laporan kasus gizi buruk gea dehidrasi

42
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK LAPORAN KASUS FAKULTAS KEDOKTERAN NOVEMBER 2014 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR GIZI BURUK MARASMUS, GEA + DEHIDRASI SEDANG Disusun Oleh : ARHAMI AWAL ( 10542018410 ) Pembimbing : dr. MARLENNY W.T MARTOYO, Sp.A DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITRAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN

Upload: riyal47

Post on 07-Feb-2016

281 views

Category:

Documents


25 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kasus Gizi Buruk Gea Dehidrasi

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN NOVEMBER 2014

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

GIZI BURUK MARASMUS,

GEA + DEHIDRASI SEDANG

Disusun Oleh :

ARHAMI AWAL

( 10542018410 )

Pembimbing :

dr. MARLENNY W.T MARTOYO, Sp.A

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITRAAN KLINIK

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

MAKASSAR

2014

Page 2: Laporan Kasus Gizi Buruk Gea Dehidrasi

HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa :

Nama : Arhami Awal, S.Ked

NIM : 10542018410

Judul Laporan Kasus : Gizi Buruk Marasmus, Gea dan Dehidrasi Sedang

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian

Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, November 2014

Pembimbing

dr. Marlenny W.T Martoyo, Sp.A

Page 3: Laporan Kasus Gizi Buruk Gea Dehidrasi

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Muh Azhar

No. Register RS : 749045

Tanggal Lahir : 16 november 2012

Umur : 2 tahun

Jenis Kelamin : laki-laki

Alamat : ASPA Rupa

Tanggal MRS : 10 november 2014

Waktu : 22:27 wita

Ruangan : Dahlia

B. ANAMNESIS

Tipe Anamnesis : Alloanamnesis

Keluhan Utama : Buang air besar encer ± 5x

Riwayat Penyakit Sekarang :

Anak laki-laki masuk rumah sakit diantar oleh orang tua

malam hari dengan keluhan berak-berak encer + ampas ± 5x

sejak sore hari. Anak juga mengalami mual(+), muntah(+)

frekuensi 7x sejak sore hari. Demam (-), kejang (-),

menggigil (-). Nafsu makan : baik (makanan tertentu), nafsu

minum : kuat. BAB : encer + ampas, BAK : lancar.

Riwayat makanan yang biasa dimakan : camilan-camilan

Susu yang diminum : asi (kadang-kadang) susu formula malas

Obat cacing rutin : tidak konsumsi

Status Imunisasi :

STATUS IMUNISASI BELUM

PERNAH

1 2 3 TIDAK

TAHU

Campak √

Polio √ √ √

Page 4: Laporan Kasus Gizi Buruk Gea Dehidrasi

Difteri √ √ √

Tetanus √ √ √

Pertussis √ √ √

Typhoid

BCG √

C. PEMERIKSAAN FISIS

Keadaan Umum : Sakit berat/ Sadar

Status Gizi : SG Buruk ( dibawah - 3 SD) “ Z-Score ”

Berat Badan : 7,8 kg

Umur : 2 tahun

Tinggi Badan : 82 cm.

Tanda Vital

Nadi : 152 x/menit

Pernafasan : 32 x/menit (takipnu)

Suhu : 37°C

Derajat Dehidrasi :

Keadaan umum : 2

Mata : 3

Mulut : 1

Pernapasan : 2

Turgor : 1

Nadi : 3

Skor dehidrasi : 12 dehidrasi Ringan – Sedang.

KEPALA LEHER

Page 5: Laporan Kasus Gizi Buruk Gea Dehidrasi

o Normosefal (+)

o Tanda trauma / benjolan (-)

o Ubun – ubun besar menutup (+)

o Muka simetris

o Rambut : Hitam, lurus,kering mudah di

cabut

o Mata : Sklera ikterus (-),Conjungtiva :

Anemis (-) cekung (+), Edema palpebra (-)

o Telinga : bentuk normal, secret (-) cairan (-)

luka maupun perdarahan (-)

o Hidung : rinore (-) epistaksis (-)

o Gigi dan mulut : bibir kering (-) sianosis (-),

stomatitis (-), lidah kotor dan tonsil T1/T1 hiperemis (-)

o Deviasi trachea (-)

o Pembesaran KGB (-)

o Pembesaran kelenjar thyroid (-)

EKSTREMITAS

THORAX JANTUNG

Inspeksi :

o Simetris kanan dan kiri

o Deformitas thoraks (-)

o Retraksi (-), pernapasan cuping hidung

(-)

Palpasi :

o Massa (-)

o Sela iga kanan dan kiri

Perkusi :

o Sonor hemithoraks kanan dan kiri

Auskultasi :

o Bunyi pernapasan : vesikuler

o Bunyi tambahan : Rh -/-, Wh -/-

Inspeksi : Ictus cordis tampak

Palpasi : Ictus cordis tidak teraba

Perkusi :

o Batas jantung kiri, linea

midclavicularis sinistra

o Batas jantung kanan, linea

parasternalis dekstra

Auskultasi :

o Bunyi jantung I dan II

murni reguler

o Bising (-)

Page 6: Laporan Kasus Gizi Buruk Gea Dehidrasi

ABDOMEN

Inspeksi :

o Datar, mengikuti gerakan napas

o Acites (-)

Palpasi :

o Hepar dan lien tidak teraba

o Massa Tumor (-)

o Nyeri tekan (-)

Perkusi : Tymphani (+)

Auskultasi : Peristaltik (+), kesan meningkat

o Terdapat Bintik Kemerahan

(-)

o Deformitas (-)

Page 7: Laporan Kasus Gizi Buruk Gea Dehidrasi

Konsul Gizi

Pada tanggal 11 november 2014 pasien di konsul pada dokter gizi karena

didapatkan status gizi Buruk ( dibawah - 3 SD) “ Z-Score ”

Hasil pemeriksaan oleh dokter gizi klinik

Riwayat anak nafsu makan baik, tidak suka minum susu, memilih makanan

tertentu.

-BB : 7,8 Kg -PB : 82 cm

Edema (-), sela iga tampak (+), costa (-), wasting (-)

Status gizi BB-TB (Z score, WHO Depkes) : Gizi Buruk ( < -3 SD)

Saat ini hanya hanya konsumsi makanan kering, nafsu makan kurang karena

keluhan muntah ( frek ± 500 kkal), pasien stabil.

DIAGNOSIS KERJA DIAGNOSIS BANDING

o Gizi Buruk

o Gastrointeritis akut

o Dehidrasi Sedang

o

PENATALAKSANAAN PEMERIKSAAN PENUNJANG

o IVFD KaEn 3B 40 tpm micro drips

o Cotrimoxazole syr 2x1 cth

o Metoclopramide syr 3x1 cth stop

o Ondansetron 0,5 ml IV

o Zinckid 1x2 cth

o Makanan TKTP

o Konsul Gizi

Pemeriksaan Lab.:

o

Page 8: Laporan Kasus Gizi Buruk Gea Dehidrasi

Masuk fase stabilisasi target B 10,8 kg (median)

o Hari 1-2 = 100 kkal 700 Kkal, protein 12grm/hri

o Hari 3-4 (transisi) : 1300 Kkal, protein 25 grm/hri

o Hari selanjutnya rehalitasi : 1600 Kkal, protein 35 grm/hri

Mulai 700 Kkal Diet nasi tim sesuai rocair

Pudding (blender kacang hijau 4 sdm + putih telur 1, baik bertahap

Betafort 1x1 cth

A. HASIL FOLLOW UP

TanggalDan TTV

Perjalanan Penyakit Instrkusi Dokter

10 - Nov – 2014

HR: 120x/menit

P : 32x/menit

S : 37oC

Pasien masuk rumah sakit diantar oleh orang tua malam hari dengan keluhan berak-berak encer + ampas ± 5x sejak sore hari. Anak juga mengalami mual(+), muntah(+) frekuensi 7x sejak sore hari. Demam (-), kejang (-), menggigil (-).Nafsu makan : baik, (makanan tertentu)nafsu minum : kuat.BAB : encer + ampas, BAK : lancar.O : Paru : Bp : Vesicular B t : Rh -/-, Wh -/- Cv : Bj 1 dan 2 Murni reguler Bising (-) Abd : Perislatltik (+) kesan meningkat

o IVFD KaEn 3B 40

tpm micro drips

o Cotrimoxazole syr

2x1 cth

o Metoclopramide syr

3x1 cth

o Ondansetron 0,5 ml

IV

o Zinckid 1x2 cth

Page 9: Laporan Kasus Gizi Buruk Gea Dehidrasi

TanggalDan TTV

Perjalanan Penyakit Instrkusi Dokter

12 – Nov – 2014

HR:144x/menit

P : 30 x/menit

S : 38,6 oC

KU: lemasS : Demam (+), menggigi (-), batuk (-), lendir (-),mual (-),muntah (-),Nafsu makan : baikNafsu Minum : KuatBAB : Encer + ampas frekuensi 3xBAK : LancarO : Paru : Bp : Vesicular B t : Rh -/-, Wh -/- Cv : Bj 1 dan 2 Murni reguler Bising (-) Abd : Perislatltik (+) kesan meningkat, kembung (+)

o IVFD KaEn 3B 30 tpm

o Cotrimoxazole syr 2x1 cth

o Metoclopramide syr 3x1 cth stop

o Ondansetron 0,5 ml IV

o Zinckid 1x2 cth

o Makanan TKTP

o Konsul Gizi (dokter

tidak ada)

TanggalDan TTV

Perjalanan Penyakit Instrkusi Dokter

13 – Nov - 2014

HR: 120x/menit

P : 32 x/menit

S : 36,7oC

KU: membaikS : Demam (-), menggigi (-), batuk (-), lendir (-),mual (-), muntah (- ),sakit perut (-)Nafsu makan : MalasNafsu Minum : Kuat.BAB : Encer + ampas frekuensi 3xBAK : LancarO : Paru : Bp : Vesicular B t : Rh -/-, Wh -/- Cv : Bj 1 dan 2 Murni reguler Bising (-) Abd : Perislatltik (+) kesan meningkat

o IVFD KaEn 3B 30 tpm

o Cotrimoxazole syr 2x1 cth

o Zinckid 1x2 cth

o Diet TKTP

o Prolysin 1x1 cth

Page 10: Laporan Kasus Gizi Buruk Gea Dehidrasi

Diagnosa akhir :

- Gizi buruk, gangguan gastroenteritis akut dan dehidrasi sedang

Edukasi

- Pola makanan yang diberikan ke anak harus sesuai target nilai gizi ingin

dicapai, agar dapat mempertahankan status gizi yang baik pada anak ini.

- Pemberian makanan tinggi kalori tinggi protein.

- Pemberian obat cacing 1 kali dalam 6 bulan.

- Mengontrolkan anak ke puskesmas untuk mengetahui perkembangan dan

pertumbahan.

- Mengikuti kegiatan surveillance gizi di Puskesmas terdekat.

- Apabila masyarakat tidak mampu, pemerintah mempunyai program dalam

menangani pasien yang termasuk gizi buruk.

Diskusi

Pasien ini didiagnosis dengan gizi buruk disertai diare berdasarkan

anamnesis, pemeriksaan fisis, dan walaupun pemeriksaan penunjang tidak

dilakukan. Dari heteroanamnesis pasien, selama dirawat di rumah sakit Pasien

masuk rumah sakit diantar oleh orang tua malam hari dengan keluhan berak-berak

TanggalDan TTV

Perjalanan Penyakit Instrkusi Dokter

14 – Nov - 2014

HR: 130x/menit P : 34 x/menitS : 37,4oC

KU: baikS: Demam (-), menggigi (-), batuk (+), lendir (+). mual (-), muntah (-)Nafsu makan : menurunNafsu Minum : Kuat.BAB : 2x, seperti bubur berampasBAK : LancarO : Paru : Bp : Vesicular B t : Rh -/-, Wh -/- Cv : Bj 1 dan 2 Murni reguler Bising (-) Abd : Perislatltik (+) kesan meningkat

o IVFD KaEn 3B 30 tpm

o Cotrimoxazole syr 2x1 cth

o Zinckid 1x2 cth

o Diet TKTP oleh gizi

o Prolysin 1x1 cth

Page 11: Laporan Kasus Gizi Buruk Gea Dehidrasi

encer + ampas ± 5x sejak sore hari. Anak juga mengalami mual(+), muntah(+)

frekuensi 7x sejak sore hari. Demam (-), kejang (-), menggigil (-). Nafsu makan :

baik, nafsu minum : kuat. BAB : encer + ampas, BAK : lancer.

Pada pemeriksaan fisis yang bermakna mata cekung tanda dari salah satu

derajat dehidrasi. Peristaltik positif kesan meningkat.

Pada pemeriksaan antropometri didapatkan status gizi <-3 SD dengan

berat badan : 7,8 kg, tinggi badan : 82 cm berdasarkan skala perhitungan Z-score.

Pada kasus di dapatkan riwayat anak memilih makanan tertentu saja yang

ingin dimakan tanpa diketahui nilai gizi dan kebersihannya. Sehingga masuk

rumah sakit dengan diagnose diare. Hal ini di duga sebagai salah satu penyebab

gizi buruk pada pasien ini.

Page 12: Laporan Kasus Gizi Buruk Gea Dehidrasi

PEMBAHASAN

1. DEFINISI

Menurut WHO adalah terdapatnya edema pada kedua kaki atau

adanya severe wasting (BB/TB < 70% atau < -3 SD), atau ada gejala klinis

gizi buruk (kwasiorkor, marasmus, atau marasmik-kwashiorkor).1

Klinis Antropometri

Gizi Buruk Tampak sangat kurus dan atau edema pada

kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh

< -3 SD **)

Gizi Kurang Tampak Kurus -3 SD - < -2 SD

Gizi Baik Tampak Sehat -2 SD -2 SD

Gizi Lebih Tampak Gemuk >2 SD

2. KLASIFIKASI DAN KLINIS 1,2,3,4

Pada umumnya pengukuran dilakukan dengan menggunakan metode

Z–Score, anak dengan Z – Score stunning, wasting, underweight <-2

SD.Sedangkan anak yang memiliki Z-Score -3 SD termasuk malnutrisi berat.5

3. PREVALENSI 6

4. MEKANISME TERJADINYA GIZI BURUK

Page 13: Laporan Kasus Gizi Buruk Gea Dehidrasi

Interaksi antara faktor-faktor keberadaan zat gizi (faktor penyebab),

cadangan zat gizi dalam tubuh, penyakit infeksi, infestasi cacing, aktifitas

(faktor penjamu), pantangan, cara pengolahan (faktor lingkungan)  sangat

penting dipertahankan dalam keadaan seimbang  dan optimal. Bila

keseimbangan ini tidak terjaga  maka akan terjadi perubahan dalam tubuh,

yakni terjadinya pemakaian cadangan zat gizi yang tersimpan dalam tubuh.

Bila hal ini berlangsung lama maka berangsur-angsur cadangan tubuh

akan berkurang dan akhirnya akan habis. Maka untuk keperluan

metabolisme dalam mempertahankan metabolisme kehidupan sehari-hari,

mulailah terjadi mobilisasi zat-zat gizi yang berasal dari jaringan tubuh.

Sebagai akibat hal tersebut, tubuh akan mengalami penyusutan jaringan

tubuh, kelainan metabolisme oleh karena kekurangan zat-zat gizi, kelainan

fungsional, dan akhirnya kerusakan organ tubuh dengan segala keluhan,

gejala-gejala dan tanda-tanda yang timbul sesuai dengan jenis zat gizi yang

menjadi pangkal penyebabnya, bila protein penyebabnya akan terjadi

kwasiorkor, bila energi penyebanya akan terjadi marasmus atau keduanya

sebagai penyebab akan terjadi marasmus kwasiorkor.

Dimulai dengan perubahan yang paling ringan sampai berat, dimulai

hanya dengan kekurangan cadangan zat gizi (belum ada perubahan

biokemik dan fisiologi), kelainan gizi potensial (sudah ada perubahan

biokemik dan fisiologi), kelainan gizi laten (gejala, dan tanda klinis masih

terbatas dan belum khas) sampai terjadi kelainan gizi klinik (gejala, dan

tanda klinis khas dan jelas).7

5. DIAGNOSISDitegakkan berdasarkan tanda dan gejala klinis serta pengukuran

antropometri. Anak didiagnosis gizi buruk apabila:

- BB/TB < -3 SD atau <70% dari median (marasmus)

- Edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh (kwashiorkor:

BB/TB >-3SD atau marasmik-kwashiorkor: BB/TB <-3SD

Page 14: Laporan Kasus Gizi Buruk Gea Dehidrasi

Jika BB/TB atau BB/PB tidak dapat diukur, gunakan tanda klinis

berupa anak tampak sangat kurus (visible severe wasting) dan tidak

mempunyai jaringan lemak bawah kulit terutama pada kedua bahu, lengan,

pantat dan paha; tulang iga terlihat jelas, dengan atau tanpa adanya edema

(lihat gambar). Anak-anak dengan BB/U < 60% belum tentu gizi buruk,

karena mungkin anak tersebut pendek, sehingga tidak terlihat sangat

kurus. Anak seperti itu tidak membutuhkan perawatan di rumah sakit,

kecuali jika ditemukan penyakit lain yang berat.1

6. PENILAIAN AWAL ANAK GIZI BURUK

Pada setiap anak gizi buruk lakukan anamnesis dan pemeriksaan

fisis. Anamnesis terdiri dari anamnesis awal dan anamnesis lanjutan.1,2,3

Anamnesis awal (untuk kedaruratan):

- Lama dan frekuensi diare dan muntah serta tampilan dari bahan muntah

dan

- Diare (encer/darah/lendir)

- Kapan terakhir berkemih

- Sejak kapan tangan dan kaki teraba dingin.

Bila didapatkan hal tersebut di atas, sangat mungkin anak mengalami

dehidrasi dan/atau syok, serta harus diatasi segera.1,2,3

Anamnesis lanjutan

Untuk mencari penyebab dan rencana tatalaksana selanjutnya, dilakukan

setelah kedaruratan ditangani:

- Diet (pola makan)/kebiasaan makan sebelum sakit

- Riwayat pemberian ASI

- Asupan makanan dan minuman yang dikonsumsi beberapa hari terakhir

- Hilangnya nafsu makan

- Kontak dengan pasien campak atau tuberkulosis paru

- Pernah sakit campak dalam 3 bulan terakhir

Page 15: Laporan Kasus Gizi Buruk Gea Dehidrasi

- Batuk kronik

- Kejadian dan penyebab kematian saudara kandung

- Berat badan lahir

- Riwayat tumbuh kembang: duduk, berdiri, bicara dan lain-lain

- Riwayat imunisasi

- Apakah ditimbang setiap bulan

- Lingkungan keluarga (untuk memahami latar belakang sosial anak)

- Diketahui atau tersangka infeksi HIV.1,2,3

Pemeriksaan fisis

- Apakah anak tampak sangat kurus, adakah edema pada kedua punggung

kaki. Tentukan status gizi dengan menggunakan BB/TB-PB

- Tanda dehidrasi: tampak haus, mata cekung, turgor buruk (hati-hati

menentukan

status dehidrasi pada gizi buruk).

- Adakah tanda syok (tangan dingin, capillary refill time yang lambat, nadi

lemah dan

cepat), kesadaran menurun.

- Demam (suhu aksilar ≥ 37.5° C) atau hipotermi (suhu aksilar < 35.5° C).

- Frekuensi dan tipe pernapasan: pneumonia atau gagal jantung

- Sangat pucat

- Pembesaran hati dan ikterus

- Adakah perut kembung,

- bising usus melemah/meninggi,

- tanda asites, atau adanya suara seperti pukulan pada permukaan air

(abdominal

splash) 1,2,3

7. PENANGANAN DAN PENCEGAHAN

Pengobatan terhadap gizi buruk adalah ditujukan untuk menambah

zat gizi yang kurang, namun dalam prosesnya memerlukan waktu dan

Page 16: Laporan Kasus Gizi Buruk Gea Dehidrasi

harus secara bertahap, oleh karenanya harus di rawat inap di rumah sakit.

Secara garis besar penanganannya adalah sebagai berikut : 7

- Pada tahap awal harus diberikan cairan intra vena, selanjutnya

dengan parenteral dengan bertahap, dan pada tahap akhir dengan diet

tinggi kalori dan tinggi protein

- Komplikasi penyakit penyerta seperti infeksi, anemia, dehidrasi dan

defiseiensi vitamin diberikan secara bersamaan.

- Penanganan terhadap perkembangan mental anak melalui terapi

tumbuh kembang anak.

- Penanganan kepada keluarga, melalui petunjuk terapi gizi kepada ibu

karena sangat penting pada saat akan keluar rumah sakit  akan

mempengaruhi keberhasilan penanganan di rumah.

Adapun penanganan gizi buruk yang terdiri atas sepuluh langkah:1,8

1. Hipoglikemia1

Semua anak dengan gizi buruk berisiko hipoglikemia (kadar gula darah < 3 mmol/L atau < 54 mg/dl) sehingga setiap anak gizi buruk harus diberi makan atau larutan glukosa/gula pasir

Page 17: Laporan Kasus Gizi Buruk Gea Dehidrasi

10% segera setelah masuk rumah sakit (lihat bawah). Pemberian makan yang sering sangat penting dilakukan pada anak gizi buruk.

Jika fasilitas setempat tidak memungkinkan untuk memeriksa kadar gula darah, maka semua anak gizi buruk harus dianggap menderita hipoglikemia dan segera ditangani sesuai panduan.

Tatalaksana

- Segera beri F-75 pertama atau modifikasinya bila penyediaannya memungkinkan.

- Bila F-75 pertama tidak dapat disediakan dengan cepat, berikan 50 ml. larutan glukosa atau gula 10% (1 sendok teh munjung gula dalam 50 ml air) secara oral atau melalui NGT.

- Lanjutkan pemberian F-75 setiap 2–3 jam, siang dan malam selama minimal dua hari.

- Bila masih mendapat ASI teruskan pemberian ASI di luar jadwal pemberian F-75.

- Jika anak tidak sadar (letargis), berikan larutan glukosa 10% secara intravena (bolus) sebanyak 5 ml/kg BB, atau larutan glukosa/larutan gula pasir 50 ml dengan NGT.

- Beri antibiotik.

Pemantauan

- Jika kadar gula darah awal rendah, ulangi pengukuran kadar gula darah setelah 30 menit.

- Jika kadar gula darah di bawah 3 mmol/L (< 54 mg/dl), ulangi pemberian larutan glukosa atau gula 10%.

- Jika suhu rektal < 35.5° C atau bila kesadaran memburuk, mungkin hipoglikemia disebabkan oleh hipotermia, ulangi pengukuran kadar gula darah dan tangani sesuai keadaan (hipotermia dan hipoglikemia).

Page 18: Laporan Kasus Gizi Buruk Gea Dehidrasi

2. HipoglikemiaDiagnosis: Suhu aksilar <35°C.

Tatalaksana

- Segera beri makan F-75 (jika perlu, lakukan rehidrasi lebih

dulu).

- Pastikan bahwa anak berpakaian (termasuk kepalanya). Tutup

dengan selimut hangat dan letakkan pemanas (tidak mengarah

langsung kepada anak) atau lampu di dekatnya, atau letakkan

anak langsung pada dada atau perut ibunya (dari kulit ke kulit:

metode kanguru). Bila menggunakan lampu listrik, letakkan

lampu pijar 40 W dengan jarak 50 cm dari tubuh anak.

- Beri antibiotik sesuai pedoman.

Pemantauan

- Ukur suhu aksilar anak setiap 2 jam sampai suhu meningkat

menjadi 36.5° C atau lebih. Jika digunakan pemanas, ukur

suhu tiap setengah jam. Hentikan pemanasan bila suhu

mencapai 36.5° C.

- Pastikan bahwa anak selalu tertutup pakaian atau selimut,

terutama pada malam hari

- Periksa kadar gula darah bila ditemukan hipotermia

Pencegahan

- Letakkan tempat tidur di area yang hangat, di bagian bangsal

yang bebas angin dan pastikan anak selalu tertutup pakaian/selimut

- Ganti pakaian dan seprai yang basah, jaga agar anak dan tempat

tidur tetap Kering

- Hindarkan anak dari suasana dingin (misalnya: sewaktu dan

setelah mandi, atau selama pemeriksaan medis)

- Biarkan anak tidur dengan dipeluk orang tuanya agar tetap

hangat, terutama di malam hari

Page 19: Laporan Kasus Gizi Buruk Gea Dehidrasi

- Beri makan F-75 atau modifikasinya setiap 2 jam, mulai sesegera

mungkin, sepanjang hari, siang dan malam.

3. Dehidrasi

Diagnosis

Cenderung terjadi diagnosis berlebihan dari dehidrasi dan

estimasi yang berlebihan mengenai derajat keparahannya pada

anak dengan gizi buruk. Hal ini disebabkan oleh sulitnya

menentukan status dehidrasi secara tepat pada anak dengan gizi

buruk, hanya dengan menggunakan gejala klinis saja. Anak gizi

buruk dengan diare cair, bila gejala dehidrasi tidak jelas, anggap

dehidrasi ringan.

Tatalaksana

- Jangan gunakan infus untuk rehidrasi, kecuali pada kasus

dehidrasi berat dengan syok.

- Beri ReSoMal, secara oral atau melalui NGT, lakukan lebih

lambat Dibanding jika melakukan rehidrasi pada anak dengan gizi

baik.

- beri 5 ml/kgBB setiap 30 menit untuk 2 jam pertama

- setelah 2 jam, berikan ReSoMal 5–10 ml/kgBB/jam berselang-

seling

dengan F-75 dengan jumlah yang sama, setiap jam selama 10 jam.

Jumlah yang pasti tergantung seberapa banyak anak mau, volume

tinja yang keluar dan apakah anak muntah.

- Selanjutnya berikan F-75 secara teratur setiap 2 jam.

- Jika masih diare, beri ReSoMal setiap kali diare. Untuk usia < 1

th: 50-100 ml setiap buang air besar, usia ≥ 1 th: 100-200 ml setiap

buang air besar.

Page 20: Laporan Kasus Gizi Buruk Gea Dehidrasi

Oleh karena larutan pengganti tidak mengandung Mg, Zn,

dan Cu, maka dapat diberikan makanan yang merupakan sumber

mineral tersebut. Dapat pula diberikan MgSO4 40% IM 1 x/hari

dengan dosis 0.3 ml/kg BB, maksimum 2 ml/hari.

Page 21: Laporan Kasus Gizi Buruk Gea Dehidrasi

Pemantauan

Pantau kemajuan proses rehidrasi dan perbaikan keadaan

klinis setiap setengah jam selama 2 jam pertama, kemudian tiap

jam sampai 10 jam berikutnya. Waspada terhadap gejala

kelebihan cairan, yang sangat berbahaya dan bisa

mengakibatkan gagal jantung dan kematian.

Periksalah:

Page 22: Laporan Kasus Gizi Buruk Gea Dehidrasi

• frekuensi napas

• frekuensi nadi

• frekuensi miksi dan jumlah produksi urin

• frekuensi buang air besar dan muntah

Selama proses rehidrasi, frekuensi napas dan nadi akan

berkurang dan mulai ada diuresis. Kembalinya air mata, mulut

basah; cekung mata dan fontanel berkurang serta turgor kulit

membaik merupakan tanda membaiknya hidrasi, tetapi anak

gizi buruk seringkali tidak memperlihatkan tanda tersebut

walaupun rehidrasi penuh telah terjadi, sehingga sangat penting

untuk memantau berat badan.

Jika ditemukan tanda kelebihan cairan (frekuensi napas

meningkat 5x/menit dan frekuensi nadi 15x/menit), hentikan

pemberian cairan/ReSoMal segera dan lakukan penilaian ulang

setelah 1 jam.

4. Gangguan keseimbangan elektrolit

Semua anak dengan gizi buruk mengalami defisiensi

kalium dan magnesium yang mungkin membutuhkan waktu 2

minggu atau lebih untuk memperbaikinya. Terdapat kelebihan

natrium total dalam tubuh, walaupun kadar natrium serum

mungkin rendah. Edema dapat diakibatkan oleh keadaan ini.

Jangan obati edema dengan diuretikum.

Tatalaksana

Untuk mengatasi gangguan elektrolit diberikan Kalium dan

Magnesium, yang sudah terkandung di dalam larutan Mineral-Mix

yang ditambahkan kedalam F-75, F-100 atau ReSoMal. Gunakan

larutan ReSoMal untuk rehidrasi Siapkan makanan tanpa

menambahkan garam (NaCl).

Page 23: Laporan Kasus Gizi Buruk Gea Dehidrasi

5. Infeksi

Pada gizi buruk, gejala infeksi yang biasa ditemukan seperti

demam, seringkali tidak ada, padahal infeksi ganda merupakan hal

yang sering terjadi. Oleh karena itu, anggaplah semua anak dengan

gizi buruk mengalami infeksi saat mereka datang ke rumah sakit

dan segera tangani dengan antibiotik. Hipoglikemia dan hipotermia

merupakan tanda infeksi berat.

Tatalaksana

Berikan pada semua anak dengan gizi buruk:

- Antibiotik spektrum luas

- Vaksin campak jika anak berumur ≥ 6 bulan dan belum

pernah mendapatkannya, atau jika anak berumur > 9 bulan dan

sudah pernah diberi vaksin sebelum berumur 9 bulan. Tunda

imunisasi jika anak syok.

- Jika tidak ada komplikasi atau tidak ada infeksi nyata, beri

Kotrimoksazol per oral (25 mg SMZ + 5 mg TMP/kgBB

setiap 12 jam selama 5 hari

- Jika ada komplikasi (hipoglikemia, hipotermia, atau anak

terlihat Letargis atau tampak sakit berat), atau jelas ada infeksi,

beri:

- Ampisilin (50 mg/kgBB IM/IV setiap 6 jam selama 2

hari), dilanjutkan dengan Amoksisilin oral (15 mg/kgBB

setiap 8 jam selama 5 hari) ATAU, jika tidak tersedia

amoksisilin, beri Ampisilin per oral (50 mg/kgBB setiap

6 jam selama 5 hari) sehingga total selama 7 hari,

DITAMBAH: Gentamisin (7.5 mg/kgBB/hari IM/IV)

setiap hari selama 7 hari.

Catatan: Jika anak anuria/oliguria, tunda pemberian

gentamisin dosis ke-2 sampai ada diuresis untuk mencegah efek

samping/toksik gentamisin Jika anak tidak membaik dalam waktu

Page 24: Laporan Kasus Gizi Buruk Gea Dehidrasi

48 jam, tambahkan Kloramfenikol (25 mg/kgBB IM/IV setiap 8

jam) selama 5 hari.

Jika diduga meningitis, lakukan pungsi lumbal untuk

memastikan dan obati dengan Kloramfenikol (25 mg/kg setiap 6

jam) selama 10 hari.

Jika ditemukan infeksi spesifik lainnya (seperti pneumonia,

tuberkulosis, malaria, disentri, infeksi kulit atau jaringan lunak), beri

antibiotik yang sesuai. Beri obat antimalaria bila pada apusan darah tepi

ditemukan parasit malaria. Walaupun tuberkulosis merupakan penyakit

yang umum terdapat, obat anti tuberkulosis hanya diberikan bila anak

terbukti atau sangat diduga menderita tuberkulosis.

Pengobatan terhadap parasit cacing

Jika terdapat bukti adanya infestasi cacing, beri mebendazol (100

mg/kgBB) selama 3 hari atau albendazol (20 mg/kgBB dosis tunggal).

Beri mebendazol setelah 7 hari perawatan, walaupun belum terbukti

adanya infestasi cacing.

Pemantauan

Jika terdapat anoreksia setelah pemberian antibiotik di atas,

lanjutkan pengobatan sampai seluruhnya 10 hari penuh. Jika nafsu

makan belum membaik, lakukan penilaian ulang menyeluruh pada

anak.

6. Defisiensi zat gizi mikro

Semua anak gizi buruk mengalami defisiensi vitamin dan

mineral. Meskipun sering ditemukan anemia, jangan beri zat besi

pada fase awal, tetapi tunggu sampai anak mempunyai nafsu

makan yang baik dan mulai bertambah berat badannya (biasanya

pada minggu kedua, mulai fase rehabilitasi), karena zat besi dapat

memperparah infeksi.

Page 25: Laporan Kasus Gizi Buruk Gea Dehidrasi

Tatalaksana

Berikan setiap hari paling sedikit dalam 2 minggu:

- Multivitamin

- Asam folat (5 mg pada hari 1, dan selanjutnya 1

mg/hari)

- Seng (2 mg Zn elemental/kgBB/hari)

- Tembaga (0.3 mg Cu/kgBB/hari)

- Ferosulfat 3 mg/kgBB/hari setelah berat badan naik

(mulai fase rehabilitasi). Vitamin A: diberikan

secara oral pada hari ke 1

7. Pemberian makan awal (Initial refeeding)

Pada fase awal, pemberian makan (formula) harus

diberikan secara hati-hati sebab keadaan fisiologis anak masih

rapuh.

Tatalaksana

Sifat utama yang menonjol dari pemberian makan awal

adalah:

• Makanan dalam jumlah sedikit tetapi sering dan rendah

osmolaritas maupun rendah laktosa

• Berikan secara oral atau melalui NGT, hindari

penggunaan parenteral

• Energi: 100 kkal/kgBB/hari

• Protein: 1-1.5 g/kgBB/hari

• Cairan: 130 ml/kgBB/hari (bila ada edema berat beri 100

ml/kgBB/hari)

Page 26: Laporan Kasus Gizi Buruk Gea Dehidrasi

• Jika anak masih mendapat ASI, lanjutkan, tetapi pastikan

bahwa

Jumlah F-75 yang ditentukan harus dipenuhi.

Pada anak dengan nafsu makan baik dan tanpa edema,

jadwal di atas dapat dipercepat menjadi 2-3 hari. Formula awal F-

75 sesuai resep (halaman 209) dan jadwal makan dibuat untuk

mencukupi kebutuhan zat gizi pada fase stabilisasi. Pada F-75 yang

berbahan serealia, sebagian gula diganti dengan tepung beras atau

maizena sehingga lebih menguntungkan karena mempunyai

osmolaritas yang lebih rendah, tetapi perlu dimasak dulu. Formula

ini baik bagi anak gizi buruk dengan diare persisten. Terdapat 2

macam tabel petunjuk pemberian F-75 yaitu untuk gizi buruk tanpa

edema dan dengan edema berat (+++).

8. Tumbuh kejar

Tanda yang menunjukkan bahwa anak telah mencapai fase ini

adalah:

- Kembalinya nafsu makan

- Edema minimal atau hilang.

Tatalaksana

Lakukan transisi secara bertahap dari formula awal (F-75)

ke formula tumbuh-kejar (F-100) (fase transisi): Ganti F 75 dengan

F 100. Beri F-100 sejumlah yang sama dengan F-75 selama 2 hari

berturutan. Selanjutnya naikkan jumlah F-100 sebanyak 10 ml

Page 27: Laporan Kasus Gizi Buruk Gea Dehidrasi

setiap kali pemberian sampai anak tidak mampu menghabiskan

atau tersisa sedikit. Biasanya hal ini terjadi ketika pemberian

formula mencapai 200 ml/kgBB/hari. Dapat pula digunakan bubur

atau makanan pendamping ASI yang dimodifikasi sehingga

kandungan energi dan proteinnya sebanding dengan F-100.

Setelah transisi bertahap, beri anak:

- Pemberian makan yang sering dengan jumlah tidak

terbatas (sesuai kemampuan anak)

- Energi: 150-220 kkal/kgBB/hari

- Protein: 4-6 g/kgBB/hari.

Bila anak masih mendapat ASI, lanjutkan pemberian ASI tetapi

pastikan anak sudah mendapat F-100 sesuai kebutuhan karena ASI tidak

mengandung cukup energi untuk menunjang tumbuh-kejar. Makanan-

terapeutik-siap-saji (ready to use therapeutic food = RUTF) yang

mengandung energi sebanyak 500 kkal/sachet 92 g dapat digunakan pada

fase rehabilitasi.

Page 28: Laporan Kasus Gizi Buruk Gea Dehidrasi

9. Stimulasi sensorik dan emosional

Lakukan:

- Ungkapan kasih sayang

- Lingkungan yang ceria

- Terapi bermain terstruktur selama 15–30 menit per

hari

- Aktivitas fisik segera setelah anak cukup sehat

- Keterlibatan ibu sesering mungkin (misalnya

menghibur, memberi makan, memandikan,

bermain)

10. Malnutrisi pada bayi < 6 bulan

Malnutrisi pada bayi < 6 bulan lebih jarang dibanding pada

anak yang lebih tua. Kemungkinan penyebab organik atau gagal

tumbuh harus dipertimbangkan, sehingga dapat diberikan

penanganan yang sesuai. Jika ternyata termasuk gizi buruk, prinsip

dasar tatalaksana gizi buruk dapat diterapkan pada kelompok umur

ini. Walaupun demikian, bayi muda ini kurang mampu

mengekskresikan garam dan urea melalui urin, terutama pada

cuaca panas. Oleh karena itu pada fase stabilisasi, urutan pilihan

diet adalah:

• ASI (jika tersedia dalam jumlah cukup)

• Susu formula bayi (starting formula)

Pada fase rehabilitasi, dapat digunakan F-100 yang

diencerkan (tambahan air pada formula menjadi 1500 ml, bukan

1000 ml).

Page 29: Laporan Kasus Gizi Buruk Gea Dehidrasi

Pencegahan

Beri makanan awal (F-75) setiap 2 jam, mulai sesegera mungkin

atau jika perlu, lakukan rehidrasi lebih dulu. Pemberian makan harus

teratur setiap 2-3 jam siang malam.

Pencegahan pada dasarnya adalah bagaimana makanan yang

seimbang dapat dipertahankan ketersediannya di masyarakat. Langkah-

langkah nyata yang dapat dilakukan untuk pencegahan adalah :

- Mempertahankan status gizi anak yang sudah baik tetap baik dengan

menggiatkan kegiatan surveilance gizi di institusi kesehatan terdepan

(Puskesmas, Puskesmas Pembantu).

- Mengurangi resiko untuk mendapat penyakit, mengkoreksi konsumsi

pangan bila ada yang kurang, penyuluhan pemberian makanan

pendamping ASI.

- Memperbaiki/mengurangi efek penyakit infeksi yang sudah terjadi

supaya tidak menurunkan status gizi.

- Merehabilitasi anak yang menderita pada fase awal/BGM.

- Meningkatkan peran serta masyarakat dalam program keluarga

berencana.

- Meningkatkan status ekonomi masyarakat melalui pemberdayaan

segala sektor ekonomi masyarakat (pertanian, perdagangan, dan lain-

lain).6

Page 30: Laporan Kasus Gizi Buruk Gea Dehidrasi

DAFTAR PUSTAKA

1. Tim Adaptasi Indonesia. Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah Sakit.

Pedoman Bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di

Kabupaten/Kota.World Health Organization. Jakarta : 2009

2. Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk Buku I.Departement

Kesehatan RI. 2011

3. Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk Buku II.Departement

Kesehatan RI. 2011

4. Anonym. Kurang Energi Protein. Acceced on

http://mabanget.wordpress.com/2010/05/24/referat-kurang-energi-protein

5. Siddiqi Nure Alam,Md. www.nepjol.info/index.php/AJMS/article/

download/3662/4451. Asian Journal of Medical Sciences 2. 2011

6. Riset Kesehatan Dasar .Ringkasan Kajian Gizi Ibu dan Anak.Unicef

Indonesia. Acceced on

http://www.unicef.org/indonesia/id/A6B_Ringkasan_Kajian_Gizi.pdf. 2010

7. dr. I Wayan Sujana. Kekurangan Energi Protein. Acceced on http://www.

idijembrana.or.id. September 2014.

8. Pudjiadhi Antonius H. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak

Indonesia. Malnutrisi Energi Protein. 2011.