perwil kelompok 1

20
RINGKASAN BAHAN BACAAN THEORISING REGIONAL PLANNINGDibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perencanaan Wilayah TKP348 Dosen Pengampu : Ir. Jawoto Sih Setyono, MDP. Dr.-Ing. Prihadi Nugroho, S.T, M.P, M.PP. Oleh : Kelompok 1 Arif Adhika 21040112170001 Ahmad Aulia N 21040113130120 Ahmad Dayrobi 21040113120012 Sari Sadtyaningrum 21040112170002 Aida Ulfa Faza 21040113120028 Dhafina Almas 21040113130108 Hanifah Marsha M 21040113130084 Lidya Nauli Br.S 21040113120004 Nofika Fitasari 21040113120026 Reksa Istiana 21040113120052 Siti Kurniawati 21040113120062

Upload: aida-ulfa-faza

Post on 02-Oct-2015

221 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Perencanaan Wilayah

TRANSCRIPT

RINGKASAN BAHAN BACAANTHEORISING REGIONAL PLANNINGDibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perencanaan Wilayah

TKP348

Dosen Pengampu :

Ir. Jawoto Sih Setyono, MDP.Dr.-Ing. Prihadi Nugroho, S.T, M.P, M.PP.

Oleh :Kelompok 1

Arif Adhika

21040112170001

Ahmad Aulia N

21040113130120

Ahmad Dayrobi

21040113120012

Sari Sadtyaningrum21040112170002

Aida Ulfa Faza

21040113120028

Dhafina Almas

21040113130108

Hanifah Marsha M21040113130084

Lidya Nauli Br.S

21040113120004

Nofika Fitasari

21040113120026

Reksa Istiana

21040113120052Siti Kurniawati

21040113120062JURUSAN PERENCANAAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2015

Teori Perencanaan Wilayah

(Substansi)

4.1 Pengantar

Dari sisi substansi wilayah dapat dijelaskan mengenai bagaiman menjelaskan kemakmuran dari beberapa wilayah dan penurunan lainnya; faktor penentu pembangunan wilayah yang berkelanjutan; penentu pembangunan wilayah yang banyak dan kompleks seperti yang ditulis oleh Hilhorst (1971). Sedangkan menurut Friedman dan Alonso (1964) terdapat 3 bidang dalam pembahasan substansi wilayah yaitu organisasi spasial, urbanisasi, dan teori pertumbuhan wilayah. Selain dengan pendekatan wilayah makro dan mikro, pertumbuhan wilayah dapat dijelaskan dengan pendekatan permintaan dan variasi pendekatan lainnya.

Meskipun faktor ekonomi merupakan hal mendasar, tetapi pembangunan jauh lebih penting dari pembangunan ekonomi atau pertumbuhan ekonomi. Karena hal ini merupakan suatu proses multi-dimensi yang menggabungkan pertumbuhan ekonomi, sosial dan politik. Dalam bab ini akan diberikan gambaran mengenai bidang yang dinamis dalam substabsi teori wilayah dari aspek-aspek relevansi khusus untuk perencanaan wilayah kontemporer. Pada bagian 4.2 akan diberikan gambaran singkat dari teori tradisional dalam pembangunan wilayah. Pada bagian 4.3 akan diberikan diskusi tentang teori struktur tata ruang wilayah. Terakhir, bagian 4.4 akan memberikan mengenai penetapan diskusi teoritis dalam konteks yang lebih luas dan berkelanjutan. Akhir dari bab ini adalah mengenai refleksi tentang evolusi dan kemungkinan langkah selanjutnya dalam sifat dan penjelasan dari sistem pembangunan wilayah yang dinamis.

4.2 Pertumbuhan Wilayah dan Pembangunan

4.2.1 Menyusun Pembahasan

Pembangunan wilayah memiliki dua dimensi yaitu jangka pendek dan jangka menengah. Semua wilayah dan sub-nasional mengalami pasang surut kemakmuran dalam dimensi jangka pendek, tetapi sifat jangka panjang dari pembangunan wilayah dapat diukur melalui pendapatan; output; perubahan populasi dan pekerjaan. Beberapa daerah mungkin mengalami penurunan dalam dimensi jangka panjang sementara yang lain mungkin memiliki puluhan tahun kemakmuran relative. Terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hal tersebut yaitu faktor eksogen dan endogen atau mungkin kombinasi dari keduanya. Faktor eksogen utamanya adalah tingkat permintaan untuk produk dan jasa dari suatu wilayah. Sedangkan faktor internal lebih berhubungan dengan penyediaan faktor seperti kualitas tenaga kerja; sistem inovasi lokal; dan transportasi dan komunikasi. Telah ada peningkatan pemahaman mengenai sisi penawaran dari pertumbuhan wilayah dan fokus bottom-up pada beberapa pelaku utama yang terlibat dalam proses pembangunan wilayah.

4.2.2 Teori Tradisional dari pertumbuhan wilayah

Model Pertumbuhan Agregat

Model ini menggunakan pendekatan agregat wilayah, membagi dari suatu ruang dan memandang wilayah sebagai sebuah kesatuan. Beberapa model memfokuskan pertumbuhan dari dalam, seperti Teori Sektor (Clark 1940) dan Teori Related stages Hoover (1948), keduanya menjelaskan pertumbuhan wilayah dari segi kemajuan revolusi struktur ekonomi sutau wilayah berdasarkan sektor primer, melalui sektor produksi sekunder hingga sektor tersier (jasa). Sedangkan model lainnya memfokuskan pada pertumbuhan dari luar. Teori basis eksport berkiblat pada model klasik dengan melihat permintaan dari luar untuk prodek pertumbuhan kota yang dapat mempengaruhi perkembangan suatu wilayah. Akan tetapi, faktor internal dari wilayah tersebut tetap harus dipertimbangkan.

Teori lain yang digunakan pada masa 1980-an adalah Teori Long Waves (Marshall,1987). Teori ini menganggap bahwa Negara industri maju telah berevolusi sebelum memasuki paruh ke 5 tahun 1980-an/1990-an yang berkaitan dengan inovasi besar pada teknologi baru mikroelektronik, komputer, bio-teknologi dan industri serupa. Akan tetapi Teori Long Waves tidak dapat mengklarifikasi kebutuhan lokasi wilayah untuk perkembangan inovatif, hanya memebawa kerangka piker deskriptif yang berguna.

Pendekatan Non-agregat Analisis Struktur IndustrialAnalisis struktur industri menganalisa hubungan sebab akibat antara pertumbuhan wilayah dengan struktur industri. Pendekatan ini membutuhkan isolasi dari efek struktur industri wilayah dan pertumbuhannya selama beberapa waktu, menggunakan variabel representatif umumnya pekerjaan-pekerjaan wilayah total (G) yang dibagi menjadi komponen saham ( N) dan pergeseran (P.D) seperti berikut:

Komponen saham nasional (N) mewakili nilai seberapa pekerjaan wilayah dapat berkembang jika dikembangkan dalam rasio nasional setelah periode studi. Hal ini merupakan aturan untuk wilayah yang deviasi pergeserannya dapat diukur.

Komponen pergeseran memiliki nilai pertumbuhan wilayah yang menyimpang dari saham nasional, bernilai positif di wilayah makmur dan bernilai negatif di wilayah yang relative kurang makmur. Pergeseran dapat dibagi lebih lanjut menjadi dua komponen: komponen pergeseran proporsional (P), disebut juga komponen campuran struktural atau industrial, menghitung nilai pergeseran bersih daerah pada campuran sektor indutri di wilayah. Sehingga semakin cepat perkembangan sektor nasional disuatu wilayah, semakin positif nilai komponennya. Kedua adalah pergesaran diferensial atau disebut juga komponen lokasi atau wilayah, menghitung nilai pergeseran bersih daerah yang disebabkan faktor internal suatu wilayah seperti kemampuan tenaga kerja yang bagus dan sistem transportasi pada daerah yang tidak memiliki lokasi yang menguntungkan.

Pertumbuhan Wilayah yang Memusat atau Menyebar?

Pertumbuhan wilayah yang memusat cenderung terbatas oleh faktor perpindahan antara sektorsektor dan wilayahwilayah, serta dapat merusak perekonomian sehingga berdampak pada pertumbuhan wilayah. Teori perkembangan wilayah yang menyebar lebih dikenal daripada perkembangan wilayah memusat (Hirscman, 1958), (Friedmann, 1967), (Myrdal, 1957). Wilayah A terjadi pembangunan yang lebih cepat daripada wilayah B karena terjadi secara alami dan/atau buatan. Namun, terdapat kontra pada teori perkembangan ini, teori divergen atau menyebar tidak dapat dikatakan teori yang paling benar sendiri, dan tentu saja prosesnya bisa jadi kumulatif, dengan kata lain Negara maju akan semakin maju dan negara terbelakang akan semakin terbelakang.

Myrdal juga menjelaskan kumulatif bisa menyebabkan terjadinya penyebaran dan mengalami efek yang buruk. Efek penyebaran dapat menyokong perkembangan memusat antara wilayah Negara maju dan negara terbelakang. Wilayah negara maju dapat tumbuh jika permintaan produk tinggi dari wilayah negara terbelakang. Nilai ekonomi yang jatuh juga mempengaruhi kemakmuran suatu wilayah. Namun, Myrdal percaya bahwa efek penyebaran akan menutupi akibat yang lebih buruk. Hal tersebut dapat dilihat dalam diagram dibawah ini:

Negara A (Negara Maju)

Negara B ( Negara Berkembang)

Faktor Sosial Politik dalam Pertumbuhan WilayahFaktorfaktor politik dan social berpengaruh besar dalam pertumbuhan dan pembangunan daerah. Klassen (1968) mengatakan bahwa fasilitas sosial sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi wilayah. Pahl (1970) berpendapat bahwa lokasi tiap individu pada suatu ruang dipengaruhi oleh mudahnya mengakses fasilitas sosial, seperti pendidikan. Faktorfaktor politik tentu saja merupakan sentral dalam pembuatan kebijakan daerah, dan keputusan kebijakan regional adalah politik tentang alokasi spasial sumber daya. Beberapa Teori Tradisional membuat serangan terbatas untuk membangun faktor politik kedalam teori pertumbuhan wilayah. Implikasi dari argument seperti itu adalah suatu kebutuhan untuk merubah faktor politik sebagus ruang ekonomi untuk membangkitkan pertumbuhan wilayah, memberikan beban politik yang lebih besar terhadap permasalahan regional. Keputusan kebijakan regional tersebut sering merefleksikan trade-off antara efisiensi ekonomi, keadilan, dan kelayakan politik, dan hal ini harus dibahas dalam diskusi mengenai pertumbuhan regional.4.2.3 Wilayah Kompetitif-Pendekatan Kontemporer

Overview- Wilayah dan Kota KompetitifFaktor-faktor penentu daya saing relative dan performa ekonomi suatu wilayah didasari oleh pertibangan terhadap sifat ekonomi yang mudah berubah, perubahan ke industi berteknologi tinggi dan usaha yang intensif pengetahuan. Daya saing relatif tersebut menitikberatkan peran sentral dari kota/wilayah kota dalam konteks yang lebih luas (pada wilayah/negara) serta pentingnya kapasitas inovatif. Faktor-faktor penentu tersebut meliputi beragam faktor dari sisi penawaran seperti kapasitas inovatif dan kualitas tenaga kerja suatu daerah. Porter menekankan klasterisasi geografis pada industri meningkatkan performa kompetitif industri dan kesuksesan pada suatu wilayah atau kota. Ia berpendapat bahwa daya saing dipengaruhi oleh produktivitas dan bahwa inovasi mempengaruhi produktivitas serta kekayaan suatu wilayah/negara ditentukan oleh produktivitas dimana manusia, modal dan sumberdaya alam menjadi faktor penentu. Sementara menurut Parkinson dkk, terdapat 5 faktor yang secara konsisten teridentifikasi sebagai penyebab utama dalam daya-saing. Faktor-faktor tersebut adalah sistem inovasi, kualitas tenaga kerja, keragaman ekonomi dan spesialisasi, konektivitas dan kapasitas pengambilan keputusan strategis. Dalam pemerintah fokus terhadap daya-saing wilayah merupakan bagian upaya peningkatan performa produktif dan inovatif wilayah pada ekonomi nasional. Serupa dengan hal tersebut, Komisi Eropa berpendapat bahwa peningkatan daya-saing di negara eropa yang tertinggal adalah penting untuk mencapai koherensi sosial. Teori-teori tradisional seperti basis ekspor dan teori evolusioner disinyalir sebagai salah satu landasan yang dapat dirujuk dalam upaya peningkatan daya-saing wilayah. Selain teori tersebut, aplikasi teori cumulative causation (penyebab kumulatif) juga harus dipertimbangkan.Variasi-variasi dalam daya saing wilayah UK

Tabel dibawah ini menyediakan daya saing wilayah UK, seperti yang disusun oleh Huggins (2003). Dasar model tiga-faktor menggunakan (1) input-kepadatan usaha/bisnis (perusahaan perkapita), usaha yang berbasis pengetahuan sebagai proporsi dari semua jenis usaha, dan partisipasi ekonomi kesuluruhan (laju aktivitas ekonomi). (2) output-produktivitas (PDB perkapita) dan (3) hasil intangible (tak-terlihat) tingkat pendapatan rata-rata (gaji penuh-waktu) dan tingkat pengangguran. Model tersebut menunjukan dengan jelas kelanjutan dan sifat mendalam dari pembagian utara-selatan kekayaan ekonomi di UK, dengan 3 wilayah GSE menyediakan faktor pendorong di ekonomi UK.

Pembagian ini terverifikasi lebih pada skala skala wilayah kota (menggunakan travel to work areas-TTWAs) dengan melihat di State of Cities Report (ODPM 2005d). Sebagai contoh, hal tersebut menunjukan pendapatan rata-rata rumah tangga (disesuaikan dengan biaya perumahan) dan GVA rata-rata secara substansial lebih tinggi di GSE TTWAs, seperti Oxford, Reading dan Cambridge daripada pada wilayah negara keseluruhan. Eksport perkapita juga terlihat lebih tinggi pada wilayah-wilayah tersebut. Namun untuk kebanyakan indikator terdapat pula contoh variasi intra-regional- termasuk daerah-daerah kaya pada wilayah bermasalah.

Faktor Penentu Wilayah-Wilayah KompetitifFaktor yang membuat suatu wilayah menjadi unggul dalam aspek ekonomi, khususnya bagi Negara-negara maju antara lain:

1. Ide-ide yang kreatif

Ide yang kreatif dapat meningkatkan keberadaan aktivitas-aktivitas yang pada umumnya memberikan dampak positif.

2. Inovasi masyarakat dalam wilayah tersebut

Kualitas tenaga kerja sangat erat kaitannya dengan pemeliharaan sistem inovasi di suatu daerah, dimana inovasi dapat menggerakkan keunggulan suatu wilayah.

3. Pendidikan

Berdasarkan laporan terkini (Simmie,2006),menunjukka adanya korelasi antara tinggi rendahnya pendidikan masyarakat dan kemampuan suatu area untuk berkembang dan kemampuan mengatur perekonomian yang didasarkan oleh ilmu pengetahuan.

Pada dasarnya, kunci utama wilayah kompetitif cenderung lebih terkonsentrasi pada wilayah-wilayah yang terbatas, yakni wilayah yang dapat membuat suatu kota/wilayah mendapat keuntungan kompetitif sehingga pada akhirnya dapat melakukan ekspor ke pasar dunia. Wilayah kompetitif juga menunjukkan adanya beberapa wilayah yang berkompetisi dengan masing-masing keunggulannya. Hal tersebut juga menunjukkan adanya kombinasi spesialisasi dan keragaman yang dikombinasikan dengan kapasitas adaptif. Adapun hal penting yag dapat menjadi catatan dalam faktor-faktor penentu wilayah kompetitif antara lain:

1. Sebuah wilayah dapat lebih berkembang apabila lebih memfokuskan pada kegiatan pelayanan jasa daripada kegiatan manufaktur,

2. Di masa kini, sektor pelayanan jasa merupakan kunci utama pertumbuhan sektor-sektor lain seperti keuangan,bisnis, administrasi, pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial dan lain-lain,

3. Konektivitas merupakan fasilitas interaksi dan ketergantungan yang berpotensi untuk berkembang di suatu wilayah,

4. Konektivitas yang dimaksud disini adalah jaringan, yakni jaringan infrastruktur, jaringan transportasi, jaringan telekomunikasi dan jaringan bisnis,

5. Telekomunikasi merupakan aspek penting dalam suatu pertumbuhan jaringan,khususnya untuk pelayanan komersial,

6. Selain itu, taraf atau kemampuan peranan otonomi dalam membuat keputusan strategis juga menjadi faktor yang mempengaruhi pertumbuhan suatu wilayah.

4.3 struktur ruang Regional

4.3.1 Pembahasan

Struktur ruang suatu wilayah adalah produk dari berbagai kekuatan, dan telah menjadi serta melanjutkan untuk menjadi pokok debat akademis yang pantas dipertimbangkan, terutama oleh ahli bumi. Beberapa tahun yang lalu Garnet (1967) mengumpulkan sejumlah pendapat yang kemudian didukung oleh kebanyakan model tentang struktur mengenai ruang regional. Hal ini termasuk: Distribusi ruang dari aktivitas manusia yang didasarkan pada penyesuaian jarak;

Penentuan lokasi diambil untuk meminimalkan efek pergeseran dari jarak;

Beberapa lokasi lebih dapat dijangkau dari yang lain Ada suatu kecenderungan aktivitas manusia untuk mengelompok dalam mengambil keuntungan dari skala ekonomi;

Organisasi dari aktivitas manusia pada dasarnya memiliki karakter yang bertingkat; dan Kepemilikan manusia adalah fokus pada karakternya.

Kunci utama adalah Teori tempat pusat, menjelaskan distribusi jasa di dalam suatu hirarki pusat di dalam suatu daerah, dan industri dan Teori kutub/pusat pertumbuhan yang menjelaskan pengelompokan aktivitas yang lebih khusus seperti memproduksi dan menambang. Pola jaringan trasnportasi menyajikan hubungan dalam struktur ruang. Ekonomi dan kecenderungan sosial membantu perkembangan mobilitas, setiap waktu. Tetapi pola mengenai ruang masih menyediakan beberapa kekakuan dan batasan di dalam sistem. Isu hirarki tentang pertumbuhan pola dan pengelompokan ekonomi, dan tentang pengangkutan dan konektivitas, menjadi arti penting berkelanjutan untuk lokasi aktivitas dan untuk pola ruang regional. 4.3.2 Hirarki Aktivitas dan Permukiman

Keistimewaan umum suatu wilayah dan mengenai perencanaan wilayah adalah beberapa unsur hirarki aktivitas dan permukiman (contohnya aktivitas retail). Christaller (1966) dalam penelitiannya mengenai Teori Tempat Pusat untuk Jerman Selatan memaparkan hubungan tempat pusat untuk area sekelilingnya dan menentukan suatu tempat pusat sebagai permukiman yang menyediakan jasa untuk wilayah pedalamanya. Aktivitas pelayanan memiliki tingkatan,ambang batas populasi dan jangkauan pasar. Dengan menganggap tingkatan lower order service dapat ditemukan di banyak permukiman dari desa yang besar, tetapi tingkatan higher order service dapat ditemukan secara luas di pusat kota. Kegiatan pelayanan memiliki ambang batas populasi yang berbeda, mungkin yang rendah adalah sekitar 250 populasi untuk warung dan 150.000 untuk bioskop. Jangkauan pasar dari suatu pelayanan adalah jarak dimana masyarakat berkemauan untuk melakukan perjalanan untuk mendapatkan pelayanan. Jangkauan dapat dipengaruhi oleh jarak, waktu dan faktor biaya. Christaller mendalilkan suatu struktur hexagonal sebagai contoh, permukiman dengan pemesanan yang tinggi akan memiliki enam sub-pusat yang masing-masing memiliki enam pusat yang lebih kecil, dan seterusnya.

Telah ada banyak kritik dan banyak modifikasi pada pendekatan hierarki Christaller untuk menyertakan fleksibilitas dan realisme yang lebih. Kritikan tersebut bisa jadi merupakan argument bahwa internet telah meniadakan dampak jarak dan keterkaitan pusat pelayanan pada abad ke 21 dan perencanaan wilayah kontemporer. Namun studi empirik telah menunjukkan keberadaan hirarki baik dalam distribusi inter-urban dari permukiman, dan distribusi intra-urban dari struktur kota besar. Hirarki mungkin telah diperlemah tetapi hal tersebut masih tersisa sebagai suatu unsur struktur penting, dan perencanaan mengenai ruang regional abad ini talah berhasil menyangkut pendekatan yang hirarkis.

4.3.3 Pertumbuhan Kutub, Clusters dan Ekonomi Gabungan

Pertumbuhan kutub, dan perwujudan terbaru dari clusters (kelompok/gabungan), awalnya merupakan perwakilan dari peluncuran konsep geografis dari bagian sebelumnya yang jauh lebih ekonomis. Konsep dari pertumbuhan kutub mengambil dari ekonom Perancis, khususnya Perroux (1964) yang meyakini bahwa fakta dasar dari spasial (tata ruang), juga pengembangan industri, bahwa pertumbuhan tidak muncul dimana-mana dan sekaligus; itu muncul dalam bentuk poin-poin maupun perkembangan kutub, dengan intensitas variabel; dan tersebar dengan beragam saluran dan dengan berbagai efek sambungan pada seluruh bagian ekonomi. Lebih khusus lagi, Boudville (1966) mendefinisikan pertumbuhan kutub regional sebagai perangkat pengembangan industri yang berlokasi pada daerah perkotaan dan termasuk pengembangan aktifitas ekonomi pada seluruh zona yang mempengaruhi pada tingkatan yang lebih lanjut. Perroux juga mengakui bahwa pertumbuhan kutub akan ada pada lokasi yang geografis, tetapi fokusnya adalah tentang dinamika ekonomi.

Dari berbagai macam tulisan tentang pertumbuhan kutub, beberapa konsep ekonomi dasar dan dimensi geografisnya dapat diidentifikasi. Industri yang memimpin dan perusahaan penggerak merupakan inti dari konsep tersebut. Pertumbuhan dengan pengutuban menarik unit ekonomi lain yang diuntungkan dari berbagai macam pengelompokan ekonomi (skala ekonomi internal dan eksternal). Seiring waktu terdapat perubahan untuk trickling down atau efek penyebaran sebagai pendorong kualitas pertumbuhan kutub keluar terhadap lokasi sekitarnya. Itu merupakan elemen terakhis yang menarik bagi perencana daerah, dengan penanaman tentang pertumbuhan kutub yang dianggap sebagai cara yang efisien untuk memberikan efek jangka luas dibandingkan dengan daerah asal. Salah satu contoh yang terkenal meliputi kebijakan nasional tentang poin-poin perkembangan atau metropoles dequilibre dalam Perancis, ibukota Brasilia, dan upaya tahun 1960 untuk menciptakan pertumbuhan kutub di Central Scotland dan di North East of England.

Advokasi kontemporer kluster sebagai pendorong pertumbuhan dan inovasi mengacu pada beberapa elemen pertumbuhan kutub dan teori lokasi industri (Hoover, 1948), dan khususnya pada ekonomi gabungan. Definisi Porter (1990) adalah bahwa cluster terdiri dari hubungan industri-industri yang terhubung secara tegak lurus (pembeli/penjual) atau mendatar (pembeli umum, teknologi, jaringan). Cluster mungkin ditandai dengan pentingnya satu sektor, atau biasanya lebih dari satu sektor. Ada perdebatan tentang pentingnya kedekatan untuk interaksi cluster untuk pengetahuan dasar dari ekonomi; dapatkah kedekatan yang terorganisir tersubstitusi untuk kedekatan geografis? (Boschma, 2005). Beberapa penulis menolak kepentingan dari kedekatan geografis, dan menekankan pentingnya praktek masyarakat (merakyat) yang menghasilkan, memperoleh dan menyebarkan pengetahuan tentang kegunaan dari teknologi digital dan kedekatan sementara, terkait dengan perjalanan bisnis (Breschi dan Lissoni, 2002). Lainnya, seperti Morgan (2004), menyatakan bahwa kedekatan geografis sangat penting bagi keefektifan transfer pengetahuan. Markusen (1996) juga menyatakan pentingnya kedekatan geografis menyebabkan perbedaan antara daerah yang lengket atau dapat menerima ide-ide baru dan menjadikannya cluster industri, dan daerah yang licin atau yang tidak dapat menguntungkan dalam hal inovasi dan investasi jangka panjang.

Kemajuan ekonomi berteknologi yang terbaru dan pesat dari perusahaan Oxforshire di UK memberikan contoh tentang spasial multi sektor yang berkonsentrasi akan kegiatan cluster, termasuk layanan teknologi maju (seperti servis komputer, konsultansi) dan pembuatan teknologi maju (seperti bioteknologi, motor-sports, rekayasa medis/teknis medis; Glasson et al. 2006). Elemen-elemen kunci dalam lingkar aktifitas yang baik di Oxfordshire termasuk dasar R&D dari universitas-universitas, laboratorium pemerintah, dan rumah sakit-rumah sakit; dan para pengusaha kreatif (Florida 2002; Lawton Smith et al. 2005), dan jaringan organisasi-organisasi yang mendukung, seperti Oxford Trust yang mana menjadi pelopor inkubsi di UK. Co-location itu penting, seperti yang ditekankan oleh Henton et al (2002) dalam hasil penelitian mereka pada ekonomi baru di USA: Lokasi penting pada ekonomi bare karena orang-orangnya. Ide-ide penting untuk inovasi dihasilkan dan dijabarkan oleh orang-orang berbakat yang memilih untuk bekerja dan hidup dalam lingkungan yang dekat karena disana merupakan lokasi dimana pekerjaan yang kreatif tercipta. Orang-orang yang berbakat dan kreatif ingin berada dekat dengan aksi nyata.

Keberhasilan ekonomi di tempat-tempat seperti Oxfordshire, dan kelompok-kelompok clusters yang inovatif seperti Silicon Valley di California, USA, dan Silicon Fen di Ca,bridgeshire, UK, telah mendorong usaha-usaha untuk memanfaatkan pendekatan cluster untuk praktek perencanaan daerah (lihat bab 8).4.3.4 Transportasi dan Konektivitas

Transportasi mempengaruhi aksesibilitas keruangan, dimana perbaikan dari perhubungan transportasi, hubungan-hubungan jalur cepat yang baru/kereta api kecepatan tinggi menjadi elemen penting dalam perencanaan dan pembangunan wilayah dari sub-regional ke skala eropa dicontohkan dengan investasi jaringan Trans-Eropa di EU. Tetapi Gwilliam (1970) mengingatkan bahwa investasi transportasi dapat menjadi pedang bermata dua. Secara inter-regional, peningkatan perhubungan transportasi mungkin membuat persaingan ekstra-regional lebih rentan. Secara intra-regional, perbaikan transportasi dapat meningkatkan efisiensi masyarakat lokal dan perusahaan-perusahaan lokal.

Transportasi juga penting dalam pembahasan mengenai hirarki, cluster, dan struktur keruangan wilayah. Transportasi adalah pusat dan jari-jari, koridor, jaringan, dan hirarki, saling terkait dengan struktur keruangan dari permukiman di suatu daerah. Dampak dari peningkatan transportasi dapat bersifat sementara, seperti dalam pengisian sistem transportasi. Suatu daerah mendapatkan keuntungan awal dari hubungan yang baik, tapi hal itu memungkinkan juga akan mengurangi keuntungan relatif.4.3.5 Pembangunan Polisentrik

Polisentrik merupakan salah satu dasar konsep yang jelas pada ESDP (Perspektif Pambangunan Keruangan Eropa). Disini, Polisentrik memfokuskan pada tingkat wilayah. Menurut Hague dan Kirk (2003), konsep underlying merupakan cara pengucapan yang lebih sederhana. Di scoping report untuk pemerintahan UK, mereka menyarankan definisi berikut:

Pembangunan polisentrik adalah konsep yang penting dalam perencanaan spasial. Artinya pengaitan sejumlah tempat sehingga mereka membentuk sebuah jaringan. Pembangunan polisentrik menyarankan sebuah alternatif untuk pembangunan monosentrik yang mana satu kota atau daerah metropolitan menguasai semuanya. Polisentrik adalah sebuah alternatif untuk model pengembangan inti/pinggiran tradisional.

Hague dan Kirk memberikan gambaran diagram perbedaan antara pembangunan monosentrik dan polisentrik (gambar 4.4). Pada kasus monosentrik, penurunan pit settlement , desa, dan kota kecil sangat tergantung pada permukiman besar, contohnya desa menjadi sebuah permukiman asrama, kota lain terpisah oleh batas administrasi. Di wilayah imajiner yang sama, bagian model polisentrik terhubung satu sama lain dan peran mereka saling melengkapi. Contohnya, kota kecil memiliki ruang yang mudah dijangkau, yang mana menyediakan fasilitas untuk semua permukiman. Batas-batas administrasi tidak lagi menjadi penghalang.

Pada pemeriksaan lebih dekat Parr (2004) menjelaskan penentu pentingnya karakteristik dari Polysentic Urban Region (PUR) sebagai sebuah cluster dari pemusatan: pola yang mana memiliki variasi bentuk; termasuk lingkaran, poligon, linear; pemisahan batas atas dan batas bawah- tidak lebih dari sejam waktu perjalanan antara pusat permukiman tetangga, tetapi tidak cukup untuk menjadi konubasi terpisah; struktur yang lebih merata dari pada di daerah benchmark; tidak ada satu pusat yang memiliki dominasi penduduk melebihi yang lain; semakin tinggi tingkat interaksi dari biasanya akan sangat diharapkan; dan indeks yang tinggi dari spesialisasi pusat. Sifat interaksi sangat penting. Perbedaan dari diskusi terdahulu tentang hirarki, disini perdagangan tidak dibatasi oleh hirarki. ontohnya ekspor barang dan jasa tidak hanya untuk pusat-pusat kecil tetapi juga untuk pusat-pusat dengan ukuran yang lebih besar atau sama (seperti gambar 4.4). PUR umumnya akan mendapatkan manfaat dari keuntungan eksternalitas daerah, seperti ketrampilan tenaga kerja daerah, fasilitas-fasilitas sosial, budaya, dan komersil.

Contoh dari PUR dapat ditemukan dalam berbagai tiruan / skala di seluruh dunia; contohnya Randstad (Holland) dan Emilia-Romagna (Itali) di Eropa; dan daerah Kansai di Jepang. Pendekatan menarik bagi perencana wilayah, dan bukannya digunakan untuk menggambarkan realitas yang ada atau muncul, konsep datang untuk menentukan kenyataan (Davoudi 2002).

Gambar 4.4 Pembangunan Monosentrik dan Polisentrik

4.4 Pembangunan Wilayah yang Berkelanjutan

4.4.1 Konflik dan PeluangFokus dari dimensi sosial ekonomi dalam pembangunan wilayah bisa jadi bertentangan dengan kualitas tinggi alam dan lingkungan terbangun dalam suatu wilayah. Pembangunan ekonomi dan degradasi lingkungan dapat menjadi penyebab spiral yang cenderung menurun. Brundtland menolak pendapat yang mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi dan kualitas lingkungan yang baik adalah dua hal yang saling terpisah. Contohnya adalah tingkat wilayah dapat mendemosntrasikan sistem sosial ekonomi dan sistem lingkungan alami seperti pada area tangkapan DAS. Hasil dan niat dari pembangunan yang berkelanjutan telah menghasilkan perdebatan yang besar, termasuk manfaat dari keberlanjutan yang lemah dan kuat; keadilan sosial dan lingkungan; dan keseimbangan intra dan inter generasi. Karena merubah niat yang baik menjadi praktik yang baik pada kenyataanya adalah sesuatu yang sulit.

Peluang dari pembangunan wilayah ini adalah tingkat regional memiliki peluang sentral untuk menjalankan integrasi teritorial di antara alam dan sistem sosial ekonomi. Contoh dari integrasi adalah seperti pada pembangunan wilayah berbasis sungai yaitu skema Tennese Valley. Kebangkitan regional di Ingrris tahun 90-an telah membuktikan bahwa tingkat regional merupakan tingkat yang tepat untuk dilakukan pembangunan yang berkelanjutan. Seperti yang dilansir dari US National research Council tahun 2002 bahwa skala yang tepat untuk menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan ini adalah pada tingkat regional atau sub nasional karena merupakan basis yang tepat untuk mempertimbnagkan keberlanjutan.4.4.2 Dimensi- Dimensi Kebelanjutan Dan Pembangunan Wilayah yang BerkelanjutanSecara global istilah keberlanjutan (sustainability) menjadi istilah yang digunakan untuk menekankan sikap yang dibutuhkan untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan; tetapi istilah-istilah ini sering digunakan secara bergantian. Ada banyak definisi , tetapi salah satu yang digunakan adalah triple bottom line (TBL), yang mencerminkan pentingnya lingkungan, faktor ekonomi dan sosial dalam pengambilan keputusan. Gambar 4.5 menunjukkan bagaiman ketiga dimensi-dimensi itu terpisah namun saling tumpang tindih, dan itu adalah penggabungan dan sinergi yang penting. Tujuannya adalah untuk memperkecil trade-offs (cotohnya, tidak mengorbankan lahan yang subur untuk pembangunan pangkalan untuk perahu-perahu) dengan berusaha meningkatkan sinergi dengan saling memberikan solusi yang kuat.

Gambar 4.5 Dimensi Integrasi dari Keberlanjutan

Gambar 4.6 Perspektif Alternatif pada Dimensi Keberlanjutan (a) Diadaptasi dari Campbell (2003) (b) Diadaptasi dari MacNaugthon (1997)Gambar 4.6 (a) dan (b) mengilustrasikan beberapa perbedaan perspektif, dan modifikasi, skema dari TBL. Gambar 4.6 (a) berusaha untuk menganalisa secara keseluruhan dari sustainability dalam batas-batas segitia dan bertujuan untuk mencapai lingkungan yang hijau, adil dan daerah berkembang. Peningkatan kecepatan relatif biasanya bervariasi diantara sektor-sektor tersebut, dan ini merupakan kunci dari tantangan implementasi bagi pembangunan wilayah yang berkelanjutan. Gambar 4.6 (b) memberikan perspektif lain yang menekankan bahwa didalam elemen-elemen keberlanjutan terdapat hirarki penting. Lingkungan dan sistem alam adalah dasar dari konsep suistainability. Kita tidak dapat bertahan hidup tanpa adanya barang dan jasa yang diberikan oleh sistem-sistem ini- udara, air minum dan makanan. Pengakuan internasional dari ancaman perubahan iklim menyoroti pentingnya dasar lingkungan bagi kehidupan. Kemudian kita membutuhkan sistem sosial untuk memberikan peradilan social, keamanan, identitas kebudayaan, dan sense of place. Tanpa sistem sosial yang berfungsi dengan baik, sebuah sistem ekonomi tidak dapat bekerja secara produktif. Modifikasi penting lainnya adalah perubahan dari TBL ke TBL+I, dengan tambahan pemerintahan yang bekelanjutan untuk dimensi-dimensi lain. (DEFRA, 2005).

Apapun perspektifnya, terdapat pengakuan yang umum dari dasar analisis keseluruhan dari keberlanjutan, meskipun keseimbangan antara unsur-unsur diperebutkan wilayah. Dampak dari pendekatan holistrik (analisa secara keseluruhan) lebih berintegrasi yang mana, disamping bersinergis, juga dapat mengurangi penggandaan dan pemborosan, dan merujuk ke pemakaian sumber daya yang lebih efisien. Dalam pembangunan wilayah, intergrasi dapat dimasukan kedalam kebijakan daerah ( pekerjaan dan perumahan); lembaga dan perwakilan (diantara tingkat pemerintah); dan rencana-rencana (kerangka pembangunan wilayah yang berintegrasi). Dapat juga menjadi metodologi integrasi, sebagai contoh, menggunakan penilaian keberlanjutan, dan diatas itu, integrasi dari visi dan prinsip untuk pembangunan. The UK South East Plan (SEP; SEERA 2006a) meliputi dimensi dari keberlanjutan dan pandangan dari The Healthy Region.4.5 Pada Sistem Dinamis Beberapa Kesimpulan

Teori substantif wilayah berusaha untuk menjelaskan perubahan pada sistem regional dan pertanyaan tentang struktur dan pertumbuhan regional yang diangkat pada awal bab ini. Sistem regional adalah dinamis. Pada dasarnya, konteks ekonomi regional di negara maju telah berubah dari semua pengakuan pada 30-40 tahun terakhir. Kekuatan ekonomi global telah menyebabkan fokus utama di banyak ekonomi regional pada kegiatan pelayanan, kunci sektor pertumbuhan didasarkan pada pengetahuan. Orang yang lebih aktif, dan komunikasi melalui internet harus dilihat sebagai pelengkap penting untuk lebih tradisional, tetapi masih sangat penting, moda transportasi. Batas-batas desa-kota sekarang lebih fleksibel. Namun beberapa masalah lama tetap - termasuk membagi substansial dalam kemakmuran regional. Struktur spasial regional juga dibangun pada rancangan struktur yang masih ada untuk sistem regional terdahulu. Seperti ada beberapa kendala, kekakuan, dan kontinuitas pada sistem.

Teori ini berusaha untuk menjelaskan perubahan pada sistem regional. Pendekatan adalah sebagian, dan sistem adalah kompleks. Tetapi ada beberapa kemajuan yang menarik termasuk, contohnya pendekatan daerah yang kompetitif, cluster inovasi, polisentrik, dan pergerakan global dari pembangunan berkelanjutan. Namun, ada juga banyak bukti kontinuitas dan komplementaritas antara konsep tradisional dan yang baru. Daerah kompetitif membutuhkan permintaan ekspor untuk output mereka; berbagai faktor penentu dari kesuksesan mereka sebagian dapat dilihat dari segi proporsionalitas/struktur industri dan perbedaan/faktor pergeseran lokasi dari pendekatan shift-share. Cluster inovatif memiliki beberapa dinamika kutub pertumbuhan.

Ada juga beberapa bukti dari teori overlap, dan pendekatan integrasi. Dimensi konektivitas relevan untuk keduanya pertumbuhan regional dan struktul spasial regional. Inovasi memiliki manifestasi ekonomi dan geografis, sebagaimana tercermin pada pendekatan cluster inovatif. Ada juga bukti dari dimensi lain dari integrasi. Faktor penentu dari pertumbuhan regional adalah pentingnya mengenali lebih luas daripada faktor-faktor ekonomi dan sosial, politik dan pemerintahan. Pendekatan holistrik (analisis secara keseluruhan) merupakan yang paling jelas dari konsep pembangunan regional berkelanjutan - terutama dengan penambahan pemerintahan yang berkelanjutan ke dimensi lain.

Mengembangkan sda , pasar, dan potensi ekonomi

Daya tarik industry dan tenaga kerja

Kekurangan sda, pasar, dan potensi ekonomi

Industri yang tidak ada daya tarik dan tenaga kerja kurang