laporan perekonomian provinsi sulawesi …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi...

84
LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH MEI 2019

Upload: others

Post on 01-Feb-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

LAPORAN PEREKONOMIANPROVINSI SULAWESI TENGAH

MEI2019

Page 2: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan YME, karena atas perkenan-Nya maka

penyusunan buku Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Tengah Periode

Triwulan I 2019 telah dapat kami selesaikan. Buku Laporan Perekonomian ini

kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku

kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

Tengah. Adapun ruang lingkup dari buku Laporan Perekonomian Provinsi

Sulawesi Tengah ini meliputi kajian mengenai pertumbuhan ekonomi; keuangan

pemerintah; inflasi; stabilitas keuangan daerah; pengembangan akses

keuangan dan UMKM; penyelenggaraan sistem pembayaran dan pengelolaan

uang rupiah; ketenagakerjaan dan kesejahteraan; serta prospek perekonomian

dan inflasi ke depan.

Kami berharap informasi yang terangkum dalam buku Laporan Perekonomian

ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber referensi bagi para pembuat

kebijakan, kalangan akademisi, investor dan pelaku dunia usaha, serta

masyarakat lainnya yang memiliki kepedulian dan perhatian terhadap

perekonomian Sulawesi Tengah.

Selanjutnya, pada kesempatan ini perkenankan kami mengucapkan terima kasih

dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah

berkenan membantu kami terutama dalam penyediaan data dan informasi

untuk penyusunan buku kajian ini. Dalam rangka penyempurnaan dan

peningkatan kualitas kajian ke depan, kami mengharapkan saran, masukan dan

tentunya update data dan informasi terkini dari seluruh stakeholder. Buku kajian

ini kami cetak dalam jumlah terbatas, dan untuk mendapatkan soft file dapat

diunduh di http://www.bi.go.id/web/id/Publikasi/Ekonomi_Regional/.

Semoga Tuhan YME selalu meridhoi setiap upaya kita dalam berkontribusi untuk

memajukan perekonomian di wilayah yang kita cintai ini. Terima kasih.

Palu, Februari 2019KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI SULAWESI TENGAH

Ttd

MiyonoDeputi Direktur

Kata

Pen

gant

arLAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019 iii

Page 3: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan YME, karena atas perkenan-Nya maka

penyusunan buku Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Tengah Periode

Triwulan I 2019 telah dapat kami selesaikan. Buku Laporan Perekonomian ini

kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku

kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

Tengah. Adapun ruang lingkup dari buku Laporan Perekonomian Provinsi

Sulawesi Tengah ini meliputi kajian mengenai pertumbuhan ekonomi; keuangan

pemerintah; inflasi; stabilitas keuangan daerah; pengembangan akses

keuangan dan UMKM; penyelenggaraan sistem pembayaran dan pengelolaan

uang rupiah; ketenagakerjaan dan kesejahteraan; serta prospek perekonomian

dan inflasi ke depan.

Kami berharap informasi yang terangkum dalam buku Laporan Perekonomian

ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber referensi bagi para pembuat

kebijakan, kalangan akademisi, investor dan pelaku dunia usaha, serta

masyarakat lainnya yang memiliki kepedulian dan perhatian terhadap

perekonomian Sulawesi Tengah.

Selanjutnya, pada kesempatan ini perkenankan kami mengucapkan terima kasih

dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah

berkenan membantu kami terutama dalam penyediaan data dan informasi

untuk penyusunan buku kajian ini. Dalam rangka penyempurnaan dan

peningkatan kualitas kajian ke depan, kami mengharapkan saran, masukan dan

tentunya update data dan informasi terkini dari seluruh stakeholder. Buku kajian

ini kami cetak dalam jumlah terbatas, dan untuk mendapatkan soft file dapat

diunduh di http://www.bi.go.id/web/id/Publikasi/Ekonomi_Regional/.

Semoga Tuhan YME selalu meridhoi setiap upaya kita dalam berkontribusi untuk

memajukan perekonomian di wilayah yang kita cintai ini. Terima kasih.

Palu, Februari 2019KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI SULAWESI TENGAH

Ttd

MiyonoDeputi Direktur

Kata

Pen

gant

ar

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019 iii

Page 4: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

Dafta

r Isi

1.1 Kinerja Perekonomian Triwulan I 2019

1.2. Analisis PDRB dari Sisi Penawaran

1.2.1. LU Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

1.2.2. Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian

1.2.3. Lapangan Usaha Industri Pengolahan

1.2.4. Lapangan Usaha Konstruksi

1.2.5. Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran,

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

1.3. Analisis PDRB dari Sisi Permintaan

1.3.1. Konsumsi Rumah Tangga dan Konsumsi Lembaga

Nonprofit Rumah Tangga (LNPRT)

1.3.2. Pengeluaran Pemerintah

1.3.3. Investasi

1.3.4. Ekspor Luar Negeri

1.3.5. Impor Luar Negeri

BAB IPERKEMBANGAN EKONOMIMAKRO REGIONAL

2

3

3

4

4

5

6

7

7

8

8

9

10

BAB IIIPERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

BAB IVSTABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSESKEUANGAN DAN UMKM

30

30

31

32

32

33

34

34

34

36

36

38

39

39

40

41

BAB IIKEUANGAN PEMERINTAH

16

16

17

18

Box I : Strategi Pengembangan Umkm Berorientasi Ekspor di

Sulawesi Tengah

Box II : Luwuk, Kota Baru Perhitungan Inflasi Sulawesi Tengahn

Box III : Base-effect Inflasi Sulawesi Tengah

Box IV : Neraca Perdagangan Sulawesi Tengah

BOKS

11

26

28

63

22

22

23

25

25

2.1. Realisasi APBD Provinsi Sulawesi Tengah

Triwulan I 2019

2.1.1 Realisasi Pendapatan APBD

2.1.2. Realisasi Belanja APBD

2.2. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah

3.1. Perkembangan Inflasi Secara Umum di Sulawesi

Tengah

3.2. Faktor Penahan Inflasi

3.3. Inflasi Berdasarkan Kelompok Komoditas

3.4. Tracking Triwulan II 2019

3.5. Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID)

4.1. Asesmen Sektor Korporasi

4.1.1. Sumber Kerentanan Sektor

Korporasi

4.1.2. Kinerja Sektor Korporasi

4.2. Asesmen LU Rumah Tangga

4.2.1. Sumber Kerentanan Rumah

Tangga

4.2.2. Kinerja Rumah Tangga

4.2.3. Eksposur Kredit Rumah Tangga

4.3 Kinerja Perbankan Sulawesi Tengah

4.3.1. Kinerja Bank Umum

4.3.2. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga

pada Bank Umum

4.3.3. Penyaluran Kredit Bank Umum

4.3.4. Kinerja Bank Umum Syariah

4.4. Perkembangan Akses Keuangan

4.4.1. Kredit UMKM

4.4.2. Kredit Usaha Rakyat

4.4.3. Perkembangan Bank Perkreditan

Rakyat

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019 vLAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019iv

Page 5: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

Dafta

r Isi

1.1 Kinerja Perekonomian Triwulan I 2019

1.2. Analisis PDRB dari Sisi Penawaran

1.2.1. LU Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

1.2.2. Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian

1.2.3. Lapangan Usaha Industri Pengolahan

1.2.4. Lapangan Usaha Konstruksi

1.2.5. Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran,

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

1.3. Analisis PDRB dari Sisi Permintaan

1.3.1. Konsumsi Rumah Tangga dan Konsumsi Lembaga

Nonprofit Rumah Tangga (LNPRT)

1.3.2. Pengeluaran Pemerintah

1.3.3. Investasi

1.3.4. Ekspor Luar Negeri

1.3.5. Impor Luar Negeri

BAB IPERKEMBANGAN EKONOMIMAKRO REGIONAL

2

3

3

4

4

5

6

7

7

8

8

9

10

BAB IIIPERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

BAB IVSTABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSESKEUANGAN DAN UMKM

30

30

31

32

32

33

34

34

34

36

36

38

39

39

40

41

BAB IIKEUANGAN PEMERINTAH

16

16

17

18

Box I : Strategi Pengembangan Umkm Berorientasi Ekspor di

Sulawesi Tengah

Box II : Luwuk, Kota Baru Perhitungan Inflasi Sulawesi Tengahn

Box III : Base-effect Inflasi Sulawesi Tengah

Box IV : Neraca Perdagangan Sulawesi Tengah

BOKS

11

26

28

63

22

22

23

25

25

2.1. Realisasi APBD Provinsi Sulawesi Tengah

Triwulan I 2019

2.1.1 Realisasi Pendapatan APBD

2.1.2. Realisasi Belanja APBD

2.2. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah

3.1. Perkembangan Inflasi Secara Umum di Sulawesi

Tengah

3.2. Faktor Penahan Inflasi

3.3. Inflasi Berdasarkan Kelompok Komoditas

3.4. Tracking Triwulan II 2019

3.5. Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID)

4.1. Asesmen Sektor Korporasi

4.1.1. Sumber Kerentanan Sektor

Korporasi

4.1.2. Kinerja Sektor Korporasi

4.2. Asesmen LU Rumah Tangga

4.2.1. Sumber Kerentanan Rumah

Tangga

4.2.2. Kinerja Rumah Tangga

4.2.3. Eksposur Kredit Rumah Tangga

4.3 Kinerja Perbankan Sulawesi Tengah

4.3.1. Kinerja Bank Umum

4.3.2. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga

pada Bank Umum

4.3.3. Penyaluran Kredit Bank Umum

4.3.4. Kinerja Bank Umum Syariah

4.4. Perkembangan Akses Keuangan

4.4.1. Kredit UMKM

4.4.2. Kredit Usaha Rakyat

4.4.3. Perkembangan Bank Perkreditan

Rakyat

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019 vLAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019iv

Page 6: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

BAB V. PERKEMBANGANSISTEM PEMBAYARAN

44

44

45

BAB VI. KETENAGAKERJAANDAN KESEJAHTERAAN

48

49

50

51

51

53

54

BAB VII.PROSPEKPEREKONOMIAN DAERAH

58

59

60

61

61

62

Daftar Tabel17

17

18

19

24

35

36

36

37

37

44

45

48

49

54

Tabel 2.1. Ras io Kemandir ian dan Derajat

Kemandirian Fiskal

Tabel 2.2. Kinerja Pendapatan Daerah Provinsi

Sulawesi Tengah

Tabel 2.3. Kinerja Belanja Daerah Provinsi

Sulawesi Tengah

Tabel 2.4. Realisasi Belanja APBN Provinsi

Sulawesi Tengah

Tabel 3.1. Inflasi Berdasarkan Kelompok

Komoditas (%)

Tabel 4.1. Perkembangan Indikator Kinerja Bank

Umum Provinsi Sulawesi Tengah

Tabel 4.2. Perkembangan Kredit UMKM per

Sektor Provinsi Sulawesi Tengah

Tabel 4.3. Perkembangan Kredit UMKM per

Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi

Tengah

Tabel 4.4. Perkembangan Kredit Usaha Rakyat

per Sektor Provinsi Sulawesi Tengah

Tabel 4.5. Perkembangan Kredit Usaha Rakyat

per Kabupten/Kota Provinsi Sulawesi

Tengah

Tabel 5.1. Pangsa Denominasi Uang Inflow

Tabel 5.2. Pangsa Denominasi Uang Outflow

Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke atas

Menurut Jenis Kegiatan Utama

Tabel 6.2. Penduduk Usia 15 Tahun ke atas yang

Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi

yang Ditamatkan

Tabel 6.3. Indeks Harga Diterima dan Dibayar

Petani Sulawesi Tengah

5.1. Kinerja Sistem Pembayaran

5.1.1. Transaksi Keuangan Secara Tunai

5.1.2. Transaksi Keuangan Secara Non Tunai

6.1. Ketenagakerjaan

6.1.1. Tingkat Pengangguran Sulawesi Tengah

6.1.2. Ketenegakerjaan Secara Sektoral

6.1.3. UMP Provinsi Sulawesi Tengah 2019

6.2. Kemiskinan

6.3. Perkembangan Nilai Tukar Petani Sulawesi

Tengah

6.4. Ketimpangan Pengeluaran Penduduk Sulawesi

Tengah

7.1. Prospek Perekonomian

7.1.1 Strength

7.1.2 Weakness

7.1.3 Opportunity

7.1.4 Threat

7.2. Prospek Inflasi

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019 viiLAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019vi

Page 7: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

BAB V. PERKEMBANGANSISTEM PEMBAYARAN

44

44

45

BAB VI. KETENAGAKERJAANDAN KESEJAHTERAAN

48

49

50

51

51

53

54

BAB VII.PROSPEKPEREKONOMIAN DAERAH

58

59

60

61

61

62

Daftar Tabel17

17

18

19

24

35

36

36

37

37

44

45

48

49

54

Tabel 2.1. Ras io Kemandir ian dan Derajat

Kemandirian Fiskal

Tabel 2.2. Kinerja Pendapatan Daerah Provinsi

Sulawesi Tengah

Tabel 2.3. Kinerja Belanja Daerah Provinsi

Sulawesi Tengah

Tabel 2.4. Realisasi Belanja APBN Provinsi

Sulawesi Tengah

Tabel 3.1. Inflasi Berdasarkan Kelompok

Komoditas (%)

Tabel 4.1. Perkembangan Indikator Kinerja Bank

Umum Provinsi Sulawesi Tengah

Tabel 4.2. Perkembangan Kredit UMKM per

Sektor Provinsi Sulawesi Tengah

Tabel 4.3. Perkembangan Kredit UMKM per

Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi

Tengah

Tabel 4.4. Perkembangan Kredit Usaha Rakyat

per Sektor Provinsi Sulawesi Tengah

Tabel 4.5. Perkembangan Kredit Usaha Rakyat

per Kabupten/Kota Provinsi Sulawesi

Tengah

Tabel 5.1. Pangsa Denominasi Uang Inflow

Tabel 5.2. Pangsa Denominasi Uang Outflow

Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke atas

Menurut Jenis Kegiatan Utama

Tabel 6.2. Penduduk Usia 15 Tahun ke atas yang

Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi

yang Ditamatkan

Tabel 6.3. Indeks Harga Diterima dan Dibayar

Petani Sulawesi Tengah

5.1. Kinerja Sistem Pembayaran

5.1.1. Transaksi Keuangan Secara Tunai

5.1.2. Transaksi Keuangan Secara Non Tunai

6.1. Ketenagakerjaan

6.1.1. Tingkat Pengangguran Sulawesi Tengah

6.1.2. Ketenegakerjaan Secara Sektoral

6.1.3. UMP Provinsi Sulawesi Tengah 2019

6.2. Kemiskinan

6.3. Perkembangan Nilai Tukar Petani Sulawesi

Tengah

6.4. Ketimpangan Pengeluaran Penduduk Sulawesi

Tengah

7.1. Prospek Perekonomian

7.1.1 Strength

7.1.2 Weakness

7.1.3 Opportunity

7.1.4 Threat

7.2. Prospek Inflasi

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019 viiLAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019vi

Page 8: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

Daftar Grafik2

3

3

4

4

4

4

5

5

6

6

7

8

8

8

9

9

9

9

10

10

10

16

16

18

18

Grafik 1.1. Perkembangan PDRB

Grafik 1.2. Andil Pertumbuhan Ekonomi Per LU

Grafik 1.3. Harga CPO Internasional (USD/Mt)

Grafik 1.4. Laju Pertumbuhan Tahunan dan

Triwulanan LU Pertanian

Grafik 1.5. Pertumbuhan Subusaha Pertanian

Grafik 1.6. Perkembagan Ekspor Nikel

Grafik 1.7. Perkembangan LU Pertambangan

Grafik 1.8. Laju Pertumbuhan Industri Pengolahan

Grafik 1.9 Pertumbuhan Subusaha Industri

Pengolahan (yoy, %)

Grafik 1.10. Perkembangan LU Konstruksi

Grafik 1.11. Pertumbuhan Perdagangan (%, yoy)

Grafik 1.12. Perkembangan Konsumsi Rumah

Tangga

Grafik 1.13. P e r k e m b a n g a n P e n g e l u a r a n

Pemerintah

Grafik 1.15. PMA dan PMDN

Grafik 1.14. Perkembangan PMTB Sulawesi Tengah

Grafik 1.16. Pangsa Investasi Per LU

Grafik 1.18. Perkembangan Ekspor Luar Negeri

Sulawesi Tengah

Graifk 1.19. Ekspor Per Jenis Komoditas

Grafik 1.17. Investasi Per Kab / Kota

Grafik 1.20. Negara Tujuan Ekspor

Grafik 1.21. Perkembangan Impor Sulawesi Tengah

Grafik 1.22. Komoditas Impor Sulawesi Tengah

Grafik 2.1. Perkembangan Pendapatan dan Belanja

Daerah

Grafik 2.2. Perkembangan Tingkat Realisasi per

Pos Pendapatan Daerah

Grafik 2.3. Perkembangan Realisasi Persentase

Belanja

Grafik 2.4. Realisasi Fisik Pemda

19

19

22

22

22

22

23

24

24

24

31

31

31

32

32

33

33

34

34

34

34

45

46

46

48

48

50

50

51

51

51

52

52

52

52

53

53

54

54

55

55

59

62

35

35

36

36

36

36

37

37

37

38

38

38

39

39

39

39

41

42

42

44

45

Grafik 2.5. Perkembangan Realisasi Serapan

Belanja APBN periode 2012-2018

Grafik 2.6. Perkembangan Nominal Realisasi

Belanja APBN di Sulawesi Tengah

(triwulanan)

Grafik 3.1. Indeks Harga Konsumen Sulawesi

Tengah

Grafik 3.2. Inflasi (yoy) Sulawesi Tengah, Sulawesi

dan Sulampua

Grafik 3.3. Inflasi Sulawesi Tengah dan Nasional

Grafik 3.4. Inflasi Bulanan Kota Palu

Grafik 3.5. Pergerakan Survei Konsumen

Grafik 3.6. Andil Inflasi Tahunan (yoy) Berdasarkan

Kelompok Bahan Makanan (%)

Grafik 3.7. Andil Inflasi Tahunan (yoy) Berdasarkan

Transpor, Komunikasi dan Jasa

Keuangan

Grafik 3.8. Andil Inflasi Tahunan (yoy) Berdasarkan

Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan

Bakar

Grafik 4.1. Harga Komoditas Industri

Grafik 4.2. Harga Komoditas Perkebunan

Grafik 4.3. Perkembangan PMI Tiongkok dan

Jepang

Grafik 4.4. Lifting Gas LNG (Per MMSCF)

Grafik 4.5. Ekspor Olahan Nikel (Juta USD)

Grafik 4.6. Indeks Tendensi Konsumen dan

Konsumsi (YOY)

Grafik 4.7. Pendapatan Terkini dan Frekuensi

Konsumsi

Grafik 4.8. Pangsa Kredit RT

Grafik 4.9. Pertumbuhan Kredit RT (yoy)

Grafik 4.10. NPL Kredit RT (yoy)

Grafik 4.11. Suku Bunga Kredit dan Kredit (yoy)

Grafik 4.12. Suku Bunga Deposit dan DPK (yoy)

Grafik 4.13. Pertumbuhan Aset dan NPL

Grafik 4.14. Perkembangan DPK Bank Umum

Grafik 4.15. Pangsa DPK Bank Umum Menurut Jenis

Simpanan

Grafik 4.16. DPK Per Golongan Nasabah (Rp Miliar)

Grafik 4.17. Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Jenis

Bank

Grafik 4.18. Perkembangan Kredit Bank Umum

Berdasarkan Jenis Penggunaan

Grafik 4.19. P a n g s a K r e d i t B a n k U m u m

Berdasarkan Jenis Penggunaan

Grafik 4.20. Heatmap Pertumbuhan Kredi dan NPL

Per LU

Grafik 4.23. Perkembangan Kredit LU Utama

Grafik 4.24. NPL LU Utama Perbankan

Grafik 4.25. Heatmap Kredit Per Kab / Kota di

Sulawesi Tengah

Grafik 4.26. Pertumbuhan Kredit dan DPK Syariah

Grafik 4.27. Perkembangan Aset Perbankan Syariah

Grafik 4.28. Perkembangan DPK Bank Syariah

Menurut Jenis Simpanan

Grafik 4.29. Perkembangan Pembiayaan Bank

Syariah Menurut Jenis Penggunaan

Grafik 4.30. Perkembangan Aset BPR di Sulawesi

Tengah

Grafik 4.31. Perkembangan DPK BPR Menurut Jenis

Simpanan

Grafik 4.32. Perkembangan Kredit BPR Menurut

Jenis

Grafik 5.1. Perkembangan Inflow – Outflow Uang

Tunai

Grafik 5.2. Perkembangan Transaksi Non Tunai di

Sulawesi Tengah

Grafik 5.3. Pangsa Nominal Transaksi RTGS

(Outgoing) dan Kliring Provinsi Sulawesi

Tengah

Grafik 5.4. Perkembangan Nominal dan Jumlah

Warkat Kliring Prov. Sulawesi Tengah

Grafik 5.5. Perputaran Cek dan Bilyet Giro Kosong

Provinsi Sulawesi Tengah

Grafik 6.1. Ketenagakerjaan Berdasarkan Status

Usah

Grafik 6.2. Ketenagakerjaan Formal dan Informasl

Grafik 6.3. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

Grafik 6.4. TPT menurut Tingkat Pendidikan

Grafik 6.5. Perkembangan TK Industri & Pertanian

Grafik 6.6. Persentase TK Menurut Lapangan Kerja

Grafik 6.7. Perkembangan UMP Sulawesi Tengah

Grafik 6.8. Tingkat Kemiskinan Sulawesi Tengah

Grafik 6.9. Tingkat Kemiskinan Lintas Sulawesi

Grafik 6.10. Persentase Jumlah Penduduk Miskin

Kota & Desa Sulawesi Tengah

Grafik 6.11. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan

Indeks Keparahan Kemiskinan Sulawesi

Tengah

Grafik 6.12. Garis Kemiskinan (GK) dan Inflasi

Grafik 6.13. GKM lintas Sulawesi

Grafik 6.14. Perkembangan NTP Sulteng per Sub

Sektor

Grafik 6.15. Perbandingan NTP Lintas Sulawesi

Grafik 6.16. Perkembangan Rasio Gini Sulaewesi

Tengah

Grafik 6.17. Distribusi Pengeluaran Penduduk

Sulawesi Tengah

Grafik 7.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

Grafik 7.2. Inflasi Tahunan 2018 & 2019 (yoy, %)

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019 ixLAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019viii

Page 9: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

Daftar Grafik2

3

3

4

4

4

4

5

5

6

6

7

8

8

8

9

9

9

9

10

10

10

16

16

18

18

Grafik 1.1. Perkembangan PDRB

Grafik 1.2. Andil Pertumbuhan Ekonomi Per LU

Grafik 1.3. Harga CPO Internasional (USD/Mt)

Grafik 1.4. Laju Pertumbuhan Tahunan dan

Triwulanan LU Pertanian

Grafik 1.5. Pertumbuhan Subusaha Pertanian

Grafik 1.6. Perkembagan Ekspor Nikel

Grafik 1.7. Perkembangan LU Pertambangan

Grafik 1.8. Laju Pertumbuhan Industri Pengolahan

Grafik 1.9 Pertumbuhan Subusaha Industri

Pengolahan (yoy, %)

Grafik 1.10. Perkembangan LU Konstruksi

Grafik 1.11. Pertumbuhan Perdagangan (%, yoy)

Grafik 1.12. Perkembangan Konsumsi Rumah

Tangga

Grafik 1.13. P e r k e m b a n g a n P e n g e l u a r a n

Pemerintah

Grafik 1.15. PMA dan PMDN

Grafik 1.14. Perkembangan PMTB Sulawesi Tengah

Grafik 1.16. Pangsa Investasi Per LU

Grafik 1.18. Perkembangan Ekspor Luar Negeri

Sulawesi Tengah

Graifk 1.19. Ekspor Per Jenis Komoditas

Grafik 1.17. Investasi Per Kab / Kota

Grafik 1.20. Negara Tujuan Ekspor

Grafik 1.21. Perkembangan Impor Sulawesi Tengah

Grafik 1.22. Komoditas Impor Sulawesi Tengah

Grafik 2.1. Perkembangan Pendapatan dan Belanja

Daerah

Grafik 2.2. Perkembangan Tingkat Realisasi per

Pos Pendapatan Daerah

Grafik 2.3. Perkembangan Realisasi Persentase

Belanja

Grafik 2.4. Realisasi Fisik Pemda

19

19

22

22

22

22

23

24

24

24

31

31

31

32

32

33

33

34

34

34

34

45

46

46

48

48

50

50

51

51

51

52

52

52

52

53

53

54

54

55

55

59

62

35

35

36

36

36

36

37

37

37

38

38

38

39

39

39

39

41

42

42

44

45

Grafik 2.5. Perkembangan Realisasi Serapan

Belanja APBN periode 2012-2018

Grafik 2.6. Perkembangan Nominal Realisasi

Belanja APBN di Sulawesi Tengah

(triwulanan)

Grafik 3.1. Indeks Harga Konsumen Sulawesi

Tengah

Grafik 3.2. Inflasi (yoy) Sulawesi Tengah, Sulawesi

dan Sulampua

Grafik 3.3. Inflasi Sulawesi Tengah dan Nasional

Grafik 3.4. Inflasi Bulanan Kota Palu

Grafik 3.5. Pergerakan Survei Konsumen

Grafik 3.6. Andil Inflasi Tahunan (yoy) Berdasarkan

Kelompok Bahan Makanan (%)

Grafik 3.7. Andil Inflasi Tahunan (yoy) Berdasarkan

Transpor, Komunikasi dan Jasa

Keuangan

Grafik 3.8. Andil Inflasi Tahunan (yoy) Berdasarkan

Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan

Bakar

Grafik 4.1. Harga Komoditas Industri

Grafik 4.2. Harga Komoditas Perkebunan

Grafik 4.3. Perkembangan PMI Tiongkok dan

Jepang

Grafik 4.4. Lifting Gas LNG (Per MMSCF)

Grafik 4.5. Ekspor Olahan Nikel (Juta USD)

Grafik 4.6. Indeks Tendensi Konsumen dan

Konsumsi (YOY)

Grafik 4.7. Pendapatan Terkini dan Frekuensi

Konsumsi

Grafik 4.8. Pangsa Kredit RT

Grafik 4.9. Pertumbuhan Kredit RT (yoy)

Grafik 4.10. NPL Kredit RT (yoy)

Grafik 4.11. Suku Bunga Kredit dan Kredit (yoy)

Grafik 4.12. Suku Bunga Deposit dan DPK (yoy)

Grafik 4.13. Pertumbuhan Aset dan NPL

Grafik 4.14. Perkembangan DPK Bank Umum

Grafik 4.15. Pangsa DPK Bank Umum Menurut Jenis

Simpanan

Grafik 4.16. DPK Per Golongan Nasabah (Rp Miliar)

Grafik 4.17. Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Jenis

Bank

Grafik 4.18. Perkembangan Kredit Bank Umum

Berdasarkan Jenis Penggunaan

Grafik 4.19. P a n g s a K r e d i t B a n k U m u m

Berdasarkan Jenis Penggunaan

Grafik 4.20. Heatmap Pertumbuhan Kredi dan NPL

Per LU

Grafik 4.23. Perkembangan Kredit LU Utama

Grafik 4.24. NPL LU Utama Perbankan

Grafik 4.25. Heatmap Kredit Per Kab / Kota di

Sulawesi Tengah

Grafik 4.26. Pertumbuhan Kredit dan DPK Syariah

Grafik 4.27. Perkembangan Aset Perbankan Syariah

Grafik 4.28. Perkembangan DPK Bank Syariah

Menurut Jenis Simpanan

Grafik 4.29. Perkembangan Pembiayaan Bank

Syariah Menurut Jenis Penggunaan

Grafik 4.30. Perkembangan Aset BPR di Sulawesi

Tengah

Grafik 4.31. Perkembangan DPK BPR Menurut Jenis

Simpanan

Grafik 4.32. Perkembangan Kredit BPR Menurut

Jenis

Grafik 5.1. Perkembangan Inflow – Outflow Uang

Tunai

Grafik 5.2. Perkembangan Transaksi Non Tunai di

Sulawesi Tengah

Grafik 5.3. Pangsa Nominal Transaksi RTGS

(Outgoing) dan Kliring Provinsi Sulawesi

Tengah

Grafik 5.4. Perkembangan Nominal dan Jumlah

Warkat Kliring Prov. Sulawesi Tengah

Grafik 5.5. Perputaran Cek dan Bilyet Giro Kosong

Provinsi Sulawesi Tengah

Grafik 6.1. Ketenagakerjaan Berdasarkan Status

Usah

Grafik 6.2. Ketenagakerjaan Formal dan Informasl

Grafik 6.3. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

Grafik 6.4. TPT menurut Tingkat Pendidikan

Grafik 6.5. Perkembangan TK Industri & Pertanian

Grafik 6.6. Persentase TK Menurut Lapangan Kerja

Grafik 6.7. Perkembangan UMP Sulawesi Tengah

Grafik 6.8. Tingkat Kemiskinan Sulawesi Tengah

Grafik 6.9. Tingkat Kemiskinan Lintas Sulawesi

Grafik 6.10. Persentase Jumlah Penduduk Miskin

Kota & Desa Sulawesi Tengah

Grafik 6.11. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan

Indeks Keparahan Kemiskinan Sulawesi

Tengah

Grafik 6.12. Garis Kemiskinan (GK) dan Inflasi

Grafik 6.13. GKM lintas Sulawesi

Grafik 6.14. Perkembangan NTP Sulteng per Sub

Sektor

Grafik 6.15. Perbandingan NTP Lintas Sulawesi

Grafik 6.16. Perkembangan Rasio Gini Sulaewesi

Tengah

Grafik 6.17. Distribusi Pengeluaran Penduduk

Sulawesi Tengah

Grafik 7.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

Grafik 7.2. Inflasi Tahunan 2018 & 2019 (yoy, %)

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019 ixLAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019viii

Page 10: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

Ekonomi Sulawesi Tengah pada Triwulan I 2019

mengalami peningkatan

PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah meningkat pada triwulan laporan.

Ekonomi Sulawesi Tengah tumbuh 6,77% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan

sebelumnya 5,37% (yoy). Realisasi ini tumbuh diatas ekspektasi mengingat Sulawesi

Tengah baru mengalami bencana pada September 2018. Secara lapangan usaha (LU),

tingginya pertumbuhan didorong oleh meningkatnya kinerja pertanian,

pertambangan dan industri pengolahan. Dari LU pertanian, pertumbuhan terutama

ditopang oleh meningkatnya produksi perkebunan kakao. Sementara itu, LU

pertambangan didorong oleh meningkatnya permintaan dari LU industri dan kembali

dilakukannya ekspor bijih nikel. Selain itu, pertumbuhan ekonomi juga didorong oleh

meningkatnya kinerja LU industri pengolahan yang terutama disebabkan oleh

tingginya nilai tambah hilirisasi lanjutan dari stainless steel yakni hot rolled coiled

(HRC) dan cold rolled coiled (CRC). Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ditopang oleh

tingginya ekspor pada triwulan laporan dan juga membaiknya konsumsi rumah

tangga (RT)). Namun perbaikan konsumsi RT masih relatif rendah dan belum kembali

ke level sebelum terjadi bencana pada akhir September tahun lalu. Sementara itu,

pertumbuhan investasi dan pengeluaran pemerintah pada periode laporan

mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya. Investor cenderung wait and

see terhadap penyelenggaraan pesta demokrasi, sedangkan realisasi pengeluaran

pemerintah sesuai pola historisnya pada awal tahun belum terlalu besar. Dari sisi

eksternal, net ekspor secara keseluruhan masih mengalami pertumbuhan yang positif

yang didorong oleh ekspor yang meningkat, impor yang melambat dan net ekspor

antar provinsi juga mengalami penurunan.

Realisasi belanja pemerintah daerah relatif lebih baik dibandingkan periode

yang sama tahun sebelumnya. Pencapaian realisasi belanja APBD pada triwulan I

2019 tercatat 17,28% dari pagu anggaran Rp 4,26 triliun, atau lebih tinggi dari rata-

rata tiga tahun terakhir 10,52%. Hal ini menjadi stimulus yang bagus bagi

perekonomian pascabencana. Sementara itu, realisasi pendapatan APBD mencapai

lebih dari 21,75% yang ditopang oleh tingginya realisasi pendapatan transfer.

Realisasi belanja APBN di Sulawesi Tengah mencapai 20,11% dari pagu anggaran Rp

24,79 triliun. Tingginya angka realisasi ini terutama ditopang oleh realisasi transfer ke

daerah pada triwulan laporan. Sementara itu, realisasi penyaluran Anggaran Dana

Desa terserap hingga 18,19%, sehingga diharapkan dapat meningkatkan

pemerataan pembangunan yang sifatnya bottom-up.

RINGKASAN EKSEKUTIF

Realisasi belanja pemerintah meningkat dibandingkan periode

yang sama tahun sebelumnya

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019x

Inflasi Sulawesi Tengah pada triwulan I 2019 tercatat 5,59% (yoy), lebih tinggi

dari triwulan IV 2019 6,46% (yoy). Secara tahunan, inflasi Sulteng masih terlihat

tinggi karena faktor base-effect, namun secara akumulatif inflasi masih dalam tingkat

yang rendah bahkan mengalami deflasi yakni -0,59% (ytd). Penurunan tekanan inflasi

disebabkan oleh produksi bahan makanan yang meningkat, distribusi barang-barang

bangunan yang lancar dan relatif menurunnya permintaan pada beberapa jenis

kebutuhan pokok masyarakat.

Stabilitas keuangan daerah masih terjaga dengan baik meskipun terdapat

sedikit peningkatan risiko. Sumber kerentanan korporasi seperti perkembangan

kondisi negara mitra dagang yang melambat dan harga komoditas global yang

cenderung turun diperkirakan memberikan dampak negatif pada kinerja korporasi yang

mengandalkan ekspor. Namun demikian, kinerja industri pengolahan logam tumbuh

tinggi didorong oleh tingginya nilai tambah hilirisasi nikel yakni hot rolled coiled (HRC)

dan cold rolled coiled (CRC). Kinerja LU rumah tangga secara umum masih belum terlalu

membaik setelah terjadinya bencana gempa, tsunami dan likuifaksi. Perkembangan

indikator perbankan sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya, namun risiko

kredit macet perlu diwaspadai terutama pada LU perdagangan.

Sepanjang triwulan I 2019, perkembangan jumlah uang yang diedarkan KPw BI

Sulawesi Tengah tercatat net inflow sebesar Rp1.003,14 miliar. Sesuai polanya,

kebutuhan uang kartal pada triwulan laporan cenderung dalam kondisi net inflow yang

berarti bahwa jumlah uang kartal yang masuk dari kas Bank Indonesia baik melalui

penyetoran perbankan ataupun penarikan kas titipan cenderung lebih banyak apabila

dibandingkan uang kartal yang keluar dari kas bank Indonesia. Transaksi keuangan

secara non tunai yang mencakup transaksi yang menggunakan BI-Real Time Gross

Settlement (BI-RTGS) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) secara total

mengalami penurunan selama triwulan I 2019.

Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Tengah sedikit memburuk. Tingkat

Pengangguran Terbuka (TPT) di Sulawesi Tengah pada Februari 2019 mencapai 3,54%

lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yang sebesar 3,19%. Salah satu penyebabnya

adalah dampak bencana yang menyebabkan tenaga kerja kehilangan mata

pencahariannya terutama pada sektor pertanian dan perdagangan. Sementara itu,

tingkat kemiskinan mengalami penurunan seiring dengan membaiknya kinerja LU

Stabilitas keuangan daerah masih terjaga dengan baik

Uang beredar di Sulawesi Tengah tercatat net inflow

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019 xi

Tingkat pengangguran meningkat

Tekanan inflasi masih tinggi secara tahunan, namun secara akumulatif rendah

Page 11: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

Ekonomi Sulawesi Tengah pada Triwulan I 2019

mengalami peningkatan

PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah meningkat pada triwulan laporan.

Ekonomi Sulawesi Tengah tumbuh 6,77% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan

sebelumnya 5,37% (yoy). Realisasi ini tumbuh diatas ekspektasi mengingat Sulawesi

Tengah baru mengalami bencana pada September 2018. Secara lapangan usaha (LU),

tingginya pertumbuhan didorong oleh meningkatnya kinerja pertanian,

pertambangan dan industri pengolahan. Dari LU pertanian, pertumbuhan terutama

ditopang oleh meningkatnya produksi perkebunan kakao. Sementara itu, LU

pertambangan didorong oleh meningkatnya permintaan dari LU industri dan kembali

dilakukannya ekspor bijih nikel. Selain itu, pertumbuhan ekonomi juga didorong oleh

meningkatnya kinerja LU industri pengolahan yang terutama disebabkan oleh

tingginya nilai tambah hilirisasi lanjutan dari stainless steel yakni hot rolled coiled

(HRC) dan cold rolled coiled (CRC). Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ditopang oleh

tingginya ekspor pada triwulan laporan dan juga membaiknya konsumsi rumah

tangga (RT)). Namun perbaikan konsumsi RT masih relatif rendah dan belum kembali

ke level sebelum terjadi bencana pada akhir September tahun lalu. Sementara itu,

pertumbuhan investasi dan pengeluaran pemerintah pada periode laporan

mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya. Investor cenderung wait and

see terhadap penyelenggaraan pesta demokrasi, sedangkan realisasi pengeluaran

pemerintah sesuai pola historisnya pada awal tahun belum terlalu besar. Dari sisi

eksternal, net ekspor secara keseluruhan masih mengalami pertumbuhan yang positif

yang didorong oleh ekspor yang meningkat, impor yang melambat dan net ekspor

antar provinsi juga mengalami penurunan.

Realisasi belanja pemerintah daerah relatif lebih baik dibandingkan periode

yang sama tahun sebelumnya. Pencapaian realisasi belanja APBD pada triwulan I

2019 tercatat 17,28% dari pagu anggaran Rp 4,26 triliun, atau lebih tinggi dari rata-

rata tiga tahun terakhir 10,52%. Hal ini menjadi stimulus yang bagus bagi

perekonomian pascabencana. Sementara itu, realisasi pendapatan APBD mencapai

lebih dari 21,75% yang ditopang oleh tingginya realisasi pendapatan transfer.

Realisasi belanja APBN di Sulawesi Tengah mencapai 20,11% dari pagu anggaran Rp

24,79 triliun. Tingginya angka realisasi ini terutama ditopang oleh realisasi transfer ke

daerah pada triwulan laporan. Sementara itu, realisasi penyaluran Anggaran Dana

Desa terserap hingga 18,19%, sehingga diharapkan dapat meningkatkan

pemerataan pembangunan yang sifatnya bottom-up.

RINGKASAN EKSEKUTIF

Realisasi belanja pemerintah meningkat dibandingkan periode

yang sama tahun sebelumnya

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019x

Inflasi Sulawesi Tengah pada triwulan I 2019 tercatat 5,59% (yoy), lebih tinggi

dari triwulan IV 2019 6,46% (yoy). Secara tahunan, inflasi Sulteng masih terlihat

tinggi karena faktor base-effect, namun secara akumulatif inflasi masih dalam tingkat

yang rendah bahkan mengalami deflasi yakni -0,59% (ytd). Penurunan tekanan inflasi

disebabkan oleh produksi bahan makanan yang meningkat, distribusi barang-barang

bangunan yang lancar dan relatif menurunnya permintaan pada beberapa jenis

kebutuhan pokok masyarakat.

Stabilitas keuangan daerah masih terjaga dengan baik meskipun terdapat

sedikit peningkatan risiko. Sumber kerentanan korporasi seperti perkembangan

kondisi negara mitra dagang yang melambat dan harga komoditas global yang

cenderung turun diperkirakan memberikan dampak negatif pada kinerja korporasi yang

mengandalkan ekspor. Namun demikian, kinerja industri pengolahan logam tumbuh

tinggi didorong oleh tingginya nilai tambah hilirisasi nikel yakni hot rolled coiled (HRC)

dan cold rolled coiled (CRC). Kinerja LU rumah tangga secara umum masih belum terlalu

membaik setelah terjadinya bencana gempa, tsunami dan likuifaksi. Perkembangan

indikator perbankan sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya, namun risiko

kredit macet perlu diwaspadai terutama pada LU perdagangan.

Sepanjang triwulan I 2019, perkembangan jumlah uang yang diedarkan KPw BI

Sulawesi Tengah tercatat net inflow sebesar Rp1.003,14 miliar. Sesuai polanya,

kebutuhan uang kartal pada triwulan laporan cenderung dalam kondisi net inflow yang

berarti bahwa jumlah uang kartal yang masuk dari kas Bank Indonesia baik melalui

penyetoran perbankan ataupun penarikan kas titipan cenderung lebih banyak apabila

dibandingkan uang kartal yang keluar dari kas bank Indonesia. Transaksi keuangan

secara non tunai yang mencakup transaksi yang menggunakan BI-Real Time Gross

Settlement (BI-RTGS) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) secara total

mengalami penurunan selama triwulan I 2019.

Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Tengah sedikit memburuk. Tingkat

Pengangguran Terbuka (TPT) di Sulawesi Tengah pada Februari 2019 mencapai 3,54%

lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yang sebesar 3,19%. Salah satu penyebabnya

adalah dampak bencana yang menyebabkan tenaga kerja kehilangan mata

pencahariannya terutama pada sektor pertanian dan perdagangan. Sementara itu,

tingkat kemiskinan mengalami penurunan seiring dengan membaiknya kinerja LU

Stabilitas keuangan daerah masih terjaga dengan baik

Uang beredar di Sulawesi Tengah tercatat net inflow

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019 xi

Tingkat pengangguran meningkat

Tekanan inflasi masih tinggi secara tahunan, namun secara akumulatif rendah

Page 12: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

pertanian pada periode laporan yakni sebelum gempa (September 2018). Rasio Gini

Sulteng pada September 2018 juga membaik menjadi 0,317, dari posisi sebelumnya

pada September 2017 yakni 0,345. Nilai tukar petani (NTP) Sulawesi Tengah masih

berada di bawah NTP Nasional. Hal ini menggambarkan bahwa rasio harga produk

yang diterima oleh petani Sulawesi Tengah lebih rendah dari harga produk lain yang

harus mereka bayar. Untuk itu, perlu upaya lebih dalam meningkatkan pemberdayaan

petani agar produktivitasnya meningkat. Beberapa strategi yang dapat dilakukan

melalui program ekstensifikasi maupun intensifikasi, serta meningkatkan daya tawar

petani melalui perbaikan kelembagaan.

PROSPEK PEREKONOMIAN SULAWESI TENGAH

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan III 2019 diprakirakan

akan tetap stabil yakni berada di kisaran 6,6 – 7,0% (yoy). Produksi industri

manufaktur terutama dari industri hilirirsasi lanjutan nikel yakni cold rolled coiled

(CRC) masih akan menjadi kunci pertumbuhan pada periode mendatang. Selain itu,

perbaikan investasi usai pemilihan umum juga diprakirakan akan mendorong

pertumbuhan ekonomi dari sisi permintaan selain perbaikan sisi konsumsi rumah

tangga.

Tingkat inflasi pada triwulan III 2019 diprakirakan akan tetap tinggi karena base effect

yang berada pada kisaran 5,0 – 5,4% (yoy). Tekanan dari kelompok transpor

khususnya tarif angkutan udara diperkirakan menurun seiring penyeusuaian tarif

batas atas. Dari sisi kelompok bahan makanan, fluktuasi produksi beberapa

komoditas bahan makanan masih belum stabil karena irigasi di Kab. Sigi masih belum

diperbaiki dan curah hujan yang tak menentu. Selain itu, tekanan dari kelompok

lainnya seperti makanan jadi dan sandang diperkirakan sedikit meningkat seiring

potensi kenaikan permintaan masyarakat menjelang perayaan lebaran.

Arah Pertumbuhan ekonomi triwulan III 2019

diperkirakan meningkat

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019xii

Tekanan inflasi diperkirakan menurun

pada Triwulan III 2019

Page 13: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

pertanian pada periode laporan yakni sebelum gempa (September 2018). Rasio Gini

Sulteng pada September 2018 juga membaik menjadi 0,317, dari posisi sebelumnya

pada September 2017 yakni 0,345. Nilai tukar petani (NTP) Sulawesi Tengah masih

berada di bawah NTP Nasional. Hal ini menggambarkan bahwa rasio harga produk

yang diterima oleh petani Sulawesi Tengah lebih rendah dari harga produk lain yang

harus mereka bayar. Untuk itu, perlu upaya lebih dalam meningkatkan pemberdayaan

petani agar produktivitasnya meningkat. Beberapa strategi yang dapat dilakukan

melalui program ekstensifikasi maupun intensifikasi, serta meningkatkan daya tawar

petani melalui perbaikan kelembagaan.

PROSPEK PEREKONOMIAN SULAWESI TENGAH

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan III 2019 diprakirakan

akan tetap stabil yakni berada di kisaran 6,6 – 7,0% (yoy). Produksi industri

manufaktur terutama dari industri hilirirsasi lanjutan nikel yakni cold rolled coiled

(CRC) masih akan menjadi kunci pertumbuhan pada periode mendatang. Selain itu,

perbaikan investasi usai pemilihan umum juga diprakirakan akan mendorong

pertumbuhan ekonomi dari sisi permintaan selain perbaikan sisi konsumsi rumah

tangga.

Tingkat inflasi pada triwulan III 2019 diprakirakan akan tetap tinggi karena base effect

yang berada pada kisaran 5,0 – 5,4% (yoy). Tekanan dari kelompok transpor

khususnya tarif angkutan udara diperkirakan menurun seiring penyeusuaian tarif

batas atas. Dari sisi kelompok bahan makanan, fluktuasi produksi beberapa

komoditas bahan makanan masih belum stabil karena irigasi di Kab. Sigi masih belum

diperbaiki dan curah hujan yang tak menentu. Selain itu, tekanan dari kelompok

lainnya seperti makanan jadi dan sandang diperkirakan sedikit meningkat seiring

potensi kenaikan permintaan masyarakat menjelang perayaan lebaran.

Arah Pertumbuhan ekonomi triwulan III 2019

diperkirakan meningkat

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019xii

Tekanan inflasi diperkirakan menurun

pada Triwulan III 2019

Page 14: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

Tabel Indikator EkonomiSulawesi Tengah

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019xiv

A. PDRB & INFLASI

INDIKATOR

Ekonomi Makro Regional

PDRB (%, yoy)

Berdasarkan Sektor

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan

Pengadaan Listrik dan Gas

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

Konstruksi

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Transportasi dan Pergudangan

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

Informasi dan Komunikasi

Jasa Keuangan dan Asuransi

Real Estate

Jasa Perusahaan

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

Jasa Pendidikan

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

Jasa lainnya

Berdasarkan Penggunaan

Konsumsi Rumah Tangga

Konsumsi Pemerintah

Investasi

Ekspor Luar Negeri

Impor Luar Negeri

Net Ekspor Antar Daerah

Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Palu*

Laju Inflasi Tahunan (%) Kota Palu

I II

3,91

3,85

6,14

6,13

11,71

5,37

(0,50)

1,62

3,45

5,43

2,65

11,49

5,93

4,30

4,76

2,11

7,63

4,77

6,08

(0,90)

(3,32)

71,76

81,34

36,88

129,46

4,05

6,61

5,59

11,35

7,59

8,40

4,64

4,57

4,65

7,41

6,88

7,47

8,14

6,22

5,68

4,88

4,33

8,48

3,70

6,98

2,47

3,99

21,97

9,46

15,33

132,10

5,23

III IV

8,73

5,43

18,94

13,38

7,28

8,21

5,08

3,88

7,85

11,34

8,94

5,95

7,57

5,64

7,84

8,03

9,68

4,93

6,62

4,56

1,02

41,59

83,32

4,28

132,06

4,61

9,15

3,15

21,78

17,69

9,62

6,15

6,45

6,58

7,75

9,46

9,20

2,74

3,57

6,51

8,74

8,93

7,78

7,24

5,74

2,20

1,37

163,15

178,04

77,79

132,59

4,33

2017

I II

6.62

2.57

15.75

12.64

10.27

6.18

0.38

5.36

6.87

9.96

8.75

6.31

5.05

6.55

5.53

8.57

5.99

7.22

5.41

2.16

4.79

147.99

353.17

73.12

132.97

2.71

6.20

6.58

4.38

5.47

11.98

7.17

0.69

8.17

8.29

9.45

8.99

6.44

7.32

7.10

12.36

8.54

6.83

7.87

7.41

14.84

2.36

96.01

202.03

69.90

136.87

3.61

2018

III

7,05

6,08

8,97

11,17

11,11

6,81

2,39

7,77

7,45

9,80

9,64

2,43

6,85

5,81

5,82

6,19

6,56

6,76

7,42

(12,95)

1,09

104,19

26,35

100,49

135,39

2,52

IV

5,37

2,05

2,69

9,76

(3,47)

(0,26)

15,90

(2,54)

7,98

(4,65)

9,92

(8,39)

(0,40)

3,53

17,31

(1,45)

18,05

(1,12)

0,52

1,01

5,78

29,01

175,92

(48,03)

141,15

6,46

I

6.77

4.49

17.50

13.27

0.09

3.62

2.39

0.74

5.96

(3.60)

11.96

(5.56)

(7.14)

4.29

5.94

1.08

9.82

(0.51)

1.42

(12.67)

(3.25)

22.11

18.52

(21.46)

140.40

5.59

2019

B. PERBANKAN

INDIKATOR

Total Aset (YOY)

Giro (YOY)

Deposito (YOY)

Tabungan(YOY)

Kredit (YOY)

Modal Kerja (YOY)

Investasi (YOY)

Konsumsi (YOY)

LDR (%)

NPL (%)

Suku Bunga DPK

Suku Bunga Kredit

I II

7,14

(2,75)

9,63

5,04

10,43

10,25

1,36

12,15

141,09

3,04

3,01

13,01

7,27

2,66

13,47

0,16

8,45

8,84

(7,71)

11,15

137,18

3,29

2,93

13,03

III IV

9,51

15,08

23,54

3,28

10,01

10,78

(6,48)

12,48

137,48

3,09

3,06

12,94

14,36

(0,99)

19,83

13,94

10,96

8,80

(3,31)

14,57

141,40

2,46

2,85

12,58

2017

I II

13,27

4,25

16,00

17,61

13,64

5,43

0,93

20,32

140,48

2,23

2,75

12,09

9,61

4,21

2,03

14,00

10,18

2,97

9,45

14,44

139,11

2,50

2,58

12,00

2018

III

11.65

5.24

0.98

13.04

10.91

3.14

29.67

12.58

141.15

2.44

2.68

11.77

IV

8,61

29,19

0,21

12,41

7,55

5,94

27,05

5,67

137,00

1,95

2,73

11,60

I

4.15

21.78

(0.44)

11.52

4.79

5.67

45.16

(1.09)

133.21

2.57

2.71

11.46

2019

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019 xv

C. SISTEM PEMBAYARAN

INDIKATOR

Outflow (Miliar Rp)

Inflow (Miliar Rp)

Netflow (Miliar Rp)

Transaksi RTGS

Ingoing (Miliar Rp)

Outgoing (Miliar Rp)

Nominal Kliring (Miliar Rp)

Volume Kliring (Lembar)

Kliring Kredit

Nominal Kliring Kredit (Miliar Rp)

Volume Kliring Kredit (Lembar)

RRH Nominal Kliring Kredit (Miliar Rp)

RRH Volume Kliring Kredit (Lembar)

Kliring Debet

Nominal Kliring Debet (Miliar Rp)

Volume Kliring Debet (Lembar)

RRH Nominal Kliring Debet (Miliar Rp)

RRH Volume Kliring Debet (Lembar)

Kliring Pengembalian

Nominal Kliring Pengembalian (Miliar Rp)

Volume Kliring Pengembalian (Lembar)

RRH Nominal Kliring Pengembalian (Miliar Rp)

RRH Volume Kliring Pengembalian (Lembar)

I II

402,78

1.022,59

-619,81

-

3.292,10

2.742,56

58.141,00

1.379,24

29.085,00

22,25

469,11

1.363,32

29.056,00

21,99

468,65

27,24

678,00

0,44

10,94

2.150,03

311,15

1838,88

-

2.359,09

2.238,49

52.165,00

1.380,01

29.590,00

21,90

469,68

836,36

21.943,00

13,28

348,30

22,12

632,00

0,35

10,03

III IV

697,08

1.117,11

420,03

-

1.847,90

2.619,79

57.001,00

1.573,50

32.931,00

24,98

522,71

1.021,34

23.533,00

16,21

373,54

24,95

537,00

0,40

8,52

2020,74

374,38

1646,36

-

2380,48

2829,57

61460

1.750

37693

27,78

598,30

1059,98

23345

16,83

370,56

19,46

422

0,31

6,70

2017

I II

460,94

1.303,19

-842,25

1.594

2385,07

52892

1433,70

31514,00

23,12

508,29

928,67

20913

14,98

337,31

22,7

465

0,37

8,02

2150,08

1084,98

1065,1

3.216

2.362,92

53.262,00

1474,54

32902

25,42

567,28

864,82

19762

14,91

340,72

23,56

598

0,41

10,31

2018

III

839.11

569.21

269.90

3038.62

2,247.31

56,184

1649.85

36217

26.61

584.15

901.04

19620

14.53

316.45

21,17

437

0,34

7,05

IV

2214,00

407,00

1807,00

4772,53

2.164,04

45.514

1440,918

33169

22,87

526,49

700,025

11751

11,11

186,52

23,101

594

0,37

9,43

I

506.21

1509.35

-1003.14

3542.92

2181.97

44045.00

1471.01

31435

23.35

498.97

699.2865

12362

11.10

196.22

11.66951

248

0.19

3.94

2019

Page 15: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

Tabel Indikator EkonomiSulawesi Tengah

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019xiv

A. PDRB & INFLASI

INDIKATOR

Ekonomi Makro Regional

PDRB (%, yoy)

Berdasarkan Sektor

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan

Pengadaan Listrik dan Gas

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

Konstruksi

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Transportasi dan Pergudangan

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

Informasi dan Komunikasi

Jasa Keuangan dan Asuransi

Real Estate

Jasa Perusahaan

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

Jasa Pendidikan

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

Jasa lainnya

Berdasarkan Penggunaan

Konsumsi Rumah Tangga

Konsumsi Pemerintah

Investasi

Ekspor Luar Negeri

Impor Luar Negeri

Net Ekspor Antar Daerah

Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Palu*

Laju Inflasi Tahunan (%) Kota Palu

I II

3,91

3,85

6,14

6,13

11,71

5,37

(0,50)

1,62

3,45

5,43

2,65

11,49

5,93

4,30

4,76

2,11

7,63

4,77

6,08

(0,90)

(3,32)

71,76

81,34

36,88

129,46

4,05

6,61

5,59

11,35

7,59

8,40

4,64

4,57

4,65

7,41

6,88

7,47

8,14

6,22

5,68

4,88

4,33

8,48

3,70

6,98

2,47

3,99

21,97

9,46

15,33

132,10

5,23

III IV

8,73

5,43

18,94

13,38

7,28

8,21

5,08

3,88

7,85

11,34

8,94

5,95

7,57

5,64

7,84

8,03

9,68

4,93

6,62

4,56

1,02

41,59

83,32

4,28

132,06

4,61

9,15

3,15

21,78

17,69

9,62

6,15

6,45

6,58

7,75

9,46

9,20

2,74

3,57

6,51

8,74

8,93

7,78

7,24

5,74

2,20

1,37

163,15

178,04

77,79

132,59

4,33

2017

I II

6.62

2.57

15.75

12.64

10.27

6.18

0.38

5.36

6.87

9.96

8.75

6.31

5.05

6.55

5.53

8.57

5.99

7.22

5.41

2.16

4.79

147.99

353.17

73.12

132.97

2.71

6.20

6.58

4.38

5.47

11.98

7.17

0.69

8.17

8.29

9.45

8.99

6.44

7.32

7.10

12.36

8.54

6.83

7.87

7.41

14.84

2.36

96.01

202.03

69.90

136.87

3.61

2018

III

7,05

6,08

8,97

11,17

11,11

6,81

2,39

7,77

7,45

9,80

9,64

2,43

6,85

5,81

5,82

6,19

6,56

6,76

7,42

(12,95)

1,09

104,19

26,35

100,49

135,39

2,52

IV

5,37

2,05

2,69

9,76

(3,47)

(0,26)

15,90

(2,54)

7,98

(4,65)

9,92

(8,39)

(0,40)

3,53

17,31

(1,45)

18,05

(1,12)

0,52

1,01

5,78

29,01

175,92

(48,03)

141,15

6,46

I

6.77

4.49

17.50

13.27

0.09

3.62

2.39

0.74

5.96

(3.60)

11.96

(5.56)

(7.14)

4.29

5.94

1.08

9.82

(0.51)

1.42

(12.67)

(3.25)

22.11

18.52

(21.46)

140.40

5.59

2019

B. PERBANKAN

INDIKATOR

Total Aset (YOY)

Giro (YOY)

Deposito (YOY)

Tabungan(YOY)

Kredit (YOY)

Modal Kerja (YOY)

Investasi (YOY)

Konsumsi (YOY)

LDR (%)

NPL (%)

Suku Bunga DPK

Suku Bunga Kredit

I II

7,14

(2,75)

9,63

5,04

10,43

10,25

1,36

12,15

141,09

3,04

3,01

13,01

7,27

2,66

13,47

0,16

8,45

8,84

(7,71)

11,15

137,18

3,29

2,93

13,03

III IV

9,51

15,08

23,54

3,28

10,01

10,78

(6,48)

12,48

137,48

3,09

3,06

12,94

14,36

(0,99)

19,83

13,94

10,96

8,80

(3,31)

14,57

141,40

2,46

2,85

12,58

2017

I II

13,27

4,25

16,00

17,61

13,64

5,43

0,93

20,32

140,48

2,23

2,75

12,09

9,61

4,21

2,03

14,00

10,18

2,97

9,45

14,44

139,11

2,50

2,58

12,00

2018

III

11.65

5.24

0.98

13.04

10.91

3.14

29.67

12.58

141.15

2.44

2.68

11.77

IV

8,61

29,19

0,21

12,41

7,55

5,94

27,05

5,67

137,00

1,95

2,73

11,60

I

4.15

21.78

(0.44)

11.52

4.79

5.67

45.16

(1.09)

133.21

2.57

2.71

11.46

2019

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019 xv

C. SISTEM PEMBAYARAN

INDIKATOR

Outflow (Miliar Rp)

Inflow (Miliar Rp)

Netflow (Miliar Rp)

Transaksi RTGS

Ingoing (Miliar Rp)

Outgoing (Miliar Rp)

Nominal Kliring (Miliar Rp)

Volume Kliring (Lembar)

Kliring Kredit

Nominal Kliring Kredit (Miliar Rp)

Volume Kliring Kredit (Lembar)

RRH Nominal Kliring Kredit (Miliar Rp)

RRH Volume Kliring Kredit (Lembar)

Kliring Debet

Nominal Kliring Debet (Miliar Rp)

Volume Kliring Debet (Lembar)

RRH Nominal Kliring Debet (Miliar Rp)

RRH Volume Kliring Debet (Lembar)

Kliring Pengembalian

Nominal Kliring Pengembalian (Miliar Rp)

Volume Kliring Pengembalian (Lembar)

RRH Nominal Kliring Pengembalian (Miliar Rp)

RRH Volume Kliring Pengembalian (Lembar)

I II

402,78

1.022,59

-619,81

-

3.292,10

2.742,56

58.141,00

1.379,24

29.085,00

22,25

469,11

1.363,32

29.056,00

21,99

468,65

27,24

678,00

0,44

10,94

2.150,03

311,15

1838,88

-

2.359,09

2.238,49

52.165,00

1.380,01

29.590,00

21,90

469,68

836,36

21.943,00

13,28

348,30

22,12

632,00

0,35

10,03

III IV

697,08

1.117,11

420,03

-

1.847,90

2.619,79

57.001,00

1.573,50

32.931,00

24,98

522,71

1.021,34

23.533,00

16,21

373,54

24,95

537,00

0,40

8,52

2020,74

374,38

1646,36

-

2380,48

2829,57

61460

1.750

37693

27,78

598,30

1059,98

23345

16,83

370,56

19,46

422

0,31

6,70

2017

I II

460,94

1.303,19

-842,25

1.594

2385,07

52892

1433,70

31514,00

23,12

508,29

928,67

20913

14,98

337,31

22,7

465

0,37

8,02

2150,08

1084,98

1065,1

3.216

2.362,92

53.262,00

1474,54

32902

25,42

567,28

864,82

19762

14,91

340,72

23,56

598

0,41

10,31

2018

III

839.11

569.21

269.90

3038.62

2,247.31

56,184

1649.85

36217

26.61

584.15

901.04

19620

14.53

316.45

21,17

437

0,34

7,05

IV

2214,00

407,00

1807,00

4772,53

2.164,04

45.514

1440,918

33169

22,87

526,49

700,025

11751

11,11

186,52

23,101

594

0,37

9,43

I

506.21

1509.35

-1003.14

3542.92

2181.97

44045.00

1471.01

31435

23.35

498.97

699.2865

12362

11.10

196.22

11.66951

248

0.19

3.94

2019

Page 16: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

Keindahan Pulau Papan, Ampana - Sumber : Gagak Nusantara

PERTUMBUHANEKONOMI DAERAH

BAB I

Kinerja perekonomian Sulawesi Tengah pada triwulan I 2019 meningkat pada

triwulan laporan. Ekonomi Sulawesi Tengah tumbuh 6,77% (yoy), lebih tinggi

dibanding triwulan sebelumnya 5,37% (yoy). Realisasi ini tumbuh diatas

ekspektasi mengingat Sulawesi Tengah baru mengalami bencana pada

September 2018.

Secara sektoral, tingginya pertumbuhan didorong oleh meningkatnya kinerja

Lapangan Usaha (LU) pertanian, pertambangan dan industri pengolahan. Dari

sisi pengeluaran, pertumbuhan ditopang oleh membaiknya konsumsi RT dan

tingginya ekspor pada triwulan laporan.

Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah pada triwulan II 2019 diprakirakan

meningkat. Secara sektoral, pertumbuhan kembali akan ditopang oleh LU

pertanian dan industri pengolahan. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan

ekonomi pada triwulan II 2019 masih akan didorong oleh kegiatan ekspor dan

konsumsi RT.

1,3%4,49%(yoy)

13,27%(yoy)

17,5%(yoy)

22,11%(yoy)

1,42%(yoy)

2,55%

7,41%

0,7%

PERTANIAN

INDUSTRI

PERTAMBANGAN

EKSPOR

KONSUMSI

ANDIL TERHADAPPERTUMBUHANSEKTORGROWTH

1,68%

Page 17: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

Keindahan Pulau Papan, Ampana - Sumber : Gagak Nusantara

PERTUMBUHANEKONOMI DAERAH

BAB I

Kinerja perekonomian Sulawesi Tengah pada triwulan I 2019 meningkat pada

triwulan laporan. Ekonomi Sulawesi Tengah tumbuh 6,77% (yoy), lebih tinggi

dibanding triwulan sebelumnya 5,37% (yoy). Realisasi ini tumbuh diatas

ekspektasi mengingat Sulawesi Tengah baru mengalami bencana pada

September 2018.

Secara sektoral, tingginya pertumbuhan didorong oleh meningkatnya kinerja

Lapangan Usaha (LU) pertanian, pertambangan dan industri pengolahan. Dari

sisi pengeluaran, pertumbuhan ditopang oleh membaiknya konsumsi RT dan

tingginya ekspor pada triwulan laporan.

Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah pada triwulan II 2019 diprakirakan

meningkat. Secara sektoral, pertumbuhan kembali akan ditopang oleh LU

pertanian dan industri pengolahan. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan

ekonomi pada triwulan II 2019 masih akan didorong oleh kegiatan ekspor dan

konsumsi RT.

1,3%4,49%(yoy)

13,27%(yoy)

17,5%(yoy)

22,11%(yoy)

1,42%(yoy)

2,55%

7,41%

0,7%

PERTANIAN

INDUSTRI

PERTAMBANGAN

EKSPOR

KONSUMSI

ANDIL TERHADAPPERTUMBUHANSEKTORGROWTH

1,68%

Page 18: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

positif, didorong oleh ekspor yang meningkat serta impor

yang melambat dan penurunan net ekspor antar provinsi

yang cukup dalam.

Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah meningkat

pada triwulan laporan. Ekonomi Sulawesi Tengah

tumbuh 6,77% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan

sebelumnya 5,37% (yoy). Realisasi ini tumbuh diatas

ekspektasi mengingat Sulawesi Tengah baru mengalami

bencana pada September 2018. Secara sektoral, tingginya

pertumbuhan didorong oleh meningkatnya kinerja LU

pertanian, pertambangan dan industri pengolahan. Dari

LU pertanian, pertumbuhan terutama ditopang oleh

meningkatnya produksi perkebunan kakao. Sementara itu,

LU pertambangan didorong oleh meningkatnya

permintaan dari LU industri dan kembali dilakukannya

ekspor bijih nikel. Selain itu, pertumbuhan juga didorong

oleh meningkatnya kinerja LU industri pengolah yang

terutama disebabkan oleh tingginya nilai tambah hilirisasi

lanjutan dari stainless steel yakni hot rolled coiled (HRC)

dan cold rolled coiled (CRC).

Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ditopang oleh

membaiknya konsumsi RT dan tingginya ekspor pada

triwulan laporan. Konsumsi RT sedikit membaik

meskipun pertumbuhannya masih relatif rendah belum

kembali pada level sebelum terjadi bencana. Sementara

itu, pertumbuhan investasi dan pengeluaran pemerintah

pada periode laporan mengalami penurunan dibanding

triwulan sebelumnya. Investor masih wait and see

terhadap hasil pemilihan umum sedangkan realisasi

pengeluaran pemerintah pada awal tahun sesuai pola

historisnya masih minim. Dari sisi eksternal, net ekspor

secara keseluruhan masih mengalami pertumbuhan yang

1.1 KINERJA PEREKONOMIAN TRIWULAN I 2019

Grafik 1.1. Perkembangan PDRB

PDRB (RP MILIAR) PDRB (YOY)

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

35000

40000

SUMBER : BPS PROV. SULAWESI TENGAH, DIOLAH

Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah pada

triwulan II 2019 diprakirakan meningkat. Secara

sektoral, pertumbuhan kembali akan ditopang oleh LU

pertanian dan industri pengolahan. Harga kakao yang

masih dalam tren meningkat akan menjadi insentif bagi

subusaha perkebunan. Kinerja subusaha tanaman pangan

dan hortikurtura, akan sedikit meningkat seiring dengan

adanya masa panen pada periode laporan. Prakiraan

produksi beras pada triwulan II 2019 mencapai 181 ribu

ton, lebih tinggi dari realisasi triwulan I 2019 sebesar 150

ribu ton (sumber : Dinas Tanaman Pangan dan

Hortikultura). Sementara itu, kinerja industri pengolahan

masih akan didorong oleh produksi HRC dan CRC. Hal ini

terindikasi dari tingginya impor barang input produksi

pada triwulan I 2019. Selain itu, kinerja LU perdagangan

juga akan meningkat seiring dengan membaiknya daya

beli masyarakat pada momen perayaan Idul Fitri. LU

konstruksi juga diperkirakan meningkat mengingat secara

historis realisasi fisik belanja pemerintah yang mulai

meningkat pada triwulan II.

Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi pada

triwulan II 2019 masih dalam fase ekspansi didorong

oleh kegiatan ekspor dan konsumsi RT. Ekspor

komoditas nikel dan turunannya dari daerah Morowali

diprakirakan masih akan menjadi komoditas utama

penunjang ekspor Sulawesi Tengah selain ekspor gas alam

(LNG) dan amonia dari daerah Banggai. Dari konsumsi RT,

daya beli masyarakat akan sedikit meningkat didorong

oleh pencairan THR dan Gaji ke-13 PNS. Sementara itu,

investasi swasta diperkirakan stabil. Hal ini disebabkan

investor masih menunggu hasil keputusan Mahkamah

Konstitusi untuk Pilpres pada Juni 2019. Di sisi lain,

pengeluaran pemerintah biasanya akan meningkat seiring

dengan meningkatnya belanja pegawai dan belanja modal

untuk kebutuhan rekonstruksi pascabencana.

Tracking Perekonomian Triwulan II 2019

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 20192

sebelumnya yang tercatat kontraksi -1,27% (yoy).

Peningkatan kinerja subusaha ini ditopang oleh tren

peningkatan pada harga dan produksi kakao. Hal ini

dikonfirmasi oleh salah satu korporasi perdagangan kakao

yang mengalami peningkatan volume penjualan hingga 1kisaran 50% (yoy) . Di samping itu, produksi perkebunan

kelapa sawit didukung oleh hasil upaya replanting yang

telah dilakukan oleh korporasi pengolahan kelapa sawit.

Membaiknya kinerja perkebunan (yang memiliki pangsa >

40% dari total LU pertanian) tentunya akan mampu

mendorong pertumbuhan LU pertanian.

Subusaha perikanan dalam fase meningkat di

triwulan laporan. Subusaha perikanan tumbuh 8,55%

(yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya

5,15% (yoy). Sebagai contoh, hasil tangkap ikan di PPI

Dongala selama triwulan laporan mencapai 211 ton. Hasil

t angkapan te r sebut cukup t ingg i meng ingat

pascabencana hasil tangkapan masih belum mencapai titik

normalnya. Selain itu, peningkatan kinerja perikanan juga

terkonfirmasi oleh ekspor perikanan (kepiting / kerang-

kerangan) yang tercatat USD 2,75 juta, tumbuh 18,68%

(yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya

0,29% (yoy).

Sementara itu, subusaha tanaman pangan dan

hortikurtura menurun pada triwulan laporan.

Subusaha ini tercatat kontraksi -1,38% (yoy), menurun

dibandingkan triwulan sebelumnya 3,20% (yoy). Kinerja

subusaha tanaman pangan dan hortikurtura masih

terkendala oleh rusaknya irigasi Gumbasa di Kab. Sigi yang

Grafik 1.2. Andil Pertumbuhan Ekonomi Per LU

SUMBER : BPS PROV. SULAWESI TENGAH, DIOLAH

INDUSTRI PENGOLAHAN

25%

PERTAMBANGAN

38%

PERTANIAN

19%PERDAGANGAN

1%

KONSTRUKSI

4%

12 SEKTOR LAINNYA

13%

Dari sisi penawaran, pertumbuhan yang meningkat

ditopang oleh tiga lapangan usaha utama yaitu LU

pertanian, pertambangan dan industri pengolahan.

Ketiga LU ini memiliki andil pertumbuhan 5,53%(yoy) dari

total pertumbuhan 6,77% (yoy). Sementara itu, LU

konstruksi dan perdagangan hanya menyumbang 0,31%

(yoy). Adapun LU lainnya hanya memiliki andil 0,92%.

Oleh karena itu, laporan ini membahas 5 LU yang memiliki

andil pertumbuhan terbesar pada triwulan laporan.

1.2. ANALISIS PDRB DARI SISI PENAWARAN

1.2.1. LU Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

LU pertanian, kehutanan, dan perikanan tumbuh

meningkat pada triwulan laporan. LU pertanian

tumbuh 4,49% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya 2,05% (yoy). Meskipun secara historis pada

triwulan I merupakan siklus tanam dan terdapat beberapa

lahan pertanian yang terdampak bencana, namun LU ini

mampu tumbuh diatas ekspektasi. Kinerja subusaha

perkebunan, perikanan dan kehutanan mampu

mendorong pertumbuhan LU ini, sedangkan subusaha

tanaman pangan dan hortikultura tercatat mengalami

penurunan. Selain itu, kredit pertanian juga mampu

mendorong pertumbuhan setelah mengalami akselerasi

hingga 24,92% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan

triwulan sebelumnya 11,1% (yoy).

Subusaha perkebunan menjadi pendorong utama

pertumbuhan LU pertanian. Subusaha perkebunan

tumbuh hingga 4,2% (yoy), lebih tinggi dari triwulan

Hasil liaison pada korporasi perdagangan kakao di Palu1.

Grafik 1.3. Harga CPO Internasional (USD/Mt)

KELAPA SAWIT (USD)KAKAO

300

350

400

450

500

550

600

650

700

750

800

1000

1200

1400

1600

1800

2000

2200

2400

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2017

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2018

SUMBER : BLOOMBERG

1 2 3

2019

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019 3

Page 19: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

positif, didorong oleh ekspor yang meningkat serta impor

yang melambat dan penurunan net ekspor antar provinsi

yang cukup dalam.

Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah meningkat

pada triwulan laporan. Ekonomi Sulawesi Tengah

tumbuh 6,77% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan

sebelumnya 5,37% (yoy). Realisasi ini tumbuh diatas

ekspektasi mengingat Sulawesi Tengah baru mengalami

bencana pada September 2018. Secara sektoral, tingginya

pertumbuhan didorong oleh meningkatnya kinerja LU

pertanian, pertambangan dan industri pengolahan. Dari

LU pertanian, pertumbuhan terutama ditopang oleh

meningkatnya produksi perkebunan kakao. Sementara itu,

LU pertambangan didorong oleh meningkatnya

permintaan dari LU industri dan kembali dilakukannya

ekspor bijih nikel. Selain itu, pertumbuhan juga didorong

oleh meningkatnya kinerja LU industri pengolah yang

terutama disebabkan oleh tingginya nilai tambah hilirisasi

lanjutan dari stainless steel yakni hot rolled coiled (HRC)

dan cold rolled coiled (CRC).

Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ditopang oleh

membaiknya konsumsi RT dan tingginya ekspor pada

triwulan laporan. Konsumsi RT sedikit membaik

meskipun pertumbuhannya masih relatif rendah belum

kembali pada level sebelum terjadi bencana. Sementara

itu, pertumbuhan investasi dan pengeluaran pemerintah

pada periode laporan mengalami penurunan dibanding

triwulan sebelumnya. Investor masih wait and see

terhadap hasil pemilihan umum sedangkan realisasi

pengeluaran pemerintah pada awal tahun sesuai pola

historisnya masih minim. Dari sisi eksternal, net ekspor

secara keseluruhan masih mengalami pertumbuhan yang

1.1 KINERJA PEREKONOMIAN TRIWULAN I 2019

Grafik 1.1. Perkembangan PDRB

PDRB (RP MILIAR) PDRB (YOY)

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

35000

40000

SUMBER : BPS PROV. SULAWESI TENGAH, DIOLAH

Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah pada

triwulan II 2019 diprakirakan meningkat. Secara

sektoral, pertumbuhan kembali akan ditopang oleh LU

pertanian dan industri pengolahan. Harga kakao yang

masih dalam tren meningkat akan menjadi insentif bagi

subusaha perkebunan. Kinerja subusaha tanaman pangan

dan hortikurtura, akan sedikit meningkat seiring dengan

adanya masa panen pada periode laporan. Prakiraan

produksi beras pada triwulan II 2019 mencapai 181 ribu

ton, lebih tinggi dari realisasi triwulan I 2019 sebesar 150

ribu ton (sumber : Dinas Tanaman Pangan dan

Hortikultura). Sementara itu, kinerja industri pengolahan

masih akan didorong oleh produksi HRC dan CRC. Hal ini

terindikasi dari tingginya impor barang input produksi

pada triwulan I 2019. Selain itu, kinerja LU perdagangan

juga akan meningkat seiring dengan membaiknya daya

beli masyarakat pada momen perayaan Idul Fitri. LU

konstruksi juga diperkirakan meningkat mengingat secara

historis realisasi fisik belanja pemerintah yang mulai

meningkat pada triwulan II.

Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi pada

triwulan II 2019 masih dalam fase ekspansi didorong

oleh kegiatan ekspor dan konsumsi RT. Ekspor

komoditas nikel dan turunannya dari daerah Morowali

diprakirakan masih akan menjadi komoditas utama

penunjang ekspor Sulawesi Tengah selain ekspor gas alam

(LNG) dan amonia dari daerah Banggai. Dari konsumsi RT,

daya beli masyarakat akan sedikit meningkat didorong

oleh pencairan THR dan Gaji ke-13 PNS. Sementara itu,

investasi swasta diperkirakan stabil. Hal ini disebabkan

investor masih menunggu hasil keputusan Mahkamah

Konstitusi untuk Pilpres pada Juni 2019. Di sisi lain,

pengeluaran pemerintah biasanya akan meningkat seiring

dengan meningkatnya belanja pegawai dan belanja modal

untuk kebutuhan rekonstruksi pascabencana.

Tracking Perekonomian Triwulan II 2019

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 20192

sebelumnya yang tercatat kontraksi -1,27% (yoy).

Peningkatan kinerja subusaha ini ditopang oleh tren

peningkatan pada harga dan produksi kakao. Hal ini

dikonfirmasi oleh salah satu korporasi perdagangan kakao

yang mengalami peningkatan volume penjualan hingga 1kisaran 50% (yoy) . Di samping itu, produksi perkebunan

kelapa sawit didukung oleh hasil upaya replanting yang

telah dilakukan oleh korporasi pengolahan kelapa sawit.

Membaiknya kinerja perkebunan (yang memiliki pangsa >

40% dari total LU pertanian) tentunya akan mampu

mendorong pertumbuhan LU pertanian.

Subusaha perikanan dalam fase meningkat di

triwulan laporan. Subusaha perikanan tumbuh 8,55%

(yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya

5,15% (yoy). Sebagai contoh, hasil tangkap ikan di PPI

Dongala selama triwulan laporan mencapai 211 ton. Hasil

t angkapan te r sebut cukup t ingg i meng ingat

pascabencana hasil tangkapan masih belum mencapai titik

normalnya. Selain itu, peningkatan kinerja perikanan juga

terkonfirmasi oleh ekspor perikanan (kepiting / kerang-

kerangan) yang tercatat USD 2,75 juta, tumbuh 18,68%

(yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya

0,29% (yoy).

Sementara itu, subusaha tanaman pangan dan

hortikurtura menurun pada triwulan laporan.

Subusaha ini tercatat kontraksi -1,38% (yoy), menurun

dibandingkan triwulan sebelumnya 3,20% (yoy). Kinerja

subusaha tanaman pangan dan hortikurtura masih

terkendala oleh rusaknya irigasi Gumbasa di Kab. Sigi yang

Grafik 1.2. Andil Pertumbuhan Ekonomi Per LU

SUMBER : BPS PROV. SULAWESI TENGAH, DIOLAH

INDUSTRI PENGOLAHAN

25%

PERTAMBANGAN

38%

PERTANIAN

19%PERDAGANGAN

1%

KONSTRUKSI

4%

12 SEKTOR LAINNYA

13%

Dari sisi penawaran, pertumbuhan yang meningkat

ditopang oleh tiga lapangan usaha utama yaitu LU

pertanian, pertambangan dan industri pengolahan.

Ketiga LU ini memiliki andil pertumbuhan 5,53%(yoy) dari

total pertumbuhan 6,77% (yoy). Sementara itu, LU

konstruksi dan perdagangan hanya menyumbang 0,31%

(yoy). Adapun LU lainnya hanya memiliki andil 0,92%.

Oleh karena itu, laporan ini membahas 5 LU yang memiliki

andil pertumbuhan terbesar pada triwulan laporan.

1.2. ANALISIS PDRB DARI SISI PENAWARAN

1.2.1. LU Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

LU pertanian, kehutanan, dan perikanan tumbuh

meningkat pada triwulan laporan. LU pertanian

tumbuh 4,49% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya 2,05% (yoy). Meskipun secara historis pada

triwulan I merupakan siklus tanam dan terdapat beberapa

lahan pertanian yang terdampak bencana, namun LU ini

mampu tumbuh diatas ekspektasi. Kinerja subusaha

perkebunan, perikanan dan kehutanan mampu

mendorong pertumbuhan LU ini, sedangkan subusaha

tanaman pangan dan hortikultura tercatat mengalami

penurunan. Selain itu, kredit pertanian juga mampu

mendorong pertumbuhan setelah mengalami akselerasi

hingga 24,92% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan

triwulan sebelumnya 11,1% (yoy).

Subusaha perkebunan menjadi pendorong utama

pertumbuhan LU pertanian. Subusaha perkebunan

tumbuh hingga 4,2% (yoy), lebih tinggi dari triwulan

Hasil liaison pada korporasi perdagangan kakao di Palu1.

Grafik 1.3. Harga CPO Internasional (USD/Mt)

KELAPA SAWIT (USD)KAKAO

300

350

400

450

500

550

600

650

700

750

800

1000

1200

1400

1600

1800

2000

2200

2400

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2017

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2018

SUMBER : BLOOMBERG

1 2 3

2019

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019 3

Page 20: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

Grafik 1.6. Perkembagan Ekspor Nikel

SUMBER : BPS PROV. SULAWESI TENGAH, DIOLAH

0,0

2,0

4,0

6,0

8,0

10,0

12,0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2018

1 2 3

2019

Grafik 1.7. Perkembangan LU Pertambangan

PERTAMBANGAN (RP MILIAR) PERTAMBANGAN (YOY

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

SUMBER : BPS PROV. SULAWESI TENGAH, DIOLAH

-40

-20

0

20

40

60

80

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

Grafik 1.5 Pertumbuhan Subusaha Pertanian

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV

15

12

9

6

3

0

-3

TANAMAN PANGAN & HORTIKULTURA PETERNAKAN, JASA PERTANIAN, DAN PERBURUAN PERIKANAN

PERKEBUNAN KEHUTANAN & PENEBANGAN KAYU

SUMBER : BPS PROVINSI SULAWESI TENGAH, DIOLAH

I

2019

Grafik 1.4.Laju Pertumbuhan Tahunan dan Triwulanan LU Pertanian

PERTANIAN (RP MILIAR) PERTANIAN (YOY)

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

SUMBER : BPS PROV. SULAWESI TENGAH, DIOLAH

0

2

4

6

8

10

12

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

9000

10000

hilirisasi nikel di Morowali. Selain itu, harga nikel juga relatif

masih tinggi pada triwulan laporan. Rata-rata harga nikel

selama triwulan laporan menyentuh level USD12.379 mt,

atau tumbuh 8% (qtq) dibandingkan tr iwulan

sebelumnya. Dengan demikian, total ekspor nikel selama

triwulan laporan mencapai USD 25,62 juta, atau tumbuh

130,83% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya.

Sementara itu, pertambangan galian C belum beroperasi

secara normal. Hal ini dikarenakan sebagian besar

tambang galian C berada di Kabupaten Donggala dan

sekitarnya yang terkena dampak bencana.

menyebabkan petani kesulitan dalam mengairi lahan

sawahnya. Selain itu, faktor masa tanam yang jatuh pada

triwulan laporan juga menjadi faktor penyebab

menurunnya subusaha dimaksud. Hal ini dikonfirmasi oleh

produksi beras pada triwulan laporan tercatat 150.135

ton, atau turun 22,26% (qtq) dibandingkan triwulan

sebelumnya 193.125 ton.

1.2.2. Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian

Pertumbuhan LU pertambangan mengalami

akselerasi pada triwulan laporan. LU ini tumbuh

17,50% (yoy), jauh lebih tinggi dibanding triwulan

sebelumnya 2,69% (yoy). Faktor pendorong LU ini berasal

dari produksi nikel yang diperkirakan meningkat,

sementara produksi gas relatif stabil. Dalam kasus nikel,

selain karena meningkatnya permintaan dari LU industri

pengolahan, juga terdapat ekspor biji nikel yang cukup

besar. Korporasi tambang dapat kembali melakukan

ekspor biji nikel mengingat telah terdapat smelter ataupun

1.2.3. Lapangan Usaha Industri Pengolahan

LU industri pengolahan masih tumbuh tinggi pada

triwulan laporan. LU ini tumbuh 13,27% (yoy), lebih

tinggi dibanding triwulan sebelumnya 9,76% (yoy).

Peningkatan kinerja ini terutama didukung kinerja hilirisasi

nikel yang semakin menggeliat. Sementara itu, industri

manufaktur menengah dan kecil juga meningkat. Disisi

lain, kinerja produksi LNG dan gas amonia relatif stabil.

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 20194

Subusaha industri pengolahan logam menjadi

pendorong utama pertumbuhan LU industri secara

keseluruhan. Subusaha ini tumbuh hingga 29,9% (yoy),

jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya

11,86% (yoy). Tingginya pertumbuhan ini terutama

ditopang oleh tingginya nilai tambah dari ekspor hilirisasi

lanjutan dari stainless steel yakni hot rolled coiled (HRC)

dan cold rolled coiled (CRC). Produksi CRC masih

meningkat meskipun telah tumbuh tinggi pada triwulan

sebelumnya. Hal ini terindikasi dari total ekspor CRC yang

tumbuh hingga 31,64% (qtq) dibandingkan triwulan

sebelumnya. Nilai tambah CRC ini lebih tinggi dari HRC

karena membutuhkan proses furnace (peleburan) dengan

tingkat yang lebih advanced. Meningkatnya kinerja

subusaha ini juga dikonfirmasi oleh pertumbuhan Industri

Besar dan Sedang (IBS) yang tercatat 16,39% (yoy), lebih

tinggi dibanding triwulan sebelumnya 8,84% (yoy).

Sementara itu, subusaha industri pengilangan migas

menurun pada triwulan laporan. Subusaha ini

mengalami kontraksi -17,62% (yoy), lebih dalam dari

Grafik 1.9 Pertumbuhan Subusaha Industri Pengolahan (yoy, %)

SUMBER : BPS PROVINSI SULAWESI TENGAH, DIOLAH

29.90

0

20

40

60

Industri Logam Dasar Industri Pengilangan Migas

-25

-5

15

35

55

75

-17.62

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

Grafik 1.8.Laju Pertumbuhan Industri Pengolahan

INDUSTRI (RP MILIAR) INDUSTRI PENGOLAHAN

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

SUMBER : BPS PROV. SULAWESI TENGAH, DIOLAH

0

20

40

60

80

100

120

140

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

kontraksi sebelumnya -7,02% (yoy). Meskipun demikian,

secara level produksi relatif stabil mengingat telah terdapat

kontrak jangka panjang antara korporasi di Banggai

dengan perusahaan Jepang. Sementara itu, produksi gas

amonia juga relatif stabil, seiring dengan kapasitas

produksi yang telah optimal pada triwulan laporan.

Pertumbuhan Industri Manufaktur Mikro dan Kecil

(IMK) meningkat pada triwulan laporan. Kinerja IMK di

Sulawesi Tengah meningkat dengan pertumbuhan

mencapai 17,26% (yoy) pada triwulan I 2019, jauh lebih

tinggi dibanding triwulan sebelumnya 7,4% (yoy). Hal ini

mengindikasikan bahwa industri mampu pulih lebih cepat

dar i ekspektas i . Beberapa industr i menopang

pertumbuhan industri manufaktur mikro dan kecil.

Sebagai contoh, industri percetakan dan reproduksi media

rekaman tumbuh hingga 61,14% (yoy) dari triwulan

sebelumnya 41,44% (yoy) yang didorong oleh permintaan

pada masa kampanye pemilu.

1.2.4. Lapangan Usaha Konstruksi

P e r t u m b u h a n L U k o n s t r u k s i m e n g a l a m i

perlambatan. Pada triwulan I 2019 LU ini tumbuh 2,39%

(yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya

yang tumbuh 15,92% (yoy). LU konstruksi sangat

dipengaruhi oleh realisasi investasi pemerintah dan swasta

yang masih terbatas. Realisasi fisik proyek pemerintah

provinsi baru mencapai 6,3%, sedangkan realisasi investasi

masih terbatas. Realisasi investasi swasta pada triwulan

laporan baru mencapai Rp3,68 triliun, lebih rendah dari

periode yang sama tahun sebelumnya Rp3,91 triliun.

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019 5

Page 21: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

Grafik 1.6. Perkembagan Ekspor Nikel

SUMBER : BPS PROV. SULAWESI TENGAH, DIOLAH

0,0

2,0

4,0

6,0

8,0

10,0

12,0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2018

1 2 3

2019

Grafik 1.7. Perkembangan LU Pertambangan

PERTAMBANGAN (RP MILIAR) PERTAMBANGAN (YOY

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

SUMBER : BPS PROV. SULAWESI TENGAH, DIOLAH

-40

-20

0

20

40

60

80

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

Grafik 1.5 Pertumbuhan Subusaha Pertanian

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV

15

12

9

6

3

0

-3

TANAMAN PANGAN & HORTIKULTURA PETERNAKAN, JASA PERTANIAN, DAN PERBURUAN PERIKANAN

PERKEBUNAN KEHUTANAN & PENEBANGAN KAYU

SUMBER : BPS PROVINSI SULAWESI TENGAH, DIOLAH

I

2019

Grafik 1.4.Laju Pertumbuhan Tahunan dan Triwulanan LU Pertanian

PERTANIAN (RP MILIAR) PERTANIAN (YOY)

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

SUMBER : BPS PROV. SULAWESI TENGAH, DIOLAH

0

2

4

6

8

10

12

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

9000

10000

hilirisasi nikel di Morowali. Selain itu, harga nikel juga relatif

masih tinggi pada triwulan laporan. Rata-rata harga nikel

selama triwulan laporan menyentuh level USD12.379 mt,

atau tumbuh 8% (qtq) dibandingkan tr iwulan

sebelumnya. Dengan demikian, total ekspor nikel selama

triwulan laporan mencapai USD 25,62 juta, atau tumbuh

130,83% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya.

Sementara itu, pertambangan galian C belum beroperasi

secara normal. Hal ini dikarenakan sebagian besar

tambang galian C berada di Kabupaten Donggala dan

sekitarnya yang terkena dampak bencana.

menyebabkan petani kesulitan dalam mengairi lahan

sawahnya. Selain itu, faktor masa tanam yang jatuh pada

triwulan laporan juga menjadi faktor penyebab

menurunnya subusaha dimaksud. Hal ini dikonfirmasi oleh

produksi beras pada triwulan laporan tercatat 150.135

ton, atau turun 22,26% (qtq) dibandingkan triwulan

sebelumnya 193.125 ton.

1.2.2. Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian

Pertumbuhan LU pertambangan mengalami

akselerasi pada triwulan laporan. LU ini tumbuh

17,50% (yoy), jauh lebih tinggi dibanding triwulan

sebelumnya 2,69% (yoy). Faktor pendorong LU ini berasal

dari produksi nikel yang diperkirakan meningkat,

sementara produksi gas relatif stabil. Dalam kasus nikel,

selain karena meningkatnya permintaan dari LU industri

pengolahan, juga terdapat ekspor biji nikel yang cukup

besar. Korporasi tambang dapat kembali melakukan

ekspor biji nikel mengingat telah terdapat smelter ataupun

1.2.3. Lapangan Usaha Industri Pengolahan

LU industri pengolahan masih tumbuh tinggi pada

triwulan laporan. LU ini tumbuh 13,27% (yoy), lebih

tinggi dibanding triwulan sebelumnya 9,76% (yoy).

Peningkatan kinerja ini terutama didukung kinerja hilirisasi

nikel yang semakin menggeliat. Sementara itu, industri

manufaktur menengah dan kecil juga meningkat. Disisi

lain, kinerja produksi LNG dan gas amonia relatif stabil.

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 20194

Subusaha industri pengolahan logam menjadi

pendorong utama pertumbuhan LU industri secara

keseluruhan. Subusaha ini tumbuh hingga 29,9% (yoy),

jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya

11,86% (yoy). Tingginya pertumbuhan ini terutama

ditopang oleh tingginya nilai tambah dari ekspor hilirisasi

lanjutan dari stainless steel yakni hot rolled coiled (HRC)

dan cold rolled coiled (CRC). Produksi CRC masih

meningkat meskipun telah tumbuh tinggi pada triwulan

sebelumnya. Hal ini terindikasi dari total ekspor CRC yang

tumbuh hingga 31,64% (qtq) dibandingkan triwulan

sebelumnya. Nilai tambah CRC ini lebih tinggi dari HRC

karena membutuhkan proses furnace (peleburan) dengan

tingkat yang lebih advanced. Meningkatnya kinerja

subusaha ini juga dikonfirmasi oleh pertumbuhan Industri

Besar dan Sedang (IBS) yang tercatat 16,39% (yoy), lebih

tinggi dibanding triwulan sebelumnya 8,84% (yoy).

Sementara itu, subusaha industri pengilangan migas

menurun pada triwulan laporan. Subusaha ini

mengalami kontraksi -17,62% (yoy), lebih dalam dari

Grafik 1.9 Pertumbuhan Subusaha Industri Pengolahan (yoy, %)

SUMBER : BPS PROVINSI SULAWESI TENGAH, DIOLAH

29.90

0

20

40

60

Industri Logam Dasar Industri Pengilangan Migas

-25

-5

15

35

55

75

-17.62

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

Grafik 1.8.Laju Pertumbuhan Industri Pengolahan

INDUSTRI (RP MILIAR) INDUSTRI PENGOLAHAN

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

SUMBER : BPS PROV. SULAWESI TENGAH, DIOLAH

0

20

40

60

80

100

120

140

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

kontraksi sebelumnya -7,02% (yoy). Meskipun demikian,

secara level produksi relatif stabil mengingat telah terdapat

kontrak jangka panjang antara korporasi di Banggai

dengan perusahaan Jepang. Sementara itu, produksi gas

amonia juga relatif stabil, seiring dengan kapasitas

produksi yang telah optimal pada triwulan laporan.

Pertumbuhan Industri Manufaktur Mikro dan Kecil

(IMK) meningkat pada triwulan laporan. Kinerja IMK di

Sulawesi Tengah meningkat dengan pertumbuhan

mencapai 17,26% (yoy) pada triwulan I 2019, jauh lebih

tinggi dibanding triwulan sebelumnya 7,4% (yoy). Hal ini

mengindikasikan bahwa industri mampu pulih lebih cepat

dar i ekspektas i . Beberapa industr i menopang

pertumbuhan industri manufaktur mikro dan kecil.

Sebagai contoh, industri percetakan dan reproduksi media

rekaman tumbuh hingga 61,14% (yoy) dari triwulan

sebelumnya 41,44% (yoy) yang didorong oleh permintaan

pada masa kampanye pemilu.

1.2.4. Lapangan Usaha Konstruksi

P e r t u m b u h a n L U k o n s t r u k s i m e n g a l a m i

perlambatan. Pada triwulan I 2019 LU ini tumbuh 2,39%

(yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya

yang tumbuh 15,92% (yoy). LU konstruksi sangat

dipengaruhi oleh realisasi investasi pemerintah dan swasta

yang masih terbatas. Realisasi fisik proyek pemerintah

provinsi baru mencapai 6,3%, sedangkan realisasi investasi

masih terbatas. Realisasi investasi swasta pada triwulan

laporan baru mencapai Rp3,68 triliun, lebih rendah dari

periode yang sama tahun sebelumnya Rp3,91 triliun.

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019 5

Page 22: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

Grafik 1.10. Perkembangan LU Konstruksi

KONSTRUKSI (RP) KONSTRUKSI (YOY)

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

SUMBER : BPS PROV. SULAWESI TENGAH, DIOLAH

-10

0

10

20

30

40

50

60

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

Grafik 1.11. Pertumbuhan Perdagangan (%, yoy)

PERDAGANGAN (RP MILIAR) PERDAGANGAN (YOY)

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

KETERANGAN: LBU, LOKASI PROYEK

SUMBER : BPS PROVINSI SULAWESI TENGAH, DIOLAH

-4

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

16

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

pengolahan baru, serta penambahan kapasitas

pembangkit listrik yang telah direncanakan sebelumnya.

Diperkirakan pembangunan industri pengolahan baru di

Morowali akan terus berlanjut sepanjang tahun 2019.

Lapangan Usaha Konstruksi yang melambat seiring

dengan masih rendahnya investasi pemerintah dan

swasta. Pada investasi pemerintah, beberapa proyek

pemerintah biasanya masih dalam proses lelang pada awal

tahun. Selain itu, target 699 hunian sementara (huntara)

yang akan dibangun belum sepenuhnya selesai pada

triwulan laporan. Salah satu kendala keterlambatan

pembangunan yaitu karena terdapat keterlambatan

pencairan dana ke kontraktor lokal. Meski demikian,

pembangunan huntara tersebut diperkirakan akan selesai

sepenuhnya pada triwulan II 2019. Sementara itu, relokasi

untuk pembangunan hunian tetap (huntap) juga masih

terhambat oleh permasalahan pembebasan lahan

terutama pada lahan yang dimiliki perseorangan. Investasi

swasta diperkirakan tetap tinggi seiring dimulainya

beberapa proyek besar seperti groundbreaking

pembangunan pabrik baterai lithium di Morowali. Namun

demikian, investor masih cenderung wait and see terhadap

hasil Pilpres, sehingga diperkirakan realisasi investasi

pemerintah akan mulai meningkat pada triwulan II dan III

2019.

Sedangkan dari LU industri, pembangunan pabrik

carbon steel di Morowali serta pembangunan

pembangkit listrik di Poso masih berlanjut. Walaupun

pembangunan beberapa proyek industri pengolahan

tersebut dalam skala yang relatif terbatas j ika

dibandingkan tahun sebelumnya, namun diperkirakan

pembangunan terus berlanjut. Pembangunan yang ada

merupakan fase lanjutan dari pembangunan pabrik

1.2.5. Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Kinerja LU perdagangan mengalami perbaikan

dibanding triwulan sebelumnya. LU perdagangan

tumbuh 0,74% (yoy) atau membaik dibandingkan

triwulan sebelumnya yang kontraksi -2,54% (yoy). Pada

triwulan laporan, beberapa minimarket /supermarket,

pedagang kecil/besar dan rumah makan/ restoran telah

beroperasi normal kembali. Pascabencana pada akhir

September 2018, LU perdagangan sempat menjadi salah

satu LU yang sangat terdampak oleh bencana tersebut.

Namun saat ini, LU perdagangan berangsur-angsur pulih

kembali pascabencana.

Pemulihan LU perdagangan didorong oleh kredit

perdagangan yang meningkat. Kredit perdagangan

tumbuh 3,72% (yoy), sedikit meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tercatat 2,36% (yoy). Kredit

perdagangan di Sulawesi Tengah merupakan salah satu LU

kredit terbesar (dengan pangsa 19,32% terhadap total

kredit), sehingga kinerjanya cukup mampu mempengaruhi

kinerja LU perdagangan. Akselerasi kredit perdagangan

memang sangat dibutuhkan untuk menjadi penopang

pemulihan kinerja LU yang merupakan salah satu penyerap

tenaga kerja terbesar di Sulawesi Tengah.

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 20196

Grafik 1.12. Perkembangan Konsumsi Rumah Tangga

KONSUMSI RT (RP MILIAR) KONSUMSI RT (YOY)

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

SUMBER : BPS PROVINSI SULAWESI TENGAHSUMBER : BPS PROV SULAWESI TENGAH

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

1000

3000

5000

7000

9000

11000

13000

15000

1.3. ANALISIS PDRB DARI SISI PERMINTAAN

Dari sisi permintaan, pertumbuhan triwulan I 2019

sebagian ditopang oleh meningkatnya konsumsi dan 2net ekspor yang masih positif. Konsumsi RT sedikit

meningkat, sedangkan konsumsi LNPRT juga mengalami

peningkatan yang cukup signifikan pada triwulan laporan

baik secara pertumbuhan maupun kontribusi terhadap

PDRB Sulawesi Tengah. Sementara itu, pertumbuhan

investasi dan pengeluaran pemerintah pada periode

laporan mengalami penurunan pada triwulan sebelumnya.

Dari sisi eksternal, net ekspor secara keseluruhan masih

mengalami pertumbuhan yang positif dengan porsi net

ekspor antar provinsi yang menurun. Seperti pada triwulan

sebelumnya, secara kontribusi terdapat perubahan yang

signifikan dari komponen pengeluaran terutama dari

komponen konsumsi rumah tangga yang merupakan

komponen pembentuk PDRB terbesar. Pada triwulan

laporan, andil pertumbuhan komponen rumah tangga

hanya 0,69% dari PDRB, jauh menurun dari periode yang

sama tahun sebelumnya 2,61%.

Komponen net ekspor total adalah ekspor luar negeri dikurangi impor luar negeri dan

ditambah dengan komponen net ekspor antarprovinsi.

Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi terkini yang

dihasilkan Badan Pusat Statistik melalui Survei Tendensi Konsumen (STK). ITK

merupakan indeks yang menggambarkan kondisi ekonomi konsumen pada triwulan

berjalan dan perkiraan triwulan mendatang.

2.

3.

1.3.1. Konsumsi Rumah Tangga dan Konsumsi Lembaga Nonprofit Rumah Tangga (LNPRT)

Konsumsi rumah tangga tumbuh dalam skala yang

terbatas. Konsumsi rumah tangga hanya mampu tumbuh

1,42% (yoy) pada triwulan laporan, sedikit meningkat jika

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya 0,52% (yoy).

Meskipun meningkat, namun pertumbuhan konsumsi

masih lebih rendah dibandingkan rata-rata periode yang

sama tiga tahun sebelumnya 5,79% (yoy). Pertumbuhan

konsumsi yang rendah masih merupakan dampak dari

bencana gempa dan tsunami Kota Palu dan sekitarnya

pada akhir bulan September 2018.

Rendahnya pertumbuhan konsumsi RT sejalan

dengan survei konsumen. Nilai Indeks Tendensi 3 4Konsumen dan Indeks keyakinan Konsumsi Sulawesi

Tengah pada triwulan laporan yang masing-masing

tercatat 90,45 dan 73,88, lebih rendah dibandingkan

angka ITK dan IKK triwulan sebelumnya yakni 98,44 dan

98,25. Hal ini juga dapat dikonfirmasi dari pertumbuhan

kredit konsumsi (lokasi proyek) yang kontraksi -0,10%

(yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya

6,20% (yoy).

Sedikit meningkatnya konsumsi RT ditopang dari

membaiknya kinerja LU pertanian dan perdagangan.

Seperti yang telah diketahui, kedua LU ini merupakan LU

penyerap tenaga kerja terbesar di Sulawesi Tengah (lebih

dalam di Bab IV). Ketika kedua LU ini membaik, kinerja

konsumsi RT juga akan membaik. Pada triwulan laporan,

kinerja LU pertanian, khususnya perkebunan kakao,

mengalami peningkatan yang cukup siginifikan. Harga

kakao yang meningkat menjadi USD 1.621 per mmbtu

(6,53%; yoy) dari USD1.495 per mmbtu menjadi salah satu

faktor pendorong kinerja LU (Perkebunan). Sementara

pada LU perdagangan, adanya persiapan pemilihan umum

turut menjaga konsumsi rumah tangga, disertai dengan

minimarket, supermarket dan restoran yang telah kembali

beroperasi.

Konsumsi Lembaga Nonprofit Rumah Tangga masih

tumbuh tinggi pada triwulan laporan. Konsumsi

LNPRT mampu tumbuh 36,25% (yoy), setelah pada

triwulan sebelumnya tumbuh 39,14% (yoy). Peningkatan

konsumsi LNPRT ini didorong oleh tingginya bantuan yang

Indeks Keyakinan Konsumen adalah indikator dalam Survei Konsumen merupakan

survei bulanan yang bertujuan untuk mengetahui keyakinan konsumen mengenai

kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi terhadap kondisi perekonomian pada 6 bulan

mendatang.

4.

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019 7

Page 23: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

Grafik 1.10. Perkembangan LU Konstruksi

KONSTRUKSI (RP) KONSTRUKSI (YOY)

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

SUMBER : BPS PROV. SULAWESI TENGAH, DIOLAH

-10

0

10

20

30

40

50

60

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

Grafik 1.11. Pertumbuhan Perdagangan (%, yoy)

PERDAGANGAN (RP MILIAR) PERDAGANGAN (YOY)

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

KETERANGAN: LBU, LOKASI PROYEK

SUMBER : BPS PROVINSI SULAWESI TENGAH, DIOLAH

-4

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

16

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

pengolahan baru, serta penambahan kapasitas

pembangkit listrik yang telah direncanakan sebelumnya.

Diperkirakan pembangunan industri pengolahan baru di

Morowali akan terus berlanjut sepanjang tahun 2019.

Lapangan Usaha Konstruksi yang melambat seiring

dengan masih rendahnya investasi pemerintah dan

swasta. Pada investasi pemerintah, beberapa proyek

pemerintah biasanya masih dalam proses lelang pada awal

tahun. Selain itu, target 699 hunian sementara (huntara)

yang akan dibangun belum sepenuhnya selesai pada

triwulan laporan. Salah satu kendala keterlambatan

pembangunan yaitu karena terdapat keterlambatan

pencairan dana ke kontraktor lokal. Meski demikian,

pembangunan huntara tersebut diperkirakan akan selesai

sepenuhnya pada triwulan II 2019. Sementara itu, relokasi

untuk pembangunan hunian tetap (huntap) juga masih

terhambat oleh permasalahan pembebasan lahan

terutama pada lahan yang dimiliki perseorangan. Investasi

swasta diperkirakan tetap tinggi seiring dimulainya

beberapa proyek besar seperti groundbreaking

pembangunan pabrik baterai lithium di Morowali. Namun

demikian, investor masih cenderung wait and see terhadap

hasil Pilpres, sehingga diperkirakan realisasi investasi

pemerintah akan mulai meningkat pada triwulan II dan III

2019.

Sedangkan dari LU industri, pembangunan pabrik

carbon steel di Morowali serta pembangunan

pembangkit listrik di Poso masih berlanjut. Walaupun

pembangunan beberapa proyek industri pengolahan

tersebut dalam skala yang relatif terbatas j ika

dibandingkan tahun sebelumnya, namun diperkirakan

pembangunan terus berlanjut. Pembangunan yang ada

merupakan fase lanjutan dari pembangunan pabrik

1.2.5. Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Kinerja LU perdagangan mengalami perbaikan

dibanding triwulan sebelumnya. LU perdagangan

tumbuh 0,74% (yoy) atau membaik dibandingkan

triwulan sebelumnya yang kontraksi -2,54% (yoy). Pada

triwulan laporan, beberapa minimarket /supermarket,

pedagang kecil/besar dan rumah makan/ restoran telah

beroperasi normal kembali. Pascabencana pada akhir

September 2018, LU perdagangan sempat menjadi salah

satu LU yang sangat terdampak oleh bencana tersebut.

Namun saat ini, LU perdagangan berangsur-angsur pulih

kembali pascabencana.

Pemulihan LU perdagangan didorong oleh kredit

perdagangan yang meningkat. Kredit perdagangan

tumbuh 3,72% (yoy), sedikit meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tercatat 2,36% (yoy). Kredit

perdagangan di Sulawesi Tengah merupakan salah satu LU

kredit terbesar (dengan pangsa 19,32% terhadap total

kredit), sehingga kinerjanya cukup mampu mempengaruhi

kinerja LU perdagangan. Akselerasi kredit perdagangan

memang sangat dibutuhkan untuk menjadi penopang

pemulihan kinerja LU yang merupakan salah satu penyerap

tenaga kerja terbesar di Sulawesi Tengah.

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 20196

Grafik 1.12. Perkembangan Konsumsi Rumah Tangga

KONSUMSI RT (RP MILIAR) KONSUMSI RT (YOY)

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

SUMBER : BPS PROVINSI SULAWESI TENGAHSUMBER : BPS PROV SULAWESI TENGAH

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

1000

3000

5000

7000

9000

11000

13000

15000

1.3. ANALISIS PDRB DARI SISI PERMINTAAN

Dari sisi permintaan, pertumbuhan triwulan I 2019

sebagian ditopang oleh meningkatnya konsumsi dan 2net ekspor yang masih positif. Konsumsi RT sedikit

meningkat, sedangkan konsumsi LNPRT juga mengalami

peningkatan yang cukup signifikan pada triwulan laporan

baik secara pertumbuhan maupun kontribusi terhadap

PDRB Sulawesi Tengah. Sementara itu, pertumbuhan

investasi dan pengeluaran pemerintah pada periode

laporan mengalami penurunan pada triwulan sebelumnya.

Dari sisi eksternal, net ekspor secara keseluruhan masih

mengalami pertumbuhan yang positif dengan porsi net

ekspor antar provinsi yang menurun. Seperti pada triwulan

sebelumnya, secara kontribusi terdapat perubahan yang

signifikan dari komponen pengeluaran terutama dari

komponen konsumsi rumah tangga yang merupakan

komponen pembentuk PDRB terbesar. Pada triwulan

laporan, andil pertumbuhan komponen rumah tangga

hanya 0,69% dari PDRB, jauh menurun dari periode yang

sama tahun sebelumnya 2,61%.

Komponen net ekspor total adalah ekspor luar negeri dikurangi impor luar negeri dan

ditambah dengan komponen net ekspor antarprovinsi.

Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi terkini yang

dihasilkan Badan Pusat Statistik melalui Survei Tendensi Konsumen (STK). ITK

merupakan indeks yang menggambarkan kondisi ekonomi konsumen pada triwulan

berjalan dan perkiraan triwulan mendatang.

2.

3.

1.3.1. Konsumsi Rumah Tangga dan Konsumsi Lembaga Nonprofit Rumah Tangga (LNPRT)

Konsumsi rumah tangga tumbuh dalam skala yang

terbatas. Konsumsi rumah tangga hanya mampu tumbuh

1,42% (yoy) pada triwulan laporan, sedikit meningkat jika

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya 0,52% (yoy).

Meskipun meningkat, namun pertumbuhan konsumsi

masih lebih rendah dibandingkan rata-rata periode yang

sama tiga tahun sebelumnya 5,79% (yoy). Pertumbuhan

konsumsi yang rendah masih merupakan dampak dari

bencana gempa dan tsunami Kota Palu dan sekitarnya

pada akhir bulan September 2018.

Rendahnya pertumbuhan konsumsi RT sejalan

dengan survei konsumen. Nilai Indeks Tendensi 3 4Konsumen dan Indeks keyakinan Konsumsi Sulawesi

Tengah pada triwulan laporan yang masing-masing

tercatat 90,45 dan 73,88, lebih rendah dibandingkan

angka ITK dan IKK triwulan sebelumnya yakni 98,44 dan

98,25. Hal ini juga dapat dikonfirmasi dari pertumbuhan

kredit konsumsi (lokasi proyek) yang kontraksi -0,10%

(yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya

6,20% (yoy).

Sedikit meningkatnya konsumsi RT ditopang dari

membaiknya kinerja LU pertanian dan perdagangan.

Seperti yang telah diketahui, kedua LU ini merupakan LU

penyerap tenaga kerja terbesar di Sulawesi Tengah (lebih

dalam di Bab IV). Ketika kedua LU ini membaik, kinerja

konsumsi RT juga akan membaik. Pada triwulan laporan,

kinerja LU pertanian, khususnya perkebunan kakao,

mengalami peningkatan yang cukup siginifikan. Harga

kakao yang meningkat menjadi USD 1.621 per mmbtu

(6,53%; yoy) dari USD1.495 per mmbtu menjadi salah satu

faktor pendorong kinerja LU (Perkebunan). Sementara

pada LU perdagangan, adanya persiapan pemilihan umum

turut menjaga konsumsi rumah tangga, disertai dengan

minimarket, supermarket dan restoran yang telah kembali

beroperasi.

Konsumsi Lembaga Nonprofit Rumah Tangga masih

tumbuh tinggi pada triwulan laporan. Konsumsi

LNPRT mampu tumbuh 36,25% (yoy), setelah pada

triwulan sebelumnya tumbuh 39,14% (yoy). Peningkatan

konsumsi LNPRT ini didorong oleh tingginya bantuan yang

Indeks Keyakinan Konsumen adalah indikator dalam Survei Konsumen merupakan

survei bulanan yang bertujuan untuk mengetahui keyakinan konsumen mengenai

kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi terhadap kondisi perekonomian pada 6 bulan

mendatang.

4.

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019 7

Page 24: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

Grafik 1.14. Perkembangan PMTB Sulawesi Tengah

PMTB (RP MILIAR) PMTB (YOY)

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

SUMBER : BPS PROVINSI SULTENG

-5

0

5

10

15

20

25

30

1000

3000

5000

7000

9000

11000

13000

Grafik 1.15. PMA dan PMDN

PMA (US RIBU) PMDN (RP JUTA)

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

SUMBER : BKM

(1.000.000)

-

1.000.000

2.000.000

3.000.000

4.000.000

5.000.000

6.000.000

7.000.000

(200.000)

-

200.000

400.000

600.000

800.000

1.000.000

1.200.000

Grafik 1.13. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah

KONSUMSI PEMERINTAH (RP MILIAR) KONSUMSI PEMERINTAH (YOY)

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

SUMBER : BPS PROV. SULAWESI TENGAH, DIOLAH

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

realisasi investasi masih belum mampu mendorong lebih

tinggi. Salah satu penyebab ini adalah investor (khususnya

dari Tiongkok) yang cenderung wait and see terhadap hasil 5Pilpres .

Total PMA dan PMDN menurun dibanding triwulan

sebelumnya. Realisasi PMA dan PMDN mencapai Rp 3,68

triliun (-5,88%, yoy), menurun dibandingkan triwulan

sebelumnya Rp6,27 triliun. Adapun secara lebih rinci, nilai

realisasi PMA mencapai Rp 3,35 triliun dan PMDN sebesar

Rp329,00 miliar. Dari total investasi tersebut, 80,59%

investor berasal dari Tiongkok. Seperti yang telah

diketahui, investor asal T iongkok cukup gencar

menanamkan modalnya untuk pembangunan hilirisasi

nikel di Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP). Total

investasi dari Tiongkok tersebut seluruhnya ditanamkan di

Kabupaten Morowali. Sementara itu, Kabupaten Banggai,

Morowali Utara, dan Kota Palu masing-masing memiliki

pangsa investasi sebesar 8,99%, 6,23% dan 2,75%.

disalurkan oleh lembaga swadaya masyarakat, lembaga

sosial serta lembaga lainnya dalam membantu korban

bencana. Besarnya dana bantuan yang disalurkan pada

korban bencana, pembangunan lokasi pengungsian serta

sarana pendukung mendorong belanja dari LNPRT tetap

tumbuh tinggi. Selain itu, adanya momen pemilu tentu

juga mampu mendorong pertumbuhan konsumsi LNPRT.

1.3.2. Pengeluaran Pemerintah

Pertumbuhan pengeluaran pemerintah menurun

pada triwulan laporan. Pengeluaran pemerintah

tumbuh terkontraksi -12,67% (yoy), lebih rendah jika

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 1,01%

(yoy). Sesuai siklusnya, pengeluaran pemerintah yang

masih rendah pada awal tahun salah satunya dipengaruhi

oleh masih berlangsungnya proses lelang proyek

pemer in tah . Mesk ipun menurun, namun j i ka

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya,

pengeluaran pemerintah relatif lebih tinggi yaitu 17,28%

dari pagu anggaran. (pembahasan lebih lanjut pada Bab II).

1.3.3. Investasi

Realisasi investasi di Sulawesi Tengah menurun pada

triwulan laporan. Pembentukan Modal Tetap Bruto

(PMTB) pada triwulan laporan tumbuh -3,25% (yoy),

menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu

tumbuh 5,78% (yoy). Meskipun terdapat realisasi investasi

yang cukup besar seperti pabrik baterai lithium di

Morowali (masih pada tahap ground breaking), namun

Hasil FGD Dengan DPMPTSP Provinsi Sulteng5.

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 20198

Grafik 1.18. Perkembangan Ekspor Luar Negeri Sulawesi Tengah

EKSPOR LN (RP MILIAR) EKSPOR LN (YOY)

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

SUMBER : BPS PROVINSI SULAWESI TENGAH, DIOLAH

-100

-50

0

50

100

150

200

250

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

16000

18000

20000

Graifk 1.19. Ekspor Per Jenis Komoditas

SUMBER : BPS PROVINSI SULAWESI TENGAH, DIOLAH

BAHAN KIMIA ANORGANIK

3%

BAHAN BAKAR MINERAL

25%

BUIH, KERAK DAN ABU LOGAM

2%

LAINNYA

2%

BESI DAN BAJA

68%

Grafik 1.16. Pangsa Investasi Per LU

SUMBER : DPMPTSP PROVINSI SULTENG

Industri Kimia Dan Farmasi

13% ; 493 M

Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan

Mesin Dan Peralatannya

25 ; 630 M

Listrik, Gas Dan Air

59% ; 2,15 T

Perdagangan Dan Reparasi

3% ; 102 M

Tanaman Pangan, Perkebunan, Dan Peternakan

6% ; 226 M

Grafik 1.17. Investasi Per Kab / Kota

SUMBER : DPMPTSP PROVINSI SULTENG

MOROWALI UTARA

229,4

BANGGAI

331,2

MOROWALI

3.014,6

DONGGALA

1,4

KOTA PALU

101,3

Lainnya

2% ; 75 M

PARIGI MUOTONG

0,0

POSO

0,1

TAJU UNA-UNA

0,7

BANGGAI KEPULAUAN

0,0

SIGI

0,0

BUOL

0,0

TOLI-TOLI

0,0

BANGGAI LAUT

0,0

1.3.4. Ekspor Luar Negeri

Ekspor Sulawesi Tengah masih tumbuh tinggi pada

triwulan laporan. Ekspor tetap tumbuh dua digit yakni

22,11% (yoy), meski sedikit melambat dibanding triwulan

sebelumnya 29,01% (yoy). Tingginya ekspor ditopang

oleh tingginya nilai tambah dari HRC dan CRC dari

Morowali. Nilai ekspor besi dan baja mencapai USD 951,90

juta atau tumbuh 19,23% (yoy) dari triwulan sebelumnya

16,77% (yoy). Selain itu, Sulawesi Tengah kembali

melakukan ekspor bijih nikel sebesar USD 25,62 juta,

tumbuh 130,83% (qtq). Sementara itu, ekspor pertanian

juga tumbuh 52,21% (yoy) yang didorong oleh ekspor biji

kakao dan perikanan (terutama kepiting dan kerang-

kerangan). Selanjutnya, ekspor LNG dan gas amonia relatif

stabil pada kisara USD 349,95 juta seiring telah optimalnya

kapasitas produksi pada subusaha dimaksud.

Pertumbuhan ekspor pada triwulan laporan masih

didominasi oleh ekspor besi baja dan turunannnya

serta bahan bakar mineral. Kedua jenis komoditas

tersebut pangsanya mencapai 93,3% dari total ekspor

Sulawesi Tengah. Kedua komoditas masing-masing

memiliki pangsa 68,37% dan 24,96%. Sementara itu,

total komoditas lain seperti ekspor pertanian, perikanan,

pertambangan dan industri lainnya hanya memiliki panga

6,67%.

Negara tujuan ekspor utama Sulawesi Tengah

terdiversifikasi pada triwulan laporan. Pangsa ekspor

ke Tiongkok yang pada triwulan I 2018 mencapai 56,65%,

kini pada triwulan laporan pangsanya hanya 32,81%.

Secara sektoral, PMA Sulawesi Tengah didominasi

pada investasi di LU listrik, industri logam dasar dan

industri kimia dan farmasi. Akumulasi pangsa LU

tersebut dari total investasi mencapai 88,94%. Beberapa

pembangkti listrik tengah dibangun terutama di IMIP

(Morowali), Morowali Utara, Banggai dan Kabupaten

Poso. Sementara itu, investasi juga masih berlanjut untuk

industri logam dasar di Morowali dan industri kimia

(hilirisasi gas) di Banggai. Hal ini terbukti dari tingginya

impor untuk mesin dan peralatan lainnya pada triwulan

laporan (penjelasan lebih lanjut pada subbab impor).

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019 9

Page 25: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

Grafik 1.14. Perkembangan PMTB Sulawesi Tengah

PMTB (RP MILIAR) PMTB (YOY)

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

SUMBER : BPS PROVINSI SULTENG

-5

0

5

10

15

20

25

30

1000

3000

5000

7000

9000

11000

13000

Grafik 1.15. PMA dan PMDN

PMA (US RIBU) PMDN (RP JUTA)

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

SUMBER : BKM

(1.000.000)

-

1.000.000

2.000.000

3.000.000

4.000.000

5.000.000

6.000.000

7.000.000

(200.000)

-

200.000

400.000

600.000

800.000

1.000.000

1.200.000

Grafik 1.13. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah

KONSUMSI PEMERINTAH (RP MILIAR) KONSUMSI PEMERINTAH (YOY)

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

SUMBER : BPS PROV. SULAWESI TENGAH, DIOLAH

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

realisasi investasi masih belum mampu mendorong lebih

tinggi. Salah satu penyebab ini adalah investor (khususnya

dari Tiongkok) yang cenderung wait and see terhadap hasil 5Pilpres .

Total PMA dan PMDN menurun dibanding triwulan

sebelumnya. Realisasi PMA dan PMDN mencapai Rp 3,68

triliun (-5,88%, yoy), menurun dibandingkan triwulan

sebelumnya Rp6,27 triliun. Adapun secara lebih rinci, nilai

realisasi PMA mencapai Rp 3,35 triliun dan PMDN sebesar

Rp329,00 miliar. Dari total investasi tersebut, 80,59%

investor berasal dari Tiongkok. Seperti yang telah

diketahui, investor asal T iongkok cukup gencar

menanamkan modalnya untuk pembangunan hilirisasi

nikel di Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP). Total

investasi dari Tiongkok tersebut seluruhnya ditanamkan di

Kabupaten Morowali. Sementara itu, Kabupaten Banggai,

Morowali Utara, dan Kota Palu masing-masing memiliki

pangsa investasi sebesar 8,99%, 6,23% dan 2,75%.

disalurkan oleh lembaga swadaya masyarakat, lembaga

sosial serta lembaga lainnya dalam membantu korban

bencana. Besarnya dana bantuan yang disalurkan pada

korban bencana, pembangunan lokasi pengungsian serta

sarana pendukung mendorong belanja dari LNPRT tetap

tumbuh tinggi. Selain itu, adanya momen pemilu tentu

juga mampu mendorong pertumbuhan konsumsi LNPRT.

1.3.2. Pengeluaran Pemerintah

Pertumbuhan pengeluaran pemerintah menurun

pada triwulan laporan. Pengeluaran pemerintah

tumbuh terkontraksi -12,67% (yoy), lebih rendah jika

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 1,01%

(yoy). Sesuai siklusnya, pengeluaran pemerintah yang

masih rendah pada awal tahun salah satunya dipengaruhi

oleh masih berlangsungnya proses lelang proyek

pemer in tah . Mesk ipun menurun, namun j i ka

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya,

pengeluaran pemerintah relatif lebih tinggi yaitu 17,28%

dari pagu anggaran. (pembahasan lebih lanjut pada Bab II).

1.3.3. Investasi

Realisasi investasi di Sulawesi Tengah menurun pada

triwulan laporan. Pembentukan Modal Tetap Bruto

(PMTB) pada triwulan laporan tumbuh -3,25% (yoy),

menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu

tumbuh 5,78% (yoy). Meskipun terdapat realisasi investasi

yang cukup besar seperti pabrik baterai lithium di

Morowali (masih pada tahap ground breaking), namun

Hasil FGD Dengan DPMPTSP Provinsi Sulteng5.

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 20198

Grafik 1.18. Perkembangan Ekspor Luar Negeri Sulawesi Tengah

EKSPOR LN (RP MILIAR) EKSPOR LN (YOY)

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

SUMBER : BPS PROVINSI SULAWESI TENGAH, DIOLAH

-100

-50

0

50

100

150

200

250

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

16000

18000

20000

Graifk 1.19. Ekspor Per Jenis Komoditas

SUMBER : BPS PROVINSI SULAWESI TENGAH, DIOLAH

BAHAN KIMIA ANORGANIK

3%

BAHAN BAKAR MINERAL

25%

BUIH, KERAK DAN ABU LOGAM

2%

LAINNYA

2%

BESI DAN BAJA

68%

Grafik 1.16. Pangsa Investasi Per LU

SUMBER : DPMPTSP PROVINSI SULTENG

Industri Kimia Dan Farmasi

13% ; 493 M

Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan

Mesin Dan Peralatannya

25 ; 630 M

Listrik, Gas Dan Air

59% ; 2,15 T

Perdagangan Dan Reparasi

3% ; 102 M

Tanaman Pangan, Perkebunan, Dan Peternakan

6% ; 226 M

Grafik 1.17. Investasi Per Kab / Kota

SUMBER : DPMPTSP PROVINSI SULTENG

MOROWALI UTARA

229,4

BANGGAI

331,2

MOROWALI

3.014,6

DONGGALA

1,4

KOTA PALU

101,3

Lainnya

2% ; 75 M

PARIGI MUOTONG

0,0

POSO

0,1

TAJU UNA-UNA

0,7

BANGGAI KEPULAUAN

0,0

SIGI

0,0

BUOL

0,0

TOLI-TOLI

0,0

BANGGAI LAUT

0,0

1.3.4. Ekspor Luar Negeri

Ekspor Sulawesi Tengah masih tumbuh tinggi pada

triwulan laporan. Ekspor tetap tumbuh dua digit yakni

22,11% (yoy), meski sedikit melambat dibanding triwulan

sebelumnya 29,01% (yoy). Tingginya ekspor ditopang

oleh tingginya nilai tambah dari HRC dan CRC dari

Morowali. Nilai ekspor besi dan baja mencapai USD 951,90

juta atau tumbuh 19,23% (yoy) dari triwulan sebelumnya

16,77% (yoy). Selain itu, Sulawesi Tengah kembali

melakukan ekspor bijih nikel sebesar USD 25,62 juta,

tumbuh 130,83% (qtq). Sementara itu, ekspor pertanian

juga tumbuh 52,21% (yoy) yang didorong oleh ekspor biji

kakao dan perikanan (terutama kepiting dan kerang-

kerangan). Selanjutnya, ekspor LNG dan gas amonia relatif

stabil pada kisara USD 349,95 juta seiring telah optimalnya

kapasitas produksi pada subusaha dimaksud.

Pertumbuhan ekspor pada triwulan laporan masih

didominasi oleh ekspor besi baja dan turunannnya

serta bahan bakar mineral. Kedua jenis komoditas

tersebut pangsanya mencapai 93,3% dari total ekspor

Sulawesi Tengah. Kedua komoditas masing-masing

memiliki pangsa 68,37% dan 24,96%. Sementara itu,

total komoditas lain seperti ekspor pertanian, perikanan,

pertambangan dan industri lainnya hanya memiliki panga

6,67%.

Negara tujuan ekspor utama Sulawesi Tengah

terdiversifikasi pada triwulan laporan. Pangsa ekspor

ke Tiongkok yang pada triwulan I 2018 mencapai 56,65%,

kini pada triwulan laporan pangsanya hanya 32,81%.

Secara sektoral, PMA Sulawesi Tengah didominasi

pada investasi di LU listrik, industri logam dasar dan

industri kimia dan farmasi. Akumulasi pangsa LU

tersebut dari total investasi mencapai 88,94%. Beberapa

pembangkti listrik tengah dibangun terutama di IMIP

(Morowali), Morowali Utara, Banggai dan Kabupaten

Poso. Sementara itu, investasi juga masih berlanjut untuk

industri logam dasar di Morowali dan industri kimia

(hilirisasi gas) di Banggai. Hal ini terbukti dari tingginya

impor untuk mesin dan peralatan lainnya pada triwulan

laporan (penjelasan lebih lanjut pada subbab impor).

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019 9

Page 26: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

Grafik 1.22. Komoditas Impor Sulawesi Tengah

SUMBER : BPS PROV SULAWESI TENGAH

BESI DAN BAJA

35%

BAHAN BAKAR MINERAL

10%

BIJIH, KERAK DAN ABU LOGAM

4%

MESIN DAN PERALATAN LISTRIK

8%

MESIN DAN PESAWAT MEKANIK

29%

LAINNYA

14%

Grafik 1.21. Perkembangan Impor Sulawesi Tengah

IMPOR (RP MILIAR) IMPOR LN (YOY)

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

SUMBER : BPS PROVINSI SULAWESI TENGAH, DIOLAH

-200

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

16000

Grafik 1.20. Negara Tujuan Ekspor

SUMBER : BPS PROVINSI SULAWESI TENGAH, DIOLAH

KOREA SELATAN

19%

JEPANG

13%

TIONGKOK

33%

LAINNYA

20%

TAIWAN

15%

Impor barang modal masih cukup tinggi. Impor barang

modal sebagai komponen bahan baku dan peralatan

industri pengolahan nikel dan pembangkit listrik masih

mendominasi. Pangsa impor bahan baku dan peralatan

industri pengolahan logam terhadap total impor

(USD795,96 juta) masing-masing mencapai USD 34,79%

atau 276,92 juta dan 28,84% atau USD 229,56 juta,

sedangkan untuk kebutuhan pembangikt listrik mencapai

8,25% atau USD65,69 juta. Hal ini mengindikasikan

tingginya impor yang didominasi oleh barang impor

memiliki kontributor positif bagi pertumbuhan ekonomi di

Sulawesi Tengah. Impor mesin/pesawat mekanik

d i g u n a k a n u n t u k m e n d u k u n g p r o g r e s

peningkatan/penambahan kapasitas pembangunan

s m e l t e r s e r t a p e n i n g k a t a n i m p o r b i j i h b e s i

mengindikasikan bahwa LU industri pengolahan nikel dan

turunannya masih memil ik i potensi d i tengah

ketidakpastian global.

Menurunnya pangsa ekspor ke Tiongkok diperkirakan

dampak dari perang dagang dengan Amerika Serikat

sehingga permintaan menurun. Namun hal ini dapat

dikompensasi dari peningkatan ekspor Sulteng ke negara

lain. Pangsa ekspor ke Korea Selatan dan Taiwan masing-

masing tercatat 18,96% dan 15,11% atau meningkat

dibandingkan triwulan I 2018 yang masing-masing

tercatat 11,69% dan 6,77%. Ekspor Sulawesi Tengah ke

Tiongkok didominasi oleh produk yang dihasilkan

perusahaan smelter di Kawasan Industri Morowali,

sementara ekspor ke Jepang dan Korsel didominasi oleh

ekspor LNG dan produk turunannya dari Kabupaten

Banggai.

1.3.5. Impor Luar Negeri

Pertumbuhan Impor luar negeri melambat pada

triwulan laporan. Impor hanya tumbuh 18,52% (yoy)

pada triwulan laporan, jauh menurun dibandingkan

triwulan sebelumnya 175,92% (yoy). Meskipun melambat,

nilai impor masih relatif tinggi. Sebagian besar impor

merupakan bahan baku untuk ekspor dan impor barang

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 201910

BOKS I

Defisit neraca transaksi berjalan pada triwulan I 2019

tercatat sebesar USD 7,0 miliar (2,6% dari PDB), lebih

rendah dibandingkan dengan defisit pada triwulan

sebelumnya yang mencapai USD 9,2 miliar (3,6% dari

PDB). Penurunan defisit neraca transaksi berjalan

terutama didukung oleh peningkatan surplus neraca

perdagangan barang sejalan dengan peningkatan

surplus neraca perdagangan nonmigas dan perbaikan

defisit neraca perdagangan migas. Hal ini dipengaruhi

o leh penurunan impor yang leb ih da lam

dibandingkan penurunan ekspor, sejalan dengan

k e b i j a k a n p e m e r i n t a h u n t u k m e l a k u k a n

pengendalian impor beberapa komoditas tertentu

yang diterapkan sejak akhir 2018.

Dalam lingkup regional, kinerja ekspor Sulawesi

Tengah sangat baik. Surplus neraca perdagangan

pada 2018 sebesar USD 2,3 miliar, atau meningkat

dibandingkan 2017 yang tercatat USD 1,7 miliar.

Tingginya surplus neraca perdagangan terutama

ditopang oleh tingginya ekspor dari hilirsasi nikel dan

gas di Morowali dan Banggai.

Bank Indonesia berkoordinasi dengan Pemerintah

dan pemangku kepentingan lainnya dalam

mendorong berbagai kebijakan khususnya untuk

menurunkan defisit transaksi berjalan sehingga dapat

menopang ketahanan LU eksternal perekonomian

Indonesia.

Salah satu upaya untuk menekan defisit transaksi

berjalan adalah dengan mendorong pengembangan

UMKM berorientasi ekspor baik dalam skala nasional

maupun lingkup Sulawesi Tengah. Beberapa strategi

pengembangan yang dilakukan Bank Indonesia,

yakni:

STRATEGI PENGEMBANGAN UMKM BERORIENTASI EKSPORDI SULAWESI TENGAH

Kelembagaan UMKM menjadi salah satu prasyarat

utama dalam pengembangan UMKM berorientasi

ekspor. Mendorong kelembagaan UMKM dalam

bentuk badan hukum dan penguatan aspek

pembukuaan dan adm in i s t r a s i t e rmasuk

pengetahuan terkait proses ekspor impor dan

dokumen kepabeanan yang dibutuhkan mutlak harus

dikuasai oleh pelaku usaha UMKM. Bank Indonesia

Kantor Perwakilan Provinsi Sulawesi Tengah (BI KPw

Sulawesi Tengah) bekerjasama dengan berbagai

universitas di Sulawesi melakukan pelatihan

penguatan kelembagaan antara lain aspek

pembukuan dan linkage dengan korporasi yang

diselenggarakan di Kota Palu, Kabupaten Banggai

maupun Kabupaten Morowali.

Terkait aspek akses keuangan, KPw Sulawesi Tengah

juga terus memperkenalkan aplikasi SIAPIK (Aplikasi

Pencatatan dan Informasi Keuangan) yang

dikembangkan Bank Indonesia yang diharapkan

dapat memudahkan bagi pelaku usaha UMKM untuk

melakukan pencatatan transaksi keuangan secara

digital.

1. Penguatan Aspek Kelembagaan UMKM

Untuk dapat menembus pasar ekspor kapasitas

produksi dan diversifikasi produk yang dihasilkan

UMKM juga menjadi salah satu prasyarat. Bank

Indonesia melakukan pendampingan pelaku usaha

UMKM di Sulawesi Tengah melalui program

Wirausaha Bank Indonesia (WUBI) dan Local

Economic Development (LED) melalui program ini

pendampingan dilakukan selama paling singkat

2. Peningkatan Kapasitas dan Diversifikasi Produk

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019 11

Page 27: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

Grafik 1.22. Komoditas Impor Sulawesi Tengah

SUMBER : BPS PROV SULAWESI TENGAH

BESI DAN BAJA

35%

BAHAN BAKAR MINERAL

10%

BIJIH, KERAK DAN ABU LOGAM

4%

MESIN DAN PERALATAN LISTRIK

8%

MESIN DAN PESAWAT MEKANIK

29%

LAINNYA

14%

Grafik 1.21. Perkembangan Impor Sulawesi Tengah

IMPOR (RP MILIAR) IMPOR LN (YOY)

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

SUMBER : BPS PROVINSI SULAWESI TENGAH, DIOLAH

-200

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

16000

Grafik 1.20. Negara Tujuan Ekspor

SUMBER : BPS PROVINSI SULAWESI TENGAH, DIOLAH

KOREA SELATAN

19%

JEPANG

13%

TIONGKOK

33%

LAINNYA

20%

TAIWAN

15%

Impor barang modal masih cukup tinggi. Impor barang

modal sebagai komponen bahan baku dan peralatan

industri pengolahan nikel dan pembangkit listrik masih

mendominasi. Pangsa impor bahan baku dan peralatan

industri pengolahan logam terhadap total impor

(USD795,96 juta) masing-masing mencapai USD 34,79%

atau 276,92 juta dan 28,84% atau USD 229,56 juta,

sedangkan untuk kebutuhan pembangikt listrik mencapai

8,25% atau USD65,69 juta. Hal ini mengindikasikan

tingginya impor yang didominasi oleh barang impor

memiliki kontributor positif bagi pertumbuhan ekonomi di

Sulawesi Tengah. Impor mesin/pesawat mekanik

d i g u n a k a n u n t u k m e n d u k u n g p r o g r e s

peningkatan/penambahan kapasitas pembangunan

s m e l t e r s e r t a p e n i n g k a t a n i m p o r b i j i h b e s i

mengindikasikan bahwa LU industri pengolahan nikel dan

turunannya masih memil ik i potensi d i tengah

ketidakpastian global.

Menurunnya pangsa ekspor ke Tiongkok diperkirakan

dampak dari perang dagang dengan Amerika Serikat

sehingga permintaan menurun. Namun hal ini dapat

dikompensasi dari peningkatan ekspor Sulteng ke negara

lain. Pangsa ekspor ke Korea Selatan dan Taiwan masing-

masing tercatat 18,96% dan 15,11% atau meningkat

dibandingkan triwulan I 2018 yang masing-masing

tercatat 11,69% dan 6,77%. Ekspor Sulawesi Tengah ke

Tiongkok didominasi oleh produk yang dihasilkan

perusahaan smelter di Kawasan Industri Morowali,

sementara ekspor ke Jepang dan Korsel didominasi oleh

ekspor LNG dan produk turunannya dari Kabupaten

Banggai.

1.3.5. Impor Luar Negeri

Pertumbuhan Impor luar negeri melambat pada

triwulan laporan. Impor hanya tumbuh 18,52% (yoy)

pada triwulan laporan, jauh menurun dibandingkan

triwulan sebelumnya 175,92% (yoy). Meskipun melambat,

nilai impor masih relatif tinggi. Sebagian besar impor

merupakan bahan baku untuk ekspor dan impor barang

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 201910

BOKS I

Defisit neraca transaksi berjalan pada triwulan I 2019

tercatat sebesar USD 7,0 miliar (2,6% dari PDB), lebih

rendah dibandingkan dengan defisit pada triwulan

sebelumnya yang mencapai USD 9,2 miliar (3,6% dari

PDB). Penurunan defisit neraca transaksi berjalan

terutama didukung oleh peningkatan surplus neraca

perdagangan barang sejalan dengan peningkatan

surplus neraca perdagangan nonmigas dan perbaikan

defisit neraca perdagangan migas. Hal ini dipengaruhi

o leh penurunan impor yang leb ih da lam

dibandingkan penurunan ekspor, sejalan dengan

k e b i j a k a n p e m e r i n t a h u n t u k m e l a k u k a n

pengendalian impor beberapa komoditas tertentu

yang diterapkan sejak akhir 2018.

Dalam lingkup regional, kinerja ekspor Sulawesi

Tengah sangat baik. Surplus neraca perdagangan

pada 2018 sebesar USD 2,3 miliar, atau meningkat

dibandingkan 2017 yang tercatat USD 1,7 miliar.

Tingginya surplus neraca perdagangan terutama

ditopang oleh tingginya ekspor dari hilirsasi nikel dan

gas di Morowali dan Banggai.

Bank Indonesia berkoordinasi dengan Pemerintah

dan pemangku kepentingan lainnya dalam

mendorong berbagai kebijakan khususnya untuk

menurunkan defisit transaksi berjalan sehingga dapat

menopang ketahanan LU eksternal perekonomian

Indonesia.

Salah satu upaya untuk menekan defisit transaksi

berjalan adalah dengan mendorong pengembangan

UMKM berorientasi ekspor baik dalam skala nasional

maupun lingkup Sulawesi Tengah. Beberapa strategi

pengembangan yang dilakukan Bank Indonesia,

yakni:

STRATEGI PENGEMBANGAN UMKM BERORIENTASI EKSPORDI SULAWESI TENGAH

Kelembagaan UMKM menjadi salah satu prasyarat

utama dalam pengembangan UMKM berorientasi

ekspor. Mendorong kelembagaan UMKM dalam

bentuk badan hukum dan penguatan aspek

pembukuaan dan adm in i s t r a s i t e rmasuk

pengetahuan terkait proses ekspor impor dan

dokumen kepabeanan yang dibutuhkan mutlak harus

dikuasai oleh pelaku usaha UMKM. Bank Indonesia

Kantor Perwakilan Provinsi Sulawesi Tengah (BI KPw

Sulawesi Tengah) bekerjasama dengan berbagai

universitas di Sulawesi melakukan pelatihan

penguatan kelembagaan antara lain aspek

pembukuan dan linkage dengan korporasi yang

diselenggarakan di Kota Palu, Kabupaten Banggai

maupun Kabupaten Morowali.

Terkait aspek akses keuangan, KPw Sulawesi Tengah

juga terus memperkenalkan aplikasi SIAPIK (Aplikasi

Pencatatan dan Informasi Keuangan) yang

dikembangkan Bank Indonesia yang diharapkan

dapat memudahkan bagi pelaku usaha UMKM untuk

melakukan pencatatan transaksi keuangan secara

digital.

1. Penguatan Aspek Kelembagaan UMKM

Untuk dapat menembus pasar ekspor kapasitas

produksi dan diversifikasi produk yang dihasilkan

UMKM juga menjadi salah satu prasyarat. Bank

Indonesia melakukan pendampingan pelaku usaha

UMKM di Sulawesi Tengah melalui program

Wirausaha Bank Indonesia (WUBI) dan Local

Economic Development (LED) melalui program ini

pendampingan dilakukan selama paling singkat

2. Peningkatan Kapasitas dan Diversifikasi Produk

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019 11

Page 28: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

BOKS I

selama 3 (tiga) tahun untuk produk-produk khas

kerajinan dan industri kreatif Sulawesi Tengah seperti

tenun, kayu hitam maupun produk lainnya. Khusus

untuk pengembangan tenun, KPw Sulawesi Tengah

juga telah membangun 2 (dua) rumah tenun di

Kabupaten Donggala yang digunakan sebagai pusat

produksi dan edukasi tenun di Sulawesi Tengah.

Selain dari sisi kapasitas produksi, pengembangan

dan diversifikasi produk UMKM Sulawesi Tengah juga

dilakukan agar produk yang dihasilkan dapat diterima

pasar ekspor. KPw Sulawesi Tengah mendorong

produk yang dihasilkan oleh UMKM di Sulawesi

Tengah dapat terkurasi oleh kurator internasional.

Kegiatan kurasi telah dilaksanakan oleh Jenifer

Isaacson kurator yang berasal dari New York pada 28

Februari 2019 di Jakarta.

Perkembangan teknologi dewasa ini terjadi sangat

masif serta berpengaruh dalam setiap aspek

kehidupan masyarakat. Arus perubahan teknologi

juga telah mengubah cara masyarakat bertransaksi

dari cara konvensional beralih menjadi transaksi

perdagangan secara online. Pelaku usaha UMKM juga

harus beralih pada penguasaan dan teknik penjualan

onlineyang dilakukan melalui berbagai platform baik

Conversational Commerce maupun E-Commerce

Platform.

Menyadari perkembangan teknologi yang berjalan

sangat cepat, KPw Sulawesi Tengah terus mendorong

pelaku usaha UMKM untuk berinovasi dan

memperluas akses pemasaran produknya melalui

p e m a n f a a t a n t e k n o l o g i d a l a m t r a n s a k s i

3. Pemanfaatan Teknologi dan Ekonomi Digital

perdagangan. KPw Sulawesi Tengah mendorong

inovasi ini melalui pelatihan dan pengenalan ekonomi

digital bekerjasama dengan salah satu platform

marketplace Tokopedia.

Dalam kapasitasnya selaku otoritas di bidang sistem

pembayaran, Bank Indonesia terus mendorong

pertumbuhan ekonomi digital sehingga mampu

mendukung pe r tumbuhan ekonomi yang

berkelanjutan serta memastikan arus digitalisasi

berkembang dalam ekosistem ekonomi dan

keuangan digital yang kondusif dilakukan melalui 5

(lima) visi Sistem Pembayaran Indonesia 2025 yakni :

a.

b.

c.

Digital Open Banking dan Interlink Bank-Fintech

Mendorong digital open banking dan interlink

dengan fintech melalui standarisasi Open API

(Application Programming Interface). Open API

memungkinkan keterbukaan informasi keuangan

Bank dan Fintech kepada pihak ketiga secara

aman untuk memberikan variasi dan kemudahan

masyarakat dalam melakukan transaksi dan

memungkinkan interlink antar pelaku.

Pengembangan Retail Payment

Mengembangkan sistem pembayaran yang

mendukung ekonomi dan keuangan digital.

Desain pengembangan sistem pembayaran ritel

s e c a r a k e s e l u r u h a n m e n g a r a h p a d a

penyelenggaraan secara realtime, seamless

dengan tingkat keamanan dan efisiensi yang lebih

tinggi melalui pengembangan fast payment dan

optimalisasi Gerbang Pembayaran Nasional (GPN).

Pengembangan Wholesale Payment dan Financial

Market Infrastructure

Mengembangkan sistem pembayaran nilai besar

dan infrastruktur pasar keuangan yang mampu

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 201912

d.

e.

mendukung kebijakan moneter, SKK dan

mendukung interl ink infrastruktur pasar

keuangan.

Data

Melakukan pengembangan data nasional,

termasuk infrastruktur yang kolaboratif dan

terintegrasi sehingga dapat dioptimalkan

pemanfaatannya. Sebagai bagian dari inisiatif ini

adalah pengembangan trusted Digital ID,

Pembangunan Data Hub, Data Protection

termasuk consumen consent dan cloud policy.

Pengaturan, Perizinan, Pengawasan dan

Pelaporan

Percepatan Ekonomi Keuangan D ig i ta l

membutuhkan penguatan kerangka pengaturan,

perizinan, pengawasan dan pelaporan termasuk

penguatan teknologi (reg-tech dan sup-tech)

Strategi pengembangan UMKM berorientasi ekspor

lainnya dilakukan melalui keikutsertaan pelaku usaha

UMKM binaan Bank Indonesia dalam berbagai

pameran internasional yang dilaksanakan di luar

negeri dengan produk utama kopi.

Kpw BI Sulawesi Tengah telah mengikutsertakan

UMKM binaan dengan produk kayu hitam dalam

mengikuti pameran internasional bertajuk Singapore

50 Design Bazaar yang diselenggaran Singapore.

Selain pameran dimaksud, untuk tahun 2019 Bank

Indonesia direncanakan juga akan mengikuti

beberapa pameran dagang internasional antara lain

Pameran Produk Kopi Indonesia pada Café Asia yang

diselenggarakan di Singapore, Investment Forum on

TTI, Osaka Jepang, dan Pameran New York Now.

4. Promosi Perdagangan dan Akses Pasar Luar Negeri

Kapasitas produksi UMKM seringkali menjadi salah

satu kendala dalam mendorong ekspor yang

dilakukan di daerah. Permintaan ekspor tidak dapat

dipenuhi oleh satu pelaku usaha UMKM pada satu

waktu. Bank Indonesia mendorong dilakukannya

joint eksportir/agregator yang menjadi leader dalam

pengembangan ekspor produk UMKM. Melalui

agregator inilah proses ekspor dilaksanakan sehingga

dapat mendorong terciptanya efisiensi biaya maupun

penyederhanaan persyaratan ekspor yang dilakukan

oleh pelaku usaha UMKM.

5. Joint Eksportir/Agregator

Ke depan KPw BI Sulawesi Tengah bersama dengan

Pemerintah Daerah terus berkomitmen untuk

mengembangkan potens i ekonomi daerah

pengembangan UMKM dan potensi daerah.

BOKS I

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019 13

Page 29: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

BOKS I

selama 3 (tiga) tahun untuk produk-produk khas

kerajinan dan industri kreatif Sulawesi Tengah seperti

tenun, kayu hitam maupun produk lainnya. Khusus

untuk pengembangan tenun, KPw Sulawesi Tengah

juga telah membangun 2 (dua) rumah tenun di

Kabupaten Donggala yang digunakan sebagai pusat

produksi dan edukasi tenun di Sulawesi Tengah.

Selain dari sisi kapasitas produksi, pengembangan

dan diversifikasi produk UMKM Sulawesi Tengah juga

dilakukan agar produk yang dihasilkan dapat diterima

pasar ekspor. KPw Sulawesi Tengah mendorong

produk yang dihasilkan oleh UMKM di Sulawesi

Tengah dapat terkurasi oleh kurator internasional.

Kegiatan kurasi telah dilaksanakan oleh Jenifer

Isaacson kurator yang berasal dari New York pada 28

Februari 2019 di Jakarta.

Perkembangan teknologi dewasa ini terjadi sangat

masif serta berpengaruh dalam setiap aspek

kehidupan masyarakat. Arus perubahan teknologi

juga telah mengubah cara masyarakat bertransaksi

dari cara konvensional beralih menjadi transaksi

perdagangan secara online. Pelaku usaha UMKM juga

harus beralih pada penguasaan dan teknik penjualan

onlineyang dilakukan melalui berbagai platform baik

Conversational Commerce maupun E-Commerce

Platform.

Menyadari perkembangan teknologi yang berjalan

sangat cepat, KPw Sulawesi Tengah terus mendorong

pelaku usaha UMKM untuk berinovasi dan

memperluas akses pemasaran produknya melalui

p e m a n f a a t a n t e k n o l o g i d a l a m t r a n s a k s i

3. Pemanfaatan Teknologi dan Ekonomi Digital

perdagangan. KPw Sulawesi Tengah mendorong

inovasi ini melalui pelatihan dan pengenalan ekonomi

digital bekerjasama dengan salah satu platform

marketplace Tokopedia.

Dalam kapasitasnya selaku otoritas di bidang sistem

pembayaran, Bank Indonesia terus mendorong

pertumbuhan ekonomi digital sehingga mampu

mendukung pe r tumbuhan ekonomi yang

berkelanjutan serta memastikan arus digitalisasi

berkembang dalam ekosistem ekonomi dan

keuangan digital yang kondusif dilakukan melalui 5

(lima) visi Sistem Pembayaran Indonesia 2025 yakni :

a.

b.

c.

Digital Open Banking dan Interlink Bank-Fintech

Mendorong digital open banking dan interlink

dengan fintech melalui standarisasi Open API

(Application Programming Interface). Open API

memungkinkan keterbukaan informasi keuangan

Bank dan Fintech kepada pihak ketiga secara

aman untuk memberikan variasi dan kemudahan

masyarakat dalam melakukan transaksi dan

memungkinkan interlink antar pelaku.

Pengembangan Retail Payment

Mengembangkan sistem pembayaran yang

mendukung ekonomi dan keuangan digital.

Desain pengembangan sistem pembayaran ritel

s e c a r a k e s e l u r u h a n m e n g a r a h p a d a

penyelenggaraan secara realtime, seamless

dengan tingkat keamanan dan efisiensi yang lebih

tinggi melalui pengembangan fast payment dan

optimalisasi Gerbang Pembayaran Nasional (GPN).

Pengembangan Wholesale Payment dan Financial

Market Infrastructure

Mengembangkan sistem pembayaran nilai besar

dan infrastruktur pasar keuangan yang mampu

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 201912

d.

e.

mendukung kebijakan moneter, SKK dan

mendukung interl ink infrastruktur pasar

keuangan.

Data

Melakukan pengembangan data nasional,

termasuk infrastruktur yang kolaboratif dan

terintegrasi sehingga dapat dioptimalkan

pemanfaatannya. Sebagai bagian dari inisiatif ini

adalah pengembangan trusted Digital ID,

Pembangunan Data Hub, Data Protection

termasuk consumen consent dan cloud policy.

Pengaturan, Perizinan, Pengawasan dan

Pelaporan

Percepatan Ekonomi Keuangan D ig i ta l

membutuhkan penguatan kerangka pengaturan,

perizinan, pengawasan dan pelaporan termasuk

penguatan teknologi (reg-tech dan sup-tech)

Strategi pengembangan UMKM berorientasi ekspor

lainnya dilakukan melalui keikutsertaan pelaku usaha

UMKM binaan Bank Indonesia dalam berbagai

pameran internasional yang dilaksanakan di luar

negeri dengan produk utama kopi.

Kpw BI Sulawesi Tengah telah mengikutsertakan

UMKM binaan dengan produk kayu hitam dalam

mengikuti pameran internasional bertajuk Singapore

50 Design Bazaar yang diselenggaran Singapore.

Selain pameran dimaksud, untuk tahun 2019 Bank

Indonesia direncanakan juga akan mengikuti

beberapa pameran dagang internasional antara lain

Pameran Produk Kopi Indonesia pada Café Asia yang

diselenggarakan di Singapore, Investment Forum on

TTI, Osaka Jepang, dan Pameran New York Now.

4. Promosi Perdagangan dan Akses Pasar Luar Negeri

Kapasitas produksi UMKM seringkali menjadi salah

satu kendala dalam mendorong ekspor yang

dilakukan di daerah. Permintaan ekspor tidak dapat

dipenuhi oleh satu pelaku usaha UMKM pada satu

waktu. Bank Indonesia mendorong dilakukannya

joint eksportir/agregator yang menjadi leader dalam

pengembangan ekspor produk UMKM. Melalui

agregator inilah proses ekspor dilaksanakan sehingga

dapat mendorong terciptanya efisiensi biaya maupun

penyederhanaan persyaratan ekspor yang dilakukan

oleh pelaku usaha UMKM.

5. Joint Eksportir/Agregator

Ke depan KPw BI Sulawesi Tengah bersama dengan

Pemerintah Daerah terus berkomitmen untuk

mengembangkan potens i ekonomi daerah

pengembangan UMKM dan potensi daerah.

BOKS I

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019 13

Page 30: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

21,75%

14,45%

APBD

Belanja Modal

Realisasi PAD

17,28%Realisasipendapatan APBD

Realisasibelanja APBD

20,68%

INDIKATOR KEUANGAN DAERAH

Pencapaian realisasi belanja APBD pada triwulan I 2019 tercatat 17,28%

dari pagu anggaran Rp 4,26 triliun, atau lebih rendah dari rata-rata tiga

tahun terakhir 10,52%. Hal ini menjadi stimulus yang bagus bagi

perekonomian pascabencana.

Sementara itu, realisasi pendapatan APBD mencapai lebih dari 21,75%

dari target Rp4,14 triliun yang didorong oleh adanya bantuan keuangan

dari pemerintah daerah lain untuk penanganan bencana.

Realisasi belanja APBN di Sulawesi Tengah mencapai 20,11% dari pagu

anggaran Rp 24.791,84 miliar. Tingginya angka realisasi ini terutama

ditopang oleh realisasi transfer ke daerah pada triwulan laporan.

Sementara itu, realisasi penyaluran Anggaran Dana Desa terserap

hingga 18,19%, sehingga diharapkan dapat meningkatkan pemerataan

pembangunan yang sifatnya bottom-up.

20,11%

Realisasi APBNSulteng

KEUANGANPEMERINTAH

BAB II

Desa Suku Bajau, Sulawesi Tengah

Page 31: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

21,75%

14,45%

APBD

Belanja Modal

Realisasi PAD

17,28%Realisasipendapatan APBD

Realisasibelanja APBD

20,68%

INDIKATOR KEUANGAN DAERAH

Pencapaian realisasi belanja APBD pada triwulan I 2019 tercatat 17,28%

dari pagu anggaran Rp 4,26 triliun, atau lebih rendah dari rata-rata tiga

tahun terakhir 10,52%. Hal ini menjadi stimulus yang bagus bagi

perekonomian pascabencana.

Sementara itu, realisasi pendapatan APBD mencapai lebih dari 21,75%

dari target Rp4,14 triliun yang didorong oleh adanya bantuan keuangan

dari pemerintah daerah lain untuk penanganan bencana.

Realisasi belanja APBN di Sulawesi Tengah mencapai 20,11% dari pagu

anggaran Rp 24.791,84 miliar. Tingginya angka realisasi ini terutama

ditopang oleh realisasi transfer ke daerah pada triwulan laporan.

Sementara itu, realisasi penyaluran Anggaran Dana Desa terserap

hingga 18,19%, sehingga diharapkan dapat meningkatkan pemerataan

pembangunan yang sifatnya bottom-up.

20,11%

Realisasi APBNSulteng

KEUANGANPEMERINTAH

BAB II

Desa Suku Bajau, Sulawesi Tengah

Page 32: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

2.1. REALISASI APBD PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I 2019

Realisasi pendapatan lebih tinggi dibandingkan

dengan realisasi belanja daerah pada triwulan I 2019.

Realisasi pendapatan daerah Sulawesi Tengah mencapai

Rp902,65 miliar atau 21,75% dari pagu anggaran 2019

sebesar Rp4,14 triliun. Persentase nilai realisasi

pendapatan pada triwulan laporan sedikit lebih rendah

dibandingkan rata-rata tiga tahun sebelumnya yang

mencapai 23,27%. Pendapatan daerah pada triwulan

laporan ditopang oleh realisasi penerimaan dari PAD dan

dana perimbangan yang masing-masing tercatat 20,68%

dan 22,34%.

Total realisasi belanja daerah mencapai Rp736,65

miliar atau 17,28% dari total anggaran yang tersedia

sebesar Rp4,3 triliun. Persentase nilai realisasi belanja

pada triwulan laporan lebih tinggi dibandingkan rata-rata

periode yang sama tiga tahun sebelumnya yang mencapai

10,52%. Kedua komponen belanja langsung dan tidak

langsung hanya mencapai 15,65% dan 19%. Hal ini dapat

dipahami mengingat pentingnya peran pemerintah dalam

proses rekonstruks i Kota Pa lu dan sek i tarnya

pascabencana.

2.1.1 Realisasi Pendapatan APBD

Pendapatan transfer menopang pendapatan APBD

pada triwulan laporan. Realisasi akun ini mencapai

22,34% meski masih rendah dibandingkan rata-rata

periode yang sama tiga tahun sebelumnya yakni 25,34%.

Namun demikian, dana alokasi umum yang memiliki

pangsa terbesar telah terserap hingga Rp 545,86 miliar

Grafik 2.1.Perkembangan Pendapatan dan Belanja Daerah

SUMBER : BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH

RP JUTA

REALISASI PENDAPATAN (SISI KANAN) REALISASI BELANJA (SISI KANAN)

NOMINAL REALISASI PENDAPATAN NOMINAL REALISASI BELANJA

2016 2017 2018

90

2,6

5

736

,65

21,75%

17,28%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1.000

2019

Grafik 2.2.Perkembangan Tingkat Realisasi per Pos Pendapatan Daerah

SUMBER : BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH

LAIN-LAIN PAD YANG SAH DANA PERIMBANGAN PAD

2016

2017

2018

2019

0% 10% 20% 30% 40% 50%

16,62%

20,08%

16,57%

20,68%

26,10%

26,09%

24,12%

22,34%

2,13%

43,83%

3,21%

7,03%

atau 33,33% dari pagu anggaran 2019. Dari akun PAD,

pendapatan pajak telah terserap 21,58% dari pagu

anggaran. Sementara itu, dari pendapatan lain-lain hanya

terserap 7,03% dari pagu anggaran. Dalam komponen ini

bantuan keuangan dari pemerintah lain tercatat Rp 3,03

miliar.

Rasio Kemandirian Keuangan Daerah menunjukkan

tingkat kemampuan suatu daerah dalam membiayai

sendiri kegiatan pemerintah, pembangunan dan

pelayanan kepada masyarakat, yang telah

membayar pajak dan retribusi sebagai sumber

pendapatan yang diperlukan daerah. Secara historis,

Rasio Kemandirian Fiskal Sulawesi Tengah menunjukkan

tingkat kemandirian yang baik dengan rata-rata pada 6

tahun terakhir mencapai 46,37 (mid-upper rank). Hasil

tersebut menunjukkan bahwa sumber PAD Sulawesi

Tengah mampu mengimbangi dana pendapatan daerah

yang berasal dari sumber ekstern, misalnya : Bagi Hasil

Pajak, Bagi Hasil Bukan Pajak Sumber Daya Alam, Dana

Pusat Alokasi Umum dan Dana Pusat Alokasi Khusus.

Namun, berdasarkan perkembangan hingga triwulan I

2019, terlihat kinerja rasio kemandirian masih berada di

bawah rata-rata historisnya. Pada posisi terakhir, angka

rasio kemandirian hanya mencapai 30,01 atau masih di

bawah tahun sebelumnya yang mampu mencapai 35,4.

Angka ras io kemandir ian tersebut merupakan

perbandingan nilai PAD hingga triwulan I 2019 yang

mencapai Rp208,34 miliar terhadap nominal pendapatan-

pendapatan lain yang mencapai Rp694,31 miliar.

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 201916

Skala Rendah (0-10); Kurang (10,01-20,00); Cukup (20,01-30,00); Sedang (30,01-40,00);

Baik (40,01-50,00); dan Sangat Baik (>50,00)

6.

hampir semua Provinsi masih bergantung kepada dana

transfer dari Pemerintah Pusat dalam menjalankan

pemerintahan di daerah.

Derajat Desentralisasi Fiskal (DDF) menggambarkan

persentase campur tangan pemerintah pusat dalam

pembangunan daerah dan menunjukkan tingkat

kesiapan keuangan pemerintah daerah dalam

melaksanakan otonomi daerah. Semakin tinggi rasio

Derajat Desentralisasi Fiskal (DDF), maka semakin tinggi

pula kemampuan keuangan daerah dalam mendukung

otonomi daerah. Berdasarkan rata-rata data historis

selama 6 tahun terakhir, DDF Sulawesi Tengah tercatat

28,67%. Dengan demikian hingga triwulan I 2019, DDF

Sulawesi Tengah berada pada skala cukup yakni di posisi

23,08 (middle rank : 20,01 – 30,00). Adanya perbaikan

manajemen fiskal daerah diharapkan mampu mendorong

peningkatan kemandirian pemerintah daerah terutama

dalam menggali potensi-potensi pendapatan asli

daerahnya. Hal tersebut menjadi penting mengingat

6Tabel 2.1. Rasio Kemandirian dan Derajat Kemandirian Fiskal

TAHUN

2012

2013

2014

2015

2016

2017

2018

2019*

Rata2 6 tahun terakhir

PAD

576.22

662.88

632.96

887.91

939.04

954.96

1,008.10

208.34

847.64

Sumber : BPKAD Prov. Sulawesi Tengah, data diolah

Pendapatan Lain

1,042.89

1,160.80

1,239.78

1,557.75

2,236.60

2,680.13

2,844.40

694.31

1,953.24

Rasio Kemandirian

55.25

57.11

51.05

57.00

41.99

35.63

35.44

30.01

46.37

Derajat Desentralisasi

Fiskal

29.81

31.07

28.19

30.78

29.57

26.27

26.17

23.08

28.67

Tabel 2.2. Kinerja Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah

AKUN

PENDAPATAN

PENDAPATAN ASLI DAERAH

Pendapatan Pajak Daerah

Hasil Retribusi Daerah

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

PENDAPATAN TRANSFER

Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak

Dana Alokasi Umum

Dana Alokasi Khusus

LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH

Pendapatan Hibah

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus

Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya

PAGU

Sumber : Badan Pengelolaan Aset dan Keuangan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah

2019 Q1

902,648,874,966

208,339,601,800

177,817,054,479

2,119,634,315

-

28,402,913,006

690,802,505,266

39,089,016,800

545,862,968,000

105,850,520,466

3,506,767,900

474,267,900

-

3,032,500,000

REALISASI (%)

21.75%

20.68%

21.58%

25.75%

0.00%

17.95%

22.34%

19.01%

33.33%

8.48%

7.03%

1.63%

>100%

Rp

4,149,229,912,367

1,007,404,152,467

824,000,000,000

8,232,348,000

16,965,608,967

158,206,195,500

3,091,969,271,800

205,582,623,800

1,637,588,970,000

1,248,797,678,000

49,856,488,100

29,161,506,100

20,694,982,000

-

2.1.2 Realisasi Belanja APBD

Realisasi belanja APBD Provinsi Sulawesi Tengah

hingga triwulan I 2019, lebih tinggi dibandingkan

dengan rata-rata realisasi belanja periode yang sama

tiga tahun sebelumnya. Realisasi belanja daerah

mencapai 17,28%, atau lebih tinggi dibandingkan rata-

rata tiga tahun terakhir yakni 10,52%. Yang perlu menjadi

catatan adalah tingginya realisasi belanja bantuan sosial

yang mencapai 33,30% dari pagu anggaran. Hal ini sangat

dibutuhkan untuk membantu beban korban bencana dan

percepatan pemulihan ekonomi. Selain itu, realisasi belanja

bantuan keuangan dari pemerintah provinsi lain juga telah

terserap hingga 73,52% dari pagu anggaran Rp13,28

miliar. Seperti yang telah diketahui bantuan keuangan dari

pemerintah provinsi lain terus mengalir sejak triwulan IV

lalu. Belanja bantuan keuangan dapat juga digunakan

untuk percepatan perbaikan infrastruktur kota Palu.

Sebagai contoh, Pemprov DKI Jakarta yang menghimbau

agar dana bantuan dari DKI Jakarta, sebagian besar harus

digunakan untuk perbaikan infrastruktur yang rusak

pascabencana.

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019 17

Page 33: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

2.1. REALISASI APBD PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I 2019

Realisasi pendapatan lebih tinggi dibandingkan

dengan realisasi belanja daerah pada triwulan I 2019.

Realisasi pendapatan daerah Sulawesi Tengah mencapai

Rp902,65 miliar atau 21,75% dari pagu anggaran 2019

sebesar Rp4,14 triliun. Persentase nilai realisasi

pendapatan pada triwulan laporan sedikit lebih rendah

dibandingkan rata-rata tiga tahun sebelumnya yang

mencapai 23,27%. Pendapatan daerah pada triwulan

laporan ditopang oleh realisasi penerimaan dari PAD dan

dana perimbangan yang masing-masing tercatat 20,68%

dan 22,34%.

Total realisasi belanja daerah mencapai Rp736,65

miliar atau 17,28% dari total anggaran yang tersedia

sebesar Rp4,3 triliun. Persentase nilai realisasi belanja

pada triwulan laporan lebih tinggi dibandingkan rata-rata

periode yang sama tiga tahun sebelumnya yang mencapai

10,52%. Kedua komponen belanja langsung dan tidak

langsung hanya mencapai 15,65% dan 19%. Hal ini dapat

dipahami mengingat pentingnya peran pemerintah dalam

proses rekonstruks i Kota Pa lu dan sek i tarnya

pascabencana.

2.1.1 Realisasi Pendapatan APBD

Pendapatan transfer menopang pendapatan APBD

pada triwulan laporan. Realisasi akun ini mencapai

22,34% meski masih rendah dibandingkan rata-rata

periode yang sama tiga tahun sebelumnya yakni 25,34%.

Namun demikian, dana alokasi umum yang memiliki

pangsa terbesar telah terserap hingga Rp 545,86 miliar

Grafik 2.1.Perkembangan Pendapatan dan Belanja Daerah

SUMBER : BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH

RP JUTA

REALISASI PENDAPATAN (SISI KANAN) REALISASI BELANJA (SISI KANAN)

NOMINAL REALISASI PENDAPATAN NOMINAL REALISASI BELANJA

2016 2017 2018

90

2,6

5

736

,65

21,75%

17,28%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1.000

2019

Grafik 2.2.Perkembangan Tingkat Realisasi per Pos Pendapatan Daerah

SUMBER : BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH

LAIN-LAIN PAD YANG SAH DANA PERIMBANGAN PAD

2016

2017

2018

2019

0% 10% 20% 30% 40% 50%

16,62%

20,08%

16,57%

20,68%

26,10%

26,09%

24,12%

22,34%

2,13%

43,83%

3,21%

7,03%

atau 33,33% dari pagu anggaran 2019. Dari akun PAD,

pendapatan pajak telah terserap 21,58% dari pagu

anggaran. Sementara itu, dari pendapatan lain-lain hanya

terserap 7,03% dari pagu anggaran. Dalam komponen ini

bantuan keuangan dari pemerintah lain tercatat Rp 3,03

miliar.

Rasio Kemandirian Keuangan Daerah menunjukkan

tingkat kemampuan suatu daerah dalam membiayai

sendiri kegiatan pemerintah, pembangunan dan

pelayanan kepada masyarakat, yang telah

membayar pajak dan retribusi sebagai sumber

pendapatan yang diperlukan daerah. Secara historis,

Rasio Kemandirian Fiskal Sulawesi Tengah menunjukkan

tingkat kemandirian yang baik dengan rata-rata pada 6

tahun terakhir mencapai 46,37 (mid-upper rank). Hasil

tersebut menunjukkan bahwa sumber PAD Sulawesi

Tengah mampu mengimbangi dana pendapatan daerah

yang berasal dari sumber ekstern, misalnya : Bagi Hasil

Pajak, Bagi Hasil Bukan Pajak Sumber Daya Alam, Dana

Pusat Alokasi Umum dan Dana Pusat Alokasi Khusus.

Namun, berdasarkan perkembangan hingga triwulan I

2019, terlihat kinerja rasio kemandirian masih berada di

bawah rata-rata historisnya. Pada posisi terakhir, angka

rasio kemandirian hanya mencapai 30,01 atau masih di

bawah tahun sebelumnya yang mampu mencapai 35,4.

Angka ras io kemandir ian tersebut merupakan

perbandingan nilai PAD hingga triwulan I 2019 yang

mencapai Rp208,34 miliar terhadap nominal pendapatan-

pendapatan lain yang mencapai Rp694,31 miliar.

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 201916

Skala Rendah (0-10); Kurang (10,01-20,00); Cukup (20,01-30,00); Sedang (30,01-40,00);

Baik (40,01-50,00); dan Sangat Baik (>50,00)

6.

hampir semua Provinsi masih bergantung kepada dana

transfer dari Pemerintah Pusat dalam menjalankan

pemerintahan di daerah.

Derajat Desentralisasi Fiskal (DDF) menggambarkan

persentase campur tangan pemerintah pusat dalam

pembangunan daerah dan menunjukkan tingkat

kesiapan keuangan pemerintah daerah dalam

melaksanakan otonomi daerah. Semakin tinggi rasio

Derajat Desentralisasi Fiskal (DDF), maka semakin tinggi

pula kemampuan keuangan daerah dalam mendukung

otonomi daerah. Berdasarkan rata-rata data historis

selama 6 tahun terakhir, DDF Sulawesi Tengah tercatat

28,67%. Dengan demikian hingga triwulan I 2019, DDF

Sulawesi Tengah berada pada skala cukup yakni di posisi

23,08 (middle rank : 20,01 – 30,00). Adanya perbaikan

manajemen fiskal daerah diharapkan mampu mendorong

peningkatan kemandirian pemerintah daerah terutama

dalam menggali potensi-potensi pendapatan asli

daerahnya. Hal tersebut menjadi penting mengingat

6Tabel 2.1. Rasio Kemandirian dan Derajat Kemandirian Fiskal

TAHUN

2012

2013

2014

2015

2016

2017

2018

2019*

Rata2 6 tahun terakhir

PAD

576.22

662.88

632.96

887.91

939.04

954.96

1,008.10

208.34

847.64

Sumber : BPKAD Prov. Sulawesi Tengah, data diolah

Pendapatan Lain

1,042.89

1,160.80

1,239.78

1,557.75

2,236.60

2,680.13

2,844.40

694.31

1,953.24

Rasio Kemandirian

55.25

57.11

51.05

57.00

41.99

35.63

35.44

30.01

46.37

Derajat Desentralisasi

Fiskal

29.81

31.07

28.19

30.78

29.57

26.27

26.17

23.08

28.67

Tabel 2.2. Kinerja Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah

AKUN

PENDAPATAN

PENDAPATAN ASLI DAERAH

Pendapatan Pajak Daerah

Hasil Retribusi Daerah

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

PENDAPATAN TRANSFER

Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak

Dana Alokasi Umum

Dana Alokasi Khusus

LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH

Pendapatan Hibah

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus

Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya

PAGU

Sumber : Badan Pengelolaan Aset dan Keuangan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah

2019 Q1

902,648,874,966

208,339,601,800

177,817,054,479

2,119,634,315

-

28,402,913,006

690,802,505,266

39,089,016,800

545,862,968,000

105,850,520,466

3,506,767,900

474,267,900

-

3,032,500,000

REALISASI (%)

21.75%

20.68%

21.58%

25.75%

0.00%

17.95%

22.34%

19.01%

33.33%

8.48%

7.03%

1.63%

>100%

Rp

4,149,229,912,367

1,007,404,152,467

824,000,000,000

8,232,348,000

16,965,608,967

158,206,195,500

3,091,969,271,800

205,582,623,800

1,637,588,970,000

1,248,797,678,000

49,856,488,100

29,161,506,100

20,694,982,000

-

2.1.2 Realisasi Belanja APBD

Realisasi belanja APBD Provinsi Sulawesi Tengah

hingga triwulan I 2019, lebih tinggi dibandingkan

dengan rata-rata realisasi belanja periode yang sama

tiga tahun sebelumnya. Realisasi belanja daerah

mencapai 17,28%, atau lebih tinggi dibandingkan rata-

rata tiga tahun terakhir yakni 10,52%. Yang perlu menjadi

catatan adalah tingginya realisasi belanja bantuan sosial

yang mencapai 33,30% dari pagu anggaran. Hal ini sangat

dibutuhkan untuk membantu beban korban bencana dan

percepatan pemulihan ekonomi. Selain itu, realisasi belanja

bantuan keuangan dari pemerintah provinsi lain juga telah

terserap hingga 73,52% dari pagu anggaran Rp13,28

miliar. Seperti yang telah diketahui bantuan keuangan dari

pemerintah provinsi lain terus mengalir sejak triwulan IV

lalu. Belanja bantuan keuangan dapat juga digunakan

untuk percepatan perbaikan infrastruktur kota Palu.

Sebagai contoh, Pemprov DKI Jakarta yang menghimbau

agar dana bantuan dari DKI Jakarta, sebagian besar harus

digunakan untuk perbaikan infrastruktur yang rusak

pascabencana.

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019 17

Page 34: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

Grafik 2.3. Perkembangan Realisasi Persentase Belanja

SUMBER : BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH

BELANJA MODAL BELANJA OPERASIONAL + TRANSFER

2016

2017

2018

2019

0% 5% 10% 15% 20%

14%

11%

11%

18%

6%

5%

1%

14%

Grafik 2.4.Realisasi Fisik Pemda

SUMBER: MOVEV TEPRA

PROVINSI PALU MOROWALI BANGGAI

JAN-19 FEB-19 MAR-19

0,0%

1,0%

2,0%

3,0%

4,0%

5,0%

6,0%

7,0%

8,0%

9,0%

10,0%

0,0% 0,3%

1,5% 1,6%

3,5%

0,9%1,5%

3,4%

6,3%

1,8%

9,3%

8,3%

Realisasi belanja APBN di Sulawesi Tengah pada

triwulan laporan lebih tinggi dibandingkan periode

yang sama tahun sebelumnya. Jumlah total belanja

APBN mencapai Rp4,9 triliun, dengan tingkat serapan

anggaran 20,11% dari total pagu belanja Rp24,8 triliun.

Tingkat realisasi belanja pada triwulan laporan lebih baik

dari periode yang sama tahun sebelumnya yakni 11,02%.

Angka ini merupakan pencapaian yang baik mengingat

realisasi belanja dapat menjadi stimulus percepatan

pemulihan ekonomi.

Realisasi keuangan pemerintah daerah tidak diikuti

oleh realisasi fisik dari proyek-proyek pemerintah.

Realisasi fisik pada pemerintah provinsi baru mencapai

6,3%. Selain itu, realisasi fisik di Kota Palu juga 1,8%

ditengah kebutuhan rekonstruksi pascabencana. Oleh

karena itu, ke depan pembangunan infrastruktur sangat

dibutuhkan untuk percepatan pemulihan ekonomi.

Sementara itu, pada dua kabupaten strategis lain yakni

Kabupaten Morowali dan Banggai masing-masing tercatat

9,3% dan 8,3%. Mengenai Morowali, pesatnya

pertumbuhan ekonomi Morowali juga harus diiringi

dengan pembangunan infrastruktur yang masif sehingga

investor semakin yakin untuk terus menanamkan

modalnya di Kabupaten tersebut.

Tabel 2.3. Kinerja Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Tengah

AKUN

BELANJA

BELANJA TIDAK LANGSUNG

Belanja Pegawai

Belanja Hibah

Belanja Bantuan Sosial

Belanja Bagi Hasil kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa

Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa

Belanja Tidak Terduga

BELANJA LANGSUNG

Belanja Pegawai

Belanja Barang dan Jasa

Belanja Modal

Surplus / Defisit

PEMBIAYAAN DAERAH

PENERIMAAN DAERAH

Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA)

PENGELUARAN DAERAH

Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah

PEMBIAYAAN NETTO

SILPA

PAGU

4,263,126,206,356

2,342,281,912,596

1,331,667,460,396

598,700,025,000

1,500,000,000

393,130,000,000

13,284,427,200

4,000,000,000

1,920,844,293,760

113,960,781,400

970,326,429,729

836,557,082,631

-113,896,293,989

174,096,293,989

174,096,293,989

60,200,000,000

60,200,000,000

113,896,293,989

-

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Sulawesi Tengah

2019 Q1

736,648,230,331

366,637,764,665

211,366,077,538

95,882,930,000

501,000,000

49,121,202,327

9,766,554,800

-

370,010,465,666

20,543,927,305

228,586,127,488

120,880,410,873

166,000,644,634

-

-

-

-

-

166,000,644,634

REALISASI

17.28%

15.65%

15.87%

16.02%

33.40%

12.49%

73.52%

0.00%

19%

18.03%

23.56%

14.45%

0.00%

0.00%

0.00%

0.00%

0.00%

-

Rp

2.2 KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DI DAERAH

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 201918

Grafik 2.6 Perkembangan Nominal Realisasi Belanja APBN di Sulawesi Tengah (triwulanan)

SUMBER : BPS & KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN SULTENG

BELANJA PEGAWAI BELANJA BARANG BELANJA MODAL BELANJA BANTUAN SOSIAL

Grafik 2.5 Perkembangan Realisasi Serapan Belanja APBN periode 2012-2018

SUMBER : BPS & KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN SULTENG

%

% REALISASI BELANJA APBN - KIRI PERTUMBUHAN EKONOMI (%, YOY) - KANAN

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

10%

20%

30%

40%

0%

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500 RP MILIAR

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

Belanja APBN terutama ditopang oleh realisasi

transfer ke daerah. Realisasi transfer ke daerah telah

mencapai 23,68% dari total pagu anggaran sebesar

Rp17,175 miliar. Hal ini tentunya menjadi modal bagi

pemerintah daerah untuk dapat membelanjakan dana

tersebut untuk percepatan pemulihan ekonomi. Namun

demikian, belum terdapat realisasi belanja bantuan sosial

yang tentunya sangat dibutuhkan untuk meringankan

beban korban bencana. Selain itu, realisasi belanja modal

juga baru mencapai 4,01%, sehingga ke depan perlu lebih

untuk ditingkatkan.

Pada triwulan I 2019 anggaran dana desa (ADD) telah

terserap 18,19%. Hal ini tentunya patut diapreasiasi

mengingat pentingnya ADD untuk pembangunan

ekonomi di daerah pedesaan. Realisasi ADD 2019

diprioritaskan pada empat program prioritas Kementerian

Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi

(Kemendes PDTT), yaitu menentukan produk unggulan

desa atau kawasan pedesaan, mengembangkan Badan

Usaha Milik Desa, pembangunan sarana embung air desa

dan pembangunan sarana olahraga desa. Selain itu, ke

depan penggunaan dana desa pada Kab. Sigi, Donggala

dan Parimou juga dapat digunakan untuk kegiatan

produktif misalnya untuk bantuan peralatan dan prasarana

produksi pertanian ataupun perikanan yang rusak

pascabencana.

Tabel 2.4. Realisasi Belanja APBN Provinsi Sulawesi Tengah

JENIS BELANJA

Total Belanja Negara

Belanja Pemerintah Pusat

Belanja Pegawai

Belanja Barang

Belanja Modal

Bantuan Sosial

Transfer Ke Daerah dan Dana Desa

Transfer ke Daerah

- Dana Bagi Hasil

- Dana Alokasi Umum

- Dana Alokasi Khusus Non Fisik

- Dana Alokasi Khusus Fisik

- Dana Intensif Daerah

Dana Desa

PAGU 2019

24,792

7,616

2,179

3,021

2,403

13

17,175

15,608

967

9,936

2,044

2,462

199

1,568

Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan Negara Sulteng

REALISASI HINGGA I 2019

4,986

919

437

386

96

-

4,067

3,782

176

3,293

171

-

141

285

PRESENTASE

20.11%

12.06%

20.05%

12.77%

4.01%

0.00%

23.68%

24.23%

18.23%

33.15%

8.36%

0.00%

71.12%

18.19%

Rp Miliar

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019 19

Page 35: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

Grafik 2.3. Perkembangan Realisasi Persentase Belanja

SUMBER : BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH

BELANJA MODAL BELANJA OPERASIONAL + TRANSFER

2016

2017

2018

2019

0% 5% 10% 15% 20%

14%

11%

11%

18%

6%

5%

1%

14%

Grafik 2.4.Realisasi Fisik Pemda

SUMBER: MOVEV TEPRA

PROVINSI PALU MOROWALI BANGGAI

JAN-19 FEB-19 MAR-19

0,0%

1,0%

2,0%

3,0%

4,0%

5,0%

6,0%

7,0%

8,0%

9,0%

10,0%

0,0% 0,3%

1,5% 1,6%

3,5%

0,9%1,5%

3,4%

6,3%

1,8%

9,3%

8,3%

Realisasi belanja APBN di Sulawesi Tengah pada

triwulan laporan lebih tinggi dibandingkan periode

yang sama tahun sebelumnya. Jumlah total belanja

APBN mencapai Rp4,9 triliun, dengan tingkat serapan

anggaran 20,11% dari total pagu belanja Rp24,8 triliun.

Tingkat realisasi belanja pada triwulan laporan lebih baik

dari periode yang sama tahun sebelumnya yakni 11,02%.

Angka ini merupakan pencapaian yang baik mengingat

realisasi belanja dapat menjadi stimulus percepatan

pemulihan ekonomi.

Realisasi keuangan pemerintah daerah tidak diikuti

oleh realisasi fisik dari proyek-proyek pemerintah.

Realisasi fisik pada pemerintah provinsi baru mencapai

6,3%. Selain itu, realisasi fisik di Kota Palu juga 1,8%

ditengah kebutuhan rekonstruksi pascabencana. Oleh

karena itu, ke depan pembangunan infrastruktur sangat

dibutuhkan untuk percepatan pemulihan ekonomi.

Sementara itu, pada dua kabupaten strategis lain yakni

Kabupaten Morowali dan Banggai masing-masing tercatat

9,3% dan 8,3%. Mengenai Morowali, pesatnya

pertumbuhan ekonomi Morowali juga harus diiringi

dengan pembangunan infrastruktur yang masif sehingga

investor semakin yakin untuk terus menanamkan

modalnya di Kabupaten tersebut.

Tabel 2.3. Kinerja Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Tengah

AKUN

BELANJA

BELANJA TIDAK LANGSUNG

Belanja Pegawai

Belanja Hibah

Belanja Bantuan Sosial

Belanja Bagi Hasil kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa

Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa

Belanja Tidak Terduga

BELANJA LANGSUNG

Belanja Pegawai

Belanja Barang dan Jasa

Belanja Modal

Surplus / Defisit

PEMBIAYAAN DAERAH

PENERIMAAN DAERAH

Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA)

PENGELUARAN DAERAH

Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah

PEMBIAYAAN NETTO

SILPA

PAGU

4,263,126,206,356

2,342,281,912,596

1,331,667,460,396

598,700,025,000

1,500,000,000

393,130,000,000

13,284,427,200

4,000,000,000

1,920,844,293,760

113,960,781,400

970,326,429,729

836,557,082,631

-113,896,293,989

174,096,293,989

174,096,293,989

60,200,000,000

60,200,000,000

113,896,293,989

-

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Sulawesi Tengah

2019 Q1

736,648,230,331

366,637,764,665

211,366,077,538

95,882,930,000

501,000,000

49,121,202,327

9,766,554,800

-

370,010,465,666

20,543,927,305

228,586,127,488

120,880,410,873

166,000,644,634

-

-

-

-

-

166,000,644,634

REALISASI

17.28%

15.65%

15.87%

16.02%

33.40%

12.49%

73.52%

0.00%

19%

18.03%

23.56%

14.45%

0.00%

0.00%

0.00%

0.00%

0.00%

-

Rp

2.2 KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DI DAERAH

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 201918

Grafik 2.6 Perkembangan Nominal Realisasi Belanja APBN di Sulawesi Tengah (triwulanan)

SUMBER : BPS & KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN SULTENG

BELANJA PEGAWAI BELANJA BARANG BELANJA MODAL BELANJA BANTUAN SOSIAL

Grafik 2.5 Perkembangan Realisasi Serapan Belanja APBN periode 2012-2018

SUMBER : BPS & KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN SULTENG

%

% REALISASI BELANJA APBN - KIRI PERTUMBUHAN EKONOMI (%, YOY) - KANAN

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

10%

20%

30%

40%

0%

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500 RP MILIAR

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

Belanja APBN terutama ditopang oleh realisasi

transfer ke daerah. Realisasi transfer ke daerah telah

mencapai 23,68% dari total pagu anggaran sebesar

Rp17,175 miliar. Hal ini tentunya menjadi modal bagi

pemerintah daerah untuk dapat membelanjakan dana

tersebut untuk percepatan pemulihan ekonomi. Namun

demikian, belum terdapat realisasi belanja bantuan sosial

yang tentunya sangat dibutuhkan untuk meringankan

beban korban bencana. Selain itu, realisasi belanja modal

juga baru mencapai 4,01%, sehingga ke depan perlu lebih

untuk ditingkatkan.

Pada triwulan I 2019 anggaran dana desa (ADD) telah

terserap 18,19%. Hal ini tentunya patut diapreasiasi

mengingat pentingnya ADD untuk pembangunan

ekonomi di daerah pedesaan. Realisasi ADD 2019

diprioritaskan pada empat program prioritas Kementerian

Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi

(Kemendes PDTT), yaitu menentukan produk unggulan

desa atau kawasan pedesaan, mengembangkan Badan

Usaha Milik Desa, pembangunan sarana embung air desa

dan pembangunan sarana olahraga desa. Selain itu, ke

depan penggunaan dana desa pada Kab. Sigi, Donggala

dan Parimou juga dapat digunakan untuk kegiatan

produktif misalnya untuk bantuan peralatan dan prasarana

produksi pertanian ataupun perikanan yang rusak

pascabencana.

Tabel 2.4. Realisasi Belanja APBN Provinsi Sulawesi Tengah

JENIS BELANJA

Total Belanja Negara

Belanja Pemerintah Pusat

Belanja Pegawai

Belanja Barang

Belanja Modal

Bantuan Sosial

Transfer Ke Daerah dan Dana Desa

Transfer ke Daerah

- Dana Bagi Hasil

- Dana Alokasi Umum

- Dana Alokasi Khusus Non Fisik

- Dana Alokasi Khusus Fisik

- Dana Intensif Daerah

Dana Desa

PAGU 2019

24,792

7,616

2,179

3,021

2,403

13

17,175

15,608

967

9,936

2,044

2,462

199

1,568

Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan Negara Sulteng

REALISASI HINGGA I 2019

4,986

919

437

386

96

-

4,067

3,782

176

3,293

171

-

141

285

PRESENTASE

20.11%

12.06%

20.05%

12.77%

4.01%

0.00%

23.68%

24.23%

18.23%

33.15%

8.36%

0.00%

71.12%

18.19%

Rp Miliar

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019 19

Page 36: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

INFLASIDAERAH

BAB III

Ke depan, Bank Indonesia akan terus

mencermati berbagai faktor risiko yang

memengaruhi inflasi baik yang bersumber

dari kelompok volatile food maupun dari core

inflation. Dalam rangka menjaga inflasi tetap

berada pada sasaran yang ditetapkan, Bank

Indonesia akan terus memperkuat koordinasi

kebijakan dengan Pemerintah baik di tingkat

Provinsi maupun Kabupaten/Kota

TARGET INFLASI 2019

3,5±1(YOY)

Inflasi Sulawesi Tengah pada triwulan I 2019 tercatat 5,59% (yoy), lebih

rendah dari triwulan IV 2018 6,46% (yoy). Secara tahunan, inflasi Sulteng

masih tercatat tinggi karena faktor base-effect, namun secara

akumulatif inflasi masih rendah yakni -0,59% (ytd).

Penurunan tekanan inflasi disebabkan oleh produksi bahan makanan

yang meningkat, distribusi barang-barang bangunan yang lancar dan

relatif menurunnya permintaan pada beberapa jenis kebutuhan pokok

masyarakat.

Pelabuhan Pendaratan Ikan Donggala, Sulawesi Tengah

Page 37: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

INFLASIDAERAH

BAB III

Ke depan, Bank Indonesia akan terus

mencermati berbagai faktor risiko yang

memengaruhi inflasi baik yang bersumber

dari kelompok volatile food maupun dari core

inflation. Dalam rangka menjaga inflasi tetap

berada pada sasaran yang ditetapkan, Bank

Indonesia akan terus memperkuat koordinasi

kebijakan dengan Pemerintah baik di tingkat

Provinsi maupun Kabupaten/Kota

TARGET INFLASI 2019

3,5±1(YOY)

Inflasi Sulawesi Tengah pada triwulan I 2019 tercatat 5,59% (yoy), lebih

rendah dari triwulan IV 2018 6,46% (yoy). Secara tahunan, inflasi Sulteng

masih tercatat tinggi karena faktor base-effect, namun secara

akumulatif inflasi masih rendah yakni -0,59% (ytd).

Penurunan tekanan inflasi disebabkan oleh produksi bahan makanan

yang meningkat, distribusi barang-barang bangunan yang lancar dan

relatif menurunnya permintaan pada beberapa jenis kebutuhan pokok

masyarakat.

Pelabuhan Pendaratan Ikan Donggala, Sulawesi Tengah

Page 38: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

Grafik 3.4 Inflasi Bulanan Kota Palu

SUMBER : BPS PROVINSI SULAWESI TENGAH, DIOLAH

SEP OKT NOV DESJAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS

2016

2017

2018

-5

-3

-1

1

3

5

2018

-0,41 -0,61 0,38 -0,53 0,80 0,63 0,39 -0,41 0,59 -0,95 0,49 1,15

1,32 0,29 0,25 0,46 0,81 0,76 0,05 0,05 -0,13 -1,31 -0,14 1,87

0,69 -0,31 -0,08 0,76 0,26 1,89 0,20 -0,06 -1,22 2,268 0,831 1,10

0,21 -0,29 -0,45 0,72 0,97 0,96

Grafik 3.3 Inflasi Sulawesi Tengah dan Nasional

SUMBER : BPS PROVINSI SULAWESI TENGAH, DIOLAH

%

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

SULTENG NASIONAL

2015 2016 2017 20182012 2013 2014 2019*

Grafik 3.2 Inflasi (yoy) Sulawesi Tengah, Sulawesi dan Sulampua

SUMBER : BPS PROVINSI SULAWESI TENGAH, DIOLAH

16

14

12

10

8

6

4

2

0

SUMALPUA SULAWESI SULTENG

MAR JUN

2016

SEP DES MAR JUN

2017

SEP DES MAR JUN

2018

SEP DES MAR

2019

%

Grafik 3.1 Indeks Harga Konsumen Sulawesi Tengah

SUMBER : BPS PROVINSI SULAWESI TENGAH, DIOLAH

IHK (RHS) YOY

0

2

4

6

8

MAR JUN

2016

SEP DES MAR JUN

2017

SEP DES MAR JUN

2018

SEP DES MAR JUN

2019

110

115

120

125

130

135

140

145

150

3.1. PERKEMBANGAN INFLASI SECARA UMUM DI SULAWESI TENGAH

Secara bulanan, selama periode April – Juni 2019

rata-rata pertumbuhan IHK Sulawesi Tengah tercatat

inflasi 0,88% (mtm). Pencapaian pada triwulan laporan

lebih tinggi dibandingkan rata-rata triwulan sebelumnya

yang tercatat deflasi -0,17% (mtm). Kenaikan ini

disebabkan selama triwulan laporan Kota Palu mengalami

deflasi pada April s.d. Juni 2019. Pada periode tersebut

inflasi tercatat masing-masing 0,72 (mtm), 0,97 (mtm),

dan 0,96% (mtm). Hal tersebut menyebabkan inflasi tahun

kalender mencapai 2,13% (ytd) , lebih rendah

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya

-0,53% (ytd).

Inflasi tahunan Sulawesi Tengah pada triwulan II

2019 te rca ta t 5 ,32% (yoy ) , l eb ih rendah

dibandingkan dengan inflasi triwulan I 2019 yakni

5,59% (yoy). Penurunan tekanan inflasi pada triwulan II

2019 polanya relatif sama dengan tahun lalu. Meskipun 7demikian, base-effect dari bencana gempa, tsunami dan

likuifaksi mendorong inflasi pada triwulan II 2019 tercatat

lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata inflasi periode

yang sama selama tiga tahun terakhir yang mencapai

4,26% (yoy).

Secara spasial, inflasi tahunan Sulawesi Tengah pada

triwulan laporan berada di atas inflasi tahunan

nasional yang pada periode yang sama tercatat

2,48% (yoy). Selain itu, inflasi Sulawesi Tengah juga

tercatat lebih tinggi dibanding dengan rata-rata inflasi

Pulau Sulawesi dan kawasan Sulampua yang masing-

masing tercatat 3,05% (yoy) dan 3,21% (yoy). Dengan

demikian, dapat disimpulkan tekanan inflasi di Sulawesi

Tengah relatif masih lebih tinggi dibandingkan daerah lain.

Base-effect merupakan imbas secara statistik dalam perhitungan inflasi akibat

tingginya inflasi pasca gempa, sehingga secara tahunan inflasi tercatat tinggi.

7.

3.2 FAKTOR PENAHAN INFLASI

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan tekanan

inflasi relatif berkurang dibandingkan triwulan

sebelumnya. Dari sisi penawaran, relatif meningkatnya

pasokan bahan makanan dan lancarnya distribusi bahan

bangunan menjadi faktor utama menurunnya tekanan

inflasi. Sementara itu, masih rendahnya permintaan akibat

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 201922

Grafik 3.5 Pergerakan Survei Konsumen

IKKITK

160

140

120

100

80

60

40I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

Dari tidak adanya tekanan permintaan dan meningkatnya

penawaran, maka inflasi akan menurun.

daya beli masyarakat yang belum sepenuhnya pulih

pascabencana menjadi faktor menurunnya inflasi dari sisi

permintaan.

Faktor Penawaran

Pada triwulan laporan, tekanan inflasi beberapa komoditas

dari kelompok bahan makanan tercatat mengalami

penurunan. Beberapa komoditas tersebut antara lain

subkelompok padi-padian dan ikan segar. Produksi padi

pada Maret 2019 tercatat 70.715 ton, jauh lebih tinggi

dibandingkan produksi padi pada Desember 2018 yakni 837.209 ton . Meskipun terdapat kendala kerusakan irigasi

di Sigi, namun produksi padi di luar Sigi masih terdapat

peningkatan. Sementara itu, hasil tangkap ikan di PPI

Dongala selama triwulan laporan mencapai 211 ton.

Angka ini termasuk tinggi apabila dibandingkan dengan

hasil tangkap yang belum optimal (pascabencana) pada

triwulan sebelumnya. Dengan demikian, meningkatnya

produksi pada kedua komoditas tersebut, maka pasokan

bahan makanan akan meningkat, sehingga mampu

mendorong penurunan harga.

Dari sisi harga bahan bangunan, pada triwulan laporan

tekanan inflasi juga relatif menurun. Faktor utama

penyebab hal ini adalah perbaikan infrastruktur di

Pelabuhan Pantoloan, Palu. PT Pelindo IV telah

mendatangkan container crane tambahan untuk

menggantikan container crane yang rusak akibat bencana

tsunami. Oleh sebab itu, proses dwelling time (bongkar

muat) menjadi lebih cepat, sehingga distrbusi menjadi

semakin lancar.

Faktor Permintaan

Pada triwulan laporan, permintaan masyarakat

relatif masih rendah. Hal ini terindikasi dari pergerakan

indeks keyakinan konsumen atau IKK (survei konsumen BI)

dan indeks tendensi konsumen atau ITK (survei konsumen

BPS) yang berada pada zona pesismis (indeks<100)pada

triwulan laporan. IKK menurun dari 98.25 ke 73,88 pada

triwulan laporan, sedangkan ITK menurun dari 98,44 ke

90,45. Menurunnya kedua indeks ini mengkonfirmasi

adanya fenomena permintaan masyarakat yang menurun.

3.3. INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITAS

Berdasarkan kelompok komoditas, tekanan inflasi

bersumber dari 4 kelompok komoditas. Kelompok

makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau

memberikan andil terbesar mencapai 1,78% yang

terutama bersumber dari subkelompok makanan jadi.

Namun demikian, pada triwulan laporan kelompok

komoditas tersebut tidak terlalu banyak berubah.

Tingginya andil inflasi kelompok ini merupakan base-effect

dari triwulan sebelumnya. Selanjutnya, kelompok

komoditas bahan makanan memiliki andil hingga 1,02%

yang berasal dari sub kelompok daging dan hasil

olahannya. Sementara itu, kelompok komoditas transpor,

komunikasi, dan keuangan, dan kelompok komoditas

perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar masing-

masing menyumbang inflasi 0,95% dan 0,83%.

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019 23

Page 39: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

Grafik 3.4 Inflasi Bulanan Kota Palu

SUMBER : BPS PROVINSI SULAWESI TENGAH, DIOLAH

SEP OKT NOV DESJAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS

2016

2017

2018

-5

-3

-1

1

3

5

2018

-0,41 -0,61 0,38 -0,53 0,80 0,63 0,39 -0,41 0,59 -0,95 0,49 1,15

1,32 0,29 0,25 0,46 0,81 0,76 0,05 0,05 -0,13 -1,31 -0,14 1,87

0,69 -0,31 -0,08 0,76 0,26 1,89 0,20 -0,06 -1,22 2,268 0,831 1,10

0,21 -0,29 -0,45 0,72 0,97 0,96

Grafik 3.3 Inflasi Sulawesi Tengah dan Nasional

SUMBER : BPS PROVINSI SULAWESI TENGAH, DIOLAH

%

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

SULTENG NASIONAL

2015 2016 2017 20182012 2013 2014 2019*

Grafik 3.2 Inflasi (yoy) Sulawesi Tengah, Sulawesi dan Sulampua

SUMBER : BPS PROVINSI SULAWESI TENGAH, DIOLAH

16

14

12

10

8

6

4

2

0

SUMALPUA SULAWESI SULTENG

MAR JUN

2016

SEP DES MAR JUN

2017

SEP DES MAR JUN

2018

SEP DES MAR

2019

%

Grafik 3.1 Indeks Harga Konsumen Sulawesi Tengah

SUMBER : BPS PROVINSI SULAWESI TENGAH, DIOLAH

IHK (RHS) YOY

0

2

4

6

8

MAR JUN

2016

SEP DES MAR JUN

2017

SEP DES MAR JUN

2018

SEP DES MAR JUN

2019

110

115

120

125

130

135

140

145

150

3.1. PERKEMBANGAN INFLASI SECARA UMUM DI SULAWESI TENGAH

Secara bulanan, selama periode April – Juni 2019

rata-rata pertumbuhan IHK Sulawesi Tengah tercatat

inflasi 0,88% (mtm). Pencapaian pada triwulan laporan

lebih tinggi dibandingkan rata-rata triwulan sebelumnya

yang tercatat deflasi -0,17% (mtm). Kenaikan ini

disebabkan selama triwulan laporan Kota Palu mengalami

deflasi pada April s.d. Juni 2019. Pada periode tersebut

inflasi tercatat masing-masing 0,72 (mtm), 0,97 (mtm),

dan 0,96% (mtm). Hal tersebut menyebabkan inflasi tahun

kalender mencapai 2,13% (ytd) , lebih rendah

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya

-0,53% (ytd).

Inflasi tahunan Sulawesi Tengah pada triwulan II

2019 te rca ta t 5 ,32% (yoy ) , l eb ih rendah

dibandingkan dengan inflasi triwulan I 2019 yakni

5,59% (yoy). Penurunan tekanan inflasi pada triwulan II

2019 polanya relatif sama dengan tahun lalu. Meskipun 7demikian, base-effect dari bencana gempa, tsunami dan

likuifaksi mendorong inflasi pada triwulan II 2019 tercatat

lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata inflasi periode

yang sama selama tiga tahun terakhir yang mencapai

4,26% (yoy).

Secara spasial, inflasi tahunan Sulawesi Tengah pada

triwulan laporan berada di atas inflasi tahunan

nasional yang pada periode yang sama tercatat

2,48% (yoy). Selain itu, inflasi Sulawesi Tengah juga

tercatat lebih tinggi dibanding dengan rata-rata inflasi

Pulau Sulawesi dan kawasan Sulampua yang masing-

masing tercatat 3,05% (yoy) dan 3,21% (yoy). Dengan

demikian, dapat disimpulkan tekanan inflasi di Sulawesi

Tengah relatif masih lebih tinggi dibandingkan daerah lain.

Base-effect merupakan imbas secara statistik dalam perhitungan inflasi akibat

tingginya inflasi pasca gempa, sehingga secara tahunan inflasi tercatat tinggi.

7.

3.2 FAKTOR PENAHAN INFLASI

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan tekanan

inflasi relatif berkurang dibandingkan triwulan

sebelumnya. Dari sisi penawaran, relatif meningkatnya

pasokan bahan makanan dan lancarnya distribusi bahan

bangunan menjadi faktor utama menurunnya tekanan

inflasi. Sementara itu, masih rendahnya permintaan akibat

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 201922

Grafik 3.5 Pergerakan Survei Konsumen

IKKITK

160

140

120

100

80

60

40I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

Dari tidak adanya tekanan permintaan dan meningkatnya

penawaran, maka inflasi akan menurun.

daya beli masyarakat yang belum sepenuhnya pulih

pascabencana menjadi faktor menurunnya inflasi dari sisi

permintaan.

Faktor Penawaran

Pada triwulan laporan, tekanan inflasi beberapa komoditas

dari kelompok bahan makanan tercatat mengalami

penurunan. Beberapa komoditas tersebut antara lain

subkelompok padi-padian dan ikan segar. Produksi padi

pada Maret 2019 tercatat 70.715 ton, jauh lebih tinggi

dibandingkan produksi padi pada Desember 2018 yakni 837.209 ton . Meskipun terdapat kendala kerusakan irigasi

di Sigi, namun produksi padi di luar Sigi masih terdapat

peningkatan. Sementara itu, hasil tangkap ikan di PPI

Dongala selama triwulan laporan mencapai 211 ton.

Angka ini termasuk tinggi apabila dibandingkan dengan

hasil tangkap yang belum optimal (pascabencana) pada

triwulan sebelumnya. Dengan demikian, meningkatnya

produksi pada kedua komoditas tersebut, maka pasokan

bahan makanan akan meningkat, sehingga mampu

mendorong penurunan harga.

Dari sisi harga bahan bangunan, pada triwulan laporan

tekanan inflasi juga relatif menurun. Faktor utama

penyebab hal ini adalah perbaikan infrastruktur di

Pelabuhan Pantoloan, Palu. PT Pelindo IV telah

mendatangkan container crane tambahan untuk

menggantikan container crane yang rusak akibat bencana

tsunami. Oleh sebab itu, proses dwelling time (bongkar

muat) menjadi lebih cepat, sehingga distrbusi menjadi

semakin lancar.

Faktor Permintaan

Pada triwulan laporan, permintaan masyarakat

relatif masih rendah. Hal ini terindikasi dari pergerakan

indeks keyakinan konsumen atau IKK (survei konsumen BI)

dan indeks tendensi konsumen atau ITK (survei konsumen

BPS) yang berada pada zona pesismis (indeks<100)pada

triwulan laporan. IKK menurun dari 98.25 ke 73,88 pada

triwulan laporan, sedangkan ITK menurun dari 98,44 ke

90,45. Menurunnya kedua indeks ini mengkonfirmasi

adanya fenomena permintaan masyarakat yang menurun.

3.3. INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITAS

Berdasarkan kelompok komoditas, tekanan inflasi

bersumber dari 4 kelompok komoditas. Kelompok

makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau

memberikan andil terbesar mencapai 1,78% yang

terutama bersumber dari subkelompok makanan jadi.

Namun demikian, pada triwulan laporan kelompok

komoditas tersebut tidak terlalu banyak berubah.

Tingginya andil inflasi kelompok ini merupakan base-effect

dari triwulan sebelumnya. Selanjutnya, kelompok

komoditas bahan makanan memiliki andil hingga 1,02%

yang berasal dari sub kelompok daging dan hasil

olahannya. Sementara itu, kelompok komoditas transpor,

komunikasi, dan keuangan, dan kelompok komoditas

perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar masing-

masing menyumbang inflasi 0,95% dan 0,83%.

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019 23

Page 40: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

Grafik 3.8 Andil Inflasi Tahunan (yoy) Berdasarkan Perumahan, Air,Listrik, Gas dan Bahan Bakar

SUMBER : BPS PROVINSI SULAWESI TENGAH, DIOLAH

MAR-19 JUN-19

BIAYA TEMPAT

TINGGAL

BAHAN BAKAR,

PENERANGAN & AIR

PERLENGKAPAN

RUMAH TANGGA

1,0

0,9

0,8

0,7

0,6

0,5

0,4

0,3

0,2

0,1

0,0

-0,1PENYELENGGARAAN

RUMAH TANGGA

Grafik 3.7 Andil Inflasi Tahunan (yoy) Berdasarkan Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan

TRANSPOR KOMUNIKASI &

PENGIRIMAN

SARANA &

PENUNJANG TRANSPOR

1,6

1,4

1,2

1

0,8

0,6

0,4

0,2

0JASA KEUANGAN

1,35

0,79

0.240.11 0.06 0.05 0.00 0.00

MAR-19 JUN-19

Grafik 3.6 Andil Inflasi Tahunan (yoy) Berdasarkan Kelompok Bahan Makanan (%)

SUMBER: BPS PROVINSI SULAWESI TENGAH, DIOLAH

PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN, DAN HASILNYA

DAGING DAN HASIL-HASILNYA

IKAN SEGAR

IKAN DIAWETKAN

TELUR, SUSU DAN HASIL-HASILNYA

SAYUR-SAYURAN

KACANG-KACANGAN

BUAH-BUAHAN.

BUMBU-BUMBUAN

LEMAK DAN MINYAK

BAHAN MAKANAN LAINNYA

MAR-19 JUN-19

-0,50 -0,40 -0,30 -0,20 -0,10 0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50

Tabel 3.1 Inflasi Berdasarkan Kelompok Komoditas (%)

KELOMPOK KOMODITAS

Bahan Makanan

Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

Sandang

Kesehatan

Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga

Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan

mtm yoy

3,27

0,35

0,01

0,69

-0,19

0,00

0,97

4,86

8,14

3,57

2,30

4,35

7,29

5,12

ytd

4,27

1,83

-0,15

2,32

2,28

0,62

3,40

JUN-19

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tengah, diolah

Andil yoy Andil yoy

0,48

1,76

0,94

0,07

0,21

0,46

1,66

1,02

1,78

0,83

0,12

0,18

0,43

0,95

JUN-19MAR-19

hingga 21,78% (yoy), lebih rendah dibandingkan Maret

2019 yang tercatat 45,27% (yoy). Pada bulan Mei – Juni

2019, telah terdapat penyesuaian regulasi batas atas tarif

angkutan udara, sehingga tarif angkutan udara cenderung

menurun pada waktu tersebut.

Kelompok bahan makanan merupakan kelompok

yang mendorong inflasi pada triwulan laporan.

Bahan makanan tercatat inflasi 4,86% (yoy) pada

Juni 2019. Inflasi tersebut lebih tinggi dibandingkan

Maret 2019 yang tercatat inflasi 2,42% (yoy).

Beberapa subkelompok yang mendorong inflasi terbesar

antara lain subkelompok daging dan sayuran. Seperti yang

telah dibahas, terdapat peningkatan pasokan pada kedua

subkelompok tersebut. Namun demikian, ketersedian

beras pada tahun ini perlu diwaspadai. Pasalnya realisasi

serapan beras bulog Jan – April 2019 hanya mencapai

1.772 ton, lebih rendah dibandingkan periode yang sama

tahun sebelumnya yakni 3.654 ton.

a. Bahan Makanan

Tekanan Inflasi pada kelompok transpor, komunikasi

dan jasa keuangan menurun pada Juni 2019.

Kelompok ini mengalami inflasi 5,12% (yoy), menurun

dibandingkan Maret 2019 yang tercatat 9,19% (yoy).

Penurunan tingkat inflasi pada kelompok ini lebih

disebabkan oleh adanya penurunan tarif angkutan udara

b. Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan

Tekanan Inflasi pada kelompok komoditas menurun

pada Juni 2019. Kelompok komoditas ini tercatat

mengalami inflasi 3,57% (yoy), lebih rendah dibandingkan

Maret 2019 yang tercatat 3,96% (yoy). Penurunan

c. Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 201924

tekanan inflasi terutama didorong oleh subkelompok

komoditas biaya tempat tinggal. Komoditas yang andil

inflasinya menurun antara lain besi beton, semen, seng,

dan tukang bukan mandor. Seperti yang telah dibahas,

penurunan harga disebabkan oleh distribusi yang semakin

lancar akibat perbaikan infrastruktur di Pelabuhan

Pantoloan, Palu.

3.4. TRACKING TRIWULAN II 2019

Pada April 2019, Kota Palu tercatat inflasi 0,72%

(mtm) atau 5,55% (yoy). Angka inflasi pada bulan

laporan lebih tinggi dari rata-rata historisnya dalam tiga

tahun terakhir yang tercatat 0,23% (mtm). Dengan

demikian, secara akumulatif tercatat inflasi 0,19% (ytd),

lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya 1,05% (ytd). Inflasi yang cukup tinggi tersebut

disebabkan oleh meningkatnya harga pada kelompok

bahan makanan (andil 0,64% mtm), terutama dipicu oleh

naiknya harga pada subkelompok ikan segar dan bumbu-

bumbuan. Peningkatan harga subkelompok ikan segar

dikarenakan oleh relatif meningkatnya penjualan ikan ke

luar Sulteng. Sementara itu, harga bumbu-bumbuan

seperti bawang merah dan bawang putih juga mengalami

kenaikan. Selain itu, dari sisi tarif angkutan udara,

peningkatan tarif juga masih berlanjut yakni 2,16% (mtm).

Hingga akhir triwulan II 2019, Kota Palu diperkirakan

akan kembali mengalami inflasi namun lebih rendah

dibandingkan bulan sebelumnya. Curah hujan yang

masih tinggi akan menyebabkan produksi beberapa

subkelompok bahan makanan seperti ikan segar dan

bumbu-bumbuan belum optimal. Khusus subkelompok

ikan segar, pengawasan implementasi surat edaran

Gubernur Sulteng yang menghimbau untuk menahan

penjualan Sementara itu, tarif angkutan udara

diperkirakan akan menurun menyusul penyesuaian

regulasi batas atas yang turun di kisaran 15% oleh

Kemenhub. Sementara itu, kelompok inflasi inti

diperkirakan akan sedikit meningkat sering dengan

peningkatan daya beli pada masyarakat karena adanya

faktor THR.

3.5. TIM PENGENDALIAN INFLASI DAERAH (TPID)

Merespon tingginya realisasi inflasi pascabencana, TPID

Provinsi Sulawesi Tengah telah mengambil langkah-

langkah sebagai berikut :

a.

b.

Bulog Divre Sulawesi Tengah (Sulteng) bersama dengan

jajaran TPID melakukan kegiatan Launching

Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga Beras

Medium Tahun 2019. Acara ini diantaranya dihadiri

oleh Kepala BI Sulteng, Asisten II Provinsi Bidang

Perekonomian, Kepala Disperindag dan Pejabat Satgas

Pangan Polda. Kegiatan tersebut dilaksanakan di

gudang Bulog yang ditandai dengan pemberangkatan

beberapa truk pengangkut beras yang akan memasok

ke dua pasar besar di Palu yakni Pasar Masomba dan

Manonda.

TPID menyelenggarakan rapat teknis TPID yang

membahas perkembangan inflasi dan penyusunan

roadmap. Dalam rapat teknis disampaikan tantangan

dan risiko yang mungkin terjadi pada periode 2019 -

2021 seperti percepatan perbaikan Pelabuan

Pantoloan, Irigasi Gumbasa dan peralatan melaut

nelayan. Ketiga hal tersebut menjadi kunci agar

produksi dan distribusi barang dapat berjalan optimal.

Selain itu, juga dibahas beberapa program yang akan

dijalankan pada periode dimaksud seperti optimalisasi

pasar murah, intensifikasi operasi pasar dan beberapa

program lainnya.

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019 25

Page 41: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

Grafik 3.8 Andil Inflasi Tahunan (yoy) Berdasarkan Perumahan, Air,Listrik, Gas dan Bahan Bakar

SUMBER : BPS PROVINSI SULAWESI TENGAH, DIOLAH

MAR-19 JUN-19

BIAYA TEMPAT

TINGGAL

BAHAN BAKAR,

PENERANGAN & AIR

PERLENGKAPAN

RUMAH TANGGA

1,0

0,9

0,8

0,7

0,6

0,5

0,4

0,3

0,2

0,1

0,0

-0,1PENYELENGGARAAN

RUMAH TANGGA

Grafik 3.7 Andil Inflasi Tahunan (yoy) Berdasarkan Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan

TRANSPOR KOMUNIKASI &

PENGIRIMAN

SARANA &

PENUNJANG TRANSPOR

1,6

1,4

1,2

1

0,8

0,6

0,4

0,2

0JASA KEUANGAN

1,35

0,79

0.240.11 0.06 0.05 0.00 0.00

MAR-19 JUN-19

Grafik 3.6 Andil Inflasi Tahunan (yoy) Berdasarkan Kelompok Bahan Makanan (%)

SUMBER: BPS PROVINSI SULAWESI TENGAH, DIOLAH

PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN, DAN HASILNYA

DAGING DAN HASIL-HASILNYA

IKAN SEGAR

IKAN DIAWETKAN

TELUR, SUSU DAN HASIL-HASILNYA

SAYUR-SAYURAN

KACANG-KACANGAN

BUAH-BUAHAN.

BUMBU-BUMBUAN

LEMAK DAN MINYAK

BAHAN MAKANAN LAINNYA

MAR-19 JUN-19

-0,50 -0,40 -0,30 -0,20 -0,10 0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50

Tabel 3.1 Inflasi Berdasarkan Kelompok Komoditas (%)

KELOMPOK KOMODITAS

Bahan Makanan

Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

Sandang

Kesehatan

Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga

Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan

mtm yoy

3,27

0,35

0,01

0,69

-0,19

0,00

0,97

4,86

8,14

3,57

2,30

4,35

7,29

5,12

ytd

4,27

1,83

-0,15

2,32

2,28

0,62

3,40

JUN-19

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tengah, diolah

Andil yoy Andil yoy

0,48

1,76

0,94

0,07

0,21

0,46

1,66

1,02

1,78

0,83

0,12

0,18

0,43

0,95

JUN-19MAR-19

hingga 21,78% (yoy), lebih rendah dibandingkan Maret

2019 yang tercatat 45,27% (yoy). Pada bulan Mei – Juni

2019, telah terdapat penyesuaian regulasi batas atas tarif

angkutan udara, sehingga tarif angkutan udara cenderung

menurun pada waktu tersebut.

Kelompok bahan makanan merupakan kelompok

yang mendorong inflasi pada triwulan laporan.

Bahan makanan tercatat inflasi 4,86% (yoy) pada

Juni 2019. Inflasi tersebut lebih tinggi dibandingkan

Maret 2019 yang tercatat inflasi 2,42% (yoy).

Beberapa subkelompok yang mendorong inflasi terbesar

antara lain subkelompok daging dan sayuran. Seperti yang

telah dibahas, terdapat peningkatan pasokan pada kedua

subkelompok tersebut. Namun demikian, ketersedian

beras pada tahun ini perlu diwaspadai. Pasalnya realisasi

serapan beras bulog Jan – April 2019 hanya mencapai

1.772 ton, lebih rendah dibandingkan periode yang sama

tahun sebelumnya yakni 3.654 ton.

a. Bahan Makanan

Tekanan Inflasi pada kelompok transpor, komunikasi

dan jasa keuangan menurun pada Juni 2019.

Kelompok ini mengalami inflasi 5,12% (yoy), menurun

dibandingkan Maret 2019 yang tercatat 9,19% (yoy).

Penurunan tingkat inflasi pada kelompok ini lebih

disebabkan oleh adanya penurunan tarif angkutan udara

b. Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan

Tekanan Inflasi pada kelompok komoditas menurun

pada Juni 2019. Kelompok komoditas ini tercatat

mengalami inflasi 3,57% (yoy), lebih rendah dibandingkan

Maret 2019 yang tercatat 3,96% (yoy). Penurunan

c. Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 201924

tekanan inflasi terutama didorong oleh subkelompok

komoditas biaya tempat tinggal. Komoditas yang andil

inflasinya menurun antara lain besi beton, semen, seng,

dan tukang bukan mandor. Seperti yang telah dibahas,

penurunan harga disebabkan oleh distribusi yang semakin

lancar akibat perbaikan infrastruktur di Pelabuhan

Pantoloan, Palu.

3.4. TRACKING TRIWULAN II 2019

Pada April 2019, Kota Palu tercatat inflasi 0,72%

(mtm) atau 5,55% (yoy). Angka inflasi pada bulan

laporan lebih tinggi dari rata-rata historisnya dalam tiga

tahun terakhir yang tercatat 0,23% (mtm). Dengan

demikian, secara akumulatif tercatat inflasi 0,19% (ytd),

lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya 1,05% (ytd). Inflasi yang cukup tinggi tersebut

disebabkan oleh meningkatnya harga pada kelompok

bahan makanan (andil 0,64% mtm), terutama dipicu oleh

naiknya harga pada subkelompok ikan segar dan bumbu-

bumbuan. Peningkatan harga subkelompok ikan segar

dikarenakan oleh relatif meningkatnya penjualan ikan ke

luar Sulteng. Sementara itu, harga bumbu-bumbuan

seperti bawang merah dan bawang putih juga mengalami

kenaikan. Selain itu, dari sisi tarif angkutan udara,

peningkatan tarif juga masih berlanjut yakni 2,16% (mtm).

Hingga akhir triwulan II 2019, Kota Palu diperkirakan

akan kembali mengalami inflasi namun lebih rendah

dibandingkan bulan sebelumnya. Curah hujan yang

masih tinggi akan menyebabkan produksi beberapa

subkelompok bahan makanan seperti ikan segar dan

bumbu-bumbuan belum optimal. Khusus subkelompok

ikan segar, pengawasan implementasi surat edaran

Gubernur Sulteng yang menghimbau untuk menahan

penjualan Sementara itu, tarif angkutan udara

diperkirakan akan menurun menyusul penyesuaian

regulasi batas atas yang turun di kisaran 15% oleh

Kemenhub. Sementara itu, kelompok inflasi inti

diperkirakan akan sedikit meningkat sering dengan

peningkatan daya beli pada masyarakat karena adanya

faktor THR.

3.5. TIM PENGENDALIAN INFLASI DAERAH (TPID)

Merespon tingginya realisasi inflasi pascabencana, TPID

Provinsi Sulawesi Tengah telah mengambil langkah-

langkah sebagai berikut :

a.

b.

Bulog Divre Sulawesi Tengah (Sulteng) bersama dengan

jajaran TPID melakukan kegiatan Launching

Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga Beras

Medium Tahun 2019. Acara ini diantaranya dihadiri

oleh Kepala BI Sulteng, Asisten II Provinsi Bidang

Perekonomian, Kepala Disperindag dan Pejabat Satgas

Pangan Polda. Kegiatan tersebut dilaksanakan di

gudang Bulog yang ditandai dengan pemberangkatan

beberapa truk pengangkut beras yang akan memasok

ke dua pasar besar di Palu yakni Pasar Masomba dan

Manonda.

TPID menyelenggarakan rapat teknis TPID yang

membahas perkembangan inflasi dan penyusunan

roadmap. Dalam rapat teknis disampaikan tantangan

dan risiko yang mungkin terjadi pada periode 2019 -

2021 seperti percepatan perbaikan Pelabuan

Pantoloan, Irigasi Gumbasa dan peralatan melaut

nelayan. Ketiga hal tersebut menjadi kunci agar

produksi dan distribusi barang dapat berjalan optimal.

Selain itu, juga dibahas beberapa program yang akan

dijalankan pada periode dimaksud seperti optimalisasi

pasar murah, intensifikasi operasi pasar dan beberapa

program lainnya.

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019 25

Page 42: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

BOKS 2

Pada 1 Mei 2019 lalu, BPS Sulawesi Tengah merilis

inflasi periode April 2019. Inflasi Sulawesi Tengah

tercatat inflasi 0,72% (mtm) atau 5,55% (yoy). Angka

inflasi pada bulan laporan lebih tinggi dari rata-rata

historisnya dalam tiga tahun terakhir yang tercatat

0,23%. Dengan demikian, secara akumulatif tercatat

inflasi 0,19% (ytd), lebih rendah dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya 1,05% (ytd).

Sayangnya perhitungan tersebut hanya dilakukan di

Kota Palu. Hal ini tentunya tidak dapat dijadikan

patokan untuk menggambarkan kondisi Sulawesi

Tengah secara umum. Luasnya wilayah Sulawesi

Tengah dengan kondisi ekonomi yang berbeda

tentunya dapat menjadi daya konsumsi dan perilaku

masyarakat juga akan bervariasi.

Berdasarkan data BPS, Sulawesi Tengah merupakan

provinsi yang terluas di Pulau Sulawesi dengan luas 2mencapai 61.841 km . Dengan luasan wilayah

tersebut, perhitungan inflasi di Sulawesi Tengah

hanya dilakukan di Kota Palu. Jumlah tersebut

tentunya jauh lebih rendah apabila dibandingkan

provinsi lainnya di Pulau Sulawesi seperti Sulawesi 2 Selatan yang memiliki luas hanya 46.717 km namun

memiliki 5 kota perhitungan inflasi. Sulawesi

LUWUK, KOTA BARU PERHITUNGAN INFLASI SULAWESI TENGAH

Tenggara yang memiliki luas wilayah hampir setengah

dari luas wilayah Sulawesi Tengah pun memiliki 2 kota

perhitungan inflasi, yakni Kota Kendari dan Kota

Baubau.

Sementara itu, apabila ditinjau dari pertumbuhan

ekonomi, Sulawesi Tengah justru menjadi provinsi

yang memiliki pertumbuhan tertinggi se-Sulawesi

yang mencapai 6,77% (yoy) pada Tw I 2019.

Pencapaian tersebut membuat Sulawesi Tengah

menjadi provinsi dengan pertumbuhan tertinggi

kedua di Sulampua setelah Maluku Utara.

Dengan mempertimbangkan hal tersebut, perlu

dilakukan penambahan lokasi perhitungan inflasi di

Sulawesi Tengah sehingga kondisi ekonomi dapat

tergambarkan secara baik dan menyeluruh dengan

keterwakilan dari Kab/Kota di Sulawesi Tengah. Oleh

karena itu, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Sulawesi Tengah senantiasa mendorong agar

terdapat penambahan Kota untuk dijadikan dasar

perhitungan inflasi, yakni Kab. Banggai yang mewakili

Sulawesi Tengah bagian timur dan Kab. Tolitoli yang

mewakili bagian Utara.

Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi se-Sulampua Triwulan I-2019 (yoy)

14

9

4

-1

-6

-11

-16

-21

SUMBER : BADAN PUSAT STATISTIK

MA

LU

KU

UT

AR

A

SU

LA

WE

SI

TE

NG

AH

GO

RO

NT

AL

O

SU

LA

WE

SI

UT

AR

A

SU

LA

WE

SI

SE

LA

TA

N

SU

LA

WE

SI

TE

NG

GA

RA

MA

LU

KU

SU

LA

WE

SI

BA

RA

T

PA

PU

A B

AR

AT

PA

PU

A

7.65 6.77 6.72 6.58 6.56 6.33 6.32 6.21

-0.26 -20.13

SUMBER : BADAN PUSAT STATISTIK (DIOLAH

Luas Wilayah dan Kota Perhitungan Inflasi di Pulau Sulawesi

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 201926

Dengan berbagai upaya dan tentunya kerjasama yang

tiada henti dengan stakeholders terkait, hal tersebut

membuahkan hasil. Berdasarkan keputusan BPS

Provinsi Sulawesi Tengah, Kab. Banggai akan menjadi

kota perhitungan inflasi pada tahun 2019. Dalam

rangka mempersiapkan hal tersebut, sebelumnya

akan dilakukan Survei Biaya Hidup yang telah

dilakukan sejak Januari 2018.

Pemilihan Kab. Banggai sebagai kota perhitungan

inf las i tentunya didasarkan oleh berbagai

pertimbangan. Berdasarkan data dari BPS, Kab.

Banggai menjadi kabupaten dengan kontribusi

terbesar pada pertumbuan ekonomi Sulawesi Tengah

dengan nilai Rp23,66 Triliun atau berkontribusi

17,34% dari PDRB Sulawesi Tengah. Pesatnya

pertumbuhan ekonomi di Kab. Banggai tentunya

tidak terlepas dari adanya pabrik pengolahan gas

amon ia dan pengo lahan LNG yang tu ru t

mendongkrak pertumbuhan ekonomi di Kab.

Banggai.

Di sisi lain, Kab. Banggai merupakan Kabupaten

dengan wilayah terluas di Sulawesi Tengah dengan

luas 9.672,20 km2 atau 15,64% dari luas wilayah

Sulawesi Tengah. Sementara itu, apabila ditinjau dari

jumlah penduduk, Kab. Banggai menempati urutan

kedua Kabupaten terpadat dengan jumlah penduduk

mencapai 354.400 penduduk atau 12,32% dari total

penduduk di Sulawesi Tengah setelah Kab. Parigi

Moutong dengan total penduduk mencapai 457.700

penduduk.

Dengan terpilihnya Kab. Banggai menjadi tambahan

kota perhitungan inflasi ini diharapkan perhitungan

i n f l a s i d i S u l a w e s i Te n g a h d a p a t l e b i h

menggambarkan Su lawes i Tengah seca ra

komprehensif dengan keterwakilan dari Kab/Kota

yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi.

Kontribusi Kabupaten/Kota Terhadap PDRB ADHB Sulawesi Tengah

SUMBER : BADAN PUSAT STATISTIK (DIOLAH

BANGGAI

PALU

MOROWALI

PARIGI MOUTONG

DONGGALA

MOROWALI UTARA

17.34%

15.09%

12.86%

11.67%

7.91%

6.72%

POSO

SIGI

TOLI-TOLI

BUOL

5.93%

5.81%

5.30%

3.77%

BANGGAI LAUT

1.48%

TOJO UNA-UNA

BANGGAI KEPULAUAN

3.69%

2.43%

Share Luas Wilayah Kabupaten/Kota di Sulawesi Tengah

SUMBER : BADAN PUSAT STATISTIK (DIOLAH

BANGGAI KEPULAUAN

BANGGAI

MOROWALI

POSO

DONGGALA

TOLI-TOLI

4.02%

15.64%

4.91%

11.50%

6.91%

6.60%

BUOL

PARIGI MOUTONG

TOJO UNA-UNA

SIGI

6.54%

8.23%

9.25%

8.40%

BANGGAI LAUT

1.17%

BOKS 2

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019 27

Page 43: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

BOKS 2

Pada 1 Mei 2019 lalu, BPS Sulawesi Tengah merilis

inflasi periode April 2019. Inflasi Sulawesi Tengah

tercatat inflasi 0,72% (mtm) atau 5,55% (yoy). Angka

inflasi pada bulan laporan lebih tinggi dari rata-rata

historisnya dalam tiga tahun terakhir yang tercatat

0,23%. Dengan demikian, secara akumulatif tercatat

inflasi 0,19% (ytd), lebih rendah dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya 1,05% (ytd).

Sayangnya perhitungan tersebut hanya dilakukan di

Kota Palu. Hal ini tentunya tidak dapat dijadikan

patokan untuk menggambarkan kondisi Sulawesi

Tengah secara umum. Luasnya wilayah Sulawesi

Tengah dengan kondisi ekonomi yang berbeda

tentunya dapat menjadi daya konsumsi dan perilaku

masyarakat juga akan bervariasi.

Berdasarkan data BPS, Sulawesi Tengah merupakan

provinsi yang terluas di Pulau Sulawesi dengan luas 2mencapai 61.841 km . Dengan luasan wilayah

tersebut, perhitungan inflasi di Sulawesi Tengah

hanya dilakukan di Kota Palu. Jumlah tersebut

tentunya jauh lebih rendah apabila dibandingkan

provinsi lainnya di Pulau Sulawesi seperti Sulawesi 2 Selatan yang memiliki luas hanya 46.717 km namun

memiliki 5 kota perhitungan inflasi. Sulawesi

LUWUK, KOTA BARU PERHITUNGAN INFLASI SULAWESI TENGAH

Tenggara yang memiliki luas wilayah hampir setengah

dari luas wilayah Sulawesi Tengah pun memiliki 2 kota

perhitungan inflasi, yakni Kota Kendari dan Kota

Baubau.

Sementara itu, apabila ditinjau dari pertumbuhan

ekonomi, Sulawesi Tengah justru menjadi provinsi

yang memiliki pertumbuhan tertinggi se-Sulawesi

yang mencapai 6,77% (yoy) pada Tw I 2019.

Pencapaian tersebut membuat Sulawesi Tengah

menjadi provinsi dengan pertumbuhan tertinggi

kedua di Sulampua setelah Maluku Utara.

Dengan mempertimbangkan hal tersebut, perlu

dilakukan penambahan lokasi perhitungan inflasi di

Sulawesi Tengah sehingga kondisi ekonomi dapat

tergambarkan secara baik dan menyeluruh dengan

keterwakilan dari Kab/Kota di Sulawesi Tengah. Oleh

karena itu, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Sulawesi Tengah senantiasa mendorong agar

terdapat penambahan Kota untuk dijadikan dasar

perhitungan inflasi, yakni Kab. Banggai yang mewakili

Sulawesi Tengah bagian timur dan Kab. Tolitoli yang

mewakili bagian Utara.

Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi se-Sulampua Triwulan I-2019 (yoy)

14

9

4

-1

-6

-11

-16

-21

SUMBER : BADAN PUSAT STATISTIK

MA

LU

KU

UT

AR

A

SU

LA

WE

SI

TE

NG

AH

GO

RO

NT

AL

O

SU

LA

WE

SI

UT

AR

A

SU

LA

WE

SI

SE

LA

TA

N

SU

LA

WE

SI

TE

NG

GA

RA

MA

LU

KU

SU

LA

WE

SI

BA

RA

T

PA

PU

A B

AR

AT

PA

PU

A

7.65 6.77 6.72 6.58 6.56 6.33 6.32 6.21

-0.26 -20.13

SUMBER : BADAN PUSAT STATISTIK (DIOLAH

Luas Wilayah dan Kota Perhitungan Inflasi di Pulau Sulawesi

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 201926

Dengan berbagai upaya dan tentunya kerjasama yang

tiada henti dengan stakeholders terkait, hal tersebut

membuahkan hasil. Berdasarkan keputusan BPS

Provinsi Sulawesi Tengah, Kab. Banggai akan menjadi

kota perhitungan inflasi pada tahun 2019. Dalam

rangka mempersiapkan hal tersebut, sebelumnya

akan dilakukan Survei Biaya Hidup yang telah

dilakukan sejak Januari 2018.

Pemilihan Kab. Banggai sebagai kota perhitungan

inf las i tentunya didasarkan oleh berbagai

pertimbangan. Berdasarkan data dari BPS, Kab.

Banggai menjadi kabupaten dengan kontribusi

terbesar pada pertumbuan ekonomi Sulawesi Tengah

dengan nilai Rp23,66 Triliun atau berkontribusi

17,34% dari PDRB Sulawesi Tengah. Pesatnya

pertumbuhan ekonomi di Kab. Banggai tentunya

tidak terlepas dari adanya pabrik pengolahan gas

amon ia dan pengo lahan LNG yang tu ru t

mendongkrak pertumbuhan ekonomi di Kab.

Banggai.

Di sisi lain, Kab. Banggai merupakan Kabupaten

dengan wilayah terluas di Sulawesi Tengah dengan

luas 9.672,20 km2 atau 15,64% dari luas wilayah

Sulawesi Tengah. Sementara itu, apabila ditinjau dari

jumlah penduduk, Kab. Banggai menempati urutan

kedua Kabupaten terpadat dengan jumlah penduduk

mencapai 354.400 penduduk atau 12,32% dari total

penduduk di Sulawesi Tengah setelah Kab. Parigi

Moutong dengan total penduduk mencapai 457.700

penduduk.

Dengan terpilihnya Kab. Banggai menjadi tambahan

kota perhitungan inflasi ini diharapkan perhitungan

i n f l a s i d i S u l a w e s i Te n g a h d a p a t l e b i h

menggambarkan Su lawes i Tengah seca ra

komprehensif dengan keterwakilan dari Kab/Kota

yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi.

Kontribusi Kabupaten/Kota Terhadap PDRB ADHB Sulawesi Tengah

SUMBER : BADAN PUSAT STATISTIK (DIOLAH

BANGGAI

PALU

MOROWALI

PARIGI MOUTONG

DONGGALA

MOROWALI UTARA

17.34%

15.09%

12.86%

11.67%

7.91%

6.72%

POSO

SIGI

TOLI-TOLI

BUOL

5.93%

5.81%

5.30%

3.77%

BANGGAI LAUT

1.48%

TOJO UNA-UNA

BANGGAI KEPULAUAN

3.69%

2.43%

Share Luas Wilayah Kabupaten/Kota di Sulawesi Tengah

SUMBER : BADAN PUSAT STATISTIK (DIOLAH

BANGGAI KEPULAUAN

BANGGAI

MOROWALI

POSO

DONGGALA

TOLI-TOLI

4.02%

15.64%

4.91%

11.50%

6.91%

6.60%

BUOL

PARIGI MOUTONG

TOJO UNA-UNA

SIGI

6.54%

8.23%

9.25%

8.40%

BANGGAI LAUT

1.17%

BOKS 2

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019 27

Page 44: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

BOKS 3

Seperti yang diketahui, pascabencana, inflasi

Sulawesi Tengah pada akhir 2018 tercatat 6,46%

(yoy), lebih tinggi dari triwulan III 2018 2,52% (yoy).

Peningkatan inflasi disebabkan oleh faktor force

majeur (bencana gempa, tsunami, likuifaksi) yang

menyebabkan menurunya produksi dan ketersediaan

stok, serta terhambatnya distribusi, sementara dari sisi

demand terdapat peningkatan permintaan pada

beberapa jenis kebutuhan pokok masyarakat.

Permasalahannya adalah hingga kini, secara tahunan,

inflasi Sulawesi Tengah masih tinggi. Per April 2019,

inflasi tercatat 5,55% (yoy). Masih tingginya inflasi

tahunan (yoy) lebih disebabkan oleh faktor base

effect, yakni dampak dalam perhitungan inflasi akibat

tingginya inflasi pasca gempa. Kenaikan inflasi

dihitung dari perubahan indeks harga konsumen dari

waktu ke waktu. Dapat terlihat pada grafik dibawah,

hingga September 2018, IHK relatif rendah yakni

135,39. Namun pascabencana, IHK pada Desember

2018 naik ke level 141,15. Oleh karena itu, inflasi

meningkat pesat hingga 6,46% (yoy). Tingginya

angka tersebut merupakan perbandingan dengan

IHK Desember 2017 yang tercatat 132,59. Sementara

itu, tingginya inflasi April 2019 disebabkan oleh

perbandingan IHK April 2019 yang tercatat 141,41

(yang telah terdampak bencana) dengan IHK April

BASE-EFFECT INFLASI SULAWESI TENGAH

Perkembangan Inflasi Pascabencana

2018 yang relatif rendah (yang belum terdampak

bencana) yakni 132,97. Oleh karena itu, hingga

September 2019, inflasi Sulawesi Tengah akan tetap

tinggi karena IHK yang telah terdampak bencana

dibandingkan dengan IHK yang belum terdampak

bencana. Untuk mempermudah penjelasan, akan

digunakan contoh komoditas yang terkena dampak

inflasi yakni nasi dengan lauk. Hingga September

2018, harga nasi dengan lauk hanya Rp20 ribu,

namun pasca gempa harga naik 25% menjadi Rp25

ribu pada Desember 2018. Harga nasi dengan lauk

pada April 2019 masih tetap Rp25 ribu. Pada titik ini

harga nasi dengan lauk terlihat tinggi karena

dibandingkan pada harga nasi dengan lauk sebelum

gempa. Pada Desember 2019, harga nasi dengan lauk

relatif rendah karena sama sekali tidak ada kenaikan

jika dibandingkan dengan harga pada Desember

2018 yakni Rp25 ribu.

Oleh karena itu, perkembangan inflasi secara

akumulasi atau year to date (ytd) dapat digunakan

untuk mengetahui inflasi Sulteng dengan lebih

cermat. Inflasi Sulawesi Tengah pada April 2019

hanya 0,18% (ytd). Inflasi ini menghitung akumulasi

inflasi bulanan dari Januari – Desember 2019,

s e h i n g g a l e b i h f a i r ( k a r e n a s a m a - s a m a

membandingkan IHK yang telah terdampak

bencana).Grafik Perkembangan Inflasi Sulteng

144

142

140

138

136

134

132

130

128

8

7

6

5

4

3

2

1

0

-1

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2018

1 2 3

2019

YTDYOYIHK

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 201928

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGANDAN UMKM

BAB IV

Stabilitas keuangan daerah secara umum tetap solid, baik di LU Korporasi, LU Rumah Tangga maupun LU

Perbankan

2,57% 4,79% 10,5%RASIO NPL GROWTH KREDIT GROWTH DPK

STABILITAS KEUANGAN DAERAH

SB_DPK

SB_Kredit

2,71%11,46%

Bank Indonesia akan terus berupaya menjaga stabilitas makroekonomi di tengah ketidakpastian global, dan menjaga

pertumbuhan ekonomi melalui implementasi kebijakan makroprudensial yang akomodatif

6,00%7-DAYREPO RATE

Bank Indonesia 7 Day Reverse Repo Rate digunakan sebagai suku bunga kebijakan baru sebagai pengganti

BI rate

Sumber kerentanan korporasi seperti perkembangan kondisi negara

mitra dagang yang melambat dan harga komoditas global yang

cenderung turun dapat berdampak negatif pada kinerja korporasi yang

mengandalkan ekspor.

Kinerja rumah tangga secara umum masih belum terlalu membaik pasca

terjadinya bencana gempa, tsunami dan likuifaksi.

Perkembangan indikator perbankan sedikit menurun dibandingkan

triwulan sebelumnya, namun risiko kredit macet perlu diwaspadai

terutama pada LU perdagangan.

Uang Rupiah Pecahan Rp.100.000

Page 45: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

BOKS 3

Seperti yang diketahui, pascabencana, inflasi

Sulawesi Tengah pada akhir 2018 tercatat 6,46%

(yoy), lebih tinggi dari triwulan III 2018 2,52% (yoy).

Peningkatan inflasi disebabkan oleh faktor force

majeur (bencana gempa, tsunami, likuifaksi) yang

menyebabkan menurunya produksi dan ketersediaan

stok, serta terhambatnya distribusi, sementara dari sisi

demand terdapat peningkatan permintaan pada

beberapa jenis kebutuhan pokok masyarakat.

Permasalahannya adalah hingga kini, secara tahunan,

inflasi Sulawesi Tengah masih tinggi. Per April 2019,

inflasi tercatat 5,55% (yoy). Masih tingginya inflasi

tahunan (yoy) lebih disebabkan oleh faktor base

effect, yakni dampak dalam perhitungan inflasi akibat

tingginya inflasi pasca gempa. Kenaikan inflasi

dihitung dari perubahan indeks harga konsumen dari

waktu ke waktu. Dapat terlihat pada grafik dibawah,

hingga September 2018, IHK relatif rendah yakni

135,39. Namun pascabencana, IHK pada Desember

2018 naik ke level 141,15. Oleh karena itu, inflasi

meningkat pesat hingga 6,46% (yoy). Tingginya

angka tersebut merupakan perbandingan dengan

IHK Desember 2017 yang tercatat 132,59. Sementara

itu, tingginya inflasi April 2019 disebabkan oleh

perbandingan IHK April 2019 yang tercatat 141,41

(yang telah terdampak bencana) dengan IHK April

BASE-EFFECT INFLASI SULAWESI TENGAH

Perkembangan Inflasi Pascabencana

2018 yang relatif rendah (yang belum terdampak

bencana) yakni 132,97. Oleh karena itu, hingga

September 2019, inflasi Sulawesi Tengah akan tetap

tinggi karena IHK yang telah terdampak bencana

dibandingkan dengan IHK yang belum terdampak

bencana. Untuk mempermudah penjelasan, akan

digunakan contoh komoditas yang terkena dampak

inflasi yakni nasi dengan lauk. Hingga September

2018, harga nasi dengan lauk hanya Rp20 ribu,

namun pasca gempa harga naik 25% menjadi Rp25

ribu pada Desember 2018. Harga nasi dengan lauk

pada April 2019 masih tetap Rp25 ribu. Pada titik ini

harga nasi dengan lauk terlihat tinggi karena

dibandingkan pada harga nasi dengan lauk sebelum

gempa. Pada Desember 2019, harga nasi dengan lauk

relatif rendah karena sama sekali tidak ada kenaikan

jika dibandingkan dengan harga pada Desember

2018 yakni Rp25 ribu.

Oleh karena itu, perkembangan inflasi secara

akumulasi atau year to date (ytd) dapat digunakan

untuk mengetahui inflasi Sulteng dengan lebih

cermat. Inflasi Sulawesi Tengah pada April 2019

hanya 0,18% (ytd). Inflasi ini menghitung akumulasi

inflasi bulanan dari Januari – Desember 2019,

s e h i n g g a l e b i h f a i r ( k a r e n a s a m a - s a m a

membandingkan IHK yang telah terdampak

bencana).Grafik Perkembangan Inflasi Sulteng

144

142

140

138

136

134

132

130

128

8

7

6

5

4

3

2

1

0

-1

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2018

1 2 3

2019

YTDYOYIHK

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 201928

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGANDAN UMKM

BAB IV

Stabilitas keuangan daerah secara umum tetap solid, baik di LU Korporasi, LU Rumah Tangga maupun LU

Perbankan

2,57% 4,79% 10,5%RASIO NPL GROWTH KREDIT GROWTH DPK

STABILITAS KEUANGAN DAERAH

SB_DPK

SB_Kredit

2,71%11,46%

Bank Indonesia akan terus berupaya menjaga stabilitas makroekonomi di tengah ketidakpastian global, dan menjaga

pertumbuhan ekonomi melalui implementasi kebijakan makroprudensial yang akomodatif

6,00%7-DAYREPO RATE

Bank Indonesia 7 Day Reverse Repo Rate digunakan sebagai suku bunga kebijakan baru sebagai pengganti

BI rate

Sumber kerentanan korporasi seperti perkembangan kondisi negara

mitra dagang yang melambat dan harga komoditas global yang

cenderung turun dapat berdampak negatif pada kinerja korporasi yang

mengandalkan ekspor.

Kinerja rumah tangga secara umum masih belum terlalu membaik pasca

terjadinya bencana gempa, tsunami dan likuifaksi.

Perkembangan indikator perbankan sedikit menurun dibandingkan

triwulan sebelumnya, namun risiko kredit macet perlu diwaspadai

terutama pada LU perdagangan.

Uang Rupiah Pecahan Rp.100.000

Page 46: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

pada suatu daerah. Apabila kemampuan bayar masyarakat

menurun maka akan berujung pada kegagalan bayar

rumah tangga terhadap kewajibannya, yang kemudian

dapat berdampak pada sektor perbankan dan sektor

lainnya sehingga akan merambat pada sistem keuangan

secara umum. Kegagalan sistem keuangan di suatu daerah

dapat berdampak sistemik (menular) pada daerah lainnya

karena adanya keterkaitan antara sistem keuangan dan

perbankan antar daerah. Oleh karena itu, kegagalan

sistem keuangan harus dihindari, agar pertumbuhan

ekonomi tetap terjaga baik.

Stabilitas keuangan daerah masih terjaga dengan

baik meskipun terdapat sedikit peningkatan risiko.

Beberapa sumber kerentanan korporasi seperti kondisi

negara mitra dagang dan perkembangan harga komoditas

global mengalami penurunan pada triwulan laporan. Hal

ini tentunya perlu dicermati lebih lanjut karena karena akan

berdampak negatif terhadap kinerja industri pengolahan

yang melakukan ekspor. Di samping itu, terjadinya

bencana gempa, tsunami dan likuifaksi juga menjadi

eksternalitas negatif yang mengakibatkan optimisme

rumah tangga mengalami penurunan. Sementara itu,

perkembangan indikator perbankan seperti pertumbuhan

aset dan kredit mengalami perlambatan. Namun demikian,

perkembangan rasio kredit bermasalah masih terkendali

dalam level yang rendah yakni 2,57%.

Ketahanan korporasi dan rumah tangga merupakan

salah satu komponen penting dalam menjaga

pertumbuhan ekonomi dan mencegah terjadinya

risiko sistemik pada sistem keuangan. Ketahanan

korporasi merupakan indikator dari kemungkinan

terjadinya gagal bayar dari sektor korporasi yang juga

dapat berdampak pada kegagalan di sektor yang lain

khususnya sektor rumah tangga dan perbankan di suatu

daerah. Sementara itu ketahanan rumah tangga

merupakan indikator dari kemampuan bayar masyarakat

terhadap semua kewajibannya di perbankan. Dengan

demikian dalam melakukan asesmen terhadap sektor

keuangan sangat penting untuk melihat kondisi

ketahanan rumah tangga karena akan menentukan aliran

uang baik kepada perbankan maupun perekonomian

secara riil.

Jika ketahanan sektor korporasi dan ketahanan

rumah tangga cukup baik maka stabilitas keuangan

daerah juga akan terjaga dengan baik. Peranan

ketahanan korporasi sangatlah penting, karena kegagalan

dalam sektor korporasi dapat merambat kepada sektor

rumah tangga melalui turunnya income masyarakat

sehingga dapat berdampak pada kegagalan sistem

keuangan secara umum, yang pada akhirnya akan

menurunkan kualitas pertumbuhan ekonomi secara riil

4.1.1 Sumber Kerentanan Sektor Korporasi

4.1 ASESMEN SEKTOR KORPORASI

Pergerakan harga komoditas pada LU pertanian,

pertambangan dan industri pengolahan dapat

menjadi sumber perlambatan / percepatan

pertumbuhan PDRB Sulawesi Tengah. Hal ini

dikarenakan akumulasi pangsa ketiga LU ini terhadap

PDRB mencapai 53,77%. Pergerakan harga akan

memengaruhi nilai penjualan sekaligus juga menjadi

insentif atau disinsentif bagi pelaku industri dalam

menentukan tingkat output yang diproduksi.

Pada triwulan laporan, harga beberapa

komoditas industri Sulawesi Tengah mengalami

penurunan. Rata-rata indeks harga baja selama

triwulan I 2019 bahkan mengalami kontraksi -5,25%

(yoy) ke level 4.088,84 USD/mt. Hal ini senada dengan

pergerakan harga nikel yang juga telah kontraksi -

6,57% (yoy) pada level 12.411 USD/mt. Sementara itu,

rata-rata harga japan LNG contract based selama

triwulan laporan juga kontraksi 18,62% (yoy) ke 7,4

USD/mt. Selain itu, harga kelapa sawit juga masih

turun -21,69% (yoy) ke 492 USD/mt. Di sisi lain, harga

kakao berada di level 1.706 USD/metric ton atau

tumbuh 6,81% (yoy), setelah pada triwulan

sebelumnya hanya tumbuh 1,16% (yoy).

a). Perkembangan Harga Komoditas Utama

Sulawesi Tengah

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 201930

Pertumbuhan PDRB salah satunya sangat

ditopang oleh pertumbuhan ekspor terutama

oleh komoditas olahan nikel dan LNG. Kedua

komoditas ini sebagian besar akan diekspor ke

Tiongkok dan Jepang. Oleh karena itu, perkembangan

kinerja kedua negara tersebut dapat mempengaruhi

laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah. Eskalasi

perang dagang antara Tiongkok dan Amerika Serikat

diperkirakan masih akan terjadi, hal ini secara langsung

telah memengaruhi pertumbuhan ekonomi kedua

negara tersebut. Dengan risiko yang masih melekat

penurunan pertumbuhan ekonomi kedua negara

adidaya tersebut diperkirakan akan menurunkan porsi

perdagangan global. Penurunan volume perdagangan

global pada akhir berimbas pada seluruh negara di

dunia termasuk Indonesia khususnya Sulawesi Tengah.

Purchasing Manufacturing Index (PMI) Tiongkok

dan Jepang relatif menurun pada triwulan

laporan. Rerata PMI Tiongkok dan Jepang selama

b). Perkembangan Kinerja Negara Mitra Dagang

NIKEL STAINLESS STEEL JAPAN LNG IMPORT

Grafik 4.1. Harga Komoditas Industri

SUMBER : BLOOMBER, DIOLAH

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

16.000

0

2

4

6

8

10

12

1400

1600

1800

2000

2200

2400

1200

1000

KELAPA SAWITKAKAO

Grafik 4.2. Harga Komoditas Perkebunan

SUMBER : BLOOMBER, DIOLAH

300

350

400

450

500

550

600

650

700

750

800

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2017

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2018

1 2 3

2019

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2017

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2018

1 2 3

2019

PMI TIONGKOKPMI JEPANG

Grafik 4.3 Perkembangan PMI Tiongkok dan Jepang

SUMBER : BLOOMBER

44

46

48

50

52

54

56

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2017

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2018

1 2 3

2019

triwulan laporan masing-masing berada di level 49,33

dan 49,34 menurun dibandingkan tr iwulan

sebelumnya 49,96 dan 52,56. Dengan demikian,

kedua negara tersebut berada di bawah threshold nya

(PMI < 50). Khusus untuk Tiongkok, penurunan PMI

disebabkan oleh masih berlanjutnya ketegangan

perdagangan dengan Amerika Serikat. Selain itu salah

satu isu yang perlu dicatat adalah adanya tax reform

Tiongkok yang akan menerapkan enviromental tax

(pember lakuan pa jak bag i korporas i yang

menimbulkan polusi), diperkirakan juga menjadi

disinsentif bagi korporasi stainless steel yang menjadi

tujuan ekspor utama Sulawesi Tengah.

Kinerja beberapa korporasi subusaha industri

pengolahan logam dan perkebunan menopang

pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan.

Beberapa hal seperti optimalisasi kapasitas produksi dan

peningkatan harga menjadi faktor penyebab peningkatan

kinerja. Di sisi lain, beberapa korporasi pada subusaha lain,

kinerjanya justru menunjukan perlambatan.

Kinerja korporasi pengolahan logam yang

meningkat penyebab meningkatnya pertumbuhan

LU industri pengolahan. Komoditas utama LU ini adalah

olahan nikel (nickel pig iron dan stainless steel), liqufied

natural gas (LNG), penglahan gas ammonia, dan

pengolahan kelapa sawit. Nilai ekspor olahan logam

Sulawesi Tengah selama triwulan I 2019 mencapai

4.1.2 Kinerja Sektor Korporasi

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019 31

Page 47: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

pada suatu daerah. Apabila kemampuan bayar masyarakat

menurun maka akan berujung pada kegagalan bayar

rumah tangga terhadap kewajibannya, yang kemudian

dapat berdampak pada sektor perbankan dan sektor

lainnya sehingga akan merambat pada sistem keuangan

secara umum. Kegagalan sistem keuangan di suatu daerah

dapat berdampak sistemik (menular) pada daerah lainnya

karena adanya keterkaitan antara sistem keuangan dan

perbankan antar daerah. Oleh karena itu, kegagalan

sistem keuangan harus dihindari, agar pertumbuhan

ekonomi tetap terjaga baik.

Stabilitas keuangan daerah masih terjaga dengan

baik meskipun terdapat sedikit peningkatan risiko.

Beberapa sumber kerentanan korporasi seperti kondisi

negara mitra dagang dan perkembangan harga komoditas

global mengalami penurunan pada triwulan laporan. Hal

ini tentunya perlu dicermati lebih lanjut karena karena akan

berdampak negatif terhadap kinerja industri pengolahan

yang melakukan ekspor. Di samping itu, terjadinya

bencana gempa, tsunami dan likuifaksi juga menjadi

eksternalitas negatif yang mengakibatkan optimisme

rumah tangga mengalami penurunan. Sementara itu,

perkembangan indikator perbankan seperti pertumbuhan

aset dan kredit mengalami perlambatan. Namun demikian,

perkembangan rasio kredit bermasalah masih terkendali

dalam level yang rendah yakni 2,57%.

Ketahanan korporasi dan rumah tangga merupakan

salah satu komponen penting dalam menjaga

pertumbuhan ekonomi dan mencegah terjadinya

risiko sistemik pada sistem keuangan. Ketahanan

korporasi merupakan indikator dari kemungkinan

terjadinya gagal bayar dari sektor korporasi yang juga

dapat berdampak pada kegagalan di sektor yang lain

khususnya sektor rumah tangga dan perbankan di suatu

daerah. Sementara itu ketahanan rumah tangga

merupakan indikator dari kemampuan bayar masyarakat

terhadap semua kewajibannya di perbankan. Dengan

demikian dalam melakukan asesmen terhadap sektor

keuangan sangat penting untuk melihat kondisi

ketahanan rumah tangga karena akan menentukan aliran

uang baik kepada perbankan maupun perekonomian

secara riil.

Jika ketahanan sektor korporasi dan ketahanan

rumah tangga cukup baik maka stabilitas keuangan

daerah juga akan terjaga dengan baik. Peranan

ketahanan korporasi sangatlah penting, karena kegagalan

dalam sektor korporasi dapat merambat kepada sektor

rumah tangga melalui turunnya income masyarakat

sehingga dapat berdampak pada kegagalan sistem

keuangan secara umum, yang pada akhirnya akan

menurunkan kualitas pertumbuhan ekonomi secara riil

4.1.1 Sumber Kerentanan Sektor Korporasi

4.1 ASESMEN SEKTOR KORPORASI

Pergerakan harga komoditas pada LU pertanian,

pertambangan dan industri pengolahan dapat

menjadi sumber perlambatan / percepatan

pertumbuhan PDRB Sulawesi Tengah. Hal ini

dikarenakan akumulasi pangsa ketiga LU ini terhadap

PDRB mencapai 53,77%. Pergerakan harga akan

memengaruhi nilai penjualan sekaligus juga menjadi

insentif atau disinsentif bagi pelaku industri dalam

menentukan tingkat output yang diproduksi.

Pada triwulan laporan, harga beberapa

komoditas industri Sulawesi Tengah mengalami

penurunan. Rata-rata indeks harga baja selama

triwulan I 2019 bahkan mengalami kontraksi -5,25%

(yoy) ke level 4.088,84 USD/mt. Hal ini senada dengan

pergerakan harga nikel yang juga telah kontraksi -

6,57% (yoy) pada level 12.411 USD/mt. Sementara itu,

rata-rata harga japan LNG contract based selama

triwulan laporan juga kontraksi 18,62% (yoy) ke 7,4

USD/mt. Selain itu, harga kelapa sawit juga masih

turun -21,69% (yoy) ke 492 USD/mt. Di sisi lain, harga

kakao berada di level 1.706 USD/metric ton atau

tumbuh 6,81% (yoy), setelah pada triwulan

sebelumnya hanya tumbuh 1,16% (yoy).

a). Perkembangan Harga Komoditas Utama

Sulawesi Tengah

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 201930

Pertumbuhan PDRB salah satunya sangat

ditopang oleh pertumbuhan ekspor terutama

oleh komoditas olahan nikel dan LNG. Kedua

komoditas ini sebagian besar akan diekspor ke

Tiongkok dan Jepang. Oleh karena itu, perkembangan

kinerja kedua negara tersebut dapat mempengaruhi

laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah. Eskalasi

perang dagang antara Tiongkok dan Amerika Serikat

diperkirakan masih akan terjadi, hal ini secara langsung

telah memengaruhi pertumbuhan ekonomi kedua

negara tersebut. Dengan risiko yang masih melekat

penurunan pertumbuhan ekonomi kedua negara

adidaya tersebut diperkirakan akan menurunkan porsi

perdagangan global. Penurunan volume perdagangan

global pada akhir berimbas pada seluruh negara di

dunia termasuk Indonesia khususnya Sulawesi Tengah.

Purchasing Manufacturing Index (PMI) Tiongkok

dan Jepang relatif menurun pada triwulan

laporan. Rerata PMI Tiongkok dan Jepang selama

b). Perkembangan Kinerja Negara Mitra Dagang

NIKEL STAINLESS STEEL JAPAN LNG IMPORT

Grafik 4.1. Harga Komoditas Industri

SUMBER : BLOOMBER, DIOLAH

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

16.000

0

2

4

6

8

10

12

1400

1600

1800

2000

2200

2400

1200

1000

KELAPA SAWITKAKAO

Grafik 4.2. Harga Komoditas Perkebunan

SUMBER : BLOOMBER, DIOLAH

300

350

400

450

500

550

600

650

700

750

800

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2017

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2018

1 2 3

2019

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2017

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2018

1 2 3

2019

PMI TIONGKOKPMI JEPANG

Grafik 4.3 Perkembangan PMI Tiongkok dan Jepang

SUMBER : BLOOMBER

44

46

48

50

52

54

56

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2017

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2018

1 2 3

2019

triwulan laporan masing-masing berada di level 49,33

dan 49,34 menurun dibandingkan tr iwulan

sebelumnya 49,96 dan 52,56. Dengan demikian,

kedua negara tersebut berada di bawah threshold nya

(PMI < 50). Khusus untuk Tiongkok, penurunan PMI

disebabkan oleh masih berlanjutnya ketegangan

perdagangan dengan Amerika Serikat. Selain itu salah

satu isu yang perlu dicatat adalah adanya tax reform

Tiongkok yang akan menerapkan enviromental tax

(pember lakuan pa jak bag i korporas i yang

menimbulkan polusi), diperkirakan juga menjadi

disinsentif bagi korporasi stainless steel yang menjadi

tujuan ekspor utama Sulawesi Tengah.

Kinerja beberapa korporasi subusaha industri

pengolahan logam dan perkebunan menopang

pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan.

Beberapa hal seperti optimalisasi kapasitas produksi dan

peningkatan harga menjadi faktor penyebab peningkatan

kinerja. Di sisi lain, beberapa korporasi pada subusaha lain,

kinerjanya justru menunjukan perlambatan.

Kinerja korporasi pengolahan logam yang

meningkat penyebab meningkatnya pertumbuhan

LU industri pengolahan. Komoditas utama LU ini adalah

olahan nikel (nickel pig iron dan stainless steel), liqufied

natural gas (LNG), penglahan gas ammonia, dan

pengolahan kelapa sawit. Nilai ekspor olahan logam

Sulawesi Tengah selama triwulan I 2019 mencapai

4.1.2 Kinerja Sektor Korporasi

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019 31

Page 48: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

Grafik 4.4. Lifting Gas LNG (Per MMSCF)

SUMBER : SKK MIGAS, DIOLAH

LIFTING LNG (MMSCFD) TRIWULANAN

JAN FEB MAR APR MEI JUN

2018

JUL AGS SEP

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

OKT NOV DES

Grafik 4.5. Ekspor Olahan Nikel (Juta USD)

SUMBER : COGNOS EKSPOR BI, DIOLAH

0

50

100

150

200

250

300

350

400

BULANAN TRIWULANAN

0

200

400

600

800

1,000

1,200

JAN FEB MAR

2019

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

9000

10000

JAN FEB MAR APR MEI JUN

2018

JUL AGS SEP OKT NOV DES JAN FEB MAR

2019

Di samping itu, korporasi juga telah melakukan ekspor

kakao pada triwulan laporan. Di sisi lain, kinerja subusaha

tanaman pangan dan hortikultura masih terkendala oleh

rusaknya irigasi Gumbasa di Kab. Sigi yang menyebabkan

petani kesulitan dalam mengairi lahan sawahnya.

USD 958,50 juta, atau tumbuh 20,17% (yoy), meningkat

jika dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya

18,97% (yoy). Peningkatan tersebut salah satunya

disebabkan telah selesainya beberapa perusahaan sebagai

pabrik bahan baku pendukung produksi stainless steel. Hal

ini menyebabkan suplai bahan baku tersebut cenderung

lebih efisien secara waktu sehingga proses produksi secara 9umum dapat lebih ditingkatkan . Di sisi lain, kinerja

korporasi pada subusaha lain cenderung melambat. Pada

korporasi pengolah LNG, volume lifting gas untuk LNG

mencapai 24.253/MMSCF pada triwulan laporan, atau

hanya tumbuh 2,34% (yoy), melambat dibandingkan

triwulan sebelumnya 4,27% (yoy). Sementara itu, kinerja

ekspor industri gas ammonia juga hanya USD 49,6 juta,

sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya USD

58,2 juta. Sementara itu, kinerja industri pengolahan sawit

terganggu oleh masih terkoreksinya harga kelapa sawit,

namun demikian hasil replanting perkebunan kelapa sawit 10mampu meningkatkan suplai bahan baku .

Kinerja subusaha perkebunan sebagai salah satu

faktor pendorong meningkatnya LU pertanian pada

triwulan laporan. Produksi perkebunan kelapa sawit

didukung oleh hasil upaya replanting yang telah dilakukan

oleh korporasi pengolahan kelapa sawit. Selain itu, kinerja

perkebunan kakao juga meningkat ditopang oleh harga

kakao yang dalam tren yang meningkat. Hal ini

dikonfirmasi oleh satu korporasi perdagangan kakao yang

volume penjualannya meningkat dikisaran 50% (yoy).

Hasil liaison pada korporasi pengolahan logam di Morowali

Hasil Kunjungan Liaison Pada Beberapa Korporasi Pengolahan Kelapa Sawit Sulawesi

Tengah

9.

10.

4.2.1 Sumber Kerentanan Rumah Tangga

4.2 ASESMEN LU RUMAH TANGGA

Inflasi tahunan Sulawesi Tengah pada Maret 2019

tercatat 5,59% (yoy), menurun dibandingkan dengan

inflasi Desember 2018 yakni 6,46% (yoy). Meskipun

menurun, namun inflasi masih tinggi karena faktor base-

effect dari tingginya inflasi pada periode pascabencana.

Seperti yang telah dibahas di bab III, tekanan inflasi

terutama disebabkan oleh faktor bencana alam yang

menyebabkan menurunnya produksi bahan makanan dan

distribusi barang yang terhambat, serta meningkatnya

permintaan beberapa komoditas seperti angkutan udara.

Hal ini mengakibatkan indeks harga beberapa kelompok

komoditas meningkat signifikan.

Masih tingginya inflasi pada triwulan laporan

tentunya akan semakin menurunkan daya beli

masyarakat yang sudah tertimpa bencana alam.

Harga komoditas nasi dengan lauk yang merupakan

kebutuhan pokok masyarakat meningkat 17,83% (yoy).

Sementara itu, kebutuhan pokok lain seperti komoditas

bangunan (besi beton, semen, seng dan tukang bukan

a. Perkembangan Inflasi

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 201932

VOLUME/FREKUENSI KONSUMSIPENDAPATAN KINI

Grafik 4.7 Pendapatan Terkini dan Frekuensi Konsumsi

SUMBER : BPS PROV. SULAWESI TENGAH, DIOLAH

80

85

90

95

100

105

110

115

120

Grafik 4.6 Indeks Tendensi Konsumen dan Konsumsi (YOY)

IKKITK

160

140

120

100

80

60

40I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

SUMBER : BANK INDONESIA

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

lebih rendah dibandingkan angka ITK dan IKK triwulan

sebelumnya yakni 98,44 dan 98,25. Bencana gempa bumi

yang terjadi pada 28 September 2018 menjadi faktor

utama penurunan optimisme konsumen. Hal ini juga dapat

dikonfirmasi dari pertumbuhan konsumsi RT yang tercatat

hanya 1,42% (yoy), jauh lebih rendah dari rata-rata tiga

tahun terakhir pada periode yang sama yakni 5,79% (yoy).

Daya beli masyarakat yang menurun mendorong

penurunan kinerja rumah tangga. Indeks pendapatan

terkini tercatat 82,12 yang berarti persepsi masyarakat

tentang tingkat pendapatan lebih rendah dibandingkan

triwulan sebelumnya. Sementara itu, volume / frekuensi

masyarakat juga telah memasuki zona pesimis (Indeks <

100) yang diindikasikan dengan nilai indeks yang tercatat

96,66. Rendahnya volume frekuensi terutama disebabkan

rendahnya konsumsi masyarakat pada barang non

makananan, sedangkan konsumsi makanan masih relatif

tinggi. Hal ini terindikasi dari indeks konsumsi barang non

makanan dan makanan yang masing-masing tercatat

93,48 dan 107,80. Konsumsi masyarakat Sulteng paling

rendah pada komoditas hiburan / rekreasi yang tercatat

70,97. Hal ini terutama disebabkan oleh masyarakat masih

menahan konsumsinya untuk kebutuhan tersier mereka,

sehingga masyarakat masih fokus memenuhi kebutuhan

primer pascabencana.

Meskipun demikian, kinerja konsumen diperkirakan

akan kembali meningkat pada triwulan II 2019. BPS

memperkirakan indeks tendensi konsumen akan

berada di level 123,97. Optimisme ini ditopang oleh

perkiraan pendapatan rumah tangga yang diperkirakan

mandor) meski sudah relatif menurun dibandingkan

triwulan sebelumnya, akan tetapi harga masih relatif

tinggi. Selain itu, tarif angkutan udara juga meningkat

pesat hingga 45,27% (yoy) yang telah menjadi fenomena

nasional pada triwulan laporan.

Kinerja LU perdagangan dan pertanian yang

menurun akibat bencana, berdampak pada

menurunnya kinerja rumah tangga masyarakat yang

bekerja di LU tersebut. Mayoritas tenaga kerja Sulawesi

Tengah bekerja di LU pertanian dan LU perdagangan. LU

pertanian menyerap tenaga kerja paling tinggi yakni

38,46% dan LU perdagangan 15,37%. Pada triwulan

laporan, meski LU pertanian meningkat, namun subLU

tanaman pangan dan hortukurtura mengalami kontraksi

1,38% (yoy). Dari LU perdagangan, meski sedikit

meningkat namun angka pertumbuhan relatif rendah

yakni 0,74% (yoy). Hal ini tentunya akan mempengaruhi

daya beli masyarakat yang selanjutnya juga akan

mempengaruhi volume/frekuensi konsumsi masyarakat.

b. Kinerja Beberapa LU Ekonomi Utama Sulawesi Tengah

4.2.2 Kinerja Rumah Tangga

Tingkat optimisme konsumen masih dalam zona

pesimis pada triwulan laporan. Hal ini dapat

dikonfirmasi dari nilai ITK dan IKK Sulawesi Tengah pada

triwulan laporan yang masing-masin tercatat 90,45 dan

73,88. Hal ini mengindikasikan masyarakat menilai kondisi

ekonomi pada triwulan laporan mengalami penurunan

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Nilai indeks ini

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019 33

Page 49: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

Grafik 4.4. Lifting Gas LNG (Per MMSCF)

SUMBER : SKK MIGAS, DIOLAH

LIFTING LNG (MMSCFD) TRIWULANAN

JAN FEB MAR APR MEI JUN

2018

JUL AGS SEP

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

OKT NOV DES

Grafik 4.5. Ekspor Olahan Nikel (Juta USD)

SUMBER : COGNOS EKSPOR BI, DIOLAH

0

50

100

150

200

250

300

350

400

BULANAN TRIWULANAN

0

200

400

600

800

1,000

1,200

JAN FEB MAR

2019

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

9000

10000

JAN FEB MAR APR MEI JUN

2018

JUL AGS SEP OKT NOV DES JAN FEB MAR

2019

Di samping itu, korporasi juga telah melakukan ekspor

kakao pada triwulan laporan. Di sisi lain, kinerja subusaha

tanaman pangan dan hortikultura masih terkendala oleh

rusaknya irigasi Gumbasa di Kab. Sigi yang menyebabkan

petani kesulitan dalam mengairi lahan sawahnya.

USD 958,50 juta, atau tumbuh 20,17% (yoy), meningkat

jika dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya

18,97% (yoy). Peningkatan tersebut salah satunya

disebabkan telah selesainya beberapa perusahaan sebagai

pabrik bahan baku pendukung produksi stainless steel. Hal

ini menyebabkan suplai bahan baku tersebut cenderung

lebih efisien secara waktu sehingga proses produksi secara 9umum dapat lebih ditingkatkan . Di sisi lain, kinerja

korporasi pada subusaha lain cenderung melambat. Pada

korporasi pengolah LNG, volume lifting gas untuk LNG

mencapai 24.253/MMSCF pada triwulan laporan, atau

hanya tumbuh 2,34% (yoy), melambat dibandingkan

triwulan sebelumnya 4,27% (yoy). Sementara itu, kinerja

ekspor industri gas ammonia juga hanya USD 49,6 juta,

sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya USD

58,2 juta. Sementara itu, kinerja industri pengolahan sawit

terganggu oleh masih terkoreksinya harga kelapa sawit,

namun demikian hasil replanting perkebunan kelapa sawit 10mampu meningkatkan suplai bahan baku .

Kinerja subusaha perkebunan sebagai salah satu

faktor pendorong meningkatnya LU pertanian pada

triwulan laporan. Produksi perkebunan kelapa sawit

didukung oleh hasil upaya replanting yang telah dilakukan

oleh korporasi pengolahan kelapa sawit. Selain itu, kinerja

perkebunan kakao juga meningkat ditopang oleh harga

kakao yang dalam tren yang meningkat. Hal ini

dikonfirmasi oleh satu korporasi perdagangan kakao yang

volume penjualannya meningkat dikisaran 50% (yoy).

Hasil liaison pada korporasi pengolahan logam di Morowali

Hasil Kunjungan Liaison Pada Beberapa Korporasi Pengolahan Kelapa Sawit Sulawesi

Tengah

9.

10.

4.2.1 Sumber Kerentanan Rumah Tangga

4.2 ASESMEN LU RUMAH TANGGA

Inflasi tahunan Sulawesi Tengah pada Maret 2019

tercatat 5,59% (yoy), menurun dibandingkan dengan

inflasi Desember 2018 yakni 6,46% (yoy). Meskipun

menurun, namun inflasi masih tinggi karena faktor base-

effect dari tingginya inflasi pada periode pascabencana.

Seperti yang telah dibahas di bab III, tekanan inflasi

terutama disebabkan oleh faktor bencana alam yang

menyebabkan menurunnya produksi bahan makanan dan

distribusi barang yang terhambat, serta meningkatnya

permintaan beberapa komoditas seperti angkutan udara.

Hal ini mengakibatkan indeks harga beberapa kelompok

komoditas meningkat signifikan.

Masih tingginya inflasi pada triwulan laporan

tentunya akan semakin menurunkan daya beli

masyarakat yang sudah tertimpa bencana alam.

Harga komoditas nasi dengan lauk yang merupakan

kebutuhan pokok masyarakat meningkat 17,83% (yoy).

Sementara itu, kebutuhan pokok lain seperti komoditas

bangunan (besi beton, semen, seng dan tukang bukan

a. Perkembangan Inflasi

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 201932

VOLUME/FREKUENSI KONSUMSIPENDAPATAN KINI

Grafik 4.7 Pendapatan Terkini dan Frekuensi Konsumsi

SUMBER : BPS PROV. SULAWESI TENGAH, DIOLAH

80

85

90

95

100

105

110

115

120

Grafik 4.6 Indeks Tendensi Konsumen dan Konsumsi (YOY)

IKKITK

160

140

120

100

80

60

40I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

SUMBER : BANK INDONESIA

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

lebih rendah dibandingkan angka ITK dan IKK triwulan

sebelumnya yakni 98,44 dan 98,25. Bencana gempa bumi

yang terjadi pada 28 September 2018 menjadi faktor

utama penurunan optimisme konsumen. Hal ini juga dapat

dikonfirmasi dari pertumbuhan konsumsi RT yang tercatat

hanya 1,42% (yoy), jauh lebih rendah dari rata-rata tiga

tahun terakhir pada periode yang sama yakni 5,79% (yoy).

Daya beli masyarakat yang menurun mendorong

penurunan kinerja rumah tangga. Indeks pendapatan

terkini tercatat 82,12 yang berarti persepsi masyarakat

tentang tingkat pendapatan lebih rendah dibandingkan

triwulan sebelumnya. Sementara itu, volume / frekuensi

masyarakat juga telah memasuki zona pesimis (Indeks <

100) yang diindikasikan dengan nilai indeks yang tercatat

96,66. Rendahnya volume frekuensi terutama disebabkan

rendahnya konsumsi masyarakat pada barang non

makananan, sedangkan konsumsi makanan masih relatif

tinggi. Hal ini terindikasi dari indeks konsumsi barang non

makanan dan makanan yang masing-masing tercatat

93,48 dan 107,80. Konsumsi masyarakat Sulteng paling

rendah pada komoditas hiburan / rekreasi yang tercatat

70,97. Hal ini terutama disebabkan oleh masyarakat masih

menahan konsumsinya untuk kebutuhan tersier mereka,

sehingga masyarakat masih fokus memenuhi kebutuhan

primer pascabencana.

Meskipun demikian, kinerja konsumen diperkirakan

akan kembali meningkat pada triwulan II 2019. BPS

memperkirakan indeks tendensi konsumen akan

berada di level 123,97. Optimisme ini ditopang oleh

perkiraan pendapatan rumah tangga yang diperkirakan

mandor) meski sudah relatif menurun dibandingkan

triwulan sebelumnya, akan tetapi harga masih relatif

tinggi. Selain itu, tarif angkutan udara juga meningkat

pesat hingga 45,27% (yoy) yang telah menjadi fenomena

nasional pada triwulan laporan.

Kinerja LU perdagangan dan pertanian yang

menurun akibat bencana, berdampak pada

menurunnya kinerja rumah tangga masyarakat yang

bekerja di LU tersebut. Mayoritas tenaga kerja Sulawesi

Tengah bekerja di LU pertanian dan LU perdagangan. LU

pertanian menyerap tenaga kerja paling tinggi yakni

38,46% dan LU perdagangan 15,37%. Pada triwulan

laporan, meski LU pertanian meningkat, namun subLU

tanaman pangan dan hortukurtura mengalami kontraksi

1,38% (yoy). Dari LU perdagangan, meski sedikit

meningkat namun angka pertumbuhan relatif rendah

yakni 0,74% (yoy). Hal ini tentunya akan mempengaruhi

daya beli masyarakat yang selanjutnya juga akan

mempengaruhi volume/frekuensi konsumsi masyarakat.

b. Kinerja Beberapa LU Ekonomi Utama Sulawesi Tengah

4.2.2 Kinerja Rumah Tangga

Tingkat optimisme konsumen masih dalam zona

pesimis pada triwulan laporan. Hal ini dapat

dikonfirmasi dari nilai ITK dan IKK Sulawesi Tengah pada

triwulan laporan yang masing-masin tercatat 90,45 dan

73,88. Hal ini mengindikasikan masyarakat menilai kondisi

ekonomi pada triwulan laporan mengalami penurunan

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Nilai indeks ini K

AN

TOR

PE

RW

AK

ILA

N B

AN

K IN

DO

NE

SIA

PR

OV

INS

I S

UL

AW

ES

I TE

NG

AH

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019 33

Page 50: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

Grafik 4.11. Suku Bunga Kredit dan Kredit (yoy)

SUMBER : BANK INDONESIA

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

14,00

16,00

PERTUMBUHAN KREDIT (YOY) SUKU BUNGA KREDIT

10,50

11,00

11,50

12,00

12,50

13,00

13,50

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

LAINYA (SUMBU KANAN)

UNCLASSIFIED (SUMBU KANAN) RUMAH, RUKO DAN APARTEMEN

KKB

MULTIGUNA

Grafik 4.9. Pertumbuhan Kredit RT (yoy)

SUMBER: BANK INDONESIA

-500

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

-60

-40

-20

0

20

40

60

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

RUMAH, RUKO

DAN APARTEMEN

KKB MULTIGUNA UNCLASSIFIED LAINNYA

Grafik 4.10. NPL Kredit RT (yoy)

SUMBER: BANK INDONESIA

2017 DES 2018 MAR 2018 JUN 2018 SEP 2018 DES

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

14,00

Grafik 4.8. Pangsa Kredit RT

SUMBER : BANK INDONESIA

MULTIGUNA

59,92%

KKB

0,39%

RUMAH, RUKO DAN APARTEMEN

15,91%

UNCLASSIFIED

20,89%

LAINNYA

2,88%

Kinerja Bank Umum di Sulawesi Tengah mengalami

perlambatan pascabencana. Kondisi tersebut tercermin

dari beberapa indikator kinerja perbankan seperti

penyaluran kredit dan pertumbuhan aset yang mengalami

akan membaik, seiring dengan masyarkat yang mulai

kembali menjalankan aktivitas ekonominya. Meskipun

demikian, indeks ekspektasi konsumen tercatat masih

rendah yakni 97,44. Hal ini kemungkinan disebabkan

masyarakat diperkirakan akan menahan konsumsi barang

tahan lama karena tentunya masyarakat akan terlebih

dahulu memprioritaskan pengeluarannya untuk

kebutuhan pokok.

4.2.3 Eksposur Kredit Rumah Tangga

Pertumbuhan Kredit konsumsi pada triwulan

laporan telah mengalami kontraksi. Pada triwulan

laporan, pertumbuhan kredit konsumsi tercatat -1,09%

(yoy), lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya

5,67% (yoy). Meskipun demikian, rasio non performing

loan dari kredit konsumsi tetap terjaga di level 1,52%.

Sementara itu, secara pangsa, kredit konsumsi masih

didominasi oleh kredit multiguna dan rumah, ruko dan

apartemen yang masing-masing memiliki share 59,92%

dan 15,91%.

Melambatnya pertumbuhan kredit konsumsi

terutama didorong oleh melambatnya seluruh

komponen kredit konsumsi. Kredit multiguna yang

memiliki pangsa kredit terbesar dari seluruh kredit RT,

hanya tumbuh 2,9% (yoy), lebih rendah dibandingkan

triwulan sebelumnya 8,8% (yoy). Sementara itu, kontraksi

kredit perumahan, ruko dan apartemen semakin dalam

yakni -6,3% (yoy). Meskipun pertumbuhan kredit rumah

tangga melambat, stabilitas rumah tangga tetap terjaga

yang ditunjukkan oleh rasio kredit macet yang rendah

4.3.1 Kinerja Bank Umum

4.3 KINERJA PERBANKAN SULAWESI TENGAH

pada kedua tipe kredit konsumsi tersebut yakni masing-

masing pada 4,10% pada kredit perumahan, ruko dan

apartemen dan 0,99% untuk kredit multiguna.

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 201934

Grafik 4.13 Pertumbuhan Aset dan NPL

SUMBER : BANK INDONESIA

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

3,50

PERTUMBUHAN ASET (YOY) NON PERFORMING LOAN (NPL)

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

14,00

16,00

18,00

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

Grafik 4.12. Suku Bunga Deposit dan DPK (yoy)

SUMBER : BANK INDONESIA

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

3,50

4,00

PERTUMBUHAN DPK (YOY) SUKU BUNGA DPK

16

14

12

10

8

6

4

2

0

-2I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

perlambatan jika dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Kredit yang disalurkan bank umum tercatat

sebesar Rp28,06 triliun atau hanya tumbuh 4,79% (yoy),

lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya

7,59% (yoy). Total aset perbankan mencapai 33,55 triliun

atau hanya tumbuh 4,15% (yoy). Pertumbuhan DPK masih

cukup tinggi meskipun sedikit melambat. Jumlah DPK yang

dihimpun Bank Umum sampai dengan triwulan laporan

tercatat sebesar Rp21,06 tr i l iun atau tumbuh

10,51%(yoy), sedikit melambat dibandingkan triwulan

sebelumnya 11,01% (yoy). Sementara itu, kenaikan suku

bunga acuan nampaknya belum memengaruhi tingkat

suku bunga kredit di Sulawesi Tengah. Hal ini wajar

mengingat perbankan perlu melakukan penyesuaian

dengan mempertimbangkan potensi penerimaan dan

biaya.

Rasio Loan to Deposits (LDR) Bank Umum pada

triwulan laporan masih cukup tinggi dan mencapai

133,21%. Tingginya LDR ini mencerminkan bahwa kredit

yang disalurkan oleh perbankan di Sulawesi Tengah tidak

hanya menggunakan DPK yang dihimpun dari masyarakat

Sulawesi Tengah, tetapi diperkirakan juga menggunakan

pinjaman antar bank, baik dari cabang lain maupun dari

luar wilayah Sulawesi Tengah. Meskipun ekspansi bank

cukup tinggi, namun risiko kredit tetap terjaga di bawah

threshold yang ditunjukkan oleh rasio kredit macet pada

2,57%, namun sedikit meningkat dibandingkan dengan

NPL triwulan sebelumnya pada 1,95%.

Tabel 4.1. Perkembangan Indikator Kinerja Bank Umum Provinsi Sulawesi Tengah

KETERANGAN

Total Aset

Dana Pihak Ketiga

Giro

Deposito

Tabungan

Kredit (Jenis Penggunaan)

Modal Kerja

Investasi

Konsumsi

LDR (%)

NPL

NPL Gross

Suku Bunga DPK

Suku Bunga Kredit

I II

28,439

16,702

3,823

4,341

8,538

23,565

7,719

2,196

13,651

141.09

717.40

3.04

3.01

13.01

29,272

17,718

4,159

4,522

9,037

24,305

8,116

2,116

14,074

137.18

799.78

3.29

2.93

13.03

III IV

29,845

18,059

4,202

4,791

9,066

24,827

8,238

2,130

14,459

137.48

767

3.09

3.06

12.94

31,049

18,227

2,163

5,070

10,994

25,774

8,279

2,164

15,331

141.40

634

2.46

2.85

12.58

2017

I II

32,211

19,062

3,985

5,036

10,041

26,779

8,138

2,216

16,425

140.48

598.49

2.23

2.75

12.09

32,084

19,250

4,335

4,613

10,302

26,779

8,357

2,316

16,106

139.11

668.72

2.50

2.58

12.00

2018

Miliar rupiah (kecuali dinyatakan dalam satuan lain)Sumber : Cognos Bank Indonesia

III

33,322

19,508

4,422

4,838

10,248

27,536

8,497

2,762

16,278

141.15

673.13

2.44

2.68

11.77

IV

33,722

20,234

2,795

5,081

12,358

27,720

8,771

2,750

16,200

137.00

540

1.95

2.73

11.60

I

33,548

21,065

4,853

5,014

11,198

28,061

8,600

3,217

16,245

133.21

721

2.57

2.71

11.46

2019

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019 35

Page 51: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

Grafik 4.11. Suku Bunga Kredit dan Kredit (yoy)

SUMBER : BANK INDONESIA

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

14,00

16,00

PERTUMBUHAN KREDIT (YOY) SUKU BUNGA KREDIT

10,50

11,00

11,50

12,00

12,50

13,00

13,50

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

LAINYA (SUMBU KANAN)

UNCLASSIFIED (SUMBU KANAN) RUMAH, RUKO DAN APARTEMEN

KKB

MULTIGUNA

Grafik 4.9. Pertumbuhan Kredit RT (yoy)

SUMBER: BANK INDONESIA

-500

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

-60

-40

-20

0

20

40

60

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

RUMAH, RUKO

DAN APARTEMEN

KKB MULTIGUNA UNCLASSIFIED LAINNYA

Grafik 4.10. NPL Kredit RT (yoy)

SUMBER: BANK INDONESIA

2017 DES 2018 MAR 2018 JUN 2018 SEP 2018 DES

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

14,00

Grafik 4.8. Pangsa Kredit RT

SUMBER : BANK INDONESIA

MULTIGUNA

59,92%

KKB

0,39%

RUMAH, RUKO DAN APARTEMEN

15,91%

UNCLASSIFIED

20,89%

LAINNYA

2,88%

Kinerja Bank Umum di Sulawesi Tengah mengalami

perlambatan pascabencana. Kondisi tersebut tercermin

dari beberapa indikator kinerja perbankan seperti

penyaluran kredit dan pertumbuhan aset yang mengalami

akan membaik, seiring dengan masyarkat yang mulai

kembali menjalankan aktivitas ekonominya. Meskipun

demikian, indeks ekspektasi konsumen tercatat masih

rendah yakni 97,44. Hal ini kemungkinan disebabkan

masyarakat diperkirakan akan menahan konsumsi barang

tahan lama karena tentunya masyarakat akan terlebih

dahulu memprioritaskan pengeluarannya untuk

kebutuhan pokok.

4.2.3 Eksposur Kredit Rumah Tangga

Pertumbuhan Kredit konsumsi pada triwulan

laporan telah mengalami kontraksi. Pada triwulan

laporan, pertumbuhan kredit konsumsi tercatat -1,09%

(yoy), lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya

5,67% (yoy). Meskipun demikian, rasio non performing

loan dari kredit konsumsi tetap terjaga di level 1,52%.

Sementara itu, secara pangsa, kredit konsumsi masih

didominasi oleh kredit multiguna dan rumah, ruko dan

apartemen yang masing-masing memiliki share 59,92%

dan 15,91%.

Melambatnya pertumbuhan kredit konsumsi

terutama didorong oleh melambatnya seluruh

komponen kredit konsumsi. Kredit multiguna yang

memiliki pangsa kredit terbesar dari seluruh kredit RT,

hanya tumbuh 2,9% (yoy), lebih rendah dibandingkan

triwulan sebelumnya 8,8% (yoy). Sementara itu, kontraksi

kredit perumahan, ruko dan apartemen semakin dalam

yakni -6,3% (yoy). Meskipun pertumbuhan kredit rumah

tangga melambat, stabilitas rumah tangga tetap terjaga

yang ditunjukkan oleh rasio kredit macet yang rendah

4.3.1 Kinerja Bank Umum

4.3 KINERJA PERBANKAN SULAWESI TENGAH

pada kedua tipe kredit konsumsi tersebut yakni masing-

masing pada 4,10% pada kredit perumahan, ruko dan

apartemen dan 0,99% untuk kredit multiguna.

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 201934

Grafik 4.13 Pertumbuhan Aset dan NPL

SUMBER : BANK INDONESIA

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

3,50

PERTUMBUHAN ASET (YOY) NON PERFORMING LOAN (NPL)

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

14,00

16,00

18,00

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

Grafik 4.12. Suku Bunga Deposit dan DPK (yoy)

SUMBER : BANK INDONESIA

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

3,50

4,00

PERTUMBUHAN DPK (YOY) SUKU BUNGA DPK

16

14

12

10

8

6

4

2

0

-2I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

perlambatan jika dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Kredit yang disalurkan bank umum tercatat

sebesar Rp28,06 triliun atau hanya tumbuh 4,79% (yoy),

lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya

7,59% (yoy). Total aset perbankan mencapai 33,55 triliun

atau hanya tumbuh 4,15% (yoy). Pertumbuhan DPK masih

cukup tinggi meskipun sedikit melambat. Jumlah DPK yang

dihimpun Bank Umum sampai dengan triwulan laporan

tercatat sebesar Rp21,06 tr i l iun atau tumbuh

10,51%(yoy), sedikit melambat dibandingkan triwulan

sebelumnya 11,01% (yoy). Sementara itu, kenaikan suku

bunga acuan nampaknya belum memengaruhi tingkat

suku bunga kredit di Sulawesi Tengah. Hal ini wajar

mengingat perbankan perlu melakukan penyesuaian

dengan mempertimbangkan potensi penerimaan dan

biaya.

Rasio Loan to Deposits (LDR) Bank Umum pada

triwulan laporan masih cukup tinggi dan mencapai

133,21%. Tingginya LDR ini mencerminkan bahwa kredit

yang disalurkan oleh perbankan di Sulawesi Tengah tidak

hanya menggunakan DPK yang dihimpun dari masyarakat

Sulawesi Tengah, tetapi diperkirakan juga menggunakan

pinjaman antar bank, baik dari cabang lain maupun dari

luar wilayah Sulawesi Tengah. Meskipun ekspansi bank

cukup tinggi, namun risiko kredit tetap terjaga di bawah

threshold yang ditunjukkan oleh rasio kredit macet pada

2,57%, namun sedikit meningkat dibandingkan dengan

NPL triwulan sebelumnya pada 1,95%.

Tabel 4.1. Perkembangan Indikator Kinerja Bank Umum Provinsi Sulawesi Tengah

KETERANGAN

Total Aset

Dana Pihak Ketiga

Giro

Deposito

Tabungan

Kredit (Jenis Penggunaan)

Modal Kerja

Investasi

Konsumsi

LDR (%)

NPL

NPL Gross

Suku Bunga DPK

Suku Bunga Kredit

I II

28,439

16,702

3,823

4,341

8,538

23,565

7,719

2,196

13,651

141.09

717.40

3.04

3.01

13.01

29,272

17,718

4,159

4,522

9,037

24,305

8,116

2,116

14,074

137.18

799.78

3.29

2.93

13.03

III IV

29,845

18,059

4,202

4,791

9,066

24,827

8,238

2,130

14,459

137.48

767

3.09

3.06

12.94

31,049

18,227

2,163

5,070

10,994

25,774

8,279

2,164

15,331

141.40

634

2.46

2.85

12.58

2017

I II

32,211

19,062

3,985

5,036

10,041

26,779

8,138

2,216

16,425

140.48

598.49

2.23

2.75

12.09

32,084

19,250

4,335

4,613

10,302

26,779

8,357

2,316

16,106

139.11

668.72

2.50

2.58

12.00

2018

Miliar rupiah (kecuali dinyatakan dalam satuan lain)Sumber : Cognos Bank Indonesia

III

33,322

19,508

4,422

4,838

10,248

27,536

8,497

2,762

16,278

141.15

673.13

2.44

2.68

11.77

IV

33,722

20,234

2,795

5,081

12,358

27,720

8,771

2,750

16,200

137.00

540

1.95

2.73

11.60

I

33,548

21,065

4,853

5,014

11,198

28,061

8,600

3,217

16,245

133.21

721

2.57

2.71

11.46

2019

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019 35

Page 52: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

Grafik 4.17. Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Jenis Bank

SUMBER : BANK INDONESIA

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

BANK PERSERO BANK SWASTA NASIONAL BANK PEMERINTAH DAERAH

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

Grafik 4.16. DPK Per Golongan Nasabah (Rp Miliar)

SUMBER : BANK INDONESIA

PEMERINTAH LK NON BANK LAINNYA PERSEORANGAN

4,0

61

45

6 86

4

13,6

06

4,6

30

153 1,13

5

13,5

90

2,3

29

217 1,

515

16,1

71

4,6

79

105 1,0

07

13,3

94

4,3

76

115 1,

213

15,3

60

MAR-18 JUN-18 SEP-18 DES-18 MAR-19

Grafik 4.15. Pangsa DPK Bank Umum Menurut Jenis Simpanan

SUMBER: BANK INDONESIA

RP MILIAR % (YOY) 40%

30%

20%

10%

0%

-10%

-20%

-30%

14,000

12,000

10,000

8,000

6,000

4,000

2,000

0

PERT. GIROGIRO DEPOSITO TABUNGAN PERT. DEPOSITO PERT.TABUNGAN

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

Grafik 4.14. Perkembangan DPK Bank Umum

SUMBER: BANK INDONESIA

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

GIRO DEPOSITO TABUNGAN

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

4.3.2 Penghimpunan Dana Pihak Ketiga pada Bank Umum

Pada t r iwulan laporan pertumbuhan DPK

masyarakat di perbankan masih tumbuh dua digit.

DPK Bank Umum Sulawesi Tengah tumbuh10,51%(yoy),

lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan

sebelumnya 8,03%(yoy). Perlambatan DPK Bank Umum

disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan giro.

Pertumbuhan giro mencapai 21,78% (yoy), lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya 29,19% (yoy). Hal ini

diduga sebagian pengusaha meningkatkan simpanannya

diperbankan akibat kondisi ekonomi yang belum optimal

pascabencana. Sementara itu, tabungan dengan share

terbesar dari DPK juga sedikit melambat dari 12,41% (yoy)

ke 11,52% (yoy).

Bila dianalisis per golongan nasabah, perlambatan

D P K d i s e b a b k a n o l e h m e n u r u n n y a D P K

perseorangan. Jumlah nominal DPK perseorangan

mencapai Rp15,36 triliun, sedikit menurun dibandingkan

triwulan sebelumnya Rp16,17 triliun. Sementara itu, DPK

pemerintah meningkat pesat menjadi Rp4,38 triliun

(7,75%, yoy) dari triwulan sebelumnya Rp2,33 triliun. Hal

ini disebabkan realisasi belanja pemerintah yang biasanya

belum maksimal pada awal tahun.

4.3.3 Penyaluran Kredit Bank Umum

Berdasarkan kelompoknya penyaluran kredit Bank

Umum, melambatnya pertumbuhan kredit

disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan kredit

bank persero dan BPD. Secara pangsa, penyaluran kredit

pada triwulan laporan masih didominasi oleh kelompok

bank persero yang memi l ik i pangsa 73,80%.

Pertumbuhan bank persero hanya 4,69% (yoy) setelah

triwulan sebelumnya mampu tumbuh 7,46% (yoy). Selain

itu, BPD juga hanya tumbuh 7,72% (yoy), lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya 15,70% (yoy). Di sisi

lain, pertumbuhan bank swasta nasional sedikit meningkat

yakni hanya 2,79% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan

sebelumnya 1,55% (yoy).

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 201936

Grafik 4.20. Heatmap Pertumbuhan Kredit dan NPL Per LU

SUMBER : BANK INDONESIA

PERTUMBUHAN RENDAH

NPL TINGGI

PERTUMBUHAN TINGGI

NPL TINGGI

PERTUMBUHAN RENDAH

NPL RENDAH

PERTUMBUHAN TINGGI

NPL RENDAH

PERTUMBUHAN KREDIT

>4,79%(YOY)

KONSUMSI

PERTANIAN

PERTAMBANGAN

KONSTRUKSI

PERDAGANGAN

INDUSTRI BATAS NPL 5%

Grafik 4.18. Perkembangan Kredit Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan

SUMBER: BANK INDONESIA

JUTA RUPIAH %G (YOY)

0

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

16.000

18.000

PERT MODAL KERJAMODAL KERJA INVESTASI KONSUMSI PERT INVESTASI PERT KONSUMSI

Grafik 4.19. Pangsa Kredit Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan

SUMBER: BANK INDONESIA

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

K.MODAL KERJA K.INVESTASI K.KONSUMSI

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IVI II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

rasio kredit macetnya telah melebihi threshold 5%.

Sementara itu, hanya 3 LU yang tumbuh diatas

pertumbuhan kredit Sulteng antara lain perdagangan,

industri dan pertanian. Pertumbuhan ketiga LU ini harus

dijaga mengingat besarnya penyerapan tenaga kerja

diketiga LU dimaksud.

Secara tren, kredit LU industri dan perdagangan

mengalami peningkatan. Pertumbuhan kredit industri

dan perdagangan masing-masing tercatat 7,53% (yoy)

dan 6,00% (yoy). Selain itu, pertumbuhan kredit LU

pertanian masih tinggi meski sedikit melambat yakni

16,98% (yoy). Fakta ini merupakan berita baik mengingat

LU ini termasuk LU yang memiliki andil besar pada PDRB

Sulawesi Tengah. Sementara itu, pertumbuhan LU

konstruksi sedikit melambat yakni tumbuh 8,82% (yoy)

dari sebelumnya 12,95% (yoy). Kredit konstruksi cukup

p e n t i n g m e n g i n g a t k e b u t u h a n re k o n s t r u k s i

pascabencana. Namun demikian, seperti yang telah

dibahas, kualitas kredit konstruksi perlu diperhatikan lebih

lanjut.

Pada triwulan laporan, kredit konsumsi masih

memiliki pangsa pasar terbesar. Berdasarkan jenis

penggunaan, market share penyaluran kredit di Sulawesi

Tengah masih didominasi oleh kredit konsumsi dengan

pangsa sebesar 58%. Pangsa terbesar kedua berdasarkan

jenis penggunaan adalah kredit modal kerja dengan

pangsa 31%. Sementara itu, kredit investasi memiliki

pangsa terendah hanya 11%. Masih rendahnya pangsa

kredit investasi menjadi tantangan besar perbankan di

Sulawesi Tengah untuk terus memberikan daya dorong

tambahan bagi LU riil yang diharapkan dapat memacu

pertumbuhan ekonomi secara umum.

Berdasarkan jenis penggunaan, melambatnya

pertumbuhan kredit disebabkan pertumbuhan

kredit konsumsi yang telah mengalami kontraksi.

Kredit konsumsi kontraksi -1,09%(yoy), lebih rendah

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya 5,67% (yoy).

Hal ini juga diikuti oleh pertumbuhan kredit investasi yang

melambat meski masih tumbuh tinggi yakni 27,05%(yoy).

Namun demikian, kredit modal kerja justru sedikit

meningkat dari 3,14% (yoy) menjadi 5,94% (yoy), seiring

meningkatnya kebutuhan kredit untuk jenis usaha

pascabencana.

Secara sektoral, prospek perkembangan kredit di

Sulawesi Tengah masih optimis meskipun terdapat

sedikit peningkatan risiko. Kredit konsumsi dan kredit

perdagangan yang yang memiliki share terbesar yakni

kredit konsumsi dan perdagangan memiliki NPL masing-

masing yakni 1,52% dan 4,35% (yoy). Namun demikian,

perkembangan LU konstruksi patut diwaspadai karena

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019 37

Page 53: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

Grafik 4.17. Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Jenis Bank

SUMBER : BANK INDONESIA

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

BANK PERSERO BANK SWASTA NASIONAL BANK PEMERINTAH DAERAH

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

Grafik 4.16. DPK Per Golongan Nasabah (Rp Miliar)

SUMBER : BANK INDONESIA

PEMERINTAH LK NON BANK LAINNYA PERSEORANGAN

4,0

61

45

6 86

4

13,6

06

4,6

30

153 1,13

5

13,5

90

2,3

29

217 1,

515

16,1

71

4,6

79

105 1,0

07

13,3

94

4,3

76

115 1,

213

15,3

60

MAR-18 JUN-18 SEP-18 DES-18 MAR-19

Grafik 4.15. Pangsa DPK Bank Umum Menurut Jenis Simpanan

SUMBER: BANK INDONESIA

RP MILIAR % (YOY) 40%

30%

20%

10%

0%

-10%

-20%

-30%

14,000

12,000

10,000

8,000

6,000

4,000

2,000

0

PERT. GIROGIRO DEPOSITO TABUNGAN PERT. DEPOSITO PERT.TABUNGAN

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

Grafik 4.14. Perkembangan DPK Bank Umum

SUMBER: BANK INDONESIA

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

GIRO DEPOSITO TABUNGAN

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

4.3.2 Penghimpunan Dana Pihak Ketiga pada Bank Umum

Pada t r iwulan laporan pertumbuhan DPK

masyarakat di perbankan masih tumbuh dua digit.

DPK Bank Umum Sulawesi Tengah tumbuh10,51%(yoy),

lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan

sebelumnya 8,03%(yoy). Perlambatan DPK Bank Umum

disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan giro.

Pertumbuhan giro mencapai 21,78% (yoy), lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya 29,19% (yoy). Hal ini

diduga sebagian pengusaha meningkatkan simpanannya

diperbankan akibat kondisi ekonomi yang belum optimal

pascabencana. Sementara itu, tabungan dengan share

terbesar dari DPK juga sedikit melambat dari 12,41% (yoy)

ke 11,52% (yoy).

Bila dianalisis per golongan nasabah, perlambatan

D P K d i s e b a b k a n o l e h m e n u r u n n y a D P K

perseorangan. Jumlah nominal DPK perseorangan

mencapai Rp15,36 triliun, sedikit menurun dibandingkan

triwulan sebelumnya Rp16,17 triliun. Sementara itu, DPK

pemerintah meningkat pesat menjadi Rp4,38 triliun

(7,75%, yoy) dari triwulan sebelumnya Rp2,33 triliun. Hal

ini disebabkan realisasi belanja pemerintah yang biasanya

belum maksimal pada awal tahun.

4.3.3 Penyaluran Kredit Bank Umum

Berdasarkan kelompoknya penyaluran kredit Bank

Umum, melambatnya pertumbuhan kredit

disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan kredit

bank persero dan BPD. Secara pangsa, penyaluran kredit

pada triwulan laporan masih didominasi oleh kelompok

bank persero yang memi l ik i pangsa 73,80%.

Pertumbuhan bank persero hanya 4,69% (yoy) setelah

triwulan sebelumnya mampu tumbuh 7,46% (yoy). Selain

itu, BPD juga hanya tumbuh 7,72% (yoy), lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya 15,70% (yoy). Di sisi

lain, pertumbuhan bank swasta nasional sedikit meningkat

yakni hanya 2,79% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan

sebelumnya 1,55% (yoy).

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 201936

Grafik 4.20. Heatmap Pertumbuhan Kredit dan NPL Per LU

SUMBER : BANK INDONESIA

PERTUMBUHAN RENDAH

NPL TINGGI

PERTUMBUHAN TINGGI

NPL TINGGI

PERTUMBUHAN RENDAH

NPL RENDAH

PERTUMBUHAN TINGGI

NPL RENDAH

PERTUMBUHAN KREDIT

>4,79%(YOY)

KONSUMSI

PERTANIAN

PERTAMBANGAN

KONSTRUKSI

PERDAGANGAN

INDUSTRI BATAS NPL 5%

Grafik 4.18. Perkembangan Kredit Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan

SUMBER: BANK INDONESIA

JUTA RUPIAH %G (YOY)

0

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

16.000

18.000

PERT MODAL KERJAMODAL KERJA INVESTASI KONSUMSI PERT INVESTASI PERT KONSUMSI

Grafik 4.19. Pangsa Kredit Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan

SUMBER: BANK INDONESIA

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

K.MODAL KERJA K.INVESTASI K.KONSUMSI

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IVI II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

rasio kredit macetnya telah melebihi threshold 5%.

Sementara itu, hanya 3 LU yang tumbuh diatas

pertumbuhan kredit Sulteng antara lain perdagangan,

industri dan pertanian. Pertumbuhan ketiga LU ini harus

dijaga mengingat besarnya penyerapan tenaga kerja

diketiga LU dimaksud.

Secara tren, kredit LU industri dan perdagangan

mengalami peningkatan. Pertumbuhan kredit industri

dan perdagangan masing-masing tercatat 7,53% (yoy)

dan 6,00% (yoy). Selain itu, pertumbuhan kredit LU

pertanian masih tinggi meski sedikit melambat yakni

16,98% (yoy). Fakta ini merupakan berita baik mengingat

LU ini termasuk LU yang memiliki andil besar pada PDRB

Sulawesi Tengah. Sementara itu, pertumbuhan LU

konstruksi sedikit melambat yakni tumbuh 8,82% (yoy)

dari sebelumnya 12,95% (yoy). Kredit konstruksi cukup

p e n t i n g m e n g i n g a t k e b u t u h a n re k o n s t r u k s i

pascabencana. Namun demikian, seperti yang telah

dibahas, kualitas kredit konstruksi perlu diperhatikan lebih

lanjut.

Pada triwulan laporan, kredit konsumsi masih

memiliki pangsa pasar terbesar. Berdasarkan jenis

penggunaan, market share penyaluran kredit di Sulawesi

Tengah masih didominasi oleh kredit konsumsi dengan

pangsa sebesar 58%. Pangsa terbesar kedua berdasarkan

jenis penggunaan adalah kredit modal kerja dengan

pangsa 31%. Sementara itu, kredit investasi memiliki

pangsa terendah hanya 11%. Masih rendahnya pangsa

kredit investasi menjadi tantangan besar perbankan di

Sulawesi Tengah untuk terus memberikan daya dorong

tambahan bagi LU riil yang diharapkan dapat memacu

pertumbuhan ekonomi secara umum.

Berdasarkan jenis penggunaan, melambatnya

pertumbuhan kredit disebabkan pertumbuhan

kredit konsumsi yang telah mengalami kontraksi.

Kredit konsumsi kontraksi -1,09%(yoy), lebih rendah

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya 5,67% (yoy).

Hal ini juga diikuti oleh pertumbuhan kredit investasi yang

melambat meski masih tumbuh tinggi yakni 27,05%(yoy).

Namun demikian, kredit modal kerja justru sedikit

meningkat dari 3,14% (yoy) menjadi 5,94% (yoy), seiring

meningkatnya kebutuhan kredit untuk jenis usaha

pascabencana.

Secara sektoral, prospek perkembangan kredit di

Sulawesi Tengah masih optimis meskipun terdapat

sedikit peningkatan risiko. Kredit konsumsi dan kredit

perdagangan yang yang memiliki share terbesar yakni

kredit konsumsi dan perdagangan memiliki NPL masing-

masing yakni 1,52% dan 4,35% (yoy). Namun demikian,

perkembangan LU konstruksi patut diwaspadai karena

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019 37

Page 54: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

Grafik 4.25. Heatmap Kredit Per Kab / Kota di Sulawesi Tengah

SUMBER : BANK INDONESIA

PERTUMBUHAN RENDAH

NPL TINGGI

PERTUMBUHAN TINGGI

NPL TINGGI

PERTUMBUHAN RENDAH

NPL RENDAH

PERTUMBUHAN TINGGI

NPL RENDAH

PERTUMBUHAN KREDIT

>4,79 (YOY)

BATAS NPL 5%

PALU

BUOL

TOLI-TOLI

TOUNA

BANGGAI

POSOMOROWALI

Grafik 4.24. NPL LU Utama Perbankan

SUMBER: BANK INDONESIA

NPL PERDAGANGAN PERTANIAN KONSTRUKSI INDUSTRI

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

Grafik 4.23. Perkembangan Kredit LU Utama

SUMBER: BANK INDONESIA

% YOY

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

TOTAL KREDIT PERDAGANGAN PERTANIAN KONSTRUKSI INDUSTRI

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

Pada triwulan I 2019, perkembangan indikator

perbankan syariah menunjukan peningkatan. Aset

perbankan syariah pada triwulan laporan tercatat sebesar

Rp1,56 triliun atau tumbuh 11,42% (yoy), setelah pada

triwulan sebelumnya 10,9% (yoy). Sementara itu,

pembiayaan syariah juga meningkat yakni tumbuh

10,79% (yoy), setelah di triwulan sebelumnya tumbuh

4,17% (yoy). Selain itu, DPK syariah tumbuh 20,79% (yoy),

jauh lebih tinggi jika dibandingkan triwulan sebelumnya

9,76% (yoy).

Peningkatan pertumbuhan DPK disebabkan oleh

meningkatnya seluruh komponen DPK. Giro Syariah

yang memiliki share 12,94%, tumbuh hingga 40,96%

(yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya

yang tercatat 6,35% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan

deposito syariah mencapai 17,67%(yoy), setelah

sebelumnya tumbuh 11,59% (yoy). Di sisi lain

pertumbuhan tabungan syariah juga meningkat dari

9,98% (yoy) menjadi 18,46% (yoy). Salah satu penyebab

hal ini adalah adanya program tunjangan / bantuan

pemerintah yang mana beberapa bank syariah menjadi

bank penyalur program tersebut, sehingga DPK 11meningkat .

Secara spasial, NPL per Kabupaten/kota di Sulawesi

Tengah masih relatif terkendali. Tidak ada kredit dari

masing-masing daerah yang berada di atas batas

threshold. Kota Palu yang memiliki pangsa terbesar

51,70%, hanya tumbuh 0,99% (yoy) pada triwulan

laporan dengan NPL 3,58%. Sementara itu, kredit di

Banggai masih tumbuh hingga 9,31% (yoy) dengan NPL

yang rendah 1,05%. Di sisi lain, kredit di Morowali justru

mengalami kontraksi yakni -19,30% (yoy). Namun, hal ini

lebih disebabkan karena faktor base effect dari tingginya

pertumbuhan kredit di daerah tersebut pada tahun lalu.

Hal demikian sering dialami oleh negara ataupun daerah

yang telah mengalami pertumbuhan akseleratif pada

periode sebelumnya. Meskipun mengalami kontraksi, NPL

Morowali hanya 0,26% sehingga prospek perkembangan

kredit di daerah ini masih optimis.

4.3.4 Kinerja Bank Umum Syariah

Sumber : Interview dengan bank syariah di Kota Palu11.

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 201938

Grafik 4.28 Perkembangan DPK Bank Syariah Menurut Jenis Simpanan

SUMBER: BANK INDONESIA

MILIAR RUPIAH %G (YOY)

-100%

0%

100%

-

100

200

300

400

500

600

700

GIRO PERT. GIRODEPOSITO TABUNGAN PERT.DEPOSITO PERT.TABUNGAN

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

Grafik 4.29 Perkembangan Pembiayaan Bank Syariah Menurut Jenis Penggunaan

SUMBER: BANK INDONESIA

MILIAR RUPIAH %G (YOY)

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

MODAL KERJA PERT. MODAL KERJAINVESTASI KONSUMSI PERT.INVESTASI PERT.KONSUMSI

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

- 100 200 300 400 500 600 700 800 900

1.000 1.100 1.200 1.300

Grafik 4.26. Pertumbuhan Kredit dan DPK Syariah

SUMBER: BANK INDONESIA

%G (YOY)

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

PERT. DPKPERT. KREDIT

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

Grafik 4.27. Perkembangan Aset Perbankan Syariah

SUMBER: BANK INDONESIA

MILIAR RUPIAH %G (YOY)

ASET PERT. ASET (YOY)

0%

5%

10%

15%

20%

25%

500

700

900

1.100

1.300

1.500

1.700

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

menyalurkan minimal 20% dari total kreditnya ke LU

UMKM di tahun 2018. Tahapan implementasi ketentuan

tersebut telah dimulai sejak tahun 2013 yang mewajibkan

Bank untuk memenuhi target penyaluran kredit kepada

UMKM sebagaimana yang tertuang dalam Rencana Bisnis

masing-masing bank.

UMKM merupakan salah satu pilar pendukung

pembangunan yang menyerap tenaga kerja dalam

jumlah cukup banyak. Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah (UMKM) telah membuktikan diri sebagai

kelompok pelaku usaha yang tahan terhadap krisis

ekonomi , seh ingga pe r lu te rus d i t i ngka tkan

perkembangannya. Untuk meningkatkan kinerja usaha,

UMKM sangat membutuhkan dukungan pembiayaan dari

perbankan maupun lembaga pembiayaan lainnya.

Hingga triwulan I 2019, kredit UMKM secara nominal

telah mencapai Rp9,26 triliun rupiah. Dengan jumlah

nominal tersebut maka rasio kredit UMKM terhadap total

Pembiayaan perbankan syariah juga mengalami

peningkatan. Pada triwulan laporan, pembiayaan

perbankan syariah tumbuh 10,79% (yoy), meningkat

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya 4,17% (yoy).

Peningkatan pembiayaan pada triwulan laporan didorong

oleh tinggnya pertumbuhan pembiayaan konsumsi dari

7,60% (yoy) menjadi hanya 15,19% (yoy). Namun

demikian, salah satu penyebabnya adalah adanya

perpanjangan masa penangguhan kredit pasca periode 12bencana .

4.4.1 . Kredit UMKM

4.4 . PERKEMBANGAN AKSES KEUANGAN

Sumber : Interview dengan bank syariah di Kota Palu12.

Bank Indonesia dan pemerintah terus mendorong

meningkatnya penyaluran kredit kepada UMKM.

Dalam rangka mendorong penyaluran kredit produktif

khususnya kepada UMKM, Bank Indonesia telah

m e n g e l u a r k a n P e r a t u r a n B a n k I n d o n e s i a

No.14/22/PBI/2012 yang mengharuskan perbankan untuk

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019 39

Page 55: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

Grafik 4.25. Heatmap Kredit Per Kab / Kota di Sulawesi Tengah

SUMBER : BANK INDONESIA

PERTUMBUHAN RENDAH

NPL TINGGI

PERTUMBUHAN TINGGI

NPL TINGGI

PERTUMBUHAN RENDAH

NPL RENDAH

PERTUMBUHAN TINGGI

NPL RENDAH

PERTUMBUHAN KREDIT

>4,79 (YOY)

BATAS NPL 5%

PALU

BUOL

TOLI-TOLI

TOUNA

BANGGAI

POSOMOROWALI

Grafik 4.24. NPL LU Utama Perbankan

SUMBER: BANK INDONESIA

NPL PERDAGANGAN PERTANIAN KONSTRUKSI INDUSTRI

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

Grafik 4.23. Perkembangan Kredit LU Utama

SUMBER: BANK INDONESIA

% YOY

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

TOTAL KREDIT PERDAGANGAN PERTANIAN KONSTRUKSI INDUSTRI

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

Pada triwulan I 2019, perkembangan indikator

perbankan syariah menunjukan peningkatan. Aset

perbankan syariah pada triwulan laporan tercatat sebesar

Rp1,56 triliun atau tumbuh 11,42% (yoy), setelah pada

triwulan sebelumnya 10,9% (yoy). Sementara itu,

pembiayaan syariah juga meningkat yakni tumbuh

10,79% (yoy), setelah di triwulan sebelumnya tumbuh

4,17% (yoy). Selain itu, DPK syariah tumbuh 20,79% (yoy),

jauh lebih tinggi jika dibandingkan triwulan sebelumnya

9,76% (yoy).

Peningkatan pertumbuhan DPK disebabkan oleh

meningkatnya seluruh komponen DPK. Giro Syariah

yang memiliki share 12,94%, tumbuh hingga 40,96%

(yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya

yang tercatat 6,35% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan

deposito syariah mencapai 17,67%(yoy), setelah

sebelumnya tumbuh 11,59% (yoy). Di sisi lain

pertumbuhan tabungan syariah juga meningkat dari

9,98% (yoy) menjadi 18,46% (yoy). Salah satu penyebab

hal ini adalah adanya program tunjangan / bantuan

pemerintah yang mana beberapa bank syariah menjadi

bank penyalur program tersebut, sehingga DPK 11meningkat .

Secara spasial, NPL per Kabupaten/kota di Sulawesi

Tengah masih relatif terkendali. Tidak ada kredit dari

masing-masing daerah yang berada di atas batas

threshold. Kota Palu yang memiliki pangsa terbesar

51,70%, hanya tumbuh 0,99% (yoy) pada triwulan

laporan dengan NPL 3,58%. Sementara itu, kredit di

Banggai masih tumbuh hingga 9,31% (yoy) dengan NPL

yang rendah 1,05%. Di sisi lain, kredit di Morowali justru

mengalami kontraksi yakni -19,30% (yoy). Namun, hal ini

lebih disebabkan karena faktor base effect dari tingginya

pertumbuhan kredit di daerah tersebut pada tahun lalu.

Hal demikian sering dialami oleh negara ataupun daerah

yang telah mengalami pertumbuhan akseleratif pada

periode sebelumnya. Meskipun mengalami kontraksi, NPL

Morowali hanya 0,26% sehingga prospek perkembangan

kredit di daerah ini masih optimis.

4.3.4 Kinerja Bank Umum Syariah

Sumber : Interview dengan bank syariah di Kota Palu11.

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 201938

Grafik 4.28 Perkembangan DPK Bank Syariah Menurut Jenis Simpanan

SUMBER: BANK INDONESIA

MILIAR RUPIAH %G (YOY)

-100%

0%

100%

-

100

200

300

400

500

600

700

GIRO PERT. GIRODEPOSITO TABUNGAN PERT.DEPOSITO PERT.TABUNGAN

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

Grafik 4.29 Perkembangan Pembiayaan Bank Syariah Menurut Jenis Penggunaan

SUMBER: BANK INDONESIA

MILIAR RUPIAH %G (YOY)

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

MODAL KERJA PERT. MODAL KERJAINVESTASI KONSUMSI PERT.INVESTASI PERT.KONSUMSI

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

- 100 200 300 400 500 600 700 800 900

1.000 1.100 1.200 1.300

Grafik 4.26. Pertumbuhan Kredit dan DPK Syariah

SUMBER: BANK INDONESIA

%G (YOY)

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

PERT. DPKPERT. KREDIT

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

Grafik 4.27. Perkembangan Aset Perbankan Syariah

SUMBER: BANK INDONESIA

MILIAR RUPIAH %G (YOY)

ASET PERT. ASET (YOY)

0%

5%

10%

15%

20%

25%

500

700

900

1.100

1.300

1.500

1.700

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

menyalurkan minimal 20% dari total kreditnya ke LU

UMKM di tahun 2018. Tahapan implementasi ketentuan

tersebut telah dimulai sejak tahun 2013 yang mewajibkan

Bank untuk memenuhi target penyaluran kredit kepada

UMKM sebagaimana yang tertuang dalam Rencana Bisnis

masing-masing bank.

UMKM merupakan salah satu pilar pendukung

pembangunan yang menyerap tenaga kerja dalam

jumlah cukup banyak. Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah (UMKM) telah membuktikan diri sebagai

kelompok pelaku usaha yang tahan terhadap krisis

ekonomi , seh ingga pe r lu te rus d i t i ngka tkan

perkembangannya. Untuk meningkatkan kinerja usaha,

UMKM sangat membutuhkan dukungan pembiayaan dari

perbankan maupun lembaga pembiayaan lainnya.

Hingga triwulan I 2019, kredit UMKM secara nominal

telah mencapai Rp9,26 triliun rupiah. Dengan jumlah

nominal tersebut maka rasio kredit UMKM terhadap total

Pembiayaan perbankan syariah juga mengalami

peningkatan. Pada triwulan laporan, pembiayaan

perbankan syariah tumbuh 10,79% (yoy), meningkat

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya 4,17% (yoy).

Peningkatan pembiayaan pada triwulan laporan didorong

oleh tinggnya pertumbuhan pembiayaan konsumsi dari

7,60% (yoy) menjadi hanya 15,19% (yoy). Namun

demikian, salah satu penyebabnya adalah adanya

perpanjangan masa penangguhan kredit pasca periode 12bencana .

4.4.1 . Kredit UMKM

4.4 . PERKEMBANGAN AKSES KEUANGAN

Sumber : Interview dengan bank syariah di Kota Palu12.

Bank Indonesia dan pemerintah terus mendorong

meningkatnya penyaluran kredit kepada UMKM.

Dalam rangka mendorong penyaluran kredit produktif

khususnya kepada UMKM, Bank Indonesia telah

m e n g e l u a r k a n P e r a t u r a n B a n k I n d o n e s i a

No.14/22/PBI/2012 yang mengharuskan perbankan untuk

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019 39

Page 56: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

Tabel 4.2. Perkembangan Kredit UMKM per Sektor Provinsi Sulawesi Tengah

KETERANGAN

Lainya

Pertanian

Perdagangan

Total

1,926.59

1,581.76

5,748.49

9,256.85

20.81

17.09

62.10

100.00

5.68

15.69

2.47

5.17

6.35

14.75

6.54

7.82

Nominal (Rp Miliar)

Sumber : Bank Indonesia

PERIODE

7.54

1.78

4.44

4.63

Share (%) Pertumbuhan (yoy, %) NPL (%)

I 2019 I 2019 IV 2018 I 2019 I 2019

Tabel 4.3. Perkembangan Kredit UMKM per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah

Poso

Banggai

Toli-Toli

Banggai Kep.

Morowali

Buol

Touna

Parimou

Palu

Total

1,069.61

1,568.19

874.99

5.91

43.73

0.51

3.58

1,019.08

4,654.63

9,256.85

11.55

16.94

9.45

0.06

0.47

0.01

0.04

11.01

50.28

100.00

19.49

5.48

1.57

83.22

-17.39

-0.63

17.99

10.66

1.77

5.17

17.93

10.42

8.92

185.75

-16.61

60.51

-51.05

9.44

4.33

7.82

Sumber : Bank Indonesia

3.59

2.32

5.81

13.18

11.64

60.88

19.18

1.52

5.93

4.63

KETERANGANNominal

(Rp Miliar)

PERIODE

Share (%) Pertumbuhan (yoy, %) NPL (%)

I 2019 I 2019 IV 2018 I 2019 I 2019

kredit di keempat daerah ini mencapai 88% dari total

kredit UMKM. Pertumbuhan kredit pada keempat daerah

tersebut masing-masing 4,33% (yoy), 10,42% (yoy),

17,93% (yoy) dan 9,44% (yoy). Pertumbuhan kredit di

keempat daerah ini penting mengingat kontribusi PDRB

dari keempat daerah ini terhadap PDRB Sulawesi Tengah

cukup tinggi. Namun demikian, kualitas kredit UMKM

perlu diwaspadai karena tingkat NPL di Kota Palu telah

melebihi treshold yakni 5,93%. Sementara itu, pangsa

kredit UMKM di Kabupaten Morowali masih sangat rendah

hanya 0,47%, sedangkan pertumbuhannya juga

mengalami kontraksi -16,61% (yoy). Akselerasi kredit

UMKM di Kabupaten Morowali dapat menjadi peluang

mengingat pesatnya kegiatan industri di daerah tersebut.

Di samping itu, NPL kredit UMKM di Buol juga harus sangat

diantisipasi mengingat tingginya NPL di daerah tersebut.

Adapun subusaha yang memiliki NPL tinggi adalah subLU

jasa kebersihan dan LU konstruksi.

kredit mencapai 32,98%. Pada triwulan laporan,

penyaluran kredit untuk UMKM oleh bank umum di

Sulawesi Tengah tumbuh 7,82%(yoy), meningkat jika

dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh

5,17% (yoy). Pangsa kredit UMKM sendiri didominasi oleh

kredit skala kecil dengan pangsa 42,54%, yang diikuti oleh

kredit mikro dengan pangsa 33,14% dan 24,30% untuk

pangsa kredit usaha menengah.

Secara sektoral, kredit UMKM didominasi oleh LU

pertanian dan LU perdagangan. Kedua LU tersebut

secara total memiliki porsi lebih dari 79,19% dari total

kredit UMKM. Hal ini dikarenakan mayoritas tenaga kerja

di Sulawesi Tengah terkonsentrasi bekerja di kedua LU ini.

Meningkatnya kredit UMKM didorong oleh pertumbuhan

pada LU perdagangan. Selain itu, risiko kredit relatif

terkendali yang diindikasikan dengan NPL LU pertanian

dan perdagangan masing-masing tercatat 1,78% dan

4,44%.

Secara spasial, kredit UMKM didominasi oleh

penyaluran kredit di Kota Palu, Kabupaten Banggai,

Kabupaten Poso dan Kabupaten Parimou. Akumulasi

4.4.2 . Kredit Usaha Rakyat

Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk pelaku

usaha di Sulawesi Tengah berdasarkan lokasi bank

juga mengalami perlambatan pada triwulan laporan.

Meskipun demikian, pertumbuhannya masih relatif tinggi

yakni mencapai 14,73% (yoy) dengan total outstanding

KUR mencapai Rp1,99 triliun. Jika dilihat secara LU, LU

ekonomi yang paling banyak menyerap KUR adalah LU

perdagangan besar dan eceran dengan porsi mencapai

44,15%, dan diikuti LU pertanian dengan share 39,77%.

Secara LU, melambatnya pertumbuhan KUR

dikarenakan kredit di LU pertanian hanya tumbuh

29,10% (yoy), sedikit melambat dibandingkan

triwulan sebelumnya 38,49% (yoy). KUR di LU

perdagangan juga hanya tumbuh 6,52% (yoy), sementara

KUR LU lainya juga melambat dari 12,28% (yoy) pada

triwulan sebelumnya menjadi 7,84% (yoy) pada triwulan

laporan. Namun demikian, risiko kredit macet relatif

terkendali dengan NPL total kredit KUR hanya 1,45%.

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 201940

telah mengalami kontraksi -2,75%(yoy). Secara umum

aset BPR memiliki pangsa 7,49% terhadap total aset

perbankan Sulawesi Tengah. Kontraksi pertumbuhan aset

tersebut terutama didorong oleh pertumbuhan

penyaluran kredit yang relatif rendah yakni 0,63% (yoy)

menjadi sebesar Rp2,15 triliun pada triwulan laporan.

Jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun

BPR pada triwulan laporan mengalami penurunan.

Secara nominal DPK BPR pada triwulan I 2019 sebesar

Rp858,30 miliar, atau tumbuh -2,07% (yoy). Hal ini jauh

menurun dibandingkan pertumbuhan tr iwulan

sebelumnya yang tumbuh 7,77% (yoy). Komposisi dana

pihak ketiga BPR masih tetap didominasi oleh deposito

dengan pangsa mencapai 89,06%. Sementara itu,

simpanan dalam bentuk tabungan hanya memiliki pangsa

10,94%. Meskipun demikian, sebagian masyarakat masih

memilih BPR sebagai tempat untuk menyimpan dana

jangka menengah dan panjang dengan harapan imbal

jasa yang lebih tinggi.

Pada sisi aktiva, meski jumlah kredit yang disalurkan

BPR masih tumbuh rendah dengan NPL kredit BPR

yang masih terjaga. Rendahnya pertumbuhan kredit BPR

terutama disebabkan oleh kredit konsumsi yang

merupakan pangsa terbesar, mengalami hanya tumbuh

0,39% (yoy). Sementara itu, kualitas kredit BPR juga masih

berada pada koridor yang positif dengan rasio Non

Performing Loan (NPL) 1,87%, menurun dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tercatat 2,07%.

Jika dilihat per kabupaten/kota, penyaluran KUR

terpusat di beberapa Kabupaten/Kota di Sulawesi

Tengah. Berdasarkan lokasi bank, penyaluran KUR di

Sulawesi Tengah hanya terpusat di Kota Palu dengan share

52,36%, sedikit meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya 50,40%. Selanjutnya, Kabupaten Banggai

dan Parimou menjadi kabupaten dengan share KUR

terbesar dengan share sebesar 15,55%, dan 14,16%.

Perlambatan KUR secara spasial didorong oleh

melambatnya pertumbuhan KUR di Kota Palu yakni hanya

tumbuh 12,56% (yoy), melambat dibandingkan triwulan

sebelumnya 20,86% (yoy). Sementara itu dari sisi risiko

kredit, setiap daerah memiliki rasio kredit macet yang

terkendali sehingga NPL KUR secara keseluruhan

terkendali dengan baik.

Tabel 4.4. Perkembangan Kredit Usaha Rakyat per Sektor Provinsi Sulawesi Tengah

Lainya

Pertanian

Perdagangan

Total

320.29

791.91

879.10

1,991.30

16.08

39.77

44.15

100.00

12.28

38.49

9.48

19.95

7.84

29.10

6.52

14.73

Sumber : Bank Indonesia

2.24

1.00

1.57

1.45

KETERANGANNominal

(Rp Miliar)

PERIODE

Share (%) Pertumbuhan (yoy, %) NPL (%)

I 2019 I 2019 IV 2018 I 2019 I 2019

Tabel 4.5. Perkembangan Kredit Usaha Rakyat per Kabupten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah

Poso

Banggai

Toli-Toli

Banggai Kep.

Morowali

Buol

Touna

Parimou

Palu

Total

243.48

294.00

196.52

-

-

-

-

267.68

989.61

1,991.30

12.23

14.76

9.87

-

-

-

-

13.44

49.70

100

28.61

27.90

7.69

0.00

0.00

0.00

0.00

12.04

20.84

19.95

25.61

22.52

10.88

0.00

0.00

0.00

0.00

9.04

12.56

14.73

Sumber : Bank Indonesia

2.00

1.00

0.90

0.00

0.00

0.00

0.00

0.61

1.78

1.45

KETERANGANNominal

(Rp Miliar)

PERIODE

Share (%) Pertumbuhan (yoy, %) NPL (%)

I 2019 I 2019 IV 2018 I 2019 I 2019

4.4.3. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat

Perkembangan Indikator BPR hingga akhir triwulan

laporan menunjukkan penurunan. Total aset BPR

hingga akhir triwulan I 2019 mencapai Rp2,51 triliun atau

Grafik 4.30 Perkembangan Aset BPR di Sulawesi Tengah

SUMBER: LAPORAN STATISTIK BPR

JUTA RUPIAH %G (YOY)

ASET PERT. ASET

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

-

500.000

1.000.000

1.500.000

2.000.000

2.500.000

3.000.000

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019 41

Page 57: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

Tabel 4.2. Perkembangan Kredit UMKM per Sektor Provinsi Sulawesi Tengah

KETERANGAN

Lainya

Pertanian

Perdagangan

Total

1,926.59

1,581.76

5,748.49

9,256.85

20.81

17.09

62.10

100.00

5.68

15.69

2.47

5.17

6.35

14.75

6.54

7.82

Nominal (Rp Miliar)

Sumber : Bank Indonesia

PERIODE

7.54

1.78

4.44

4.63

Share (%) Pertumbuhan (yoy, %) NPL (%)

I 2019 I 2019 IV 2018 I 2019 I 2019

Tabel 4.3. Perkembangan Kredit UMKM per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah

Poso

Banggai

Toli-Toli

Banggai Kep.

Morowali

Buol

Touna

Parimou

Palu

Total

1,069.61

1,568.19

874.99

5.91

43.73

0.51

3.58

1,019.08

4,654.63

9,256.85

11.55

16.94

9.45

0.06

0.47

0.01

0.04

11.01

50.28

100.00

19.49

5.48

1.57

83.22

-17.39

-0.63

17.99

10.66

1.77

5.17

17.93

10.42

8.92

185.75

-16.61

60.51

-51.05

9.44

4.33

7.82

Sumber : Bank Indonesia

3.59

2.32

5.81

13.18

11.64

60.88

19.18

1.52

5.93

4.63

KETERANGANNominal

(Rp Miliar)

PERIODE

Share (%) Pertumbuhan (yoy, %) NPL (%)

I 2019 I 2019 IV 2018 I 2019 I 2019

kredit di keempat daerah ini mencapai 88% dari total

kredit UMKM. Pertumbuhan kredit pada keempat daerah

tersebut masing-masing 4,33% (yoy), 10,42% (yoy),

17,93% (yoy) dan 9,44% (yoy). Pertumbuhan kredit di

keempat daerah ini penting mengingat kontribusi PDRB

dari keempat daerah ini terhadap PDRB Sulawesi Tengah

cukup tinggi. Namun demikian, kualitas kredit UMKM

perlu diwaspadai karena tingkat NPL di Kota Palu telah

melebihi treshold yakni 5,93%. Sementara itu, pangsa

kredit UMKM di Kabupaten Morowali masih sangat rendah

hanya 0,47%, sedangkan pertumbuhannya juga

mengalami kontraksi -16,61% (yoy). Akselerasi kredit

UMKM di Kabupaten Morowali dapat menjadi peluang

mengingat pesatnya kegiatan industri di daerah tersebut.

Di samping itu, NPL kredit UMKM di Buol juga harus sangat

diantisipasi mengingat tingginya NPL di daerah tersebut.

Adapun subusaha yang memiliki NPL tinggi adalah subLU

jasa kebersihan dan LU konstruksi.

kredit mencapai 32,98%. Pada triwulan laporan,

penyaluran kredit untuk UMKM oleh bank umum di

Sulawesi Tengah tumbuh 7,82%(yoy), meningkat jika

dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh

5,17% (yoy). Pangsa kredit UMKM sendiri didominasi oleh

kredit skala kecil dengan pangsa 42,54%, yang diikuti oleh

kredit mikro dengan pangsa 33,14% dan 24,30% untuk

pangsa kredit usaha menengah.

Secara sektoral, kredit UMKM didominasi oleh LU

pertanian dan LU perdagangan. Kedua LU tersebut

secara total memiliki porsi lebih dari 79,19% dari total

kredit UMKM. Hal ini dikarenakan mayoritas tenaga kerja

di Sulawesi Tengah terkonsentrasi bekerja di kedua LU ini.

Meningkatnya kredit UMKM didorong oleh pertumbuhan

pada LU perdagangan. Selain itu, risiko kredit relatif

terkendali yang diindikasikan dengan NPL LU pertanian

dan perdagangan masing-masing tercatat 1,78% dan

4,44%.

Secara spasial, kredit UMKM didominasi oleh

penyaluran kredit di Kota Palu, Kabupaten Banggai,

Kabupaten Poso dan Kabupaten Parimou. Akumulasi

4.4.2 . Kredit Usaha Rakyat

Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk pelaku

usaha di Sulawesi Tengah berdasarkan lokasi bank

juga mengalami perlambatan pada triwulan laporan.

Meskipun demikian, pertumbuhannya masih relatif tinggi

yakni mencapai 14,73% (yoy) dengan total outstanding

KUR mencapai Rp1,99 triliun. Jika dilihat secara LU, LU

ekonomi yang paling banyak menyerap KUR adalah LU

perdagangan besar dan eceran dengan porsi mencapai

44,15%, dan diikuti LU pertanian dengan share 39,77%.

Secara LU, melambatnya pertumbuhan KUR

dikarenakan kredit di LU pertanian hanya tumbuh

29,10% (yoy), sedikit melambat dibandingkan

triwulan sebelumnya 38,49% (yoy). KUR di LU

perdagangan juga hanya tumbuh 6,52% (yoy), sementara

KUR LU lainya juga melambat dari 12,28% (yoy) pada

triwulan sebelumnya menjadi 7,84% (yoy) pada triwulan

laporan. Namun demikian, risiko kredit macet relatif

terkendali dengan NPL total kredit KUR hanya 1,45%.

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 201940

telah mengalami kontraksi -2,75%(yoy). Secara umum

aset BPR memiliki pangsa 7,49% terhadap total aset

perbankan Sulawesi Tengah. Kontraksi pertumbuhan aset

tersebut terutama didorong oleh pertumbuhan

penyaluran kredit yang relatif rendah yakni 0,63% (yoy)

menjadi sebesar Rp2,15 triliun pada triwulan laporan.

Jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun

BPR pada triwulan laporan mengalami penurunan.

Secara nominal DPK BPR pada triwulan I 2019 sebesar

Rp858,30 miliar, atau tumbuh -2,07% (yoy). Hal ini jauh

menurun dibandingkan pertumbuhan tr iwulan

sebelumnya yang tumbuh 7,77% (yoy). Komposisi dana

pihak ketiga BPR masih tetap didominasi oleh deposito

dengan pangsa mencapai 89,06%. Sementara itu,

simpanan dalam bentuk tabungan hanya memiliki pangsa

10,94%. Meskipun demikian, sebagian masyarakat masih

memilih BPR sebagai tempat untuk menyimpan dana

jangka menengah dan panjang dengan harapan imbal

jasa yang lebih tinggi.

Pada sisi aktiva, meski jumlah kredit yang disalurkan

BPR masih tumbuh rendah dengan NPL kredit BPR

yang masih terjaga. Rendahnya pertumbuhan kredit BPR

terutama disebabkan oleh kredit konsumsi yang

merupakan pangsa terbesar, mengalami hanya tumbuh

0,39% (yoy). Sementara itu, kualitas kredit BPR juga masih

berada pada koridor yang positif dengan rasio Non

Performing Loan (NPL) 1,87%, menurun dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tercatat 2,07%.

Jika dilihat per kabupaten/kota, penyaluran KUR

terpusat di beberapa Kabupaten/Kota di Sulawesi

Tengah. Berdasarkan lokasi bank, penyaluran KUR di

Sulawesi Tengah hanya terpusat di Kota Palu dengan share

52,36%, sedikit meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya 50,40%. Selanjutnya, Kabupaten Banggai

dan Parimou menjadi kabupaten dengan share KUR

terbesar dengan share sebesar 15,55%, dan 14,16%.

Perlambatan KUR secara spasial didorong oleh

melambatnya pertumbuhan KUR di Kota Palu yakni hanya

tumbuh 12,56% (yoy), melambat dibandingkan triwulan

sebelumnya 20,86% (yoy). Sementara itu dari sisi risiko

kredit, setiap daerah memiliki rasio kredit macet yang

terkendali sehingga NPL KUR secara keseluruhan

terkendali dengan baik.

Tabel 4.4. Perkembangan Kredit Usaha Rakyat per Sektor Provinsi Sulawesi Tengah

Lainya

Pertanian

Perdagangan

Total

320.29

791.91

879.10

1,991.30

16.08

39.77

44.15

100.00

12.28

38.49

9.48

19.95

7.84

29.10

6.52

14.73

Sumber : Bank Indonesia

2.24

1.00

1.57

1.45

KETERANGANNominal

(Rp Miliar)

PERIODE

Share (%) Pertumbuhan (yoy, %) NPL (%)

I 2019 I 2019 IV 2018 I 2019 I 2019

Tabel 4.5. Perkembangan Kredit Usaha Rakyat per Kabupten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah

Poso

Banggai

Toli-Toli

Banggai Kep.

Morowali

Buol

Touna

Parimou

Palu

Total

243.48

294.00

196.52

-

-

-

-

267.68

989.61

1,991.30

12.23

14.76

9.87

-

-

-

-

13.44

49.70

100

28.61

27.90

7.69

0.00

0.00

0.00

0.00

12.04

20.84

19.95

25.61

22.52

10.88

0.00

0.00

0.00

0.00

9.04

12.56

14.73

Sumber : Bank Indonesia

2.00

1.00

0.90

0.00

0.00

0.00

0.00

0.61

1.78

1.45

KETERANGANNominal

(Rp Miliar)

PERIODE

Share (%) Pertumbuhan (yoy, %) NPL (%)

I 2019 I 2019 IV 2018 I 2019 I 2019

4.4.3. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat

Perkembangan Indikator BPR hingga akhir triwulan

laporan menunjukkan penurunan. Total aset BPR

hingga akhir triwulan I 2019 mencapai Rp2,51 triliun atau

Grafik 4.30 Perkembangan Aset BPR di Sulawesi Tengah

SUMBER: LAPORAN STATISTIK BPR

JUTA RUPIAH %G (YOY)

ASET PERT. ASET

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

-

500.000

1.000.000

1.500.000

2.000.000

2.500.000

3.000.000

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019 41

Page 58: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

Grafik 4.32. Perkembangan Kredit BPR Menurut Jenis

SUMBER: LAPORAN STATISTIK BPR

JUTA RUPIAH %G (YOY)2.500.000

2.000.000

1.500.000

1.000.000

500.000

-

I II

2017

III IV I II

2018

III IV

MODAL KERJA PERT. MODAL KERJAINVESTASI PERT. INVESTASIKONSUMSI PERT. KONSUMSI

200%

0%

-200%

I

2019

Grafik 4.31. Perkembangan DPK BPR Menurut Jenis Simpanan

SUMBER: LAPORAN STATISTIK BPR

JUTA RUPIAH %G (YOY)

-100%

0%

100%

200%

-

150.000

300.000

450.000

600.000

750.000

900.000

DEPOSITO PERT.DEPOSITOTABUNGAN PERT.TABUNGAN

I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

Dalam menjalankan fungsi intermediasi, BPR di

Sulawesi Tengah memiliki kinerja yang baik,

tercermin dari rasio Loan to Deposits (LDR) yang

cukup tinggi. LDR BPR pada periode laporan tercatat

251%. Di satu sisi tingginya LDR menunjukkan bahwa

kemampuan dalam penyaluran kredit sangat tinggi, jauh

lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan BPR dalam

melakukan penghimpunan Dana Pihak Ketiga dari

masyarakat. Dalam melakukan ekspansi kredit, BPR

membutuhkan sumber dana dari bank umum baik melalui

skema linkage programme (channelling dan executing)

maupun dana lainnya. Namun di sisi lain, tingginya

penyaluran kredit juga mengandung potensi risiko yang

semakin besar. Oleh karena itu ke depan BPR di Sulteng

perlu meningkatkan kewaspadaan dan terus menjaga

tingkat kehati-hatian.

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 201942

PERKEMBANGANSISTEM PEMBAYARAN

BAB V

NET OUTFLOWSepanjang triwulan I 2019, perkembangan uang beredar di KPw BI

Sulawesi Tengah tercatat net inflow, lebih tinggi apabila dibandingkan

triwulan sebelumnya.

Transaksi keuangan secara non tunai yang mencakup transaksi yang

menggunakan BI-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) dan Sistem

Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) secara total mengalami

penurunan selama triwulan I 2019

Rp1.003,14 miliar

Pembayaran nontunai menggunakan mesin EDC (Electronic Data Capture)

Page 59: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

Grafik 4.32. Perkembangan Kredit BPR Menurut Jenis

SUMBER: LAPORAN STATISTIK BPR

JUTA RUPIAH %G (YOY)2.500.000

2.000.000

1.500.000

1.000.000

500.000

-

I II

2017

III IV I II

2018

III IV

MODAL KERJA PERT. MODAL KERJAINVESTASI PERT. INVESTASIKONSUMSI PERT. KONSUMSI

200%

0%

-200%

I

2019

Grafik 4.31. Perkembangan DPK BPR Menurut Jenis Simpanan

SUMBER: LAPORAN STATISTIK BPR

JUTA RUPIAH %G (YOY)

-100%

0%

100%

200%

-

150.000

300.000

450.000

600.000

750.000

900.000

DEPOSITO PERT.DEPOSITOTABUNGAN PERT.TABUNGAN

I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

Dalam menjalankan fungsi intermediasi, BPR di

Sulawesi Tengah memiliki kinerja yang baik,

tercermin dari rasio Loan to Deposits (LDR) yang

cukup tinggi. LDR BPR pada periode laporan tercatat

251%. Di satu sisi tingginya LDR menunjukkan bahwa

kemampuan dalam penyaluran kredit sangat tinggi, jauh

lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan BPR dalam

melakukan penghimpunan Dana Pihak Ketiga dari

masyarakat. Dalam melakukan ekspansi kredit, BPR

membutuhkan sumber dana dari bank umum baik melalui

skema linkage programme (channelling dan executing)

maupun dana lainnya. Namun di sisi lain, tingginya

penyaluran kredit juga mengandung potensi risiko yang

semakin besar. Oleh karena itu ke depan BPR di Sulteng

perlu meningkatkan kewaspadaan dan terus menjaga

tingkat kehati-hatian.

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 201942

PERKEMBANGANSISTEM PEMBAYARAN

BAB V

NET OUTFLOWSepanjang triwulan I 2019, perkembangan uang beredar di KPw BI

Sulawesi Tengah tercatat net inflow, lebih tinggi apabila dibandingkan

triwulan sebelumnya.

Transaksi keuangan secara non tunai yang mencakup transaksi yang

menggunakan BI-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) dan Sistem

Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) secara total mengalami

penurunan selama triwulan I 2019

Rp1.003,14 miliar

Pembayaran nontunai menggunakan mesin EDC (Electronic Data Capture)

Page 60: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

5.1. KINERJA SISTEM PEMBAYARAN5.1.1. Transaksi Keuangan Secara Tunai

a. Perkembangan Uang Kartal (Inflow/Outflow)

Sepanjang triwulan I 2019, perkembangan uang

beredar di KPw BI Sulawesi Tengah tercatat net

inflow, lebih tinggi apabila dibandingkan triwulan

sebelumnya. Sesuai polanya, kebutuhan uang kartal

pada triwulan laporan cenderung dalam kondisi net inflow

yang berarti bahwa jumlah uang kartal yang masuk dari

kas Bank Indonesia baik melalui penyetoran perbankan

ataupun penarikan kas titipan cenderung lebih banyak

apabila dibandingkan uang kartal yang keluar dari kas

bank Indonesia. Jumlah uang yang masuk ke Kas Bank 13Indonesia (inflow ) pada triwulan I 2019 tercatat sebesar

Rp1,51 triliun, atau naik 270,30% (qtq) bila dibandingkan

Grafik 5.1 Perkembangan Inflow – Outflow Uang Tunai

SUMBER: BANK INDONESIA

RP MILIAR

-1.000,00

-500,00

-

500,00

1.000,00

1.500,00

2.000,00

2.500,00

INFLOW NET-OUTFLOWOUTFLOW

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

Uang yang masuk ke KPwBI Provinsi Sulteng baik Uang Layak Edar (ULE) maupun Uang

Tidak Layak Edar (UTLE) yang diperoleh dari Bank, Kas Titipan (Kastip), Kas Keliling

(Kaskel) , penukaran.

13. Uang yang keluar dari KPwBI Provinsi Sulteng yang dalam hal ini berupa Uang Layak

Edar (ULE) baik yang dipergunakan untuk pembayaran kepada Perbankan, Kaskel,

Kastip dan penukaran uang rusak.

14.

b. Aliran Perkasan Berdasarkan Denominasi

Aliran perkasan selama periode laporan baik dari sisi

inflow maupun outflow didominasi oleh pecahan

Rp100.000,00 dan Rp50.000,00. Dari sisi inflow, pada

triwulan I 2019, jumlah lembar uang kertas denominasi

Rp50.000,00 mencapai 11,57 juta lembar atau 42,35%

dari total seluruh uang kertas yang masuk ke Kas Bank

Indonesia, sedangkan uang kertas denominasi

Rp100.000,00 mencapai 8,77 juta lembar atau 32,11%

dari total seluruh uang kertas yang masuk ke Kas Bank

Indonesia. Sementara itu di sisi outflow, untuk denominasi

Rp100.000,00 tercatat sebanyak 2,98 juta lembar atau

23,24% dari total seluruh uang kertas yang keluar dari Kas

Bank Indonesia, sedangkan uang kertas denominasi

Rp50.000,00 mencapai 3,52 juta lembar atau 27,48% dari

total seluruh uang kertas yang keluar dari Kas Bank

Indonesia. Sementara itu, khusus untuk uang logam,

pecahan Rp1.000,00 mendominasi dari sisi inflow maupun

dari sisi outflow.

dengan triwulan sebelumnya sebesar Rp407,61 miliar. 14Sementara itu, jumlah uang keluar (outflow ) tercatat

sebesar Rp506,21miliar, atau turun 77,14% (qtq) bila

dibandingkan dengan triwulan IV 2018 sebesar Rp2,21

triliun, sehingga terdapat net-inflow sebesar Rp1,0 triliun.

KETERANGAN

100,000

50,000

20,000

Total UPB

10,000

5,000

2,000

1,000

Total UPK

Uang Kertas

1,000

500

200

100

50

Uang Logam

UK + UL

I II

35.77

32.72

4.30

72.79

6.91

8.72

10.77

0.78

27.18

99.97

0.01

0.02

0.00

0.00

0.00

0.03

100.00

32.65

37.20

4.35

74.20

6.78

8.44

9.49

0.97

25.68

99.89

0.01

0.04

0.03

0.03

0.00

0.11

100.00

2018

III

23.58

30.23

5.20

59.01

8.28

14.49

16.79

1.35

40.91

99.92

-

0.08

-

-

-

0.08

100.00

Tabel 5.1. Pangsa Denominasi Uang Inflow

IV

20.62

30.66

6.43

57.71

10.32

13.59

16.94

1.39

42.24

99.95

0.02

0.01

0.02

0.00

0.00

0.05

100.00

2016

22.64

35.05

5.65

63.34

8.69

11.23

14.23

2.30

36.45

99.79

0.02

0.03

0.03

0.13

0.01

0.21

100.00

I II

27.09

34.72

4.97

66.77

7.93

11.06

12.54

1.55

33.08

99.85

0.02

0.03

0.05

0.06

0.00

0.15

100.00

16.45

20.73

7.59

44.77

11.57

17.13

21.89

2.62

53.21

97.98

0.22

0.66

0.48

0.64

0.02

2.02

100.00

2017

III

30.68

28.80

4.87

64.35

8.17

10.76

14.59

1.54

35.06

99.41

0.07

0.47

0.00

0.04

0.00

0.59

100.00

IV

16.09

23.73

6.54

46.36

10.68

15.84

24.12

2.65

53.30

99.66

0.00

0.28

0.05

0.01

0.00

0.34

100.00

2017

24.79

28.57

5.61

58.96

9.05

12.72

16.73

1.90

40.41

99.38

0.06

0.32

0.10

0.13

0.00

0.62

100.00

2018

30.10

33.24

4.82

68.16

7.66

10.53

12.53

1.05

31.77

99.93

0.01

0.04

0.01

0.01

0.00

0.07

100.00

I

32.11

42.35

4.58

79.04

5.17

7.68

7.35

0.69

20.89

99.93

0.02

0.01

0.01

0.03

0.00

0.07

100.00

2019

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

Grafik 5.3 Pangsa Nominal Transaksi RTGS (Outgoing) dan Kliring Provinsi Sulawesi Tengah

SUMBER: BANK INDONESIA

0%

20%

40%

60%

80%

100%

I II

2016

III IV I II

2017

III IV

RTGS OUTGOING NOMINAL (RP MILIAR) TOTAL KLIRING NOMINAL (RP MILIAR)

I II

2018

III IV I

2019

Grafik 5.2. Perkembangan Transaksi Non Tunai di Sulawesi Tengah

SUMBER: BANK INDONESIA

5,000

4,000

3,000

2,000

1,000

0

RTGS OUTGOING NOMINAL (RP MILIAR) TOTAL KLIRING NOMINAL (RP MILIAR)

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

5.1.2. Transaksi Keuangan Secara Non Tunai

Transaksi keuangan secara non tunai yang mencakup

transaksi yang menggunakan BI-Real Time Gross

Settlement (BI-RTGS) dan Sistem Kliring Nasional

Bank Indonesia (SKNBI) secara total mengalami

penurunan selama triwulan I 2019. Berdasarkan jumlah

nominal, transaksi dengan RTGS lebih dominan digunakan

di Provinsi Sulawesi Tengah bila dibandingkan SKNBI.

Nominal kliring pada triwulan laporan tercatat sebesar

Rp2,18 triliun, lebih tinggi 0,83% dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yang tercatat Rp2,16 triliun.

Sementara itu, jumlah warkat yang dikliringkan pada

triwulan laporan tercatat sebanyak 44.045 lembar, lebih

rendah 3,23% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

yang tercatat 45.514 lembar. Secara rata-rata, jumlah

KETERANGAN

100,000

50,000

20,000

Total UPB

10,000

5,000

2,000

1,000

Total UPK

Uang Kertas

1,000

500

200

100

50

Uang Logam

UK + UL

I II

26.89

20.74

4.98

52.61

7.60

10.74

14.27

0.26

32.88

85.49

5.34

4.78

2.03

2.37

0.00

14.51

100.00

24.27

38.60

3.95

66.82

6.54

9.18

11.72

0.15

27.59

94.41

1.92

1.51

1.05

1.11

0.00

5.59

100.00

2018

III

38.08

33.51

2.50

74.08

4.45

6.44

7.87

0.16

18.92

93.00

3.03

2.50

0.94

0.54

-

7.00

100.00

Tabel 5.2. Pangsa Denominasi Uang Outflow

IV

31.81

41.52

2.60

75.93

4.41

5.77

8.26

0.15

18.59

94.52

1.86

2.14

0.81

0.66

0.00

5.48

100.00

2016

29.15

30.91

4.10

64.16

6.70

9.15

11.53

0.12

27.51

91.67

3.52

2.17

1.39

1.25

0.00

8.33

100.00

I II

24.71

18.61

6.89

50.21

9.47

12.89

14.02

2.63

39.01

89.22

4.58

3.12

1.47

1.61

0.00

10.78

100.00

33.32

26.91

4.20

64.42

6.96

9.83

13.65

1.12

31.55

95.98

1.69

1.04

0.58

0.72

0.00

4.02

100.00

2017

III

37.65

30.40

2.98

71.03

6.12

7.23

9.17

0.30

22.83

93.86

2.45

1.53

0.83

1.33

0.00

6.14

100.00

IV

38.87

30.78

3.86

73.51

5.43

7.65

8.52

0.10

21.70

95.21

1.95

1.24

0.76

0.84

0.00

4.79

100.00

2017

34.89

27.82

4.21

66.92

6.58

9.07

11.35

0.82

27.82

94.74

2.18

1.39

0.77

0.93

0.00

5.26

100.00

2018

29.03

37.18

3.38

69.60

5.61

7.76

10.23

0.17

23.77

93.37

2.39

2.20

1.05

1.00

0.00

6.63

100.00

I

23.24

27.48

5.68

56.40

6.22

8.73

12.41

0.38

27.74

84.14

6.28

3.65

2.66

3.28

0.00

15.86

100.00

2019

warkat yang dikliringkan per hari selama triwulan I 2019

sebanyak 699,13 lembar. Sementara itu, untuk transaksi

pembayaran non tunai melalui sistem Bank Indonesia Real

Time Gross Settlement (BI-RTGS) Generasi 2 pada triwulan I

2019 mengalami penurunan dari sisi outgoing. Dana

keluar (outgoing) melalui RTGS pada triwulan laporan

tercatat sebesar Rp3,54 triliun, lebih rendah 25,76%

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar

Rp4,77 triliun.

Pada triwulan I 2019 peredaran cek dan bilyet giro

kosong mengalami penurunan dari sisi nominal

maupun dari sisi peredaran warkat. Cek dan Bilyet Giro

(BG) kosong yang dikliringkan pada triwulan laporan

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019 45

Page 61: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

5.1. KINERJA SISTEM PEMBAYARAN5.1.1. Transaksi Keuangan Secara Tunai

a. Perkembangan Uang Kartal (Inflow/Outflow)

Sepanjang triwulan I 2019, perkembangan uang

beredar di KPw BI Sulawesi Tengah tercatat net

inflow, lebih tinggi apabila dibandingkan triwulan

sebelumnya. Sesuai polanya, kebutuhan uang kartal

pada triwulan laporan cenderung dalam kondisi net inflow

yang berarti bahwa jumlah uang kartal yang masuk dari

kas Bank Indonesia baik melalui penyetoran perbankan

ataupun penarikan kas titipan cenderung lebih banyak

apabila dibandingkan uang kartal yang keluar dari kas

bank Indonesia. Jumlah uang yang masuk ke Kas Bank 13Indonesia (inflow ) pada triwulan I 2019 tercatat sebesar

Rp1,51 triliun, atau naik 270,30% (qtq) bila dibandingkan

Grafik 5.1 Perkembangan Inflow – Outflow Uang Tunai

SUMBER: BANK INDONESIA

RP MILIAR

-1.000,00

-500,00

-

500,00

1.000,00

1.500,00

2.000,00

2.500,00

INFLOW NET-OUTFLOWOUTFLOW

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

Uang yang masuk ke KPwBI Provinsi Sulteng baik Uang Layak Edar (ULE) maupun Uang

Tidak Layak Edar (UTLE) yang diperoleh dari Bank, Kas Titipan (Kastip), Kas Keliling

(Kaskel) , penukaran.

13. Uang yang keluar dari KPwBI Provinsi Sulteng yang dalam hal ini berupa Uang Layak

Edar (ULE) baik yang dipergunakan untuk pembayaran kepada Perbankan, Kaskel,

Kastip dan penukaran uang rusak.

14.

b. Aliran Perkasan Berdasarkan Denominasi

Aliran perkasan selama periode laporan baik dari sisi

inflow maupun outflow didominasi oleh pecahan

Rp100.000,00 dan Rp50.000,00. Dari sisi inflow, pada

triwulan I 2019, jumlah lembar uang kertas denominasi

Rp50.000,00 mencapai 11,57 juta lembar atau 42,35%

dari total seluruh uang kertas yang masuk ke Kas Bank

Indonesia, sedangkan uang kertas denominasi

Rp100.000,00 mencapai 8,77 juta lembar atau 32,11%

dari total seluruh uang kertas yang masuk ke Kas Bank

Indonesia. Sementara itu di sisi outflow, untuk denominasi

Rp100.000,00 tercatat sebanyak 2,98 juta lembar atau

23,24% dari total seluruh uang kertas yang keluar dari Kas

Bank Indonesia, sedangkan uang kertas denominasi

Rp50.000,00 mencapai 3,52 juta lembar atau 27,48% dari

total seluruh uang kertas yang keluar dari Kas Bank

Indonesia. Sementara itu, khusus untuk uang logam,

pecahan Rp1.000,00 mendominasi dari sisi inflow maupun

dari sisi outflow.

dengan triwulan sebelumnya sebesar Rp407,61 miliar. 14Sementara itu, jumlah uang keluar (outflow ) tercatat

sebesar Rp506,21miliar, atau turun 77,14% (qtq) bila

dibandingkan dengan triwulan IV 2018 sebesar Rp2,21

triliun, sehingga terdapat net-inflow sebesar Rp1,0 triliun.

KETERANGAN

100,000

50,000

20,000

Total UPB

10,000

5,000

2,000

1,000

Total UPK

Uang Kertas

1,000

500

200

100

50

Uang Logam

UK + UL

I II

35.77

32.72

4.30

72.79

6.91

8.72

10.77

0.78

27.18

99.97

0.01

0.02

0.00

0.00

0.00

0.03

100.00

32.65

37.20

4.35

74.20

6.78

8.44

9.49

0.97

25.68

99.89

0.01

0.04

0.03

0.03

0.00

0.11

100.00

2018

III

23.58

30.23

5.20

59.01

8.28

14.49

16.79

1.35

40.91

99.92

-

0.08

-

-

-

0.08

100.00

Tabel 5.1. Pangsa Denominasi Uang Inflow

IV

20.62

30.66

6.43

57.71

10.32

13.59

16.94

1.39

42.24

99.95

0.02

0.01

0.02

0.00

0.00

0.05

100.00

2016

22.64

35.05

5.65

63.34

8.69

11.23

14.23

2.30

36.45

99.79

0.02

0.03

0.03

0.13

0.01

0.21

100.00

I II

27.09

34.72

4.97

66.77

7.93

11.06

12.54

1.55

33.08

99.85

0.02

0.03

0.05

0.06

0.00

0.15

100.00

16.45

20.73

7.59

44.77

11.57

17.13

21.89

2.62

53.21

97.98

0.22

0.66

0.48

0.64

0.02

2.02

100.00

2017

III

30.68

28.80

4.87

64.35

8.17

10.76

14.59

1.54

35.06

99.41

0.07

0.47

0.00

0.04

0.00

0.59

100.00

IV

16.09

23.73

6.54

46.36

10.68

15.84

24.12

2.65

53.30

99.66

0.00

0.28

0.05

0.01

0.00

0.34

100.00

2017

24.79

28.57

5.61

58.96

9.05

12.72

16.73

1.90

40.41

99.38

0.06

0.32

0.10

0.13

0.00

0.62

100.00

2018

30.10

33.24

4.82

68.16

7.66

10.53

12.53

1.05

31.77

99.93

0.01

0.04

0.01

0.01

0.00

0.07

100.00

I

32.11

42.35

4.58

79.04

5.17

7.68

7.35

0.69

20.89

99.93

0.02

0.01

0.01

0.03

0.00

0.07

100.00

2019

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

Grafik 5.3 Pangsa Nominal Transaksi RTGS (Outgoing) dan Kliring Provinsi Sulawesi Tengah

SUMBER: BANK INDONESIA

0%

20%

40%

60%

80%

100%

I II

2016

III IV I II

2017

III IV

RTGS OUTGOING NOMINAL (RP MILIAR) TOTAL KLIRING NOMINAL (RP MILIAR)

I II

2018

III IV I

2019

Grafik 5.2. Perkembangan Transaksi Non Tunai di Sulawesi Tengah

SUMBER: BANK INDONESIA

5,000

4,000

3,000

2,000

1,000

0

RTGS OUTGOING NOMINAL (RP MILIAR) TOTAL KLIRING NOMINAL (RP MILIAR)

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

5.1.2. Transaksi Keuangan Secara Non Tunai

Transaksi keuangan secara non tunai yang mencakup

transaksi yang menggunakan BI-Real Time Gross

Settlement (BI-RTGS) dan Sistem Kliring Nasional

Bank Indonesia (SKNBI) secara total mengalami

penurunan selama triwulan I 2019. Berdasarkan jumlah

nominal, transaksi dengan RTGS lebih dominan digunakan

di Provinsi Sulawesi Tengah bila dibandingkan SKNBI.

Nominal kliring pada triwulan laporan tercatat sebesar

Rp2,18 triliun, lebih tinggi 0,83% dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yang tercatat Rp2,16 triliun.

Sementara itu, jumlah warkat yang dikliringkan pada

triwulan laporan tercatat sebanyak 44.045 lembar, lebih

rendah 3,23% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

yang tercatat 45.514 lembar. Secara rata-rata, jumlah

KETERANGAN

100,000

50,000

20,000

Total UPB

10,000

5,000

2,000

1,000

Total UPK

Uang Kertas

1,000

500

200

100

50

Uang Logam

UK + UL

I II

26.89

20.74

4.98

52.61

7.60

10.74

14.27

0.26

32.88

85.49

5.34

4.78

2.03

2.37

0.00

14.51

100.00

24.27

38.60

3.95

66.82

6.54

9.18

11.72

0.15

27.59

94.41

1.92

1.51

1.05

1.11

0.00

5.59

100.00

2018

III

38.08

33.51

2.50

74.08

4.45

6.44

7.87

0.16

18.92

93.00

3.03

2.50

0.94

0.54

-

7.00

100.00

Tabel 5.2. Pangsa Denominasi Uang Outflow

IV

31.81

41.52

2.60

75.93

4.41

5.77

8.26

0.15

18.59

94.52

1.86

2.14

0.81

0.66

0.00

5.48

100.00

2016

29.15

30.91

4.10

64.16

6.70

9.15

11.53

0.12

27.51

91.67

3.52

2.17

1.39

1.25

0.00

8.33

100.00

I II

24.71

18.61

6.89

50.21

9.47

12.89

14.02

2.63

39.01

89.22

4.58

3.12

1.47

1.61

0.00

10.78

100.00

33.32

26.91

4.20

64.42

6.96

9.83

13.65

1.12

31.55

95.98

1.69

1.04

0.58

0.72

0.00

4.02

100.00

2017

III

37.65

30.40

2.98

71.03

6.12

7.23

9.17

0.30

22.83

93.86

2.45

1.53

0.83

1.33

0.00

6.14

100.00

IV

38.87

30.78

3.86

73.51

5.43

7.65

8.52

0.10

21.70

95.21

1.95

1.24

0.76

0.84

0.00

4.79

100.00

2017

34.89

27.82

4.21

66.92

6.58

9.07

11.35

0.82

27.82

94.74

2.18

1.39

0.77

0.93

0.00

5.26

100.00

2018

29.03

37.18

3.38

69.60

5.61

7.76

10.23

0.17

23.77

93.37

2.39

2.20

1.05

1.00

0.00

6.63

100.00

I

23.24

27.48

5.68

56.40

6.22

8.73

12.41

0.38

27.74

84.14

6.28

3.65

2.66

3.28

0.00

15.86

100.00

2019

warkat yang dikliringkan per hari selama triwulan I 2019

sebanyak 699,13 lembar. Sementara itu, untuk transaksi

pembayaran non tunai melalui sistem Bank Indonesia Real

Time Gross Settlement (BI-RTGS) Generasi 2 pada triwulan I

2019 mengalami penurunan dari sisi outgoing. Dana

keluar (outgoing) melalui RTGS pada triwulan laporan

tercatat sebesar Rp3,54 triliun, lebih rendah 25,76%

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar

Rp4,77 triliun.

Pada triwulan I 2019 peredaran cek dan bilyet giro

kosong mengalami penurunan dari sisi nominal

maupun dari sisi peredaran warkat. Cek dan Bilyet Giro

(BG) kosong yang dikliringkan pada triwulan laporan K

AN

TOR

PE

RW

AK

ILA

N B

AN

K IN

DO

NE

SIA

PR

OV

INS

I S

UL

AW

ES

I TE

NG

AH

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019 45

Page 62: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

Grafik 5.4 Perkembangan Nominal dan Jumlah Warkat Kliring Prov. Sulawesi Tengah

SUMBER: BANK INDONESIA

RP MILIAR LEMBAR

NOMINAL KLIRING (RP MILIAR) VOLUME KLIRING (LEMBAR)

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

40.000

45.000

50.000

55.000

60.000

65.000

70.000

-

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

Grafik 5.5 Perputaran Cek dan Bilyet Giro Kosong Provinsi Sulawesi Tengah

%RRH NOMINAL KLIRING PENGEMBALIAN %RRH VOLUME KLIRING PENGEMBALIAN

I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

SUMBER: BANK INDONESIA

tercatat sebanyak 248 lembar, jumlah ini menurun

58,25% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang

tercatat sebanyak 594 lembar. Dari sisi nominal, cek/BG

kosong yang dikliringkan menurun 49,49% menjadi

sebesar Rp11,67 miliar, dari triwulan sebelumnya sebesar

Rp23,10 miliar. Ke depan transaksi pembayaran non tunai

diharapkan lebih diminati oleh masyarakat, karena dapat

mengurangi r i s iko t indakan kejahatan sepert i

perampokan, pencurian dan terhindar dari uang palsu.

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 201946

KETENAGAKERJAAN& KESEJAHTERAAN

BAB VI

70,96%PEKERJA

PENGANGGURAN

PEND. MISKIN

NILAI TUKAR PETANI

3,54%

13,69%

95,27

Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Tengah secara umum relatif

menurun namun masih dalam prospek yang optimis.

Tingkat kemiskinan mengalami penurunan seiring dengan membaiknya

kinerja LU pertanian dan perdagangan pada triwulan laporan.

Rasio Gini Sulawesi Tengah pada September 2018 sebesar 0,317, relatif

stagnan jika dibandingkan posisi September 2017 yakni 0,345. Akan

tetapi mengalami penurunan 0,029 poin jika dibandingkan dengan

Maret 2018 yang sebesar 0,346.

Nilai tukar petani (NTP) Sulawesi Tengah masih berada di bawah NTP

Nasional. Untuk itu perlu upaya lebih dalam meningkatkan

pemberdayaan petani, baik melalui program ekstensifikasi maupun

intensifikasi, serta meningkatkan daya tawar petani melalui perbaikan

kelembagaan.

Petani di Parigi Moutong sedang memanen padi dari sawahnya

Page 63: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

Grafik 5.4 Perkembangan Nominal dan Jumlah Warkat Kliring Prov. Sulawesi Tengah

SUMBER: BANK INDONESIA

RP MILIAR LEMBAR

NOMINAL KLIRING (RP MILIAR) VOLUME KLIRING (LEMBAR)

I II

2016

III IV I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

40.000

45.000

50.000

55.000

60.000

65.000

70.000

-

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

Grafik 5.5 Perputaran Cek dan Bilyet Giro Kosong Provinsi Sulawesi Tengah

%RRH NOMINAL KLIRING PENGEMBALIAN %RRH VOLUME KLIRING PENGEMBALIAN

I II

2017

III IV I II

2018

III IV I

2019

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

SUMBER: BANK INDONESIA

tercatat sebanyak 248 lembar, jumlah ini menurun

58,25% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang

tercatat sebanyak 594 lembar. Dari sisi nominal, cek/BG

kosong yang dikliringkan menurun 49,49% menjadi

sebesar Rp11,67 miliar, dari triwulan sebelumnya sebesar

Rp23,10 miliar. Ke depan transaksi pembayaran non tunai

diharapkan lebih diminati oleh masyarakat, karena dapat

mengurangi r i s iko t indakan kejahatan sepert i

perampokan, pencurian dan terhindar dari uang palsu.

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 201946

KETENAGAKERJAAN& KESEJAHTERAAN

BAB VI

70,96%PEKERJA

PENGANGGURAN

PEND. MISKIN

NILAI TUKAR PETANI

3,54%

13,69%

95,27

Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Tengah secara umum relatif

menurun namun masih dalam prospek yang optimis.

Tingkat kemiskinan mengalami penurunan seiring dengan membaiknya

kinerja LU pertanian dan perdagangan pada triwulan laporan.

Rasio Gini Sulawesi Tengah pada September 2018 sebesar 0,317, relatif

stagnan jika dibandingkan posisi September 2017 yakni 0,345. Akan

tetapi mengalami penurunan 0,029 poin jika dibandingkan dengan

Maret 2018 yang sebesar 0,346.

Nilai tukar petani (NTP) Sulawesi Tengah masih berada di bawah NTP

Nasional. Untuk itu perlu upaya lebih dalam meningkatkan

pemberdayaan petani, baik melalui program ekstensifikasi maupun

intensifikasi, serta meningkatkan daya tawar petani melalui perbaikan

kelembagaan.

Petani di Parigi Moutong sedang memanen padi dari sawahnya

Page 64: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

Grafik 6.2 Ketenagakerjaan Formal dan Informasl

0

200.000

400.000

600.000

800.000

1.000.000

1.200.000

1.400.000

1.600.000

2015 2016 2017 2018

FEB AGU FEB AGU FEB AGU FEB

BERUSAHA SENDIRIBURUH/KARYAWAN

BERUSAHA DIBANTU BURUH TIDAK TETAPPEKERJA BEBAS

BERUSAHA DIBANTU BURUH TETAPPEKERJA KELUARGA/TAK DIBAYAR

AGU FEB

2019

Grafik 6.1 Ketenagakerjaan Berdasarkan Status Usah

FORMAL INFORMAL

FEBRUARI 2018 FEBRUARI 2019

488.541

1.031.763

532.895

960.901

pada kegiatan formal sebanyak 532.837 orang (35,67%),

sedangkan yang bekerja pada kegiatan informal sebanyak

960.958 orang (64,33%). Kemajuan perekonomian

Sulawesi Tengah dan semakin terbukanya peluang pasar

kerja untuk LU industri pengolahan diperkirakan akan

semakin memperbesar kesempatan kerja masyarakat

Sulawesi Tengah di LU formal. Pembangunan sumber daya

manusia sendiri merupakan prioritas utama dalam RPJMD

2016-2021, hal ini membuat Pemerintah Daerah

diharapkan dapat lebih meningkatkan kontribusinya

dalam membangun sumber daya manusia lokal yang

mampu bersaing di pasar kerja modern yang semakin

bersifat borderless. Informasi lowongan pekerjaan sendiri

dapat diperoleh tanpa melalui perantara dan batas negara

dengan adanya bantuan teknologi informasi khususnya

internet.

Menurut tingkat pendidikannya, penyerapan tenaga

kerja Sulawesi Tengah pada Februari 2019 masih

didominasi oleh pekerja berpendidikan rendah dan

menengah. Pangsa angkatan kerja yang berpendidikan

rendah (SD), menengah (SMP, SMA dan SMK), dan tinggi

Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Tengah secara

umum relatif menurun. Jumlah angkatan kerja per

Februari 2019 mencapai 1,55 juta orang lebih rendah

dibandingkan periode Februari 2018 yang tercatat

sebanyak 1,57 juta orang. Tingkat Partisipasi Angkatan

Kerja (TPAK) turun dari 73,28% pada Februari 2018

menjadi 70,96% pada periode laporan. Oleh karena itu,

jumlah penganggur (data Februari 2019) mencapai 54.843

naik jika dibandingkan periode Februari 2018 sebesar

50.082 orang. Penurunan jumlah angkatan kerja yang

disertai dengan penurunan tingkat partisipasi angkatan

kerja menyebabkan tingkat pengangguran terbuka (TPT)

Naik dari 3,19% pada Februari 2018 menjadi 3,54% pada

periode Februari 2019.

Penyerapan tenaga kerja di Sulawesi Tengah masih

didominasi oleh masyarakat yang bekerja di LU

informal. Dari tujuh kategori status pekerjaan utama,

pekerja formal mencakup kategori berusaha dengan

dibantu buruh tetap dan kategori buruh/karyawan,

sedangkan sisanya termasuk pekerja informal. Pada

Februari 2019 masyarakat Sulawesi Tengah yang bekerja

Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke atas Menurut Jenis Kegiatan Utama

JENIS KEGIATAN UTAMA

1. Angkatan Kerja

Bekerja

Pengangguran

2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

3. Tingkat Pengangguran Terbuka

4. Pekerja Tidak Penuh

Setengah Penganggur

Paruh Waktu

1,494,757

1,443,060

51,697

72.20

3.46

533,537

168,967

364,570

1,509,505

1,459,803

49,702

72.28

3.29

472 413

144 277

472 413

1,557,099

1,510,782

46,317

73.87

2.97

595,452

150,499

444,953

1,428,583

1,374,214

54,369

67.14

3.81

492,630

159,893

332,737

1,570,386

1,520,304

50,082

73.28

3.19

553,683

135,651

418,032

Sumber : BPS Prov. Sulawesi Tengah

FEB AGS

2016

FEB AGS

2017

FEB

2018

AGS

1,502,972

1,451,491

51,481

69.52

3.43

546,029

152,052

393,977

1,548,639

1,493,796

54,843

70.96

3.54

526,663

137,618

389,015

FEB

2019

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 201948

dan Kabupaten Banggai mengalami peningkatan TPT

berturut-turut sebesar 0,17 poin menjadi 2,89 dan 0,06

poin menjadi 3,0, faktanya hal tersebut mengindikasikan

penyerapan tenaga kerja di kedua wilayah tersebut tidak

searah dengan pesatnya pertumbuhan industri di kedua

wilayah tersebut. Meskipun demikian kenaikan TPT di

kedua wilayah tersebut masih dalam batasan wajar

mengingat kenaikan TPT tersebut terbilang kecil dan nilai

TPT tersebut berada dibawah TPT Sulawesi Tengah.

Pengangguran di perkotaan meningkat dari 4,49% pada

Februari 2018 menjadi 4,77 per Februari 2019. Di sisi lain,

pengangguran di pedesaan mengalami sedikit peningkatan

dari 2,65% pada Februari 2018 menjadi 3,04% per

Februari 2019. Hal ini mengindikasikan peningkatan

pengangguran tidak hanya terjadi di LU pertanian, akan

tetapi juga di LU perdagangan ataupun industri.

Bila dianalisis berdasarkan tingkat pendidikan, TPT

tertinggi di Sulawesi Tengah terdapat pada kelompok

angkatan kerja dengan tingkat pendidikan Diploma

yang mencapai 9,89%, diikuti dengan SMK yang

mencapai 8,64%. Tingkat pengangguran untuk tenaga

kerja (TK) Diploma dan SMK meningkat tajam berturut-

turt dari 5,97% dan 5,12% pada Februari 2018 menjadi

9,89% 8,64% pada Februari 2019. Tingginya tingkat

pengangguran pada jenjang pendidikan Diploma

mengindikasikan naiknya kriteria pendidikan yang

dipersyaratkan oleh perusahaan perekrut tenaga kerja di

Sulawesi Tengah. Di s is i lain, naiknya t ingkat

pengangguran lulusan SMK terindikasi lebih disebabkan

oleh pendidikan keterampilan spesifik yang dimiliki oleh

lulusan SMK belum dapat atau tidak memenuhi kebutuhan

yang diperlukan oleh perusahaan perekrut para pekerja.

(Diploma dan Universitas) berturut-turut sebesar 58,90%;

27,77% dan 13,33%. Kondisi ini relatif tak banyak

berubah jika dibandingkan pangsa tenaga kerja Februari

2018 yang masing-masing tercatat 62,14%; 26,70% dan

11,16%. Hal ini menunjukkan bahwa struktur

ketenagakerjaan Sulawesi Tengah masih belum memiliki

fundamental yang kuat, karena masih didominasi oleh

tenaga kerja dengan pendidikan menengah ke bawah.

Situasi ini perlu lebih disikapi serius oleh pemerintah

daerah, sehingga ke depan investasi pada kualitas dan

kuantitas tenaga terdidik dapat lebih ditingkatkan,

sehingga mampu bersaing dalam lingkup Nasional

maupun regional ASEAN. Pentingnya peningkatan kualitas

tenaga kerja juga disebabkan karena pasar tenaga kerja

Indonesia harus bersaing dengan tenaga kerja regional

seiring dengan adanya Implementasi Masyarakat Ekonomi

Asean (MEA). Hal ini krusial agar melimpahnya PMA di

Sulawesi Tengah juga mampu menyerap tenaga kerja

penduduk asli Sulawesi Tengah dan bukan hanya

penduduk provinsi lain ataupun tenaga kerja asing yang

bekerja di Sulawesi Tengah.

6.1.1. Tingkat Pengangguran Sulawesi Tengah

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Sulawesi

Tengah pada Februari 2019 mencapai 3,54% lebih

tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu

sebesar 3,19%. angka ini bahkan lebih rendah dari rata-

rata Agustus dalam 3 tahun terakhir yang sebesar 3,21%.

Secara Spasial, tingkat pengangguran tertinggi berada di

Kota Palu sebesar 5,81%, diikuti dengan Kabupaten Buol

sebesar 4,57% dan Kabupaten Sigi sebesar 3,78%. Di sisi

lain, wilayah yang memiliki dampak pada pertumbuhan

ekonomi Sulawesi Tengah seperti Kabupaten Morowali

Tabel 6.2. Penduduk Usia 15 Tahun ke atas yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

JENIS KEGIATAN UTAMA

1. SD Ke Bawah

2. SMP

3. SMA

4. SMK

5. Diploma I/II/III

6. Universitas

Jumlah

FEB AGS

669,469

263,204

245,050

112,990

37,460

114,887

1,443,060

652,876

270,624

259,311

98,655

45,913

132,424

1,459,803

2016

FEB AGS

691,307

275,357

271,030

112,424

35,089

125,575

1,510,782

640,798

253,718

263,799

90,918

31,999

147,351

1,428,583

2017

FEB

672,332

272,363

281,020

124,964

30,638

138,987

1,520,304

2018

AGS

663,225

255,378

286,985

105,354

40,591

151,439

1,502,972

FEB

631,694

248,165

308,376

106,432

37,062

162,067

1,493,796

2019

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019 49

6.1. KETENAGAKERJAAN

Page 65: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

Grafik 6.2 Ketenagakerjaan Formal dan Informasl

0

200.000

400.000

600.000

800.000

1.000.000

1.200.000

1.400.000

1.600.000

2015 2016 2017 2018

FEB AGU FEB AGU FEB AGU FEB

BERUSAHA SENDIRIBURUH/KARYAWAN

BERUSAHA DIBANTU BURUH TIDAK TETAPPEKERJA BEBAS

BERUSAHA DIBANTU BURUH TETAPPEKERJA KELUARGA/TAK DIBAYAR

AGU FEB

2019

Grafik 6.1 Ketenagakerjaan Berdasarkan Status Usah

FORMAL INFORMAL

FEBRUARI 2018 FEBRUARI 2019

488.541

1.031.763

532.895

960.901

pada kegiatan formal sebanyak 532.837 orang (35,67%),

sedangkan yang bekerja pada kegiatan informal sebanyak

960.958 orang (64,33%). Kemajuan perekonomian

Sulawesi Tengah dan semakin terbukanya peluang pasar

kerja untuk LU industri pengolahan diperkirakan akan

semakin memperbesar kesempatan kerja masyarakat

Sulawesi Tengah di LU formal. Pembangunan sumber daya

manusia sendiri merupakan prioritas utama dalam RPJMD

2016-2021, hal ini membuat Pemerintah Daerah

diharapkan dapat lebih meningkatkan kontribusinya

dalam membangun sumber daya manusia lokal yang

mampu bersaing di pasar kerja modern yang semakin

bersifat borderless. Informasi lowongan pekerjaan sendiri

dapat diperoleh tanpa melalui perantara dan batas negara

dengan adanya bantuan teknologi informasi khususnya

internet.

Menurut tingkat pendidikannya, penyerapan tenaga

kerja Sulawesi Tengah pada Februari 2019 masih

didominasi oleh pekerja berpendidikan rendah dan

menengah. Pangsa angkatan kerja yang berpendidikan

rendah (SD), menengah (SMP, SMA dan SMK), dan tinggi

Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Tengah secara

umum relatif menurun. Jumlah angkatan kerja per

Februari 2019 mencapai 1,55 juta orang lebih rendah

dibandingkan periode Februari 2018 yang tercatat

sebanyak 1,57 juta orang. Tingkat Partisipasi Angkatan

Kerja (TPAK) turun dari 73,28% pada Februari 2018

menjadi 70,96% pada periode laporan. Oleh karena itu,

jumlah penganggur (data Februari 2019) mencapai 54.843

naik jika dibandingkan periode Februari 2018 sebesar

50.082 orang. Penurunan jumlah angkatan kerja yang

disertai dengan penurunan tingkat partisipasi angkatan

kerja menyebabkan tingkat pengangguran terbuka (TPT)

Naik dari 3,19% pada Februari 2018 menjadi 3,54% pada

periode Februari 2019.

Penyerapan tenaga kerja di Sulawesi Tengah masih

didominasi oleh masyarakat yang bekerja di LU

informal. Dari tujuh kategori status pekerjaan utama,

pekerja formal mencakup kategori berusaha dengan

dibantu buruh tetap dan kategori buruh/karyawan,

sedangkan sisanya termasuk pekerja informal. Pada

Februari 2019 masyarakat Sulawesi Tengah yang bekerja

Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke atas Menurut Jenis Kegiatan Utama

JENIS KEGIATAN UTAMA

1. Angkatan Kerja

Bekerja

Pengangguran

2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

3. Tingkat Pengangguran Terbuka

4. Pekerja Tidak Penuh

Setengah Penganggur

Paruh Waktu

1,494,757

1,443,060

51,697

72.20

3.46

533,537

168,967

364,570

1,509,505

1,459,803

49,702

72.28

3.29

472 413

144 277

472 413

1,557,099

1,510,782

46,317

73.87

2.97

595,452

150,499

444,953

1,428,583

1,374,214

54,369

67.14

3.81

492,630

159,893

332,737

1,570,386

1,520,304

50,082

73.28

3.19

553,683

135,651

418,032

Sumber : BPS Prov. Sulawesi Tengah

FEB AGS

2016

FEB AGS

2017

FEB

2018

AGS

1,502,972

1,451,491

51,481

69.52

3.43

546,029

152,052

393,977

1,548,639

1,493,796

54,843

70.96

3.54

526,663

137,618

389,015

FEB

2019

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 201948

dan Kabupaten Banggai mengalami peningkatan TPT

berturut-turut sebesar 0,17 poin menjadi 2,89 dan 0,06

poin menjadi 3,0, faktanya hal tersebut mengindikasikan

penyerapan tenaga kerja di kedua wilayah tersebut tidak

searah dengan pesatnya pertumbuhan industri di kedua

wilayah tersebut. Meskipun demikian kenaikan TPT di

kedua wilayah tersebut masih dalam batasan wajar

mengingat kenaikan TPT tersebut terbilang kecil dan nilai

TPT tersebut berada dibawah TPT Sulawesi Tengah.

Pengangguran di perkotaan meningkat dari 4,49% pada

Februari 2018 menjadi 4,77 per Februari 2019. Di sisi lain,

pengangguran di pedesaan mengalami sedikit peningkatan

dari 2,65% pada Februari 2018 menjadi 3,04% per

Februari 2019. Hal ini mengindikasikan peningkatan

pengangguran tidak hanya terjadi di LU pertanian, akan

tetapi juga di LU perdagangan ataupun industri.

Bila dianalisis berdasarkan tingkat pendidikan, TPT

tertinggi di Sulawesi Tengah terdapat pada kelompok

angkatan kerja dengan tingkat pendidikan Diploma

yang mencapai 9,89%, diikuti dengan SMK yang

mencapai 8,64%. Tingkat pengangguran untuk tenaga

kerja (TK) Diploma dan SMK meningkat tajam berturut-

turt dari 5,97% dan 5,12% pada Februari 2018 menjadi

9,89% 8,64% pada Februari 2019. Tingginya tingkat

pengangguran pada jenjang pendidikan Diploma

mengindikasikan naiknya kriteria pendidikan yang

dipersyaratkan oleh perusahaan perekrut tenaga kerja di

Sulawesi Tengah. Di s is i lain, naiknya t ingkat

pengangguran lulusan SMK terindikasi lebih disebabkan

oleh pendidikan keterampilan spesifik yang dimiliki oleh

lulusan SMK belum dapat atau tidak memenuhi kebutuhan

yang diperlukan oleh perusahaan perekrut para pekerja.

(Diploma dan Universitas) berturut-turut sebesar 58,90%;

27,77% dan 13,33%. Kondisi ini relatif tak banyak

berubah jika dibandingkan pangsa tenaga kerja Februari

2018 yang masing-masing tercatat 62,14%; 26,70% dan

11,16%. Hal ini menunjukkan bahwa struktur

ketenagakerjaan Sulawesi Tengah masih belum memiliki

fundamental yang kuat, karena masih didominasi oleh

tenaga kerja dengan pendidikan menengah ke bawah.

Situasi ini perlu lebih disikapi serius oleh pemerintah

daerah, sehingga ke depan investasi pada kualitas dan

kuantitas tenaga terdidik dapat lebih ditingkatkan,

sehingga mampu bersaing dalam lingkup Nasional

maupun regional ASEAN. Pentingnya peningkatan kualitas

tenaga kerja juga disebabkan karena pasar tenaga kerja

Indonesia harus bersaing dengan tenaga kerja regional

seiring dengan adanya Implementasi Masyarakat Ekonomi

Asean (MEA). Hal ini krusial agar melimpahnya PMA di

Sulawesi Tengah juga mampu menyerap tenaga kerja

penduduk asli Sulawesi Tengah dan bukan hanya

penduduk provinsi lain ataupun tenaga kerja asing yang

bekerja di Sulawesi Tengah.

6.1.1. Tingkat Pengangguran Sulawesi Tengah

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Sulawesi

Tengah pada Februari 2019 mencapai 3,54% lebih

tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu

sebesar 3,19%. angka ini bahkan lebih rendah dari rata-

rata Agustus dalam 3 tahun terakhir yang sebesar 3,21%.

Secara Spasial, tingkat pengangguran tertinggi berada di

Kota Palu sebesar 5,81%, diikuti dengan Kabupaten Buol

sebesar 4,57% dan Kabupaten Sigi sebesar 3,78%. Di sisi

lain, wilayah yang memiliki dampak pada pertumbuhan

ekonomi Sulawesi Tengah seperti Kabupaten Morowali

Tabel 6.2. Penduduk Usia 15 Tahun ke atas yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

JENIS KEGIATAN UTAMA

1. SD Ke Bawah

2. SMP

3. SMA

4. SMK

5. Diploma I/II/III

6. Universitas

Jumlah

FEB AGS

669,469

263,204

245,050

112,990

37,460

114,887

1,443,060

652,876

270,624

259,311

98,655

45,913

132,424

1,459,803

2016

FEB AGS

691,307

275,357

271,030

112,424

35,089

125,575

1,510,782

640,798

253,718

263,799

90,918

31,999

147,351

1,428,583

2017

FEB

672,332

272,363

281,020

124,964

30,638

138,987

1,520,304

2018

AGS

663,225

255,378

286,985

105,354

40,591

151,439

1,502,972

FEB

631,694

248,165

308,376

106,432

37,062

162,067

1,493,796

2019

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019 49

6.1. KETENAGAKERJAAN

Page 66: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

Grafik 6.3 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

4.00

3.50

3.00

2.50

2.00

2016 2017

FEB AGU FEB AGU

3.54

2018

FEB AGU FEB

2019

SUMBER : BPS SULAWESI TENGAH, DIOLAH

Grafik 6.4 TPT menurut Tingkat Pendidikan

SD KE BAWAH

SMP SMA SMKDIPLOMA

I/II/IIIUNIVERSITAS

FEBRUARI 2018 FEBRUARI 2019

2,1 2,16

5,62 5,125,97

2,93

1,582,17

5,85

8,64

9,89

3,52

SUMBER : BPS SULAWESI TENGAH, DIOLAH

Berdasarkan lapangan kerja utama, LU pertanian dan

LU perdagangan masih menjadi LU penyerap tenaga

kerja terbesar di Sulawesi Tengah. Secara pangsa, LU

pertanian dan perdagangan menyerap tenaga kerja

dengan pangsa 38,46% dan 15,37%. Pangsa LU pertanian

mengalami penurunan jika dibandingkan dengan periode

Februari 2018 dengan pangsa pertanian sebesar 42,10%.

Di sisi lain pangsa LU perdagangan mengalami kenaikan jika

dibandingkan periode Februari 2018 yakni sebesar

14,38%. Sementara itu, pangsa LU industri pengolahan

naik dari 9,28% ke 10,34% pada Februari 2019. Secara

tren, jumlah TK di LU industri pengolahan memang terus

meningkat. Bila dibandingkan dengan periode Februari

2018, TK LU ini tumbuh 9,43%. Fakta ini dapat dipahami

mengingat pesatnya pertumbuhan industri pengolahan

nikel dan gas alam di Sulawesi Tengah. Namun demikian,

terdapat beberapa hal yang perlu dicermati. TK yang beralih

ke LU industri ini apakah berasal dari pekerja dari LU lain

(misal LU perdagangan) atau fresh graduate. Bila berasal

dari LU lain, perlu dicermati apakah ketrampilan yang

dipersyaratkan oleh korporasi memenuhi. Apabila tidak

dipenuhi, kemungkinan besar TK beralih ke LU industri

sebagai pekerja kasar. Oleh karena itu, pelatihan atau

workshop ketrampilan-ketrampilan baru yang sesuai

dengan kebutuhan industri sangatlah dibutuhkan oleh

masyarakat. Acara semacam ini bisa diselenggarakan oleh

pemerintah dengan kerjasama oleh korporasi yang

bersangkutan. Dengan demikian, pekerja yang beralih

pekerjaan di LU industri pengolahan mampu mempunyai

jenjang karir yang lebih baik ke depannya.

Sementara itu, tingkat pengangguran untuk TK

dengan jenjang pendidikan menengah kebawah

lebih rendah dibandingkan dengan TK dengan

jenjang pendidikan menengah ke atas. Hal ini

kemungkinan disebabkan TK yang berpendidikan rendah

cenderung fleksibel dalam menerima pekerjaan.

Sementara itu, TK yang berpendidikan lebih tinggi

cenderung selektif dalam memilih pekerjaan yang sesuai.

Pemerintah daerah diharapkan dapat mendorong

peningkatan penciptaan lapangan kerja khususnya

bagi tenaga kerja terdidik. Penyelenggaraan job fair

dengan bekerja sama dengan korporasi strategis di

Sulawesi Tengah menjadi salah satu alternatif untuk solusi

permasalahan ini. Pemerintah daerah juga diharapkan

lebih mendorong lulusan Sekolah Menengah Kejuruan

untuk lebih berani dan kreatif menjadi wirausaha sehingga

dapat mendorong penciptaan lapangan kerja baru.

Perbankan dan lembaga keuangan lain juga diharapkan

dapat memberikan bantuan dengan menyediakan kredit

modal kerja sebagai bantuan start up pada penciptaan

wirausaha baru. Outlook dunia usaha yang akhir-akhir ini

cenderung stagnan membutuhkan dukungan wirausaha-

wirausaha baru untuk menciptakan inovasi dunia usaha

dan mengembangkan industri kreatif yang kompetitif. Hal

ini juga didukung oleh masih terbukanya peluang pasar

pada industri kreatif tidak hanya pada level Nasional tetapi

pada level Internasional.

6.1.2. Ketenegakerjaan Secara Sektoral

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 201950

Grafik 6.6. Persentase TK Menurut Lapangan Kerja

0

100000

200000

300000

400000

500000

600000

700000

800000

FEB-2014 FEB-2015 FEB-2016 FEB-2017 FEB-2018

PERTANIAN LINEAR (PERTANIAN)INDUSTRI LINEAR (INDUSTRI)

FEB-2019

Grafik 6.5. Perkembangan TK Industri & Pertanian

0%

20%

40%

60%

80%

100%

FEB AGU

2014 2015 2016 2017

FEB AGU FEB AGU FEB AGU

PERTANIAN INDUSTRI PERDAGANGAN JASA KEMASYARAKATAN LAINNYA

2018

FEB AGU FEB

2019

melakukan pengawasan terhadap implementasi kebijakan

UMP tersebut, sehingga upah yang diberikan oleh

perusahaan yang berada di Sulawesi Tengah minimal

sesuai dengan besaran UMP yang ditetapkan.

Tingkat UMP pada 2019 meningkat 8,03%

dibandingkan tahun sebelumnya. UMP naik

Rp157.808,00 dibandingkan UMP 2018 menjadi

Rp2.123.040,00. Peningkatan UMP diharapkan dapat

meningkatkan taraf hidup masyarakat, terutama bagi

masyarakat yang bekerja di LU formal. Naiknya UMP juga

diharapkan mampu meningkatkan daya beli masyarakat

khususnya dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar.

Adapun rumus perhitungan UMP tahun ini tidak lagi

berdasarkan pada angka kebutuhan layak, melainkan

menggunakan rumus perhitungan UMP sesuai dengan

Peraturan Pemerintah 78 Tahun 2015 tentang

pengupahan. Berdasarkan peraturan tersebut

pertumbuhan Upah Minimum mempertimbangkan

pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi. Kenaikan

8,03% ini merupakan penjumlahan dari rata-rata

pertumbuhan ekonomi Nasional yang ditetapkan 5,15%

(yoy) dan tingkat inflasi 2,88% (yoy) yang dikalikan dengan

besaran UMP di tahun ber ja lan yakni sebesar

Rp1.965.232,00. Pihak pemerintah masih harus

6.1.3. UMP Provinsi Sulawesi Tengah 2019

Grafik 6.7 Perkembangan UMP Sulawesi Tengah

SUMBER : DISNAKERTRANS & BPS

UMP (RUPIAH) G UPAH

0

500.000

1.000.000

1.500.000

2.000.000

2.500.000

0%

10%

20%

30%

20

04

20

05

20

06

20

07

20

08

20

09

20

10

20

11

20

12

20

13

20

14

20

15

20

16

20

17

20

18

20

19

RP

6.2. KEMISKINAN

Jumlah penduduk miskin di Sulawesi Tengah pada

September 2018 mengalami sedikit penurunan

dibandingkan posisi Maret 2018. Pada September 2018

jumlah penduduk miskin tercatat sebanyak 413.490 jiwa

atau 13,69% dari Jumlah penduduk Sulawesi Tengah.

Jumlah tersebut terus mengalami penurunan jika

dibandingkan posisi September 2017 dan Maret 2018

yang tercatat berturut-turut sebesar 14,22% dan 14,01%.

Tren penurunan jumlah dan presentase penduduk miskin

di Sulawesi Tengah terus berlanjut, hal tersebut

mengindikasikan program jangka menengah pengentasan

kemiskinan oleh Pemerintah Daerah telah memberikan

dampak positif terhadap jumlah dan presentasi penduduk

miskin di Sulawesi Tengah. Meskipun demikian dampak

positif dari program pengentasan kemiskinan di Sulawesi

Tengah masih harus ditingkatkan, hal tersebut terindikasi

dari pergerakan grafik penurunan angka kemiskinan yang

cukup rigid dalam tiga tahun terakhir dan presentase

angka kemiskinan masih berada pada kisaran yang tinggi

yakni 13% (Grafik 6.8 dan Grafik 6.9).

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019 51

Page 67: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

Grafik 6.3 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

4.00

3.50

3.00

2.50

2.00

2016 2017

FEB AGU FEB AGU

3.54

2018

FEB AGU FEB

2019

SUMBER : BPS SULAWESI TENGAH, DIOLAH

Grafik 6.4 TPT menurut Tingkat Pendidikan

SD KE BAWAH

SMP SMA SMKDIPLOMA

I/II/IIIUNIVERSITAS

FEBRUARI 2018 FEBRUARI 2019

2,1 2,16

5,62 5,125,97

2,93

1,582,17

5,85

8,64

9,89

3,52

SUMBER : BPS SULAWESI TENGAH, DIOLAH

Berdasarkan lapangan kerja utama, LU pertanian dan

LU perdagangan masih menjadi LU penyerap tenaga

kerja terbesar di Sulawesi Tengah. Secara pangsa, LU

pertanian dan perdagangan menyerap tenaga kerja

dengan pangsa 38,46% dan 15,37%. Pangsa LU pertanian

mengalami penurunan jika dibandingkan dengan periode

Februari 2018 dengan pangsa pertanian sebesar 42,10%.

Di sisi lain pangsa LU perdagangan mengalami kenaikan jika

dibandingkan periode Februari 2018 yakni sebesar

14,38%. Sementara itu, pangsa LU industri pengolahan

naik dari 9,28% ke 10,34% pada Februari 2019. Secara

tren, jumlah TK di LU industri pengolahan memang terus

meningkat. Bila dibandingkan dengan periode Februari

2018, TK LU ini tumbuh 9,43%. Fakta ini dapat dipahami

mengingat pesatnya pertumbuhan industri pengolahan

nikel dan gas alam di Sulawesi Tengah. Namun demikian,

terdapat beberapa hal yang perlu dicermati. TK yang beralih

ke LU industri ini apakah berasal dari pekerja dari LU lain

(misal LU perdagangan) atau fresh graduate. Bila berasal

dari LU lain, perlu dicermati apakah ketrampilan yang

dipersyaratkan oleh korporasi memenuhi. Apabila tidak

dipenuhi, kemungkinan besar TK beralih ke LU industri

sebagai pekerja kasar. Oleh karena itu, pelatihan atau

workshop ketrampilan-ketrampilan baru yang sesuai

dengan kebutuhan industri sangatlah dibutuhkan oleh

masyarakat. Acara semacam ini bisa diselenggarakan oleh

pemerintah dengan kerjasama oleh korporasi yang

bersangkutan. Dengan demikian, pekerja yang beralih

pekerjaan di LU industri pengolahan mampu mempunyai

jenjang karir yang lebih baik ke depannya.

Sementara itu, tingkat pengangguran untuk TK

dengan jenjang pendidikan menengah kebawah

lebih rendah dibandingkan dengan TK dengan

jenjang pendidikan menengah ke atas. Hal ini

kemungkinan disebabkan TK yang berpendidikan rendah

cenderung fleksibel dalam menerima pekerjaan.

Sementara itu, TK yang berpendidikan lebih tinggi

cenderung selektif dalam memilih pekerjaan yang sesuai.

Pemerintah daerah diharapkan dapat mendorong

peningkatan penciptaan lapangan kerja khususnya

bagi tenaga kerja terdidik. Penyelenggaraan job fair

dengan bekerja sama dengan korporasi strategis di

Sulawesi Tengah menjadi salah satu alternatif untuk solusi

permasalahan ini. Pemerintah daerah juga diharapkan

lebih mendorong lulusan Sekolah Menengah Kejuruan

untuk lebih berani dan kreatif menjadi wirausaha sehingga

dapat mendorong penciptaan lapangan kerja baru.

Perbankan dan lembaga keuangan lain juga diharapkan

dapat memberikan bantuan dengan menyediakan kredit

modal kerja sebagai bantuan start up pada penciptaan

wirausaha baru. Outlook dunia usaha yang akhir-akhir ini

cenderung stagnan membutuhkan dukungan wirausaha-

wirausaha baru untuk menciptakan inovasi dunia usaha

dan mengembangkan industri kreatif yang kompetitif. Hal

ini juga didukung oleh masih terbukanya peluang pasar

pada industri kreatif tidak hanya pada level Nasional tetapi

pada level Internasional.

6.1.2. Ketenegakerjaan Secara Sektoral

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 201950

Grafik 6.6. Persentase TK Menurut Lapangan Kerja

0

100000

200000

300000

400000

500000

600000

700000

800000

FEB-2014 FEB-2015 FEB-2016 FEB-2017 FEB-2018

PERTANIAN LINEAR (PERTANIAN)INDUSTRI LINEAR (INDUSTRI)

FEB-2019

Grafik 6.5. Perkembangan TK Industri & Pertanian

0%

20%

40%

60%

80%

100%

FEB AGU

2014 2015 2016 2017

FEB AGU FEB AGU FEB AGU

PERTANIAN INDUSTRI PERDAGANGAN JASA KEMASYARAKATAN LAINNYA

2018

FEB AGU FEB

2019

melakukan pengawasan terhadap implementasi kebijakan

UMP tersebut, sehingga upah yang diberikan oleh

perusahaan yang berada di Sulawesi Tengah minimal

sesuai dengan besaran UMP yang ditetapkan.

Tingkat UMP pada 2019 meningkat 8,03%

dibandingkan tahun sebelumnya. UMP naik

Rp157.808,00 dibandingkan UMP 2018 menjadi

Rp2.123.040,00. Peningkatan UMP diharapkan dapat

meningkatkan taraf hidup masyarakat, terutama bagi

masyarakat yang bekerja di LU formal. Naiknya UMP juga

diharapkan mampu meningkatkan daya beli masyarakat

khususnya dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar.

Adapun rumus perhitungan UMP tahun ini tidak lagi

berdasarkan pada angka kebutuhan layak, melainkan

menggunakan rumus perhitungan UMP sesuai dengan

Peraturan Pemerintah 78 Tahun 2015 tentang

pengupahan. Berdasarkan peraturan tersebut

pertumbuhan Upah Minimum mempertimbangkan

pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi. Kenaikan

8,03% ini merupakan penjumlahan dari rata-rata

pertumbuhan ekonomi Nasional yang ditetapkan 5,15%

(yoy) dan tingkat inflasi 2,88% (yoy) yang dikalikan dengan

besaran UMP di tahun ber ja lan yakni sebesar

Rp1.965.232,00. Pihak pemerintah masih harus

6.1.3. UMP Provinsi Sulawesi Tengah 2019

Grafik 6.7 Perkembangan UMP Sulawesi Tengah

SUMBER : DISNAKERTRANS & BPS

UMP (RUPIAH) G UPAH

0

500.000

1.000.000

1.500.000

2.000.000

2.500.000

0%

10%

20%

30%

20

04

20

05

20

06

20

07

20

08

20

09

20

10

20

11

20

12

20

13

20

14

20

15

20

16

20

17

20

18

20

19

RP

6.2. KEMISKINAN

Jumlah penduduk miskin di Sulawesi Tengah pada

September 2018 mengalami sedikit penurunan

dibandingkan posisi Maret 2018. Pada September 2018

jumlah penduduk miskin tercatat sebanyak 413.490 jiwa

atau 13,69% dari Jumlah penduduk Sulawesi Tengah.

Jumlah tersebut terus mengalami penurunan jika

dibandingkan posisi September 2017 dan Maret 2018

yang tercatat berturut-turut sebesar 14,22% dan 14,01%.

Tren penurunan jumlah dan presentase penduduk miskin

di Sulawesi Tengah terus berlanjut, hal tersebut

mengindikasikan program jangka menengah pengentasan

kemiskinan oleh Pemerintah Daerah telah memberikan

dampak positif terhadap jumlah dan presentasi penduduk

miskin di Sulawesi Tengah. Meskipun demikian dampak

positif dari program pengentasan kemiskinan di Sulawesi

Tengah masih harus ditingkatkan, hal tersebut terindikasi

dari pergerakan grafik penurunan angka kemiskinan yang

cukup rigid dalam tiga tahun terakhir dan presentase

angka kemiskinan masih berada pada kisaran yang tinggi

yakni 13% (Grafik 6.8 dan Grafik 6.9).

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019 51

Page 68: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

Grafik 6.10 Persentase Jumlah Penduduk Miskin Kota & Desa Sulawesi Tengah

SUMBER : BPS PROVINSI SULAWESI TENGAH

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

KOTA DESA

MAR SEP

2014 2015 2016 2017

MAR SEP MAR SEP MAR SEP

2018

MAR SEP

%

11,0

6

10,1

8

10,0

7

10,1

6

10,3

9

10,1

5

15,0

7

15,9

1

15,4

8

15,5

4

15,5

9

15,5

1

9,5

0

15,4

1

2,8

0,78

2,64

0,74 0,68

2,282,22

0,57

2,05

0,52 0,54

1,99

Grafik 6.11 Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Sulawesi Tengah

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

INDEKS KEDALAMAN

INDEKS KEPARAHAN

SEP 2017 MAR 2018 SEP 2018

INDEKS KEDALAMAN

INDEKS KEPARAHAN

INDEKS KEDALAMAN

INDEKS KEPARAHAN

SULTENG RATA-RATA SULAWESI

SUMBER : BPS PROVINSI SULAWESI TENGAH

Grafik 6.9. Tingkat Kemiskinan Lintas Sulawesi

7,59

13,69

8,87

11,32

15,83

11,22

11,42

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

SULUT SULTENG SULSEL SULTRA GORONTALO SULBAR

RATA-RATA SULAWESI

Grafik 6.8 Tingkat Kemiskinan Sulawesi Tengah

PENDUDUK MISKIN PRESENTASE (%,RHS)

MAR SEP

2014 2015 2016 2017

MAR SEP MAR SEP MAR SEP

2018

MAR SEP

0

100.000

200.000

300.000

400.000

500.000

600.000

4

8

12

16

20

24

0

2018 menjadi 15,41% per September 2018. Begitu pula

dengan presentase tingkat kemiskinan di perkotaan yang

mengalami penurunan dari 10,39% pada September 2017

dan 10,15% pada Maret 2018 menjadi 9,50% per

September 2018. Untuk daerah pedesaan yang mayoritas

bekerja di LU pertanian, penurunan kemiskinan tersebut

dapat dipahami mengingat nilai tukar petani (NTP)

Sulawesi Tengah pada Maret 2018 lebih tinggi jika

dibandingkan dengan NTP September 2018 yakni sebesar

97.00, meskipun NTP Sulawesi Tengah masih berada

dibawah 100, tingginya akumulasi luas tanam dan panen

tanaman pangan serta turunannya angka pengangguran

pada februari 2018 menjadi faktor terkait penurunan

tingkat kemiskinan di pedesaan. Sementara itu, untuk

penduduk perkotaan penurunan kemiskinan ini

disebabkan oleh deflasi Maret 2018 yakni sebesar -0,08%

serta laju inflasi pada periode Maret-September 2018

sebesar 1,46% lebih rendah jika dibandingkan Maret-

September 2018 yakni sebesar 2,55%.

Tingkat kemiskinan di Sulawesi Tengah tercatat

masih lebih t inggi dibandingkan rata-rata

kemiskinan di provinsi lintas Sulawesi yang berada

11,42%. Upaya pengentasan kemiskinan yang dijalankan

di Sulawesi Tengah diharapkan dapat ditingkatkan

terutama pada daerah pedesaan yang memiliki jumlah dan

persentase penduduk miskin lebih tinggi (grafik 6.10).

Tingkat kemiskinan diharapkan dapat menurun seiring

dengan tingginya Anggaran Dana Desa (ADD) untuk

Sulawesi Tengah yang pada 2018 mencapai Rp1,36 triliun.

Alokasi ADD juga diharapkan dapat mendorong proses

pembangunan Indonesia dari daerah pinggiran dengan

memperkuat ekonomi di daerah pedesaan.

Berdasarkan lokasi tempat tinggalnya, jumlah

penduduk miskin Sulawesi Tengah mengalami

penurunan baik di pedesaan maupun perkotaan, jika

dibandingkan periode sebelumnya. Presentase tingkat

kemiskinan di pedesaan mengalami penurunan dari

15,59% pada September 2017 dan 15,51% pada Maret

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 201952

Grafik 6.13. GKM lintas Sulawesi

33

6.4

03

40

8.5

22

29

4.3

58

30

0.2

58

30

7.70

7

315

.918

35

6.9

06

42

4.0

40

315

.73

8

316

.72

9

32

5.1

29

32

4.0

42

0

50000

100000

150000

200000

250000

300000

350000

400000

450000

SULUT SULTENG SULSEL SULTRA GORONTALO SULBAR

SEP - 17 SEP - 18

Grafik 6.12. Garis Kemiskinan (GK) dan Inflasi

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

MAR SEP

2014 2015 2016 2017

MAR SEP MAR SEP MAR SEP

PERUBAHAN GKM INFLASI C-T-C

2018

MAR

SUMBER : BPS PROVINSI SULAWESI TENGAH

sebesar Rp413.785 per kapita/bulan, tumbuh 1,29% (ctc)

dari GKM September 2017 yang sebesar Rp408.522per

kapita/bulan. Sementara itu, laju inflasi mencapai 0,69%

(ctc) pada periode laporan.

Garis Kemiskinan Provinsi Sulawesi Tengah sebagian

besar terdiri atas komponen makanan dengan share

mencapai 76,14% dan komponen non-makanan

mencapai 23,86%. Komoditas yang sangat sensitif

terhadap tingkat kemiskinan yakni beras, rokok filter dan

ikan tongkol/cakalang. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa untuk menekan angka kemiskinan,

pemerintah daerah perlu lebih meningkatkan upaya-upaya

untuk menjaga stabilitas harga, terutama barang-barang

kebutuhan pokok yang banyak dikonsumsi masyarakat

miskin. Dalam hal ini, peran aktif Tim Pengendali Inflasi

Daerah (TPID) dalam menjaga kestabilan harga menjadi

penting dan perlu untuk terus ditingkatkan.

Indeks kedalaman dan Indeks keparahan Kemiskinan

Sulawesi Tengah mengalami penurunan pada

September 2018. Indeks kedalaman kemiskinan turun

dari level 2,64 per Maret 2018 ke level 2,28 pada periode

laporan. Hal ini mengindikasikan tingkat pengeluaran rata-

rata penduduk miskin Sulawesi Tengah terkoreksi sedikit

menurun jika dibandingkan periode sebelumnya.

Sementara itu, indeks keparahan kemiskinan juga

mengalami penurunan dari 0,68 per Maret 2018 ke 0,74

pada periode laporan. Hal ini dapat diinterpretasikan

bahwa terdapat sedikit kenaikan tingkat kesenjangan

antar penduduk miskin Sulawesi Tengah. Selanjutnya,

kedua indeks ini juga masih lebih tinggi dari rata-rata di

wilayah Sulawesi. Dengan fakta demikian, selain program

peningkatan infrast ruktur pedesaan, program

pengentasan kemiskinan juga diperuntukkan untuk

program bantuan sosial yang memenuhi kebutuhan dasar

dari penduduk sangat miskin tersebut. Sebagai contoh,

program bantuan pangan non tunai (BPNT) yang akan

diimplementasikan mulai Juli 2018, diharapkan akan

sangat membantu penduduk sangat miskin dalam

memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari mereka.

Apabila ditinjau dengan tingkat Garis Kemiskinan

(GK), maka GK menunjukkan adanya perubahan

yang berfluktuatif mengikuti tingkat inflasi. Laju

perkembangan GK mempunyai tingkat korelasi yang

tinggi terhadap inflasi yakni mencapai 0,87. Hal ini

mengindikasikan bahwa upaya pengendalian inflasi juga

berpengaruh terhadap upaya pengentasan kemiskinan di

Sulawesi Tengah. Pada Maret 2018, GK Sulawesi Tengah

6.3. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI SULAWESI TENGAH

Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Sulawesi Tengah

pada Maret 2019 berada pada level 94,18 poin, turun

jika dibandingkan NTP Desember 2018 lalu yang

berada di level 97,03. Selanjutnya indeks harga yang

diterima petani masih lebih rendah dibandingkan dengan

indeks harga yang harus mereka bayar untuk konsumsi, hal

ini terindikasi dari Indeks Harga yang diterima Petani (It)

lebih kecil dibandingkan Indeks Harga yang dibayarkan

petani (Ib). Bila dianalisis per subusaha pertanian, subusaha

yang telah sejahtera (NTP > 100) adalah subusaha

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019 53

Page 69: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

Grafik 6.10 Persentase Jumlah Penduduk Miskin Kota & Desa Sulawesi Tengah

SUMBER : BPS PROVINSI SULAWESI TENGAH

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

KOTA DESA

MAR SEP

2014 2015 2016 2017

MAR SEP MAR SEP MAR SEP

2018

MAR SEP

%

11,0

6

10,1

8

10,0

7

10,1

6

10,3

9

10,1

5

15,0

7

15,9

1

15,4

8

15,5

4

15,5

9

15,5

1

9,5

0

15,4

1

2,8

0,78

2,64

0,74 0,68

2,282,22

0,57

2,05

0,52 0,54

1,99

Grafik 6.11 Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Sulawesi Tengah

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

INDEKS KEDALAMAN

INDEKS KEPARAHAN

SEP 2017 MAR 2018 SEP 2018

INDEKS KEDALAMAN

INDEKS KEPARAHAN

INDEKS KEDALAMAN

INDEKS KEPARAHAN

SULTENG RATA-RATA SULAWESI

SUMBER : BPS PROVINSI SULAWESI TENGAH

Grafik 6.9. Tingkat Kemiskinan Lintas Sulawesi

7,59

13,69

8,87

11,32

15,83

11,22

11,42

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

SULUT SULTENG SULSEL SULTRA GORONTALO SULBAR

RATA-RATA SULAWESI

Grafik 6.8 Tingkat Kemiskinan Sulawesi Tengah

PENDUDUK MISKIN PRESENTASE (%,RHS)

MAR SEP

2014 2015 2016 2017

MAR SEP MAR SEP MAR SEP

2018

MAR SEP

0

100.000

200.000

300.000

400.000

500.000

600.000

4

8

12

16

20

24

0

2018 menjadi 15,41% per September 2018. Begitu pula

dengan presentase tingkat kemiskinan di perkotaan yang

mengalami penurunan dari 10,39% pada September 2017

dan 10,15% pada Maret 2018 menjadi 9,50% per

September 2018. Untuk daerah pedesaan yang mayoritas

bekerja di LU pertanian, penurunan kemiskinan tersebut

dapat dipahami mengingat nilai tukar petani (NTP)

Sulawesi Tengah pada Maret 2018 lebih tinggi jika

dibandingkan dengan NTP September 2018 yakni sebesar

97.00, meskipun NTP Sulawesi Tengah masih berada

dibawah 100, tingginya akumulasi luas tanam dan panen

tanaman pangan serta turunannya angka pengangguran

pada februari 2018 menjadi faktor terkait penurunan

tingkat kemiskinan di pedesaan. Sementara itu, untuk

penduduk perkotaan penurunan kemiskinan ini

disebabkan oleh deflasi Maret 2018 yakni sebesar -0,08%

serta laju inflasi pada periode Maret-September 2018

sebesar 1,46% lebih rendah jika dibandingkan Maret-

September 2018 yakni sebesar 2,55%.

Tingkat kemiskinan di Sulawesi Tengah tercatat

masih lebih t inggi dibandingkan rata-rata

kemiskinan di provinsi lintas Sulawesi yang berada

11,42%. Upaya pengentasan kemiskinan yang dijalankan

di Sulawesi Tengah diharapkan dapat ditingkatkan

terutama pada daerah pedesaan yang memiliki jumlah dan

persentase penduduk miskin lebih tinggi (grafik 6.10).

Tingkat kemiskinan diharapkan dapat menurun seiring

dengan tingginya Anggaran Dana Desa (ADD) untuk

Sulawesi Tengah yang pada 2018 mencapai Rp1,36 triliun.

Alokasi ADD juga diharapkan dapat mendorong proses

pembangunan Indonesia dari daerah pinggiran dengan

memperkuat ekonomi di daerah pedesaan.

Berdasarkan lokasi tempat tinggalnya, jumlah

penduduk miskin Sulawesi Tengah mengalami

penurunan baik di pedesaan maupun perkotaan, jika

dibandingkan periode sebelumnya. Presentase tingkat

kemiskinan di pedesaan mengalami penurunan dari

15,59% pada September 2017 dan 15,51% pada Maret

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 201952

Grafik 6.13. GKM lintas Sulawesi

33

6.4

03

40

8.5

22

29

4.3

58

30

0.2

58

30

7.70

7

315

.918

35

6.9

06

42

4.0

40

315

.73

8

316

.72

9

32

5.1

29

32

4.0

42

0

50000

100000

150000

200000

250000

300000

350000

400000

450000

SULUT SULTENG SULSEL SULTRA GORONTALO SULBAR

SEP - 17 SEP - 18

Grafik 6.12. Garis Kemiskinan (GK) dan Inflasi

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

MAR SEP

2014 2015 2016 2017

MAR SEP MAR SEP MAR SEP

PERUBAHAN GKM INFLASI C-T-C

2018

MAR

SUMBER : BPS PROVINSI SULAWESI TENGAH

sebesar Rp413.785 per kapita/bulan, tumbuh 1,29% (ctc)

dari GKM September 2017 yang sebesar Rp408.522per

kapita/bulan. Sementara itu, laju inflasi mencapai 0,69%

(ctc) pada periode laporan.

Garis Kemiskinan Provinsi Sulawesi Tengah sebagian

besar terdiri atas komponen makanan dengan share

mencapai 76,14% dan komponen non-makanan

mencapai 23,86%. Komoditas yang sangat sensitif

terhadap tingkat kemiskinan yakni beras, rokok filter dan

ikan tongkol/cakalang. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa untuk menekan angka kemiskinan,

pemerintah daerah perlu lebih meningkatkan upaya-upaya

untuk menjaga stabilitas harga, terutama barang-barang

kebutuhan pokok yang banyak dikonsumsi masyarakat

miskin. Dalam hal ini, peran aktif Tim Pengendali Inflasi

Daerah (TPID) dalam menjaga kestabilan harga menjadi

penting dan perlu untuk terus ditingkatkan.

Indeks kedalaman dan Indeks keparahan Kemiskinan

Sulawesi Tengah mengalami penurunan pada

September 2018. Indeks kedalaman kemiskinan turun

dari level 2,64 per Maret 2018 ke level 2,28 pada periode

laporan. Hal ini mengindikasikan tingkat pengeluaran rata-

rata penduduk miskin Sulawesi Tengah terkoreksi sedikit

menurun jika dibandingkan periode sebelumnya.

Sementara itu, indeks keparahan kemiskinan juga

mengalami penurunan dari 0,68 per Maret 2018 ke 0,74

pada periode laporan. Hal ini dapat diinterpretasikan

bahwa terdapat sedikit kenaikan tingkat kesenjangan

antar penduduk miskin Sulawesi Tengah. Selanjutnya,

kedua indeks ini juga masih lebih tinggi dari rata-rata di

wilayah Sulawesi. Dengan fakta demikian, selain program

peningkatan infrast ruktur pedesaan, program

pengentasan kemiskinan juga diperuntukkan untuk

program bantuan sosial yang memenuhi kebutuhan dasar

dari penduduk sangat miskin tersebut. Sebagai contoh,

program bantuan pangan non tunai (BPNT) yang akan

diimplementasikan mulai Juli 2018, diharapkan akan

sangat membantu penduduk sangat miskin dalam

memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari mereka.

Apabila ditinjau dengan tingkat Garis Kemiskinan

(GK), maka GK menunjukkan adanya perubahan

yang berfluktuatif mengikuti tingkat inflasi. Laju

perkembangan GK mempunyai tingkat korelasi yang

tinggi terhadap inflasi yakni mencapai 0,87. Hal ini

mengindikasikan bahwa upaya pengendalian inflasi juga

berpengaruh terhadap upaya pengentasan kemiskinan di

Sulawesi Tengah. Pada Maret 2018, GK Sulawesi Tengah

6.3. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI SULAWESI TENGAH

Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Sulawesi Tengah

pada Maret 2019 berada pada level 94,18 poin, turun

jika dibandingkan NTP Desember 2018 lalu yang

berada di level 97,03. Selanjutnya indeks harga yang

diterima petani masih lebih rendah dibandingkan dengan

indeks harga yang harus mereka bayar untuk konsumsi, hal

ini terindikasi dari Indeks Harga yang diterima Petani (It)

lebih kecil dibandingkan Indeks Harga yang dibayarkan

petani (Ib). Bila dianalisis per subusaha pertanian, subusaha

yang telah sejahtera (NTP > 100) adalah subusaha

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019 53

Page 70: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

99,81

Grafik 6.15.Perbandingan NTP Lintas Sulawesi

85

90

95

100

105

110

115

SULUT SULTENG SULSEL SULTRA GORONTALO SULBAR

RATA2 NTP SULAWESI

94,51 94,18

102,82

94,19

103,59

109,56

SUMBER : BPS SULAWESI TENGAH, DIOLAH

Grafik 6.14. Perkembangan NTP Sulteng per Sub Sektor

80

85

90

95

100

105

110

115

120

I II

2015

III IV I II

2016

III IV I II

2017

III IV

NTP SULAWESI TENGAH NTP TANAMAN PANGAN

NTP PERKEBUNAN RAKYAT NTP PETERNAKAN

NTP HORTIKULTURA

NTP PERIKANAN

I II

2018

III IV

SUMBER : BPS SULAWESI TENGAH, DIOLAH

I

2019

yang dibayar petani disebabkan oleh indeks biaya produksi

dan penamanan modal meningkat hingga 1,29% (qtq)

dan konsumsi rumah tangga petani naik sebesar 0,54%

(qtq).

Program-program untuk meningkatkan produksi

pertanian baik melalui kegiatan intensifikasi

maupun ekstensifikasi diharapkan dapat terus

ditingkatkan, sehingga dapat memberikan nilai

tambah yang lebih bagi petani baik untuk tanaman

pangan maupun perkebunan. Hal lain yang dapat

dilakukan adalah lebih memperkuat kelembagaan petani

sehingga meningkatkan posisi tawar petani pada saat akan

menjual produk yang dihasilkan. Selain itu, peningkatan

infrastruktur pendukung pertanian seperti irigasi juga

harus terencana dengan baik. Program pencetakan sawah

harus terintegrasi dengan program pembangunan irigasi.

Dari aspek informasi harga, sosialisasi dan pemanfaatan

dari PIHPS Sulawesi Tengah harus terus didorong sehingga

dapat memberikan informasi harga dan pasokan yang

akurat bagi petani sehingga dapat meningkatkan daya

tawar ketika berhadapan dengan tengkulak.

perikanan, hortikultura dan peternakan, sedangkan NTP

tanaman pangan dan perkebunan rakyat masih dibawah

100. Sementara itu, bila dibandingkan dengan provinsi

lintas Sulawesi, NTP Sulawesi Tengah masih dibawah rata-

rata NTP Sulawesi yakni 99,81.

NTP Sulawesi Tengah periode Maret 2019 turun -

1.61% (qtq) jika dibandingkan dengan NTP

Desember 2018 yang berada di level 95,72. Penurunan

ini karena indeks Harga diterima petani menurun hingga -

1,09% (qtq), sedangkan indeks yang dibayar petani naik

0.54% (qtq). Peningkatan indeks yang diterima petani

terjadi pada subusaha perkebunan rakyat 0,52%,

sedangkan subusaha lainnya mengalami pertumbuhan

negatif.

Peningkatan terbesar indeks yang diterima petani terjadi di

semua subusaha masing-masing Tanaman Pangan 0.46%,

Hortikultura 0.31%, Perkebunan Rakyat 0.56%,

Peternakan 0.57 dan Perikanan 0.16% (qtq). Peningkatan

di subusaha hortikultura dapat dipahami mengingat

terjadinya perbaikan harga pada komoditas sayur-sayuran,

buah-buahan dan tanaman obat selama periode Juli-

September 2018. Sementara itu, peningkataan indeks

Tabel 6.3. Indeks Harga Diterima dan Dibayar Petani Sulawesi Tengah

SUBSEKTOR PERTANIAN

Umum

Tanaman Pangan

Hortikurtura

Perkebunan Rakyat

Peternakan

Perikanan

Indeks Harga Diterima

127.7

130.33

148.98

111.65

134.68

137.45

Indeks Harga Dibayar

133.4

137.4

135.16

134.83

125.38

130.55

Indeks Harga Diterima

126.31

128.87

141.86

112.23

134.01

137.29

Indeks Harga Dibayar

134.12

138.03

135.58

135.58

126.09

130.76

IV 2018 I 2019

Sumber : BPS Prov. Sulawesi Tengah

6.4. KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGAH

Ketimpangan pengeluaran penduduk Sulawesi

Tengah relatif stagnan pada September 2018. Gini

ratio Sulawesi Tengah berada pada level 0,317 pada

September 2018, relatif stagnan jika dibandingkan posisi

Maret 2018 yang berada di level 0,346. Dengan demikian 15berdasarkan kriteria Oshima , tingkat ketidakmeratan

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 201954

pengeluaran Sulawesi Tengah telah berada pada level

ketimpangan rendah. Tren gini ratio memang menunjukan

tren penurunan sejak 2015. Hal ini mengindikasikan

kualitas pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah semakin 16merata. Berdasarkan metode lain , hingga September

2018, persentase pengeluaran penduduk 40% ke bawah

masih mencapai 20,95%. Hal ini mendukung hasil

koefisien gini yang juga dapat diinterpretasikan sebagai

tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Sulawesi

Tengah termasuk dalam kategori rendah. Angka ini

meningkat jika dibandingkan dengan Maret 2017 yang

berada angka 19,54%. Sementara itu, penduduk 40%

menengah dan 20% teratas, memiliki distribusi 38,46%

dan 40,59%.

Menurut Oshima (1976) dalam Sugiyarto (2009) menetapkan kriteria gini ratio yakni

tinggi (G >0,5), sedang/ moderat (G : 0,35 – 0,5) dan rendah (G<0,35)

15. Metode perhitungan tingkat ketimpangan pengeluaran juga bisa diukur dengan

persentasi pengeluaran kelompok penduduk 40 persen terbawah terhadap total

pengeluaran penduduk. Ketimpangan penduduk dikategorikan tinggi apabila

persentase pengeluaran 40% penduduk terbawah berada dibawah 12%, sedang pada

kisaran 12% – 17% dan rendah jika berada diatas 17%. (World Bank)

16.

Grafik 6.17. Distribusi Pengeluaran Penduduk Sulawesi Tengah

19,24 18,91 19,3 19,54

38,05 37,72 38,53 37,6

42,72 43,37 42,17 42,86

0

10

20

30

40

50

SEP-16 MAR-17 SEP-17 MAR-18

PEND. 40% TERBAWAH PENDUDUK 40% MENENGAH PENDUDUK 20 PERSEN ATAS

SEP-18

20,95

38,4640,59

0,317

0,311

0,280

Grafik 6.16. Perkembangan Rasio Gini Sulaewesi Tengah

0,250

0,290

0,330

0,370

0,410

0,450

MAR SEP

2014 2015 2016 2017

MAR SEP MAR SEP MAR SEP

PERKOTAAN DAN PEDESAAN PERKOTAAN PEDESAAN

2018

MAR SEP

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019 55

Page 71: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

99,81

Grafik 6.15.Perbandingan NTP Lintas Sulawesi

85

90

95

100

105

110

115

SULUT SULTENG SULSEL SULTRA GORONTALO SULBAR

RATA2 NTP SULAWESI

94,51 94,18

102,82

94,19

103,59

109,56

SUMBER : BPS SULAWESI TENGAH, DIOLAH

Grafik 6.14. Perkembangan NTP Sulteng per Sub Sektor

80

85

90

95

100

105

110

115

120

I II

2015

III IV I II

2016

III IV I II

2017

III IV

NTP SULAWESI TENGAH NTP TANAMAN PANGAN

NTP PERKEBUNAN RAKYAT NTP PETERNAKAN

NTP HORTIKULTURA

NTP PERIKANAN

I II

2018

III IV

SUMBER : BPS SULAWESI TENGAH, DIOLAH

I

2019

yang dibayar petani disebabkan oleh indeks biaya produksi

dan penamanan modal meningkat hingga 1,29% (qtq)

dan konsumsi rumah tangga petani naik sebesar 0,54%

(qtq).

Program-program untuk meningkatkan produksi

pertanian baik melalui kegiatan intensifikasi

maupun ekstensifikasi diharapkan dapat terus

ditingkatkan, sehingga dapat memberikan nilai

tambah yang lebih bagi petani baik untuk tanaman

pangan maupun perkebunan. Hal lain yang dapat

dilakukan adalah lebih memperkuat kelembagaan petani

sehingga meningkatkan posisi tawar petani pada saat akan

menjual produk yang dihasilkan. Selain itu, peningkatan

infrastruktur pendukung pertanian seperti irigasi juga

harus terencana dengan baik. Program pencetakan sawah

harus terintegrasi dengan program pembangunan irigasi.

Dari aspek informasi harga, sosialisasi dan pemanfaatan

dari PIHPS Sulawesi Tengah harus terus didorong sehingga

dapat memberikan informasi harga dan pasokan yang

akurat bagi petani sehingga dapat meningkatkan daya

tawar ketika berhadapan dengan tengkulak.

perikanan, hortikultura dan peternakan, sedangkan NTP

tanaman pangan dan perkebunan rakyat masih dibawah

100. Sementara itu, bila dibandingkan dengan provinsi

lintas Sulawesi, NTP Sulawesi Tengah masih dibawah rata-

rata NTP Sulawesi yakni 99,81.

NTP Sulawesi Tengah periode Maret 2019 turun -

1.61% (qtq) jika dibandingkan dengan NTP

Desember 2018 yang berada di level 95,72. Penurunan

ini karena indeks Harga diterima petani menurun hingga -

1,09% (qtq), sedangkan indeks yang dibayar petani naik

0.54% (qtq). Peningkatan indeks yang diterima petani

terjadi pada subusaha perkebunan rakyat 0,52%,

sedangkan subusaha lainnya mengalami pertumbuhan

negatif.

Peningkatan terbesar indeks yang diterima petani terjadi di

semua subusaha masing-masing Tanaman Pangan 0.46%,

Hortikultura 0.31%, Perkebunan Rakyat 0.56%,

Peternakan 0.57 dan Perikanan 0.16% (qtq). Peningkatan

di subusaha hortikultura dapat dipahami mengingat

terjadinya perbaikan harga pada komoditas sayur-sayuran,

buah-buahan dan tanaman obat selama periode Juli-

September 2018. Sementara itu, peningkataan indeks

Tabel 6.3. Indeks Harga Diterima dan Dibayar Petani Sulawesi Tengah

SUBSEKTOR PERTANIAN

Umum

Tanaman Pangan

Hortikurtura

Perkebunan Rakyat

Peternakan

Perikanan

Indeks Harga Diterima

127.7

130.33

148.98

111.65

134.68

137.45

Indeks Harga Dibayar

133.4

137.4

135.16

134.83

125.38

130.55

Indeks Harga Diterima

126.31

128.87

141.86

112.23

134.01

137.29

Indeks Harga Dibayar

134.12

138.03

135.58

135.58

126.09

130.76

IV 2018 I 2019

Sumber : BPS Prov. Sulawesi Tengah

6.4. KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGAH

Ketimpangan pengeluaran penduduk Sulawesi

Tengah relatif stagnan pada September 2018. Gini

ratio Sulawesi Tengah berada pada level 0,317 pada

September 2018, relatif stagnan jika dibandingkan posisi

Maret 2018 yang berada di level 0,346. Dengan demikian 15berdasarkan kriteria Oshima , tingkat ketidakmeratan

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 201954

pengeluaran Sulawesi Tengah telah berada pada level

ketimpangan rendah. Tren gini ratio memang menunjukan

tren penurunan sejak 2015. Hal ini mengindikasikan

kualitas pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah semakin 16merata. Berdasarkan metode lain , hingga September

2018, persentase pengeluaran penduduk 40% ke bawah

masih mencapai 20,95%. Hal ini mendukung hasil

koefisien gini yang juga dapat diinterpretasikan sebagai

tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Sulawesi

Tengah termasuk dalam kategori rendah. Angka ini

meningkat jika dibandingkan dengan Maret 2017 yang

berada angka 19,54%. Sementara itu, penduduk 40%

menengah dan 20% teratas, memiliki distribusi 38,46%

dan 40,59%.

Menurut Oshima (1976) dalam Sugiyarto (2009) menetapkan kriteria gini ratio yakni

tinggi (G >0,5), sedang/ moderat (G : 0,35 – 0,5) dan rendah (G<0,35)

15. Metode perhitungan tingkat ketimpangan pengeluaran juga bisa diukur dengan

persentasi pengeluaran kelompok penduduk 40 persen terbawah terhadap total

pengeluaran penduduk. Ketimpangan penduduk dikategorikan tinggi apabila

persentase pengeluaran 40% penduduk terbawah berada dibawah 12%, sedang pada

kisaran 12% – 17% dan rendah jika berada diatas 17%. (World Bank)

16.

Grafik 6.17. Distribusi Pengeluaran Penduduk Sulawesi Tengah

19,24 18,91 19,3 19,54

38,05 37,72 38,53 37,6

42,72 43,37 42,17 42,86

0

10

20

30

40

50

SEP-16 MAR-17 SEP-17 MAR-18

PEND. 40% TERBAWAH PENDUDUK 40% MENENGAH PENDUDUK 20 PERSEN ATAS

SEP-18

20,95

38,4640,59

0,317

0,311

0,280

Grafik 6.16. Perkembangan Rasio Gini Sulaewesi Tengah

0,250

0,290

0,330

0,370

0,410

0,450

MAR SEP

2014 2015 2016 2017

MAR SEP MAR SEP MAR SEP

PERKOTAAN DAN PEDESAAN PERKOTAAN PEDESAAN

2018

MAR SEP

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019 55

Page 72: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

PROSPEKPEREKONOMIAN DAERAH

BAB VII

PROSPEKPERTUMBUHAN EKONOMI

Kontribusi industri pengolahan

diprakirakan masih meningkat

STEELLNG

AMONIA

Realisasi PMA tidak setinggi triwulan laluSEKTOR PERTANIAN

JUGA MENINGKAT

TEKANAN INFLASI

Tekanan

Kelompok

volatile foods

cenderung stabil

dibanding

triwulan lalu

HARGA SAWIT DANKAKAO MASIH TURUN

Inflasi inti sedikit

meningkat sesuai

pola historis awal

tahun

SIKLUS PANEN

Administered

Prices terkendali

dengan baik

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan III 2019 diprakirakan

akan tetap stabil yakni berada di kisaran 6,6% – 7,0% (yoy). Produksi industri

manufaktur terutama dari industri nikel masih akan menjadi kunci pertumbuhan pada

periode mendatang. Perbaikan investasi pasca pemilihan umum juga diprakirakan

akan mendorong pertumbuhan ekonomi dari sisi permintaan selain perbaikan sisi

konsumsi rumah tangga.

Tingkat inflasi pada triwulan III 201 diprakirakan akan tetap tinggi karena base effect

yang berada pada kisaran 5,0% – 5,4% (yoy). Meskipun tekanan inflasi secara tahunan

meningkat namun secara rata-rata bulanan tekanan inflasi sepanjang triwulan III 2018

diprakirakan menurun dibanding triwulan sebelumnya. Koordinasi dan komunikasi

antar anggota TPID merupakan perana kunci untuk dapat menjaga stabilitas harga di

Sulawesi Tengah.

Secara tahunan pertumbuhan ekonomi tahun 2019 diprakirakan meningkat

dibandingkan tahun sebelumya dan berada pada kisaran 6,7% – 7,1 % (yoy).

Pertumbuhan ini lebih tinggi dikarenakan dampak bencana tidak berdampak pada LU

utama ekonomi Sulawesi Tengah. Sedangkan inflasi secara tahunan diprakirakan akan

lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya dan berada pada target sasaran inflasi

3,5% ± 1%.

Keindahan Air Terjun Salodik, Banggai - Sumber : Gagak Nusantara

Page 73: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

PROSPEKPEREKONOMIAN DAERAH

BAB VII

PROSPEKPERTUMBUHAN EKONOMI

Kontribusi industri pengolahan

diprakirakan masih meningkat

STEELLNG

AMONIA

Realisasi PMA tidak setinggi triwulan laluSEKTOR PERTANIAN

JUGA MENINGKAT

TEKANAN INFLASI

Tekanan

Kelompok

volatile foods

cenderung stabil

dibanding

triwulan lalu

HARGA SAWIT DANKAKAO MASIH TURUN

Inflasi inti sedikit

meningkat sesuai

pola historis awal

tahun

SIKLUS PANEN

Administered

Prices terkendali

dengan baik

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan III 2019 diprakirakan

akan tetap stabil yakni berada di kisaran 6,6% – 7,0% (yoy). Produksi industri

manufaktur terutama dari industri nikel masih akan menjadi kunci pertumbuhan pada

periode mendatang. Perbaikan investasi pasca pemilihan umum juga diprakirakan

akan mendorong pertumbuhan ekonomi dari sisi permintaan selain perbaikan sisi

konsumsi rumah tangga.

Tingkat inflasi pada triwulan III 201 diprakirakan akan tetap tinggi karena base effect

yang berada pada kisaran 5,0% – 5,4% (yoy). Meskipun tekanan inflasi secara tahunan

meningkat namun secara rata-rata bulanan tekanan inflasi sepanjang triwulan III 2018

diprakirakan menurun dibanding triwulan sebelumnya. Koordinasi dan komunikasi

antar anggota TPID merupakan perana kunci untuk dapat menjaga stabilitas harga di

Sulawesi Tengah.

Secara tahunan pertumbuhan ekonomi tahun 2019 diprakirakan meningkat

dibandingkan tahun sebelumya dan berada pada kisaran 6,7% – 7,1 % (yoy).

Pertumbuhan ini lebih tinggi dikarenakan dampak bencana tidak berdampak pada LU

utama ekonomi Sulawesi Tengah. Sedangkan inflasi secara tahunan diprakirakan akan

lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya dan berada pada target sasaran inflasi

3,5% ± 1%.

Keindahan Air Terjun Salodik, Banggai - Sumber : Gagak Nusantara

Page 74: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

7.1. PROSPEK PEREKONOMIAN

Prospek perekonomian Sulawesi Tengah pada

triwulan III 2019 diperkirakan akan tetap stabil

meskipun secara keseluruhan diprakirakan akan

sed ik i t melambat d ibandingkan t r iwulan

sebelumnya. Perlambatan ini dikarenakan tidak adanya

faktor musiman sebagai pendorong perekonomian seperti

pada triwulan II 2019 yaitu efek pemilu serta hari raya Idul

Fitri. Laju pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Tengah

masih berada pada level akselerasi seiring masih

tumbuhnya industri manufaktur kawasan industri di

Morowali. Perekonomian Sulawesi Tengah diperkirakan

berada pada kisaran 6,6% – 7,0% (yoy). Pada triwulan III

2019 diperkirakan kapasitas produksi industri manufaktur

tetap meningkat meskipun tidak sebesar tahun-tahun

sebelumnya sehingga yang pada akhirnya akan

mendorong tingkat ekspor Sulawesi Tengah. Masih

positifnya proyeksi pertumbuhan ekonomi triwulan III

diantaranya juga didukung oleh stabilnya output dari

pertambangan dan industri pengolahan khususnya untuk

komoditas LNG dan nickel pig iron (NPI) yang cenderung

meningkat. Selain itu, peningkatan pertumbuhan ekonomi

ke depan diperkirakan akan didorong oleh peningkatan

investasi dan perbaikan dari sisi konsumsi rumah tangga.

Sedangkan dari sisi belanja pemerintah juga diperkirakan

akan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang

didukung oleh hasil panen di LU pertanian, perkebunan

yang diperkirakan akan terus membaik.

Dari sisi permintaan, diperkirakan konsumsi dan

investasi serta kegiatan ekspor luar negeri masih

menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi.

Tingkat konsumsi rumah tangga akan tetap tumbuh meski

dalam skala terbatas. Selain itu, dari sisi investasi pada

triwulan III 2019 diprakirakan akan mulai tumbuh lebih

tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Para investor

yang sebelumnya menunggu kepastian pascapemilu

diperkirakan akan mulai menanamkan investasinya sesuai

dengan yang direncanakan sebelumnya. Sedangkan

investasi dari sisi Pemerintah juga diperkirakan akan terus

meningkat seiring proses rekonstruksi pascabencana yang

telah dimulai pada triwulan sebelumya. Dari sisi

perdagangan luar negeri, meskipun negara mitra dagang

utama Sulawesi Tengah yaitu Tiongkok mengalami

pertumbuhan yang melambat dibandingkan perkiraan

awal namun hal tersebut tidak membuat ekspor secara

keseluruhan mengalami perlambatan. Hal ini terkonfirmasi

dari realisasi triwulan I 2019 yang tetap tumbuh cukup

tinggi (lihat boks Neraca Perdagangan). Untuk ke

depannya, diprakirakan permintaan akan cenderung stabil

meskipun terdapat risiko yang lebih rendah seiring tensi

perdagangan global yang masih meningkat. Tingkat ekspor

diperkirakan dapat mendorong permintaan ekspor

ditambah dengan harga komoditas yang masih mengalami

peningkatan terutama untuk komoditas nikel. Optimisme

pertumbuhan negara selain Tiongkok seperti Jepang, Korea

dan Taiwan yang masih tetap berlanjut diperkirakan akan

mendorong permintaan ekspor nikel maupun turunannya

dan juga LNG yang merupakan komoditas tambang dan

pengolahan utama Sulawesi Tengah.

Pertumbuhan dari sisi investasi diperkirakan akan

terbatas meskipun terdapat potansi yang cukup besar

apabila dapat direalisasikan. Rencana investasi dari

kawasan industri di Morowali masih cukup menjanjikan

mengingat potensi cadangan yang masih cukup besar.

Namun perkembangan investasi hingga pertengahan

triwulan II 2019 masih belum mencerminkan pertumbuhan

yang positif. Banyak investor yang masih menunggu situasi

dan kondisi politik pasca pemilu yang masih dilanda

ketidakpastian. Namun apabila rencana investasi tersebut

dapat direalisasikan diperkirakan pertumbuhan investasi

akan kembali positif atau bahkan dapat lebih tinggi dari

tahun-tahun sebelumnya. Hal ini juga didorong oleh

peningkatan realisasi belanja modal pemerintah yang

tertahan hingga triwulan II 2019. Seiring dengan kepastian

realisasi dari Pemerintah Pusat untuk rekonstruksi

(pembangunan hunian tetap, jembatan dsb) dan juga

proses tender yang diperkirakan telah selesai pada triwulan

III 2019 diharapkan dapat mendorong laju pertumbuhan

investasi yang cukup melambat pada semester I 2019.

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 201958

pengolahan baru pada 2019 diharapkan menjadi faktor

kuat pendorong ekonomi 2019. Dari LU pertanian, selain

dari peningkatan harga komoditas, peningkatan

produktivitas juga berasal dari peningkatan kapasitas

produksi tanaman lain seperti komoditas padi, jagung,

kedelai dari berbagai program yang berhasil dicanangkan

Pemerintah berpotensi meningkatkan produksi dari LU ini.

Selain itu, masih berlanjutnya beberapa proyek dari swasta

dan pemerintah diprakirakan masih akan menjadi faktor

pendorong dari LU konstruksi. Produksi pertanian didaerah

yang terdampak bencana terbukti mampu ditutupi oleh

peningkatan produktivitas pertumbuhan di daerah lainnya

sehingga secara keseluruhan dari LU pertanian masih akan

tumbuh positif hingga akhir tahun 2019.

Beberapa pertimbangan yang menjadi justifikasi proyeksi

tersebut antara lain ;

Secara sektoral, terdapat beberapa LU yang

d iperk i rakan men jad i sumber opt im i sme

pertumbuhan ekonomi. Salah satu LU yang mendorong

perekonomian adalah industri pengolahan yang

diperkirakan masih mengalami pertumbuhan jika

dibandingkan dengan periode sebelumnya. Walaupun

tidak setinggi periode sebelumnya, namun perkembangan

LU ini pada 2019 diperkirakan masih positif. Masih

optimisnya pertumbuhan tersebut diperkirakan masih

bertambahnya kapasitas produksi dengan terus

dibangunnya pabrik pengolahan nikel di kawasan industri

Morowali dan Morowali Utara. Sebagai pendukung

industri pengolahan LU pertambangan juga diprakirakan

akan terus meningkat seiring masih tingginya permintaan

dari LU pengolahan. Dari sisi pengolahan juga

diperkirakakan akan meningkat seiring industri petrokimia

(pengolahan amonia) yang masih terus mengalami

pertumbuhan dari sisi produksi dan kapasitas ekspornya.

Optimisme pertumbuhan ekonomi juga berasal dari

LU pertanian yang mulai menunjukkan peningkatan

dari sisi harga. Pada LU pertanian, pertumbuhan masih

masih akan meningkat sejalan dengan harga komoditas

pertanian terutama kakao yang masih dalam tren

meningkat. Harga kakao naik 5,24% (qtq) dari 1621,1

USD/metric ton ke 1706,00 USD/metric ton pada kuartal II

2019. Selain itu, juga masih terdapat rencana investasi

pada LU pertambangan dan infrastruktur pendukungnya

di Sulawesi Tengah. Namun demikian, terdapat beberapa

faktor yang bisa menahan pertumbuhan LU pertanian

seperti masuk sikul tanam dan belum optimalnya produksi

tanaman pangan karena belum diperbaikinya irigasi di

Kab. Sigi pasca bencana.

Secara tahunan, pertumbuhan ekonomi Sulawesi

Tengah diproyeksikan berada pada kisaran 6,7% – 7,1

% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan

2018 yang tercatat 6,30% (yoy). Dari LU industri

pengolahan, optimisme berasal dari produksi di kawasan

industri Morowali dan Banggai. Peningkatan kapasitas

produksi di Morowali seiring pembangunan industri

7.1.1 Strength

a. Berdasarkan pengeluaran, konsumsi rumah

tangga diprakirakan kembali menjadi penopang

pertumbuhan ekonomi pada 2019. Sejak bencana

yang menimpa pada triwulan IV 2019, level konsumsi

rumah tangga berada pada level yang cukup rendah.

Namun seiring meningkatnya LU utama ekonomi maka

konsumsi diprakirakan akan meningkat terutama

didorong oleh LU utama sepert i pertanian,

pertambangan dan industri pengolahan yang tetap

tumbuh positif.

Grafik 7.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

18

16

14

12

10

8

6

4

2

0

I II III IV I II

2015

III IV I II

2016

III IV I II

2017

III IV I IIP

2018

IIIP IVP

2019P

SUMBER : BPS PROV. SULAWESI TENGAH & BANK INDONESIA, DIOLAH

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019 59

Page 75: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

7.1. PROSPEK PEREKONOMIAN

Prospek perekonomian Sulawesi Tengah pada

triwulan III 2019 diperkirakan akan tetap stabil

meskipun secara keseluruhan diprakirakan akan

sed ik i t melambat d ibandingkan t r iwulan

sebelumnya. Perlambatan ini dikarenakan tidak adanya

faktor musiman sebagai pendorong perekonomian seperti

pada triwulan II 2019 yaitu efek pemilu serta hari raya Idul

Fitri. Laju pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Tengah

masih berada pada level akselerasi seiring masih

tumbuhnya industri manufaktur kawasan industri di

Morowali. Perekonomian Sulawesi Tengah diperkirakan

berada pada kisaran 6,6% – 7,0% (yoy). Pada triwulan III

2019 diperkirakan kapasitas produksi industri manufaktur

tetap meningkat meskipun tidak sebesar tahun-tahun

sebelumnya sehingga yang pada akhirnya akan

mendorong tingkat ekspor Sulawesi Tengah. Masih

positifnya proyeksi pertumbuhan ekonomi triwulan III

diantaranya juga didukung oleh stabilnya output dari

pertambangan dan industri pengolahan khususnya untuk

komoditas LNG dan nickel pig iron (NPI) yang cenderung

meningkat. Selain itu, peningkatan pertumbuhan ekonomi

ke depan diperkirakan akan didorong oleh peningkatan

investasi dan perbaikan dari sisi konsumsi rumah tangga.

Sedangkan dari sisi belanja pemerintah juga diperkirakan

akan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang

didukung oleh hasil panen di LU pertanian, perkebunan

yang diperkirakan akan terus membaik.

Dari sisi permintaan, diperkirakan konsumsi dan

investasi serta kegiatan ekspor luar negeri masih

menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi.

Tingkat konsumsi rumah tangga akan tetap tumbuh meski

dalam skala terbatas. Selain itu, dari sisi investasi pada

triwulan III 2019 diprakirakan akan mulai tumbuh lebih

tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Para investor

yang sebelumnya menunggu kepastian pascapemilu

diperkirakan akan mulai menanamkan investasinya sesuai

dengan yang direncanakan sebelumnya. Sedangkan

investasi dari sisi Pemerintah juga diperkirakan akan terus

meningkat seiring proses rekonstruksi pascabencana yang

telah dimulai pada triwulan sebelumya. Dari sisi

perdagangan luar negeri, meskipun negara mitra dagang

utama Sulawesi Tengah yaitu Tiongkok mengalami

pertumbuhan yang melambat dibandingkan perkiraan

awal namun hal tersebut tidak membuat ekspor secara

keseluruhan mengalami perlambatan. Hal ini terkonfirmasi

dari realisasi triwulan I 2019 yang tetap tumbuh cukup

tinggi (lihat boks Neraca Perdagangan). Untuk ke

depannya, diprakirakan permintaan akan cenderung stabil

meskipun terdapat risiko yang lebih rendah seiring tensi

perdagangan global yang masih meningkat. Tingkat ekspor

diperkirakan dapat mendorong permintaan ekspor

ditambah dengan harga komoditas yang masih mengalami

peningkatan terutama untuk komoditas nikel. Optimisme

pertumbuhan negara selain Tiongkok seperti Jepang, Korea

dan Taiwan yang masih tetap berlanjut diperkirakan akan

mendorong permintaan ekspor nikel maupun turunannya

dan juga LNG yang merupakan komoditas tambang dan

pengolahan utama Sulawesi Tengah.

Pertumbuhan dari sisi investasi diperkirakan akan

terbatas meskipun terdapat potansi yang cukup besar

apabila dapat direalisasikan. Rencana investasi dari

kawasan industri di Morowali masih cukup menjanjikan

mengingat potensi cadangan yang masih cukup besar.

Namun perkembangan investasi hingga pertengahan

triwulan II 2019 masih belum mencerminkan pertumbuhan

yang positif. Banyak investor yang masih menunggu situasi

dan kondisi politik pasca pemilu yang masih dilanda

ketidakpastian. Namun apabila rencana investasi tersebut

dapat direalisasikan diperkirakan pertumbuhan investasi

akan kembali positif atau bahkan dapat lebih tinggi dari

tahun-tahun sebelumnya. Hal ini juga didorong oleh

peningkatan realisasi belanja modal pemerintah yang

tertahan hingga triwulan II 2019. Seiring dengan kepastian

realisasi dari Pemerintah Pusat untuk rekonstruksi

(pembangunan hunian tetap, jembatan dsb) dan juga

proses tender yang diperkirakan telah selesai pada triwulan

III 2019 diharapkan dapat mendorong laju pertumbuhan

investasi yang cukup melambat pada semester I 2019.

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 201958

pengolahan baru pada 2019 diharapkan menjadi faktor

kuat pendorong ekonomi 2019. Dari LU pertanian, selain

dari peningkatan harga komoditas, peningkatan

produktivitas juga berasal dari peningkatan kapasitas

produksi tanaman lain seperti komoditas padi, jagung,

kedelai dari berbagai program yang berhasil dicanangkan

Pemerintah berpotensi meningkatkan produksi dari LU ini.

Selain itu, masih berlanjutnya beberapa proyek dari swasta

dan pemerintah diprakirakan masih akan menjadi faktor

pendorong dari LU konstruksi. Produksi pertanian didaerah

yang terdampak bencana terbukti mampu ditutupi oleh

peningkatan produktivitas pertumbuhan di daerah lainnya

sehingga secara keseluruhan dari LU pertanian masih akan

tumbuh positif hingga akhir tahun 2019.

Beberapa pertimbangan yang menjadi justifikasi proyeksi

tersebut antara lain ;

Secara sektoral, terdapat beberapa LU yang

d iperk i rakan men jad i sumber opt im i sme

pertumbuhan ekonomi. Salah satu LU yang mendorong

perekonomian adalah industri pengolahan yang

diperkirakan masih mengalami pertumbuhan jika

dibandingkan dengan periode sebelumnya. Walaupun

tidak setinggi periode sebelumnya, namun perkembangan

LU ini pada 2019 diperkirakan masih positif. Masih

optimisnya pertumbuhan tersebut diperkirakan masih

bertambahnya kapasitas produksi dengan terus

dibangunnya pabrik pengolahan nikel di kawasan industri

Morowali dan Morowali Utara. Sebagai pendukung

industri pengolahan LU pertambangan juga diprakirakan

akan terus meningkat seiring masih tingginya permintaan

dari LU pengolahan. Dari sisi pengolahan juga

diperkirakakan akan meningkat seiring industri petrokimia

(pengolahan amonia) yang masih terus mengalami

pertumbuhan dari sisi produksi dan kapasitas ekspornya.

Optimisme pertumbuhan ekonomi juga berasal dari

LU pertanian yang mulai menunjukkan peningkatan

dari sisi harga. Pada LU pertanian, pertumbuhan masih

masih akan meningkat sejalan dengan harga komoditas

pertanian terutama kakao yang masih dalam tren

meningkat. Harga kakao naik 5,24% (qtq) dari 1621,1

USD/metric ton ke 1706,00 USD/metric ton pada kuartal II

2019. Selain itu, juga masih terdapat rencana investasi

pada LU pertambangan dan infrastruktur pendukungnya

di Sulawesi Tengah. Namun demikian, terdapat beberapa

faktor yang bisa menahan pertumbuhan LU pertanian

seperti masuk sikul tanam dan belum optimalnya produksi

tanaman pangan karena belum diperbaikinya irigasi di

Kab. Sigi pasca bencana.

Secara tahunan, pertumbuhan ekonomi Sulawesi

Tengah diproyeksikan berada pada kisaran 6,7% – 7,1

% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan

2018 yang tercatat 6,30% (yoy). Dari LU industri

pengolahan, optimisme berasal dari produksi di kawasan

industri Morowali dan Banggai. Peningkatan kapasitas

produksi di Morowali seiring pembangunan industri

7.1.1 Strength

a. Berdasarkan pengeluaran, konsumsi rumah

tangga diprakirakan kembali menjadi penopang

pertumbuhan ekonomi pada 2019. Sejak bencana

yang menimpa pada triwulan IV 2019, level konsumsi

rumah tangga berada pada level yang cukup rendah.

Namun seiring meningkatnya LU utama ekonomi maka

konsumsi diprakirakan akan meningkat terutama

didorong oleh LU utama sepert i pertanian,

pertambangan dan industri pengolahan yang tetap

tumbuh positif.

Grafik 7.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

18

16

14

12

10

8

6

4

2

0

I II III IV I II

2015

III IV I II

2016

III IV I II

2017

III IV I IIP

2018

IIIP IVP

2019P

SUMBER : BPS PROV. SULAWESI TENGAH & BANK INDONESIA, DIOLAH

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019 59

Page 76: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

b.

c.

d.

e.

Realisasi PDRB sepanjang triwulan I 2019 cukup tinggi

dan diatas perkiraan, sehingga secara keseluruhan

dampak bencana terhadap perekonomian Sulawesi

Tengah terbatas. Industri pertambangan dan industri

manufaktur dapat tumbuh positif sebagai kompensasi

dari menurunnya kinerja LU terdampak bencana seperti

perdagangan, akomodasi makan dan minum serta real

estate. Ke depan, LU penopang tersebut diprakirakan

masih akan tumbuh sebagai sumber ekonomi Sulawesi

Tengah ditengah perbaikan LU lainnya.

Pada triwulan I 2019 total PMA yang masuk ke

Provinsi Sulawesi Tengah mencapai USD 223,5

juta. Jumlah ini cukup besar mengingat dari tahun

sebelumnya investasi PMA telah mengalami

pertumbuhan realisasi yang cukup besar. Diharapkan ke

depan, rencana investasi yang masuk dapat

direalisasikan lebih besar seiring dengan makin

kondusifnya situasi politik dan juga rencana belanja fisik

Pemerintah Daerah dapat direalisasikan sepanjang

triwulan III 2019.

Peningkatan produktivitas LU pertanian yang

memiliki share terbesar terhadap PDRB Sulawesi

Tengah menjadi pendorong LU pertanian.

Produktivitas pertanian pascabencana dapat

diperkirakan menurun ternyata dapat ditutupi oleh

peningkatan produktivitas dari daerah yang tidak

terdampak oleh bencana. Selain itu, pergerakan harga

LU pertanian terutama harga kakao yang terus

mendorong peningkatan pada triwulan sebelumnya

diprakirakan akan tetap meningkat. Sedangkan harga

kelapa sawit diperkirakan masih akan tetap berada

pada level yang stabil di tengah produksi kelapa sawit

yang diperkirakan sedikit meningkat.

Optimisme dari LU industri pengolahan terutama

dari industri pengolahan nikel. Hal ini didorong oleh

masih tingginya produksi nikel pig iron (NPI) dan

stainless steel dari smelter di Kawasan Industri

Morowali. Selain itu, pembangunan pabrik lithium dan

penambahan produksi carbon steel juga diperkirakan

akan terus meningkatkan kapasitas industr i

pengolahan secara keseluruhan. Pertumbuhan dari

pengolahan LNG meskipun sudah mencapai kapasitas

maksimal diprakirakan masih akan tetap tumbuh positif

meskipun t idak sebesar tahun sebelumnya.

Penambahan dari industri pengolahan gas amonia

diperkirakan masih dapat meningkat seiring baru

beroperasinya pabrik ini sejak tahun 2018 dan memiliki

prospek yang bagus ke depan terutama untuk ekspor.

Tekanan in f la s i sepan jang tahun 2019

diprakirakan tidak setinggi tahun sebelumnya.

Setelah sebelumnya inflasi tahun 2018 mengalami

tekanan inflasi akibat bencana, pada tahun 2019

tekanan inflasi diperkirakan akan menurun sehingga

akan kembali mendorong perekonomian. Dengan

rendahnya tingkat inflasi hal ini dapat berakibat

semakin besarnya tingkat pendapatan yang dapat

dibelanjakan yang pada akhirnya akan mendorong

peningkatan konsumsi dan investasi dari rumah tangga

dan korporasi. Selain itu penurunan harga tiket

pesawat akan semakin membuat tekanan inflasi ke

depan dapat lebih terkendali.

b.

7.1.2 Weakness

a. Nilai tukar petani di LU pertanian masih di bawah

100, padahal hampir sebagian besar angkatan

kerja produktif Sulawesi Tengah bekerja di LU

tersebut. Nilai tukar petani masih rendah yakni di level

94,11 (April 2019). Angka tersebut masih di bawah

rata-rata NTP LU Pertanian di Sulawesi yang berada di

level 99,77. Nilai tukar petani yang masih rendah

dikhawatirkan dapat menjadi penahan pertumbuhan

konsumsi rumah tangga pada triwulan III 2019. Dengan

masih rendahnya NTP, dikhawatirkan peningkatan

konsumsi dari LU pertanian sebagai LU terbesar masih

akan terbatas pada triwulan III 2019.

P e r t u m b u h a n k re d i t m a s i h m e n g a l a m i

perlambatan. Kredit Sulawesi Tengah tumbuh 7,9%

(yoy) pada Maret 2019, melambat dibandingkan

pertumbuhan pada triwulan sebelumnya 11,56% (yoy).

b.

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 201960

Hal ini menandakan iklim investasi Sulawesi Tengah dari

sisi pembiayaan dalam negeri belum optimal.

Sedangkan pembiayaan konsumsi juga masih

mengalami kontraksi -0,09% (yoy).

Kondisi politik yang belum kondusif dapat

memperpanjang ketidakpastian terhadap

investor. Investor diperkirakan masih menunggu

kejelasan kondisi politik dalam negeri sehingga

memperlambat masuknya investasi baru di daerah

Sulawesi Tengah.

7.1.3 Opportunity

a. Dar i s i s i ne raca perdagangan , kond i s i

perdagangan Sulawesi Tengah masih terus

mengalami surplus. Kontribusi terbesar berasal dari

kawasan industri di Morowali dan Banggai dengan

negara Tiongkok, Jepang, Korea Selatan dan Taiwan

menjadi pasar ekspor utama. Pertumbuhan ekonomi

Tiongkok yang diperkirakan melambat belum

memengaruhi pertumbuhan ekspor Sulawesi Tengah,

meskipun demikian pasar ekspor dari negara lain

diperkirakan dapat mengkompensasi prakiraan

penurunan Tiongkok sebagai menjadi pasar utama.

Opportunity lainnya adalah berasal harga

komoditas pertanian terutama kakao yang terus

mengalami peningkatan. Peningkatan harga kakao

terbukti mampu mendorong pertumbuhan LU

pertanian pada triwulan I 2019. Selanjutnya diharapkan

dengan semakin membaiknya harga komoditas

pertaninan diharapkan juga terjadi peningkatan

produktivitas dari LU pertanian. Skema peningkatan

produktivitas LU pertanian yang dicanangkan oleh

Pemerintah Daerah diharapkan berhasil direalisasikan

sehingga peluang ini dapat dimanfaatkan sebaik

mungkin. Peningkatan harga komoditas utama seperti

nikel dan CPO juga menjadi insentif untuk semakin

meningkatkan produktivitas dari LU terkait.

Perang dagang antara Tiongkok dan Amerika

Serikat dapat memberikan peluang ekspor baru

ke Tiongkok. Dengan meningkatkan ketegangan

antara Tiongkok dan Amerika Serikat, diharapakan

b.

b.

dapat memanfaatkan momen tersebut untuk

memenuhi kebutuhan Tiongkok yang sebelumnya

didapatkan dari Amerika Serikat.

Minat para investor terhadap penanaman modal

di Sulawesi Tengah pascabencana meningkat.

Dengan semakin kondusif kondisi perekonomian dan

peluang yang cukup besar pascabencana menarik para

investor untuk menanamkan modalnya di Sulawesi

Tengah. Dari data yang diterima oleh DPMPTSP tercatat

minat investasi mengalami peningkatan yang

signifikan.

7.1.4 Threat

a. Potensi perang dagang antara Tiongkok dan

Amerika semakin meningkat. Perang dagang terus

berlanjut dan meluas tidak hanya antara Tiongkok dan

AS, hal ini telah terbukti dengan menurunnya nilai

perdagangan internasional. Imbasnya perdagangan

Indonesia diperkirakan ke Tiongkok juga diperkirakan

juga terdampak. Terutama terhadap ekonomi Sulawesi

Tengah sangat bergantung dengan perkembangan

ekonomi Tiongkok yang merupakan negara tujuan

ekspor Sulawesi Tengah.

Harga LNG impor Jepang masih dalam tren yang

menurun. Ekspor LNG merupakan salah satu

komoditas unggulan Sulteng. Pangsa ekspor komoditas

ini mencapai 24,96%. Sebagian besar komoditas ini

diekspor ke Jepang. Oleh karena itu, apabila harga LNG

impor Jepang terus menurun, maka akan menjadi

disinsentif bagi korporasi pengolahan LNG.

b.

Analisis S.W.OT menjadi penting mengingat

perlunya justifikasi yang kuat dari hanya sekedar

penggunaan alat analisis ekonometrika. Meskipun

demikian, model proyeksi ekonometrika juga tetap

digunakan sebagai dasar penyusunan proyeksi

pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan asumsi-

asumsi serta sentimen-sentimen tertentu. Namun,

professional judgement tetap menjadi penentu arah dan

besar laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah.

c.

d.

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019 61

Page 77: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

b.

c.

d.

e.

Realisasi PDRB sepanjang triwulan I 2019 cukup tinggi

dan diatas perkiraan, sehingga secara keseluruhan

dampak bencana terhadap perekonomian Sulawesi

Tengah terbatas. Industri pertambangan dan industri

manufaktur dapat tumbuh positif sebagai kompensasi

dari menurunnya kinerja LU terdampak bencana seperti

perdagangan, akomodasi makan dan minum serta real

estate. Ke depan, LU penopang tersebut diprakirakan

masih akan tumbuh sebagai sumber ekonomi Sulawesi

Tengah ditengah perbaikan LU lainnya.

Pada triwulan I 2019 total PMA yang masuk ke

Provinsi Sulawesi Tengah mencapai USD 223,5

juta. Jumlah ini cukup besar mengingat dari tahun

sebelumnya investasi PMA telah mengalami

pertumbuhan realisasi yang cukup besar. Diharapkan ke

depan, rencana investasi yang masuk dapat

direalisasikan lebih besar seiring dengan makin

kondusifnya situasi politik dan juga rencana belanja fisik

Pemerintah Daerah dapat direalisasikan sepanjang

triwulan III 2019.

Peningkatan produktivitas LU pertanian yang

memiliki share terbesar terhadap PDRB Sulawesi

Tengah menjadi pendorong LU pertanian.

Produktivitas pertanian pascabencana dapat

diperkirakan menurun ternyata dapat ditutupi oleh

peningkatan produktivitas dari daerah yang tidak

terdampak oleh bencana. Selain itu, pergerakan harga

LU pertanian terutama harga kakao yang terus

mendorong peningkatan pada triwulan sebelumnya

diprakirakan akan tetap meningkat. Sedangkan harga

kelapa sawit diperkirakan masih akan tetap berada

pada level yang stabil di tengah produksi kelapa sawit

yang diperkirakan sedikit meningkat.

Optimisme dari LU industri pengolahan terutama

dari industri pengolahan nikel. Hal ini didorong oleh

masih tingginya produksi nikel pig iron (NPI) dan

stainless steel dari smelter di Kawasan Industri

Morowali. Selain itu, pembangunan pabrik lithium dan

penambahan produksi carbon steel juga diperkirakan

akan terus meningkatkan kapasitas industr i

pengolahan secara keseluruhan. Pertumbuhan dari

pengolahan LNG meskipun sudah mencapai kapasitas

maksimal diprakirakan masih akan tetap tumbuh positif

meskipun t idak sebesar tahun sebelumnya.

Penambahan dari industri pengolahan gas amonia

diperkirakan masih dapat meningkat seiring baru

beroperasinya pabrik ini sejak tahun 2018 dan memiliki

prospek yang bagus ke depan terutama untuk ekspor.

Tekanan in f la s i sepan jang tahun 2019

diprakirakan tidak setinggi tahun sebelumnya.

Setelah sebelumnya inflasi tahun 2018 mengalami

tekanan inflasi akibat bencana, pada tahun 2019

tekanan inflasi diperkirakan akan menurun sehingga

akan kembali mendorong perekonomian. Dengan

rendahnya tingkat inflasi hal ini dapat berakibat

semakin besarnya tingkat pendapatan yang dapat

dibelanjakan yang pada akhirnya akan mendorong

peningkatan konsumsi dan investasi dari rumah tangga

dan korporasi. Selain itu penurunan harga tiket

pesawat akan semakin membuat tekanan inflasi ke

depan dapat lebih terkendali.

b.

7.1.2 Weakness

a. Nilai tukar petani di LU pertanian masih di bawah

100, padahal hampir sebagian besar angkatan

kerja produktif Sulawesi Tengah bekerja di LU

tersebut. Nilai tukar petani masih rendah yakni di level

94,11 (April 2019). Angka tersebut masih di bawah

rata-rata NTP LU Pertanian di Sulawesi yang berada di

level 99,77. Nilai tukar petani yang masih rendah

dikhawatirkan dapat menjadi penahan pertumbuhan

konsumsi rumah tangga pada triwulan III 2019. Dengan

masih rendahnya NTP, dikhawatirkan peningkatan

konsumsi dari LU pertanian sebagai LU terbesar masih

akan terbatas pada triwulan III 2019.

P e r t u m b u h a n k re d i t m a s i h m e n g a l a m i

perlambatan. Kredit Sulawesi Tengah tumbuh 7,9%

(yoy) pada Maret 2019, melambat dibandingkan

pertumbuhan pada triwulan sebelumnya 11,56% (yoy).

b.

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 201960

Hal ini menandakan iklim investasi Sulawesi Tengah dari

sisi pembiayaan dalam negeri belum optimal.

Sedangkan pembiayaan konsumsi juga masih

mengalami kontraksi -0,09% (yoy).

Kondisi politik yang belum kondusif dapat

memperpanjang ketidakpastian terhadap

investor. Investor diperkirakan masih menunggu

kejelasan kondisi politik dalam negeri sehingga

memperlambat masuknya investasi baru di daerah

Sulawesi Tengah.

7.1.3 Opportunity

a. Dar i s i s i ne raca perdagangan , kond i s i

perdagangan Sulawesi Tengah masih terus

mengalami surplus. Kontribusi terbesar berasal dari

kawasan industri di Morowali dan Banggai dengan

negara Tiongkok, Jepang, Korea Selatan dan Taiwan

menjadi pasar ekspor utama. Pertumbuhan ekonomi

Tiongkok yang diperkirakan melambat belum

memengaruhi pertumbuhan ekspor Sulawesi Tengah,

meskipun demikian pasar ekspor dari negara lain

diperkirakan dapat mengkompensasi prakiraan

penurunan Tiongkok sebagai menjadi pasar utama.

Opportunity lainnya adalah berasal harga

komoditas pertanian terutama kakao yang terus

mengalami peningkatan. Peningkatan harga kakao

terbukti mampu mendorong pertumbuhan LU

pertanian pada triwulan I 2019. Selanjutnya diharapkan

dengan semakin membaiknya harga komoditas

pertaninan diharapkan juga terjadi peningkatan

produktivitas dari LU pertanian. Skema peningkatan

produktivitas LU pertanian yang dicanangkan oleh

Pemerintah Daerah diharapkan berhasil direalisasikan

sehingga peluang ini dapat dimanfaatkan sebaik

mungkin. Peningkatan harga komoditas utama seperti

nikel dan CPO juga menjadi insentif untuk semakin

meningkatkan produktivitas dari LU terkait.

Perang dagang antara Tiongkok dan Amerika

Serikat dapat memberikan peluang ekspor baru

ke Tiongkok. Dengan meningkatkan ketegangan

antara Tiongkok dan Amerika Serikat, diharapakan

b.

b.

dapat memanfaatkan momen tersebut untuk

memenuhi kebutuhan Tiongkok yang sebelumnya

didapatkan dari Amerika Serikat.

Minat para investor terhadap penanaman modal

di Sulawesi Tengah pascabencana meningkat.

Dengan semakin kondusif kondisi perekonomian dan

peluang yang cukup besar pascabencana menarik para

investor untuk menanamkan modalnya di Sulawesi

Tengah. Dari data yang diterima oleh DPMPTSP tercatat

minat investasi mengalami peningkatan yang

signifikan.

7.1.4 Threat

a. Potensi perang dagang antara Tiongkok dan

Amerika semakin meningkat. Perang dagang terus

berlanjut dan meluas tidak hanya antara Tiongkok dan

AS, hal ini telah terbukti dengan menurunnya nilai

perdagangan internasional. Imbasnya perdagangan

Indonesia diperkirakan ke Tiongkok juga diperkirakan

juga terdampak. Terutama terhadap ekonomi Sulawesi

Tengah sangat bergantung dengan perkembangan

ekonomi Tiongkok yang merupakan negara tujuan

ekspor Sulawesi Tengah.

Harga LNG impor Jepang masih dalam tren yang

menurun. Ekspor LNG merupakan salah satu

komoditas unggulan Sulteng. Pangsa ekspor komoditas

ini mencapai 24,96%. Sebagian besar komoditas ini

diekspor ke Jepang. Oleh karena itu, apabila harga LNG

impor Jepang terus menurun, maka akan menjadi

disinsentif bagi korporasi pengolahan LNG.

b.

Analisis S.W.OT menjadi penting mengingat

perlunya justifikasi yang kuat dari hanya sekedar

penggunaan alat analisis ekonometrika. Meskipun

demikian, model proyeksi ekonometrika juga tetap

digunakan sebagai dasar penyusunan proyeksi

pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan asumsi-

asumsi serta sentimen-sentimen tertentu. Namun,

professional judgement tetap menjadi penentu arah dan

besar laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah.

c.

d.

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019 61

Page 78: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

7.2. PROSPEK INFLASI

Sementara itu, meskipun inflasi Sulawesi Tengah

pada triwulan III 2019 diprakirakan meningkat

namun tekanan inflasi secara bulanan semakin

menurun. Inflasi pada triwulan III diperkirakan berada

pada kisaran 5,0% - 5,4% (yoy). Tingkat inflasi tahunan ini

cukup tinggi karena adanya dampak base effect yang

cukup besar pascabencana. Namun jika diperhatikan

secara bulanan, tekanan inflasi sepanjang triwulan III 2019

menurun cukup jauh jika dibandingkan triwulan II 2019.

Pada triwulan II 2019 tekanan inflasi diprakirakan

meningkat akibat adanya hari besar keagamaan

sedangkan pada triwulan III 2019 diperkirakan tekanan

tersebut akan mereda sesuai dengan pola tahunannya.

Meskipun demikian tekanan inflasi dari sisi bahan

makanan masih tetap menjadi perhatian terutama dari

harga ikan segar. Disparitas harga ikan yang cukup

signifikan dengan provinsi lain masih berpotensi menjadi

penyebab kurangnya pasokan ikan di Sulawesi Tengah.

Pengaturan mengenai pasokan ini harus tetap menjadi

fokus utama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID)

Sulawesi Tengah di tengah masih terbatasnya kapal/perahu

nelayan yang beroperasi pascabencana. Sedangkan dari

sisi tanaman pangan, diperkirakan pasokan diperkirakan

terkendali seiring produktivitas daerah yang terdampak

bencana seperti Sigi dapat ditutupi oleh sentra produksi di

Kabupaten lainnya. Dari sisi komoditas transpor,

perkirakan tekanan harga tiket pesawat diperkirakan akan

terus mereda seiring telah turunnya batas atas pada

triwulan II 2019 dan turunnya permintaan pasca hari besar

dan masa liburan anak sekolah.

Grafik 7.2. Inflasi Tahunan 2018 & 2019 (yoy, %)

KAKAO KELAPA SAWIT (USD)

8

7

6

5

4

3

2

1

0

SUMBER : BPS PROV. SULAWESI TENGAH & BANK INDONESIA, DIOLAH

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2018

1 2 3 4 5P 6P 7P 8P 9P 10P 11P 12P

2019

Namun demikian, masih terdapat potensi risiko

peningkatan inflasi. Dari sisi kelompok bahan makanan

risiko terbesar berasal dari ikan segar. Hasil tangkapan

nelayan masih belum menunjukkan peningkatan yang

signifikan. Selain masih bergantung pada curah hujan,

jumlah kapal/perahu nelayan yang diperbaiki juga masih

terbatas sehingga banyak nelayan yang belum melaut. Hal

ini diperkirakan dapat membuat pasokan terbatas seiring

permintaan yang cenderung meningkat. Selain itu,

substitusi ikan air laut belum menemukan solusi yang

tepat ditengah keterbatasan suplai ikan air tawar dan

budaya mengkonsumsi ikan air tawar masih cukup rendah.

Dengan berbagai perkembangan tersebut, inflasi

tahun 2019 di Sulawesi Tengah diharapkan masih

sesuai dengan target yakni 3,5%±1% (yoy). Dari sisi

inflasi inti, masih tingginya optimisme masyarakat

terhadap tingkat pendapatan mereka ke depan membuat

tekanan terhadap kelompok ini perlu diwaspadai.

Sementara i tu , pemer intah sebe lumnya te lah

mengeluarkan pernyataan bahwa sepanjang 2019 tidak

akan terjadi kenaikan tarif listrik, harga BBM dan harga LPG

3 kg. Dari sisi bahan makanan, tekanan inflasi diperkirakan

moderat, didukung kebijakan intensif pemerintah pusat

dan daerah dalam menjaga pasokan dan stabilitas harga

pangan. Kebijakan pemerintah ditempuh dengan menjaga

kecukupan stok pangan dan meningkatkan produktivitas

tanaman pangan di tengah kondisi cuaca yang tidak

menentu. Koordinasi antara Bank Indonesia dan

Pemerintah Daerah dalam Tim Pengendalian Inflasi Daerah

(TPID) juga berperan penting dalam menjaga inflasi yang

disebabkan oleh kelompok bahan makanan.

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 201962

NERACA PERDAGANGAN SULAWESI TENGAH

Neraca perdagangan Indonesia pada April 2019

mengalami defisit US$ 2,5 miliar atau setara Rp 36

triliun. Angka ini merupakan yang terdalam

sepanjang sejarah neraca perdagangan Indonesia.

Merosotnya kinerja ekspor serta meningkatnya impor

membuat defisit neraca perdagangan kembali di atas

US$ 2 miliar dalam lima bulan terakhir. Melonjaknya

defisit neraca perdagangan migas nasional yang

hampir mencapai tiga kali lipat menjadi US$ 1,49

miliar serta terjadinya defisit neraca dagang nonmigas

senilai US$ 1 miliar menjadi pemicu terpuruknya

kinerja perdagangan Indonesia. Indonesia juga

sempat mencatat defisit perdagangan yang cukup

besar, yakni mencapai US$ 2,3 miliar pada Juli 2013

seiring naiknya harga minyak mentah yang membuat

impor migas melonjak 155% menjadi US$ 1,86 miliar.

BOKS 4

Demikian pula impor non migas melonjak tiga kali

lipat menjadi US$ 450 juta.

Hal yang terjadi pada Neraca Perdagangan Indonesia

tidak terjadi pada neraca perdagangan di Sulawesi

Tengah. Neraca Perdagangan Sulawesi Tengah justru

mencatat surplus dan bahkan terus mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun. Sebelum 2015,

neraca perdagangan Sulawesi Tengah mengalami

defisit hingga US$ 189 juta. Namun setelah itu neraca

perdagangan Sulteng terus mengalami surplus dan

terus mengalami peningkatan hingga mencapai US$

2,3 miliar pada 2018. Pada periode Januari - Maret

2019, surplus neraca perdagangan telah mencapai

US$ 606 juta atau meningkat 21,6% dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini

menunjukkan kinerja perdagangan eksternal Sulteng

masih terus tumbuh. Sebagian besar ekspor Sulteng

merupakan ekspor nonmigas yaitu berupa besi baja

dan bahan bakar mineral yang mencapai 75% dari

total ekspor Sulteng (Jan-Mar 2019).

Upaya Pemerintah Daerah Sulawesi Tengah untuk

terus mendorong peningkatan ekspor nonmigas

membuahkan hasil yang memuaskan. Strategi

P e m e r i n t a h D a e r a h y a n g m e n d o r o n g

Tabel Neraca Perdagangan Sulawesi Tengah 2014 - 2019

URAIAN

Total Perdagangan

Migas

Non Migas

Ekspor

Migas

Non Migas

Impor

Migas

Non Migas

Neraca Perdagangan

Migas

Non Migas

7,929,194,643.0

1,482,791,352.4

6,446,403,290.6

5,108,506,551.0

1,476,256,133.4

3,632,250,417.6

2,820,688,092.0

6,535,219.0

2,814,152,873.0

2,287,818,459.0

1,469,720,914.4

818,097,544.6

20182018

1,817,824,653.7

345,154,175.3

1,472,670,478.4

1,158,119,805.7

343,397,000.3

814,722,805.4

659,704,848.0

1,757,175.0

657,947,673.0

498,414,957.7

341,639,825.3

156,775,132.4

JAN-MAR

2019

2,197,949,950.1

350,586,889.0

1,847,363,061.1

1,401,990,000.1

349,941,889.0

1,052,048,111.1

795,959,950.0

645,000.0

795,314,950.0

606,030,050.1

349,296,889.0

256,733,161.1

4,324,785,484.0

1,104,450,223.9

3,220,335,260.1

3,030,044,599.0

1,098,752,607.9

1,931,291,991.1

1,294,740,885.0

5,697,616.0

1,289,043,269.0

1,735,303,714.0

1,093,054,991.9

642,248,722.1

2017

2,702,936,508.5

745,218,484.4

1,957,718,024.1

1,565,089,303.5

741,890,502.4

823,198,801.1

1,137,847,205.0

3,327,982.0

1,134,519,223.0

427,242,098.5

738,562,520.4

(311,320,421.9)

2016PERTUMBUHAN (%)

19/18

20,91

1,57

25,44

21,06

1,91

29,13

20,65

-63,29

20,88

21,59

2,24

63,76

Sumber : BPS

(Nilai : US$)

Grafik Surplus Defisit Neraca Perdagangan 2010 - 2018

4 MILIAR

3 MILIAR

2 MILIAR

1 MILIAR

0

-1 MILIAR

-2 MILIAR

-3 MILIAR

JAN 2010 JAN 2012 JAN 2014 JAN 2016 JAN 2018

US$

Sumber : BPS

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019 63

Page 79: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

7.2. PROSPEK INFLASI

Sementara itu, meskipun inflasi Sulawesi Tengah

pada triwulan III 2019 diprakirakan meningkat

namun tekanan inflasi secara bulanan semakin

menurun. Inflasi pada triwulan III diperkirakan berada

pada kisaran 5,0% - 5,4% (yoy). Tingkat inflasi tahunan ini

cukup tinggi karena adanya dampak base effect yang

cukup besar pascabencana. Namun jika diperhatikan

secara bulanan, tekanan inflasi sepanjang triwulan III 2019

menurun cukup jauh jika dibandingkan triwulan II 2019.

Pada triwulan II 2019 tekanan inflasi diprakirakan

meningkat akibat adanya hari besar keagamaan

sedangkan pada triwulan III 2019 diperkirakan tekanan

tersebut akan mereda sesuai dengan pola tahunannya.

Meskipun demikian tekanan inflasi dari sisi bahan

makanan masih tetap menjadi perhatian terutama dari

harga ikan segar. Disparitas harga ikan yang cukup

signifikan dengan provinsi lain masih berpotensi menjadi

penyebab kurangnya pasokan ikan di Sulawesi Tengah.

Pengaturan mengenai pasokan ini harus tetap menjadi

fokus utama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID)

Sulawesi Tengah di tengah masih terbatasnya kapal/perahu

nelayan yang beroperasi pascabencana. Sedangkan dari

sisi tanaman pangan, diperkirakan pasokan diperkirakan

terkendali seiring produktivitas daerah yang terdampak

bencana seperti Sigi dapat ditutupi oleh sentra produksi di

Kabupaten lainnya. Dari sisi komoditas transpor,

perkirakan tekanan harga tiket pesawat diperkirakan akan

terus mereda seiring telah turunnya batas atas pada

triwulan II 2019 dan turunnya permintaan pasca hari besar

dan masa liburan anak sekolah.

Grafik 7.2. Inflasi Tahunan 2018 & 2019 (yoy, %)

KAKAO KELAPA SAWIT (USD)

8

7

6

5

4

3

2

1

0

SUMBER : BPS PROV. SULAWESI TENGAH & BANK INDONESIA, DIOLAH

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2018

1 2 3 4 5P 6P 7P 8P 9P 10P 11P 12P

2019

Namun demikian, masih terdapat potensi risiko

peningkatan inflasi. Dari sisi kelompok bahan makanan

risiko terbesar berasal dari ikan segar. Hasil tangkapan

nelayan masih belum menunjukkan peningkatan yang

signifikan. Selain masih bergantung pada curah hujan,

jumlah kapal/perahu nelayan yang diperbaiki juga masih

terbatas sehingga banyak nelayan yang belum melaut. Hal

ini diperkirakan dapat membuat pasokan terbatas seiring

permintaan yang cenderung meningkat. Selain itu,

substitusi ikan air laut belum menemukan solusi yang

tepat ditengah keterbatasan suplai ikan air tawar dan

budaya mengkonsumsi ikan air tawar masih cukup rendah.

Dengan berbagai perkembangan tersebut, inflasi

tahun 2019 di Sulawesi Tengah diharapkan masih

sesuai dengan target yakni 3,5%±1% (yoy). Dari sisi

inflasi inti, masih tingginya optimisme masyarakat

terhadap tingkat pendapatan mereka ke depan membuat

tekanan terhadap kelompok ini perlu diwaspadai.

Sementara i tu , pemer intah sebe lumnya te lah

mengeluarkan pernyataan bahwa sepanjang 2019 tidak

akan terjadi kenaikan tarif listrik, harga BBM dan harga LPG

3 kg. Dari sisi bahan makanan, tekanan inflasi diperkirakan

moderat, didukung kebijakan intensif pemerintah pusat

dan daerah dalam menjaga pasokan dan stabilitas harga

pangan. Kebijakan pemerintah ditempuh dengan menjaga

kecukupan stok pangan dan meningkatkan produktivitas

tanaman pangan di tengah kondisi cuaca yang tidak

menentu. Koordinasi antara Bank Indonesia dan

Pemerintah Daerah dalam Tim Pengendalian Inflasi Daerah

(TPID) juga berperan penting dalam menjaga inflasi yang

disebabkan oleh kelompok bahan makanan.

KA

NTO

R P

ER

WA

KIL

AN

BA

NK

IND

ON

ES

IAP

RO

VIN

SI

SU

LA

WE

SI T

EN

GA

H

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 201962

NERACA PERDAGANGAN SULAWESI TENGAH

Neraca perdagangan Indonesia pada April 2019

mengalami defisit US$ 2,5 miliar atau setara Rp 36

triliun. Angka ini merupakan yang terdalam

sepanjang sejarah neraca perdagangan Indonesia.

Merosotnya kinerja ekspor serta meningkatnya impor

membuat defisit neraca perdagangan kembali di atas

US$ 2 miliar dalam lima bulan terakhir. Melonjaknya

defisit neraca perdagangan migas nasional yang

hampir mencapai tiga kali lipat menjadi US$ 1,49

miliar serta terjadinya defisit neraca dagang nonmigas

senilai US$ 1 miliar menjadi pemicu terpuruknya

kinerja perdagangan Indonesia. Indonesia juga

sempat mencatat defisit perdagangan yang cukup

besar, yakni mencapai US$ 2,3 miliar pada Juli 2013

seiring naiknya harga minyak mentah yang membuat

impor migas melonjak 155% menjadi US$ 1,86 miliar.

BOKS 4

Demikian pula impor non migas melonjak tiga kali

lipat menjadi US$ 450 juta.

Hal yang terjadi pada Neraca Perdagangan Indonesia

tidak terjadi pada neraca perdagangan di Sulawesi

Tengah. Neraca Perdagangan Sulawesi Tengah justru

mencatat surplus dan bahkan terus mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun. Sebelum 2015,

neraca perdagangan Sulawesi Tengah mengalami

defisit hingga US$ 189 juta. Namun setelah itu neraca

perdagangan Sulteng terus mengalami surplus dan

terus mengalami peningkatan hingga mencapai US$

2,3 miliar pada 2018. Pada periode Januari - Maret

2019, surplus neraca perdagangan telah mencapai

US$ 606 juta atau meningkat 21,6% dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini

menunjukkan kinerja perdagangan eksternal Sulteng

masih terus tumbuh. Sebagian besar ekspor Sulteng

merupakan ekspor nonmigas yaitu berupa besi baja

dan bahan bakar mineral yang mencapai 75% dari

total ekspor Sulteng (Jan-Mar 2019).

Upaya Pemerintah Daerah Sulawesi Tengah untuk

terus mendorong peningkatan ekspor nonmigas

membuahkan hasil yang memuaskan. Strategi

P e m e r i n t a h D a e r a h y a n g m e n d o r o n g

Tabel Neraca Perdagangan Sulawesi Tengah 2014 - 2019

URAIAN

Total Perdagangan

Migas

Non Migas

Ekspor

Migas

Non Migas

Impor

Migas

Non Migas

Neraca Perdagangan

Migas

Non Migas

7,929,194,643.0

1,482,791,352.4

6,446,403,290.6

5,108,506,551.0

1,476,256,133.4

3,632,250,417.6

2,820,688,092.0

6,535,219.0

2,814,152,873.0

2,287,818,459.0

1,469,720,914.4

818,097,544.6

20182018

1,817,824,653.7

345,154,175.3

1,472,670,478.4

1,158,119,805.7

343,397,000.3

814,722,805.4

659,704,848.0

1,757,175.0

657,947,673.0

498,414,957.7

341,639,825.3

156,775,132.4

JAN-MAR

2019

2,197,949,950.1

350,586,889.0

1,847,363,061.1

1,401,990,000.1

349,941,889.0

1,052,048,111.1

795,959,950.0

645,000.0

795,314,950.0

606,030,050.1

349,296,889.0

256,733,161.1

4,324,785,484.0

1,104,450,223.9

3,220,335,260.1

3,030,044,599.0

1,098,752,607.9

1,931,291,991.1

1,294,740,885.0

5,697,616.0

1,289,043,269.0

1,735,303,714.0

1,093,054,991.9

642,248,722.1

2017

2,702,936,508.5

745,218,484.4

1,957,718,024.1

1,565,089,303.5

741,890,502.4

823,198,801.1

1,137,847,205.0

3,327,982.0

1,134,519,223.0

427,242,098.5

738,562,520.4

(311,320,421.9)

2016PERTUMBUHAN (%)

19/18

20,91

1,57

25,44

21,06

1,91

29,13

20,65

-63,29

20,88

21,59

2,24

63,76

Sumber : BPS

(Nilai : US$)

Grafik Surplus Defisit Neraca Perdagangan 2010 - 2018

4 MILIAR

3 MILIAR

2 MILIAR

1 MILIAR

0

-1 MILIAR

-2 MILIAR

-3 MILIAR

JAN 2010 JAN 2012 JAN 2014 JAN 2016 JAN 2018

US$

Sumber : BPS

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019 63

Page 80: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

BOKS 4

diadopsi. Implementasi sistem perizinan terintegrasi

berbasis daring (online single submission/OSS) di

tingkat daerah juga perlu diperluas. OSS sejauh ini

belum berhasil memadukan perizinan di tingkat

pemerintah daerah dengan pemerintah pusat.

Sehingga pemerintah daerah perlu mengevaluasi

transparansi sistem perizinan setempat. Biaya

tambahan akibat pungutan liar dan biaya tak terduga

dapat teratasi sehingga meningkatkan daya saing

produk ekspor. Pemerintah pusat melalui Menteri

Koordinator Perekonomian, arah kebijakan ekonomi

tahun ini difokuskan untuk memperbaiki sisi

permintaan. Selain tetap membangun infrastruktur,

pemerintah juga meningkatkan daya saing sumber

daya manusia dan kemudahan berusaha. Kemudahan

berusaha secara bertahap diperbaiki dengan

penyederhanaan perizinan. Implementasi OSS akan

dioptimalkan, antara lain dengan menambah rencana

detail tata ruang (RDTR) dari 52 daerah menjadi 109

daerah.

pengembangkan industri hulu ke hilir yang

berorientasi ekspor serta berbasis bahan baku yang

dihasilkan daerah tersebut berhasil. Kedua daerah di

Sulteng yang kaya akan sumber daya saat ini telah

memiliki industri yang lengkap mulai dari penyedia

bahan baku, infrastruktur utama dan pendukung

mulai dari pelabuhan hingga pembangkit listrik.

Upaya industrialisasi dan hilirisasi daerah Morowali

dan Banggai yang kaya akan sumber daya alam

merupakan cerita sukses dari daerah yang

sebelumnya hanya mengandalkan bahan alam

mentah. Pertumbuhan ekonomi Sulteng sejak

dibangunnya industri tersebut selalu jauh diatas rata-

rata pertumbuhan nasional. Ke depan, Pemerintah

Daerah terus membentuk sistem pendukung yang

mampu menciptakan eksportir baru dan diversifikasi

produk ekspor baru serta meningkatkan kinerja

ekspor yang sudah berjalan.

Sesungguhnya masih terdapat potensi industri baru

dari bahan baku yang tersedia di Sulteng. Yang

terbaru adalah pengembangan pengolahan gas

amonian yang memasuki tahun kedua operasional

serta pembangunan industri baterai lithium yang

menggunakan bahan baku nikel. Dari penambahan

pabrik baru tersebut diharapkan kinerja neraca

perdangan Sulteng tahun-tahun berikutnya dapat

terus tumbuh dan memiliki kontribusi yang

meningkat terhadap perekonomian nasional. Saat ini

ekspor Sulteng hanya memiliki kontribusi 1,81%

terhadap ekspor nasional.

Selanjutnya peran Pemerintah Daerah dalam

mendorong ekspor, antara lain dalam menerbitkan

Kebijakan pengembangan produk ekspor perlu

ditingkatkan. Peningkatan strategi hilirisasi juga mesti

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 201964

Page 81: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

BOKS 4

diadopsi. Implementasi sistem perizinan terintegrasi

berbasis daring (online single submission/OSS) di

tingkat daerah juga perlu diperluas. OSS sejauh ini

belum berhasil memadukan perizinan di tingkat

pemerintah daerah dengan pemerintah pusat.

Sehingga pemerintah daerah perlu mengevaluasi

transparansi sistem perizinan setempat. Biaya

tambahan akibat pungutan liar dan biaya tak terduga

dapat teratasi sehingga meningkatkan daya saing

produk ekspor. Pemerintah pusat melalui Menteri

Koordinator Perekonomian, arah kebijakan ekonomi

tahun ini difokuskan untuk memperbaiki sisi

permintaan. Selain tetap membangun infrastruktur,

pemerintah juga meningkatkan daya saing sumber

daya manusia dan kemudahan berusaha. Kemudahan

berusaha secara bertahap diperbaiki dengan

penyederhanaan perizinan. Implementasi OSS akan

dioptimalkan, antara lain dengan menambah rencana

detail tata ruang (RDTR) dari 52 daerah menjadi 109

daerah.

pengembangkan industri hulu ke hilir yang

berorientasi ekspor serta berbasis bahan baku yang

dihasilkan daerah tersebut berhasil. Kedua daerah di

Sulteng yang kaya akan sumber daya saat ini telah

memiliki industri yang lengkap mulai dari penyedia

bahan baku, infrastruktur utama dan pendukung

mulai dari pelabuhan hingga pembangkit listrik.

Upaya industrialisasi dan hilirisasi daerah Morowali

dan Banggai yang kaya akan sumber daya alam

merupakan cerita sukses dari daerah yang

sebelumnya hanya mengandalkan bahan alam

mentah. Pertumbuhan ekonomi Sulteng sejak

dibangunnya industri tersebut selalu jauh diatas rata-

rata pertumbuhan nasional. Ke depan, Pemerintah

Daerah terus membentuk sistem pendukung yang

mampu menciptakan eksportir baru dan diversifikasi

produk ekspor baru serta meningkatkan kinerja

ekspor yang sudah berjalan.

Sesungguhnya masih terdapat potensi industri baru

dari bahan baku yang tersedia di Sulteng. Yang

terbaru adalah pengembangan pengolahan gas

amonian yang memasuki tahun kedua operasional

serta pembangunan industri baterai lithium yang

menggunakan bahan baku nikel. Dari penambahan

pabrik baru tersebut diharapkan kinerja neraca

perdangan Sulteng tahun-tahun berikutnya dapat

terus tumbuh dan memiliki kontribusi yang

meningkat terhadap perekonomian nasional. Saat ini

ekspor Sulteng hanya memiliki kontribusi 1,81%

terhadap ekspor nasional.

Selanjutnya peran Pemerintah Daerah dalam

mendorong ekspor, antara lain dalam menerbitkan

Kebijakan pengembangan produk ekspor perlu

ditingkatkan. Peningkatan strategi hilirisasi juga mesti

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 201964

Page 82: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

LAMPIRAN

Atas Dasar Harga Berlaku, menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahun pada suatu daerah.

Atas Dasar Harga Konstan, menggambarkan perkembangan produksi riil barang dan jasa yang dihasilkan oleh kegiatan ekonomi suatu daerah.

Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya diatur oleh pemerintah.

Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.

Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komoditas terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap komoditas tersebut.

Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi daerah.

Faktor fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang dapat dipengaruhi oleh kebijakan moneter, yakni interaksi permintaan-penawaran atau output gap, eksternal, serta ekspektasi inflasi masyarakat

Faktor non fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang berada di luar kewenangan otoritas moneter, yakni produksi maupun distribusi bahan pangan (volatile foods), serta harga barang/jasa yang ditentukan oleh pemerintah (administered price)

Salah satu disagregasi inflasi, yaitu inflasi yang berasal dari pengaruh perkembangan harga di luar negeri (eksternal)

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1–100.

Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu. Sejak Januari 2014 menggunakan Tahun Dasar 2012 = 100.

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1–100.

ADHB

ADHK

Administered price

Andil inflasi

APBD

Bobot inflasi

Dana Perimbangan

Faktor Fundamental

Faktor Non Fundamental

Imported inflation

Indeks EkspektasiKonsumen

Indeks HargaKonsumen (IHK)

Indeks Kondisi Ekonomi

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 201966

Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang. Indeks ini memiliki skala 1–100.

Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi melalui peningkatan modal.

Inflasi inti adalah inflasi yang dipengaruhi oleh faktor fundamental

Kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan secara periodik melalui wawancara langsung kepada pelaku ekonomi mengenai perkembangan dan arah kegiatan ekonomi dengan cara yang sistematis dan didokumentasikan dalam bentuk laporan

Minyak dan gas. Merupakan kelompok lapangan usaha industri yang mencakup industri minyak dan gas.

Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya.

Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi

Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu dengan menetapkan tahun 2010 sebagai Tahun Dasar.

Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah.

Persepsi risiko yang dimiliki oleh investor terhadap kondisi perekonomian sebuah negara

Quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya.

Selisih antara persentase jumlah respondenyang memberikan jawaban “meningkat” dengan persentase jumlah responden yang memberikan jawaban “menurun” danmengabaikan jawaban “sama”.

Saldo Bersih Tertimbang. Nilai yang diperoleh dari hasil perkalian saldo bersih lapangan usaha/subkategori usaha yang bersangkutan dengan bobot lapangan usaha/subkategori usaha yang bersangkutan sebagai penimbangnya.

Lapangan usaha ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan.

Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.

Jenis minyak bumi yang menjadi acuan untuk transaksi perdagangan minyak dunia.

Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.

Indeks KeyakinanKonsumen (IKK)

Investasi

Inflasi inti

Liaison

Migas

Mtm

Omzet

PDRB

Pendapatan AsliDaerah (PAD)

Perceived risk

Qtq

Saldo Bersih

SBT

Lapangan usahaekonomi dominan

Volatile food

West Texas Intermediate

Yoy

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019 67

Page 83: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi

LAMPIRAN

Atas Dasar Harga Berlaku, menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahun pada suatu daerah.

Atas Dasar Harga Konstan, menggambarkan perkembangan produksi riil barang dan jasa yang dihasilkan oleh kegiatan ekonomi suatu daerah.

Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya diatur oleh pemerintah.

Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.

Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komoditas terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap komoditas tersebut.

Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi daerah.

Faktor fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang dapat dipengaruhi oleh kebijakan moneter, yakni interaksi permintaan-penawaran atau output gap, eksternal, serta ekspektasi inflasi masyarakat

Faktor non fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang berada di luar kewenangan otoritas moneter, yakni produksi maupun distribusi bahan pangan (volatile foods), serta harga barang/jasa yang ditentukan oleh pemerintah (administered price)

Salah satu disagregasi inflasi, yaitu inflasi yang berasal dari pengaruh perkembangan harga di luar negeri (eksternal)

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1–100.

Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu. Sejak Januari 2014 menggunakan Tahun Dasar 2012 = 100.

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1–100.

ADHB

ADHK

Administered price

Andil inflasi

APBD

Bobot inflasi

Dana Perimbangan

Faktor Fundamental

Faktor Non Fundamental

Imported inflation

Indeks EkspektasiKonsumen

Indeks HargaKonsumen (IHK)

Indeks Kondisi Ekonomi

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 201966

Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang. Indeks ini memiliki skala 1–100.

Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi melalui peningkatan modal.

Inflasi inti adalah inflasi yang dipengaruhi oleh faktor fundamental

Kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan secara periodik melalui wawancara langsung kepada pelaku ekonomi mengenai perkembangan dan arah kegiatan ekonomi dengan cara yang sistematis dan didokumentasikan dalam bentuk laporan

Minyak dan gas. Merupakan kelompok lapangan usaha industri yang mencakup industri minyak dan gas.

Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya.

Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi

Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu dengan menetapkan tahun 2010 sebagai Tahun Dasar.

Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah.

Persepsi risiko yang dimiliki oleh investor terhadap kondisi perekonomian sebuah negara

Quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya.

Selisih antara persentase jumlah respondenyang memberikan jawaban “meningkat” dengan persentase jumlah responden yang memberikan jawaban “menurun” danmengabaikan jawaban “sama”.

Saldo Bersih Tertimbang. Nilai yang diperoleh dari hasil perkalian saldo bersih lapangan usaha/subkategori usaha yang bersangkutan dengan bobot lapangan usaha/subkategori usaha yang bersangkutan sebagai penimbangnya.

Lapangan usaha ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan.

Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.

Jenis minyak bumi yang menjadi acuan untuk transaksi perdagangan minyak dunia.

Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.

Indeks KeyakinanKonsumen (IKK)

Investasi

Inflasi inti

Liaison

Migas

Mtm

Omzet

PDRB

Pendapatan AsliDaerah (PAD)

Perceived risk

Qtq

Saldo Bersih

SBT

Lapangan usahaekonomi dominan

Volatile food

West Texas Intermediate

Yoy

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGAH - MEI 2019 67

Page 84: LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI …...kami susun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan di Sulawesi