contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

85
BAB I PRAKTIKUM KRISTAL DAN MINERAL 1.1 PENDAHULUAN 1.1.1 Latar Belakang Dewasa ini, demi pemenuhan akan kebutuhan hidup manusia dilakukan peningkatan pembangunan dan pengembangan dalam berbagai bidang. Salah satunya adalah peningkatan pengembangan dalam bidang pertambangan di mana bidang inilah yang berperan penting dalam pengambilan mineral-mineral berharga untuk berbagai industry, yang melalui tahap-tahap yaitu prospecting, eksplorasi dan kemudian eksploitasi mineral- mineral. Pengetahuan yang spesifik mengenai mineral-mineral yang akan ditambang baik itu mengenai ciri fisik mineral dan yang lebih penting lagi mengenai genesa dari mineral tersebut harus dipahami dengan baik. Mineral yang merupakan benda padat homogen yang terdapat di alam, terbentuk secara anorganik dan mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu serta mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur. Mineral dapat kita jumpai di mana- mana di sekitar kita, dapat bewujud sebagai batuan, tanah atau pasir yang diendapkan pada dasar sungai. Mineral, kecuali beberapa jenis memiliki sifat, bentuk tertentu dalam keadaan padatnya sebagai perwujudan dari susunan yang teratur di dalamnya. Apabila kondisinya memungkinkan, mineral akan dibatasi oleh bidang-bidang rata dan diasumsikan sebagai bentuk- bentuk yang teratur yang disebut sebagai “kristal”. Kristal merupakan bahan padat homogen yang memiliki pola internal susunan tiga dimensi yang teratur. Study yang khusus mempelajari sifat-sifat, bentuk susunan dan cara-cara terjadinya bahan padat tersebut dinamakan kristalografi, sedangkan yang mempelajari segala sesuatu tentang mineral disebut mineralogi. Mineralogi, di dalamnya mencakup pengetahuan tentang “kristal” yang merupakan unsure utama dalam susunan mineral. Memahami struktur dari kristal sangat penting dalam mengkarakterisasi suatu material (mineral) yang memiliki sifat teratur. Untuk lebih memahami kristal dan mineral, selain dipelajari melalui perkuliahan juga dilakukan praktikum di laboratorium yang merupakan pengenalan dan pembelajaran dengan mengamati objek secara langsung.

Upload: rezatambang

Post on 19-Jul-2015

4.041 views

Category:

Engineering


62 download

TRANSCRIPT

Page 1: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

BAB I

PRAKTIKUM KRISTAL DAN MINERAL

1.1 PENDAHULUAN

1.1.1 Latar Belakang

Dewasa ini, demi pemenuhan akan kebutuhan hidup manusia dilakukan peningkatan

pembangunan dan pengembangan dalam berbagai bidang. Salah satunya adalah

peningkatan pengembangan dalam bidang pertambangan di mana bidang inilah yang

berperan penting dalam pengambilan mineral-mineral berharga untuk berbagai industry,

yang melalui tahap-tahap yaitu prospecting, eksplorasi dan kemudian eksploitasi mineral-

mineral. Pengetahuan yang spesifik mengenai mineral-mineral yang akan ditambang baik

itu mengenai ciri fisik mineral dan yang lebih penting lagi mengenai genesa dari mineral

tersebut harus dipahami dengan baik.

Mineral yang merupakan benda padat homogen yang terdapat di alam, terbentuk

secara anorganik dan mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu serta

mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur. Mineral dapat kita jumpai di mana-

mana di sekitar kita, dapat bewujud sebagai batuan, tanah atau pasir yang diendapkan pada

dasar sungai.

Mineral, kecuali beberapa jenis memiliki sifat, bentuk tertentu dalam keadaan

padatnya sebagai perwujudan dari susunan yang teratur di dalamnya. Apabila kondisinya

memungkinkan, mineral akan dibatasi oleh bidang-bidang rata dan diasumsikan sebagai

bentuk-bentuk yang teratur yang disebut sebagai “kristal”. Kristal merupakan bahan padat

homogen yang memiliki pola internal susunan tiga dimensi yang teratur. Study yang khusus

mempelajari sifat-sifat, bentuk susunan dan cara-cara terjadinya bahan padat tersebut

dinamakan kristalografi, sedangkan yang mempelajari segala sesuatu tentang mineral

disebut mineralogi.

Mineralogi, di dalamnya mencakup pengetahuan tentang “kristal” yang merupakan

unsure utama dalam susunan mineral. Memahami struktur dari kristal sangat penting dalam

mengkarakterisasi suatu material (mineral) yang memiliki sifat teratur.

Untuk lebih memahami kristal dan mineral, selain dipelajari melalui perkuliahan juga

dilakukan praktikum di laboratorium yang merupakan pengenalan dan pembelajaran

dengan mengamati objek secara langsung.

Page 2: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

1.1.2 Tujuan Praktikum Kristalografi dan Mineralogi

Tujuan diadakannya praktikum kristalografi dan mineralogi adalah :

a. Praktikum Kristalografi :

1. Untuk mengenal bentuk-bentuk kristal yang banyak corak dan

ragamnya serta dapat menggolongkannya dalam kelompok-

kelompok yang lazim disebut sebagai klasifikasi kristal.

2. Untuk menentukan sistem kristal dari berbagai macam bentuknya

atas dasar panjang, posisi dan jumlah sumbu kristal yang ada pada

setiap bentuk kristal.

3. Untuk menentukan kelas simetri atas dasar jumlah unsure simetri

setiap kristal.

4. Menggambarkan semua bentuk kristal atas dasar parameter dan

parameter rasio, jumlah dan posisi sumbu kristal serta bidang kristal

yang dimiliki oleh semua bentuk kristal baik dalam bentuk proyeksi

orthogonal maupun proyeksi stereografis.

b. Praktikum Mineralogi :

Dengan mempelajari sifat fisis mineral, kita dapat mengetahui serta mengerti

kegunaan dan genesa suatu mineral dalam segi teknik karena pemakaian mineral di

dalam dunia industri terutama tergantung pada sifat fisisnya.

1.1.3 Manfaat

Manfaat dari praktikum kristalografi dan mineralogi ini yaitu mahasiswa semakin

memahami mengenai kristal dan mineral. Dengan mempelajari sifat fisik mineral,

mahasiswa dapat membuat beberapa deduksi mengenai struktur kristal dan komposisi

kimianya.

1.2 RUANG LINGKUP

Ruang lingkup laporan praktikum ini hanya meliputi penjelasan mengenai pengertian

kristalografi dan mineralogi, pengertian kristal dan mineral, sistem kristal serta cara

penggambaran dan contoh mineralnya dan juga deskripsi mengenai sifat fisis mineral serta

bagaimana cara terbentuknya (genesa pembentukan mineral).

1.3 ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN

Page 3: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kristalografi dan mineralogi :

a) Praktikum kristalografi

Alat yang digunakan adalah :

a. Alat tulis, berupa pena,pensil mekanik dan drawing pen.

b. Busur derajat, digunakan untuk mengukur sudut antara sumbu kristal.

c. Penggaris segitiga (1set), untuk menggaris dan mengukur panjang setiap

sumbunya.

d. Pensil warna atau spidol warna, digunakan untuk mewarnai bidang-

bidang simetri baik horizontal, vertical maupun diagonal yang terbentuk

dalam setiap sistem kristal tersebut.

e. Lembar kerja (kertas HVS), untuk menggambar kristal serta menulis

deskripsi dari kristal tersebut.

b) Praktikum mineralogi

Alat yang digunakan adalah :

a. Skala kekerasan Mohs, berguna untuk menentukan kekerasan tiap

mineral yang diamati dengan cara menggoreskan pada mineral yang

diamati mulai dari skala yang paling keras sampai mineral tersebut dapat

tergores.

b. Loupe, alat ini merupakan lensa pembesar yang berguna untuk

memperbesar mineral yang diamati agar lebih jelas butiran-butiran atau

bentuk mineral yang akan diselidiki.

c. Keping porselin, berguna untuk menentukan warna cerat tiap mineral

yang diamati dengan cara menggoreskan mineral pada keping porselin

pada bagian yang kasar.

d. Keping magnet, alat ini berguna untuk menentukan apakah mineral yang

diamati mengandung gaya magnet atau tidak.

e. Alat tulis berupa pena, pensil mekanik dan drawing pen.

f. Pensil warna.

g. Lembar kerja (kertas HVS).

Adapun bahan yang digunakan adalah :

a. Larutan HCl

b. Contoh mineral (disediakan di laboratorium kristalografi dan

mineralogi).

BAB II

Page 4: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

KRISTALOGRAFI

2.1 DASAR TEORI

2.1.1 Pengertian Kristal

Kristal merupakan suatu padatan yang atom, molekul atau ion penyusunnya

terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga dimensi. Secara umum,

zat cair membentuk kristal ketika mengalami proses pemadatan. Pada kondisi ideal,

hasilnya bisa berupa kristal tunggal yang semua atom dalam padatannya “terpasang” pada

kisi atau struktur kristal yang sama, namun secara umum kebanyakan kristal terbentuk

secara simultan sehingga menghasilkan padatan polikristalin. Misalnya kebanyakan logam

yang kita temui sehari-hari merupakan polikristal. Struktur kristal akan terbentuk dari suatu

cairan tergantung pada cairan kimianya sendiri, kondisi ketika terjadi pemadatan dan

tekanan ambient. Proses terbentuknya struktur kristalin dikenal sebagai kristalisasi.

Kristal juga dapat didefenisikan sebagai zat padat homogen, biasanya anisotrop dan

tembus air serta menuruti hukum-hukum ilmu pasti, sehingga susunan bidang-bidangnya

mengikuti hukum geometri, jumlah dan kedudukan dari bidangnya tertentu dan teratur.

Keteraturannya tercermin pada permukaan kristal yang berupa bidang-bidang datar dan rata

yang mengikuti pola-pola tertentu. Bidang-bidang datar ini disebut sebagai bidang muka

kristal. Dua bidang muka kristal yang berimpit selalu membentuk sudut yang besarnya

tetap pada suatu kristal (Hukum Steno).

Dalam sebuah kristal, sumbu kristal berupa garis bayangan yang lurus yang

menembus kristal melalui pusat kristal. Sumbu kristal tersebut mempunyai satuan panjang

yang disebut sebagai parameter.

Kristal tebentuk melalui dua cara yakni presipitasi (pengendapan) dan kristalisasi.

Kecepatan kristalisasi akan mempengaruhi bentuk dan ukuran butir kristal. Semakin lama

proses kristalisasi berlangsung, maka ukuran butir kristal akan semakin besar dan

sebaliknya semakin cepat proses kristalisasinya maka ukuran butir kristal semakin kecil.

Contoh dari larutan yang mengalami presipitasi (pengendapan) yakni gypsum, halit, kalsit

dan belerang.

Page 5: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

Bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus air mengandung pengertian :

- Tidak termasuk di dalamnya zat cair dan gas.

- Tidak dapat diuraikan menjadi senyawa lain yang lebih sederhana oleh proses-

proses fisika.

Mengikuti hukum-hukum pasti sehingga susunan bidangnya mengikuti hukum geometri

mengandung pengertian :

- Jumlah bidang dari suatu bentuk kristal tetap.

- Macam bentuk dari kristal tetap.

- Sifat keteraturannya tercermin pada bentuk luar dari kristal yang tetap.

Gambar 2.1 Kristal merupakan suatu padatan yang atom, molekul atau ion

penyusunnya terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga

dimensi.

2.1.2 Pengertian Kristalografi

Kristalografi berasal dari kata bahasa Yunani “crystallon” yang berarti tetesan

dingin atau beku, dengan makna meluas pada semua padatan transparan pada derajat

tertentu dan “graphein” yang berarti menulis.

Kristalografi merupakan ilmu yang mempelajari sifat-sifat geometri kristal terutama

mengenai perkembangan, pertumbuhan, kenampakan bentuk luar (morphological), struktur

dalam (internal) dan sifat-sifat fisisnya. Kristalografi mempelajari tentang penjabaran

kristal-kristal.

- Sifat geometri.

Memberikan pengertian tentang letak, panjang dan jumlah sumbu kristal yang

menyusun suatu bentuk kristal tertentu dan jumlah serta bentuk bidang luar yang

membatasinya.

- Pertumbuhan dan perkembangan kenampakan bentuk luar.

Page 6: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

Disamping mempelajari bentuk-bentuk dasar yaitu suatu bidang pada situasi

permukaan, juga mempelajari kombinasi antara suatu bentuk kristal dengan bentuk

kristal lainnya yang masih dalam satu sistem kristalografi, ataupun dalam arti

kembaran dari kristal yang terbentuk kemudian.

- Struktur dalam.

Susunan dan jumlah sumbu-sumbu kristal, juga menghitung parameter dan

parameter rasio.

- Sifat fisik kristal.

Sangat tergantung pada struktur (susunan atom-atomnya). Besar kecilnya kristal

tidak mempengaruhi, yang penting bentuk yang dibatasi oleh bidang-bidang kristal

sehingga akan dikenal dua zat yaitu kristalin dan non kristalin.

2.1.3 Sumbu dan Sudut Kristalografi

Sumbu kristalografi adalah suatu garis lurus yang dibuat melalui pusat kristal.

Kristal mempunyai bentuk tiga dimensi yaitu panjang, lebar dan tebal atau tinggi. Tetapi

dalam penggambarannya dibuat dua dimensi sehingga digunakan proyeksi orthogonal.

Sudut kristalografi adalah sudut yang dibentuk oleh perpotongan sumbu-sumbu

kristalografi pada pusat kristal.

Gambar 2.2 Sumbu dan sudut kristalografi.

Keterangan gambar :

1. Sumbu a : sumbu yang tegak lurus pada bidang kertas.

2. Sumbu b : sumbu yang horizontal pada bidang kertas.

3. Sumbu c : sumbu yang vertical pada bidang kertas.

4. α merupakan sudut yang dibentuk antara sumbu b dan sumbu c.

5. β merupakan sudut yang dibentuk antara sumbu a dan sumbu c.

C-

C+

a+

b+ α

β a-

b-

b- γ

Page 7: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

6. γ merupakan sudut yang dibentuk antara sumbu a dan sumbu b.

2.1.4 Kelas Simetri

Pengelompokkan dalam kelas simetri didasarkan pada :

1. Sumbu simetri

2. Bidang simetri

3. Titik Simetri atau pusat simetri

1. Sumbu simetri

Sumbu simetri adalah garis bayangan yang dibuat menembus pusat kristal,

dan bila kristal diputar dengan poros sumbu tersebut sejauh satu putaran penuh

(3600) akan didapatkan beberapa kali kenampakan yang sama. Sumbu simetri

dibedakan menjadi empat, yaitu: gyre, gyre polair, gyroide, dan sumbu inversi

putar. Keempatnya dibedakan berdasarkan cara mendapatkan nilai simetrinya.

a) Sumbu Simetri Gyre

Gyre, atau sumbu simetri biasa, cara mendapatkan nilai simetrinya adalah

dengan memutar kristal pada porosnya dalam satu putaran penuh. Sumbu

simetri Gyre berlaku bila kenampakan (konfigurasi) satu sama lain pada kedua

belah pihak atau kedua ujung sumbu sama. Dinotasikan dengan huruf L (linear)

atau g (gyre). Penulisan nilai pada kanan atas atau kanan bawah notasi. Contoh :

L2=L2=g2=g2. Bila terdapat dua kali kenampakan yang sama dinamakan digyre,

bila tiga kali kenampakan yang sama dinamakan trigyre, bila empat kali

kenampakan yang sama dinamakan tetragyre, bila enam kali kenampakan yang

sama dinamakan heksagyre dan seterusnya.

b) Sumbu Simetri Gyre Polair

Sumbu simetri dikatakan gyre polair, apabila kenampakan satu sama lain pada

kedua belah pihak atau kedua ujung sumbu tidak sama. Jika pada salah satu

sisinya berupa sudut atau “corner” maka pada sisi lainnya berupa bidang atau

“plane”. Dinotasikan dengan huruf L (linear) atau g (gyre). Contoh : L2=g2.

c) Sumbu Gyroide atau Sumbu Cermin Putar

Sumbu Cermin Putar adalah sumbu simetri yang cara mendapatkan nilai

simetrinya dengan memutar kristal pada porosnya dan memproyeksikannya

Page 8: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

pada bidang horisontal. Sumbu cermin putar dinotasikan dengan “S” (Spiegel

axe).Dalam gambar, nilai simetri disingkat seperti dygyroide (S2), trigyroide

(S3), tetragiroide (S4) dan heksagiroide(S6).

d) Sumbu Inversi Putar

Sumbu inversi putar merupakan hasil perputaran dengan sumbu tersebut sebagai

poros putarnya, dilanjutkan dengan menginversikan melalui pusat simetri pada

sumbu tersebut. Cara penulisannya : 4

, 6

dan sering pula ditulis dengan huruf L

kemudian di sebelah kanan atas ditulis nilai sumbu dan sebelah kanan bawah

ditulis i. Contoh : L4i, L6

i dan sebagainya.

2. Bidang simetri

Bidang simetri adalah bidang datar yang dibuat melalui pusat kristal dan dapat

membelah kristal menjadi dua bagian yang sama, dimana bagian yang satu

merupakan pencerminan dari yang lain.

Bidang Simetri dinotasikan dengan P (plane) atau m (mirror).

Bidang Simetri dikelompokan menjadi 2 yaitu :

1) Bidang Simetri utama ialah bidang yang di buat melalui dua sumbu simetri

utama kristal dan membagi dua bagian yang sama besar. Bidang simetri utama

di bagi menjadi 2 yaitu :

a) Bidang simetri utama horizontal yaitu bidang simetri utama yang melalui

sumbu horizontal, di notasikan dengan h.

b) Bidang simetri utama vertical yaitu bidang simetri utama yang melalui

sumbu vertical, di notasikan dengan v.

2) Bidang Simetri tambahan (intermediet/ diagonal) yaitu bidang simetri yang di

buat hanya melalui satu sumbu simetri utama Kristal. Bidang ini sering disebut

dengan diagonal, dinotasikan dengan d.

3. Pusat simetri

Pusat simetri adalah titik dalam Kristal, dimana melaluinya dapat di buat garis

lurus, sedemikian rupa sehingga pada sisi yang satu dengan sisi yang lain dengan

jarak yang sama, di jumpai kenampakan yang sama (tepi, sudut, bidang).

Suatu kristal dikatakan mempunyai pusat simetri bila dapat di buat garis

bayangan tiap-tiap titik pada permukaan kristal menembus pusat kristal dan akan

menjumpai titik yang lain pada permukaan di sisi yang lain dengan jarak yang sama

terhadap pusat kristal pada garis bayangan tersebut.

Page 9: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

Pusat simetri selalu berhimpit dengan pusat kristal, tetapi pusat kristal belum

tentu merupakan pusat simetri.

2.1.5 Dasar Pembagian Kristal

Pada wujudnya sebuah kristal itu seluruhnya telah dapat di tentukan secara ilmu ukur,

dengan mengetahui sudut-sudut bidangnya. Untuk dapat membayangkan kristal hal ini

dapat dilakukan dengan menetapkan kedudukan bidang-bidang tersebut dengan

menggunakan sistem-sistem koordinat. Dalam ilmu kristalografi, geometri dipakai dengan

tujuh jenis sistem sumbu.

Sistem kristalografi dibagi menjadi 7 sistem yang didasarkan pada:

a. Perbandingan panjang sumbu kristalografi.

b. Letak atau posisi sumbu kristalografi.

c. Jumlah sumbu kristalografi.

d. Nilai sumbu c atau sumbu vertical.

Page 10: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

okl

C

b

a

(100)

hko

hol

(001)

hkl

(010)

Page 11: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

Gambar 2.3 Tujuh prinsip letak bidang terhadap susunan salib sumbu kristal.

2.1.6 Klasifikasi Kristal

Mineral yang terdapat di alam memiliki beragam ciri dan karakteristik, perbedaan ini

dapat tampak secara langsung ataupun tidak langsung, namun, bentuk dari kristal-kristal

mineral kadang memperlihatkan kesamaan pada berbagai mineral, sehingga muncul

klasifikasi umum dari system Kristal, yang saat ini mempunyai 7 sistem utama, dan tiap

system dibagi lagi menjadi beberapa kelas.

Pembagian sistem ini didasarkan kepada pembagian dari ruang kosong yang

berdasarkan simetri dari struktur dalam bentuk tiga dimensi dengan simetri translasi di tiga

arah, mempunyai mempunyai ciri-ciri tersendiri pada setiap kelas. Sistem kristal terbagi

menjadi tujuh sistem kristal.

Berikut ini merupakan 7 sistem utama dari system kristal tersebut :

1. Sistem Isometric atau Reguler

Sistem kristal isometric adalah sistem kristal dimana setiap unit sel-nya berbentuk

kubus. Sistem kristal ini merupakan sistem kristal yang paling sederhana yang dapat

ditemukan dalam kristal dan mineral. Sistem kristal ini mempunyai 5 buah kelas dan

ada tiga buah bravais lattice dari jenis kristal ini yaitu simple cubic, body centered

cubic, face centered cubic. Semua kristal yang mempunyai tiga buah sumbu yang

identik dan saling tegak lurus termasuk ke dalam golongan sistem kristal cubic. Sumbu

pertama terletak vertikal, sumbu kedua memanjang dari depan ke belakang dan sumbu

ketiga bergerak dari kiri ke kanan. Kelas-kelas dalam sistem kristal ini yaitu

hexoctahedral class, pentagonal icostetrahedral class, hextetrahedral class,

dyakisdodecahedral class, tetrahedral pentagonal dodecahedral class.

Mineral dengan system kristal isometric antara lain Almandine (Fe3Al2(SiO4)3),

Aluminium (Al), Bornite (Cu5FeS4), Chromite (FeCr2O4), Chromium (Cr), Cobalt (Co),

Copper (Cu), Galena (Pbs), Sodalite (Na4Al3(SiO4)3Cl), Halite (NaCl), Iron-Nickel (Fe-

Ni), Leucite (KAlSi2O6), Magnetite (Fe3O4), Manganese (Mn), Platinum (Pt), Pyrite

(FeS2), Pyrope (Mg3Al2(SiO4)3), Silicone (Si), native Silver (Ag), Sphalerite ((Zn,

Fe)S), Spinel (MgAl2O4, Magnesium Aluminium Oxide), Uraninite (UO2, Uranium

Oxide).

Page 12: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

Gambar 2.4 Almandine dan Fluorite

2. Sistem Tetragonal

Dalam kristalografi, tetragonal merupakan satu dari tujuh sistem kristal dan

mempunyai tujuh buah kelas. Tetragonal merupakan hasil dari pemanjangan bentuk

dasar cubic sehingga bentuk dasar cubic tersebut menjadi prisma. Tetragonal

mempunyai dua buah bentuk bravais lattice yaitu simple tetragonal dan centered

tetragonal. sistem kristal ini terbagi menjadi tujuh kelas yaitu : ditetragonal bipyramidal

class, tetragonal trapezohedral class, ditetragonal pyramidal class, tetragonal

scalenohedral class, tetragonal bipyramidal class, tetragonal pyramidal class, tetragonal

bisphenoidal class. Contoh mineralnya : Chalcopyrite (CuFeS2), Rutile (TiO2) dan

Scheelite.

Gambar 2.5 Scheelite

3. Sistem Heksagonal

Dalam kristalografi, hexagonal merupakan satu dari tujuh sistem kristal dan

mempunyai tujuh buah kelas. Semua kelasnya mempunyai simetri yang sama dengan

bentuk dasar dari hexagonal. Untuk bravais lattice hanya terdapt satu untuk sistem

kristal hexagonal. Sistem kristal ini mempunyai tujuh buah kelas yaitu : dihexagonal

bipyramidal class, hexagonal trapezohedral class, dihexagonal pyramidal class,

Page 13: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

ditrigonal bipyramidal class, hexagonal bipyramidal class, hexagonal pyramidal class,

trigonal bipyramidal class. Contoh mineral : Apatite, Calcite, Titanium dan Vanadinit.

Gambar 2.6 Vanadinit

4. Sistem Trigonal

Dalam kritalografi, trigonal merupakan salah satu dari tujuh sistem kristal dan

mempunyai lima buah kelas dan hanya satu buah bentuk bravais lattices. sistem kristal

ini mempunyai 5 kelas yaitu : ditrigonal scalenohedral class, trigonal trapezohedral

class, ditrigonal pyramidal class, trigonal rhombohedral class, trigonal pyramidal class.

Contoh mineral : Kuarsa (SiO2), Corundum (Al2O3), Calcite (CaCO3).

Gambar 2.7 Calcite

5. Sistem Orthorombik

Dalam kristalografi, orthorombik merupakan satu dari tujuh sistem kristal dan

mempunyai tiga buah kelas dan mempunyai empat buah bentuk bravais lattices yaitu

simple orthorhombic, base centered orthorhombic, body centered orthorhombic dan

face centered orthorombic. Sistem kelas ini terbagi menjadi 3 buah yaitu : orthorhombic

Page 14: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

bipyramidal class, orthorhombic bisphenoidal class, orthorombic pyramidal class.

Contoh mineral : Aragonite (CaCO3), Sulfur (S), Barite (BaSO4).

Gambar 2.8 Sulfur

6. Sistem Monoklin

Dalam kristalografi, sistem monoklin merupakan sistem kristal yang mempunyai

tiga buah kelas dan dua buah bravais lattices yaitu simple monoclinic dan centered

monoclinic lattices. Sistem kristal ini terbagi menjadi tiga kelas yaitu : prismatic class,

sphenoidal class, domatic class. Contoh mineral : Hornblende, Orthoclase (KAlSi3O8),

Argentiite (Ag2S).

Gambar 2.9 Orthoclase

7. Sistem Triklin

Dalam kristalografi, triklin mempunyai dua buah kelas saja yang dibedakan

menurut ada atau tidaknya sumbu simetri selain itu triclinic merupakan satu – satunya

yang tidak mempunyai bidang cermin. Sistem kristal ini terbagi menjadi dua kelas yaitu

: pinacoidal class, pedial class. Contoh mineral : Microclin (KAlSi3O8), Rodokrosit,

Albite (NaAlSi3O8).

Page 15: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

Gambar 2.10 Rodokrosit.

Table 2.1 Klasifikasi kristal

Sistem kristal Class Bravais lattices Space group

Isometric 5 3 36

Tetragonal 7 2 68

Heksagonal 7 1 27

Trigonal 5 1 25

Orthorombik 3 4 59

Monoklin 3 2 13

Triklin 2 1 2

Total 32 14 230

2.2 CARA KERJA

2.2.1 Sistem Isometrik

Sumbu-sumbu kristalografi dalam sistem ini memiliki tiga buah sumbu kristal yang

sama panjangnya dan membentuk sudut 900 atau saling tegak lurus yang satu dengan yang

lainnya. Sumbu-sumbu tersebut adalah a, b, dan c. Sudut = = = 90. Karena Sb a =

Sb b = Sb c, maka disebut juga Sb a. Penggambarannya: a+ / b- = 300. Dengan

perbandingan a : b : c = 1 : 3 : 3.

Cara penggambaran Isometrik :

1. Buatlah sumbu kristalografi sesuia dengan ukuran perbandingan yaitu a:b:c

= 1:3:3 dan besar sudut a+ dan b- = 30˚.

2. Beri tanda atau titik pada ukuran perbandingan 1:3:3 pada sumbu

kristalografi.

3. Tarik garis sejajar pada dua titik di sumbu b dan c dengan ukuran yang

sama dengan sumbu a yang telah diberi tanda.

4. Buat garis sejajar dengan panjang sumbu b pada dua tanda atau titik pada

sumbu a dan di sumbu c.

Page 16: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

5. Buat atau tarik garis sejajar terhadap sumbu c dengan panjang sumbu c pada

dua titik pada sumbu b dan sumbu a.

6. Pada garis sejajar yang berpotongan (contohnya pada garis sejajar b dengan

garis sejajar a) ditarik garis yang sejajar pula dengan garis c.

7. Membuat perpotongan garis yang telah dihubungkan.

(a)

(b) (c)

(d)

Gambar 2.11 “Sistem Reguler” (a) Sumbu Sistem Kristal isometrik, (b) isometrik

asli, (c) isometrik modifikasi, (d) Contoh: mineral Halite (NaCl).

2.2.2 Sistem Tetragonal

Sama dengan sistem isometrik, sistem ini mempunyai 3 sumbu kristal yang masing-

masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang yang sama.

Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih

γ

C+

a+

b+ α β

30o

Page 17: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

panjang). Kelas simetri yang dibangun oleh elemen-elemen dalam kelas holohedral, terdiri

dari 3 buah sumbu: a, b, dan c; sumbu a = b c . Sudut = = =90; Karena Sb a = Sb

b disebut juga Sb a. Sb c bisa lebih panjang atau lebih pendek dari Sb a atau Sb b. Bila Sb

c lebih panjang dari Sb a dan Sb b disebut bentuk Columnar. Bila Sb c lebih pendek dari Sb

a dan Sb b disebut bentuk Stout. penggambarannya: a+ / b- = 30o ; perbandingan sumbu a

: b : c = 1 : 3 : 6.

Cara penggambaran Tetragonal :

1. Buatlah perbandingan panjang sumbu a: b: c = 1:3:6

2. Membuat sudut a-/b+ = 30o

3. Memberi keterangan pada garis-garis sumbunya seperti tanda a+, a- , b+ , b-

4. Membuat proyeksi garis yang merupakan pencerminan 1 bagian a+, a-

5. Menuju bagian ketiga dari sumbu b+

6. Menuju bagian ketiga dari sumbu b-

7. Membuat proyeksi bidang dari horizontal seprti langkah kedua tadi.

(a)

(b) (c)

C+

γ

α β

a+

b+ 30o

Page 18: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

(d)

Gambar 2.12 “Sistem Tetragonal” (a) Sumbu Sistem Kristal Tetragonal, (b)

Tetragonal asli, (c) tetragonal modifikasi, (d) Contoh:Mineral Hausmanite

(Mn3O4).

2.2.3 Sistem Heksagonal

Sumbu-sumbu kristalografi dalam sistem ini memiliki 3 sumbu horisontal yaitu a,

b dan d yang saling membentuk sudut 1200 satu terhadap yang lain dan memiliki panjang

yang sama. Sumbu vertikal di sebut sumbu c dan tegak lurus terhadap sumbu-sumbu

horisontal. sudut 1= 2 = 3 = 90o; sudut 1=2 = 3 = 120o . Sb a, b dan d sama panjang,

disebut juga Sb a. Sb a, b dan d terletak dalam bidang horisontal dan membentuk 60°.

Sumbu c dapat lebih panjang atau lebih pendek dari sumbu a. Penggambarannya: a+ / b-

= 17o ; a+ / d- = 39o. Perbandingan sumbunya adalah b : d : c = 3 : 1 : 6. Posisi dan satuan

panjang Sb a dibuat dengan memperhatikan Sb b dan Sb d.

Cara penggambaran hexagonal :

1. Membuat perbandingan panjang sumbu b : d : c = 3 : 1 : 6

2. Membuat garis dengan sudut a+/ b- = 170

3. Membuat garis dengan sudut b+/ d- = 390

4. Memberi keterangan pada garis-garis sumbunya seperti tanda a+, a- , b+ , b-

5. Membuat garis yang sejajar dengan sumbu b hingga memotong sumbu a

6. Membuat garis yang sejajar dengan sumbu a ke garis atau titik yang memotong

sumbu b pada langkah 2

7. Buat garis-garis tersebut hingga membentuk suatu bidang yang berbentuk segi enam

8. Buat garis yang sejajar dengan sumbu a ke garis atau titik yang memotong sumbu b

pada langkah 2.

Page 19: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

(a)

(b) (c)

(d)

Gambar 2.13 “Sistem Hexagonal” (a) Sumbu Sistem Kristal Hexagonal, (b)

Hexagonal asli, (c) Hexagonal modifikasi, (d) Contoh:Mineral Kuarsa (SiO2).

2.2.4 Sistem Trigonal

Sumbu-sumbu kristalografi dalam sistem ini memiliki 3 sumbu horisontal yang

sama panjangnya dan membentuk sudut tidak saling tegak lurus atau 900. sebuah sumbu

tegak yang di sebut sumbu c yang berbeda panjangnya.

Sumbu a = b = d ≠ c , Sudut 1= 2 = 3 = 90o; sudut 1=2 = 3 = 120o;

penggambarannya: ketentuan dan cara melukis sama dengan heksagonal, perbedaannya

pada sistem heksagonal sumbu c bernilai 6, sedangkan pada sistem trigonal sumbu c

bernilai 3. Penarikan Sb a sama dengan sistem hexagonal.

C+

a+

b+

d+

17o 39o

Page 20: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

Cara penggambaran Trigonal :

1. Membuat perbandingan panjang sumbu b : d : c = 3 : 1 : 6

2. Membuat garis dengan sudut a+/ b- = 170

3. Membuat garis dengan sudut b+/ d- = 390

4. Memberi keterangan pada garis-garis sumbunya seperti tanda a+, a- , b+ , b-, c+, c-,

d+, & d-

5. Membuat garis yang sejajar dengan sumbu a pada 3 bagian sumbu b-

6. Membuat garis yang sejajar dengan sumbu b- pada 1 bagian sumbu d-

7. Membuat garis yang sejajar sumbu d pada 3 bagian sumbu b+ sehingga

menampakan bentuk bidang segitiga

8. Menarik garis lurus yang sejajar sumbu c di tiap titik-titik perpotongan sepanjang 6

bagian

9. Tarik garis pada setiap ujung-ujung garis pada pengerjaan langkah sebelumnya

10. Tarik garis pada setiap sudut dari bidang segitiga di bagian tengah dengan enam

bagian dari sumbu c+ dan c-

(a)

(b) (c)

C+

a+

b+

d+

17o 39o

Page 21: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

(d)

Gambar 2.14 “Sistem Trigonal” (a) Sumbu Sistem Kristal Trigonal, (b) Trigonal asli,

(c) Trigonal modifikasi, (d) Contoh:Mineral Dolomite (CaMg(CO3)2).

2.2.5 Sistem Orthorombik

Sumbu-sumbu kristalografi dari sistem ortorombik memiliki 3 sumbu, dimana

ketiga sumbu tersebut memiliki sudut 900 atau saling tegak lurus dengan lainnya. Sumbu a

adalah sumbu terpendek, sumbu b adalah sumbu menengah, dan sumbu c adalah sumbu

terpanjang. Penamaan dari kristal juga di tentukan oleh bentuk melintang dari sumbu-

sumbu tersebut, dan di letakan sebagai awalan seperti makro atau brachia sebagai contoh

makro pinacoid. Penggambarannya: a+ / b- = 30o; Dengan perbandingan sumbu a : b : c =

1 : 4 : 6.

Cara penggambaran Orthorombic :

1. Membuat perbandingan panjang sumbu a : b : c = 1:4:6

2. Membuat garis a-/ b+ = 30o

3. Memberi keterangan pada garis-garis sumbunya seperti tanda a+, a- , b+ , b-, c+,

dan c-

4. Membuat proyeksi garis yang merupakan pencerminan 1 bagian a+ dan a-

5. Menuju bagian keempat dari sumbu b+ dan b-

6. Menuju bagian keenam dari sumbu c+

7. Menuju bagian keenam dari sumbu c-

8. Tarik garis sejajar dengan sumbu b+ dan b- pada pencerminan 1 bagian a+ dan a-

9. Hubungkan ujung-ujung pada garis yang memotong sumbu a+, a- , b+ , b-, c+, dan

c-

C+

a+

b+

γ

α β

30o

Page 22: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

(a)

(b) (c)

(d)

Gambar 2.15 “Sistem Orthorombic” (a) Sumbu Sistem Kristal Orthorombic, (b)

Orthorombic asli, (c) Orthorombic modifikasi, (d) Contoh:Mineral Barite (BaSO4).

2.2.6 Sistem Monoklin

Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yang

dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu b; b tegak lurus terhadap c, tetapi sumbu

c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut tidak sama panjang. Sumbu a

di sebut sumbu kino dan sumbu b di sebut sumbu orto. Penggambarannya: a+ / b- = 45o;

Perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 4 : 6.

Cara penggambaran Monoklin :

1. Membuat Membuat perbandingan panjang sumbu a : b : c = 1:4:6

Page 23: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

2. Membuat garis a-/ b+ = 45o

3. Memberi keterangan pada garis-garis sumbunya seperti tanda a+, a- , b+ , b-, c+,

dan c-

4. Hubungkan titik-titik pada bagian a-, b- , a+ , dan b+ menjadi sebuah bidang

5. Tarik garis dari pojok bidang tersebut menuju titik pada 6 bagian c+ dan c-.

(a)

(b) (c) (d)

Gambar 2.16 “Sistem Monoklin” (a) Sumbu Sistem Kristal Monoklin, (b) Monoklin

asli, (c) Monoklin modifikasi, (d) Contoh:Mineral Gipsum (CaSO42H2O).

2.2.7 Sistem Triklin

Sistem ini mempunyai 3 sumbu yang satu dengan lainnya tidak saling tegak lurus.

Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama.

Salah satu dari sumbu-sumbu tersebut sebagai sumbu c yaitu sumbu vertikal, sumbu b di

sebut sumbu makro dan sumbu a di sebut sumbu bakhia atau terpendek. Penggambarannya:

a+ / c- = 45o; b+ / c- = 80o. Perbandingan sumbu: a : b : c = 1 : 4 : 6.

Cara penggambaran Triklin :

1. Membuat perbandingan panjang sumbu a:b:c = 1: 4 : 6

2. Membuat garis a+/ c- = 45o

3. Membuat garis b+/ c- = 80o

4. Memberi keterangan pada garis-garis sumbunya seperti tanda a+, a- , b+ , b-

γ

α β

45o

C+

a+

b+

Page 24: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

5. Hubungkan titik-titik pada bagian a-, b- , a+ , dan b+ menjadi sebuah bidang.

6. Tarik garis dari pojok bidang tersebut menuju titik pada 6 bagian c+ dan c-.

(a)

(b) (c)

(d)

Gambar 2.17 “Sistem Triklin” (a) Sumbu Sistem Kristal Triklin, (b) Triklin asli, (c)

Triklin modifikasi, (d) Contoh:Mineral Bytownite (CaNa) (Si,Al)4O8.

C+

a+

b+

45o 80o

Page 25: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

2.3 DESKRIPSI KRISTAL

2.3.1 Penentuan Kelas Simetri

Penentuan kelas simetri didasarkan pada kandungan unsure-unsur simetri yang

dimiliki oleh setiap bentuk kristal. Ada beberapa cara untuk menentukan suatu bentuk

kristal, diantaranya yang umum digunakan adalah menurut Herman Maugin dan

Schoenflish.

a. Menurut Herman Maugin

1. Sistem Reguler

- Bagian I : menerangkan nilai sumbu a (Sb a, b, c), mungkin bernilai 4 atau 2 dan

ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus sumbu a tersebut. Bagian ini

dinotasikan dengan 4

𝑚, 4,

4,

2

𝑚, 2. Angka menunjukkan nilai sumbu dan huruf “m”

menunjukkan adanya bidang simetri yang tegak lurus sumbu a tersebut.

- Bagian II : menerangkan sumbu simetri bernilai 3. apakah sumbu simetri yang

bernilai 3 itu, juga bernilai 6 atau hanya bernilai 3 saja. Maka bagian kedua selalu

ditulis : 3 atau 3

- Bagian III : menerangkan ada tidaknya sumbu simetri intermediet (diagonal)

bernilai 2 dan ada tidaknya bidang simetri diagonal yang tegak lurus terhadap

sumbu diagonal tersebut. Bagian ini dinotasikan dengan : 2

𝑚, 2, m.

2. Sistem Tetragonal

- Bagian I : menerangkan nilai sumbu c, mungkin bernilai 4 atau tidak bernilai dan

ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus sumbu c. Bagian ini dinotasikan

dengan : 4

𝑚,

4, 4.

- Bagian II: menerangkan ada tidaknya sumbu lateral dan ada tidaknya bidang simetri

yang tegak lurus terhadap sumbu lateral tersebut. Bagian ini dinotasikan dengan : 2

𝑚

, 2 atau tidak ada.

- Bagian III: menerangkan ada tidaknya sumbu simetri intermediet dan ada tidaknya

bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu inetrmediet tersebut. Bagian ini

dinotasikan dengan : 2, 2

𝑚 , atau tidak ada.

Page 26: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

3. Sistem Hexagonal dan Trigonal

- Bagian I: menerangkan nilai sumbu c (mungkin bernilai 6, 6

, 3, 3

) ada tidaknya

bidang simetri horizontal yang tegak lurus sumbu c tersebut. Bagian ini dinotasikan

dengan : 6

𝑚,

6, 6,

3, 3.

- Bagian II: menerangkan sumbu lateral (sumbu a, b, d) dan ada tidaknya bidang

simetri vertikal yang tegak lurus. Bagian ini dinotasikan dengan : 2

𝑚, 2, m, atau tidak

ada.

- Bagian III: menerangkan ada tidaknya sumbu simetri intarmediet dan ada tidaknya

bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu intermediet tersebut. Bagian ini

dinotasikan dengan : 2

𝑚, 2, m, atau tidak ada.

4. Sistem Orthorombic

- Bagian I: menerangkan nilai sumbu a dan ada tidaknya bidang yang tegak lurus

terhadap sumbu a tersebut. Bagian ini dinotasikan dengan : 2

𝑚, 2, m.

- Bagian II: menerangkan ada tidaknya nilai sumbu b dan ada tidaknya bidang simetri

yang tegak lurus terhadap sumbu b tersebut. Bagian ini dinotasikan dengan : 2

𝑚, 2,

m.

- Bagian III: menerangkan nilai sumbu c dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak

lurus terhadap sumbu tersebut. Bagian ini dinotasikan dengan : 2

𝑚, 2.

5. Sistem Monoklin

- Hanya ada satu bagian, yaitu menerangkan nilai sumbu b dan ada tidaknya bidang

simetri yang tegak lurus sumbu b tersebut.

6. Sistem Trinklin

Sistem ini hanya ada 2 kelas simetri, yaitu:

- Mempunyai titik simetri kelas pinacoidal 1

- Tidak mempunyai unsur simetri kelas assymetric 1

b. Menurut Schoenflish

Page 27: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

1. Sistem Reguler

- Bagian I : Menerangkan nilai c. Untuk itu ada 2 kemungkinan yaitu sumbu c

bernilai 4 atau bernilai 2.

Bila sumbu c bernilai 4 dinotasikan dengan huruf O (octaeder).

Bila sumbu c bernilai 2 dinotasikan denga huruf T (tetraeder).

- Bagian II : Menerangkan kandungan bidang simetrinya, apabila kristal tersebut

mempunyai:

Bidang simetri horisontal (h)

Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan h

Bidang simetri diagonal (d)

Bila mempunyai:

Bidang simetri horisontal (h)

Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan h

Bila mempunyai :

Bidang simetri diagonal (d) Dinotasikan dengan v

Bidang simetri vertikal (v)

Bila mempunyai :

Bidang simetri diagonal (d) Dinotasikan dengan d

2. Sistem Tetragonal, hexagonal, Trigonal, Orthorombic, Monoklin, Dan Triklin

- Bagian I : Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus sumbu c, yaitu sumbu lateral

(sumbu a, b, d) atau sumbu intermediet, ada 2 kemungkinan:

Bila sumbu tersebut bernilai 2 di notasikan dengan D (diedrish).

Bila sumbu tersebut tidak bernilai dinotasikan dengan c (cyklich).

- Bagian II : Menerangkan nilai sumbu c. Nilai sumbu c ini di tuliskan di sebelah

kanan agak bawah dari notasi d atau c. Contoh : D2, C2 dan sebagainya.

- Bagian III : Menerangkan kandungan bidang simetrinya.

Bidang simetri horisontal (h)

Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan h

Bidang simetri diagonal (d)

Bila mempunyai:

Bidang simetri horisontal (h)

Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan h

Bila mempunyai :

Bidang simetri diagonal (d)

Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan v

Bila mempunyai :

Page 28: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

Bidang simetri diagonal (d) Dinotasikan dengan d

2.3.2 Laporan Kristal

Laporan Kristal ini berisi keseluruhan pendeskripsian dari ketujuh sistem kristal

(Isometrik, Tetragonal, Hexagonal, Trigonal, Orthorombic, Monoklin dan Triklin) yang di

proyeksikan secara Orthogonal. Deskripsi Kristal sendiri meliputi :

- Sistem kristal : Ketujuh sistem kristal masing-masing penggolongan. Misalnya

Isometrik.

- Jumlah unsur Simetri : Jumlah nilai kenampakan yang sama pada tiap sumbu sistem

Kristal baik sumbu Simetri utama (sumbu c), Sumbu simetri lateral (sumbu a,

sumbu b ataupun sumbu d jika dalam sistem kristal terdapat sumbu d) maupun

sumbu simetri intermediet (sumbu-sumbu tambahan) lalu di akhiri dengan jumlah

nilai bidang simetri yang terbentuk dengan penotasian ”pc”. Misalnya 3L4, 4L32 ,

6L2, 9 Pc pada Sistem Isometrik.

- Kelas simetri : Ditentukan dari penentuan kelas simetri menurut Herman Mauguin

( Hm). Misalnya Hexoctahedral pada Sistem Isometrik.

- (Hm) : Penentuan Kelas simetri menurut Herman Mauguin.

- (Sc) : Penentuan Kelas Simetri menurut Schoenfilsh.

- Nama & Simbol : Misalnya Hexahedron {100}

- Contoh mineral : mineral- mineral yang digolongkan menurut sistem kristal masing-

masingnya.

Page 29: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

Berikut Adalah Gambar dan Deskripsi Sistem Kristal

Dari Praktikum Kristalografi

Pada Laboratorium Krismin

Page 30: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

LABORATORIUM KRISMIN

JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA

Skala a : b : c

1,5 :4,5 : 4,5 < a-/b+ =300

Deskripsi Kristal

Sistem Kristal : Isometrik Proyeksi : Orthogonal

Jumlah unsur simetri : 3L4, 4L63 , 6L2 , 9 PC

Kelas Simetri : Hexoctahedral

( Hm ) : 4

m , 3 ,

2

m

( Sc ) : Oh

Nama & Simbol : Hexahedron {100}

Contoh Mineral : Pyrite(FeS2), Gold(Au), Chromium(Cr), Cobalt(Co), Aluminium(Al

Nama : ENOS NDAPAREDA Tanggal :

NIM : 1106101014 TTD :

Jurusan : Teknik Pertambangan

Page 31: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

LABORATORIUM KRISMIN

JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA

Skala a : b : c

1 : 3 : 6

< a-/b=300

Deskripsi Kristal

Sistem Kristal : Tetragonal Proyeksi : Orthogonal

Jumlah unsur simetri : L4, 4L2 , 5 PC

Kelas Simetri : Ditetragonal bipyramidal

( Hm ) : 4

m ,

2

m,

2

m

( Sc ) : D4h

Nama & Simbol : Tetragonal Prismatik {110}

Contoh Mineral : Chalcopyrite (CuFeS2), Pyrolucite (MnO2), Rutile (TiO2),

Crystobalite(SiO2), Hausmanite(Mn3O4)

Nama : ENOS NDAPAREDA Tanggal :

NIM : 1106101014 TTD :

Jurusan :Teknik Pertambangan

Page 32: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

LABORATORIUM KRISMIN

JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA

Skala a : b : c

1 : 3 : 6 < a-/b+ =170

< b-/d+ = 390

Deskripsi Kristal

Sistem Kristal : Hexagonal Proyeksi : Orthogonal

Jumlah unsur simetri : L6, 6L2 , 7 PC

Kelas Simetri : Dihexagonal bipyramidal

( Hm ) : 6

𝑚,

2

𝑚,

2

𝑚

( Sc ) : D6h

Nama & Simbol : Hexagonal Prisma {1010}

Contoh Mineral : Graphite (C), Titanium ( Ti ), Molybdenite (MoS2), Nepheline(Na,K(AlSiO4), Apatit(Ca5(po4)3(OH, F, Cl)

Nama : ENOS NDAPAREDA Tanggal :

NIM : 1106101014 TTD :

Jurusan : Teknik Pertambangan

Page 33: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

LABORATORIUM KRISMIN

JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA

Skala a : b: c

1 : 3 : 6

< a-/b+ =170

<d+/b+ = 390

Deskripsi Kristal

Sistem Kristal : Trigonal Proyeksi : Orthogonal

Jumlah unsur simetri : L63 , 3L2 , 4 PC

Kelas Simetri : Ditrigonal bipyramidal

( Hm ) : 6, m , 2

( Sc ) : D3h

Nama & Simbol : Trigonal Bipyramidal {1011}

Contoh Mineral : Calcite(CaCO3), Arsenic (As), Bismuth (Bi), Hematite(Fe2O3), Cinabar(HgS)

Nama : ENOS NDAPAREDA Tanggal :

NIM : 1106101014 TTD :

Jurusan :Teknik Pertambangan

Page 34: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

LABORATORIUM KRISMIN

JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA

LABORATORIUM KRISMIN

Skala a : b : c

1 : 4 : 6

< a-/b+ =300

Deskripsi Kristal

Sistem Kristal : Orthorombic Proyeksi : Orthogonal

Jumlah unsur simetri : 3L2 , 3 PC

Kelas Simetri : Orthorombic bipyramidal

( Hm ) : 2

m ,

2

m ,

2

m

( Sc ) : D2h

Nama & Simbol : Orthorombic prismatik {011}

Contoh Mineral : Barite (BaSO4), Aragonite(CaCO3), Sulfur (S), Andalucite(Al2SiO5), Sillamanite(Al2SiO5)

Nama : ENOS NDAPAREDA Tanggal :

NIM : 1106101014 TTD :

Jurusan : Teknik Pertambangan

Page 35: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA

Skala a : b : c

1 :4 : 6

< a-/b+ =450

Deskripsi Kristal

Sistem Kristal : Monoklin Proyeksi : Orthogonal

Jumlah unsur simetri : L2 PC

Kelas Simetri : Prismatic

( Hm ) :

( Sc ) : C2h

Nama & Simbol : Monoklin Hemibypiramid {111}

Contoh Mineral : Argentite(Ag2S), Aegirine (NaFeSi2O6), Tridymite (SiO2), Orthoclase(KALSi3O8), Clorite(Fe,Mg, AL)6(Si AL)4

Nama : ENOS NDAPAREDA Tanggal :

NIM : 1106101014 TTD :

Jurusan : Teknik Pertambangan

Page 36: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

LABORATORIUM KRISMIN

JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA

Skala a : b : c

1 : 4: 6

< a-/b+ =300 <b+/c- = 800

Deskripsi Kristal

Sistem Kristal : Triklin Proyeksi : Orthogonal

Jumlah unsur simetri : C

Kelas Simetri : Pinacoidal

( Hm ) : 1

( Sc ) : Ci

Nama & Simbol : Triklin Hemibipyramid {111}

Contoh Mineral : Kyanite (Al2SiO4), Albite (NaAlSi3O8), Anorthite (CaAl2 Si2 O8),Microline(KALSi3O8), Kaolinite(Al2SiO5)

Nama : ENOS NDAPAREDA Tanggal :

NIM : 1106101014 TTD :

Jurusan : Teknik Pertambangan

Page 37: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

BAB III

MINERALOGI

3.1 DASAR TEORI

3.1.1 Pengertian Mineralogi

Mineralogi adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari mengenai mineral,

baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan, antara lain mempelajari

tentang sifat-sifat fisik, sifat-sifat kimia, cara terdapatnya, cara terjadinya dan

kegunaannya.

Mineral ialah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam, terbentuk

secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan

mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur.

Benda padat homogen artinya bahwa mineral itu hanya terdiri dari satu fase

padat, hanya satu macam material, yang tidak dapat diuraikan menjadi senyawa-

senyawa yang lebih sederhana oleh suatu proses fisika. Dengan adanya suatu

persyaratan mineral-mineral itu benda padat, maka cairan dan gas-gas tidak termasuk.

Es adalah mineral tetapi air bukan mineral.

Terbentuk secara anorganik artinya benda-benda padat homogen yang

dihasilkan oleh binatang dan tumbuh-tumbuhan tidak termasuk, maka dari itu kullit

tiram (dan mutiara di dalamnya) meskipun terdiri dari Calsium Carbonat yang tidak

dapat dibedakan secara kimia maupun fisika dari mineral aragonite, tidak dianggap

sebagai mineral.

Mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu artinya bahwa mineral

itu merupakan senyawa kimia, dan senyawa kimia mempunyai komposisi pada batas-

batas tertentu yang dinyatakan dengan suatu rumus. Rumus kimia mineral dapat

sederhana maupun kompleks tergantung dari banyaknya unsur-unsur yang ada dan

proporsi kombinasinya.

Atom-atom yang tersusun secara teratur merupakan ukuran dari keadaan

kristalisasinya, cara ini untuk pembentukan, susunan atom yang teratur ini dapat

tergambar pada bentuk luar kristalnya, dari kenyataan bahwa adanya susunan atom-

atom yang teratur di dalam kristalin yang padat telah disimpulkan dari teraturnya

bentuk luar, lama sebelum sinar X ditemukan.

3.1.2 Defenisi Mineral Menurut Para Ahli

Defenisi mineral menurut para ahli :

L.G. Berry & B. Mason 1959

Page 38: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam dan

terbentuk secara anorganik dengan komposisi kimia pada batas-batas tertentu serta

mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur.

D.G.A. Whitten & J.R.V. Brooks 1972

Mineral adalah bahan padat dengan struktur homogen yang mempunyai

komposisi kimia tertentu dan dibentuk oleh proses alam yang anorganik.

A.W.R. Potter & H. Robinson 1977

Mineral adalah zat atau bahan homogen yang mempunyai komposisi kimia

tertentu dan mempunyai sifat-sifat tetap, dibentuk di alam dan bukan hasil suatu

kehidupan.

Kraus, dkk., 1959

Mineral adalah suatu zat yang terdapat dalam alam dengan komposisi kimia

yang khas dan biasanya mempunyai struktur kristal yang jelas, yang kadang-kadang

dapat menjelma dalam bentuk geometris tertentu.

3.2 CARA PEMBERIAN NAMA MINERAL

Sifat-Sifat Fisik Yang Diselidiki

Penentuan nama mineral dapat dilakukan dengan membandingkan sifat-sifat fisik

mineral antara mineral yang satu dengan mineral yang lainnya. Sifat fisik suatu mineral ini

sangat diperlukan di dalam mendeterminasi atau mengenal mineral secara megaskopis atau

tanpa menggunakan mikroskop. Dengan cara ini seseorang dapat mendeterminasi mineral

lebih cepat dan biasanya langsung di lapangan tempat di mana sampel tersebut ditemukan.

Sifat-sifat mineral tersebut meliputi: warna, perawakan kristal, kilap, kekerasan mineral,

goresan, belahan, pecahan, daya tahan terhadap pukulan, berat jenis, kemagnetan, rasa dan

bau serta derajat ketransparanan.

3.2.1 Warna (Colour)

Bila suatu permukaan mineral dikenai suatu cahaya, maka cahaya yang

mengenai permukaan mineral tersebut sebagian akan diserap (absorpsi) dan

sebagian akan dipantulkan (refleksi). Warna ini penting untuk membedakan antara

warna yang disebabkan oleh campuran atau pengotoran dan warna asli elemen-

elemen utama pada mineral tersebut. Warna mineral dapat dibedakan menjadi dua

yaitu :

a. Idiokromatik : warna mineral yang selalu tetap. Umumnya dijumpai pada mineral-

mineral yang tidak tembus cahaya (opak), seperti galena, magnetit = hitam, pirit =

kuning loyang, belerang = kuning, azurite = biru dan sebagainya.

Page 39: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

Gambar 3.1 Warna idiokromatik pada Galena.

b. Allokromatik : warna mineral yang tidak tetap, tergantung dari material

pengotornya. Umumnya terdapat pada mineral-mineral yang tembus cahaya seperti

kuarsa, dan kalsit.

Gambar 3.2 Warna allokromatik pada kuarsa

3.2.2 Perawakan Kristal

Perawakan kristal adalah bentuk khas mineral di tentukan oleh bidang yang

membangunnya, termasuk bentuk dan ukuran relative bidang-bidang tersebut. Kita

perlu mengenal perawakan yang terdapat pada beberapa jenis mineral, walaupun

perawakan kristal bukan merupakan ciri tetap mineral. Contoh: mika selalu

menunjukan perawakan kristal yang mendaun (foliated), amphibol, selalu

menunjukan perawakan kristal meniang (columnar). Perawakan kristal di bedakan

menjadi 3 golongan (Pearl, 1975) yaitu: elongated habits, flattened habits, dan

rounded habits.

1. Elongated habits (meniang/berserabut) yang terbagi atas :

Page 40: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

a. Meniang (columnar) yaitu bentuk Kristal prismatic yang menyerupai bentuk

tiang.

(a) (b)

Gambar 3.3 Contoh mineral : (a) Pirolusit, (b) Tourmalin.

b. Menyerat (fibrous) yaitu bentuk Kristal yang menyerupai serat-serat kecil.

(a) (b)

Gambar 3.4 Contoh mineral : (a)Asbestos, (b)Silimanite.

c. Menjarum (Acicular) yaitu bentuk Kristal yang menyerupai jarum-jarum kecil.

Gambar3.5 Contoh mineral : Natrolite

d. Menjaring (Reticulate) yaitu bentuk Kristal yang kecil panjang yang tersusun

menyerupai jarring.

Gambar 3.6 Contoh mineral : Rutile

e. Membenang (Filliform) yaitu bentuk Kristal kecil-kecil yang menyerupai benang.

Page 41: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

Gambar 3.7 Contoh mineral : Perak

f. Menjari (Radiated) yaitu bentuk Kristal yang tersusun menyerupai bentuk jari-jari.

Gambar 3.8 Contoh mineral : Markasit

2. Flattened habits (lembaran tipis) yang terbagi atas :

a. Membilah (bladed) yaitu bentuk Kristal yang panjang dan tipis menyerupai bilah

kayu dengan perbandingan antara lebar dengan tebal sangat jauh.

Gambar 3.9 Contoh mineral : Kyanite

b. Memapan (tabular) yaitu bentuk Kristal yang pipih menyerupai bentuk papan,

dimana lebar dengan tidak terlalu jauh.

Gambar 3.10 Contoh mineral : Barit

c. Membata (Blocky) yaitu bentuk Kristal tebal menyerupai bentuk bata, dimana

perbandingan antara lebar dengan tebal hampir sama.

Page 42: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

Gambar 3.11 Contoh mineral : Microcline

d. Mendaun (Foliated) yaitu bentuk Kristal pipih dengan melapis (lamellar) perlapisan

yang mudah dikupas atau dipisahkan.

Gambar 3.12 Contoh mineral : Mica

e. Memencar (divergent) yaitu bentuk Kristal yang tersusun menyerupai bentuk kipas

terbuka.

Gambar 3.13 Contoh mineral : Gipsum

f. Membulu (plumose) yaitu bentuk Kristal yang tersusun membentuk bulu.

Gambar 3.14 Contoh mineral : Gipsum

Page 43: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

3. Rounded habits (membutir) yang terbagi atas :

a. Mendada (Mamillary) yaitu bentuk Kristal yang menyerupai buah dada.

Gambar 3.15 Contoh mineral : Malakhit

b. Membulat (colloform) yaitu bentuk Kristal yang menunjukan permukaan yang

bulat-bulat.

Gambar 3.16 Contoh mineral : Goethile

c. Membulat jari (colloform radial) yaitu bentuk Kristal yang membulat dengan

struktur dalam memencar menyerupai bentuk jari.

Gambar 3.17 Contoh mineral : Pyromorphite

d. Membutir (granular) yaitu bentuk Kristal berupa kelompok Kristal kecil yang

berbentuk butiran.

Gambar 3.18 Contoh mineral : Sodalite

Page 44: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

e. Memisolit (pisolitic) yaitu bentuk Kristal berupa kelompok Kristal lonjong sebesar

kerikil seperti kacang tanah.

Gambar 3.19 Contoh mineral : Goethile

f. Stalaktit (stalactic) yaitu bentuk Kristal yang membulat dengan litologi gamping.

Gambar 3.20 Contoh mineral : Goethite

g. Mengginjal (Rentiform) yaitu bentuk Kristal yang menyerupai bentuk ginjal.

Gambar 3.21 Contoh mineral : Hematit

3.2.3 Kilap (Luster)

Kilap adalah kesan mineral akibat pantulan cahaya yang dikenakan padanya.

Kilap dibedakan menjadi 2, yaitu kilap logam (metallic luster) dan kilap bukan

logam (non metallic luster). Kilap logam memberikan kesan seperti logam bila

terkena cahaya. Kilap ini biasanya dijumpai pada mineral-mineral bijih, seperti

emas, galena, pirit, dan kalkopirit. Sedangkan kilap bukan logam tidak memberikan

kesan logam jika terkena cahaya. Selain itu, adapula kilap sub-metalik (sub-metallic

luster), yang terdapat pada mineral-mineral yang mempunyai indeks bias antara 2,6-

3.

Kilap bukan logam dapat dibedakan menjadi:

a) Kilap Kaca(Vitreous Luster); Memberikan kesan seperti kaca atau gelas bila

terkena cahaya. Contohnya: kalsit, kuarsa, dan halit.

Page 45: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

b) Kilap Intan (adamantine Luster); Memberikan kesan cemerlang seperti intan.

c) Kilap Sutera (Silky Luster); Memberikan kesan seperti sutera. Umumnya

terdapat pada mineral yang mempunyai struktur serat. Seperti asbes,

aktinolit, dan gipsum.

d) Kilap Lilin (Waxy Luster); Merupakan kilap seperti lilin yang khas.

e) Kilap Mutiara (Pearly Luster); Memberikan kesan seperti mutiara atau

seperti bagian dalam dari kulit kerang. Kilap ini ditimbulkan oleh mineral

transparan yang berbentuk lembaran. Contohnya talk, dolomit, muskovit,

dan tremolit.

f) Kilap Lemak (Greasy Luster); Menyerupai lemak atau sabun. Hal ini

ditimbulkan oleh pengaruh tekanan udara dan alterasi. Contohnya talk dan

serpentin.

g) Kilap Tanah (Earthy Luster); Kenampakannya buram seperti tanah.

Misalnya kaolin, limonit,dan bentonit.

3.2.4 Kekerasan Mineral (Hardness)

Kekerasan adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Penentuan

kekerasan relatif mineral ialah dengan jalan menggoreskan permukaan mineral yang

rata pada mineral standar dari skala Mohs yang sudah diketahui kekerasannya, yang

dimulai dari skala 1 yang paling lunak hingga skala 10 untuk mineral yang paling

keras.

Tabel 3.1 Skala kekerasan relatif mineral (Mohs)

Kekerasan Mineral Rumus Kimia

1 Talc Mg3Si4O10(OH)2

2 Gypsum CaSO4.2H2O

3 Calcite CaCO3

4 Fluorite CaF2

5 Apatite Ca5(PO4)3(OH,Cl,F)

6 Orthoclase KAlSi3O8

7 Quartz SiO2

8 Topaz Al2SiO4(OH,F)2

9 Corundum Al2O3

10 Diamond C

Page 46: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

Misalnya suatu mineral di gores dengan kalsit (H=3) ternyata mineral itu

tidak tergores, tetapi dapat tergores oleh fluorite (H=4), maka mineral tesebut

mempunyai kekerasan antara 3 dan 4. Dapat pula penentuan kekerasan mineral

dengan memepergunakan alat-alat yang sederhana misalnya:

1. Kuku jari manusia H = 2,5

2. Kawat tembaga H = 3

3. Pecahan kaca H = 5,5

4. Pisau baja H = 5,5

5. Kikir baja H = 6,5

6. Lempeng baja H = 7

Bilamana suatu mineral tidak tergores oleh kuku manusia tetapi oleh kawat tembaga, maka

mineral tersebut mempunyai kekerasan antara 2,5 dan 3.

3.2.5 Gores (Streak)

Gores atau cerat adalah warna mineral dalam bentuk bubuk. Cerat dapat

sama atau berbeda dengan warna mineral. Umumnya warna cerat tetap. Gores ini di

pertanggungjawabkan karena stabil dan penting untuk membedakan 2 mineral yang

warnanya sama tetapi goresnya berbeda. Gores ini di peroleh dengan cara

mengoreskan mineral pada permukaan keeping porselin, tetapi apabila mineral

mempunyai kekerasan lebih dari 6, maka dapat di cari mineral yang berwarna terang

biasanya mempunyai gores berwarna putih. Mineral bukan logam dan berwarna

gelap akan memberikan gores yang lebih terang dari pada warna mineralnya sendiri.

Mineral yang mempunyai kilap metallic kadang-kadang mempunyai warna gpres

yang lebih gelap dari warna mineralnya sendiri. Ada beberapa mineral warna dan

gores sering menunjukan warna yang sama.

Gambar 3.22 Contoh goresan mineral cinnabar dan piryte.

Page 47: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

3.2.6 Belahan (Cleavage)

Belahan adalah kenampakan mineral berdasarkan kemampuannya membelah

melalui bidang-bidang belahan yang rata dan licin. Bidang belahan umumnya

sejajar dengan bidang tertentu dari mineral tersebut. Belahan dapat di bedakan

menjadi:

a. Sempurna (perfect)

Yaitu apabila mineral mudah terbelah melalui arah belahannya yang

merupakan bidang yang rata dan sukar pecah selain melalui bidang belahannya.

b. Baik (good)

Yaitu apabila mineral muidah terbelah melalui bidang belahannya yang

rata, tetapi dapat juga terbelah tidak melalui bidang belahannya.

c. Jelas (distinct)

Yaitu apabila bidang belahan mineral dapat terlihat jelas, tetapi mineral

tersebut sukar membelah melalui bidang belahannya dan tidak rata.

d. Tidak jelas (indistinct)

Yaitu apabila arah belahannya masih terlihat, tetapi kemungkinan untuk

membentuk belahan dan pecahan sama besar.

e. Tidak sempurna (imperfect)

Yaitu apabila mineral sudah tidak terlihat arah belahannya, dan mineral

akan pecah dengan permukaan yang tidak rata.

3.2.7 Pecahan (Fracture)

Pecahan adalah kemampuan mineral untuk pecah melalui bidang yang tidak

rata dan tidak teratur. Pecahan dapat dibedakan menjadi:

a. Pecahan konkoidal (Choncoidal): Pecahan yang memperlihatkan gelombang

yang melengkung di permukaan. Bentuknya menyerupai pecahan botol atau

kulit bawang.

b. Pecahan berserat/fibrus (Splintery): Pecahan mineral yang menunjukkan

kenampakan seperti serat, contohnya asbes, augit.

c. Pecahan tidak rata (Uneven): Pecahan mineral yang memperlihatkan

permukaan bidang pecanya tidak teratur dan kasar, misalnya pada garnet.

d. Pecahan rata (Even): pecahan mineral yang permukaannya rata dan cukup

halus. Contohnya mineral lempung.

e. Pecahan Runcing (Hacly): Pecahan mineral yang permukaannya tidak

teratur, kasar, dan ujungnya runcing-runcing. Contohnya mineral kelompok

logam murni.

Page 48: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

f. Pecahan tanah (Earthy), bila kenampakannya seperti tanah, contohnya

mineral lempung.

3.2.8 Daya Tahan Terhadap Pukulan (Tenacity)

Tenacity adalah suatu reaksi atau daya tahan mineral terhadap gaya yang

mengenainya, seperti penekanan, pemecahan, pembengkokan, pematahan,

pemukulan, penghancuran, dan pemotongan. Tenacity dapat dibagi menjadi:

a. Brittle (Rapuh); apabila mineral mudah hancur menjadi tepung halus.

b. Sectile (Dapat Diiris); apabila mineral mudah dipotong dengan pisau dengan

tidak berkurang menjadi tepung.

c. Ductile (Dapat Dipintal); dapat ditarik dan diulur seperti kawat. Bila ditarik

akan menjadi panang, dan apabila dilepaskan akan kembali seperti semula.

d. Malleable (Dapat Ditempa); apabila mineral ditempa dengan palu akan

menjadi pipih.

e. Elastis (Lentur); dapat merenggang bila ditarik, dan akan kembali seperti

semula bila dilepaskan.

f. Flexible ; apabila mineral dapat dilengkungkan dengan mudah.

3.2.9 Berat Jenis (Specific Gravity)

Berat jenis adalah angka perbandingan antara berat suatu mineral

dibandingkan dengan berat air pada volume yang sama. Dalam penentuan berat

jenis dipergunakan alat-alat seperti: piknometer, timbangan analitik, dan gelas ukur.

Berat jenis dapat dirumuskan sebagai berikut:

BJ =BERAT MINERAL

VOLUME MINERAL

3.2.10 Kemagnetan

Sifat kemagnetan yang perlu dicatat dalam praktikum mineral fisik adalah

sifat dari mineral yang diselidiki, apakah paramagnetik ataukah diamagnetik.

a. Paramagnetik (magnetik): yaitu mineral tersebut mempunyai daya tarik terhadap

magnet.

b. Diamagnetik (non-magnetik): yaitu mineral tersebut mempunyai daya tolak

terhadap magnet.

3.2.11 Rasa dan Bau

Disamping dari sifat-sifat yang telah dibahas sebelumnya, beberapa mineral

juga mempunyai bau dan rasa.

Page 49: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

3.2.12 Derajat Ketransparanan

Sifat Transparan dari suatu mineral tergantung pada kemampuan mineral

tersebut mentransmit sinar cahaya (berkas sinar). Sesuai dengan hal ini, variasi

mineral dibedakan atas:

a. Opaque mineral; yaitu mineral-mineral yang tidak tembus cahaya

meskipun dalam bentuk lembaran tipis. Mineral-mineral ini

permukaannya mempunyai kilauan metalik dan meninggalkan berkas

hitam atau gelap.

b. Transparant mineral; yaitu mineral-mineral yang tembus pandang

seperti kaca.

c. Translucent mineral; yaitu mineral-mineral yang tembus cahaya tapi

tidak tembus pandang.

d. Mineral-mineral yang tidak tembus pandang dalam bentuk pecahan-

pecahan tetapi tembus cahaya pada lapisan yang tipis.

3.3 DESKRIPSI MINERAL

3.3.1 Klasifikasi Mineral

Klasifikasi mineral yang biasa digunakan adalah klasifikasi dari Dana yang

mendasarkan pada kemiripan komposisi kimia dan struktur kristalnya. Dana

membagi mineral dalam 9 golongan ( Klein & Hurlburt, 1993), yaitu :

3.3.1.1 Silicate Class

Silicate Class merupakan kelas terbesar, sering di sebut juga Silicon dioxide,

gabungan dari 2 unsur yang paling melimpah yaitu Silicon kerak bumi dan oksigen

(SiO2) dan dengan ion tambahan lainnya seperti aluminium, magnesium, besi dan

calcium. Masa kerak bumi adalah 59 % Silika, konstituen utama lebih dari 95 %

batuan diketahui. Contoh mineral kelas Silikat adalah Olivin (Mg,Fe)2 SiO4 , Kuarsa

(SiO2), Serpentine (Mg6Si4O10(OH)4), Kaolinit (Al4Si4O10(OH)8).

3.3.1.2 Carbonate Class

Carbonate class merupakan mineral yang terdiri dari anion (CO3)2- dan

termasuk Calcite dan aragonite (keduanya merupakan Calcium Carbonate), Dolomit

(Magnesium/Calcium Carbonate) dan Siderite (besi Carbonate).

Page 50: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

Carbonate terbentuk pada lingkungan laut oleh endapan bangkai plankton.

Carbonate juga terbentuk pada daerah evaporit dan pada daerah karst yang

membentuk gua/caves, stalaktit, dan stalagmite. Carbonate Class juga termasuk

mineral Nitrate dan Borate. Contoh mineral Carbonate class adalah Dolomit

(CaMg(CO3)2), Aragonite (CaCO3), Siderit (FeCO3), Magnesit (MgCO3),

Smithsonite (ZnCO3).

3.3.1.3 Sulfate Class

Mineral kelas Sulfat terdiri dari anion Sulfate SO42- biasanya terbentuk di

daerah evaporitic yang tinggi kadar airnya perlahan lahan menguap sehingga

formasi sulfat dan Halida berinteraksi. Contoh mineral kelas sulfat adalah Anhydrite

(CaSO4), Barite (BaSO4), dan Gypsum (CaSO42H2O). Termasuk juga Kromat,

Molybdat, Selenat, Sulfite, Tellurate, dan Tungstate.

3.3.1.4 Halide Class

Halide Class adalah kelas mineral yang membentuk garam alami dan juga

termasuk Fluorit (Calcium Fluoride), Halite (Sodium Chlorida), Sylvite (Potassium

Chlorida) dan Sal Ammoniac (Ammonium Chlorida). Sama halnya dengan Sulfat,

Halida juga di temukan di daerah evaporit seperti danau playa dan laut yang

terkurung daratan seperti laut mati dan danau garam besar. Contoh mineral kelas

Halida adalah Fluorit (CaF2), dan Halite (NaCl).

3.3.1.5 Oxide Class

Mineral kelas oksida biasanya terbentuk dekat permukaan bumi, teroksidasi

dari hasil pelapukan mineral lain dan sebagai mineral pelengkap pada batuan beku

yang terdapat di kerak dan mantel bumi. Mineral-mineral kelas oksida sangat

penting dalam dunia pertambangan karena bijih (ores) terbentuk dari mineral-

mineral kelas oksida, kelas mineral ini pun juga mempengaruhi perubahan kutub

magnetic bumi. Contoh mineral kelas Oksida adalah Rutile (TiO2), Hematite

(Fe2O3), Spinel (MgAl2O4), Magnetite (Fe3O4), Korundum (Al2O3), Pyrolusit

(MnO2)

3.3.1.6 Sulfide Class

Mineral kelas Sulfide merupakan kelas mineral yang juga pembentuk bijih

(ores), juga merupakan kombinasi antara logam atau semi-logam dengan belerang

(S). Contoh mineral kelas Sulfida adalah Pyrite (FeS2), Galena (PbS), Bornite

(Cu5FeS5), Sphalerite (Zn,Fe)S.

Page 51: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

3.3.1.7 Phosphate Class

Mineral fosfat merupakan persenyawaan kimia antara unsur-unsur logam

dengan Phospate radical. Ribuan spesies dari golongan ini dapat dikenali, namun

keadaannya tidak berlimpah. Sifat dari golongan ini berubah-ubah tetapi umumnya

cenderung lunak, rapuh, sangat berwarna dan kristalisasinya baik.

Mineral kelas fosfat termasuk mineral dengan unit AO4, A berupa phosphorus,

antimony, arsenic atau vanadium. Contoh mineral fosfat adalah Apatit

(Ca5(PO4)3(OH,F,Cl)), Zuenerite (Cu(UO2)2(AsO4)2-10-16H2O), Monasit ( (Ce, La,

Y, Th)PO4 ), termasuk juga mineral Arsenat, Vanadat dan mineral-mineral

Antimonit.

3.3.1.8 Native Elements Class

Native elements merupakan unsur-unsur bebas, bukan merupakan unsure-

unsur gabungan. Mineral kelas elemen terdiri dari metal dan elemen intermetalik

(emas, perak dan tembaga), semi-metal dan non-metal (Antimony, Bismuth, Grafit,

sulfur). Kelas ini juga termasuk campuran logam alam seperti electrum, fosfida,

silisida, nitride dan carbida. Contoh mineral kelas elemen adalah Perak (Ag),

Bismut (Bi), Intan (C), Grafit (C), Sulfur (S), Tembaga (Cu), Emas (Au).

3.3.1.9 Organic Class

Mineral kelas organic terdiri dari substansi biogenic; Oxalates, Mellitates,

Citrates, Cyanates, Acetates, Formats, Hydrocarbons, dan Sepsis Miscellaneous

lainnya. Contoh mineralnya adalah Fichtelite (C19H34), Abelsonite (NiC31H32N4).

3.3.2 Laporan Mineral

Dalam laporan mineral ini, meliputi deskripsi dari seluruh mineral dan

terutama mineral yang dimiliki nilai ekonomis saja. Mineral dalam laporan ini

hanya ada beberapa mineral saja. Deskripsi mineral-mineral ini meliputi beberapa

sifat fisik, seperti:

Page 52: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

1. Deskripsi mineral : yang berupa penamaan mineral itu sendiri dengan

pengklasifikasiaannya yang didasarkan pada kemiripan komposisi kimia

dan struktur kristalnya pada golongannya masing-masing menurut Dana.

2. Warna : Warna daripada mineral itu sendiri (baik warna asli maupun warna

yang di sebabkan oleh mineral pengotornya).

3. Sistem dan Perawakan kristal : Sistem kristal (penampangnya secara

geometri, kenampakan bentuk luar maupun struktur dalamnya) dan bentuk

khas yang di timbulkan dari mineral tersebut. Misalnya Hexagonal dan

Meniang.

4. Kilap : Kilapan yang timbul oleh cahaya yang di pantulkan dari permukaan

mineral. Misalnya kilap logam (Metallic luster).

5. Kekerasan : Daya tahan mineral terhadap goresan ( Berdasarkan Skala

Mohs 1-10).

6. Goresan : Warna dalam bentuk serbuk halus.

7. Belahan dan pecahan : misalnya sempurna & choncoidal.

8. Tenacity : misalnya Brittle.

9. Berat Jenis : Dalam gram/cm2

10. Kemagnetan : untuk mengetahui sifat mineral apakah memiliki gaya tarik

terhadap magnet (Paramagnetik) atau tidak (Diamagnetik).

11. Derajat transparan : kemampuan mineral mentransmit sinar cahaya (berkas

sinar). Misalnya Transparant mineral.

12. Sifat khas : Sifat-sifat mineral yang dilihat setelah melihat dan

mendeskripsikan mineral secara keseluruhan.

13. Nama dan rumus kimia : Penamaan mineral yang telah di kenal berikut

rumus kimia rumus kimia. Misalnya Kuarsa (SiO2).

14. Kegunaan : manfaat dari mineral tersebut, baik dalam bentuk aslinya

maupun sesudah di proses dan menjadi bahan konsumsi.

15. Genesa : Peristiwa geologis yang menyebabkan terbentuknya mineral

tersebut.

DESKRIPSI BEBERAPA MINERAL PENTING

1. Emas, Au

Page 53: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

Sistem Kristal : Isometrik

Warna : Kuning

Goresan : Kuning

Kilap : Metalik

Belahan dan pecahan : Tak – ada ; hakli ( pecahan bergerigi dengan

ujung yang tajam ).

Kekerasan : 2,5 – 3 Skala Mohs

Berat jenis : 19,3 gr/cm3

Genesis : Kebanyakan emas terdapat dalam urat-urat kuarsa

yang terbentuk melalui proses hidrotermal; dan

sering bersama- sama pirit dan mineral-mineral

sulfida yang lain, telurid perak-emas, skhelit dan

turmalin. Bila urat-urat mengandung emas

melapuk, maka emas-emas akan terpisah dan

kemudian mengendap sebagai deposit aluvial,

atau terangkut oleh aliran air dan mengendap di

suatu tempat sebagai deposit letakan (placer

deposit), bersama pasir, dan atau kerikil-kerakal.

Manfaat : sumber logam emas; dipakai untuk membuat

perhiasan, instrumen-instrumen saintifik,

lempengan elektrode, pelapis gigi dan emas

lantakan.

2. Perak, Ag

Page 54: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

Sistem Kristal : Isometrik.

Warna : Putih – Perak

Goresan : Coklat, atau abu-abu sampai hitam.

Belahan dan Pecahan : Tak – ada

Kekerasan : 2,5 – 3 Skala Mohs

Berat Jenis : 10,5 gr/cm3

Genesis : sejumlah kecil perak nativ dapat dijumpai dalam

zona oksidasi pada suatu deposit bijih, atau sebagai deposit yang mengendap

dari larutan hidrotermal primer. Ada 3 jenis deposit primer, yaitu: 1.

Barasosiasi dengan sulfida, zeolit, kalsit, barit, fluorit dan kuarsa, 2.

Berasosiasi dengan arsenide dan sulfida kobalt, nikel dan perak, dan bismuth

nativ, dan 3. Berasosiasi dengan uranit dan mineral- mineral nikel-kobalt.

Manfaat : sumber logam perak; dipakai untuk membuat

perhiasan, alat-alat makan-minum, barang-barang kerajinan tangan, alat-alat

elektronik, penyepuhan dan sebagai emulsi film fotografi.

3. Tembaga, Cu

Page 55: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

Sistem kristal : Isometrik.

Warna : Merah-tembaga , atau merah-mawar terang.

Goresan : Merah metalik.

Belahan dan pecahan : Tak ada ; hakli

Kekerasan : 2,5 – 3 Skala Mohs

Berat Jenis : 8,94 gr/cm3

Genesis : sejumlah kecil tembaga native dijumpai pada zona

oksidasi dalam deposit tembaga yang berasosiasi dengan kuprit, malakit dan

azurit. Deposit primer umumnya berasosiasi dengan batuan beku basa ekstrutif,

dan tembaga native terbentuk dari pengendapan yang dihasilkan dari reaksi

antara larutan hidrotermal dan mineral-mineral oksidasi besi. Pada deposit tipe

ini, tembaga nativ berasosiasidengan khalkosit, bornit, epidot, kalsit,

prehnit,datolit, khlorit, zeolit dan sejumlah kecil perak

native

Manfaat : sumber minor bijih tembaga, banyak digunakan

dalam kelistrikan, umumnya sebagai kawat, dan untuk membuat logam-logam

campuran, seperti kuningan (campuran tembaga dan seng), perunggu

(campuran tembaga dan timah dengan sedikit seng) dan perak Jerman

(campuran tembaga seng dan nikel).

4.Sulfur,S

Page 56: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

Sistem kristal : Ortorombik.

Warna : Kuning sampai coklat kekuningan.

Goresan : Putih.

Belahan dan pecahan : Tak ada ; Konkoidal sampai tidak rata.

Kekerasan : 1,5 – 2,5 Skala Mohs

Berat jenis : 2,07 gr/cm3

Genesis : Sulfur dapat terbentuk di daerah gunungapi aktif, di

sekitar mata air panas, dan hasil aktivitas bakteri yang memisahkan sulfur dari

sulfat. Dapat pula terbentuk karena oksidasi sulfida-sulfida pada urat- urat yang

berasosiasi dengan sulfida-sulfida metal. Dijumpai juga pada batuan- batuan

sedimen yang berasosiasi dengan anhidrit, gypsum dan batugamping.

Manfaat : sulfur digunakan untuk membuat senyawa-senyawa

sulfur, seperti asam sulfat (H2SO4); dalampembuatan insektisida, pupuk

buatan, vulkanisasi karet, sabun; dalam industry tekstil, kulit, kertas, cat,

pencelupan dan penggilingan minyak.

Page 57: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

5. Grafit, C

Sistem kristal : Hexagonal .

Warna : Hitam.

Goresan : Hitam.

Belahan dan pecahan : Sempurna pada ( 0001 ) ; tak ada

Kekerasan : 1 – 2 Skala Mohs

Berat jenis : 2,09 – 2,23 gr/cm3

Genesis : terbentuk pada lingkungan batuan metamorf,baik pada

metamorfisme regional, atau kontak. Dapat dijumpai pada batu gamping

kristalin, genes, sekis, kuarsit, dan lapisan batubara termetamorf.

Manfaat : digunakan dalam industri sebagai alat pemotong kaca,

pengasah, dipasang pada mata bor untuk eksplorasi; dan dijadikan

batupermata.

6. Intan, C

Sistem kristal : isometrik.

Warna : putih kebiruan, hitam

Goresan : putih

Belahan dan pecahan : sempurna pada ( 111 ) ; konkoidal.

Kekerasan : 10 Skala Mohs

Berat jenis : 3,50 gr/cm3

Page 58: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

Genesis : intan terbentuk pada pembentukan batuan beku

ultrabasa, yaitu porfiri-olivin, atau porfiri kaya flogopit; batuan ini dikenal

sebagai kimberlit. Dapat dijumpai dalam deposit aluvial, baik di sungai-sungai

maupun di pantai.

Manfaat : digunakan dalam industri sebagai alat pemotong kaca,

pengasah, dipasang pada mata bor untuk eksplorasi;dan dijadikan batupermata.

7. Bornit , Cu5FeS5

Sistem kristal : Isometrik.

Warna : Merah-tembaga sampai kecoklatan

Goresan : Hitam keabuan.

Belahan dan pecahan : ( 111 ) tidak jelas ; konkoidal sampai tidak jelas.

Kekerasan : 3 Skala Mohs

Berat jenis : 5,06 – 5,08 gr/cm3

Genesis : Terbentuk secara proses hidrotermal, dan berasosiasi

dengan mineral-mineral sulfida yang lain ( Khalkosit,

Khalkopirit, kovelit, pirotit, dan pirit) dalam deposit

hidrogen. Bornit juga dijumpai dalam retas (dike),

tubuh intrusi batuan basa, tersebar dalam batuan basa,

deposit metamorfik kontak, dalam pegmatit dan urat

-urat kuarsa.

Manfaat : Mineral bijih sumber logam tembaga.

Page 59: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

8. Galena, PbS

Sistem kristal : Isometrik .

Warna : abu – abu timbal

Goresan : abu – abu timbal

Belahan dan pecahan : ( 001 ) Sempurna.

Kekerasan : 2,5 Skala Mohs

Berat jenis : 7,58 gr/cm3

Genesis : Terbentuk dalam batuan sedimen, urat-urat

hidrotermal dan juga pegmatit. Dalam urat-urat

hidrotermal berasosiasi dengan mineral-mineral

perak, sfalerit, pirit, markasit, khalkopirit, serusit,

anglesit, dolomit, kalsit, kuarsa, baris, dan fluorit.

Dapat pula ditemukan dalam deposit metamorfisme

kontak.

Manfaat : sumber logam timbal atau timah hitam ( Pb ).

9.Khalkopirit

Sistem kristal : Tetragonal .

Warna : kuning - kuningan

Page 60: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

Goresan : hitam kehijauan

Belahan dan pecahan : {001} kadang-kadang jelas ; tak rata

Kekerasan : 3,5 – 4 Skala Mohs

Berat jenis : 4,1 – 4,3 gr/cm3

Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal,terutama

terdapat dalam deposit mesotermal dan hipotermal.

Dalam deposit hipotermal, khalkopirit terdapat

bersama pirit, turmalin, kuarsa dan kasiterit. Dijumpai

juga dalam batuan beku, retas pegmatit dan dalam

deposit metamorfisme kontak.

Manfaat : mineral bijih sumber logam tembaga.

10. Khromit, ( Mg,Fe ) Cr2O4

Sistem kristal : isometrik .

Warna : hitam – besi sampai hitam - kecoklatan

Goresan : coklat gelap

Belahan dan pecahan : tak ada ; tidak rata

Kekerasan : 5,5 Skala Mohs

Berat jenis : 5,09 gr/cm3

Genesis : terbentuk pada lingkungan batuan beku ultra basa,

seperti peridotit dan serpentit. Dapat pula pada

lingkungan sedimen, yaitu terdapat dalam pasir

Manfaat : mineral bijih sumber logam khrom

Page 61: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

11. Realgar, AsS

Sistem kristal : Monoklin.

Warna : Merah-ungu

Goresan : Merah sampai jingga

Belahan dan pecahan : {010}baik

Kekerasan : 1,5 – 2 Skala Mohs

Berat jenis : 3,56 gr/cm3

Genesis : Terbentuk secara proses hidrotermal, dan terdapat

dalam urat-urat sulfida bersama orpiment dan mineral

arsenic lainnya, juga dengan stibnit, bijih timbal,

perak, atau bijih emas. Kadang-kadang dijumpai pula

dalam batugamping, dolomit, atau batuan lempungan,

juga sebagai hasil sublimasi dari emanasi volkanik,

atau sebagai deposit mata air panas.

Manfaat : Sumber logam arsen.

12. Stibnit, Sb2S3

Sistem kristal : Ortorombik.

Warna : Abu-abu timbal sampai kehitaman

Goresan : Abu-abu timbal sampai kehitaman

Belahan dan pecahan : {010} sempurna

Page 62: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

Kekerasan : 2 Skala Mohs

Berat jenis : 4,52 – 4,63 gr/cm3

Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal bertemperatur

rendah, terdapat dalam urat-urat atau deposit pengganti ;

dapat juga terbentuk di lingkungan mata air panas. Sering

berasosiasi dengan realgar,orpiment, galena, markasit,

pirit, sinabar, kalsit, ankerit, barit, kalsedon, atau kuarsa

Manfaat : Sumber logam antimony

13. Arsenopirit, FeAsS

Sistem kristal : Monoklin .

Warna : Putih-perak sampai abu-abu baja

Goresan : Hitam keabuan

Belahan dan pecahan : {101} tidak sempurna ; tidak rata

Kekerasan : 5,5, - 6 Skala Mohs

Berat jenis : 6,07 gr/cm3

Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal bertemperatur

tinggi sampai menengah ; dan berasosiasi dengan bijih

timah dan tungsten (pada deposit hidrotermal

bertemperatur tinggi), bijih perak dan tembaga,

galena, sfalerit, pirit, dan khalkopirit.

Dijumpai juga dalam urat-urat

kuarsa-emas, urat-urat kasiterit, pada deposit

metamorfisme kontak, pegmatite, dan tersebar dalam

batugamping kristalin.

Manfaat : Sumber utama logam arsen

14. Hematit, Fe2O3

Page 63: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

Tempat Ditemukan : Ciater, Jawa Barat

Sistem kristal : Hexagonal.

Warna : Abu-abu baja, atau coklat kemerahan sampai

hitam.

Goresan : Merah atau coklat kemerahan

Belahan dan pecahan : Tak ada; tidak rata.

Kekerasan : 5,5 – 6,5 Skala Mohs

Berat jenis : 5,26 gr/cm3

Genesis :Dapat terbentuk pada lingkungan batuan beku,

hidrotermal temperatur tinggi dan metamorfisme

kontak; juga dalam lingkungan sedimen.

Manfaat : sumber logam besi; juga digunakan sebagai

bubuk pigmen, oker merah dan bubuk pengilap.

Kristalnya yang berwarna hitam dapat dibuat

batupermata.

15. Psilomelan,( Ba, H2O )2Mn5O10

Page 64: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

Tempat Ditemukan : Kliripan, Jawa Tengah

Sistem kristal : Monoklin.

Warna : Hitam besi sampai abu-abu baja gelap

Goresan : Hitam kecoklatan sampai hitam.

Belahan dan pecahan : Tak-ada

Kekerasan : 5 – 6 Skala Mohs

Berat jenis : 4,71 gr/cm3

Genesis : Terbentuk pada lingkungan sedimen oksidat ;

sebagai mineral sekunder yang sering berasosiasi

dengan pirolusit, gutit, limonit, dan hausmanit.

Dapat pula sebagai deposit residu, dari hasil

pelapukan silikat atau karbonat mengandung

mangan ; juga sebagai massa konkresi dalam

lempung, dan dalam deposit danau atau rawa.

Manfaat : Sumber logam mangan.

16. Pirolusit, MnO2

Tempat Ditemukan : Tasik, Jawa Barat

Sistem kristal : Tetragonal.

Page 65: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

Warna : abu-abu baja terang sampai gelap, sampai abu

baja, kadang-kadang kebiruan.

Goresan : hitam

Belahan dan pecahan : {110} sempurna ; tidak rata.

Kekerasan : 6-6,5 (cristal-kristal), 2-6 (material masiv)

Berat jenis : 4,75 gr/cm3

Genesis : terbentuk pada lingkungan sedimen oksida; sering

ditemukan sebagai deposit rawa(bog), danau, atau

deposit laut dangkal.

Manfaat : sumber logam mangan

17. Kasiterit, SnO2

Tempat Ditemukan : Bangka

Sistem kristal : Tetragonal .

Warna : Kuning, atau coklat, kemerahan sampai hitam

kecoklatan, dapat juga putih (jarang).

Goresan : Putih, keabuan, atau kecoklatan.

Belahan dan pecahan : {100} sempurna, {110} tidak sempurna ;

konkoidal.

Kekerasan : 6 – 7 Skala Mohs

Berat jenis : 6,8 – 7,1 gr/cm3

Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal temperature

tinggi dan terdapat dalam urat-urat, atau proses

metamorfisme yang secara genetic berhubungan

dengan batuan silica. Kasiterit sering berasosiasi

dengan wolframit, turmalin, topas, kuarsa, fluorit,

arsenopirit, muskovit, mika-Li,bismulinit, bismut

dan molibdenit. Dapat juga terbentuk pada retas

Page 66: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

pegmatit, dan pada lingkungan sedimen sebagai

mineral alluvial.

Manfaat : sumber logam timah ( putih )

18. Manganit, MnO(OH)

Tempat Ditemukan : Padang, Sumatera Barat

Sistem kristal : Monoklin.

Warna : Abu-abu baja gelap sampai hitam-besi.

Goresan : Coklat kemerahan sampai hitam.

Belahan dan pecahan : {010} sangat sempurna, {110} dan {001} kurang

sempurna

Kekerasan : 4 Skala Mohs

Berat jenis : 4,33 gr/cm3

Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal temperature

rendah, terdapat dalam urat-urat, dan berasosiasi

dengan barit, kalsit, siderit, dan hausmanit.

Dijumpai juga dalam deposit yang terbentuk oleh

aktivitas air meteorik, dan terdapat bersama

pirolusit, gutit, psilomelan, dan mineral-mineral

mangan yang lain.

Manfaat : Mineral bijih sumber logam mangan.

19. Fluorit, CaF2

Page 67: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

Tempat Ditemukan : Garut, Jawa Barat

Sistem Cristal : Isometrik.

Warna : Sangat bervariasi, dapat tak-berwarna, kuning

anggur, hijau, biru kehijauan, biru lembayung,

putih, abu-abu, biru-langit, hitam kebiruan, atau

coklat.

Goresan : Putih.

Belahan dan pecahan : {111} sempurna , subkonkoidal

Kekerasan : 4 Skala Mohs

Berat jenis : 3,18 gr/cm3

Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal, dan

dijumpai dalam urat-urat, baik sebagai mineral

utama maupun sebagai mineral yang bersama

mineral-mineral bijih metalik, khususnya timbal

dan perak. Umumnya dalam dolomit dan

batugamping ; dan dapat pula terbentuk pada

lingkungan batuan beku dan pegmatit.

Berasosiasi dengan beberapa mineral, antara lain

kalsit, dolomit, gipsum, selestit, barit, kuarsa,

galena, sfalerit, kasiterit, topas, turmalin, dan

apatit.

Manfaat : Dipakai dalam industri kimia, peleburan besi baja,

gelas, Kaca-serat (fiberglass ) dan tembikar.

20. Dolomit, CaMg(CO3)2

Page 68: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

Tempat Ditemukan : Sumatera Utara, Papua

Sistem kristal : Trigonal.

Warna : Tak-berwarna, putih, abu-abu, atau kehijauan, yang

menjadi coklat kekuningan, atau coklat, dapat juga

merah muda, atau merah-mawar

Goresan : Putih.

Belahan dan pecahan : Sempurna pada {10 11}

Kekerasan : 3,5 – 4 Skala mohs

Berat jenis : 2,85 gr/cm3

Genesis : Dapat terbentuk pada lingkungan sedimen, melalui

proses hidrotermal dan terdapat dalam urat-urat, serta

berasosiasi dengan fluorit, barit, kalsit, siderit, kuarsa

dan mineral-mineral bijih metalik.Dapat juga

terbentuksecara metamorfisme.

Manfaat : Sumber logam magnesium, atau kalsium, dan

senyawa magnesium oksida yang digunakan untuk

membuat batubara tahan api.dapat juga dibuat batu

hias.

21. Malakhit, Cu2(CO3)(OH)2

Page 69: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

Tempat Ditemukan : Broken Hill, New South Wales, Australia

Sistem Cristal : Monoklin.

Warna : Hijau cemerlang.

Goresan : Hijau pucat.

Belahan dan pecahan : {201} sempurna, {010}baik ; tak-rata

Kekerasan : 3,5 – 4 Skala Mohs

Berat jenis : 3,9 – 4,03 gr/cm3

Genesis : Malakhit adalah mineral tembaga sekunder,

umumnya terdapat dalam mintakat oksidasi atas

pada suatu deposit bijih tembaga, khususnya pada

daerah yang berbatugamping, dan sering berasosiasi

dengan azurite, limonit, kalsit, kalsedon, khrisokola,

dan mineral-mineral sekunder tembaga, timbal, atau

seng, dan lainnya.

Manfaat : Mineral bijih sumber minor logam tembaga,

digunakan juga sebagai batu-hias, dan batupermata

22. Barit, BaSO4

Page 70: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

Tempat Ditemukan : Kalimantan Barat

Sistem kristal : Ortorombik.

Warna : Tak-berwarna sampai putih ; dapat pula kuning,

coklat, kemerahan, abu-abu, kehijauan, atau biru.

Goresan : Putih.

Belahan dan pecahan : {001} dan {210} sempurna.

Kekerasan : 3 – 3,5 Skala Mohs

Berat jenis : 4,5 gr/cm3

Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal temperature

rendah sampai menengah, dan terdapat dalam urat

-urat bersama bijih perak, timbal, tembaga, kobalt,

mangan, antimon. Dapat juga berasosiasi dengan

fluorit, kalsit, siderit, dolomit dan kuarsa

Manfaat : Digunakan sebagai van untuk membuat lumpur bor

( drilling mud ) yang dipakai pada pemboran minyak

bumi dan gas.

23. Gipsum, CaSO42H2O

Tempat Ditemukan : Besuku, Jawa Timur

Sistem kristal : Monoklin.

Warna : Tak-berwarna dan transparan, dapat pula putih, abu

-abu,dan kekuningan bila masiv.

Goresan : Putih

Page 71: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

Belahan dan pecahan : {010} sempurna ; {100} dengan permukaan

konkoidal, dan {011} dengan pecahan yang fibrus.

Kekerasan : 2 Skala Mohs

Berat jenis : 2,32 gr/cm3

Genesis : Terbentuk dalam lingkungan sedimen, dan sering

berselingan dengan batugamping, serpih, batupasir,

lempung dan garam batuan.

Manfaat : Digunakan dalam industri konstruksi, sebagai

pembenah tanah dan pupuk.

24. Kuarsa, SiO2

Tempat Ditemukan : Sampit, Kalimantan Tengah

Sistem Cristal : Hexagonal

Warna : Tak-berwarna sampai putih, kadang-kadang berwarna

karena pengotoran.

Goresan : Putih.

Belahan dan pecahan : Tak-ada ; konkoidal.

Kekerasan : 7 Skala Mohs

Berat jenis : 2,65 gr/cm3

Genesis : Dapat terbentuk pada lingkungan batuan beku,

pegmatit, hidrotermal, metamorfik dan sedimen.

Manfaat : Dipakai dalam industri konstruksi, sebagai flux

dalam industri metalurgi, pembuatan gelas,

keramik, refraktori, amplas, filter, batupermata dan

optik.

Page 72: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

25. Opal, SiO2.nH2O

Tempat Ditemukan : Kebumen, Jawa Tengah

Sistem kristal : Tak-ada.

Warna : Tak-berwarna, atau putih ; ada juga abu-abu, coklat,

atau merah, yang biasanya disebabkan oleh kotoran

berbutir halus.

Goresan : Putih.

Belahan dan pecahan : Tak-ada ; konkoidal.

Kekerasan : 5,5 – 6,5 Skala Mohs

Berat jenis : 2,0 – 2,2 gr/cm3

Genesis : Terbentuk sebagai deposit mata air panas pada

kedalaman yang dangkal, deposit air meteorik, atau

deposit larutan hipogen temperatur rendah. Sering

mengisi rekah-rekah atau rongga-rongga pada

batuan, dan mengganti sel-sel kayu. Dapat juga dihasilkan

oleh bunga-karang. (sponge), radiolaria dan diatomea

dari sekresinya yang berupa silica.

Manfaat : Dibuat batu permata, sedangkan diatomit digunakan

Page 73: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

untuk membuat amplas, filler, bubuk filtrasi dan

isolator.

26. Muskovit, KAl2(AlSi3O10)(OH)2

Tempat Ditemukan : Sulawesi Selatan

Sistem kristal : Monoklin .

Warna : tak berwarna, atau hijau pucat, abu-abu, atau coklat

pada lembaran tipis.

Goresan : Putih.

Belahan dan pecahan : {001} sempurna.

Kekerasan : 2-2,5 Skala Mohs

Berat jenis : 2,8-2,9 gr/cm3

Genesis : Dapat terbentuk pada lingkungan batuan beku,

pegmatite ( dalam pegmatit granit ), lingkungan

metamorfik berderajat rendah dan menengah ( dalam

sekis dan genes ), atau pada lingkungan sedimen.

Manfaat : Dipakai dalam pembuatan alat-alat listrik, bahan isian

(filter), minyak pelumas dan material tahan panas.

27. Turmalin, Na(Mg,Fe)3Al6(BO3)3(Si6O18)(OH)4

Page 74: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

Tempat Ditemukan : Bengkayang, Kalimantan Barat.

Sistem kristal : Trigonal.

Warna : Biasanya hitam, dapat juga coklat, biru gelap,tak

berwarna (jenis yang bebas Fe), merah muda, hijau,

dan biru untuk varitas yang mengandung litium.

Goresan : Putih

Belahan dan pecahan : {11 20} dan {10 11} jelek ; konkoidal.

Kekerasan : 7-7,5 Skala Mohs

Berat jenis : 3,0-3,2 gr/cm3

Genesis : Terbentuk pada pegmatit, dan terdapat dalam

pegmatite granit.dijumpai juga sebagai mineral

asesori dalam batuan metamorf, khususnya pada

sekis dan genes.Turmalin coklat kaya –Mg dapat

dijumpai dalam batugamping termetamorfisme dan

dalam urat-urat metaliferus bertemperatur tinggi.

Manfaat : Dibuat batupermata dan dipakai dalam industry

sehubungan dengan sifat piezoelektriknya.

Page 75: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

Berikut Adalah Gambar Kristal

Perawakan Dan Deskripsi Dari Beberapa Mineral

Dari Praktikum Mineralogi

Pada Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi

Page 76: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

LABORATORIUM KRISMIN

JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA

Page 77: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

Deskripsi Kriistem Kristal :

Proyeksi: Orthogona

Jumlah unsur kristal :

LABORATORIUM KRISMIN

JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA

Page 78: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

Deskripsi Kriistem Kristal :

Proyeksi: Orthogona

Jumlah unsur kristal :

LABORATURIUM KRISMIN

JURUSAN T. PERTAMBANGAN

UNIVERSITAS NUSA CENDAN

LABORATORIUM KRISMIN

JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA

Page 79: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

Deskripsi Kriistem Kristal :

Proyeksi: Orthogona

Jumlah unsur kristal :

LABORATORIUM KRISMIN

JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA

Page 80: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

Deskripsi Kriistem Kristal :

Proyeksi: Orthogona

Jumlah unsur kristal :

LABORATORIUM KRISMIN

JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA

Page 81: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

Deskripsi Kriistem Kristal :

Proyeksi: Orthogona

Jumlah unsur kristal :

LABORATORIUM KRISMIN

JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA

Page 82: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

Deskripsi Kriistem Kristal :

Proyeksi: Orthogona

Jumlah unsur kristal :

LABORATORIUM KRISMIN

JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA

Page 83: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

Deskripsi Kriistem Kristal :

Proyeksi: Orthogona

Jumlah unsur kristal :

LABORATURIUM KRISMIN

Page 84: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA

Deskripsi Kriistem Kristal :

Proyeksi: Orthogona

Jumlah unsur kristal :

LABORATORIUM KRISMIN

JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA

Sistem Kristal Perawakan mineral

31. Deskripsi mineral Silikat : Kuarsa 32. Warna : Tak berwarna

33. Sistem & Perawakan Kristal : Hexagonal & meniang 34. Kilap : Kilap kaca 35. Kekerasan : 7 Skala Mohs

36. Goresan : Putih 37. Belahan & pecahan : baik dan choncoidal

38. Tenacity : Brittle 39. Berat jenis : 2,65 gr/cm3 40. Kemagnetan : Diamagnetik

41. Derajat transparan : Translucent mineral (adanya mineral pengotor) 42. Sifat khas : Tidak berwarna, mengkilap kaca, menjadi

mineral yang tembus cahaya tetapi tidak tembus pandang dikarenakan mineral pengotornya, dapat hancur menjadi tepung halus kekerasannya 7 Skala

Mohs 43. Nama dan rumus kimia : Kuarsa (SiO2)

44. Kegunaan : Dipakai dalam industri konstruksi, sebagai flux dalam industri metalurgi

45. Genesa : Terbentuk pada lingkungan batuan beku, pegmatite,

hidrotermal, metamorfik dan sedimen

Nama : Juan Julio Wicaksono Tanggal :

Nim : 0906102639 TTD :

Jurusan : Teknik Pertambangan

Page 85: contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi

Deskripsi Kriistem Kristal :

Proyeksi: Orthogona

Jumlah unsur kristal :