laporan pendahuluan tbc
TRANSCRIPT
TUBERKULOSIS
A. DEFENISI
Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas
perantara sel-sel efektornya adalah makrofag, sedangkan lymposit adalah sel
imunoresponsif nya. ( Prince, Sylvia Anderson, 1995 : 754 )
Tuberkulosis (TBC) adalah suatu penyakit infeksi yang dapat mengenai
paru-paru manusia yang disebabkan oleh kuman atau basil yaitu Mycobacterium
Tuberculosis (Asril Bahar, 1996).
B. ETIOLOGI
TBC yang lebih dikenal dengan TB Paru disebabkan oleh Mycobacterium
Tuberculosis :
- Merupakan basil tahan asam
- Kuman ini merupakan organisme patogen (dapat menimbulkan penyakit)
dan saprofit yang berukuran 0,3 – 0,6 u m x 1 – 4 um
- Kuman dapat bertahan dalam udara kering maupun dalam udara dingin
(dapat tahan bertahun dalam lemari es). Basil TB sangat rentan terhadap
sinar matahari ( cahaya ultraviolet ), terhadap panas ( suhu 1000 C ) dan
mati dalam beberapa menit bila terkena alkohol 70 % atau lisol 5 %.
- Sifat lain dari kuman adalah aerob dimana kuman lebih menyenangi
jaringan yang tinggi dalam jaringan kuman hidup sebagai parasit
intraseluler yaitu dalam sitoplasma makrofag.
- Basil TB memerlukan waktu mitosis 12-24 jam, hal ini memungkinkan
pemberian obat secara intermitten ( 2-3 kali sehari)
C. PATOFISIOLOGI
Bakteri mycobacterium tuberculosis masuk ke dalam tubuh manusia
melalui tiga jalan masuk (port de entry) yaitu : saluran pernapasan, saluran
pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberkulosis terjadi
melalui udara (airborne), yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman
basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi. Proses perkembangan basil
tuberkle dapat dibedakan dalam 2 tahap yaitu :
(a) Tuberkulosis Primer
(b) Tuberkulosis Post Primer
1. TUBERKULOSIS PRIMER
Pertama kali terinfeksi basil TB disebut sebagai infeksi TB Paru Primer
Penularan terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan sehingga droplet
keluar. Bila droplet itu terhisap maka basil dapat masuk ke dalam alveolus.
Setelah berada didalam ruang alveolus, basil tuberkel ini membangkitkan reaksi
peradangan. Leukosit Polimonuklear tampak pada tempat tersebut dan
memfagosit bakteri namun tidak membunuh organisme tersebut. Sesudah hari
pertama maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang dan
mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia. Zat pada kuman yang
musnah akan menyebabkan makrofag jernih sehingga menyerupai sel epitel. Sel
ini akan berkelompok membentuk tonjolan kecil yang disebut tuberkel. Limfosit
dan mengelilingi tuberkel kira-kira 10-20 hari yang disebut lesi primer atau Fokus
Ghon.
Dari lesi primer, basil akan menjalar menuju hilus melalui saluran getah
bening (limfangitis lokal) dan diikuti pembesaran getah bening, disebut kelompok
primer atau kompleks Ghon yang dapat :
Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan bekas.
Sembuh dengan sisa fibrosis, kalsifikasi atau komplek Gon yang berisi
kuman “ Dorman dan dapat menyebabkan kambuhnya TB Paru
Berkomplikasi dan menyebar secara :
a. Langsung, menginfiltrasi jaringan sekitarnya
b. Secara bronkogen pada paru yang sama atau paru lainnya
c. Secara limfogen
d. Secara Hematogen
2. TUBERKULOSIS POST PRIMER
Kuman yang dorman dapat muncul bertahun-tahun kemudian sebagai
infeksi endogen menjadi tuberkulose dewasa. Kuman TB yang berada pada lesi
primer, karena faktor yang dapat menimbulkan berulangnya infeksi, seperti
adanya infeksi laten dan penurunan daya tahan tubuh, membuat lesi primer
meluas dimana granulama berkembang menghancurkan jaringan disekitarnya dan
bagian tengahnya mengalami nekrosis membuat jaringan keju. Bila jaringan
tersebut keluar akan terjadi cavitas. Kavitas mula-mula berdinding tipis yang akan
menebal menjadi cavitas sklerotik. Kavitas dapat dilewati cabang arteri
pulmanalis, sehingga dapat menimbulkan hemoptisis bila terjadi erosi pada
pembuluh tersebut, kapitas dapat :
- Meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumonia baru
- Memadat dan membungkus diri menjadi tuberkuloma yang mengapur
- Bersih dan menyembuh disebut Open Healed Cavity
D. KLASIFIKASI TUBERKULOSIS
Pada tahun 1974 American Thoracis Society memberikan klasifikasi
Kategori O : Tidak pernah terpapar dan tidak terinfeksi, riwayat kontak
(-) tes tuberkulin (-)
Kategori I : Terpapar tuberkulosis tapi tidak terbukti ada infeksi,
riwayat kontak (+), tes tuberkulin (-)
Kategori II : Terinfeksi tuberkulosis, tapi tidak sakit, tes tuberkulin ,
Radiologis dan sputum (-).
Kategori III : Terinfeksi tuberkulosis dan sakit.
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Keluhan Umum
Malaise, anoreksia, badan menjadi kurus, cepat lelah.
2. Keluhan Karena Infeksi Kronik
Demam karena adanya inflamasi bronkus, biasanya subfebris, tetapi kadang-
kadang mencapai 40-41oC yang hilang timbul, sehingga penderita merasa
tidak pernah terbebas dari demam. Merupakan gejala pertama dari TB paru
yang biasa timbul pada sore dan malam hari disertai berkeringat pada malam
hari.
3. Keluhan Karena Proses Patologik Di Paru atau Pleura
o Batuk
Terjadi karena iritasi bronkus. Batuk diperlukan untuk membuang produk
radang keluar. Dapat timbul di awal serangan atau setelah penyakit
berkembang dalam jaringan paru. Sejak batuk dimulai dari non produktif
menjadi produktif. Keadaan. Keadaan lanjut adalah batuk darah
(Hemoptoe). Batuk darah terjadi akibat pecahnya pembuluh
darah/aneurisma pada dinding kavitas atau dapat terjadi karena ulserasi
pada mukosa bronkus
o Sesak Napas
Pada awalnya sesak belum dirasakan, namun pada penyakit yang telah
lanjut, dimana infiltrasi sudah setengah bagian paru, sesak napas sering
terjadi.
o Nyeri Dada
Jarang ditemukan, kecuali bila timbul pleuritis
4. Pemeriksaan Fisik
o Pada auskultasi ditemukan ronchi basah halus, jika proses infiltratif makin
meluas dan menebal didapatkan fremitus yang menguat, dengan redup
pada perkusi, suara napas bronkial serta bronkhoponi yang menguat.
o Bila sudah terjadi kavitas, akan ditemukan gejala kavitas berupa timpani
pada perkusi yang disertai suara napas amforis. Bila terjadi atelektasis
suara napas setempat akan melemah sampai hilang sama sekali.
o Kelainan-kelainan yang ditemukan pada TB sangat variabel, baik jenis,
intensitas, jumlah maupun tempat ditemukannya.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto Thorak
Menujukkan lesi awal pada daerah paru atas (apeks paru), tetapi dapat pula
mengenai lobus atau daerah halus.
Karaktersitik radiologik yang menunjang diagnosis selain diatas adalah :
a. Bayangan yang berawan (potchy) atau bergerak (noduler)
b. Adanya kavitas, tunggal atau ganda
c. Adanya kalsifikasi
d. Bayangan yang menetap atau relatif menetap setelah beberapa minggu
e. Bayangan milier
Pemeriksaan Laboratorik
Dapat ditemukan :
a. Anemia, terutama bila penyakit berjalan menahun
b. Leukositosis ringan dengan predominasi limfosit
c. Laju Endap Darah (LED) meningkat terutama pada fase akut dan
umumnya nilai-nilai tersebut kembali normal pada tahap
penyembuhan
Pemeriksaan Bakteriologik (Sputum )
Merupakan pemeriksaan diagnostik terpenting dalam program
pemberantasan TB. Pada pemeriksaan pertama sebaiknya 3 kali
pemeriksaan dahak :
“ Ditemukan BTA bila sekurang-kurangnya ada 3 batang kuman pada
sediaan dalam 3 kali pemeriksaan dengan pewarnaan Ziehl Nelson “
Tes Tuberkulin
Dengan menyuntikan Tuberkulin (PPD) sebanyak 0,1 ml yang
mengandung 5 unit tuberkulin secara intrakutan pada 1/3 bagian atas
permukaan kolar lengan bawah setelah kulit dibersihkan dengan alkohol.
Bila disuntikan dengan tepat maka terbentuk gelombang berdiameter
6 – 10 mm, yang menyerupai gigitan nyamuk.
Reaksi timbul setelah 48 – 72 jam tuberkulin disuntikkan, timbul indurasi
kemerahan yang terdiri dari infiltrat limfosit yaitu reaksi senyawa antibodi
seluler dan antigen tuberkulin
Indurasi 0 – 5 mm = Negatif
6 – 0 mm = Meragukan
10 – 15 mm = Positif
G. PENGOBATAN
1. Bakterisidal : streptomycin, isoniazid, rifampicyn, pirazinamid.
2. Bakteriostatik : ethambutol, ethionamid dan PAS
No Regimen ( dosis biasa ) Keterangan
1. Isoniazid (300 mg) dan rifampisin
(600 mg)/hari selama 9-12 bulan
Terapi efektif untuk pengobatan awal
pada pasen yang tidak dicurigai
terdapat resistensi obat.
2. Isoniazid (300mg) dan ethambutol
(15 mg/kg BB)/hari selama 12-18
bulan.
Regimen efektif yang paling kurang
toxicnya.
3. Isoniazid (300mg) dan tiosetazon
(150 mg/hari) selama 12-18 bulan.
Streptomycin (0,75-1 g) dapat
ditambahkan perhari selama
8 minggu.
Regimen efektif yang paling murah
4. Isoniazid (300mg), rifampizin
(600mg), pirazinamid (2 g) dengan
atau tanpa streptomycin (1 g) atau
ethambutol (15 mg/kgBB)/hari
selama 2 bulan diikuti oleh salah
satu yang berikut ini :
a. Isoniazid(300 mg), rifampizin
(600 mg )/ hari selama 4 bulan.
b. Isoniazid (300 mg), rifampizin
(600 mg), dan streptomycyn
(1 g) 2 x seminggu selama 6
bulan.
c. Isoniazid (300 mg) dan
Fase intensif awal untuk regimen
jangka pendek yang terbukti efektif
pada pengawasan pasen yang ketat.
Cocok untuk terapi yang sepenuhnya
diawasi
Murah
tiosetazon (150 mg)/ hari
selama 6 bulan
5. Isoniazid (300 mg) dan rifampizin
(600 mg/hari) selama 1 bulan
diikuti isoniazid (900 mg) dan
rifampisin (600 mg) 2x /minggu
selama 8 bulan
Efektifitas terbukti pada pengobatan
rawat jalan di Arkansas. Belum di uji
klinis
H. KOMPLIKASI
1. Dini
Pleuritis, effusi pleura, empiema, laringitis menjalar ke fungsi organ lain.
2. Lanjut
Obstruksi jalan napas, kerusakan faring yang berat, amiloidosis karsinoma
paru dan sindroma gagal napas dewasa.
I. ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN TB PARU
PENGKAJIAN
a. Identitas klien
b. Riwayat kesehatan dahulu
Pernah mengalami penyakit kronis, infeksi saluran napas atas, malnutrisi atau
kontak dengan anggota keluarga dengan TB paru.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada keluarga yang mengalami penyakit yang sama.
d. Riwayat kesehatan sekarang
Aktivitas/Istirahat
Gejala : Kelemahan Umum, napas pendek karena kerja, kesulitan
tidurpada malam atau demam malam hari, menggigil dari/atau
keringat.
Tanda : Takikardia, takipnea/dispnea pada kerja, kelemahan otot, nyeri
dan sesak (tahap lanjut)
Integritas Ego
Gejala : Adanya/faktor stress lama, masalah keuangan/lemah, perasaan
tidak berdaya/tidak ada harapan, populasi budaya/Etnik,
Amerika Asli, Imigran dari Amerika Tengah, Asia Tenggara
Tanda : Menyangkal (khususnya selama tahap dini, ansietas, ketakutan,
mudah terangsang
Makanan/cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, tak dapat mencerna, penurunan berat
badan
Tanda : Turgor kulit buruk, kering/kulit berisik, kehilangan otot/hilang
lemak subkutan
Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang
Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit , perilaku distraksi, gelisah
Pernapasan
Gejala : Batuk, produktif atau non produktif , napas pendek.
Tanda : Peningkatan frekuensi pernapasan (penyakit luas atau fibrosis
parencim paru dan pleura, pengembangan napas tidak simetri
(effusi pleural), perkusi pekak dan penurunan fremitus (Cairan
pleural dasn penebalan pleural ), bunyi napas menurun/tidak ada
secara bilateral atau unilateral (effusi peleural/pneumothorak),
bunyi napas tubuler dana untuk bisikan plektoral diatas lesi luas,
krekels tercatat, diatas Apek Paru selama inspirasi cepat setelah
batuk pendek (krekels posttussic), karaktersitik sputum :
hijau/purulen, mukoid kuning dan bercak darah, deviasi trakeal
(penyebaran bronkogenik).
Keamanan
Gejala : Adanya kondisi penekanan imun
Tanda : Demam rendah atau sakit panas akut
Interaksi Sosial
Gejala : Perasaan isolasi/Penolakkan karena penyakit menular, perubahan
pola biasa dalam tanggung jawab/perubahan kapasitas fisik utnuk
melaksanakan peran.
Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga TB, ketidakmampuan umum/status kesehatan
buruk, gagal untuk membaik/kambuhnya TB, tidak
berpartisipasi dalam terapi
Rencana Pemulangan :
Memerlukan bantuan dalam terapi obat, bantuan perawatan diri dan
perwatakkan di rumah.
e. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : kesadaran, gizi, tampilan.
Tanda-tanda vital
Pengkajian Thorax dan paru-paru :
Inspeksi : Pernapasan takipnea, peningkatan kerja otot aksesori
pernapasan, kesimetrisan bentuk dada dan adanya sputum
dan haemaptoe
Palpasi : fremitus menguat pada daerah infiltratif
Perkusi : terdengar redup
Auskultasi : ronki basah halus, waktu inspirasi dalam yang diikuti dengan
ekspirasi dan terdengar didaerah lesi terutama di puncak
paru
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas b/d penurunan permukaan efektif paru,
atelektasis, kerusakan membran alveolar – kapiler, Sekret kental dan tebal,
edema Bronkial (Doenges, ME : 245).
2. Bersih jalan napas tidak efektif b/d sekret kental atau sekret darah,
kelemahan, edema tracheal/faringeal (Doenges, ME : 244)
3. Perubahan Nutrisi : Kurang dari kebuthan tubuh b/d kelemahan, sering
batuk/produksi sputum : dispnea, Anoreksia (Doenges, ME, 246)
4. Resiko tinggi penyabaran infeksi b/d pertahanan Primer tidak adekuat,
penurunan kerja silia, kerusakan jaringan, malnutrisi, terpajan lingkungan,
kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan patogen.
5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan dan pencegahan
b/d kurang terpajan pada informasi, keterbatasan konginif, informasi yang
tidak akurat/lengkap (Doenges, ME : 247).
6. Gangguan rasa nyaman : peningkatan suhu tubuh b/d proses peradangan
7. Gangguan pola tidur dan istirahat b/d batuk yang yang sering
8. Intoleransi aktifitas b/d kelemahan fisik