case report aspirasi corpus alienum
TRANSCRIPT
CASE REPORT
Corpus Alienum pada Saluran Pernapasan
(Aspirasi Benda Asing ke Dalam Saluran Respiratori)
BAB I. PENDAHULUAN
Corpus Alienum (benda asing) pada saluran pernafasan merupakan istilah yang
sering digunakan di dunia medis. Benda asing di saluran pernafasan adalah benda yang
berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada pada
saluran pernafasan tersebut.
Aspirasi benda asing ke dalam saluran respiratorik dapat terjadi pada semua usia,
tetapi paling sering pada anak kelompok usia di bawah 3 tahun (80%). Kejadian ini lebih
sering dijumpai pada anak laki-laki dari pada anak perempuan (3:1) dengan sebab yang
tidak jelas. Kemungkinan yang dapat terjadi akibat aspirasi benda asing mulai dari tanpa
gejala sampai timbulnya keadaan darurat yang dapat mengancam jiwa.
Pada mumnya sebagian besar benda asing tersebut dapat dikeluarkan secara
refleks dengan batuk atau muntah, dan hanya sebagian kecil saja yang dapat masuk ke
dalam saluran respiratorik. Benda asing dalam saluran pernafasan dapat menyebabkan
keadaan yang berbahaya, seperti penyumbatan dan penekanan ke jalan nafas. Gejala
sumbatan benda asing di saluran napas tergantung pada lokasi benda asing, derajat
sumbatan, sifat, bentuk dan ukuran benda asing. Pada prinsipnya benda asing di esofagus
dan saluran napas ditangani dengan pengangkatan segera secara endoskopik dalam
kondisi yang paling aman dan trauma yang minimal.
Dari data-data diatas, penulis tertarik untuk membahas Corpus Alienum pada
Saluran Pernafasan sebagai judul penulisan case report ini. Selain untuk memenuhi tugas
kepaniteraan klinik ilmu kesehatan anak, case report ini juga bertujuan sebagai referensi
dan bahan pengingat untuk penatalaksanaan dari aspirasi benda asing pada saluran
respiratorik.
1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Pengertian
Corpus alienum pada jalan nafas adalah benda asing yang berasal dari luar tubuh
atau dari dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada pada saluran nafas tersebut.
II.2. Klasifikasi
Benda asing yang berasal dari luar tubuh disebut benda asing eksogen sedangkan
yang berasal dari dalam tubuh disebut benda asing endogen. Benda asing eksogen
biasanya masuk melalui hidung atau mulut.
Benda asing eksogen terdiri dari benda padat, cair atau gas. Benda asing eksogen
padat dapat berupa zat organik seperti kacang-kacangan dan tulang, ataupun zat
anorganik seperti paku, jarum, peniti, batu dan lain sebagainya. Benda asing eksogen cair
dapat berupa benda cair yang bersifat iritatif, yaitu cairan dengan pH 7,4.
Benda asing endogen dapat berupa secret kental, darah atau bekuan darah, nanah,
krusta, cairan amnion, atau mekonium yang dapat masuk ke dalam saluran nafas bayi
pada saat persalinan.
II.3. Faktor-Faktor Predisposisi
1. Faktor individual; umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial, tempat tinggal.
2. Kegagalan mekanisme proteksi yang normal, antara lain; keadaan tidur, kesadaran
menurun, alkoholisme dan epilepsi.
3. Faktor fisik; kelainan dan penyakit neurologik.
4. Proses menelan yang belum sempurna pada anak.
5. Faktor dental, medical dan surgical, misalnya tindakan bedah, ekstraksi gigi, belum
tumbuhnya gigi molar pada anak usia kurang dari 4 tahun.
6. Faktor kejiwaan, antara lain, emosi, gangguan psikis.
7. Ukuran, bentuk dan sifat benda asing.
8. Faktor kecerobohan, antara lain; meletakkan benda asing di mulut, persiapan
makanan yang kurang baik, makan atau minum tergesa-gesa, makan sambil bermain,
memberikan kacang atau permen pada anak yang gigi molarnya belum tumbuh.
2
II.4. Jenis Sumbatan
• By pass valve obstruction atau partial bronchial obstruction atau obstruksi bentuk
katup terbuka.
Pada bentuk ini udara pernapasan masih dapat keluar masuk pada saat inspirasi dan
ekspirasi meskipun tidak adekuat.
• Inspiratory check valve obstruction atau obstruksi bentuk katup pengatur inspirasi.
Karena udara tidak dapat masuk pada saat inspirasi, tetapi dapat keluar pada saat
ekspirasi, maka udara di bagian distal sumbatan akan habis, sehingga paru akan
kolaps atau atelektasis.
• Expiratory check valve obstruction atau obstruksi bentuk katup pengatur ekspirasi.
Kebalikan dari bentuk yang kedua, pada bentuk ini udara dapat masuk pada saat
inspirasi, tetapi tidak dapat keluar pada saat ekspirasi. Sehingga di bagian distal
sumbatan akan mengalami emfisema.
• Stop valve obstruction atau obstruksi bentuk katup tertutup.
Pada obstruksi bentuk ini benda asing menutup seluruh lumen saluran respiratorik,
baik pada saat inspirasi maupun pada saat ekspirasi, sehingga seluruh udara paru di
bagian distal sumbatan akan mengalami absorpsi dan dalam waktu 24 jam akan
mengalami kolaps atau atelektasis.
II.5. Gejala Klinis
Gejala dari masuknya benda asing ke dalam saluran pernafasan ditunjukkan
dengan penderita batuk-batuk hebat secara tiba-tiba, rasa tersumbat di tenggorok, bicara
gagap, dan obstruksi jalan napas segera. Jika benda asing di laring dapat menimbulkan
kematian akibat penderita tak bisa bernapas.
Gejala sumbatan benda asing di dalam saluran napas tergantung pada lokasi
benda asing, derajat sumbatan (total atau sebagian), sifat, bentuk dan ukuran benda asing.
Benda asing yang masuk melalui hidung dapat tersangkut di hidung, nasofaring, laring,
trakea dan bronkus. Benda yang masuk melalui mulut dapat tersangkut di orofaring,
hipofaring, tonsil, dasar lidah, sinus piriformis, esofagus atau dapat juga tersedak masuk
3
ke dalam laring, trakea dan bronkus. Gejala yang timbul bervariasi, dari tanpa gejala
hingga kematian sebelum diberikan pertolongan akibat sumbatan total.
Seseorang yang mengalami aspirasi benda asing saluran napas akan mengalami 3
stadium, yaitu:
1. Stadium pertama merupakan gejala permulaan yaitu batuk-batuk hebat secara tiba-
tiba (violent paroxysms of coughing), rasa tercekik (choking), rasa tersumbat di
tenggorok (gagging) dan obstruksi jalan napas yang terjadi dengan segera.
2. Stadium kedua, gejala stadium permulaan diikuti oleh interval asimtomatis. Hal ini
karena benda asing tersebut tersangkut, refleks-refleks akan melemah dan gejala
rangsangan akut menghilang. Stadium ini berbahaya, sering menyebabkan
keterlambatan diagnosis atau cenderung mengabaikan kemungkinan aspirasi benda
asing karena gejala dan tanda yang tidak jelas.
3. Stadium ketiga, telah terjadi gejala komplikasi dengan obstruksi, erosi atau infeksi
sebagai akibat reaksi terhadap benda asing, sehingga timbul batuk-batuk, hemoptisis,
pneumonia dan abses paru.
Benda asing di laring dapat menutup laring, tersangkut di antara pita suara atau
berada di subglotis. Gejala sumbatan laring tergantung pada besar, bentuk dan letak
(posisi) benda asing. Sumbatan total di laring akan menimbulkan keadaan yang gawat
biasanya kematian mendadak karena terjadi asfiksia dalam waktu singkat. Hal ini
disebabkan oleh timbulnya spasme laring dengan gejala antara lain disfonia sampai
afonia, apnea dan sianosis.
Sumbatan tidak total di laring dapat menyebabkan disfonia sampai afonia, batuk
yang disertai serak (croupy cough), odinofagia, mengi, sianosis, hemoptisis, dan rasa
subjektif dari benda asing (penderita akan menunjuk lehernya sesuai dengan letak benda
asing tersebut tersangkut) dan dispnea dengan derajat bervariasi. Gejala ini jelas bila
benda asing masih tersangkut di laring, dapat juga benda asing sudah turun ke trakea,
tetapi masih menyisakan reaksi laring oleh karena adanya edema.
II.6. Pemeriksaan Penunjang
Pada kasus benda asing di saluran napas dapat dilakukan pemeriksaan radiologis
dan laboratorium untuk membantu menegakkan diagnosis. Benda asing yang bersifat
4
radioopak dapat dibuat rongent foto segera setelah kejadian, benda asing radiolusen
dibuatkan rongent foto setelah 24 jam kejadian, karena sebelum 24 jam kejadian belum
menunjukkan gambaran radiologis yang berarti. Biasanya setelah 24 jam baru tampak
tanda-tanda atelektasis atau emfisema.
Video fluoroskopi merupakan cara terbaik untuk melihat saluran napas secara
keseluruhan, dapat mengevaluasi pada saat ekspirasi dan inspirasi dan adanya obstruksi
parsial. Pemeriksaan laboratorium darah diperlukan untuk mengetahui adanya gangguan
keseimbangan asam basa, serta tanda-tanda infeksi saluran napas
II.7. Penatalaksanaan
Persiapan ekstraksi benda asing harus dilakukan sebaik-baiknya dengan tenaga
medis/operator, kesiapan alat yang lengkap. Besar dan bentuk benda asing harus
diketahui dan mengusahakan duplikat benda asing serta cunam yang sesuai benda asing
yang akan dikeluarkan. Benda asing yang tajam harus dilindungi dengan memasukkan
benda tersebut ke dalam lumen bronkoskop. Bila benda asing tidak dapat masuk ke
lumen alat maka benda asing kita tarik secara bersamaan dengan bronkoskop.
Di Instalasi Gawat Darurat, terapi suportif awal termasuk pemberian oksigen,
monitor jantung dan pulse oxymetri dan pemasangan IV dapat dilakukan. Bronkoskopi
merupakan terapi pilihan untuk kasus aspirasi. Pemberian steroid dan antibiotik
preoperatif dapat mengurangi komplikasi seperti edema saluran napas dan infeksi.
Metilprednisolon 2 mg/kg IV dan antibiotik spektrum luas yang cukup mencakup
Streptokokus hemolitik dan Staphylococcus aureus dapat dipertimbangkan sebelum
tindakan bronkoskopi.
5
Bronkoskopi
Prinsip penanganan benda asing di saluran napas adalah mengeluarkan benda asing
tersebut dengan segera dalam kondisi paling maksimal dan trauma paling minimal.
Penentuan cara pengambilan benda asing dipengaruhi oleh faktor misalnya umur
penderita, keadaan umum, lokasi dan jenis benda asing, tajam atau tidaknya benda asing
dan lamanya benda asing berada di saluran napas. Sebenarnya tidak ada kontraindikasi
absolut untuk tindakan bronkoskopi, selama hal itu merupakan tindakan untuk
menyelamatkan nyawa (life saving). Pada keadaan tertentu dimana telah terjadi
komplikasi radang saluran napas akut, tindakan dapat ditunda sementara dilakukan
pengobatan medikamentosa untuk mengatasi infeksi. Pada aspirasi benda asing organik
yang dalam waktu singkat dapat menyebabkan sumbatan total, maka harus segera
dilakukan bronkoskopi, bahkan jika perlu tanpa anestesi umum.
Benda asing di bronkus dapat dikeluarkan dengan bronkoskopi kaku maupun
bronkoskopi serat optik. Pada bayi dan anak-anak sebaiknya digunakan bronkoskopi
kaku untuk mempertahankan jalan napas dan pemberian oksigen yang adekuat, karena
diameter jalan napas pada bayi dan anak-anak sempit. Pada orang dewasa dapat
dipergunakan bronkoskop kaku atau serat optik, tergantung kasus yang dihadapi. Ukuran
alat yang dipakai juga menentukan keberhasilan tindakan. Keterampilan operator dalam
bidang endoskopi juga berperan dalam penentuan pelaksanaan tindakan bronkoskopi.
Bronkoskop kaku mempunyai keuntungan antara lain ukurannya lebih besar variasi
cunam lebih banyak, mempunyai kemampuan untuk mengekstraksi benda asing tajam
6
dan kemampuan untuk dilakukan ventilasi yang adekuat. Selain keuntungan di atas,
penggunaan bronkoskop kaku juga mempunyai kendala yaitu tidak bisa untuk mengambil
benda asing di distal, dapat menyebabkan patahnya gigi geligi, edema subglotik, trauma
mukosa, perforasi bronkus dan perdarahan. Pada pemakaian teleskop maupun cunam
penting diperhatikan bahwa ruang untuk pernapasan menjadi sangat berkurang, sehingga
lama penggunaan alat-alat ini harus dibatasi sesingkat mungkin. Bronkoskop serat optik
dapat digunakan untuk orang dewasa dengan benda asing kecil yang terletak di distal,
penderita dengan ventilasi mekanik, trauma kepala, trauma servikal dan rahang.
Beberapa faktor penyulit mungkin dijumpai dan dapat menimbulkan kegagalan
bronkoskopi antara lain adalah faktor penderita, saat dan waktu melakukan bronkoskopi,
alat, cara mengeluarkan benda asing, kemampuan tenaga medis dan para medis, dan jenis
anestesia. Sering bronkoskopi pada bayi dan anak kecil terdapat beberapa kesulitan yang
jarang dijumpai pada orang dewasa, karena lapisan submukosa yang longgar di daerah
subglotik menyebabkan lebih mudah terjadi edema akibat trauma. Keadaan umum anak
cepat menurun, dan cepat terjadi dehidrasi dan renjatan. Demam menyebabkan perubahan
metabolisme, termasuk pemakaian oksigen dan metabolisme jaringan, vasokontriksi
umum dan perfusi jaringan terganggu. Adanya benda asing di saluran napas akan
mengganggu proses respirasi, sehingga benda asing tersebut harus segera dikeluarkan.
Pemberian kortikosteroid dan bronkodilator dapat mengurangi edema laring dan
bronkospasme pascatindakan bronkoskopi. Pada penderita dengan keadaaan sakit berat,
maka sambil menunggu tindakan keadaan umum dapat diperbaiki terlebih dahulu,
misalnya: rehidrasi, memperbaiki gangguan keseimbangan asam basa, dan pemberian
antibiotika. Keterlambatan diagnosis dapat terjadi akibat kurangnya pengetahuan dan
kewaspadaan penderita maupun orang tua mengenai riwayat tersedak sehingga
menimbulkan keterlambatan penanganan.
Kesulitan mengeluarkan benda asing saluran napas meningkat sebanding dengan
lama kejadian sejak aspirasi benda asing. Pada benda asing yang telah lama berada di
dalam saluran napas atau benda asing organik, maka mukosa yang menjadi edema dapat
menutupi benda asing dan lumen bronkus, selain itu bila telah terjadi pembentukkan
jaringan granulasi dan striktur maka benda asing menjadi susah terlihat.
7
Cara lain untuk mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring secara total
ialah dengan cara perasat dari Heimlich (Heimlich maneuver), dapat dilakukan pada anak
maupun dewasa. Menurut teori Heimlich, benda asing yang masuk ke dalam laring ialah
pada saat inspirasi. Dengan demikian paru penuh dengan udara, diibaratkan sebagai botol
plastik yang tertutup, dengan menekan botol itu, maka sumbatnya akan terlempar keluar.
Komplikasi perasat Heimlich adalah kemungkinan terjadinya ruptur lambung atau
hati dan fraktur kosta. Oleh karena itu pada anak sebaiknya cara menolongnya tidak
dengan menggunakan kepalan tangan tetapi cukup dengan dua buah jari kiri dan kanan.
Pada sumbatan benda asing tidak total di laring perasat Heimlich tidak dapat digunakan.
Dalam hal ini penderita dapat dibawa ke rumah sakit terdekat yang memiliki fasilitas
endoskopik berupa laringoskop dan bronkoskop.
1) PUKULAN DAN HENTAKAN UNTUK SUMBATAN BENDA ASING
Pada penderita sadar yang mengalami aspirasi sehingga menyebabkan sumbatan
partial sebaiknya penderita disuruh batuk dan meludahkannya. Pada penderita yang
mengalami sumbatan total baik penderitanya sadar ataupun tidak apalagi sianosis, maka
segera lakukan tindakan yang mungkin masih efektif dan dibenarkan.
Langkah-langkah untuk pukulan dan hentakan yang dianjurkan:
Pada penderita sadar:
1. Penderita disuruh membatukkan keluar benda asing tersebut. Bila dalam beberapa
detik tindakan tersebut gagal, suruh penderita membuka mulut, dan bila penderita
tidak sadar, buka mulutnya secara paksa, dan segera bersihkan mulut dan faringnya
dengan jari. Kalau keadaan memungkinkan kita menggunakan laringoskop dan forsep
Magill untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
2. Bila cara no.1 gagal, maka pada penderita sadar: Lakukan tiga sampai empat kali
pukulan punggung diikuti tiga sampai lima kali hentakan abdomen atau dada dan
ulangi usaha-usaha pembersihan.
Pada penderita tidak sadar:
Penderita diletakkan pada posisi horizontal dan usahakan ventilasi paru. Jika tindakan ini
gagal, maka lakukan pukulan punggung sebanyak 3-5 kali, diikuti 3-5 kali hentakan
abdomen atau hentakan dada. Ulangi usaha pembersihan dan ventilasi. Jika tindakan
tersebut juga mengalami kegagalan, maka ulangi urutan ventilasi, pukulan punggung,
8
hentakan dada, penyapuan dengan jari sampai penolong berhasil memberi ventilasi atau
sampai perlengkapan untuk mengeluarkan benda asing dari jalan nafas secara langsung
tiba. Selama melakukan tindakan-tindakan tersebut diatas periksa denyut nadi pembuluh
darah besar, bila tidak teraba, segera lakukan Resusitasi Jantung Paru.
3. Tindakan terakhir yang masih dapat kita lakukan adalah, krikotirotomi, dan ini hanya
dapat dilakukan oleh tenaga terlatih.
2) CARA-CARA MELAKUKAN PEMUKULAN PUNGGUNG DAN HENTAKAN
ABDOMEN
Untuk pukulan punggung (A) lakukan 3 sampai 5 kali pukulan dengan pangkal
telapak tangan diatas tulang belakang korban diantara kedua tulang belikatnya. Jika
mungkin rendahkan kepala dibawah dadanya untuk memanfaatkan gravitasi.
Untuk hentakan abdomen (B) berdirilah di belakang penderita, lingkarkan kedua
lengan penolong mengitari pinggang penderita, pergelangan atau kepalan tangan
penolong berpegangan satu sama lain, letakkan kedua tangan penolong pada abdomen
antara pusat dan prosesus sifoideus penderita dan kepalan tangan penolong menekan ke
arah abdomen dengan hentakan cepat. Ulangi 3 sampai 5 kali. Hindari prosesus
sofoideus. Hentakan dada diatas sternum bawah kurang menimbulkan bahaya, lebih-lebih
pada wanita hamil atau gemuk.
3) CARA-CARA PUKULAN PUNGGUNG (A) DAN HENTAKAN ABDOMEN (B)
UNTUK SUMBATAN BENDA ASING PADA KORBAN BERBARING YANG
TIDAK SADAR
Untuk pukulan punggung (A) gulirkan penderita pada sisinya sehingga menghadap
penolong, dengan dadanya bertumpu pada lutut penolong, berikan 3 sampai 5 kali
pukulan tajam dengan pangkal telapak tangan penolong diatas tulang belakang penderita,
diantara kedua tulang belikat.
Untuk hentakan abdomen (B) letakkan penderita telentang (muka menghadap ke atas),
penolong berlutut disamping abdomen penderita atau mengangkanginya. Penolong
meletakkan tangan diatas tangan lainnya, dengan pangkal telapak tangan sebelah bawah
digaris tengah antara pusat dan prosesus sifoideus penderita. Miringkan sehingga bahu
penolong berada diatas abdomen penderita dan tekan ke arah diafragma dengan hentakan
9
cepat ke dalam dan keatas. Jangan menekan ke arah kiri atau kanan garis tengah. Jika
perlu ulangi 3 sampai 5 kali.
4) PUKULAN PUNGGUNG PADA BAYI DAN ANAK KECIL
Peganglah anak dengan muka kebawah, topanglah dagu dan leher dengan lutut dan satu
tangan penolong kemudian lakukan pemukulan pada punggung secara lembut antara
kedua tulang belikat bayi. Pada tindakan hentakan dada, letakkan bayi dengan muka
menghadap keatas pada lengan bawah penolong, rendahkan kepala dan berikan hentakan
dada secara lambat dengan dua atau tiga jari seperti kalau kita melakukan kompresi
jantung luar. Jika jalan nafas anak hanya tersumbat partial, anak masih sadar serta dapat
bernafas dalam posisi tegak, maka sebaiknya tindakan dikerjakan dengan peralatan yang
lebih lengkap, bahkan mungkin menggunakan tindakan anestesi. Tindakan hentakan
abdomen jangan dilakukan pada bayi dan anak kecil.
5) MEMBERSIHKAN JALAN NAFAS
Membersihkan jalan nafas ada dua cara :
a. Dengan manual
b. Dengan penghisapan
Penghisapan benda asing dari jalan anfas ada dua cara:
1. Penghisapan benda asing dari daerah faring, hendaknya menggunakan
penghisapan dengan tekanan negatif yang besar.
2. Penghisapan benda asing dari daerah trakheobronkus, hendaknya menggunakan
penghisap dengan tekanan negatif yang lebih kecil, karena kalau terlalu besar
dapat menyebabkan paru kolaps, sehingga paru dapat cedera dan penderita dapat
mengalami asfiksi.
Untuk penghisapan di daerah trakheobronkus dan nasofaring sebaiknya menggunakan
kateter dengan ujung lengkung dan lunak yang diberi jelly mulai dari ujung kateter
sampai hampir seluruh kateter. Ujung yang lengkung tersebut memungkinkan kateter
dapat dimasukkan ke dalam salah satu bronkus utama, sedangkan kalau kita
menggunakan kateter yang lurus biasanya masuk ke bronkus kanan. Kalau kita ingin
memasukkan kateter kedalam bronkus utama kiri sebaiknya kepala penderita dimiringkan
ke kanan. Diameter kateter seharusnya kurang dari setengah diameter pipa trakea.
10
BAB III. LAPORAN KASUS
III.1 Anamnesis dilakukan pada tanggal : 11 Oktober 2012
Identitas
Nama : An. Johan Korwa
Umur : 6 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen
Suku bangsa : Papua
Alamat : Biak – Papua
Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan Utama : Tertelan Benda Asing
Keluhan Tambahan : Sesak
Pasien seorang anak laki-laki di bawa orang tuanya datang dengan keluhan
tertelan benda asing 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluh batuk
kurang lebih 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Pada batuk terdapat sedikit darah dan
pasien merasa sesak. Ibu pasien mengatakan pasien sudah BAB dan diperiksa, tidak ada
benda asing yang dimaksud di kotoran pasien.
11
Riwayat Penyakit Dahulu
Disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Disangkal
Riwayat Kehidupan Sosial
Pasien merupakan anak yang aktif dan bugar. Tinggal dalam lingkungan yang bersih.
Pemeriksaan Fisik/ Status Generalisata
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Kompos mentis.
Tekanan darah : 100/80 mmHg.
Frek.nadi : 83x/mnt, ireguler, adekuat, kuat angkat.
Frek.nafas : 28x/mnt, reguler, cuping hidung (-), retraksi (-).
Suhu : 36,7oC (axilla).
Mulut : Mukosa bibir lembab, sianosis(-)
THT : Napas Cuping Hidung (+) Tonsil T1-T1, Hiperemis (-)
Thoraks
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris, retraksi iga (+), intercostae (+)
Palpasi : Vokal fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor kanan = kiri
Auskultasi : BND vesikuler, Rhonki -/-, Wheezing +/+
Cor : S1-S2 normal, Murmur (-), Gallop(-)
Abdomen
Inspeksi : Tampak datar
Auskultasi : Bising usus(+)4x/mnt
12
Palpasi : Hepar dan lien tdk teraba membesar
Perkusi : Timpani
Ekstremitas : Akral hangat, capillary refill <2”, sianosis(-)
Kulit : Turgor kulit baik.
Diagnosis Kerja : Corpus Alienum/ tertelan benda asing dalam saluran napas.
Diagnosis Banding : Bronkitis
Rencana Terapi : Diet biasa
Rawat inap
CIV Kaen 3B 20 tetes/ menit (makro)
O2 nasal 4 lpm
Inhalasi Ventolin 1 neb + Flixotide 1 neb
Rencana Pemeriksaan : Ro” Thoraks, foto polos abdomen, FL, DPL, Konsul THT,
Hepatitis, HIV.
III.2. PERKEMBANGAN PENATALAKSANAAN
1. Kamis, 11 Oktober 2012
Tambahan evaluasi perawatan hari pertama :
- Tes hematologi, hasil : Leukosit meningkat (16.6 10^3/uL), MCV (74fL) dan MCH
(26.8pg) menurun.
- Foto toraks AP/ lateral : sugestif interstisial pneumonia
- BNO : Suspek nefrolithiasis kiri (DD/ Debris fecal material)
- Konsul Prof. Nirwan :
Hasil : Sonor kanan/ kiri, stridor (+), obstruksi aspirasi benda asing.
Pro : Bronchoscopy
dan ditambahkan MM : Cifotaxime 2 x 1 gr (IV), Rantin 2 x 25 mg
Diet : Makanan cair
Rencana rujuk ke RS Persahabatan untuk bronchoscopy.
13
2. Jumat, 12 Oktober 2012
S : -
O : Frek.nadi : 98x/mnt, ireguler, adekuat, kuat angkat.
Frek.nafas : 26x/mnt, reguler, cuping hidung (-), retraksi (-).
Suhu : 37,4oC (axilla).
THT : Napas Cuping Hidung (+) Tonsil T1-T1, Hiperemis (-)
Thoraks
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris, retraksi iga & intercostae (+)
Palpasi : Vokal fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor kanan = kiri
Auskultasi : BND vesikuler, Rhonki -/-, Wheezing +/+
A : Corpus alienum pada saluran pernapasan.
P : Diet biasa, IV Kaen 3B 20 tetes/ menit (makro), Inhalasi 1 neb 6x sehari,
Pulmicort 1 neb 2x sehari, Cifotaxime 2x1gr (IV), Rantin 2x25mg, Methylprednisolon
3x25mg, Meropenem 3x400mg, Ranitidin 2x20mg.
Dilakukan pemeriksaan :
- Tes Anti HIV, hasil : 0.20 S/CO Non Reaktif
- Tes Imunologi HBsAg, hasil : 0.63 S/N Negatif
3. 13 Oktober 2012 – 15 Oktober 2012 (pagi)
Pasien di rawat di RS Persahabatan dan dilakukan tindakan bronchoscopy
5. Senin, 15 Oktober 2012 (sore)
Pasien kembali ke RS PGI Cikini dengan laporan :
* Hasil Foto Thoraks AP/ Lateral :
- Jantung kesan tidak membesar. Aorta dan mediastinu m superior tidak melebar.
- Trakea di tengah. Kedua hilus tidak menebal.
- Infiltrat halus di perihiler bilateral dan retrokardial
- Diafragma dan sinus baik.
Kesan : Sugestif interstitial pneumonia.
14
* BNO
- Distribusi udara usus sampai pelvis minor
- Tampak bayangan radioopak di hemiabdomen kiri pada level paralumbal L1
- Kontur ginjal tidak terlihat jelas tertutupnya bayangan udara usus dan fecal maternal
- Psoas line baik
- Tulang-tulang baik
Kesan : Suspek nefrolithiasis kiri (DD/ Debris fecal material)
- Mikrobiologi : BTA 1x kultur + resistensi, hasil : Negatif
- Kultur MO + rest aerob BBR : Tidak ditemukan bakteri pathogen
* Bronchoscopy (Dr. Amir Lutfi)
1. Bronchoscopy fleksible
- Tampak laring edem
- Trakea 1/3 proksimal tampak edema
dan sikatrik
- Tampak korpus alienum di bronkus
kanan
- Dicoba dilakukan ekstraksi
menggunakan foreceps tidak berhasil
2. Bronchoscopy rigid
- Dilakukan intubasi bronkoskopi kaku ukuran
terkecil, diameter 9mm, dan dilakukan ekstraksi
dengan forcep rigid
- Corpus alienum dapat dikeluarkan.
15
3. Bronchoscopy fleksible pediatrik
- Dilakukan evaluasi jalan napas dalam keadaan terintubasi
dengan ETT no.6
- Tampak jejas hiperemis dan edema di daerah bloop corpus
alienum di bronkus utama kanan.
- Cabang-cabang buka dan buki lainnya baik, tampak sekret
mukoid kental.
Therapy pasca Bronchoscopy : Meropenem 3 x 400 mg,
Methylprednisolon 3 x 25 mg, Ranitidin 2 x 20 mg,
Inhalasi Ventolin 6x/hari : Pulmicort 2x/hari
6. Selasa, 16 Oktober 2012
S : -
O : Frek.nadi : 92x/mnt, ireguler, adekuat, kuat angkat.
Frek.nafas : 24x/mnt, reguler, cuping hidung (-), retraksi (-).
Suhu : 37,oC (axilla).
THT : Napas Cuping Hidung (-) Tonsil T1-T1, Hiperemis (-)
Thoraks
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris, retraksi iga & intercostae (-)
Palpasi : Vokal fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor kanan = kiri
Auskultasi : BND vesikuler, Rhonki -/-, Wheezing -/-
A : Pasca bronchoscopy
P : Diet biasa, Kaen 3B, Methylprednisolon 3x25mg, Meropenem 3x400mg,
Ranitidin 2x20mg
* Hasil pemeriksaan Cairan Bronkus langsung dan biakan
- Langsung : Tidak ditemukan elemen jamur
- Biakan : Tidak tumbuh jamur
16
7. Rabu, 17 Oktober 2012
S : -
O : Frek.nadi : 100x/mnt, ireguler, adekuat, kuat angkat.
Frek.nafas : 20x/mnt, reguler, cuping hidung (-), retraksi (-).
Suhu : 36,6oC (axilla). Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal.
A : Pasca bronchoscopy
P : Diet biasa, Inject plug, Methylprednisolon 3x25mg, Meropenem 3x400mg,
Ranitidin 2x20mg
8. Kamis, 18 Oktober 2012
S : -
O : Frek.nadi : 100x/mnt, ireguler, adekuat, kuat angkat.
Frek.nafas : 20x/mnt, reguler, cuping hidung (-), retraksi (-).
Suhu : 36,8oC (axilla). Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal.
A : Pasca bronchoscopy
P : Diet biasa, Inject plug, Methylprednisolon 3x25mg, Meropenem 3x400mg,
Ranitidin 2x20mg
9. Jumat, 19 Oktober 2012
S : -
O : Frek.nadi : 92x/mnt, ireguler, adekuat, kuat angkat.
Frek.nafas : 24x/mnt, reguler, cuping hidung (-), retraksi (-).
Suhu : 36,7oC (axilla). Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal.
A : Pasca bronchoscopy
P : Diet biasa, Inject plug, Methylprednisolon 3x20mg, Meropenem 3x400mg,
Ranitidin 2x20mg
17
10. Sabtu, 20 Oktober 2012
S : -
O : Frek.nadi : 88x/mnt, ireguler, adekuat, kuat angkat.
Frek.nafas : 26x/mnt, reguler, cuping hidung (-), retraksi (-).
Suhu : 37oC (axilla). Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal.
A : Pasca bronchoscopy
P : Diet biasa, Inject plug, Methylprednisolon 3x20mg, Meropenem 3x400mg,
Ranitidin 2x20mg
Dilakukan pemeriksaan :
* Foto Thoraks AP/ Lateral
- CTR<50%, aorta dan mediastinum tak melebar
- Trakea dan hilus baik
- Paru tak tampak infiltrat/ nodul
- Diafragma dan sinus baik
Kesan : Cor dan pulmo tak tampak kelainan
11. Minggu, 21 Oktober 2012
S : -
O : Frek.nadi : 80x/mnt, ireguler, adekuat, kuat angkat.
Frek.nafas : 20x/mnt, reguler, cuping hidung (-),retraksi (-).
Suhu : 37oC (axilla).
A : Pasca bronchoscopy
P : Diet biasa, Inject plug, Methylprednisolon 3x20mg, Meropenem 3x400mg,
Ranitidin 2x20mg
12. Senin, 22 Oktober 2012
S : -
O : Frek.nadi : 100x/mnt, ireguler, adekuat, kuat angkat.
18
Frek.nafas : 24x/mnt, reguler, cuping hidung (-),retraksi (-).
Suhu : 37,2oC (axilla).
A : Pasca bronchoscopy
P : Diet biasa, Inject plug, Methylprednisolon 3x20mg, Ranitidin 1x20mg
13. Selasa, 23 Oktober 2012
S : -
O : Frek.nadi : 92x/mnt, ireguler, adekuat, kuat angkat.
Frek.nafas : 24x/mnt, reguler, cuping hidung (-),retraksi (-).
Suhu : 36,2oC (axilla).
A : Pasca bronchoscopy
P : Diet biasa, Methylprednisolon 3x16mg, Rantin 1x150mg, Fartolin syr 1x1 sdo
- Hasil pemeriksaan laboratorium parasitologi : dr.Sri Wardhini
Cairan bronkus :
Langsung : Tidak ditemukan elemen jamur.
Biakan : Tidak tumbuh jamur
14. Rabu, 24 Oktober 2012
S : -
O : Frek.nadi : 84x/mnt, ireguler, adekuat, kuat angkat.
Frek.nafas : 24x/mnt, reguler, cuping hidung (-),retraksi (-).
Suhu : 37oC (axilla).
A : Pasca bronchoscopy
P : Diet biasa, Methylprednisolon 3x16mg, Rantin 2x150mg, Fartolin syr 3x1 sdo
15. Kamis, 25 Oktober 2012
19
Pasien dipulangkan oleh dokter dengan kondisi yang baik pasca brochoscopy ke daerah
asalnya, Biak, Papua. Pasien tampak tidak sakit, tidak ada keluhan yang menyertai, dan
tampak ceria.
Pemeriksaan terakhir : Suhu 36,6oC, Nadi 80x/ menit RR 20x/ menit
Obat-obatan yang dibawa pulang oleh pasien :
Ventolin Expectorant 3x1 sdo
M.Prednisolon 3x3 tb
Rantin 2x1 bks
BAB IV. DISKUSI
Pasien seorang anak laki-laki di bawa orang tuanya datang dengan keluhan
tertelan benda asing 2 hari SMRS. Pasien juga mengeluh batuk kurang lebih 2 hari
SMRS. Pada batuk terdapat sedikit darah dan pasien merasa sesak. Ibu pasien
mengatakan pasien sudah BAB dan diperiksa, tidak ada benda asing yang dimaksud di
kotoran pasien.
Pada pemeriksaan dan follow up pasien didapatkan kondisi pasien yang tampak
sakit sedang, kesadaran kompos mentis dan semua tanda vital didapatkan dalam batas
normal. Pada pemeriksaan fisik keseluruhan pasien dalam batas normal, kecuali pada
20
pemeriksaan toraks/ dada didapatkan pergerakan toraks yang simetris namun terdapat
retraksi iga dan interkostal, bunyi napas vesikuler dan terdapat wheezing di kedua
lapangan paru. Stem fremitus simetris kanan dan kiri dan pada palpasi didapatkan sonor
pada kedua lapangan paru.
Pada tanggal 11 Oktober 2012 pada pasien telah dilakukan foto toraks AP/ lateral
dan BNO, didapatkan hasil adanya korpus alienum di saluran pernapasan pasien lalu
pasien dikonsul ke Prof.Nirwan dan dianjurkan untuk dilakukan bronkoskopi di RS
Persahabatan. Pada pasien telah dilakukan pemeriksaan darah perifer lengkap dan terlihat
leukosit yang meninggi, dokter juga menyarankan agar pasien diperiksa imunologi
HbsAg dan anti HIV, didapatkan hasil negatif untuk keduanya.
Keesokan harinya pasien dikirim ke RS Persahabatan, diperiksa, dan telah
dilakukan tindakan bronkoskopi dengan bronkoskopi tipe fleksibel, rigid, dan fleksibel
pediatrik dengan hasil korpus alienum telah berhasil dikeluarkan. Tanggal 15 Oktober
sore, pasien dipulangkan ke RS Cikini dan diberikan pengobatan berupa
Methylprednisolon 3x25mg, Meropenem 3x400mg, Ranitidin 2x20mg.
Setelah diberikan tindakan bronkoskopi, untuk mengevaluasinya, dokter
menyarankan untuk dilakukan kembali foto thoraks, pemeriksaan cairan bronkus dan
parasitologi (jamur) dengan hasil pemeriksaan semuanya baik dan tidak terdapat
kelainan.
Dalam masa perawatan diberikan diet cair, lunak, dan biasa, menyesuaikan
dengan kondisi pasien. Diberikan juga cairan intra vena seperti kaen 3B. Dilakukan
perawatan dan pemulihan sesuai standar tindakan medis.
Tanggal 25 Oktober, ketika kondisi pasien sudah pulih, atas perintah dokter,
pasien dipulangkan dengan kondisi tampak tidak sakit, tidak ada keluhan yang menyertai,
dan tampak ceria.
BAB V. KESIMPULAN
Kesimpulan
Corpus alienum pada jalan nafas adalah benda asing yang berasal dari luar tubuh
atau dari dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada pada saluran nafas tersebut.
21
Benda asing eksogen terdiri dari benda padat, cair atau gas. Benda asing eksogen
padat dapat berupa zat organik seperti kacang-kacangan dan tulang, ataupun zat
anorganik seperti paku, jarum, peniti, batu dan lain sebagainya. Benda asing eksogen cair
dapat berupa benda cair yang bersifat iritatif, yaitu cairan dengan pH 7,4.
Benda asing endogen dapat berupa secret kental, darah atau bekuan darah, nanah,
krusta, cairan amnion, atau mekonium yang dapat masuk ke dalam saluran nafas bayi
pada saat persalinan. Gejala sumbatan benda asing di dalam saluran napas tergantung
pada lokasi benda asing, derajat sumbatan (total atau sebagian), sifat, bentuk dan ukuran
benda asing.
Secara prinsip benda asing di saluran napas dapat ditangani dengan pengangkatan
segera secara endoskopik dengan trauma minimum. Umumnya penderita dengan aspirasi
benda asing datang ke rumah sakit setelah melalui fase akut, sehingga pengangkatan
secara endoskopik harus dipersiapkan seoptimal mungkin, baik dari segi alat maupun
personal yang telah terlatih.
Pada pasien case report ini, sudah dilakukan penatalaksanaan yang sesuai yaitu
dengan bronkoskopi, dan pasien telah dipulangkan dalam kondisi yang sehat.
Saran
Untuk penanganan kasus pada corpus alienum saluran pernafasan, kita harus dapat
mengkaji terlebih dahulu kondisi pasien dan melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk
mengetahui letak corpus alienum guna membantu mempermudah melakukan tindakan
selanjutnya. Persiapan yang matang sangat mendukung ketepatan jalannya tindakan
bronkoskopi dan mempercepat waktu pelaksanaan tindakan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Nastiti N. Raharjoe, dkk. Aspirasi Benda Asing dalam Saluran Respiratori; Buku Ajar
Respirologi, Edisi ke-3, Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta, 2012 hal.420-426
2. Prof. Dr. Efiaty Arsyad Soepardi, Sp.THT (K), Benda Asing di Saluran Napas; Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok, Kepala, dan Leher, Balai Penerbit FK
UI, Jakarta, 2007, hal.259-265
22
3. http://myhealing.wordpress.com/2010/02/02/penanganan-benda-asing-di-saluran-napas
4. http://heathergeraghty.blogspot.com/2010/12/flexible-bronchoscope-rigid.html
5. World Health Organization, Aspirasi Benda Asing, Buku Saku Pelayanan Kesehatan
Anak di Rumah Sakit, WHO Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 119-121
6. Price, Sylvia A. Patofisiologi. EGC, Jakarta, 2000.
7. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Nelson. vol 2, Jakarta, 2008, EGC
23