laporan perjalanan sumbawa

Upload: hikmah-madani

Post on 19-Jul-2015

205 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN RISET KELAUTAN DAN PERIKANAN BALAI BESAR RISET SOSIAL EKONOMI KELAUTAN DAN PERIKANAN 1. Nama/Jabatan Pemberi Tugas 2. Nama/Jabatan Petugas : Kuasa Pengguna Anggaran Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan : 1. Hikmah, S.Pi, M.Si 2. Riesti Triyanti, A.Md 3. Ellen Suryanegara, S.Sos 4. Sri Handayani, A.Md 3. Instansi Yang dituju 4. Nama/Jabatan yang ditemui : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sumbawa : 1. Wakil Kepala Dinas Perikanan Dan Kelautan Sumbawa 2. Sekretaris Dinas Perikanan Dan Kelautan Sumbawa 3. Kabid Perikanan Budidaya 4. Kabid Sarana Dan Prasarana 5. Lamanya berangkat 6. Maksud Perjalanan Dinas : 6 (enam) hari 27 Maret 1 April 2012 : Pengumpulan data primer dan sekunder terkait dengan kegiatan riset Pengembangan Kawasan minapolitan Dan 7 Komoditas Budidaya PERLENGKAPAN DAN BAHAN BANTU YANG DIGUNAKAN Kuesioner Riset Pengembangan Kawasan Minapolitan Budidaya Dan Pengembangan 7 Komoditas Budidaya Alat tulis Kamera LAPORAN PERJALANAN DINAS

LAPORAN HASIL PERJALANAN DINAS : Rabu, 28 Maret 2012 : 1. Konsultasi, Koordinasi Dan Pengumpulan Data Sekuder Terkait Dengan Riset Pengembangan Kawasan Kawasan perikanan Minapolitan budidaya Budidaya Dan di Pengembangan 7 Sumbawa Komoditas Budidaya Ke Dinas Perikanan Dan Kelautan Kab. Sumbawa. (minapolitan) Kabupaten diklasifikasikan berdasarkan potensi komoditas yang dikembangkan, sehingga muncul beberapa wilayah prioritas pengembangan, yaitu: 1. Minapolitan Budidaya Rumput Laut yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati Sumbawa Nomor 1315 Tahun 2010 tentang Penetapan Kawasan Minapolitan Budidaya Rumput Laut Kabupaten Sumbawa; 2. Minapolitan Budidaya Udang yang ditetapkan dengan keputusan Bupati Nomor 831 Tahun 2011 tentang penetapan Kawasan Minapolitan Udang Kabupaten Sumbawa; dan 3. Minapolitan Budidaya Ikan di Kolam yang ditetapkan dengan keputusan Bupati Nomor 1242 Tahun 2009 tentang Penetapan Kawasan Sentra Pengembangan Budidaya Air Tawar Kabupaten Sumbawa. Hasil dari kegiatan ini adalah didapatkan informasi mengenai Program Pelaksanaan Minapolitan di Kabupaten Sumbawa dengan salah satu komoditas unggulannya adalah rumput laut yang telah dimulai sejak tahun 2011. Terdapat 7 (tujuh) Kecamatan yang menjadi sentra lokasi budidaya di Kabupaten Sumbawa, di antaranya adalah: Kecamatan Alas Barat; Kecamatan Lab. Badas; Kecamatan Moyo Hilir; Kecamatan Lape; Kecamatan Maronge; Kecamatan Plampang; dan Kecamatan Tarano. Data sekunder yang berhasil dikumpulkan diantaranya adalah: 1. Gambaran Umum Kabupaten Sumbawa; 2. Masterplan Minapolitan Kabupaten Sumbawa; 3. Laporan Pelaksanaan Minapolitan Kabupaten Sumbawa; 4. Selayang Pandang Minapolitan Kabupaten Sumbawa; 5. Kumpulan Regulasi Kawasan Minapolitan Kabupaten Sumbawa; 6. Profil Potensi Rumput Laut Kabupaten Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara Barat; 7. Profil Industri Kecil Pengolahan Rumput Laut Di Kabupaten Sumbawa; 8. Profil Pengembangan Usaha Mina Pedesaan (PUMP) Perikanan Budidaya Kabupaten Sumbawa 2011.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa anggota Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumbawa diketahui bahwa pemanfaatan lahan untuk budidaya rumput laut masih terbilang kurang. Hal ini terlihat dari data luas potensi areal untuk kegiatan budidaya rumput laut di kabupaten Sumbawa kurang lebih berkisar 14.950 Ha sedangkan sampai tahun 2010 pemenfaatannya baru mencapai 39,73% atau sekitar 5.940 Ha. Sejak tahun 1990-an hingga saat ini produksi rumput laut Kabupaten Sumbawa mengalami pasang surut. Hal ini disebabkan oleh beberapa kendala antara lain: 1. Menurunnya kualitas bibit 2. Adanya penyakit ice-ice 3. Pada beberapa lokasi budidaya diduga terjadi penurunan kualitas perairan akibat aktivitas usaha lainnya 4. Kurangnya akses pinjaman modal dari pihak perbankan bagi pembudidaya 2. Pengumpulan data primer dengan responden pembibit dan pembudidaya di Desa Labuhan Mapin, Kecamatan Alas Barat. Desa Labuhan Mapin, Kecamatan Alas Barat memiliki potensi lahan budidaya rumput laut seluas 1.325 Ha, dimana 1.152 Ha telah dimanfaatkan masyarakat masyarakat sekitar untuk budidaya rumput laut dengan jumlah RTP sebanyak 271. Pemanfaatan lahan budidaya meningkat seiring dengan peningkatan jumlah pembudidaya. Di kawasan ini juga terdapat laboratorium lapangan milik BBL Lombok. Salah satu kelompok pembudidaya rumput laut yang aktif di Labuhan Mapin adalah Kelompok Batu Guring Idola IV. Kelompok ini memperoleh penghargaan nasional sebagai juara Harapan I pada lomba pembudidaya tingkat nasional tahun 2011. Jenis rumput laut yang banyak dibudidayakan di daerah ini adalah adalah jenis Cottoni. Metode budidaya yang dilakukan oleh mayoritas pembudidaya disini adalah dengan menggunakan teknik budidaya Long Line. Metode Long Line adalah metode budidaya dengan menggunakan tali yang dibentangkan. Metode budidaya ini paling banyak diminati oleh masyarakat karena alat dan bahan yang digunakan lebih tahan lama, lebih murah, dan mudah untuk didapat. Tali ris (bentangan) yang digunakan berbeda-beda tergantung luas lahan dan kemampuan pembudidaya, yakni sekitar 50200 tali bentangan, dengan ukuran 50-100 meter/ tali ris dan jarak antar tali sekitar 0,52 meter. Dalam sekali siklus tanam bibit yang digunakan sekitar 25-30 Kg per tali ris, dengan jarak antar ikatan bibit sekitar 20 cm.

Untuk bibit (rumput laut basah) biasanya dipanen setelah 25 hari dan untuk panen rumput laut kering biasanya dipanen setelah berumur 45 hari. Harga jual untuk bibit berkisar Rp.1500 Rp.3000/Kg, dan untuk rumput laut kering dijual dengan harga Rp.6500 Rp. 10000/Kg. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden pembibit dan pembudidaya diketahui bahwa terdapat beberapa kendala dalam budidaya rumput laut, diantaranya kendala penyakit (ice-ice, bulu kucing, dll), kendala cuaca, kesulitan bibit dan keterbatasan modal. 3. Pengumpulan data primer dengan responden pedagang pengumpul antar provinsi (pengumpul besar) di Kecamatan Sumbawa. Di kabupaten Sumbawa terdapat 2 (dua) pengumpul besar antar provinsi, yaitu CV Bintang Jaya dan Merak Mas. CV Bintang Jaya sudah berdiri selama kurang lebih 12 tahun. CV Bintang Jaya ini merupakan pedagang pengumpul besar yang bertindak sebagai gudang pengumpul hasil budidaya rumput laut yang dibeli dari para pengumpul lokal di wilayah Sumbawa untuk kemudian disetor ke Eksportir yang berada di Surabaya. Dalam 1 bulan CV Bintang Jaya mampu menyetor ke Gudang pusat di Surabaya sekitar 4-6 kali, dengan rata-rata per minggu sekitar 18 Ton rumput laut kering. Sistem pembelian rumput laut yaitu dengan membeli langsung dari pembudidaya dengan harga Rp.8000/Kg melalui perantara pengepul (pengumpul lokal) yang mendapat upah sekitar Rp.100 Rp.200/Kg. Terdapat sekitar 15 pengepul tetap yang menyetorkan rumput laut ke CV Bintang Jaya. CV Bintang Jaya dipimpin oleh seorang Bos yang membawahi beberapa karyawan diantaranya adalah kepala gudang, supir, dan penjaga keamanan yang dibayar dengan sistem gaji bulanan, serta terdapat pula tenaga kerja bongkar muat, tenaga kerja penjemuran, serta tenaga kerja processing dan pengepakan yang dibayar berdasarkan upah pengerjaan per karung rumput laut. Berdasarkan wawancara dengan responden terdapat beberapa hal yang menjadi kendala dan hambatan dalam mengembangkan usahanya, diantaranya adalah adanya saingan harga dari luar daerah, serta belum adanya fasilitas transportasi yang memadai dan juga pelabuhan untuk mengekspor langsung barang dagangannya. 4. Pengumpulan data primer dengan responden kelompok pengolah rumput laut di Kecamatan Moyo Hilir dan Kecamatan Alas. Terdapat beberapa kelompok pengolahan rumput laut di Kabupaten Sumbawa yang telah mengembangkan usahanya menjadi industri kecil skala rumah tangga. Dua diantaranya adalah Kelompok Karya Baru, Desa Ngeru Kecamatan Moyo Hilir yang

diketuai oleh Ibu Aminah dan Kelompok Melati, Desa Dalam Kecamatan Alas yang diketuai oleh Ibu Ratna Sutiani. Komoditas utama kedua kelompok tersebut adalah dodol rumput laut. Diversifikasi olahan rumput laut lainnya adalah manisan, jus, dan kerupuk rumput laut. Kelompok Karya Baru terbentuk pada tahun 2001 dengan dengan anggota sebanyak 10 orang. Pada awal berdirinya kelompok Karya Baru telah mendapat bantuan dari Dinas Koperasi dan Perdagangan berupa alat penggilingan dodol rumput laut yang menjadi asset utama kelompok. Kelompok Karya Baru memasarkan produk dodol rumput laut di swalayan-swalayan utama di Sumbawa, selain itu juga sudah menembus pangsa pasar di luar daerah Sumbawa yakni Mataram dan Surabaya. Dari Surabaya kemudian diditribusikan kembali ke wilayah sekitar Surabaya seperti Sidoarjo dan Malang. Siklus produksi dodol rumput laut ini adalah setiap 3 hari sekali dengan kapasitas hasil produksi hingga 60 Kg dodol/produksi. Harga jual dodol rumput laut secara eceran yaitu seharga Rp.10000/kotak, sedangkan untuk dijual ke agen-agen seperti swalayan dan toko-toko harga dodol rumput laut dipatok sekitar Rp.8000 Rp.9000/Kotak. Sedangkan untuk Surabaya dijual tanpa kemasan kotak, dengan harga jual sekitar Rp.50.000/Kg. Kelompok pengolah lainnya yaitu kelompok Melati terbentuk pada tahun 2010 dengan anggota sebanyak 10 orang. Komoditas utama kelompok ini juga berupa dodol rumput laut dan juga minuman segar jus rumput laut, dua komoditas inilah yang rutin diproduksi di kelompok ini. Selain itu kelompok ini juga memproduksi selai rumput laut, manisan, serta pilus/stik rumput laut yang diproduksi berdasarkan pesanan saja. Pada tahun 2011, Kelompok Melati juga mendapat bantuan dari Direktorat Jenderal P2HP melalui Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumbawa berupa mesin penggilingan, freezer, oven, kompor gas, timbangan, hand sealer, serta alat pengolahan lainnya. Dengan adanya bantuan serta pengembangan modal yang diberikan, usaha Kelompok Melati mempunyai kapasitas produksi sebesar 30-40 Kg Dodol rumput laut per bulan yang dijual dengan harga Rp.10.000/200 gram, dan jus rumput laut sebanyak 35-40 cup per hari yang dijual dengan harga Rp.1000/cup. Pangsa pasar produk pengolahan Kelompok Melati masih berkisar daerah Sumbawa, Sumbawa Barat dan Mataram.

Kamis, 29 Maret 2012: Pengumpulan data primer melalui Focus Group Discussion (FGD) dengan para pihak terkait (Stakeholders) budidaya rumput laut di Kabupaten Sumbawa. Dalam kegiatan ini hadir beberapa pihak yang terkait dalam budidaya rumput laut, diantaranya adalah pembibit, pembudidaya, pedagang pengumpul, pengolah, kepala desa, petugas, serta perwakilan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumbawa. Dalam pertemuan ini didiskusikan mengenai kendala ataupun hambatan-hambatan para pelaku usaha dalam menjalankan usahanya serta bagaimana solusi yang diharapkan oleh masingmasing pihak.Pelaku Usaha Pembibit Kendala yang Dihadapi Penyakit Bibit yang berkualitas Kendala iklim dan cuaca Ketersediaan bibit yang berkualitas kurang Penyakit (terutama ice-ice) Bibit yang berkualitas Kendala perubahan iklim Akses modal bank masih konvensional transportasi pasca panen Belum ada alat pengukuran kualitas air Kurangnya sampan untuk pemeliharaan Persaingan dengan pedagang dari luar daerah, Kesulitan modal untuk biaya usaha pembudidaya mitra Belum ada pihak bank yang bersedia membantu Kualitas rumput laut belum merata Solusi yang Diharapkan - Kebun bibit rumput laut diperbanyak disetiap sentra pengembangan - prasarana pengangkutan bibit dari pantai ke tempat budidaya - Ukuran kapal terlalu kecil - Varietas bibit berkualitas - Fasilitas pengukuran kualitas perairan - Gudang penampungan di pembudidaya

Pembudidaya

-

Pedagang pengumpul Lokal

- Bantuan permodalan

Pedagang pengumpul Antar Provinsi Eksportir Pengolah

Penyuluh

- Fasilitas Pelabuhan untuk ekpedisi di Sumbawa, shg pengiriman harus melalui Surabaya - Proses perizinan sulit, - Sistem pembayaran bersifat konsinyasi - Permodalan terbatas, - kemasan mahal (mesin kemas), - pemasaran masih belum berkembang - bahan bakar (minyaktanah) - keterampilan ibu-ibu dalam teknologi pengolahan, pengemasan, umumnya masih sangat sederhana dan tradisional - Kesulitan 2011 akhir, terkait cuaca - Subsidi bibit - Jika ada bantuan sampan, jangan terlalu kecil ukurannya - Kendaraan operasional - Wilayah teranno belum ada kebun bibit

- diperlukan oven listrik - diperlukan mesin kemas, seler cup (200 ml) -

- Tenaga pendamping tambahan - Kendaraan operasional - Pembangunan kebun bibit didaerah teranno

Pelaku Usaha Dinas

Kendala yang Dihadapi - Harga fluktuatif -

Solusi yang Diharapkan - Membentuk forum pembudidaya sehingga dapat menentukan harga yang sama di setiap pembudidaya - Adanya integrasi dari berbagai pihak untuk dapat menentukan kebijakan sesuai kebutuhan di daerah - Juklak/juknis agar segera sampai ke kabupaten agar dapat cepat di laksanakan

Jumat,

30

Maret

2012:

Pengumpulan

data

primer

dengan

responden

pembudidaya, pedagang dan pengolah di Desa Labuhan Aji, Kecamatan Tarano. Pembudidaya Rumput Laut Desa Labuhan Aji memiliki potensi lahan budidaya rumput laut seluas 2.950 Ha, dimana 1.167 Ha telah dimanfaatkan masyarakat sekitar untuk budidaya rumput laut dengan jumlah RTP sebanyak 317. Namun, di Kecamagtan Tarano ini belum ada pengembangan kebut bibit, sehingga seringkali kebanyakan pembudidaya harus mencari bibit dari luar daerah. Di Desa ini terdapat dua kelompok pembudidaya rumput laut, yaitu Kelompok Nanga Loang yang beranggotakan 15 orang pembudidaya rumput laut serta Kelompok Gili Rakit yang juga beranggotakan 15 orang pembudidaya rumput laut sekaligus penangkap udang rebon. Teknik budidaya rumput laut yang digunakan oleh para pembudidaya di Labuhan Aji juga menggunakan metode Long Line, sehingga bisa dikatakan bahwa metode Long Line digunakan oleh mayoritas pembudidaya rumput laut di daerah Sumbawa. Masingmasing pembudidaya memiliki tali ris sekitar 50-150 bentangan dengan panjang tali sekitar 50-100 meter. Harga jual bibit (rumput laut basah) rata-rata seharga Rp. 3000/Kg dan untuk rumput laut kering seharga Rp. 7000/Kg. Pedagang Pengumpul Lokal Di Desa Labuhan Aji terdapat beberapa orang pengumpul lokal yang menyetorkan dagangannya ke Bintang Jaya atau Merak Mas (pengumpul besar). Hampir semua pedagang pengumpul lokal juga merupakan pembudidaya rumput laut. Penyetoran berlangsung dalam 1 (satu) minggu sekali, dengan kapasitas setor hingga 3 ton per minggu ketika musim panen, namun ketika cuaca sedang tidak menentu kapasitas setor hanya berkisar 700 Kg per minggu.

Kelompok Pengolah Rumput Laut Salah satu kelompok pengolah rumput laut di wilayah Tarano adalah Kelompok Lamario yang beranggotakan 10 orang ibu rumah tangga. Komoditas utama kelompok ini adalah Keripik Bawang yang berbahan dasar rumput laut. Masing-masing anggota kelompok sudah pernah menjalani pelatihan pengolahan rumput laut yang diselenggarakan oleh pihak pemerintah. Lokasi produksi kelompok ini masih berada di rumah salah satu anggota kelompok, skala produksinya pun masih skala kecil (rumah tangga). Kelompok ini terbilang masih baru karena baru didirikan sekitar 2 tahun yang lalu, sehingga belum terlalu berkembang dalam produksi maupun pemasarannya. Alatalat produksi yang digunakan pun masih bersifat sederhana, sehingga kapasitas produksi belum terlalu banyak yakni hanya sekitar 16 bungkus keripik bawang per produksi. Siklus produksinya juga hanya berlangsung 1 kali dalam 1 bulan karena bergantung pada pesanan, modal kelompok, dan waktu luang para anggota kelompok. Harga jual keripik bawang ini dipatok dengan harga Rp.5000/ bungkus dan dipasarkan ke kios-kios di sekitar wilayah mereka.

Jakarta, 16 Maret 2012 Atas nama TIM,

...................................,