laporan kristalografi dan mineralogi

54
BAB I PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MNERALOGI 1.1 PENDAHULUAN 1.1.1 Latar Belakang Bumi tertutupi oleh daratan dan lautan dimana bagian dari lautan lebih besar daripada bagian daratan.Tetapi karena daratan adalah bagian dari kulit bumi yang dapat kita amati langsung dengan dekat maka banyak hal-hal yang dapat pula kita ketahui dengan cepat dan jelas. Salah satu diantaranya adalah kenyataan bahwa daratan tersusun oleh beberapa jenis batuan yang berbeda satu sama lain. Dari jenisnya batuan-batuan tersebut dapat digolongkan menjadi 3 jenis golongan. Mereka adalah : batuan beku (igneous rocks), batuan sediment (sedimentary rocks), dan batuan metamorfosa/malihan (metamorphic rocks). Batuan-batuan tersebut berbeda-beda materi penyusunnya dan berbeda pula proses terbentuknya. Kita tahu bahwa batuan adalah gabungan dari dua atau lebih mineral. Mineral adalah senyawa alami yang terbentuk melalui proses geologis. Istilah mineral dapat mempunyai bermacam-macam makna; sukar untuk mendefinisikan mineral dan oleh karena itu kebanyakan orang mengatakan, bahwa mineral ialah satu frase yang terdapat dalam alam. Demikian pula suatu mineral memiliki bentuk kristalnya masing-masing sesuai dengan proses terbentuknya dan komposisinya. 1

Upload: simple-sawu

Post on 29-May-2017

664 views

Category:

Documents


40 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kristalografi Dan Mineralogi

BAB I

PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MNERALOGI

1.1 PENDAHULUAN1.1.1 Latar Belakang

Bumi tertutupi oleh daratan dan lautan dimana bagian dari lautan lebih

besar daripada bagian daratan.Tetapi karena daratan adalah bagian dari

kulit bumi yang dapat kita amati langsung dengan dekat maka banyak hal-

hal yang dapat pula kita ketahui dengan cepat dan jelas. Salah satu

diantaranya adalah kenyataan bahwa daratan tersusun oleh beberapa jenis

batuan yang berbeda satu sama lain. Dari jenisnya batuan-batuan tersebut

dapat digolongkan menjadi 3 jenis golongan. Mereka adalah : batuan beku

(igneous rocks), batuan sediment (sedimentary rocks), dan batuan

metamorfosa/malihan (metamorphic rocks). Batuan-batuan tersebut

berbeda-beda materi penyusunnya dan berbeda pula proses terbentuknya.

Kita tahu bahwa batuan adalah gabungan dari dua atau lebih mineral.

Mineral adalah senyawa alami yang terbentuk melalui proses geologis.

Istilah mineral dapat mempunyai bermacam-macam makna; sukar untuk

mendefinisikan mineral dan oleh karena itu kebanyakan orang

mengatakan, bahwa mineral ialah satu frase yang terdapat dalam alam.

Demikian pula suatu mineral memiliki bentuk kristalnya masing-masing

sesuai dengan proses terbentuknya dan komposisinya.

Pengetahuan tentang “mineral” merupakan syarat mutlak untuk dapat

mempelajari bagian yang padat dari Bumi ini, yang terdiri dari

batuan.Untuk mempelajari strukruktur batuan sebaiknya harus mengenal

lebih dahulu kristal dan mineral pembentuk batuan tersebut, oleh kerena

beberapa hal penting di atas maka praktikum kristalografi dan dilakukan

unutuk mengenal lebih jauh atau memperdalam ilmu pengetahuan

mengenai kristal, sistem kristal, penentuan kelas simetri, bidang simetri,

dan mengenal sistem kristal dan perawakan kristal pada mineral.

Praktikum kristalografi juga di lakukan sebagai salah satu prasarat dalam

mata kuliah kristalografi dan mineralogi. Semoga kita semua juga

memperoleh nilai tambah dari penulisan laporan ini.

1

Page 2: Laporan Kristalografi Dan Mineralogi

1.1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud diadakannya prakikum kristalografi dan mineralogi

adalah:

a. Memahami kristalografi

b. Menentukan sistem kristal dari bermacam bentuk kristal atas dasar

panjang, posisi dan jumlah sumbu kristal yang ada pada setiap bentuk

kristal.

c. Menentukan klas simetri atas dasar jumlah unsur simetri setiap kristal.

d. Menggambarkan semua bentuk kristal atas dasar parameter dan

parameter rasio, jumlah dan posisi sumbu kristal dan bidang kristal

yang dimiliki semua bentuk kristal baik dalam bentuk proyeksi

orthogonal maupun proyeksi stereografis.

e. Menyelidiki secara fisik dari mineral.

f. Mengetahui sifat-sifat fisik dari mineral.

1.1.3 Manfaat

Adapun manfaat praktikum ini adalah untuk memahami bahwa

Kristalografi mendukung Mineralogi Deskriptif, Kimia Kristal, dan

Taksonomi Mineralogy,dimana ketiganya merupakan pendukung

Meneralogi.

Mineralogi selanjutnya menjadi pendukung utama Mata Kuliah

Petrologi. Mineralogi sendiri didukung oleh Kimia Anorganik,

Termokimia, dan Geokimia.

Laporan Kristalografi dan Mineralogi ini, sangat bermanfaat bagi kita

sebagai mahasiswa jurusan Teknik Pertambangan agar dapat mengetahui

lebih dalam mengenai Kristal dan Mineral sebagai dasar ilmu bagi

mahasiswa teknik pertambangan.

1.2 RUANG LINGKUP

Ruang lingkup dari kegiatan pelaksanaan praktikum kristalografi dan

mineralogi adalah :

1. Pembahasan tentang definisi.

2. Istilah terkait.

3. Metode analisis.

2

Page 3: Laporan Kristalografi Dan Mineralogi

4. Mineralogi fisik dan kimia.

5. Kristalisasi.

6. Sifat bentuk dan klasifikasi kristal.

7. Genesa.

8. Determinasi.

9. Sistematika pengelompokan dan terapan mineral dalam batuan.

1.3 ALAT YANG DIGUNAKAN

a. Dalam praktikum kristalografi, peralatan yang digunakan adalah :

a. Alat tulis.

b. Busur derajat.

c. Penggaris 30 cm.

d. Penggaris segitiga (1 set).

e. Pensil warna.

f. Lembar sementara.

g. Drawing pen no. 0.2.

b. Dalam praktikum mineralogi, peralatan yang digunakan adalah :

a. Skala kekerasan Mohs.

b. Keping porselin.

c. Loupe.

d. Magnet.

3

Page 4: Laporan Kristalografi Dan Mineralogi

BAB II

KRISTALOGRAFI

2.1. DASAR TEORI

Batuan adalah kumpulan satu atau lebih mineral, sedangkan

Mineral adalah bahan Anorganik, padat, terbentuk secara alamiah,

seragam dengan komposisi kimia yang tetappada batas volumenya dan

mempunyai kristal karakteristik yang tercermin dalam bentuk fisiknya.

Dalam Geologi Kristalografi adalah salah satu ilmu dasar yang harus

dikuasai untuk selanjutnya bisa menguasai Mineralogi. Jadi untuk

mengamati proses Geologi dan sebagai unit terkecil dalam Geologi adalah

dengan mempelajari KRISTAL.

2.1.1 Kristal

Suatu kristal dapat didefinisikan sebagai padatan yang secara

esensial mempunyai pola difraksi tertentu (Senechal, 1995 dalam Hibbard,

2002). Jadi, suatu kristal adalah suatu padatan dengan susunan atom

yang berulang secara tiga dimensional yang dapat mendifraksi sinar X.

Kristal secara sederhana dapat didefinisikan sebagai zat padat yang

mempunyai susunan atom atau molekul yang teratur. Keteraturannya

tercermin dalam permukaan kristal yang berupa bidang-bidang datar dan

rata yang mengikuti pola-pola tertentu. Bidang-bidang datar ini disebut

sebagai bidang muka kristal. Sudut antara bidang-bidang muka kristal

yang saling berpotongan besarnya selalutetap pada suatu kristal. Bidang

muka kristal itu baik letak maupun arahnya ditentukan oleh

perpotongannya dengan sumbu-sumbu kristal. Dalamsebuah kristal, sumbu

kristal berupa garis bayangan yang lurus yang menembus kristal melalui

pusat kristal. Sumbu kristal tersebut mempunyai satuan panjang yang

disebut sebagai parameter.

Kristal secara sederhana dapat didefinisikan sebagai bahan padat

homogen, biasanya anisotrop dan tembus air serta menuruti hukum-hukum

ilmu pasti, sehingga susunan bidang-bidangnya mengikuti hukum

geometri, jumlah dan kedudukan dari bidangnya tertentu dan teratur.

Keteraturannya tercermin dalam permukaan kristal yang berupa bidang-

bidang datar dan rata yang mengikuti pola-pola tertentu. Bidang-bidang 4

Page 5: Laporan Kristalografi Dan Mineralogi

datar ini disebut sebagai bidang muka kristal. Sudut antara bidang-bidang

muka kristal yang saling berpotongan besarnya selalu tetap pada suatu

kristal. Bidang muka kristal itu baik letak maupun arahnya ditentukan oleh

perpotongannya dengan sumbu-sumbu kristal. Dalam sebuah kristal,

sumbu kristal berupa garis bayangan yang lurus yang menembus kristal

melalui pusat kristal. Sumbu kristal tersebut mempunyai satuan panjang

yang disebut sebagai parameter.

Bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus air,

mengandung pengertian:

c. Tidak termasuk di dalam cair dan gas.

d. Tidak dapat diuraikan menjadi senyawa lain yang lebih sederhana

oleh proses-proses fisika.

Menuruti hukum-hukum pasti sehingga susunan bidangnya

mengikuti hukum geometri, mengandung pengertian:

a. Jumlah bidang dari suatu bentuk kristal tetap.

b. Macam bentuk dari bidang kristal tetap.

c. Sifat keteraturannya tercermin pada bentuk luar dari kristal yang

tetap.

Sifat fisis kristal sangat tergantung pada struktur (susunan atom-

atomnya). Besar kecilnya kristal tidak mempengaruhi, yang penting

bentuk yang dibatasi oleh bidang-bidang kristal, sehingga akan dikenal 2

zat yaitu kristalin dan non kristalin.

2.1.2 Sumbu Dan Sudut Kristalografi

Sumbu kristalografi adalah suatu garis lurus yang dibuat melalui

pusat kristal. Kristal mempunyai bentuk tiga dimensi yaitu panjang, lebar

dan tebal atau tinggi. Tetapi dalam penggambarannya dibuat dua dimensi

sehingga digunakan proyeksi orthogonal.

Sudut kristalografi adalah sudut yang dibentuk oleh perpotongan

sumbu-sumbu kristalografi pada pusat kristal.

5

Page 6: Laporan Kristalografi Dan Mineralogi

Gambar 2.1 Sumbu dan sudut kristalografi.

Keterangan gambar :

1. Sumbu a : sumbu yang tegak lurus pada bidang kertas.

2. Sumbu b : sumbu yang horizontal pada bidang kertas.

3. Sumbu c : sumbu yang vertical pada bidang kertas.

4. α merupakan sudut yang dibentuk antara sumbu b dan sumbu c.

5. β merupakan sudut yang dibentuk antara sumbu a dan sumbu c.

6. γ merupakan sudut yang dibentuk antara sumbu a dan sumbu b.

2.1.3 Sumbu Simetri

Sumbu simetri adalah garis bayangan yang dibuat menembus pusat

kristal, dan bila kristal diputar dengan poros sumbu tersebut sejauh satu

putaran penuh (3600) akan didapatkan beberapa kali kenampakan yang

sama. Sumbu simetri dibedakan menjadi empat, yaitu: gyre, gyre polair,

gyroide, dan sumbu inversi putar. Keempatnya dibedakan berdasarkan

cara mendapatkan nilai simetrinya.

Gyre, atau sumbu simetri biasa, cara mendapatkan nilai simetrinya

adalah dengan memutar kristal pada porosnya dalam satu putaran penuh.

Bila terdapat dua kali kenampakan yang sama dinamakan digyre, bila tiga

trigyre, bila empat tetragyre, bila enam heksagyre dan seterusnya.

Sumbu simetri dikatakan gyre polair, apabila kenampakan satu

sama lain pada kedua belah pihak atau kedua ujung sumbu tidak sama.

Gyroide adalah sumbu simetri yang cara mendapatkan nilai

simetrinya dengan memutar kristal pada porosnya dan

6

C-

C+

a+

b+αβa-

b-

γ

Page 7: Laporan Kristalografi Dan Mineralogi

memproyeksikannya pada bidang horisontal. Dalam gambar, nilai simetri

gyroide disingkat tetragiroide (S4) dan heksagiroide(S6).

Sumbu inversi putar adalah sumbu simetri yang cara mendapatkan

nilai simetrinya dengan memutar kristal pada porosnya dan

mencerminkannya melalui pusat kristal. Penulisan nilai simetrinya dengan

cara menambahkan bar pada angka simetri itu.

2.1.4 Bidang Simetri

Bidang simetri adalah bidang bayangan yang dapat membelah

kristal menjadi dua bagian yang sama, dimana bagian yang satu

merupakan pencerminan dari yang lain. Bidang simetri ini dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Bidang simetri aksial. Dikatakan Bidang simetri aksial bila bidang

tersebut membagi kristal melalui dua sumbu utama (sumbu kristal).

Bidang simetri aksial ini dibedakan menjadi dua, yaitu bidang

simetri vertikal , yang melalui sumbu vertikal (biasanya

dinotasikan dengan v), dan bidang simetri horisontal, yang berada

tegak lurus terhadap sumbu c (dinotasikan dengan h).

b. Bidang simetri menengah adalah bidang simetri yang hanya

melalui satu sumbu kristal. Bidang simetri ini sering pula dikatakan

sebagai bidang siemetri diagonal.

2.1.5 Pusat Simetri

Suatu kristal dikatakan mempunyai pusat simetri bila kita dapat

membuat garis bayangan tiap-tiap titik pada permukaan kristal menembus

pusat kristal dan akan menjumpai titik yang lain pada permukaan di sisi

yang lain dengan jarak yang sama terhadap pusat kristal pada garis

bayangan tersebut. Atau dengan kata lain, kristal mempunyai pusat simetri

bila tiap bidang muka kristal tersebut mempunyai pasangan dengan

kriteria bahwa bidang yang berpasangan tersebut berjarak sama dari pusat

kristal, dan bidang yang satu merupakan hasil inversi melalui pusat kristal

dari bidang pasangannya.

Pusat simetri selalu berhimpit dengan pusat kristal, tetapi pusat

kristal belum tentu merupakan pusat simetri.

7

Page 8: Laporan Kristalografi Dan Mineralogi

okl

2.1.6 Sudut Kristalografi

Sudut kristalografi adalah sudut yang di bentuk oleh perpotongan

sumbu- sumbu kristalografi pada titik potong (pusat kristal).

Tujuh prinsip letak bidang kristal terhadap susunan salib sumbu kristal:

Gambar 2.2 Tujuh prinsip letak bidang kristal terhadap susunan salib sumbu

Kristal

2.1.7 Kristalografi

8

α : sudut yang dibentuk antara sumbu b dan sumbu c

β : sudut yang dibentuk antara sumbu c dan sumbu a

hkoo

hol

hkl

(010)

(001)

(100)

Page 9: Laporan Kristalografi Dan Mineralogi

Kata "kristalografi" berasal dari kata bahasa Yunani yaitu crystallon

yang berarti tetesan dingin/beku, dengan makna meluas kepada semua

padatan transparan pada derajat tertentu, dan graphein yang berarti

menulis.

Kristalografi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari sifat-

sifat geometri dari kristal terutama tentang perkembangan, pertumbuhan,

kenampakan bentuk luar (morfological), struktur dalam (internal), dan

sifat-sifat fisisnya. Atau pelajaran mengenai penjabaran kristal-kristal.

Kristalografi adalah suatu cabang dari mineralogi yang mempelajari

system sistem kristal.

a. Sifat Geometri

Memberikan pengertian tentang letak, panjang dan jumlah sumbu

klristal yang menyusun suatu bentuk kristal tertentu dan jumlah serta

bentuk bidang luar yang membatasinya.

b. Perkembangan dan pertumbuhan kenampakkan bentuk luar

Bahwa disamping mempelajari bentuk-bentuk dasar yaitu suatu

bidang pada situasi permukaan, juga mempelajari kombinasi antara

suatu bentuk kristal dengan bentuk kristal lainnya yang masih dalam

satu sistem kristalografi, ataupun dalam arti kembaran dari kristal yang

terbentuk kemudian.

c. Struktur dalam

Membericarakan susunan dan jumlah sumbu-sumbu kristal juga

menghitung parameter dan parameter rasio.

d. Sifat fisik kristal

Sangat tergantung pada struktur (susunan atom-atomnya). Besar

kecilnya kristal tidak mempengaruhi, yang penting bentuk yang

dibatasi oleh bidang-bidang kristal, sehingga akan dikenal dua zat

yaitu kristalin dan non kristalin.

2.1.8 Proyeksi Kristalografi

Dalam penggambaran kristalografi digunakan matode proyekdi

orthogonal. Proyeksi Orthogonal adalag salah satu metode proyeksi yang

digunakan untuk mempermudah penggambaran. Proyeksi orthogonal

dapat diaplikasikan hampir pada semua penggambaran yang berdasarkan

9

Page 10: Laporan Kristalografi Dan Mineralogi

hukum-hukum geometri. Cara pengambaran pada proyeksi orthogonal

adalah dengan menggambarkan atau membuat persilangan sumbu. Yaitu

dengan menggambar sumbu a,b,c dan seterusnya dengan menggunakan

sudut-sudut persilangan atau perpotongan tertentu. Dan pada akhirnya

akan membentuk gambar tiga dimensi dari garis-garis sumbu tersebut dan

membentuk bidang-bidang muka kristal.

2.2. CARA KERJA

Pada wujudnya sebuah kristal itu seluruhnya telah dapat di

tentukan secara ilmu ukur, dengan mengetahui sudut-sudut bidangnya.

Untuk dapat membayangkan kristal hal ini dapat dilakukan dengan

menetapkan kedudukan bidang-bidang tersebut dengan pertolongan

sistem-sistem koordinat. Dalam ilmu kristalografi, geometri dipakai

dengan tujuh jenis sistem sumbu. Sistem kristalografi dibagi menjadi 7

sistem yang didasarkan pada:

a. Perbandingan panjang sumbu kristalografi.

b. Letak atau posisi sumbu kristalografi.

c. Jumlah sumbu kristalografi.

d. Nilai sumbu c atau sumbu vertikal.

Ada tujuh buah unit sel yang mungkin untuk semua jenis kristal, yaitu:

1. Cubic system

2. Tetragonal system

3. Hexagonal system

4. Rhombohedral system

5. Orthorhombic system

6. Monoclinic system

7. Triclinic system

2.2.1 Sistem Reguler (cubic, isometric, tesseral, tessuler)

Sumbu-sumbu kristalografi dalam sistem ini memiliki tiga buah

sumbu yang sama panjangnya dan membentuk sudut 900 atau saling tegak

lurus yang satu dengan yang lainnya. Sumbu-sumbu tersebut sering di beri

nama a1, a2, dan a3. Sistem kubik ini memiliki 3 buah kelas dimana setiap

10

Page 11: Laporan Kristalografi Dan Mineralogi

kelas memiliki memiliki unsur-unsur simetri yang berbeda-beda, sudut =

= = 90. Karena Sb a = Sb b = Sb c, maka disebut juga Sb a.

Penggambarannya: a+ / b- = 300. Dengan perbandingan a : b : c = 1 : 3 : 3

Gambar 2.3 Isometrik

Mineral dengan system kristal isometric antara lain Almandine

(Fe3Al2(SiO4)3), Aluminium (Al), Bornite (Cu5FeS4), Chromite (FeCr2O4),

Chromium (Cr), Cobalt (Co), Copper (Cu), Galena (Pbs), Sodalite

(Na4Al3(SiO4)3Cl), Halite (NaCl), Iron-Nickel (Fe-Ni), Leucite (KAlSi2O6),

Magnetite (Fe3O4), Manganese (Mn), Platinum (Pt), Pyrite (FeS2), Pyrope

(Mg3Al2(SiO4)3), Silicone (Si), native Silver (Ag), Sphalerite ((Zn, Fe)S),

Spinel (MgAl2O4, Magnesium Aluminium Oxide), Uraninite (UO2, Uranium

Oxide)

2.2.2 Sistem Tetragonal (quadratic)

Sama dengan sistem isometrik, sistem ini mempunyai 3 sumbu kristal

yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan

panjang yang sama. Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau

lebih pendek (umumnya lebih panjang). Kelas simetri yang dibangun oleh

elemen-elemen dalam kelas holohedral, terdiri dari 3 buah sumbu: a, b, dan

c; Sb c sumbu a = b; = = = c =90; Karena Sb a = Sb b disebut juga

Sb a. Sb c bisa lebih panjang atau lebih pendek dari Sb a atau Sb b. Bila Sb c

lebih panjang dari Sb a dan Sb b disebut bentuk Columnar. Bila Sb c lebih

pendek dari Sb a dan Sb b disebut bentuk Stout. penggambarannya: a+ / b- =

30o ; perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Contoh mineralnya :

Chalcopyrite (CuFeS2), Rutile (TiO2) dan Scheelite.

11

C+

a+

b+αβ30o

Page 12: Laporan Kristalografi Dan Mineralogi

Gambar 2.4 Tetragonal

2.2.3 Sistem Sumbu Orthorhombic (prismatic, rhombic, trimetric)

Sumbu-sumbu kristalografi dari sistem ortorombik memiliki 3

sumbu, dimana ketiga sumbu tersebut memiliki sudut 900 atau saling tegak

lurus dengan lainnya. Sumbu a adalah sumbu terpendek, sumbu b adalah

sumbu menengah, dan sumbu c adalah sumbu terpanjang. Penamaan dari

kristal juga di tentukan oleh bentuk melintang dari sumbu-sumbu tersebut,

dan di letakan sebagai awalan seperti makro atau brachia sebagai contoh

makro pinacoid. Penggambarannya: a+ / b- = 30o; Dengan perbandingan

sumbu a : b : c = 1 : 4 : 6. Contoh mineral : Aragonite (CaCO3), Sulfur (S),

Barite (BaSO4).

Gambar 2.5 Orthorombic

12

C+

a+

b+

γ

αβ30o

C+

γ

αβ

a+

b+30o

Page 13: Laporan Kristalografi Dan Mineralogi

2.2.4 Sistem Sumbu Heksagonal

Sumbu-sumbu kristalografi dalam sistem ini memiliki 3 sumbu

horisontal yang di beri nama a1, a2, a3. sudut yang di bentuk dari positif

sampai ke positif adalah 1200 dan memiliki sudut yang sama besar. Sumbu

vertikal di sebut sumbu c dan tegak lurus terhadap sumbu-sumbu horisontal.

sudut 1= 2 = 3 = 90o; sudut 1=2 = 3 = 120o . Sb a, b dan d sama

panjang, disebut juga Sb a. Sb a, b dan d terletak dalam bidang horisontal dan

membentuk 60° Sumbu c dapat lebih panjang atau lebih pendek dari sumbu

a. Penggambarannya: a+ / b- = 17o ; a+ / d- = 39o. Perbandingan sumbunya

adalah b : d : c = 3 : 1 : 6. Posisi dan satuan panjang Sb a dibuat dengan

memperhatikan Sb b dan Sb d. Contoh mineral : Apatite, Calcite, Titanium.

Gambar 2.6 Heksagonal

2.2.5 Sistem Rombohedral (trigonal)

Sumbu-sumbu kristalografi dalam sistem ini memiliki 3 sumbu

horisontal yang sama panjangnya dan membentuk sudut tidak saling tegak

lurus atau 900. sebuah sumbu tegak yang di sebut sumbu c yang berbeda

panjangnya.

Sudut 1= 2 = 3 = 90o; sudut 1=2 = 3 = 120o;

penggambarannya: ketentuan dan cara melukis sama dengan heksagonal,

perbedaannya pada sistem heksagonal sumbu c bernilai 6, sedangkan pada

sistem trigonal sumbu c bernilai 3. Penarikan Sb a sama dengan sistem

hexagonal. Contoh mineral : Kuarsa (SiO2), Corundum (Al2O3), Calcite

(CaCO3).

13

C+

a+

b+

d+

17o 39o

Page 14: Laporan Kristalografi Dan Mineralogi

Gambar 2.7 Trigonal

2.2.6 Sistem Monoklin (obliq, monosymetric, clinorhombic, hemiprismatic,

monoclinohedral)

Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga

sumbu yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu b; b tegak lurus

terhadap c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu

tersebut tidak sama panjang. Sumbu a di sebut sumbu clino; sumbu b di sebut

sumbu ortho; sumbu c di sebut basal. Penggambarannya: a+ / b- = 45o;

Perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 4 : 6. Sb c adalah sumbu terpanjang; sumbu

a adalah sumbu terpendek. Contoh mineral : Hornblende, Orthoclase

(KAlSi3O8), Argentiite (Ag2S).

14

C+

a+b+

d+

17o 39o

Page 15: Laporan Kristalografi Dan Mineralogi

Gambar 2.8 Monoklin

2.2.7 Sistem Triklin (anorthic, asymmetric, clinorhombohedral)

Sistem ini mempunyai 3 sumbu yang satu dengan lainnya tidak saling

tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama.

Sumbu a di sebut brachy; sumbu b di sebut macro; sumbu c di sebut basal..

Penggambarannya: a+ / c- = 45o; b+ / c- = 80o. Perbandingan sumbu: a : b :

c = 1 : 4 : 6. Contoh mineral : Microclin (KAlSi3O8), Rodokrosit, Albite

(NaAlSi3O8).

Gambar 2.9 Triklin

2.3. DESKRIPSI KRISTAL

2.3.1 Penentuan Kelas Simetri

15

C+

a+

b+

45o

80o

C+

a+

b+

γ

αβ45o

Page 16: Laporan Kristalografi Dan Mineralogi

Dari ke-7 sistem kristal tersebut, dapat dikelompokkan menjadi 32

kelas kristal. Pengelompokkan ini berdasarkan pada jumlah unsur simetri

yang dimiliki oleh kristal tersebut. Sistem isometrik terdiri dari lima kelas,

sistem tetragonal mempunyai tujuh kelas, rombis memiliki tiga kelas,

heksagonal mempunyai tujuh kelas dan trigonal lima kelas. Selanjutnya

sistem monoklin mempunyai tiga kelas. Tiap kelas kristal mempunyai

singkatan yang disebut simbol. Ada dua macam cara simbolisasi yang

sering digunakan, yaitu simbolisasi Schoenflies dan Herman Mauguin

(simbolisasi internasional).

2.3.1.1 Menurut Herman Mauguin

1. Sistem Reguler

1. Bagian I : menerangkan nilai sumbu a (Sb a, b, c), mungkin

bernilai 4 atau 2 dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus

sumbu a tersebut.

Bagian ini dinotasikan dengan : , 4, 4 , , 2

Angka menunjukan nilai sumbu dan hutuf ’ m’ menunjukan adanya

bidang simetri yang tegak lurus sumbu a tersebut.

2. Bagian II : menerangkan sumbu simetri bernilai 3. apakah sumbu

simetri yang bernilai 3 itu, juga bernilai 6 atau hanya bernilai 3

saja.

Maka bagian II selalu di tulis: 3 atau 3

3. Bagian III : menerangkan ada tidaknya sumbu simetri intermediet

(diagonal) bernilai 2 dan ada tidaknya bidang simetri diagonal

yang tegak lurus terhadap sumbu diagonal tersebut.

Bagian ini di notasikan: , 2, m atau tidak ada.

2. Sistem Tetragonal

Bagian I : menerngkan nila sumbu c, mungkin bernilai 4 atau tidak

bernilai dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus sumbu c.

Bagian ini di notasikan: , 4 , 4, m

Bagian II: menerangkan ada tidaknya sumbu lateral dan ada tidaknya

bidang simetri yang tegak lurus yterhadap sumbu lateral tersebut.

Bagian ini di notasikan: , 2, m atau tidak ada.

16

Page 17: Laporan Kristalografi Dan Mineralogi

Bagian III: menerangkan ada tidaknya sumbu simetri intermediet dan

ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu

inetrmediet tersebut.

Bagian ini di notasikan: , 2 , m atau tidak ada.

3. Sistem Hexagonal dan Trigonal

Bagian I: menerangkan nilai sumbu c (mungkin , 6, 6, 3, 3) dan ada

tidaknya bidang simetri horisontal yang tegak lurus sumbu c

tersebut.

Bagian ini di notasikan : , 6, 6, 3, 3

Bagian II: menerangkan sumbu lateral (sumbu a, b, d) dan ada tidaknya

bidang simetri vertikal yang tegak lurus.

Bagian ini di notasikan: , 2 , m atau tidak ada.

Bagian III: menerangkan ada tiaknya sumbu simetri intarmediet dan ada

tidaknya bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu

intermediet tersebut.

Bagian ini di notasikan: , 2, m atau tidak ada.

4. Sistem Orthorombic

Bagian I: menerangkan nilai sumbu a dan ada tiaknya bidang yang tegak

lurus terhadap sumbu a tersebut

Dinotasikan: , 2 , m

Bagian II: menerangkan ada tidaknya nilai sumbu b dan ada tidaknya

bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu b tersebut.

Bagian ini di notasikan: , 2, m

Bagian III: menerangkan nilai sumbu c dan ada tidaknya bidang simetri

yang tegak lurus terhadap sumbu tersebut.

Di notasikan: , 2, m

17

Page 18: Laporan Kristalografi Dan Mineralogi

5. Sistem Monoklin

Hanya ada satu bagian, yaitu menerangkan nilai sumbu b dan ada tidaknya

bidang simetri yang tegak lurus sumbu b tersebut.

6. Sistem Trinklin

Sistem ini hanya ada 2 klas simetri, yaitu:

- Mempunyai titik simetri klas pinacoidal 1

- Tidak mempunyai unsur simetri klas assymetric 1

2.3.1.2 Menurut Schoenflish

1. Sistem Reguler

Bagian I : Menerangkan nilai c. Untuk itu ada 2 kemungkinan yaitu sumbu

c bernilai 4 atau bernilai 2.

o Kalau sumbu c bernilai 4 dinotasikan dengan huruf O

(octaeder).

o Kalau sumbu c bernilai 2 dinotasikan denga huruf T (tetraeder).

Bagian II : Menerangkan kandungan bidang simetrinya, apabila kristal

tersebut mempunyai :

- Bidang simetri horisontal (h)

- Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan h

- Bidang simetri diagonal (d)

Kalau mempunyai:

a. Bidang simetri horisontal (h)

b. Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan h

Kalau mempunyai :

a. Bidang simetri diagonal (d)

b. Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan v

Kalau mempunyai :

Bidang simetri diagonal (d) inotasikan dengan d

2. Sistem Tetragonal, Kexagonal, Trigonal, Orthorombic, Monoklin,

Dan Trinklin

18

Page 19: Laporan Kristalografi Dan Mineralogi

Bagian I :Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus sumbu c, yaitu

sumbu lateral (sumbu a, b, d) atau sumbu intermediet, ada 2

kemungkinan:

a) Kalau sumbu tersebut bernilai 2 di notasikan dengan D

(diedrish).

b) Kalau sumbu tersebut tidak bernilai dinotasikan dengan c

(cyklich).

Bagian II : Menerangkan nilai sumbu c. Nilai sumbu c ini di tuliskan di

sebelah kanan agak bawah dari notasi d atau c.

Bagian III : Menerangkan kandungan bidang simetrinya.

a. Bidang simetri horisontal (h)

b. Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan h

c. Bidang simetri diagonal (d)

Kalau mempunyai:

a. Bidang simetri horisontal (h)

b. Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan h

Kalau mempunyai :

a. Bidang simetri diagonal (d)

b. Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan v

Kalau mempunyai :

Bidang simetri diagonal (d) Dinotasikan dengan d

2.4 KLASIFIKASI KRISTAL

Terdapat 32 klas kristal yang terbagi dalam beberapa kelompok sistem

kristal. Pengelompokan ini berdasarkan pada jumlah unsur simetri yang dimiliki

oleh kristal tersebut.

a. Sistem Reguler/Isometrik terdiri dari lima kelas yaitu:

tritetrahedral, didodecahedral, hexatetrahedral,

trioctahedral, hexoctahedral.

b. Sistem Tetragonal terdiri dari tujuh kelas yaitu tetragonal

pyramidal, tetragonal trapezohedral, tetragonal

bipyramidal, ditetragonal pyramidal, ditetragonal

19

Page 20: Laporan Kristalografi Dan Mineralogi

bipyramidal, tetragonal tetrahedral, tetragonal

scalenohedral.

c. Sistem Ortorombik memiliki tiga kelas yaitu: orthorombik

dipiramidal, orthorombik dispnhenoidal, orthorombik

pyramidal.

d. Sistem Heksagonal mempunyai tujuh kelas yaitu: trigonal

bipyramidal, ditrigonal bipyramidal, hexagonal pyramidal,

hexagonal trapezohedral, hexagonal bipyramidal,

dihexagonal pyramidal, dihaxagonal bipyramidal.

e. Sistem Trigonal mempunya lima kelas yaitu: trigonal

pyramidal, trigonal trapezohedral, ditrigonal pyramidal,

rhombohedral, ditrigonal scalenohedral.

f. Sistem Monoklin mempunyai tiga kelas yaitu: sphenoidal,

domatic, prismatic.

g. Sistem Triklin mempunyai dua kelas yaitu: pinacoidal,

pedial.

20

Page 21: Laporan Kristalografi Dan Mineralogi

Berikut Adalah Gambar dan Deskripsi Dari Beberapa Kristal

Dari Praktikum Kristalografi Pada Laboratorium Krismin

21

Page 22: Laporan Kristalografi Dan Mineralogi

BAB III

MINERALOGI

3.1. DASAR TEORI

3.1.1 Pengertian MineralogiMineralogi merupakan ilmu bumi yang berfokus pada sifat kimia, struktur

kristal, dan fisika (termasuk optik) dari mineral. Studi ini juga mencakup proses

pembentukan dan perubahan mineral,sifat-sifat fisik, sifat-sifat kimia,

keterdapatannya, cara terjadinya, dan kegunaannya.

Defenisi mineral menurut beberapa ahli:

1. L. G. Berry dan B. Mason, 1959

“Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam

dan terbentuk secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada

batas-batas tertentu dan mempunyai atom-atom yang tersusun secara

teratur”.

2.D. G. A. Whitten dan J. R. V. Brooks, 1972

“Mineral adalah suatu bahan padat yang secara struktural homogen

mempunyai komposisi kimia tertentu, dibentuk oleh proses alam

anorganik”.

3.A. W. R. Potter dan H. Robinson, 1977

Mineral adalah suatu zat atau bahan yang homogen mempunyai

komposisi kimia tertentu atau dalam batas-batas tertentu dan

mempunyai sifat-sifat tetap, dibentuk di alam dan bukan hasil suatu

kehidupan.

Setiap jenis mineral tidak saja terdiri dari unsur-unsur tertentu, tetapi

juga mempunyai bentuk tertentu yang di sebut bentuk kristal.

Batasan - batasan Defenisi Mineral:

a) Suatu bahan alam,

Artinya terbentuk secara alamiah, bukan dibuat oleh manusia.

22

Page 23: Laporan Kristalografi Dan Mineralogi

b) Mempunyai sifat fisik dan sifat kimia yang tetap. Dimana sifat

fisik ini mencakup: warna, kekerasan, belahan, perawakan,

pecahan, dan lain sebagainya. Sedangkan sifat kimia mencakup:

nyata api terhadap api oksidasi atau api reduksi, dan lain

sebagainya.

c) Berupa unsur tunggal atau persenyawaan yang tetap. Beberapa

contoh unsur tunggal antara lain: diamond(c), native silver(Ag),

dan lain-lain. Sedangkan unsur senyawa diantaranya berupa:

Barit(BaSO4), magnetit(Fe3O4), zircon(ZrSiO4), dan lain-lain.

d) Umumnya bersifat anorganik, dimana mineral bukan hasil dari

suatu kehidupan.

e) Homogen, artinya mineral tidak dapat diuraikan menjadi senyawa

lain yang lebih sederhana.

f) Berupa padat, cair, dan gas.

3.2. CARA PEMERIAN NAMA MINERAL

3.2.1 Sifat-Sifat Fisik Yang DiselidikiPenentuan nama mineral dapat dilakukan dengan membandingkan

sifat-sifat fisik mineral antara mineral yang satu dengan mineral yang

lainnya. Sifat fisik suatu mineral ini sangat diperlukan di dalam

mendeterminasi atau mengenal mineral secara megaskopis atau tanpa

menggunakan mikroskop. Dengan cara ini seseorang dapat

mendeterminasi mineral lebih cepat dan biasanya langsung di lapangan

tempat di man sampel tersebut ditemukan. Sifat-sifat mineral tersebut

meliputi:

3.2.1.1 Warna (Color)

Warna adalah kesan mineral jika terkena cahaya. Bila suatu

permukaan mineral dikenai suatu cahaya, maka cahaya yang mengenai

permukaan mineral tersebut sebagian akan diserap dan sebagian

dipantulkan. Warna mineral dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Idiokromatik; Yaitu warna mineral yang selalu tetap. Umumnya

dijumpai pada mineral-mineral yang tidak tembus cahaya (opak),

seperti galena, magnetit,pirit, dan lain sebagainya.

23

Page 24: Laporan Kristalografi Dan Mineralogi

2. Alokromatik; Yaitu warna mineral yang tidak tetap, tergantung dari

material pengotornya. Umumnya terdapat pada mineral-mineral yang

tembus cahaya, seperti kuarsa, kalsit,dan lain sebagainya.

Tapi ada pula warna yang ditentukan oleh kehadiran sekelompok ion

asing yang dapat memberikan warna tertantu pada mineral, yang

disebut dengan nama chomophores. Faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi warna antara lain:

1. Komposisi mineral

2. Struktur kristal dan ikatan ion

3. Pengotor dari mineral

3.2.1.2 Perawakan Kristal

Perawakan kristal merupakan bentuk khas mineral yang

ditentukan oleh bidang yang membangunnya, termasuk bentuk dan

ukuran relatif bidang-bidang tersebut.

Perawakan mineral dapat dibagi menjadi 3 golongan (Richard

Peart, 1975), yaitu:

3.2.1.2.1 Elongated habits (meniang/berserabut); yang terbagi

atas:

1. Meniang (Columnar)

2. Menyerat (Fibrous)

3. Menjarum (Acicular)

4. Menjaring (Reticulate)

5. Membenang (filliform)

6. Merambut (Cappilery)

7. Mondok (Stout, Stubby, Equant)

8. Membintang (Stellated)

9. Menjari (Radiated)

3.2.1.2.2 Flattened habits (lembaran tipis); yang terbagi atas:

1. Membilah (Bladed)

2. Memapan (Tabular)

3. Membata (Blocky)

4. Mendaun (Foliated)

5. Memencar (Divergent)

24

Page 25: Laporan Kristalografi Dan Mineralogi

6. Membulu (Plumose)

3.2.1.2.3 Rounded habits (membutir); yang terbagi atas:

1. Mendada (Mamillary)

2. Membulat (Colloform)

3. Membulat jari (Colloform Radial)

4. Membutir (Granular)

5. Memisolit (Pisolitic)

6. Stalaktit (Stalactic)

7. Mengginjal (Retiform)

Gambar 3.1 Contoh beberapa perawakan mineral dan asal mulanya (Klein &

Hurlbut, 1993)

3.2.1.3 Kilap (Luster)

Kilap adalah kesan mineral akibat pantulan cahaya yang

dikenakan padanya. Kilap dibedakan menjadi 2, yaitu kilap logam

(metallic luster) dan kilap bukan logam (non metallic luster). Kilap

logam memberikan kesan seperti logam bila terkena cahaya. Kilap

ini biasanya dijumpai pada mineral-mineral bijih, seperti emas,

galena, pirit, dan kalkopirit. Sedangkan kilap bukan logam tidak

memberikan kesan logam jika terkena cahaya. Selain itu, adapula

25

Page 26: Laporan Kristalografi Dan Mineralogi

kilap sub-metalik (sub-metallic luster), yang terdapat pada mineral-

mineral yang mempunyai indeks bias antara 2,6-3.

Kilap bukan logam dapat dibedakan menjadi:

1. Kilap Kaca(Vitreous Luster); Memberikan kesan seperti kaca

atau gelas bila terkena cahaya. Contohnya: kalsit, kuarsa, dan

halit.

2. Kilap Intan (adamantine Luster); Memberikan kesan cemerlang

seperti intan.

3. Kilap Sutera (Silky Luster); Memberikan kesan seperti sutera.

Umumnya terdapat pada mineral yang mempunyai struktur serat.

Seperti asbes, aktinolit, dan gipsum.

4. Kilap Lilin (Waxy Luster); Merupakan kilap seperti lilin yang

khas.

5. Kilap Mutiara (Pearly Luster); Memberikan kesan seperti mutiara

atau seperti bagian dalam dari kulit kerang. Kilap ini ditimbulkan

oleh mineral transparan yang berbentuk lembaran. Contohnya

talk, dolomit, muskovit, dan tremolit.

6. Kilap Lemak (Greasy Luster); Menyerupai lemak atau sabun. Hal

ini ditimbulkan oleh pengaruh tekanan udara dan alterasi.

Contohnya talk dan serpentin.

7. Kilap Tanah (Earthy Luster); Kenampakannya buram seperti

tanah. Misalnya kaolin, limonit,dan bentonit.

3.2.1.4 Kekerasan (Hardness)

Kekerasan adalah ketahanan mineral terhadap suatu

goresan. Penentuan kekerasan relatif mineral ialah dengan jalan

menggoreskan permukaan mineral yang rata pada mineral standar

dari skala Mohs yang sudah diketahui kekerasannya, yang dimulai

dari skala 1 yang paling lunak hingga skala 10 untuk mineral yang

paling keras.

1. Talc Mg3Si4O10(OH)2

2. Gypsum CaSO4·2H2O

3. Calcite CaCO3

4. Fluorite CaF2

26

Page 27: Laporan Kristalografi Dan Mineralogi

5. Apatite Ca5(PO4)3(OH,Cl,F)

6. Orthoclase KAlSi3O8

7. Quartz SiO2

8. Topaz Al2SiO4(OH,F)2

9. Corundum Al2O3

10. Diamond

Misalnya suatu mineral di gores dengan kalsi (H=3) ternyata

mineral itu tidak tergores, tetapi dapat tergores oleh fluorite (H=4),

maka mineral tesebut mempunyai kekerasan antara 3 dan 4. Dapat pula

penentuan kekerasan mineral dengan memepergunakan alat-alat yang

sederhana misalnya:

1. Kuku jari manusia H = 2,5

2. Kawat tembaga H = 3

3. Pecahan kaca H = 5,5

4. Pisau baja H = 5,5

5. Kikir baja H = 6,5

6. Lempeng baja H = 7

Bila mana suatu mineral tidak tergores oleh kuku manusia tetapi oleh

kawat tembaga, maka mineral tersebut mempunyai kekerasan antara

2,5 dan 3.

3.2.1.5 Gores (Streak)

Gores atau cerat adalah warna mineral dalam bentuk bubuk. Cerat

dapat sama atau berbeda dengan warna mineral. Umumnya warna

cerat tetap. Gores ini di pertanggungjawabkan karena stabil dan

penting untuk membedakan 2 mineral yang warnanya sama tetapi

goresnya berbeda. Gores ini di peroleh dengan cara mengoreskan

mineral pada permukaan keeping porselin, tetapi apabila mineral

mempunyai kekerasan lebih dari 6, maka dapat di cari mineral yang

berwarna terang biasanya mempunyai gores berwarna putih. Mineral

bukan logam dan berwarna gelap akan memberikan gores yang lebih

terang dari pada warna mineralnya sendiri. Mineral yang mempunyai

kilap metallic kadang-kadang mempunyai warna gpres yang lebih

27

Page 28: Laporan Kristalografi Dan Mineralogi

gelap dari warna mineralnya sendiri. Ada beberapa mineral warna

dan gores sering menunjukan warna yang sama.

3.2.1.6 Belahan (Cleavage)

Belahan adalah kenampakan mineral berdasarkan

kemampuannya membelah melalui bidang-bidang belahan yang

rata dan licin. Bidang belahan umumnya sejajar dengan bidang

tertentu dari mineral tersebut. Belahan dapat di bedakan menjadi:

1. Sempurna (perfect)

Yaitu apabila mineral mudah terbelah melalui arah belahannya

yang merupakan bidang yang rata dan sukar pecah selain

melalui bidang belahannya.

2. Baik (good)

Yaitu apabila mineral muidah terbelah melalui bidang

belahannya yang rata, tetapi dapat juga terbelah tidak melalui

bidang belahannya.

3. Jelas (distinct)

Yaitu apabila bidang belahan mineral dapat terlihat jelas, tetapi

mineral tersebut sukar membelah melalui bidang belahannya

dan tidak rata.

4. Tidak jelas (indistinct)

Yaitu apabila arah belahannya masih terlihat, tetapi

kemungkinan untuk membentuk belahan dan pecahan sama

besar.

5. Tidak sempurna (imperfect)

Yaitu apabila mineral sudah tidak terlihat arah belahannya, dan

mineral akan pecah dengan permukaan yang tidak rata.

3.2.1.7 Pecahan (Fracture)

Pecahan adalah kemampuan mineral untuk pecah melalui

bidang yang tidak rata dan tidak teratur. Pecahan dapat dibedakan

menjadi:

28

Page 29: Laporan Kristalografi Dan Mineralogi

1. Pecahan konkoidal (Choncoidal): Pecahan yang

memperlihatkan gelombang yang melengkung di permukaan.

Bentuknya menyerupai pecahan botol atau kulit bawang.

2. Pecahan berserat/fibrus (Splintery): Pecahan mineral yang

menunjukkan kenampakan seperti serat, contohnya asbes,

augit;

3. Pecahan tidak rata (Uneven): Pecahan mineral yang

memperlihatkan permukaan bidang pecahnya tidak teratur

dan kasar, misalnya pada garnet;

4. Pecahan rata (Even): pecahan mineral yang permukaannya

rata dan cukup halus. Contohnya mineral lempung.

5. Pecahan Runcing (Hacly): Pecahan mineral yang

permukaannya tidak teratur, kasar, dan ujungnya runcing-

runcing. Contohnya mineral kelompok logam murni.

6. Pecahan tanah (Earthy), bila kenampakannya seperti tanah,

contohnya mineral lempung.

3.2.1.8 Daya Tahan Terhadap Pukulan (Tenacity)

Tenacity adalah suatu reksi atau daya tahan mineral

terhadap gaya yang mengenainya, seperti penekanan,

pemecahan, pembengkokan, pematahan, pemukulan,

penghancuran, dan pemotongan. Tenacity dapat dibagi

menjadi:

1. Brittle (Rapuh); apabila mineral mudah hancur menjadi

tepung halus.

2. Sectile (Dapat Diiris); apabila mineral mudah dipotong

dengan pisau dengan tidak berkurang menjadi tepung.

3. Ductile (Dapat Dipintal); dapat ditarik dan diulur seperti

kawat. Bila ditarik akan menjadi panjang, dan apabila

dilepaskan akan kembali seperti semula.

4. Malleable (Dapat Ditempa); apabila mineral ditempa dengan

palu akan menjadi pipih.

5. Elastis (Lentur); dapat merenggang bila ditarik, dan akan

kembali seperti semula bila dilepaskan.

29

Page 30: Laporan Kristalografi Dan Mineralogi

6. Flexible; apabila mineral dapat dilengkungkan kemana-mana

dengan mudah.

3.2.1.9 Berat Jenis (Specific Grafity)

Berat jenis adalah angka perbandingan antara berat suatu

mineral dibandingkan dengan berat air pada volume yang sama.

Dalam penentuan berat jenis dipergunakan alat-alat seperti:

piknometer, timbangan analitik, dan gelas ukur.

Berat jenis dapat dirumuskan sebagai berikut:

3.2.1.10 Sifat Kemagnetan

Sifat kemagnetan yang perlu dicatat dalam praktikum mineral

fisik adalah sifat dari mineral yang diselidiki, apakah paramagnetit

ataukah diamagnetit.

1. Paramagnetit (magnetit): yaitu mineral tersebut mempunyai

daya tarik terhadap magnet.

2. Diamagnetit (non-magnetit): yaitu mineral tersebut mempunyai

daya tolak terhadap magnet.

3.2.1.11 Derajat Ketransparanan

Sifat Transparan dari suatu mineral tergantung pada

kemampuan mineral tersebut mentransmit sinar cahaya (berkas

sinar). Sesuai dengan hal ini, variasi mineral dibedakan atas:

1. Opaque mineral; yaitu mineral-mineral yang tidak tembus

cahaya meskipun dalam bentuk lembaran tipis. Mineral-mineral

ini permukaannya mempunyai kilauan metalik dan

meninggalkan berkas hitam atau gelap.

2. Transparant mineral; yaitu mineral-mineral yang tembus

pandang seperti kaca.

3. Translucent mineral; yaitu mineral-mineral yang tembus cahaya

tapi tidak tembus pandang.

4. Mineral-mineral yang tidak tembus pandang dalam bentuk

pecahan-pecahan tetapi tembus cahaya pada lapisan yang tipis.

30

Page 31: Laporan Kristalografi Dan Mineralogi

3.3 DESKRIPSI MINERAL

Dalam laporan ini, meliputi deskripsi dari seluruh mineral dan

terutama mineral yang dimiliki nilai ekonomis saja. Mineral dalam

laporan ini hanya ada beberapa mineral saja. Deskripsi mineral-mineral

ini meliputi beberapa sifat fisik dan sifat optik, seperti:

Nama dan Rumus Kimia :Penamaan mineral yang telah di kenal

berikut rumus kimia

rumus kimia.

Sisitem kristal : Seperti Triklin

Belahan : Sempurna (010)

Kekerasan : Berdasarkan skala mohs, yaitu 1-10

Berat Jenis (BJ) : Dalam gram/cm2

Kilap : Seperti kilap logam

Warna : Warna asli mineral itu sendiri

Gores : Warna dalam bentuk serbuk halus

Optik : Sifat mineral di bawah mikroskop

Genesa/Asosiasi Mineral : Peristiwa yang menyebabkan terbentuknya

mineral tersebut.

Beberapa deskripsi mineral logam secara umum :

1. Emas (Au)

- Tempat ditemukan : Sulida, Sumatra Barat

- Sistem kristal : Isometrik

- Warna : Kuning – Emas

- Goresan : Kuning

- Kilap : Metalik

- Belahan dan pecahan : Tak ada; Hacly(pecahan bergerigi dengan

ujung tajam)

- Kekerasan : 2,5 – 3 Skala Mohs

- Berat jenis : 19,3 gr/cm3

- Genesis : kebanyakan emas terdapat dalam urat-

urat kuarsa yang terbentuk melalui proses

hidrotermal.

31

Page 32: Laporan Kristalografi Dan Mineralogi

- Manfaat :untuk membuat perhiasan, lempeng

elektrode, pelapis gigi,

dan emas lantakan.

2. Sulfur (S)

- Tempat ditemukan : Kawah Papandayan, Jawa Barat

- Sistem kristal : Ortorombik.

- Warna : Kuning sampai coklat kekuningan

- Goresan : Putih

- Belahan dan pecahan : Tak ada ; Konkoidal sampai tidak rata

- Kekerasan : 1,5 – 2,5 Skala Mohs

- Berat jenis : 2,07 gr/cm3

- Genesis :Sulfur dapat terbentuk di daerah gunung

api aktif, di sekitar mata air panas, dan

hasil aktivitas bakteri yang memisahkan

sulfur dari sulfat. Dapat pula terbentuk

karena oksidasi sulfida-sulfida pada urat-

urat yang berasosiasi dengan sulfida-sulfida

metal.

- Manfaat :Digunakan untuk membuat senyawa-

senyawa sulfur, seperti asam sulfat

(H2SO4); dalam pembuatan insektisida,

pupuk buatan, vulkanisasi karet, dan sabun.

3. Kalsit (CaCO3)

- Tempat ditemukan : Kliripan, Yogyakarta

- Sistem kristal : Trigonal

- Warna : Tak-berwarna sampai putih

- Goresan : Putih sampai keabuan

- Belahan dan pecahan : {10 11} sempurna

- Kekerasan : 3 Skala Mohs

- Berat jenis : 2,71 gr/cm3

Genesis : Dapat terbentuk pada lingkungan batuan

beku, sedimen, metamorf dan melalui

proses hidrotermal

32

Page 33: Laporan Kristalografi Dan Mineralogi

- Manfaat : merupakan sumber senyawa CaO.

4. Kalkopirit (CuFeS2)

- Tempat ditemukan : Pegunungan tengah, Irian Jaya

- Sistem kristal : Tetragonal

- Warna : kuning - kuningan

- Goresan : hitam kehijauan

- Belahan dan pecahan : {001} kadang-kadang jelas ; tak rata

- Kekerasan : 3,5 – 4 Skala Mohs

- Berat jenis : 4,1 – 4,3 gr/cm3

- Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal.

- Manfaat : mineral bijih sumber logam tembaga.

5. Gipsum (CaSO42H2O)

- Tempat ditemukan : Besuku, Jawa Timur

- Sistem kristal : Monoklin

- Warna : Tak-berwarna dan transparan

- Goresan : Putih

- Belahan dan pecahan : {010} sempurna ; {100} dengan

permukaan konkoidal,

dan {011} dengan pecahan yang fibrus.

- Kekerasan : 2 Skala Mohs

- Berat jenis : 2,32 gr/cm3

- Genesis :Terbentuk dalam lingkungan sedimen, dan

sering berselingan dengan batugamping,

serpih, batupasir, lempung dan garam

batuan. Dapat pula ditemukan dalam urat-

urat metalik sebagai mineral geng.

- Manfaat : Digunakan dalam industri konstruksi.

6. Kaolinit (Al4Si4O10(OH)8)

- Tempat ditentukan : Flores, NTT

- Sistem kristal : Triklin

33

Page 34: Laporan Kristalografi Dan Mineralogi

- Warna : Putih, kadangkala berwarna coklat, atau

abu.

- Goresan : Putih

- Belahan dan pecahan : {001} sempurna

- Kekerasan : 2 Skala Mohs

- Berat jenis : 2,6 gr/gm3

- Genesis :Terbentuk sebagai hasil dekomposisi

aluminosilikat, khususnya feldspar, baik

oleh aktivitas pelapukan, atau

hidrotermal.Suatu deposit yang besar

dapat terbentuk dari alterasi hidrotermal

pada feldspar yang terdapat dalam granit,

atau pegmatit granit; atau oleh proses

erosi terhadap granit terkaolinisasi, yang

mengendapkan kaolinit.

- Manfaat : Digunakan dalam industri kertas, karet,

keramik, tembikar dan farmasi.

7. Grafit (C)

- Tempat ditentukan : Kepulauan Semrau, Sanggau, Kal-Bar

- Sistem kristal : Heksagonal

- Warna : Hitam

- Goresan : Hitam

- Belahan dan pecahan : Sempurna pada ( 0001 ) ; tak ada

- Kekerasan : 1 – 2 Skala Mohs

- Berat jenis : 2,09 – 2,23 gr/cm3

- Genesis : Terbentuk pada lingkungan batuan

metamorf, baik pada metamorf fisme

regional, atau kontak. Dapat dijumpai pada

batu gamping kristalin, genes, sekis,

kuarsit, dan lapisan batubara termetamorf.

- Manfaat : Digunakan dalam industri sebagai alat

pemotong kaca, pengasah, dipasang pada

mata bor untuk eksplorasi; dan dijadikan

batu permata.

34

Page 35: Laporan Kristalografi Dan Mineralogi

3.4 KLASIFIKASI MINERAL

Mineral diklasifikasikan berdasarkan komposisi kimia

dengan grup anion. Berikut klasifikasinya menurut Dana :

1. Silicate Class, merupakan grup terbesar. silicates (sebagian besar

batuan adalah >95% silicates), yang terdiri dari silicon dan oxygen,

dan dengan ion tambahan seperti aluminium, magnesium, iron, dan

calcium. Contoh lain seperti feldspars, quartz, olivines, pyroxenes,

amphiboles, garnets, dan micas.

2. Carbonate Class, merupakan mineral yang terdiri dari anion (CO3)2-

dan termasuk calcite dan aragonite (keduanya merupakan calcium

carbonate), dolomite (magnesium/calcium carbonate) dan siderite

(iron carbonate). Carbonate terbentuk pada lingkungan laut oleh

endapan bangkai plankton. Carbonate juga terbentuk pada daerah

evaporitic dan pada daerah karst yang membentuk gua/caves,

stalactites dan stalagmites.Carbonate class juga termasuk mineral-

mineral nitrate dan borate.

3. Sulfate Class, Sulfat terdiri dari anion sulfat, SO42-. Biasanya

terbentuk di daerah evaporitic yang tinggi kadar airnya perlahan-

lahan menguap sehingga formasi sulfat dan halides berinteraksi.

Contoh sulfat; anhydrite (calcium sulfat), celestine (strontium

sulfat), barite (barium sulfat), dan gypsum (hydrated calcium

sulfat). Juga termasuk chromate, molybdate, selenate, sulfite,

tellurate, dan mineral tungstate.

4. Halide Class, halides adalah grup mineral yang membentuk garam

alami (salts) dan termasuk fluorite (calcium fluoride), halite

(sodium chloride), sylvite (potassium chloride), dan sal ammoniac

(ammonium chloride). Halides, seperti halnya sulfats, ditemukan

juga di daerah evaporitic settings seperti playa lakes dan

landlocked seas seperti Dead Sea dan Great Salt Lake. The halide

class termasuk juga fluoride, chloride, dan mineral-mineral iodide.

35

Page 36: Laporan Kristalografi Dan Mineralogi

5. Oxide Class, Oxides sangatlah penting dalam dunia pertambangan

karena bijih (ores) terbentuk dari mineral-mineral dari kelas oxide.

Kelas mineral ini juga mempengaruhi perubahan Kutub Magnetic

Bumi. Biasanya terbentuk dekat dengan permukaan bumi,

teroksidasi dari hasil pelapukan mineral lain dan sebagai mineral

asesori pada batuan beku crust dan mantle. Contoh mineral Oxides;

hematite (iron oxide), magnetite (iron oxide), chromite (iron

chromium oxide), spinel (magnesium aluminium oxide – mineral

pembentuk mantle), ilmenite (iron titanium oxide), rutile (titanium

dioxide), dan ice (hydrogen oxide). Juga termasuk mineral-mineral

hydroxide.

6. Sulfide Class, hampir serupa dengan Kelas Oxide, pembentuk bijih

(ores). Contohnya termasuk pyrite (terkenal dengan sebutan emas

palsu ‘fools’ gold), chalcopyrite (copper iron sulfide), pentlandite

(nickel iron sulfide), dan galena (lead sulfide). Termasuk juga

selenides, tellurides, arsenides, antimonides, bismuthinides, dan

sulfosalts.

7. Phosphate Class, termasuk mineral dengan tetrahedral unit AO4, A

dapat berupa phosphorus, antimony, arsenic atau vanadium.

Phospate yang umum adalah apatite yang merupakan mineral

biologis yang ditemukan dalam gigi dan tulang hewan. Termasuk

juga mineral arsenate, vanadate, dan mineral-mineral antimonate.

8. Element Class, terdiri dari metal dan element intermetalic (emas,

perak dan tembaga), semi-metal dan non-metal (antimony,

bismuth, graphite, sulfur). Grup ini juga termasuk natural alloys,

seperti electrum, phosphides, silicides, nitrides dan carbides.

9. Organic Class, terdiri dari substansi biogenic; oxalates, mellitates,

citrates, cyanates, acetates, formates, hydrocarbons and other

miscellaneous species. Contoh lain juga; whewellite, moolooite,

mellite, fichtelite, carpathite, evenkite and abelsonite.

36

Page 37: Laporan Kristalografi Dan Mineralogi

Berikut Adalah Gambar dan Deskripsi Dari Beberapa Mineral

Dari Praktikum Mineralogi Pada Laboratorium Krismin

37