laporan penelitian karies dentis

93
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan secara keseluruhan (Ilyas, 2000). Hasil laporan Studi Morbiditas (2001), menunjukkan bahwa kesehatan gigi dan mulut di Indonesia merupakan hal yang perlu diperhatikan, karena penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi yang dikeluhkan oleh masyarakat yaitu sebesar 60%. Penyakit gigi dan mulut yang terbanyak diderita masyarakat adalah penyakit karies dentis kemudian diikuti oleh penyakit periodontal di urutan ke dua (Surkesnas Balitbangkes Depkes RI, 2002). 3 Karies dentis adalah penyakit infeksi yang merusak struktur gigi . Penyakit tersebut menyebabkan gigi berlubang. Jika tidak ditangani, dapat menyebabkan nyeri , gigi tanggal, infeksi, sejumlah penyakit sistemik, bahkan kematian. Peningkatan prevalensi karies banyak dipengaruhi oleh perubahan pola makan. Pada saat ini, karies dentis telah menjadi penyakit yang tersebar di seluruh dunia. 1 Karies gigi sejauh ini masih menjadi masalah kesehatan anak. The World Oral Health, World Health Organization (WHO) pada tahun 2003 menetapkan indikator dan standar oral secara global bahwa pada tahun 2000 angka kejadian karies pada anak berumur 5-6 tahun sebesar 50% dan pada tahun 2003 mengalami peningkatan 1

Upload: karlina-miaow

Post on 16-Jan-2016

34 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Penelitian Karies Dentis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan secara

keseluruhan (Ilyas, 2000). Hasil laporan Studi Morbiditas (2001), menunjukkan bahwa

kesehatan gigi dan mulut di Indonesia merupakan hal yang perlu diperhatikan, karena

penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi yang dikeluhkan oleh masyarakat yaitu

sebesar 60%. Penyakit gigi dan mulut yang terbanyak diderita masyarakat adalah penyakit

karies dentis kemudian diikuti oleh penyakit periodontal di urutan ke dua (Surkesnas

Balitbangkes Depkes RI, 2002).3

Karies dentis adalah penyakit infeksi yang merusak struktur gigi. Penyakit tersebut

menyebabkan gigi berlubang. Jika tidak ditangani, dapat menyebabkan nyeri, gigi tanggal,

infeksi, sejumlah penyakit sistemik, bahkan kematian. Peningkatan prevalensi karies banyak

dipengaruhi oleh perubahan pola makan. Pada saat ini, karies dentis telah menjadi penyakit

yang tersebar di seluruh dunia.1

Karies gigi sejauh ini masih menjadi masalah kesehatan anak. The World Oral Health,

World Health Organization (WHO) pada tahun 2003 menetapkan indikator dan standar oral

secara global bahwa pada tahun 2000 angka kejadian karies pada anak berumur 5-6 tahun

sebesar 50% dan pada tahun 2003 mengalami peningkatan sebesar 60-90%. Berdasarkan

laporan Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Depkes RI terdapat 70% penduduk menderita

karies aktif pada tahun 1990, selanjunta pada tahun 2003 mencapai 90%. Jika dilihat dari

kelompok umur, persentase karies dentis aktifnya pada kelompok umur 10-24 tahun adalah

66,8 – 69,5%, umur 45-64 tahun 53,3% dan pada umur 65 tahun ke atas sebesar 43,8%. Hal

tersebut menunjukkan karies dentis aktif banyak terjadi pada golongan usia produktif. 1-3

Karies dentis memiliki etiologi yang multifaktor yang terdiri atas interaksi tiga faktor

utama yang ada di dalam mulut, yaitu host (gigi dan saliva), mikroorganisme (plak) dan

substrat (diet karbohidrat), dan faktor ke empat adalah waktu. Selain faktor yang ada di dalam

mulut yang langsung berhubungan dengan karies, terdapat faktor-faktor tidak langsung yang

merupakan faktor predisiposisi dan faktor penghambat terjadinya karies antara lain jenis

kelamin, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, lingkungan dan perilaku yang berhubungan

dengan kesehatan gigi. Tingginya prevalensi karies gigi sangat dipengaruhi oleh beberapa

1

Page 2: Laporan Penelitian Karies Dentis

faktor. Menurut Bahar (2000) salah satu faktor utama yang mempengaruhi kesehatan gigi dan

mulut penduduk di negara berkembang adalah perilaku. Perilaku merupakan hal penting yang

dapat mempengaruhi status kesehatan gigi individu atau masyarakat. Perilaku yang dapat

mempengaruhi perkembangan karies adalah kebiasaan makan dan pemeliharaan kebersihan

mulut yang buruk (Petersen, 2005). Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Tahun

2001 menunjukan perilaku masyarakat tentang pemeliharaan kesehatan gigi masih rendah,

sebagian besar penduduk Indonesia (61,5%) menggosok gigi kurang sesuai dengan anjuran

program menyikat gigi, yaitu setelah makan dan sebelum tidur, bahkan 16,6% tidak

menggosok gigi (Surkesnas Balitbangkes Depkes RI, 2002). 1-3

Sekolah adalah sebagai perpanjangan tangan keluarga dalam meletakkan dasar

perilaku untuk kehidupan anak selanjutnya, termasuk perilaku kesehatan. Selain itu, populasi

anak sekolah di dalam suatu komunitas cukup besar, antara 40-50%. Oleh sebab itu promosi

atau pendidikan kesehatan di sekolah adalah sangat penting. Di Indonesia, bentuk promosi

kesehatan di sekolah adalah usaha kesehatan sekolah. Pelaksanaan program UKS

dilaksanakan pada semua SD Negeri/Swasta yang ada (Notoadmodjo, 2005).1,2

Menurut WHO, kelompok usia 12 adalah usia yang penting, karena pada usia tersebut

anak akan meninggalkan sekolah dasar dan di banyak negara, usia tersebut merupakan

kelompok yang mudah dijangkau melalui sistem UKS, dan pada usia tersebut anak dapat

lebih mudah diajak berkomunikasi. Menurut SKRT (2001), prevalensi karies gigi pada

kelompok usia 12 tahun sebesar 44% dan indeks Decay, Missing, Filled Teeth (DMFT) pada

usia ini sebesar 1,1. Target pencapaian gigi sehat Indonesia tahun 2010 pada individu usia 12

tahun untuk indeks DMFT adalah sebesar 1 (Depkes RI, 2004). Karies dentis banyak

menyerang anak-anak maupun dewasa, baik gigi sulung maupun gigi permanen. Anak usia

sekolah dasar, yaitu usia 6-12 tahun merupakan kelompok usia rentan yang perlu

mendapatkan perhatian karena pada periode tersebut terdapat gigi sulung dan gigi permanen

secara bersamaan dalam mulut (Agtini dkk, 2005). 1,3

Status karies gigi untuk gigi permanen pada individu atau masyarakat dapat diukur

dengan menggunakan indeks DMFT. Indeks itu digunakan untuk melihat keadan gigi

seseorang yang pernah mengalami kerusakan (Decayed), hilang karena karies atau sisa akar

(Missing), dan tambalan (Filled) pada gigi tetap (Teeth). Indeks ini mencerminkan besarnya

penyebaran karies yang kumulatif pada suatu populasi (Kidd & Bechal).1

Berdasarkan data Dinas Pendidikan DKI Jakarta jumlah Sekolah Dasar Negeri (SDN)

di Jakarta sebanyak 2. 244 buah dengan jumlah peserta didik mencapai 670. 599 murid.

2

Page 3: Laporan Penelitian Karies Dentis

Berdasarkan data tersebut wilayah Jakarta Timur memiliki jumlah SD terbanyak dengan

jumlah peserta didik mencapai 306.482 murid dan salah satu SD yang terletak di Jakarta

Timur adalah SDN 01 Pagi Cijantung. Berdasarkan data tersebut peneliti tertarik untuk

melakukan penelitan tentang hubungan pengetahuan dan perilaku menggosok gigi murid SD

kelas IV dan V terhadap kejadian karies dentis di SDN 01 Pagi Cijantung Jakarta Timur.1

1.2 Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini,

yaitu: berapa banyak kejadian karies dentis dan apakah ada hubungan antara pengetahuan

dan perilaku menggosok gigi terhadap kejadian karies dentis pada murid SD kelas IV dan V

di SDN 01 Pagi Cijantung Jakarta Timur.

1.3 Tujuan Penelitian

a. Tujuan umum

Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan gambaran tentang kejadian karies dentis

dan beberapa faktor yang berkaitan dengan kejadian karies dentis tersebut pada murid SD

kelas IV dan V di SDN 01 Pagi Cijantung Jakarta Timur.

b. Tujuan khusus

Mendapatkan data kejadian karies dentis

Mendapatkan data tentang pengetahuan berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut

Mendapatkan data tentang perilaku berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut

Menganalisis hubungan antara pengetahuan berkaitan dengan kesehatan gigi dan

mulut dengan kejadian karies dentis

Menganalisis hubungan antara perilaku berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut

dengan kejadian karies dentis

Menganalisis hubungan antara pengetahuan dengan perilaku berkaitan dengan

kesehatan gigi dan mulut.

3

Page 4: Laporan Penelitian Karies Dentis

1.4 Hipotesis

Ada hubungan antara pengetahuan dan perilaku berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut

murid SD kelas IV dan V terhadap kejadian karies gigi di SDN 01 Pagi Cijantung Jakarta

Timur.

1.5 Manfaat Penelitian

a. Bagi SDN 01 Pagi Cijantung Jakarta Timur.

Memberi masukan tentang kejadian karies dentis serta hubungannya dengan

pengetahuan dan perilaku murid sekolah yang berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut

sehingga dapat menjadi pertimbangan bagi sekolah dalam menyusun program usaha

kesehatan sekolah (UKS).

b. Bagi Mahasiswa Kedokteran.

Menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa kedokteran tentang kesehatan

masyarakat berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut.

4

Page 5: Laporan Penelitian Karies Dentis

BAB II

LANDASAN TEORI

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi Karies Dentis

Karies berasal dari kata Yunani yang berarti lubang, menurut Lundeen dan Roberson

(1995) yang dikutip Sumawinata (1997), adalah penyakit menular pada gigi yang

disebabkan oleh mikroba yang mengakibatkan terlarutnya dan hancurnya jaringan keras

gigi. Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan

sementum, yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik, dalam suatu karbohidrat yang

dapat diragikan. Tandanya adalah adanya demineralisasi jaringan keras gigi yang

kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya. Akibatnya terjadi invasi bakteri dan

kematian pulpa serta penyebaran infeksinya ke jaringan perapeks yang dapat

menyebabkan nyeri (Kidd & Bechal, 1992; Wilkins, 2005). 1,10

WHO mendefenisikan karies dentis sebagai “localized, post-eruptive, pathologic

process of external origin involving softening of hard tooth tissue and proceeding to the

formation of a caviti” (Wilkins, 2005).1,5

2. Etiologi

Karies dentis memiliki etiologi multifaktor, yaitu ada interaksi tiga faktor utama

(mikroorganisme (plak), substrat (diet karbohidrat), host (gigi dan saliva)) dan waktu

sebagai faktor ke empat.

5

Page 6: Laporan Penelitian Karies Dentis

Gambar 1. Empat Lingkaran Yang Menggambarkan Panduan Faktor Penyebab Karies.

a. Host (gigi dan saliva)

Struktur anatomi dari gigi terdiri atas lapisan email di bagian terluar gigi dan lapisan

dentin yang terdapat di bawah lapisan email. Struktur email sangat menentukan dalam

proses terjadinya karies. Permukaan email yang terluar lebih rentan terhadap kemungkinan

terjadinya karies, terutama bentuk permukaan gigi yang sukar dibersihkan. Plak yang

mengandung bakteri merupakan awal bagi terbentuknya karies. Oleh karena itu, bagian

gigi yang memudahkan perlekatan plak sangat mungkin diserang karies (Kidd & Bechal,

1992). Peran saliva juga sangat menentukan dalam kejadian karies dentis. Saliva mampu

meremineralisasi karies yang masih dini, karena banyak mengandung ion kalsium dan

fosfat. Kemampuan saliva dalam melakukan remineralisasi akan meningkat jika ada ion

fluor. Selain mempengaruhi komposisi mikroorganisme di dalam plak, saliva juga

mempengaruhi PH dalam mulut. Oleh karena itu, jika sekresi saliva berkurang akibatnya

karies akan tidak terkendali (Kidd & Bechal, 1992). Keberadaan fluor dalam konsentrasi

yang optimum pada jaringan gigi dan lingkungannya merangsang efek anti karies. Kadar

fluor yang bergabung dengan email selama pertumbuhan gigi bergantung kepada

ketersediaan fluor tersebut di dalam air minum atau makanan lain yang mengandung fluor.

Email yang mempunyai kadar fluor lebih tinggi, tidak dengan sendirinya resisten terhadap

serangan asam, akan tetapi tersedianya fluor di sekitar gigi selama proses pelarutan email

akan mempengaruhi proses remineralisasi dan demineralisasi, terutama proses

demineralisasi. 1,6,10

6

Page 7: Laporan Penelitian Karies Dentis

b. Substrat

Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi bakteri mulut dan secara langsung

terlibat dalam penurunan pH. Karbohidrat menyediakan substrat untuk membuat asam

bagi mikroorganisme dengan sintesis polisakarida ekstrasel. Dibutuhkan waktu tertentu

bagi plak dan karbohidrat yang menempel gigi untuk membentuk asam dan mampu

mengakibatkan demineralisasi email. Tidak semua karbohidrat sama derajat

kariogeniknya. Karbohidrat yang kompleks, misalnya pati (polisakrida) relatif tidak

berbahaya karena tidak dicerna secara sempurna di dalam mulut, sedangkan karbohidrat

dengan berat molekul yang rendah seperti gula akan meresap ke dalam plak dan

dimetabolisme dengan cepat oleh bakteri, sehingga makanan dan minuman yang

mengandung gula akan menurunkan pH plak dengan cepat sampai level yang

menyebabkan demineralisasi email. Plak akan tetap bersifat asam selama beberapa waktu,

untuk kembali ke pH normal sekitar 7, dibutuhkan waktu 30-60 menit. Oleh karena itu,

konsumsi gula yang sering dan berulang-ulang akan tetap menahan pH plak di bawah

normal dan menyebabkan demineralisasi email.1

Bagan 1: Tahapan terbentuknya karies dentis

c. Mikroorganisme

7

Page 8: Laporan Penelitian Karies Dentis

Berbagai jenis mikroorganisme terdapat di dalam rongga mulut yang merupakan

komunitas kompleks. Struktur dari komunitas tersebut terdiri atas suatu massa yang

berupa matriks lengket dan kental yang mengandung glikoprotein serta sel-sel

mikroorganisme dan menempel pada permukaan gigi yang dikenal sebagai pelikel.

Glikoprotein tersebut merupakan bahan nutrisi bagi mikroorganisme, sehingga

mikroorganisme akan tumbuh dan berkembang biak membentuk koloni-koloni

mikroorganisme ini yang disebut sebagai plak gigi (Burnett, GW, 1980). Kolonisiasi

bakteri pada permukaan gigi diketahui sebagai faktor etiologi kunci dalam penyakit mulut,

termasuk juga karies dentis (Axelsson, 1999). Menurut Tarigan (1995), plak terbentuk dari

campuran antara bahan-bahan air ludah seperti mucin, sisa–sisa sel jaringan mulut,

leukosit, limfosit dengan sisa-sisa makanan serta bakteri. Plak merupakan awal terjadinya

karies dentis1.

Plak gigi merupakan bahan yang melekat berisi bakteri beserta produk-produknya,

yang terbentuk pada semua permukaan gigi. Akumulasi bakteri ini tidak terjadi secara

kebetulan melainkan terbentuk melalui serangkaian tahapan. Jika email yang bersih

terpapar di rongga mulut maka akan ditutupi oleh lapisan organik yang amorf yang disebut

pelikel. Pelikel terutama terdiri atas glikoprotein yang diendapkan dari saliva dan

terbentuk segera setelah penyikatan gigi. Sifatnya sangat lengket dan dapat membantu

melekatkan bakteri-bakteri tertentu pada permukaan gigi dan yang paling banyak adalah

streptokokus. Organisme tersebut tumbuh, berkembang biak dan mengeluarkan gel

ekstrasel yang lengket dan akan mengikat berbagai bentuk bakteri yang lain.1

d. Waktu

Karies dentis adalah suatu penyakit yang kronis, sebab lesi terjadi setelah beberapa

bulan/tahun. Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali mineral selama

berlangsungnya proses karies, menandakan bahwa proses karies tersebut terdiri atas

periode perusakan dan perbaikan yang silih berganti. Oleh karena itu, bila saliva ada di

dalam lingkungan gigi, maka karies tidak menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau

minggu, melainkan dalam bulan atau tahun. Dengan demikian sebenarnya terdapat

kesempatan yang baik untuk menghentikan penyakt ini.1,10

3. Klasifikasi

8

Page 9: Laporan Penelitian Karies Dentis

Status karies dentis atau angka karies seseorang dapat dilihat dari hasil pengukuran

dengan menggunakan ukuran atau indeks DMF-T (Depkes RI, 1995). Indeks DMF-T

merupakan indikator penting yang telah ditentukan oleh WHO dan digunakan untuk

melihat keadaan gigi seseorang yang mengalami kerusakan (Decayed), hilang karena

karies atau sisa akar yang akan dicabut (Missing) dan tambalan baik (Filled) yang

disebabkan oleh penyakit karies dan merupakan penjumlahan dari nilai D,M,F. Indeks

ini digunakan untuk mengukur keadaan pada gigi permanen/gigi tetap. Semakin kecil

indeks DMF-T semakin baik, dengan rumus :

ΣDMFT-T = D + M + F

DMF-T rata-rata = Σ DMF-T/N

D = Decayed (gigi berlubang)

M = Missing (gigi telah dicabut karena karies)

F = Filling (gigi dengan tambalan baik)

T = Tooth (gigi tetap)

Tabel 1: Klasifikasi Angka Keparahan Karies Dentis Menurut WHO

4. Pencegahan Karies Dentis

9

Page 10: Laporan Penelitian Karies Dentis

Penanggulangan karies masih merupakan problema tersendiri di negara berkembang,

termasuk Indonesia. Oleh karena itu, upaya pencegahan perlu memperoleh perhatian yang

lebih besar, karena pencegahan merupakan pemecahan masalah yang paling ekonomis dan

dapat menjangkau masyarakat luas. Karies merupakan penyakit yang dapat dicegah.

Dasar-dasar pencegahan karies adalah modifikasi satu atau lebih dari tiga faktor utama

penyebab karies, yaitu: plak, substrat karbohidrat yang sesuai dan kerentanan gigi. Secara

teori ada tiga cara dalam mencegah karies dentis, yaitu: pertama menghilangkan substrat

karbohidrat dengan mengurangi frekuensi konsumsi gula dan membatasinya pada saat

makan saja, kedua dengan meningkatkan ketahanan gigi dengan memaparkannya dengan

fluor secara tepat, dan ketiga dengan menghilangkan plak bakteri. Risiko kerusakan gigi

yang berkaitan dengan karbohidrat akan sangat berkurang, bila permukaan gigi secara

teratur dibersihkan dari plak dan bakteri. Makin sering makan karbohidrat yang mudah

difermentasikan/dipecah, makin cepat terjadi proses demineralisasi jaringan keras gigi.

Frekuensi konsumsi makanan yang mengandung gula harus sangat dikurangi dengan

menghindari makanan kecil di antara jam makan.10

Pencegahan yang paling mudah dan relatif murah adalah dengan melakukan sikat gigi

secara berkesinambungan dan benar, dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung

fluor. Upaya ini dapat memutuskan tali ikatan perkembangan bakteri penyebab karies.

Menyikat gigi dengan menggunakan pasta gigi mengandung fluor dapat memperkuat gigi

(Sutadi, 2000). Hasil uji coba klinik dari pasta gigi yang mengandung fluor

memperlihatkan adanya penurunan insidensi karies yang bervariasi antara 17% pada

penduduk yang tinggal di daerah mengandung kadar fluor optimum sampai 34% pada

penduduk dari daerah yang kandungan fluornya nol. Oleh karena itu, penggunaan pasta

gigi yang mengandung fluor harus dianjurkan pada semua orang. Pencegahan lain yang

dapat dilakukan adalah dengan diet karbohidrat, terutama jenis sukrosa yang merupakan

faktor utama penyebab kerusakan gigi. Bakteri karies terutama Streptokokus mutans

dengan fermentasinya akan mengubah sukrosa menjadi asam yang dapat melarutkan email

gigi dan merupakan awal terjadinya lesi karies. Oleh karena itu, diet karbohidrat terutama

makanan manis dan lengket merupakan pilihan untuk mencegah terjadinya karies gigi

(Sutadi, 2000).10

5. Pengetahuan

10

Page 11: Laporan Penelitian Karies Dentis

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan hal itu terjadi setelah orang melakukan

pengamatan terhadap suatu objek tertentu. Pengamatan terjadi melalui panca indera

manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian

besar pengetahuan manusia didapat melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan hal

yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.7,8

Berdasarkan pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan bertahan lebih lama daripada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan. Pengetahuan mempunyai enam tingkatan yaitu (Notoatmodjo,2003) :

Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang

spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau yang telah diterima.

Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat menjelaskan objek tersebut secara benar.

Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam

bagian-bagian yang masih ada kaitannya antara satu sama lainnya.

Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian tertentu menjadi bentuk yang baru.

Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu

materi atau objek.

Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Seorang

anak memperoleh pengetahuan bahwa jika tidak menggosokkan gigi secara teratur dapat

menyebabkan gigi berlubang berdasarkan pengalaman pribadinya.

6. Perilaku

11

Page 12: Laporan Penelitian Karies Dentis

Perilaku ditinjau dari segi biologisnya adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme

(makhluk hidup) yang bersangkutan. Perilaku manusia pada hakekatnya adalah tindakan

atau aktivitas dari manusia itu sendiri, baik yang dapat diamati langsung maupun yang

tidak dapat diamati oleh pihak luar dan mempunyai bentangan yang sangat luas, antara

lain: berjalan, berbicara, menangis, bekerja, kuliah, menulis, dan sebagainya.7,8

Skinner (1938) seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan

respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar) dan membedakan

respons kepada dua jenis, yaitu:7,8

1. Responden respons atau reflexive, yakni respons yang ditimbulkan oleh rangsangan

tertentu, misalnya makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya

yang terlalu terang menyebabkan mata tertutup. Responden respons juga mencakup

reaksi emosional, misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis.

2. Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul dan

berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu, misalnya

apabila petugas kesehatan melaksanakan tugas kesehatannya dengan baik kemudian

memperoleh penghargaan dari atasannya, petugas tersebut akan lebih baik lagi

dalam menjalankan tugasnya.

Bentuk Perilaku

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, perilaku dapat dibedakan menjadi

dua bentuk, yaitu:

1. Perilaku tertutup (covert behavior)

Respons atau reaksi terhadap stimulus dalam bentuk tertutup masih terbatas

pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada

orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas

oleh orang lain, misalnya seorang murid tahu pentingnya menggosok gigi

walau murid tersebut jarang menggosok giginya.

2. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau

terbuka dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain, misalnya

seorang murid datang ke dokter gigi untuk memeriksakan giginya karena

murid tersebut mengetahui itu hal yang sangat penting.

B. KERANGKA TEORI

12

Page 13: Laporan Penelitian Karies Dentis

Bagan 2. Kerangka Teori

C. KERANGKA KONSEP

Bagan 3. Kerangka Konsep

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

13

1.Pendidikan orang tua2.Pekerjaan orang tua3.Usia4.Media Informasi

Pengetahuan murid

Perilaku murid

Status kejadian karies detis

Variable independen

Variable dependen

Usia Jenis kelaminPengetahuanTingkat pendidikanPerilakuLingkungan

KARIESDENTIS

Page 14: Laporan Penelitian Karies Dentis

A. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah penelitian analitik, yaitu penelitian yang, menganalisis dan

menginterpretasikan kondisi-kondisi yang terjadi pada saat ini.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 01 Pagi yang terletak di Jl. Pertengahan

Cijantung, Pasar Rebo Jakarta Timur pada bulan Desember 2010.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah keseluruhan dari unit di dalam pengamatan. Populasi penelitian ini

adalah murid SDN 01 Pagi kelas IV dan V Cijantung berjumlah 90 orang. Sampel

adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel penelitian ini adalah murid

SD yang di ambil dari populasi. Berdasarkan Tabel Krejcie diperoleh besar sampel

sejumlah 73 orang (lampiran 1)

D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kiteria Inklusi :

1. Murid di SDN 01 Pagi kelas IV dan V

2. Bersedia menjadi responden

Kiteria Ekslusi :

1. Murid di SDN 01 Pagi yang bukan kelas IV dan V

2. Murid kelas IV dan V yang tidak masuk pada hari pengambilan Sampel.

3. Tidak mengisi kuisioner dengan lengkap

E. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini data yang digunakan adalah data primer dengan menggunakan alat

kuesioner (lampiran 2)

F. Rancangan Penelitian

14

Page 15: Laporan Penelitian Karies Dentis

Rancangan Penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional ( potongan lintang )

yaitu desain penelitian dengan pengukuran variabel yang dilakukan satu saat hanya

satu kali.

G. Teknik Sampling

Teknik pengambilan Sampel dilakukan secara simple random sampling, yaitu dimana

semua individu mempunyai kesempatan yang sama terpilih sebagai sampel.

Penentuan sampel didasarkan pada hasil undian nomor absen.

H. Variabel penelitian

1. Variabel dependen: kejadian karies dentis

2. Variabel independen:

a. Pengetahuan murid kelas IV dan V

b. Perilaku murid kelas IV dan

I. Definisi operasional

Tabel 2: Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat

Ukur

Hasil Ukur Skala Ukur

Dependen

Kejadian karies dentis

Status karies dentis pada responden

Kuesioner 1. Ya

2. Tidak

Nominal

Independen

1. Karakteristik responden

1) Umur Adalah masa hidup responden (dalam tahun) yang dihitung berdasarkan ulang tahun yang terakhir.

Kuesioner Umur dalam tahun

Numerik

2)

3)

Jenis Kelamin

Pendidikan Orangtua

Jenis kelamin responden

Jenjang pendidikan formal yang pernah

Kuesioner

Kuesioner

1. Laki-laki

2. Perempuan

1. SD

Nominal

Ordinal

15

Page 16: Laporan Penelitian Karies Dentis

ditempuh oleh Orangtua Murid yang dinyatakan dengan ijazah yang sah

2. SLTP

3. SLTA

4. Perguruan

Tinggi

2.2 Pengetahuan Responden

Segala sesuatu yang diketahui responden tentang perawatan gigi dan karies dentis

Kuesioner 1.Baik apabila menjawab 80% pertanyaan dengan benar

2.Kurang apabila menjawab < 80% pertanyaan dengan benar

Ordinal

2.3 Perilaku Responden

Tindakan dan kebiasaan yang dilakukan terkait menggosok gigi

Kuesioner 1. Baik apabila skor 80% sesuai dengan teori

2. Kurang apabila skor < 80% sesuai dengan teori

Ordinal

J. Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data pimer baik untuk variabel independen maupun

variabel dependen. Pengambilan dilakukan dengan cara memberikan kuesioner

langsung kepada murid kelas IV dan V di SDN 01 Pagi Cijantung.

Untuk menjaga kualitas dari data yang diambil maka peneliti secara langsung

memimpin penelitian sejak tahap awal (persiapan) sampai dengan tahap analisis data

dengan rangkaian kegiatan:

1. peneliti memberi penjelasan tentang latar belakang, tujuan, manfaat, pelaksanaan,

kerahasiaan data yang dikumpulkan dan pengertian dari setiap kuesioner

16

Page 17: Laporan Penelitian Karies Dentis

2. murid kelas IV dan V diminta mengisi kuesioner.

3. Memeriksa apakah seluruh butir pertanyaan dalam kuesioner sudah diisi lengkap.

Jika belum, murid yang bersangkutan diminta untuk melengkapinya.

K. Protokol penelitian

Penelitian diawali dengan uji presampling untuk menguji validitas dan reliabilitas

kuesioner. Setelah diperoleh kuesioner yang valid dan reliabel, dilanjutkan dengan

pengambilan data selanjutnya dilakukan analisis data penelitian

Bagan 4. Protokol Penelitian

L. Rencana pengelolahan dan analisis data

1. data yang dikumpulkan diperiksa terlebih dahulu kelengkapan jawabannya bila

terdapat kekurangan dalam pengisian maka subjek penelitian diminta

melengkapinya.

2. pengolahan data

17

Identifikasi perumusan masalah

Perumusan hipotesis

Pembuatan hipotesis

Pengambilan data kepada murid kelas IV dan V di SDN 01 Cijantung

Pengolahan data dengan menggunakan SPSS for window versi 17.0

Hasil

Laporan

Page 18: Laporan Penelitian Karies Dentis

setelah data terkumpul, kemudian dilakukan pengolahan dengan menggunakan

program SPSS 17.0. ada 4 tahapan mengelolah data, yaitu:

a. penyuntingan data (editing)

penyuntingan data dilakukan untuk menghindari adanya kesalahan dalam

pengisian jawaban, kejelasan jawaban dan adanya jawaban yang kosong.

b. penandaan data (coding)

data yang setelah ada setelah dilakukan ketepatan dan kelengkapannya,

kemudian dicoding agar memudahkan dalam proses entry data yang akan

dilakukan.

c. memasukkan data (entry)

data yang telah dicoding kemudian dimasukkan ke dalam format tabulasi

pengolahan data dengan perangkat lunak komputer

d. Cleaning

Pada tahap ini dilakukan pengecekkan kembali data yang sudah di entry

apakah ada kesalahan atau tidak

M. Analisis Data

Data yang diperoleh melalui kuesioner dianalisis dengan menggunakan program

SPSS versi 17.

BAB IV

18

Page 19: Laporan Penelitian Karies Dentis

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PROFIL SDN 01 PAGI CIJANTUNG

SDN (Sekolah Dasar Negeri) 01 Pagi terletak di Jalan Pertengahan Rt 06/07

Cijantung, Pasar Rebo, Jakarta Timur. Sekolah ini berdiri sejak tahun 1968 yang

merupakan sekolah milik Pemerintah Daerah DKI Jakarta. Sebagai salah satu sekolah

milik Pemerintah, SDN 01 Pagi telah memberikan pelayanan Pendidikan kepada

masyarakat umum, khususnya yang bertempat tinggal di daerah Jakarta Timur dan

sekitarnya.

B. HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2010 dan peneliti berhasil

mengumpulkan data sebanyak 73 responden. Pengambilan data dilakukan dengan cara

membagikan kuisioner kepada para responden.

Kuesioner yang telah diisi dicatat dalam tabel dan selanjutnya diolah dengan cara

menghitung distribusi frekuensi dan persentase, untuk mengetahui pengetahuan,

perilaku responden, terhadap hubungannya dengan kejadian karies dentis

1. Analisis Univariat

Karakteristik Responden Penelitian

Responden pada penelitian ini berjumlah 73 murid (total sampling). Berikut

gambaran karakteristik responden menurut usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan

orang tua

1) Usia Murid

19

Page 20: Laporan Penelitian Karies Dentis

Responden berusia antara 9 sampai dengan 12 tahun. Jika

dikelompokkan berdasarkan usia, dapat dilihat distribusi responden pada

diagram 1

Diagram 1. Usia Murid

Pada Diagram 1 dapat dilihat sebagian besar responden (63,01%)

berusia 10 tahun. (Lampiran 4)

20

Page 21: Laporan Penelitian Karies Dentis

2) Jenis Kelamin Murid

Responden terdiri dari Murid laki-laki dan perempuan. Jika

dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, dapat dilihat distribusi responden

pada diagram 2

Diagram 2. Jenis Kelamin

Berdasarkan Diagram 2 dapat diketahui bahwa jenis kelamin murid SD

kelas IV dan V yang terbanyak adalah perempuan sebesar 53,42% .

(Lampiran 4)

21

Page 22: Laporan Penelitian Karies Dentis

3) Tingkat Pendidikan Orang Tua

Pendidikan orang tua dibagi menjadi 4 tingkatan yaitu SD, SLTP,

SLTA, dan Perguruan tinggi. Dari hasil pengumpulan data di dapatkan

distribusi seperti pada diagram 3

Diagram 3. Tingkat Pendidikan Bapak

Pada diagram 3 dapat dilihat sebagian besar pendidikan Orang tua

(Bapak) yang memiliki persentase tertinggi (38,36%) memiliki tingkat

pendidikan SLTA (Lampiran 4)

22

Page 23: Laporan Penelitian Karies Dentis

Diagram 4. Tingkat Pendidikan Ibu

Pada diagram 4 dapat dilihat sebagian besar pendidikan Orang tua (Ibu)

yang memiliki persentase tertinggi (36,62%) memiliki tingkat pendidikan

SLTA (Lampiran 4)

23

Page 24: Laporan Penelitian Karies Dentis

4) Tingkat Pengetahuan Murid

Tingkat Pengetahuan murid dihitung berdasarkan total nilai dari lima

jawaban responden pada kuesioner yang di bagikan.

Diagram 5. Tingkat Pengetahuan Murid

Pada diagram 5 dapat dilihat sebagian besar pengetahuan responden

(71,23%) memiliki tingkat pengetahuan yang baik (Lampiran 4)

24

Page 25: Laporan Penelitian Karies Dentis

5) Tingkat Perilaku Murid

Tingkat Perilaku Murid dihitung perdasarkan total nilai dari lima jawaban

responden pada kuesioner yang dibagikan.

Diagram 6. Tingkat Perilaku Murid

Pada diagram 6 dapat dilihat sebagian besar perilaku responden

(69,86%) memiliki tingkat perilaku yang kurang baik (Lampiran 4)

25

Page 26: Laporan Penelitian Karies Dentis

6) Kejadian Karies

Diagram 7. Kejadian Karies Dentis

Pada diagram 7 dapat dilihat sebagian besar responden (75,3%)

menderita karies dentis. (Lampiran 4)

26

Page 27: Laporan Penelitian Karies Dentis

7) Distribusi Jawaban Responden terhadap Pengetahuan Kesehatan Gigi

dan Mulut

Diagram 8. Pengetahuan 1

Pada diagram 8 dapat dilihat sebagian besar responden (94,52% )

menjawab bahwa gigi berlubang dapat dicegah (Lampiran 4)

27

Page 28: Laporan Penelitian Karies Dentis

Diagram 9. Pengetahuan 2

Pada diagram 9 dapat dilihat 53,42% dari responden menjawab dengan

menyikat gigi teratur dan benar dan 46,58% responden menjawab dengan

mengurangi makanan manis dan lengket (Lampiran 4)

28

Page 29: Laporan Penelitian Karies Dentis

Diagram 10. Pengetahuan 3

Pada diagram 10 dapat dilihat sebagian besar responden (94,52%)

menjawab pagi dan sebelum tidur (Lampiran 4)

29

Page 30: Laporan Penelitian Karies Dentis

Diagram 11. Pengetahuan 4

Pada diagram 11 dapat dilihat sebagian besar responden (97,26%)

menjawab semua permukaan gigi harus disikat. (Lampiran 4)

30

Page 31: Laporan Penelitian Karies Dentis

Diagram 12. Pengetahuan 5

Pada diagram 12 dapat dilihat sebagian besar responden (61,64%)

menjawab dirawat dan ditambal dan sebagian kecil (1,37%) responden menjawab

dibiarkan saja (Lampiran 4)

31

Page 32: Laporan Penelitian Karies Dentis

8) Distribusi Jawaban Responden terhadap Perilaku yang berkaitan

dengan Kesehatan Gigi dan Mulut

Diagram 13. Perilaku 1

Pada diagram 13 dapat dilihat sebagian besar responden (65,75%)

menjawab pernah meskipun tidak sakit gigi dan sebagian kecil responden

(23,29%) menjawab pernah karena sakit gigi (Lampiran 4)

32

Page 33: Laporan Penelitian Karies Dentis

Diagram 14. Perilaku 2

Pada diagram 14 dapat dilihat sebagian besar responden (63,01%)

menjawab ya, setiap 6 bulan atau setahun sekali dan sebagian kecil responden

(9,59%) menjawab tidak pernah (Lampiran 4)

33

Page 34: Laporan Penelitian Karies Dentis

Diagram 15. Perilaku 3

Pada diagram 15 dapat dilihat sebagian besar responden (58,90%)

menjawabmemeriksakan ke dokter dan sebagian kecil responden (1,37%)

menjawab dibiarkan saja (Lampiran 4)

34

Page 35: Laporan Penelitian Karies Dentis

Diagram 16. Perilaku 4

Pada diagram 16 dapat dilihat 43,84% responden menjawab buah-buahan

dan 17,81% responden menjawab kue-kue (Lampiran 4)

35

Page 36: Laporan Penelitian Karies Dentis

Diagram 17. Perilaku 5

Pada diagram 17 dapat dilihat persentase sebagian besar responden

(68,49%) menjawab dengan menggosok gigi secara teratur meski bersih dan

sebagian kecil responden (31,51%) menjawab menggosok gigi apabila gigi kotor

(Lampiran 4)

36

Page 37: Laporan Penelitian Karies Dentis

II. Analisis Bivariat

1. Hubungan antara pengetahuan berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut

dengan kejadian karies dentis

Tabel 3: Tabulasi Silang Hubungan antara Pengetahuan Berkaitan dengan

Kesehatan gigi dan Mulut dengan Kejadian Karies Dentis

P = 0,684

Dari tabel di atas terlihat bahwa murid SD yang paling banyak mengalami

karies dentis yang tingkat pengetahuan baik sebanyak 38 orang (73,1%)

sedangkan pengetahuan kurang sebanyak 17 orang (81,0%). Untuk murid SD

yang tidak mengalami karies dentis dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 14

orang (26,9%) sedangkan pengetahuan kurang sebanyak 4 orang (19,0%).

Hasil uji statistik menunjukan bahwa pearson chi square = 0,684(p>0,05)

dengan kata lain Ho diterima, Ha ditolak, artinya tidak ada hubungan antara

pengetahuan berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian karies

dentis

37

No Pengetahuan

Karies DentisTotal

Ya Tidak

N % N % N %

1 Baik 38 73,1 % 14 26,9 % 52 100%

2 Kurang 17 81,0 % 4 19,0% 21 100%

Page 38: Laporan Penelitian Karies Dentis

2. Hubungan antara perilaku berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut

dengan kejadian karies dentis

Tabel 4 : Tabulasi Silang Hubungan antara Perilaku Berkaitan dengan

Kesehatan Gigi dan Mulut dengan Kejadian Karies Dentis

P = 0,584

Dari tabel di atas terlihat bahwa murid SD yang paling banyak mengalami

karies dentis dengan tingkat perilaku kurang sebanyak 37 orang (72,5%)

sedangkan perilaku baik sebanyak 18 orang (81,8%). Untuk murid SD yang tidak

mengalami karies dentis dengan tingkat perilaku kurang sebanyak 14 orang

(27,5%) sedangkan perilaku baik sebanyak 4 orang (18,2%).

Hasil uji statistik menunjukan bahwa pearson chi square = 0,584 (p>0,05)

dengan kata lain Ho diterima, Ha ditolak, artinya tidak ada hubungan yang

bermakna antara perilaku berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut dengan

kejadian karies dentis.

38

No Perilaku

Karies Dentis

Total

Ya Tidak

N % N % N %

1 Baik 18 81,8 % 4 18,2 % 22 100%

2 Kurang 37 72,5% 14 27,5 % 51 100%

Page 39: Laporan Penelitian Karies Dentis

3. Hubungan antara pengetahuan dengan perilaku yang berkaitan dengan

kesehatan gigi dan mulut

Tabel 5: Tabulasi silang Hubungan antara Pengetahuan dengan Perilaku

yang Berkaitan dengan Kesehatan Gigi dan Mulut

P = 0,303

Dari tabel di atas terlihat bahwa murid SD paling tinggi dengan tingkat

perilaku kurang dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 34 orang (65,4%)

sedangkan tingkat perilaku kurang dengan tingkat pengetahuan kurang sebanyak

4 orang ( 19,0%). Untuk murid SD yang tingkat pengetahuan baik dan tingkat

perilaku baik sebanyak 18 orang (34,6%) sedangkan perilaku baik dengan tingkat

pengetahuan kurang sebanyak 4 orang (18,0%).

Hasil uji statistik menunjukan bahwa pearson chi square = 0,303 (p>0,05)

dengan kata lain hipotesis diterima, artinya tidak ada hubungan yang bermakna

antara pengetahuan dan perilaku tentang kesehatan gigi dan mulut.

39

No Pengetahuan

PerilakuTotal

Baik Kurang

N % N % N %

1 Baik 18 34,6 % 34 65,4 % 52 100%

2 Kurang 4 19,0% 17 81,0 % 21 100%

Page 40: Laporan Penelitian Karies Dentis

C. PEMBAHASAN

I. ANALISIS UNIVARIAT

a). Kejadian Karies Dentis

Berdasarkan hasil kejadian karies dentis didapatkan persentase responden

yang menderita karies dentis sebesar 75,3%. Hal ini serupa dengan hasil

penelitian N. Shelly Cahyadi (1997) pada anak SD kelas VI di Kecamatan

Tanjung Priok Jakarta Utara dengan persentase kejadian karies dentis sebesar

70,9 %

Karakteristik Responden Penelitian

a) Usia Murid

Pada diagram usia murid terlihat persentase sebagian besar responden

sebesar 63,01% berusia 10 tahun. Hal ini sesuai dengan target penelitian, dimana

pada usia tersebut merupakan kelompok usia rentan yang perlu mendapatkan

perhatian karena pada periode tersebut terdapat gigi sulung dan gigi permanen

secara bersamaan dalam mulut (Agtini dkk, 2005). 1,3

b) Jenis Kelamin

Pada diagram jenis kelamin perempuan mendominasi distribusi responden

sebesar 53,42% dan laki-laki sebanyak 46,58%

c) Pendidikan Orangtua

Berdasarkan pengelompokan pendidikan orangtua didapatkan gambaran

responden dengan pendidikan bapak dan ibu tamat SLTA memiliki persentase

tertinggi sebanyak 38,36% dan 35,62% .Hal ini serupa dengan hasil penelitian

yang dilakukan Lindawarni (2009) pada murid SD kelas V dan VI di wilayah

Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang dimana responden dengan

pendidikan orangtua tamat SLTA sebanyak 31,3%.

b). Tingkat Pengetahuan

Pada diagram tingkat pengetahuan menunjukkan sebagian besar responden

berpengetahuan baik dengan persentase sebesar 71,23%. Dari hasil penelitian

Lindawarni (2009) juga menunjukkan tingkat pengetahuan responden yang

baik.sebesar 53,1%.1

Butir pertanyaan 1,3 dan 4 tentang gigi berlubang dapat dicegah, cara dan

waktu menggosok gigi rata-rata sekitar 95% responden menjawab dengan benar.

Artinya pengetahuan responden tentang kesehatan gigi mulut sangat baik karena

40

Page 41: Laporan Penelitian Karies Dentis

sebagian besar responden banyak mendapat informasi mengenai pengetahuan

tersebut baik melalui pelajaran dari orang tua, di sekolah, media cetak maupun

televisi. Peneliti menyimpulkan tingginya pengetahuan tentang kesehatan gigi

dan mulut ini tidak berkaitan dengan kejadian karies dentis karena hasil

menunjukkan bahwa 75,3% responden menderita karies dentis. Artinya walaupun

responden sudah mengetahui bahwa gigi berlubang dapat dicegah, waktu, dan

cara yang baik untuk menggosok gigi tetap saja responden menderita karies

dentis. Hasil ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Linda warni (2009)

dimana pengetahuan respondennya mengenai gigi berlubang dapat dicegah, cara

dan waktu menggosok gigi sangat baik.1,3

Sedangkan pada pengetahuan 2 (cara mencegah gigi berlubang) walaupun

lebih setengah responden (53,42%) mengetahui cara mencegah gigi berlubang

dengan benar yaitu dengan menggosok gigi secara teratur. Namun, hampir

setengah jumlah responden (46,58%) masih salah dalam menjawab mengenai

cara mencegah gigi berlubang. Begitu juga pada pengetahuan 5 dimana jawaban

responden tentang tindakan pada gigi berlubang sudah baik (61,64%) namun

masih ada sebagian responden (38,36%) yang salah dalam menjawab pertanyaan

tersebut.

Hasil pada pengetahuan 2 sedikit berbeda dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Linda warni (2009) dimana hampir 80% respondennya memiliki

pengetahuan yang baik tentang cara mencegah gigi berlubang. Sedangkan pada

hasil penelitian yang dilakukan hampir 50% menjawab tidak tepat tentang cara

mencegah gigi berlubang. Dan pada pengetahuan 5 hasil penelitian berbeda

dengan yang dilakukan oleh Lindawarni (2009) dimana respondennya menjawab

dicabut sedangkan responden penelitian sebagian besar menjawab dirawat dan

ditambal. Hal ini menjelaskan bahwa pengetahuan responden terhadap kesehatan

gigi dan mulut secara umum termasuk sangat baik namun masih kurang dalam

beberapa pengetahuan yang mendetail sehingga masih mungkin diperlukan

adanya tambahan informasi tentang kesehatan gigi dan mulut yang menjelaskan

secara mendalam dan menyeluruh tentang kesehatan gigi dan mulut karena

informasi tentang kesehatan gigi dan mulut yang ada saat ini walaupun sudah

sangat banyak namun cenderung sama dan kurang mendalam.1,3

c). Tingkat Perilaku

41

Page 42: Laporan Penelitian Karies Dentis

Pengetahuan tidak selalu menentukan perilaku (Kejadian Karies Dentis tidak

bisa ditentukan perilaku). Pada diagram tingkat perilaku didapatkan gambaran

sebagian besar responden berperilaku kurang baik dengan persentase sebesar

69,86% . Hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Lindawarni

(2009) didapatkan sebagian responden dengan tingkat perilaku baik sebanyak

61,5%.1

Pada pertanyaan perilaku 2,3 dan 5 sebagian besar responden sudah

berperilaku dengan benar dengan memeriksakan gigi ke dokter setiap enam bulan

atau setahun sekali (63,01%), memeriksakan ke dokter bila giginya kuning, kotor

dan gusi berdarah (58,90%) dan menggosok gigi secara teratur meski bersih

untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut (68,49%). Namun sebagian responden

masih berperilaku kurang tepat (perilaku 2; 36,99%, perilaku 3; 41,1%, perilaku

5; 31,51%). Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Lindawarni

(2009) dimana perilaku respondennya dalam hal pernah atau tidaknya ke dokter

gigi, waktu memeriksa ke dokter gigi serta tindakan jika gigi kuning,kotor dan

gusinya berdarah rata-rata 90% respondennya berperilaku salah.

Menurut Peneliti hal ini menunjukkan bahwa meskipun responden telah

berperilaku benar dengan memeriksakan gigi ke dokter bila giginya kuning, kotor

dan gusi berdarah serta setiap enam bulan atau setahun sekali dan menggosok gigi

secara teratur meski bersih untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut tetap saja

responden menderita karies dentis dimana hasil menunjukkan 75,3% responden

menderita karies dentis. Ditambah lagi dengan cukup banyak responden (rata-rata

dari perilaku 2,3 dan 5 sekitar 35%) yang masih berperilaku kurang tepat.

Peneliti menyimpulkan walaupun perilaku responden sebagian besar sudah

benar namun perilaku itu saja tidak cukup untuk mencegah karies dentis. Karena

pada hasil perilaku 1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden (76,71%)

masih berperilaku salah dimana kebanyakan responden pergi ke dokter gigi hanya

pada saat sakit gigi, dan hanya 23,9% yang tetap kedokter meskipun tidak sakit

gigi. Ini mencerminkan kesadaran responden terhadap kesehatan gigi dan mulut

masih sangat kurang. Dan pada perilaku 4 walaupun 43,84% responden sudah

berperilaku baik dengan memilih memakan buah-buahan selain makanan pokok

(pagi,siang dan malam), namun 56,17% responden masih berperilaku kurang

tepat dengan memilih jajanan (permen, coklat, biskuit) dan kue-kue. Hasil ini

42

Page 43: Laporan Penelitian Karies Dentis

menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden masih berperilaku salah

dalam memilih makanan selingan diantara makanan pokok.

Hasil ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Lindawarni (2009)

dimana lebih dari 50% respondennya juga berperilaku kurang tepat mengenai

cemilan selain makanan pokok dan hal yang dilakukan untuk menjaga kesehatan

gigi dan mulut.1

Peneliti beranggapan, walaupun sebagian besar responden berpengetahuan

baik, namun dengan sarana dan motovasi yang kurang dari orang tua untuk

melakukan perilaku yang berkaitan dengan menjaga kesehatan gigi dan mulut

membuat responden berperilaku kurang, Hal ini bisa dilihat dari latar belakang

pendidikan orang tua yang sebagian besar hanya lulusan SLTA bapak 38,36%,

ibu 35,62%, dan masih banyak orang tua yang hanya lulusan SD bapak 19,18%,

ibu 20,55%, dan SLTP bapak 23,29%, ibu 26,03%. Bagi keluarga berpenghasilan

terbatas serta minimnya perhatian terhadap kesehatan gigi dan mulut anak

berpotensi besar terhadap tingginya angka kejadian karies.

II. ANALISIS BIVARIAT

1. Hubungan antara pengetahuan dan perilaku yang berkaitan dengan

kesehatan gigi dan mulut

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Perilaku yang didasari

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan. Kebiasaan membersihkan gigi dan mulut sebagai bentuk perilaku

yang didasari oleh pengetahuan akan mempengaruhi baik atau buruknya

kebersihan gigi dan mulut, selanjutnya juga akan mempengaruhi angka karies

dentis.

Pada tabel hubungan antara pengetahuan dengan perilaku yang berkaitan

dengan kesehatan gigi dan mulut terlihat bahwa murid SD paling tinggi dengan

tingkat perilaku kurang dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 34 orang

(65,4%) sedangkan tingkat perilaku kurang dengan tingkat pengetahuan kurang

sebanyak 4 orang ( 19,0%). Untuk murid SD yang tingkat pengetahuan baik dan

tingkat perilaku baik sebanyak 18 orang (34,6%) sedangkan perilaku baik dengan

tingkat pengetahuan kurang sebanyak 4 orang (18,0%). Hasil uji statistik

43

Page 44: Laporan Penelitian Karies Dentis

menunjukan bahwa P=0,189 (p>0,05) dengan kata lain Ho diterima, artinya tidak

ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku tentang

kesehatan gigi dan mulut.1

Mengenai hasil hubungan pengetahuan dengan perilaku yang tidak

bermakna ini menurut penulis banyak yang dapat dikaitkan. Dimana pengetahuan

yang baik belum tentu perilaku yang dilakukan baik juga. Hal tersebut terjadi

karena pengetahuan hanyalah sebatas perilaku tertutup, artinya masih terbatas

dalam bentuk perhatian, perasaan, dan persepsi. Sedangkan perilaku merupakan

perilaku terbuka artinya telah dilakukan atau telah dipraktekkan.

2. Hubungan antara pengetahuan berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut dengan

kejadian karies dentis

Berdasarkan hasil tabulasi silang pada tabel 5 hubungan antara pengetahuan

tentang kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian karies dentis menunjukkan

bahwa murid SD yang paling banyak mengalami karies dentis yang tingkat

pengetahuan baik sebanyak 38 orang (73,1%) sedangkan tingkat pengetahuan

kurang sebanyak 17 orang (81,0%). Untuk murid SD ang tidak mengalami karies

dentis dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 14 orang (26,9%) sedangkan

tingkat pengetahuan kurang sebanyak 4 orang (19,0%). Hasil Chi-Square

menunjukan bahwa P = 0,480 (p>0,05) dengan kata lain Ho diterima, artinya

tidak ada hubungan antara pengetahuan berkaitan dengan kesehatan gigi dan

mulut dengan kejadian karies dentis. Hal ini serupa dengan hasil penelitian

Lindawarni (2009) yang menunjukkan tidak adanya hubungan antara

pengetahuan (p= 0.716) mengenai kesehatan gigi dan mulut berkaitan dengan

kejadian karies dentis. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian

oleh Siti Nurbayani (2008) terhadap siswa SD Kecamatan Cibodas menunjukan

bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kejadian

karies dentis. Sebaliknya penelitian yang dilakukan oleh Ariningrum (2006) pada

siswa SD Kecamatan Penjaringan dan Wargiati (2007) menunjukan adanya

hubungan bermakna antara pengetahuan dengan kejadian karies dentis.1

Seseorang yang berpengetahuan baik saja belum cukup untuk

mempengaruhi terjadinya karies dentis apabila pengetahuan tersebut belum

diterapkan dalam perilaku sehari-hari. Diperlukan upaya-upaya untuk memotivasi

44

Page 45: Laporan Penelitian Karies Dentis

murid agar pengetahuan kesehatan gigi yang dimilikinya dapat diwujudkan dalam

perilaku kesehatan giginya sehari-hari.

3. Hubungan antara perilaku berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut

dengan kejadian karies dentis

Tabel 5 hubungan antara perilaku mengenai kesehatan gigi dan mulut yang

berkaitan dengan kejadian karies dentis menunjukkan bahwa murid SD yang

paling banyak mengalami karies dentis dengan tingkat perilaku kurang sebanyak

37 orang (72,5%) sedangkan tingkat perilaku baik sebanyak 18 orang (81,8%).

Untuk murid SD yang tidak mengalami karies dentis dengan tingkat perilaku

kurang sebanyak 14 orang (27,5%) sedangkan tingakat perilaku baik sebanyak 4

orang (18,2%). Berdasarkan hasil uji Chi-Square di dapat p= 0,399 (p>0,05)

dengan kata lain Ho diterima, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara

perilaku berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian karies

dentis. Dengan demikian peneliti menyimpulkan ada faktor lain yang berperan

terhadap kejadian karies dentis. Hal ini sejalan dengan penelitian Hariadi dimana

ada beberapa faktor yang memiliki kontribusi dalam menyebabkan terjadinya

karies gigi pada anak. Faktor lain yang diduga menimbulkan terjadinya karies

gigi adalah perilaku orang tua terutama karena kurangnya pengetahuan orang tua

mengenai kesehatan gigi yang benar. Mereka beranggapan bahwa karies gigi

merupakan suatu hal yang wajar dialami pada anak dan hal ini tidak perlu untuk

terlalu dikhawatirkan dan cenderung dianggap remeh karena jarang

membahayakan jiwa. Masalah kesehatan gigi tidak terlalu penting untuk

diperhatikan dan hanya membuang uang saja sehingga mereka membiarkan anak

mereka jika mengeluh sakit gigi namun jika sudah nampak parah baru mereka

bawa ke klinik gigi. Hal ini seharusnya dapat menjadi perhatian dari tenaga

kesehatan agar dapat memberikan penyuluhan pada masyarakat khususnya pada

para orangtua agar lebih mempedulikan kesehatan gigi anak mereka.1,13

Hasil ini berbeda dengan penelitian Lindawarni (2009) yang menunjukkan

adanya hubungan yang bermakna antara perilaku dengan kejadian karies dentis

diperoleh nilai p= 0,048 (p<0,05). Mengenai hasil hubungan yang bermakna ini

menurutnya sesuai dengan teori aplikatif dimana terdapat hal yang berbanding

terbalik antara perilaku terhadap kejadian karies dentis. Semakin baik perilaku

seseorang maka semakin rendah pula kejadian karies dentisnya. Hal tersebut

45

Page 46: Laporan Penelitian Karies Dentis

dilihat dari apa yang telah dilakukan sesuai dengan tingkatan kesehatan yang

didapat. Sebaliknya jika perilaku tidak baik akan meningkatkan kejadian karies

dentisnya.

4. Keterbatasan Penelitian

Setiap penelitian tidak terlepas dari kemungkinan adanya keterbatasan yang

dapat mempengaruhi kualitas hasil penelitian. Desain cross sectional yang

dipakai pada penelitian ini, menyebabkan setiap subjek penelitian hanya

diobservasi sekali saja sehingga hanya memperoleh gambaran sesaat.

BAB V

46

Page 47: Laporan Penelitian Karies Dentis

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut pada pembahasan

penelitian yang telah dilakukan mengenai pengetahuan dan perilaku murid kelas IV dan V

SDN 01 Pagi Cijantung Jakarta Timur terhadap kejadian karies dentis dengan jumlah sampel

sebanyak 73 murid, Maka dapat di tarik kesimpulan:

1. Sebanyak 75,3 % murid kelas IV dan V SDN 01 Pagi Cijantung Jakarta mempunyai

Karies Dentis.

2. Sebanyak 71,23 % murid kelas IV dan V SDN 01 Pagi Cijantung Jakarta

berpengetahuan baik tentang kesehatan gigi dan mulut.

3. Sebanyak 69,86 % murid kelas IV dan V SDN 01 Pagi Cijantung Jakarta berperilaku

baik berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut.

4. Tidak ada hubungan antara pengetahuan dan perilaku tentang kesehatan gigi dan

mulut (p = 0,303).

5. Tidak ada hubungan antara pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut dengan

kejadian karies dentis (p = 0,684).

6. Tidak ada hubungan antara perilaku yang berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut

dengan kejadian karies dentis (p = 0,584).

B. SARAN

Bagi Murid SDN 01 Pagi Cijantung

Mengupayakan peningkatan kesehatan terutama dalam kesehatan gigi dan mulut

melalui program UKS.

Bagi SDN 01 Pagi Cijantung

Lebih meningkatkan penerapan kesehatan gigi dan mulut dengan cara misalnya:

a. Memfasilitasi kebutuhan dalam kegiatan UKS antara lain bagi tenaga pelaksana

UKS, termasuk guru sekolah yang bertugas dalam kegiatan UKS.

47

Page 48: Laporan Penelitian Karies Dentis

b. Perlunya meningkatkan kembali kegiatan UKS secara berkesinambungan dengan

membuat perencanaan yang baik khususnya dlm kesehatan gigi dan mulut

c. Melaksanakan promosi kesehatan khususnya tentang kesehatan gigi dan mulut

yang berkaitan dengan perilaku murid.

d. Memberikan pengetahuan yang cukup dan memberikan contoh atau sikap yang

baik terhadap kesehatan gigi

e. Membangun komunikasi yang baik dengan orangtua murid supaya ikut andil

dalam menjaga kesehatan gigi anaknya

48

Page 49: Laporan Penelitian Karies Dentis

DAFTAR PUSTAKA

1. Linda Warni. Hubungan Perilaku Murid SD Kelas V Dan VI Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009. Medan. Tahun 2009[Magister thesis]. Medaan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara 2009

2. Karies gigi. Wikipedia. 2010 [update 2010 des 3, cited 2010 des 2010 11;10 WIB] Available from: http://id.wikipedia.org/wiki/Karies gigi

3. Situmorang Tampubolon, Nurmala. Dampak Karies Gigi dan Penyakit Periodontal Terhadap Kualitas Hidup. Medan. 2005

4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI.Laporan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001 :Studi Morbiditas dan Stabilitas.Dalam SUSKERNAS. Jakarta. 2002: 16.

5. World Health Organization. Oral Health Unit. Oral Disease: prevention is better than cure. World Healt Day. Switzerland. Dalam kumpulan makalah seminar sehari dalam rangka hari kesehatan nasional. Jakarta. 1997

6. Axelsson P. Sweden K. Diagnosis and Risk Prediction dental Caries. Vol.2 Chicago Quintessence Publishing Co. Inc. 2000

7. Soekidjo, N. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 20108. Soekidjo Notoatmojo. Pendidikan Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta.

Penerbit Rineka cipta. 20039. Sutopo, Utoyo. Kegiattan Penelitian di Lingkungan Direktorat Kesehatan Gigi

Departemen Kesehatan. Jakarta. 200110. Masdin. Prevalensi dan Keparahan Karies Gigi pada Remaja-remaja berusia 12

sampai 15 tahun yang tinggal di komunitas-komunitas dengan berbagai konsentrasi fluride. Journal of Public Health Dentistry. 2007. [Update: 2010 April 28, cited: 2010 Desember 13.00 WIB]. Available from: http://www.pajjakadoi.co.tv/2010/04prevalensi-dan-keparahan-karies-gigi.html

11. Bryan Veloso. IKGMP 2B:Pemecahan Masalah, Pemilihan Prioritas Masalah Dan Perencanaan Program-Kondisi kesehatan gigi dan mulut murid kelas 4 sekolah dasar negeri Sukamaju [update: 09 Desember 31, cited: 2010 Desember11.00WIB]. available from: http://littleaboutmyworld.wordpress.com/

12. Suhartono, Perhatikan Gigi Kita dan Gigi Siswa-Siswi Kita [Update: 4 Noveber 2008, citied: 2010 Desember 11:00 WIB]. Available from: http://nurulfikri.sch.id/index.php?option=com_content&id=article&id=61:perhatikan-gigi-kita-dan-siswa-siswi-kita&catid=48:kesehatan&kesehatan&Itemid=136

13. Hariadi. Hubungan tingkat pendidikan dan sikap dengan persepsi ibu tentang kejadian karies gigi pada anak sekolah di Desa Sumber Rejo Lembang. Journal of Public Health Dentistry. 2007. [Update: 2010 April 28, cited: 2010 Desember 17 18.00 WIB]. Available from http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=5179

49

Page 50: Laporan Penelitian Karies Dentis

Lampiran 1

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU YANG BERKAITAN DENGAN KESEHATAN GIGI

DAN MULUT PADA MURID SD KELAS IV DAN V TERHADAP KEJADIAN KARIES DENTIS

DI SDN 01 PAGI CIJANTUNG JAKARTA TIMUR

Petunjuk : Pertanyaan pilihan ganda, pilihlah salah satu jawaban dengan memberikan

tanda silang (X) pada jawaban yang tersedia.

Nama :............................................................................Kelas : .....................A. KARAKTERISTIK RESPONDEN

1. Usia : ....... tahun2. Jenis kelamin :

a . Laki-laki b. Perempuan 3. Pendidikan orang tua :

Bapak : a. SD b. SLTP c. SLTA d. Perguruan tinggiIbu : a. SD b. SLTP c. SLTA d. Perguruan tinggi

B. PENGETAHUAN RESPONDEN1. Apakah gigi berlubang dapat dicegah? a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu2. Bagaimana cara mencegah gigi berlubang ? a. Menyikat gigi teratur dan benar b. Mengurangi makanan manis dan lengket c. Tidak tahu3. Kapan sebaiknya menggosok gigi? a. Sesudah makan pagi dan sebelum tidur malam b. Sewaktu mandi c. Tidak tahu4. Bagaimana cara menggosok gigi yang baik dan benar? a. Semua permukaan gigi harus disikat b. Gerakannya harus keras c. Tidak tahu 5. Apa yang sebaiknya dilakukan jika gigi kamu berlubang ? a. Dirawat dan ditambal b. Dicabut c. Dibiarkan saja

C. PERILAKU RESPONDEN 6. Pernahkah kamu ke dokter gigi? a. Pernah meskipun tidak sakit gigi b. Pernah karena sakit gigi c. Tidak pernah 7. Kapan kamu memeriksakan gigi ke dokter gigi? a. Ya, setiap enam bulan atau setahun sekali b. Ya, tidak tentu

50

Page 51: Laporan Penelitian Karies Dentis

c. Tidak pernah8. Apa tindakan kamu jika gigi kamu kuning dan kotor serta gusinya berdarah? a. Memeriksakan ke dokter b. Menyikat gigi c. Dibiarkan saja9. Selain makan pokok (pagi, siang, dan malam) cemilan apa yang kamu sering makan? a. Buah-buahan b. Kue-kue c. Jajanan (permen,coklat,biskuit,dll) c. kurang dari 10. Apa yang kamu lakukan untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut ? a. Menyikat gigi secara teratur meski bersih b. Menyikat gigi apabila gigi kotor c. Tidak perlu menyikat gigi, cukup makan vitamin

E. KEJADIAN KARIES GIGI:

a. Ya b. tidak

51

Page 52: Laporan Penelitian Karies Dentis

Lampiran 2

Table for Determining Sample Size from a Given Population  

Populationsize

  Samplesize

  Populationsize

  Samplesize

  Populationsize

  Samplesize

10   10   220   140   1200   291

15   14   230   144   1300   297

20   19   240   148   1400   302

25   24   250   152   1500   306

30   28   260   155   1600   310

35   32   270   159   1700   313

40   36   280   162   1800   317

45   40   290   165   1900   320

50   44   300   169   2000   322

55   48   320   175   2200   327

60   52   340   181   2400   331

65   56   360   186   2600   335

70   59   380   191   2800   338

75   63   400   196   3000   341

80   66   420   201   3500   346

85   70   440   205   4000   351

90   73   460   210   4500   354

95   76   480   214   5000   357

100   80   500   217   6000   361

110   86   550   226   7000   364

120   92   600   234   8000   367

130   97   650   242   9000   368

140   103   700   248   10000   370

150   108   750   254   15000   375

160   113   800   260   20000   377

170   118   850   265   30000   379

180   123   900   269   40000   380

190   127   950   274   50000   381

200   132   1000   278   75000   382

210   136   1100   285   1000000   384

52

Page 53: Laporan Penelitian Karies Dentis

Lampiran 3

Uji Validitas dan Reliabilitas

A. Pengetahuan

Correlations

Gigi

berlubang

dpt dicegah

Cara

mencegah

gigi

berlubang

waktu

terbaik

menyikat gigi

Cara

menggosok

gigi yang

benar

Yang

sebaiknya

dilakukan

jika gigi

berlubang TotPeng

Gigi berlubang dpt

dicegah

Pearson

Correlation

1 .373* -.023 .558** .489** .756**

Sig. (2-tailed) .042 .905 .001 .006 .000

N 30 30 30 30 30 30

Cara mencegah gigi

berlubang

Pearson

Correlation

.373* 1 .213 .279 .213 .672**

Sig. (2-tailed) .042 .258 .136 .258 .000

N 30 30 30 30 30 30

waktu terbaik

menyikat gigi

Pearson

Correlation

-.023 .213 1 .024 .148 .434*

Sig. (2-tailed) .905 .258 .901 .436 .017

N 30 30 30 30 30 30

Cara menggosok gigi

yang benar

Pearson

Correlation

.558** .279 .024 1 .202 .643**

Sig. (2-tailed) .001 .136 .901 .284 .000

N 30 30 30 30 30 30

53

Page 54: Laporan Penelitian Karies Dentis

Yang sebaiknya

dilakukan jika gigi

berlubang

Pearson

Correlation

.489** .213 .148 .202 1 .649**

Sig. (2-tailed) .006 .258 .436 .284 .000

N 30 30 30 30 30 30

TotPeng Pearson

Correlation

.756** .672** .434* .643** .649** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .017 .000 .000

N 30 30 30 30 30 30

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.622 5

54

Page 55: Laporan Penelitian Karies Dentis

2. Perilaku

Correlations

Gigi

berlubang

dpt dicegah

Cara

mencegah

gigi

berlubang

waktu terbaik

menyikat gigi

Cara

menggosok

gigi yang

benar

Yang

sebaiknya

dilakukan

jika gigi

berlubang TotPeng

Gigi berlubang dpt

dicegah

Pearson

Correlation

1 .373* -.023 .558** .489** .756**

Sig. (2-tailed) .042 .905 .001 .006 .000

N 30 30 30 30 30 30

Cara mencegah gigi

berlubang

Pearson

Correlation

.373* 1 .213 .279 .213 .672**

Sig. (2-tailed) .042 .258 .136 .258 .000

N 30 30 30 30 30 30

waktu terbaik menyikat

gigi

Pearson

Correlation

-.023 .213 1 .024 .148 .434*

Sig. (2-tailed) .905 .258 .901 .436 .017

N 30 30 30 30 30 30

Cara menggosok gigi

yang benar

Pearson

Correlation

.558** .279 .024 1 .202 .643**

Sig. (2-tailed) .001 .136 .901 .284 .000

N 30 30 30 30 30 30

55

Page 56: Laporan Penelitian Karies Dentis

Yang sebaiknya

dilakukan jika gigi

berlubang

Pearson

Correlation

.489** .213 .148 .202 1 .649**

Sig. (2-tailed) .006 .258 .436 .284 .000

N 30 30 30 30 30 30

TotPeng Pearson

Correlation

.756** .672** .434* .643** .649** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .017 .000 .000

N 30 30 30 30 30 30

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.622 5

56

Page 57: Laporan Penelitian Karies Dentis

57

Page 58: Laporan Penelitian Karies Dentis

58

Page 59: Laporan Penelitian Karies Dentis

59

Page 60: Laporan Penelitian Karies Dentis

Lampiran 5

Univariat

Kejadian Karies Dentis

Kejadian karies

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Ya 55 75.3 75.3 75.3

Tidak 18 24.7 24.7 100.0

Total 73 100.0 100.0

60

Page 61: Laporan Penelitian Karies Dentis

Karakteristik Responden

Umur peserta didik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 9 18 24.7 24.7 24.7

10 46 63.0 63.0 87.7

11 7 9.6 9.6 97.3

12 2 2.7 2.7 100.0

Total 73 100.0 100.0

61

Page 62: Laporan Penelitian Karies Dentis

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Laki-Laki 34 46.6 46.6 46.6

Perempuan 39 53.4 53.4 100.0

Total 73 100.0 100.0

62

Pendidikan bapak

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SD 14 19.2 19.2 19.2

SLTP 17 23.3 23.3 42.5

SLTA 28 38.4 38.4 80.8

PT 14 19.2 19.2 100.0

Total 73 100.0 100.0

Page 63: Laporan Penelitian Karies Dentis

63

Pendidikan Ibu

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SD 15 20.5 20.5 20.5

SLTP 19 26.0 26.0 46.6

SLTA 26 35.6 35.6 82.2

PT 13 17.8 17.8 100.0

Total 73 100.0 100.0

Page 64: Laporan Penelitian Karies Dentis

Pengetahuan Responden

Gigi berlubang dpt dicegah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid salah 11 15.1 15.1 15.1

benar 62 84.9 84.9 100.0

Total 73 100.0 100.0

Cara mencegah gigi berlubang

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid salah 25 34.2 34.2 34.2

benar 48 65.8 65.8 100.0

Total 73 100.0 100.0

Yang sebaiknya dilakukan jika gigi berlubang

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid salah 28 38.4 38.4 38.4

benar 45 61.6 61.6 100.0

Total 73 100.0 100.0

64

waktu terbaik menyikat gigi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid salah 9 12.3 12.3 12.3

benar 64 87.7 87.7 100.0

Total 73 100.0 100.0

Page 65: Laporan Penelitian Karies Dentis

KlasPeng

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Baik 52 71.2 71.2 71.2

Kurang 21 28.8 28.8 100.0

Total 73 100.0 100.0

65

Cara menggosok gigi yang benar

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid salah 8 11.0 11.0 11.0

benar 65 89.0 89.0 100.0

Total 73 100.0 100.0

Page 66: Laporan Penelitian Karies Dentis

Perilaku Reponden

Kedokter gigi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid salah 53 72.6 72.6 72.6

benar 20 27.4 27.4 100.0

Total 73 100.0 100.0

Waktu memeriksakan gigi kedokter

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid salah 27 37.0 37.0 37.0

benar 46 63.0 63.0 100.0

Total 73 100.0 100.0

66

Page 67: Laporan Penelitian Karies Dentis

Jika gigi kuning dan kotor serta gusi berdarah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid salah 29 39.7 39.7 39.7

benar 44 60.3 60.3 100.0

Total 73 100.0 100.0

Yang sering dimakan selain makanan pokok

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid salah 42 57.5 57.5 57.5

benar 31 42.5 42.5 100.0

Total 73 100.0 100.0

Yang dilakukan untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid salah 24 32.9 32.9 32.9

benar 49 67.1 67.1 100.0

Total 73 100.0 100.0

67

Page 68: Laporan Penelitian Karies Dentis

KlasPer

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Baik 22 30.1 30.1 30.1

Kurang 51 69.9 69.9 100.0

Total 73 100.0 100.0

Lampiran 6: Bivariat

68

Page 69: Laporan Penelitian Karies Dentis

KlasPeng * Kejadian karies Crosstabulation

Kejadian karies

TotalYa Tidak

KlasPeng Baik Count 38 14 52

Expected Count 39.2 12.8 52.0

Kurang Count 17 4 21

Expected Count 15.8 5.2 21.0

Total Count 55 18 73

Expected Count 55.0 18.0 73.0

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .499a 1 .480

Continuity Correctionb .165 1 .684

Likelihood Ratio .518 1 .472

Fisher's Exact Test .561 .350

Linear-by-Linear Association .493 1 .483

N of Valid Cases 73

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.18.

b. Computed only for a 2x2 table

69

Page 70: Laporan Penelitian Karies Dentis

KlasPer * Kejadian karies Crosstabulation

Kejadian karies

TotalYa Tidak

KlasPer Baik Count 18 4 22

Expected Count 16.6 5.4 22.0

Kurang Count 37 14 51

Expected Count 38.4 12.6 51.0

Total Count 55 18 73

Expected Count 55.0 18.0 73.0

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .711a 1 .399

Continuity Correctionb .299 1 .584

Likelihood Ratio .740 1 .390

Fisher's Exact Test .557 .298

Linear-by-Linear Association .701 1 .402

N of Valid Cases 73

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.42.

b. Computed only for a 2x2 table

70

Page 71: Laporan Penelitian Karies Dentis

KlasPeng * KlasPer Crosstabulation

KlasPer

TotalBaik Kurang

KlasPeng Baik Count 18 34 52

Expected Count 15.7 36.3 52.0

Kurang Count 4 17 21

Expected Count 6.3 14.7 21.0

Total Count 22 51 73

Expected Count 22.0 51.0 73.0

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 1.722a 1 .189

Continuity Correctionb 1.062 1 .303

Likelihood Ratio 1.821 1 .177

Fisher's Exact Test .263 .151

Linear-by-Linear Association 1.698 1 .193

N of Valid Cases 73

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.33.

b. Computed only for a 2x2 table

71

Page 72: Laporan Penelitian Karies Dentis

72

Page 73: Laporan Penelitian Karies Dentis
Page 74: Laporan Penelitian Karies Dentis

74