modul e-learning lokasi industri
TRANSCRIPT
Standar Kompetensi :1. Mempraktekkan Ketrampilan Dasar Peta dan Pemetaan.
Kompetensi Dasar :1.3 Menganalisis Lokasi Industri dan Pertanian dengan Pemanfaatan Peta.
INDUSTRI DAN PERTANIAN
I.Industri
A. Definisi dan Pengertian Industri
Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi
menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan.
Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri
tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa.
B. Klasifikasi Industri
a. Jenis industri berdasarkan tempat bahan baku
1. Industri ekstraktif
Industri ekstraktif adalah industri yang bahan baku diambil langsung dari alam sekitar.
Contoh : pertanian, perkebunan, perhutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, dan lain
lain
2. Industri nonekstaktif
Industri nonekstaktif adalah industri yang bahan baku didapat dari tempat lain selain alam
sekitar.
3. Industri fasilitatif
Industri fasilitatif adalah industri yang produk utamanya adalah berbentuk jasa yang dijual
kepada para konsumennya.
Contoh : Asuransi, perbankan, transportasi, ekspedisi, dan lain sebagainya.
b. Jenis industri berdasarkan besar kecil modal
1. Industri padat modal
adalah industri yang dibangun dengan modal yang jumlahnya besar untuk kegiatan
operasional maupun pembangunannya
2. Industri padat karya
adalah industri yang lebih dititik beratkan pada sejumlah besar tenaga kerja atau pekerja
dalam pembangunan serta pengoperasiannya.
c. Jenis industri berdasarkan SK Menteri Perindustrian No.19/M/I/1986
1. Industri kimia dasar
contohnya seperti industri semen, obat-obatan, kertas, pupuk, dsb
2. Industri mesin dan logam dasar
misalnya seperti industri pesawat terbang, kendaraan bermotor, tekstil, dll
3. Industri kecil
Contoh seperti industri roti, kompor minyak, makanan ringan, es, minyak goreng curah, dll
4. Aneka industri
misal seperti industri pakaian, industri makanan dan minuman, dan lain-lain.
d. Jenis industri berdasarkan jumlah tenaga kerja
1. Industri rumah tangga
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 1-4 orang.
2. Industri kecil
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 5-19 orang.
3. Industri sedang atau industri menengah
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 20-99 orang.
4. Industri besar
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 100 orang atau lebih.
e. Jenis industri berdasakan pemilihan lokasi
1. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada pasar (market oriented industry)
Adalah industri yang didirikan sesuai dengan lokasi potensi target konsumen. Industri jenis ini
akan mendekati kantong-kantong di mana konsumen potensial berada. Semakin dekat ke
pasar akan semakin menjadi lebih baik.
2. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada tenaga kerja / labor (man power
oriented industry)
Adalah industri yang berada pada lokasi di pusat pemukiman penduduk karena bisanya jenis
industri tersebut membutuhkan banyak pekerja / pegawai untuk lebih efektif dan efisien
3. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada bahan baku (supply oriented industry)
Adalah jenis industri yang mendekati lokasi di mana bahan baku berada untuk memangkas
atau memotong biaya transportasi yang besar.
f. Jenis industri berdasarkan produktifitas perorangan
1. Industri primer
adalah industri yang barang-barang produksinya bukan hasil olahan langsung atau tanpa
diolah terlebih dahulu
Contohnya adalah hasil produksi pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, dan
sebagainya.
2. Industri sekunder
industri sekunder adalah industri yang bahan mentah diolah sehingga menghasilkan barang-
barang untuk diolah kembali.
Misalnya adalah pemintalan benang sutra, komponen elektronik, dan sebagainya.
3. Industri tersier
Adalah industri yang produk atau barangnya berupa layanan jasa.
Contoh seperti telekomunikasi, transportasi, perawatan kesehatan, dan masih banyak lagi
yang lainnya.
C. Teori Lokasi Industri
Teori lokasi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan
ekonomi. Atau dapat juga diartikan sebagai ilmu tentang alokasi secara geografis dari sumber daya
yang langka, serta hubungannya atau pengaruhnya terhadap lokasi berbagai macam usaha atau
kegiatan lain (activity). Secara umum, pemilihan lokasi oleh suatu unit aktivitas ditentukan oleh
beberapa faktor seperti: bahan baku lokal (local input); permintaan lokal (local demand); bahan baku
yang dapat dipindahkan (transferred input); dan permintaan luar (outside demand). (Hoover dan
Giarratani, 2007).
Berikut ini dikemukakan beberapa teori lokasi industri menurut para ahli:
a. Von Thunen (1826) mengidentifikasi tentang perbedaan lokasi dari berbagai kegiatan pertanian
atas dasar perbedaan sewa lahan (pertimbangan ekonomi). Menurut Von Thunen tingkat sewa
lahan adalah paling mahal di pusat pasar dan makin rendah apabila makin jauh dari pasar. Von
Thunen menentukan hubungan sewa lahan dengan jarak ke pasar dengan menggunakan kurva
permintaan. Berdasarkan perbandingan (selisih) antara harga jual dengan biaya produksi, masing-
masing jenis produksi memiliki kemampuan yang berbeda untuk membayar sewa lahan. Makin
tinggi kemampuannya untuk membayar sewa lahan, makin besar kemungkinan kegiatan itu
berlokasi dekat ke pusat pasar. Hasilnya adalah suatu pola penggunaan lahan berupa diagram
cincin. Perkembangan dari teori Von Thunen adalah selain harga lahan tinggi di pusat kota dan
akan makin menurun apabila makin jauh dari pusat kota.
b. Weber (1909) menganalisis tentang lokasi kegiatan industri. Menurut teori Weber pemilihan
lokasi industri didasarkan atas prinsip minimisasi biaya. Weber menyatakan bahwa lokasi setiap
industri tergantung pada total biaya transportasi dan tenaga kerja di mana penjumlahan
keduanya harus minimum. Tempat di mana total biaya transportasi dan tenaga kerja yang
minimum adalah identik dengan tingkat keuntungan yang maksimum. Menurut Weber ada tiga
faktor yang mempengaruhi lokasi industri, yaitu biaya transportasi, upah tenaga kerja, dan
kekuatan aglomerasi atau deaglomerasi. Dalam menjelaskan keterkaitan biaya transportasi dan
bahan baku Weber menggunakan konsep segitiga lokasi atau locational triangle untuk
memperoleh lokasi optimum. Untuk menunjukkan apakah lokasi optimum tersebut lebih dekat
ke lokasi bahan baku atau pasar, Weber merumuskan indeks material (IM), sedangkan biaya
tenaga kerja sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi lokasi industri dijelaskan Weber
dengan menggunakan sebuah kurva tertutup (closed curve) berupa lingkaran yang dinamakan
isodapan (isodapane).
Gambar 1. Pengaruh tenaga kerja dan biaya transportasi terhadap lokasi Industri.
c. Teori Christaller (1933) menjelaskan bagaimana susunan dari besaran kota, jumlah kota, dan
distribusinya di dalam satu wilayah. Model Christaller ini merupakan suatu sistem geometri, di
mana angka 3 yang diterapkan secara arbiter memiliki peran yang sangat berarti dan model ini
disebut sistem K = 3. Model Christaller menjelaskan model area perdagangan heksagonal dengan
menggunakan jangkauan atau luas pasar dari setiap komoditi yang dinamakan range dan
threshold.
Gambar 2. Model Christaller menjelaskan model area perdagangan heksagonal dengan
menggunakan jangkauan atau luas pasar dari setiap komoditi yang dinamakan range dan
threshold.
d. Teori Lokasi dari August Losch melihat persoalan dari sisi permintaan (pasar), berbeda dengan
Weber yang melihat persoalan dari sisi penawaran (produksi). Losch mengatakan bahwa lokasi
penjual sangat berpengaruh terhadap jumlah konsumen yang dapat digarapnya. Makin jauh dari
tempat penjual, konsumen makin enggan membeli karena biaya transportasi untuk mendatangi
tempat penjual semakin mahal. Losch cenderung menyarankan agar lokasi produksi berada di
pasar atau di dekat pasar.
e. D.M. Smith memperkenalkan teori lokasi memaksimumkan laba dengan menjelaskan konsep
average cost (biaya rata-rata) dan average revenue (penerimaan rata-rata) yang terkait dengan
lokasi. Dengan asumsi jumlah produksi adalah sama maka dapat dibuat kurva biaya rata-rata (per
unit produksi) yang bervariasi dengan lokasi. Selisih antara average revenue dikurangi average
cost adalah tertinggi maka itulah lokasi yang memberikan keuntungan maksimal.
f. McGrone (1969) berpendapat bahwa teori lokasi dengan tujuan memaksimumkan keuntungan
sulit ditangani dalam keadaan ketidakpastian yang tinggi dan dalam analisis dinamik.
Ketidaksempurnaan pengetahuan dan ketidakpastian biaya dan pendapatan di masa depan pada
tiap lokasi, biaya relokasi yang tinggi, preferensi personal, dan pertimbangan lain membuat
model maksimisasi keuntungan lokasi sulit dioperasikan.
g. Menurut Isard (1956), masalah lokasi merupakan penyeimbangan antara biaya dengan
pendapatan yang dihadapkan pada suatu situasi ketidakpastian yang berbeda-beda. Isard (1956)
menekankan pada faktor-faktor jarak, aksesibilitas, dan keuntungan aglomerasi sebagai hal yang
utama dalam pengambilan keputusan lokasi. Richardson (1969) mengemukakan bahwa aktivitas
ekonomi atau perusahaan cenderung untuk berlokasi pada pusat kegiatan sebagai usaha untuk
mengurangi ketidakpastian dalam keputusan yang diambil guna meminimumkan risiko. Dalam hal
ini, baik kenyamanan (amenity) maupun keuntungan aglomerasi merupakan faktor penentu
lokasi yang penting, yang menjadi daya tarik lokasi karena aglomerasi bagaimanapun juga
menghasilkan konsentrasi industri dan aktivitas lainnya.
h. Model gravitasi adalah model yang paling banyak digunakan untuk melihat besarnya daya tarik
dari suatu potensi yang berada pada suatu lokasi. Model ini sering digunakan untuk melihat
kaitan potensi suatu lokasi dan besarnya wilayah pengaruh dari potensi tersebut. Model ini dapat
digunakan untuk menentukan lokasi yang optimal.
i. Tidak ada sebuah teori tunggal yang bisa menetapkan di mana lokasi suatu kegiatan produksi
(industri) itu sebaiknya dipilih. Untuk menetapkan lokasi suatu industri (skala besar) secara
komprehensif diperlukan gabungan dari berbagai pengetahuan dan disiplin. Berbagai faktor yang
ikut dipertimbangkan dalam menentukan lokasi, antara lain ketersediaan bahan baku, upah
buruh, jaminan keamanan, fasilitas penunjang, daya serap pasar lokal, dan aksesibilitas dari
tempat produksi ke wilayah pemasaran yang dituju (terutama aksesibilitas pemasaran ke luar
negeri), stabilitas politik suatu negara dan, kebijakan daerah (peraturan daerah).
Sumber Buku Ekonomi Regional Karya D.S. Priyarsono
D. Tujuan Pembangunan Industri
Pembangunan industri adalah bagian dari pembangunan nasional, sehingga derap
pembangunan industri harus mampu memberikan sumbangan yang berarti terhadap
pembangunan ekonomi maupun sosial politik. Oleh karenanya, dalam penentuan tujuan
pembangunan sektor industri di masa depan, baik jangka menengah maupun jangka
panjang, bukan hanya ditujukan untuk mengatasi permasalahan dan kelemahan di sektor
industri saja yang disebabkan oleh melemahnya daya saing, tetapi juga harus mampu
turut mengatasi permasalahan nasional.
Masalah Nasional yang sedang mengemuka diantaranya meliputi:
a. Tingginya angka pengangguran dan kemiskinan
b. Rendahnya pertumbuhan ekonomi
c. Melambatnya perkembangan ekspor Indonesia
d. Lemahnya sektor infrastruktur
e. Tertinggalnya kemampuan nasional di bidang teknologi
Sementara itu uraian sebelumnya, mengemukakan bahwa berbagai permasalahan pokok yang
sedang dihadapi oleh sektor industri, yaitu: pertama,ketergantungan yang tinggi terhadap impor
baik berupa bahan baku, bahan penolong, barang setengah jadi dan komponen. Kedua, keterkaitan
antara sektor industri dan sektor industri dengan ekonomi lainnya relatif masih lemah. Ketiga,
struktur industri hanya didominasi oleh beberapa cabang industri yang tahapan proses industrinya
pendek. Keempat, ekspor produk industri dikuasai oleh hanya beberapa cabang industri.
Kelima, lebih dari 60% sektor industri terletak di Pulau Jawa. Keenam, masih lemahnya
kemampuan kelompok industri kecil dan menengah.
Dengan memperhatikan masalah nasional dan juga masalah yang sedang dihadapi sektor industri,
maka tujuan pembangunan sektor industri jangka menengah (2004-2009) ditetapkan sebagai
berikut:
1. Meningkatkan penyerapan tenaga kerja industri
b. Meningkatkan ekspor Indonesia dan pemberdayaan pasar dalam negeri
c. Memberikan sumbangan pertumbuhan yang berarti bagi perekonomian
d. Mendukung perkembangan sektor infrastruktur
e. Meningkatkan kemampuan teknologi
f. Meningkatkan pendalaman struktur industri dan diversifikasi produk
g. Meningkatkan penyebaran industri
2. Sedangkan tujuan pembangunan sektor industri jangka panjang (2010-2025) meliputi:
a. Memperkuat basis industri manufaktur agar industri yang tergabung dalam kelompok ini
mampu menjadi industri kelas dunia (world class industry).
b. Meningkatkan peran industri prioritas agar menjadi modal penggerak perekonomian
nasional
c. Meningkatkan peran sektor industri kecil dan menengah terhadap struktur industri,
sehingga terjadi keseimbangan peran antara industri besar dengan industri kecil dan
menengah
E. AGLOMERASI INDUSTRI
Aglomerasi Industri yaitu pemusatan industri di suatu kawasan tertentu dengan tujuan agar
pengelolaannya dapat optimal.
Gejala aglomerasi industri itu disebabkan karena hal-hal berikut:
a. Adanya persaingan industri yang semakin hebat dan semakin banyak.
b. Melaksanakan segala bentuk efisiensi di dalam penyelenggaraan industri.
c. Untuk meningkatkan produktivitas hasil industri dan mutu produksi.
d. Untuk memberikan kemudahan bagi kegiatan industri.
e. Untuk mempermudah kontrol dalam hubungan tenaga kerja, bahan baku, dan pemasaran.
f. Untuk menyongsong dan mempersiapkan perdagangan bebas di kawasan Asia Pasifik yang
dimulai tahun 2020.
g. Melakukan pemerataan lokasi industri sesuai dengan jumlah secara tepat dan berdaya guna
serta menyediakan fasilitas kegiatan industri yang berwawasan lingkungan.
Proses aglomerasi (pemusatan) industri keberhasilannya banyak ditentukan oleh faktor teknologi
lingkungan, produktivitas, modal, SDM, manajemen dan lain-lain.Pada Negara-negara yang sedang
mengalami aglomerasi industri, terdapat dualisme bidang teknologi. Dualisme teknologi adalah
suatu keadaan dalam suatu bidang ekonomi tertentu yang menggunakan tehnik dan organisasi
produksi yang sangat berbeda karakteristiknya. Kondisi ini mengakibatkan perbedaan besar pada
tingkat produktivitas di sektor modern dan sektor tradisional, seperti keadaan berikut ini :
a. Jumlah penggunaan modal dan peralatan yang digunakan.
b. Penggunaan pengetahuan teknik, organisasi, dan manajemen.
c. tingkat pendidikan dan keterampilan para pekerja.
Faktor-faktor ini menyebabkan tingkat produktivitas berbagai kegiatan sektor modern sering kali
tidak banyak berbeda dengan kegiatan yang sama yang terdapat di Negara maju. Sebaliknya sektor
tradisional menunjukkan perbedaan banyak karena keadaan sebagai berikut :
a. Terbatasnya pembentukan modal dan peralatan industri.
b. Kekurangan pendidikan dan pengetahuan.
c. Penggunaan teknik produksi yang sederhana.
d. Organisasi produksi yang masih tradisional.
F. Perbandingan Industri Indonesia dengan Industri Negara Maju
Persebaran industri di Negara maju (development countries) atau disebut Negara-negara G7
(Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Jerman, Belanda, Italia, dan Jepang) berbeda dengan Negara yang
sedang berkembang (developing countries). Pada umumnya, Negara-negara yang maju industrinya
juga dikenal dengan sebutan industri padat modal. Sebaliknya, bagi Negara-negara berkembang,
sebagian industri yang dimilikinya merupakan industri dengan sebutan “berdiri di atas dua kaki”
(walk on two legs). Maksudnya, padat modal juga dikembangkan, sedangkan padat karya tetap
dipertahankan mengingat biasanya di Negara berkembang berpenduduk padat.Indonesia
merupakan salah satu Negara berkembang dengan jumlah penduduk yang besar. Pembangunan
industri di Indonesia ditujukan untuk membuka lapangan pekerjaan baru, memenuhi kebutuhan
dalam negeri dan untuk kegiatan ekspor. Untuk memacu pertumbuhan industri modern seperti
industri di Negara maju tidaklah mudah. Jika industri bergeser ke padat modal, maka dalam proses
produksinya digunakan mesin-mesin canggih sehingga banyak orang akan kehilangan pekerjaan.
G. Kawasan Industri dan Kawasan Berikat
Untuk mewujudkan usaha-usaha pembangunan dan pengembangan industri di Indonesia, maka
setiap pemerintah provinsi, baik dalam kerangka nasional maupun wilayah daerah, bahkan dalam
rangka kerja sama regional dengan Negara-negara tetangga, dibentuklah suatu kawasan-kawasan
industri dan kawasan berikat.
1. Kawasan Industri (Industrial Estate)
Kawasan Industri adalah daerah yang khusus disediakan pemerintah pusat maupun daerah untuk
kegiatan industri. Kawasan ini umumnya merupakan suatu bagian dalam tata rencana kota atau
daerah yang disertai sarana lengkap untuk kegiatan industri. Sarana tersebut antara lain meliputi
infrastruktur perhubungan, jalan, nasional, dan internasional (angkutan darat, laut, maupun udara),
tenaga listrik, telekomunikasi, sistem pembuangan sampah, limbah, dan sebagainya. Dengan
pengelompokan daerah tempat tinggal, dagang, rekreasi, dan industri tersebut, diusahakan suatu
tata kehidupan masyarakat yang teratur, terkendali, dan serasi dilihat dari segi demografi, ekologi,
dan polusi (pencemaran udara dan lingkungan).Keputusan pembentukan kawasan industri
dikeluarkan dalam rangka usaha pemerintah untuk mendorong dan mempercepat pertumbuhan
industri, memenuhi kebutuhan dalam negeri dan ekspor, serta untuk makin mengundang para
industriawan asing memindahkan pabrik pengolahannya ke Indonesia.Dalam keputusan
pembentukan kawasan industri tersebut, pemerintah menetapkan bahwa pengusaha swasta
nasional maupun asing, koperasi, BUMN (Badan Usaha Milik Negara) dan BUMD (Badan Usaha Milik
Daerah) diperbolehkan membangun dan mengelola kawasan industri di Indonesia. Sebelumnya,
pembangunan dan pengelolaan kawasan industri adalah monopoli pemerintah yaitu Departemen
Perindustrian.
Tujuan pembangunan kawasan industri adalah :
a. untuk mempercepat pertumbuhan industri.
b. untuk memberikan kemudahan bagi kegiatan industri.
c. Untuk mendorong kegiatan industri supaya berlokasi di kawasan industri.
d. Menyediakan fasilitas lokasi industri yang berwawasan lingkungan.
Hak dan kewajiban pengusaha kawasan industri :
a. Perusahaan kawasan industri berhak memindahkan hak atau menyewakan bagian-bagian tanah
kawasan industri kepada perusahaan industri yang berlokasi di kawasan industrinya.
b. Perusahaan kawasan industri berhak mendapat imbalan atau pendapatan dari jasa pengusahaan
kawasn industri, misalnya dari kegiatan-kegiatan :
pemindahan penggunaan dan pemindahan hak, penyewaan kapling industri maupun
bangunan pabrik siap pakai.
pengoperasian prasarana dan sarana penunjang teknis.
pemeliharaan dan perbaikan prasarana dan sarana penunjang teknis.
pengamanan kawasan industri.
c. Perusahaan kawasan industri berkewajiban membantu pengurus permintaan dan penyelesaian
Hak Guna Bangunan (HGB) bagi perusahaan industri yang berada di kawasan industri, sesuai
dengan ketentuan kepala Badan Pertahanan Nasional (BPN).
d. Perusahaan kawasan industri wajib mematuhi ketentuan dalam Rencana Pengelolaan
Lingkungan serta rencana pemantauannya yang mencakup :
pembuatan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan).
melakukan penataan lokasi industri sesuai dengan jenisnya.
Membangun, mengelola, dan memelihara fasilitas sarana dan prasarana kawasan industri.
Menyediakan dan mengelola fasilitas pengolahan limbah industri.
Membantu perusahaan yang berlokasi di kawasan itu dalam pengurusan perizinannya.
e. Perusahaan kawasan industri wajib membuat dan memberlakukan ketentuan tata tertib bagi
perusahaan industri yang berada di kawasannya.
f. Perusahaan kawasan industri dan perusahaan industri wajib melaksanakan standar teknis yang
ditetapkan Menteri Perindustrian.
g. Perusahaan kawasan industri wajib menyampaikan laporan secara berkala kepada Menteri
Perindustrian mengenai kegiatan usahanya.
Perkembangan kawasan industri di Indonesia sejalan dengan pembangunan di Indonesia. Sebelum
dikeluarkannya Keputusan Presiden No.53 Tahun 1989 tentang kawasan industri, di Indonesia telah
beroperasi lima (5) kawasan industri milik pemerintah. Kelima kawasan industri tersebut adalah :
a. PT JAKARTA INDUSTRIAL ESTATE Pulogadung (PT JIEP) di Jakarta seluas 1550 hektar.
b. PT RUNGKUT INDUSTRIAL ESTATE Surabaya (PT RIES) seluas 570 hektar.
c. PT KAWASAN INDUSTRI Cilacap di Jawa Tengah seluas 243 hektar
d. Kawasan Industri Medan seluas 200 hektar. Kawasan Industri Makasar (Ujung Pandang) seluas
224 hektar.
Kawasan-kawasan industri tersebut dilengkapi dengan bangunan pabrik siap pakai, fasilitas umum
industri kecil, dan fasilitas pergudangan yang mutakhir. Di samping itu, juga ditunjang dengan
berbagai parasarana dan sarana seperti jalan ke kawasan industri, jaringan jalan lingkungan, saluran
distribusi listrik, telekomunikasi, air bersih, instalasi penyediaan air bersih, saluran air hujan, jaringan
pengumpul limbah industri, penampungan sementara limbah padat, fasilitas perbankan, kantor pos,
kantor pelayanan telkom, poliklinik, kantin, tempat ibadah, pos keamanan, halte angkutan umum,
dan lain-lain.Pesatnya pertambahan penduduk dan sempitnya lahan untuk dijadikan kawasan
industri menyebabkan ada perluasan kawasan industri di luar wilayah yang telah disediakan.
Dampak perkembangan atau pemekaran kota adalah kawasan industri yang semula sudah jauh di
luar kota, kemudian terletak ditengah-tengah kota. Itulah sebabnya tidak jarang kawasan industri itu
ditata kembali untuk disesuaikan dengan tata ruang yang direncanakan. Kondisi ini termasuk di
antaranya letak terminal bus, lapangan udara, dan sebagainya.
2. Kawasan Berikat (Bounded Zone)
Kawasan berikat merupakan kawasan pengolahan untuk ekspor. Oleh karena itu, kawasan ini
disebut juga Export Processing Zone karena barang-barang yang diproduksi dalam kawasan ini
umumnya dimaksudkan untuk ekspor.Kawasan berikat sendiri adalah kawasan dengan batas-batas
tertentu, yang terletak di dalam daerah pabean, tetapi memiliki peraturan dan tata cara pemasukan
barang yang berbeda dengan cara pemasukan barang ke daerah pabean biasa, karena sifat
pemasukan barang ke kawasan tersebut bersifat sementara.
Fungsi kawasan berikat adalah sebagai tempat penyimpanan dan pengolahan produk atau
komoditas perdagangan yang berasal dari luar negeri, sebelum barang tersebut dipasarkan. Kawasan
berikat juga digunakan untuk menyimpan, menimbun, dan mengolah atau mengemas komoditas
yang berasal dari dalam negeri untuk tujuan ekspor.Latar belakang pembentukan kawasan berikat
diawali dengan banyaknya Negara-negara berkembang di Asia yang berusaha meningkatkan ekspor
produksinya. Salah satu caranya dengan membuka kawasan berikat yang dimulai sejak awal tahun
1970-an.Komoditas perdagangan yang disimpan atau ditimbun dalam kawasan berikat tidak
dikenakan bea masuk, cukai, atau pungutan lain. Perusahaan-perusahaan industri yang berlokasi
dalam batas wilayah kawasan berikat menikmati kemudahan-kemudahan dan fasilitas istimewa
dalam hal impor bahan baku, bahan penunjang, dan barang-barang modal, keringanan pajak, sarana
dan prasarana yang lengkap dan murah, serta kebebasan dari peraturan-peraturan atau pembatasan
industri yang berlaku di dalam Negara tersebut
G. Relokasi Industri
Relokasi industri yaitu pemindahan industri dari Negara maju ke Negara berkembang. Alasan
relokasi industri, yaitu sebagai berikut :
a. Di Negara berkembang upah buruh lebih murah dibandingkan dengan Negara maju.
b. Mengurangi tingkat polusi atau pencemaran.
c. Negara yang dituju mempunyai tenaga kerja yang sesuai.
d. Memperbesar dan memperluas usaha industri.
e. Memperluas pemasaran hasil industri.
Keuntungan relokasi industri bagi Negara yang dituju yaitu sebagai berikut :
a. Menambah dan memperluas lapangan pekerjaan.
b. Menambah pendapatan Negara dari sektor pajak.
c. Alih teknologi dari Negara maju.
d. Permodalan langsung dari Negara yang memindahkan industri.
H. Bentuk Kerja Sama Industri Antarnegara
Kerjasama industri antar Negara dapat dilakukan dalam bidang :
a. MODAL
Negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia dalam rangka membangun industri
yang besar membutuhkan bantuan dari luar negeri berupa pinjaman modal atau kredit.
Untuk melaksanakan pembangunan, Indonesia juga menerima bantuan kredit atau pinjaman
modal (kapital) dari luar negeri. Tentu saja bantuan kredit dari luar negeri ini diterima dengan
tidak mengesampingkan politik luar negeri bebas dan aktif. Indonesia juga menerima bantuan
kredit dari Negara manapun asal tidak ada ikatan-ikatan tertentu. Karena modal yang diterima
luar negeri merupakan pinjaman, maka dalam jangka waktu tertentu Indonesia harus
mengembalikannya dengan disertai bunga. Kredit dari luar negeri biasanya merupakan kredit
jangka panjang.
Menurut waktu pelunasannya, kredit dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
a. Kredit jangka panjang, waktu pelunasannya lebih dari 5 tahun.
b. Kredit jangka menengah, waktu pelunasannya antara 1 sampai 5 tahun.
c. Kredit jangka pendek, waktu pelunasannya kurang dari 1 tahun.
b. BAHAN BAKU
Kerjasama dalam hal bahan baku dilakukan jika suatu Negara tidak ada atau kurang memiliki
bahan baku suatu industri. Dalam kerjasama bahan baku dapat diimpor bahan baku luar negeri.
Indonesia juga mengimpor barang-barang dari luar negeri, sebab banyak barang yang
dibutuhkan, tetapi tidak dapat dibuat atau dihasilkan di dalam negeri.
c. TEKNOLOGI
Pada umumnya kerjasama dalam bidang ini berupa transfer atau alih teknologi. Indonesia juga
melakukan alih teknologi dengan beberapa Negara. Misalnya, dengan melaksanakan alih
teknologi, yakni PT Dirgantara dengan perusahaan penerbangan di Spanyol, Jerman, Perancis,
dan Amerika Serikat. Dengan alih teknologi ini, kemampuan Dirgantara Indonesia berkembang
dengan menghasilkan suku cadang pesawat terbang dan pesawat terbang dengan standar
internasional.
d. TENAGA KERJA
Kerajsama dibidang tenaga kerja biasa dilakukan bagi Negara berkembang, seperti Indonesia
perlu mendatangkan tenaga ahli dari Negara maju. Sebaliknya seringkali Negara maju
memerlukan tenaga kerja untuk industri yang bersifat padat karya. Negara maju akan membuka
pabrik di Negara yang banyak memiliki sumber daya manusia dalam jumlah besar. Sebagai
contoh, pabrik sepatu merek luar negeri, seperti Nike, Adidas, Reebok membuka pabriknya di
Indonesia.
I. Dampak Pembangunan industri
a. Dampak Positif
Industrialisasi merupakan suatu gejala yang tidak dapat dipisahkan dalam proses pembangunan
karena merupakan mesin dalam peningkatkan pertumbuhan ekonomi. Secara umum dampak
positif dari adanya pembangunan industri adalah:
1. Meningkatkan devisa Negara
2. Menyerap tenaga kerja
3. Meningkatkan pendapatan masyarakat
4. Terbukanya usaha-usaha di sector informal
5. Berkurangnya ketergantungan dari produk luar negeri.
Gambar 3. Lokasi industri di suatu negara
b. Dampak negatif
Namun selain memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi, industrialisasi
mempunyai dampak negatif baik terhadap manusia maupun lingkungannya. Dampak negatifnya
antara lain:
1. Berkurangnya lahan pertanian
2. Pencemaran lingkungan
3. Terjadinya arus urbanisasi yang terlalu besar
4. Terjadinya perubahan prilaku masyrakat
Gambar 4. Pencemaran udara
II. PERTANIAN
Pertanian rakyat adalah pertanian yang diusahakan oleh rakyat,sifatnya sangat sederhana dan
arealnya cukup sempit.
Penggunaan lahan pertanian dapat dibedakan menjadi :
1. Sawah irigrasi
2. Sawah tadah hujan
3. Pertanian sawah pasang surut
4. Pertanian sawah lebak
Usaha peningkatan produksi pangan :
1. Intensifikasi pertanian
2. Ekstensifikasi pertanian
3. Difersifikasi pertanian
4. Mekanisasi pertanian
Kendala yang menghambat usaha pertanian :
1. Iklim yang kurang baik
2. Serangan hama
3. Bencana alam
4. Pertanian perkebunan
Pertanian perkebunan rakyat adalah perkebunan yang diusahaka oleh rakyat.
Ciri-ciri perkebunan rakyat antara lain:
1. Areal tidak begitu luas,hanya beberapa hektar
2. Dikerjkan oleh seluruh anggota keluarga
3. Tidak membutuhkan modal besar
4. Hasil perkebunan rakyat untuk pasar dalam negeri.
Perkebunan besar adalah perkebunan yang diusahakan oleh badan badan sebagai berikut:
1. Pemerintah BUMN (badan usaha milik Negara)
2. Modal swata yang menyewa tanah pemerintah
3. Modal asing kerja sama dengan pemerintah
Sifat dan tujuan perkebunan besar:
1. Mengusahakan secara besar besaran dan areal yang luas
2. Menggunakan system modern
3. Menggunakan tenaga kerja ahli dengan pengertian ilmiah
4. Memasarkan hasil produksi untuk perdagangan ekspor
Macam-macam perkebunan besar:
1. Karet
2. Kelapa
3. Tebu
4. .kelapa sawit
5. Tembakau
6. Teh
7. Kopi
Peternakan adalah usaha pemeliharaan hewan ternak oleh penduduk
Jenis peternakan :
a. Peternakan hewan besar antara lain:
1. Sapi yaitu dimanfaatkan untuk daging dan untuk menarik pedati dan membantu pertanian
2. Sapi perah dimanfaatkan untuk susuny
3. Kerbau dimanfaatkan daging dan tenaganya
4. Kuda dimanfaatkan tenaganya untuk menarik pedati,kereta,pasukan berkuda TNI
b. Peternakan hewan kecil :
1. Domba
2. Anjing
3. Babi
Perikanan adalah usaha pemeliharaan ikan dan penangkapannya oleh penduduk.
Faktor-faktor yang mendorong dikembangkannya perikanan di Indonesia :
1. Perairan laut yang dangkal merupakan tempat berbagai jenis ikan
2. Perairan darat yang luas merupakan tempat berbagai jenis ikan air tawar
3. Konsumsi ikan dalam negeri dan luar negeri semakin meningkat
Faktor-faktor yang menghambat perkembangan usaha perikanan :
1. Umumnya masyarakat nelayan kita masih tradisional yang masih terikat oleh cuaca dan
waktu dalam melaut
2. Alat yang digunakan masih sederhana
3. Hasil tangkapan langsung dijual,sebab tidak memiliki mesin pengawet dan kurang
mengetahui cara pengelolaan ikan.
Gambar 5. Tata guna lahan menurut teori Von Thunen
Menurut pendapat saya teori yang dikemukakan oleh Von Thunen masih ada yang relevan dengan
kondisi saat ini dan ada juga yang sudah tidak relevan lagi dengan kondisi saat ini (untuk kasus-kasus
tertentu).
1. Teori Von Thunen yang masih relevan dengan kondisi sekarang contohnya adalah :KELANGKAAN
persediaan sumber daya lahan di daerah perkotaan memicu berlakunya hukum ekonomi supply and
demand semakin langka barang di satu pihak semakin meningkat permintaan di pihak lain akibatnya
harga melambung. Demikian yang terjadi terhadap lahan yang ada di daerah perkotaan, dimana nilai
sewa atau beli lahan yang letaknya dipusat kegiatan, semakin dekat ke pusat semakin tinggi nilai
sewa atau beli lahan tersebut. Kelangkaan lahan di kota-kota besar seperti untuk pertokoan
misalnya, banyak sekali toko – toko yang terletak di pusat kota biaya sewa atau beli tanahnya lebih
mahal dari biaya sewa atau beli rumah yang jauh dari pusat perkotaan, bahkan harganya selalau
naik, mengikuti perkembangan yang terjadi dari tahun ketahunnya. Ini mengindikasikan bahwa teori
Von Thunen tentang alokasi lahan untuk kegiatan pertanian juga berlaku di daerah perkotaan. Selain
itu teori Von Thunen juga masih berlaku untuk wilayah pertanian yang jauh dari kota dimana akses
prasarana jalan yang kurang mendukung dan pasar masih bersifat tradisional. Ini banyak terjadi di
wilayah perdesaan daerah Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi dimana wilayah pertanian sangat
terisolir sehingga teori sewa lokasi Von Thunen ini masih sangat relevan.
2. Teori Von Thunen kurang relevan lagi dengan kondisi sekarang.
Berikut adalah Teori Model Von Thunen :Johann Heinrich Von Thunen adalah orang yang pertama
kali mengemukakan teori ekonomi lokasi modern. Lahir pada tanggal 24 Juni 1783, Von Thunen
mengenyam pendidikan di Gottingen dan sebagian besar menghabiskan waktu hidupnya mengelola
daerah pinggiran di Tellow. Pada volume pertama risalatnya, The Isolated State (1826), Von Thunen
menjabarkan mengenai ekonomi keruangan (spatial economics), yang menghubungkan teori ini
dengan teori sewa (theory of rent). Von Thunen adalah orang pertama yang membuat model analitik
dasar dari hubungan antara pasar, produksi, dan jarak. Dalam menjelaskan teorinya ini, Von Thunen
menggunakan tanah pertanian sebagai contoh kasusnya. Dia menggambarkan bahwa perbedaan
ongkos transportasi tiap komoditas pertanian dari tempat produksi ke pasar terdekat mempengaruhi
jenis penggunaan tanah yang ada di suatu daerah. Gambar model Von Thunen di atas dapat dibagi
menjadi dua bagian. Pertama, menampilkan “isolated area” yang terdiri dari dataran yang “teratur”,
kedua adalah, kondisi yang “telah dimodifikasi” (terdapat sungai yang dapat dilayari). Semua
penggunaan tanah pertanian memaksimalkan produktifitasnya masing-masing, dimana dalam kasus
ini bergantung pada lokasi dari pasar (pusat kota).
Model tersebut, membandingkan hubungan antara biaya produksi, harga pasar dan biaya
transportasi. Kewajiban petani adalah memaksimalkan keuntungan yang didapat dari harga pasar
dikurang biaya transportasi dan biaya produksi. Aktivitas yang paling produktif seperti berkebun dan
produksi susu sapi, atau aktivitas yang memiliki biaya transportasi tinggi seperti kayu bakar,
lokasinya dekat dengan pasar.
Model von Thunen mengenai tanah pertanian ini, dibuat sebelum era industrialisasi, yang memiliki
asumsi dasar sebagai berikut :
Kota terletak di tengah antara “daerah terisolasi” (isolated state).
Isolated State dikelilingi oleh hutan belantara. Tanahnya datar. Tidak terdapat sungai dan
pegunungan. Kualitas tanah dan iklim tetap. Petani di daerah yang terisolasi ini membawa
barangnya ke pasar lewat darat dengan menggunakan gerobak, langsung menuju ke pusat kota.
Tidak terdapat jalan penghubung, petani mencari untung sebesar-besarnya.
Tentu saja hubungan di atas sangat sulit diterapkan pada keadaan saat ini, dimana prasarana
transportasi sudah begitu maju, alat tranportasi sebagai alat angkut hasil pertanian juga banyak dan
murah. Penggunaan teknologi modern dalam bidang pertanian menyebabkan teori Von Thunen ini
sudah kurang relevan dengan kondisi saat ini. Tetapi bagaimanapun kita harus mengakui bahwa
terdapat hubungan yang kuat antara sistem transportasi dengan pola penggunaan tanah pertanian
regional.
Selain itu ada beberapa kelemahan teori Von Thunen yaitu :
Merupakan model keseimbangan yang sifatnya parsial, tidak memuat interelasi antara variabel
yang telah di khususkan, perhitungan akan susah dilakukan bila terjadi perubahan di masa
mendatang;
Tidak memperhatikan faktor non ekonomis yang mempengaruhi produksi;
Tidak memperhitungkan perbedaan luas perusahaan pertanian atau luas pasaran yang tak
menghasilkan ekonomi berskala produksi atau pasaran yang bersangkutan sehingga dapat
merusak zona tata guna lahan.
Kelemahan teori Von Thunen terletak pada:
1. Keterkaitannya pada waktu;
2. Keterkaitannya pada wilayah karena:1. Kemajuan di bidang transportasi telah menghemat
banyak waktu dan uang (mengurangi resiko busuk komoditi); 2. Adanya berbagai bentuk
pengawetan, memungkinkan pengiriman jarak jauh tanpa resiko busuk; 3. Negara industri
mampu membentuk kelompok produksi sehingga tidak terpengaruh pada kota; 4. Antara
produksi dan konsumsi telah terbentuk usaha bersama menyangkut pemasaran (tidak selalu
memanfaatkan jasa kota dalam pemasarannya).
3. Faktor yang bisa mempengaruhi komposisi keruangan selain biaya transport adalah:
a. Prasarana jalan yang baik dan kemudahan akses ke pasar kota menjadi faktor penentu
komposisi keruangan;
b. Mekanisme pasar yang terbuka hingga menimbulkan terjadinya supply dan demand,
memungkinkan terjadinya economic landscape sebagai faktor penting mempengaruhi
komposisi keruangan;
c. Adanya lokasi alternatif juga bisa berpengaruh pada komposisi keruangan;
d. Skala produksi: biaya/unit vs jumlah produk; localisation economies dan urbanisation
economies;e. Lingkungan bisnis: kebijakan pemerintah, lokasi pesaing, dsb;
e. Faktor Kesejarahan.