkebunan

Gambir, sudah terdapat tempat penyulingan dan pengolahan hasil

perkebunan menjadi barang yang setengah jadi berupa minyak hasil

penyulingan yan nantinya akan dibawa keluar wilayah Kabupaten Pesisir

atau untuk kebutuhan ekspor. Lokasi penyulingan gambir pada umumnya

berada di tengah-tengah perkebunan gambir yang terletak di atas bukit,

umumnya berbentuk rumah non permanen dari kayu dan sudah dilengkapi

dengan alat penyulingan yang cukup modern. Setelah dilakukan penyulingan

di lokasi penyulingan di atas bukit, kemudian hasil berupa minyak gambir

yang diperuntukkan untuk bahan baku pembuatan barang kosmetik, obat,

dan lain-lain akan dibawa melalui jalan darat ataupun laut yang nantinya

diperuntukkan ntuk memenuhi kebutuhan dalam negeri ataupun lua negeri.

Gambar

Perkebunan Gambir

Gambar

Tempat Penyulingan Gambir

Untuk sektor unggulan lain dari perkebunan, yakni hasil perkebunan sawit

saat ini Kecamatan Sutera hanya baru mampu memasok kebutuhan akan

CPO berupa bahan baku, karena di Kecamatan Sutera belum terdapat pabrik

Page 29: LAPORAN PERWIL 2009

pengolahan bijih sawit menjadi barang olahan selanjutnya ehingga

pengadaan akan hasil sawit hanya terbatas pada bahan baku.

Gambar

Perkebunan Sawit

Gambar

Bijih Sawit sebagai Hasil

Produksi

Selain sektor pertanian dan perkebunan, sektor lain yang juga menjadi salah

satu sektor unggulan di Kecamatan Sutera adalah peternakan, perikanan

tangkap dan perikanan budidaya. Untuk sub sektor perikanan merupakan

salah satu andalan Kabupaten Pesisir Selatan untuk meningkatkan

perekonomian masyarakat, demikian juga dengan Kecamatan Sutera.

Jumlah nelayan perikanan laut yang ada di Kecamatan Sutera tahun 2005

tercatat sebanyak 2.849 nelayan, yang terdiri dari 2.507 sebagai nelayan

penuh dan 342 sebagai nelayan sambilan. Bila dilihat pada masing-masing

nagari yang paling banyak memiliki nelayan yaitu Kenagarian Surantih yang

mencapai 48,16 % dari total nelayan di Kecamatan Sutera.

3.4.2. Perekonomian Kecamatan Lengayang

Page 30: LAPORAN PERWIL 2009

Penerimaan daerah dari pemungutan pajak bumi dan bangunan di

Kecamatan Lengayang pada tahun 2008 terealisasi sebesar 146.871 juta

rupiah atau 43,58 persen dari target yang ditetapkan sebesar 337,004 juta

rupiah.

Jumlah bank dan koperasi yang terdapat di Kecamatan Lengayang sebanyak

7 buah. Terdiri dari 1 buah Bank Pemerntah, 1 buah Bank BPR serta 5 unti

bank Pasar. Sementara jumlah koperasi tercatat sebanyak 6 buah yaitu 5

KUD dan 1 KPN.

Tabel

Target dan Realisasi Penerimaan PBB dirinci Menurut Nagari Tahun

2008

NagariTarget Realisasi Persentase

(000 Rp.) (000 Rp.) (%)

1. Lakitan 88.623 42.203 47,62

2. Kamban

g

248.381 104.668 42,14

2005 337.004 146.871 43,58Sumber : Kantor Camat Kecamatan Lengayang 2008

Page 31: LAPORAN PERWIL 2009

(000 Rp.) (000 Rp.)Target Realisasi

0

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

88,623

42,203

248,381

104,668

Gambar 5.12Target dan Realisasi Penerimaan PBB

1. Lakitan2. Kambang

Sumber : Kantor Camat Kecamatan Lengayang 2008

Pada sub sektor pertanian di Kecamatan Lengayang pada tahun 2008

produksi sebesar 28.060 ton. Hasil produksi tersebut diperoleh dari luas

panen 6.049 Ha untuk padi sawah dan 3 Ha untuk padi ladang.

Tidak berbeda dengan Kecamatan Sutera, Kecamatan Lengayang juga

memiliki komodity unggulan pada sub sektor perkebunan berupa tanaman

sawit, karet, kelapa, cokelat, pinang dan nilam. Dari semua jenis tanaman

perkebunan tersebut jenis kelapa sawit yang memiliki produksi terbesar yaitu

2.390,2 ton dan disusul karet dengan produksi sebesar 2.041,7 ton.

Pada sub sektor peternakan, Kecamatan Lengayang ditetapkan sebagai

Kawasan Strategis Agropolitan Peternakan dengan sektor utama peternakan

sapi. Di Kecamatan ini pemeliharaan peternakan dilakukan dengan sistem

tradisional dan juga sistem modern, sistem tradisional dilakukan dengan cara

pengembalaan di lepas liar di padang rumput penggembalaan pada siang

hari dan kembali pada sore hari, untuk sistem modern peternakan dilakukan

dengan kandang yang besar dengan ketersediaan pakan yang cukup

Page 32: LAPORAN PERWIL 2009

sehingga tidak dilepas liarkan untuk mencari makan serta perawatan dna

pemeliharaan yang lebih tinggi.

Gambar

Peternakan dengan sistem tradisional

Pada sub sektor perikanan yang juga merupakan salah satu komoditi

unggulan di Kecamatan Lengayang memiliki jumlah nelayan prikanan laut

sebanyak 1.523 nelayan, dimana terdiri dari 1.259 orang merupakan nelayan

penuh, dan 264 orang merupakan nelayan sambilan. Jika dilihat berdasarkan

Nagari maka nagari Lakita merupakan nagari yang memiliki paling banyak

nelayan dengan jumlah 61,52 persen dari total nelayan di Kecamatan

Lengayang.

3.4.3. Perekonomian Kecamatan Linggo Sari Baganti

Penerimaan daerah dari pemungutan pajak bumi dan bangunan di

Kecamatan Linggo Sari Baganti pada tahun 2008 terealisasi sebesar 96,78

Page 33: LAPORAN PERWIL 2009

juta rupiah atau 71,95 persen dari target yang ditetapkan sebesar 134,51 juta

rupiah.

Di Kecamatan Linggo Sari Baganti terdapat sejumlah bank dan koperasi

sebanyak 6 buah. Terdiri dari 1 buah Bank Pemerntah, 1 buah Bank BPR

serta 4 unit bank Pasar. Dan juga terdapat koperasi tercatat sebanyak 3

buah yaitu 2 KUD dengan anggota sebanyak 2.334 orang dan 1 KPN dengan

anggota sebanyak 226 orang.

Tabel

Target dan Realisasi Penerimaan PBB dirinci Menurut Nagari Tahun

2008

NagariTarget Realisasi Persentase

(000 Rp.) (000 Rp.) (%)

1. Aia Haji 68.163 43.583 63,94

2. Punggasan 66.346 53.196 80,18

2005 134.509 96.779 71,95Sumber : Kantor Camat Kecamatan Linggo Sari Baganti 2008

(000 Rp.) (000 Rp.)Target Realisasi

0

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,00070,000

68,163

43,583

66,346

53,196

Gambar 5.14Target dan Realisasi Penerimaan PBB

1. Aia Haji2. Punggasan

Sumber : Kantor Camat Kecamatan Linggo Sari Baganti 2008

Page 34: LAPORAN PERWIL 2009

Jika dilihat pada sub sektor pertanian di Kecamatan Linggo Sari Baganti

pada tahun 2008 diproduksi 25.963 ton. Hasil padi tersebut diperoleh dengan

luas panen 5.596 Ha dan luas tanam 5.739 Ha.

Pada sub sektor perkebunan rakyat yang terdapat di Kecamatan Linggo Sari

Baganti diantaranya adalah tanaman kelapa sawit, pala, karet dan kayu

manis. Dan jenis kelapa sawit penghasil perkebunan terbesar yaitu 856,2

ton. Dan penghasil terbesar kedua yaitu kelapa sebesar 368,3 ton.

Tidak berbeda dengan Kecamatan di sekitarnya, di Kecamatan Linggo Sari

Baganti juga menjadikan sub sektor perikanan sebagai salah satu komoditas

andalan daerah, hal ini terlihat dari jumlah nelayan sebanyak 1.845 nelayan

dengan 1.524 nelayan penuh dan 321 nelayan sambilan.

3.5. Prasarana Wilayah

Prasarana suatu wilayah yang baik merupakan salah satu indikator

perkembangan kemajuan suatu wilayah, prasarana suatu wilayah yang baik

dapat mendorong kemajuan perekonomian daerah yang secara langsung

dapat meningkatkan pebdapatan suatu daerah sehingga dengan tingginya

pendapatan daerah maka kesejahteraan masyarakat juga dapat meningkat.

Prasarana wilayah yang dimaksud meliputi prasarana transportasi,

telekomunikasi, energi, dan sumberdaya air.

3.5.1 Prasarana Transportasi

Prasarana transportasi di Kabupaten Pesisir Selatan meliputi transportasi

darat dan laut. Prasarana transportasi darat ditunjang dengan adanya

jaringan jalan nasional, provinsi dan kabupaten. Saat ini terdapat satu

jaringan jalan arteri primer dengan status jalan negara yang menghubungkan

utara dan selatan Kabupaten Pesisir Selatan. Jalan negara yang

menghubungkan Kota Padang - Painan - Propinsi Bengkulu ini dalam kondisi

yang baik hanya terjadi kerusakan di beberapa titik. Selain itu terdapat juga

Page 35: LAPORAN PERWIL 2009

jalan kolektor primer dengan status jalan propinsi yakni Pasar Baru - Alahan

Panjang; Mandeh - Sei Pinang - Sei Pisang; Tapan – Sungai Penuh; dan

Jalan Lingkar Luar. Salah satu penunjang kegiatan transportasi darat adalah

keberadaan terminal, di Kabupetn Pesisir Selatan terdapat satu terminal yang

terdapat Painan adalah terminal Sago.

Gambar

Terminal Sago

Untuk menunjang perwujudan rencana struktur ruang dan pemanfaatan

potensi ekonomi yang ada, maka pengembangan dan pembangunan

prasarana jalan masih dibutuhkan. Tetapi masih terdapat beberapa kendala

dalam pengembangannya. Kendala-kendala tersebut diantaranya topografi,

banyaknya aliran sungai dan luasnya kawasan hutan lindung termasuk taman

nasional.

Pengembangan angkutan sungai memiliki banyak permasalahan, seperti

kondisi fisik sungai, debit air dan tingginya sedimentasi. Prasarana

transportasi laut telah ditunjang oleh pelabuhan skala lokal (Pelabuhan

Panasahan). Namun untuk kegiatan ekspor impor yang lebih besar

Page 36: LAPORAN PERWIL 2009

masyarakat menggunakan pelabuhan yang ada diluar Kabupaten Pesisir

Selatan, yaitu pelabuhan Teluk Bayur di Kota Padang. Biasanya kegiatan

pengiriman barang ekspor impor maupun nasional dari dan menuju

Kabupaten Pesisir Selatan akan melalui jalan darat Padang – Painan -

Bengkulu kemudian menuju ke Pelabuhan Teluk Bayur untuk melakukan

perjalanan melalui laut.

Gambar

Pelabuhan Teluk Bayur di Kota Padang

3.5.2 Prasarana Telekomunikasi

Pelayanan telekomunikasi di Kabupaten Pesisir Selatan dikelola oleh PT.

Telkom Tbk, Kandatel II Sumatera Barat. Wilayah yang telah terjangkau

jaringan telekomunikasi umumnya di wilayah perkotaan, termasuk di

dalamnya adalah kecamatan dan kota kabupaten. Pengembangan jaringan

pelayanan telekomunikasi menghadapi kendala pada terbatasnya

kemampuan penyediaan jaringan dan satuan sambungan telepon. Namun

dengan berkembangnya teknologi telekomunikasi seluler/telepon genggam,

maka penyediaan sambungan telepon kabel sementara bisa diatasi dengan

penggunaan telepon seluler.

Page 37: LAPORAN PERWIL 2009

3.5.3 Prasarana Energi

Pemenuhan kebutuhan listrik sampai saat ini dilayani oleh PLN Provinsi

Sumatera Barat Cabang Padang, dengan kapasitas produksi daya sebesar

55.300 MWH dengan jumlah pelanggan sebanyak 54.358 pelanggan dan

pada umumnya pelanggan rumah tangga. Sementara untuk industri

jumlahnya masih rendah.

Selain itu beberapa PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro) juga

telah dibangun oleh perusahaan, swadaya masyarakat. Namun demikian,

ada beberapa PLTMH yang terganggu operasionalnya meyebabkan

tergangunya pasokan listrik.

Kebutuhan tenaga listrik dari tahun ketahun terus mengalami peningkatan.

Jumlah pelanggan listrik PLN, Pada tahun 2007 mencampai 49.630

pelanggan, pada tahun 2008 meningkat menjadi 54.358 pelanggan. Jenis

pelanggan terbanyak adalah rumah tangga, yaitu sebanyak 51.025 dengan

pemakaian daya 4.220.041 (Kwh) pada tahun 2008, Kapasitas pembangkit

energi listrik yang ada dan akan dikembangkan kiranya mampu memenuhi

kebutuhan energi listrik sampai tahun 2030 yang diperkirakan sebesar

145.941 MWh atau tumbuh rata-rata 2,83 % per tahun.

Tabel

Jumlah Dan Total Daya Pltmh/Plta/Plts

Page 38: LAPORAN PERWIL 2009

Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Pesisir Selatan, Tahun 2009

Page 39: LAPORAN PERWIL 2009

BAB IV

ANALISIS

4.1 Daya Dukung Lingkungan

Karakteristik lahan pada wilayah yang direncanakan perlu diketahui sehingga

perencanaan wilayah pada daerah tersebut sesuai. Karakteristik lahan pada

wilayah yang direncanakan digunakan untuk mengetahui daya dukung lahan

pada wilayah tersebut. Daya dukung lahan di Kabupaten Pesisir Selatan

dianalisa dengan menggunakan peta kelerengan, peta fungsi hutan, peta

rawan bencana, dan peta resapan air. Peta – peta tersebut di – overlay untuk

mengetahui daerah yang boleh dibangun dan tidak boleh dibangun pada

Kabupaten Pesisir.

4.1.1 Penentuan daerah yang boleh dibangun dan tidak boleh dibangun

:

a. Daerah yang boleh dibangun

Kelerengan yang terdapat pada Kabupaten Pesisir Selatan terbagi menjadi 5

kelas lereng yaitu 0%-8%, 8%-14%, 15%-25%, 25%-40% dan <40% Di ketiga

wilayah ini kelas lereng yang boleh dibangun yaitu yaitu pada kemiringan

8%-15% Karena pada kelas lereng 8%-15% daerah tersebut tidak terlalu

curam untuk dibangun.

Fungsi hutan di Kabupaten Pesisir Selatan, Kota Padang, terbagi menjadi 6

fungsi hutan yaitu Taman Nasional, Cagar alam, Hutan lindung, hutan

Produksi terbatas, hutan produksi dan hutan produksi konversi. Pada

Page 40: LAPORAN PERWIL 2009

Kabupaten Pesisir Selatan ini fungsi hutan di wilayah ini fungsi hutan yang

boleh dibangun yaitu hutan produksi yang dapat dikonversi, dan hutan

produksi.

Kabupaten Pesisir Selatan termasuk dalam kawasan rawan bencana

alam baik berupa gempa bumi, banjir, tanah longsor, gelombang tinggi dan

tsunami. Bencana alam gempa bumi ini terkait dengan letak geografis

Kabupaten Pesisir Selatan yang berada pada pertemuan lempeng benua.

Sedangkan tanah longsor dan banjir lebih diakibatkan oleh sifat fisik dan

tutupan lahan (hutan) yang semakin berkurang. Demikian juga bahaya

bencana alam lain saling berkaitan penyebabnya. Selama ini bencana alam

menjadi kendala dalam upaya pengembangan kawasan budidaya untuk

meningkatkan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.

b. Daerah yang tidak boleh dibangun

Kelerengan yang terdapat pada Kabupaten Pesisir Selatan terbagi menjadi 5

kelas lereng yaitu 0%-8%, 8%-14%, 15%-25%, 25%-40% dan <40% Di ketiga

wilayah ini kelas lereng yang tidak boleh dibangun yaitu pada kemiringan

lereng 25%-40%. Karena pada kelas lereng 25%-40% daerah tersebut

terlalu curam untuk dibangun kawasan budidaya khususnya perumahan.

Fungsi hutan di Kabupaten Pesisir Selatan, Kota Padang, terbagi menjadi 6

fungsi hutan yaitu Taman Nasional, Cagar alam, Hutan lindung, hutan

Produksi terbatas, hutan produksi dan hutan produksi konversi. Pada

Kabupaten Pesisir Selatan ini fungsi hutan di wilayah ini fungsi hutan yang

tidak boleh dibangun yaitu Taman Nasional, Cagar Alam, dan Hutan Lindung.

Page 41: LAPORAN PERWIL 2009

Dari analisa ini dihasikan kawasan lindung yaitu kawasan yang tidak boleh

dibangun pada kawasan ini dan kawasan budidaya yaitu kawasan yang boleh

dibangun pada kawasan ini.

Proyeksi

4.2.1 Proyeksi Penduduk

Jumlah penduduk dari tahun 2004 sebanyak 418.521 dengan kepadatan

perkilometer 72,79, hingga pada tahun 2008 mencapai 422.257 dengan

kepadatan perkilometer 76,92 menunjukkan peningkatan rata-rata 4,42 % per

tahun. Tingkat pertambahan ini cukup tinggi, sehingga perlu diambil langkah-

langkah yang tepat agar pertambahannya dapat dikendalikan dan sesuai

dengan daya dukung lingkungan.

Hasil perhitungan jumlah penduduk tahun 2029, diperkirakan berjumlah sebanyak 11.015.179 jiwa. Untuk itu maka penataan wilayah dapat mengakumulasikan jumlah penduduk perlu dilakukan secara terpadu, melalui penyediaan sarana dan prasarana.

Laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2007 ke tahun 2008 mengalami

kenaikan yang cukup tinggi dibandingkan laju pertumbuhan penduduk tahun

2006 ke tahun 2007. Pada tahun 2007 laju pertumbuhan penduduk tercatat

hanya sebesar 1.18 persen, sedangkan pada tahun 2008 tercatat sebesar

2,10 persen. Tingginya laju pertumbuhan penduduk tahun 2008 ini terjadi

karena tingginya tingkat kelahiran dan migrasi neto. Jauh di atas laju

pertumbuhan penduduk (LPP) Indonesia yang hanya mencapai angka 1,47

persen per tahun.

Pada proses penyusunan rencana tata ruang kabupaten dilakukan proyeksi

penduduk 20 tahun ke depan. Proyeksi penduduk dengan menggunakan

metode proyeksi yang laju pertumbuhan sama tiap tahun. Adapun rumus

yang digunakan dapat dilihat di bawah ini :

Page 42: LAPORAN PERWIL 2009

Rumusnya: Pn = Po (1+r)n

Pn = Jumlah penduduk tahun proyeksi

Po = Jumlah penduduk tahun awal

r = Laju pertumbuhan per tahun

n = Jangka waktu tahun rencana

Metode di atas dapat digunakan untuk menghitung jumlah penduduk dari

kondisi eksisting pada tahun 2009 hingga periode tahun rencana yaitu tahun

2029. Adapun proyeksi penduduk dilakukan tiap 5 tahun dimulai pada tahun

2009 sampai dengan tahun 2029 karena tiap 5 tahun diadakan proses

evaluasi rencana tata ruang kabupaten.

Tabel 4.2 Proyeksi Penduduk Tahun 2009 - 2029

No.

Data Existing Tahun 2009 Jiwa

Proyeksi Penduduk Jiwa Jumlah KK

2014 2019 2024 2029 2014 2019 2024 2029

1.448.49

03.090.162 5.731.835 8.373.507 11.015.179 772.541 1.432.959

2.093.377

2.753.795

Sumber: Hasil Proyeksi, 2010

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk pada tahun

rencana (tahun 2029) yaitu sebesar 11.015.179 jiwa.

Page 43: LAPORAN PERWIL 2009

4.2 Kesesuaian Lahan

4.2.1 Permukiman

Pertumbuhan penduduk di daerah perencanaan setiap tahunnya cukup besar

pertumbuhannya, pada tahun rencana yaitu tahun 2029 maka lokasi

permukiman yang ada sudah tidak dapat menampung pertumbuhan

penduduk disetiap tahunnya, akan tetapi lokasi permukiman baru disiapkan

yaitu letaknya tidak jauh dari permukiman yang sudah ada yaitu berjarak

±5Km dari jarak permukiman yang sudah ada untuk menampung

pertumbuhan penduduk yang padat. Lokasi ini dipilih karena sesuai dengan

lahan yang cocok untuk kawasan perumahan yaitu pada kelerengan 0 -15

%. Penentuan lokasi ini memiliki kelebihan dan kekurangan untuk dijadikan

permukiman, yaitu:

- Kelebihan:

1. Lokasi permukiman dekat dengan ibukota kabupaten

2. Lokasi permukiman dilalui jalan Negara.

3. Aksesibilitas untuk mencapai lokasi ini mudah karena dilaui jalan

kabupaten.

4. Lokasi permukiman perkotaan berada di kawasan pemerintahannya,

4.2.2 Pariwisata

Pembangunan kepariwisataan dilakukan melalui pengembangan

industri pariwisata, destinasi pariwisata, pemasaran dan kelembagaan

pariwisata. Daerah memiliki beragam daya tarik wisata andalan

maupun potensial, meliputi wisata alam, wisata bahari, wisata minat

khusus, tarik wisata budaya/ sejarah. Hal ini tidak terlepas dari

Page 44: LAPORAN PERWIL 2009

keindahan alam, peninggalan sejarah serta berbagai ragam budaya

yang terdapat hampir diseluruh daerah.

Pengembangan wisata bahari telah menjadi salah satu produk usaha

dan tujuan wisata (destinasi) yang penting. Hal ini ditunjukkan dengan

semakin meningkatnya jumlah wisata yang berkunjung, baik dari

wisatawan manca negara, nusantara maupun wisatawan lokal.

Pembangunan wisata bahari pada hakekatnya merupakan upaya untuk

mengembangkan dan memanfaatkan objek dan daya tarik wisata

bahari antara lain dalam bentuk keindahan pantai sepanjang Pesisir

Selatan, keanekaragaman flora dan fauna (taman laut), keindahan

alam, maupun sungai-sungai terjal yang mengalir kelautan.

Seiring dengan terus meningkatnya minat kunjungan wisatawan,

pemerintah daerah mulai mengupayakan pengembangan wisata

dengan potensi keindahan alam laut yang tidak kalah dengan objek-

objek wisata bahari lain diluar Kabupaten Pesisir Selatan. Di sisi lain

diharapkan terjadinya keseimbangan dan pemerataan di bidang

kepariwisataan tanpa membedakan jenis dan nilai jual potensi wisata

yang ada.

Pada tahun 2008 tercatat sebanyak 88.458 orang wisatawan yang

berkunjung ke Kabupaten Pesisir Selatan dengan perincian 201 orang

wisatawan asing dan 88.257 wisatawan domestik. Dengan

difungsikannya beberapa kawasan wisata bahari ini, diharapkan akan

mampu menarik minat kunjungan wisatawan untuk berkunjung

terutama untuk menikmati keindahan potensi laut/ bahari yang ada.

Berikut beberapa lokasi objek wisata bahari yang terdapat di

Kabupaten Pesisir Selatan :

Pantai Carocok Tarusan

Page 45: LAPORAN PERWIL 2009

Wisata Bahari Kawasan Mandeh

Pantai Batu Kalang

Pulau Batu Kalang

Pantai Pasir Ganting

Pantai Sumedang

Pantai Pasir Putih

Pantai Nyiur Melambai

Pantai Teluk Kasai

Pantai Sungai Nipah

Pantai Batu Kureta

Pantai Pulau Aur Besar/Kecil

Pulau Penyu

Pantai Ketaping

INDUSTRI PERKEBUNAN

Kegiatan industri yang telah berkembang di Kabupaten Pesisir Selatan

dikelompokkan menjadi industri besar, dan kecil. Bahan baku industri

memanfaatkan bahan baku lokal. Pengelolaan dan pengembangan

perkebunan dilakukan oleh berbagai pihak, baik swasta maupun masyarakat

yang tersebar di seluruh kabupaten. Perkebunan sawit merupakan

perkebunan terbesar bila di bandingkan dengan komoditi lain.

INDUSTRI PERIKANAN

Potensi pembudidayaan perikanan darat cukup besar, namun sampai saat

ini produksi budidaya masih sangat kecil dibandingkan perikanan tangkap.

Aktivitas budidaya perikanan laut terdapat pada Kecamatan Koto XI Tarusan,

sedangkan aktivitas budidaya perikanan air tawar tersebar di 12 (dua belas

kecamatan).

Page 46: LAPORAN PERWIL 2009

BAB V

RENCANA POLA PEMANFAATAN RUANG

5.1. Visi dan Misi

Visi pembangunan dari Kabupaten Pesisir Selatan yaitu menjadikan

Kabupaten Pesisir Selatan sebagai daerah perikanan, perkebunan,

pariwisata dan industri. Visi ini diharpakan dapat dikembangkan secara

optimal pada tahun rencana yaitu tahun 2029. Sedangkan Misi dari

kabupaten Pesisir Selatan adalah menyejahterakan masyarakatnya dengan

ekonomi sebagai pilar utama.

Pembangunan aspek fisik, sosial dan ekonomi di kabupaten ini hingga tahun

2029 bertujuan untuk mewujudkan visi ketiga wilayah studi. Pembangunan dan

pengembangan di kabupaten ini meliputi :

A. Permukiman :

- Dengan kebutuhan lahan sebesar 200 m2/KK

B. Industri Perkebunan

- Kelapa Sawit

- Gambir

C. Pembangunan Industri Perikanan

- Ikan Tuna

- Cakalang

Page 47: LAPORAN PERWIL 2009

5.2 Rencana Pola Pemanfaatan Ruang

Rencana pola pemanfaatan ruang pada tahun 2029 meliputi kawasan

permukiman, kawasan industri perkebunan, kawasan industri perikanan, kawasan

pariwisata dan jaringan di kabupaten ini. Rencana pola pemanfaatan ruang pada

tahun 2029 dapat dilihat pada peta ...................