laporan penelitian karies dentis
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan secara
keseluruhan (Ilyas, 2000). Hasil laporan Studi Morbiditas (2001), menunjukkan bahwa
kesehatan gigi dan mulut di Indonesia merupakan hal yang perlu diperhatikan, karena
penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi yang dikeluhkan oleh masyarakat yaitu
sebesar 60%. Penyakit gigi dan mulut yang terbanyak diderita masyarakat adalah penyakit
karies dentis kemudian diikuti oleh penyakit periodontal di urutan ke dua (Surkesnas
Balitbangkes Depkes RI, 2002).3
Karies dentis adalah penyakit infeksi yang merusak struktur gigi. Penyakit tersebut
menyebabkan gigi berlubang. Jika tidak ditangani, dapat menyebabkan nyeri, gigi tanggal,
infeksi, sejumlah penyakit sistemik, bahkan kematian. Peningkatan prevalensi karies banyak
dipengaruhi oleh perubahan pola makan. Pada saat ini, karies dentis telah menjadi penyakit
yang tersebar di seluruh dunia.1
Karies gigi sejauh ini masih menjadi masalah kesehatan anak. The World Oral Health,
World Health Organization (WHO) pada tahun 2003 menetapkan indikator dan standar oral
secara global bahwa pada tahun 2000 angka kejadian karies pada anak berumur 5-6 tahun
sebesar 50% dan pada tahun 2003 mengalami peningkatan sebesar 60-90%. Berdasarkan
laporan Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Depkes RI terdapat 70% penduduk menderita
karies aktif pada tahun 1990, selanjunta pada tahun 2003 mencapai 90%. Jika dilihat dari
kelompok umur, persentase karies dentis aktifnya pada kelompok umur 10-24 tahun adalah
66,8 – 69,5%, umur 45-64 tahun 53,3% dan pada umur 65 tahun ke atas sebesar 43,8%. Hal
tersebut menunjukkan karies dentis aktif banyak terjadi pada golongan usia produktif. 1-3
Karies dentis memiliki etiologi yang multifaktor yang terdiri atas interaksi tiga faktor
utama yang ada di dalam mulut, yaitu host (gigi dan saliva), mikroorganisme (plak) dan
substrat (diet karbohidrat), dan faktor ke empat adalah waktu. Selain faktor yang ada di dalam
mulut yang langsung berhubungan dengan karies, terdapat faktor-faktor tidak langsung yang
merupakan faktor predisiposisi dan faktor penghambat terjadinya karies antara lain jenis
kelamin, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, lingkungan dan perilaku yang berhubungan
dengan kesehatan gigi. Tingginya prevalensi karies gigi sangat dipengaruhi oleh beberapa
1
faktor. Menurut Bahar (2000) salah satu faktor utama yang mempengaruhi kesehatan gigi dan
mulut penduduk di negara berkembang adalah perilaku. Perilaku merupakan hal penting yang
dapat mempengaruhi status kesehatan gigi individu atau masyarakat. Perilaku yang dapat
mempengaruhi perkembangan karies adalah kebiasaan makan dan pemeliharaan kebersihan
mulut yang buruk (Petersen, 2005). Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Tahun
2001 menunjukan perilaku masyarakat tentang pemeliharaan kesehatan gigi masih rendah,
sebagian besar penduduk Indonesia (61,5%) menggosok gigi kurang sesuai dengan anjuran
program menyikat gigi, yaitu setelah makan dan sebelum tidur, bahkan 16,6% tidak
menggosok gigi (Surkesnas Balitbangkes Depkes RI, 2002). 1-3
Sekolah adalah sebagai perpanjangan tangan keluarga dalam meletakkan dasar
perilaku untuk kehidupan anak selanjutnya, termasuk perilaku kesehatan. Selain itu, populasi
anak sekolah di dalam suatu komunitas cukup besar, antara 40-50%. Oleh sebab itu promosi
atau pendidikan kesehatan di sekolah adalah sangat penting. Di Indonesia, bentuk promosi
kesehatan di sekolah adalah usaha kesehatan sekolah. Pelaksanaan program UKS
dilaksanakan pada semua SD Negeri/Swasta yang ada (Notoadmodjo, 2005).1,2
Menurut WHO, kelompok usia 12 adalah usia yang penting, karena pada usia tersebut
anak akan meninggalkan sekolah dasar dan di banyak negara, usia tersebut merupakan
kelompok yang mudah dijangkau melalui sistem UKS, dan pada usia tersebut anak dapat
lebih mudah diajak berkomunikasi. Menurut SKRT (2001), prevalensi karies gigi pada
kelompok usia 12 tahun sebesar 44% dan indeks Decay, Missing, Filled Teeth (DMFT) pada
usia ini sebesar 1,1. Target pencapaian gigi sehat Indonesia tahun 2010 pada individu usia 12
tahun untuk indeks DMFT adalah sebesar 1 (Depkes RI, 2004). Karies dentis banyak
menyerang anak-anak maupun dewasa, baik gigi sulung maupun gigi permanen. Anak usia
sekolah dasar, yaitu usia 6-12 tahun merupakan kelompok usia rentan yang perlu
mendapatkan perhatian karena pada periode tersebut terdapat gigi sulung dan gigi permanen
secara bersamaan dalam mulut (Agtini dkk, 2005). 1,3
Status karies gigi untuk gigi permanen pada individu atau masyarakat dapat diukur
dengan menggunakan indeks DMFT. Indeks itu digunakan untuk melihat keadan gigi
seseorang yang pernah mengalami kerusakan (Decayed), hilang karena karies atau sisa akar
(Missing), dan tambalan (Filled) pada gigi tetap (Teeth). Indeks ini mencerminkan besarnya
penyebaran karies yang kumulatif pada suatu populasi (Kidd & Bechal).1
Berdasarkan data Dinas Pendidikan DKI Jakarta jumlah Sekolah Dasar Negeri (SDN)
di Jakarta sebanyak 2. 244 buah dengan jumlah peserta didik mencapai 670. 599 murid.
2
Berdasarkan data tersebut wilayah Jakarta Timur memiliki jumlah SD terbanyak dengan
jumlah peserta didik mencapai 306.482 murid dan salah satu SD yang terletak di Jakarta
Timur adalah SDN 01 Pagi Cijantung. Berdasarkan data tersebut peneliti tertarik untuk
melakukan penelitan tentang hubungan pengetahuan dan perilaku menggosok gigi murid SD
kelas IV dan V terhadap kejadian karies dentis di SDN 01 Pagi Cijantung Jakarta Timur.1
1.2 Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini,
yaitu: berapa banyak kejadian karies dentis dan apakah ada hubungan antara pengetahuan
dan perilaku menggosok gigi terhadap kejadian karies dentis pada murid SD kelas IV dan V
di SDN 01 Pagi Cijantung Jakarta Timur.
1.3 Tujuan Penelitian
a. Tujuan umum
Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan gambaran tentang kejadian karies dentis
dan beberapa faktor yang berkaitan dengan kejadian karies dentis tersebut pada murid SD
kelas IV dan V di SDN 01 Pagi Cijantung Jakarta Timur.
b. Tujuan khusus
Mendapatkan data kejadian karies dentis
Mendapatkan data tentang pengetahuan berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut
Mendapatkan data tentang perilaku berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut
Menganalisis hubungan antara pengetahuan berkaitan dengan kesehatan gigi dan
mulut dengan kejadian karies dentis
Menganalisis hubungan antara perilaku berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut
dengan kejadian karies dentis
Menganalisis hubungan antara pengetahuan dengan perilaku berkaitan dengan
kesehatan gigi dan mulut.
3
1.4 Hipotesis
Ada hubungan antara pengetahuan dan perilaku berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut
murid SD kelas IV dan V terhadap kejadian karies gigi di SDN 01 Pagi Cijantung Jakarta
Timur.
1.5 Manfaat Penelitian
a. Bagi SDN 01 Pagi Cijantung Jakarta Timur.
Memberi masukan tentang kejadian karies dentis serta hubungannya dengan
pengetahuan dan perilaku murid sekolah yang berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut
sehingga dapat menjadi pertimbangan bagi sekolah dalam menyusun program usaha
kesehatan sekolah (UKS).
b. Bagi Mahasiswa Kedokteran.
Menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa kedokteran tentang kesehatan
masyarakat berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Karies Dentis
Karies berasal dari kata Yunani yang berarti lubang, menurut Lundeen dan Roberson
(1995) yang dikutip Sumawinata (1997), adalah penyakit menular pada gigi yang
disebabkan oleh mikroba yang mengakibatkan terlarutnya dan hancurnya jaringan keras
gigi. Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan
sementum, yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik, dalam suatu karbohidrat yang
dapat diragikan. Tandanya adalah adanya demineralisasi jaringan keras gigi yang
kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya. Akibatnya terjadi invasi bakteri dan
kematian pulpa serta penyebaran infeksinya ke jaringan perapeks yang dapat
menyebabkan nyeri (Kidd & Bechal, 1992; Wilkins, 2005). 1,10
WHO mendefenisikan karies dentis sebagai “localized, post-eruptive, pathologic
process of external origin involving softening of hard tooth tissue and proceeding to the
formation of a caviti” (Wilkins, 2005).1,5
2. Etiologi
Karies dentis memiliki etiologi multifaktor, yaitu ada interaksi tiga faktor utama
(mikroorganisme (plak), substrat (diet karbohidrat), host (gigi dan saliva)) dan waktu
sebagai faktor ke empat.
5
Gambar 1. Empat Lingkaran Yang Menggambarkan Panduan Faktor Penyebab Karies.
a. Host (gigi dan saliva)
Struktur anatomi dari gigi terdiri atas lapisan email di bagian terluar gigi dan lapisan
dentin yang terdapat di bawah lapisan email. Struktur email sangat menentukan dalam
proses terjadinya karies. Permukaan email yang terluar lebih rentan terhadap kemungkinan
terjadinya karies, terutama bentuk permukaan gigi yang sukar dibersihkan. Plak yang
mengandung bakteri merupakan awal bagi terbentuknya karies. Oleh karena itu, bagian
gigi yang memudahkan perlekatan plak sangat mungkin diserang karies (Kidd & Bechal,
1992). Peran saliva juga sangat menentukan dalam kejadian karies dentis. Saliva mampu
meremineralisasi karies yang masih dini, karena banyak mengandung ion kalsium dan
fosfat. Kemampuan saliva dalam melakukan remineralisasi akan meningkat jika ada ion
fluor. Selain mempengaruhi komposisi mikroorganisme di dalam plak, saliva juga
mempengaruhi PH dalam mulut. Oleh karena itu, jika sekresi saliva berkurang akibatnya
karies akan tidak terkendali (Kidd & Bechal, 1992). Keberadaan fluor dalam konsentrasi
yang optimum pada jaringan gigi dan lingkungannya merangsang efek anti karies. Kadar
fluor yang bergabung dengan email selama pertumbuhan gigi bergantung kepada
ketersediaan fluor tersebut di dalam air minum atau makanan lain yang mengandung fluor.
Email yang mempunyai kadar fluor lebih tinggi, tidak dengan sendirinya resisten terhadap
serangan asam, akan tetapi tersedianya fluor di sekitar gigi selama proses pelarutan email
akan mempengaruhi proses remineralisasi dan demineralisasi, terutama proses
demineralisasi. 1,6,10
6
b. Substrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi bakteri mulut dan secara langsung
terlibat dalam penurunan pH. Karbohidrat menyediakan substrat untuk membuat asam
bagi mikroorganisme dengan sintesis polisakarida ekstrasel. Dibutuhkan waktu tertentu
bagi plak dan karbohidrat yang menempel gigi untuk membentuk asam dan mampu
mengakibatkan demineralisasi email. Tidak semua karbohidrat sama derajat
kariogeniknya. Karbohidrat yang kompleks, misalnya pati (polisakrida) relatif tidak
berbahaya karena tidak dicerna secara sempurna di dalam mulut, sedangkan karbohidrat
dengan berat molekul yang rendah seperti gula akan meresap ke dalam plak dan
dimetabolisme dengan cepat oleh bakteri, sehingga makanan dan minuman yang
mengandung gula akan menurunkan pH plak dengan cepat sampai level yang
menyebabkan demineralisasi email. Plak akan tetap bersifat asam selama beberapa waktu,
untuk kembali ke pH normal sekitar 7, dibutuhkan waktu 30-60 menit. Oleh karena itu,
konsumsi gula yang sering dan berulang-ulang akan tetap menahan pH plak di bawah
normal dan menyebabkan demineralisasi email.1
Bagan 1: Tahapan terbentuknya karies dentis
c. Mikroorganisme
7
Berbagai jenis mikroorganisme terdapat di dalam rongga mulut yang merupakan
komunitas kompleks. Struktur dari komunitas tersebut terdiri atas suatu massa yang
berupa matriks lengket dan kental yang mengandung glikoprotein serta sel-sel
mikroorganisme dan menempel pada permukaan gigi yang dikenal sebagai pelikel.
Glikoprotein tersebut merupakan bahan nutrisi bagi mikroorganisme, sehingga
mikroorganisme akan tumbuh dan berkembang biak membentuk koloni-koloni
mikroorganisme ini yang disebut sebagai plak gigi (Burnett, GW, 1980). Kolonisiasi
bakteri pada permukaan gigi diketahui sebagai faktor etiologi kunci dalam penyakit mulut,
termasuk juga karies dentis (Axelsson, 1999). Menurut Tarigan (1995), plak terbentuk dari
campuran antara bahan-bahan air ludah seperti mucin, sisa–sisa sel jaringan mulut,
leukosit, limfosit dengan sisa-sisa makanan serta bakteri. Plak merupakan awal terjadinya
karies dentis1.
Plak gigi merupakan bahan yang melekat berisi bakteri beserta produk-produknya,
yang terbentuk pada semua permukaan gigi. Akumulasi bakteri ini tidak terjadi secara
kebetulan melainkan terbentuk melalui serangkaian tahapan. Jika email yang bersih
terpapar di rongga mulut maka akan ditutupi oleh lapisan organik yang amorf yang disebut
pelikel. Pelikel terutama terdiri atas glikoprotein yang diendapkan dari saliva dan
terbentuk segera setelah penyikatan gigi. Sifatnya sangat lengket dan dapat membantu
melekatkan bakteri-bakteri tertentu pada permukaan gigi dan yang paling banyak adalah
streptokokus. Organisme tersebut tumbuh, berkembang biak dan mengeluarkan gel
ekstrasel yang lengket dan akan mengikat berbagai bentuk bakteri yang lain.1
d. Waktu
Karies dentis adalah suatu penyakit yang kronis, sebab lesi terjadi setelah beberapa
bulan/tahun. Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali mineral selama
berlangsungnya proses karies, menandakan bahwa proses karies tersebut terdiri atas
periode perusakan dan perbaikan yang silih berganti. Oleh karena itu, bila saliva ada di
dalam lingkungan gigi, maka karies tidak menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau
minggu, melainkan dalam bulan atau tahun. Dengan demikian sebenarnya terdapat
kesempatan yang baik untuk menghentikan penyakt ini.1,10
3. Klasifikasi
8
Status karies dentis atau angka karies seseorang dapat dilihat dari hasil pengukuran
dengan menggunakan ukuran atau indeks DMF-T (Depkes RI, 1995). Indeks DMF-T
merupakan indikator penting yang telah ditentukan oleh WHO dan digunakan untuk
melihat keadaan gigi seseorang yang mengalami kerusakan (Decayed), hilang karena
karies atau sisa akar yang akan dicabut (Missing) dan tambalan baik (Filled) yang
disebabkan oleh penyakit karies dan merupakan penjumlahan dari nilai D,M,F. Indeks
ini digunakan untuk mengukur keadaan pada gigi permanen/gigi tetap. Semakin kecil
indeks DMF-T semakin baik, dengan rumus :
ΣDMFT-T = D + M + F
DMF-T rata-rata = Σ DMF-T/N
D = Decayed (gigi berlubang)
M = Missing (gigi telah dicabut karena karies)
F = Filling (gigi dengan tambalan baik)
T = Tooth (gigi tetap)
Tabel 1: Klasifikasi Angka Keparahan Karies Dentis Menurut WHO
4. Pencegahan Karies Dentis
9
Penanggulangan karies masih merupakan problema tersendiri di negara berkembang,
termasuk Indonesia. Oleh karena itu, upaya pencegahan perlu memperoleh perhatian yang
lebih besar, karena pencegahan merupakan pemecahan masalah yang paling ekonomis dan
dapat menjangkau masyarakat luas. Karies merupakan penyakit yang dapat dicegah.
Dasar-dasar pencegahan karies adalah modifikasi satu atau lebih dari tiga faktor utama
penyebab karies, yaitu: plak, substrat karbohidrat yang sesuai dan kerentanan gigi. Secara
teori ada tiga cara dalam mencegah karies dentis, yaitu: pertama menghilangkan substrat
karbohidrat dengan mengurangi frekuensi konsumsi gula dan membatasinya pada saat
makan saja, kedua dengan meningkatkan ketahanan gigi dengan memaparkannya dengan
fluor secara tepat, dan ketiga dengan menghilangkan plak bakteri. Risiko kerusakan gigi
yang berkaitan dengan karbohidrat akan sangat berkurang, bila permukaan gigi secara
teratur dibersihkan dari plak dan bakteri. Makin sering makan karbohidrat yang mudah
difermentasikan/dipecah, makin cepat terjadi proses demineralisasi jaringan keras gigi.
Frekuensi konsumsi makanan yang mengandung gula harus sangat dikurangi dengan
menghindari makanan kecil di antara jam makan.10
Pencegahan yang paling mudah dan relatif murah adalah dengan melakukan sikat gigi
secara berkesinambungan dan benar, dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung
fluor. Upaya ini dapat memutuskan tali ikatan perkembangan bakteri penyebab karies.
Menyikat gigi dengan menggunakan pasta gigi mengandung fluor dapat memperkuat gigi
(Sutadi, 2000). Hasil uji coba klinik dari pasta gigi yang mengandung fluor
memperlihatkan adanya penurunan insidensi karies yang bervariasi antara 17% pada
penduduk yang tinggal di daerah mengandung kadar fluor optimum sampai 34% pada
penduduk dari daerah yang kandungan fluornya nol. Oleh karena itu, penggunaan pasta
gigi yang mengandung fluor harus dianjurkan pada semua orang. Pencegahan lain yang
dapat dilakukan adalah dengan diet karbohidrat, terutama jenis sukrosa yang merupakan
faktor utama penyebab kerusakan gigi. Bakteri karies terutama Streptokokus mutans
dengan fermentasinya akan mengubah sukrosa menjadi asam yang dapat melarutkan email
gigi dan merupakan awal terjadinya lesi karies. Oleh karena itu, diet karbohidrat terutama
makanan manis dan lengket merupakan pilihan untuk mencegah terjadinya karies gigi
(Sutadi, 2000).10
5. Pengetahuan
10
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan hal itu terjadi setelah orang melakukan
pengamatan terhadap suatu objek tertentu. Pengamatan terjadi melalui panca indera
manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia didapat melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan hal
yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.7,8
Berdasarkan pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan bertahan lebih lama daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Pengetahuan mempunyai enam tingkatan yaitu (Notoatmodjo,2003) :
Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau yang telah diterima.
Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menjelaskan objek tersebut secara benar.
Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.
Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam
bagian-bagian yang masih ada kaitannya antara satu sama lainnya.
Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian tertentu menjadi bentuk yang baru.
Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu
materi atau objek.
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Seorang
anak memperoleh pengetahuan bahwa jika tidak menggosokkan gigi secara teratur dapat
menyebabkan gigi berlubang berdasarkan pengalaman pribadinya.
6. Perilaku
11
Perilaku ditinjau dari segi biologisnya adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme
(makhluk hidup) yang bersangkutan. Perilaku manusia pada hakekatnya adalah tindakan
atau aktivitas dari manusia itu sendiri, baik yang dapat diamati langsung maupun yang
tidak dapat diamati oleh pihak luar dan mempunyai bentangan yang sangat luas, antara
lain: berjalan, berbicara, menangis, bekerja, kuliah, menulis, dan sebagainya.7,8
Skinner (1938) seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan
respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar) dan membedakan
respons kepada dua jenis, yaitu:7,8
1. Responden respons atau reflexive, yakni respons yang ditimbulkan oleh rangsangan
tertentu, misalnya makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya
yang terlalu terang menyebabkan mata tertutup. Responden respons juga mencakup
reaksi emosional, misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis.
2. Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul dan
berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu, misalnya
apabila petugas kesehatan melaksanakan tugas kesehatannya dengan baik kemudian
memperoleh penghargaan dari atasannya, petugas tersebut akan lebih baik lagi
dalam menjalankan tugasnya.
Bentuk Perilaku
Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, perilaku dapat dibedakan menjadi
dua bentuk, yaitu:
1. Perilaku tertutup (covert behavior)
Respons atau reaksi terhadap stimulus dalam bentuk tertutup masih terbatas
pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada
orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas
oleh orang lain, misalnya seorang murid tahu pentingnya menggosok gigi
walau murid tersebut jarang menggosok giginya.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain, misalnya
seorang murid datang ke dokter gigi untuk memeriksakan giginya karena
murid tersebut mengetahui itu hal yang sangat penting.
B. KERANGKA TEORI
12
Bagan 2. Kerangka Teori
C. KERANGKA KONSEP
Bagan 3. Kerangka Konsep
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
13
1.Pendidikan orang tua2.Pekerjaan orang tua3.Usia4.Media Informasi
Pengetahuan murid
Perilaku murid
Status kejadian karies detis
Variable independen
Variable dependen
Usia Jenis kelaminPengetahuanTingkat pendidikanPerilakuLingkungan
KARIESDENTIS
A. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian ini adalah penelitian analitik, yaitu penelitian yang, menganalisis dan
menginterpretasikan kondisi-kondisi yang terjadi pada saat ini.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 01 Pagi yang terletak di Jl. Pertengahan
Cijantung, Pasar Rebo Jakarta Timur pada bulan Desember 2010.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah keseluruhan dari unit di dalam pengamatan. Populasi penelitian ini
adalah murid SDN 01 Pagi kelas IV dan V Cijantung berjumlah 90 orang. Sampel
adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel penelitian ini adalah murid
SD yang di ambil dari populasi. Berdasarkan Tabel Krejcie diperoleh besar sampel
sejumlah 73 orang (lampiran 1)
D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kiteria Inklusi :
1. Murid di SDN 01 Pagi kelas IV dan V
2. Bersedia menjadi responden
Kiteria Ekslusi :
1. Murid di SDN 01 Pagi yang bukan kelas IV dan V
2. Murid kelas IV dan V yang tidak masuk pada hari pengambilan Sampel.
3. Tidak mengisi kuisioner dengan lengkap
E. Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini data yang digunakan adalah data primer dengan menggunakan alat
kuesioner (lampiran 2)
F. Rancangan Penelitian
14
Rancangan Penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional ( potongan lintang )
yaitu desain penelitian dengan pengukuran variabel yang dilakukan satu saat hanya
satu kali.
G. Teknik Sampling
Teknik pengambilan Sampel dilakukan secara simple random sampling, yaitu dimana
semua individu mempunyai kesempatan yang sama terpilih sebagai sampel.
Penentuan sampel didasarkan pada hasil undian nomor absen.
H. Variabel penelitian
1. Variabel dependen: kejadian karies dentis
2. Variabel independen:
a. Pengetahuan murid kelas IV dan V
b. Perilaku murid kelas IV dan
I. Definisi operasional
Tabel 2: Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Alat
Ukur
Hasil Ukur Skala Ukur
Dependen
Kejadian karies dentis
Status karies dentis pada responden
Kuesioner 1. Ya
2. Tidak
Nominal
Independen
1. Karakteristik responden
1) Umur Adalah masa hidup responden (dalam tahun) yang dihitung berdasarkan ulang tahun yang terakhir.
Kuesioner Umur dalam tahun
Numerik
2)
3)
Jenis Kelamin
Pendidikan Orangtua
Jenis kelamin responden
Jenjang pendidikan formal yang pernah
Kuesioner
Kuesioner
1. Laki-laki
2. Perempuan
1. SD
Nominal
Ordinal
15
ditempuh oleh Orangtua Murid yang dinyatakan dengan ijazah yang sah
2. SLTP
3. SLTA
4. Perguruan
Tinggi
2.2 Pengetahuan Responden
Segala sesuatu yang diketahui responden tentang perawatan gigi dan karies dentis
Kuesioner 1.Baik apabila menjawab 80% pertanyaan dengan benar
2.Kurang apabila menjawab < 80% pertanyaan dengan benar
Ordinal
2.3 Perilaku Responden
Tindakan dan kebiasaan yang dilakukan terkait menggosok gigi
Kuesioner 1. Baik apabila skor 80% sesuai dengan teori
2. Kurang apabila skor < 80% sesuai dengan teori
Ordinal
J. Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data pimer baik untuk variabel independen maupun
variabel dependen. Pengambilan dilakukan dengan cara memberikan kuesioner
langsung kepada murid kelas IV dan V di SDN 01 Pagi Cijantung.
Untuk menjaga kualitas dari data yang diambil maka peneliti secara langsung
memimpin penelitian sejak tahap awal (persiapan) sampai dengan tahap analisis data
dengan rangkaian kegiatan:
1. peneliti memberi penjelasan tentang latar belakang, tujuan, manfaat, pelaksanaan,
kerahasiaan data yang dikumpulkan dan pengertian dari setiap kuesioner
16
2. murid kelas IV dan V diminta mengisi kuesioner.
3. Memeriksa apakah seluruh butir pertanyaan dalam kuesioner sudah diisi lengkap.
Jika belum, murid yang bersangkutan diminta untuk melengkapinya.
K. Protokol penelitian
Penelitian diawali dengan uji presampling untuk menguji validitas dan reliabilitas
kuesioner. Setelah diperoleh kuesioner yang valid dan reliabel, dilanjutkan dengan
pengambilan data selanjutnya dilakukan analisis data penelitian
Bagan 4. Protokol Penelitian
L. Rencana pengelolahan dan analisis data
1. data yang dikumpulkan diperiksa terlebih dahulu kelengkapan jawabannya bila
terdapat kekurangan dalam pengisian maka subjek penelitian diminta
melengkapinya.
2. pengolahan data
17
Identifikasi perumusan masalah
Perumusan hipotesis
Pembuatan hipotesis
Pengambilan data kepada murid kelas IV dan V di SDN 01 Cijantung
Pengolahan data dengan menggunakan SPSS for window versi 17.0
Hasil
Laporan
setelah data terkumpul, kemudian dilakukan pengolahan dengan menggunakan
program SPSS 17.0. ada 4 tahapan mengelolah data, yaitu:
a. penyuntingan data (editing)
penyuntingan data dilakukan untuk menghindari adanya kesalahan dalam
pengisian jawaban, kejelasan jawaban dan adanya jawaban yang kosong.
b. penandaan data (coding)
data yang setelah ada setelah dilakukan ketepatan dan kelengkapannya,
kemudian dicoding agar memudahkan dalam proses entry data yang akan
dilakukan.
c. memasukkan data (entry)
data yang telah dicoding kemudian dimasukkan ke dalam format tabulasi
pengolahan data dengan perangkat lunak komputer
d. Cleaning
Pada tahap ini dilakukan pengecekkan kembali data yang sudah di entry
apakah ada kesalahan atau tidak
M. Analisis Data
Data yang diperoleh melalui kuesioner dianalisis dengan menggunakan program
SPSS versi 17.
BAB IV
18
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. PROFIL SDN 01 PAGI CIJANTUNG
SDN (Sekolah Dasar Negeri) 01 Pagi terletak di Jalan Pertengahan Rt 06/07
Cijantung, Pasar Rebo, Jakarta Timur. Sekolah ini berdiri sejak tahun 1968 yang
merupakan sekolah milik Pemerintah Daerah DKI Jakarta. Sebagai salah satu sekolah
milik Pemerintah, SDN 01 Pagi telah memberikan pelayanan Pendidikan kepada
masyarakat umum, khususnya yang bertempat tinggal di daerah Jakarta Timur dan
sekitarnya.
B. HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2010 dan peneliti berhasil
mengumpulkan data sebanyak 73 responden. Pengambilan data dilakukan dengan cara
membagikan kuisioner kepada para responden.
Kuesioner yang telah diisi dicatat dalam tabel dan selanjutnya diolah dengan cara
menghitung distribusi frekuensi dan persentase, untuk mengetahui pengetahuan,
perilaku responden, terhadap hubungannya dengan kejadian karies dentis
1. Analisis Univariat
Karakteristik Responden Penelitian
Responden pada penelitian ini berjumlah 73 murid (total sampling). Berikut
gambaran karakteristik responden menurut usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan
orang tua
1) Usia Murid
19
Responden berusia antara 9 sampai dengan 12 tahun. Jika
dikelompokkan berdasarkan usia, dapat dilihat distribusi responden pada
diagram 1
Diagram 1. Usia Murid
Pada Diagram 1 dapat dilihat sebagian besar responden (63,01%)
berusia 10 tahun. (Lampiran 4)
20
2) Jenis Kelamin Murid
Responden terdiri dari Murid laki-laki dan perempuan. Jika
dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, dapat dilihat distribusi responden
pada diagram 2
Diagram 2. Jenis Kelamin
Berdasarkan Diagram 2 dapat diketahui bahwa jenis kelamin murid SD
kelas IV dan V yang terbanyak adalah perempuan sebesar 53,42% .
(Lampiran 4)
21
3) Tingkat Pendidikan Orang Tua
Pendidikan orang tua dibagi menjadi 4 tingkatan yaitu SD, SLTP,
SLTA, dan Perguruan tinggi. Dari hasil pengumpulan data di dapatkan
distribusi seperti pada diagram 3
Diagram 3. Tingkat Pendidikan Bapak
Pada diagram 3 dapat dilihat sebagian besar pendidikan Orang tua
(Bapak) yang memiliki persentase tertinggi (38,36%) memiliki tingkat
pendidikan SLTA (Lampiran 4)
22
Diagram 4. Tingkat Pendidikan Ibu
Pada diagram 4 dapat dilihat sebagian besar pendidikan Orang tua (Ibu)
yang memiliki persentase tertinggi (36,62%) memiliki tingkat pendidikan
SLTA (Lampiran 4)
23
4) Tingkat Pengetahuan Murid
Tingkat Pengetahuan murid dihitung berdasarkan total nilai dari lima
jawaban responden pada kuesioner yang di bagikan.
Diagram 5. Tingkat Pengetahuan Murid
Pada diagram 5 dapat dilihat sebagian besar pengetahuan responden
(71,23%) memiliki tingkat pengetahuan yang baik (Lampiran 4)
24
5) Tingkat Perilaku Murid
Tingkat Perilaku Murid dihitung perdasarkan total nilai dari lima jawaban
responden pada kuesioner yang dibagikan.
Diagram 6. Tingkat Perilaku Murid
Pada diagram 6 dapat dilihat sebagian besar perilaku responden
(69,86%) memiliki tingkat perilaku yang kurang baik (Lampiran 4)
25
6) Kejadian Karies
Diagram 7. Kejadian Karies Dentis
Pada diagram 7 dapat dilihat sebagian besar responden (75,3%)
menderita karies dentis. (Lampiran 4)
26
7) Distribusi Jawaban Responden terhadap Pengetahuan Kesehatan Gigi
dan Mulut
Diagram 8. Pengetahuan 1
Pada diagram 8 dapat dilihat sebagian besar responden (94,52% )
menjawab bahwa gigi berlubang dapat dicegah (Lampiran 4)
27
Diagram 9. Pengetahuan 2
Pada diagram 9 dapat dilihat 53,42% dari responden menjawab dengan
menyikat gigi teratur dan benar dan 46,58% responden menjawab dengan
mengurangi makanan manis dan lengket (Lampiran 4)
28
Diagram 10. Pengetahuan 3
Pada diagram 10 dapat dilihat sebagian besar responden (94,52%)
menjawab pagi dan sebelum tidur (Lampiran 4)
29
Diagram 11. Pengetahuan 4
Pada diagram 11 dapat dilihat sebagian besar responden (97,26%)
menjawab semua permukaan gigi harus disikat. (Lampiran 4)
30
Diagram 12. Pengetahuan 5
Pada diagram 12 dapat dilihat sebagian besar responden (61,64%)
menjawab dirawat dan ditambal dan sebagian kecil (1,37%) responden menjawab
dibiarkan saja (Lampiran 4)
31
8) Distribusi Jawaban Responden terhadap Perilaku yang berkaitan
dengan Kesehatan Gigi dan Mulut
Diagram 13. Perilaku 1
Pada diagram 13 dapat dilihat sebagian besar responden (65,75%)
menjawab pernah meskipun tidak sakit gigi dan sebagian kecil responden
(23,29%) menjawab pernah karena sakit gigi (Lampiran 4)
32
Diagram 14. Perilaku 2
Pada diagram 14 dapat dilihat sebagian besar responden (63,01%)
menjawab ya, setiap 6 bulan atau setahun sekali dan sebagian kecil responden
(9,59%) menjawab tidak pernah (Lampiran 4)
33
Diagram 15. Perilaku 3
Pada diagram 15 dapat dilihat sebagian besar responden (58,90%)
menjawabmemeriksakan ke dokter dan sebagian kecil responden (1,37%)
menjawab dibiarkan saja (Lampiran 4)
34
Diagram 16. Perilaku 4
Pada diagram 16 dapat dilihat 43,84% responden menjawab buah-buahan
dan 17,81% responden menjawab kue-kue (Lampiran 4)
35
Diagram 17. Perilaku 5
Pada diagram 17 dapat dilihat persentase sebagian besar responden
(68,49%) menjawab dengan menggosok gigi secara teratur meski bersih dan
sebagian kecil responden (31,51%) menjawab menggosok gigi apabila gigi kotor
(Lampiran 4)
36
II. Analisis Bivariat
1. Hubungan antara pengetahuan berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut
dengan kejadian karies dentis
Tabel 3: Tabulasi Silang Hubungan antara Pengetahuan Berkaitan dengan
Kesehatan gigi dan Mulut dengan Kejadian Karies Dentis
P = 0,684
Dari tabel di atas terlihat bahwa murid SD yang paling banyak mengalami
karies dentis yang tingkat pengetahuan baik sebanyak 38 orang (73,1%)
sedangkan pengetahuan kurang sebanyak 17 orang (81,0%). Untuk murid SD
yang tidak mengalami karies dentis dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 14
orang (26,9%) sedangkan pengetahuan kurang sebanyak 4 orang (19,0%).
Hasil uji statistik menunjukan bahwa pearson chi square = 0,684(p>0,05)
dengan kata lain Ho diterima, Ha ditolak, artinya tidak ada hubungan antara
pengetahuan berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian karies
dentis
37
No Pengetahuan
Karies DentisTotal
Ya Tidak
N % N % N %
1 Baik 38 73,1 % 14 26,9 % 52 100%
2 Kurang 17 81,0 % 4 19,0% 21 100%
2. Hubungan antara perilaku berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut
dengan kejadian karies dentis
Tabel 4 : Tabulasi Silang Hubungan antara Perilaku Berkaitan dengan
Kesehatan Gigi dan Mulut dengan Kejadian Karies Dentis
P = 0,584
Dari tabel di atas terlihat bahwa murid SD yang paling banyak mengalami
karies dentis dengan tingkat perilaku kurang sebanyak 37 orang (72,5%)
sedangkan perilaku baik sebanyak 18 orang (81,8%). Untuk murid SD yang tidak
mengalami karies dentis dengan tingkat perilaku kurang sebanyak 14 orang
(27,5%) sedangkan perilaku baik sebanyak 4 orang (18,2%).
Hasil uji statistik menunjukan bahwa pearson chi square = 0,584 (p>0,05)
dengan kata lain Ho diterima, Ha ditolak, artinya tidak ada hubungan yang
bermakna antara perilaku berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut dengan
kejadian karies dentis.
38
No Perilaku
Karies Dentis
Total
Ya Tidak
N % N % N %
1 Baik 18 81,8 % 4 18,2 % 22 100%
2 Kurang 37 72,5% 14 27,5 % 51 100%
3. Hubungan antara pengetahuan dengan perilaku yang berkaitan dengan
kesehatan gigi dan mulut
Tabel 5: Tabulasi silang Hubungan antara Pengetahuan dengan Perilaku
yang Berkaitan dengan Kesehatan Gigi dan Mulut
P = 0,303
Dari tabel di atas terlihat bahwa murid SD paling tinggi dengan tingkat
perilaku kurang dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 34 orang (65,4%)
sedangkan tingkat perilaku kurang dengan tingkat pengetahuan kurang sebanyak
4 orang ( 19,0%). Untuk murid SD yang tingkat pengetahuan baik dan tingkat
perilaku baik sebanyak 18 orang (34,6%) sedangkan perilaku baik dengan tingkat
pengetahuan kurang sebanyak 4 orang (18,0%).
Hasil uji statistik menunjukan bahwa pearson chi square = 0,303 (p>0,05)
dengan kata lain hipotesis diterima, artinya tidak ada hubungan yang bermakna
antara pengetahuan dan perilaku tentang kesehatan gigi dan mulut.
39
No Pengetahuan
PerilakuTotal
Baik Kurang
N % N % N %
1 Baik 18 34,6 % 34 65,4 % 52 100%
2 Kurang 4 19,0% 17 81,0 % 21 100%
C. PEMBAHASAN
I. ANALISIS UNIVARIAT
a). Kejadian Karies Dentis
Berdasarkan hasil kejadian karies dentis didapatkan persentase responden
yang menderita karies dentis sebesar 75,3%. Hal ini serupa dengan hasil
penelitian N. Shelly Cahyadi (1997) pada anak SD kelas VI di Kecamatan
Tanjung Priok Jakarta Utara dengan persentase kejadian karies dentis sebesar
70,9 %
Karakteristik Responden Penelitian
a) Usia Murid
Pada diagram usia murid terlihat persentase sebagian besar responden
sebesar 63,01% berusia 10 tahun. Hal ini sesuai dengan target penelitian, dimana
pada usia tersebut merupakan kelompok usia rentan yang perlu mendapatkan
perhatian karena pada periode tersebut terdapat gigi sulung dan gigi permanen
secara bersamaan dalam mulut (Agtini dkk, 2005). 1,3
b) Jenis Kelamin
Pada diagram jenis kelamin perempuan mendominasi distribusi responden
sebesar 53,42% dan laki-laki sebanyak 46,58%
c) Pendidikan Orangtua
Berdasarkan pengelompokan pendidikan orangtua didapatkan gambaran
responden dengan pendidikan bapak dan ibu tamat SLTA memiliki persentase
tertinggi sebanyak 38,36% dan 35,62% .Hal ini serupa dengan hasil penelitian
yang dilakukan Lindawarni (2009) pada murid SD kelas V dan VI di wilayah
Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang dimana responden dengan
pendidikan orangtua tamat SLTA sebanyak 31,3%.
b). Tingkat Pengetahuan
Pada diagram tingkat pengetahuan menunjukkan sebagian besar responden
berpengetahuan baik dengan persentase sebesar 71,23%. Dari hasil penelitian
Lindawarni (2009) juga menunjukkan tingkat pengetahuan responden yang
baik.sebesar 53,1%.1
Butir pertanyaan 1,3 dan 4 tentang gigi berlubang dapat dicegah, cara dan
waktu menggosok gigi rata-rata sekitar 95% responden menjawab dengan benar.
Artinya pengetahuan responden tentang kesehatan gigi mulut sangat baik karena
40
sebagian besar responden banyak mendapat informasi mengenai pengetahuan
tersebut baik melalui pelajaran dari orang tua, di sekolah, media cetak maupun
televisi. Peneliti menyimpulkan tingginya pengetahuan tentang kesehatan gigi
dan mulut ini tidak berkaitan dengan kejadian karies dentis karena hasil
menunjukkan bahwa 75,3% responden menderita karies dentis. Artinya walaupun
responden sudah mengetahui bahwa gigi berlubang dapat dicegah, waktu, dan
cara yang baik untuk menggosok gigi tetap saja responden menderita karies
dentis. Hasil ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Linda warni (2009)
dimana pengetahuan respondennya mengenai gigi berlubang dapat dicegah, cara
dan waktu menggosok gigi sangat baik.1,3
Sedangkan pada pengetahuan 2 (cara mencegah gigi berlubang) walaupun
lebih setengah responden (53,42%) mengetahui cara mencegah gigi berlubang
dengan benar yaitu dengan menggosok gigi secara teratur. Namun, hampir
setengah jumlah responden (46,58%) masih salah dalam menjawab mengenai
cara mencegah gigi berlubang. Begitu juga pada pengetahuan 5 dimana jawaban
responden tentang tindakan pada gigi berlubang sudah baik (61,64%) namun
masih ada sebagian responden (38,36%) yang salah dalam menjawab pertanyaan
tersebut.
Hasil pada pengetahuan 2 sedikit berbeda dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Linda warni (2009) dimana hampir 80% respondennya memiliki
pengetahuan yang baik tentang cara mencegah gigi berlubang. Sedangkan pada
hasil penelitian yang dilakukan hampir 50% menjawab tidak tepat tentang cara
mencegah gigi berlubang. Dan pada pengetahuan 5 hasil penelitian berbeda
dengan yang dilakukan oleh Lindawarni (2009) dimana respondennya menjawab
dicabut sedangkan responden penelitian sebagian besar menjawab dirawat dan
ditambal. Hal ini menjelaskan bahwa pengetahuan responden terhadap kesehatan
gigi dan mulut secara umum termasuk sangat baik namun masih kurang dalam
beberapa pengetahuan yang mendetail sehingga masih mungkin diperlukan
adanya tambahan informasi tentang kesehatan gigi dan mulut yang menjelaskan
secara mendalam dan menyeluruh tentang kesehatan gigi dan mulut karena
informasi tentang kesehatan gigi dan mulut yang ada saat ini walaupun sudah
sangat banyak namun cenderung sama dan kurang mendalam.1,3
c). Tingkat Perilaku
41
Pengetahuan tidak selalu menentukan perilaku (Kejadian Karies Dentis tidak
bisa ditentukan perilaku). Pada diagram tingkat perilaku didapatkan gambaran
sebagian besar responden berperilaku kurang baik dengan persentase sebesar
69,86% . Hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Lindawarni
(2009) didapatkan sebagian responden dengan tingkat perilaku baik sebanyak
61,5%.1
Pada pertanyaan perilaku 2,3 dan 5 sebagian besar responden sudah
berperilaku dengan benar dengan memeriksakan gigi ke dokter setiap enam bulan
atau setahun sekali (63,01%), memeriksakan ke dokter bila giginya kuning, kotor
dan gusi berdarah (58,90%) dan menggosok gigi secara teratur meski bersih
untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut (68,49%). Namun sebagian responden
masih berperilaku kurang tepat (perilaku 2; 36,99%, perilaku 3; 41,1%, perilaku
5; 31,51%). Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Lindawarni
(2009) dimana perilaku respondennya dalam hal pernah atau tidaknya ke dokter
gigi, waktu memeriksa ke dokter gigi serta tindakan jika gigi kuning,kotor dan
gusinya berdarah rata-rata 90% respondennya berperilaku salah.
Menurut Peneliti hal ini menunjukkan bahwa meskipun responden telah
berperilaku benar dengan memeriksakan gigi ke dokter bila giginya kuning, kotor
dan gusi berdarah serta setiap enam bulan atau setahun sekali dan menggosok gigi
secara teratur meski bersih untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut tetap saja
responden menderita karies dentis dimana hasil menunjukkan 75,3% responden
menderita karies dentis. Ditambah lagi dengan cukup banyak responden (rata-rata
dari perilaku 2,3 dan 5 sekitar 35%) yang masih berperilaku kurang tepat.
Peneliti menyimpulkan walaupun perilaku responden sebagian besar sudah
benar namun perilaku itu saja tidak cukup untuk mencegah karies dentis. Karena
pada hasil perilaku 1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden (76,71%)
masih berperilaku salah dimana kebanyakan responden pergi ke dokter gigi hanya
pada saat sakit gigi, dan hanya 23,9% yang tetap kedokter meskipun tidak sakit
gigi. Ini mencerminkan kesadaran responden terhadap kesehatan gigi dan mulut
masih sangat kurang. Dan pada perilaku 4 walaupun 43,84% responden sudah
berperilaku baik dengan memilih memakan buah-buahan selain makanan pokok
(pagi,siang dan malam), namun 56,17% responden masih berperilaku kurang
tepat dengan memilih jajanan (permen, coklat, biskuit) dan kue-kue. Hasil ini
42
menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden masih berperilaku salah
dalam memilih makanan selingan diantara makanan pokok.
Hasil ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Lindawarni (2009)
dimana lebih dari 50% respondennya juga berperilaku kurang tepat mengenai
cemilan selain makanan pokok dan hal yang dilakukan untuk menjaga kesehatan
gigi dan mulut.1
Peneliti beranggapan, walaupun sebagian besar responden berpengetahuan
baik, namun dengan sarana dan motovasi yang kurang dari orang tua untuk
melakukan perilaku yang berkaitan dengan menjaga kesehatan gigi dan mulut
membuat responden berperilaku kurang, Hal ini bisa dilihat dari latar belakang
pendidikan orang tua yang sebagian besar hanya lulusan SLTA bapak 38,36%,
ibu 35,62%, dan masih banyak orang tua yang hanya lulusan SD bapak 19,18%,
ibu 20,55%, dan SLTP bapak 23,29%, ibu 26,03%. Bagi keluarga berpenghasilan
terbatas serta minimnya perhatian terhadap kesehatan gigi dan mulut anak
berpotensi besar terhadap tingginya angka kejadian karies.
II. ANALISIS BIVARIAT
1. Hubungan antara pengetahuan dan perilaku yang berkaitan dengan
kesehatan gigi dan mulut
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Perilaku yang didasari
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Kebiasaan membersihkan gigi dan mulut sebagai bentuk perilaku
yang didasari oleh pengetahuan akan mempengaruhi baik atau buruknya
kebersihan gigi dan mulut, selanjutnya juga akan mempengaruhi angka karies
dentis.
Pada tabel hubungan antara pengetahuan dengan perilaku yang berkaitan
dengan kesehatan gigi dan mulut terlihat bahwa murid SD paling tinggi dengan
tingkat perilaku kurang dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 34 orang
(65,4%) sedangkan tingkat perilaku kurang dengan tingkat pengetahuan kurang
sebanyak 4 orang ( 19,0%). Untuk murid SD yang tingkat pengetahuan baik dan
tingkat perilaku baik sebanyak 18 orang (34,6%) sedangkan perilaku baik dengan
tingkat pengetahuan kurang sebanyak 4 orang (18,0%). Hasil uji statistik
43
menunjukan bahwa P=0,189 (p>0,05) dengan kata lain Ho diterima, artinya tidak
ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku tentang
kesehatan gigi dan mulut.1
Mengenai hasil hubungan pengetahuan dengan perilaku yang tidak
bermakna ini menurut penulis banyak yang dapat dikaitkan. Dimana pengetahuan
yang baik belum tentu perilaku yang dilakukan baik juga. Hal tersebut terjadi
karena pengetahuan hanyalah sebatas perilaku tertutup, artinya masih terbatas
dalam bentuk perhatian, perasaan, dan persepsi. Sedangkan perilaku merupakan
perilaku terbuka artinya telah dilakukan atau telah dipraktekkan.
2. Hubungan antara pengetahuan berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut dengan
kejadian karies dentis
Berdasarkan hasil tabulasi silang pada tabel 5 hubungan antara pengetahuan
tentang kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian karies dentis menunjukkan
bahwa murid SD yang paling banyak mengalami karies dentis yang tingkat
pengetahuan baik sebanyak 38 orang (73,1%) sedangkan tingkat pengetahuan
kurang sebanyak 17 orang (81,0%). Untuk murid SD ang tidak mengalami karies
dentis dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 14 orang (26,9%) sedangkan
tingkat pengetahuan kurang sebanyak 4 orang (19,0%). Hasil Chi-Square
menunjukan bahwa P = 0,480 (p>0,05) dengan kata lain Ho diterima, artinya
tidak ada hubungan antara pengetahuan berkaitan dengan kesehatan gigi dan
mulut dengan kejadian karies dentis. Hal ini serupa dengan hasil penelitian
Lindawarni (2009) yang menunjukkan tidak adanya hubungan antara
pengetahuan (p= 0.716) mengenai kesehatan gigi dan mulut berkaitan dengan
kejadian karies dentis. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian
oleh Siti Nurbayani (2008) terhadap siswa SD Kecamatan Cibodas menunjukan
bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kejadian
karies dentis. Sebaliknya penelitian yang dilakukan oleh Ariningrum (2006) pada
siswa SD Kecamatan Penjaringan dan Wargiati (2007) menunjukan adanya
hubungan bermakna antara pengetahuan dengan kejadian karies dentis.1
Seseorang yang berpengetahuan baik saja belum cukup untuk
mempengaruhi terjadinya karies dentis apabila pengetahuan tersebut belum
diterapkan dalam perilaku sehari-hari. Diperlukan upaya-upaya untuk memotivasi
44
murid agar pengetahuan kesehatan gigi yang dimilikinya dapat diwujudkan dalam
perilaku kesehatan giginya sehari-hari.
3. Hubungan antara perilaku berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut
dengan kejadian karies dentis
Tabel 5 hubungan antara perilaku mengenai kesehatan gigi dan mulut yang
berkaitan dengan kejadian karies dentis menunjukkan bahwa murid SD yang
paling banyak mengalami karies dentis dengan tingkat perilaku kurang sebanyak
37 orang (72,5%) sedangkan tingkat perilaku baik sebanyak 18 orang (81,8%).
Untuk murid SD yang tidak mengalami karies dentis dengan tingkat perilaku
kurang sebanyak 14 orang (27,5%) sedangkan tingakat perilaku baik sebanyak 4
orang (18,2%). Berdasarkan hasil uji Chi-Square di dapat p= 0,399 (p>0,05)
dengan kata lain Ho diterima, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara
perilaku berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian karies
dentis. Dengan demikian peneliti menyimpulkan ada faktor lain yang berperan
terhadap kejadian karies dentis. Hal ini sejalan dengan penelitian Hariadi dimana
ada beberapa faktor yang memiliki kontribusi dalam menyebabkan terjadinya
karies gigi pada anak. Faktor lain yang diduga menimbulkan terjadinya karies
gigi adalah perilaku orang tua terutama karena kurangnya pengetahuan orang tua
mengenai kesehatan gigi yang benar. Mereka beranggapan bahwa karies gigi
merupakan suatu hal yang wajar dialami pada anak dan hal ini tidak perlu untuk
terlalu dikhawatirkan dan cenderung dianggap remeh karena jarang
membahayakan jiwa. Masalah kesehatan gigi tidak terlalu penting untuk
diperhatikan dan hanya membuang uang saja sehingga mereka membiarkan anak
mereka jika mengeluh sakit gigi namun jika sudah nampak parah baru mereka
bawa ke klinik gigi. Hal ini seharusnya dapat menjadi perhatian dari tenaga
kesehatan agar dapat memberikan penyuluhan pada masyarakat khususnya pada
para orangtua agar lebih mempedulikan kesehatan gigi anak mereka.1,13
Hasil ini berbeda dengan penelitian Lindawarni (2009) yang menunjukkan
adanya hubungan yang bermakna antara perilaku dengan kejadian karies dentis
diperoleh nilai p= 0,048 (p<0,05). Mengenai hasil hubungan yang bermakna ini
menurutnya sesuai dengan teori aplikatif dimana terdapat hal yang berbanding
terbalik antara perilaku terhadap kejadian karies dentis. Semakin baik perilaku
seseorang maka semakin rendah pula kejadian karies dentisnya. Hal tersebut
45
dilihat dari apa yang telah dilakukan sesuai dengan tingkatan kesehatan yang
didapat. Sebaliknya jika perilaku tidak baik akan meningkatkan kejadian karies
dentisnya.
4. Keterbatasan Penelitian
Setiap penelitian tidak terlepas dari kemungkinan adanya keterbatasan yang
dapat mempengaruhi kualitas hasil penelitian. Desain cross sectional yang
dipakai pada penelitian ini, menyebabkan setiap subjek penelitian hanya
diobservasi sekali saja sehingga hanya memperoleh gambaran sesaat.
BAB V
46
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut pada pembahasan
penelitian yang telah dilakukan mengenai pengetahuan dan perilaku murid kelas IV dan V
SDN 01 Pagi Cijantung Jakarta Timur terhadap kejadian karies dentis dengan jumlah sampel
sebanyak 73 murid, Maka dapat di tarik kesimpulan:
1. Sebanyak 75,3 % murid kelas IV dan V SDN 01 Pagi Cijantung Jakarta mempunyai
Karies Dentis.
2. Sebanyak 71,23 % murid kelas IV dan V SDN 01 Pagi Cijantung Jakarta
berpengetahuan baik tentang kesehatan gigi dan mulut.
3. Sebanyak 69,86 % murid kelas IV dan V SDN 01 Pagi Cijantung Jakarta berperilaku
baik berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut.
4. Tidak ada hubungan antara pengetahuan dan perilaku tentang kesehatan gigi dan
mulut (p = 0,303).
5. Tidak ada hubungan antara pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut dengan
kejadian karies dentis (p = 0,684).
6. Tidak ada hubungan antara perilaku yang berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut
dengan kejadian karies dentis (p = 0,584).
B. SARAN
Bagi Murid SDN 01 Pagi Cijantung
Mengupayakan peningkatan kesehatan terutama dalam kesehatan gigi dan mulut
melalui program UKS.
Bagi SDN 01 Pagi Cijantung
Lebih meningkatkan penerapan kesehatan gigi dan mulut dengan cara misalnya:
a. Memfasilitasi kebutuhan dalam kegiatan UKS antara lain bagi tenaga pelaksana
UKS, termasuk guru sekolah yang bertugas dalam kegiatan UKS.
47
b. Perlunya meningkatkan kembali kegiatan UKS secara berkesinambungan dengan
membuat perencanaan yang baik khususnya dlm kesehatan gigi dan mulut
c. Melaksanakan promosi kesehatan khususnya tentang kesehatan gigi dan mulut
yang berkaitan dengan perilaku murid.
d. Memberikan pengetahuan yang cukup dan memberikan contoh atau sikap yang
baik terhadap kesehatan gigi
e. Membangun komunikasi yang baik dengan orangtua murid supaya ikut andil
dalam menjaga kesehatan gigi anaknya
48
DAFTAR PUSTAKA
1. Linda Warni. Hubungan Perilaku Murid SD Kelas V Dan VI Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009. Medan. Tahun 2009[Magister thesis]. Medaan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara 2009
2. Karies gigi. Wikipedia. 2010 [update 2010 des 3, cited 2010 des 2010 11;10 WIB] Available from: http://id.wikipedia.org/wiki/Karies gigi
3. Situmorang Tampubolon, Nurmala. Dampak Karies Gigi dan Penyakit Periodontal Terhadap Kualitas Hidup. Medan. 2005
4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI.Laporan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001 :Studi Morbiditas dan Stabilitas.Dalam SUSKERNAS. Jakarta. 2002: 16.
5. World Health Organization. Oral Health Unit. Oral Disease: prevention is better than cure. World Healt Day. Switzerland. Dalam kumpulan makalah seminar sehari dalam rangka hari kesehatan nasional. Jakarta. 1997
6. Axelsson P. Sweden K. Diagnosis and Risk Prediction dental Caries. Vol.2 Chicago Quintessence Publishing Co. Inc. 2000
7. Soekidjo, N. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 20108. Soekidjo Notoatmojo. Pendidikan Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta.
Penerbit Rineka cipta. 20039. Sutopo, Utoyo. Kegiattan Penelitian di Lingkungan Direktorat Kesehatan Gigi
Departemen Kesehatan. Jakarta. 200110. Masdin. Prevalensi dan Keparahan Karies Gigi pada Remaja-remaja berusia 12
sampai 15 tahun yang tinggal di komunitas-komunitas dengan berbagai konsentrasi fluride. Journal of Public Health Dentistry. 2007. [Update: 2010 April 28, cited: 2010 Desember 13.00 WIB]. Available from: http://www.pajjakadoi.co.tv/2010/04prevalensi-dan-keparahan-karies-gigi.html
11. Bryan Veloso. IKGMP 2B:Pemecahan Masalah, Pemilihan Prioritas Masalah Dan Perencanaan Program-Kondisi kesehatan gigi dan mulut murid kelas 4 sekolah dasar negeri Sukamaju [update: 09 Desember 31, cited: 2010 Desember11.00WIB]. available from: http://littleaboutmyworld.wordpress.com/
12. Suhartono, Perhatikan Gigi Kita dan Gigi Siswa-Siswi Kita [Update: 4 Noveber 2008, citied: 2010 Desember 11:00 WIB]. Available from: http://nurulfikri.sch.id/index.php?option=com_content&id=article&id=61:perhatikan-gigi-kita-dan-siswa-siswi-kita&catid=48:kesehatan&kesehatan&Itemid=136
13. Hariadi. Hubungan tingkat pendidikan dan sikap dengan persepsi ibu tentang kejadian karies gigi pada anak sekolah di Desa Sumber Rejo Lembang. Journal of Public Health Dentistry. 2007. [Update: 2010 April 28, cited: 2010 Desember 17 18.00 WIB]. Available from http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=5179
49
Lampiran 1
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU YANG BERKAITAN DENGAN KESEHATAN GIGI
DAN MULUT PADA MURID SD KELAS IV DAN V TERHADAP KEJADIAN KARIES DENTIS
DI SDN 01 PAGI CIJANTUNG JAKARTA TIMUR
Petunjuk : Pertanyaan pilihan ganda, pilihlah salah satu jawaban dengan memberikan
tanda silang (X) pada jawaban yang tersedia.
Nama :............................................................................Kelas : .....................A. KARAKTERISTIK RESPONDEN
1. Usia : ....... tahun2. Jenis kelamin :
a . Laki-laki b. Perempuan 3. Pendidikan orang tua :
Bapak : a. SD b. SLTP c. SLTA d. Perguruan tinggiIbu : a. SD b. SLTP c. SLTA d. Perguruan tinggi
B. PENGETAHUAN RESPONDEN1. Apakah gigi berlubang dapat dicegah? a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu2. Bagaimana cara mencegah gigi berlubang ? a. Menyikat gigi teratur dan benar b. Mengurangi makanan manis dan lengket c. Tidak tahu3. Kapan sebaiknya menggosok gigi? a. Sesudah makan pagi dan sebelum tidur malam b. Sewaktu mandi c. Tidak tahu4. Bagaimana cara menggosok gigi yang baik dan benar? a. Semua permukaan gigi harus disikat b. Gerakannya harus keras c. Tidak tahu 5. Apa yang sebaiknya dilakukan jika gigi kamu berlubang ? a. Dirawat dan ditambal b. Dicabut c. Dibiarkan saja
C. PERILAKU RESPONDEN 6. Pernahkah kamu ke dokter gigi? a. Pernah meskipun tidak sakit gigi b. Pernah karena sakit gigi c. Tidak pernah 7. Kapan kamu memeriksakan gigi ke dokter gigi? a. Ya, setiap enam bulan atau setahun sekali b. Ya, tidak tentu
50
c. Tidak pernah8. Apa tindakan kamu jika gigi kamu kuning dan kotor serta gusinya berdarah? a. Memeriksakan ke dokter b. Menyikat gigi c. Dibiarkan saja9. Selain makan pokok (pagi, siang, dan malam) cemilan apa yang kamu sering makan? a. Buah-buahan b. Kue-kue c. Jajanan (permen,coklat,biskuit,dll) c. kurang dari 10. Apa yang kamu lakukan untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut ? a. Menyikat gigi secara teratur meski bersih b. Menyikat gigi apabila gigi kotor c. Tidak perlu menyikat gigi, cukup makan vitamin
E. KEJADIAN KARIES GIGI:
a. Ya b. tidak
51
Lampiran 2
Table for Determining Sample Size from a Given Population
Populationsize
Samplesize
Populationsize
Samplesize
Populationsize
Samplesize
10 10 220 140 1200 291
15 14 230 144 1300 297
20 19 240 148 1400 302
25 24 250 152 1500 306
30 28 260 155 1600 310
35 32 270 159 1700 313
40 36 280 162 1800 317
45 40 290 165 1900 320
50 44 300 169 2000 322
55 48 320 175 2200 327
60 52 340 181 2400 331
65 56 360 186 2600 335
70 59 380 191 2800 338
75 63 400 196 3000 341
80 66 420 201 3500 346
85 70 440 205 4000 351
90 73 460 210 4500 354
95 76 480 214 5000 357
100 80 500 217 6000 361
110 86 550 226 7000 364
120 92 600 234 8000 367
130 97 650 242 9000 368
140 103 700 248 10000 370
150 108 750 254 15000 375
160 113 800 260 20000 377
170 118 850 265 30000 379
180 123 900 269 40000 380
190 127 950 274 50000 381
200 132 1000 278 75000 382
210 136 1100 285 1000000 384
52
Lampiran 3
Uji Validitas dan Reliabilitas
A. Pengetahuan
Correlations
Gigi
berlubang
dpt dicegah
Cara
mencegah
gigi
berlubang
waktu
terbaik
menyikat gigi
Cara
menggosok
gigi yang
benar
Yang
sebaiknya
dilakukan
jika gigi
berlubang TotPeng
Gigi berlubang dpt
dicegah
Pearson
Correlation
1 .373* -.023 .558** .489** .756**
Sig. (2-tailed) .042 .905 .001 .006 .000
N 30 30 30 30 30 30
Cara mencegah gigi
berlubang
Pearson
Correlation
.373* 1 .213 .279 .213 .672**
Sig. (2-tailed) .042 .258 .136 .258 .000
N 30 30 30 30 30 30
waktu terbaik
menyikat gigi
Pearson
Correlation
-.023 .213 1 .024 .148 .434*
Sig. (2-tailed) .905 .258 .901 .436 .017
N 30 30 30 30 30 30
Cara menggosok gigi
yang benar
Pearson
Correlation
.558** .279 .024 1 .202 .643**
Sig. (2-tailed) .001 .136 .901 .284 .000
N 30 30 30 30 30 30
53
Yang sebaiknya
dilakukan jika gigi
berlubang
Pearson
Correlation
.489** .213 .148 .202 1 .649**
Sig. (2-tailed) .006 .258 .436 .284 .000
N 30 30 30 30 30 30
TotPeng Pearson
Correlation
.756** .672** .434* .643** .649** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .017 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.622 5
54
2. Perilaku
Correlations
Gigi
berlubang
dpt dicegah
Cara
mencegah
gigi
berlubang
waktu terbaik
menyikat gigi
Cara
menggosok
gigi yang
benar
Yang
sebaiknya
dilakukan
jika gigi
berlubang TotPeng
Gigi berlubang dpt
dicegah
Pearson
Correlation
1 .373* -.023 .558** .489** .756**
Sig. (2-tailed) .042 .905 .001 .006 .000
N 30 30 30 30 30 30
Cara mencegah gigi
berlubang
Pearson
Correlation
.373* 1 .213 .279 .213 .672**
Sig. (2-tailed) .042 .258 .136 .258 .000
N 30 30 30 30 30 30
waktu terbaik menyikat
gigi
Pearson
Correlation
-.023 .213 1 .024 .148 .434*
Sig. (2-tailed) .905 .258 .901 .436 .017
N 30 30 30 30 30 30
Cara menggosok gigi
yang benar
Pearson
Correlation
.558** .279 .024 1 .202 .643**
Sig. (2-tailed) .001 .136 .901 .284 .000
N 30 30 30 30 30 30
55
Yang sebaiknya
dilakukan jika gigi
berlubang
Pearson
Correlation
.489** .213 .148 .202 1 .649**
Sig. (2-tailed) .006 .258 .436 .284 .000
N 30 30 30 30 30 30
TotPeng Pearson
Correlation
.756** .672** .434* .643** .649** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .017 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.622 5
56
57
58
59
Lampiran 5
Univariat
Kejadian Karies Dentis
Kejadian karies
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 55 75.3 75.3 75.3
Tidak 18 24.7 24.7 100.0
Total 73 100.0 100.0
60
Karakteristik Responden
Umur peserta didik
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 9 18 24.7 24.7 24.7
10 46 63.0 63.0 87.7
11 7 9.6 9.6 97.3
12 2 2.7 2.7 100.0
Total 73 100.0 100.0
61
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Laki-Laki 34 46.6 46.6 46.6
Perempuan 39 53.4 53.4 100.0
Total 73 100.0 100.0
62
Pendidikan bapak
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid SD 14 19.2 19.2 19.2
SLTP 17 23.3 23.3 42.5
SLTA 28 38.4 38.4 80.8
PT 14 19.2 19.2 100.0
Total 73 100.0 100.0
63
Pendidikan Ibu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid SD 15 20.5 20.5 20.5
SLTP 19 26.0 26.0 46.6
SLTA 26 35.6 35.6 82.2
PT 13 17.8 17.8 100.0
Total 73 100.0 100.0
Pengetahuan Responden
Gigi berlubang dpt dicegah
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 11 15.1 15.1 15.1
benar 62 84.9 84.9 100.0
Total 73 100.0 100.0
Cara mencegah gigi berlubang
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 25 34.2 34.2 34.2
benar 48 65.8 65.8 100.0
Total 73 100.0 100.0
Yang sebaiknya dilakukan jika gigi berlubang
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 28 38.4 38.4 38.4
benar 45 61.6 61.6 100.0
Total 73 100.0 100.0
64
waktu terbaik menyikat gigi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 9 12.3 12.3 12.3
benar 64 87.7 87.7 100.0
Total 73 100.0 100.0
KlasPeng
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Baik 52 71.2 71.2 71.2
Kurang 21 28.8 28.8 100.0
Total 73 100.0 100.0
65
Cara menggosok gigi yang benar
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 8 11.0 11.0 11.0
benar 65 89.0 89.0 100.0
Total 73 100.0 100.0
Perilaku Reponden
Kedokter gigi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 53 72.6 72.6 72.6
benar 20 27.4 27.4 100.0
Total 73 100.0 100.0
Waktu memeriksakan gigi kedokter
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 27 37.0 37.0 37.0
benar 46 63.0 63.0 100.0
Total 73 100.0 100.0
66
Jika gigi kuning dan kotor serta gusi berdarah
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 29 39.7 39.7 39.7
benar 44 60.3 60.3 100.0
Total 73 100.0 100.0
Yang sering dimakan selain makanan pokok
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 42 57.5 57.5 57.5
benar 31 42.5 42.5 100.0
Total 73 100.0 100.0
Yang dilakukan untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 24 32.9 32.9 32.9
benar 49 67.1 67.1 100.0
Total 73 100.0 100.0
67
KlasPer
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Baik 22 30.1 30.1 30.1
Kurang 51 69.9 69.9 100.0
Total 73 100.0 100.0
Lampiran 6: Bivariat
68
KlasPeng * Kejadian karies Crosstabulation
Kejadian karies
TotalYa Tidak
KlasPeng Baik Count 38 14 52
Expected Count 39.2 12.8 52.0
Kurang Count 17 4 21
Expected Count 15.8 5.2 21.0
Total Count 55 18 73
Expected Count 55.0 18.0 73.0
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .499a 1 .480
Continuity Correctionb .165 1 .684
Likelihood Ratio .518 1 .472
Fisher's Exact Test .561 .350
Linear-by-Linear Association .493 1 .483
N of Valid Cases 73
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.18.
b. Computed only for a 2x2 table
69
KlasPer * Kejadian karies Crosstabulation
Kejadian karies
TotalYa Tidak
KlasPer Baik Count 18 4 22
Expected Count 16.6 5.4 22.0
Kurang Count 37 14 51
Expected Count 38.4 12.6 51.0
Total Count 55 18 73
Expected Count 55.0 18.0 73.0
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .711a 1 .399
Continuity Correctionb .299 1 .584
Likelihood Ratio .740 1 .390
Fisher's Exact Test .557 .298
Linear-by-Linear Association .701 1 .402
N of Valid Cases 73
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.42.
b. Computed only for a 2x2 table
70
KlasPeng * KlasPer Crosstabulation
KlasPer
TotalBaik Kurang
KlasPeng Baik Count 18 34 52
Expected Count 15.7 36.3 52.0
Kurang Count 4 17 21
Expected Count 6.3 14.7 21.0
Total Count 22 51 73
Expected Count 22.0 51.0 73.0
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 1.722a 1 .189
Continuity Correctionb 1.062 1 .303
Likelihood Ratio 1.821 1 .177
Fisher's Exact Test .263 .151
Linear-by-Linear Association 1.698 1 .193
N of Valid Cases 73
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.33.
b. Computed only for a 2x2 table
71
72
74