yuni refkas 1 tifoid.doc

45
REFLEKSI KASUS I Seorang Anak dengan Demam Tifoid dan Status Gizi Baik oleh : Yuni Ismulyati 012116555 Pembimbing: dr. Slamet Widi Saptadi, Sp. A dr. Zuhriah Hidajati, Sp. A dr. Lilia Dewiyanti, Sp. A dr. Neni Sumarni, Sp.A

Upload: yuni-ismulyati

Post on 31-Jan-2016

283 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: YUNI REFKAS 1 TIFOID.doc

REFLEKSI KASUS I

Seorang Anak dengan Demam Tifoid dan Status Gizi Baik

oleh :

Yuni Ismulyati

012116555

Pembimbing:

dr. Slamet Widi Saptadi, Sp. A

dr. Zuhriah Hidajati, Sp. A

dr. Lilia Dewiyanti, Sp. A

dr. Neni Sumarni, Sp.A

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

2015

Page 2: YUNI REFKAS 1 TIFOID.doc

I. IDENTITAS PENDERITA

Nama : An. N.S.

Umur : 12 tahun

Berat Badan : 37 kg

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Telogomulyo RT 2/RW2

Pendidikan : SD

Bangsal : Nakula (3.5)

Masuk RS : 14 November 2015

Nama Ayah : Tn. R

Umur : 40 tahun

Pekerjaan : Dagang

Pendidikan : SMA

Nama Ibu : Ny. K

Umur : 38 Tahun

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Pendidikan : SMA

II. DATA DASAR

1. Anamnesis ( Alloanamnesis )

Autoanamnesis dan alloanamnesis dengan pasien dan dengan ibu pasien

dilakukan pada tanggal 15 November 2015 pukul 15.30 WIB di Bangsal Nakula

dan didukung dengan catatan medis.

a. Keluhan Utama : Demam

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Sebelum masuk rumah sakit :

7 hari SMRS ibu pasien mengatakan pasien demam, demam naik turun.

Demam dirasakan lebih tinggi pada saat malam hari kemudian mulai turun

pada pagi hari meskipun tidak sampai suhu normal. Pasien tampak lemah

dan mengeluh pusing. Saat demam muncul pasien tidak mengigau, tidak

1

Page 3: YUNI REFKAS 1 TIFOID.doc

mengggigil, tidak kejang, tangan dan kaki tidak dingin. Ibu pasien

mengatakan pasien tidak teratur makan, mempunyai kebiasaan makan pedas

dan banyak minum es. Pasien mengatakan setiap kali makan merasa mual

tapi tidak sampai muntah. Keluhan batuk pilek disangkal pasien. BAB

seperti biasa sekali sehari, warna kekuningan, konsistensi lunak, tidak ada

lendir dan darah. BAK lancar seperti biasa dan tidak nyeri. Ibu pasien

mengaku jika anaknya sering jajan sembarangan dan jarang mencuci tangan

sebelum makan.

1 hari SMRS ibu pasien mengatakan pasien masih demam naik turun,

demam lebih tinggi dan pasien tampak menggigil, tampak lemah, nyeri ulu

hati, nafsu makan menurun dan mual muntah setiap makan minum. Pasien

belum BAB selama 3 hari, namun BAK lancar seperti biasa. Sesuai anjuran

dokter keluarga, ibu membawa anak ke IGD RSUD Kota Semarang.

Saat dirumah sakit

Pasien datang dalam keadaan lemah, demam, nyeri ulu hati, akral

dingin dan disertai mual muntah. Oleh dokter IGD RSUD Kota Semarang

pasien disarankan untuk mondok.

Setelah masuk bangsal :

Sehari setelah dirawat, demam turun setelah diberikan obat penurun

panas, nafsu makan masih menurun, pasien belum bisa BAB, namun BAK

seperti biasa, lancar dan tidak nyeri. Mual dan muntah mulai berkurang.

Pasien baru bisa BAB setelah 3 hari di rawat.

c. Riwayat Penyakit Dahulu :

- Riwayat sering jajan sembarangan di akui pasien.

- Pasien tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya. Pasien tidak pernah

dirawat di rumah sakit.

- Riwayat pasien dan anggota keluarga berkunjung ke daerah endemis

malaria disangkal.

- Riwayat anak nyeri saat kencing disangkal.

- Riwayat batuk lebih dari 3 minggu disangkal, riwayat demam lebih dari 2

minggu disangkal, riwayat berat badan tidak naik-naik atau turun

disangkal, riwayat kontak dengan penderita TBC disangkal.

- Riwayat alergi disangkal.

2

Page 4: YUNI REFKAS 1 TIFOID.doc

d. Riwayat Penyakit Keluarga :

- Keluarga pasien tidak memiliki keluhan yang sama

e. Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien tinggal bersama kedua orang tua dan kedua kakaknya. Pasien

anak ketiga dari tiga bersaudara. Ayah pasien bekerja sebagai pedagang, ibu

pasien sebagai ibu rumah tangga. Biaya pengobatan ditanggung sendiri. Air

untuk minum dan keperluan sehari-hari berasal dari PAM. Rumah dengan 3

kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 kamar mandi di dalam rumah terletak di dekat

dengan dapur. Dinding rumah dari tembok. Rumah saling berdampingan

dengan tetangga lainnya

Kesan : Sosial ekonomi cukup

f. Riwayat Persalinan dan Kehamilan :

Anak perempuan lahir dari ibu P3A0, hamil 37 minggu, lahir spontan di

rumah sakit, langsung menangis, berat badan lahir 2700 gram, panjang badan

saat lahir, lingkar kepala dan lingkar dada saat lahir ibu tidak ingat,tidak ada

kelainan bawaan.

Kesan : neonatus aterm, lahir spontan per vaginam, vigorous baby

g. Riwayat Pemeliharaan Prenatal :

Ibu memeriksakan kandungannya secara teratur ke puskesmas terdekat.

Mulai saat mengetahui kehamilan hingga usia kehamilan 9 bulan pemeriksaan

dilakukan 1x/bulan. Selama hamil ibu telah mendapat suntikan TT. Ibu

mengaku tidak pernah menderita penyakit selama kehamilan. Riwayat

perdarahan dan trauma saat hamil disangkal. Riwayat minum obat tanpa resep

dokter ataupun minum jamu disangkal.

Kesan : riwayat pemeliharaan prenatal baik

h. Riwayat Pemeliharaan Postnatal :

Pemeliharaan postnatal dilakukan di bidan dan anak dalam keadaan sehat.

Kesan : riwayat pemeliharaan postnatal baik

3

Page 5: YUNI REFKAS 1 TIFOID.doc

i. Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan Anak :

Pertumbuhan :

Berat badan lahir 2700 gram, panjang badan tidak diketahui. Berat badan

sekarang 32 kg, tinggi badan sekarang 135 cm.

Perkembangan :

- Senyum : 2 bulan

- Miring : 3 bulan

- Tengkurap : 5 bulan

- Duduk : 8 bulan

- Berdiri : 10 bulan

- Berjalan : 12 bulan

- Berbicara 1 kata : 12 bulan

- Menyusun kalimat : 2 tahun

Saat ini anak berusia 12 tahun, berbicara lancar, interaksi dengan teman-teman

baik, tidak ada gangguan emosional.

Kesan : pertumbuhan dan perkembangan sesuai umur.

j. Riwayat Makan dan Minum Anak

ASI diberikan sejak lahir sampai usia 2 tahun. Setelah usia 6 bulan,

selain ASI anak juga mendapat diberikan makanan pendamping ASI berupa

pisang yang dilumat halus, bubur susu, nasi tim, dan buah. Setelah 2 tahun

anak mendapat tambahan susu formula dan diberikan makanan padat seperti

anggota keluarga yang lain.

Kesan : kualitas dan kuantitas makanan baik

k. Riwayat Imunisasi :

BCG : 1x (1 bulan ), scar (+) di lengan kanan atas

DPT : 3x (2, 4, 6 bulan)

Polio : 4x (0, 2, 4, 6 bulan)

Hepatitis B : 3x (0,1,6 bulan)

Campak : 1x (9 bulan)

Kesan : Imunisasi dasar sesuai dengan umur dan tepat waktu.

4

Page 6: YUNI REFKAS 1 TIFOID.doc

l. Riwayat Keluarga Berencana :

Ibu penderita menggunakan steril.

m.Pemeriksaan Status Gizi

Anak perempuan, usia 12 tahun

Berat badan 32 kg

Tinggi badan 135 cm

WAZ = BB - Median = 32– 41,5 = - 1,36 SD (normal)

SD 7,0

HAZ = TB - Median =135 – 151,5 = - 2,42 SD (pendek)

SD 6,8

WHZ = BB - Median = 32 – 30,1 = - 0,35 SD (normal )

SD 5,4

Kesan : status gizi baik dengan perawakan pendek

III. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 15 November 2015 pukul 17.00 WIB

Anak perempuan usia 12 tahun, berat badan 32 kg, tinggi badan 135cm.

1. Keadaan Umum :composmentis, lemah, tampak sakit ringan, gizi baik.

2. Tanda vital :

- Tekanan Darah : 110/80 mm Hg

- Nadi : 100 x/ menit, reguler, isi dan tegangan cukup, equal

kanan kiri.

- Laju nafas : 25x/ menit

- Suhu : 38,5° C ( aksila )

3. Status Internus

a. Kepala : Normocephale, ubun-ubun besar tidak menonjol, kulit kepala tidak

ada kelainan, rambut hitam dan distribusi merata

b. Kulit : Tidak sianosis, turgor kembali cepat <2 detik, ikterus (-), petechie (-)

c. Mata : Pupil bulat, isokor, Ø 4mm/ 4mm, refleks cahaya (+/+) normal,

konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

d. Hidung : bentuk normal, sekret (-/-), nafas cuping hidung (-)

e. Telinga : bentuk normal, serumen (-/-), discharge (-/-), nyeri (-/-)

5

Page 7: YUNI REFKAS 1 TIFOID.doc

f. Mulut : bibir kering (+), sianosis (-), pendarahan gusi (-) lidah kotor di tengah,

tepi hiperemis, tidak tremor

g. Tenggorok : tonsil ukuran T1-T1, permukaan rata, kripte tonsil tidak melebar,

tidak hiperemis, faring hiperemis (-)

h. Leher : simetris, tidak ada pembesaran kelenjar limfe

i. Thorax

Paru

- Inspeksi : Hemithoraks dextra et sinistra simetris dalam keadaan statis

maupun dinamis, retraksi suprasternal, intercostal dan

epigastrial (-).

- Palpasi : stem fremitus dextra et sinistra simetris

- Perkusi : sonor di seluruh lapang paru

- Auskultasi : suara dasar : vesikuler

suara tambahan : ronki (-/-), wheezing (-/-)

Jantung

- Inspeksi: Ictus cordis tampak

- Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V, 2 cm medial linea mid clavicula

sinistra, tidak melebar,tidak kuat angkat

- Perkusi batas jantung :

atas : ICS II linea parasternalis sinistra

pinggang : ICS III linea parasternalis sinistra

kanan bawah : ICS V linea sternalis dextra

kiri bawah : ICS V, 2 cm medial linea mid claviculasinistra

- Auskultasi :BJ I-IInormal, murmur (-), gallop (-), bising (-)

j. Abdomen :

- Inspeksi : datar

- Auskultasi : BU (+) normal

- Perkusi : timpani (+)

- Palpasi : supel, defense muscular (-), nyeri tekan pada regio epigastrium,

hepar dan lien dalam batas normal

k. Genitalia : Perempuan, tidak ada kelainan

l. Ekstremitas :

  Superior Inferior

6

Page 8: YUNI REFKAS 1 TIFOID.doc

Akral Dingin -/-   -/-

Akral Sianosis  -/-  -/-

Udem  -/-  -/-

Petechie  -/-  -/-

Capillary Refill Time <2" <2"

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Darah Rutin

Pemeriksaan Serologi

Widal :

- S. typhi O : (+) 1/160

- S. typhi H : (+) 1/160

Ig M Salmonella typhi : +4

Kesan : infeksi demam typhoid aktif

Usulan Pemeriksaan :

- Pemeriksaan hitung jenis leukosit

- Pemeriksaan kultur darah

V. RESUME

7

Pemeriksaan 14/11/2015 15/11/2015 16/11/2015

Hb 14,8 g/Dl 12.8 g/dL 11,2 g/dL

Ht 42,40 % 37 % 33,90 %

Leukosit 5400/ mm3 5300/ mm3 3500/ mm3

Trombosit 181.000/ mm3 120.000/ mm3 107.000/ mm3

Page 9: YUNI REFKAS 1 TIFOID.doc

Telah diperiksa seorang anak perempuan usia 12 tahun, BB 32 kg, TB 135 cm

dengan keluhan demam naik turun sejak 7 hari SMRS. Demam dirasakan lebih tinggi

pada saat malam hari kemudian mulai turun pada pagi hari meskipun tidak sampai suhu

normal. Pasien tampak lemah dan mengeluh pusing. Saat demam muncul pasien tidak

mengigau, tidak mengggigil dan tidak kejang. Ibu pasien mengatakan pasien tidak

teratur makan, mempunyai kebiasaan jajan sembarangan dan jarang mencuci tangan

sebelum makan. Pasien mengatakan setiap kali makan merasa mual tapi tidak sampai

muntah. Keluhan batuk pilek disangkal pasien. BAB seperti biasa sekali sehari, warna

kekuningan, konsistensi lunak, tidak ada lendir dan darah. BAK lancar seperti biasa dan

tidak nyeri. 1 hari SMRS ibu pasien mengatakan pasien masih demam naik turun,

demam lebih tinggi dan pasien tampak menggigil, tampak lemah, nyeri ulu hati, nafsu

makan menurun dan mual muntah setiap makan minum. Pasien belum BAB selama 3

hari, namun BAK lancar seperti biasa. Sesuai anjuran dokter keluarga, ibu membawa

anak ke IGD RSUD Kota Semarang.

Hasil Pemeriksaan Fisik

- Keadaan Umum :composmentis, lemah, tampak sakit ringan, gizi baik

- Tanda vital :

Tekanan Darah : 110/80 mm Hg

Nadi : 100 x/ menit, reguler, isi dan tegangan cukup, equal

kanan kiri

Laju nafas : 28x/ menit

Suhu : 38,7° C ( aksila )

- Status Internus

Mulut : bibir kering dan pecah-pecah, lidah kotor (+)

Abdomen : nyeri tekan epigastrium

Hasil Pemeriksaan Penunjang

- Darah rutin : leukositosis

- Serologi : Widal S. typhi O 1/160

S. typhi H 1/160

Ig M Salmonella typhi +4

VI. DIAGNOSIS BANDING

Observasi febris ≥ 7 hari :

8

Page 10: YUNI REFKAS 1 TIFOID.doc

1. Demam tifoid

2. Malaria

3. ISK

4. TBC

VII. DIAGNOSIS SEMENTARA

1. Demam tifoid

2. Status gizi baik

VIII. TERAPI

Non medikamentosa

- Tirah baring

- Diet :

Diet lunak (bisa bubur atau nasi, dengan syarat dikunyah hingga lembut)

Rendah serat (sayur bayam, sop wortel,buncis muda)

Tinggi protein ( hati ayam, daging, telur rebus, tempe,tahu, susu)

Menghindari makanan pedas, berbumbu tajam atau merangsang

Banyak minum air putih

Anjurkan kompres jika demam

Medikamentosa

Infus RL 3 cc/kgBB/jam 96 tpm

Injeksi :

Inj. Chloramphenicol 3 x 50 mg selama 10-14 hari

Inj. Ranitidin 2 x ¾ amp

Inj. Ondansetron 3 x ½ amp

Inj. Vit.C 1 x 100 mg

Per oral : PCT syr 3 x ¾ tab (500 mg)

IX. EDUKASI :

1. Tirah baring dan istirahat cukup.

2. Menjaga higiene personal, keluarga dan sanitasi lingkungan termasuk cuci tangan

sebelum dan sesudah makan, setelah BAB dan BAK.

3. Makan makanan rendah serat,lunak (bubur), lalu berangsur-angsur pindah ke

makanan biasa (nasi) atau boleh makan nasi tetapi dikunyah lembut.

9

Page 11: YUNI REFKAS 1 TIFOID.doc

4. Mengurangi jajan sembarangan.

5. Menjelaskan kepada keluarga mengenai perjalanan penyakit dan komplikasi yang

bisa terjadi.

X. PROGNOSIS

Quo ad vitam : ad bonam

Quo ad functionam : ad bonam

Quo ad sanationam : ad bonam

10

Page 12: YUNI REFKAS 1 TIFOID.doc

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN.

Typhus Abdominalis (demam tifoid, enteric fever) ialah penyakit infeksi akut

yang biasaya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu

minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran (Ngastiyah, 1999).

Demam tifoid adalah infeksi demam sistemik akut yang nyata pada fogosit

mononuclear dan membutuhkan tatanama yang terpisah. (Horrison, 1999)

Demam enterik adalah sindrom klinis sitemik yang dihasilkan oleh organisme

salmonella tertentu (Nelson, 1999).

Tifus abdominalis adalah infeksi yang mengenai usus halus, disebarkan dari

kotoran ke mulut melaluiu makanan dan minuman dan air yang tercemar dan sering

timbul dalam wabah (Markum, 1991).

Jadi tifus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh kuman

salmonella typhi dan terdapat pada saluran pencernaan yang disertai dengan demam lebih

dari satu minggu, dan gangguan kesadaran.

11

Page 13: YUNI REFKAS 1 TIFOID.doc

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI

Gambar 1

Anatomi Saluran Cerna

12

Page 14: YUNI REFKAS 1 TIFOID.doc

Gambar: http:www.medicastore.com

Sistem pencernaan berurusan dengan penerimaan makanan dan

mempersiapkanya untuk asimilasi oleh tubuh. Saluran pencernaan terdiri atas bagian-

bagian berikut:

13

Page 15: YUNI REFKAS 1 TIFOID.doc

1. Mulut

Adalah rongga lonjong pada permulaan saluran pencernaan. Terdiri atas dua

bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang diantara gusi serta gigi dengan

bibir dan pipi, dan bagian dalam yaitu rongga mulut yang dibatasi disisi-sisinya oleh

tulang maxilaris dan semua gigi dan disebelah belakang bersambung dengan awal

farinx.

Gambar 2

Anatomi Mulut

Gambar:

http:www.medicastore.com

a. Bagian luar yang sempit/vestibula yaitu ruang diantara gusi,gigi,bibir,dan pipi :

1) Bibir

Disebelah luarmulut ditutupi oleh kulit dan disebelah dalam ditutupi

oleh selaput lendir (mukosa)Otot orbikularis oris menutupi bibir. Levator

anguli oris mengakat dan depressor anguli oris menekan ujung mulut.

2) Pipi,dilapisi dari dalam oleh mukosa yang mengandung

papila,otot yang terdapat pada pipi adalah otot buksinator.

3) Gigi

b. Bagian rongga mulut atau bagian dalam,yaitu rongga mulut yang dibatasi

sisinya oleh tulang maksilaris, palatum dan mandibularis disebelah belakang

bersambung dengan faring.

14

Page 16: YUNI REFKAS 1 TIFOID.doc

1) Palatum terdiri atas 2 bagian yaitu: Palatum Durum (palatum keras) yang

tersususn atas tajuk-tajuk palatum dari sebelah tulang maksilaris dan lebih

kebelakang terdiri dari 2 tulang palatum. Palatum Mole (palatum lunak)

terletak dibelakang yang merupakan lipatan menggantung yang dapat

bergaerak,terdiri atas jaringan Fibrosa dan selaput lendir.

2) Lidah

Terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir, kerja otot lidah

ini dapat digerakkan kesegala arah.

Lidah dibagi atas 3 bagian:

a). Radiks Lingua = pangkal lidah

b). Dorsum lingua = punggung lidah

c). Apeks Lingua = ujung lidah

Pada pangkal lidah yang belakang terdapat epligotis, Punggung lidah (dorsum

lingua),terdapat putting-putting pengecap/ ujung saraf pengecap, Frenulum

lingua,merupakan selaput lendir yang terdapat pada bagian bawah kira-kira

ditengah-tengah, jika lidah digerakkan ke

atas nampak selaput lendir. Flika sub lingua, terdapat disebelah kiri dan kanan

frenulum lingua. Disini terdapat pula lipatan selaput lendir.

Pada pertengahan flika sub lingua ini terdapat saluran dari glandula parotis,

sub maksilaris dan glndula sub lingualis.

1) Kelenjar Ludah

Merupakan kelenjar yang mempunyai duktus yang bernama duktus wartoni

dan duktus stnsoni. Kelenjar ludah ada2, yaitu:

a). Kelenjar ludah bawah rahang (kelenjar submaksilaris) yang terdapat di

bawah tulang rahang atas pada bagian tengah.

b). Kelenjar ludah bawah ludah (kelenjar sublingualis) yang terdapat

disebelah depan dibawah lidah.

Dibawah kelenjar ludah bawah rahang dan kelenjar ludah bawah

lidah. diantara lipatan bawah lidah bagian bawah dari lidah disebut

koronkula. sublingualis serta hasil sekresinya berupa kelenjar luadah

15

Page 17: YUNI REFKAS 1 TIFOID.doc

(saliva). Saliva dihasilkan didalam rongga mulut disekitar rongga mulut.

Disekitar rongga mulut terdapat 3 buah kelenjar ludah yaitu:

i. Kelenjar parotis, letaknya dibawah depan dari telinga diantara prosesus

mastoid kiri dan kanan os mandibular,duktusnya duktus

stensoni.Duktus ini keluar dari glandula parotis menuju kerongga

mulut melalui pipi (muskulus buksinator)

ii. Kelenjar submaksilaris,terletak dibawah rongga mulut bagian

belakang,duktusnya bernama duktus wartoni,bermuara di rongga mulut

bermuara didasar rongga mulut. Kelenjar ludah didasari oleh saraf-

saraf tak sadar.

2) Otot lidah

Otot ekstrinsik lidah berasal darirahang bawah (M.mandibularis,oshitoid dan

prosesus steloid) menyebar kedalam lidah membentuk anyaman bergabung

dengan otot intrinsik yang terdapat pada lidah. M.Genioglossus merupakan

otot lidah yang terkuat berasal dari permukaan tengah bagian dalam yang

menyebar sampai ke radiks lingua.

2. Farinx

Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan

(esofagus),didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kumpulan kelenjar

limfe yang banyak mengandung limfosit.

Disini terletak persimpangan antara jalan nafas dengan jalan makanan,letaknya

dibelakang rongga mulut dan rongga hidung,didepan ruas tulang belakang.

Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung dengan perantaran

lubang bernama koana.

Keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaran lubang

yang disebut ismus fausium.

Tekak terdiri dari:

a. Bagian superior (nasofaring ),bermuara tuba yang menghubungkan

tekak dengan ruang gendang telinga.

16

Page 18: YUNI REFKAS 1 TIFOID.doc

b. Bagian media (orofaring),berbatas kedepan sampai diakar lidah bagian

superior disebut faring = faring yang menghubungkan tekak dengan

tenggorokan (trakea).

c. Bagian inferior = bagian yang sama tinggi dengan faring

3. Esofagus

Merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan lambung,panjangnya +

25 cm,mulai dari faring sampai masuk kardiac dibawah lambung.

Lapisan dinding esofagus dari dalam ke luar terdiri dari : lapisan selaput lendir

(mukosa),lapisan submukosa,lapisan otot melingkar sirkuler dan lapisan otot

memanjang longitudinal. Esofagus terletak dibelakang trakea dan didepan tulang

punggung setelah melalui toraks menembus diafragma masuk ke dalam abdomen

menyambung dengan lambung.

4. Lambung (gaster)

Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling banyak terutama

didaerah epigaster lambung, terdiri dari bagian atas fundus uteri berhubungan dengan

esofagus melalui orifisium pilarik terletak dibawah diafragma didepan pangkreas dan

limpa menempel disebelah kiri fundus uteri.

Bagian lambung terdiri dari:

a. fundus ventrikuli

Bagian yang menonjol keatas terletak sebelah kiri osteom kardium dan

biasanya penuh berisi gas.

b. korpus fentrikuli

Korpus fentrikuli setinggi ostium kardium suatu lekukan pada bagian

bawah kurfatura minor.

c. antrum vilorus

Antrum vilorus bagian lambung berbentuk tabung mempunyai otot yang

tebal membentuk spinter pilorus.

d. Kurvatura minor

Kurvatura minor terdapat disebelah kanan lambung, terbentang dari

osteom kardiak sampai ke pilorus.

17

Page 19: YUNI REFKAS 1 TIFOID.doc

e. kurvatura mayor

Kurvatura mayor lebih panjang dari kurvatura minor terbentang dari sisi

kiri osteom kardiakum melalui fundus ventrikuli menuju kekanan sampai ke

pilorus inferior. Ligamentum gastro lenalis terbentang dari bagian atas

kurvatura mayor sampai ke limfa.

f. Osteom kardiakum

Osteom kardiakum merupakan tempat dimana esofagus bagian abdomen

masuk ke lambung pada bagian ini terdapat orifisium pilorik.

Gambar 3

Anatomi Lambung

Gambar: http:www.medicastore.com

5. Usus halus (intesinum minor)

Adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada pilorus

dan berakhir pada seikum, panjangnya kurang lebih 6 m merupakan saluran paling

panjang tempat proses pencernaan dan absorbsi hasil pencernaan. Usus halus terletak

didaerah umbilikus dan dikelilingi oleh usus besar dibagi dalam beberapa bagian.

a. Duodenum

Disebut juga usus 12 jari panjangnya kurang lebih 25 cm, berbentuk seperti

sepatu kuda melengkung kekiri pada lengkungan ini terdapat pangkreas.

b. Yeyenum dan illium

18

Page 20: YUNI REFKAS 1 TIFOID.doc

Mempunyai panjang sekitar 6 m, dua perlima bagian atas adalah (yeyenum)

dengan panjang 2-3 m dan ilium dengan panjang 4-5 m. Lekukan yeyenum dan

ilium melekat pada dinding abdomen posterior dengan perantara lipatan. peritonium

yang berbentuk kipas dikenal sebagai mesenterium. (Syaifuddin, 1992)

Gambar 4

Anataomi Usus Halus

Gambar:

http:www.medicastore.com

6. Usus besar

panjangnya 1,5 m lebarnya 5-6 cm, bagian-bagian usus besar:

a. Seikum

Dibawah seikum terdapat apendik vermiformis yang berbentuk seperti

cacing sehingga disebut juga umbai cacing, panjangnya 6 cm.

b. Kolon asenden

Panjangnya 13 cm terletak dibawah abdomen sebelah kanan membujur

keatas dari ilium kebawah hati.

19

Page 21: YUNI REFKAS 1 TIFOID.doc

c. Apendik

Bagian dari usus besar yang muncul seperti corong dari akhir seikum mempunyai

pintu keluar yang sempit tapi masih memungkinkan dapat dilewati oleh beberapa isi

usus.

d. Kolon tranfersum

Panjangnya 38 cm, membujur dari kolon asenden sampai ke kolon

desenden, berada dibawah abdomen, sebelah kanan terdapat flektura hepatika dan

sebelah kiri terdapat flektura lienalis.

e. Kolon desenden

Panjangnya 25 cm, terletak dibawah abdomen bagian kiri, membujur dari

atas ke bawah dari flksura lienalis sampai kedepan ilium kiri bersambung dengan

kolon sigmoid.

f. Kolon sigmoid

Merupakan lanjutan dari kolon desenden terletak miring dalam rongga

pelvis sebelah kiri, bentuknya menyerupai huruf S ujung bawahnya berhubungan

dengan rektum.

Gambar 5

Kolon Sigmoid

Gambar: http:www.medicastore.com

7. Rektum

Terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor dengan

anus, terletak dalam rongga pelvis didepan os sakrum dan os koksigis

20

Page 22: YUNI REFKAS 1 TIFOID.doc

8. Anus

Adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rektum dengan

dunia luar (udara luar) terletak didasar pelvis didingnya diperkuat oleh 3 spinter:

a. Spinter Ani Internus, bekerja tidak menurut kehendak.

b. Spinter Levator Ani, bekerja juga tidak menurut kehendak.

c. Spinter Ani Eksternus, bekerja menurut kehendak (Syaifuddin,

1992).

Gambar 6

Anatomi Anus

Gambar: http:www.medicastore.com

Fungsi primer saluran pencernaan adalah menyediakan suplai terus-menerus

pada tubuh akan air, elektrolit dan zat gizi. Sistem pencernaan dimulai pada saat

makanan masuk kedalam mulut dan di hancurkan oleh gigi.Penglihatan, penciuman

dan pengecap makanan mencetuskan saliva oleh reflek saraf. Seliva melumaskan

makanan dan memungkinkan makanan untuk diubah menjadi massa yang lunak atau

bolus. Sebagian makanan dihancurkan kemudian dapat lebih menstimulasi reseptor-

reseptor pengecap.Selain fungsi ini saliva juga mengandung enzim ptialin yang

memulai pemecahan karbohidrat menjadi gula sederhana. Saliva di sekresi oleh 3

kelenjar utama: Kelenjar parotis yang menghasilkan saliva yang banyak mengandung

air. Kelenjar sublingual dan kelenjar submandibular yang menghasilkan saliva berair

dan berlendir (Monica Ester, 1999).

21

Page 23: YUNI REFKAS 1 TIFOID.doc

Menelan dimulai sebagai kerja volunter yang kemudian bergabung berlahan

menjadi reflek ivolunter. Menelan terjadi dalam tiga tahapan :

1. Fase oral

Makanana yang telah dikunyah oleh mulut-dinamakan bolus-didorong ke

belakang mengenai dinding posterior faring oleh gerakan volunteer lidah.Akibat

yang timbul dari peristiwa ini adalah rangsangan untuk gerakan reflek menelan.

2. Fase faringeal

Platum mole dan uvula bergerak secara reflek menutup rongga hidung.Pada

saat yang sama, laring teranfkat dan nmenutup glottis, mencegah makanan

memasuki trakea. Kontraksi otot kontriktor faringeus mendorong bolus melewati

epiglotis menuju ke faring bagian bawah dan memasuki esophagus. Gerakan

retroversi epiglotis diatas orifisum. Laringius adalah tindak lanjut untuk

melindungi saluran pernapasan tetapi terutama untuk menuutup glottis sehingga

mencegah makanan memasuki trakea. Pernapasan secara serentak di hambat untuk

mengurangi kemungkinan aspirasi. Sebenarnya hampir tidak mungkin secara

Volunter menarik napas dan menelan secara bersamaan.

3. fase esophageal

Mulai saat otot krikofaringeus relaksasi sejenak dan memungkinkan bolus

masuk esophagus.Setelah relaksasi yang singkat ini gelombang peristaltic primer

yang dimulai dari faring dihantarkan ke otot krikofaringeus, menyebabkan

esophagus mendorong bolus menuju sfingter esophagus bagian distal. Adanya

lolus sejenak merelaksasikan otot sfingter distal ini sehingga memungkinkan

bolus masuk kelambung (prince, sylvia Anderson,2002).

Absorbsi didalam lambung sangat terbatas tetapi glukosa dan alkohol

diabsorbsi sangat baik. Di dalam lambung makanan diubah oleh berbagai bentuk

sekresi dari kelenjar lambung menjadi cairan seperti susu yang disebut kimus,

yang cocok untuk dapat melewati usus halus. Fundus dan korpus lambung

mempunyai kelenjar berduktus pendek dan asini panjang. Kelenjar ini dilapisi

oleh sel-sel peptic yang mensekresi pepsinogen suatu enzim yang diubah menjadi

pepsin dan dengan demikian dimulailah proses pemecahan protein.

Sel-sel oksintik yang mensekresi gas hidroklonik dan menghasilkan gas

berkonsentrasi tinggi di dalam lambung. Keasaman yang tinggi dapat mengubah

pepsinogen menjadi pepsin. Mensterilkan makanan membuat kalsium dan zat besi

22

Page 24: YUNI REFKAS 1 TIFOID.doc

cocok untuk diserap. Didalam antrum lambung kelenjar mempunyai duktus yang

panjang dan asini pendek berpilin kelenjar ini menghasilkan mukus bersifat basa

dan gastrin. Hormon yang sangat berguna yang mengontrol sekresi asam.

Kimus memasuki duodenum melalui pilorus dicampur oleh sekresi dinding

duodenum, empedu dan getah pankreas. Sekresi duodenum dari kelenjar mukosa

dan dari kelenjar submukosa bruners yang mengandung bikarbonat dan bersifat

basa, sehingga membantu menetralkan kimus yang asam. Empedu 1600 ml per

hari disekresi oleh sel-sel hepar dan disimpan dan dipekatkan (sekitar 10 kalinya)

didalam kandung empedu. Adanya makanan dalam duodenum menyebabkan

kandung empedu berkontraksi dan mengeluarkan empedu ke duktus sistikus dan

duktus empedu melalui ampula pada duodenum dan jejenum, mukosa terbenam

didalam lipatan-lipatan dan fili panjang dan sangat rapat. Mengarah lke ilium,

lapisan mukosa lebih sedikit lipatanya dan dindingnya lebih tipis dan vilinya lebih

pendek dan lebih panjang.

Pada sel-sel yang melapisi vili terjadi hal-hal berikut:

a. Proteas

Memecahkan peptida menjadi asam amino yang diserap melalui

kapiler-kapiler kedalam aliran darah.

b. Lactase

Laktase, sucrose, memecahkan disakarida menjadi monosakarida

(terutama glukosa) yang diserap melalui kapiler-kapiler kedalam aliran darah.

c. Lipase

Bekerja pada pemecahan lemak untuk membentuk ;

1) Asam-asam lemak sederhana dan gliserol yang diserap melalui kapiler

kapiler kedalam aliran darah

2) Asam-asam lemak rantai panjang dan gliseral yang bergabung kembali

untuk membentuk lemak trigliserida dan melewati kedalam lacteal limfatik

sebagai droplet yang sangat halus (kilomikron) bersamaan dengan vit A

dan D yang larut dalam lemak.

3) Garam-garam empedu yang direabsorbsi dalam ilium bagian bawah.

4) Vitamin-vitamin larut dalam air diserap langsung kedalam aliran darah.

5) Zat besi diserap terutama dalam duodenum bagian atas.

23

Page 25: YUNI REFKAS 1 TIFOID.doc

6) Vitamin B12 (berikatan dengan factor-faktor intrinsik) diserap pada ilium

bagian bawah.

Semua pencernaan dan penyerapan yang penting terjadi didalam usus

halus baik lambung maupun usus besar dapat diangkat seluruhnya tanpa

menyebabkan dampak yang serius kira-kira sampai sepertiga usus halus dapat

diangkat tanpa memberikan efek pada pencernaan dan daya tahan hidup masih

dapat dimungkinkan dengan kira-kira 1 meter usus halus kedalam keadaan

utuh.

Kimus bergerak dan ilium menuju sekum melalui katup ileo-sekal,

lipatan mukosa dalam cekum yang cenderung mencegah aliran balik kimus 5

cm terakhir leum bekerja sebagi sfingter. Sfingter ini biasanya berkontraksi

pengisian lambung membuat sfingter ini relaksasi dan isi ilium masuk

kedalam sekum. Reflek gastrokolik ini sering berkaitan denagn gerakan masa.

Gerakan masa adalah gerakan cepat tiba-tiba dari peristaltik dimulai dalam

kolon tengah. Gerakan ini menggerakkan isi usus besar ke dalam kolon

bawah atau bahkan ke rektum. Gerakan mencarmpur sekmental juga terjadi

dalam usus besar.

Rektum normalnya kosong dari faces tetapi ketika faces melewati

rektum akibat distensi dari dinding rectum membangkitkan sensasi kesadaran.

Keputusan volunter kemudian dibuat apakah untuk membiarkan reflek defekasi

dengan merelaksasi sfingter Ani ekternal.

Defekasi disertai dengan kontraksi peristaltik kuat dari kolon desenden

dan kolon relvis dan rektum dan kontraksi volonter otot abdomen meningkatkan

tekanan intra abdomen.

C. ETIOLOGI/PREDISPOSISI

Faktor etiologi dari demam typhoid adalah disebabkan oleh makanan yang

tercemar oleh salmonella typhoid dan salmonella paratyphoid A, B dan C yang ditularkan

24

Page 26: YUNI REFKAS 1 TIFOID.doc

melalui makanan, jari tangan, lalat dan feses, serta muntah diperberat bila klien makan

tidak teratur. Faktor predisposisinya adalah minum air mentah, makan makanan yang

tidak bersih dan pedas, tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, dari WC dan

menyiapkan makanan.( www.emedicine.com)

Salmonella typhosa, merupakan basil gram negatif yang bergerak dengan bulu

getar, tidak berspora. Mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu antigen

O (Ohne Hauch) yaitu somatic antigen (tidak menyebar), terdiri dari zat kompleks

lipopolisakarida, antigen H (Hauch/menyebar) terdapat pada flagella, antigen Vi

merupakan polisakarida kapsul verilen.

`Ketiga jenis antigen tersebut didalam tuibuh manusia akan menimbulkan

pembentukan tiga macam antibody yang lazim disebut aglutinin (Ngastiyah,1997).

Demam typhoid timbul akibat dari infeksi oleh bakteri golongan Salmonella

yang memasuki tubuh penderita melalui saluran pencernaan. Sumber utama yang

terinfeksi adalah manusia yang selalu mengeluarkan mikroorganisme penyebab

penyakit,baik ketika ia sedang sakit atau sedang dalam masa penyembuhan.Pada masa

penyembuhan, penderita pada masih mengandung Salmonella spp didalam kandung

empedu atau di dalam ginjal. Sebanyak 5% penderita demam tifoid kelak akan menjadi

karier sementara, sedang 2 % yang lain akan menjadi karier yang menahun.Sebagian

besar dari karier tersebut merupakan karier intestinal (intestinal type) sedang yang lain

termasuk urinary type. Kekambuhan yang ringan pada karier demam tifoid,terutama pada

karier jenis intestinal,sukar diketahui karena gejala dan keluhannya tidak jelas .

D. PATOFISIOLOGI

Penyakit typhoid disebabkan oleh kuman salmonella typhi, salmonella paratyphi

A, Salmonella paratyphi B, Salmonella paratyphi C, yang masuk ke dalam tubuh manusia

melalui mulut dengan makanan dan air yang tercemar. Selanjutnya akan ke dinding usus

halus melalui aliran limfe ke kelenjar mesentrium menggandakan/multiplikasi

(bacterium). Biasanya pasien belum tampak adanya gejala klinik (asimptomatik) seperti

mual, muntah, tidak enak badan, pusing karena segera diserbu sel system retikulo

endosetual. Tetapi kuman masih hidup, selanjutnya melalui duktus toraksikus masuk ke

dalam peredaran darah mengalami bakterimia sehingga tubuh merangsang untuk

mengeluarkan sel piogon akibatnya terjadi lekositopenia. Dari sel piogon inilah yang

mempengaruhi pusat termogulator di hipotalamus sehingga timbul gejala demam dan

25

Page 27: YUNI REFKAS 1 TIFOID.doc

apabila demam tinggi tidak segera diatasi maka dapat terjadi gangguan kesadaran dalam

berbagai tingkat. Setelah dari peredaran darah, kuman menuju ke organ-oragan tubuh

(hati, limfa, empedu) sehingga timbul peradangan yang menyebabkan membesarnya

organ tersebut dan nyeri tekan, terutama pada folikel limfosid berangsur-angsur

mengalami perbaikan dan apabila tidak dihancurkan akan menyebar ke seluruh organ

sehingga timbul komplikasi dan dapat memperburuk kondisi pasien (Rachmat

juwono,1999).

Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal

dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly

(lalat), dan melalui Feses (tinja).

Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella

thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana

lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila

orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan

makanan yang tercemar kuman salmonella thypii masuk ke tubuh orang yang sehat

melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan

dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan

mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu

masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial

ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia,

kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.

Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh

endotoksemia.Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa

endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia

berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus

halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang

sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang

(www.medscape.com).

E. MANIFESTASI KLINIK

Manifestasi klinik demam typoid pada anak biasanya lebih ringan daripada orang

dewasa. Masa tunas: 10-20 hari. Yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui

26

Page 28: YUNI REFKAS 1 TIFOID.doc

makanan, sedangkan jika melalui minuman yang terlama 30 hari. Selama masa inkubasi

mungkin ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri

kepala, pusing dan tidak bersemangat, nafsu makan kurang. Menyusul manifestasi klinik

yang biasa ditemukan ialah :

1. Demam

Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat febris remiten

dan suhu tidak tinggi sekali.Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur

naik setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan

malam hari.Dalam minggu kedua pasien terus berada dalam keadaan demam; pada

minggu ketiga suhu berangsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.

2. Gangguan pada saluran pencernan

Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-

pecah.Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya

kiemerahan, jarang disertai tremor.Pada abdomen ditemukan keadaan perut kembung

(meteorismus).Hati dan limpa membesar disertai nyeri perabaan.Biasanya sering

terjadi konstipasi tetapi juga dapat diare atau normal.

3. Gangguan kesadaran

Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak berapa dalam, yaitu

apatis sampai somnolen.Jarang terjadi sopor, koma atau gelisah (kecuali penyakitnya

berat dan terlambat mendapatkan pengobatan).Disamping gejala-gejala tersebut

mungkin terdapat gejala lainnya.Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan

roseola, yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit, yang

dapat ditemukan pada minggu pertama demam.Kadang-kadang ditemukan pula

bradikardia dan epistaksis pada anak besar (Ngastiyah, 1997).

F. PENATALAKSAAN KLINIS

Pengobatan demam tifoid terdiri atas 3 bagian yaitu:

1. Perawatan

27

Page 29: YUNI REFKAS 1 TIFOID.doc

Pasien demam tifoid perlu dirawat di rumah sakit untuk isolasi, observasi dan

pengobatan.Pasien harus tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam

atau kurang lebih selama 14 hari.Maksud tirah baring adalah untuk mencegah terjadi

komplikasi perdarahan usus atau perforasi usus. Mobilisasi pasien dilakuakan secara

bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.

Pasien dengan kesadaran yang menurun, posisi tubuhnya harus di ubah-ubah

pada waktu-waktu tertentu untuk menghindari komplikasi pneumonia hipostatik dan

dekubitus.Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan, karena kadang terjadi

obstipasi dan retensi air kemih.

2. Diet

Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein. Bahan

makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang dan tidak

menimbulkan gas. Susu 2 gelas sehari. Bila kesadaran menurun diberikan makanan

cair melalui sonde lambung . Jika kesadaran dan nafsu makan baik dapat juga di

berikan makanan lunak. Beberapa penelitian manunjukan bahwa pemberian makanan

padat dini, yaitu nasi dengan lauk- pauk rendah selulosa (pantang sayuran dengan

serat kasar) dapat di berikan dengan aman .

3. Obat

Obat –obat anti mikroba yang sering dipergunakan ialah:

a. Kloramfenikol

Belum ada obat anti mikroba yang dapat menurunkan demam lebih cepat

dibandingkan dengan kloramfenikol. Dosis untuk orang dewasa 4x500 mg sehari

oral atau intravena sampai 7 hari bebas demam. Dengan penggunan

kloramfenikol, demam pada demam tifoid turun rata-rata setelah 5 hari.

b. Tiamfenikol

Dosis dan efektivitas tiamfenikol pada demam tipid sama dengan

kloramfenikol komplikasi pada hematologis pada penggunan tiamfenikol lebih

jarang dari pada kloramfenikol. Dengan tiamfemikol demam pada demam tifoid

turun setelah rata-rata 5-6 hari.

c. ko-trimoksazol (kombinasi dan sulfamitoksasol)

28

Page 30: YUNI REFKAS 1 TIFOID.doc

Dosis itu orang dewasa, 2 kali 2 tablet sehari, digunakan sampai 7 hari

bebas demam (1 tablet mengandung 80 mg trimitropin dan 400 mg

sulfametoksazol). Dengan kontrimoksazol demam pada demam tifoid turun rata-

rata setelah 5-6 hari.

d. Ampicillin dan Amoksisilin

Indikasi mutlak pengunaannya adalah pasien demam tifoid dengan

leokopenia. Dosis yang dianjurkan berkisar antara 75-150 mg/kg berat badan

sehari, digunakan sampai 7 hari bebas demam. Dengan ampicillin dan

amoksisilin demam pada demam tifoid turun rata-rata setelah 7-9 hari.

e. Sefalosforin generasi ketiga

Beberapa uji klinis menunjukan sefalosporin generasi ketiga amtara lain

sefiperazon, seftriakson dan cefotaksim efektif untuk demam typid, tatapi dan

lama pemberian yang oktimal belum diketahui dengan pasti.

f. Fluorokinolon

Fluorokinolon efektif untuk untuk demam typid, tetapi dosis dan lama

pemberian yang optimal belum diketahui dengan pasti.

Obat-obat Simtomatik:

a. Antipiretika

Antipiretika tidak perlu diberikan secara rutin pada setiap pasien demam

tifoid, karena tidak dapat berguna.

b. Kortikosteroid

Pasien yang toksik dapat diberikan kortikosteroid oral atau parenteral dalam

dosis yang menurun secara bertahap (Tapering off) selama 5 hari. Hasilnya

biasanya sangat memuaskan, kesadaran pasien menjadi jernih dan suhu badan

cepat turun sampai normal. Akan tetapi kortikosteroid tidak boleh diberikan tanpa

indikasi, karena dapat menyebabkan perdarahan intestinal dan relaps (Ngastiyah,

1997).

G. KOMPLIKASI

Dapat terjadi:

1. Pada usus halus:

29

Page 31: YUNI REFKAS 1 TIFOID.doc

a. Perdarahan usus

Bila sedikit hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja dengan

benzidin.Jika perdarahan banyak terjadi melena, dapat disertai nyeri perut dengan

tanda-tanda renjatan.

b. Perforasi usus

Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelahnya dan terjadi pada

bagian distal ileum.Perforasi yang tidak disertai peritonitis hanya dapat ditemukan

bila terdapat udara dirangga peritoneum, yaitu pekak hati menghilang dan terdapat

udara diantara hati dan diagfragma pada foto Rontgen abdomen yang dibuat

dalam keadaan tegak.

c. Peritonitis

Biasanya menyaertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi

usus.Ditemukan gejala abdomen akut, yaitu perut yang hebat, dinding abdomen

tegang (defense musculair) dan nyeri tekan.

2. Diluar usus

Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakteremia), yaitu

meningitis, kolesistitis, ensefalopati dan laiun-lain.Terjadi karena infeksi sekunder,

yaitu bronkopneumonia. (Ngastiyah, 1997)

H. Pemeriksaan Penunjang

a. Contoh feses (pemeriksaan digunakan dalam diagnosa awal dan selama

kemajuan penyakit). Terutama yang mengandung mukosa, darah, pus, dan

organisme.

b. Protoksigmoitoskopi: Memperlihatkan ulkus, edema, hyperemia, dan

inflamasi (akibat infeksi sekunder mukosa dan submukosa). Area yang menurun

fungsinya dan perdarahan karena nekrosis dan ulkus terjadi pada 85%bagian pada

pasien ini.

c. Sitologi dan biopsy rectal: Membedakan antara proses infeksi dan

karsinoma (terjadi 10-20 kali lebih sering dari pada populasi umum ). Perubhan

neoplastik dapat dideteksi, juga karakter infiltrate inflamasi yang disebut abses

lapisan bawah.

30

Page 32: YUNI REFKAS 1 TIFOID.doc

d. Enema barium: Dapat dilakukan setelah pemeriksaan visualisasi

dilakukan,meskipun jarang dilakukan selama akut, tahap kambuh, karena dapat

membuat kondisi eksaserbasi.

e. Kolonoskopi: Mengidentifikasi adesi, perubahan lumen dinding

(menyempit/tak teratur), menunjukan obstruksi usus.

f. Darah lengkap: dapat menunjukan anemia hiperkronik (penyakit aktif

umum terjadi sehubungan dengan kehilangan darah dan kekurangan besi),

leukositosis dapat terjadi, khusnya pada kasus berat atau komplikasi dan pada

pasien dengan terapi steroid.

g. Kadar besi serum : rendah karena kehilangan darah.

h. Masa protrombin : Memanjang pada kasus berat karena gangguan faktor

VII dan X disebabkan oleh kekurangan vitamin K.

i. Trombositosis : Dapat terjadi karena proses penyakit inflamasi.

j. Elektrolit : Penurunan kalium dan magnesium umum pada penyakit

berat.

k. Kadar bilirubin : Penurunan karena kehilangan protein

plasma/gangguan fungsi hati.

l. Alkali fosfatase : Meningkat, juga dengan kolesterol serum dan

hipoproteinemia, menunjukan gangguan funsi hati (misalkan Serosis)

m. Sumsum tulang : Menurun secara umum pada tipe berat/setelah proses

inflamasi panjang (Doenges,1999).

31