laporan pendahuluan gea

14
LAPORAN PENDAHULUAN GASTROENTERITIS AKUT (GEA) A. PENGERTIAN Gastroenteritis atau diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir (Prof. Sudaryat, dr.SpAK, 2007). Gastroenteritis atau diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, dimulai dengan peningkatan volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah (Hidayat AAA, 2006). Dapat disimpulkan Gastroenterits atau diare akut adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan pathogen,yang di tandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), Diare juga dapat terjadi pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah. B. ETIOLOGI 1. Faktor infeksi

Upload: budd

Post on 11-Jan-2016

87 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

in i dia

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pendahuluan Gea

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTROENTERITIS AKUT (GEA)

A. PENGERTIAN

Gastroenteritis atau diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi

defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair),

dengan/tanpa darah dan/atau lendir (Prof. Sudaryat, dr.SpAK, 2007).

Gastroenteritis atau diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal

atau tidak seperti biasanya, dimulai dengan peningkatan volume, keenceran serta frekuensi lebih

dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah

(Hidayat AAA, 2006).

Dapat disimpulkan Gastroenterits atau diare akut adalah inflamasi lambung dan usus

yang disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan pathogen,yang di tandai dengan bertambahnya

frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja

(menjadi cair), Diare juga dapat terjadi pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat dan pada

neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah.

B. ETIOLOGI

1. Faktor infeksi

Infeksi internal adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab

utama diare pada anak, infeksi internal, meliputi:

Infeksi bakteri

Vibrio, E. Coli, salmonella, shigella, campylobacter, yersinia, aeromonas dan

sebagainya.

Infeksi virus

entrovirus (virus ECHO), coxsackie, poliomyelitis, adenovirus, rotavirus, astovirus

dan lain-lain.

Infeksi parasit

Cacing, protozoa, dan jamur.

Page 2: Laporan Pendahuluan Gea

2.    Faktor malabsorbsi

Malabsorbsi karbohidrat: disakarida, monosakarida pada bayi dan anak, malabsorbsi lemak,

malabsorbsi protein.

3.    Faktor makanan

      Makanan basi beracun dan alergi makanan.

4.    Faktor kebersihan

 Penggunaan botol susu, air minum tercemar dengan bakteri tinja, tidak mencuci  tangan

ses  udah buang air besar, sesudah membuang tinja atau sebelum mengkonsumsi makanan.

5.    Faktor psikologi

Rasa takut dan cemas dapat menyebabkan diare karena dapat merangsang peningkatan

peristaltik usus.

C. PATOFISIOLOGI

Sebagian besar diare akut di sebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang terjadi karena

infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan sekresi

dan reabsorbsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi,gangguan keseimbangan elektrolit

dan gangguan keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi pada sel epitel, penetrasi ke lamina

propia serta kerusakan mikrovili yang dapat menimbulkan keadaan maldigesti dan

malabsorbsi,dan apabila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat

mengalami invasi sistemik.

Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotavirus, Adenovirus enteris,

Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherichia coli, Yersinia dan

lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini

menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau sitotoksin dimana merusak

sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis akut. Penularan Gastroenteritis bisa

melalui fekal-oral dari satu penderita ke yang lainnya.

Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang

terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic (makanan

yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat

Page 3: Laporan Pendahuluan Gea

sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus,isi rongga usus berlebihan

sehingga timbul diare).

Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi

air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan moltilitas usus yang

mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah

kehilangan air dan elektrolit (Dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis

Metabolik dan Hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia

dangangguan sirkulasi darah.

D.   TANDA DAN GEJALA

1.    Diare.

2.    Muntah.

3.    Demam.

4.     Nyeri abdomen

5.    Membran mukosa mulut dan bibir kering

6.    Fontanel cekung

7.    Kehilangan berat badan

8.    Tidak nafsu makan

9.    Badan terasa lemah

E.   KLASIFIKASI

Diare dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Ditinjau dari ada atau tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan:

a. Diare infeksi spesifik : tifus dan para tifus, staphilococcus disentri basiler, dan Enterotolitis.

b. Diare non spesifik : diare dietetis.

2. Ditinjau dari organ yang terkena infeksi diare :

a.Diare infeksi enteral atau infeksi di usus, misalnya: diare yang ditimbulkan oleh

bakteri,virus  dan parasit.

b. Diare infeksi parenteral atau diare akibat infeksi dari luar usus, misalnya: diare karena

bronkhitis.

Page 4: Laporan Pendahuluan Gea

3.    Ditinjau dari lama infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan yaitu:

a. Diare akut : Diare yang terjadi karena infeksi usus yang bersifat mendadak, berlangsung

cepat dan berakhir dalam waktu 3 sampai 5 hari. Hanya 25% sampai 30% pasien yang

berakhir melebihi waktu 1 minggu dan hanya 5 sampai 15% yang berakhir dalam 14 hari.

b. Diare kronik, ádalah diare yang berlangsung 2 minggu atau lebih (Sunoto, 1990).

F. PATOFISIOLOGI

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya Gastroenteritis adalah dehidrasi yang

disebabkan karena makanan terkontaminasi dengan mikroorganisme dan ikut masuk ke dalam

saluran pencernaan sehingga menyebabkan iritasi pada mukosa lambung sehingga makanan tidak

dapat diabsorbsi dan keluar melalui kolon yang berbentuk cair.

Yang kedua karena gangguan keseimbangan asam-basa, hal ini terjadi karena : 

1.    kehilangan Na-bikarbonat bersama tinja

2.    adanya ketosis kelaparan

3.    terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan

4.    produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh

ginjal

5.    pemindahan ion Na dari cairan ekstra seluler ke dalam cairan intra seluler.

Hipoglikemia adalah kekurangan glikogen dalam tubuh yang disebabkan oleh kerusakan sel-sel

dan penurunan konsentrasi glukosa serum, insulin, dan hormon pertumbuhan. Gejalanya antara

lain : lemas, apatis, peka rangsang, tremor, berkeringat, pucat, syok, dan kejang sampailama.

Gangguan gizi disebabkan karena : 

a.    makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah yang bertambah

berat

b.    walaupun susu diteruskan sering diberikan dengan pengenceran dan susu encer diberikan

terlalu lama

c.    makanan yang diberikan tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena

hiperperistaltik

Gangguan sirkulasi darah berupa syok hipovilemik akibat perfusi jaringan berkurang dan terjadi

hipoksia, asidisis bertambah berat dan mengakibatkan perdarahan dalam otak.

Page 5: Laporan Pendahuluan Gea

Faktor infeksi virus, bakteri, dan parasit masuk kedalam tubuh manusia melalui makanan dan

minuman yang tercemar, tertelan lalu masuk kedalam lambung yang akan dinetralisir oleh asam

lambung. Mikroorganisme akan mati atau bila jumlahnya banyak maka akan ada yang lolos

sampai usus duabelas jari (duodenum) dan akan berkembangbiak di usus halus bakteri

memproduksi enzim mucinosa yang akan berkembangbiak di usus halus. Bakteri memproduksi

enzim mucinosa yang mana mencairkan cairan lendir sel epitel. Di dalam membrane bakteri

mengeluarkan sehingga penyerapan makanan/ air terganggu terjadilah hipersekresi sehingga

terjadilah diare.

Faktor non infeksi (malabsorbsi) merupakan makanan yang tidak dapat diserap oleh lambung

yang terdapat keseimbangan mikrofora melalui prses fermentasi, mikroflora usus metabolisme

berbagai macam substrat terutama komponen dari diet dengan hasi akhir asam lemak dan gas

sehingga tekanan osmotik dari rongga usus meningkat dan terjadi perpindahan cairan dari rongga

usus yang berakibat mobilitas usus meningkat sehingga menimbulkan diare.

Faktor psikologi (takut dan cemas) menyebabkan pengeluaran hormon adrenalin meningkat dan

akan mempengaruhi kerja saraf parasimpatik sehingga terjadi hiperperistaltik yang akhirnya

timbul diare. (Ngastiyah, 2006 ; Mansjoer, 2000).

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.    Pemeriksaan laboratorium.

2.    Pemeriksaan tinja.

3.    Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup,bila memungkinkan

dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup,bila memungkinkan.

4.    Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi ginjal.

5. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum (EGD) untuk mengetahui jasad renik atau parasite

secara kuantitatif,terutama dilakukan pada penderita diare kronik.

6.    Pemeriksaan radiologis seperti sigmoidoskopi, kolonoskopi dan lainnya biasanya tidak

membantu untuk evaluasi diare akut infeksi.

Page 6: Laporan Pendahuluan Gea

H.  PENATALAKSANAAN

1.  Terapi Cairan

Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita diare, harus

diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a.    Jumlah cairan : jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan

1). Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah PWL (Previous Water

Losses) ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urin dan pernafasan

NWL (Normal Water Losses).

2). Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung CWL

(Concomitant water losses) (Suharyono dkk., 1994 dalam Wicaksono, 2011)

Ada 2 jenis cairan yaitu:

1) Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh WHO-ORS, tiap 1 liter

mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L, Karbohidrat 20 g/L, Kalori 85 cal/L. Elektrolit yang

dikandung meliputi sodium 90 mEq/L, potassium 20 mEq/L, Chloride 80 mEq/L, bikarbonat

30 mEq/L (Dipiro et.al., 2005). Ada beberapa cairan rehidrasi oral:

Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3 dan glukosa, yang dikenal

dengan nama oralit.

Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-komponen di atas misalnya: larutan

gula, air tajin, cairan-cairan yang tersedia di rumah dan lain-lain, disebut CRO tidak

lengkap.

2) Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagai cairan rehidrasi parenteral

tunggal. Selama pemberian cairan parenteral ini, setiap jam perlu dilakukan evaluasi:

Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah

Perubahan tanda-tanda dehidrasi (Suharyono, dkk., 1994 dalam Wicaksana, 2011).

2.  Antibiotik

Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi, karena 40%

kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian anti biotik. Pemberian antibiotik

di indikasikan pada : Pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses

Page 7: Laporan Pendahuluan Gea

berdarah,, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau

penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong, dan pasien immunocompromised.

 Contoh antibiotic untuk diare Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari, 3 – 5 hari),Tetrasiklin 500

mg (oral 4x sehari, 3 hari), Doksisiklin 300mg (Oral, dosis tunggal), Ciprofloksacin

500mg,Metronidazole 250-500 mg (4xsehari, 7-14 hari, 7-14 hari  oral atauIV).

3.  Obat Anti Diare

Loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat (lomotil). Penggunaan kodein

adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2 – 4 mg/ 3 – 4x sehari dan lomotil 5mg 3 – 4 x sehari.

Efek kelompok obat tersebut meliputi penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi cairan

sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekwensi diare.Bila diberikan

dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan dapat mengurangi frekwensi defekasi sampai

80%. Bila diare akut dengan gejala demam dan sindrom disentri obat ini tidak dianjurkan.

I.     KOMPLIKASI

1.    Dehidrasi

2.    Renjatan hipovolemik

3.    Kejang

4.    Bakterimia

5.    Malnutrisi

6.    Hipoglikemia

7.    Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.

J.     DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan Reflek spasme otot pada dinding perut

2. Hipertemi berhubungan dengan sirkulasi darah yang menurun

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat

4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan yang aktif

melalui feses dan muntah.

Page 8: Laporan Pendahuluan Gea

K.  INTERVENSI

1.    Nyeri akut berhubungan dengan Reflek spasme otot pada dinding perut

Intervensi :

a.    Kaji frekuensi, lokasi, dan skala nyeri

b.    Monitor tanda tanda vital

c.    Berikan posisi senyaman mungkin

d.   Ajarkan teknik relaksasi distraksi

e.    Kolaborasi dengan dokter pemberian obat analgetik

2.  Hipertemi berhubungan dengan sirkulasi darah yang menurun

Intervensi :

a.    Kaji tanda gejala hipertemi

b.    Ajarkan klien dan keluarga pentingnya mempertahankan masukan yang adekuat sedikitnya

2000 ml/ hari

c.   Monitor intake dan output dehidrasi

d.   Monitor suhu dan tanda vital   

e.    Kolaborasi dengan TIM Medis (dokter) pemberian obat antipiretik  

3.  Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat

Intervensi :

a.      Kaji intake dan output makanan

b.      Berikan makanan sedikit tapi sering setiap 2-3 jam,

c.      Timbang berat badan tiap hari,

d.      Instruksikan teknik-teknik pemberian makanan yang sehat,

e.      Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi,

Page 9: Laporan Pendahuluan Gea

4.  Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan yang aktif melalui

feses dan muntah

Intervensi :

a.       Pantau tanda dan gejala: kulit dan membram mukosa kering, haus, lemah\

b.      Pantau masukan pengeluaran dan berat badan,

c.       Berikan cairan iv sesuai instruksi

d.      Berikan larutan hidrasi oral sesuai instruksi,

e.       Dorong masukan cairan dengan tepat

f.        Awasi TTV pengisian kapiler,

g.      Hindari masukan cairan jernih seperti jus, buah, minuman bikarbonat.

Page 10: Laporan Pendahuluan Gea

DAFTAR PUSTAKA

Dochterman, Bulecheck. 2004. Nursing Intervention Classification. United States of America :

Mosby.

Guyton & Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (terjemahan). Jakarta:EGC

Moorhead S, Johnson M, Maas M, Swanson, E. 2006. Nursing Outcomes Classification. United

States of America : Mosby

North American Nursing Diagnosis Association (NANDA). 2010. Diagnosis Keperawatan

2009-2011. Jakarta : EGC.