laporan modul 1,blok 2.2

34
MODUL 1 Skenario: DERITA AMIR ANAK TIMBALUN Amir, 10 tahun adalah anak tertua dari keluarga tidak mampu, dia bersaudara 5 orang. Bapak Amir seorang petani, ibunya mencari kayu api. Amir ditemui oleh petugas puskesmas 1 minggu yang lalu di daerah Timbalun, sedang duduk dengan kaki kecil sebelah kanan, lemah dan tidak bisa berjalan seperti anak normal lainnya. Orang tuanya mengatakan dulu sudah pernah dibawa ke puskesmas tetapi tidak ada perubahan. Kata dokter puskesmas Amir menderita polio, dengan wajah sedih ibunya mengatakan bahwa adik Amir satu-satunya perempuan sudah meninggal 2 bulan yang lalu karena demam, sakit tenggorokan, suara serak dan sesak napas. Waktu itu dibawa ke RSUD, belum sempat ditolong langsung meninggal. Kata dokter UGD dia mungkin menderita Diphteria. Petugas menanyakan apakah anak-anak ibu pernah diberi imunisasi, dengan wajah heran, karena tidak mengerti dia menjawab tidak. Mulai saat itu kedua orang tua Amir selalu diberikan penyuluhan mengenai hidup sehat dan imunisasi sehingga adik Amir yang berumur 9 bulan, sudah mulai diberikan imunisasi dan ibunya juga berobat karena ada luka infeksi di tangannya. Bagaimana anda menerangkan apa yang dialami oleh Amir dan keluarganya? 1

Upload: rosi-oktarina

Post on 27-Oct-2015

32 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Modul 1,Blok 2.2

MODUL 1

Skenario:

DERITA AMIR ANAK TIMBALUN

Amir, 10 tahun adalah anak tertua dari keluarga tidak mampu, dia

bersaudara 5 orang. Bapak Amir seorang petani, ibunya mencari kayu api. Amir

ditemui oleh petugas puskesmas 1 minggu yang lalu di daerah Timbalun, sedang

duduk dengan kaki kecil sebelah kanan, lemah dan tidak bisa berjalan seperti

anak normal lainnya. Orang tuanya mengatakan dulu sudah pernah dibawa ke

puskesmas tetapi tidak ada perubahan. Kata dokter puskesmas Amir menderita

polio, dengan wajah sedih ibunya mengatakan bahwa adik Amir satu-satunya

perempuan sudah meninggal 2 bulan yang lalu karena demam, sakit

tenggorokan, suara serak dan sesak napas. Waktu itu dibawa ke RSUD, belum

sempat ditolong langsung meninggal. Kata dokter UGD dia mungkin menderita

Diphteria. Petugas menanyakan apakah anak-anak ibu pernah diberi imunisasi,

dengan wajah heran, karena tidak mengerti dia menjawab tidak. Mulai saat itu

kedua orang tua Amir selalu diberikan penyuluhan mengenai hidup sehat dan

imunisasi sehingga adik Amir yang berumur 9 bulan, sudah mulai diberikan

imunisasi dan ibunya juga berobat karena ada luka infeksi di tangannya.

Bagaimana anda menerangkan apa yang dialami oleh Amir dan

keluarganya?

1

Page 2: Laporan Modul 1,Blok 2.2

I. Mengklarifikasikan terminologi dan konsep

1. Polio : penyakit paralisis atau kelumpuhan yang disebabkan oleh virus

polio, yang masuk melalui mulut menuju ke saluran cerna, menginvasi

ussus, masuk ke pembuluh darah dan menyerang system saraf pusat

(SSP) sehingga terjadi kelumpuhan.

2. Diphteri : suatu penyakit akut disebabkan oleh corine bacterium,yang

biasanya menyerang saluran pernafasan bagian atas, tetapi bisa juga

menyerang organ-organ vital, seperti jantung dan saraf.

3. Infeksi : invasi dan perkembangbiakan mikroorganisme pada jaringan

tubuh terutama menyebabkan cedera tubuh lokal, akibat dari kompensasi

metabolisme, toksin, replikasi intraseluler, serta respon antigen-antibodi.

II. Menetapkan masalah

1. Faktor apa saja yang mempengaruhi kerentanan seseorang terkena

infeksi?

2. Mengapa polio dapat menyebabkan kaki Amir kecil, lemah, dan tidak bisa

berjalan?

3. Mengapa tidak ada perubahan pada keluhan yang dialami Amir setelah

dibawa ke puskesmas?

4. Apakah ada hubungan antara penyakit yang menyebabkan kematian

adiknya Amir dengan penyakit yang diderita Amir?

5. Bagaimana proses terbentuknya penyakit Amir?

6. Bagaimana penyebaran penyakit diphteri?

7. Bagaimana respon tubuh terhaadap masuknya benda asing?

8. Mengapa penyakit adiknya Amir bisa menyebabkan kematian?

9. Bagaimana prinsip kerja dari imunisasi?

10. Apa saja jenis imunisasi yang wajib diberikan pada anak dan bagaimana

cara pemberian imunissasi itu sendiri?

11. Bagaimana peran imunisasi dalam pencegahan penyakit infeksi?

III. Menganalisis masalah

1. Faktor yang mempengaruhi kerentanan seseorang terhadap infeksi:

o Genetik : terlihat dari perbedaan respon imun strain hewan tertentu

bila terpapar antigen. Pada manusia kerentanan terhadap penyakit

ditentukan oleh kompleks genetik MHC(Major Histocompatibility

Complex).

2

Page 3: Laporan Modul 1,Blok 2.2

o Umur : berkaitan dengan perkembangan timus. Pada kelompok bayi

dan orang tua terdapat hipofungsi system imun, sehingga kelompok

ini rentan terhadap infeksi oleh unsure pathogen tertentu. Penurunan

berbagai fungsi imunnologik seperti imunitas humoral dan seluler

pada kelompok orang tua dapat dihubungkan dengan kenyataan

tingginya fenomena autoimun dan keganasan paada kelompok

tersebut.

o Keseimbangan hormon : gangguan keseimbangan hormone seperti

pada penderita diabetes mellitus, hipoadrenal dan hipotiroid

merupakan factor metabolic yang menyebabkan peningkatan

kerentanan seseorang terhadap infeksi.

o Struktur anatomis dan fungsi fisiologis : seperti kulit, membrane

mukosa, silia pada epitel saluran pernafasan, asaam lambung, enzim,

dan aliran urin yang merupakan barier terhadap invasi unsure-unsur

pathogen. Jika terjaadi gangguan pada system barier ini, seseorang

akan sangat mudah menderita infeksi.

o Faktor lingkungan : gaya hidup yang berhubungan dengan seks

bebas dan penguna obat intravena, serta kelompok homoseksual

menjadi sangat rentan terhadap penyakit defisiensi system imun

yang dikenal dengan AIDS.

o Faktor nutrisi : terlihat dari hasil penelitian berupa tingginya angka

infeksi pada anak-anak di Negara berkembang yang mengalami

malnutrisi.

2. Polio dapat menyebabkan kaki Amir kecil, lemah, dan tidak bisa

berjalan, karena:

Serangan polio masuk melalui mulut menuju ke saluran cerna,

menginvasi ussus, masuk ke pembuluh darah dan menyerang system

saraf pusat (SSP). System saraf pusat yang diserang sebagian besar

adalah pada bagian motor neuron. Di sana virus polio akan bereplikasi

menjadi banyak dan menyebabkan kerusakan hubungan motor neuron

terutama yang berhubungan dengan ekstremitas bawah. Hal ini

menyebabkan kelumpuhan pada ekstremitas bagian bawah Amir

sehingga Amir tidak bisa berjalan. Karena ada kerusakan pasa saraf

yang mensarafi bagian ektremitas bawah tersebut menyebabkan kaki

amir mengalami atrofi(mengecil) dan lemah.

3

Page 4: Laporan Modul 1,Blok 2.2

3. Setelah dibawa ke puskesmas, tetap saja tidak ada perubahan pada

keluhan yang dialami Amir. Hal ini dikarenakan pada dasarnya penyakit

polio itu sendiri memang merupakan penyakit yang tidak dapat

disembuhkan, tetapi dapat dicegah. Perawatan yang dilakukan pada

penderita polio hanya untuk menatalaksana keluhan yang dialami psien

supaya tidak berakibat fat, misalnya dengan memberikan bantuan

pernafasan jika virus polio tersebut sudah mnyerang bagian paru-paru.

Ditambah lagi amir hanya dibawa ke puskesmas, bisa saja fasilitas di

sana kurang memadai. Disamping memang karena penyakit polio itu

memang tidak bisa disembuhkan, apalagi dibawa ke puskesmas dalam

kondisi yang sudah sperti dialami Amir.

4. Hubungan antara penyakit yang menyebabkan kematian adiknya Amir

dengan penyakit yang diderita Amir :

Untuk penyakitnya sendiri tidak ada hubungan, tapi jika dilihat dari

faktor predisposisi terjadinya penyakit pada Amir dan adiknya itu

terdapat hubungan yang terletak pada pengetahuan orang tua mereka

terhadap pentingnya imunisasi. Hal ini membuat Amir dan adiknya tidak

memperoleh imunisasi pada saat dimana seharusnya mndapatkan

imunisasi, sehingga Amir dan adiknya sangat rentan bahkan terkena

penyakit yang pada dsarnya bisa dicegah melalui imunisasi.

5. Prose terbentuknya penyakit Amir:

Serangan polio masuk melalui mulut menuju ke saluran cerna,

menginvasi ussus, masuk ke pembuluh darah dan menyerang system

saraf pusat (SSP). System saraf pusat yang diserang sebagian besar

adalah pada bagian motor neuron. Di sana virus polio akan bereplikasi

menjadi banyak dan menyebabkan kerusakan hubungan motor neuron

terutama yang berhubungan dengan ekstremitas bawah. Hal ini

menyebabkan kelumpuhan pada ekstremitas bagian bawah Amir

sehingga Amir tidak bisa berjalan. Karena ada kerusakan pasa saraf

yang mensarafi bagian ektremitas bawah tersebut menyebabkan kaki

amir mengalami atrofi(mengecil) dan lemah.

6. Penyebaran penyakit diphteri ini bisa dengan kontak langsung maupun

tidak langsung. Air ludah yang berterbangan saat penderita berbicara,

batuk atau bersin membawa serta kuman-kuman diphteri. Melalui

pernafasan kuman masuk ke dalam tubuh orang sekitarnya, maka

4

Page 5: Laporan Modul 1,Blok 2.2

terjadilah penularan penyakit diphteri dari seorang penderita kepada

orang-orang di sekitarnya.

7. Respon tubuh terhadap benda asing yang masuk kedalam tubuh:

8. Penyakit adiknya Amir bisa menyebabkan kematian karena setelah

melalui masa inkubasi selama 2-4 hari kuman diphteri membentuk

racun atau toksin yang mengakibatkan timbulnya panas dan sakit

tenggorokan. Kemudian berlanjut dengan terbentuknya selaput putih di

tenggorokan yang akan menimbulkan gagal nafas, keusakan jantung,

dan saraf. Bahkan bisa berlanjut pada kerusakan ginjal, kelenjar limfe,

dan kerusakan lainnya yang bisa berujung pada kematian.

9. Prinsip kerja imunisasi:

Imunisasi itu sendiri merupakan pengenalan kepada tubuh kita terhadap

mikroorganisme yang berbahaya dan lebih canggih yang antibodinya

belum kita miliki secara alami. Dengan memberikan mikroorganisme

yang dilemahkan melalui vaksin yang diinjeksikan ke dalam tubuh bayi

atau orang yang belum memiliki kekebalan atas mikroorganisme yang

dituju, tubuh akan membentuk antibody terhadap mikroorganisme

tersebut, dan hasilnya anak atau orang tersebut mempunyai kekebalan

terhadap mikroorganisme yang dimaksud. Sehingga diharapkan ketika

mikroorganisme tersebut benar-benar menyerang tubuh kita, maka

system kekebalan tubuh kkita sudah lebih siap menghadapinya.

10.Jenis imunisasi yang wajib diberikan pada anak dan cara pemberian

imunissasi itu sendiri:

o BCG

o HEPATITIS B

o DPT

o POLIO

5

BENDA ASING

RESPON IMUN TOLERANS

NON-SPESIFIK SPESIFIK

ANATOMIS, FISIOLOGISBIOKIMIA

HUMORAL SELULAR

FAGOSITINFLAMASI

Page 6: Laporan Modul 1,Blok 2.2

o CAMPAK

Keterangan lebih lanjut akan dijelaskan pada pembahasan Learning

Objektive.

11.Peran imunisasi dalam pencegahan penyakit infeksi adalah dengan

pembentukan antibody terhadap mikroorganisme yang dituju. Sehingga

diharapkan dapat melindungi tubuh dari mikroorganisme yang dituju

ketika mikroorganisme tersebut dating menyerang.

IV. Mengkaji secara sistematik dari berbagai penjelasan

V. Menentukan Learning Objectives (LO)

6

Benda Asing

HostImunisasi

Respon imun Toleransi

Non spesifik Spesifik

Seluler Humoral

Komponen yang berperan

Toleransi sel B

Toleransi sel T

Page 7: Laporan Modul 1,Blok 2.2

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan konsep self dan

nonself.

2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan respon imun spesifik

dan non spesifik.

3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan komponen yang

berperan dalam respon imun.

4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan respon imun tolerans.

5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan imunisasi aktif dan

pasif.

6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan jenis-jenis imunisasi

yang wajib diberikan, cara pemberian, mekanisme kerja, dan

permasalahan yang berkisar tentang pemberian imunisasi.

VI. Mengumpulkan informasi

1. Konsep self dan nonself

Pada dasarnya konsep self dan non self ini berhubungan erat dengan

cara kerja salah satu komponen yang berperan dalam respon imun itu

sendiri, yakni MHC(Major Histocopatibility Celuler). Jadi, ketika benda

asing masuk ke dalam tubuh yang dikenal sebagai antigen ini, tubuh

akan memprosesnya hingga menjadi segmen-segmen atau partikel-

partikel yang akan beikatan dengan MHC. Dan setiap partikel benda

asing ini memiliki marker tersendiri yang dapat dikenali oleh MHC.

Walau begitu, selain MHC ada beberapa komponen system imun lain

yang juga dapat mengenali self dan nonsself ini, yakni TCR(T-Cell

Reseptor) dan antibody itu sendiri.

Perbedaan self dan nonself:

Molekul self Molekul nonself

Merupakan normal dari tubuh

Dapat dibedakan dari substansi

asing oleh system imun

Tidak merangsang respon imun.

Dikenali tubuh sebagai benda

asing

Dikenali sebagai antigen

(seperti mikroba:virus dan

bakteri, parasit :sel kanker,

polutan, dsb)

Akan merangsang respon imun,

karena adanya epitop.

2. Respon imun spesifik dan non spesifik

Perbedaan mendasar dari kedua respon imun ini adalah:

7

Page 8: Laporan Modul 1,Blok 2.2

Respon imun non spesifik Respon imun spesifik

natural / innate / alamiah

pertahanan terdepan =

primer

untuk semua

mikroorganisme

komponen terbentuk sejak

lahir

fisik,mekanik,biokimia,humora

l,sel

sel utama : fagosit, sel nk, sel

k

molekul : lisozim, komplemen,

CRP, dan interferon.

adaptif / acquired / didapat

memori = sekunder

Spesifik untuk

mikroorganisme

Yang merangsang

komponen terbentuk

terhadap

antigen

humoral,seluler

sel utama : limfosit

molekul : antibodi, sitokin

Respon imun non spesifik:

Respon imun nonspesifik umumnya merupakan imunitas bawaan (innate

immunity) dalam arti bahwa respon zat asing dapat terjadi walaupun

tubuh sebelumnya tidak pernah terpapar pada zat tersebut, sedangkan

respon imun spesifik merupakan respon didapat (acquired) yang timbul

terhadap antigen tertentu, terhadap bagian tubuh mana yang terpapar

sebelumnya. Perbedaan utama terhadap kedua jenis respon imun itu

adalah dalam hal spesifisitas dan pembentukan memory terhadap

antigen tertentu pada respon imun spesifik yang tidak terdapat pada

respon imun nonspesifik. Namun telah dibuktikan pula bahwa kedua

jenis respon di atas saling meningkat kan efektifitas dan bahwa respon

imun yang terjadi sebenarnya merupakan int eraksi antara satu

komponen dengan komponen lain yang dapat terdapat di dalam sistem

imun. Interaksi tersebut berlangsung bersama-sama sedemikian rupa

sehingga menghasilkan suatu aktivasi biologik yang seirama dan serasi.

Sistem imun nonspesifik merupakan pertahanan tubuh terdepan dalam

menghadapi mikroorganisme, oleh karena itu dapat memberikan respon

langsung terhadap antigen, sedangkan sistem imun spesifik

membutuhkan waktu untuk mengenal antigen terlebih dahulu sebelum

dapat memberikan responnya.

Respon imun nonspesifik merupakan salah satu upaya tubuh untuk

mempertahankan diri  terhadap masuknya antigen, misalnya antigen

8

Page 9: Laporan Modul 1,Blok 2.2

bakteri, adalah menghancurkan bakteri bersangkutan secara nonspesifik

dengan proses fagositosis. Dalam hal ini leukosit yang termasuk fagosit

memegang peranan peranan yang sangat penting, khususnya makrofag

demikian pula neutrifil dan monosit. Supaya dapat terjadi fagositosis sel-

sel fagosit tersebut harus berada dala jarak dekat dengan part ikel

bakteri, atau lebih tepat lagi bahwa partikel tersebut harus melekat

pada permukaan fagosit . Untuk mencapai hal ini maka fagosit harus

bergerak menuju sasaran. Hal ini dimungkinkan berkat dilepaskannya

zat atau mediator tertentu yang disebut factor leukotaktik atau

kemotaktik yang berasal dari bakteri maupun yang dilepaskan oleh

neutrofil atau makrofag yang sebelumnya telah berada di lokasi bakteri

atau yang dilepaskan oleh komplemen. Selain factor kemotaktik yang

menarik fagosit menuju antigen sasaran, untuk proses fagositosis

selanjutnya bakteri perlu mengalami opsonisasi terlebih dahulu.

Ini berarti bahwa bakteri terlebih dahulu dilapisi oleh immunoglobulin

atau komplemen (C3b), agar supaya lebih mudah ditangkap oleh fagosit.

Selanjutnya partikel bakteri masuk ke dalam sel dengan cara endositosis

dan oleh pembentukan fagosom yang terperangkap dalam kantung

fagosom seolah-olah ditelan untuk kemudian dihancurkan, baik dengan

proses oksidasi-reduksi maupun oleh derajat keasaman yang ada dalam

fagosit atau penghancuran oleh lisozim dan gangguan metabolisme

bakteri.

Kekebalan tubuh nonspesifik adalah bagian dari tubuh kita yang telah

ada sejak kita lahir. Ciri-cirinya: Sistem ini tidak selektif,artinya semua

benda asing yang masuk ke dalam tubuh akan diserang dan

dihancurkan tanpa seleksi, Tidak memiliki kemampuan untuk mengingat

infeksi yan terjadi sebelumnya, Eksposur menyebabkan respon

maksimal segera. Sistem ini memiliki komponen-komponen yang

mampu menangkal benda masuk ke dalam tubuh, yakni(Anwar, 2009):

a. Rintangan Mekanis

Rintangan mekanis merupakan system pertahanan tubuh yang

pertama dan umumnya terletak di bagian permukaan tubuh.

Terdiri atas      :

1. Kulit :Terdiri dari lapisan tanduk yang tidak mudah ditembus oleh

benda asing kecuali jika kulit dalam keadaan terluka.Asam lemak

9

Page 10: Laporan Modul 1,Blok 2.2

dan keringat yang dihailkan oleh kelenjar di kulit juga akan

mencegah benda asing masuk ke dalam tubuh.

2. Selaput Lendir : Merupakan hasil sekresi dari sel yang terdapat di

sepanjang saluran pernapasan dan saluran pencernaan.Pada

saluran pernapaan,Selaput lendir berfungi dalam menangkap

bakteri / benda asing yang masuk ke dalam tubuh melalui saluran

pernapasan.Contoh : Selaput lender pada hidung. Selaput lender

pada  saluran pencernaan berfungsi sebagai rintangan yang

melindungi sel diluar system pencernaan.

3. Rambut-rambut halus   : Sebagian besar terdapat pada saluran

pernapasan. Contoh : di hidung,rambut-rambut halus berfungsi

sebagai penyaring udara yang masuk melalui hidung.

Fungsi organ-organ menurun sejalan dengan peningkatan usia

manusia. Organ kurang efisien dibandingkan saat usia muda,

contohnya timus yang menghasilkan hormon terutama selama

pubertas. Pada lansia, sebagian besar kelenjar timus tidak

berfungsi. Tetapi ketika limfosit terpapar pada hormon timus,

maka sistem imun meningkat sewaktu-waktu. Sekresi hormon

termasuk hormon pertumbuhan dan melatonin menurun pada

usia tua dan mungkin dihubungkan dengan sistem imun (Fatmah,

2006).

b. Rintangan Kimiawi

1.Hasil Sekresi :berperan untuk membunuh benda asing dengan

menggunakan zat kimia dan enzim.

2.Bakteri yang terdapat di permukaan tubuh ( bakteri

nonpatogen )    :

Berfungsi untuk menekan pertumbuhan bakteri patogen yang

akan masuk ke dalam tubuh.

3.Sel Darah Putih  : merupakan system pertahanan tubuh kedua.

Apabila benda asing berhasil melewati system pertahanan

pertama dan masuk ke dalam tubuh,maka sel darah putih akan

mencegah benda asing masuk lebih jauh lagi ke dalam tubuh. Sel

darah putih akan menghancurkan setipa benda asing yang masuk

ke dalam tubuh dengan cara fagositosis.

Mekanisme fagositosis (Anwar, 2009) :

Mikroba menempel ke fagosit.

10

Page 11: Laporan Modul 1,Blok 2.2

Fagosit membentuk pseudopodium yang menelan mikroba

Vesikula fagositik bersatu sengan lisosom

Mikroba dibunuh oleh enzim dalam fagolisosom

Sisa-sisa mikroba dikeluarkan lewat eksotisosis

4.Sel Natural Killer :Merupakan sel pertahanan yang mampu melisis

dan membunuh sel-sel kanker serta sel tubuh yang terinfeksi

virus sebelum diaktifkanya system kekebalan adaptif. Sel ini

membunuh dengan cara menyerang membrane sel target dan

melepaskan senyawa kimia preforin.

5.Protein Komplemen  :merupakan protein darah yang berfungsi

membantu system pertahanan sel darah putih.Protein

komplemen membantu system kekebalan tubuh dengan

cara(Anwar, 2009) :

Menghasilkan opsonin ,kemotoksin, dan kinin. Opsonin untuk

mempermudah terjadinya fagositosis. Kemotoksin berfungsi

sebagai penarik sel darah putih menuju ke infeksi ,

sedangkan kinin untuk meningkatkan permeabilitas

pembuluh darah.

Berperan dalam proses penghancuran membrane sel

mikroorganisme yang menyerang tubuh.

Menstimulasi sel darah putih agar menjadi lebih aktif.

6.Interferon : Sel yang berperan dalam mensekresikan sekumpulan

protein saat tubuh kita terserang virus. Interferon akan bertindak

sebagai antivirus dan bereaksi sengan sel yang belum terinfeksi

oleh virus. Interferon juga dapat merangsang limfosit untuk

mengahncurkan dan membunuh sel-sel yang terinfeksi virus.

Respon imun spesifik:

Kekebalan tubuh spesifik adalah system kekebalan yang diaktifkan

oleh kekebalan tubuh nonspesifik dan merupakan system

pertahanan tubuh yang ketiga. Ciri-cirinya: Bersifat selektif

terhadap bendaasing yang masuk ke dalam tubuh. Sistem reaksi ini

tidak memiliki reaksi yang sama terhadap semua jenis benda asing,

Memiliki kemampuan untuk mengingat infeksi sebelumnya,

Melibatkan pembentukan sel-sel tertentu dan zat kimia (antibody),

Perlambatan, waktu antara eksposur dan respon maksimal.

11

Page 12: Laporan Modul 1,Blok 2.2

Menurut Anwar (2009) komponen yang terlibat dalam kekebalan

tubuh spesifik adalah:

(1) Antigen : Merupakan zat kimia asing yang masuk ke dalam

tubuh dan dapat merangsang terbentuknya antibody.Antigen

memiliki struktur tiga dimensi sengan dua atau lebih

determinant site. Determinant site merupakan bagian dari

antigen yang dapat melekat pada bagian sisi pengikatan pada

antibody.Antigen dapat berupa protein ,sel bakteri,atau zat

kimia yang dikeluarkan mikroorganisme.

Jenis –jenis antigen: (1) Heteroantigen: antigen yang berasal dari

spesies lain (2) Isoantigen: Antigen dari spesies sama tetapi

struktur genetiknya berbeda (3) Autoantigen: Antigen yang

berasal dari tubuh itu sendiri.

(2) Hapten  : Merupakan suatu determinant site yang lepas dari

struktur antigen. Hapten hanya dapat berikatan dengan

antibody apabila disuntikkan ke dalam tubuh.

(3) Antibodi ( Imunoglobulin / Ig) : merupakan zat kimia( protein

plasma ) yang dapat mengidentifikasi antigen. Antibodi

dihasilkan oleh sel limfosit B. Ketika sel limfosit B

mengidentifikasi antigen,dengan cepat sel akan bereplikasi

untuk menghasilkan sejumlah besar sel plasma.Sel plasma lalu

akan menghasilkan antibody dan melepaskanya ke dalam cairan

tubuh. Sel limfosit B juga menghasilkan sel memori B, dengan

struktur yang sama dengan sel limfositB,dan dapt hidup lebih

lama daripada sel plasma. Antibodi merupakan protein-protein

yang terbentuk sebagai respon terhadap antigen yang masuk ke

tubuh, yang bereaksi secara spesifik dengan antigen tersebut.

Konfigurasi molekul antigen-antibodi sedemikian rupa sehingga

hanya antibodi yang timbul sebagai respon terhadap suatu

antigen tertentu saja yang cocok dengan permukaan antigen itu

sekaligus bereaksi dengannya (Roitt, 1990). Antibody adalah

bahan larut digolongkan dalam protein yang disebut globulin

dan sekarang dikenal sebagai immunoglobulin. Dua cirinya yang

penting adalah spesifitas dan aktivitas biologik (Baratawidjaja,

1996). Antibody Poliklonal:   Antibodi dihasilkan di dalam tubuh

secara alami yang dibentuk merupakan klon dari sel-sel limfosit

12

Page 13: Laporan Modul 1,Blok 2.2

dan umum. Antibodi monoclonal : Antibodi yang dibentuk di luar

tubuh melalui fusi sel. Merupakan hasil pengklonan satu sel

hibridoma. Berfungsi untuk mendiagnois penyakit kanker dan

hepatisis. Antibodi memiliki struktur seperti huruf Y dengan dua

lengan dan satu kaki.Lengan tersebut dinamakan antigen

binding site,yakni tempat melekatnya antigen.Molekul antibody

dapat dikelompokkan menjadi lima kelas yakni,  IgG, IgA, IgM,

IgD, IgE. Immunoglobulin (Ig) dibentuk oleh sel plasma yang

berasal dari proliferasi sel B akibat adanya kontak dengan

antigen. Antibodi yang terbentuk secara spesifik ini akan

mengikat antigen baru lainnya yang sejenis. Bila serum protein

tersebut dipisahkan dengan cara elektroforesis, maka

immunoglobulin ditemukan terbanyak dalam fraksi globulin

gama, meskipun ada beberapa immunoglobulin yang juga

ditemukan dalam fraksi globulin alafa dan beta (Soewolo, 2005).

Apabila kuman/zat asing yang masuk tidak dapat ditangkal oleh

sistem kekebalan tubuh tidak SPESIFIK maka diperlukan sitem

kekebalan dengan tingkat yang lebih tinggi atau sistem

kekebalan spesifik. ada 2 jenis kekebalan spesifik, yaitu (1)

kekebalan selular (sel limfosit T) dan (2) kekebalan humoral (sel

limfosit B yang memproduksi antibodi). Kekebalan ini hanya

berperan pada kuman/zat asing yang sudah dikenal, artinya

jenis kuman/zat asing tersebut sudah pernah atau lebih dari satu

kali masuk ke dalam tubuh manusia (Munasir, 2010). Antigen

yang menghasilkan respon kekebalan humoral umumnya

merupakan protein dan komponen permukaan polisakarida

berbagai mikroba, jaringan cangkokan yang tidak kompatibel,

dan sel-sel darah yang tidak difungsikan. Selain itu sebagian

diantara kita, protein bahan asing seperti racun lebah atau

serbuk sari bertindak sebagi antigen yang merangsang respon

humoral alergi atau hipersensitivitas (Campbell, 2004).

Sel-sel Sistem Imun Spesifik

Limfosit yang terdiri dari sel T dan sel B, merupakan kunci

pengontrol sistem imun. Sel-sel tersebut dapat mengenal benda

asing dan membedakannya dari sel jaringan sendiri. Biasanya

sel limfosit hanya memberikan reaksi terhadap benda asing,

13

Page 14: Laporan Modul 1,Blok 2.2

tetapi tidak terhadap sel sendiri. Kemampuan mengenal limfosit

tersebut disebabkan oleh adanya reseptor pada permukaan sel.

Pada permukaan sel T dan sel B ditemukan pula reseptor untuk

fraksi Fc suatu antibodi yang mungkin berperanan dalam

mengatur respon limfosit. Satu sel limfosit hanya membentuk

reseptor untuk satu jenis antigen sehingga sel tersebut hanya

dapat mengenal antigen yang sejenis saja.

Sel T

Pada neonatus, timus merupakan salah satu tempat proliferasi

sel. Diduga 90% timosit yang gagal memperoleh reseptor yang

diperlukan untuk berfungsi akan dihancurkan. Sel T merupakan

65-80% dari semua limfosit dalam sirkulasi. Di bawah mikroskop

biasa, sel T tidak dapat dibedakan dari sel B.

a. Karakteristik Sel T

1. Sel T tidak mengeluarkan antibodi. Sel –sel ini harus

berkontak langsung dengan sasaran suatu proses yang dikenal

sebagai immunitas yang diperantarai oleh sel (cell-mediated

immunity, imunitas seluler).

2. Bersifat klonal dan sangat spesifik antigen. Di membran

plasmanya, setiap Sel T memiliki protein-protein reseptor unik.

3. Sel T diaktifkan oleh antigen asing apabila antigen tersebut

disajikan di permukaan suatu sel yang juga membawa penanda

identitas individu yang bersangkutan, yaitu, baik antigen asing

maupun antigen diri harus terdapat di permukaan sel sebelum

sel T dapat mengikuti keduanya.

4. Tidak semua turunan sel T yang teraktivasi menjadi sel T

efektor. Sebagian kecil tetap dorman, berfungsi sebagai

cadangan sel T pengingat yang siap merespon secara lebih

cepat dan kuat apabila antigen asing tersebut muncul kembali

di sel tubuh.

5. Selama pematangan di timus, sel T mengenal antigen asing

dalam kombinasi dengan antigen jaringan individu itu sendiri,

suatu pelajaran yang diwariskan ke semua turunan sel T

berikutnya

14

Page 15: Laporan Modul 1,Blok 2.2

6. Diperlukan waktu beberapa hari setelah pajanan antigen

tertentu sebelum sel T teraktivasi besiap untuk melancarkan

serangan imun seluler.

b. Subpopulasi sel T

Ketika sel T terpajan ke kombinasi antigen spesifik, sel-sel dari

sel klon sel T komplementer berproliferisai dan berdiferensiasi

selama beberapa hari, menghasilkan sejumlah besar sel T

teraktivasi yang melaksanakan berbagai respons imunitas

seluler. Terdapat tiga subpopulasi sel T, tergantung pada peran

mereka setelah diaktifkan oleh antigen.

a. Sel T sitotoksik

Sel T yang menghancurkan sel penjamu yang memiliki antigen

asing, misalnya sel tubuh yang dimasuki oleh virus, sel kanker,

dan sel cangkokan.

b. Sel T penolong

Sel T yang meningkatkan perkembangan sel B aktif menjadi sel

plasma, memperkuat aktivitas sel T sitotoksik dan sel T penekan

(supresor) yang sesuai, dan mengaktifkan makrofag.

c. Sel T penekan

T yang menekan produksi antibodi sel B dan aktivitas sel T

sitotoksik dan penolong.

Sebagian besar dari milyaran Sel T diperkirakan tergolong

dalam subpopulasi penolong dan penekan, yang tidak secara

langsung ikut serta dalam destruksi patogen secara imunologik.

Kedua subpopulasi tersebut disebut sel T regulatorik, karena

mereka memodulasi aktivitas sel B dan Sel T sitotoksik serta

aktivitas mereka sendiri dan aktivitas makrofag.

Pajanan terhadap antigen sering mengaktifkan baik sel B

maupun sel T secara stimulan. Seperti sel T regulatorik yang

dapat mempermudah atau menekan sekresi antibodi sel B,

antibodi juga dapat meningkatkan atau menghambat

kemampuan sel-sel T sitotoksik menghancurkan sel korban,

bergantung pada keadaan. Sebagain besar efek yang

ditimbulkan limfosit pada sel-sel imun lain ( limfosit lain dan

makrofag) diperantarai melalui sekresi zat-zat perantara

kimiawi. Semua zat kimiawi selain antibodi yang disekresikan

15

Page 16: Laporan Modul 1,Blok 2.2

secara kolektif oleh limfosit disebut limfokin, yang sebagian

besar diproduksi oleh limfosit T. Limfokin tidak berinteraksi

secara langsung dengan antigen yang menyebabkan prduksi

limfokin tersebut.

Sel B

Sel B berkembang dalam bursa fabricius yang timbuldari epitel

kloaka. Pada manusia belum didapatkan hal yang analog

dengan bursa tersebut dan pematangan terjadi di sumsum

tulang atau di tempat yang belum diketahui. Setelah matang sel

B bergerak ke alat-alat seperti limpa, kelenjar limfoid atau

tonsil.

3. Komponen yang berperan dalam respon imun

major histocompatibility antigen (MHC) / HLA

kode untuk human leukocyte-associated antigen yangn terikat ke

permukaan membrane dan khas untuk setiap individu.

Fungsi antigen MHC :

1) menentukan kemampuan sistem imun seseorang untuk

membedakan self dan non self.

2) mengatur interaksi antara berbagai jenis sel yang terlibat dalam

respon imun

3) reaksi penolakan jaringan transplantsi allograf.

4) menentukan kemampuan setiap individu untuk bereaksi terhadap

antigen spesifik dan kecendrungan untuk menderita kelainan

imunologik.

MHC terdiri dari : MHC I untuk penolakan tansplantasi dan MHC II

berfungsi pada respon imun, imunosupresi, pengenalan self dan

interaksi sel.

sistim limforetikuler

Jaringan limfoid

Struktur jaringan limfoid terdiri dari sel limfosit, sel epithelial, dan sel

stroma

Jaringan limfoid dibagi dua berdasarkan fungsi :

16

Page 17: Laporan Modul 1,Blok 2.2

Organ limfoid primer

Merupakan tempat pembentukan limfosit, dimana tempatnya yaitu

timus dan sumsum tulang.

Timus menghasilkan sel limfosit T matang

Sumsum tulang menghasilkan sel limfosit B matang

Limfosit T dan B mempunyai riwayat hidup yang berbeda, sifat dan

fungsi berbeda. Kedua jenis sel ini sama-sama berasal dari sumsum

tulang.

Selama masa janin dan pada masa kanak-kanak dini, sebagian limfosit

imatur bermigrasi melalui darah ke timus, tempat sel-sel limfosit

berdiferensiasi dan dimatangkan menjadi limfosit T matang. Pada

manusia , tempat pematangan dan differensiasi sel B masih belum

jelas, walaupun secara umum diperkirakan berlangsung di sumsum

tulang.

Setelah dikeluarkan ke dalam darah dari sumsum tulang atau timus,

sel matang B dan T berdiam diri di jaringan limfoid perifer untuk

membentuk koloni. Disini, setelah mendapat stimulasi yang kuat, sel-

sel tersebut mengalami pembelahan untuk menghasilkan generasi

baru sel T dan sel B. Setelah masa kanak-kanak dini , sebagian besar

limfosit baru berasal dari koloni limfosit perifer ini.

Timus

Terdiri dari dua lobus dan berlokasi pada mediatinum superior, di

bagian depan pembuluh darah besar. Secara embriologi berasal dari

kantong faringeal ke III dan IV pada minggu ke enam pertumbuhan

janin.Timus terdiri dari dua jaringan jaringan limfoid berasal dari

mesenkimal dan jaringan epitel berasal dari endodermal dan berfungsi

menghasilkan timosin dan timopoeitin yang berperan penting pada

regulasi dan differensiai limfosit T.

Sel muda masuk ke korteks dan berinteraksi dengan epitel dan

machrophag-derived cells dari timus sehingga berdiferensiasi menjadi

limfosit T muda dan akhirnya menjadi limfosit T dewasa, dan proses ini

17

Page 18: Laporan Modul 1,Blok 2.2

terjadi di timus sehingga proses ini disebut T cell education., dan

timusnya disebut school of thymocytes. Di dalam timus, sel limfosit

juga belajar untuk membedakan antigen self dan non-self.

Timus dibungkus oleh kapsul yang masuk ke dalam lobus disebut

trabekula sehingga membagi lobus menjadi lobules-lobulus. Pada tiap

lobules sel limfoid tersusun membentuk korteks pada bagian luar, dan

medulla pada bagian dalam. Kortek dipadati terutama oleh limfosit T

imatur yang mengalami proliferasi yang intensif, dan terdapat

sejumlah kecil makrofag dan sel plasma. Sebagian besar limfosit T

yang diproduksi akan mati di dalam timus, hanya 1%-2% yang

menjadu dewasa dan bermigrasi ke medulla dan akhirnya masuk ke

dalam sirkulasi.

Selain itu, terdapat MHC II yang berperan pada proses pengenalan

antigen self dalam timus.

Organ Limfoid Sekunder

Limfonodus

Tersebar dengan jumlah banyak di seluruh tubuh, terdapat pada

percabangan pembuluh limfe besar.

Ciri-ciri : diameter 1-25 mm, bentuk seperti kacang, ada bagian

mencekung (hilus) terdapat pembuluh darah dan limf. Limfonodus

berperan penting pada induksi awal respon imun.

Gambaran histologis : tergantung pada aktivitasnya.Limfonodus yang

belum mengalami stimulasi antigen atau dalam masa istirahat, terdiri

dari parakorteks dan medulla. Pada korteks limfosit berkelompok

membentuk folikel atau nodul yang disebut folikel primer. Sel-selnya

berupa limfosit B, makrofag, sel dendrite, dan beberapa limfosit T.

Perbatasan antara korteks dengan parakorteks terdapat limfosit T

18

Page 19: Laporan Modul 1,Blok 2.2

sehingga area ini disebut sebagai T-dependent area. Medula terdiri

dari jaringan ikat yang mengelilingi hilus.

Limfonodus yang sudah mengalami stimulasi oleh antigen terlihat

membesar, diikuti peningkatan jumlah limfosit, folikel pada korteks

menjadi lebih padat dan di bagian tengahnya terdapat germinal center

yang terlihat sebagai area yang lebih terang, folikel ini disebut folikel

sekunder.

Limpa

Terletak di bagian atas kiri rongga abdomen di belakang

lambung.Dibungkus oleh kapsul yang terdiri dari jaringan kolagen

yang mengandung serat otot polos.Kapsul masuk ke parenkim

membentuk trabekula yang bersama dengan jaringan retikuler

menyokong bermacam-macam sel yang terdapat di limpa. Jaringan

yang ada di limpa : pulpa merah terdiri dari jaringan retikuler dan

sinusoid yang dilapisi makrofag fagositik dan limfosit terutama sel

plsma, pulpa putih merupakan organ limfoid sekunder yang

menghasilkan limfosit dan sel plsma, dan berperan sebagai

mediatorpada proses respon imun spesifik.

Jaringan Limfoid Pada Mukosa

SALT (skin associated lymphocyte tissue) di kulit

*MALT (mucosal associated lymphocyt tissue) imun sekretori, imunitas

di tempat khusus seperti saluran nafas dan saluran cerna disebut juga

imunitas local.

-respon imun oral : ludah juga mengandung berbagai molekul seperti

lisosim+IgA sekretori untuk melindungi rongga mulut.

BALT (bronchial associated lymphocyte tissue) di bronkus

GALT (gut associated lymphocyte tissue) di sepanjang didnding

saluran cerna.

*Kelenjer getah bening

*Limpa

19

Page 20: Laporan Modul 1,Blok 2.2

Sel-sel pada system imun

Sel limfosit : bertanggungjawab pada respon imun adaptif.

Sel natural killer : merupakan sel dengan populasi kecil yang befungsi

membunuh sel terutama sel yang mengandung virus (virus

membtuhkan untuk replikasi) dan sel tumor melalui proses lisis.

Sel fagosit Mononuklear

Sel fagosit yang berinti satu yaitu makrofag dan prekusornya monosit.

Monosit berasal dari differensiasi premonosit di sumsum tulang yang

dilepas ke sirkulasi, hanya beberqapa jam dalam sirkulasi, kemudian

kelaur dari vaskuler ke jaringan menjadi makrofag jaringan dan

menetap selama berbulan-bulan.Makrofag terdapat di jaringan ikat

sekitar pembuluh darah, pada paru-paru sebagai makrofag alveolar.

Trombosit

Derivat dari megakariosit yang berasal dari myeloid di sum-sum

tulang.Trombosit berperan dalam respon imun terutama pada respon

inflamasi. Memiliki MHC kelas I dan reseptor untuk IgG dan IgE.

APC (antigen presenting cell)

Sel dapat memproses antigen asing, mengekspresikan molekul MHC

kelas II yang berasal dari komplek peptide MHC agar dapat dikenali

oleh limfosit T spesifik sehingga mengaktivasi sel T helper untuk

memulai fase efektor respon imun.

Sel dendrite

Berasal dari sumsum tulang,terutama terdapat pada limpa,

limfonodus, tonsil, peyer patch,dan sedikit di dalam darah.

Sel langerhans

Sel APC di kulit.bermigrasi ke daerah parakorteks limfonodus melalui

pembuluh aferen untu berinteraksi dengan beberapa limfosit T.

imunoglobulin / antibody

20

Page 21: Laporan Modul 1,Blok 2.2

Berguna memperkuat respon peradangan untuk meningkatkan

destruksi antigen yang merangsang produksi mereka.

Setiap sel B memiliki resptor di permukaannya untuk mengikat salah

satu jenis antigen. Pengikatan dengan satu antigen akan

menyebabkan sel berdiferensiasi menjadi sel plasma dengan bantuan

sel T helper. Sel plsma ini mati dalam rentang usia 5-7 hari.

Antibodi dikeluarkan ke dalam darah atau limfe, bergantung pada

lokasi sel plasma yang aktif, tetapi semua antibody pada akhirnya

memperoleh akses ke darah, tempat mereka dikenal sebagai globulin

gamma atau immunoglobulin.

Berdasarkan pada cara antibodi berfungsi, antibodi dikelompokkan

pada lima kelas :

* IgM berfungsi sebagai reseptor permukaan sel B untuk tempat

antigen melekat dan disekresikan dalam tahap-tahap awal respon sel

plasma.

* IgG, paling banyak di dalam darah, dihasilkan dalam jumlah besar

ketika tubuh terpajan ulang ke antigen yang sama. IgG dengan IgM

bertanggung jawab terhadap respon imun spesefik terhadap bakteri

dan beberapa jenis virus.

*IgE, mediator antibodi untuk respon alergi, misalnya asma,

*IgA, ditemukan dalam sekresi sistem pencernaan, pernapasan, dan

genitourinaria, serta di dalam air susu dan air mata. Berguna

melindungi tubuh dari pathogen oleh karena dapat bereaksi dengan

molekul adhesi dari pathogen potensial sehingga mencegah adherens

dan kolonisasi pathogen tersebut dalam jaringan penjamu.

*IgD , ditemukan pada permukaan sel B ,hanya molekul penanda bagi

stadium meturasi maupun aktivasi sel B, tapi fungsinya belum

diketahui dengan jelas karena konsentrasinya yang sedikit di dalam

serum.

komplemen

Terdiri atas sejumlah protein yang diproduksi oleh hepatosit dan

monosit yang bila diaktifkan akan memberikan proteksi terhadap

infekasi dan berperan dalam respon inflamasi. Antibodi yang

bergabung dengan komplemen dapat menghancurkan membrane

lapisan lipopolisakarida (LPS) dinding sel. Komplemen diduga memiliki

sifat esterase yang berperan dalam lisis tersebut sehingga lapisannya

21

Page 22: Laporan Modul 1,Blok 2.2

menjadi lemah dan lisozim dapat menembus membrane bakteri

sehingga dapat menghancurkan lapisan mukopeptida. Membran

Attack Complex (MAC) dari system komplemen dapat membentuk

lubang-lubang kecil dalam sel membrane bakteri sehingga bahan

sitoplasma yang mengandung bahan-bahan vital keluar sel dan

mengakibatkan kematian mikroba. Komplemen berperan sebagai

opsonin yang meningkatkan fagositosis, sebagai faktor kemotaktik

( mengerahkan makrofag ke tempat bakteri), dan juga menimbulkan

destruksi/ lisis bakteri dan parasit.

Sitokin

Protein dengan berat molekul kecil yang diproduksi dan dilepas

berbagai jenis sel. Berperan utama dalam induksi dan regulasi

interaksi seluler yang melibatkan sel inflamasi imun dan system

hematopoietic.

4. Respon imun tolerans

Keadaan munculnya respon sel limfoid yang aktif terhadap antigen

tertentu bahkan dapat terjadi imunosupresi hanya terhadap satu antigen

yang disertai gangguan terhadap respon antigen yang lain.

Dikenal sebagai self-toleransi : keadaan tubuh yang menerima epitop

sendiri sebagai antigen sendiri. Hal ini disebabkan oleh inaktivasi atau

dibunuhnya limfosit sel reaktif yang diinduksi antigen sendiri.

Toleransi sel B dan sel T

Toleransi sel B

Terjadi secara sentral ataupun perifer. Berperan dalam mencegah

respon antibody terhadap antigen protein.

- Toleransi sentral

Terjadi bila sel B yang immature terpajan oleh antigen sendiri yang

multivalent dalam sumsum tulang. Proses ini berlanjut kepada

apoptosis atau spefisitas baru, disebut dengan Reseptor editing.

Induksi proses ini terjadi ketika limfosit berada dalam perkembangan

dimana sel B yang self-reaktif dihancurkan di sumsumtulang.

- Toleransi perifer

Merupakan mekanisme untuk mempertahankan toleransi terhadap

antigen yang tidak ditemukan dalam organ lifoid primer atau bila ada

reseptor dengan afinitas rendah.

Toleransi sel T

22

Page 23: Laporan Modul 1,Blok 2.2

Terjadi melalui dihancurkannya sel T immatur selama perkembangan

yang terjadi di dalam timus. Sedangkan sel T matur dapat dibuat

anergik (berkurangnya kemampuan reaktivitas terhadap antigen

tertentu), tergantung bagaimana antigen dipresentasikan kepadanya,

misalnya sinyal ko-stimulator dari sel APC dapat menginduksi

toleransi.

- Toleransi sentral

Antigen (sendiri) ditemukan dalam kadar tinggi di dalam organ

limfoid sentral. Antigen (sendiri) yang terpajan, limfosit imatrur, dan

klon limfosit yang reseptornya mengenali antigen sendiri tersebut

disingkirkan, disebut dengan seleksi negatif. Sedangkan Antigen

asing (luar) ditangkap sel APC kemudian dibaawa ke organ limfoid

perifer.

- Toleransi perifer

Mekanisme toleransi sel T terhadap antigen spesifik jaringan yang

tidak ditemukan di timus. Hal ini disebabkan oleh adanya alergi dan

sel T yang dihilangkan (delesi) atau ditekan.

5. Imunisasi aktif dan pasif

Imunisasi aktif

Apabila sesorang menerima langsung vaksin hidup yang sudah

dilemahkan atau yang sudah dimatikan.

Terbagi menjadi:

- Alamiah : biasanya digunakan pada infeksi akibat dari kuman.

- Buatan : toksoid dan vaksinasi.

Imunisasi pasif

Apabila sesorang menerima antibody atau produl sel dari orang lain

yang telah mendapatkan imunisasi aktif.

- Alamiah : imunitas maternal melalui plasenta untuk mendapatkan

IgG dari antibody ibu. Selain itu juga imunitas maternal melaui

kolostrum. Karena ASI mengandung berbagai komponen system imun

seperti enchancement growth factor untuk bakteri yang diperlukan

dalam usus sebagai factor yang menghambat tumbuhnya kuman

tertentu.

- Buatan : imunne serum globulin(ISG) non spesifik. Selain itu juga

termasuk ISG yang spesifik, seperti tetanus immune globulin (TIG),

hepatitis B immune globulin (HBIG), rabies immune globulin.

23

Page 24: Laporan Modul 1,Blok 2.2

6. Jenis-jenis imunisasi yang wajib diberikan, cara pemberian, mekanisme

kerja dan masalah yang timbul akibat pemberian imunisasi.

BCG

Sifat vaksin : mengurangi resiko TBC berat

Efek proteksi : 8-12 minggu stl imunisasi

Cara pemberian :

1. ANAK : IC 0,1 ML

2. BBL : 0.05 ml

Waktu pemberian :

1. Anak : tes mantoux (-)

2. Bayi : < 2 bulan

Cara kerja faksin :

Meningkatkan daya tahan tubuh thd inf basil yg virulen

Imunitas timbul stl 8 minggu

Imunitas bisa tdk lengkap

Efek samping :

1. Reaksi pembengkakan kecil

2. Kemerahan,

3. Abses

4. Scar

Kontra indikasi

1. Uji mantoux (+)

2. Immunodefisiensi

3. Gizi buruk

4. Demam tinggi

5. Infeksi kulit yg luas

6. Riwayat tb

7. Kehamilan

Cara menyimpan vaksin

1. Pd suhu 2-80C

2. Tdk dlm keadaan beku

3. Tdk kena sinar matahari langsung

4. exp setelah 8 jam pengenceran

HEPATITIS B

Cara pemberian : IM

Jadwal pemberian :

24

Page 25: Laporan Modul 1,Blok 2.2

1. Vaksinasi primer 3 kali

i ii iii

1-2 bulan 4-5 bulan

2. Booster 5 thn kemudian

3. Dianjurkan tes anti hepatitis B 3 bln Pasca suntikan terakhir

Cara kerja vaksin

IgM (sementara) IgG (tetap)

Efek samping ;

1. Nyeri sendi / otot

2. Bengkak

3. Panas

4. Mual

5. Anafilaksis

Kontra indikasi

- ibu hamil

Cara penyimpanan vaksin :

1. Suhu 0-80C

2. Waktu max 10 bulan

DPT

Cara pemberian vaksin : IM 0,5 ml

Jadwal pemberian :

1. DPT I : 2-4 BLN

2. DPT II : 3-5 BLN

3. DPT III : 4-6 BLN

4. DPT IV : 1 THN setelah DPT III

5. DPT V : Anak Masuk Sekolah

Efek samping :

1. Demam tinggi

2. Rewel

3. Kemerahan daerah invasi

4. Nyeri-----2 hari

Kontra indikasi

1. Ensefalopati

2. Riwayat Anafilaksis

perlu diperhatikan apabila pada pemberian pertama timbul

hiperpireksia, anak menangis terus dan kejang 3 hari setelah

25

Page 26: Laporan Modul 1,Blok 2.2

pemberian imunisasi.

Cara Penyimpanan Vaksin Pada Suhu 0-80C

POLIO

Jadwal pemberian :

1. POLIO I : 0 BLN

2. POLIO II : 2 BLN

3. POLIO III : 3 BLN

4. POLIO IV : 4 BLN

Cara pemberian : oral 2 tetes

Cara kerja :

vaksin akan masuk ke dalam saluran pencernaan dan memacu

pembentukan antibody baik di dalam darah maupun pada

epitelium usus, sehingga terjadi pertahanan lokal terhadap

virus polio yang masuk

Efek samping :

1. Pusing

2. Diare ringan

3. Sakit pd otot

Kontraindikasi

1. Demam

2. Muntah/diare

3. Konsumsi obat imunosupresif

4. Radiasi umum

5. Keganasan

6. Penderita HIV

Cara penyimpanan

1. Tertutup : suhu 2-80C

2. Beku : -200C

CAMPAK

Cara pemberian :

1. Sc dalam / IM

2. Dosis : 0,5 ml

3. Umur 9 bln

Efek samping : demam, kemerahan,nyeri sendi

Kontra indikasi :

1. Demam

26

Page 27: Laporan Modul 1,Blok 2.2

2. Tb tanpa pengobatan

3. Imunosupresi

Penyimpanan : 2-80C

Berikut beberapa jenis imunisasi lanjutan:

MMR

1. Umur : 15-18 bln

2. Dosis : 1 x 0,5ml

3. Bila anak MMR, campak II (5-6 thn) tdk diberikan

4. Ulang 10-12 thn

Hib

1. Diberikan umur 2,3,6 bln

2. Ulang 18 bln

3. Dosis : 0,5ml im

Demam tifoid

1. Vaksin : parenteral & oral

VII. Sintesis dan uji informasi yang diperoleh

Informasi yang diperoleh dan disintesis serta diuji telah terangkum dalam

analisa masalah pada langkah 3 dan mengumpulkan informasi pada

langkah 6.

27