laporan meningitis sulasni atma desi

35
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kesadaran kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia. Salah satu upaya pembangunan kesehatan yang dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan adalah melalui Program Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) yang bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan serta mengurangi dampak sosial dari penyakit menular. Dengan kemajuan teknologi, di negara maju banyak penyakit menular yang telah mampu diatasi, bahkan ada yang telah dapat dibasmi. Namun, masalah penyakit menular masih tetap dirasakan oleh sebagian 1

Upload: echietha-atma-desi

Post on 29-Dec-2015

62 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Meningitis Sulasni atma desi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan pada hakekatnya bertujuan untuk

meningkatkan kesadaran kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal di seluruh

wilayah Republik Indonesia. Salah satu upaya pembangunan kesehatan yang

dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan adalah melalui Program

Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) yang bertujuan untuk menurunkan

angka kesakitan, kematian dan kecacatan serta mengurangi dampak sosial dari

penyakit menular.

Dengan kemajuan teknologi, di negara maju banyak penyakit

menular yang telah mampu diatasi, bahkan ada yang telah dapat dibasmi.

Namun, masalah penyakit menular masih tetap dirasakan oleh sebagian besar

penduduk negara berkembang, salah satunya adalah penyakit meningitis.

Lebih dari 70 % kasus meningitis terjadi pada anak usia bawah lima

tahun. Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai

piameter (lapisan dalam selaput otak) dan arakhnoid serta dalam derajat yang

lebih ringan mengenai jaringan otak dan medula spinalis yang

superfisial/suatu peradangan selaput otak yang biasanya diikuti pula oleh

peradangan otak/peradangan pada selaput meninges yang menyelubungi otak

yang disebabkan oleh bakteri atau virus. Meningitis dibagi menjadi dua

golongan berdasarkan perubahan yang terjadipada cairan otak yaitu meningitis

1

Page 2: Laporan Meningitis Sulasni atma desi

serosa dan meningitis purulenta. Meningitis serosaditandai dengan jumlah sel

dan protein yang meninggi disertai cairan serebrospinalyang jernih. Penyebab

yang paling sering dijumpai adalah kuman Tuberculosis danvirus.

Meningitis purulenta atau meningitis bakteri adalah meningitis yang

bersifatakut dan menghasilkan eksudat berupa pus serta bukan disebabkan

oleh bakterispesifik maupun virus. MeningitisMeningococcus merupakan

meningitis purulentayang paling sering terjadi. Penularan kuman dapat terjadi

secara kontak langsung dengan penderita dan droplet infection yaitu terkena

percikan ludah, dahak, ingus, cairan bersin dan cairan tenggorok penderita.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka yang melatarbelakangi

pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui berbagai macam jenis

penyakit meningitis serta faktor-faktor yang berkaitan dengan penyakit

meningitis.

B. Tujuan

1. Mengetahui berbagai macam jenis penyakit meningitis.

2. Mengetahui faktor-faktoryang berkaitan dengan penyakit meningitis

2

Page 3: Laporan Meningitis Sulasni atma desi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Meningitis adalah suatu infeksi/peradangan dari meninges,lapisan

yang tipis/encer yang mengepung otak dan jaringan saraf dalam tulang

punggung, disebabkan oleh bakteri, virus, riketsia, atau protozoa, yang dapat

terjadi secara akut dan kronis (Harsono, 2003).

Meningitis adalah infeksi yang menular. Sama seperti flu, pengantar

virus meningitis berasal dari cairan yang berasal dari tenggorokan atau

hidung. Virus tersebut dapat berpindah melalui udara dan menularkan kepada

orang lain yang menghirup udara tersebut. (Anonim, 2007).

B. Anatomi Fisiologi

Otak dan sumsum otak belakang diselimuti meningea yang melindungi

struktur syaraf yang halus, membawa pembuluh darah dan dengan sekresi

sejenis cairan yaitu cairan serebrospinal. Meningea terdiri dari tiga lapis,

yaitu:

1. Pia meter yaitu yang menyelipkan dirinya ke dalam celah pada otak dan

sumsum tulang belakang dan sebagai akibat dari kontak yang sangat erat

akan menyediakan darah untuk struktur-struktur ini.

2. Arachnoid merupakan selaput halus yang memisahkan pia meter dan dura

meter.

3

Page 4: Laporan Meningitis Sulasni atma desi

3. Dura meter merupakan lapisan paling luar yang padat dan keras berasal

dari jaringan ikat tebal dan kuat.

Gambar 1. Mening Otak

C. Epidemilogi Meningitis

1. Distribusi Frekuensi Meningitis

a. Orang/ Manusia

Umur dan daya tahan tubuh sangat mempengaruhi terjadinya

meningitis. Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada laki-laki

dibandingkan perempuan dan distribusi terlihat lebih nyata pada bayi.

Meningitis purulenta lebih sering terjadi pada bayi dan anak-anak

karena sistem kekebalan tubuh belum terbentuk sempurna.

Puncak insidensi kasus meningitis karena Haemophilus

influenzae di negara berkembang adalah pada anak usia kurang dari 6

bulan, sedangkan di Amerika Serikat terjadi pada anak usia 6-12 bulan.

4

Page 5: Laporan Meningitis Sulasni atma desi

Sebelum tahun 1990 atau sebelum adanya vaksin untuk Haemophilus

influenza tipe b di Amerika Serikat, kira-kira 12.000 kasus meningitis

Hib dilaporkan terjadi pada umur < 5 tahun. Insidens Rate pada usia <

5 tahun sebesar 40-100 per 100.000. Setelah 10 tahun penggunaan

vaksin, Insidens Rate menjadi 2,2 per 100.000. Di Uganda (2001-

2002) Insidens Rate meningitis Hib pada usia < 5 tahun sebesar 88 per

100.000.

Di Amerika Serikat, meningitis bakteri mempengaruhi sekitar 3

dalam 100.000 orang setiap tahun, dan meningitis virus mempengaruhi

sekitar 10 di 100.000. Pada tahun 1996 di Afrika terjadi wabah

meningitis dimana 250.000 orang menderita penyakit ini dengan

25.000 korban jiwa. Di Eropa, penyebab terbesar meningitis adalah

bakteri N. Meningitides groups B dan C, sedangkan group A

meningococci lebih sering terjadi di Cina dan para peziarah Haji. Di

Indonesia, pada tahun 1987, tercatat 99 jamaah haji Indonesia yang

meninggal akibat meningitis. Sementara sejak periode 1998-2005 tidak

ada lagi dilaporkan jamaah haji yang meninggal, setelah penggunaan

vaksin. Sebagian besar (sekitar 70%) kasus meningitis terjadi pada

anak-anak di bawah usia 5 atau pada orang yang berusia di atas 60

(Anonim, 2010).

b. Tempat

Risiko penularan meningitis umumnya terjadi pada keadaan

sosio-ekonomi rendah, lingkungan yang padat (seperti asrama, kamp-

5

Page 6: Laporan Meningitis Sulasni atma desi

kamp tentara dan jemaah haji), dan penyakit ISPA.16 Penyakit

meningitis banyak terjadi pada negara yang sedang berkembang

dibandingkan pada negara maju.

Insidensi tertinggi terjadi di daerah yang disebut dengan the

African Meningitis belt, yang luas wilayahnya membentang dari

Senegal sampai ke Ethiopia meliputi 21 negara. Kejadian penyakit ini

terjadi secara sporadis dengan Insidens Rate 1-20 per 100.000

penduduk dan diselingi dengan KLB besar secara periodik.

Di daerah Malawi, Afrika pada tahun 2002 Insidens Rate

meningitis yang disebabkan oleh Haemophilus influenzae 20-40 per

100.000 penduduk.

c. Waktu

Kejadian meningitis lebih sering terjadi pada musim panas

dimana kasus-kasus infeksi saluran pernafasan juga meningkat. Di

Eropa dan Amerika utara insidensi infeksi Meningococcus lebih tinggi

pada musim dingin dan musim semi sedangkan di daerah Sub-Sahara

puncaknya terjadi pada musim kering.

Meningitis karena virus berhubungan dengan musim, di

Amerika sering terjadi selama musim panas karena pada saat itu orang

lebih sering terpapar agen pengantar virus.

Di Amerika Serikat pada tahun 1981 Insidens Rate meningitis

virus sebesar 10,9 per 100.000 penduduk dan sebagian besar kasus

terjadi pada musim panas.

6

Page 7: Laporan Meningitis Sulasni atma desi

2. Determinan Meningitis

a. Host/ Pejamu

Meningitis yang disebabkan oleh Pneumococcus paling sering

menyerang bayi di bawah usia dua tahun.7 Meningitis yang disebabkan

oleh bakteri Pneumokokus 3,4 kali lebih besar pada anak kulit hitam

dibandingkan yang berkulit putih.

Meningitis Tuberkulosa dapat terjadi pada setiap kelompok umur

tetapi lebih sering terjadi pada anak-anak usia 6 bulan sampai 5 tahun

dan jarang pada usia di bawah 6 bulan kecuali bila angka kejadian

Tuberkulosa paru sangat tinggi. Diagnosa pada anak-anak ditandai

dengan test Mantoux positif dan terjadinya gejala meningitis setelah

beberapa hari mendapat suntikan BCG.

Penelitian yang dilakukan oleh Nofareni(1997-2000) di RSUP

H.Adam Malik menemukan odds ratio anak yang sudah mendapat

imunisasi BCG untuk menderita meningitis Tuberculosis sebesar 0,2.

Penelitian yang dilakukan oleh Ainur Rofiq(2000) di Rumah

Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) mengenai daya lindung vaksin

TBC terhadap meningitis Tuberculosis pada anak menunjukkan

penurunan resiko terjadinya meningitis Tb pada anak sebanyak 0,72

kali bila penderita diberi BCG dibanding dengan penderita yang tidak

pernah diberikan BCG.

Meningitis serosa dengan penyebab virus terutama menyerang

anak-anak dan dewasa muda (12-18 tahun). Meningitis virus dapat

7

Page 8: Laporan Meningitis Sulasni atma desi

terjadi waktu orang menderita campak, Gondongan (Mumps) atau

penyakit infeksi virus lainnya. Meningitis Mumpsvirus sering terjadi

pada kelompok umur 5-15 tahun dan lebih banyak menyerang laki-laki

daripada perempuan.

Penelitian yang dilakukan di Korea (Lee,2005) , menunjukkan

resiko laki-laki untuk menderita meningitis dua kali lebih besar

dibanding perempuan.

b. Agent

Penyebab meningitis secara umum adalah bakteri dan virus.

Meningitis purulenta paling sering disebabkan oleh Meningococcus,

Pneumococcus dan Haemophilus influenzae sedangkan meningitis

serosa disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa dan virus.

Bakteri Pneumococcus adalah salah satu penyebab meningitis

terparah. Sebanyak 20-30 % pasien meninggal akibat meningitis hanya

dalam waktu 24 jam. Angka kematian terbanyak pada bayi dan orang

lanjut usia.

Meningitis Meningococcus yang sering mewabah di kalangan

jemaah haji dan dapat menyebabkan karier disebabkan oleh Neisseria

meningitidis serogrup A,B,C,X,Y,Z dan W 135. Grup A,B dan C sebagai

penyebab 90% dari penderita. Di Eropa dan Amerika Latin, grup B dan

C sebagai penyebab utama sedangkan di Afrika dan Asia penyebabnya

adalah grup A.

8

Page 9: Laporan Meningitis Sulasni atma desi

Wabah meningitis Meningococcus yang terjadi di Arab Saudi

selama ibadah haji tahun 2000 menunjukkan bahwa 64% merupakan

serogroup W135 dan 36% serogroup A. Hal ini merupakan wabah

meningitis Meningococcus terbesar pertama di dunia yang disebabkan

oleh serogroup W135. Secara epidemiologi serogrup A,B,dan C paling

banyak menimbulkan penyakit.

Meningitis karena virus termasuk penyakit yang ringan.

Gejalanya mirip sakit flu biasa dan umumnya penderita dapat sembuh

sendiri. Pada waktu terjadi KLB Mumps, virus ini diketahui sebagai

penyebab dari 25 % kasus meningitis aseptik pada orang yang tidak

diimunisasi. Virus Coxsackie grup B merupakan penyebab dari 33%

kasus meningitis aseptik, Echovirus dan Enterovirus merupakan

penyebab dari 50% kasus. Resiko untuk terkena aseptik meningitis pada

laki-laki 2 kali lebih sering dibanding perempuan.

c. Lingkungan

Faktor lingkungan (Environment) yang mempengaruhi terjadinya

meningitis bakteri yang disebabkan oleh Haemophilus influenzae tipe b

adalah lingkungan dengan kebersihan yang buruk dan padat dimana

terjadi kontak atau hidup serumah dengan penderita infeksi saluran

pernafasan.

Risiko penularan meningitis Meningococcus juga meningkat

pada lingkungan yang padat seperti asrama, kamp-kamp tentara dan

jemaah haji.

9

Page 10: Laporan Meningitis Sulasni atma desi

Pada umumnya frekuensi Mycobacterium tuberculosa selalu

sebanding dengan frekuensi infeksi Tuberculosa paru. Jadi dipengaruhi

keadaan sosial ekonomi dan kesehatan masyarakat. Penyakit ini

kebanyakan terdapat pada penduduk dengan keadaan sosial ekonomi

rendah, lingkungan kumuh dan padat, serta tidak mendapat imunisasi

Meningitis karena virus berhubungan dengan musim, di Amerika

sering terjadi selama musim panas karena pada saat itu orang lebih sering

terpapar agen pengantar virus. Lebih sering dijumpai pada anak-anak

daripada orang dewasa. Kebanyakan kasus dijumpai setelah infeksi

saluran pernafasan bagian atas.

D. Etiologi

Penyebab infeksi ini dapat diklasifikasikan atas : Penumococcus,

Meningococcus, Hemophilus influenza, Staphylococcus, E.coli, Salmonella.

(Japardi, Iskandar, 2002). Penyebab meningitis terbagi atas beberapa golongan

umur :

1. Neonatus : Eserichia coli, Streptococcus beta hemolitikus, Listeria

monositogenes

2. Anak di bawah 4 tahun : Hemofilus influenza, meningococcus,

Pneumococcus.

3. Anak di atas 4 tahun dan orang dewasa : Meningococcus, Pneumococcus.

(Japardi, Iskandar, 2002).

10

Page 11: Laporan Meningitis Sulasni atma desi

E. Tipe Meningitis

1. Meningitis Kriptikokus

Meningitis kriptokokus adalah meningitis yang disebabkan oleh

jamur kriptokokus. Jamur ini bisa masuk ke tubuh kita saat kita menghirup

debu atau tahi burung yang kering. Kriptokokus ini dapat menginfeksikan

kulit, paru, dan bagian tubuh lain. Meningitis Kriptokokus ini paling

sering terjadi pada orang dengan CD4 di bawah 100.

Cara diagnosisnya yaitu darah atau cairan sumsum tulang belakang

dapat dites untuk kriptokokus dengan dua cara. Tes yang disebut ‘CRAG’

mencari antigen (sebuah protein) yang dibuat oleh kriptokokus. Tes

‘biakan’ mencoba menumbuhkan jamur kriptokokus dari contoh cairan.

Tes CRAG cepat dilakukan dan dapat memberi hasi pada hari yang sama.

Tes biakan membutuhkan waktu satu minggu atau lebih untuk

menunjukkan hasil positif. Cairan sumsum tulang belakang juga dapat

dites secara cepat bila diwarnai dengan tinta India (Yayasan Spiritia,

2006).

2. Viral meningitis

Viral meningitis termasuk penyakit ringan. Gejalanya mirip dengan

sakit flu biasa, dan umumnya penderita dapat sembuh sendiri. Frekuensi

viral meningitis biasanya meningkat di musim panas karena pada saat itu

orang lebih sering terpapar agen pengantar virus. Banyak virus yang bisa

menyebabkan viral meningitis. Antara lain virus herpes dan virus

penyebab flu perut (Anonim, 2007).

11

Page 12: Laporan Meningitis Sulasni atma desi

3. Bakterial meningitis

Bakterial meningitis disebabkan oleh bakteri tertentu dan

merupakan penyakit yang serius. Salah satu bakterinya adalah

meningococcal bacteria. Gejalanya seperti timbul bercak kemerahan atau

kecoklatan pada kulit. Bercak ini akan berkembang menjadi memar yang

mengurangi suplai darah ke organ-organ lain dalam tubuh dapat berakibat

fatal dan menyebabkan kematian (Anonim, 2007).

4. Meningitis Tuberkulosis Generalisata

Gejalanya adalah demam, mudah kesal, obstipasi, muntah- muntah,

ditemukan tanda-tanda perangsangan meningen seperti kaku kuduk, suhu

badan naik turun, nadi sangat labil/lambat, hipertensi umum, abdomen

tampak mencekung, gangguan saraf otak. Penyebabnya yaitu kuman

mikobakterium tuberkulosa varian hominis. Diagnosisnya yaitu Meningitis

Tuberkulosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan cairan otak, darah,

radiologi, test tuberculin (Harsono, 2003).

5. Meningitis Purulenta

Gejalanya adalah demam tinggi, menggigil, nyeri kepala yang

terus-menerus, kaku kuduk, kesadaran menurun, mual dan muntah,

hilangnya nafsu makan, kelemahan umum, rasa nyeri pada punggung serta

sendi. Penyebabnya adalah Diplococcus pneumoniae(pneumokok),

Neisseria meningitidis(meningokok), Stretococcus haemolyticus,

Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli,

Klebsiella pneumoniae, Pneudomonas aeruginosa. Diagnosisnya yaitu

12

Page 13: Laporan Meningitis Sulasni atma desi

dilakukan pemeriksaan cairan otak, antigen bakteri pada cairan otak, darah

tepi, elektrolit darah, biakan dan test kepekaan sumber infeksi, radiologik,

pemeriksaan EEG (Harsono, 2003).

F. Patofisiologi Meningitis

Meningitis pada umumnya sebagai akibat dari penyebaran penyakit di

organ atau jaringan tubuh yang lain. Virus / bakteri menyebar secara

hematogen sampai ke selaput otak, misalnya pada penyakit Faringitis,

Tonsilitis, Pneumonia, Bronchopneumonia dan Endokarditis. Penyebaran

bakteri/virus dapat pula secara perkontinuitatum dari peradangan organ atau

jaringan yang ada di dekat selaput otak, misalnya Abses otak, Otitis Media,

Mastoiditis, Trombosis sinus kavernosus dan Sinusitis. Penyebaran kuman

bisa juga terjadi akibat trauma kepala dengan fraktur terbuka atau komplikasi

bedah otak.

Invasi kuman-kuman ke dalam ruang subaraknoid menyebabkan reaksi

radang pada pia dan araknoid, CSS (Cairan Serebrospinal) dan sistem

ventrikulus.Mula-mula pembuluh darah meningeal yang kecil dan sedang

mengalami hiperemi; dalam waktu yang sangat singkat terjadi penyebaran sel-

sel leukosit polimorfonuklear ke dalam ruang subarakhnoid, kemudian

terbentuk eksudat. Dalam beberapa hari terjadi pembentukan limfosit dan

histiosit dan dalam minggu kedua selsel plasma. Eksudat yang terbentuk

terdiri dari dua lapisan, bagian luar mengandung leukosit polimorfonuklear

dan fibrin sedangkan di lapisaan dalam terdapat makrofag.

13

Page 14: Laporan Meningitis Sulasni atma desi

Proses radang selain pada arteri juga terjadi pada vena-vena di korteks

dan dapat menyebabkan trombosis, infark otak, edema otak dan degenerasi

neuronneuron. Trombosis serta organisasi eksudat perineural yang fibrino-

purulen menyebabkan kelainan kraniales. Pada Meningitis yang disebabkan

oleh virus, cairan serebrospinal tampak jernih dibandingkan Meningitis yang

disebabkan oleh bakteri.

G. Manifestasi Klinis

Keluhan pertama biasanya nyeri kepala. Rasa ini dapat menjalar ke

tengkuk dan punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan oleh

mengejangnya otot-otot ekstensor tengkuk. Bila hebat, terjadi opistotonus,

yaitu tengkuk kaku dalam sikap kepala tertengadah dan punggung dalam sikap

hiperekstensi. Kesadaran menurun. Tanda Kernig’s dan Brudzinky positif

(Harsono, 2003).

H. Gejala

Gejala meningitis tidak selalu sama, tergantung dari usia si penderita

serta virus apa yang menyebabkannya. Gejala yang paling umum adalah

demam yang tinggi, sakit kepala, pilek, mual, muntah, kejang. Setelah itu

biasanya penderita merasa sangat lelah, leher terasa pegal dan kaku, gangguan

kesadaran serta penglihatan menjadi kurang jelas. Gejala pada bayi yang

terkena meningitis, biasanya menjadi sangat rewel, muncul bercak pada kulit,

tangisan lebih keras dan nadanya tinggi, demam ringan, badan terasa kaku,

14

Page 15: Laporan Meningitis Sulasni atma desi

dan terjadi gangguan kesadaran seperti tangannya membuat gerakan tidak

beraturan (Japardi, Iskandar, 2002).

I. Diagnosis

Untuk menentukan diagnosis meningitis dilakukan tes laboratorium.

Tes ini memakai darah atau cairan sumsum tulang belakang. Cairan sumsum

tulang belakang diambil dengan proses yang disebut pungsi lumbal ( lumbar

puncture atau spinal tap). Sebuah jarum ditusukkan pada pertengahan tulang

belakang, pas di atas pinggul. Jarum menyedap contoh cairan sumsum tulang

belakang. Tekanan cairan sumsum tulang belakang juga dapat diukur. Bila

tekanan terlalu tinggi, sebagian cairan tersebut dapat disedot. Tes ini aman dan

biasanya tidak terlalu menyakitkan. Namun setelah pungsi lumbal beberapa

orang mengalami sakit kepala, yang dapat berlangsung beberapa hari (Ellenby,

Miles., Tegtmeyer, Ken, et al., 2006).

Untuk diagnosa pada meningitis TB dapat dilakukan dengan beberapa

cara, yaitu :

1. Anamnese : ditegakkan berdasarkan gejala klinis, riwayat kontak dengan

penderita TB

2. Lumbal pungsi

Gambaran LCS pada meningitis TB :

Warna jernih / xantokrom

Jumlah Sel meningkat MN > PMN

Limfositer

Protein meningkat

15

Page 16: Laporan Meningitis Sulasni atma desi

Glukosa menurun <50 % kadar glukosa darah

Pemeriksaan tambahan lainnya :

Tes Tuberkulin

Ziehl-Neelsen ( ZN )

PCR ( Polymerase Chain Reaction )

3. Rontgen thorax

TB apex paru

TB milier

4. CT scan otak

Penyengatan kontras ( enhancement ) di sisterna basalis

Tuberkuloma   : massa nodular, massa ring-enhanced

Komplikasi      : hidrosefalus

5. MRI

Diagnosis dapat ditegakkan secara cepat dengan PCR, ELISA dan

aglutinasi Latex. Baku emas diagnosis meningitis TB adalah menemukan

mycobacterium tuberkulosis dalam kultur CSS. Namun pemeriksaan kultur

CSS ini membutuhkan waktu yang lama dan memberikan hasil positif

hanya pada kira-kira setengah dari penderita

Berikut adalah gambar algoritma terapi pada orang dewasa, anak-

anak dan bayi sebagai berikut :

16

Page 17: Laporan Meningitis Sulasni atma desi

Gambar 2. Algoritma terapi pada orang dewasa

Gambar 3. Algoritma terapi pada anak-anak dan bayi

17

Page 18: Laporan Meningitis Sulasni atma desi

J. Cara Pencegahan

Kebersihan menjadi kunci utama proses pencegahan terjangkit virus

atau bakteri penyebab meningitis. Ajarilah anak-anak dan orang-orang sekitar

untuk selalu cuci tangan, terutama sebelum makan dan setelah dari kamar

mandi. Usahakan pula untuk tidak berbagi makanan, minuman atau alat

makan, untuk membantu mencegah penyebaran virus. Selain itu lengkapi juga

imunisasi si kecil, termasuk vaksin-vaksin seperti HiB, MMR, dan IPD

(Japardi, Iskandar, 2002).

Selain itu ada beberapa metode pencegahan terhadap penyakit

meningitis, antara lain sebagai berikut :

1. Pencegahan Primer

Tujuan pencegahan primer adalah mencegah timbulnya faktor

resiko meningitis bagi individu yang belum mempunyai faktor resiko

dengan melaksanakan pola hidup sehat.

Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan imunisasi

meningitis pada bayi agar dapat membentuk kekebalan tubuh. Vaksin yang

dapat diberikan seperti Haemophilus influenzae type b (Hib),

Pneumococcal conjugate vaccine (PCV7), Pneumococcal polysaccaharide

vaccine (PPV), Meningococcal conjugate vaccine (MCV4), dan MMR

(Measles dan Rubella).10 Imunisasi Hib Conjugate vaccine (Hb-OC atau

PRP-OMP) dimulai sejak usia 2 bulan dan dapat digunakan bersamaan

dengan jadwal imunisasi lain seperti DPT, Polio dan MMR.

18

Page 19: Laporan Meningitis Sulasni atma desi

Vaksinasi Hib dapat melindungi bayi dari kemungkinan terkena

meningitis Hib hingga 97%. Pemberian imunisasi vaksin Hib yang telah

direkomendasikan oleh WHO, pada bayi 2-6 bulan sebanyak 3 dosis

dengan interval satu bulan, bayi 7-12 bulan di berikan 2 dosis dengan

interval waktu satu bulan, anak 1-5 tahun cukup diberikan satu dosis. Jenis

imunisasi ini tidak dianjurkan diberikan pada bayi di bawah 2 bulan karena

dinilai belum dapat membentuk antibodi.

Meningitis Meningococcus dapat dicegah dengan pemberian

kemoprofilaksis (antibiotik) kepada orang yang kontak dekat atau hidup

serumah dengan penderita.

Vaksin yang dianjurkan adalah jenis vaksin tetravalen A, C, W135

dan Y. Meningitis TBC dapat dicegah dengan meningkatkan sistem

kekebalan tubuh dengan cara memenuhi kebutuhan gizi dan pemberian

imunisasi BCG. Hunian sebaiknya memenuhi syarat kesehatan, seperti

tidak over crowded (luas lantai > 4,5 m2 /orang), ventilasi 10 – 20% dari

luas lantai dan pencahayaan yang cukup.

Pencegahan juga dapat dilakukan dengan cara mengurangi kontak

langsung dengan penderita dan mengurangi tingkat kepadatan di

lingkungan perumahan dan di lingkungan seperti barak, sekolah, tenda dan

kapal. Meningitis juga dapat dicegah dengan cara meningkatkan personal

hygiene seperti mencuci tangan yang bersih sebelum makan dan setelah

dari toilet.

19

Page 20: Laporan Meningitis Sulasni atma desi

2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder bertujuan untuk menemukan penyakit sejak

awal, saat masih tanpa gejala (asimptomatik) dan saat pengobatan awal

dapat menghentikan perjalanan penyakit. Pencegahan sekunder dapat

dilakukan dengan diagnosis dini dan pengobatan segera. Deteksi dini juga

dapat ditingkatan dengan mendidik petugas kesehatan serta keluarga untuk

mengenali gejala awal meningitis.

Dalam mendiagnosa penyakit dapat dilakukan dengan pemeriksaan

fisik, pemeriksaan cairan otak, pemeriksaan laboratorium yang meliputi test

darah dan pemeriksaan X-ray (rontgen) paru. Selain itu juga dapat

dilakukan surveilans ketat terhadap anggota keluarga penderita, rumah

penitipan anak dan kontak dekat lainnya untuk menemukan penderita

secara dini. Penderita juga diberikan pengobatan dengan memberikan

antibiotik yang sesuai dengan jenis penyebab meningitis yaitu :

a. Meningitis Purulenta

1) Haemophilus influenzae b : ampisilin, kloramfenikol, setofaksim,

seftriakson.

2) Streptococcus pneumonia : kloramfenikol , sefuroksim, penisilin,

seftriakson.

3) Neisseria meningitidies : penisilin, kloramfenikol, serufoksim dan

seftriakson.

20

Page 21: Laporan Meningitis Sulasni atma desi

b. Meningitis Tuberkulosa (Meningitis Serosa)

Kombinasi INH, rifampisin, dan pyrazinamide dan pada kasus

yang berat dapat ditambahkan etambutol atau streptomisin.

Kortikosteroid berupa prednisone digunakan sebagai anti inflamasi yang

dapat menurunkan tekanan intrakranial dan mengobati edema otak.

3. Pencegahan Tertier

Pencegahan tertier merupakan aktifitas klinik yang mencegah

kerusakan lanjut atau mengurangi komplikasi setelah penyakit berhenti.

Pada tingkat pencegahan ini bertujuan untuk menurunkan kelemahan dan

kecacatan akibat meningitis, dan membantu penderita untuk melakukan

penyesuaian terhadap kondisi-kondisi yang tidak diobati lagi, dan

mengurangi kemungkinan untuk mengalami dampak neurologis jangka

panjang misalnya tuli atau ketidakmampuan untuk belajar. Fisioterapi dan

rehabilitasi juga diberikan untuk mencegah dan mengurangi cacat.

21

Page 22: Laporan Meningitis Sulasni atma desi

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ketepatan dalam mendiagnosa dan kecepatan pemeberian terapi yang

adekuat dapat menekan angka mortalitas serta gejala sisa yang timbul

kemudian. Penyakit ini dapat dicegah dengan memperhatikan faktor

epidemiologi dan pemberian vaksinasi serta chemoprofilaksis pada individu

dengan resiko tinggi.

22

Page 23: Laporan Meningitis Sulasni atma desi

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Apa Itu Meningitis. URL : http://www.bluefame.com/lofiversion/indexphp/t47283.html

Anonim, 2010. Meningitis available at http://www meningitis-fix.html diakses pada bulan November 2010

Bagbei Laily 1990, Infectectious Diseases, Nelson Essentials of Pediatric, halaman 284-308. Diakses tanggal 19 Desember 2011

Betz L dan Sowden A Linda 1999, keperawatan pedaitri, Penerbit buku kedokteran ECC, Jakarta. Halaman 316-321. Diakses tanggal 19 Desember 2011

Ellenby, Miles., Tegtmeyer, Ken., Lai, Susanna., and Braner, Dana. 2006. Lumbar Puncture.

The New England Journal of Medicine. 12 : 355 URL : http://content.nejm.org/cgi/reprint/355/13/e12.pdf

Harsono. 2003. Meningitis. Kapita Selekta Neurologi. 2 URL : http://www.uum.edu.my/medic/meningitis.htm

Japardi, Iskandar. 2002. Meningitis Meningococcus. USU digital library URL :http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi23.pdf

Quagliarello, Vincent J., Scheld W. 1997. Treatment of Bacterial Meningitis. The New England

Journal of Medicine. 336 : 708-16 URL : http://content.nejm.org/cgi/reprint/336/10/708.pdf

Yayasan Spiritia. 2006. Meningitis Kriptokokus. Lembaran Informasi 503. URL :http://spiritia.or.id/li/bacali.php?lino=503

23