laporan pendahuluan corpus alienum.docx

36
LAPORAN PENDAHULUAN CORPUS ALIENUM 1. Pengertian Corpus Alienum adalah benda, baik tajam atau tumpul, atau makanan yang tersangkut dan terjepit di esophagus karena tertelan, baik secara sengaja maupun tidak sengaj ( Kapita Selekta Editor Mansjoer Arif Edisi 3, 1999 ). Corpus Alienum adalah terdapatnya suatu benda asing di dalam rongga mulut baik tajam maupun tumpul atau makanan yang tersangkut dan terjepit di esophagus karena tertelan, baik secara sengaja maupun tidak sengaja ( Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT, 2000 ). 1.1.2 Etiologi 1.1.2.1 Pada anak penyababnya antara lain anomaly congenital, termasuk stenosis congenital, web, fistel trakeoesofagus dan pelebaran pembuluh darah. 1.1.2.2 Pada orang dewasa sering terjadi akibat mabuk, pemakai gigi palsu yang telah kehilangan sensasi rasa palatum, gangguan mental dan psikosis. 1.1.3 Fisiologi Esophagus bagian servikal terletak kurang lebih pada garis tengah leher di belakang trakea dan di depan korpus vertebra. Saraf laringeus rekurens terdapat pada lur diantara esophagus dan trakea. Arteri karotis komunis dan isi dari selubung karotis terletak di lateral esophagus. Pada lapisan otofaring terdapat daerah trigonum yang lemah di atas krikofaringeus yang berkembang dari krikoid dan mengelilingi esophagus bagian atas. Divertikulum yang disebut divertikulum zenker dapat keluar melalui daerah yang lemah ini dan berlawanan dengan penelanan.

Upload: dion-permana

Post on 26-Dec-2015

598 views

Category:

Documents


43 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PENDAHULUAN CORPUS ALIENUM.docx

LAPORAN PENDAHULUAN CORPUS ALIENUM

1. Pengertian

Corpus Alienum adalah benda, baik tajam atau tumpul, atau makanan yang tersangkut dan terjepit di esophagus karena tertelan, baik secara sengaja maupun tidak sengaj ( Kapita Selekta Editor Mansjoer Arif Edisi 3, 1999 ).

Corpus Alienum adalah terdapatnya suatu benda asing di dalam rongga mulut baik tajam maupun tumpul atau makanan yang tersangkut dan terjepit di esophagus karena tertelan, baik secara sengaja maupun tidak sengaja ( Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT, 2000 ).

1.1.2        Etiologi

1.1.2.1  Pada anak penyababnya antara lain anomaly congenital, termasuk stenosis congenital, web, fistel trakeoesofagus dan pelebaran pembuluh darah.

1.1.2.2  Pada orang dewasa sering terjadi akibat mabuk, pemakai gigi palsu yang telah kehilangan sensasi rasa palatum, gangguan mental dan psikosis.

1.1.3        Fisiologi

Esophagus bagian servikal terletak kurang lebih pada garis tengah leher di belakang trakea dan di depan korpus vertebra. Saraf laringeus rekurens terdapat pada lur diantara esophagus dan trakea. Arteri karotis komunis dan isi dari selubung karotis terletak di lateral esophagus. Pada lapisan otofaring terdapat daerah trigonum yang lemah di atas krikofaringeus yang berkembang dari krikoid dan mengelilingi esophagus bagian atas. Divertikulum yang disebut divertikulum zenker dapat keluar melalui daerah yang lemah ini dan  berlawanan dengan penelanan.

1.1.4        Patofisiologi

-          Benda mati

-          Benda hidup

-           Komponen tubuh

Page 2: LAPORAN PENDAHULUAN CORPUS ALIENUM.docx

-          Faktor kesengajaan

-          Faktor kecerobohan

-           Faktor kebutuhan

    Masuk rongga mulut

 

          Esophagus

Gangguan pertukaran gas

 

Tersangkut di esophagus          obstruksi saluran nafas         

Gangguan nyaman nyeri

Nutrisi kurang dari kebutuhan

Risti infeksi

  

    Lesi pada esophagus          nyeri tekan       

Extraksi corpus alineum

Narasi :

Page 3: LAPORAN PENDAHULUAN CORPUS ALIENUM.docx

Benda asing baik itu benda mati, hidup ataupun komponen tubuh dapat masuk ke rongga mulut karen faktor kesengajaan, kecerobohan maupun faktor kebutuhan. Ketika benda asing tersebut tertelan dan masuk ke esophagus yang menyebabkan tersangkutnya benda itu, maka akan dilakukan ekstraksi untuk menghindari komplikasi yang lebih lanjut. Ekstraksi tersebut dapat menimbulkan lesi pada esophagus sehingga akan terasa nyeri jika digunakan untuk menelan.

1.1.5        Klasifikasi

1.1.5.1  Corpus alienum esophagus

Banyak terjadi pada anak – anak. Hal ini disebabkan anak – anak mempunyai kebiasaan sering memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya. Pada umumnya benda asing yang tertelan berupa uang logam, peniti, tutup bollpoin dan lain – lain. Pada orang tua hal ini juga dapat terjadi, kebanyakan terjadi pada golongan lansia yang giginya sudahj habis sehingga makanan tidak dapat dikunyah dengan baik. Benda yang tertelan biasanya daging yang liat, bakso, abon, tulang ayam/bebek, paku, jarum, kawat gigi palsu dan lain – lain.

1.1.5.2  Corpus alienum di trakea-bronkus

Benda asing yang masuk ke trakea atau bronkus kebanyakan karena terhirup. Banyak terjadi pada anak kecil karena gigi gerahamnya belum tumbuh sehingga makanan tidak dapat dikunyah dengan baik. Secara tidak sadar karena menangis, berteriak atau terjatuh makanan akan terhirup dan masuk ke jalan nafas. Benda yang terhirup pada umumnya adalah makanan misalnya kacang, nasi dan lain – lain. Pada orang dewasa hal ini juga dapat terjadi terutama saat bekerja. Benda yang terhirup misalnya jarum pentul, paku.

1.1.6        Manifestasi klinis

Gejala sumbatan tergantung pada ukuran, bentuk dan jenis benda asing, lokasi tersangkutnya, komplikasi yang timbul dan lama tertelan.

1.      Nyeri di daerah leher.

2.      Rasa tidak enak di daerah substernal atau nyeri di punggung.

3.      Rasa tercekik.

4.      Rasa tersumbat di tenggorokan.

5.      Batuk, muntah, disfagia.

6.      BB turun.

7.      Regurgitasi.

Page 4: LAPORAN PENDAHULUAN CORPUS ALIENUM.docx

8.      Gangguan nafas.

9.      Ronchi/mengi.

10.  Demam.

11.  Abses leher.

12.  Emfisema subkutan.

13.  Gangguan pertumbuhan.

14.  Obstruksi saluran nafas.

1.1.7        Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan radiologi berupa foto polos esophagus servikal dan torakal anteroposterior dan lateral harus dilakukan pada semua pasien yang diduga tertelan benda asing. Bila benda asing radioopak mudah diketahui lokasinya, sedangkan bila radiolusen dapat diketahui tanda inflamasi periesofagus atau hiperinflamasi hipofaring  dan esophagus bagian proksimal. Esofagogram dilakukan untuk benda asing radiolusen, yang akan memperlihatkan filling detect persisten. Dapat dilakukan MRI dan tomografis computer.

Tindakan endoskopi dilakukan untuk tujuan diagnostik dan terapi.

1.1.8        Penatalaksanaan

Pasien dirujuk ke rumah sakit untuk dilakukan esofaguskopi dengan menamai cunam yang sesuai agar benda asing tersebut dapat dikeluarkan. Kemudian dilakukan esofagoskopi ulang untuk menilai kelainan – kelainan esophagus yang telah ada sebelumnya.

Untuk benda asing tajam yang tidak bisa dikeluarkan dengan esophagus harus segera dilakukan pembedahan sesuai lokasi benda asing tersebut. Bila dicurigai adanya perforasi kecil, segera dipasang pipa nasogaster agar pasien tidak menelan dan diberikan antibiotik berspektrum luas selama 7 – 10 hari agar tidak terjadi sepsis. Bila letak benda asing menetap selama 2 kali 24 jam maka benda asing tersebut harus dikeluarkan secara pembedahan.

1.2  Tinjauan Asuhan Keperawatan

1.2.1        Pengkajian

1.2.1.1  Anamnesa

1.      Kesukaran dalam menelan (disfagia) makanan padat atau cairan.

2.      Sumbatan komplit (ketidakmampuan untuk menelan).

Page 5: LAPORAN PENDAHULUAN CORPUS ALIENUM.docx

3.      Rasa tidak nyaman dalam menelan (odinofagia).

4.      Regurgitasi dari makanan yang belum dicerna.

5.      Hematemesis.

6.      Sensasi benda asing.

7.      Sumbatan pada tenggorokan.

8.      Rasa panas dalam perut.

9.      Penurunan berat badan.

10.  Suara serak

11.  Sensitivitas terhadap makanan dingin atau panas.

1.2.1.2  Pemeriksaan fisik

1.      Pada pemeriksaan esophagus dengan endoskopi ditemukan adanya benda asing, lesi atau mungkin hematom.

2.      Pada leher mungkin ada abses leher (pada anak – anak).

3.      Pada pemeriksaan paru ditemukan suara nafas tambahan seperti ronchi/mengi.

4.      Adanya gangguan pertumbuhan pada anak – anak.

5.      Jika terjadi obstruksi saluran nafas pasien bisa cyianosis dan takipnea.

6.      Suhu tubuh demam dan BB turun.

1.2.2        Rencana Asuhan Keperawatan

1.2.2.1  Diagnosa 1

1.      Diagnosa keperawatan : gangguan nyaman nyeri (akut).

2.      Batasan karakteristik :

Mayor ( 80 – 100 % )

      Komunikasi (verbal atau penggunaan kode) tentang nyeri yang dideskripsikan.

Minor (60 – 79 % )

      Mengatupkan rahang atau pergelangan tangan.

Page 6: LAPORAN PENDAHULUAN CORPUS ALIENUM.docx

      Perubahan kemauan untuk melanjutkan aktivitas sebelumnya.

Agitasi.

Ansietas.

      Peka rangsang.

Menggosok bagian yang nyeri.

Mengorok

Postur tidak biasanya ( lutut ke abdomen ).

Ketidakaktifan fisik atau immobilitas.

Masalah dengan konsentrasi.

Perubahan pola tidur.

Rasa takut mengalami cidera ulang.

Menarik bila disentuh.

Mata terbuka lebar atau sangat tajam.

Gambaran kurus.

Mual dan muntah.

3.      Tujuan : Nyeri berkurang/hilang.

4.      Kriteria hasil :  Melaporkan/menunjukkan nyeri hilang/terkontrol.

                                          Menunjukkan nyeri hilang/ketidaknyamanan dengan menurunnya tegangan dan rileks, tidur/istirahat dengan tepat.

5.      Implementasi dan Rasional

1)      Jelaskan pada keluarga dan pasien tentang proses terjadinya nyeri.

R : Penjelasan dapat memberikan pengertian pada pasien dan keluarga tentang proses penyakitnya sehingga pasien dan keluarga dapat turut serta untuk mengurangi nyeri.

2)      Kaji intensitas dan lokasi nyeri.

R : Dapat memonitor manfaat ketidakefektifan dari pengobatan, perkembangan dan penyembuhan.

3)      Ajarkan teknik rileksasi nafas dalam.

R : Teknik rileksasi dapat mengurangi spasme otot, sehingga dapat mengurangi nyeri.

Page 7: LAPORAN PENDAHULUAN CORPUS ALIENUM.docx

4)      Anjurkan pada keluarga dan pasien untuk memberikan posisi tidur yang nyaman.

R : Posisi tidur yang nyaman dapat mengurangi rasa nyeri pada pasien.

5)      Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.

R : Lingkungan yang tenang dan nyaman dapat membuat pasien beristirahat dengan baik.

6)      Observasi TTV.

R : TTV merupakan indikator dari perubahan rasa nyeri pasien.

7)      Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit.

R : Makan makanan halus dapat mengurangi nyeri telan pasien.

8)      Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik.

R : Analgesik berfungsi untuk mengurangi nyeri.

1.2.2.2  Diagnosa 2

1.      Diagnosa keperawatan : Nutrisi kurang dari kebutuhan

2.      Batasan karakteristik :

Mayor ( harus terdapat )

Individu yang tidak puasa melaporkan atau mengalami : masukan makanan tidak adekuat kurang dari yang dianjurkan dengan atau tanpa penurunan berat badan atau kebutuhan – kebutuhan metabolik aktual atau potensial dalam masukan yang berlebihan.

Minor ( mungkin terdapat )

Berat badan 10% sampai 20% atau lebih dibawah berat badan ideal untuk tinggi dan kerangka tubuh.

Lipatan kulit trisep, lingkar lengan tengah, dan lingkar otot pertengahan lengan kurang dari 60 % standar pengukuran.

Kelemahan otot dan nyeri tekan.

Peka rangsang mental dan kekacauan mental.

Penurunan albumin serum.

Penurunan transferin serum atau penurunan kapasitas ikatan besi.

3.      Tujuan : Nutrisi terpenuhi secara adekuat.

4.      Kriteria hasil :

Page 8: LAPORAN PENDAHULUAN CORPUS ALIENUM.docx

Individu akan :   Meningkatkan masukanoral.

                           Menjelaskan faktor – faktor penyebab bila diketahui.

                           Menjelaskan rasional dan prosedur untuk pengobatan.

5.      Implementasi dan Rasional

1)      Kaji ulang nyeri telan.

R : Dengan mengkaji ulang diharapkan dapat mengurangi atau mengidentifikasikan nyeri telannya.

2)      Sajikan makanan dalam porsi kecil tapi sering.

R : Dengan menyajikan makanan dalam porsi kecil tapi sering diharapkan lambung tetap terisi.

3)      Hidangkan makanan dalam keadaan hangat dan menarik serta sesuaikan dengan selera pasien.

R : Dengan menghidangkan makanan dalam keadaan hangat, menarik serta sesuai dengan selera pasien dapat mengoptimalkan kerja enzim dalam tubuh dan menarik selera makan pasien.

4)      Bantu pasiendalam memenuhi kebutuhan nutrisinya.

R : Pada pasien yang tidak sadar/tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisinya, bantuan perawat sangan dibutuhkan.

5)      Kolaborasi dengan ahli gizi dalam menentukan diit.

R : Perlu bantuan dalam perencanaan diit yang memenuhi kebutuhan nutrisi.

6)      Kolaborasi dengan dokter dalampemberian NTP bila perlu.

R : Membantu memenuhi kebutuhan nutrisi bila masukan oral tidak memadai.

1.2.2.3  Diagnosa 3

1.      Diagnosa keperawatan : Risiko tinggi terjadi infeksi.

2.      Batasan Karakteristik : -

3.      Tujuan : Tidak terjadi infeksi

4.      Kriteria hasil :

Individu akan :   Memperlihatkan teknik mencuci tangan yang sangat cermat pada waktu pulang.

Page 9: LAPORAN PENDAHULUAN CORPUS ALIENUM.docx

                           Bebas dari proses infeksi nosokomial selama perawatan di rumah sakit.

                           Memperlihatkan pengetahuan tentang faktor risiko yang berkaitan dengan infeksi dan melakukan tindakan pencegahan yang tepat untuk mencegah infeksi.

5.      Implementasi dan Rasional

1)      Pertahankan teknik aseptik dan teknik cuci tangan yang tepat bagi pasien, pengunjung maupun staf. Pantau dan batasi pengunjung / staf sesuai kebutuhan.

R : Menurunkan risiko pasien terkenan infeksi sekunder. Mengontrol penyebaran sumber infeksi, mencegah pemajanan pada individu terinfeksi ( misal individu yang mengalami infeksi saluran nafas atas ).

2)      Pantau suhu secara teratur. Catat munculnya tanda – tanda klinis dari proses infeksi.

R : Terapi obat biasanya akan diberikan terus selama kurang lebih 5 hari setelah suhu turun ( kembali normal ) dan tanda – tanda klinisnya jelas.

3)      Auskultasi suara nafas. Pantau kecepatan persiapan dan usaha pernafasan.

R : Adanya ronchi/mengi, takipnea dan peningkatan kerja pernafasan mungkin mencerminkan adanya akumulasi sekret dengan risiko terjadinya infeksi pernafasan.

4)      Ubah posisi dengan teratur dan anjurkan untuk melakukan nafas dalam.

R : Memobilisasi sekret dan meningkatkan kebocoran sekret yang akan menurunkan risiko terjadinya komplikasi terhadap pernafasan.

5)      Catat karakteristik urine, seperti warna, kejernihan dan bau.

R : Urin statis, dehidrasi dan kelemahan umum meningkatkan risiko terhadap infeksi kandung kemih/ginjal/awitan sepsis.

6)      Kolaborasi dengan dokter dalam memberikan terapi antibiotika IV sesuai indikasi.

R : Obat yang dipilih tergantung pada tipe infeksi dan sensitivitas individu.

BAB 2

TINJAUAN KASUS

2.1      Pengkajian

1.      Biodata :

Nama                           :   Ny. W                       No Reg : 0518128  

Umur                           :   36 tahun

Page 10: LAPORAN PENDAHULUAN CORPUS ALIENUM.docx

Jenis kelamin               :   Perempuan

Agama                         :   Islam

Alamat                        :   Ds. Bantur RT 35/07 Bantur

Pendidikan                  :   SMP

Pekerjaan                     :   Swasta

Diagnosa Medis          :   Corpus Alienum Esofagus

Tanggal MRS              :   31- 8 - 2005

Tanggal Pengkajian     :   5 - 9 - 2005

Golongan Darah          :   -

2.      Keluhan Utama :

Pasien mengatakan tenggorokannya nyeri saat dibuat menelan dengan skala nyeri 6

3.      Riwayat Penyakit Sekarang

Tanggal 31 Agustus 2005 jam 16.00 makan bakso secara tidak sengaja gigi palsu sebanyak 4 buah tertelan. Kemudian dibawa ke RSSA dan MRS jam 20.00 WIB. Pasien diberi IV FD RL 500 ml, Ampicillin 1 gr IV, dan puasa. Tanggal 1- 9 - 2005 pasien dipasang NGT dengan diit cair NGT dan dilakukan extraksi corpus alienum. Tanggal 2 - 9 - 2005 post extraksi hari 7 dengan diit terapi tetap sedangkan pada tanggal 3 - 9-2005 infus dilepas, Amoxillin 3 x 500 mg.

Page 11: LAPORAN PENDAHULUAN CORPUS ALIENUM.docx

4.      Riwayat Penyakit Masa Lalu

Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan seperti DM, HT, dan tidak pernah menderita penyakit menular seperti TBC atau Hepatitis.

5.      Riwayat Kesehatan Keluarga

Keluarga tidak ada yang menderita HT, DM, TBC atau Hepatitis atau penyakit menular lainnya.

Genogram

 

Keterangan

                     :  Laki - laki

X

                     :  Perempuan

                     :  Meninggal

Page 12: LAPORAN PENDAHULUAN CORPUS ALIENUM.docx

                     :  Pasien

                     :  Hubungan perkawinan

                     :  Hubungan saudara

                     :  Tinggal serumah

6.      Riwayat Psikososial dan Spiritual

-     Pasien yakin bahwa dirinya akan sembuh

-     Hubungan pasien dengan keluarga, pasien lain dan perawat cukup baik.

-     Pasien menganut agama Islam.

-     Pasien sangat kooperatif dalam melakukan tindakan keperawatan.

7.      Pola Aktivitas Sehari-hari

Jenis Sebelum Sakit Sesudah Sakit

Nutrisi

Aktivitas

Eliminasi

-    Pasien makan 3x/hr, dengan nasi, sayur, lauk, dan kadang-kadang dengan buah. Setiap hari pasien minum 5-6 gelas air putih/hr.

-    Setiap hari pasien bekerja sebagai pedagang dengan membuka toko dirumahnya.

-    BAB : 1x/hr dengan konsistensi lunak.

BAK : ± 5 x/hr

-    Pasien setiap hari tidur 6-8 jam, mulai jam 22.00-05.00 WIB.

-    Selama di RS pasien memenuhi kebutuhan nutrisinya dengan diit cair NGT dan susu.

-    Saat di RS pasien dapat melakukan ADL dengan bantuan adik perempuannya.

-    BAB : 1x/hr dengan konsistensi lembek.

BAK : ± 5 x/hr

-    Selama dirawat di RS pasien sering tidur

Page 13: LAPORAN PENDAHULUAN CORPUS ALIENUM.docx

Istirahat

Personal Hygiene

-    Pasien mandi dan gosok gigi 2 x/hr secara mandiri

sekitar 8 jam/hr

-    Pasien mandi biasa dengan bantuan adik perempuannya 2x /hr.

8.      Keadaan / Penampilan / Kesan Umum Pasien

Pasien terlihat agak kusut.

Page 14: LAPORAN PENDAHULUAN CORPUS ALIENUM.docx

9.      Tanda-tanda Vital

Suhu tubuh    :   365 0C

Denyut Nadi :   88 x/mnt

Tensi / TD     :   120/80 mmHg

Respirasi        :   24 x/mnt

TB / BB         :   -

10.  Pemeriksaan Fisik (diutamakan ada sistem yang terganggu sesuai dengan penyakitnya ) :

1)      Pemeriksaan Kepala dan Leher

Rambut     :   rambut hitam dan tebal, pada kulit kepala tidak ada lesi.

Mata          :   konjungtiva tidak anemis, sklera putih, daerah mata agak cowong.

Hidung      :   bersih, tidak ada polip, terpasang NGT.

Telinga      :   bersih tidak ada serumen sedikit.

Leher         :   tidak ada pembesaran tiroid, tidak terdapat luka bekas operasi.

2)      Pemeriksaan Integumen / Kulit dan Kuku         

Turgor kulit baik, warna kulit sawo matang dan agak kering.

Kuku pendek dan bersih, CRT < 2 detik

3)      Pemeriksaan Payudara dan Ketiak (bila diperlukan)

Payudara simetris dan tidak ada masa / benjolan

4)      Pemeriksaan Thorak / Dada

Inspeksi Thorak   :   dada simetris, tidak ada lesi, saat inspirasi dan ekspirasi dada kanan dan kiri bergerak bersamaan.

Palpasi                 :   tidak ada benjolan, tactil fremitus sama dikedua lapang paru.

Perkusi                :   sonor

Auskultasi           :   terdengar suara paru tambahan seperti ronchi atau wheezing.

Auskultasi paru   :   tidak ada suara paru tambahan seperti ronchi atau wheezing, suara nafas bronkial pada trakea, suara bronkovesikuler pada percabangan bronkus dan trakea, vesikuler disemua lapang paru.

Page 15: LAPORAN PENDAHULUAN CORPUS ALIENUM.docx

5)      Jantung

Inspeksi       :   ictus cordis pada ICS V line midclavicula kiri.

Auskultasi   :   S1 dan S2 tunggal, tidak ada mur-mur jantung.

6)      Pemeriksaan Abdomen

Inspeksi       :   tidak ada lesi

Palpasi         :   turgor kulit baik, tidak ada hepato dan splenomegali, tidak nyeri tekan

Perkusi        :   timpani

Auskultasi   :   bising usus 5 x/mnt

7)      Pemeriksaan Kelamin dan Daerah Sekitarnya ( bila diperlukan)

Genetalis     :   tidak terpasang kateter

Anus            :   tidak ada hemoroid

8)       Pemeriksaan Muskuloskeletal

MMT    5        5

              5        5

Tidak ada atropi otot pada ekstremitas kanan dan kiri

9)      Pemeriksaan Neurologi

Kesadaran komposmentis

GCS    4 - 5 – 6

10)  Pemeriksaan Status Mental

Orientasi terhadap waktu, tempat, orang : baik

Emosi pasien : stabil

11)  Pemeriksaan Penunjang Medis

Darah Lengkap :

-      Leukosit 6800 /μl

-      HB : 11.1 gr/dl

-      PCV : 34,8 %

Page 16: LAPORAN PENDAHULUAN CORPUS ALIENUM.docx

-      Trombosit : 288.000/ μl

-      PPT : 1 menit 22 detik

-      APTT : 36 detik

Kimia Darah :

-      GD sesaat : 98 mg/dl

-      Ureum : 27,8 mg/dl

-      Creatinin : 0,52 mg/dl

-      SGOT : 21 mv/ml

-      SGPT : 15 mv/ml

Foto roentgen cervical AP / lat dengan hasil massa radiopague setinggi V corialis 5 - 6 esofagus endoskopi

12)  Pelaksanaan / Therapi

Ampicillin 3 x 1 gr IV

Amoxillin 3 x 500 mg

Bisolvon 3 x 1sdm

IV FD RL 500 ml

13)  Harapan Klien / Kleuarga Sehubungan Dengan Penyakitnya

Pasien berharap bahwa sakitnya cepat sembuh sehingga bisa melakukan aktivitasnya sehari-hari dan dapat berkumpul kembali bersama keluarganya.

Page 17: LAPORAN PENDAHULUAN CORPUS ALIENUM.docx

2.2      ANALISA DATA

Nama Pasien     :   Ny. W

Umur                 :   36 tahun

No. Register      :   0518128

DATA GAYUT

DATA OBYEKTIF

DATA SUBYEKTIF

MASALAH KEMUNGKINAN PENYEBAB

DS:

DO:

Pasien mengatakan bahwa lehernya sakit saat dibuat untuk menelan (skala nyeri 6)

-      Saat menelan pasien sangat hati-hati.

-      Pasien tampak kesakitan saat menelan air ludah.

-      TTV :

Nadi : 88 x/mnt

TD : 120/80 mmHg

Gangguan nyaman nyeri (nyeri telan)

Lesi pada esofagus

DS:

DO:

-

-      Leukosit 6800/μl

-      Suhu 365 0C

-      Warna kencing kurang jernih

-      Tidak ada nafas tambahan pada paru seperti ronchi atau wheezing

Risiko tinggi infeksi

Lesi pada esofagus sekunder terhadap corpus alienum

Page 18: LAPORAN PENDAHULUAN CORPUS ALIENUM.docx

2.3      DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Pasien     :   Ny. W

Umur                 :   36 tahun

No. Register      :   0518128

NOTANGGAL MUNCUL

DIAGNOSA KEPERAWATANTANGGAL TERATASI

TTD

1.

2.

5 - 9 - 2005

5 - 9 - 2005

Gangguan nyaman nyeri (nyeri telan) berhubungan dengan adanya lesi pada esofagus yang ditandai dengan pasien mengatakan bahwa lehernya sakit saat dibuat untuk menelan (skala nyeri 6), saat menelan pasien sangat hati-hati, pasien tampak kesakitan saat menelan air ludah, nadi : 88 x/mnt, TD : 120/80 mmHg

Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan Lesi pada esofagus sekunder terhadap corpus alienum

Page 19: LAPORAN PENDAHULUAN CORPUS ALIENUM.docx

2.4      RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Pasien     :   Ny. W

Umur                 :   36 tahun

No. Register      :   0518128

DIAGNOSA KEPERAWATAN

TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

Gangguan nyaman nyeri (nyeri telan) berhubungan dengan adanya lesi pada esofagus yang ditandai dengan pasien mengatakan bahwa lehernya sakit saat dibuat untuk menelan (skala nyeri 6), saat menelan pasien sangat hati-hati, pasien tampak kesakitan saat menelan air ludah, nadi : 88 x/mnt, TD : 120/80 mmHg

Nyeri berkurang / teratasi dengan kriteria hasil :

-      Pasien mengatakan saat menelan sakit pada lehernya sudah berkurang / hilang

-      Pasien tampak rileks dan tidak kesakitan saat menelan

-      TTV dalam batas normal nadi 60-100 x/mnt

1.    Jelaskan pada keluarga dan pasien tentang proses terjadinya  nyeri

2.    Kaji intensitas dan lokasi nyeri

1.   Penjelasan dapat memberikan pengertian pada pasien dan keluarga tentang proses penyakitnya, sehingga pasien dan keluarga dapat turut serta untuk menguranginya

2.   Dapat memonitor manfaat ketidakefektifan dari pengobatan, perkembangan dan penyembuhan

NODIAGNOSA KEPERAWATAN

TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

TD : 120/80 s/d 140/90 mmHg

3.    Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam

4.    Anjurkan pada keluarga dan pasien untuk memberikan posisi tidur yang nyaman

5.    Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman

3.   Teknik relaksasi dapat mengurangi spasme otot, sehingga dapat mengurangi nyeri mengurangi nyeri dan menurunkan tegangan otot.

4.   Posisi tidur yang nyaman dapat mengurangi rasa nyeri pada pasien

5.   Lingkungan yang tenang dan nyamandapat membuat pasien beristirahat dengan baik

Page 20: LAPORAN PENDAHULUAN CORPUS ALIENUM.docx

6.    Observasi TTV

7.    Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet

8.    Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik

6.   TTV merupakan indikator dari perubahan ras nyeri klien

7.   Makan-makann halus dapat mengurangi nyeri telan pasien

8.   Analgetik berfungsi untuk mengurangi nyeri

NODIAGNOSA KEPERAWATAN

TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

2. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan Lesi pada esofagus sekunder terhadap corpus alienum

Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien tidak mengalami infeksi dengan kriteria hasil :

-      Jumlah leukosit dalam batas normal yaitu 3500-10000/ μl

-      Pasien tidak mengalami demam   ( ≤ 380 C )

-      Warna urine kuning jernih

-      Tidak terjadi akumulasi sekret pada paru-paru

1.   Pertahankan teknik aseptik dengan cuci tangan yang tepat bagi pasien, pengunjung maupun staf. Pantau dan batasi pengunjung / staf sesuai kebutuhan

2.   Pantau suhu secara teratur. Catat munculnya tanda-tanda klinis dari proses infeksi

3.   Auskultasi suara nafas. Pantau kecepatan pernafasan dan usaha pernafasan

1.      Menurunkan risiko pasien terkena infeksi sekunder. Mengontrol penyebaran sumber infeksi, mencegah pemajanan pada individu terinfeksi (misal individu yang mengalami infeksi saluran nafas atas)

2.   Terapi obat biasanya akan diberikan terus selama kurang lebih 5 haris etelah suhu turun (kembali normal) dan tanda-tanda klinisnya jelas

3.   Adanya ronchi / mengi, takipnea dan peningkatan kerja pernafasan mungkin mencerminkan adanya

NODIAGNOSA KEPERAWATAN

TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

4.   Ubah posisi pasien dengan teratur dan anjurkan

akumulasi sekret denga risiko terjadinya infeksi pernafasan

4.   Memobilisasi sekret dan meningkatkan kelancaran sekret yang akan menurunkan risiko terjadinya

Page 21: LAPORAN PENDAHULUAN CORPUS ALIENUM.docx

untuk melakukan nafas dalam

5.   Catat karakteristik urine, seperti warna, kejernihan, dan bau

6.   Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi :

a.       Amoxillin 3 x 500 mg

b.      Bisolvon 3 x 1 sdm

komplikasi terhadap pernafasan

5.   urine statis, dehidrasi dan kelemahan umum meningkatkan risiko terhadap infeksi kandung kemih / ginjal/ awitan sepsis

6.   a. Mengatasi infeksi saluran pernafasan

    b. Merangsang pembentukan dahak dan ekspektorasi yang lebih cepat dari cairan abnormal yang terdapat dalam batang tenggorokan

Page 22: LAPORAN PENDAHULUAN CORPUS ALIENUM.docx

2.5      TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama Pasien     :   Ny. W

Umur                 :   36 tahun

No. Register      :   0518128

NO No. DX TGL/JAM TINDAKAN KEPERAWATAN TTD

1.

2.

1

2

5-9-2005

5-9-2005

1.   Mengkaji intensitas dan lokasi nyeri pada jam 10.30 am

2.   Mengajarkan pasien teknik relaksasi nafas dalam jam 11 am

3.   Menganjurkan pada keluarga dan pasien untuk memberikan posisi yang nyaman jam 11 am

4.   Memberikan makanan cair lewat NGT jam 11.30 am

5.   Mengukur TTV terutama nadi dan TD jam 12 am

1.   Memberikan minum lewat NGT dan sebelumnya cuci tangan jam 11.30 am

2.   Mengukur suhu dan menghitung frekwensi nafas

3.   Mendengarkan apakah ada suara paru tambahan jam 12 am

4.   Memberikan Amoxillin 500 mg dan bisolvon 1 sdm jam 12 am

5.   Menanyakan pada pasien warna urinnya

Page 23: LAPORAN PENDAHULUAN CORPUS ALIENUM.docx

NO No. DX TGL/JAM TINDAKAN KEPERAWATAN TTD

1.

2.

1

2

6-9-2005

6-9-2005

1.   Menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang proses terjadinya nyeri jam 8.30 am

2.   Mengkaji intensitas dan lokasi nyeri jam 8.30 am

3.   Menganjurkan pada keluarga dan pasien untuk memberikan posisi yang nyaman jam 9 am

4.   Mengukur TTV terutama nadi dan TD jam 12 am

1.   Memberikan Amoxillin 500 mg dan bisolvon 1 sdm jam 8 am

2.   Mengantarkan pasien ke OK THT lokal untuk dilakukan endoskopi jam 9 am dan kembali jam 11 am

3.   Mendengarkan suara paru pasien jam 12 am

4.   Memberikan Amoxillin 500 mg dan bisolvon 1 sdm jam 12 am

5.   Mengukur suhu tubuh dan menghitung frekwensi nafas pasien jam 12 am

6.   Menanyakan pada pasien warna urinnya

Page 24: LAPORAN PENDAHULUAN CORPUS ALIENUM.docx

2.6      CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien     :   Ny. W

Umur                 :   36 tahun

No. Register      :   0518128

NO NO. DX TGL/JAM EVALUASI TTD

1.

2.

1

2

5 - 9 - 2005

12 am

5 - 9 - 2005

S :

O :

A:

P :

S :

O :

A:

P :

Pasien mengatakan bahwa lehernya masih sakit saat menelan (skala 6)

-  Pasien terlihat hati-hati saat menelan ludah

-  Pasien tampak kesakitan saat menelan ludah

-  Nadi 84 x/mnt, TD 120/80 mmHg

Tujuan belum tercapai

Intervensi dilanjutkan

-

-  Suhu 360 C, nafas 20 x/mnt

-  Tidak ada suara nafas tambahan pada seluruh area

-  Warna urine kuning jernih

Tujuan belum tercapai

Intervensi dilanjutkan

Page 25: LAPORAN PENDAHULUAN CORPUS ALIENUM.docx

NO NO. DX TGL/JAM EVALUASI TTD

1.

2.

1

2

6 - 9 - 2005

12 am

6 - 9 - 2005

S :

O :

A:

P :

S :

O :

A:

P :

Pasien mengatakan bahwa setelah NGT dilepas, leher sudah tidak nyeri saat untuk menelan

-  Pasien tampak rileks dan tidak kesakitan saat menelan

-  Nadi 84 x/mnt, TD 120/80 mmHg

Tujuan tercapai

Intervensi dihentikan

-

-  Hasil endoskopi lesi pada esofagus sudah sembuh

-  Tidak ada suara nafas tambahan pada seluruh area

-  Suhu 365 0C, nafas 20 x/mnt

-  Warna urine kuning jernih

Tujuan tercapai

Intervensi dihentikan.

Page 26: LAPORAN PENDAHULUAN CORPUS ALIENUM.docx

DAFTAR PUSTAKA

Boies, Lawrence R. 1997. BOIES Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6. EGC : Jakarta.

Capernito, Lynda Juall 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. EGC : Jakarta.

Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. EGC : Jakarta.

Mansjoer, Arief. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 jilid 1. Media Aesculapius FKUI : Jakarta

Pracy, R. 1993. Pelajaran Ringkas Telinga, Hidung, dan Tenggorok. PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta

Rukmini, Sri. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga, Hidung, dan Tenggorok Untuk Perawat. Surabaya.