laporan fieldtrip mineralogi

Upload: rachmat-farid-mutiardi

Post on 18-Jul-2015

634 views

Category:

Documents


29 download

TRANSCRIPT

LAPORAN FIELDTRIP MINERALOGI

Disusun oleh : RACHMAT FARID MUTIARDI 21100110110040

LABORATORIUM MINERALOGI DAN KRISTALOGRAFI PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG MARET 2011

i

KATA PENGANTARSegala puji hanya untuk Allah SWT saya haturkan atas kekuasaan yang ditampakkan dan disajikan-Nya lewat berbagai fenomena istimewa yang ada di alam ini sehingga kami bisa memahami indahnya ilmu geologi ini. Shalawat dan salam juga tidak lupa saya iringkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Saya merasa bersyukur kepada Allah SWT karena telah menyelesaikan laporan fieldtrip untuk mata kuliah Mineralogi yang dilaksanakan pada 21 22 Juni 2011 di daerah Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Saya juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak, terutama para dosen pembimbing dan asisten yang dalam hal ini telah membantu dan memberikan dukungan hingga terselesaikannya laporan fieldtrip ini. Tak lupa saya memohon maaf apabila dalam penulisan laporan ini masih terdapat banyak kesalahan dan kelalaian, sebab saya juga masih dalam tahap belajar. Semoga laporan ini kedepan menjadi referensi yang baik bagi semua orang yang ingin memahami tentang pembentukan dan genesa beberapa jenis mineral yang ada di beberapa lokasi pengamatan di daerah Bayat.

Tembalang, 2 Juli 2011

Penulis

ii

DAFTAR ISIHalaman Muka ........................................................................................... Kata Pengantar ........................................................................................... Daftar Isi ..................................................................................................... Daftar Gambar ............................................................................................ BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1.2 Maksud dan Tujuan .............................................................. 1.3 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan ........................................... 1.4 Alat dan Bahan .................................................................... BAB II GEOLOGI REGIONAL ........................................................ 2.1 Geomorfologi Regional ....................................................... 2.2 Stratigrafi Regional ............................................................. 2.3 Struktur Regional ................................................................. BAB III PEMBAHASAN ....................................................................... 3.1 STA 1 ................................................................................... 3.2 STA 2 ................................................................................... 3.3 STA 3 ................................................................................... BAB IV KESIMPULAN ........................................................................ Daftar Pustaka ............................................................................................ Lampiran ................................................................................................... i ii iii iv 1 1 1 2 2 10 10 10 11 12 12 13 16 19 21 22

iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 STA 1 Gunungkampak ....................................................................... 12 Gambar 3.2 Kenampakan Mineral Kalsit ............................................................... 14 Gambar 3.3 Tata Guna Lahan STA 1 Sebagai Lahan Tambang Kapur ................. 15 Gambar 3.4 Suasana STA 2 LP 1, Watuprahu ....................................................... 17 Gambar 3.5 Sekis Mika .......................................................................................... 19 Gambar 3.6 STA 2 LP 2, Watuprahu ..................................................................... 20 Gambar 3.7 Kekar yang Diisi Mineral Kalsit ........................................................ 21 Gambar 3.8 Fosil Nummulites sp. .......................................................................... 23 Gambar 3.9 Mineral Kalsit...................................................................................... 24 Gambar 3.10 STA 3 LP 1 ........................................................................................ 25 Gambar 3.11 Kenampakan Mikrolipatan ............................................................... 27

iv

BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Mata kuliah mineralogi merupakan salah satu mata kuliah wajib di Teknik Geologi Univesitas Diponegoro. Mineralogi juga merupakan salah satu disiplin ilmu yang sangat mendasar dan vital bagi setiap mahasiswa sebagai calon geologist. Oleh karena itu, disamping materi secara teori di kelas, mata kuliah ini juga sangat perlu untuk melakukan praktikum lapangan sehingga materi yang telah didapat di kelas dapat langsung diaplikasikan di lapangan. Daerah Bayat ini merupakan salah satu tempat yang sering dikaji oleh banyak pakar geologi dunia sebab banyak keunikan yang ditemukan di daerah ini. Hal itu dikarenakan daerah ini memiliki kondisi geologi yang kompleks, padahal terletak di suatu daerah yang relatif sempit. Tidak heran setiap tahun banyak universitas di Indonesia, yang memiliki program studi teknik geologi, yang menjadikan Bayat sebagai daerah pembelajaran, penelitian, sekaligus daerah pemetaan.

1.2 Maksud dan Tujuan Kegiatan fieldtrip memiliki maksud untuk mengaplikasikan ilmu mineralogi di lapangan secara langsung. Adapun tujuan dari kegiatan fieldtrip di daerah Bayat untuk mata kuliah mineralogi, antara lain: Mengamati dan memahami kondisi geologi yang kompleks di Bayat. Mengetahui jenis bentang alam di setiap stasiun pengamatan. Memahami beberapa jenis mineral yang terdapat di Bayat. Mendeskripsikan sifat-sifat fisik mineral penyusun pada setiap stasiun pengamatan.

1

1.3 Lokasi dan Waktu Fieldtrip ini dilaksanakan pada: hari/tanggal lokasi : Selasa Rabu/ 21 22 Juni 2011 : Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah

1.4 Alat dan Bahan Alat-alat yang diperlukan sewaktu pengamatan di lapangan, antara lain: Kompas geologi Palu batuan sedimen dan batuan beku Buku catatan lapangan Adapun bahan yang diperlukan saat melakukan pengamatan di lapangan, yaitu larutan HCl.

2

BAB II GEOLOGI REGIONAL2.1 Geomorfologi Regional 1) Kondisi Umum Kecamatan Bayat Lokasi daerah Bayat berada kurang lebih 25 km di sebelah timur kota Yogyakarta. Secara umum fisiografi Bayat dibagi menjadi dua wilayah yaitu wilayah di sebelah utara Kampus Lapangan terutama di sisi utara jala raya Kecamatan Wedi yang disebut sebagai area Perbukitan Jiwo (Jiwo Hills), dan area di sebelah selatan Kampus Lapangan yang merupakan wilayah Pegunungan Selatan (Southern Mountains). 2) Kondisi Geomorfologi Perbukitan Jiwo Perbukitan Jiwo merupakan inlier dari batuan Pre-Tertiary dan Tertiary di sekitar endapan Quartenary, terutama terdiri dari endapan fluvio-volcanic yang berasal dari G. Merapi. Elevasi tertinggi dari puncak-puncak yang ada tidak lebih dari 400 m di atas muka air laut, sehingga perbukitan tersebut merupakan suatu perbukitan rendah. Perbukitan Jiwo dibagi menjadi dua wilayah yaitu Jiwo Barat dan Jiwo Timur yang keduanya dipisahkan oleh Sungai Dengkeng secara antecedent. Sungai Dengkeng sendiri mengalir mengitari komplek Jiwo Barat, semula mengalir ke arah South-Southwest, berbelok ke arah East kemudian ke North memotong perbukitan dan selanjutnya mengalir ke arah Northeast. Sungai Dengkeng ini merupakan pengering utama dari dataran rendah di sekitar Perbukitan Jiwo.Gambar 4.2. Pembagian fisiografi daerah Bayat di mana Perbukitan Jiwo Barat dan Timur dipisahkan oleh Sungai Dengkeng Dataran rendah ini semula merupakan rawa-rawa yang luas akibat air yang mengalir dari lembah G. Merapi tertahan oleh Pegunungan Selatan. Genangan air ini, di utara Perbukitan Jiwo mengendapkan pasir yang berasal dari lahar. Sedangkan di selatan atau pada bagian lekukan3

antarbukit di Perbukitan Jiwo merupakan endapan air tenang yang berupa lempung hitam, suatu sedimen Merapi yang subur ini dikeringkan (direklamasi) oleh pemerintah Kolonial Belanda untuk dijadikan daerah perkebunan. Reklamasi ini dilakukan degan cara membuat saluransaluran yang ditanggul cukup tinggi sehingga air yang datang dari arah G. Merapi akan tertampung di sungai sedangkan daerah dataran rendahnya yang semula berupa rawa-rawa berubah menjadi tanah kering yang digunakan untuk perkebunan. Sebagian dari rawayang semula luas itu disisakan di daerah yang dikelilingi Puncak Sari, Tugu, dan Kampak di Jiwo Barat, dikenal sebagai Rawa Jombor. Rawa yang disisakan itu berfungsi sebagai tendon untuk keperluan irigasi darah perkebunan di dataran sebelah utara Perbukitan Jiwo Timur. Untuk mengalirakan air dari rawa-rawa tersebut, dibuat saluran buatan dari sudut Southwest rawa-rawa menembus perbukitan batuan metamorfik di G. Pegat mengalir ke timur melewati Desa Sedan dan memotong Sungai Dengkeng lewat aqueduct di sebelah seatan Jotangan menerus ke arah timur. Daerah perbukitan yang tersusun oleh batugamping menunjukkan perbukitan memanjang dengan punggung yang tumpul sehingga kenampakan punca-puncak tidak begitu nyata. Tebing-tebing

perbukitannya tidak terlalu terbiku sehingga alur-alurnya tidak banyak dijumpai (Perbukitan Bawak-Temas di Jiwo Timur dan Tugu-Kampak di Jiwo Barat). Untuk daerah yang tersusun oleh batuan metamorfik perbukitannya menunjukkan relief yang lebih nyata dengan tebing-tebing yang terbiku kuat. Kuatnya hasil penorehan tersebut menghasilkan akumulasi endapan hasil erosi di kaki perbukitan ini yang dikenal sebagai colluvial. Puncak-puncak perbukitan yang tersusun dari batuan metamorfik terlihat menonjol dan beberapa diantaranya cenderung berbentuk kerucut seperti puncak Jabalkat dan puncak Semanggu. Daerah degan relief kuat ini dijumpai daerah Jiwo Timur mulai dari puncak Konang kea rah timur hingga puncak Semanggu dan Jokotuo. Daerah di

4

sekitar puncak Pendul merupakan satu-satunya tubuh bukit yang seluruhnya tersusun oleh batuan beku. Kondisi morfologinya cukup kasar mirip perbukitan metamorfik namun relief yang ditunjukkan puncaknya tidak sekuat perbukitan metamorfik. Daerah Jiwo Barat Jiwo Barat terdiri dari deretan perbukitan G. Kampak, G. Tugu, G. Sari, G. Kebo, G. Merak, G. Cakaran, dan G. Jabalkat. G. Kampak dan G. Tugu memiliki litologi batugamping berlapis, putih kekuningan, kompak, tebal lapisan 20 40 cm. Di daerah G. Kampak batugamping tersebut sebagian besar merupakan suatu tubuh yang massif,

menunjukkan adanya asosiasi dengan kompleks terumbu (reef). Di antara G. Tugu dan G. Sari batugamping tersebut mengalami kontak langsung dengan batuan metamorfik (mica schist). Daerah Jiwo Barat memiliki puncak-puncak bukit berarah utaraselatan yang diwakili oleh puncak Jabalkat, Kebo, Merak, Cakaran, Budo, Sari, dan Tugu dengan di bagian paling utara membelok ke arah barat yaitu G. Kampak. Batuan metamorf di daerah ini mencakup daerah di sekitar G. Sari, G. Kebo, G. Merak, G. Cakaran, dan G. Jabalkat yang secara umum berupa sekis mika, filit, dan banyak mengandung mineral kuarsa. Di sekitar daerah G. Sari, G. Kebo, dan G. Merak pada sekis mika tersebut dijumpai bongkah-bongkah andesit dan mikrodiorit. Zona-zona

lapukannya berupa spheroidal weathering yang banyak dijumpai di tepi jalan desa. Batuan beku tersebut merupakan batuan terobosan yang mengenai tubuh sekis mika . singkapan yang baik dijumpai di dasar sungai-sungai kecil yang menunjukkan kekar kolom (columnar joint). Batuan metamorfik yang dijumpai juga berupa filit sekis klorit, sekis talk, terdapat mieral garnet, kuarsit serta marmer di sekitar G. Cakaran, dan G. Jabalkat. Sedangkan pada bagian puncak dari kedua bukit itumasih ditemukan bongkah-bongkah konglomerat kuarsa. Sedangkan di sebelah barat G. Cakaran pada area pedesaan di tepian

5

Rawa Jombor masih dapat ditemukan sisa-sisa konglomerat kuarsa serta batupasir. Sampai saat ini batuan metamorfik tersebut ditafsirkan sebagai batuan berumur Pre-Tertiary, sedagkan batupasir dan konglomerat dimasukkan ke dalam Formasi Wungkal. Di daerah ini dijumpai dua inlier (isolated hill) masing-masing di bukit Wungkal dan bukit Salam. Bukit Wungkal semakin lama semakin rendah akibat penggalian penduduk untuk mengambil batu asah (batu wungkal) yang terdapat di bukit tersebut. Daerah Jiwo Timur Daerah ini mencakup sebelah timur Sungai Dengkeng yang merupakan deretan perbukitan yang terdiri dari Gunung Konang, Gunung Pendul, Gunung Semangu, Di lereng selatan Gunung Pendul hingga mencapai bagian puncak, terutama mulai dari sebelah utara Desa Dowo dijumpai batu pasir berlapis, kadang kala terdapat ragmen sekis mika ada di dalamnya. Sedangkan di bagian timur Gunung Pendul tersingkap batu lempung abu-abu berlapis, keras, mengalami deformasi lokal secara kuat hingga terhancurkan. Hubungan antar satuan batuan tersebut masih memberikan berbagai kemungkinan karena kontak antar satuan terkadang tertutup oleh koluvial di daerah dataran. Kepastian stratigrafis antar satuan batuan tersebut barn dapat diyakini jika telah ada pengukuran umur absolut. Walaupun demikian berbagai pendekatan penyelidikan serta rekontruksi stratigrafis telah banyak dilakukan oleh para ahli. Daerah perbukitan Jiwo Timur mempunyai puncak-puncak bukit berarah barat-timur yang diwakili oleh puncak-puncak Konang, Pendul dan Temas, Gunung J okotuo dan Gunung T emas. Gunung Konang dan Gunung Semangu merupakan tubuh batuan sekis-mika, berfoliasi cukup baik, sedangkan Gunung Pendul merupakan tubuh intrusi mikrodiorit. Gunung Jokotuo merupakan batuan

metasedimen (marmer) dimana pada tempat tersebut dijumpai tanda-

6

tanda struktur pense saran. Sedangkan Gunung Temas merupakan tubuh batu gamping berlapis. Di sebelah utara Gunung Pendul dijumpai singkapan batu gampmg nummulites, berwarna abu-abu dan sangat kompak, disekitar batu gamping nummulites tersebut terdapat batu pasir berlapis. Penyebaran batugamping nummulites dijumpai secara setempat-setempat terutam di sekitar desa Padasan, dengan percabangan ke arah utara yang diwakili oleh puncak Jopkotuo dan Bawak. Di bagian utara dan tenggara Perbukitan Jiwo timur terdapat bukit terisolir yang menonjol dan dataran aluvial yang ada di sekitamya. Inlier (isolited hill) ini adalah bukit Jeto di utara dan bukit Lanang di tenggara. Bukit Jeto secara umum tersusun oleh batu gamping Neogen yang bertumpu secara tidak selaras di atas batuan metamorf, sedangkan bukit Lanang secara keseluruhan tersusun oleh batu gamping Neogen. Daerah Pegunungan selatan Di sebelah selatan Kampus Lapangan hingga mencapai puncak Pegunungan Baturagung, secara stratigrafis sudah tennasuk wilayah Pegunungan Selatan. Secara struktural deretan pegunungan tersebut, pada penampang utara-selatan, merupakan suatu pegunungan blok patahan yang membujur barat-timur. Untuk daerah di sekitar kampus lapangan, litologi yang dijumpai merupakan bagian dari Fonnasi Kebo, Butak dan Semilir. Beberapa lokasi singkapan penting penting antard lain sekitar Lanang dan desa Tegalrejo dijumpai batu pasir tufan dengan sisipan serpih. Di selatan desa Banyuuripan, yaitu desa Kalisogo, ditemukan breksi autoklastik dengan pola retakan radial yang ditafsirkan sebagai produk submarine breccia. Semakin ke selatan, sekitar desa Tanggul, Jarum dan Pendem, terdapat singkapan endapan kip as aluvial. Di bagian barat daya, sekitar desa Tegalrejo, dijumpai batu pasir berlapis dengan pelapukan mengulit bawang. Di bagian timumya terdapat batu lempung abu-abu dengan zona kekar.

7

Naik ke arah puncak Baturagung, perlapisan-Iperlapisan batuan sedimen akan dijumpai dengan baik, dapat berupa batu pasir, batu lempung, batu pasir krikilan, batu pasir tufa maupun sisipan breksi. Pengamtan sepanjang jalan ini sangat penting untuk melacak keaadaan strtigrafis serta struktur geologi di daerah selatan Kampus Lapangan. 2.2 Stratigrafi Regional Batuan tertua yang tersingkap di daerah Bayat terdiri dari batuan metamorf berupa filit, sekis, batu sabak, dan marmer. Penentuan umur yang tepat untuk batuan malihan hingga saat ini masih belum ada. Satu-satunya data tidak langsung untuk perkiraan umurnya adalah didasarkan fosil tunggal Orbitolina yang diketemukan oleh Bothe (1927) di dalam fragmen konglomerat yang menunjukkan umur Kapur. Dikarenakan umur batuan sedimen tertua yang menutup batuan malihan tersebut yang berumur awal Tersier (batupasir dan batugamping Eosen), maka umur batuan malihan tersebut disebut batuan Pre-Tertiary Rocks. Secara tidak selaras menumpang di atas batuan malihan adalah batupasir yang tidak garnpingan sarnpai sedikit gampingan dan batulempung, kemudian di atasnya tertutup oleh batu gamping yang mengandung fosil nummulites yang melimpah dan bagian atasnya diakhiri oleh batu gamping Discocyc1ina, menunjukkan lingkungan laut dalarn. Keberadaan forminifera besar ini bersarna dengan foraminifera plangtonik yang sangat jarang ditemukan di dalam batu lempung gampingan, menunjukkna umur Eosen Tengah hingga Eisen Atas. Secara resmi, batuan berumur Eosen ini disebut Formasi Wungkal-Garnping. Keduanya, batuan malihan dan Formasi Wungkal-Gamping diterobos oleh batuan beku menengah bertipe dioritik. Diorit di daerah Jiwo merupakan penyusun utam Gunung Pendul, yang terletak di bagJn timur Perbukitan Jiwo. Diorit ini kemungkinan bertipe dike. Singkapan batuan beku di Watuprahu (sisi utara Gunung Pendul) secara stratigrafi di atas batuan Eosen yang miring ke arah selatan. Batuan beku ini secara stratigrafi terletak di bawah batu pasir dan batu garnping yang masih mempunyai kemiringan lapisan ke arah selatan. Penentuan umur pada dike

8

intrusi pendul oleh Soeria Atmadja dkk (1991) menghasilkan sekitar 34 juta tahun, dimana hasil ini kurang lebih sesuai dengan teori Bemmelen (1949), yang menafsirkan bahwa batuan beku tersebut adalah merupakan leher/neck dari gunung api Oligosen. Mengenai genetik dan generasi magmatisme dari diorit di Perbukitan Jiwo masih memerlukan kajian yang lebih hati-hati. Sebelum kala Eosen tangah, daerah Jiwo mulai tererosi. Erosi tersebut disebabkan oleh pengangkatan atau penurunan muka air laut selama peri ode akhir oligosen. Proses erosi terse but telah menurunkan permukaan daratan yang ada, kemudian disusul oleh periode transgresi dan menghasilkan pengendapan batu garnping dimulai pada kala Miosen Tengah. Di daerah Perbukitan Jiwo tersebut mempunyai ciri litologi yang sarna dengan Formasi Oyo yang tersingkap lenih banyak di Pegunungan Selatan (daerah Sambipitu Nglipar dan sekitarnya). Di daerah Bayat tidak ada sedimen laut yang tersingkap di antara Formasi WungkalGampingan dan Formasi Oyo. Keadaan ini sang at berbeda dengan Pegunungan Baturagung di selatannya. Di sini ketebalan batuan volkaniklastik-marin yang dicirikan turbidit dan sedimen hasil pengendapan aliran gravitasi lainnya tersingkap dengan baik. Perbedaan-perbedaan ini kemungkinan disebabkan oleh kompleks sistem sesar yang memisahkan daerah Perbukitan Jiwo dengan Pegunungan Baturagung yang telah aktif sejak Tersier Tengah. Selama zaman Kuarter, pengendapan batu gamping telah berakhir. Pengangkatan yang diikuti dengan proses erosi menyebabkan daerah Perbukitan Jiwo berubah menjadi daerah lingkungan darat. Pasir vulkanik yang berasal dari gunung api Merapi yang masih aktif mempengaruhi proses sedimentasi endapan aluvial terutama di sebelah utara dan barat laut dari Perbukitan Jiwo. Keadaan stratigrafi Pegunungan Selatan, dari tua ke muda yaitu : 1) Formasi Kebo, berupa batu pasir vulkanik, tufa, serpih dengan sisipan lava, umur Oligosen (N2-N3), ketebalan formasi sekitar 800 meter.

9

2) Formasi Butak, dengan ketebalan 750 meter berumur Miosen awal bagian bawah (N4), terdiri dari breksi polomik, batu pasir dan serpih. 3) Formasi Semilir, berupa tufa, lapili, breksi piroklastik, kadang ada sisipan lempung dan batu pasir vulkanik yang berumur N5-N9. Bagian tengah menjalari dengan Formasi Nglanggran. 4) Formasi Nglanggran, berupa breksi vulkanik, batu pasir vulkanik, lava dan breksi aliran. 5) Dari puncak Baturagung ke arah selatan, yaitu menuju dataran Wonosari akan dijumpai Formasi Sambipitu, Formasi Oyo, Formasi Wonosari dan Formasi Kepek. 2.3 Struktur Regional Secara fisiografis Perbukitan Bayat merupakan suatu inlier dari batuan Pra Tersier dan Tersier di sekitar endapan Kuarter, yang terutama terdiri dari endapan flufio-vulkanik dari Merapi. Elevasi tertinggi dari Puncak-puncak yang ada tidak lebih dari 400 meter diatas muka laut, sehingga perbukitan tersebut dapat disebut perbukitan rendah. Perbukitan itu tersebar menurut jalur yang arahnya berbeda. Di bagian barat (Jiwo Barat), jalur puncakpuncak bukit berarah utara selatan, yang diwakili oleh puncak-puncak Jabalkat, Kebo, Merak, Cakaran, Budo Sari, dan Tugu dengan di bagian paling utara membelok ke arah barat, yaitudaerah perbukitan Kampak. Di sebelah timur (Jiwo Timur) arah jalurnya adalah barat-timur, dengan puncakpuncak Konang, Pendul dan Temas, dengan percabangan kearah utara, yang terwakili oleh puncak Jokotuo dan Bawak. Daerah perbukitan yang tersusun oleh batugamping menunjukkan perbukitan memanjang dengan pegunungan yang tumpul sehingga

kenampakan puncak tidak begitu nyata. Tebing-tebing perbukitannya tidak terlalu terbiku sehingga alur-alur tidak banyak dijumpai. Sebagai contoh adalah perbukitan Bawak-Temas di Jiwo Timur dan perbukitan Tugu-Kapak di Jiwo Barat. Untuk daerah yang tersusun oleh batuan metamorf, ini terisi oleh campuran endapan pasir Merapi, endapan lempung hitam dan endapan rombakan dari Pegunungan Selatan. Endapan lepas yang berumur kuater ini

10

diduga menutup lembah sesar yang membatasi Pegunungan Selatan dengan perbuukitan Jiwo. enis dan arah gerakan sesar ini belum diketahui dengan pasti karena singkapannya saat ini belum ditemukan.

11

BAB III PERINCIAN TIAP STASIUN PENGAMATAN3.1 Deskripsi STA 1 Lokasi Tanggal Cuaca Morfologi Bentuk lahan Litologi Dimensi Mineral Utama : Gunungkampak, Kec. Bayat, Kab. Klaten, Jawa Tengah : 22 Juni 2011 : cerah : perbukitan : struktural : batugamping : 15 x 30 meter : kalsit (calcite)

Tata guna lahan : penambangan batugamping Potensi : (+) penambangan batugamping, laboratorium alam () longsoran Deskripsi sifat fisik mineral Rumus kimia Warna (color) Kilap (luster) Kekerasan (hardness) Cerat (streak) Transparansi (transparancy) Belahan (cleavage) Pecahan (fracture) Bentuk kristal (crystal habit) Sifat dalam Berat jenis (spesific gravity) Kemagnetan Nama mineral : CaCO3 (kalsium karbonatan) : putih bening kekuningan : kaca (vitreous) : 2,5 - 3 Mohs : putih : translucent : baik (good) : uneven : kristalin (6-sided pyramid typical) : rapuh (brittle) : 2,711 g/cm3 : diamagnetik : kalsit (calcite)

12

Lokasi pengamatan ini terletak di daerah Gunungkampak, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Di sekitar lokasi ini merupakan lahan pemukiman dengan vegetasi yang cukup banyak berupa pepohonan dan semak-semak. Adapun lokasi pengamatan ini merupakan daerah kapur kerena terdapat banyak batugamping didalamnya. Berdasarkan klasifikasi bentang alam, daerah ini termasuk bentang alam struktural.

Gambar 3.1 STA 1 Gunungkampak

Secara litologi, daerah ini tersusun atas batugamping. Hal itu terlihat dari warnanya yang dominan kuning dan mengeluarkan buih ketika ditetesi dengan larutan HCl sebagai tanda adanya unsur karbonat pada batuan. Secara umum, terdapat sedikit perbedaan pada singkapan batuan di bagian atas dengan yang di bawah. Pada satu sisi terlihat kenampakan dengan kilap kaca, sedangkan di sisi yang lainnya hanya terlihat sebagai warna kuning pucat tanpa adanya kilap kaca. Hal itu juga diikuti dengan intensitas kekerasan batuan yang cenderung lebih keras pada batuan yang memiliki kilap kaca dibanding yang lainnya. Walapun berbeda warna dan kekerasan, namun itu semua termasuk batugamping. Adanya perbedaan warna dan kekerasan tersebut dapat diperkirakan dipengaruhi oleh adanya proses pencucian (leaching) dengan intensitas yang lebih tinggi pada singkapan batugamping bagian bawah dibandingkan dengan singakapan batugamping di bagian atas.13

Proses pencucian dengan intensitas tinggi itulah yang menyebabkan semen yang seharusnya berfungsi sebagai pengisi rongga-rongga dan penguat pada batugamping tersebut semakin berkurang sehingga menyebabkan tingkat kekerasannya pun menjadi berkurang.

Gambar 3.2 Kenampakan Mineral Kalsit

Adapun mineral penyusun di lokasi ini adalah mineral kalsit. Kalsit merupakan mineral yang banyak sekali ditemukan dialam bumi. Kalsit juga merupakan mineral pembentuk utama pada batu gamping. Mineral ini tergolong mineral felsik, yaitu suatu mineral dengan warna terang atau muda. Komposisi mineral pada batuan ini adalah mineral karbonat atau biasa sering disebut mineral kalsit dengan rumus kimia CaCO3.. Mineral ini tersusun atas beberapa unsur yaitu kalsium (Ca) dan karbonat ( CO3 ), yang terbentuk secara metamorfosis dengan cirinya mineral terlihat jalas (fanerik), berbentuk kristalin dengan warna putih kekuning-kuningan, sebenarnya mineral kalsit berwarna putih, tetapi dalam batuan ini berwarna kuning itu disebabkan karena adanya proses oksidasi dan terkontaminasi oleh suatu zat, sehingga tak terlihat segar lagi.

14

Gambar 3. 3 Tata Guna Lahan STA 1 Sebagai Lahan Tambang Kapur

Mineral ini termasuk sistem kristal Hexagonal Scalenohedral yang artinya sistem kristal ini memiliki 4 sumbu kristal yang saling tegak lurus dimana panjangnya sumbu a = b = d (horizontal) c (vertikal). Mineral ini memiliki belahan tiga arah belahan dimana baik tidaknya permukaan bidang belahnya, yaitu sempurna (Perfect). Selain belahan juga ada pecahan, dimana belahan disini dilihat dari kecendrungan mineral untuk terpisah dalam arah yang tidak teratur dan Tidak dikontrol kuat oleh struktur atom. Pecahannya pada mineral ini yaitu conchoidal, belahan disini seperti terkelupasnya kulit bawang. Daya tahan mineral ini terhadap goresan atau bisa disebut kekerasan berdasarkan skala Mohs adalah 3, yang artinya mineral ini dapat digores oleh alat penguji kekerasan yaitu suatu kawat tembaga.hal ini disebabkan arah dari kristalografinya. Kilap yang ada pada batuan ini adalah kilap kaca (Vitreous). Adapun kilap disini diartikan apabila pada mineral dijatuhkan suatu cahaya refleksi. Yang terjadi pada mineral ini apabila mineral ini dihancurkan menjadi lembut, maka mineral bubuk ini disebut cerat, dan cerat yang ada pada mineral ini berwarna putih. Berat jenis yang ada pada mineral ini bila diukur terhadap berat dari air dengan cara pengukuran berat mineral kering diudara dibagi berat mineral didalam air adalah sebesar 2,71 g/cm3. Berat jenis disini ditentukan oleh kepadatan struktur atomnya. Berat jenis ini biasanya dicari untuk mengetahui kepadatan struktur atomnya, apabila berat jenis kurang dari 2,7 maka mineral ini merupakan mineral penyusun batuan, tetapi apa bila lebih dari 5, maka

15

mineral ini termasuk mineral logam, dan kenyataannya mineral ini termasuk mineral penyusun batuan. Sifat dalam yang ada pada mineral ini yaitu Rapuh (Brittle), yang artinya ikatan antar atomnya sangat lemah. Pada umumnya, mineral kalsit biasanya berasosiasi dengan batuan metamorf, seperti granit, dan yang paling dominan adalah batuan sedimen, seperti batu gamping. Penggunaan kalsit saat ini telah mencakup berbagai sektor yang didasarkan pada sifat fisik dan kimianya, yang meliputi sektor pertanian, industri kimia, makanan, bangunan, dan lainya.

3.2 Deskripsi STA 2 Lokasi Pengamatan 1 Lokasi Tanggal Cuaca Morfologi Bentuk lahan Litologi Dimensi Mineral Utama : Watu Prahu, Kec. Bayat, Kab. Klaten, Jawa Tengah : 22 Juni 2011 : cerah : perlapisan, kekar : struktural : sekis : 15 x 30 meter : muskovit mika, biotit mika, kuarsa

Tata guna lahan : objek pembelajaran bidang geologi Potensi : (+) laboratorium alam () amblesan Deskripsi Mineral 1) Mineral 1 Rumus kimia Warna (color) : KAl2(Si3Al)O10(OH,F)2 : hitam kecoklatan : kaca (vitreous) : 2 - 2,5 Mohs

Kilap (luster) Kekerasan (hardness)

16

Cerat (streak) Transparansi (transparancy) Belahan (cleavage) Pecahan (fracture) Sifat dalam Berat jenis (spesific gravity) Kemagnetan Nama Mineral 2) Mineral 2 Rumus kimia Warna (color) Kilap (luster) Kekerasan (hardness) Cerat (streak) Transparansi (transparancy) Belahan (cleavage) Pecahan (fracture) Bentuk kristal (crystal habit) Sifat dalam Berat jenis (spesific gravity) Kemagnetan Nama mineral 3) Mineral 3 Rumus kimia Warna (color)

: putih : opaque : sempurna : uneven : rapuh (brittle) : 2,77 - 2,88 gr/cm3 : diamagnetik : Muskovit Mika

: K(MgFe)3 [AlSi3O10(OHF)2] : hitam : kaca (vitreous) : 2,5 - 3 Mohs : abu-abu : opaque : 1 arah : uneven : tabular : rapuh (brittle) : 3,09 g/cm3 : diamagnetik : biotit mika (biotite mica)

: SiO2 (silikondioksida) : putih susu kebeningan : kaca (vitreous) : 3 - 5,5 Mohs : putih : transparent : tidak jelas (poor/indistinct) : conchoidal

Kilap (luster) Kekerasan (hardness) Cerat (streak) Transparansi (transparancy) Belahan (cleavage) Pecahan (fracture)

17

Bentuk kristal (crystal habit) Sifat dalam Berat jenis (spesific gravity) Kemagnetan Sifat lain Nama mineral

: kristalin (6-sided pyramid typical) : rapuh (brittle) : 2,65 2,66 g/cm3 : diamagnetik : keras ketika padat : kuarsa (quartz)

Lokasi STA 2 LP 1 ini terletak di daerah Watuprahu, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Butuh sekitar 30 menit dari STA sebelumnya untuk mencapai lokasi ini. Adapun daerah STA 2 LP 1 ini ditanami berbagai vegetasi alam, seperti pepohonan, bambu, dan sebagainya. Secara detail, cakupan daerah yang diamati merupakan dinding-dinding jalan yang cukup curam, sesuai dengan morfologi daeah ini yang merupakan perbukitan.

Gambar 3.4 Suasana STA 2 LP 1, Watuprahu

Lokasi pengamatan ini termasuk ke dalam bentuk lahan struktural. Hal ini dapat diketahui pada daerah ini banyak terlihat kenampakan struktur geologi sekunder berupa kekar dimana struktur geologi ini sangat berpengaruh dalam pembentukan bentuk lahan ini sehingga dapat dikatakan sebagai bentuk lahan struktural. Berdasarkan litologinya, daerah ini terusun atas sekis yang pada awalnya sekis ini merupakan batulempung (mudstone) yang telah mengalami

18

proses metamorfisme regional yang pembentukannya lebih dominan dipengaruhi oleh unsur tekanan sehingga terlihat adanya penjajaran mineralmineral penyusun atau lebih dikenal dengan struktur foliasi.

Gambar 3.5 Sekis Mika

Sekis pada lokasi pengamatan ini tersusun atas mineral-mineral mika. Selain itu, karena sekis pada lokasi pengamatan ini telah dipengaruhi oleh adanya struktur geologi sekunder berupa kekar maka mengakibatkan pada sela-sela retakan sekis tersebut juga terdapat mineral lain berupa kuarsa. Mineral biotit yang terdapat di lokasi pengamatan memiliki ciri-ciri fisik, antara lain biotit memiliki warna hitam, yang bisa disebabkan karena bahan magma yang menyusunnya bersifat basa. Dalam skala Mohs, biotit memiliki derajat kekerasan 2,5 3. Kilap dari biotit adalah kaca karena terlihat seperti kaca. Mineral ini memiliki jenis transparansy opaque karena mineral ini tidak tembus sama sekali oleh cahaya. Biotit memiliki cerat berwarna abu-abu, dengan menggoreskan alat bantu seperti kuku jari maka akan terlihat seratnya yang berwarna abu-abu. Biotit memiliki berat jenis 3,09. Biotit memiliki belahan 1 arah. Belahan pada biotite termasuk belahan sempurna karena terdapat bidang belahan dan mudah dibelah. Biotit memiliki pecahan uneven, yaitu menunjukkan kenampakkan permukaan yang tidak teratur dan kasar. Sifat dalam mineral ini adalah rapuh (brittle). Bentuk kristalnya monoklin, dengan kelas simetri prismatic. Biotit bersifat diamagnetik.19

Mineral ini tergolong di dalam mineral silikat, dengan dicirikan oleh adanya ikatan antara unsure Si dengan O. Mineral biotit ini dapat digunakan dalam industri keramik. Maka setelah dideskripsikan, mineral ini adalah mineral biotit. Selain mineral biotit, ditemukan juga mineral kuarsa. Kuarsa adalah suatu mineral yang paling umum dijumpai di muka bumi ini setelah air. Kuarsa terdapat hampir di semua lingkungan dan juga sebagai unsur pokok dalam penyusun batuan. Kuarsa bisa muncul dengan sifat, warna, bahkan nama yang berbeda-beda, seperti halnya sampel disini ber-warna dominan putih susu kebeningan dengan bentuk yang kompak (kristalin). Berdasarkan mineral pembentuk batuan, mineral ini tergolong mineral felsik yaitu suatu mineral dengan warna terang atau muda. Komposisi mineral pada batuan ini adalah silicon dioksida dengan rumus kimia SiO2 , yang biasa dipanggil orang dengan sebutan kuarsa. Mineral kuarsa merupakan mineral yang sangat stabil, karena terbentuk secara metamorphosis dan akibat adanya faktor suhu atau temperature diatas 573C dan tekanan yang tinggi dalam proses pembentukannya yang sangat lama maka mineral ini merupakan mineral yang tahan terhadap pelapukan. Mineral ini dicirikan dengan warna ungu keputih-putihan, berbentuk kristalin yang artinya bentuk kristal sempurna atau disebut euhedral karena disebabkan oleh proses terbentuknya dengan proses yang sangat lama serta dipengaruhi oleh temperature dan suhu. Mineral kuarsa memiliki sistem kristal Trigonal yang artinya kristal ini memiliki sumbu-sumbu kristalografi, yaitu sumbu a, b (horizontal) dan c (vertical) adalah empat sumbu, a c, b c, d c, a = b = d c, b : d : c = 3 : 1 : 6, bd = 40, ba = 20, bc = 90. Mineral kuarsa memiliki belahan yang didasarkan bagus tidaknya permukaan bidang belahan adalah jelas (distinct), dimana bidang belahan jelas, tapi tidak begitu rata, dapat pecah pada aliran dengan mudah. Sedangkan pecahan yng terjadi pada mineral ini bila terjadi suatu tekanan yang melampaui batas-batas elastisnya adalah pecahan conchoidal, dimana pecahan seperti kulit bawang.

20

Daya tahan mineral ini terhadap goresan atau bisa disebut kekerasan berdasarkan skala Mohs adalah 7, yang artinya mineral kuarsa dapat digores menggunakan alat penguji kikir baja. Kilap (luster) ini terjadi apabila pada mineral dijatuhkan caha refleksi, kejadian kilap yang terjadi pada batu ini adalah kilap kaca (resinous luster). Apabila pada mineral ini ditumbuk sampai halus, maka hasil tumbukan itulah yang dinamakan dengan cerat,nah cerat yang ada pada mineral ini berwarna putih. Berat jenis (specific gravity) yang ada pada mineral ini bila diukur terhadap berat mineral dari dalam air dengan cara pengukuran berat mineral kering diudara dibagi berat mineral didalam air adalah sebesar 2.6 - 2.7. Berat jenis ini biasanya dicari untuk mengetahui kepadatan struktur atomnya, apabila berat jenis kurang dari 2,7 maka mineral ini merupakan mineral penyusun batuan, tetapi apa bila lebih dari 5, maka mineral ini termasuk mineral logam, dan kenyataannya mineral ini termasuk mineral penyusun batuan. Sifat dalam yang ada pada mineral ini yaitu Rapuh (Brittle), yang artinya ikatan antar atomnya sangat lemah. Mineral kuarsa biasanya berasosiasi dengan batu granit , dan kuarsa merupkan suatu mineral penting yang memeliki banyak kegunaan. Pasir yang tersusun dari butiran-butiran kuarsa (pasir kuarsa) adalah bahan untuk pembuatan gelas. Dengan bentuknya yang transparan, kursa juga memiliki kegunaan elektronik, digunakan sebagai semikonduktor, optika dan osilator pada jam tangan dan radio. Selain itu kuarsa juga dimanfaatkan di dalam produksi sabun dan keramik. Adapun mineral yang terakhir, muskovit mempunyai rumus kimia KAl2(Si3Al) O10(OH,F)2 dan termasuk ke dalam golongan mika. Muskovit ini berwarna hitam kecoklatan dan memiliki cerat putih. Dilihat dari kekerasannya, muskovit memiliki kekerasan 2 2,5 skala Mohs. Jika dilihat dari transparansinya, muskovit memiliki sifat opaque yaitu sifat transparansi yang tidak tembus apabila dilewati cahaya. Adapun kilap dari mineral ini yaitu kilap kaca. Hal ini dapat kita ketahui apabila pada kuarsa tersebut

21

dijatuhkan cahaya refleksi maka mineral tersebut akan menunjukkan kilap seperti pecahan kaca. Belahan pada muskovit sempurna sedangkan jika dilihat dari pecahannya, muskovit mempunyai pecahan uneven, yaitu pecahan yang tidak teratur. Muskovit mempunyai berat jenis antara 2,77 gr/cm3 sampai dengan 2,88 gr/cm3. Adapun sifat dalam dari mineral ini yaitu rapuh (brittle) yaitu sifat dalam yang mudah hancur dan dapat dipotong-potong. Dilihat dari sifat kemagnetannya, mineral ini bersifat diamagnetik. Sama halnya dengan biotit, muskovit dalam penggunaannya pada kehidupan sehari-hari dapat digunakan dalam industri keramik. Lokasi Pengamatan 2 Lokasi Tanggal Cuaca Morfologi Bentuk lahan Litologi Dimensi : Watu Prahu, Kec. Bayat, Kab. Klaten, Jawa Tengah : 22 Juni 2011 : cerah : perbukitan, kekar : struktural : sedimen klastik : 15 x 10 meter

Mineral penyusun: muskovit mika, biotit mika, kalsit Tata guna lahan : objek pembelajaran bidang geologi Potensi : (+) laboratorium alam () amblesan Deskripsi Mineral 1) Mineral 1 Rumus kimia Warna (color) : CaCO3 (kalsium karbonatan) : putih bening kekuningan : kaca (vitreous) : 2,5 - 3 Mohs : putih

Kilap (luster) Kekerasan (hardness) Cerat (streak)

22

Transparansi (transparancy) Belahan (cleavage) Pecahan (fracture) Bentuk kristal (crystal habit) Sifat dalam Berat jenis (spesific gravity) Kemagnetan Nama mineral 2) Mineral 2 Rumus kimia Warna (color) Kilap (luster) Kekerasan (hardness) Cerat (streak) Transparansi (transparancy) Belahan (cleavage) Pecahan (fracture) Bentuk kristal (crystal habit) Sifat dalam Berat jenis (spesific gravity) Kemagnetan Nama mineral

: translucent : baik (good) : uneven : kristalin (6-sided pyramid typical) : rapuh (brittle) : 2,711 g/cm3 : diamagnetik : kalsit (calcite)

: K(MgFe)3 [AlSi3O10(OHF)2] : hitam : kaca (vitreous) : 2,5 - 3 Mohs : abu-abu : opaque : 1 arah : uneven : tabular : rapuh (brittle) : 3,09 g/cm3 : diamagnetik : biotit mika (biotite mica)

STA 2 LP 2 ini tepat berada di pusat simbol daerah Watu Prahu, yaitu sekitar 100 meter dari LP 1. Daerah ini termasuk jenis bentuk lahan struktural yang banyak dipengaruhi oleh proses struktur-struktur geologi. Dalam hal ini struktur geologi yang cukup banyak ditemukan di lokasi pengamatan adalah struktur kekar.

23

Gambar 3.6 STA 2 LP 2, Watuprahu

Secara litologi, daerah Watu Prahu ini tersusun atas batugamping dengan kandungan fosil Nummulites sp. yang tergolong dalam kelas Foraminifera besar. Kenampakan fosil itu bisa dilihat dari adanya bentuk seperti kerang dengan kontur yang melingkar kedalam. Dari penemuan fosil tersebut, dapat diperkirakan daerah ini dulunya merupakan sebuah daerah laut yang dangkal, kemudian akibat gaya endogen dari dalam bumi berupa tenaga tektonik, daerah ini akhirnya mengalami pengangkatan (uplift) sehingga bisa tersingkap ke daratan seperti yang terlihat saat ini.

Gambar 3.7 Kekar yang Diisi Mineral Kalsit

Tepat sekitar 5 meter di sebelah utara daerah ini terdapat intrusi batuan diorit porfir. Namun sayangnya akibat pelapukan yang termasuk tinggi, sangat sulit untuk menemukan bongkahan batuan yang besar untuk mengidentifikasi mineral-mineral yang terkandung didalamnya.

24

Gambar 3.8 Fosil Nummulites sp.

Dalam cakupan bidang ilmu mineralogi, daerah ini mengandung mineral kalsit dan biotit mika. Adapun struktur pada singkapan yang terlihat di daerah ini memiliki kenampakan yang hampir sama dengan struktur pada LP 1, yaitu struktur kekar. Dalam beberapa kenampakan, struktur kekar tersebut terisi oleh mineral kalsit sehingga terlihat bentukannya, seperti urat batuan yang berwarna putih.

Gambar 3.9 Mineral Kalsit

Kalsit mempunyai rumus kimia CaCO3. Kalsit berwarna putih hingga putih bening dimana apabila dicerat akan menghasikan warna putih. Kalsit mempunyai kekerasan 3 skala Mohs, yang artinya mineral ini dapat digores oleh alat penguji kekerasan berupa kawat tembaga, hal ini dapat disebabkan arah dari kristalografinya. Kilap pada kalsit adalah kilap kaca (Vitreous), maksudnya apabila kalsit ini dikenai suatu cahaya refleksi maka akan berkilap seperti kaca. Berat jenis kalsit yaitu 2,71 gr/cm3, artinya apabila diukur terhadap berat dari air dengan cara pengukuran berat mineral kering

25

diudara dibagi berat mineral di dalam air adalah sebesar 2.71 gr/cm3, berat jenis disini ditentukan oleh kepadatan struktur atomnya. Sifat dalam yang ada pada kalsit ini yaitu rapuh (Brittle), yang artinya ikatan antar atomnya sangat lemah. Pada umumnya, mineral kalsit biasanya berasosiasi dengan batuan metamorf, seperti granit, dan yang paling dominan adalah batuan sedimen, seperti batu gamping. Kalsit termasuk ke dalam sistem kristal Hexagonal Scalenohedral yang artinya sistem kristal ini memiliki 4 sumbu kristal yang saling tegak lurus dimana panjangnya sumbu a = b = d ( horizontal ) c ( vertikal ). Mineral ini memiliki belahan tiga arah belahan dimana baik tidaknya per-mukaan bidang belahnya, yaitu sempurna. Selain belahan juga ada pecahan, dimana belahan disini dilihat dari kecendrungan mineral untuk terpisah dalam arah yang tidak teratur dan Tidak dikontrol kuat oleh struktur atom. mineral ini yaitu conchoidal. Dilihat dari genesanya atau proses terbentuknya, pada umumnya kalsit terbentuk di daerah lingkungan laut dimana biasanya terbentuk dari organisme-organisme laut. Hal inilah yang menyebabkan kalsit mengandung karbonat. Selain itu, kalsit juga dapat terbentuk akibat proses metamorfisme dengan cirinya mineral terlihat jalas (fanerik), berbentuk kristalin dengan warna putih kekuning-kuningan, sebenarnya mineral kalsit berwarna putih, tetapi dalam batuan ini berwarna kuning itu disebabkan karena adanya proses oksidasi dan terkontaminasi oleh suatu zat, sehingga tak terlihat segar lagi. Pada saat ini penggunaan kalsit telah mencakup berbagai sektor yang didasarkan pada sifat fisik dan kimianya, yaitu meliputi sektor pertanian, industri kimia, makanan, bangunan, dan lainnya. Selain kalsit, ditemukan juga mineral biotit di lokasi pengamatan. Ditinjau dari ciri-ciri fisiknya, biotit memiliki warna hitam, yang bisa disebabkan karena bahan magma yang menyusunnya bersifat basa. Dalam skala Mohs, biotit memiliki derajat kekerasan 2,5 3. Kilap dari biotit adalah kaca karena terlihat seperti kaca. Mineral ini memiliki jenis transparansy opaque karena mineral ini tidak tembus sama sekali oleh cahaya. Pecahannya pada

26

Biotit memiliki cerat berwarna abu-abu, dengan menggoreskan alat bantu seperti kuku jari maka akan terlihat seratnya yang berwarna abu-abu. Biotit memiliki berat jenis 3,09 g/cm3. Biotit memiliki belahan 1 arah. Belahan pada biotite termasuk belahan sempurna karena terdapat bidang belahan dan mudah dibelah. Biotit memiliki pecahan uneven, yaitu menunjukkan kenampakkan permukaan yang tidak teratur dan kasar. Sifat dalam mineral ini adalah rapuh (brittle). Bentuk kristalnya monoklin, dengan kelas simetri prismatic. Biotit bersifat diamagnetic. Mineral ini tergolong di dalam mineral silikat, dengan dicirikan oleh adanya ikatan antara unsure Si dengan O. Mineral biotit ini dapat digunakan dalam industri keramik. Maka setelah dideskripsikan, mineral ini adalah mineral biotit.

3.3 Deskripsi STA 3 Lokasi Pengamatan 1 Lokasi Tanggal Cuaca Bentuk lahan Morfologi Litologi Mineral penyusun Dimensi Tata guna lahan Potensi positif Potensi negatif Deskripsi Mineral Rumus kimia Warna (color) : CaCO3 (kalsium karbonatan) : putih bening kekuningan : kaca (vitreous) : 2,5 - 3 Mohs : Jokotuo, Bayat : 21 Juni 2011 : Cerah : Struktural : Perbukitan : Marmer : Kalsit : 10 x 10 m : Objek pembelajaran untuk geologist : Lahan pertambangan marmer : Amblesan

Kilap (luster) Kekerasan (hardness)

27

Cerat (streak) Transparansi (transparancy) Belahan (cleavage) Pecahan (fracture) Bentuk kristal (crystal habit) Sifat dalam Berat jenis (spesific gravity) Kemagnetan Nama mineral

: putih : translucent : baik (good) : uneven : kristalin (6-sided pyramid typical) : rapuh (brittle) : 2,711 g/cm3 : diamagnetik : kalsit (calcite)

STA 3 LP 1 pada pengamatan lapangan kali ini terletak di daerah Jokotuo. Jika ditempuh dengan menggunakan bus dapat dicapai sekitar 10 menit dari STA sebelumnya yang berada di Watuprahu. Sama halnya dengan STA sebelmunya, daerah ini juga masih merupakan termasuk morfologi perbukitan dengan vegetasi berupa pepohonan dan semak belukar.

Gambar 3.10 STA 3 LP 1

Lokasi pengamatan ini termasuk ke dalam bentuk lahan struktural. Hal ini dapat diketahui pada daerah ini banyak terlihat kenampakan struktur geologi sekunder berupa kekar dimana struktur geologi ini sangat berpengaruh dalam pembentukan bentuk lahan ini sehingga dapat dikatakan sebagai bentuk lahan struktural. Selain juga terdapat struktur berupa sesar. Berdasarkan litologinya, daerah ini tersusun atas marmer yang pada awalnya marmer ini merupakan batugamping yang telah mengalami proses

28

metamorfisme kontak yang pada pembentukannya lebih dipengaruhi oleh adanya suhu sehingga tidak terlihat adanya penjajaran mineral-mineral penyusun atau lebih dikenal dengan struktur non-foliasi. Marmer pada lokasi pengamatan ini tersusun atas mineral berupa kalsit. Hal ini dibuktikan apabila marmer tersebut ditetesi HCl maka akan timbul buih yang menandakan adanya unsur karbonat (kalsit) pada marmer tersebut. Dengan reaksi itu juga sebenarnya sudah sangat menjelaskan bahwa marmer yang ada disini merupakan hasil rombakan dari batugamping sebelumnya.

Gambar 3.11 Kenampakan Mikrolipatan

Kalsit merupakan mineral yang banyak sekali ditemukan dialam bumi. Kalsit merupakan mineral pembentuk utama pada batu gamping. Mineral ini tergolong mineral felsik yaitu suatu mineral dengan warna terang atau muda. Komposisi mineral pada batuan ini adalah mineral karbonat atau biasa sering disebut mineral kalsit dengan rumus kimia CaCO3.. Mineral ini tersusun atas beberapa unsure yaitu kalsium ( Ca ) dan karbonat ( CO3 ), yang terbentuk secara metamorposis dengan cirinya mineral terlihat jalas (Fanerit), berbentuk kristalin dengan warna putih kekuning-kuningan, sebenarnya mineral kalsit berwarna putih, tetapi dalam batuan ini berwarna kuning itu disebabkan karena adanya proses oksidasi dan terkontaminasi oleh suatu zat, sehingga tak terlihat segar lagi. Selain itu mineral ini termasuk system Kristal Hexagonal Scalenohedral yang artinya system krisstal ini memiliki 4 sumbu Kristal yang saling tegak lurus dimana panjangnya sumbu a=b=d ( horizontal ) c ( vertical ). Mineral ini memiliki belahan 3 arah belahan dimana baik tidaknya

29

permukaan bidang belahnya yaitu sempurna (Perfect). Selain belahan juga ada pecahan, dimana belahan disini dilihat dari kecendrungan mineral untuk terpisah dalam arah yang tidak teratur dan Tidak dikontrol kuat oleh struktur atom. Pecahannya pada mineral ini yaitu conchoidal, belahan disini seperti terkelupasnya kulit bawang. Daya tahan mineral ini terhadap goresan atau bisa disebut kekerasan berdasarkan skala Mohs adalah 3, yang artinya mineral ini dapat digores oleh alat penguji kekerasan yaitu suatu kawat tembaga.hal ini disebabkan arah dari kristalografinya. Kilap yang ada pada batuan ini adalah Kilap kaca (Vitreous), kilap disini diartikan apabila pada mineral dijatuhkan suatu cahaya refleksi. Yang terjadi pada mineral ini apabila mineral ini dihancurkan menjadi lembut, maka mineral bubuk ini disebut cerat, dan cerat yang ada pada mineral ini berwarna putih. Berat jenis yang ada pada mineral ini bila diukur terhadap berat dari air dengan cara pengukuran berat mineral kering diudara dibagi berat mineral didalam air adalah sebesar 2.71, berat jenis disini ditentukan oleh kepadatan struktur atomnya. Berat jenis ini biasanya dicari untuk mengetahui kepadatan struktur atomnya, apabila berat jenis kurang dari 2,7 maka mineral ini merupakan mineral penyusun batuan, tetapi apa bila lebih dari 5, maka mineral ini termasuk mineral logam, dan kenyataannya mineral ini termasuk mineral penyusun batuan. Sifat dalam yang ada pada mineral ini yaitu Rapuh (Brittle), yang artinya ikatan antar atomnya sangat lemah. Mineral kalsit biasanya berasosiasi dengan batuan metamorf, seperti granit, dan yang paling domonan adalah batuan sedimen sperti batu gamping. Penggunaan kalsit saat ini telah mencakup berbagai sector yang didararkan pada sifat fisik dan kimianya, yang meliputi sector pertanian, industri kimia, makanan, bangunan, dan lainya.

Lokasi Pengamatan 2 Lokasi Tanggal Cuaca : Jokotuo, Bayat : 21 Juni 2011 : Cerah

30

Bentuk lahan Morfologi Litologi Mineral penyusun Vegetasi Dimensi Tata guna lahan Potensi positif Potensi negatif Deskripsi Mineral 1) Mineral 1 Rumus kimia Warna (color)

: Struktural : Perbukitan : Marmer : Kalsit : Pepohonan : 10 x 10 m : Objek pembelajaran untuk geologist : Lahan pertambangan marmer : Amblesan

: KAl2(Si3Al)O10(OH,F)2 : hitam kecoklatan : kaca (vitreous) : 2 - 2,5 Mohs : putih : opaque : sempurna : uneven : rapuh (brittle) : 2,77 - 2,88 gr/cm3 : diamagnetik : Muskovit Mika

Kilap (luster) Kekerasan (hardness) Cerat (streak) Transparansi (transparancy) Belahan (cleavage) Pecahan (fracture) Sifat dalam Berat jenis (spesific gravity) Kemagnetan Nama Mineral 2) Mineral 2 Rumus kimia Warna (color) Kilap (luster) Kekerasan (hardness) Cerat (streak) Transparansi (transparancy) Belahan (cleavage)

: K(MgFe)3 [AlSi3O10(OHF)2] : hitam : kaca (vitreous) : 2,5 - 3 Mohs : abu-abu : opaque : 1 arah

31

Pecahan (fracture) Bentuk kristal (crystal habit) Sifat dalam Berat jenis (spesific gravity) Kemagnetan Nama mineral

: uneven : tabular : rapuh (brittle) : 3,09 g/cm3 : diamagnetik : biotit mika (biotite mica)

STA 3 LP 2 ini masih berada di daerah Joko Tuo, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, tepatnya terletak sekitar 25 meter dari LP sebelumnya. Daerah ini merupakan daerah perbukitan dengan vegetasi yang tidak beda jauh dengan LP sebelumnya, yaitu berupa pepohonan. Berdasarkan klasifikasi bentuk lahan, daerah ini termasuk bentuk lahan struktural yang sangat dipengaruhi oleh struktur-struktur geologi, dalam hal ini adalah struktur kekar. Berdasarkan litologinya, daerah ini tersusun atas litologi batuan metamorf filit dengan komposisi mineral penyusun berupa biotit mika.

Gambar 3.12 Kenampakan STA 3 LP 2

Gambar 3.13 Filit Mika

32

Selain kalsit, ditemukan juga mineral biotit di lokasi pengamatan. Ditinjau dari ciri-ciri fisiknya, biotit memiliki warna hitam, yang bisa disebabkan karena bahan magma yang menyusunnya bersifat basa. Dalam skala Mohs, biotit memiliki derajat kekerasan 2,5 3. Kilap dari biotit adalah kaca karena terlihat seperti kaca. Mineral ini memiliki jenis transparansy opaque karena mineral ini tidak tembus sama sekali oleh cahaya. Biotit memiliki cerat berwarna abu-abu, dengan menggoreskan alat bantu seperti kuku jari maka akan terlihat seratnya yang berwarna abu-abu. Biotit memiliki berat jenis 3,09. Biotit memiliki belahan 1 arah. Belahan pada biotite termasuk belahan sempurna karena terdapat bidang belahan dan mudah dibelah. Biotit memiliki pecahan uneven, yaitu menunjukkan kenampakkan permukaan yang tidak teratur dan kasar. Sifat dalam mineral ini adalah rapuh (brittle). Bentuk kristalnya monoklin, dengan kelas simetri prismatic. Biotit bersifat diamagnetic. Mineral ini tergolong di dalam mineral silikat, dengan dicirikan oleh adanya ikatan antara unsure Si dengan O. Mineral biotit ini dapat digunakan dalam industri keramik. Maka setelah dideskripsikan, mineral ini adalah mineral biotit. Selanjutnya mineral muskovit mempunyai rumus kimia KAl2(Si3Al) O10(OH,F)2 dan termasuk ke dalam golongan mika. Muskovit ini berwarna hitam kecoklatan dan memiliki cerat putih. Dilihat dari kekerasannya, muskovit memiliki kekerasan 2 2,5 skala Mohs. Jika dilihat dari transparansinya, muskovit memiliki sifat opaque yaitu sifat transparansi yang tidak tembus apabila dilewati cahaya. Adapun kilap dari mineral ini yaitu kilap kaca. Hal ini dapat kita ketahui apabila pada kuarsa tersebut dijatuhkan cahaya refleksi maka mineral tersebut akan menunjukkan kilap seperti pecahan kaca. Belahan pada muskovit sempurna sedangkan jika dilihat dari pecahannya, muskovit mempunyai pecahan uneven, yaitu pecahan yang tidak teratur. Muskovit mempunyai berat jenis antara 2,77 gr/cm3 sampai dengan 2,88 gr/cm3. Adapun sifat dalam dari mineral ini yaitu rapuh (brittle) yaitu

33

sifat dalam yang mudah hancur dan dapat dipotong-potong. Dilihat dari sifat kemagnetannya, mineral ini bersifat diamagnetik. Sama halnya dengan biotit, muskovit dalam penggunaannya pada kehidupan sehari-hari dapat digunakan dalam industri keramik.

34

BAB IV KESIMPULAN STA 1 merupakan bentuk lahan struktural dengan litologi batugamping. Mineral penyusun yang terdapat di STA ini, yaitu kalsit. STA 2 LP1 merupakan bentuk lahan struktural dengan litologi sekis. Mineral penyusun yang terdapat di STA ini, yaitu muskovit mika, biotit mika, dan kuarsa. STA 2 LP 2 merupakan bentuk lahan struktural dengan litologi batugamping. Mineral penyusun yang terdapat di STA ini, yaitu biotit mika dan kuarsa. STA 3 LP 1 merupakan bentuk lahan struktural dengan litologi marmer. Mineral penyusun yang terdapat di STA ini, yaitu kalsit. STA 3 LP 2 merupakan bentuk lahan struktural dengan litologi filit dan sebagian kecil sekis. Mineral penyusun yang terdapat di STA ini, yaitu muskovit mika dan biotit mika.

35

DAFTAR PUSTAKAGraha, Doddy Setia. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung: Nova Staf Asisten Mineralogi. 2011 . Buku Panduan Praktikum Mineralogi. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Geologi Universitas Diponegoro: Semarang http://ibnudwibandono.wordpress.com/2010/07/12/geologi-regional-bayat-klaten/ http://caryos.blogspot.com/2008/02/geologi-daerah-perbukitan-jiwo.html

36

LAMPIRAN

37