laporan magang yuni ristiani

140
GAMBARAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) BERDASARKAN HASIL IDENTIFIKASI BAHAYA DI BAGIAN PEST CONTROL DIVISI BOGASARI FLOUR MILLS PT.INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK TAHUN 2011 LAPORAN MAGANG OLEH : Yuni Ristiani NIM : 107101001473 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2011 M

Upload: adnanrifaie

Post on 10-Aug-2015

625 views

Category:

Documents


90 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Magang Yuni Ristiani

GAMBARAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) BERDASARKAN HASIL

IDENTIFIKASI BAHAYA DI BAGIAN PEST CONTROL DIVISI BOGASARI

FLOUR MILLS PT.INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK TAHUN 2011

LAPORAN MAGANG

OLEH :

Yuni Ristiani

NIM : 107101001473

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/2011 M

Page 2: Laporan Magang Yuni Ristiani

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

Magang, April 2011

Yuni Ristiani, NIM : 107101001473

GAMBARAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) BERDASARKAN HASIL

IDENTIFIKASI BAHAYA DI BAGIAN PEST CONTROL DIVISI BOGASARI

FLOUR MILLS PT.INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK TAHUN 2011

xii + 126 halaman, 7 tabel, 9 gambar, 3 bagan, 5 lampiran

ABSTRAK

PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Divisi Bogasari Flour Mills merupakan

perusahaan produksi tepung terigu, pasta, dan hasil produksi lainnya seperti bran

pollard dan makanan ternak. Pest control merupakan suatu subdepartemen dari

production facility yang bertugas dalam pengendalian dan pemberantasan hama.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan antara lain adalah pengasapan (fogging),

penyemprotan (spraying), dan penggasan (fumigasi).

Kegiatan magang ini dilakukan di department security dan safety PT.

Indofood Sukses Makmur, Tbk Divisi Bogasari Flour Mills dan dilakukan selama 26

hari kerja dimulai pada tanggal 1 Februari–28 Februari 2011. Penulis melakukan

pengamatan di bagian pest control dengan cara pengumpulan data sekunder,

wawancara, dan observasi lapangan.

Kegiatan yang dilakukan adalah pelaksanaan fogging dan spraying serta

fumigasi. Potensi bahaya yang ada adalah bahaya kebakaran atau ledakan, terpapar

bahan kimia, menghirup bahan kimia saat pencampuran, terpapar asap fogging dan

cairan spraying, kebisingan, terjatuh di lantai yang sama, terjatuh dari tempat tinggi,

tertimpa benda jatuh, terpapar gas fumigan, terjebak, mata terkena cairan spraying,

badan terpapar asap fogging dan cairan spraying dan terhirup debu dengan

pengendalian secara engineering yaitu pelaksanaan sistem Log Out-Tag Out, sistem

izin kerja ruang terbatas, pembersihan area, dan pemasangan pagar pembatas. Secara

administratif dengan penerapan shift kerja, rotasi kerja, training dan safety induction.

Dan pengendalian dengan pemakaian APD. Jenis APD yang disediakan antara lain

half-face respirator, full-face respirator, baju pelindung, sarung tangan karet,

earplug, safety shoes, safety belt/body harness,dan topi pelindung dimana jenis APD

tersebut sudah sesuai dengan potensi bahaya yang ada kecuali untuk topi pelindung

dan earplug. Penyimpanan dan pemeliharaan APD dibagi menjadi dua, yaitu oleh

Page 3: Laporan Magang Yuni Ristiani

pekerja (kacamata keselamatan (goggles), safety shoes, baju pelindung, earplug,

sarung tangan karet, dan topi pelindung) dan oleh perusahaan (half-face respirator

dan full-face respirator dan safety belt/body harness). Pelatihan pemakaian APD

telah dilakukan tetapi belum secara rutin. Pengawasan pemakaian APD dilakukan

dengan cara observasi.

Adapun saran yang diberikan adalah pengawasan terhadap pemakaian APD

terus dilakukan, melakukan pengawasan terhadap kelengkapan APD,

mempertimbangkan kualitas APD dalam penyediaannya, memberikan sanksi dan

reward bagi pekerja, melakukan pembinaan dan pelatihan secara berkala, dan

melakukan pengawasan terhadap proses pekerjaan dan pekerja.

Daftar bacaan : 20 (1970-2010)

Page 4: Laporan Magang Yuni Ristiani

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Judul Magang

GAMBARAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) BERDASARKAN HASIL

IDENTIFIKASI BAHAYA DI BAGIAN PEST CONTROL DIVISI BOGASARI

FLOUR MILLS PT.INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK TAHUN 2011

Telah disetujui, diperiksa, dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Magang

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 10 Mei 2011

Mengetahui

Iting Shofwati, ST, MKKK Diharto, SH

Pembimbing Fakultas Manager

Security & Safety Dept.

Page 5: Laporan Magang Yuni Ristiani

PANITIA SIDANG UJIAN MAGANG

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Jakarta, Mei 2011

Penguji I,

Raihana Nadra Alkaff, M, MA

Penguji II,

Teten Abdullah, SE

Page 6: Laporan Magang Yuni Ristiani

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA DIRI

Nama : Yuni Ristiani

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 09 Juni 1989

Alamat : Jl. Sukarela Rt. 002 Rw. 03 No. 28

Peninggilan Ciledug Tangerang

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Telepon/Handphone : 08561967787

Email : [email protected]

RIWAYAT PENDIDIKAN

1995 – 1998 SD Negeri 01 Kebon Jeruk

1998 – 2001 SD Negeri 04 Peninggilan

2001 – 2004 MTs. Jam‘iyyah Islamiyyah

2004 – 2007 SMA Yadika 5 Joglo

2007 – sekarang S1 – Kesehatan Masyarakat Peminatan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 7: Laporan Magang Yuni Ristiani

KATA PENGANTAR

بسن ا هلل ا لرحمن ا لر حين

ا لسال م عليكن ورحمة ا هلل و بر كا ته

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang,

puji dan syukur saya ucapkan kepada Illahi Rabbi yang selalu memberikan

kenikmatan yang tak terhingga kepada kita semua. Dengan memanjat rasa syukur

atas segala nikmat dan rahmat-Nya hingga laporan magang yang berjudul

―Gambaran Alat Pelindung Diri (APD) Berdasarkan Hasil Identifikasi Bahaya di

Bagian Pest Control Divisi Bogasari Flour Mills PT.Indofood Sukses Makmur, Tbk

Tahun 2011‖ ini dapat tersusun dengan baik. Sholawat dan salam selalu tercurah

kepada baginda besar Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya dari

zaman kegelapan ke zaman terang benderang seperti saat ini.

Penulis laporan magang ini semata-mata bukanlah hasil usaha penulis

melainkan banyak pihak yang telah memberikan bantuan berupa doa, semangat,

motivasi, bimbingan, dan petunjuk yang akhirnya penulis dapat menyelesaikan

laporan magan ini. Dan penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Terima Kasih kepada My Lovely Family, kedua orang tua yang telah

meberikan perhatian dan kasih sayangnya serta doa yang sangat luar biasa

kepada saya, dan adik-adikku tersayang.

2. dr. Yuli Prapanca Satar, MARS selaku kepala program studi kesehatan

masyarakat yang mana senantasa berusaha agar prodi kesmasselalu menjadi

yang terbaik.

3. Iting Shofwati, ST,MKKK selaku dosen pembimbing yang senantiasa

membimbing meskipun disaat cuti melahirkan. Terima kasih atas kesabaran

dan waktu yang telah diberikan.

4. Bapak Ghozali yang selalu bersedia mengantar hasil revisi laporan ke rumah

Bu Iting.

Page 8: Laporan Magang Yuni Ristiani

5. Bapak Diharto, SH selaku manager security and safety department yang

selalu membimbing pada saat melakukan magang selama satu bulan.

6. Bapak Muslich Riza, SKM yang juga membimbing penulis selama sebulan di

Bogasari.

7. Untuk Pak Wasiran, Pak Tonny, Pak Pemilianto, Pak Agus, Pak Nurrahmat,

Pak Eko yang bersedia didampingi oleh penulis setiap hari saat melakukan

inspeksi.

8. Pak Teten Abdullah, SE an Ibu Raihana Nadra Alkaff M, MA yang telah

bersedia datang menguji saat ujian magang.

9. Pak Joko dan seluruh pekerja di bagian Pest Control yang tidak dapat

disebutkan satu persatu.

10. Siska Yuniati dan Septi Harvita yang selama satu bulan tinggal bersama di

kos bersama penulis.

11. Sahabat saya M. Arbi Ramadhan, Tamalia Rahmi F, Siska Yuniati, Pipit

Bhayangkari, dan Septi Harvita atas dukungannya dan mudah-mudahankita

lulus bareng-bareng dan sukses ya teman-teman, Amin.

12. Untuk Muhammad Iqbal yang selalu memberi dukungan setiap saat.

13. Untuk teman-teman K3 2007 semoga kita bisa wisuda tahun ini ya teman-

teman.

Dengan memanjatkan doa kepada Allah SWT, penulis berharap

semua kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT.

Amin. Semoga laporan magang ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca

pada umumnya.

و ا لسال م عليكن ورحمة ا هلل و بر كا ته

Jakarta, Mei 2011

Penulis

Page 9: Laporan Magang Yuni Ristiani

DAFTAR ISI

ABSTRAK............................................................................…………………...…...........i

PERNYATAAN PERSETUJUAN.................................................................................iii

PERNYATAAN PENGUJI............................................................................………....iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP.........................................................................................v

KATA PENGANTAR. ............................................................................……….……..vi

DAFTAR ISI............................................................................………………......…....viii

DAFTAR TABEL............................................................................………..................xiii

DAFTAR GAMBAR. ............................................................................……...............xiv

DAFTAR BAGAN............................................................................………..................xv

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................…….............xvi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................………1

1.1 Latar Belakang................................................................……………..........1

1.2 Tujuan ....................................................……………….............................5

1.2.1 Tujuan Umum.................................................................................5

1.2.2 Tujuan Khusus............................................... …………….............5

1.3 Manfaat Magang......................................................………………..............6

1.4 Ruang Lingkup Magang................................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ..........................................................…….................8

2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja kerja..........................................…......8

2.1.1 Definisi……………………………...............................................8

2.1.2 Kecelakaan Kerja....................................................…….............8

2.1.3 Klasifikasi Kecelakaan Kerja....................................………...........9

2.2 Pestisida................................................................................…………....10

2.2.1 Definisi ………...................................................…………….....10

2.3 Pest control........................................................................……………...11

2.3.1 Definisi Pest control......................................……………….......11

2.3.2 Kegiatan-kegiatan yang dilakukan Pest control ..........................12

2.4 Bahaya...........................................................…………………………...12

Page 10: Laporan Magang Yuni Ristiani

2.4.1 Definisi Bahaya.............................................…………...............12

2.4.2 Jenis-jenis Bahaya............................................…………............13

2.4.3 Sumber Bahaya................................................…………….........15

2.4.4 Pengendalian Bahaya.................................. ……………….........16

2.5 Risiko..........................................................................……….…….........17

2.5.1 Definisi Risiko..................................... ……................................17

2.5.2 Metode Identifikasi Risiko...........................................................18

2.6 Alat Pelindung Diri (APD) ......................................……………………20

2.6.1 Definisi APD.....................................................…………………20

2.6.2 Dasar Hukum Tentang APD........................................……….... 21

2.6.3 Pertimbangan Pemilihan APD........................... …………..…....23

2.6.4 Penggolongan APD berdasarkan bagian tubuh yang dilindungi. 23

2.6.5 Jenis-jenis APD..........................................................…………..24

2.6.6 Alat-Alat Pelindung Diri Menurut Keperluannya……………….33

2.7 Pemeliharaan APD..............................................……………………….38

2.8 Penyimpanan APD......................................................…………….……38

2.9 Pengawasan APD..................................................……………………...38

2.10 Training atau pelatihan APD............................................................…...39

BAB III ALUR DAN JADWAL KEGIATAN MAGANG................................…....36

3.1 Alur Kegiatan Magang..................................................………………...41

3.2 Jadwal Kegiatan Magang........................................................……….....43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................………...............42

4.1 Gambaran PT. ISM Tbk Divisi Bogasari Flour Mills..................……......47

4.1.1 Sejarah PT. ISM Tbk Divisi Bogasari Flour Mills................………47

4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan..................................................................50

4.1.3 Fasilitas Pabrik.....................................................………………….51

4.1.4 Kepegawaian dan Sistem Shift...................................................…..52

4.1.5 Gambaran Unit Security and Safety Department....……… ……….53

4.1.6 Sistem Manajemen K3 PT. ISM Tbk Divisi Bogasari Flour Mills...56

4.1.7 Gambaran Subdepartment Pest control …………………………....57

4.1.8 Kegiatan-kegiatan yang dilakukan Subdepartment Pest control .…58

4.1.9 Bahan-Bahan Pestisida Yang Digunakan Pest control.....................65

Page 11: Laporan Magang Yuni Ristiani

4.2 Pelaksanaan Identifikasi Bahaya di Pest control........................................67

4.3 Gambaran penerapan pengendalian yang dilakukan pada bagian pest control

……………………………………………………………...…............…67

4.4 Potensi Bahaya pada Bagian Pest control ........................ ………………69

4.4.1 Fogging dan spraying.....................................................................69

4.4.2 Fumigasi.........................................................……………….……81

4.5 Jenis-Jenis APD Yang Digunakan di Bagian Pest Control……………..…..91

4.5.1 Topi Pelindung.................................................................…….…..91

4.5.2 Kacamata (Safety Goggles) ...........………………........................93

4.5.3 Pelindung Telinga (earplug) ................................................ ….…95

4.5.4 Pelindung Tangan..................................................…………….....96

4.5.5 Pelindung Pernapasan............................................……………….98

4.5.6 Sepatu Safety........................................................…………….....100

4.5.7 Pelindung Tubuh..............................................……………..…...102

4.5.8 Sabuk Keselamatan (Safety Belt)……… ……………………......103

4.6 Kesesuaian Jenis APD Berdasarkan Hasil Identifikasi Bahaya………....104

4.7 Pemeliharaan APD di subdepartment pest control……………………...110

4.8 Penyimpanan APD di subdepartment pest control ……………………....115

4.9 Pengawasan APD di subdepartment pest control ...……………….….....118

4.10 Pelatihan pemakaian APD di subdepartment pest control……………......119

BAB V SIMPULAN DAN SARAN……………………………………………….......121

5.1 Simpulan ……………………………………………………………….....121

5.2 Saran ……………………………………….……………….....................125

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 12: Laporan Magang Yuni Ristiani

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

2.1 Alat-Alat Pelindung Diri Menurut Keperluannya 34

3.1 Jadwal Kegiatan Magang di PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk

Divisi Bogasari Flour Mills

43

4.1 Jumlah Karyawan Berdasarkan Jenis Kelamin 52

4.2 Shift Kerja 53

4.3 Bahan-bahan pestisidayang digunakan pada pekerjaan Pest

Control

66

4.4 Potensi Bahaya Pada Pekerjaan Fogging dan Spraying PT.

Indofood Sukses Makmur, Tbk Divisi Bogasari Flour Mills

Tahun 2011

70

4.5 Potensi Bahaya Pada Pekerjaan Fumigasi PT. Indofood Sukses

Makmur Tbk Divisi Bogasari Flour Mills Tahun 2011

83

Page 13: Laporan Magang Yuni Ristiani

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

4.1 Topi Pelindung 93

4.2 Goggles 94

4.3 Earplug 96

4.4 Sarung Tangan Berbahan Karet 98

4.5 Half-face respirator, Full-face Respirator, dan catridge 100

4.6 Safety Shoes 102

4.7 Baju dan Celana 103

4.8 Safety Belt 104

4.9 Safety helmet 106

Page 14: Laporan Magang Yuni Ristiani

DAFTAR BAGAN

3.1 Alur Kegiatan Magang 41

4.1 Struktur Organisasi Safety & Security Department PT. Indofood

Sukses Makmur Tbk Divisi Bogasari Flour Mills

56

4.2 Struktur Organisasi Subdepartment Pest Control PT. Indofood

Sukses Makmur Tbk Divisi Bogasari Flour Mills

58

Page 15: Laporan Magang Yuni Ristiani

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Praktek Kerja Lapangan

Lampiran 2 Surat Pernyataan Penerimaan Magang

Lampiran 3 Sertifikat Hasil Magang

Lampiran 4 Material Safety Data Sheet

Lampiran 5 Daftar Pertanyaan Mengenai APD

Page 16: Laporan Magang Yuni Ristiani

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai suatu disiplin ilmu yang luas

dengan banyak spesialisasi yang diterapkan, sebagai upaya pemeliharaan dan

peningkatan derajat fisik, mental, dan sosial pekerja pada setiap jenis pekerjaan,

mencegah munculnya dampak buruk terhadap kesehatan pekerja yang

disebabkan kondisi kerja terhadap pekerja (ILO, 1996).

Indonesia hingga saat ini masih memiliki tingkat keselamatan kerja yang

rendah jika dibandingkan dengan negara-negara maju yang telah sadar betapa

penting regulasi dan peraturan tentang keselamatan dan kesehatan kerja ini

untuk diterapkan. Kesadaran akan hal ini masih sangat rendah baik itu mulai dari

pekerja hingga perusahaan atau pemilik usaha. Regulasi ini sangat penting untuk

dilaksanakan dan dipatuhi dalam dunia kerja karena dapat mendatangkan

manfaat yang positif untuk meningkatkan produktivitas pekerja dan mampu

meningkatkan probabilitas usia kerja karyawan dari suatu perusahaan menjadi

lebih panjang.

Menurut Estimasi International Labour Organization (ILO), sebanyak 2

juta pekerja meninggal akibat kecelakaan kerja tiap tahunnya. Dari jumlah ini,

354.000 orang mengalami kecelakaan fatal. Disamping itu, setiap tahunnya ada

270 juta pekerja yang mengalami kecelakaan akibat kerja dan 160 juta terkena

penyakit akibat kerja (PAK). Biaya yang harus dikeluarkan untuk bahaya-

bahaya akibat kecelakaan kerja ini amat besar. ILO memperkirakan kerugian

Page 17: Laporan Magang Yuni Ristiani

yang dialami sebagai akibat kecelakaan-keselakaan kerja setiap tahunnya

mencapai lebih dari US$ 1.25 triliun atau sama dengan 4% dari Produk

Domestik Bruto.

Dengan makin meningkatnya perkembangan industri dan perubahan secara

global dibidang pembangunan secara umum di dunia, Indonesia juga melakukan

perubahan-perubahan dalam pembangunan baik dalam bidang teknologi maupun

industri. Dengan adanya perubahan tersebut maka konsekuensinya terjadi

perubahan pola penyakit/kasus-kasus penyakit karena hubungan dengan

pekerjaan. Seperti faktor mekanik (proses kerja, peralatan), faktor fisik (panas,

bising, radiasi) dan faktor kimia. Masalah gizi pekerja juga merupakan hal yang

sangat penting yang perlu diperhatikan, stress, penyakit jantung, tekanan darah

tinggi dan lain-lainnya. Perubahan ini banyak tidak disadari oleh pengelola

tempat kerja atau diremehkan. Atau walaupun mengetahui pendekatan

pemecahan masalahnya hanya dari segi kuratif dan rehabilitatif saja tanpa

memperhatikan akan pentingnya promosi dan pencegahan.

Penggunaan pestisida dalam pembangunan di berbagai sektor seperti

pertanian, kesehatan masyarakat, perdagangan dan industri semakin meningkat.

Pestisida terbukti mempunyai peranan yang penting dalam peningkatan

kesejahteraan rakyat. Pada bidang pertanian termasuk pertanian rakyat maupun

perkebunan yang dikelola secara profesional dalam skala besar menggunakan

pestisida yang sebagian besar adalah golongan organofosfat. Demikian pula

pada bidang kesehatan masyarakat pestisida yang digunakan sebagian besar

adalah golongan organofosfat. Karena golongan ini lebih mudah terurai di alam.

Penggunaan pestisida di bidang pertanian saat ini memegang peranan penting.

Page 18: Laporan Magang Yuni Ristiani

Sebagian besar masih menggunakan pestisida karena kemampuannya untuk

memberantas hama sangat efektif. Pestisida adalah bahan yang beracun dan

berbahaya, yang bila tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak

negatif yang tidak diinginkan. Dampak negatif tesebut akan menimbulkan

berbagai masalah baik secara langsung ataupun tidak, akan berpengaruh

terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia seperti keracunan. Dampak

negatif yang terjadi dari penggunaan pestisida pada pengendalian hama adalah

keracunan, khususnya para pekerja yang sering/intensif menggunakan pestisida

yang selama pekerjaannya terpapar dengan bahan pestisida.

Untuk mencegah maupun mengurangi terjadinya Penyakit Akibat Kerja

(PAK) pada sektor pest control, maka perlu diutamakan adanya perlindungan

tenaga kerja melalui usaha-usaha teknis pengamanan tempat, peralatan dan

lingkungan kerja. Namun kadang-kadang keadaan bahaya masih belum dapat

dikendalikan sepenuhnya, sehingga digunakan Alat Pelindung Diri (APD).

Menurut OSHA atau Occupational Safety and Health Administration,

Personal Protective Equipment atau Alat Pelindung Diri (APD) didefinisikan

sebagai alat yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit

yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya (hazards) di tempat kerja,

baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya.

Dalam hirarki hazard control atau pengendalian bahaya, penggunaan alat

pelindung diri merupakan metode pengendali bahaya paling akhir. Artinya,

sebelum memutuskan untuk menggunakan APD, metode-metode lain harus

dilalui terlebih dahulu, dengan melakukan upaya optimal agar bahaya atau

Page 19: Laporan Magang Yuni Ristiani

hazard bisa dihilangkan atau paling tidak dikurangi. Sehingga angka kecelakaan

kerja di tempat kerja berkurang.

PT. Indofood Sukses Makmur Tbk Divisi Bogasari Flour Mills merupakan

perusahaan industri yang bergerak di bidang produksi gandum (wheat). Ada tiga

jenis gandum yang diproduksi di Bogasari, yaitu Hard Wheat, Soft Wheat, dan

Durum Wheat yang mana kemudian gandum-gandum tersebut diproduksi

menjadi tepung terigu, pasta, dan bahan pakan terneak (pellet).

Untuk menjaga kualitas hasil produksi yang baik dan layak untuk dijual ke

pasaran, maka Bogasari juga memiliki bagian pest control yang bekerja untuk

mencegah serta membasmi hama-hama yang dapat merusak hasil-hasil produksi

tersebut. Pekerjaan yang dilakukan pada subdepartment tersebut antara lain yaitu

pengasapan (fogging), penyemprotan (spraying), dan fumigasi yang mana dalam

proses pekerjaannya menggunakan bahan kimia sebagai bahan dasarnya yang

dapat menimbulkan bahaya bagi para pekerjanya. Dalam proses pelaksanaan

pest control terdapat pekerjaan yang memiliki beberapa risiko untuk terjadinya

kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, diantaranya bahaya terpapar bahan

kimia, bahaya kejatuhan benda, bahaya terjatuh dari tempat tinggi, kebakaran

atau ledakan, area berdebu, dan kebisingan. Oleh karena itu, penulis ingin

mengetahui bagaimana gambaran Alat Pelindung Diri (APD) berdasarkan hasil

identifikasi risiko bagian pest control divisi bogasari flour mills PT.Indofood

Sukses Makmur, Tbk tahun 2011.

Page 20: Laporan Magang Yuni Ristiani

1.2 Tujuan

1.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari kegiatan magang ini adalah untuk mengetahui

gambaran Alat Pelindung Diri (APD) berdasarkan hasil identifikasi bahaya

bagian pest control divisi bogasari flour mills PT. Indofood Sukses

Makmur, Tbk Tahun 2011.

1.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya Gambaran Umum Perusahaan, Unit K3, pest control, dan

kegiatannya pada Divisi Bogasari Flour Mills PT. Indofood Sukses

Makmur, Tbk Tahun 2011.

2. Diketahuinya potensi bahaya serta pengendaliannya pada bagian pest

control Divisi Bogasari Flour Mills PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk

Tahun 2011.

3. Diketahuinya jenis-jenis alat pelindung diri yang digunakan pada

bagian pest control Divisi Bogasari Flour Mills PT. Indofood Sukses

Makmur, Tbk Tahun 2011.

4. Diketahuinya kesesuaian jenis alat pelindung diri berdasarkan hasil

identifikasi bahaya bagian pest control Divisi Bogasari Flour Mills PT.

Indofood Sukses Makmur, Tbk Tahun 2011.

5. Diketahuinya pemeliharaan alat pelindung diri pada pekerja bagian pest

control Divisi Bogasari Flour Mills PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk

Tahun 2011.

Page 21: Laporan Magang Yuni Ristiani

6. Diketahuinya penyimpanan alat pelindung diri pada pekerja bagian pest

control Divisi Bogasari Flour Mills PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk

Tahun 2011.

7. Diketahuinya pengawasan alat pelindung diri pada pekerja bagian pest

control Divisi Bogasari Flour Mills PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk

Tahun 2011.

8. Diketahuinya pelatihan alat pelindung diri pada pekerja bagian pest

control Divisi Bogasari Flour Mills PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk

Tahun 2011.

1.3 Manfaat Magang

1.3.1 Bagi Mahasiswa

Dapat memperoleh pengetahuan tentang bagaimana gambaran alat

pelindung diri di suatu perusahaan

1.3.2 Bagi Fakultas

Dapat memberikan masukan untuk perkembangan ilmu pengetahuan

terutama dalam bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja dengan

mengetahui bagaimana gambaran alat pelindung diri di suatu

perusahaan

1.3.3 Bagi Institusi Magang

Dapat menjadi bahan masukan dan informasi dalam hal pemakaian

APD demi meningkatkan kualitas dan kinerja serta mengurangi risiko

terjadinya bahaya.

Page 22: Laporan Magang Yuni Ristiani

1.4 Ruang Lingkup Magang

Kegiatan magang dilaksanakan oleh mahasiswa semester VIII Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat

Peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Kegiatan ini dilakukan di PT. Indofood Sukses Makmur

Tbk Divisi Bogasari Flour Mills Cilincing, Tanjung Priuk yang dilaksanakan

pada tanggal 1-28 Februari 2011. Kegiatan magang ini sebagai salah satu mata

kuliah wajib Program Studi Kesehatan Masyarakat dengan bobot 3 (tiga) SKS

tujuannya agar mahasiswa dapat belajar secara langsung dengan mempelajari

dan mengamati bagaimana gambaran pemakaian alat pelindung diri (APD)

pada pekerja dengan cara pengumpulan data secara primer dan sekunder.

Pengumpulan data secara primer dilakukan dengan metode wawancara, dan

observasi lapangan. Penulis melakukan pengamatan di subdepartment pest

control untuk melihat bagaimana gambaran pemakaian APD pada pekerja.

Page 23: Laporan Magang Yuni Ristiani

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja

2.1.1 Definisi

Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah sarana utama untuk

mencegah kecelakaan kerja, baik kecelakaan yang mengakibatkan

kerugian yang bersifat langsung ataupun tidak langsung. Adapun

kecelakaan yang bersifat langsung dapat berupa luka ringan (memar,

lecet, pendarahan ringan dan lain-lain) ataupun luka berat (luka

tebuka, putus jari, pendarahan berat dan lain-lain) dan kematian

sedangkan kerugian yang bersifat tidak langsung dapat berupa

kerusakan mesin, proses produksi terhenti, kerusakan pada lingkungan

dan biaya yang cukup besar yang harus dikeluarkan perusahaan akibat

dari kecelakaan kerja. (Suma‘mur,1981).

2.1.2 Kecelakaan Kerja

Kecelakaan adalah kejadian yang tak terduga dan tidak

diharapkan. Tak terduga, oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak

terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan.

Tidak diharapkan oleh karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian

material ataupun penderitaan yang paling ringan sampai kepada yang

paling berat. Sedangkan kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan

yang terjadi dalam hubungan kerja atau sedang melakukan pekerjaan

Page 24: Laporan Magang Yuni Ristiani

di suatu tempat kerja. Kadang-kadang kecelakan akibat kerja

diperluas ruang lingkupnya, sehingga meliputi juga kecelakaan-

kecelakaan tenaga kerja yang terjadi pada saat perjalanan atau

transport ke dan dari tempat kerja. (Suma‘mur, 1994)

2.1.3 Klasifikasi Kecelakaan kerja

Klasifikasi kecelakaan akibat kerja menurut jenis kecelakaan

adalah sebagai berikut:

a. Terjatuh

b. Tertimpa benda jatuh

c. Tertumbuk atau terkena benda-benda, terkecuali benda

jatuh

d. Terjepit oleh benda

e. Gerakan-gerakan melebihi kemampuan

f. Pengaruh suhu tinggi

g. Terkena arus listrik

h. Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi

i. Jenis-jenis lain, termasuk kecelakaan-kecelakaan yang

data-datanya tidak cukup atau kecelakaan-kecelakaan lain

yang belum masuk klasifikasi tersebut (Organisasi

Perburuhan Internasional, 1962).

Page 25: Laporan Magang Yuni Ristiani

2.2 Pestisida

2.2.1 Definisi

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1973 yang

dimaksud dengan Pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain

serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk:

a. Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit

yang merusak tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-

hasil pertanian

b. Memberantas hama air

c. Memberantas atau mencegah binatang-binatang atau jasad

renik dalam rumah , bangunan dan alat-alat pengangkutan.

d. Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang

dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan binatang

yang perlu dilindungi dengan menggunakan pada tanah,

air dan tanaman.

Menurut The United States Environmental Pesticide Control

Act, pestisida adalah:

a. Semua zat atau campuran zat yang khusus digunakan

untuk mengendalikan, mencegah, atau menangkis

gangguan serangga, binatang mengerat, nematoda, gulma,

virus, bakteri, jasad renik yang dianggap hama, kecuali

virus, bakteri atau jasad renik lainnya yang terdapat pada

manusia dan binatang.

Page 26: Laporan Magang Yuni Ristiani

b. Semua zat atau campuran zat yang khusus digunakan

untuk mengatur pertumbuhan tanaman atau pengering

tanaman.

2.3 Pest Control

2.3.1 Definisi Pest Control

Pest control merupakan suatu pekerjaan jasa dalam

pengendalian serangga yang keberadaannya tidak kita kehendaki.

Adapun serangga yang dikendalikan terdiri dari 2 macam yaitu:

a. Serangga bersayap (flying insect) seperti nyamuk, lalat

kecoa, ngengat dan lain-lain.

b. Serangga merayap (crawling insect) seperti semut, kutu,

laba-laba, kelabang dan lain-lain.

Serangga-serangga di atas selain dapat mengganggu

kenyamanan juga dapat menjadi penular penyakit dan membuat hasil

pertanian menjadi rusak. Oleh karena itu perlu dilakukan pekerjaan

pest control untuk memberantas dan menanggulangi gangguan

hama/serangga tersebut.

Dalam pest control serangga dikendalikan sejak di tempat

pembiakan (perindukan), tempat transit atau istirahat, dan di tempat

mencari makanannya. Kebersihan dan sanitasi yang yang baik,

diperlukan untuk menekan perkembangbiakan. Sedangkan

pengendaliannya dilakukan dengan menggunakan insektisida untuk

Page 27: Laporan Magang Yuni Ristiani

mematikan serangga sasaran. Dosis yang tepat dan rotasi penggunaan

insektisida menjamin keberhasilan yang baik dan mencegah terjadinya

resistensi atau kekebalan pada serangga

2.3.2 Kegiatan-kegiatan yang dilakukan Pest Control

Tindakan pengendalian yang biasanya dilakukan oleh pest

control adalah penyemprotan (spraying), pengembunan (misting),

pengasapan (fogging), pengumpanan (baiting), pemberian bubuk

(dusting), serta penggasan (fumigation). Tindakan pengendalian juga

melibatkan penggunaan bahan kimia beracun (pestisida) sehingga hal

ini menyebabkan tidak sembarang orang dapat melakukan kegiatan

pest control . Hanya orang terlatih dan terdaftar yang dapat

mengaplikasikan pestisida dengan cara dan dosis yang benar pada

waktu yang tepat.

2.4 Bahaya

2.4.1 Definisi Bahaya

Menurut Suma‘mur (1981) bahaya adalah jenis sumber atau

situasi yang mempunyai daya potensial yang dapat menyebabkan

untuk mengakibatkan cidera atau gangguan kesehatan, kerusakan alat,

kerusakan lingkungan ditempat kerja atau kontribusi dari hal-hal

tersebut.

Page 28: Laporan Magang Yuni Ristiani

2.4.2 Jenis-jenis bahaya

Menurut Supriyadi (2005), berdasarkan kelompoknya, bahaya

dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Health Hazard (Bahaya Kesehatan)

Health hazard merupakan suatu bahaya yang terdapat di

lingkungan kerja yang mempunyai potensi untuk menimbulkan

terjadinya gangguan kesehatan, kesakitan, dan penyakit akibat

kerja. Ciri-ciri health hazard antara lain:

a. Mempunyai potensi untuk menimbulkan kesakitan,

gangguan kesehatan, dan penyakit akibat kerja.

b. Berada di lingkungan kerja dan memajan pekerja

selama bekerja.

c. Umumnya dalam konsentrasi rendah.

d. Bersifat kronik.

e. Mempertimbangkan aspek besaran, konsentrasi, dan

dosis.

Kelompok health hazard antara lain:

a. Physical hazard, yaitu bahaya yang berupa energi

seperti kebisingan, radiasi, temperatur ekstrim,

pencahayaan, getaran, tekanan udara, dan sebagainya.

Page 29: Laporan Magang Yuni Ristiani

b. Chemical hazard, yaitu bahaya yang berupa bahan

kimia baik dalam bentuk gas, cair, maupun padat yang

mempunyai sifat toksik, beracun iritan, asphxian, dan

patologik.

c. Biological hazard, yaitu bahaya yang berasal dari

mikroorganisme khususnya yang patogen (dapat

menimbulkan kesehatan).

d. Ergonomi, yaitu bahaya yaang dapat menimbulkan

gangguan kesehatan sebagai akibat dari ketidaksesuaian

antara desain kerja dengan pekerja.

2. Safety Hazard ( Bahaya Keselamatan)

Bahaya keselamatan atau safety hazard merupakan bahaya

yang terdapat di tempat kerja yang berpotensi menimbulkan

insiden, injury, baik pada manusia maupun pada proses kerja.

Ciri-ciri safety hazard antara lain:

a. Berpotensi untuk menimbulkan injury, cacat, gangguan

pada proses, dan kerusakan alat.

b. Memajan bahaya hanya pada saat terjadinya kontak.

c. Dampak yang ditimbulkan langsung terlihat.

Kelompok safety hazard antara lain:

Page 30: Laporan Magang Yuni Ristiani

a. Mechanical hazard, yaitu bahaya yang terdapat pada benda-

benda atau proses yang bergerak yang dapat menimbulkan

dampak seperti tertusuk, tergores, tersayat, dan terbentur.

b. Chemical hazard, yaitu bahaya dari bahan kimia dalam

bentuk gas, cair, maupun padat yang mempunyai sifat

mudah terbakar, mudah meledak, dan korosif.

c. Electrical hazard, yaitu bahaya yang berasal dari arus

listrik.

2.4.3 Sumber Bahaya

Sumber bahaya khususnya terhadap keselamatan dan kesehatan

kerja di perusahaan akan selalu dijumpai, antara lain berupa (Supriyadi,

2005):

1. Bahaya fisik: bising, cahaya, suhu, getaran, dan debu.

2. Bahaya kimia: pelarut, asam, basa, logam berat, dan gas.

3. Bahaya biologi: hewan, tumbuhan, bakteri, jamur, dan virus.

4. Bahaya ergonomi: desain, sikap, cara, dan sistem kerja.

5. Stessor: kejemuan, monoton, dan beban kerja.

6. Peralatan dan mesin produksi.

7. Listrik, kebakaran, dan peledakan.

8. House keeping.

9. Sistem manajemen perusahaan.

10. Manusia: interaksi, perilaku, dan kondisi fisik.

Page 31: Laporan Magang Yuni Ristiani

2.4.4 Pengendalian Bahaya

Pengendalian bahaya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dilakukan

dengan berbagai macam metode, yaitu salah satunya dikendalikan dengan

hirarki pengendalian:

1. Eliminasi

Menghilangkan bahaya dari tempat kerja seperti mengilangkan

peralatan kerja atau prasarana yang dapat menimbulkan bahaya

2. Substitusi

Bila bahaya tidak dapat dihilangkan sama sekali, maka dapat

dilakukan metode pengendalian bahaya yang lainnya yaitu

substitusi, yaitu mengganti sumber yang berbahaya dengan

sumber lain yang bahayanya lebih rendah.

3. Engineering control

Melakukan isolasi terhadap sumber yang berbahaya tidak kontak

dengan pekerja

4. Adminstratif control

Pengendalian bahaya dengan melakukan modifikasi pada

interaksi pekerja dengan lingkungan kerja, seperti rotasi kerja,

pelatihan, pengembangan standar kerja (SOP), shift kerja, dan

housekeeping.

Page 32: Laporan Magang Yuni Ristiani

5. Alat Pelindung Diri

Merupakan alat atau sarana yang digunakan oleh pekerja yang

melekat pada tubuh pekerja dengan tujuan untuk melindungi

sebagian atau seluruh tubuh pekerja pada saat melaksanakan

pekerjaan dari kemungkinan terpajan oleh bahaya yang melebihi

batas yang diperbolehkan. Penggunaan APD ini merupakan tahap

akhir pengendalian untuk mengurangi bahaya atau risiko pada

pekerja.

2.5 Risiko

2.5.1 Definisi Risiko

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, risiko adalah

kemungkinan terjadinya peristiwa yang dapat merugikan perusahaan.

Sedangkan menurut Budiono,dkk (2003) risiko didefinisikan sebagai

manifestasi atau perwujudan potensi bahaya (hazard event) yang

mengakibatkan kemungkinan kerugian menjadi lebih besar.

Menurut Australian Standard/New Zealand Standard atau

AS/ANZ (1999) risiko adalah kemungkinan/peluang terjadinya

sesuatu yang dapat menimbulkan suatu dampak pada suatu sasaran,

risiko diukur berdasarkan adanya kemungkinan terjadinya suatu kasus

dan konsekuensi yang dapat ditimbulkan.

Page 33: Laporan Magang Yuni Ristiani

2.5.2 Metode Identifikasi Risiko

a. Preliminary Hazard Analaysis (PHA)

Preliminary hazard analysis (PHA) adalah suatu metode

yang dilakukan dalam mengetahui bahaya-bahaya awal pada

suatu sistem baru. PHA dilakukan jika tidak ada suatu informasi

mengenai sistem tersebut. (Cooling, 1990)

b. Hazard and Operability Analysis ( HAZOP)

Hazard and Operability Analysis atau yang dikenal

sebagai HAZOP adalah standar teknik analisis bahaya yang

digunakan dalam persiapan penetapan keamanan dalam sistem

baru atau modifikasi untuk suatu keberadaan potensi bahaya atau

masalah operabilitasnya khususnya pada industri kimia. Tujuan

penggunaan HAZOP adalah untuk meninjau suatu proses atau

operasi pada suatu sistem secara sistematis, untuk menentukan

apakah proses penyimpangan dapat mendorong ke arah kejadian

atau kecelakaan yang tidak diinginkan.

c. Failure Modes and Effect Analysis (FMEA)

Menurut Cooling (1990) FMEA adalah suatu metode yang

digunakan untuk menganalisis sistem yang berhubungan dengan

engineering yang mungkin mengalami kegagalan dan efek yang

ditimbulkan dari kegagalan. FMEA secara sistematis menilai

komponen dari suatu sistem tentang bagaimana sistem dapat

Page 34: Laporan Magang Yuni Ristiani

gagal, lalu mengevaluasi efek dari kegagalan tersebut, tingkat

bahaya yang dihasilkan dari kegagalan, dan bagaimana kegagalan

tersebut dicegah atau dikurangi.

d. Fault Tree Analysis (FTA)

Fault Tree Analysis merupakan metode deduktif untuk

mengidentifikasi penyebab terjadinya bahaya dengan pendekatan

bersifat top-down, dengan memulai analisis dari kejadian yang

tidak diinginkan atau kerugian yang terjadi kemudian

menganalisa penyebab dari kejadian tersebut yang dideskripsikan

dalam bentuk sebuah pohon kesalahan (fault tree).

e. Check List

Check list merupakan metode paling dasar dan sederhana

yang berisikan daftar pertanyaan atau hal-hal yang berkaitan

dengan kondisi tertentu di tempat kerja. Check list dapat

digunakan sejak tahap preliminary design, hasilnya bersifat

kualitatif dan dapat digunakan sebagai acuan dasar dalam

melaksanakan identifikasi risiko yang lebih dalam dan spesifik.

f. Job Safety Analysis

Job Safety Analysis merupakan metode identifikasi yang

sederhana dan relatif mudah dilakukan untuk menidentifikasi

risiko, khususnya risiko keselamatan kerja yang dihubungkan

dengan pekerjaan individual (individual job tasks) serta

Page 35: Laporan Magang Yuni Ristiani

menentukan tindakan pengendalian yang sesuai untuk

meminimalisasi risiko tersebut. JSA biasanya digunakan untuk

pekerjaan yang telah terdeskripsikan dengan jelas atau untuk

pekerjaan yang telah memiliki prosedur kerja namun

membutuhkan pengkajian ulang atau annual update dengan hasil

yang bersifat kualitatif, yaitu daftar tahapan pekerjaan beserta

risiko dan tindakan pengendalian yang dibutuhkan.

2.6 Alat Pelindung Diri (APD)

2.6.1 Definisi APD

Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat yang

mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang dalam

pekerjaannya yang mengisolasi tenaga kerja dari bahaya tempat kerja.

APD dipakai setelah usaha rekayasa dan cara kerja yang aman APD

yang dipakai memenuhi syarat enak dipakai,tidak mengganggu kerja

memberikan perlindungan efektif terhadap bahaya (Sartika,2005).

Menurut OSHA atau Occupational Safety and Health

Administration, personal protective equipment atau alat pelindung diri

(APD) didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk melindungi

pekerja dari luka atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak

dengan bahaya (hazards) di tempat kerja, baik yang bersifat kimia,

biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya.

Page 36: Laporan Magang Yuni Ristiani

2.6.2 Dasar Hukum tentang APD

1. Undang-undang No.1 tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.

a. Pasal 3 ayat (1) butir f: Dengan peraturan perundangan

ditetapkan syarat-syarat untuk memberikan APD

b. Pasal 9 ayat (1) butir c: Pengurus diwajibkan menunjukkan dan

menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang APD.

c. Pasal 12 butir b: Dengan peraturan perundangan diatur

kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk memakai APD.

d. Pasal 14 butir c: Pengurus diwajibkan menyediakan APD

secara cuma-cuma.

2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

No.Per.01/MEN/1981 Tentang Kewajiban Melapor Penyakit

Akibat Kerja

Pasal 4 ayat (3) menyebutkan kewajiban pengurus

menyediakan alat pelindung diri dan wajib bagi tenaga kerja

untuk menggunakannya untuk pencegahan penyakit akibat kerja

3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

No.Per.03/MEN/1982 Tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga

Kerja

Pasal 2 butir I menyebutkan memberikan nasehat

mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja, pemilihan

Page 37: Laporan Magang Yuni Ristiani

alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta

penyelenggaraan makanan ditempat kerja

4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

No.Per.03/Men/1986 tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

Di Tempat Kerja Yang Mengelola Pestisida

Pasal 2 ayat (2) menyebutkan tenaga kerja yang mengelola

Pestisida harus memakai alat-alat pelindung diri yang berupa

pakaian kerja, sepatu lars tinggi, sarung tangan, kacamata

pelindung atau pelindung muka dan pelindung pernafasan

APD yang disediakan oleh pengusaha dan dipakai oleh tenaga

kerja harus memenuhi syarat pembuatan, pengujian dan sertifikat.

Tenaga kerja berhak menolak untuk memakainya jika APD yang

disediakan tidak memenuhi syarat.

2.6.3 Pertimbangan pemilihan APD

Faktor-faktor pertimbangan pemakaian APD:

1. Enak dan nyaman dipakai

2. Tidak mengganggu ketenangan kerja dan tidak membatasi

ruang gerak pekerja

3. Memberikan perlindungan yang efektif terhadap segala jenis

bahaya/potensi bahaya

4. Memenuhi syarat estetika

Page 38: Laporan Magang Yuni Ristiani

5. Memperhatikan efek samping penggunaan APD.

6. Mudah dalam pemeliharaan, tepat ukuran, tepat penyediaan,

dan harga terjangkau. (Anizar, 2009).

2.6.4 Penggolongan APD berdasarkan bagian tubuh yang dilindungi

Alat-alat proteksi diri beraneka ragam macamnya. Jika

digolong-golongkan menurut bagian-bagian tubuh yang

dilindunginya, maka jenis alat-alat proteksi diri dapat dilihat pada

daftar sebagai berikut (Suma‘mur, 1976):

1. Kepala : pengikat rambut, penutup

rambut,

topi dari berbagai bahan.

2. Mata : kaca-mata dari berbagai gelas.

3. Muka : perisai muka.

4. Tangan dan jari-jari : sarung tangan.

5. Kaki : sepatu.

6. Alat pernapasan : respirator/masker khusus.

7. Telinga : sumbat telinga, tutup telinga.

8. Tubuh : pakaian kerja dan berbagai

bahan.

Page 39: Laporan Magang Yuni Ristiani

2.6.5 Jenis-jenis APD

1. Alat pelindung kepala

Alat pelindung kepala adalah alat pelindung yang berfungsi

untuk melindungi kepala dari benturan, terantuk, kejatuhan atau

terpukul benda tajam atau benda keras yang melayang atau

meluncur di udara, terpapar oleh radiasi panas, api, percikan bahan-

bahan kimia, jasad renik (mikro organisme) dan suhu yang ekstrim.

Jenis alat pelindung kepala terdiri dari helm pengaman (safety

helmet), topi atau tudung kepala, penutup atau pengaman rambut,

dan lain-lain (Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi

Republik Indonesia Nomor PER.08/MEN/VII/2010 Tentang Alat

Pelindung Diri). Macam-macam alat pelindung kepala diantaranya

adalah:

a. Topi Pelindung/Pengaman (Safety Helmet)

Melindungi kepala dari benda keras, pukulan dan benturan,

terjatuh dan terkena arus listrik.

b. Tutup Kepala

Melindungi kepala dari kebakaran, korosif, uap-uap,

panas/dingin

c. Hats/cap

Melindungi kepala dari kotoran debu atau tangkapan mesin-

mesin berputar

Page 40: Laporan Magang Yuni Ristiani

d. Topi Pengaman

Untuk penggunaan yang bersifat umum dan pengaman dari

tegangan listrik yang terbatas. Tahan terhadap tegangan

listrik tinggi. Tanpa perlindungan terhadap tenaga

listrik,biasanya terbuat dari logam

2. Alat pelindung pernapasan

Berfungsi untuk melindungi organ pernapasan dengan cara

menyalurkan udara bersih dan sehat dan/atau menyaring cemaran

bahan kimia, mikro-organisme, partikel yang berupa debu, kabut

(aerosol), uap, asap, gas/fume, dan sebagainya. Untuk mencegah

masuknya kotoran-kotoran dapat menggunakan masker. Hal yang

perlu diperhatikan dalam menggunakan masker yaitu:

a. Bagaimana menggunakan masker secara benar.

b. Macam dari kotoran debu yang perlu dihindari.

c. Lamanya menggunakan alat tersebut.

Alat Pelindung Pernafasan terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu:

1. Masker untuk melindungi debu atau partikel-partikel yang lebih besar

yang masuk kedalam pernafasan, dapat terbuat dari kain dengan

ukuran pori-pori tertentu.

Page 41: Laporan Magang Yuni Ristiani

2. Respirator berguna untuk melindungi pernafasan dari debu, kabut, uap

logam, asap, dan gas.Alat ini dapat dibedakan atas. alat ini dapat

dibedakan atas:

a. Respirator pemurni udara

Membersihkan udara dengan cara menyaring atau menyerap

kontaminan dengan toksinitas rendah sebelum memasuki sistem

pernafasan, alat ini pembersihnya terdiri dari filter untuk

menangkap debu diudara atau tabung kimia yang dapat menyerap

gas, uap, dan kabut.

b. Respirator penyalur udara

Membersihkan aliran udara yang tidak terkontaminasi secara terus

menerus udara dapat dipompkana dari sumber yang jauh

(dihubungkan dengan selang tahan tekanantau dari persediaan yang

potabel (seperti tabung yang berisi udara bersih atau oksigen). Jenis

ini biasa dikenal SCBA (Self contained breating appatus) atau alat

pernafasan mandiri digunakan untuk tempat kerja yang terdapat gas

beracun.

3. Alat pelindung telinga

a. Sumbat telinga (ear plug)

Ukuran, bentuk, dan posisi saluran telinga untuk tiap-tiap

individu berbeda-beda dan bahkan antar kedua telinga dari

individu yang sama berlainan. Oleh karena itu, sumbat telinga

Page 42: Laporan Magang Yuni Ristiani

harus dipilih sesuai dengan ukuran, bentuk, posisi saluran

telinga pemakainya. Diameter saluran telinga berkisar antara 3-

14 mm, tetapi paling banyak 5-11 mm. Umumnya bentuk

saluran telinga manusia tidak lurus, walaupun sebagian kecil ada

yang lurus. Sumbat telinga dapat mengurangi bising sampai

dengan 30 dB.

Sumbat telinga dapat terbuat dari kapas, plastik karet

alami dan sintetik, menurut cara penggunannya, dibedakan

menjadi earplug sekali pakai (disposable earplug) yaitu sumbat

telinga yang digunkan untuk sekali pakai saja kemudian

dibuang, misalnya sumbat telinga dari kapas, kemudian cara

penggunan yang lain yaitu earplug yang dapat digunakan

kembali (non disposable earplug) yang digunakan waktu yang

lama terbuat dari karet atau plastik cetak. Dalam pemakaiannya

sumbat telinga mempunyai kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan:

1. Mudah dibawa karena ukurannya yang kecil.

2. Relatif lebih nyaman dipakai ditempat kerja yang

panas.

3. Tidak membatasi gerak kepala.

4. Harga relative murah daripada tutup telinga (earmuff).

Page 43: Laporan Magang Yuni Ristiani

5. Dapat dipakai dengan efektif tanpa dipengaruhi oleh

pemakaian kacamata, tutup kelapa, anting-anting dan

rambut.

Kekurangan:

1. Memerlukan waktu yang lebih lama dari tutup telingan

untuk pemasangan yang tepat.

2. Tingkat proteksinya lebih kecil dari tutup telinga.

3. Sulit untuk memonitor tenaga kerja apakah memakai

APT karena sukar dilihat oleh pengawas.

4. Hanya dapat dipakai oleh saluran telingan yang sehat.

5. Bila tangan yang digunakan untuk memasang sumbat

telinga kotor, maka saluran telinga akan mudah terkena

infeksi karena iritasi.

b. Tutup telinga (ear muff)

Tutup telinga terdiri dari dua buah tudung untuk tutup

telinga, dapat berupa cairan atau busa yang berfungsi untuk

menyerap suara frekuensi tinggi. Pada pemakaian yang lama,

sering ditemukan efektifitas telinga menurun yang disebabkan

oleh bantalan mengeras dan mengerut akibat reaksi bahan

bantalan dengan minyak kulit dan keringat. Tutup telinga

digunakan untuk mengurangi bising sampai dengan 40-50 dB

Page 44: Laporan Magang Yuni Ristiani

dengan frekuensi 100-8000Hz. Kelebihan dan kekurangan dari

tutup telinga (earmuff) adalah:

Kelebihan:

1. Satu ukuran tutup telinga dapat digunakan oleh beberapa

orang dengan ukuran telinga yang berbeda.

2. Mudah dimonitor pemakaiannya oleh pengawas.

3. Dapat dipakai yang terkena infeksi (ringan).

4. Tidak mudah hilang.

Kekurangan:

1. Tidak nyaman dipakai ditempat kerja yang panas

2. Efektifitas dan kenyamanan pemakaiannya, dipengaruhi

oleh pemakaian kacamata, tutup kepala, anting-anting,

rambut yang menutupi telinga

3. Tidak mudah dibawa atau disimpan

4. Dapat membatasi gerakan kepala pada ruang kerja yang

agak sempit.

5. Harganya relatif lebih mahal dari sumbat telinga

4. Alat pelindung mata dan muka

Fungsi dari pelindung mata dan muka adalah melindungi

mata dan muka dari paparan bahan kimia berbahaya, paparan

partikelpartikel yang melayang di udara dan di badan air, percikan

Page 45: Laporan Magang Yuni Ristiani

benda- benda kecil, panas, atau uap panas, radiasi gelombang

elektromagnetik yang mengion maupun yang tidak mengion,

pancaran cahaya, benturan atau pukulan benda keras atau benda

tajam. Diantaranya adalah:

a. Goggles

Goggles memberikan perlindungan lebih baik

dari pada safety glasses karena goggles terpasang dekat

wajah. Karena goggles mengitari area mata, maka

goggles melindungi lebih baik pada situasi yang

mungkin terjadi percikan cairan, uap logam, uap,

serbuk, debu, dan kabut.

b. Face shield

Face shield memberikan perlindungan wajah

menyeluruh dan sering digunakan pada operasi

peleburan logam, percikan bahan kimia, atau partikel

yang melayang. Banyak face shield yang dapat

digunakan bersamaan dengan pemakaian hard hat.

Walaupun face shield melindungi wajah, tetapi face

shield bukan pelindung mata yang memadai, sehingga

pemakaian safety glasses harus dilakukan dengan

pemakaian face shield.

Page 46: Laporan Magang Yuni Ristiani

c. Masker wajah

Masker berfungsi untuk melindungi hidung dari

zat-zat berbau menyengat dan dari debu yang

merugikan.

5. Alat pelindung kaki

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi

Republik Indonesia Nomor PER.08/MEN/VII/2010 Tentang Alat

Pelindung Diri, alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi

kaki dari tertimpa atau berbenturan dengan benda-benda berat,

tertusuk benda tajam, terkena cairan panas atau dingin, uap panas,

terpajan suhu yang ekstrim, terkena bahan kimia berbahaya dan

jasad renik, dan tergelincir.

Jenis pelindung kaki berupa sepatu keselamatan pada

pekerjaan peleburan, pengecoran logam, industri, kontruksi

bangunan, pekerjaan yang berpotensi bahaya peledakan, bahaya

listrik, tempat kerja yang basah atau licin, bahan kimia dan jasad

renik, dan/atau bahaya binatang dan lain-lain.

6. Alat pelindung tangan

Kontak dengan bahan kimia kaustik atau beracun, bahan-

bahan biologis, sumber listrik, atau benda dengan suhu yang sangat

dingin atau sangat panas dapat menyebabkan iritasi atau membakar

tangan. Bahan beracun dapat terabsorbsi melalui kulit dan masuk

ke badan.

Page 47: Laporan Magang Yuni Ristiani

Pelindung tangan (sarung tangan) adalah alat pelindung

yang berfungsi untuk melindungi tangan dan jari-jari tangan dari

pajanan api, suhu panas, suhu dingin, radiasi elektromagnetik,

radiasi mengion, arus listrik, bahan kimia, benturan, pukulan dan

tergores, terinfeksi zat patogen (virus, bakteri) dan jasad renik.

7. Alat pelindung tubuh

Pakaian kerja harus dianggap suatu alat perlindungan

terhadap bahaya-bahaya kecelakaan. Pakaian tenaga kerja pria yang

bekerja melayani mesin seharusnya berlengan pendek, pas (tidak

longgar) pada dada atau punggung, tidak berdasi dan tidak ada

lipatan-lipatan yang mungkin mendatangkan bahaya. Wanita

sebaiknya memakai celana panjang, jala rambut, baju yang pas dan

tidak memakai perhiasan-perhiasan. Pakaian kerja sintetis hanya

baik terhadap bahan-bahan kimia korosif, tetapi justru berbahaya

pada lingkungan kerja dengan bahan-bahan dapat meledak oleh

aliran statik listrik (Suma‘mur, 1986).

Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi badan

sebagian atau seluruh bagian badan dari bahaya temperatur panas

atau dingin yang ekstrim, pajanan api dan benda-benda panas,

percikan bahan-bahan kimia, cairan dan logam panas, uap panas,

benturan (impact) dengan mesin, peralatan dan bahan, tergores,

radiasi, binatang, mikroorganisme patogen dari manusia, binatang,

tumbuhan dan lingkungan seperti virus, bakteri dan jamur.

Page 48: Laporan Magang Yuni Ristiani

Jenis pakaian pelindung terdiri dari rompi (vests), celemek

(Apron/Coveralls), jacket, dan pakaian pelindung yang menutupi

sebagian atau seluruh bagian badan.

2.6.6 Alat-Alat Pelindung Diri Menurut Keperluannya

Untuk melihat alat-alat plindung diri menurut keperluannya

(Suma‘mur, 1996) dapat dilihat pada table 2.1

Page 49: Laporan Magang Yuni Ristiani

Tabel 2.1

Alat-Alat Pelindung Diri Menurut Keperluannya

Faktor Bahaya Bagian Tubuh yang Perlu Dilindungi APD

Benda berat atau kekerasan

Kepala, betis, tungkai Topi logam atau plastik, lapisan pelindung

(deckker) dari kain, kulit, logam, dan

sebagainya.

Benda sedang tidak terlalu

berat

Kepala Topi aluminium atau plastik

Benda-benda besar

berterbangan

Kepala Topi plastik atau logam

Mata Goggles (kacamata yang menutupi seluruh

samping mata), kacamata yang

sampingnya tertutup

Muka Tameng plastik

Jari, tangan, lengan, Sarung tangan kulit berlengan panjang

Tubuh Jaket atau jas kulit

Betis, tungkai, mata kaki Pelindung dari kulit, berlapis logam, dan

tahan api

Page 50: Laporan Magang Yuni Ristiani

Benda-benda kecil

berterbangan

Kepala Topi, kap khusus

Mata Kacamat

Tubuh Jaket kulit atau zeildoek

Lengan, tangan, jari Sarung tangan, pakaian berlengan panjang

Tungkai, kaki Pelindung-pelindung betis, tungkai, dan

mata-kaki

Debu Mata Goggles, kacamata isis kanan kiri tertutup

Muka Penutup muka dari plastik

Alat pernapasan Respirator/maker khusus

Percikan api atau logam Kepala Topi plastik berlapis asbes

Mata Goggles, kacamata

Muka Penutup muka dari plastik

Jari, tangan, lengan Sarung tangan asbes berlengan panjang

Betis, tungkai Pelindung dari asbes

Mata kaki, kaki Sepatu kulit

tubuh Jaket asbes/kulit

Gas, asap, fumes Mata Goggles

Page 51: Laporan Magang Yuni Ristiani

Muka Penutup muka khusus

Alat pernapasan Membahayakan jiwa secara langsung: gas

masker khusus dengan filter

Tidak membahayakan jiwa secara

langsung: gas masker bermacam-macam

Tubuh Pakaian karet, plastik atau bahan lain yang

tahan kimiawi

Jari, tangan, lengan Sarung plastik, karet berlengan panjang,

dan anggota-anggota badan itu diolesi

barier cream

Betis, tungkai Pelindung dari plastik atau akret

Mata-kaki, kaki Sepatu yang londuktif (yang menyalurkan

aliran listrik) karena mungkin sekali gas

dan sebagainya itu eksplosif

Cairan da bahan-bahan

kimiawi

Kepala Topi plastik/karet

Mata Goggles

Muka Penutup dari plastik

Alat pernapasan Respirator kusus tahan bahan kimiawi

Jari, tangan, lengan Sarung plastik/keret

Page 52: Laporan Magang Yuni Ristiani

Tubuh Pakaian plastik/karet

Betis, tungkai Pelindung khusus dari plastik/karet

Mata-kaki, kaki Sepatu karet, plastik atau kayu

Panas Kepala Topi asbes

Lain-lain logam Sarung, pakaian, pelindung dari asbes atau

bahan lain yang tahan panas/api

Kaki Sepatu dengan zool kayu atau bahan lain

tahan panas

Mata Goggles dengan lensa tahan sinar infrared

Faktor Bahaya Bagian Tubuh yang Perlu Dilindungi APD

Basah dan air Kepala Topi plastik

Tangan, lengan, jari Sarung tangan plastik, karet berlengan

panjang

Tubuh Pakaian khusus

Tungkai, kaki Sepatu bot karet

Terpeleset, jatuh Kaki Sepatu antislip, kayu (gabus)

Terpotong, tergosok Kepala Topi plastik, logam

Jari, tangan, lengan Sarung tangan kulit, dilapisi logm,

Page 53: Laporan Magang Yuni Ristiani

berlengan panjang

Tubuh Jaket kulit

Betis, tungkai Celana kulit dengan knie atau engkel-

dekker

Mata-kaki, kaki Sepatu dilapisi baja zool kayu

Dermatitis atau ardang kulit Kepala Topi plastik , karet, pici (kap) kapas atau

wol

Muka Barrier cream, pelindung plastik

Jari, tangan, lengan Barrier cream, sarung tangan karet, plastik

Tubuh Penutup karet, plastik

Betis, tungkai, mata-kaki, kaki

Sepatu karet, zool kayu, sandal kayu

(bakiak)

Kepala Topi plastik, karet

Listrik Jari, tangan, lengan Sarung tangan karet tahan sampai 10.000

volt selama 3 menit

Tubuh, betis, tungkai, mata-kaki, kaki Pelindung yang bahannya dari karet

Bahan peledak Kaki Sepatu kayu, percikan api

Mesin-mesin Kepala Pici, terutama wanita berambut panjang

Page 54: Laporan Magang Yuni Ristiani

Jari, tangan, lengan Sarung tangan tahan api

Tubuh Jaket dari karet, plastik, zeildoek

Sinar silau Mata

Goggles, kacamata dengan filter khusus

atau lensa Polaroid

Percikan api dan sinar silau

pada pengelasan

Mata Goggles, penutup muka, kacamata dengan

filter khusus

Muka Penutup muka dengan kacamata filter

khusus

Tubuh Jaket tahan api (asbes) atau kulit

Kaki Sepatu dilapisi baja

Penyinaran sedang Kepala Topi khusus

Mata Goggles, kacamata dengan filter lensa

Muka Pelindung muka khusus

Penyinaran kuat Kepala Topi khusus

Mata, muka Goggles dengan filter khusus, dari logam

atau plastik

Penyinaram radioaktif Jari, tangan, lengan Sarung tangan karet, dilapisis timah hitam

Page 55: Laporan Magang Yuni Ristiani

Tubuh Jaket karet atau kulit dilapisi timah hitam

Gas atau aerosol radioaktif Alat pernapasan Respirator khusus

Seluruh badan Pakaian khusus

Gaduh suara telinga Pelindung khusus dimasukkan ke lobang

telinga atau penutup lobang telinga

Page 56: Laporan Magang Yuni Ristiani

47

2.7 Pemeliharaan APD

Menurut Budiono, dkk (2003) secara umum pemeliharaan APD dapat

dilakukan antara lain dengan:

a. Mencuci dengan air sabun, kemudian dibilas dengan air

secukupnya. Terutama untuk helm, kacamat, earplug, dan sarung

tangan kain/kulit/karet.

b. Menjemur dipanas matahari untuk menghilangkan bau, terutama

pada helm.

c. Mengganti filter atau catridge-nya untuk respirator.

2.8 Penyimpanan APD

Menurut Budiono, dkk (2003) untuk menjaga daya guna dari APD,

hendaknya disimpan ditempat khusus sehingga terbebas dari debu, kotoran,

gas beracun, dan gigitan serangga/binatang. Hendaknya tempat tersebut

kering dan mudah dalam pengambilannya.

2.9 Pengawasan APD

Menurut Notoadmojo (1993) pengawasan adalah salah satu faktor

pemantauan yang dilakukan oleh pengawas terhadap pelaksanaan kerja seluruh

pekerja bawahannya. Pengawasan dibutuhkan untuk meningkatkan disiplin kerja

pekerja meskipun nampaknya adalah memantau bawahannya didalam menyelesaikan

tugas-tugas secara bertanggung jawab.

Page 57: Laporan Magang Yuni Ristiani

48

Dan menurut Budiono, dkk (2003) untuk menerapkan kedisiplinan pekerja

dalam penggunaan APD hendaknya didorong oleh berbagai pihak, misalnya dengan

memberikan sangsi bagi yang tidak mematuhi dan memberikan pula penilaian yang

baik atau penghargaan bagi tenaga kerja yang disiplin dalam menggunakan APD.

2.10 Training atau pelatihan APD

Kesadaran akan manfaat penggunaan APD perlu ditanamkan pada setiap

tenaga kerja. Pembinaan yang terus menerus dapat meningkatkan kesadaran dan

wawasan tenaga kerja. Salah satu cara yang efektif adalah melalui pelatihan.

Peningkatan wawasan dan pengetahuan akan menyadarkan tentang pentingnya

penggunaan APD, sehingga efektif dan benar dalam penggunaan, serta tepat dalam

pemeliharaan dan penyimpanannya. Memakai APD yang rusak akan memberikan

pengaruh buruk seperti halnya tidak menggunakan APD atau bahkan lebih

berbahaya. Tenaga kerja akan berpikir telah terlindungi, padahal sesungguhnya tidak.

Kebiasaan memakai dengan benar harus senantiasa ditanamkan agar menjadi suatu

kegiatan otomatis atau tanpa paksaan (Budiono, dkk, 2003)

Training atau pelatihan meliputi bentuk dan ditujukan pada siapa (Santoso,

2004), yaitu:

1. Masalah personil dengan APD, pengenalan APD, penggunaan yang

benar dan batasan seleksi bentuk: IN-HOUSE TRAINING.

2. Tanggung jawab pemeliharaan APD, pemakaian, pemeliharaan,

kebersihan.

Page 58: Laporan Magang Yuni Ristiani

49

3. Pekerja yang melaksanakan pekerjaan khusus dan harus selalu

memakai APD.

4. Anggota safety comitte (P2K3), supervisor.

Operator-operator yang menggunakan APD harus memperoleh (Ridley, 2008):

1. Informasi tentang bahaya yang dihadapi.

2. Instruksi tentang tindakan pencegahan yang perlu diambil.

3. Pelatihan tentang penggunaan peralatan yang benar.

4. Konsultasi dan diizinkan memilih APD yang tergantung pada

kecocokan.

Page 59: Laporan Magang Yuni Ristiani

50

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1 Gambaran PT. Indofood Sukses Makmur (ISM) Tbk Divisi Bogasari

Flour Mills

4.1.1 Sejarah PT. ISM Tbk Divisi Bogasari Flour Mills

Bogasari adalah produsen tepung terigu di Indonesia dengan

kapasitas produksi sebesar 3,6 juta ton per tahun, terbesar di dunia

dalam satu lokasi. Sejarah awal Bogasari bermula pada tanggal 19

Mei 1969, saat ‖Empat Sekawan‖ yaitu Soedono Salim, Djuhar

Sutanto, Sudwikatmono, dan Ibrahim Rasjid, mendirikan Bogasari di

tengah kesulitan perekonomian Indonesia saat itu. Keempat

pengusaha tersebut terpanggil untuk menjawab permasalahan pangan

yang muncul di Indonesia.

Secara noktarial, PT. Bogasari Flour Mills dibentuk pada 7

Agustus 1970. Sejarah Bogasari dimulai pada tanggal 29 November

1971 dengan peresmian pabrik yang pertama di Tanjung Priok, Jakarta

Utara. Setahun kemudian, seiring meningkatnya permintaan tepung

terigu dalam negeri, PT. Bogasari Flour Mills mendirikan pabrik

tepung terigu kedua di kawasan Tanjung Perak, Surabaya pada tgl 10

Juli 1972.

Page 60: Laporan Magang Yuni Ristiani

51

Selama hampir tiga dekade, Bogasari telah melayani

kebutuhan pangan masyarakat Indonesia dengan tiga merek tepung

terigunya yang sudah dikenal luas yaitu Cakra Kembar, Kunci Biru

dan Segitiga Biru. Ketiga jenis produk ini digunakan secara luas oleh

industri mie, roti, biskuit, baik yang berskala besar dan kecil serta

rumah tangga. Di samping itu, Bogasari juga menghasilkan produk

sampingan (by product) berupa bran, pollard untuk koperasi dan

industri makanan ternak, dan tepung industri untuk industri kayu lapis.

Selain dua pabrik tepung terigu, Bogasari juga memiliki tiga

divisi lain: divisi Pasta, dan dua divisi penunjang, yaitu kemasan

(dahulu disebut Divisi Tekstil) dan Maritime. Pabrik Pasta didirikan

pada Desember 1991 dengan kapasitas produksi 60.000 mt per tahun.

Produk yang dihasilkan adalah ―Long Pasta‖ dan ―Short Pasta‖, dan

hampir 80% ditujukan untuk pasaran ekspor.

Divisi Kemasan Bogasari didirikan pada tanggal 10 Januari

tahun 1977 di Citeureup, Jawa Barat yang memproduksi kebutuhan

kantong terigu untuk kedua pabrik tepung terigu tersebut. Sedangkan

untuk menjamin kelangsungan persediaan gandum, dibuatlah Divisi

Maritim. Divisi Maritim berdiri pada tanggal 12 September 1977.

Divisi Maritim Bogasari mengoperasikan tiga kapal angkut gandum

dan tiga buah kapal tongkang untuk pelayaran antar pulau. Kapal-

kapal ini telah memperoleh penghargaan internasional AMVER

(Automated Mutual Assistance Vessel Rescue).

Page 61: Laporan Magang Yuni Ristiani

52

Selain divisi-divisi tersebut, PT. Indofood Sukses Makmur,

Tbk divisi Bogasari Flour Mills juga mendirikan Milling Training

Center dan Bogasari Baking Training Center. Milling Training Center

merupakan pusat pelatihan bagi calon ―miller‖ baik untuk internal

maupun eksternal. Sedangkan Bogasari Baking Training Center

didedikasikan untuk seluruh lapisan masyarakat yang ingin

mempelajari cara pengolahan tepung terigu, seperti cara pembuatan

roti, kue, biskuit dan mie. Selain di Jakarta (sejak tahun 1981), Baking

Training Center juga didirikan di Surabaya pada tahun 1996 dan

Bandung pada tahun 1999.

Dalam kurun waktu 1992-1995, Bogasari telah dua kali

berpindah kepemilikan, pada Juli 1992 diakuisisi oleh PT. Indocement

Tunggal Prakarsa, dan sejak tahun 1995 diakuisisi oleh PT. Indofood

Sukses Makmur. Pada tahun 1993 pemerintah melakukan deregulasi

investasi di bidang industri tepung terigu. Kebijakan ini membuat

terbukanya peluang untuk mendirikan penggilingan-penggilingan baru

di Indonesia. Sejak saat ini, Bogasari mulai bersaing dengan produsen

tepung terigu domestik. Persaingan bebas dalam pemasaran tepung

terigu dimulai pada tahun 1998 ketika pemerintah melakukan

deregulasi tata niaga tepung terigu. Impor tepung terigu dibuka lebar

dengan bea masuk 0%. Dengan demikian produk Bogasari mulai

bersaing ketat tidak hanya dengan produsen di dalam negeri, tetapi

juga di luar negeri.

Page 62: Laporan Magang Yuni Ristiani

53

Untuk pertama kalinya, pada tanggal 19 September 1999

Bogasari mengekspor tepung terigu sebanyak 860 karung tepung

terigu pilihan (21,5 metrik ton) ke Singapura. Sejak ekspor perdana

itu, Bogasari mulai aktif mengembangkan jaringan pemasaran

ekspornya ke berbagai negara di kawasan Asia Tenggara.

4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan

Visi:

Menjadi industri pangan berbasis produk pertanian dan jasa terkait

yang bertaraf dunia

Misi:

1. Memproduksi, mendistribusi dan menjual pangan, bahan pangan

serta pakan yang bermutu dan bernilai tambah berbasis produk

pertanian guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran

pelanggan, mitra usaha, masyarakat, karyawan dan para

pemegang saham.

2. Menyediakan atau menjual produk dan jasa terkait, antara lain

kemasan, angkutan curah, serta penyimpanan dan pengemasan

biji-bijian (grain terminal).

3. Memperkuat daya saing dengan cara menerapkan teknologi yang

tepat, diversifikasi produk dan jasa, serta mengembangkan

sumber daya manusia seutuhnya.

Page 63: Laporan Magang Yuni Ristiani

54

4.1.3 Fasilitas Pabrik

Fasilitas pabrik yang dimiliki oleh PT. Indofood Sukses

Makmur, Tbk divisi Bogasari Flour Mills sangat lengkap. Fasilitas-

fasilitas ini berguna untuk menunjang kegiatan proses produksi di

perusahaan ini, mulai dari tahap awal hingga tahap akhir. Fasilitas-

fasilitas pabrik yang dimiliki yaitu:

1. Dua Dermaga

a. Dermaga A (Jetty A)

b. Dermaga B (Jetty B)

2. Dua Wheat Silo

a. Wheat Silo A

b. Wheat Silo B

3. Milling

Milling merupakan tempat penggilingan biji-biji gandum dengan

menggunakan mesin-mesin canggih dan memiliki sistem

komputerisasi yang kemudian akan diproses menjadi tepung

maupun produk dan produk sampingan lainnya. Total kapasitas

penggilingan adalah 10.000 ton/hari. Milling terbagi menjadi 4

wilayah, yaitu:

a. Mill wilayah I : Mill MTC, AB, C

b. Mill wilayah II : Mill DE, KL

c. Mill wilayah III : Mill FG, HIJ

Page 64: Laporan Magang Yuni Ristiani

55

d. Mill wilayah IV : Mill MNO

4. Pellet Silo

a. Pellet Silo A

b. Pellet Silo B

5. Pelletizing

Pelletizing merupakan tempat pengepresan produk sampingan

dari gandum untuk menjadi pellet. Pellet berasal dari hasil proses

penggilingan gandum yang tidak terpakai.

6. Pengemasan Tepung

a. Pengemasan 25 Kg

b. Pengemasan 1 Kg

c. Pengemasan by product

7. Gudang Penyimpanan Produk

8. Listrik 30MVA

9. Generator Cadangan.

4.1.4 Kepegawaian dan Sistem Shift

PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Divisi Bogasari Flour

Mills sebagai produsen tepung terigu terbesar di Indonesia memiliki

jumlah karyawan sebanyak:

Tabel 4.1

Jumlah Karyawan berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki 1.767

Perempuan 141

Page 65: Laporan Magang Yuni Ristiani

56

Total 1908 Sumber: HR Intranet Bogasari, Januari Tahun 2009

Tabel 4.2

Shift Kerja

Shift Jam Kerja Waktu Istirahat

I Pukul 08.00-16.00 WIB Pukul 12.00-13.00 WIB

II Pukul 16.00-24.00 WIB Pukul 18.00-19.00 WIB

III Pukul 24.00-08.00 WIB Pukul 04.00-05.00 WIB

Sumber: PKB PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Divisi Bogasari Flour Mills Tahun 2005-2006.

4.1.5 Gambaran Unit Security and Safety Department PT. Indofood

Sukses Makmur Tbk Divisi Bogasari Flour Mills

PT. Indofood Sukses Makmur Tbk Divisi Bogasari Flour Mills

memandang bahwa keselamatan dan kesehatan kerja merupakan

masalah dan tanggung jawab bersama dari karyawan terendah sampai

pimpinan tertinggi yang harus ditangani atas dasar semangat kerja

kooperatif.

SHE adalah singkatan dari Safety, Health and Environment

merupakan istilah yang dipakai oleh PT. Indofood Sukses Makmur,

Tbk Divisi Bogasari Flour Mills dalam Sistem Manajemen K3 dan

Lingkungan. Dalam melaksanakan K3, PT. Indofood Sukses Makmur,

Tbk Divisi Bogasari Flour Mills membentuk Security and Safety

Department yang mempunyai sebuah struktur organisasi.

Security and Safety Department adalah departemen yang

menangani tentang keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Indofood

Sukses Makmur, Tbk Divisi Bogasari Flour Mills. Departemen ini

Page 66: Laporan Magang Yuni Ristiani

57

bertugas untuk menjaga dan memelihara agar risiko bahaya

kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dicegah atau dihindari

sehingga keselamatan dan kesehatan kerja dapat terwujud. Untuk

mewujudkan tujuan tersebut, maka Security and Safety Department

membuat suatu program-program. Dalam melaksanakan program-

programnya, Security and Safety Department mengacu pada

PerMenaker No. 05 tahun 1996, OHSAS 18001: 2007, dan ISO

14001:2004. Program-programnya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu

Safety, Health dan Environment. Program-program tersebut, yaitu:

1. Safety

a. Pelatihan Safety

b. Promosi Safety

c. Tanda-tanda dan Rambu-rambu Safety

d. Sertifikat Peralatan dan Instansi

e. Safety Guide Book

f. Revisi Panduan SHE

g. Manajemen Bahaya

h. Analisis Kecelakaan

i. Peralatan Keselamatan

j. Safety Audit

k. Safety Committee

l. Inspeksi Safety Rutin

2. Health

a. Health Training

Page 67: Laporan Magang Yuni Ristiani

58

b. Buku Saku K3

c. Monitoring Alat Pelindung Diri

d. Pengukuran Pajanan Pekerja

3. Environment

a. Pelatihan Lingkungan

b. Promosi Lingkungan

c. Routine Inspection

d. Buku Saku K3

e. Pollution Measurement

f. Water Quality Monitoring

g. Audit Kantin

h. House Keeping

i. Environmental Management System (ISO 14001)

Implementation

Page 68: Laporan Magang Yuni Ristiani

59

Bagan 4.1

Struktur Organisasi Safety & Security Departement PT. Indofood Sukses

Makmur Tbk Divisi Bogasari Flour Mills Tahun 2011

4.1.6 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

Untuk standar Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

Kerja, PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Divisi Bogasari Flour Mills

mendapatkan penghargaan OHSAS 18001: 2007 dari SGS pada

November 2004, atas penerapan Manajemen Keselamatan Kerja.

Standar mutu manajemen inilah yang menjadi acuan prosedur dalam

pelaksanaan proses produksi di PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk

DIHARTO

Manager security & safety

Departement

Umar Fauzi

Asst. Manager (security

& Fire Brigade)

Muslich Riza

Asst. Manager (Safety)

Wasiran

Section Head

Inspector

Section Head

Security & Fire Brigade

Foreman

Page 69: Laporan Magang Yuni Ristiani

60

Divisi Bogasari Flour Mills terhadap semua jenis kegiatan pekerjaan

yang dilaksanakan.

Dalam pengaturan dan wewenangnya, Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja ini diserahkan ke bagian Security

and Safety Department, yang selanjutnya bagian safety inilah yang

mengeluarkan kebijakan-kebijakan tentang keselamatan prosedur

kerja, yang sebelumnya telah disetujui dan disahkan isi dokumennya

oleh pihak manajemen PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Divisi

Bogasari Flour Mills, terutama yang terkait masalah K3 pada lini

proses produksi.

4.1.7 Gambaran Sub Department Pest control PT. Indofood Sukses

Makmur Tbk Divisi Bogasari Flour Mills

Pest control merupakan suatu subdepartemen dari production

facility yang bertugas dalam pengendalian dan pemberantasan hama.

Sebelum adanya Pest control, pengendalian dan pemberantasan hama

dilakukan oleh masing-masing departemen. Namun cara ini kurang

efektif dan efisien ,untuk itu pada tanggal 1 juli 1993 dibentuk suatu

subdepartemen yang secara khusus menangani masalah hama yang

terdapat dalam pabrik bogasari yang saat ini dikenal dengan nama

Pest control. Kegiatan utama atau yang sering dilakukan oleh pest

control adalah spraying, fogging dan fumigasi. Untuk memberantas

hama tikus, lalat, kucing dan burung pest control dibantu dengan

perusahaan RENTOKIL. Bahan kimia yang digunakan oleh pest

Page 70: Laporan Magang Yuni Ristiani

61

control semua berdasarkan food grade, dengan batas yang aman untuk

makanan.

Bagan 4.2

Struktur Organisasi Subdepartment Pest control PT. Indofood Sukses

Makmur Tbk Divisi Bogasari Flour Mills

4.1.8 Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di subdepartment Pest control

A. Spraying

Spraying adalah teknik pengendalian hama yang

dilakukan di tempat terbuka, dengan mencampur bahan

pestisida/insektisida tertentu dengan air sesuai komposisi yang

ditentukan. Pelaksanaan spraying dilakukan sesuai jadwal

Bintang Tobing

Production Supportman

Arief Zakaria

Pest control Sub Departemen

Head

Yuli Ananto

Section Head

Joko Suseno

Section Head

Suroto

Foreman

Saefudin

Foreman

Burwantoro

Foreman

Operator

Page 71: Laporan Magang Yuni Ristiani

62

spraying atau sesuai dengan work order (WO) dari seksi terkait

paling lambat diinformasikan 1 hari sebelum pelaksanaan

spraying. Alat yang digunakan untuk kegiatan spraying antara

lain:

a) Hand spray

Alat ini terdiri dari tabung pencampur obat, pompa

tekanan udara yang digerakkan oleh tangan manusia.

b) Power spray

Alat ini terdiri dari tabung pencampur obat, pompa

tekanan udara, motor penggerak pompa,selang

penghantar cairan, dan stick pengatur cairan yang

digerakkan oleh mesin.

Sedangkan cara pencampuran untuk bahan spraying adalah:

1. Masukkan air bersih ke dalam tabung pencampur

sesuai dengan kebutuhan.

2. Masukkan cairan racun ke dalam tabung pencampur

sesuai dengan perbandingan dan kebutuhan.

3. Aduklah antara air dengan racun sampai rata sehingga

siap untuk disemprotkan.

4. Hidupkan motor penggerak pompa dan atur kecepatan

jalannya cairan dengan menyetel valve sirkulasi dan

Page 72: Laporan Magang Yuni Ristiani

63

sepuyer stick sehingga mendapatkan hasil yang

diinginkan.

5. Spraying siap dioperasikan.

Prosedur pelaksanaan spraying:

1. Menyiapkan peralatan dan pelindung diri yang sesuai.

Pastikan hal tersebut melalui pengecekan pra operasi

yang dilakukan oleh petugas pest control.

2. Melakukan pencampuran dengan aturan sebagai

berikut:

a. Mencampur dengan perbandingan yang telah

ditentukan oleh komisi pestisida/MSDS yang

tersedia.

b. 2,5 – 5 L campuran disemprotkan pada areal dengan

luas ± 100 m2.

3. Untuk mesin – mesin dan hopper termasuk pipa

menggunakan bahan pestisida mil spot (dikoloro dan

trikloroetana) sebanyak ± 100ml untuk areal dengan

luas ± 1 m2.

4. Memastikan areal bersih dari kotoran dan tertutup.

5. Melakukan spraying dengan tepat dan benar sesuai

dengan standar pengoperasian peralatan semprot.

Page 73: Laporan Magang Yuni Ristiani

64

6. Setelah diadakan spraying selama kurang lebih 1-2

jam, karyawan boleh bekerja kembali

B. Fogging

Fogging adalah teknik pengendalian hama yang

dilakukan pada tempat tertutup/kedap udara dengan mencanpur

bahan pestisida/insektisida tertentu dengan minyak (solar,

minyak tanah, white oil). Pelaksanaan fogging dilakukan sesuai

jadwal fogging atau sesuai dengan work order (WO) dari seksi

terkait paling lambat diinformasikan 1 hari sebelum pelaksanaan

fogging. Alat yang dipakai untuk fogging terdiri dari:

a. Tangki pencampur

b. Tangki bahan bakar

c. Battery penggerak tekanan

d. Membran pengatur tekanan

e. Pompa penggerak

f. Knalpot pembakaran

g. Kran pembuka cairan

Sedangkan cara pencampuran bahan untuk fogging adalah:

1. Menuangkan minyak solar atau white oil ke dalam

tangki, sesuai dengan kebutuhan.

2. Memasukkan cairan obat ke dalamnya sesuai dengan

aturannya dan aduk hingga rata.

Page 74: Laporan Magang Yuni Ristiani

65

3. Memasukkan campuran obat dengan minyak ke dalam

tabung, tutup dengan rapat.

4. Kemudian menghidupan,dan fogging siap untuk

dioperasikan.

Prosedur pelaksanaan fogging:

1. Menyiapkan peralatan dan pelindung diri yang sesuai.

Pastikan hal tersebut melalui pengecekan pra operasi

yang dilakukan oleh petugas pest control.

2. Melakukan pencampuran dengan aturan sebagai

berikut:

a. Campur dengan perbandingan yang telah

ditentukan oleh komisi pestisida/MSDS yang

tersedia.

b. 5-10 mnl untuk disemprotkan 1 m3 .

3. Melakukan fogging dengan tepat dan benar sesuai

dengan standar pengoperasian peralatan semprot.

4. Setelah diadakan fogging selama kurang lebih 1-2 jam,

karyawan boleh bekerja kembali.

5. Operator harus membersihkan peralatan sebelum dan

sesudah kegiatan spraying/fogging dilaksanakan.

C. Fumigasi

Tujuan dilakukannya fumigasi adalah untuk membunuh

hama dengan cara memberikan gas fumigan pada bahan bahan

hasil pertanian yang disimpaan dalam gudang, silo, kapal yang

Page 75: Laporan Magang Yuni Ristiani

66

akan diekspor, kapal kontainer, dengan syarat dalam

pengoperasiannya ruangan harus tertutup dan tidak terdapat

kebocoran.

Prosedur pelaksanaan fumigasi:

1. Melaksanakan pest control sesuai dengan jadwal

fumigasi yang sudah ditetapkan atau sesuai dengan

work order dari seksi terkait (paling lambat

diinformasikan 1 hari sebelum pelaksanaan fumigasi).

2. Menyiapkan peralatan dan pelindung diri yang sesuai.

Pastikan hal tersebut dipenuhi melalui pengecekan pra-

operasi yang dilakukan oleh petugas pest control.

3. Melaksanakan fumigasi di lokasi/area yang telah

ditentukan dengan cara:

a. Gudang

1. Mengelompokkan produk yang akan difumigasi

pada area yang sama dan produk disusun di atas

pellet dengan ketinggian yang sama jika

memungkinkan.

2. Kemudian menutup dengan menggunakan

plastik fumigasi. Pastikan tidak ada kebocoran

dengan menggunakan PFM (Posphine Fumigan

Monitor).

Page 76: Laporan Magang Yuni Ristiani

67

3. Melakukan fumigasi sesuai dengan standar

pemberian bahan kimia (PH3).

4. Memberi tanda khusus bahwa daerah tersebut

sedang di fumigasi.

5. Area dapat dibuka hanya oleh petugas pest

control dalam waktu 3-7 hari setelah ditutup.

b. Silo

1. Menutup silo yang akan difumigasi pada

lubang-lubang yang ada sehingga tidak terjadi

kebocoran.

2. Menyiapkan alat dispenser di atas silo dan

masukkan obat ke dalam tabung penuang dan

tutuplah rapat-rapat.

3. Setelah alat di setting sesuai dengan ketentuan

yang di tetapkan oleh kepala seksi, maka alat

siap dioperasikan. Kemudian melakukan

kegiatan no 2-5 pada fumigasi gudang.

c. Container

1. Memeriksa kondisi container, pastikan tidak ada

yang bocor.

Page 77: Laporan Magang Yuni Ristiani

68

2. Memasukkan barang yang akan difumigasi ke

dalamnya.

3. Memasukkan PH3 ke dalam container sesuai

dengan ketentuan dengan terlebih dahulu

dimasukkan ke dalam kantong khusus dari

bahan kain agar residu yang tertinggal mudah

dibersihkan.

4. Menutup dengan rapat, kemudian sambungkan

selang tersebut pada tabung fumigasi, dan buka

kran sesuai dengan kebutuhannya.

5. Memberi tanda khusus yang menyatakan sedang

dilakukan fumigasi di area tersebut

6. Operator harus membersihkan peralatan

sebelum dan sesudah kegiatan fumigasi

dilaksanakan.

4.1.9 Bahan-Bahan Pestisida Yang Digunakan Pada Pekerjaan Pest

Control

Untuk penggunaan pestisida pada pekerjaan pest control,

bahan-bahan yang dipakai dapat dilihat pada tabel 4.3

Page 78: Laporan Magang Yuni Ristiani

69

Tabel 4.3

Bahan-Bahan Pestisida Yang Digunakan Pada Pekerjaan Pest control

Brand name Active

Ingridient

Group Dosage used Area

Biocholoromethyl 500

EC ( Emulsifabel

concentrate)

Chlorpyrotos

– methyl 500

gr/L

Organophospate 20 ml/L air

60 ml/L white oil

Spraying

Fogging

Outside area, Ship palka, Finish product

storage, belt conveyor, PT. Hogindo feed mill,

pasta

Bestacid 500 EC (

Emulsifiable concentrate

)

Diklorvos 500

g/L

Orghanophospate 25 ml/L air

60 ml/L white oil

Spraying

Fogging

Outside area, Ship palka, Finish product

storage, belt conveyor, PT. Hogindo feed mill,

pasta

Pesguard α 50 SC Esfenvalerat

50 gr/L

Pyrethroid 10 ml/L air Spraying Outside area, Ship palka, Finish product

storage, belt conveyor, PT. Hogindo feed mill,

pasta

STEALTH ™ 240 SC Chlorofenapyr Pyrazole 5-10 ml/L Spraying Outside area, Ship palka, Finish product

storage, belt conveyor, PT. Hogindo feed mill,

pasta

Nevweb IGR 200 ( insect

growth regulator )

Methoprene Growth regulator 5 ml/L Spraying Pelletizing Machine

Absorba- CIDE (

Sorptive Dust

Insecticide)

Amorphous

Silica

Inorganik 2 gr/m 2 Dusting Silo , Ship ( pellet)

Shenpos Aluminium

Phospide 56%

Fumigan 2-5 tablet/ m3 Fumigation Silo, container stacking, machine, ship

Delicia gastoxin Aluminium

Phospide 56%

Fumigan 1-4 tablet/ m3 Fumigation Silo, container stacking, machine, ship

Degesch plate Magnesium

Phospide 56%

Fumigan 1-3 tablet/ m3 Fumigation Silo, container stacking, machine, ship

Sumber:Data Subdepartment Pest Control Tahun 2010

Page 79: Laporan Magang Yuni Ristiani

70

4.2 Pelaksanaan Identifikasi Bahaya di Pest Control

Pelaksanaan identifikasi bahaya di PT. Indofood Sukses Makmur Tbk

Divisi Bogasari Flour Mills merupakan program dalam department Safety and

Security. Pelaksanaan identifikasi dilakukan sebelum memulai pekerjaan

dilakukan. Langkah awal yaitu menentukan pekerjaan yang akan dianalisis,

kemudian membagi pekerjaan ke dalam beberapa urutan langkah kerja.

Kemudian langkah kerja dianalisis agar dapat diketahui potensi bahaya-

bahaya yang akan timbul serta pengendalian yang dilakukan untuk mencegah

bahaya tersebut.

Identifikasi bahaya yang dilakukan berisi mengenai jenis kegiatan, potensi

bahaya, penilaian bahaya, pengendalian yang dilakukan, penilaian akhir setelah

dilakukan pengendalian, dan referensi peraturan pemerintah. Akan tetapi,

berdasarkan JSA yang telah dibuat oleh perusahaan, identifikasi bahaya belum

mencantumkan risiko-risiko dari suatu bahaya yang mungkin terjadi. Sebaiknya

penilaian dan identifikasi bahaya selalu diperbarui agar lebih baik dalam

pengendaliannya.

4.3 Gambaran penerapan pengendalian yang dilakukan pada Bagian Pest

Control PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Divisi Bogasari Flour Mills

Setelah identifikasi bahaya dilakukan, maka perlu dilaksanakannya

pengendalian untuk mencegah terjadinya bahaya atau paling tidak untuk

mengurangi tingkat risiko terjadinya bahaya tersebut. Pengendalian yang

dilakukan oleh perusahaan untuk pekerjaan pest control yaitu:

Page 80: Laporan Magang Yuni Ristiani

71

a. Pengendalian Teknis (Engineering Control)

1. Pemasangan fire protection system.

2. Menyediakan ventilasi pada ruang penyimpanan dan memastikan

tempat tidak bocor.

3. Penggunaan alat bantu saat bekerja.

b. Pengendalian administratif (administrative control)

1. Pemasangan tanda peringatan

2. Pelaksanaan pekerjaan sesuai prosedur

3. Pelaksanaan permit (izin) kerja dan LO-TO (Log Out-Tag Out)

4. Pemeriksaan cholinesterase untuk mengecek kadar cholinesterase

dalam tubuh pekerja yang terpapar bahan kimia 3 bulan sekali.

c. APD

Pengendalian terakhir yang dilakukan adalah penggunaan

APD. APD yang digunakan antara lain yaitu respirator, baju

pelindung, sarung tangan, kacamata, earplug, safety shoes, safety

belt/body harness, dan topi pelindung.

Page 81: Laporan Magang Yuni Ristiani

72

4.4 Potensi Bahaya Pada Bagian Pest Control PT. Indofood Sukses Makmur

Tbk Divisi Bogasari Flour Mills

Pada setiap kegiatan terdapat potensi bahaya dan upaya pengendalian

yang telah dilakukan. Potensi bahaya yang ada pada subdepartment pest

control dilihat dari langkah urutan pekerjaan berdasarkan hasil Job Safety

Analysis yang dibuat yang merupakan hasil analisis penulis dengan pekerja

pest control. Penulis melakukan identifikasi pekerjaan yang dilakukan di pest

control

4.4.1 Fogging dan spraying

Tujuan dilakukannya fogging adalah untuk memberantas

hama-hama yang dapat merusak hasil produksi maupun mengganggu

proses produksi dengan metode pengasapan. Sedangkan tujuan

dilakukannya spraying adalah untuk memberantas hama-hama yang

dapat merusak hasil produksi maupun mengganggu proses produksi

dengan metode penyemprotan. Pada pekerjaan fogging dan spraying

telah dilakukan identifikasi bahaya, risiko, dan pengendalian yang

telah dilakukan untuk mengendalikan bahaya yang mungkin terjadi.

Urutan langkah kerja pada pekerjaan ini meliputi pengukuran dosis

dan pelaksanaan fogging dan spraying. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel 4.4

Page 82: Laporan Magang Yuni Ristiani

73

Tabel 4.4

Potensi Bahaya Pada Pekerjaan Fogging dan Spraying di Subdepartement Pest Control PT. Indofood Sukses Makmur Tbk Divisi

Bogasari Flour Mills Tahun 2011

Urutan Langkah Kerja Bahaya Risiko

Pengendalian

Perusahaan Saran

Persiapan pekerjaan Kebakaran/ledakan Luka bakar pada tubuh

pekerja, Terbakarnya

mesin

Fire Protection System

Pelaksanaan pekerjaan

sesuai SOP

Membersihkan knalpot

dari kerak, menyalakan

dan mematikan mesin di

lokasi yang aman

Memastikan tutup lubang

bahan bakar dan mesin

sudah dalam kondisi baik

Safety induction

Tidak disediakan APD

Peningkatan maintanance

pada alat

Training para operator

mesin

Peningkatan pengawasan

dan kewaspadaan saat

bekerja

Penggunaan APD: baju

pelindung tahan panas

Page 83: Laporan Magang Yuni Ristiani

74

Urutan Langkah Kerja Bahaya Risiko Pengendalian

Perusahaan Saran

Terpapar bahan kimia

Keracunan akibat

paparan bahan kimia

Shift kerja/rotasi jenis

pekerjaan

Safety induction

Pemeriksaan

cholinesterase

Sarung tangan

Peningkatan pengawasan

dan kewaspadaan saat

bekerja

Pencampuran bahan Menghirup bahan kimia

saat pencampuran

Gangguan pernapasan

akibat bahan kimia

Shift kerja/ rotasi jenis

pekerjaan

Safety induction

Half-face respirator

Peningkatan pengawasan

dan kewaspadaan saat

bekerja

Tangan terpapar bahan

kimia

Iritasi kulit tangan Shift kerja/ rotasi jenis

pekerjaan

Safety induction

Sarung tangan

Peningkatan pengawasan

dan kewaspadaan saat

bekerja

Page 84: Laporan Magang Yuni Ristiani

75

Urutan Langkah Kerja Bahaya Risiko Pengendalian

Perusahaan Saran

Pelaksanaan pekerjaan Terpapar asap fogging

dan cairan spraying

Gangguan pernapasan

karena asap fogging dan

cairan mist spraying

Shift kerja/rotasi jenis

pekerjaan

Safety induction

Training

Half-face respirator

Peningkatan pengawasan

dan kewaspadaan saat

bekerja

Mata terkena cairan

spraying

Iritasi mata Shift kerja/rotasi jenis

pekerjaan

Safety induction

Kacamata

Peningkatan pengawasan

dan kewaspadaan saat

bekerja

Badan terpapar asap

fogging dan cairan

spraying

Bagian tubuh terpapar Shift kerja/rotasi jenis

pekerjaan

Safety induction

Mandi setelah bekerja

Baju Pelindung

Sarung tangan

Peningkatan pengawasan

dan kewaspadaan saat

bekerja

Page 85: Laporan Magang Yuni Ristiani

76

Urutan Langkah Kerja Bahaya Risiko Pengendalian

Perusahaan Saran

Kebisingan Gangguan pendengaran

dan tinnitus

Shift kerja/rotasi jenis

pekerjaan

Safety induction

Earplug

Modifikasi mesin saat

pelaksanaan fogging

Terjatuh di lantai yang

sama

Kaki keseleo, patah

tulang kaki atau anggota

tubuh lainnya

Pembersihan area

Safety induction

Safety shoes

Peningkatan pengawasan

dan kewaspadaan saat

bekerja

Terjatuh dari tempat

tinggi

Patah tulang pada kaki

atau anggota tubuh

lainnya, luka pada

bagian tubuh

Pemasangan pagar

pembatas

Safety induction

Izin kerja tempat

ketinggian

Safety belt/body harness

Peningkatan pengawasan

dan kewaspadaan pada

saat bekerja

Page 86: Laporan Magang Yuni Ristiani

77

Tertimpa benda jatuh Gegar pada kepala

Memar dan luka dalam

pada kepala dan kaki

Safety induction

Topi pelindung

Safety shoes

Peningkatan pengawasan

dan kewaspadaan pada

saat bekerja

Penggunaan safety helmet

yang sesuai standar

Terhirup debu Gangguan pernapasan

akibat debu

Shift kerja

Safety induction

Half-face respirator

Peningkatan pengawasan

dan kewaspadaan pada

saat bekerja

Sumber: Modifikasi Hasil Identifikasi Bahaya Subdepartment Pest Control Tahun 2010

Page 87: Laporan Magang Yuni Ristiani

78

a. Identifikasi bahaya pada langkah kerja persiapan pekerjaan fogging dan

spraying bahaya yang mungkin timbul adalah kebakaran/ledakan dan

tepapar bahan kimia

1. Bahaya kebakaran/ledakan

Bahaya terbakarnya mesin fogging saat proses persiapan kegiatan

tersebut sangat mungkin terjadi. Akibat yang akan timbul dari bahaya

tersebut adalah luka bakar yang dapat berakibat fatal pada pekerja dan

terbakarnya mesin peralatan fogging dan spraying. Untuk itu pihak

perusahaan telah melakukan pengendalian, diantaranya adalah

pemasangan fire protection system termasuk APAR dan smoke detector,

safety induction yaitu sosialisasi kepada pekerja saat pertama kali

menjadi pekerja dibagian pest control dengan menjelaskan bagaimana

proses kerja yang akan dilakukan, kemungkinan bahaya yang akan

terjadi, serta bagaimana cara pengendalian dan penanggulangannya.

Pengendalian yang lainnya adalah pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan

SOP yang ditetapkan. Serta melakukan pembersihan knalpot dari kerak

secara rutin dan penyalaan dan mematikan mesin pada lokasi yang aman.

Pengendalian dengan pemakaian APD tidak diterapkan pada potensi

bahaya kebakaran ini.

Sebaiknya perusahaan melakukan pelaksanaan maintanance

mesin secara rutin dan training secara rutin juga diperlukan untuk

mencegah bahaya tersebut terjadi. Serta pengendalian administratif untuk

Page 88: Laporan Magang Yuni Ristiani

79

para pekerja meningkatkan kewaspadaan atau kehati-hatian pada saat

melakukan pekerjaan. Dan untuk pengendalian yang terakhir sebaiknya

perusahaan menyediakan baju pelindung tahan panas untuk mengurangi

risiko bahaya kebakaran tersebut.

2. Bahaya terpapar bahan kimia

Bahaya terpapar bahan kimia mungkin terjadi pada saat persiapan

yaitu pengambilan bahan-bahan di tempat penyimpanan yang akan

dicampur untuk pelaksanaan fogging dan spraying. Risiko yang dapat

ditimbulkan akibat bahaya ini adalah keracunan yang diakibatkan

paparan bahan kimia. Pengendalian yang sudah dilakukan adalah shift

kerja atau rotasi jenis pekerjaan, safety induction, dan penggunaan APD

berupa sarung tangan. Akan tetapi, sebaiknya perusahaan memberikan

pengawasan yang lebih pada pekerja dan proses pekerjaan. Dengan

demikian bahaya dapat diminimalisir.

b. Identifikasi bahaya pada langkah kerja pencampuran bahan fogging dan

spraying bahaya yang mungkin timbul adalah

1. Bahaya menghirup bahan kimia saat pencampuran

Bahaya terpapar atau menghirup bahan kimia pada saat

pencampuran bahan akan mungkin terjadi karena pada saat proses

pencampuran bahan kimia pekerja secara langsung berhadapan dengan

bahan kimia. Bahaya tersebut dapat mengakibatkan gangguan

pernapasan, keracunan, serta iritasi pada kulit tangan. Gangguan

Page 89: Laporan Magang Yuni Ristiani

80

pernapasan dapat diakibatkan oleh paparan bahan kimia untuk

pencampuran bahan yang akan digunakan pada saat proses pekerjaan.

Pengendalian yang telah dilakukan perusahaan adalah pelaksanaan sistem

shift kerja atau rotasi jenis pekerjaan, safety induction, dan penyediaan

APD. APD yang disediakan adalah half-face respirator. Sebaiknya

perusahaan melakukan pengwasan yang lebih pada proses pekerjaan dan

para pekerja juga sebaiknya meningkatkan kewaspadaan atau kehati-

hatian pada saat melakukan pekerjaan agar bahaya dapat diminimalisir.

2. Bahaya tangan terpapar bahan kimia

Bahaya jika tangan terpapar bahan kimia akan menimbulkan

risiko iritasi pada kulit tangan yang dapat terjadi pada saat proses

pencampuran dengan menggunakan tangan. Pengendalian yang telah

dilakukan adalah pelaksanaan sistem shift kerja atau rotasi jenis

pekerjaan, safety induction, dan penyediaan APD. APD yang disediakan

adalah sarung tangan berbahan karet. Akan tetapi, sebaiknya perusahaan

juga melakukan pengawasan yang lebih terhadap pekerja dan proses

pekerjaan.

c. Identifikasi bahaya pada langkah kerja pelaksanaan pekerjaan fogging

bahaya yang mungkin timbul adalah:

1. Bahaya terpapar asap fogging dan cairan spraying

Page 90: Laporan Magang Yuni Ristiani

81

Bahaya terpapar asap fogging mungkin terjadi pada saat melakuan

pekerjaan tersebut. Bahaya tersebut dapat menimbulkan risiko terjadinya

gangguan pernapasan yang diakibatkan oleh paparan asap fogging dan

cairan mist spraying. Pihak perusahaan telah melakukan pengendalian

yaitu sistem shift kerja atau rotasi jenis pekerjaan, safety induction,

pelaksanaan training untuk para pekerja. Pengendalian yang terakhir

yaitu memberikan APD kepada pekerja. APD yang diberikan adalah half-

face respirator. Akan tetapi, sebaiknya perusahaan melakukan

pengendalian secara administratif yaitu pengawasan kepada pekerja.

Serta para pekerja juga sebaiknya meningkatkan kewaspadaan atau

kehati-hatian pada saat melakukan pekerjaan.

2. Bahaya mata terkena cairan mist spraying

Risiko yang dapat ditimbulkan akibat bahay mata terken cairan

mist spraying yaitu iritasi mata yang dapat menyebabkan mata perih dan

kemerahan. Pengendalian yang telah dilakukan pihak perusahaan adalah

menerapkan sistem shift kerja atau rotasi jenis pekerjaan, safety

induction, dan penyediaan APD. APD yang disediakan adalah kacamata

safety (goggles). Pengawasan yang lebih terhadap proses pekerjaan dan

para pekerja juga sebaiknya dilakukan untuk meminimalisir terjadinya

bahaya tersebut.

3. Bahaya badan terpapar asap fogging dan cairan mist spraying

Page 91: Laporan Magang Yuni Ristiani

82

Bahaya badan terpapar asap fogging dan cairan mist spraying

dapat terjadi pada saat proses pelaksanaan pekerjaan. Untuk

mengendalikan bahaya tersebut, pihak perusahaan telah melakukan

beberapa pengendalian. Diantaranya adalah menerapkan sistem shift kerja

atau rotasi jenis pekerjaan, safety induction, dan mewajibkan pekerja

mandi setelah melakukan seluruh pekerjaan atau sebelum mereka pulang

ke rumah masing-masing. Pengendalian yang terakhir yaitu penyediaan

APD berupa baju pelindung dan sarung tangan.

4. Bahaya kebisingan

Bahaya kebisingan mungkin terjadi pada saat pekerja

mengoperasikan alat fogging yang mana dapat menimbulkan kebisingan

yang berbahaya bagi para pekerja jika terpapar dalam waktu yang lama.

Risiko yang dapat ditimbulkan dari bahaya kebisingan ini adalah

gangguan pendengaran yang disebabkan paparan kebisingan yang

melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) dan juga tinnitus. Pengendalian

yang telah dilakukan perusahaan adalah sistem shift kerja atau rotasi kerja

dan safety induction. Pengendalian yang terakhir adalah memberikan

APD berupa earplug yang mempunyai nilai NRR 29 dB.

Pengendalian secara teknis dapat dilakukan yaitu dengan cara

modifikasi mesin-mesin produksi dimana pekerjaan fogging dilakukan

yaitu seperti pemasangan barrier pada mesin agar intensitas suara yang

masuk ke dalam telinga pekerja dapat berkurang.

Page 92: Laporan Magang Yuni Ristiani

83

5. Bahaya terjatuh pada lantai yang sama

Bahaya terjatuh pada lantai yang sama pada pekerja fogging dan

spraying dapat terjadi, dikarenakan pada saat pekerjaan dilakukan

mungkin terdapat permukaan yang basah dan licin dan memungkinkan

pekerja terpeleset. Risiko yang dapat ditimbulkan adalah kaki keseleo dan

patah tulang kaki atau anggota tubuh lainnya. Pengendalian yang

dilakukanperusahaan adalah safety induction, serta pembersihan area

tempat pelaksanaan fogging yang dilakukan oleh petugas kebersihan. Dan

juga penyediaan APD yaitu safety shoes. Akan tetapi, perusahaan juga

sebaiknya memastikan bahwa tempat pelaksanaan fogging telah bersih

dan tidak ada bahan-bahan produksi yang tercecer di lantai. Serta para

pekerja juga sebaiknya meningkatkan kewaspadaan atau kehati-hatian

pada saat melakukan pekerjaan.

6. Bahaya terjatuh dari tempat tinggi

Bahaya terjatuh dari ketinggian dapat terjadi pada pelaksanaan

proses pekerjaan. Bahaya ini dapat mengakibatkan patah tulang, luka,

serta memar pada bagian tubuh pekerja. Pengendalian yang telah

dilakukan adalah pemasangan pagar pembatas, safety induction kepada

para pekerja, penerapan izin kerja ketinggian dan pengendalian yang

terakhir adalah penyediaan APD seperti safety belt/body harness. Akan

tetapi, sebaiknya perusahaan melakukan pengawasan yang lebih kepada

Page 93: Laporan Magang Yuni Ristiani

84

pekerja dan pada proses pekerjaan agar kemungkinan bahaya tersebut

dapat diminimalisir.

7. Bahaya tertimpa benda jatuh

Bahaya tertimpa benda jatuh mungkin terjadi pada pelaksanaan

fogging dan spraying. Bahaya tersebut dapat menyebabkan gegar pada

kepala, memar, dan luka dalam pada bagian anggota tubuh seperti kaki

dan kepala maupun anggota tubuh lainnya. Pengendalian yang telah

dilakukan adalah pelaksanaan safety induction, dan penyediaan APD.

APD yang disediakan adalah safety shoes dan topi pelindung berbahan

kain. Akan tetapi sebaiknya perusahaan juga melakukan pengawasan

pada proses pekerjaan. Pengawasan lebih yang dilakukan diharapkan

dapat mencegah terjadinya bahaya tersebut. Perusahaan juga sebaiknya

menyediakan pelindung kepala yang lebih sesuai dengan bahaya yang

ada yaitu safety helmet.

8. Terhirup Debu

Bahaya terhirup debu mungkin dapat terjadi dalaam pelaksanaan

fogging dan spraying di lokasi-lokasi yang terdapat debu-debu di proses

produksi tepung. Pengendalian yang telah dilakukan adalah shift kerja,

safety induction, dan penyediaan APD. APD yang disediakan adalah half-

face respirator. Sebaiknya perusahaan melakukan peningkatan

pengawasan dan kewaspadaan yang lebih pada saat bekerja.

4.4.2 Fumigasi

Page 94: Laporan Magang Yuni Ristiani

85

Tujuan dilakukannya fumigasi adalah untuk memberantas hama-

hama yang dapat merusak hasil produksi maupun mengganggu proses

produksi dengan menggunakan bahan fumigan berupa tablet yang dapat

menghasilkan gas (menguap). Pada pekerjaan fumigasi bahaya telah

dilakukan identifikasi bahaya, risiko, dan pengendalian yang telah

dilakukan untuk mengendalikan bahaya yang mungkin terjadi.urutan

langkah kerja pada pekerjaan ini meliputi pengukuran dosis dan

pelaksanaan fumigasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.5

Page 95: Laporan Magang Yuni Ristiani

86

Tabel 4.5

Potensi Bahaya Pada Pekerjaan Fumigasi di Subdepartement Pest control PT. Indofood Sukses Makmur Tbk Divisi

Bogasari Flour Mills Tahun 2011

Urutan Langkah Kerja Bahaya Risiko Pengendalian

Perusahaan Saran

Pengukuran dosis Menghirup bahan

fumigan saat

pengukuran jumlah

bahan fumigan

Gangguan pernapasan

Shift kerja/rotasi jenis

pekerjaan

Safety induction

Half-face respirator

Peningkatan pengawasan

dan kewaspadaan saat

bekerja

Terpapar bau bahan

fumigan

Keracunan bahan

kimia

Shift kerja/rotasi jenis

pekerjaan

Safety induction

Pemeriksaan cholinesterase

Half-face respirator

Peningkatan pengawasan

dan kewaspadaan saat

bekerja

Pelatihan cara kerja yang

aman

Tangan terkena bahan

fumigan

Iritasi kulit tangan Shift kerja/rotasi jenis

pekerjaan

Safety induction

Peningkatan pengawasan

dan kewaspadaan saat

bekerja

Page 96: Laporan Magang Yuni Ristiani

87

Urutan Langkah Kerja Bahaya Risiko Pengendalian

Perusahaan Saran

Sarung tangan Pelatihan cara kerja yang

aman

Pelaksanaan pekerjaan

fumigasi

Terpapar gas fumigan Gangguan pernapasan Shift kerja/rotasi jenis

pekerjaan

Safety induction

Training

half-face respirator

Peningkatan pengawasan

dan kewaspadaan saat

bekerja

Kebisingan Gangguan

pendengaran dan

tinnitus

Shift kerja/ rotasi jenis

pekerjaan

Safety induction

Earplug

Modifikasi mesin

produksi saat

pelaksanaan fumigasi

Terjatuh pada lantai

yang sama

Keseleo, patah tulang

Pembersihan area

Safety induction

Safety shoes

Peningkatan pengawasan

dan kewaspadaan saat

bekerja

Page 97: Laporan Magang Yuni Ristiani

88

Urutan Langkah Kerja Bahaya Risiko Pengendalian

Perusahaan Saran

Terjatuh dari

ketinggian

Patah tulang, memar,

dan luka pada bagian

tubuh

Pemasangan pagar pembatas

Safety induction

Safety belt/body harness

Peningkatan pengawasan

dan kewaspadaan saat

bekerja

Terjebak Terjebak di dalam silo

sehingga sulit untuk

keluar, kehabisan

napas

Pelaksanaan sistem

LO-TO

Sistem izin kerja ruang

terbatas

Safety induction

Full-face respirator

Peningkatan pengawasan

dan kewaspadaan saat

bekerja

Penyediaan Self

Containing Breathing

Aparatus(SCBA

Tertimpa benda jatuh Gegar, memar dan

luka dalam pada

kepala dan kaki

Safety induction

Topi pelindung

Safety shoes

Peningkatan pengawasan

dan kewaspadaan pada

saat bekerja

Penggunaan safety

helmet yang sesuai

standar

Page 98: Laporan Magang Yuni Ristiani

89

Urutan Langkah Kerja Bahaya Risiko Pengendalian

Perusahaan Saran

Terhirup debu Gangguan

pernapasan

Shift kerja

Safety induction

Half-face respirator

Peningkatan pengawasan

dan kewaspadaan pada

saat bekerja

Sumber: Modifikasi Hasil Identifikasi Bahaya Subdepartment Pest Control Tahun 2010

Page 99: Laporan Magang Yuni Ristiani

90

a. Identifikasi pekerja pada tahap pengukuran bahan fumigasi bahaya yaang

mungkin terjadi adalah:

1. Bahaya terhirup bahan fumigan

Jika gas fumigan terhirup maka akan gangguan pernapasan pada

sistem pernapasan pekerja. Pihak perusahaan telah melakukan

pengendalian yaitu menerapkan sistem shift kerja, safety induction, serta

pengendalian yang terakhir adalah memberikan APD kepada pekerja. APD

yang diberikan adalah half-face respirator. Akan tetapi, sebaiknya pihak

perusahaan lebih meningkatkan pengendalian secara adminstratif yaitu

pengawasan kepada pekerja. Serta para pekerja juga sebaiknya

meningkatkan kewaspadaan atau kehati-hatian pada saat melakukan

pekerjaan.

2. Bahaya terpapar bau bahan fumigan

Bahaya ini dapat mengakibatkan risiko yaitu terjadinya keracunan.

Pengendalian yang telah dilakukan perusahaan adalah penerapan shift

kerja/rotasi jenis pekerjaan, safety induction, pemeriksaan kadar

cholinesterase setiap tiga bulan sekali dan penyediaan APD berupa half-

face respirator. Akan tetapi, sebaiknya perusahaan melakukan

peningkatan pengawasan dan kewaspadaan saat bekerja dan pelatihan cara

kerja yang aman pada pekerja.

3. Bahaya tangan terkena bahan fumigan

Risiko yang dapat ditimbulkan akibat bahaya tangan terkena bahan

fumigan yaitu terjadinya iritasi pada tangan. Pengendalian yang dilakukan

adalah penerapan shift kerja/rotasi jenis pekerjaan, safety induction, dan

Page 100: Laporan Magang Yuni Ristiani

91

penyediaan APD. APD yang disediakan perusahaan untuk mencegah

timbulnya risiko ini adalah sarung tangan karet. Sebaiknya perusahaan

melakukan peningkatan pengawasan dan kewaspadaan saat bekerja dan

pelatihan cara kerja yang aman pada pekerja.

b. Identifikasi pekerja pada tahap pelaksanaan bahan fumigasi bahaya yaang

mungkin terjadi adalah:

1. Bahaya terpapar gas fumigan

Untuk mengendalikan adanya gangguan pernapasan karena

terpajan bahan fumigan maka pihak perusahaan telah melakukan

pengendalian sistem shift kerja atau rotasi jenis pekerjaan, safety

induction, training pada pekerja dan pengendalian terakhir yang dilakukan

adalah penyediaan APD yaitu half-face respirator. Akan tetapi, sebaiknya

perusahaan melakukan pengendalian secara administratif yaitu

pengawasan kepada proses pekerjaan. Serta para pekerja juga sebaiknya

meningkatkan kewaspadaan atau kehati-hatian pada saat melakukan

pekerjaan sehingga kemungkinan bahaya tersebut dapat diminimalisir.

2. Bahaya kebisingan

Bahaya kebisingan mungkin akan terjadi pada pelaksanaan

fumigasi yang dilakukan di lokasi produksi yang mana terdapat mesin-

mesin produksi yang menghasilkan kebisingan. Adanya bahaya kebisingan

dapat mengakibatkan gangguan pendengaran serta tinnitus pada telinga

pekerja. Untuk itu, perusahaan telah melakukan pengendalian yaitu berupa

penerapan sistem shift kerja atau rotasi jenis pekerjaan, safety induction,

Page 101: Laporan Magang Yuni Ristiani

92

dan penyediaan APD. APD yang disediakan adalah earplug yang memiliki

NRR sebesar 29 dB.

Akan tetapi sebaiknya pengendalian secara teknis juga dilakukan

yaitu dengan cara modifikasi mesin-mesin produksi dimana pekerjaan

fumigasi dilakukan yaitu seperti pemasangan barrier pada mesin agar

intensitas suara yang masuk ke dalam telinga pekerja dapat berkurang.

3. Bahaya terjatuh pada lantai yang sama

Bahaya terjatuh pada lantai yang sama mungkin dapat terjadi pada

saat fumigasi ditempat yang lembab dan licin. Risiko yang dapat

ditimbulkan antara lain kaki keseleo bahkan dapat menyebabkan patah

tulang kaki. Untuk itu perusahaan melakukan pengendalian berupa

penerapan safety induction, pembersihan area juga telah dilakukan, dan

juga menyediakan APD yaitu safety shoes. Akan tetapi, sebaiknya

perusahaan melakukan pengendalian secara administratif yaitu

pengawasan kepada proses pekerjaan. Memastikan bahwa tempat

pelaksanaan fumigasi telah bersih dan tidak ada bahan-bahan produksi

yang tercecer di lantai.

4. Bahaya terjatuh dari ketinggian

Bahaya ini dapat terjadi bila pekerja bekerja pada tempat

ketinggian. Untuk itu, perusahaan telah melakukan pengendalian yaitu

memberi pagar pembatas pada lokasi pengerjaan fumigasi, pelaksanaan

safety induction Pengendalian yang terakhir adalah penyediaan APD

seperti safety belt/body harness. Sebaiknya perusahaan juga melakukan

pengawasan kepada proses pekerjaan. Para pekerja juga sebaiknya

Page 102: Laporan Magang Yuni Ristiani

93

meningkatkan kewaspadaan atau kehati-hatian pada saat melakukan

pekerjaan

5. Bahaya terjebak

Bahaya terjebak dapat terjadi pada saat pekerja melakukan

pekerjaan didalam tempat terbatas atau confined space seperti SILO.

Pengendalian yang dilakukan oleh peusahaan adalah melakukan safety

induction. Selain itu pelaksanaan sistem Log Out Tag Out atau LO-TO dan

penerapan sistem izin kerja pada ruang terbatas jika ingin melakukan

pekerjaan. Pengendalian yang terakhir adalah penyediaan full-face

respirator. Akan tetapi, sebaiknya perusahaan melakukan pengawasan

kepada proses pekerjaan. Selain itu perlu disediakan Self Containing

Breathing Aparatus (SCBA) untuk mengantisispasi terjadinya perubahan

kadar oksigen dan gas-gas lainnya di dalam ruangan tertutup saat

melakukan pekerjaan. Serta para pekerja juga sebaiknya meningkatkan

kewaspadaan atau kehati-hatian pada saat melakukan pekerjaan sehingga

bahaya tersebut tidak terjadi.

6. Bahaya tertimpa benda jatuh

Bahaya tertimpa benda jatuh mungkin terjadi pada pelaksanaan

fumigasi. Bahaya tersebut dapat menyebabkan gegar, memar, dan luka

dalam pada kepala dan kaki. Pengendalian yang telah dilakukan adalah

pelaksanaan safety induction, dan penyediaan APD. APD yang disediakan

adalah safety shoes dan topi pelindung berbahan kain. Akan tetapi

sebaiknya perusahaan juga melakukan pengawasan pada proses pekerjaan.

Pengawasan lebih yang dilakukan diharapkan dapat mencegah terjadinya

Page 103: Laporan Magang Yuni Ristiani

94

bahaya tersebut. Dan juga perlu pemakaian pelindung kepala yang sesuai

standar seperti safety helmet.

7. Bahaya terhirup debu

Bahaya terhirup debu mungkin dapat terjadi dalaam pelaksanaan

fumigasi di lokasi-lokasi yang terdapat debu-debu di proses produksi

tepung. Pengendalian yang telah dilakukan adalah shift kerja, safety

induction, dan penyediaan APD. APD yang disediakan adalah half-face

respirator. Sebaiknya perusahaan melakukan peningkatan pengawasan dan

kewaspadaan yang lebih pada saat bekerja.

4.5 Jenis-jenis Alat Pelindung Diri Yang Digunakan di bagian Pest control

PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Divisi Bogasari Flour Mills

Alat pelindung diri sangat banyak jenisnyadan kegunaannya. APD

yang dipakai tergantung pada jenis pekerjaan dan jenis bahaya yang telah

diidentifikasi sebelumnya. Selain itu, penentuan jumlah APD yang dipakai

tergantung kebutuhan pekerja dan ketersediaan APD yang ada di perusahaan.

APD yang digunakan di subdepartement pest control adalah:

4.5.1 Topi pelindung

Topi pelindung digunakan untuk melindungi bagian kepala dari

benda-benda keras yang terjatuh, pukulan, benturan kepala, dan

terkena arus listrik (Budiono, dkk , 2003)

Page 104: Laporan Magang Yuni Ristiani

95

Pada bagian subdepartement pest control, alat pelindung

kepala yang digunakan adalah topi berbahan kain yang kurang dapat

melindungi bagian kepala pekerja apabila terkena bahaya pekerjaan.

Alat pelindung kepala seharusnya berguna untuk melindungi kepala

dari benda-benda keras yang terjatuh,pukulan,benturan kepala,dan

terkena arus listrik (Habsari, 2002). Topi pelindung digunakan setiap

melakukan pekerjaan baik itu spraying, fogging, atau fumigasi. Selain

berfungsi untuk melindungi kepala dari benda jatuh, topi juga

berfungsi sebagai penutup rambut agar tidak terpajan oleh asap

fogging ataupun mist spraying.

Setiap tahunnya PT. ISM Bogasari memberikan satu topi

kepada 19 pekerja pelaksana pest control secara cuma-cuma. Jika

sebelum satu tahun topi telah rusak, maka pekerja dapat membuat

surat permohonan permintaan topi kepada perusahaan.Pihak

perusahaan tidak bertanggung jawab atas kehilangan. Hal tersebut

dilakukan untuk membuat agar pekerja dapat bertanggung jawab atas

segala alat pelindung diri yang diberikan oleh perusahaan.

Alat pelindung diri yang digunakan pekerja pest control PT.

ISM Bogasari tidak sesuai dengan teori di atas. Karena topi berbahan

kain tidak dapat melindungi pekerja dari pukulan dan benturan kepala.

Oleh karena itu, perlu adanya pergantian jenis pelindung kepala yang

dipakai untuk para pekerja yaitu pelindung kepala (safety helmet).

Page 105: Laporan Magang Yuni Ristiani

96

(a) (b)

Gambar 4.1

(a). Topi yang dipakai diperusahaan; (b). Pelindung kepala yang disarankan.

Sumber: a. Penulis, b. indonetwork.co.id

4.5.2 Kacamata (Safety Goggles)

Fungsi dari safety goggles menurut Hiperkes (2002) adalah

untuk melindungi dari potensi bahaya percikan bahan-bahan

korosif,kemasukan debu-debu atau partikel-partikel yang melayang di

udara,lemparan benda-benda kecil panas, kacamata salah satu masalah

tersulit dalam pencegahan kecelakaan. Sedangkan menurut Budiono,

dkk (2003) adalah untuk melindungi mata dari gas, uap, debu dan

percikan larutan kimia. Kaca mata safety dirancang dengan pelindung

samping yang melindungi dari bahaya yang datangnya tidak langsung

dari depan anda.

Kacamata safety yang diberikan oleh perusahaan adalah jenis

safety goggles yang dapat memberikan perlindungan yang lebih baik

dibandingkan safety glass sebab lebih menempel pada wajah. Goggles

juga lebih menutup area sekitar mata yang lebih melindungi anda

apabila memasuki area yang terdapat percikan cairan, asap, serbuk

Page 106: Laporan Magang Yuni Ristiani

97

atau debu. Setiap pekerja masing-masing diberikan satu buah goggles

tanpa dipungut biaya. Penggantian kacamata hanya jika kacamata

tersebut mengalami kerusakan maka pekerja berhak mengajukan

permohonan permintaan alat pelindung dri kepada perusahaan.

Jumlah pekerja pada bagian pest control berjumlah 19 orang, maka

penyediaan kacamata bagi pekerja tersebut adalah 19 buah kacamata

tiap tahunnya.

Ketentuan penyediaan APD sudah sesuai dengan teori menurut

Budiono,dkk (2003) yaitu salah satunya untuk melindungi pekerja

dari percikan larutan kimia. Dan juga sesuai dengan teori Ridley

(2008) yang mana APD harus diberikan masing-masing pekerja satu

buah tanpa dipungut biaya dan diganti jika mengalami kerusakan.

Penggantian APD sebaiknya hanya dilakukan jika APD rusak

saja. Jika hilang, maka pekerja mungkin diharuskan mengganti APD

yang dihilangkannya dengan tujuan agar pekerja dapat bertanggung

jawab atas segala alat pelindung diri yang diberikan oleh perusahaan.

Gambar 4.2.

Goggles

Sumber: Penulis

Page 107: Laporan Magang Yuni Ristiani

98

4.5.3 Pelindung telinga (Earplug)

Alat pelindung telinga adalah alat untuk menyumbat telinga

atau penutup telinga yang digunakan atau dipakai dengan tujuan

melindungi, mengurangi paparan kebisingan masuk ke dalam telinga.

Fungsinya adalah menurunkan intensitas kebisingan yang mencapai

alat pendengaran. Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor

51 Tahun 1999, alat pelindung telinga wajib dipakai para pekerja yang

bekerja pada lokasi yang tingkat kebisingannya lebih dari 85 dB. Jenis

pelindung telinga deibedakan menjadi dua yaitu earplug dan earmuff.

Earplug dapat terbuat dari kapas (wax), plastik karet alami dan

sintetik, menurut cara penggunannya, di bedakan menjadi ‗disposable

earplug‖, yaitu sumbat telinga yang digunakan untuk sekali pakai saja

kemudian dibuang, misalnya sumbat telinga dari kapas, kemudian

cara pengguanan yang lain yaitu, ―non dispossable earplug‖ yang

digunakan waktu yang lama terbuat dari karet atau plastik cetak.

Sedangkan earmuff terdiri dari dua buah tudung untuk tutup telinga,

dapat berupa cairan atau busa yang berfungsi untuk menyerap suara

frekuensi tinggi.

Pihak perusahaan hanya menyediakan pelindung telinga yaitu

earplug. Earplug yang disediakan aadalah jenis yang terbuat dari busa

yang dapat dipakai dalam beberapa periode tertentu. Jenis earplug

yang digunakan memiliki Noise Reduction Rating (NRR) sebesar 29

dB. Standar yang digunakan adalah ANSI 19—1974 dengan merk

Page 108: Laporan Magang Yuni Ristiani

99

3M. Pekerja diberikan earplug masing-masing dua pasang yang mana

jika sudah tidak layak pakai dapat meminta kembali ke perusahaan.

Gambar 4.3

Earplug

Sumber: Penulis

4.5.4 Pelindung Tangan

Fungsi alat pelindung tangan atau sarung tangan menurut

Habsari (2003) untuk melindungi tangan dan jari-jari tangan dari

pajanan api, panas, dingin ,radiasi elektromagnetik,radiasi mengion,

bahan kimia,benturan dan pukulan, dan tergores. Sarung tangan harus

diberikan kepada tenaga kerja dengan pertimbangan akan bahaya-

bahaya dan persayaratan yang diperlukan. Berdasarkan National

Safety Council (1985) sarung tangan asbestos melindungi dari bahaya

terbakar dan ketidaknyamanan ketika tangan terpapar panas, sarung

tangan mata logam untuk pekerja yang berhubungan dengan pekerja

menggunakan pisau untuk melindungi dari bahaya terpotong oleh

objek yang tajam, sarung tangan karet digunakan oleh teknisi listrik,

sarung tangan karet dan vinyl untuk melindungi dari bahaya kimia dan

korosif, sarung tangan kulit tahan terhadap panas tingkat menengah

Page 109: Laporan Magang Yuni Ristiani

100

dan objek yang kasar, sarung tangan katun cocok untuk perlindungan

terhadap kotor, irisan, dan goresan, dan sarung tangan panas didesain

unruk penggunaan di lingkungan dingin. Menurut Ridley (2008),

APD harus diberikan masing-masing pekerja satu buah tanpa

dipungut biaya dan diganti jika mengalami kerusakan.

Perusahaan memberikan satu pasang sarung tangan kepada

para pekerjanya. Sarung tangan yang desediakan oleh perusahaan

berupa sarung tangan berbahan karet yang berfungsi untuk

melindungi dari bahaya bahan kimia dan korosif karena pekerjaan di

bagian pest control menggunakan bahan kimia yang merupakan

pestisida yang dapat berbahaya bagi pekerja. Jumlah pekerja dibagian

pest control sebanyak 19 orang, sehingga setiap tahunnya perusahaan

menyediakan 19 pasang sarung tangan karet untuk pekerja.

Penyediaan APD di bagian pest control sudah sesuai dengan

teori yang dipaparkan di atas yang mana sarung tangan yang harus

dipakai untuk paparan berbahan kimia aadalah sarung tangan yang

berbahan karet dan vinyl (National Safety Council, 1985). Jika APD

rusak, maka pekerja berhak meminta penggantian ke pihak

perusahaan.

Page 110: Laporan Magang Yuni Ristiani

101

Gambar 4.4

Sarung tangan berbahan karet

Sumber: Penulis

4.5.5 Pelindung Pernapasan

Menurut Habsari (2003) Alat perlindung pernafasan berfungsi

untuk memberikan perlindungan organ pernafasan akibat pencemaran

udara oleh faktor kimia seperti debu, uap, gas, fume, mist kabut, dan

sebagainya. Alat ini dapat dibedakan menjadi:

a. Respirator pemurni udara

Membersihkan udara dengan cara menyaring atau menyerap

kontaminan dengan toksinitas rendah sebelum memasuki sistem

pernafasan.Alat pembersihnya terdiri dari filter untuk menangkap

debu dari udara atau tabung kimia yang dapat menyerap

gas,uap,dan kabut.

b. Respirator penyalur udara

Memberikan aliran udara yang tidak terkontaminasi secara

terus menerus.Udara dapat dipompakan dari sumber yang jauh

Page 111: Laporan Magang Yuni Ristiani

102

(dihubungkan dengan selang tahan tekanan). Atau dari persediaan

yang portabel (seperti tabung yang berisi udara bersih atau

oksigen) jenis ini biasa dikenal dengan self contained Breathing

Apparatus (SCBA) atau alat pernafasan mandiri.Alat ini

digunakan untuk tempat kerja yang terdapat gas beracun atau

kekurangan oksigen.

Jenis alat pelindung pernapasan yang digunakan oleh bagian pest

control adalah masker half-face respirator dan full-face respirator.

a. Half-Face Respirator

Respirator jenis digunakan oleh pekerja untuk pekerjaan di

semua tempat kecuali pada tempat tertutup seperti silo.

Perusahaan menyediakan masing-masing satu buah untuk pekerja.

Jumlah pekerja dibagian pest control sebanyak 19 orang,

sehingga perusahaan menyediakan 19 buah half-face respirator

untuk pekerja.

b. Masker Full-face

Respirator jenis ini digunakan untuk kegiatan pest control

di dalam SILO yang mana dilakukan ditempat tertutup sehingga

paparan bahan kimia bisa mengenai mata karena udara didalam

SILO tidak bergerak sehingga digunakan respirator berbentuk

full-face. Untuk respirator jenis ini, perusahaan tidak

Page 112: Laporan Magang Yuni Ristiani

103

menyediakan untuk masing-masing pekerja. Hanya menyediakan

beberapa buah saja.

Pelindung pernapasan yang digunakan pekerja sudah sesuai

dengan teori yang dikemukakan Habsari (2003) bahwa alat

perlindung pernafasan berfungsi untuk memberikan perlindungan

organ pernafasan akibat pencemaran udara oleh faktor kimia seperti

debu, uap, gas, fume, mist, kabut, dan sebagainya.

( 1 ) ( 2 )

( 3 )

Gambar 4.5.

(1) half-face respirator, (2) full-face respirator,dan (3) catridge

Sumber: penulis

4.5.6 Sepatu Safety

Menurut Budiono, dkk (2003) sepatu keselamatan dapat

terbuat dari kulit yang dilapisi asbes (bagi pekerja pengecoran

Page 113: Laporan Magang Yuni Ristiani

104

logam/baja) dan sepatu keselamatan harus dilengkapi dengan baja

pada ujungnya dan sepatu karet anti hantaran listrik. Pelindung kaki

berfungsi untuk menghindari kejatuhan benda berat pada kaki pekerja,

permukaan yang lembab dan basah dan permukaan yang licin.

Safety shoes yang disediakan perusahaan terbuat dari kulit,

ujung sepatu dilapisi baja, bagian bawah yang bermotif timbul agar

melindungi pekerja dari bahaya terpeleset saat sedang bekerja

dibagian yang basah dan licin. Untuk pelindung kaki, perusahaan

menggunakan standar ANSI Z41.1-1991. Safety shoes digunakan

pekerja setiap saat melakukan pekerjaan diseluruh area kerja pabrik.

Setiap tahunnya pekerja diberikan dua pasang sepatu yang mana

terdiri dari sepatu bertali dan tidak bertali. Penggunaan sepatu bertali

maupun tidak bertali tergantung dengan pekerja itu sendiri. Apabila

salah sepatu sudah dianggap kotor dan perlu untuk dicuci, maka

pekerja dapat menggunakan sepatu lainnya. Jumlah pekerja dibagian

pest control sebanyak 19 orang, sehingga setiap tahunnya perusahaan

menyediakan 38 buah safety shoes untuk pekerja. Penggantian safety

shoes dilakukan tiap satu tahun sekali.

Safety shoes yang digunakan sudah sesuai denga teori yang

dikemukan oleh Budiono, dkk (2003) bahwa sepatu keselamatan

dapat terbuat dari kulit yang dilapisi asbes atau CR (bagi pekerja

pengecoran logam/baja) dan sepatu keselamatan harus dilengkapi

dengan baja pada ujungnya dan sepatu karet anti hantaran listrik.

Page 114: Laporan Magang Yuni Ristiani

105

( 1 ) ( 2 )

Gambar 4.6

(1) dan (2) safety shoes

Sumber: Penulis

4.5.7 Pelindung Tubuh

Menurut Anizar (2009) pakaian kerja sintetis baik terhadap

bahan-bahan kimia korosif tetapi berbahaya pada lingkungan kerja

dengan bahan-bahan dapat meledak oleh aliran listrik statis. Baju

pelindung dapat berfungsi utnuk melindungi tubuh dari bahaya panas,

percikan bahan kimia dan percikan logam panas dan cairan lainnya.

Baju pelindung yang diberikan perusahaan kepada pekerja

setiap tahunnya sebanyak tiga pasang. Baju pelindung wajib dipakai

pekerja setiap melakukan pekerjaan. Pakaian pelindung yang

digunakan terdiri dari baju berlangan panjang dan celana panjang

yang berfungsi untuk melindungi tubuh pekerja dari paparan bahan

kimia. Jumlah pekerja dibagian pest control sebanyak 19 orang,

sehingga setiap tahunnya perusahaan menyediakan 57 buah pakaian

pelindung untuk pekerja.

Ketentuan penyediaan APD dari segi bahan sudah sesuai

dengan teori menurut Anizar (2009) bahwa pakaian kerja berbahan

Page 115: Laporan Magang Yuni Ristiani

106

sintetis baik digunakan terhadapa pekerjaan dengan paparan bahan

kimia.

( 1 ) ( 2 )

Gambar 4.7

(1) baju, dan (2) celana

Sumber: Penulis

4.5.8 Sabuk Keselamatan (safety belt)

Menurut Budiono, dkk (2003) fungsi dari sabuk pengaman

atau safety belt adalah untuk melindungi tubuh dari kemungkinan

terjatuh, biasanya digunakan pada pekerjaan konstruksi dan

memanjat. Perusahaan menyediakan sabuk pengaman untuk

melindungi tubuh dari kemungkinan terjatuh dari tempat tinggi.

Perusahaan memberikan jenis APD sudah sesuai dengan kebutuhan

dan jenis bahaya yang diidentifikasi.

Ketentuan penyediaan APD di perusahaan sudah sesuai

dengan teori yang dikemukakan oleh Budiono, dkk (2003) yaitu

bahwa untuk melindungi pekerja dari bahay terjatuh dari tempat tinggi

Page 116: Laporan Magang Yuni Ristiani

107

yaitu dengan menyediakan APD berupa sabuk pengaman atau safety

belt.

Gambar 4.8

Safety Belt

Sumber: www.asiaru.com

4. 6 Kesesuaian Jenis APD Berdasarkan Identifikasi Bahaya di

Subdepartment Pest control

Penjelasan secara rinci mengenai identifikasi bahaya di bagain pest control

dapat dilihat pada tabel 4.4, dan 4.5. Hasil identifikasi bahaya tersebut meliputi

pekerjaan fogging, pekerjaan spraying, dan pekerjaan fumigasi. Secara umum,

potensi bahaya yang ada adalah terpeleset/terjatuh pada lantai yang sama, tertimpa

benda jatuh, kebisingan, terpajan bahan kimia, , terpapar asap fogging, cairan mist

spraying dan gas fumigan, terjatuh dari tempat tinggi, dan terhirup debu.

1. Terpeleset/terjatuh pada lantai yang sama

Menurut Budiono, dkk (2003), untuk mencegah tergelincir

sebaiknya menggunakan sol anti slip dari karet alam atau sintetik

dengan motif timbul untuk mengurangi dan mencegah risiko

terpeleset pada lantai yang licin atau basah.

Page 117: Laporan Magang Yuni Ristiani

108

Alat pelindung diri yang disediakan oleh pihak perusahaan

untuk mengendalikan bahaya ini adalah safety shoes yang terbuat

dari bahan kulit, berwarna hitam, mempunyai ujung baja, dan

bagian bawah terbuat dari bahan karet dengan motif timbul untuk

mencegah terjadinya bahaya terpeleset atau tergelincir.

Jenis Alat pelindung diri yang disediakan oleh perusahaan

sudah sesuai dengan potensi bahaya yang ada. Dan juga sudah

sesuai dengan teori yang dikemukakan di atas bahwa, untuk

mencegah tergelincir sebaiknya menggunakan safety shoes dengan

sol anti slip dari karet alam atau sintetik dengan motif timbul untuk

mengurangi dan mencegah risiko terpeleset.

2. Tertimpa benda jatuh

Menurut Habsari (2003), APD yang cocok untuk

melindungi kepala dari benda-benda keras yang terjatuh, pukulan,

benturan kepala, dan terkena arus listrik adalah topi pelindung atau

helm. Sedangkan tutup kepala berguna untuk melindungi kepala

dari kebakaran, korosi, panas/dingin, dapat terbuat dari dari

asbestos kain khusus tahan api dan korosi terbuat dari kulit atau

kain tahan air. Selain helm atau topi pelindung, sepatu pelindung

juga berfungsi untuk melindungi kaki dan bagian-bagiannya dari

benda terjatuh,benda-benda tajam potongan kaca,larutan

kimia,benda dan kontak listrik.

Page 118: Laporan Magang Yuni Ristiani

109

APD yang disediakan oleh perusahaan untuk

mengendalikan bahaya tertimpa benda jatuh adalah topi pelindung

dan safety shoes. Topi pelindung yang disediakan adalah topi yang

terbuat dari bahan kain. Sedangkan safety shoes terbuat dari karet,

berwarna hitam, mempunyai ujung baja, sehingga dapat

melindungi kaki dari benda-benda keras yang terjatuh.

Jenis APD yang disediakan kurang sesuai dengan potensi

bahaya yang ada di tempat kerja. Topi pelindung berbahan kain

tidak dapat melindungi kepala pekerja dari kejatuhan benda-benda

keras. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan Habsari

(2003), bahwa helm merupakan APD yang cocok untuk melindungi

kepala dari benda-benda keras yang terjatuh, pukulan, benturan

kepala, dan terkena arus listrik.

Gambar 4.9

Safety Helmet

Sumber: indonetwork.co.id

3. Kebisingan

Menurut Hiperkes (2002) alat pelindung telinga mengurangi

itensitas suara yang masuk kedalam telinga. Menurut Budiono, dkk

Page 119: Laporan Magang Yuni Ristiani

110

(2003) APD yang sesuai untuk bahaya kebisingan adalah dengan

penggunaan earplug dan earmuff. Earplug dapat terbuat dari kapas

(wax), plastik karet alami dan sintetik, menurut cara penggunannya,

di bedakan menjadi ‗disposible earplug‖, yaitu sumbat telinga yang

digunkan untuk sekali pakai saja kemudian dibuang, misalnya

sumbat telinga dari kapas, kemudian cara penggunaan yang lain

yaitu, ―non dispossible earplug‖ yang digunakan waktu yang lama

terbuat dari karet atau plastik cetak.

APD yang disediakan oleh perusahaan untuk

mengendalikan bahaya kebisingan adalah earplug. Earplug yang

diberikan perusahaan berbahan kapas yang harus dibentuk terlebih

dahulu sebelum digunakan. Earplug yang disediakan memiliki

NRR sebesar 29 dB. Yang artinya, dengan menggunakan earplug,

pekerja dapat mengurangi intensitas suara yang didapat sebesar 29

dB.

Jenis APD yang disediakan sudah sesuai dengan potensi

bahaya yang ada. Namun sebaiknya earplug yang digunakan

adalah earplug berbahan karet yang dapat dipakai dalam jangka

waktu yang lama. Sebaiknya untuk pekerjaan pada area berdebu,

earplug sebaiknya dicuci setelah melakukan pekerjaan.

Page 120: Laporan Magang Yuni Ristiani

111

4. Terpajan bahan kimia (terpapar asap fogging, cairan mist spraying

dan gas fumigan)

APD yang cocok digunakan untuk bahaya terpapar cairan

dan bahan-bahan kimia adalah dengan menggunakan topi

plastik/karet, goggles, penutup muka dari plastik, respirator khusus

untuk bahan kimia, sarung tangan plastik atau karet, untuk betis

dan tungkai menggunakan pelindung khusus dari plastik/karet dan

sepatu karet, plastik atau kayu (Suma‘mur, 1986).

Alat pelindung diri yang disediakan oleh perusahaan untuk

mengendalikan bahaya terpajan bahan kimia adalah goggles,

masker, sarung tangan karet, dan baju pelindung. Jenis APD yang

disediakan sudah sesuai dengan potensi bahaya yang mungkin

terjadi. Hal tersebut juga sudah sesuai dengan teori di atas bahwa

APD yang cocok untuk bahaya paparan bahan kimia adalah

goggles, respirator khusus, dan sarung tangan karet.

5. Terjatuh dari tempat tinggi

Menurut Budiono, dkk (2003) APD yang cocok digunakan

untuk bahaya terjatuh dari tempat tinggi adalah sabuk pengaman

(safety belt/body harness). Alat ini berguna untuk melindungi

tubuh dari kemungkinan bahaya terjatuh, biasanya digunakan pada

pekerjaan konstruksi, dan pekerjaan-pekerjaan lainnya yang

dilakukan pada tempat ketinggian.

APD yang telah disediakan oleh perusahaan untuk

mengendalikan bahaya terjatuh dari tempat tinggi adalah safety

Page 121: Laporan Magang Yuni Ristiani

112

belt/body harness. Jenis APD yang disediakan sudah sesuai dengan

potensi bahaya yang mungkin terjadi. Hal tersebut juga sudah

sesuai dengan teori di atas bahwa sabuk pengaman cocok untuk

digunakan pada pekerjaan dengan bahaya terjatuh dari ketinggian.

6. Terhirup debu

APD yang cocok digunakan untuk mengendalikan bahaya

debu yaitu respirator, sehingga mengurangi paparan bahaya debu

yang masuk ke dalam tubuh yang dapat mengganggu sistem

pernapasan (Suma‘mur, 1996). APD yang telah disediakan oleh

perusahaan untuk mengendalikan bahaya terhirup debu adalah

respirator berupa half-face respirator. Jenis APD yang disediakan

sudah sesuai dengan potensi bahaya yang mungkin terjadi. Hal

tersebut juga sudah sesuai dengan teori di atas bahwa respirator

cocok untuk digunakan pada pekerjaan dengan bahaya terhirup

debu.

7. Mata terkena cairan mist spraying

Menurut Suma‘mur (1986) APD yang cocok digunakan

untuk bahaya terpapar cairan dan bahan-bahan kimiawi adalah

dengan menggunakan topi plastik/karet, goggles, penutup muka

dari plastik, respirator khusus tahan kimiawi, sarung tangan plastik

atau karet, pakaian plastik/karet, untuk betis dan tungkai

menggunakan pelindung khusus dari plastik/karet dan sepatu karet,

plastik atau kayu.

Page 122: Laporan Magang Yuni Ristiani

113

APD yang disediakan oleh perusahaan untuk

mengendalikan bahay mata terkena cairan mist spraying pada

pekerja adalah safety goggles. jenis APD yang disediakan sudah

sesuai dengan teori di atas yang mana untuk mengendalikan bahaya

mata terpapar cairan bahan kimia adalah dengan menggunakan

goggles.

4. 7 Pemeliharaan APD di Subdepartment Pest Control

Pemeliharaan APD di bagian sub departement pest control dibagi

menjadi dua bagian pemeliharaan, yaitu pemeliharaan oleh pekerja dan

pemeliharaan oleh perusahaan. APD yang dipelihara oleh pekerja yaitu

kacamata keselamatan (goggles), safety shoes, baju pelindung, earplug,

sarung tangan karet, dan topi pelindung. Sedangkan pemeliharaan yang

dilakukan perusahaan adalah masker half-face respirator dan full-face

respirator serta safety belt/body harness.

4.7.1 Pemeliharaan oleh pekerja

a. Kacamata keselamatan (goggles)

Menurut Budiono, dkk (2003) secara umum pemeliharaan

APD dapat dilakukan antara lain dengan mencuci dengan air

sabun, kemudian dibilas dengan air secukupnya terutama untuk

helm, kacamata, earplug, sarung tangan, kain/karet, kulit.

Pemeliharaan goggles oleh pekerja bagian pest control yang

didapatkan melalui wawancara dengan pekerja, pekerja mencuci

Page 123: Laporan Magang Yuni Ristiani

114

goggles apabila sudah terlihat kotor dan mengganggu pandangan

penglihatan pekerja pada saat melakukan pekerjaan. Pemeliharaan

ini sudah sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Budiono, dkk

(2003) bahwa sebaiknya pemeliharaan goggles dilakukan dengan

mencucinya dengan air sabun kemudian dibilas dengan air.

b. Safety shoes

Pemeliharaan APD dapat dilakukan untuk menghilangkan

bau pada safety shoes (sepatu keselamatan) adalah dengan

menjemur di panas matahari (Budiono, dkk, 2003). Pemeliharaan

safety shoes yang dilakukan oleh pekerja yaitu dengan mencucinya

apabila sudah kotor lalu mengeringkannya dengan cara menjemur

di panas matahari atau dengan mengipaskan dengan angin agar

cepat kering.

Pemeliharaan yang dilakukan sudah sesuai dengan teori di

atas, bahwa sepatu keselamatan harus dijemur di panas matahari

untuk menghilangkan bau.

c. Baju pelindung

Menurut Budiono, dkk (2003) secara umum pemeliharaan

APD dapat dilakukan antara lain dengan mencuci dengan air

sabun, kemudian dibilas dengan air secukupnya terutama untuk

helm, kacamata, earplug, sarung tangan, kain/karet, kulit.

Page 124: Laporan Magang Yuni Ristiani

115

Pemeliharaan baju pelindung dilakukan agar baju selalu dalam

keadaan bersih dan nyaman dipakai.

Pemeliharaan baju pelindung yang dilakukan oleh pekerja

yaitu dengan mencucinya menggunakan air sabun dan

membilasnya dengan air bersih apabila sudah terlihat kotor dan

tidak nyaman dipakai. Seteleh dicuci, kemudian baju dan celana

dijemur hingga kering.

Pemeliharaan yang dilakukan sudah sesuai dengan teori

yang ada, bahwa pemeliharaan baju pelindung dilakukan dengan

mencuci dengan air sabun dan membilasnya dengan air.

d. Earplug dan earmuff

Menurut Budiono, dkk (2003) secara umum pemeliharaan

APD terutama untuk helm, kacamata, earplug, sarung tangan,

kain/karet, kulit dapat dilakukan antara lain dengan mencuci

dengan air sabun, kemudian dibilas dengan air secukupnya.

Pemeliharaan earplug dilakukan dengan mencucinya

dengan air sabun apabila sudah terlihat kotor. Sedangkan untuk

pemeliharaan earmuff jarang dilakukan karena pekerja jarang

memakai earmuff dalam melakukan pekerjaannya.

Pemeliharaan yang dilakukan sudah sesuai dengan teori

yang dikemukakan Budiono, dkk (2003) bahwa APD harus dicuci

dengan air sabun kemudian dibilas dengan air secukupnya.

Page 125: Laporan Magang Yuni Ristiani

116

e. Sarung tangan karet

Menurut Budiono, dkk (2003) secara umum pemeliharaan

APD dapat dilakukan antara lain dengan mencuci dengan air

sabun, kemudian dibilas dengan air secukupnya terutama untuk

helm, kacamata, earplug, sarung tangan, kain/karet, kulit.

Sarung tangan dicuci pekerja apabila sudah terlihat kotor,

terasa lengket dan tidak nyaman dipakai. pekerja mencucinya

dengan menggunakan air sabun dan membilasnya dengan air

secukupnya dan mengelapnya hingga kering dengan kain lap

kering.

Pemeliharaan tersebut sudah sesuai dengan teori di atas

bahwa APD dicuci dengan air sabun dan dibilas dengan air

secukupnya.

f. Topi pelindung

Menurut Budiono, dkk (2003) secara umum pemeliharaan

APD dapat dilakukan antara lain dengan mencuci dengan air

sabun, kemudian dibilas dengan air secukupnya terutama untuk

helm, kacamata, earplug, sarung tangan, kain/karet, kulit.

Pemeliharaan topi pelindung dilakukan agar topi tetap bersih dan

nyaman dipakai.

Pekerja mencuci topi yang mereka pakai apabila topi

tersebut telah terlihat kotor dan tidak nyaman untuk dipakai. Untuk

Page 126: Laporan Magang Yuni Ristiani

117

memelihara topi, pekerja mencuci dengan air sabun dan

membilasnya dengan air secukupnya.

Pemeliharaan yang dilakukan sudah sesuai dengan teori di

atas, bahwa secara umum pemeliharaan APD dapat dilakukan

antara lain dengan mencuci dengan air sabun, kemudian dibilas

dengan air secukupnya (Budiono, dkk, 2003).

4.7.2 Pemeliharaan oleh perusahaan

a. Masker (respirator)

Menurut Budiono, dkk (2003) pemeliharaan APD jenis

respirator adalah dengan cara mengganti cartridge/filter.

Penggantian cartridge sesuai dengan jenis gas berbahaya yang

terdapat di tempat kerja.

Untuk masker half-face respirator maupun full-face

repirator dilakukan dengan cara mengganti filter/cartridge apabila

pekerja merasa sulit bernapas pada saat menggunakannya.

Pemeliharaan yang dilakukan sudah sesuai dengan teori

yang dikemukakan Budiono, dkk (2003) bahwa pemeliharaan

respirator adalah dengan cara mengganti cartridge/filter.

b. Safety belt/body harness

Menurut Budiono, dkk (2003) pemeliharaan safety belt dan

safety harness dilakukan dengan melakukan pengecekan tali

Page 127: Laporan Magang Yuni Ristiani

118

pengaman dan juga pada ring penahan dari sabuk keselamatan

karena alat ini terdiri dari tali pengaman dan dapat menahan beban

sebesar 80 kg.

Tidak ada pemeliharaan khusus untuk APD jenis ini. Hanya

saja apabila akan menggunakan dan setelah menggunakan safety

belt/body harness ini pekerja mengecek tali-tali pengaman pada

APD ini.

Pemeliharaan tersebut sudah sesuai dengan teori di atas,

bahwa tali pengaman safety belt/body harness harus dilakukan

untuk memastikan bahwa APD dalam keadaan baik dan aman

untuk digunakan.

4. 8 Penyimpanan APD di Subdepartment Pest Control

Seperti halnya pemeliharaan APD, penyimpanan APD juga dilakukan

dengan dibagi menjadi dua bagian penyimpanan, yaitu penyimpanan oleh

pekerja dan penyimpanan oleh perusahaan. APD yang disimpan oleh pekerja

yaitu kacamata keselamatan (goggles), safety shoes, baju pelindung, earplug,

sarung tangan karet, dan topi pelindung. Sedangkan penyimpanan yang

dilakukan perusahaan adalah masker half-face respirator dan full-face

respirator dan safety belt/body harness.

4.8.1 Penyimpanan oleh Pekerja

Menurut Budiono, dkk (2003) untuk menjaga daya guna dari

APD, hendaknya disimpan ditempat khusus sehingga terbebas dari

Page 128: Laporan Magang Yuni Ristiani

119

debu, kotoran, gas beracun, dan gigitan serangga/binatang.

Hendaknya tempat tersebut kering dan mudah dalam pengambilannya.

APD yang disimpan oleh pekerja adalah:

a. Goggles yang tidak dipakai disimpan di tempat

penyimpanan di loker masing-masing pekerja.

b. Earplug yang hanya dapat beberapa kali dipakai disimpan

pada kantung plastik kemudian disimpan di dalam loker

masing-masing pekerja.

c. Safety shoes dibawa pekerja pulang ke rumah dan disimpan

di rumah masing-masing pekerja

d. Sarung tangan karet disimpan setelah dipakai didalam loker

masing-masing pekerja

e. Topi pelindung, setelah dipakai, topi pelindung disimpan di

loker atau sering juga dibawa pulang oleh pekerja pulang ke

rumah.

Penyimpanan oleh pekerja sudah sesuai dengan teori yang

dikemukakan di atas bahwa untuk menjaga daya guna dari APD,

hendaknya disimpan ditempat khusus sehingga terbebas dari debu,

kotoran, gas beracun, dan gigitan serangga/binatang. Hendaknya

tempat tersebut kering dan mudah dalam pengambilannya.

4.8.2 Penyimpanan oleh Perusahaan

Page 129: Laporan Magang Yuni Ristiani

120

Untuk menjaga daya guna dari APD, hendaknya disimpan

ditempat khusus sehingga terbebas dari debu, kotoran, gas beracun,

dan gigitan serangga/binatang. Hendaknya tempat tersebut kering dan

mudah dalam pengambilannya (Budiono, dkk, 2003).

APD yang disimpan oleh perusahaan adalah:

a. Half-face respirator dan full-face respirator

Untuk penyimpanan Half-face respirator dan full-

face respirator dilakukan dengan cara disimpan di dalam

kardus atau kotak yang kemudian dimasukkan ke dalam

loker tempat penyimpanan APD di ruangan kerja.

b. Safety belt/body harness

Untuk penyimpanan safety belt/body harness

dilakukan dengan cara dimasukkan terlebih dahulu ke

dalam kotak kardus kemudian disimpan di kantor

department security & safety yang dapat diambil kembali

apabila hendak digunakan.

Penyimpanan APD yang telah dilakukan oleh perusahaan telah

sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Budiono, dkk (2003)

bahwa untuk menjaga daya guna dari APD, hendaknya disimpan

ditempat khusus sehingga terbebas dari debu, kotoran, gas beracun,

dan gigitan serangga/binatang. Hendaknya tempat tersebut kering dan

mudah dalam pengambilannya.

Page 130: Laporan Magang Yuni Ristiani

121

4. 9 Pengawasan APD di Subdepartment Pest Control

Pengawasan terhadap APD yang digunakan oleh pekerja dilakukan

oleh para inspector di bagian department safety & security setiap hari saat

melakukan inspeksi ke berbagai tempat atau lokasi pekerjaan. Tetapi,

pengawasan tersebut hanya dilakukan apabila para inspector secara tidak

sengaja yang sedang melakukan inspeksi melihat adanya pekerjaan pest

control.

Menurut Notoadmojo (1993) pengawasan adalah salah satu faktor

pemantauan yang dilakukan oleh pengawas terhadap pelaksanaan kerja

seluruh pekerja bawahannya. Pengawasan dibutuhkan untuk meningkatkan

disiplin kerja pekerja meskipun nampaknya adalah memantau bawahannya

didalam menyelesaikan tugas-tugas secara bertanggung jawab (Riswanto,

2008). Dan menurut Budiono, dkk (2003) untuk menerapkan kedisiplinan

pekerja dalam penggunaan APD hendaknya disorong oleh berbagai pihak,

misalnya dengan memberikan sanksi bagi yang tidak mematuhi dan

memberikan pula penilaian yang baik atau penghargaan bagi tenaga kerja

yang disiplin dalam menggunakan APD.

Pengawasan terhadap APD di PT. ISM Tbk Bogasari Flour Mills

dilakukan setiap hari oleh para inspector pada saat melakukan inspeksi

sehingga dapat memantau kelengkapan penggunaan APD dan meningkatkan

kedisiplinan pekerja dalam bekerja. Apabila dalam pengawasan ditemukan

pekerja yang tidak lengkap dalam pemakaian APD-nya, maka pekerja

tersebut hanya ditegur di tempat saja. Sebaiknya pekerja tersebut tidak hanya

ditegur saja tetapi diberikan sanksi untuk membuat pekerja jera dan patuh

Page 131: Laporan Magang Yuni Ristiani

122

terhadap pemakaian APD. Sebaliknya, perusahaan hendaknya memberikan

reward kepada para pekerja yang patuh memakai APD saat melakukan

pekerjaan. Dengan demikian penggunaan APD dapat dilaksanakan dengan

baik oleh pekerja demi keamanan bekerja di PT. ISM Tbk Bogasari Flour

Mills.

Oleh karena itu, sebaiknya pengawasan terhadap APD tidak hanya

dilakukan oleh manajemen saja, tetapi pekerja juga berwenang untuk

menindak ketidakdisiplinan terhadap penggunaan APD secara langsung

apabila ada pekerja yang tidak disiplin dalam penggunaan APD.

4. 10 Pelatihan pemakaian APD di Subdepartment Pest Control

PT. ISM Tbk Bogasari Flour Mills sudah melakukan pelatihan secara

khusus tentang pemakaian APD yang benar dan sesuai. Pelatihan dilakuka

oleh phak perusahaan dan pihak luar sebagai trainer. Pelatihan yang

dilakukan pada saat pekerja pertama kali bekerja dan melakukan pekerjaan.

Hal-hal yang dijelaskan kepada pekerja baru adalah jenis pekerjaan, bahaya

pekerjaan serta risikonya, dan APD apa yang harus dipakai dan cara

pemakaiannya.

Menurut Budiono, dkk (2003) perlunya pembinaan terus menerus

dapat meningkatkan kesadaran dan wawasan pekerja. Salah satu cara yang

efektif adalah melalui pelatihan. Peningkatan wawasan dan pengetahuan akan

menyadarkan tentang pentingnya penggunaan APD, sehingga efektif dan

benar dalam penggunaan, serta tepat dalam pemeliharaan dan

penyimpanannya.

Page 132: Laporan Magang Yuni Ristiani

123

Dengan diadakannya pelatihan dapat menambah pengetahuan pekerja

tentang APD, mengetahui bagaimana cara menggunakan APD yang baik dan

benar, cara pemeliharaan dan penyimpanannya. Dengan demikian program

penggunaan APD dapat dilaksanakan dengan baik oleh pekerja dan pekerja

merasa aman serta nyaman dalam bekerja serta tidak merasa terganggu

dengan memakai kelengkapan APD, serta dapat meningkatkan kedisiplinan

dan dapat mengurangi risiko untuk terjadinya penyakit akibat kerja.

Page 133: Laporan Magang Yuni Ristiani

124

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk Divisi Bogasari Flour Mills

merupakan perusahaan produsen tepung terigu yang melayani kebutuhan

pangan masyarakat Indonesia Security and Safety Department adalah

departemen yang menangani tentang keselamatan dan kesehatan kerja

perusahaan.. Pest control merupakan suatu subdepartemen dari

production facility yang bertugas dalam pengendalian dan pemberantasan

hama yang melakukan kegiatan spraying, fogging dan fumigasi.

2. Potensi bahaya pada tiap pekerjaan dan pengendalian yang telah

diterapkan, yaitu:

a. Bahaya pada pekerjaan fogging dan spraying

Bahaya yang mungkin terjadi adalah bahaya kebakaran atau

ledakan, terpapar bahan kimia, menghirup bahan kimia saat

pencampuran, terpapar asap fogging dan cairan spraying,

kebisingan, terjatuh di lantai yang sama, terjatuh dari tempat tinggi,

tertimpa benda jatuh, mata terkena cairan spraying, badan terpapar

asap fogging dan cairan spraying dan terhirup debu. Pengendalian

yang telah dilakukan adalah secara engineering dengan

pelaksanaan pekerjaan sesuai SOP, membersihkan knalpot dari

kerak, menyalakan dan mematikan mesin di lokasi yang aman,

memastikan tutup lubang bahan bakar dan mesin sudah dalam

Page 134: Laporan Magang Yuni Ristiani

125

kondisi baik, pembersihan area, dan pemasangan pagar pembatas.

Secara administratif dengan penerapan shift kerja, training dan

safety induction. Dan pengendalian dengan pemakaian APD yaitu

masker, sarung tangan, kacamata, safety belt/body harness, safety

shoes, topi pelindung, baju pelindung, dan earplug.

b. Bahaya pada pekerjaan fumigasi

Bahaya yang mungkin terjadi adalah terpapar/menghirup bahan

kimia saat pengukuran jumlah bahan fumigan, terpapar gas

fumigan, kebisingan, terpleset/terjatuh pada lantai yang sama,

terjatuh dari ketinggian, terjebak, tertimpa benda jatuh, dan

terhirup debu. Pengendalian yang telah dilakukan adalah secara

engineering dengan pelaksanaan sistem Log Out-Tag Out, sistem

izin kerja ruang terbatas, pembersihan area, dan pemasangan pagar

pembatas. Secara administratif dengan penerapan shift kerja,

training dan safety induction. Dan pengendalian dengan pemakaian

APD yaitu masker, sarung tangan, kacamata, safety belt/body

harness, safety shoes, topi pelindung, baju pelindung, dan earplug.

3. Jenis-jenis APD yang digunakan terdiri atas:

a. Topi pelindung terbuat dari topi berbahan kain. Masing-masing

pekerja diberikan satu buah topi tiap setahun sekali.

b. Kacamata keselamatan (goggles) terbuat dari plastik transparan

menutup area sekitar mata yang lebih melindungi pekerja apabila

Page 135: Laporan Magang Yuni Ristiani

126

memasuki area yang terdapat percikan cairan, asap, serbuk atau debu.

Masing-masing pekerja diberikan satu buah kacamata setiap satu

tahun sekali.

c. Earplug (pelindung telinga) terbuat dari busa yang hanya dapat

dipakai beberapa kali. Earplug ini memiliki Noise Reduction Rating

(NRR) sebesar 29 dB. Standar yang digunakan adalah ANSI 19—

1974 dengan merk 3M. Pekerja diberikan earplug masing-masing dua

pasang yang mana jika sudah tidak layak pakai dapat meminta

kembali ke perusahaan.

d. Pelindung tangan yang tersedia yaitu sarung tangan berbahan karet.

Pekerja diberikan sarung tangan masing-masing satu pasang yang

mana jika sudah tidak layak pakai dapat meminta kembali ke

perusahaan.

e. Pelindung pernapasan yang disediakan adalah masker half-face

respirator dan full-face respirator. Masing-masing pekerja

mempunyai satu buah half-face respirator. Sedangkan untuk full-face

respirator hanya disediakan beberapa buah saja.

f. Pelindung kaki terbuat dari kulit, ujung sepatu dilapisi baja, bagian

bawah yang bermotif timbul agar melindungi pekerja dari bahaya

terpleset saat sedang bekerja dibagian yang basah dan licin. Standar

yang digunakan adalah ANSI Z41.1-1991. Setiap tahunnya pekerja

diberikan 2 pasang sepatu yang mana terdiri dari sepatu bertali dan

tidak bertali.

Page 136: Laporan Magang Yuni Ristiani

127

g. Pelindung tubuh berupa baju lengan panjang dan celana panjang yang

disediakan perusahaan kepada pekerja setiap tahunnya sebanyak tiga

pasang. Terbuat dari bahan sintesis yang tahan terhadap bahan kimia.

h. Pelindung dari ketinggian yang disediakan adalah safety belt/body

harness.

4. Jenis APD yang disediakan oleh perusahaan sudah sesuai dengan hasil

identifikasi bahaya kecuali untuk pelindung kepala berupa topi

pelindung.

5. Pemeliharaan APD terbagi dua, yaitu:

a. Pemeliharaan oleh pekerja diserahkan sepenuhnya kepada pekerja

seperti kacamata keselamatan (goggles), safety shoes, baju pelindung,

earplug, sarung tangan karet, dan topi pelindung.

b. Pemeliharaan oleh perusahaan dilakukan oleh pihak perusahaan,

seperti masker half-face respirator dan full-face respirator serta

safety belt/body harness.

6. Penyimpanan APD terbagi dua, yaitu:

a. Penyimpanan oleh pekerja diserahkan sepenuhnya kepada pekerja,

seperti kacamata keselamatan (goggles), safety shoes, baju pelindung,

earplug, sarung tangan karet, dan topi pelindung.

Page 137: Laporan Magang Yuni Ristiani

128

b. Penyimpanan oleh perusahaan dilakukan oleh perusahaan, seperti

half-face respirator dan full-face respirator dan safety belt/body

harness.

7. Pengawasan terhadap APD yang digunakan oleh pekerja dilakukan oleh

para inspector di bagian department security and safety setiap hari saat

melakukan inspeksi ke berbagai tempat atau lokasi pekerjaan.

8. Pelatihan dilakukan pada saat pekerja pertama kali bekerja dan

melakukan pekerjaan yang dilakukan oleh perusahaan dan pihak luar

sebagai trainer. Hal-hal yang dijelaskan kepada pekerja baru adalah jenis

pekerjaan, bahaya pekerjaan serta risikonya, dan APD apa yang harus

dipakai dan cara pemakaiannya.

5.2 Saran

1. Sebaiknya pengawasan terhadap pemakaian APD terus dilakukan untuk

memantau kepatuhan dan kedisiplinan para pekerja dalam memakai

APD.

2. Sebaiknya pengawasan terhadap kelengkapan APD yang dipakai sebelum

bekerja dilakukan untuk mengurangi kemungkinan bahaya yang terjadi.

3. Sebaiknya disediakan Self Containing Breathing Aparatus (SCBA) untuk

mengantisispasi terjadinya perubahan kadar oksigen dan gas-gas lainnya

di dalam ruangan tertutup saat melakukan pekerjaan.

Page 138: Laporan Magang Yuni Ristiani

129

4. Sebaiknya perusahaan dalam menyediakan alat pelindung diri perlu

mempertimbangkan kualitas dari APD tersebut dari segi bahan dan

kemampuannya dalam mengurangi paparan bahaya.

5. Sebaiknya perusahaan menyediakan safety helmet untuk pekerja pest

control sebagai pengganti topi pelindung berbahan kain.

6. Sebaiknya perusahaan memberikan sanksi terhadap pekerja yang tidak

patuh dalam menggunakan APD sehingga dapat membuat jera bagi

pekerja yang tidak patuh menggunakan APD dan menyediakan reward

bagi pekerja yang patuh.

7. Sebaiknya pelatihan dan pembinaan dilakukan secara berkala untuk me-

refresh pekerja agar pekerja mengetahui cara pemakaian, pemeliharaan,

penyimpanan suatu APD.

Page 139: Laporan Magang Yuni Ristiani

130

DAFTAR PUSTAKA

Anizar. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri. Yogyakarta : Graha

Ilmu; 2009.

Australian Standard / New Zealand Standard 4360. Risk Management Guidelines. Sydney;

1999.

Budiono, Sugeng A. M (dkk). Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan Kerja Edisi

ke 2. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro; 2003

Cooling, David A. Industrial Safety Management and Technology. Pentice Hall.Inc;

1990

Departemen Tenaga kerja, Modul Pelatihan Hiperkes dan Keselamatan Kerja

Dengan Materi Alat Pelindung Diri. Badan Litbang Depnakertrans pusat

pengembangan keselamatan kerja dan Hiperkes Tahun 2002.

Habsari Niken Diana. Bunga Rampai Hiperkes & KK Higiene Perusahaan

Ergonomi, Kesehatan Kerja, Keselamatan Kerja, Badan Penerbit

Universitas Diponogoro Semarang; 2003.

ILO. Dasar-dasar Keselamatan Kerja Bidang Kimia dan Pengendalian Bahaya

Besar. Geneva : Internasional Labour; 1996

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No. 01 Tahun

1981 Tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No. 03 Tahun

1982 Tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 03 Tahun 1986 tentang

Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Tempat Kerja Yang Mengelola

Pestisida.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 08 Tahun 2010 tentang Alat

Pelindung Diri.

Page 140: Laporan Magang Yuni Ristiani

131

Peraturan Pemerintah No, 07 Tahun 1973 Tentang Pengawasan Atas Peredaran,

Penyimpanan, dan Penggunaan Pestisida.

Ridley and Channing, John. Risk Management Safety at Work. Butterworth-

Heinemann: ElsivierScience Ltd; 1998.

Santoso, Gempur. Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta : Gunung

Agung; 1997

Sartika. Gambaran Penggunaan Pelaksanaan Program Penggunaan Alat Pelindung

Diri di Bagian Produksi Non Penecilin di PT. Alphafarma. Laporan

magang Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia:

2005.

Sumamur. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT.Gunung Agung;

1996.

Suma‘mur. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: PT.Gunung

Agung; 1981.

Suma‘mur. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: PT.Gunung

Agung; 1986.

Supriyadi, Gemilar Sapta Pratama. Penilaian Risiko Kecelakaan Pada Kegiatan di

Bagian Pengantongan PT. Semen Cibinong Tbk Bogor. Skripsi. Depok :

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia; 2005

Undang-undang No.1 tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.