laporan modul ii
DESCRIPTION
AHIIIIAJAHAHAHHATRANSCRIPT
MODUL 2
SKENARIO 2 : PUASA PERTAMA DONI
Hari ini adalah hari pertama bagi Doni, seorang murid kelas 1 SD untuk ikut berpuasa
di bulan Ramadhan. Walaupun sudah makan sahur, pada jam 10 pagi perutnya sudah mulai
lapar dan mengeluarkan bunyi, sehingga Doni meminta pada ibunya agar dibolehkan makan.
Ibu membujuk Doni agar tetap puasa dengan menjanjikan akan memasakkan ayam goring
kesukaannya. Saliva Doni sampai menetes keluar membayangkan nikmatnya makan dengan
ayam goreng tersebut.
Kakak Doni seorang mahasiswa kedokteran yang sedang belajar, tertawa melihat
kelakuan Doni. Kebetulan kakak Doni sedang mempelajari modul traktus digestivus tentang
bagaimana setiap jenis makanan itu bisa diproses si saluran pencernaan sampai dapat
diabsorpsi oleh usus halus serta peranan enzim dalam proses tersebut. Selain itu, menurut
buku teks yang dibacanya, sisa makanan yang tidak diserap akan dibuang dalam bentuk feses
dengan konsistensi padat yang terbentuk oleh bantuan bakteri yang terdapat dalam kolon.
Tapi jika ada infeksi pada saluran pencernaan, maka bias terjadi diare.
Bagaimana anda manjelaskan fungsi saluran pencernaan dan pengaturannya?
I. TERMINOLOGI
1. Saliva
Sekresi zat yang berada pada mulut yang mengandung sebagian besar ion K dan
bikarbonat dan terdapat pada kelenjar parotidea, submaksilaris, sublingualis, dan
kelenjar mukosa kecil mulut lainnya.
2. Traktus digestivus
Suatu sistem yang terdiri atas beberapa organ tubuh yang secara bersama-sama
menjalankan fungsi pencernaan.
3. Absorpsi
Transport molekul atau bahan melalui membran sel.
4. Enzim
1
Protein yang mengkatalisis reaksi kimia substansi lain tanpa menjadi rusak atau berubah
dalam melaksanakan reaksi ini. Enzim terbagi atas 6 kelompok utama, yaitu
oksireduktase, transferase, hidrolase, liase, isomerase, dan ligase.
5. Infeksi
Suatu keadaan dimana tubuh terjangkit suatu bakteri atau sejenisnya.
6. KoLon
Suatu saluran cerna yang berfungsi untuk jalur yang mengandung sisa-sisa
metabolisme.
7. Feses
Kotoran yang dikeluarkan dari usus, tdd bakteri, sekresi, terutama dari hti dan sejumlah
kecil residu makanan.
8. Diare
Penyakit dimana penderita mengalami rangsangan BAB terus-menerus dan feses yang
masih memiliki kandungan air berlebihan yang terjadi akibat sekresi cairan intestinal
meningkat banyak sekali dan materi fetal bergerak sangat cepat di sepanjang usus besar.
9. Lapar
Sinyal normal yang mengingatkan bahwa tubuh perlu menambah energi yang
berkurang
10. Bakteri
Suatu organisme mikroskopik yang dapat menguntungkan dan merugikan manusia.
II. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Apa perbedaan proses pencernaan normal dan saat berpuasa ?
2. Berapa lama proses pencernaan dalam lambung ?
3. Apa peran dan kandungan, serta faktor-faktor yang merangsang sekresi saliva dalam
pencernaan?
4. Bagaimana proses pencernaan makanan dan peranan dalam proses absorpsi ?
5. Apa jenis dan fungsi enzim ?
6. Bagaimana sifat, proses terbentuk, dan tempat menghasilkan enzim ?
7. Bagaimana proses terbentuknya feses ? dan apa saja bakteri yang berperan, serta zat –
zat yang dibuang bersama feses ?
8. Dimana lokasi infeksi dan apa hubungannya sehingga dapat menyebabkan diare ?
9. Bagaimana sistem saraf dalam pencernaan ?
2
III.ANALISIS MASALAH
Saluran Pencernaan Enzim yang
Berperan
Persarafan Fungsi
Mulut Adanya sekresi
saliva
Adanya kelenjar
saliva
Kelenjar bukalis
(penghasil mucus)
Enzim ptyalin (α
amilase)
Stimulasi kontak
local
Nervus I, VII, VIII,
IX
Saraf otonom (dari
pons)
Pencernaan mekanik
dan enzimatis
Esophagus Dinding esophagus
terdapat mukus
Nervus X Gerak peristaltik
Lambung HCl, pepsinogen,
lipase, rennin(pada
bayi)
Hormon grelin
Hipotalamus adanya
sinyal saraf
Mekanik dan
kimiawi
Usus Halus Maltase, sukrase,
laktase, peptidase,
lipase
Absorpsi dan
kimiawi
Usus Besar Terdapat mukus, dan
tidak terdapat enzim
dan hormone
Absorpsi dan
pembuangan
3
Proses pencernaan di lambung berlangsung selama 6-8 jam
Peran saliva yaitu:
1) Saliva melarutkan makanan secara kimia untuk pengecapan rasa
2) Saliva melembabkan dan melumasi makanan, sehingga dapat ditelan. Saliva
juga memberikan kelembapan pada bibir dan lidah, sehingga terhindar dari
kekeringan
3) Amylase pada saliva mengurai zat tepung menjadi polisakarida dan maltose,
suatu disakarida
4) Zat buangan seperti asam urat, dan urea, serta berbagai zat lain seperti obat,
virus dan logam,disekresi kedalam saliva
5) Zat antibakteri dan antibody dalam saliva berfungsi untuk membersihkan
rongga oral dan membantu memelihara kesehatan oral, serta mencegah
kerusakan gigi.
Kandungan saliva
Saliva terdiri dari sekresi serosa, yaitu 98 % air dan mengandung enzim
amilase serta berbagai jenis ion (natrium, klorida, bikarbonat, dan kalium), juga
sekresi mucus yang lebih kental dan lebih sedikit yang mengandung glikoprotein
(musin) ion dan air.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sekresi saliva, yaitu:
1) Stimulus psikis (pikiran akan makanan)
2) Stimulus mekanis (keberadaan makanan)
3) Stimulus kimiawi (jenis makanan)
4
Klasifikasi enzim
Didasarkan atas reaksi yang dikatalis, enzim diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Oksidoreduktase, berfungsi dalam pemindahan elektron. Oksidoreduktase adalah
jenis enzim dalam proses oksidasi-biologi (misal pernapasan dan peragian) yang
dapat memindahkan hidrogen dan elektron. Contoh: dehidrogenase, oksidase,
peroksidase, katalase, sitokrom, klorofil.
2. Transferase, berfungsi dalam pemindahan gugus fungsional. Contoh:
oksigentransferase (O), metiltransferase (CH3), aminotransferase (NH2),
asiltransferase.
3. Hidrolase, berfungsi dalam reaksi hidrolisis, yaitu proses penguraian substrat
dengan pengambilan H2O. Contoh: glikosidase, peptidase, tiopeptidase esterase,
amidase.
4. Liase, berfungsi dalam penambahan gugus ke ikatan ganda. Contoh:
dekarboksilase, aldolase (aldehidaliase).
5. Isomerase, berfungsi dalam mutasi gugus intramolekul sehingga membentuk
isomer. Contoh: rasemase, mutase, transferase.
6. Ligase, berfungsi dalam pembentukan ikatan dua molekul atau penyatuan dua
molekul dengan bantuan ATP: C-C, C-S, atau C-O, C-N melalui reaksi
kondensasi yang berkaitan dengan penguraian ATP. Contoh: sintetase.
Fungsi enzim adalah membantu kerja saluran dan alat-alat pencernaan dalam
mempercepat proses metabolisme.
5
IV. SISTEMATIKA
6
SALURAN PENCERNAAN
SALURAN PENCERNAAN
FISIOLOGI PENCERNAAN
FISIOLOGI PENCERNAAN
MEKANISME PROSES PENCERNAAN
MEKANISME PROSES PENCERNAAN
GERAKAN OTOT-OTOT
GERAKAN OTOT-OTOT
NORMALNORMAL
GANGGUAN PENCERNAAN
GANGGUAN PENCERNAAN
PENYAKIT INFEKSI
PENYAKIT INFEKSI
ENZIM, HORMON, PROSES PENCERNAAN ABSORPSI PADA PENCERNAAN
ENZIM, HORMON, PROSES PENCERNAAN ABSORPSI PADA PENCERNAAN
PENGATURAN SARAF
PENGATURAN SARAF
FISIKFISIK
KIMIAWIKIMIAWI
V. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mahasiswa mampu menjelaskan sifat, fungsi, dan faktor-faktor yang memengaruhi
kerja enzim pencernaan
2. Mahasiswa mampu menjelaskan fisiologi sistem digesitvus
3. Mahasiswa mampu menjelaskan sekresi, absorpsi, dan ekskresi sistem pencernaan
VI. MENGUMPULKAN INFORMASI
VII. BERBAGI INFORMASI
1. Sifat, fungsi, dan faktor-faktor yang mempengaruhi keja enzim
Pengertian enzim
Enzim atau fermen adalah suatu protein yang berfungsi sebagai biokatalisator
reaksi-reaksi biokimia pada makhluk biologi. Zat-zat yang diuraikan oleh reaksi
disebut substrat dan yang baru terbentuk dari reaksi disebut produk. Enzim ini bekerja
dalam cairan larutan encer, suhu, dan pH yang sesuai dengan kondisi fisiologis
biologis. Enzim merupakan suatu protein, maka sintesisnya dalam tubuh diatur dan
dikendalikan oleh sistem genetik, seperti halnya dengan sintesis protein pada
umumnya. Kekurangan atau kelebihan enzim dalam tubuh dapat diukur melalui
serum, sel darah, cairan sperma, cairan otak, dan tubuh lainnya. Aktivitas enzim dapat
diukur dengan perubahan substrat, produk, atau koenzim pada suatu reaksi.
Sifat-sifat enzim
Hanya dapat mengkatalisis 1 jenis reaksi kimia spesifik
Daya katalisator lebih efisien, berfungsi pada suhu dan kondisi pH yang normal
Akan rusak aktivitas katalitiknya jika dipanaskan, perlakuan pH yang
menyimpang, dan perlakuan dengan senyawa perusak lainnya
Berat molekul 12.000- 1 juta
Berukuran amat besar dibandingkan dengan substrat atau gugus fungsional
targetnya
7
Adanya pH optimum yaitu pH yang menyebabkan aktivitas maksimal (pH saat
gugus materi atau penerima proton yang penting pada sisi katalitik enzim berada
dalam tingkat ionisasi yang diinginkan)
Kisaran suhu : 25°-38°C
Enzim pH optimum
Pepsin 1,5
Tripsin 7,7
Katalase 7,6
Arginase 9,7
Fumarase 7,8
Ribonuklease 7,8
1 unit aktivitas enzim didefiniskan sebagai jumlah yang menyebabkan pengubahan 1
mikro mol substrat /menit pada suhu 25°C pada pengukuran optimal.
2 ciri struktural molekul substrat :
1. Ikatan kimiawi spesifik yang dapat diserang oleh enzim
2. Biasanya berupa gugus fungsional yang berikatan dengan enzim
Klasifikasi enzim
Didasarkan atas reaksi yang dikatalis, enzim diklasifikasikan sebagai berikut:
7. Oksidoreduktase, berfungsi dalam pemindahan elektron. Oksidoreduktase adalah
jenis enzim dalam proses oksidasi-biologi (misal pernapasan dan peragian) yang
dapat memindahkan hidrogen dan elektron. Contoh: dehidrogenase, oksidase,
peroksidase, katalase, sitokrom, klorofil.
8. Transferase, berfungsi dalam pemindahan gugus fungsional. Contoh:
oksigentransferase (O), metiltransferase (CH3), aminotransferase (NH2),
asiltransferase.
9. Hidrolase, berfungsi dalam reaksi hidrolisis, yaitu proses penguraian substrat
dengan pengambilan H2O. Contoh: glikosidase, peptidase, tiopeptidase esterase,
amidase.
8
10. Liase, berfungsi dalam penambahan gugus ke ikatan ganda. Contoh:
dekarboksilase, aldolase (aldehidaliase).
11. Isomerase, berfungsi dalam mutasi gugus intramolekul sehingga membentuk
isomer. Contoh: rasemase, mutase, transferase.
12. Ligase, berfungsi dalam pembentukan ikatan dua molekul atau penyatuan dua
molekul dengan bantuan ATP: C-C, C-S, atau C-O, C-N melalui reaksi
kondensasi yang berkaitan dengan penguraian ATP. Contoh: sintetase.
Faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim
Aktivitas enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Faktor suhu
Jika suhu naik, benturan antara molekul bertambah sehingga reaksi kimia
akan meningkat. Berdasarkan penelitian, ternyata setiap kenaikan suhu 10oC, akan
meningkatkan aktivitas enzim dua kali lipat yang disebut dengan quotient 10. Hal
ini hanya berlangsung sampai suhu tertentu dan kemudian menurun kembali, suhu
ini disebut dengan suhu optimum. Fenomena ini disebabkan oleh protein enzim
mengalami denaturasi. Quotient 10 hanya berlaku sampai suhu optimum. Suhu
optimum untuk enzim tubuh manusia adalah ±37oC, sedangkan suhu optimum
untuk enzim-enzim bakteri lebih tinggi.
Sebagian besar enzim tidak aktif jika dipanaskan sampai 60oC. jika
suhu diturunkan, aktivitas enzim akan kembali (reversible). Akan tetapi, jika
pemanasan terlalu tinggi, aktivitas enzim tidak akan kembali karena enzim
mengalami koagulasi (irreversible). Kesimpulannya adalah jika protein
dipanaskan, fungsinya akan hilang dan tidak dapat kembali lagi.
2. Faktor pH
Lingkungan reaksi yang terlalu jauh dari titik netral enzim (IEP)
menyebabkan enzim terdenaturasi sehingga fungsi atau aktivitasnya akan
berkurang. Pada umumnya, enzim tubuh mempunyai aktivitas paling optimal pada
pH 5-9. Akan tetapi, ada beberapa enzim pencernaan yang aktivitas optimalnya
berada pada pH asam atau basa, misalnya pepsin dan rennin dengan pH optimum
1-2 (asam); amylase saliva dengan pH optimum 6-7, tetapi tidak bekerja pada pH
<4 atau >9. Berikut ini beberapa contoh enzim beserta pH optimumnya: tripsin
7,7; katalase 7,6; arginase 9,7; fumarase 7,8; ribonuklease 7,8.
3. Faktor kadar substrat
9
Jika substrat terus ditambah, tidak akan berpengaruh lagi terhadap aktivitas
enzim.
4. Faktor kadar enzim
Aktivitas enzim diukur dengan perubahan substrat atau produk dalam
satuan µmol/L, sedangkan aktivitas tersebut juga parallel dengan jumlah enzim
(µg/L). Jika perbedaan jumlah enzim kecil, grafik akan mendekati lurus dan jika
perbedaan jumlah enzim lebih besar, grafiknya akan lengkung.
5. Faktor toksik enzim
Faktor ini mempengaruhi aktivitas enzim sesuai dengan rusaknya struktur
enzim akibat denaturasi protein. Denaturasi protein enzim yang disebut apoenzim
dapat dirusak oleh bahan-bahan kimia, fisika, atau biologi. Enzim yang
aktivitasnya ditentukan oleh gugus sulfhidril akan dirusak oleh oksidator kimia,
sehingga mengubah gugus sulfhidril menjadi ikatan disulfide. Aktivitasnya dapat
kembali jika terdapat zat pereduksi, sehingga gugus sulfhidril dapat kembali
(reversible). Jadi, toksik enzim sifatnya merusak protein enzim, sedangkan
inhibitor enzim sifatnya berebut terhadap active side enzim.
6. Pengaruh inhibitor
Inhibitor adalah molekul atau ion yang dapat menghambat reaksi.
Hambatan ini terbagi menjadi 2 :
a) Hambatan tidak reversibel : adanya proses destruksi atau modifikasi sebuah
gugus fungsi atau lebih yang terdapat pada molekul enzim.
Inhibitor bereaksi tidak reversibel dengan bagian tertentu pada enzim sehingga
mengubah bentuk enzim.
Contoh : molekul iodoase – tamida yang dapat bereaksi dengan gugus –SH
suatu enzim tertentu dan menghasilkan produk reaksi yang sempurna.
b) Hambatan reversibel terbagi menjadi :
Hambatan bersaing(competitive) : adanya molekul yang mirip dengan
substrat yang dapat membentuk kompleks enzim inhibitor. Inhibitor
bergabung dengan sisi aktif enzim.
10
Contoh : asam malonat, oksalat, dan oksaloasetat dapat mengahambat
kerja enzim suksinat dehidrogenase dalam reaksi dehidrogenasi asam
suksinat.
Pengaruhnya dapat dihilangkan dengan cara menambah substrat dalam
konsentrasi besar.
Hambatan tidak bersaing (non-competitive) : tidak dipengaruhi oleh
besarnya konsentrasi substrat. Inhibitor dapat bergabung dengan sisi di
luar sisi aktif enzim.
Hambatan ini tidak dapat diatasi.
Contoh : ion – ion logam berat seperti (Cu 2+ , Hg2+ , Ag+ )yang
berhubungan dengan gugus –SH yang terdapat pada sisem dalam enzim
Cara meningkatkan kecepatan reaksi kimia :
1. Meningkatkan suhu dengan mempercepat gerak termal molekul
Kecepatan reaksi ditingkatkan 2 Kali lipat, per kenaikan 10 °C
2. Menambahkan katalisator
Menurunkan batas penghalang energi
Katalisator akan menurunkan energi aktivasi dan meningkatkan fraksi molekul
dalam molekul tertentu.
2. Fisiologi Sistem Digestivus
1) Mulut
Mulut terjadi proses :
- Mengunyah (mastikasi)
Terjadi akibat adanya kerjasama antara gigi,saliva,otot-otot
pengunyah, otot-otot rahang bawah. Proses ini membantu menghaluskan
makanan jadi bolus agar dapat dicerna oleh enzim.
- Proses menelan
11
Terdiri dari :
a) Tahap volunteer : tahap yang mencetus adanya proses menelan.
b) Tahap faringeal : involunter, membantu jalannya makanan melalui faring ke
dalam esophagus.
c) Tahap esophageal : involunter, mengangkut makanan dari faring ke
lambung.
2) Esofagus
Terjadi gerakan peristaltic yang berfungsi menyalurkan makanan secara
cepat dari faring ke lambung.
Terdiri dari :
a. Peristaltik primer
Dimulai di faring, menyebar ke esophagus selama tahap faringeal dari proses
menelan.
b. Peristaltik sekunder
Dimulai akibat peregangan esophagus oleh makanan yang tertahan di
esophagus kemudian semua makanan dikosongkan ke lambung.
3) Lambung
Sebelum makanan masuk ke lambung, pada ujung bawah esophagus, ada
sfingter gastroesofageal, konstriksi tonik dari sfingter ini akan membantu
mencegah refluks dari isi lambung yang asam ke esofageal
.
Lambung memiliki fungsi mekanik :
a. Fungsi penyimpanan lambung
Makanan masuk ke dalam lambung menimbulakn reflex vasovagal
yang mengirimkan rangsangan ke otak dan kembali lagi ke lambung untuk
merelaksasi lambung pada korpus agar makanan dapat mengisi lambung
sampai kapasitas 0.8-1.5 L.
b. Fungsi pencampuran dan propulsi makanan ke dalam lambung.
Makanan berada dalam lambung menimbulkan gelombang konstriktor
yang berjalan dari korpus menuju antrum sehingga membentuk cincin
konstriktor yang digerakkan oleh peristaltic yang kuat sehjingga mendorong
isi antrum ke pylorus akibatnya menghalangi makanan keluar ke duodenum.
12
c. Fungsi pengosongan lambung
Ditimbulkan oleh kontraksi peristaltic yang kuat di dalam antrum
lambung. Terjadi apabila konsistensi makanan yang telah bercampur dengan
kimus hampir cair, pylorus cukup terbuka dengan air dan cairan lain untuk
dikosongkan dari lambung ke duodenum.
4) Usus halus
Terdiri dari :
a. Kontraksi pencamouran (kontraksi segmentasi)
Terjadi karena adanya reflex peregangan pada dinding usus sehingga
kontraksi ini menimbulkan segmentasi pada usus halus. Kontraksi segmentasi
maksudnya yaitu membagi usus menjadi segmen-segmen ruang yang
mempunyai bentuk rantai sosis. Kontraksi ini memotong kimus sekitar dua
sampai tiga kali per menit, dengan cara ini membentu pencampuran makanan
dengan sekresi usus halus. Frekuensi maksimal dari kontraksi segmentasi
dalam usus halus ditentukan oleh frekuensi gelombang lambat listrik dalam
dinding usus.
b. Gerakan propulsif
Kimus didorong melalui usus halus oleh gelombang peristaltic dan
bergerak menuju anus dengan kecepatan 0.5-2 cm/ detik. Gelombang ini
paling cepat di usus bagian proksimal daripada usus bagian distal. Aktivitas
peristaltic disebabkan oleh adanya reflex, yaitu :
a) Refleks gastroenterik yang dimulai dari peregangan lambung yang
kemudian diteruskan melalui pleksus mienterikus yang turun dari dinding
lambung ke sepanjang dinding usus halus.
b) Refleks gastroileal terjadi saat kimus mencapai katup ileosekal, namun
kimus kadang dihambat selama beberapa jam sampai orang tesebut
mengonsumsi makanan yang lain. Refleks ini berguna untuk
meningkatkan peristaltic dalam ileum serta mendorong kimus yang
terhambat tadi melewati katup ileosekal masuk ke dalam sekum pada usus
besar.
13
5) Kolon
Fungsi utama kolon :
- Absorpsi air dan elektrolit dari kimus untuk membentuk feses yang padat.
- Penimbunan bahan feses sampai dapat dikeluarkan.
Gerakan yang terjadi pada kolon yaitu :
a. Gerakan mencampur
Gerakan ini terjadi karena adanya kontriksi-kontriksi sirkular yang
besar pada usus besar. Pada setiap konstriksi ini, kira-kira 2,5 cm otot sirkular
akan berkontraksi, kadang menyempitkan lumen kolon sampai akhirnya
tersumbat. Pada saat yang sama, otot longitudinal kolon menjadi tiga pita
longitudinal yang disebut taenia coli, akan berkontraksi. Kontraksi gabungan
dari pita otot longitudinal dan kotraksi sirkular menyebabkan bagian usus
besar yang tidak terangsang menonjol keluar membentuk serupa kantung
disebut haustra.
b. Gerakan mendorong
Gerakan mendorong ditimbulkan oleh haustra yang berkontraksi
lambat tetapi berlangsung menetap. Dari sekum sampai sigmoid, pergerakan
massa dapat mengambil alih peran pendorongan untuk beberapa menit dalam
satu waktu. Pergerakan massa adal;ah jenis peistaltik yang dimodifikasi yang
ditandai oleh :
- Timbulnya sebuah cincin konstriksi sebagai respons dari tempat yang
teregang pada kolon transversum.
- Pada bagian distal cicncin konstriksi tadi akn kehilangan haustranya dan
berkonstriksi sebagai satu unit, mendorong maju materi feses pada segmen
sekaligus untuk lebih menuruni kolon. Kontraksi ini menimbulkan tekanan
yang lebih besar.
- Satu rangkaian pergerakan masssa biasanya menetap selama 10 menit
samapai 30 menit. Lalu mereda dan mungkin kembali ½ hari kemudian.
Bila pergerakan sudah mendorong massa feses ke dalam rectum, akan
terasa keinginan untuk defekasi.
14
Defekasi
Pendorongan massa yang terus menerus malaui anus dapat disegah oleh konstriksi
tonik dari:
1) Sfingter ani internus, terdiri dari otot polos sirkular disepanjang anus.
2) Sfingter ani eksternus, terdiri dari otot lurik volunter yang menelilingi sfingter
internus.
Refleks defekasi :
Defekasi timbul akibat reflex defekasi, diantaranya reflek intrinsic yang
diprentarai oleh saraf enteric setempat di dalam dinding rectum. Bila feses
memasuki rectum, peregangan dinding rectum menimbulkan sinyal-sinyal aferen
ynag menyebar melalui pleksus mienterikus untuk minimbulakn gelombang
peristaltic di dalam kolon desendens, sigmoid,dan rectum, dan mendorong feses
kea rah anus. Sewaktu gwelombang peristaltic mendekati anus, sfingter ani
internus direlaksasi oleh sinyal-sinyal penghambat dari pleksus mienterikus. Jika
sfingter ani aksternus dalam keadaan sadar, danberelaksasi secara volunteer pada
waktu bersamaan, terjadilah defekasi.
3. Fungsi sekresi, absorpsi, dan ekskresi sistem pencernaan
Fungsi sekresi system Pencernaan
Berdasarkan jenis sekresinya, kelenjar saliva terbagi atas : enzim digesti dan kelenjar
yang menghasilkan mucus.
Pengeluaran sekresi merupakan respon terhadap stimulasi taktil oleh makanan pada
dinding saluran pencernaan, tergantung jumlah dan jenis makanan yang masuk.
Mekanisme dasar stimulasi kelenjar pencrnaan : kontak local, system saraf (enteric,
otonom), dan system hormon.
Mekanisme keluarnya kelenjar saliva
Ada 2 reflek salifa :
15
1. Reflex saliva sederhana : reseptor memulai impuls di serat saraf aferen yang
membawa informasi ke pusat salivadi medulla batang otak.
2. Reflex saliva didapat :hanya berpikir,melihat,membaui, dan mendengar makanan
yang lezat dapat memicu sekresi kelenjar saliva.
Pusat saliva mengontrol derajat pengeluaran air liur melalui saraf otonomyang
mempersarafi kelenjar liur. Rangasangan parasimpatis menyebabkan pengeluaran air
liur encer berlebihan dan kaya enzim.
Stimulasi simpatis : menghasilkan volume air liur yang jauh lebih sediki dan kental.
sekresi : sekresi pancreas yang menghasilkan enzim lipase yang berguna untuk
emulsifikasi lemak, kandung empedu juga menghasilkan cairan empedu untuk
mengemulsi lemak.
Sekresi pancreas juga mengekresikan HCO3- , yang berfungsi sebagai penetral.
Suasan lambung yang sangat asam sangat berbahaya jika mengenai duodenum
ketika makanan dialirkan ke duodenum oleh karena itu harus ada penetral yaitu
HCO3- , untuk mencegah mukosa lambung terluka atau iritasi saat makanan masuk
Sekresi oleh kandung empedu :
Mensekresikan biliverdin dan bilirubin . biliverdin : berwarna hijau dan
bilirubin: berwarna kuning.
Warna kuning pada billirubin menyebabkan warna feses menjadi kuning.
Fungsi sekresi sistem pencernaan
Prinsip Umum Sekresi SP
• Tipe-tipe kelenjar :
- fungsional: ◊ yang menyekresikan enzim digestif
◊ yang menyekresikan mukus
- anatomis : ◊ kelenjar mukos sel singel (sel goblet)
◊ kripti Lieberkuhn: invaginasi epitel
◊ kelenjar tubuler
◊ kelenjar kompleks
• Mekanisme dasar stimulasi kelenjar pencernaan :
16
- kontak lokal
- sistem syaraf ◊ enterik
◊ otonom
- sistem hormon
Sekresi Saliva
• Kelenjar :
Parotis : seros – ptialin (-amilase)
Submandibularis / submaksilaris
Sublingualis
Pipi (buccalis) : mukus
• Fungsi :
o Membantu proses pencernaan
o Kebersihan mulut
- aliran: partikel halus
- tiosianat, lisozim, antibodi
Sekresi Esofagus
Fungsi: tempat lewat makanan
Mukus saja
- Kelenjar mukus sederhana : lubrikasi
- Kelenjar mukus campuran (atas dan bawah) : proteksi
Sekresi Lambung
1) Kelenjar oksintik (kelenjar gastrik): korpus & fundus
Sel leher mukos : mukus & pepsinogen
Sel peptik (sel chief) : pepsinogen
Sel oksintik (sel parietal) : hcl & faktor intrinsik
2) Kelenjar pilorik: antrum
Mukus, hormon gastrin, pepsinogen
3) Sel mukus: tersebar di permukaan mukosa lambung
4) Enzim-enzim: lipase, amilase, gelatinase
17
Fase-fase sekresi lambung:
1) Fase sefalik : SSP
2) Fase gastrik : - Refleks enterik dan otonom
- Hormon gastrin
3) Fase intestinal : - Hormon gastrin
- Refleks dan hormon di usus kecil
Faktor dasar yang merangsang sekresi lambung
- Asetilkholin : semua jenis sekresi lambung
- Gastrin dan histamin : asam lambung
- Bahan lain : asam amino di dalam sirkulasi kafein dan alkohol
Sekresi Pankreas
Enzim digestif :
- KH : ◊ amilase pankreas
- lemak : ◊ lipase pankreas
◊ kolesterol esterase
◊ fospolipase
- protein : ◊ tripsinogen
◊ khimotripsinogen
◊ pro-karboksilpolipeptidase
◊ elastase & nuklease
Inhibitor tripsin
Ion bikarbonat: menetralisir asam lambung
Pengaturan sekresi pankreas
- Asetilkholin
- Gastrin enzim digestif pankreas
- Kolesistokinin
- Sekretin larutan natrium bikarbonat
◊ asam lambung : sekresi natrium bikarbonat > enzim
◊ lemak : sekresi natrium bikarbonat = enzim
◊ pepton : sekresi natrium bikarbonat < enzim
18
Fase-fase sekresi pankreas
- Fase sefalik
- Fase gastrik
- Fase intestinal
Sekresi Empedu Oleh Hepar
Fungsi: - membantu digesti dan absorbsi lemak
- membantu ekskresi bilirubin & kolesterol
Mekanisme pembentukan empedu
- disekresikan oleh sel hepatosit
- sekresi larutan – Na+ dan HCO3- di saluran empedu
- reabsorbsi air dan elektrolit kecuali Ca2+ dan K+
Pengosongan kandung empedu
- kontraksi kandung empedu oleh
◊ kolesistokinin
◊ syaraf : parasimpatik & enterik
- relaksasi sfinkter Oddi oleh
◊ relaksasi reseptif duodenum & saluran empedu
◊ kolesistokinin
Sekresi Usus Kecil
Mukus
- kelenjar Brunner terutama bagian proksimal
- lokal, vagal, hormon SP terutama sekretin
Cairan digestif
- cairan ekstraseluler oleh kripti Lieberkuhn
- media cair bagi khimus memudahkan absorbsi
Enzim intestinal (brush border)
- peptidase
- sukrase, maltase, iso-maltase, laktase, dekstrinase
- lipase intestinal
19
Pengendalian : - syaraf : terutama refleks lokal
- hormon : kholesistokinin, sekretin
Sekresi Usus Besar
Mukus :
- fungsi : ◊ proteksi (bersama natrium bikarbonat)
◊ melengketkan materi fekal
- kontrol : ◊ lokal
◊ parasimpatis
- gangguan emosi : feses penuh mukus
Air dan elektrolit :
- normal tidak ada
- hanya akibat iritasi :diare
Fungsi absorpsi sistem pencernaan
Proses absorpsi nutrien terutama terjadi di usus kecil. Kira-kira 90% dari
proses absorpsi berlangsung di usus kecil dan sisanya yang 10% berlangsung di
lambung dan di usus besar. Fungsi absorpsi usus kecil ini sesuai dengan karakteristik
anatominya yang mempunyai banyak lipatan mukosa, vili dan mikrovili yang
memperluas daerah permukaan area absorpsi.
Jumlah total cairan yang harus diabsorpsi melalui saluran pencernaan setiap
harinya adalah 8-9 liter. Mekanisme dasar proses absorpsi adalah transport aktif,
difusi, serta osmosis.
a. Absorpsi di dalam lambung
Bentuk permukaan lambung tidak mendukung untuk terjadinya proses
absorpsi, karena pada mukosa lambung sangat sedikit dijumpai vili yang
merupakan membran absorpsi khusus. Selain itu, hubungan antara sel-sel epitel
lambung erat sekali sehingga tidak ada celah sedikitpun untuk dilewati. Yang
bisa larut hanya bahan yang sangat larut dalam lemak, seperti alkohol dan
beberapa macam obat seperti aspirin.
b. Absorpsi di dalam usus kecil.
Proses absorpsi berlangsung melalui sel epitel mukosa usus kecil dan
diteruskan ke dalam aliran darah atau ke dalam aliran limfe.
Mukosa kecil usus mempunyai beberapa karakteristik sesuai dengan fungsinya.
20
1. Lipatan-lipatan serkuler mukosa permanen yang disebut plika sirkularis,
sehingga luas permukaan absorptif usus kecil bertambah 3x lipat.
2. Vili,l uas permukaan absorptif usus kecil bertambah 10x lipat.
3. Brush Border, luas permukaan absorptif usus kecil bertambah 20x lipat.
Di dalam setiap vilus terdapat pula sarana transportasi bagi nutrien yang telah
diabsorbir melalui mukosa intestinal, yaitu:
- Sistem vaskuler yang akan membawa hasil absorpsi ke dalam aliran darah
porta;
- Pembuluh limfe yang disebut lakteal sentral yang akan membawa hasil
absorpsi berupa lemak ke dalam aliran limfe yang bermuara ke pembuluh vena
besar;
- Vesikel pinositik untuk proses absorpsi beberapa bahan secara pinositik
c. Absorpsi di dalam usus besar.
Sebagian besar proses absorpsi di usus besar terjadi di setengah bagian
proksimal kolon. Kapasitas absorpsi maksimum usus besar terhadap air dan
elektrolit lebih kurang 5-7 liter per hari. Mukosa usus besar terutama kolon
bagian proksimal sama halnya dengan usus kecil, mempunyai kemampuan yang
tinggi untuk melakukan absorpsi aktif ion natrium yang kemudian diikuti oleh
absorpsi pasif ion klorida.
Berbeda dengan usus kecil, sel-sel epitel mukosa usus besar
berhubungan sangat rapat sekali, hampir tidak ada ditemukan celah pada
hubungan antar sel. Faktor ini mencegah terjadinya difusi kembali ion-ion ke
dalam kimus. Sehingga ion natrium dapat diabsorpsi secara komplet.
Fungsi ekskresi sistem pencernaan
Makanan mengalami proses pencernaan yang dimulai dari mulut hingga kolon.
21
Kolon mempunya fungsi utama,
yaitu :
1. Absorpsi air dan elektrolit (separuh proksimal)
Mukosa usus besar menyerap natrium, potensial listrik karena absorpsi
natrium membuat klorida diserap juga. Taut-taut erat antara sel epitel lebih erat
daripada di usus halus sehingga ion-ion sulit berdifusi, hal ini memungkinkan
mukosa usus besar mampu menyerap natrium melawan gradient konsentrasi yang
lebih besar dari di usus halus yang menciptakan gradient osmotic dikedua sisi
mukosa dan hal ini menyebabkan penyerapan air. Jumlah maksimal air dan
elektrolit yang dapat diserap usus besar sehari ialah 5-7 L cairan, bila usus besar
menampung lebih dari itu, maka muncullah feses sebagai diare.
Mukosa usus menyerap natrium ∆ potensial listrik penyerapan klorida
22
Ion sulit berdifusi melalui taut erat
penyerapan natrium gradient osmotic disisi
mukosa penyerapan H2O.
2. Menyimpan feses sampai dapat dikeluarkan (separuh distal)
Secara normal, feses mengandung air ¾ dan bahan padat ¼ (30% bakteri
mati, 10-20% lemak, 10-20% bahan inorganic, 2-3% protein, 30% serat makanan
tak tercerna dan konstituen kering getah pencernaan spt. pigmen empedu dan sel
epitel yang terlepas).
Feses berwarna cokat disebabkan oleh sterkobilin dan urobilin, yaitu
turunan bilirubin, bau utama nya ditimbulkan oleh indol, satol, merkaptan, dan
hydrogen sulfida.
Feses cokelat (sterkobilin & urobilin), bau utama : indol, satol, merkaptan,
& H2S
Water 75%
Solids 25%
Percentage of total solids
bahan inorganic 30%
Lemak 10-20%
bakteri mati 30%
Protein 2-3%
23
serat makanan 30%
Ciri khas :
a. Haustrasi
Terdapat kontraksi otot sirkular dan longitudinal diusus halus menyebabkan
terbentuknya haustrasi;bagian usus besar yang tidak terstimulasi menonjol keluar
membentuk struktur mirip kantung. Fungsi kontraksi haustral :
Mendorong merambat secara lambat kearah anus menghasilkan dorongan
terhadap isi kolon
Mencampur membalikkan bahan feses di usus besar sehingga secara
bertahap bahan tersebut terpajan ke permukaan usus besar, serta cairan dan
bahan-bahan larut diserap
b. Gerakan massa penting
Terdapat suatu cincin konstriktif dibagian kolon yang teregang atau
teriritasi, kemudian kolon sebelah distal dari konstriksi berkontraksi sebagai suatu
kesatuan mendorong bahan feses secara bersama-sama.
24
Gerakan massa terjadi setelah makan disebabkan adanya reflex gastrokolon
serta reflex duodenokolon (karena peregangan lambung dan duodenum yang
dihantarkan oleh saraf-saraf ekstrinsik sistem saraf otonom), dan dipicu oleh
stimulasi intens sistem saraf parasimpatis atau peregangan berlebihan suatu
segmen kolon.
Defekasi
Setelah mengalami pendorongan hingga sampai ke rectum, maka timbul
keinginan untuk defekasi. Defekasi dapat dipicu oleh reflex intrinsic yang
diperantarai oleh sistem saraf enteric lokal, yakni ketika feses masuk rectum,
peregangan dinding rectum memicu sinyal aferen yang menyebar melalui pleksus
mienterik untuk memulai gelombang peristalsis di kolon desendens, sigmoid, dan
rectum sehingga mendorong feses kearah anus, karena sinyal inhibitorik dari pleksus
mienterik sfingter anus internal melemas, dan jika sfingter anus eksternal secara
volunteer dilemaskan pada saat yang sama, terjadilah defekasi.
25
Refleks defekasi diperkuat oleh reflex defekasi parasimpatis yang melibatkan
segmen-segmen sacral medulla spinalis yang outputnya sangat menguatkan
gelombang peristalsis dan melemaskan sfingter anus internal.
26
DAFTAR PUSTAKA
Herman, Rahmatina B.2004.Fisiologi Pencernaan. Padang
Murry, Robert K.1999.Biokimia Harper. Jakarta: EGC.
Panil, Zulbadar. 2007. Memahami Teori dan Praktik Biokimia Dasar Medis. Jakarta: EGC.
Sloane, Ethel.2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC.
Sumber lain:
http://www.crayonpedia.org/mw/Sistem_Ekskresi_Pada_Manusia_Dan_Hubungannya_Dengan_Kesehatan_9.1
http://tedbio.multiply.com/journal/item/20
27