corpus 1.docx

40
LAPORAN PENDAHULUAN dan ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KASUS CORPUS ALIENUM BAB 1 TINJAUAN TEORI 1.1 Tinjauan Medis 1.1.1 Pengertian 1.1.1.1 Corpus Alienum adalah benda, baik tajam atau tumpul, atau makanan yang tersangkut dan terjepit di esophagus karena tertelan, baik secara sengaja maupun tidak sengaj ( Kapita Selekta Editor Mansjoer Arif Edisi 3, 1999 ). 1.1.1.2 Corpus Alienum adalah terdapatnya suatu benda asing di dalam rongga mulut baik tajam maupun tumpul atau makanan yang tersangkut dan terjepit di esophagus karena tertelan, baik secara sengaja maupun tidak sengaja ( Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT, 2000 ). 1.1.2 Etiologi 1.1.2.1 Pada anak penyababnya antara lain anomaly congenital, termasuk stenosis congenital, web, fistel trakeoesofagus dan pelebaran pembuluh darah.

Upload: tuti

Post on 20-Feb-2016

254 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: corpus 1.docx

LAPORAN PENDAHULUAN

dan

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KASUS CORPUS ALIENUM

BAB 1

TINJAUAN TEORI

1.1  Tinjauan Medis

1.1.1        Pengertian

1.1.1.1  Corpus Alienum adalah benda, baik tajam atau tumpul, atau makanan yang tersangkut dan

terjepit di esophagus karena tertelan, baik secara sengaja maupun tidak sengaj ( Kapita Selekta

Editor Mansjoer Arif Edisi 3, 1999 ).

1.1.1.2  Corpus Alienum adalah terdapatnya suatu benda asing di dalam rongga mulut baik tajam

maupun tumpul atau makanan yang tersangkut dan terjepit di esophagus karena tertelan, baik

secara sengaja maupun tidak sengaja ( Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT, 2000 ).

1.1.2        Etiologi

1.1.2.1  Pada anak penyababnya antara lain anomaly congenital, termasuk stenosis congenital, web, fistel

trakeoesofagus dan pelebaran pembuluh darah.

1.1.2.2  Pada orang dewasa sering terjadi akibat mabuk, pemakai gigi palsu yang telah kehilangan

sensasi rasa palatum, gangguan mental dan psikosis.

1.1.3        Fisiologi

Esophagus bagian servikal terletak kurang lebih pada garis tengah leher di belakang trakea dan di

depan korpus vertebra. Saraf laringeus rekurens terdapat pada lur diantara esophagus dan trakea.

Arteri karotis komunis dan isi dari selubung karotis terletak di lateral esophagus. Pada lapisan

otofaring terdapat daerah trigonum yang lemah di atas krikofaringeus yang berkembang dari

krikoid dan mengelilingi esophagus bagian atas. Divertikulum yang disebut divertikulum zenker

dapat keluar melalui daerah yang lemah ini dan berlawanan dengan penelanan.

Page 2: corpus 1.docx

1.1.4        Patofisiologi

-          Benda mati

-          Benda hidup

-          Komponen tubuh

-          Faktor kesengajaan

-          Faktor kecerobohan

-          Faktor kebutuhan

Masuk rongga mulut

 

Esophagus

Gangguanpertukaran gas

  

Tersangkut di esophagus obstruksi saluran nafas

Gangguan nyaman nyeri

Nutrisi kurang dari kebutuhan 

Risti infeksi 

 

Lesi pada esophagus nyeri

tekan

Extraksi corpus alineum

Page 3: corpus 1.docx

Narasi :

Benda asing baik itu benda mati, hidup ataupun komponen tubuh dapat masuk ke rongga mulut

karen faktor kesengajaan, kecerobohan maupun faktor kebutuhan. Ketika benda asing tersebut

tertelan dan masuk ke esophagus yang menyebabkan tersangkutnya benda itu, maka akan

dilakukan ekstraksi untuk menghindari komplikasi yang lebih lanjut. Ekstraksi tersebut dapat

menimbulkan lesi pada esophagus sehingga akan terasa nyeri jika digunakan untuk menelan.

1.1.5        Klasifikasi

1.1.5.1  Corpus alienum esophagus

Banyak terjadi pada anak – anak. Hal ini disebabkan anak – anak mempunyai kebiasaan sering

memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya. Pada umumnya benda asing yang tertelan berupa uang

logam, peniti, tutup bollpoin dan lain – lain. Pada orang tua hal ini juga dapat terjadi,

kebanyakan terjadi pada golongan lansia yang giginya sudahj habis sehingga makanan tidak

dapat dikunyah dengan baik. Benda yang tertelan biasanya daging yang liat, bakso, abon, tulang

ayam/bebek, paku, jarum, kawat gigi palsu dan lain – lain.

1.1.5.2  Corpus alienum di trakea-bronkus

Benda asing yang masuk ke trakea atau bronkus kebanyakan karena terhirup. Banyak terjadi

pada anak kecil karena gigi gerahamnya belum tumbuh sehingga makanan tidak dapat dikunyah

dengan baik. Secara tidak sadar karena menangis, berteriak atau terjatuh makanan akan terhirup

dan masuk ke jalan nafas. Benda yang terhirup pada umumnya adalah makanan misalnya

kacang, nasi dan lain – lain. Pada orang dewasa hal ini juga dapat terjadi terutama saat bekerja.

Benda yang terhirup misalnya jarum pentul, paku.

1.1.6        Manifestasi klinis

Gejala sumbatan tergantung pada ukuran, bentuk dan jenis benda asing, lokasi tersangkutnya,

komplikasi yang timbul dan lama tertelan.

1.      Nyeri di daerah leher.

2.      Rasa tidak enak di daerah substernal atau nyeri di punggung.

3.      Rasa tercekik.

4.      Rasa tersumbat di tenggorokan.

5.      Batuk, muntah, disfagia.

Page 4: corpus 1.docx

6.      BB turun.

7.      Regurgitasi.

8.      Gangguan nafas.

9.      Ronchi/mengi.

10.  Demam.

11.  Abses leher.

12.  Emfisema subkutan.

13.  Gangguan pertumbuhan.

14.  Obstruksi saluran nafas.

1.1.7        Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan radiologi berupa foto polos esophagus servikal dan torakal anteroposterior dan

lateral harus dilakukan pada semua pasien yang diduga tertelan benda asing. Bila benda asing

radioopak mudah diketahui lokasinya, sedangkan bila radiolusen dapat diketahui tanda inflamasi

periesofagus atau hiperinflamasi hipofaring dan esophagus bagian proksimal. Esofagogram

dilakukan untuk benda asing radiolusen, yang akan memperlihatkan filling detect persisten.

Dapat dilakukan MRI dan tomografis computer.

Tindakan endoskopi dilakukan untuk tujuan diagnostik dan terapi.

1.1.8        Penatalaksanaan

Pasien dirujuk ke rumah sakit untuk dilakukan esofaguskopi dengan menamai cunam yang sesuai

agar benda asing tersebut dapat dikeluarkan. Kemudian dilakukan esofagoskopi ulang untuk

menilai kelainan – kelainan esophagus yang telah ada sebelumnya.

Untuk benda asing tajam yang tidak bisa dikeluarkan dengan esophagus harus segera dilakukan

pembedahan sesuai lokasi benda asing tersebut. Bila dicurigai adanya perforasi kecil, segera

dipasang pipa nasogaster agar pasien tidak menelan dan diberikan antibiotik berspektrum luas

selama 7 – 10 hari agar tidak terjadi sepsis. Bila letak benda asing menetap selama 2 kali 24 jam

maka benda asing tersebut harus dikeluarkan secara pembedahan.

1.2  Tinjauan Asuhan Keperawatan

1.2.1        Pengkajian

1.2.1.1  Anamnesa

Page 5: corpus 1.docx

1.      Kesukaran dalam menelan (disfagia) makanan padat atau cairan.

2.      Sumbatan komplit (ketidakmampuan untuk menelan).

3.      Rasa tidak nyaman dalam menelan (odinofagia).

4.      Regurgitasi dari makanan yang belum dicerna.

5.      Hematemesis.

6.      Sensasi benda asing.

7.      Sumbatan pada tenggorokan.

8.      Rasa panas dalam perut.

9.      Penurunan berat badan.

10.  Suara serak

11.  Sensitivitas terhadap makanan dingin atau panas.

1.2.1.2  Pemeriksaan fisik

1.      Pada pemeriksaan esophagus dengan endoskopi ditemukan adanya benda asing, lesi atau

mungkin hematom.

2.      Pada leher mungkin ada abses leher (pada anak – anak).

3.      Pada pemeriksaan paru ditemukan suara nafas tambahan seperti ronchi/mengi.

4.      Adanya gangguan pertumbuhan pada anak – anak.

5.      Jika terjadi obstruksi saluran nafas pasien bisa cyianosis dan takipnea.

6.      Suhu tubuh demam dan BB turun.

1.2.2        Rencana Asuhan Keperawatan

1.2.2.1  Diagnosa 1

1.      Diagnosa keperawatan : gangguan nyaman nyeri (akut).

2.      Batasan karakteristik :

Mayor ( 80 – 100 % )

Komunikasi (verbal atau penggunaan kode) tentang nyeri yang dideskripsikan.

Minor (60 – 79 % )

Mengatupkan rahang atau pergelangan tangan.

Perubahan kemauan untuk melanjutkan aktivitas sebelumnya.

Agitasi.

Page 6: corpus 1.docx

Ansietas.

Peka rangsang.

Menggosok bagian yang nyeri.

Mengorok

Postur tidak biasanya ( lutut ke abdomen ).

Ketidakaktifan fisik atau immobilitas.

Masalah dengan konsentrasi.

Perubahan pola tidur.

Rasa takut mengalami cidera ulang.

Menarik bila disentuh.

Mata terbuka lebar atau sangat tajam.

Gambaran kurus.

Mual dan muntah.

3.      Tujuan : Nyeri berkurang/hilang.

4.      Kriteria hasil : Melaporkan/menunjukkan nyeri hilang/terkontrol.

Menunjukkan nyeri hilang/ketidaknyamanan dengan menurunnya tegangan dan rileks,

tidur/istirahat dengan tepat.

5.      Implementasi dan Rasional

1)      Jelaskan pada keluarga dan pasien tentang proses terjadinya nyeri.

R : Penjelasan dapat memberikan pengertian pada pasien dan keluarga tentang proses penyakitnya

sehingga pasien dan keluarga dapat turut serta untuk mengurangi nyeri.

2)      Kaji intensitas dan lokasi nyeri.

R : Dapat memonitor manfaat ketidakefektifan dari pengobatan, perkembangan dan penyembuhan.

3)      Ajarkan teknik rileksasi nafas dalam.

R : Teknik rileksasi dapat mengurangi spasme otot, sehingga dapat mengurangi nyeri.

4)      Anjurkan pada keluarga dan pasien untuk memberikan posisi tidur yang nyaman.

R : Posisi tidur yang nyaman dapat mengurangi rasa nyeri pada pasien.

5)      Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.

R : Lingkungan yang tenang dan nyaman dapat membuat pasien beristirahat dengan baik.

6)      Observasi TTV.

R : TTV merupakan indikator dari perubahan rasa nyeri pasien.

Page 7: corpus 1.docx

7)      Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit.

R : Makan makanan halus dapat mengurangi nyeri telan pasien.

8)      Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik.

R : Analgesik berfungsi untuk mengurangi nyeri.

1.2.2.2  Diagnosa 2

1.      Diagnosa keperawatan : Nutrisi kurang dari kebutuhan

2.      Batasan karakteristik :

Mayor ( harus terdapat )

Individu yang tidak puasa melaporkan atau mengalami : masukan makanan tidak adekuat kurang

dari yang dianjurkan dengan atau tanpa penurunan berat badan atau kebutuhan – kebutuhan

metabolik aktual atau potensial dalam masukan yang berlebihan.

Minor ( mungkin terdapat )

Berat badan 10% sampai 20% atau lebih dibawah berat badan ideal untuk tinggi dan kerangka

tubuh.

Lipatan kulit trisep, lingkar lengan tengah, dan lingkar otot pertengahan lengan kurang dari 60 %

standar pengukuran.

Kelemahan otot dan nyeri tekan.

Peka rangsang mental dan kekacauan mental.

Penurunan albumin serum.

Penurunan transferin serum atau penurunan kapasitas ikatan besi.

3.      Tujuan : Nutrisi terpenuhi secara adekuat.

4.      Kriteria hasil :

Individu akan : Meningkatkan masukanoral.

Menjelaskan faktor – faktor penyebab bila diketahui.

Menjelaskan rasional dan prosedur untuk pengobatan.

5.      Implementasi dan Rasional

1)      Kaji ulang nyeri telan.

R : Dengan mengkaji ulang diharapkan dapat mengurangi atau mengidentifikasikan nyeri telannya.

2)      Sajikan makanan dalam porsi kecil tapi sering.

R : Dengan menyajikan makanan dalam porsi kecil tapi sering diharapkan lambung tetap terisi.

Page 8: corpus 1.docx

3)      Hidangkan makanan dalam keadaan hangat dan menarik serta sesuaikan dengan selera pasien.

R : Dengan menghidangkan makanan dalam keadaan hangat, menarik serta sesuai dengan selera

pasien dapat mengoptimalkan kerja enzim dalam tubuh dan menarik selera makan pasien.

4)      Bantu pasiendalam memenuhi kebutuhan nutrisinya.

R : Pada pasien yang tidak sadar/tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisinya, bantuan perawat

sangan dibutuhkan.

5)      Kolaborasi dengan ahli gizi dalam menentukan diit.

R : Perlu bantuan dalam perencanaan diit yang memenuhi kebutuhan nutrisi.

6)      Kolaborasi dengan dokter dalampemberian NTP bila perlu.

R : Membantu memenuhi kebutuhan nutrisi bila masukan oral tidak memadai.

1.2.2.3  Diagnosa 3

1.      Diagnosa keperawatan : Risiko tinggi terjadi infeksi.

2.      Batasan Karakteristik : -

3.      Tujuan : Tidak terjadi infeksi

4.      Kriteria hasil :

Individu akan : Memperlihatkan teknik mencuci tangan yang sangat cermat pada waktu pulang.

Bebas dari proses infeksi nosokomial selama perawatan di rumah sakit.

Memperlihatkan pengetahuan tentang faktor risiko yang berkaitan dengan infeksi dan melakukan

tindakan pencegahan yang tepat untuk mencegah infeksi.

5.      Implementasi dan Rasional

1)      Pertahankan teknik aseptik dan teknik cuci tangan yang tepat bagi pasien, pengunjung maupun

staf. Pantau dan batasi pengunjung / staf sesuai kebutuhan.

R : Menurunkan risiko pasien terkenan infeksi sekunder. Mengontrol penyebaran sumber infeksi,

mencegah pemajanan pada individu terinfeksi ( misal individu yang mengalami infeksi saluran

nafas atas ).

2)      Pantau suhu secara teratur. Catat munculnya tanda – tanda klinis dari proses infeksi.

R : Terapi obat biasanya akan diberikan terus selama kurang lebih 5 hari setelah suhu turun

( kembali normal ) dan tanda – tanda klinisnya jelas.

3)      Auskultasi suara nafas. Pantau kecepatan persiapan dan usaha pernafasan.

Page 9: corpus 1.docx

R : Adanya ronchi/mengi, takipnea dan peningkatan kerja pernafasan mungkin mencerminkan

adanya akumulasi sekret dengan risiko terjadinya infeksi pernafasan.

4)      Ubah posisi dengan teratur dan anjurkan untuk melakukan nafas dalam.

R : Memobilisasi sekret dan meningkatkan kebocoran sekret yang akan menurunkan risiko

terjadinya komplikasi terhadap pernafasan.

5)      Catat karakteristik urine, seperti warna, kejernihan dan bau.

R : Urin statis, dehidrasi dan kelemahan umum meningkatkan risiko terhadap infeksi kandung

kemih/ginjal/awitan sepsis.

6)      Kolaborasi dengan dokter dalam memberikan terapi antibiotika IV sesuai indikasi.

R : Obat yang dipilih tergantung pada tipe infeksi dan sensitivitas individu.

BAB 2

TINJAUAN KASUS

2.1      Pengkajian

1.      Biodata :

Nama : Ny. W No Reg : 0518128

Umur : 36 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Ds. Bantur RT 35/07 Bantur

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Swasta

Diagnosa Medis : Corpus Alienum Esofagus

Tanggal MRS : 31- 8 - 2005

Tanggal Pengkajian : 5 - 9 - 2005

Golongan Darah : -

2.      Keluhan Utama :

Pasien mengatakan tenggorokannya nyeri saat dibuat menelan dengan skala nyeri 6

Page 10: corpus 1.docx

3.      Riwayat Penyakit Sekarang

Tanggal 31 Agustus 2005 jam 16.00 makan bakso secara tidak sengaja gigi palsu sebanyak 4

buah tertelan. Kemudian dibawa ke RSSA dan MRS jam 20.00 WIB. Pasien diberi IV FD RL

500 ml, Ampicillin 1 gr IV, dan puasa. Tanggal 1- 9 - 2005 pasien dipasang NGT dengan diit

cair NGT dan dilakukan extraksi corpus alienum. Tanggal 2 - 9 - 2005 post extraksi hari 7

dengan diit terapi tetap sedangkan pada tanggal 3 - 9-2005 infus dilepas, Amoxillin 3 x 500 mg.

Page 11: corpus 1.docx

4.      Riwayat Penyakit Masa Lalu

Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan seperti DM, HT, dan tidak pernah

menderita penyakit menular seperti TBC atau Hepatitis.

5.      Riwayat Kesehatan Keluarga

Keluarga tidak ada yang menderita HT, DM, TBC atau Hepatitis atau penyakit menular lainnya.

Genogram

 

Keterangan

: Laki - laki

: Perempuan : Meninggal

: Pasien

: Hubungan perkawinan

: Hubungan saudara

: Tinggal serumah

Page 12: corpus 1.docx

6.      Riwayat Psikososial dan Spiritual

-     Pasien yakin bahwa dirinya akan sembuh

-     Hubungan pasien dengan keluarga, pasien lain dan perawat cukup baik.

-     Pasien menganut agama Islam.

-     Pasien sangat kooperatif dalam melakukan tindakan keperawatan.

7.      Pola Aktivitas Sehari-hari

Jenis Sebelum Sakit Sesudah Sakit

Nutrisi

Aktivitas

Eliminasi

Istirahat

Personal Hygiene

-    Pasien makan 3x/hr,

dengan nasi, sayur, lauk,

dan kadang-kadang dengan

buah. Setiap hari pasien

minum 5-6 gelas air

putih/hr.

-    Setiap hari pasien bekerja

sebagai pedagang dengan

membuka toko

dirumahnya.

-    BAB : 1x/hr dengan

konsistensi lunak.

BAK : ± 5 x/hr

-    Pasien setiap hari tidur 6-8

jam, mulai jam 22.00-

05.00 WIB.

-    Pasien mandi dan gosok

gigi 2 x/hr secara mandiri

-    Selama di RS pasien

memenuhi kebutuhan

nutrisinya dengan diit

cair NGT dan susu.

-    Saat di RS pasien

dapat melakukan ADL

dengan bantuan adik

perempuannya.

-    BAB : 1x/hr dengan

konsistensi lembek.

BAK : ± 5 x/hr

-    Selama dirawat di RS

pasien sering tidur

sekitar 8 jam/hr

-    Pasien mandi biasa

dengan bantuan adik

perempuannya 2x /hr.

8.      Keadaan / Penampilan / Kesan Umum Pasien

Pasien terlihat agak kusut.

Page 13: corpus 1.docx
Page 14: corpus 1.docx

9.      Tanda-tanda Vital

Suhu tubuh : 365 0C

Denyut Nadi : 88 x/mnt

Tensi / TD : 120/80 mmHg

Respirasi : 24 x/mnt

TB / BB : -

10.  Pemeriksaan Fisik (diutamakan ada sistem yang terganggu sesuai dengan penyakitnya ) :

1)      Pemeriksaan Kepala dan Leher

Rambut : rambut hitam dan tebal, pada kulit kepala tidak ada lesi.

Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera putih, daerah mata agak cowong.

Hidung : bersih, tidak ada polip, terpasang NGT.

Telinga : bersih tidak ada serumen sedikit.

Leher : tidak ada pembesaran tiroid, tidak terdapat luka bekas operasi.

2)      Pemeriksaan Integumen / Kulit dan Kuku

Turgor kulit baik, warna kulit sawo matang dan agak kering.

Kuku pendek dan bersih, CRT < 2 detik

3)      Pemeriksaan Payudara dan Ketiak (bila diperlukan)

Payudara simetris dan tidak ada masa / benjolan

4)      Pemeriksaan Thorak / Dada

Inspeksi Thorak : dada simetris, tidak ada lesi, saat inspirasi dan ekspirasi dada

kanan dan kiri bergerak bersamaan.

Palpasi : tidak ada benjolan, tactil fremitus sama dikedua lapang paru.

Perkusi : sonor

Auskultasi : terdengar suara paru tambahan seperti ronchi atau wheezing.

Auskultasi paru : tidak ada suara paru tambahan seperti ronchi atau wheezing, suara

nafas bronkial pada trakea, suara bronkovesikuler pada percabangan bronkus dan trakea,

vesikuler disemua lapang paru.

5)      Jantung

Inspeksi : ictus cordis pada ICS V line midclavicula kiri.

Auskultasi : S1 dan S2 tunggal, tidak ada mur-mur jantung.

Page 15: corpus 1.docx

6)      Pemeriksaan Abdomen

Inspeksi : tidak ada lesi

Palpasi : turgor kulit baik, tidak ada hepato dan splenomegali, tidak nyeri tekan

Perkusi : timpani

Auskultasi : bising usus 5 x/mnt

7)      Pemeriksaan Kelamin dan Daerah Sekitarnya ( bila diperlukan)

Genetalis : tidak terpasang kateter

Anus : tidak ada hemoroid

8)      Pemeriksaan Muskuloskeletal

MMT 5 5

5 5

Tidak ada atropi otot pada ekstremitas kanan dan kiri

9)      Pemeriksaan Neurologi

Kesadaran komposmentis

GCS 4 - 5 – 6

10)  Pemeriksaan Status Mental

Orientasi terhadap waktu, tempat, orang : baik

Emosi pasien : stabil

11)  Pemeriksaan Penunjang Medis

Darah Lengkap :

-      Leukosit 6800 /μl

-      HB : 11.1 gr/dl

-      PCV : 34,8 %

-      Trombosit : 288.000/ μl

-      PPT : 1 menit 22 detik

-      APTT : 36 detik

Kimia Darah :

-      GD sesaat : 98 mg/dl

-      Ureum : 27,8 mg/dl

-      Creatinin : 0,52 mg/dl

Page 16: corpus 1.docx

-      SGOT : 21 mv/ml

-      SGPT : 15 mv/ml

Foto roentgen cervical AP / lat dengan hasil massa radiopague setinggi V corialis 5 - 6 esofagus

endoskopi

12)  Pelaksanaan / Therapi

Ampicillin 3 x 1 gr IV

Amoxillin 3 x 500 mg

Bisolvon 3 x 1sdm

IV FD RL 500 ml

13)  Harapan Klien / Kleuarga Sehubungan Dengan Penyakitnya

Pasien berharap bahwa sakitnya cepat sembuh sehingga bisa melakukan aktivitasnya sehari-hari

dan dapat berkumpul kembali bersama keluarganya.

Page 17: corpus 1.docx

2.2      ANALISA DATA

Nama Pasien : Ny. W

Umur : 36 tahun

No. Register : 0518128

DATA GAYUTDATA OBYEKTIF

DATA SUBYEKTIF

MASALAH

KEMUNGKINAN PENYEBAB

DS

:

D

O:

Pasien mengatakan bahwa

lehernya sakit saat dibuat untuk

menelan (skala nyeri 6)

-      Saat menelan pasien sangat

hati-hati.

-      Pasien tampak kesakitan saat

menelan air ludah.

-      TTV :

Nadi : 88 x/mnt

TD : 120/80 mmHg

Gangguan

nyaman

nyeri (nyeri

telan)

Lesi pada

esofagus

DS

:

D

O:

-

-      Leukosit 6800/μl

-      Suhu 365 0C

-      Warna kencing kurang jernih

-      Tidak ada nafas tambahan pada

paru seperti ronchi atau

wheezing

Risiko

tinggi

infeksi

Lesi pada

esofagus

sekunder terhadap

corpus alienum

Page 18: corpus 1.docx

2.3      DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. W

Umur : 36 tahun

No. Register : 0518128

NOTANGGAL

MUNCULDIAGNOSA KEPERAWATAN

TANGGAL

TERATASITTD

1.

2.

5 - 9 - 2005

5 - 9 - 2005

Gangguan nyaman nyeri (nyeri

telan) berhubungan dengan

adanya lesi pada esofagus yang

ditandai dengan pasien

mengatakan bahwa lehernya sakit

saat dibuat untuk menelan (skala

nyeri 6), saat menelan pasien

sangat hati-hati, pasien tampak

kesakitan saat menelan air ludah,

nadi : 88 x/mnt, TD : 120/80

mmHg

Risiko tinggi infeksi

berhubungan dengan Lesi pada

esofagus sekunder terhadap

corpus alienum

Page 19: corpus 1.docx

2.4      RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. W

Umur : 36 tahun

No. Register : 0518128

NO

DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL TT

D1. Gangguan nyaman nyeri

(nyeri telan) berhubungan

dengan adanya lesi pada

esofagus yang ditandai

dengan pasien mengatakan

bahwa lehernya sakit saat

dibuat untuk menelan

(skala nyeri 6), saat

menelan pasien sangat

hati-hati, pasien tampak

kesakitan saat menelan air

ludah, nadi : 88 x/mnt,

TD : 120/80 mmHg

Nyeri berkurang /

teratasi dengan kriteria

hasil :

-      Pasien mengatakan

saat menelan sakit

pada lehernya sudah

berkurang / hilang

-      Pasien tampak rileks

dan tidak kesakitan

saat menelan

-      TTV dalam batas

normal nadi 60-100

x/mnt

1.    Jelaskan pada keluarga

dan pasien tentang

proses terjadinya nyeri

2.    Kaji intensitas dan

lokasi nyeri

1.   Penjelasan dapat

memberikan pengertian

pada pasien dan keluarga

tentang proses

penyakitnya, sehingga

pasien dan keluarga dapat

turut serta untuk

menguranginya

2.   Dapat memonitor manfaat

ketidakefektifan dari

pengobatan, perkembangan

dan penyembuhan

NO

DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

TD : 120/80 s/d

140/90 mmHg

3.    Ajarkan teknik relaksasi

nafas dalam

4.    Anjurkan pada keluarga

dan pasien untuk

memberikan posisi tidur

yang nyaman

3.   Teknik relaksasi dapat

mengurangi spasme otot,

sehingga dapat mengurangi

nyeri mengurangi nyeri dan

menurunkan tegangan otot.

4.   Posisi tidur yang nyaman

dapat mengurangi rasa nyeri

pada pasien

5.   Lingkungan yang tenang

Page 20: corpus 1.docx

5.    Ciptakan lingkungan yang

tenang dan nyaman

6.    Observasi TTV

7.    Kolaborasi dengan ahli

gizi dalam pemberian diet

8.    Kolaborasi dengan dokter

dalam pemberian

analgetik

dan nyamandapat membuat

pasien beristirahat dengan

baik

6.   TTV merupakan indikator

dari perubahan ras nyeri

klien

7.   Makan-makann halus dapat

mengurangi nyeri telan

pasien

8.   Analgetik berfungsi untuk

mengurangi nyeri

NO

DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

2. Risiko tinggi infeksi

berhubungan dengan Lesi

pada esofagus sekunder

terhadap corpus alienum

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan pasien

tidak mengalami

infeksi dengan

kriteria hasil :

-      Jumlah leukosit

dalam batas normal

yaitu 3500-10000/

μl

-      Pasien tidak

mengalami demam

( ≤ 380 C )

-      Warna urine kuning

jernih

-      Tidak terjadi

akumulasi sekret

pada paru-paru

1.   Pertahankan teknik

aseptik dengan cuci

tangan yang tepat bagi

pasien, pengunjung

maupun staf. Pantau dan

batasi pengunjung / staf

sesuai kebutuhan

2.   Pantau suhu secara

teratur. Catat munculnya

tanda-tanda klinis dari

proses infeksi

3.   Auskultasi suara nafas.

Pantau kecepatan

pernafasan dan usaha

pernafasan

1.      Menurunkan risiko pasien

terkena infeksi sekunder.

Mengontrol penyebaran

sumber infeksi, mencegah

pemajanan pada individu

terinfeksi (misal individu

yang mengalami infeksi

saluran nafas atas)

2.   Terapi obat biasanya akan

diberikan terus selama

kurang lebih 5 haris etelah

suhu turun (kembali normal)

dan tanda-tanda klinisnya

jelas

3.   Adanya ronchi / mengi,

takipnea dan peningkatan

kerja pernafasan mungkin

mencerminkan adanya

Page 21: corpus 1.docx

NO

DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

4.   Ubah posisi pasien

dengan teratur dan

anjurkan untuk

melakukan nafas dalam

5.   Catat karakteristik

urine, seperti warna,

kejernihan, dan bau

6.   Kolaborasi dengan

dokter dalam

pemberian terapi :

a.       Amoxillin 3 x 500 mg

b.      Bisolvon 3 x 1 sdm

akumulasi sekret denga risiko

terjadinya infeksi pernafasan

4.   Memobilisasi sekret dan

meningkatkan kelancaran sekret

yang akan menurunkan risiko

terjadinya komplikasi terhadap

pernafasan

5.   urine statis, dehidrasi dan

kelemahan umum meningkatkan

risiko terhadap infeksi kandung

kemih / ginjal/ awitan sepsis

a. Mengatasi infeksi saluran

pernafasan

b. Merangsang pembentukan

dahak dan ekspektorasi yang

lebih cepat dari cairan abnormal

yang terdapat dalam batang

tenggorokan

Page 22: corpus 1.docx

2.5      TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. W

Umur : 36 tahun

No. Register : 0518128

N

O

No. DX TGL/

JAM

TINDAKAN KEPERAWATAN TT

D

1.

2.

1

2

5-9-2005

5-9-2005

1.   Mengkaji intensitas dan lokasi

nyeri pada jam 10.30 am

2.   Mengajarkan pasien teknik

relaksasi nafas dalam jam 11 am

3.   Menganjurkan pada keluarga dan

pasien untuk memberikan posisi

yang nyaman jam 11 am

4.   Memberikan makanan cair lewat

NGT jam 11.30 am

5.   Mengukur TTV terutama nadi dan

TD jam 12 am

1.   Memberikan minum lewat NGT

dan sebelumnya cuci tangan jam

11.30 am

2.   Mengukur suhu dan menghitung

frekwensi nafas

3.   Mendengarkan apakah ada suara

paru tambahan jam 12 am

4.   Memberikan Amoxillin 500 mg

dan bisolvon 1 sdm jam 12 am

5.   Menanyakan pada pasien warna

urinnya

Page 23: corpus 1.docx

N

O

No. DX TGL/

JAM

TINDAKAN KEPERAWATAN TT

D

1.

2.

1

2

6-9-2005

6-9-2005

1.   Menjelaskan pada pasien dan

keluarga tentang proses terjadinya

nyeri jam 8.30 am

2.   Mengkaji intensitas dan lokasi

nyeri jam 8.30 am

3.   Menganjurkan pada keluarga dan

pasien untuk memberikan posisi

yang nyaman jam 9 am

4.   Mengukur TTV terutama nadi dan

TD jam 12 am

1.   Memberikan Amoxillin 500 mg

dan bisolvon 1 sdm jam 8 am

2.   Mengantarkan pasien ke OK THT

lokal untuk dilakukan endoskopi

jam 9 am dan kembali jam 11 am

3.   Mendengarkan suara paru pasien

jam 12 am

4.   Memberikan Amoxillin 500 mg

dan bisolvon 1 sdm jam 12 am

5.   Mengukur suhu tubuh dan

menghitung frekwensi nafas pasien

jam 12 am

6.   Menanyakan pada pasien warna

urinnya

Page 24: corpus 1.docx

2.6      CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien : Ny. W

Umur : 36 tahun

No. Register : 0518128

N

O

NO.

DX

TGL/JAM EVALUASI TT

D

1.

2.

1

2

5 - 9 - 2005

12 am

5 - 9 - 2005

S :

O :

A:

P :

S :

O :

A:

P :

Pasien mengatakan bahwa

lehernya masih sakit saat

menelan (skala 6)

-  Pasien terlihat hati-hati saat

menelan ludah

-  Pasien tampak kesakitan saat

menelan ludah

-  Nadi 84 x/mnt, TD 120/80

mmHg

Tujuan belum tercapai

Intervensi dilanjutkan

-

-  Suhu 360 C, nafas 20 x/mnt

-  Tidak ada suara nafas

tambahan pada seluruh area

-  Warna urine kuning jernih

Tujuan belum tercapai

Intervensi dilanjutkan

Page 25: corpus 1.docx

N

O

NO.

DX

TGL/JAM EVALUASI TT

D

1.

2.

1

2

6 - 9 - 2005

12 am

6 - 9 - 2005

S :

O :

A:

P :

S :

O :

A:

P :

Pasien mengatakan bahwa

setelah NGT dilepas, leher

sudah tidak nyeri saat untuk

menelan

-  Pasien tampak rileks dan tidak

kesakitan saat menelan

-  Nadi 84 x/mnt, TD 120/80

mmHg

Tujuan tercapai

Intervensi dihentikan

-

-  Hasil endoskopi lesi pada

esofagus sudah sembuh

-  Tidak ada suara nafas

tambahan pada seluruh area

-  Suhu 365 0C, nafas 20 x/mnt

-  Warna urine kuning jernih

Tujuan tercapai

Intervensi dihentikan.

Page 26: corpus 1.docx

DAFTAR PUSTAKA

Boies, Lawrence R. 1997. BOIES Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6. EGC : Jakarta.

Capernito, Lynda Juall 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. EGC : Jakarta.

Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. EGC : Jakarta.

Mansjoer, Arief. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 jilid 1. Media Aesculapius FKUI : Jakarta

Pracy, R. 1993. Pelajaran Ringkas Telinga, Hidung, dan Tenggorok. PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta

Rukmini, Sri. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga, Hidung, dan Tenggorok Untuk Perawat. Surabaya.