laporan modul e
DESCRIPTION
pengelasanTRANSCRIPT
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Proses pengelasan merupakan proses yang dilakukan untuk menyambungkan dua material
atau lebih dengan memanfaatkan panas dan atau tekanan. Sumber panas dan macam-
macam logam pengisi menjadi variabel dalam pengelompokkan metode pengelasan, satu
metode pengelasan yang umum dipakai adalah SMAW (Shielded Metal Arc Welding), yaitu
pengelasan busur listrik dengan elektroda terbungkus, pada metode ini, panas dihasilkan
dari listrik dan logam pengisi berasal dari elektroda. Selain SMAW, masih sangat banyak
macam-maam metode pengelasan, pengelompokkan ini ditentukan dalam AWS.
Karena pengaruh panas atau tekanan, material mengalami perubahan sifat baik secara
makro ataupun mikro, misalnya terjadi perubahaan kekuatan tarik dan perubahan
mikrostruktur pada daerah yang dilas. Hal-hal seperti ini sangat perlu diketahui oleh seorang
ahli material. Sehingga sangat perlu untuk mengetahui dan memahami berbagai macam
metode pengelasan dan perubahan-perubahan sifat yang terjadi akibat proses pengelasan.
1.2 Tujuan Praktikum
- Menentukan kekuatan tarik logam ST-37 hasil lasan
- Menganalisa posisi patahan akibat tegangan tarik
- Menghitung energi yang digunakan dalam proses pengelasan
Bab II
Teori Dasar
2.1 Definisi Pengelasan
Pengelasan adalah proses menyambungkan dua logam atau lebih dengan memanfaatkan
panas dan atau tekanan.
2.2 Klasifikasi Pengelasan
Berdasarkan AWS, pengelasan diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Arc Welding
2. Resistance Welding
3. Solid State Welding
4. Unique Processes
2.3 SMAW
SMAW ( Shielded Metal Arc Welding ) adalah pengelasan busur listrik dengan elektroda
terbungkus. Pada SMAW, panas yang digunakan dalam proses pengelasan berasal dari
listrik. Elektroda bagian luar, yang disebut fluks membantu dalam menghasilkan busur listrik
dan menghasilkan terak dan gas yang melindungi hasil lasandari kontaminasi. Sementara
itu, elektroda inti akan menjadi logam pengisi.
Berikut gambar dari proses SMAW :
Bagian-bagian penting yang ada dalam proses SMAW
1. Benda Kerja : Benda yang akan dilakukan proses pengelasan
2. Elektroda : terdiri dari inti elektroda yang akan menjadi logam pengisi dan fluks yang
akan menjadi terak, terak berfungsi untuk melindungi hasil lasan, diameter
elektroda yang digunakan disesuaikan dengan ketebalan benda kerja, selain
melindungi hasil lasan, fluks juga berfungsi sebagai berikut :
o Mencegah terbentuknya oksida-oksida dan nitrida logam, sewaktu proses
pengelasan berlangsung;
o Membuat terak pelindung sehingga dapat mengurangi kecepatan pendinginan,
hal ini bertujuan agar hasil lasan yang terjadi tidak getas dan rapuh;
o Memberikan sifat-sifat khusus terhadap hasil las-lasan dengan cara
menambahkan zat-zat tertentu yang terkandung dalam selaput;
o Membantu mengontrol ukuran dan frekuensi tetesan logam cair;
o Memungkinkan dilakukannya posisi pengelasan yang berbeda-beda.
3. Tenaga listrik : tenaga listrik yang dibutuhkan bervariasi dipengaruhi oleh jenis
elektroda dan diameter elektroda
4. Busur Listrik : faktor inilah yang akan menghasilkan panas yang menyebabkan
melelehnya logam pengisi dan benda kerja, sehingga setelah proses pengelasan
selesai, kedua logam tersebut akan membeku secara bersama-sama
5. Terak/slag dan selubung gas : adalah produk dari fluks yang berfungsi melindungi
hasil lasan dari kontaminasi
6. Cairan Logam : terdiri dari logam pengisi dan bagian dari benda kerja yang meleleh
bersama-sama
7. Logam lasan : adalah cairan logam yang sudah mengalami pembekuan, ini
merupakan hasil lasan
Prinsip dasar SMAW :
1. Sumber panas berasal dari listrik, listrik mengalir melalui elektroda, kemudian
elektroda didekatkan pada benda kerja yang telah terhubung, akan terjadi loncatan-
loncatan electron dari elektroda ke benda kerja atau sebaliknya.
2. Loncatan-loncatan electron menyebabkan panas, logam yang berasal dari elektroda
dan sebagian logam yang berasal dari benda kerja akan meleleh akibat panas yang
dihasilkan loncatan electron, kemudian membeku bersama-sama
3. Fluks yang membungkus logam pengisi pada elektroda membentuk terak yang
melindungi logam cair dari udara luar, dengan demikian didapatkan hasil lasan yang
baik
2.4 Perubahan Struktur Mikro akibat Pengelasan
Setelah mengalami proses pengelasan, logam terbagi menjadi tiga kelompok berdasarkan
pengaruh panas yang dialaminya, yaitu :
1. Weld Metal ( logam lasan )
Daerah ini selama proses pengelasan mengalami pencairan dan pembekuan,
sehingga memiliki struktur yang berbeda dibanding dengan struktur sebelum
mengalami pengelasan. Daerah ini memiliki mikrostruktur yang mirip dengan
mikrostruktur hasil pengecoran, mengandung butir yang columnar dan equiaxial,
bedanya, pada pengelasan, dinding cetakan merupakan logam induk yang kemudian
menjadi fusion lie.
2. HAZ ( Heat Affected Zone )
Merupakan daerah yang berbatasan dengan weld metal, dalam proses pengelasan,
daerah ini mendapat pengaruh panas tetapi tidak mengalami pencairan. Daerah
yang dekat dengan HAZ memiliki butir yang lebih besar dibanding daerah yang
dekat dengan logam induk. Hal ini disebabkan oleh :
Pada daerah yang dekat dengan HAZ, laju difusi lebih cepat daripada laju
pengintian, sehingga partikel yang masuk ke dalam butir lebih banyak dan
pengintiannya lambat, sehingga butirnya besar.
Pada daerah yang dekat dengan base metal, laju difusi lebih lambat dari laju
pengintian, sehingga butir mengalami pengintian terlebih dahulu sebelum
banyak partikel yang masuk. Sehingga butir berukuran kecil.
3. Base Metal ( Logam induk )
Logam induk merupakan daerah yang tidak mendapat pengaruh panas dalam proses
pengelasan, sehingga mikrostruktur base metal tidak mengalami perubahan.
Selain tiga daerah di atas, ada juga garis yang disebut dengan fusion lie, yaitu garis batas
antara weld metal dan HAZ.
Bab III
Data dan Pengolahan Data
3.1 Data
o Material : ST-37
o Parameter : AWS 6013
o Elektroda : KOBE RB 36 32
o Dimensi Spesimen
Lebar : 50mm
Tebal : 6mm, 6,8mm, 5,2mm
o Mesin Las
Arus : 90 A
Tegangan : 220 V
o Kec. Pengelasan : 50mm/17s
o Diameter Elektroda : 2,6mm
o Panjang Elektroda : 350mm
o Gaya Uji Tarik : 48000N
o Gambar hasil lasan
3.2 Pengolahan Data
o Menghitung Energi yang digunakan ( Heat Input )
Heat input total selama proses pengelasan dapat dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
HI=V . I . t
Dimana,
HI : Heat Input (Joule)
V : Tegangan Listrik (Volt)
I : Arus Listrik (A)
T : Waktu (s)
HI=V . I . t=220 .90 .17=336600 joule=336.6 kJ
Heat input yang dibutuhkan untuk mengelas logam sepanjang 1 mm adalah :
HI per mm=HIl
=336.650
=6.732 kJmm
o Menghitung Kekuatan Tarik Hasil Lasan
Tegangan tarik maksimum hasil lasan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
σ u=FA
Menghitung luas area,
Lebar : 50 mm
Tebal (3x pengukuran) : 6 mm, 6,8 mm, 5,2 mm
Tebal rata−r ata=t=6+6.8+5.23
=6mm
A=l . t=50.6=300mm2
Kekuatan tarik :
σ u=FA
=48000N300mm2
=160MPa
Bab IV
Analisa dan Pembahasan
Percobaan ini merupakan pengelasan dengan metode SMAW dengan specimen St-37.
Pengelasan ini menggunakan elektroda KOBE RB 26 32. Dan parameter AWS E6013, artinya:
E : merupakan elektroda las listrik
60 : Kekuatan tarik minimum hasil lasan adalah 60.000 lb/in2 atau 42 kg/mm2
1 : Dapat dipakai untuk segala posisi
3 : Jenis selaput rutil pottasium
Heat input merupakan parameter yang ada dalam proses pengelasan, terdiri dari tegangan
listrik, arus listrik, dan kecepatan pengelasan ( waktu pengelasan ). Tegangan listrik yang
digunakan adalah 220 volt, arus listrik yang digunakan adalah 90 A, dan kecepatan
pengelasan 50 mm/17 s. Sehingga, berdasarkan data proses pengelasan tersebut, heat input
yang digunakan adalah sebesar 6,732 kJ/mm.
Setelah dilakukan proses pengelasan, specimen didinginkan di udara terbuka, setelah itu
dilakukan pengujian tarik. Kekuatan tarik hasil lasan adalah sebesar 160 Mpa, nilai ini
berbeda dengan ST-37 sebelum dilas yang memiliki kekuatan tarik sebesar 480 Mpa.
Kekuatan tarik hasil lasan lebih kecil dari logam st-37 sebelum dilakukan pengelasan karena
ada perubahan mikrostruktur yang menyebabkan hasil lasan mengalami perubahan sifat
mekanik. Setelah dilakukan proses pengelasan, weld metal dan HAZ mengalami pengerasan
dan penggetasan, hal ini menyebakan penurunan kekuatan tarik material st-37.
Elektroda KOBE RB 26 32 memiliki spesifikasi kekuatan tarik sampai 510 MPa, tetapi hasil
lasan hanya memiliki kekuatan tarik sebesar 160 MPa. Hal ini bisa terjadi karena beberapa
hal, diantaranya,
Pengelasan tidak dilakukan dua sisi, hal ini menyebabkan hasil lasan tidak
memenuhi semua cross area, sehingga dalam penghitungan, cross area memiliki
nilai yang kebih besar daripada seharusnya, ini mengakibatkan kekuatan tarik yang
didapat memiliki nilai yang kebih kecil daripada spesifikasi elektrodanya
Tidak dibuat kampuh ( profil pengelasan ) sebagai tempat logam cair membeku, ini
membuat perhitungan cross area menjadi tidak akurat
Masih ada kotoran yang ada pada logam sebelum dilakukan proses pengelasan, ini
menyebabkan kualitas lasan menjadi kurang baik, sehingga kekuatan tariknya tidak
maksimal
Ketika dilakukan pengujian tarik, patahannya ada di daerah lasan, ini menunjukkan bahwa
daerah lasan tidak memiliki kekuatan yang lebih besar dari logam induk. Juga menunjukkan
kualitas lasan yang tidak baik. Kurang lebih penyebabnya seperti pada penyebab nilai
kekuatan tarik yang kecil di atas.
Cara mengelas alumunium adalah dengan menggunakan metode GTAW (Gas Tungsten Arc
Welding) atau TIG (Tungsten Inert Gas). Ini merupakan pengelasan dengan elektroda tidak
terumpan, artinya logam pengisi bukan berasal dari elektroda tetapi ada kawat tersendiri
yang akan menjadi logam pengisi. Fluks yang digunakan adalah gas inert, biasanya argon.
Sebelum dilakukan proses pengelasan, lapisan pasif yang ada di permukaan alumunium
dibersihkan terlabih dahulu, baru kemudian dilakukan proses pengelasan.
Bab V
Kesimpulan dan Saran
4.1 Kesimpulan
o Kekuatan tarik hasil lasan adalah sebesar 160 MPa
o Posisi patahan ada di daerah lasan, ini menunjukkan kakuatan tarik hasil lasan tidak
sebaik logam induk. Hal ini juga menunjukkna kualitas lasan yang kurang baik, hal ini
diantaranya disebabkan oleh faktor sebagai berikut :
- Pengelasan tidak dilakukan dua sisi, hal ini menyebabkan hasil lasan tidak
memenuhi semua cross area, sehingga dalam penghitungan, cross area memiliki
nilai yang kebih besar daripada seharusnya, ini mengakibatkan kekuatan tarik
yang didapat memiliki nilai yang kebih kecil daripada spesifikasi elektrodanya
- Tidak dibuat kampuh ( profil pengelasan ) sebagai tempat logam cair membeku,
ini membuat perhitungan cross area menjadi tidak akurat
- Masih ada kotoran yang ada pada logam sebelum dilakukan proses pengelasan,
ini menyebabkan kualitas lasan menjadi kurang baik, sehingga kekuatan tariknya
tidak maksimal
o Heat input yang digunakan dalam proses pengelasan adalah sebesar 6,732 kJ/mm
4.2 Saran
o Agar hasil lasan memiliki kualitas yang baik, kecepatan pengelasan jangan terlalu
cepat dan jangan terlalu lambat
DAFTAR PUSTAKA
Suratman, Rochim & Hery Sonawan. 2004. Pengantar Memahami Proses Pengelasan Logam.
Bandung : Penerbit Alfabeta
Wiryosumarto, Harsono & Toshie Okumura. 2000. Teknologi Pengelasan Logam. Jakarta :
Pradnya Paramita
LAMPIRAN
Pertanyaan Setelah Praktikum
1. Apa penyabab hasill lasan dapat retak? Jelaskan alasannya dan bagaimana
memperbaikinya?
Retak dapat terjadi akibat adanya beberapa faktor diantaranya sebagai berikut ;
- Tegangan sisa
- Difusi hydrogen
- Perubahan struktur mikro akibat pengelasan ( terbentuknya martensit yang
sangat getas
Pencegahan terjadinya retak adalah dengan memperlambat kecepatan pengelasan, agar
laju pendinginan lasan lebih lambat, tujuannya untuk meminimalisir terbentuknya
martensit yang sangat getas, selain itu dapat juga dengan menerapkan post heating
setelah dilakukan proses pengelasan, tujuannya adalah untuk menghilangkan tegangan
sisa yang ada pada logam.
2. Proses pengelasan sering memunculkan tegangan sisa pada benda kerja yang dilas,
apa yang dimaksud dengan tegangan sisa, bagaimana mekanisme terjadinya, dan
bagaimana cara mencegahnya?
Tegangan sisa adalah segala tegangan yang ada dalam sebuah bidang setelah tegangan
dari luar dihilangkan, dalam proses pengelasan tegangan sisa dapat juga diartikan
sebagai tegangan dalam yang tersimpan (yang terjadi) setelah proses pengelasan dan
pada waktu tertentu akan hilang dengan sendirinya bersamaan dengan rusaknya benda
kerja.
Untuk mengurangi tegangan sisa, dapat dilakukan post heating atau dapat juga disebut
Stress Reliefing Annealing, caranya adalah dengan memanaskan logam hsail lasan pada
suhu tertentu kemudian didinginkan perlahan-lahan.
3. Heat input pada pengelasan busur (arc welding) dinyatakan sebagai Q=VIt, Jelaskan
perbedaan pembangkitan panas pada arc welding dan resistance welding!
Pada pengelasan busur ( arc welding ) panas terjadi akibat adanya loncatan elektron
yang terjadi antara elektroda dengan benda kerja. Sementara pada resistance welding
panas terjadi akibat tekanan yang dilakukan pada benda kerja disertai arus listrik yang
besar secara tiba-tiba.
4. Pengujian-pengujian apa saja yang dapat dilakukan untuk mengetahui kuailtas hasil
pengelasan ?
Pengujian yang dilakukan untuk mengetahui hasil lasan terbagi dua, yaitu :
a. Pengujian merusak
o Uji Keras
o Uji Tarik
o Metalografi
b. Pengujian tidak merusak ( Non-Destructive Test )
o Pengamatan ( Visual Inspection )
o Liquid Penetrant Test
o Magnetic Particle Inspection
o Pengujian Ultrasonic
5. Apa yang dimaksud dengan retak dingin dan apa yang menyebabkan retak dingin?
Retak dingin adalah retak pada daerah las pada suhu kurang dari 300 deg C. Retak
ini tidak hanya dapat terjadi pada daerah HAZ, tapi juga bisa terjadi pada daerah
logam las. Retak dingin dapat disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut :
o Struktur daerah HAZ
o Difusi Hidrogen
o Tegangan Sisa
Tugas Tambahan
1. Suhu Pre heating dan post heating adalah sedikit diatas titik didih air ( 100 deg C )
2. Cacat lain selain retak diantaranya adalah :
a. Porositas : Gas yang terperangkap di dalam logam
b. Undercut : Kekurangan manik las yang terbentuk
c. Overlap : Kelebihan manik las yang terbentuk
d. Distorsi : Pembengkokan yang terjadi pada logam hasil lasan setelah
pengelasan akibat tegangan sisa
e. Underfill : Kekurangpenuhan daerah lasan yang dapat disebabkan oleh
kecepatan pengelasan yang terlalu cepat
f. Inklusi : Terperangkapnya suatu senyawa asing pada logam pengisi, dapat
disebabkan oleh kerja fluks yang kurang baik
g. Fusi yang tidak seragam : Disebabkan kemampuan penetrasi yang tidak
seragam dari logam pengisi, sehingga daerah lasan tidak kontinyu
Klasifikasi Pengelasan berdasarkan AWS