_laporan kasus_kejang demam, prapto

16
1. Identitas pasien Nama : An. A Umur :15 bulan Tanggal lahir : 31 Oktober 2013 Jenis kelamin : Perempuan Alamat :imbung Agama : !slam "asuk #$ : 25 %anuari 2015 2. Anamnesis Alloanamnesis ibu pasien& 'eluhan utama :'e%ang 'eluhan tambahan : (emam #i)a*at pen*akit sekarang& Pasien +atang ke rumah sakit +engan keluhan +emam *ang +ialami se%ak ta+ %am 11:00& ti+ak lama kemu+ian pasien ke%ang 1 kali +i rumah +an 1 kali set U,( sampai tampak ba+an pasien biru. (emam *ang +irasakan sama baik siang h maupun malam hari. Pasien %uga mengalami pilek se%ak seminggu *ang lalu. -a muntah / . Pasien %uga tampak sesak na as. -uang air besar +an buang air ke a+a keluhan. Orang tua pasien mengatakan memba)a pasien berobat untuk kali rumah sakit untuk berobat. !bu pasien mengatakan ti+ak a+a keluarga pasien men+erita ke%ang +emam se)aktu ke il ataupun saat anak/anak. #i)a*at pen*akit +ahulu& / 'e%ang +emam untuk ke kalin*a ri)a*at ke%ang +emam usia 4 bulan seka 10 bulan sekali +an usia 15 bulan 2 kali #i)a*at pen*akit keluarga& / 'eluhan ke%ang +emam +i keluarga +isangkal 3. Pemeriksaan fisik Tan+a/tan+a ital : Na+i : 126 78mnt Perna asan : 32 78mnt $uhu :39&4 o -erat ba+an: ; kg

Upload: fajrul-ansar

Post on 04-Nov-2015

16 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sfsfsfsf

TRANSCRIPT

1. Identitas pasien Nama: An. AUmur: 15 bulanTanggal lahir: 31 Oktober 2013Jenis kelamin : PerempuanAlamat: LimbungAgama : IslamMasuk RS: 25 januari 2015

2. AnamnesisAlloanamnesis ibu pasien,Keluhan utama:Kejang Keluhan tambahan: DemamRiwayat penyakit sekarang,Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan demam yang dialami sejak tadi siang jam 11:00, tidak lama kemudian pasien kejang 1 kali di rumah dan 1 kali setibanya di UGD sampai tampak badan pasien biru. Demam yang dirasakan sama baik siang hari maupun malam hari. Pasien juga mengalami pilek sejak seminggu yang lalu. Batuk (-), muntah(-). Pasien juga tampak sesak nafas. Buang air besar dan buang air kecil tidak ada keluhan. Orang tua pasien mengatakan membawa pasien berobat untuk kali ke 3 ke rumah sakit untuk berobat. Ibu pasien mengatakan tidak ada keluarga pasien yang menderita kejang demam sewaktu kecil ataupun saat anak-anak. Riwayat penyakit dahulu, Kejang demam untuk ke 4 kalinya ( riwayat kejang demam usia 7 bulan sekali, usia 10 bulan sekali dan usia 15 bulan 2 kali)Riwayat penyakit keluarga, Keluhan kejang demam di keluarga disangkal

3. Pemeriksaan fisikTanda-tanda vital:

Nadi: 126 x/mntPernafasan: 32 x/mntSuhu: 39,7oC Berat badan: 8 kg

Keadaan umum: lemas, sakit sedangTinggi badan :Kesadaran: compos mentisStatus Gizi : baik

4. Pemeriksaan fisik lainKepala: normocephal, rambut tidak mudah dicabut, Mata: conjungtiva anemis (-/-), sclera icterik (-/-), refleks cahaya (+/+),Telinga: simetris kiri dan kanan, otorea (-/-),Hidung: pernafasan cuping hidung (-/-), rinorea (-/-), Mulut: kering (-), lidah kotor (-), faring hiperemis (+), tonsil T2/T2,Leher: kaku kuduk (-), pembesaran KGB (-), retraksi suprasternal (-)Thoraks; Inspeksi : simetris, retraksi intercostal (-)Palpasi : simetris, sela iga kiri = kananJantung; Inspeksi: ictus cordis tidak terlihat, Palpasi: ictus cordis tidak teraba, Auskultasi: BJ I/II reguler, bising (-)Paru-paru; Inspeksi: simetris kiri dan kanan Perkusi : sonor kiri=kananAuskultasi: bronchovesikuler, ronchi (-/-)Abdomen; Inspeksi: datar, ikut gerak nafas Auskultasi: peristaltik (+), kesan normal Palpasi: hepar dan lien tidak teraba, massa tumor (-), nyeri tekan (-) Perkusi: timpani (+), Ekstremitas: tidak ditemukan adanya kelainan

5. Anjuran pemeriksaan Pemeriksaan darah rutin EEG

6. Diagnosis Diagnosa kerja : Kejang Demam

7. Penatalaksanaan Hari pertama (25 januari 2015): Terapi awal yang diberikan pada pasien ini yakni: pemasangan IVFD Ringer Laktat 30 tpm, Stesolid rectal ketika di UGD inj. Ampisilin 300 mg/8 jm, inj. Dexamethason 1/3 Amp/ 8 jm obat puyer yang terdiri dari: Paracetamol 120 mg + Diazepam 1 mg dengan dosis 4 x 1

Hari kedua (26 januari 2015):Keadaan umum pasien pada hari ini masih tampak lemas, kejang(-), suhu badan 37,1oC, nadi: 136x/mnt, pernafasan: 20x/m dengan keluhan BAB encer frek. 1 kali disertai ampas dan lendir berwarna kehijauan, dan pada pemeriksaan auskultasi abdomen peristaltik kesan meningkat.Terapi yang diberikan pada hari pertama tetap dilanjutkan ditambah zink tab 20 mg 1x1.

Hari ketiga (27 januari 2015):Pada hari ini keadaan umum mulai membaik, kejang(-), suhu badan 36,5oC, nadi 100x/mnt, pernafasan: 32x/mnt, keluhan BAB encer frek. 1 kali disertai ampas dan lendir, dan pada pemeriksaan auskultasi abdomen peristaltik kesan meningkat.selera minum: kurang, selera makan baik. Terapi, infus tetap, zink tab 20 mg 1x1, vit B comp 2/3 tab, vit C 2/3 tab, Ampisislin.

Hari keempat (28 januari 2015):Pada hari ini, keadaan umum baik, suhu badan 36,5oC, nadi 130x/mnt, pernafasan; 35x/mnt, BAB baik, BAK baik. Infus di lepas. Pasien di pulangkan.

8. PembahasanKejang deman adalah bangkitan kejang yang terjadi karenakenaikansuhu tubuh (suhu rektal di atas 38 C)yangdisebabkan oleh suatu proses ekstrakranium(Konsensus Penanganan Kejang Demam,UKK neurologi IDAI, 2005)

Kejang Demam adalah Kejang pada anak usia > 1 bulanberhubungan dengan adanya demam. Tidak disebabkan infeksi SSP, Tidak terdapat kejang pada masa neonatus sebelumnya, tidak ada kejang tanpa provokasi sebelumnya, tidak ada penyebab lain kejang (gangguan elektrolit dll). (ILAE,Commission on Epidemiology & Prognosis, 1993)

EtiologiPenyebab kejang demam hingga kini masih belum diketahui dengan pasti. Ada beberapa faktor yang mungkin berperan dalam menyebabkan kejang demam,yaitu:2,3,4 Demamnya sendiri : Kebutuhan O2 meningkat Efek produk toksik dari pada mikroorganisme (kuman dan virus) terhadap otak Respon alergik atau keadaan imun yang abnormal oleh infeksi Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit Gabungan semua faktor diatas

EpidemiologiKejadian kejang demam diperkirakan 2-4% di Amerika Serikat, Amerika Selatan dan Eropa Barat. Di Asia dilaporkan lebih tinggi. Kira-kira 20% kasus merupakan kejang demam kompleks. Umumnya kejang demam timbul pada tahun kedua kehidupan (17-23 bulan). Kejang demam sedikit lebih sering pada laki-laki.3 Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan samapi 5 tahun.1Menurut IDAI, kejadian kejang demam pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun hampir 2 - 5%.2,10Diagnosis kejang demam Diagnosis kejang demam ditegakkan berdasarkan kriteriaLivingston Umur anak ketika kejang antara 6 bulan 6 tahun Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15menit Kejang bersifat umum Kejang timbul 16 jam pertama setelah timbulnya demam Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal Pemeriksaan EEG yang dibuat setidaknya 1 minggu sesudah suhu normal tidak menunjukkan kelainan Frekuensi bangkitan kejang dalam satu tahun tidak melebihi 4 kaliKD yang tidak memenuhi kriteria diatas digolongkan sebagai epilepsi yang diprovokasi oleh demam.Kejang kelompok kedua ini mempunyai suatu dasar kelainan yang menyebabkan timbulnya kejang, sedangkan demam hanya merupakan faktor pencetus.

KlasifikasiMenurut Konsensus Penanganan Kejang Demam UKK Neurologi IDAI. Kejang demam diklasifikasikan menjadi :1. Kejang demam sederhana (Simple febrile seizure)2. Kejang demam kompleks (Complex febrile seizure)

1. Kejang demam sederhanaKejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, umum, tonik dan atau klonik , umumnya akan berhenti sendiri, tanpa gerakan fokal atau berulangdalam waktu 24 jam.2. Kejang demam kompleksKejang demam dengan ciri (salah satu di bawah ini):1. Kejang lama > 15 menit2. Kejang fokal atauparsial satusisi, atau kejangumum didahuluikejang parsial3. Berulang atau lebih dari 1kali dalam 24 jamPenjelasan:Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau kejang berulang lebih dari 2kali dan diantara bangkitan kejang anak tidak sadar.Kejang fokal adalah kejang parsial satu sisi, atau kejang umum yang didahului kejang parsial.Kejang berulang adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari , diantara 2 bangkitan kejang anak sadar.Kalsifikasi KD menurut Prichard dan Mc Greal2Pricharddan Mc Greal membagi kejang demam atas 2 golongan, yaitu:1. Kejang demam sederhana2. Kejang demam tidak khasCiriciri kejang demam sederhana ialah: Kejangnya bersifat simetris, artinya akan terlihat lengan dan tungkai kiri yang kejang sama seperti yang kanan Usia penderita antara 6 bulan - 4 tahun Suhu 1000F (37,780C) atau lebih Lamanya kejang berlangsung kurang dari 30 menit Keadaan neurology (fs saraf) normal dan setelah kejang juga tetap normal EEG (electro encephalography rekaman otak) yang dibuat setelah tidak demam adalah normal.Kejang demam yang tidak memenuhi butir tersebut diatas digolongkan sebagaikejang demam tidak khasKlasifikasi KD menurut Livingston2Livingston membagi dalam:1. KD sederhana2. Epilepsy yang dicetuskan oleh demam

Ciri-ciri KD sederhana: Kejang bersifat umum Lamanya kejang berlangsung singkat (kurang dari 15 menit) Usia waktu KD pertama muncul kurang dari 6 tahun Frekuensi serangan 1-4 kali dalam satu tahun EEG normalKD yang tidak sesuai dengan ciri tersebut diatas digolongkan sebagaiepilepsy yang dicetuskan oleh demamKlasifikasi KD menurut FukuyamaFukuyama juga membagi KD menjadi 2 golongan, yaitu: KD sederhana KD kompleksCiri-ciri KD sederhana menurut Fukuyama:2 Pada keluarga penderita tidak ada riwayat epilepsy Sebelumnya tidak ada riwayat cedera otak oleh penyebab apapun Serangan KD yang pertama terjadi antara usia 6 bulan - 6 tahun Lamanya kejang berlangsung tidak lebih dari 20menit Kejang tidak bersifat fokal Tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca kejang Sebelumnya juga tidak didapatkan abnormalitas neurologist atau abnormalitas perkembangan Kejang tidak berulang dalam waktu singkatKD yang tidak sesuai dengan criteria tersebut diatas digolongkan sebagaiKD jenis kompleksSub Bagian Saraf Anak Bagian IKA FKUI RSCMJakarta, menggunakan criteria Livingstonyang telah dimodifikasi sebagai pedoman untuak membuat diagnosis kejang demam sederhana, yaitu: Umur anak ketika kejang antara 6 bulan 6 tahun Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15 menit Kejang bersifat umum Kejang timbul 16 jam pertama setelah timbulnya demam Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal Pemeriksaan EEG yang dibuat setidaknya 1 minggu sesudah suhu normal tidak menunjukkan kelainan Frekuensi bangkitan kejang dalam satu tahun tidak melebihi 4 kaliPatofisiologiUntuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan suatu energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting adalah glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi dimana oksigen disediakan dengan perantaraan fungsi paru-paru dan diteruskan ke otak melalui sistem kardiovaskuler. Jadi sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam adalah lipoid dan permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion Klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan diluar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan diluar sel, maka terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membran sel dari sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-KATPase yang terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini dapat dirubah oleh adanya :a. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.b. Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya.c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan.9

Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10%-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmiter dan terjadilah kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang seseorang anak menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38oC sedangkan pada anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40oC atau lebih. Dari kenyataan ini dapatlah disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada ambang kejang yang rendah sehingga dalam penanggulangannya perlu diperhatikan pada tingkat suhu berapa penderita kejang. Kejang demam yang berlangsung singkat biasanya tidak berbahaya dan tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai gejala apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnea, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat disebkan oleh meningkatnya aktivitas otot dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat. Rangkaian kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang lama. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada daerah mesial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi matang dikemudian hari, sehingga terjadi serangan epilepsi yang spontan. Jadi kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak sehingga terjadi epilepsi.

Faktor risiko berulangnya kejang demamKejang demam akan terjadi kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko berulangnya kejang demam adalah :1. Riwayat kejang demam d alam keluarga2. Usia kurang dari12 bulan3. Temperatur yang rendah saat kejang4. Cepatnya kejang setelah demamBila seluruh faktor diatas ada, kemungkinan berulang 80 %, sedangkan bila tidakterdapat faktor tersebut hanya 10 % - 15 % kemungkinan berulang. Kemungkinan berulang paling besar pada tahun pertama.

Faktor risiko terjadinya epilepsyFaktor risiko lain adalah terjadinya epilepsi di kemudian hari. Faktor risiko menjadi epilepsi adalah :1. Kelainan neurologis atauperkembangan yang jelas sebelum kejang demam pertama.2. Kejang demam kompleks 3. Riwayat epilepsi pada orang tuaatau saudara kandungMasing-masing faktor risiko meningkatkan kemungkinan kejadian epilepsi sampai 4 % - 6 %, kombinasi dari faktor risiko tersebut meningkatkan kemungkinan epilepsi menjadi 10 % - 49 % Kemungkinan menjadi epilepsi tidak dapat dicegah dengan pemberian obat rumat pada kejang demam.

Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan LaboratoriumPemeriksaan laboratorium rutin tidak dianjurkan, dan dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi atau mencari penyebab demam, seperti darah perifer, elektrolit dan gula darahPungsi lumbalPemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. Risiko terjadinya meningitis bakterialis adalah 0,6 % - 6,7 %.Padabayi kecilsering manifestasi meningitis tidakjelas secaraklinis, oleh karena itu pungsi lumbal dianjurkan pada:1. Bayi kurang dari 12 bulan :sangat dianjurkan dilakukan2. Bayi antara 12-18 bulan :dianjurkan3. Bayi > 18 bulan : tidak rutinBila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perludilakukan pungsi lumbal.

ElektroensefalografiPemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi berulangnya kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejangdemam. Oleh karenanya tidak direkomendasikanPencitraanFoto X-raykepaladan neuropencitraan sepertiComputedTomography(CT)atau Magnetic Resonance Imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan, tidak rutindan atas indikasi, seperti:1.Kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis)2.Parese nervus VI3.Papiledema

penatalaksanaanBiasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien datang kejang sudah berhenti. Apabila datang dalam keadaan kejang obat yang paling cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Dosis diazepam intravena adalah 0,3-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 20 mg.Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau di rumah adalah diazepam rektal. Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg. Atau diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak dibawah usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak di atas usia 3 tahun.Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit.Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan ke rumah sakit. Di rumah sakit dapat diberi- kan diazepam intravena dengan dosis 0,3-0,5 mg/kg.Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara intra- vena dengan dosis awal 10-20 mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg/kg/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/hari, dimulai 12 jam setelah dosis awal.Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti maka pasien harus dirawat di ruang rawat intensif.Bila kejang telah berhenti, pemberian obat selanjutnya tergan- tung dari jenis kejang demam apakah kejang demam sederhana atau kompleks dan faktor risikonya.

Pemberian obat pada saat demam AntipiretikTidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi risiko terjadinya kejang demam, namun para ahli di Indonesia sepakat bahwa antipiretik tetap dapat diberikan. Dosis parasetamol yang digunakan adalah 10 15 mg/kg/kali diberikan 4 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali. Dosis Ibuprofen 5-10 mg/ kg/kali ,3-4 kali sehari.Meskipun jarang, asam asetilsalisilat dapat menyebabkan sindrom Reye terutama pada anak kurang dari 18 bulan, sehingga penggunaan asam asetilsalisilat tidak dianjurkanAntikonvulsanPemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat demam menurunkan risiko berulangnya kejang pada 30%- 60% kasus, begitu pula dengan diazepam rektal dosis 0,5 mg/ kg setiap 8 jam pada suhu > 38,5 0CDosis tersebut cukup tinggi dan menyebabkan ataksia, iritabel dan sedasi yang cukup berat pada 25-39% kasus.Fenobarbital, karbamazepin, dan fenitoin pada saat demam tidak berguna untuk mencegah kejang demamPemberian obat rumat Indikasi pemberian obat rumatPengobatan rumat hanya diberikan bila kejang demam menunjukkan ciri sebagai berikut (salah satu):1. Kejang lama > 15 menit 2. Adanyakelainanneurologisyangnyatasebelumatau sesudah kejang, misalnya hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy, retardasi mental, hidrosefalus. 3. Kejang fokal 4. Pengobatan rumat dipertimbangkan bila: Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam. Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12bulan. kejang demam > 4 kali per tahunJenis antikonvulsan untuk pengobatan rumat Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam menurunkan risiko berulangnya kejang Berdasarkan bukti ilmiah bahwa kejang demam tidak berbahaya dan penggunaan obat dapat menyebabkan efek samping, maka pengobatan rumat hanya diberikan terhadap kasus selektif dan dalam jangka pendek. Pemakaian fenobarbital setiap hari dapat menimbulkan gang- guan perilaku dan kesulitan belajar pada 40-50% kasus. Obat pilihan saat ini adalah asam valproat. Pada sebagian kecil kasus, terutama yang berumur kurang dari 2 tahun asam val- proat dapat menyebabkan gangguan fungsi hati. Dosis asam valproat 15-40 mg/kg/hari dalam 2-3 dosis, dan fenobarbital 3-4 mg/kg per hari dalam 1-2 dosis.Lama pengobatan rumatPengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan.Edukasi pada orang tuaKejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. Pada saat kejang sebagian besar orang tua berang- gapan bahwa anaknya telah meninggal. Kecemasan ini harus dikurangi dengan cara yang diantaranya:1. Menyakinkanbahwakejangdemamumumnyamem- punyai prognosis baik. 2. Memberitahukan cara penanganan kejang 3. Memberikaninformasimengenaikemungkinankejang kembali 4. Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harus diingat adanya efek samping.

PROGNOSISKejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan. Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang sebelumnya normal. Penelitian lain secara retrospektif melaporkan kelainan neurologis pada sebagian kecil kasus, dan kelainan ini biasanya terjadi pada kasus dengan kejang lama atau kejang berulang baik umum atau fokal. Kematian karena kejang demam tidak pernah dilaporkan.

KesimpulanPenatalaksanaan kejang demam pada anak mencakup dalam tiga hal.1. Pengobatan fase akut yaitu membebaskan jalan nafas dan memantau fungsi vital tubuh. Saat ini diazepam intravena atau rektal merupakan obat pilihan utama, oleh karena mempunyai masa kerja yang singkat. Jika tidak ada diazepam, dapat digunakan luminal suntikan intramuskular ataupun yang lebih praktis midazolam intranasal. 2. Mencari dan mengobati penyebab dengan melakukan pemeriksaan pungsi lumbal pada saat pertama sekali kejang demam. Fungsi lumbal juga dianjurkan pada anak usia kurang dari 2 tahun karena gejala neurologis sulit ditemukan. Peme- riksaan laboratorium penunjang lain dilakukan sesuai indikasi. 3. Pengobatan profilaksis. a. Intermittent : anti konvulsan segera diberikan pada waktu pasien demam (suhu rektal lebih dari 380 C) dengan menggunakan diazepam oral / rektal, klonazepam atau kloralhidrat supositoria. b. Terus menerus, dengan memberikan feno- barbital atau asam valproat tiap hari untuk mencegah berulangnya kejang demam. 4. Pemberian obat-obatan untuk penatalaksanaan kejang demam pada anak, harus dipertimbangkan antara khasiat tarapeutik obat dan efek sampingnya.

DAFTAR PUSTAKA1. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. 2006. Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2. Arif Mansjoer., d.k.k,. 2000. Kejang Demam di Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius FKUI. Jakarta.3. Behrem RE, Kliegman RM,. 1992. Nelson Texbook of Pediatrics. WB Sauders.Philadelpia.4. Hardiono D. Pusponegoro, Dwi Putro Widodo dan Sofwan Ismail. 2006. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. Badan Penerbit IDAI. Jakarta5. Hardiono D. Pusponegoro, dkk,.2005. Kejang Demam di Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Badan penerbit IDAI. Jakarta6. Staf Pengajar IKA FKUI. 1985. Kejang Demam di Ilmu Kesehatan Anak 2. FKUI. Jakarta.7. Tumbelaka,Alan R.,Trihono, Partini P.,Kurniati,Nia.,Putro Widodo,Dwi. Penanganan Demam Pada Anak Secara Profesional: Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak XLVII.Cetakan pertama,FKUI-RSCM.Jakara,20058. Lumbantobing,S.M:Kejang Demam.Balai Penerbit FKUI,Jakarta,20079. Asril Aminulah, Prof Bambang Madiyono. Hot Topik In Pediateric II : Kejang Pada Anak. Cetakan ke2. Balai Penerbit FKUI. Jakarta 2002.10. Behrman, Richard E., Robert M. Kliegman., Hal B. Jenson. Nelson Ilmu Kesehatan Anak : Kejang Demam. 18 edition. EGC, Jakarta 2007.11. Fleisher, Gary R, M.D., Stephen Ludwig, M.G. Text Book Of Pediatric Emergency Medicine : Seizures. Williams & Wilkins Baltimore. London12. Mansjoer, Arif., Suprohaita, Wahyu Ika Wardhani, Wiwiek Setyowulan.Kapita Selekta Kedokteran : kejang Demam. Edisi ke3 Jilid 2. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta 2000.13. Gary R. Fleisher, Stephen Ludwig. Textbook of Pediatric Emergency Medicine 4th edition (January 15, 2000).Seizures. Lippincott, Williams & Wilkins,USA,2000