laporan kasus rawat jalanfix (repaired)

36
SMF/BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK REFERAT SEPTEMBER 2014 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA Delayed Speech Disusun Oleh : Asrina Rery Kahowi (1008012042) Pembimbing : dr. Fransiskus Taolin, Sp. A, M. dr. Woro Indri Padmosiwi, Sp. A DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITRAAN KLINIK SMF/ BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK Delayed speech | 1

Upload: lina-fone

Post on 24-Jan-2016

67 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

KK

TRANSCRIPT

SMF/BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK REFERATSEPTEMBER 2014

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS NUSA CENDANA

Delayed Speech

Disusun Oleh :

Asrina Rery Kahowi (1008012042)Pembimbing :

dr. Fransiskus Taolin, Sp. A, M.

dr. Woro Indri Padmosiwi, Sp. A

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITRAAN KLINIKSMF/ BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS NUSA CENDANARSUD PROF.DR.W.Z.JOHANNES

KUPANG2014

| 1

HALAMAN PENGESAHAN

Referat ini diajukan oleh :

Nama : Asrina Rery Kahowi

NIM : 10012042

Telah berhasil dibacakan dan dipertahankan di hadapan para pembimbing klinik

sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk mengikuti ujian komprehensif di

bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD. Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang

Pembimbing Klinik

1. dr. Fransiskus Taolin, Sp. A, M. 1. ………………….

Pembimbing Klinik I

2. dr Woro Indri Padmosiwi, Sp. A. 2. ………………….

Pembimbing Klinik II

Ditetapkan di : Kupang

Tanggal : September 2014

| 2

LAPORAN KASUS RAWAT JALAN

Delayed speech

Asrina Rery Kahowi, S.Ked

Bagian Ilmu Kesehatan Anak

RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang

Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana Kupang

I. Pendahuluan

Suara adalah bunyi yang keluar dari mulut kita. Ketika itu tidak dipahami oleh

orang lain maka itu adalah masalah. Masalah bicara, seperti gagap dan salah

ucapan bisa membuat sangat frustasi.(1)

Seseorang dikatakan memiliki gangguan berbahasa jika dia tidak mampu

mengerti arti kata (bahasa reseptif), tidak mampu mengungkapkan pikiran,ide dan

perasaannya dengan baik serta tidak mampu menggunakan atau memilih kata

dengan baik (bahasa ekspresif). Anak dengan gangguan belajar sebagian besar

memiliki gangguan berbahasa. Seseorang dikatakan memiliki gangguan bicara jika

pernapasan, pita suara, lidah, bibir dan mulutnya tidak berkordinasi dengan baik

sehingga menghasilkan suara yang tidak benar seperti anak dengan gagap dan

suara nasal. Gangguan bicara dan bahasa bisa ditemukan bersama pada satu

penderita

Gangguan perkembangan berbahasa (dysphasia) adalah

ketidakmampuan atau keterbatasan kemampuan anak untuk

menggunakan simbol linguistik untuk berkomunikasi secara

verbal, atau terdapatnya keterlambatan perkembangan. bicara

dan bahasa jika dibandingkan dengan anak lain yang sama

umurnya, jenis kelamin, adat istiadat dan kecerdasannya. Kelainan

| 3

ini terjadi pada fase perkembangan anak yang sedang belajar

berbicara dan berbahasa. (1)

Jenis-Jenis Gangguan Bicara dan Bahasa

Berdasarkan ICD X, gangguan bahasa dan bicara digolongkan sebagai berikut

1. Gangguan artikulasi: anak tidak dapat berbicara dengan baik karena artikulasinya

yang tidak jelas menyebabkan orang disekitarnya juga tidak mengerti maksudnya.

Perkembangan kemampuannya berartikulasi atau bicara lebih rendah dan lambat dari

pada anak seusianyai.

Gambar1. Gangguan bahasa dan bicara berdasarkan ICD 10 dan DSM IV(9)

| 4

2. Gangguan reseptif (mendengar dan membaca)

Anak dengan gangguan ini memiliki intelegensi yang normal dan

pendengaran adekuat tetapi tidak mengerti apa yang dia dengar. Kesulitannya

lebih kepada pengertian dibandingkan dengan pendengaran. Komprehensif

merupakan syarat untuk perkembangan bahasa ekspresif sehingga pada

umumnya anak dengan gangguan ini juga memiliki gangguan ekspresif.

Gangguan ini membuat anak tidak memiliki kemampuan untuk membedakan

antara suara satu dengan yang lain, mengerti kosa kata dan kemampuan

menguraikan kalimat-kalimat yang kompleks. Anak dengan gangguan ini

memiliki kosa kata yang terbatas, kemampuan penggunaan kosa kata juga

terbatas. Anak dapat mengetahui arti kata dalam satu konteks tetapi sulit

untuk mengerti kombinasi kata yang sama ketika di buat dalam suatu struktur

bahasa yang lebih kompleks.7

| 5

3. Gangguan ekspresif (berbicara dan menulis)

Walaupun bahasa ekspresif menyangkut bahasa tubuh dan bentuk

komunikasi alternatif lainnya namun, dalam konteks ini ekspresif menyangkut

penggunaan bahasa verbal yang digunakan untuk berkomunikasi. Anak

dengan kelainan ini memiliki kesulitan untuk mengungkapkan diri mereka

dalam bentuk bahasa, frase, kalimat, atau percakapan dibanding dengan anak

seusianya. Gangguan ekspresif menyangkut kesulitan penggunakan kata dan

pembentukan kalimat untuk menggambarkan situasi, ide, keinginan dan

kemauan dari anak. Gangguan ini dapat berdampak pada pencapaian

akademik dan komunikasi sosial. Anak dengan gangguan ini akan dilatih

untuk mengguanakan bahasa non verbal seperti gerak tubuh dan ekspresi

wajah untuk berkomunikasi7.

4. Acquired Aphasia

Anak dengan trauma lahir, memiliki resiko untuk kehilangan fungsi

bicara. Anak ini akan menunjukkan gejala retardasi pada perkembangan bahasa

dan bicaranya. Biasanya pada usia 2 atau 3 tahun perlahan anak akan

menunjukkan kemunduran dalam keterampilannya berbahasa. Anak menjadi sulit

dan lambat berbicara. Jika keadaan ini ada hubungan dengan riwayat epilepsi,

maka gangguan ini disebut sindrom Landau-Kleffner yang mana menunjukkan

abnormalitas dari elektrosephalografik dari lobus temporal. Onset kejadian ini

berkirsar antara usia 3-7 tahun. Keterampilan bicara perlahan menghilang dan

gangguan bahasa receptif menjadi lebih berat7.

Delayed speech adalah ketika bahasa anak berkembang dalam urutan yang

benar, tetapi pada tingkat yang lebih lambat. Tertunda bicara atau perkembangan

bahasa adalah masalah perkembangan yang paling umum. Ini mempengaruhi 5-10

persen dari anak-anak prasekolah (2) Bila gangguan bicara dan bahasa tidak diterapi

dengan tepat, akan terjadi gangguan kemampuan membaca, kemampuan verbal,

perilaku, penyesuaian psikososial dan kemampuan akademis yang buruk. Anak

yang mengalami kelainan berbahasa pada masa pra-sekolah, 40% hingga 60% akan

| 6

mengalami kesulitan dalam bahasa tulisan dan mata pelajaran akademik. Sidiarto L

(2002) menyebutkan bahwa anak yang dirujuk dengan kesulitan belajar spesifik,

lebih dari 60% mempunyai riwayat keterlambatan bicara. Sedangkan Rice (2002)

menyebutkan, apabila disfasia perkembangan tidak diatasi sejak dini, 40% - 75%

anak akan mengalami kesulitan untuk membaca. Itulah sebabnya pencegahan dan

deteksi dini gangguan perkembangan berbahasa pada anak sangat penting. (1)

Tabel 1.1 Tanda adanya masalah dalam perkembangan bahasa dan bicara

Saat lahir dan seterusnya Tidak member respon terhadap suara4 bulan Tidak ada minat berinteraksi dengan oralit6 bulan Tidak mempunyai keinginan berkomunikasi12 bulan Mata tidak melirik dan kepala tidak menoleh

pada sumber suara yang datang dari belakang atau samping

15-18 bulan Tidak ada respon terhadap panggilan namanya18 bulan Tidak dapat mengucap 10 kata21 bulan Tidak respon terhadap perintah : duduk,

berdiri, kemari24 bulan Perbendaharaan kata kurang dari 50 tidak ada

kalimat terdiri dari 2 kata, bicara sulit dimengerti orang lain, tidak dapat menunjuk dan menyebutkan bagian tubuh: mulut, hidung, mata dan kuping.

Sumber : Hidajati Z. 2009 (Thesis) Faktor risiko disfasia perkembangan pada anak

Program pasca sarjana Magister ilmu biomedik dan Program Pendidikan Spesialis Anak Universitas

Diponogoro, Semarang. (1)

II. Kasus

Identitas

No. RM : 343211

Nama : An. Puan syuja afeefa

Tanggal Lahir : 23 September 2012

Usia : 2 Tahun

| 7

Jenis Kelamin : perempuan

Agama : islam

Anak ke : 1 dari 1 bersaudara

Orang Tua

Ayah : Tn. H.A.W

Usia : 28 tahun

Pekerjaan : PNS

Pendidikan :dokter hewan

Ibu : Ny. P.E.D

Usia : 29 tahun

Pendidikan :dokter hewan

Pekerjaan : IRT

Alamat : Samping bambu kuning,kuainino Kupang

MRS melalui Poli RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes tanggal 27 september 2014

Anamnesis

Seorang anak perempuan dibawa nenek dan ibunya ke poli anak dengan

keluhan belum bisa bicara dengan jelas. Belum bisa bicara disadari oleh

neneknya 1 minggu SMRS yang baru tiba dari jawa.. Ibunya mengeluhkan

anaknya sudah umur 2 tahun namun belum bisa mengucapkan kata-kata dengan

benar, anaknya hanya bisa menyebut 1kata ayah, mama dan kaka. Selanjutnya

tidak dapat menyebutkan kata-kata lagi, anak memangigil nama temannya

dengan berteriak saja tanpa menyebutkan kata dengan jelas kebiasaan bicara

anak ini dialami sejak umur 18 bulan atau 2 bulan SMRS.

| 8

Ibu tidak mengeluhkan keluan lain selain hal ini, makan minum anak baik ,

BAB dan BAK anak baik tidak ada keluhan.

Riwayat penyakit dahulu :

Dari kecil tidak pernah menderita sakit

Tidak ada riwayat trauma kepala, telinga

Tidak ada riwayat infeksi pada kepala

Riwayat penyakit keluarga :

Ayah pasien pernah mengalami hal yang sama belum bisa bicara sampai umur

2 tahun 7 bulan

Riwayat kehamilan :

Rajin kontrol di puskesmas, dokter Puskesmas rajin minum obat tambah darah,

G1P0A0 tidak ada masalah selama hamil imunisasi TT 2x

Riwayat kelahiran :

Lahir cukup bulan Lahir di rumah sakit ditolong dokter, dengan SC a.i gagal

induksi , langsung menangis.namun kaki dan tangan biru A/S= 6/8 BBL = 3800

gram PBL= 52 cm.

Riwayat ASI :

Diberikan sampai sekarang (2 tahun), Makanan selain ASI mulai umur 6 bulan

tidak menyukai susu formula, saat ini mengkonsumsi nasi.

Riwayat imunisasi : Lengkap sesuai umur

Riwayat kebiasaan : anak sering bermain dalam kos-kosan jarang keluar rumah

dan bermain diluar rumah, hanya berkomunikasi dengan ibunya dalam kosan

| 9

kata yang diajari 1 itu kata bunda, ayah , hanya suka di dalam rumah dan

menonton TV , bermain bersama Permainan yang diberikan ayah dan ibu dalam

rumah. 1 minggu terakhir sudah mulai bermain keluar rumah dengan anak

sebaya.

Riwayat alergi : Suhu dingin (-), debu (-), makanan (-), kontak (-)

Riwayat perkembangan :Gigi pertama : 6 bulan, Berdiri : 7 bulan

Duduk : 6 bulan, Berbalik badan : 4 bulan- 5 bulan, Bicara : 18 bulan saat ini

baru bisa mengucapkan 1-2 kata.

Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Tampak sehat , anak aktif

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda vital : Nadi = 98x/m, regular, isi penuh, kuat angkat

Respiratory rate = 24 x/m

Suhu = 36,7 0C

Antropometri : BB = 10 kg TB =83 cm status gizi: baik

LK = 43 microcephal

Kepala : Bulat, ubun – ubun besar dan kecil sudah menutup

Rambut : Hitam, lurus, distribusi merata, tidak mudah dicabut

Wajah : Simetris, tidak ada edema.

Mata : sclera icteric (-/-), konjungtiva anemis (-/-), simetris

Telinga : daun telinga normal (-/-) otoreah (-/-)

Hidung : rhinore (-/-), nafas cuping hidung (-/-)

| 10

Mulut : mukosa mulut merah muda, lidah merah muda, lembab

Leher : massa (-), pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)

Dada : gerakan nafas simetris, retraksi otot bantu nafas (-)

Cor : S1/2 tunggal, murmur (-), gallop (-)

Pulmo : vesikuler +/+, Ronchi (-), wheezing (-)

Abdomen : supel, venectasis (-), hepar dan lien tidak teraba, timpani,

turgor <3 detik, bising usus normal, nyeri tekan (-), nyeri tekan suprapubik (-)

Ekstremitas : lengkap, edema (-), CRT <2 detik, tonus baik , refleks

patologi (-/-), KPR (-/-) BPR (-/-)

Pemeriksaan dengan Instrumen Penyaring

a. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak (Deteksi Dini Penyimpangan

Perkembangan

1. Pemeriksaan perkembangan anak menggunakan KPSP

2. Pemeriksaan TDD (Test Daya Dengar)

3. Pemeriksaan TDL(Test Daya Lihat)

b. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak (Deteksi Dini Penyimpangan Mental

Emosional)

1. Pemeriksaan menggunakan kuesioner KMME

2. Pemeriksaan menggunakan Cek list deteksi dini autis

3. Pemeriksaan menggunakan Formulir deteksi dini GPPH

| 11

3.1 Pemeriksaan perkembangan anak menggunakan KPSP

Sumber: Depertement Kesehatan RI Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini

Tumbuh Kembang Anak Ditingkat Pelayanan Kesehatan dasar 2005 Jakarta : Depertement Kesehatan

(6)

Interpretasi (penafsiran) KPSP : “Ya”, bila orang tua menjawab : anak bisa melakukan atau pernah atau

sering atau kadang-kadang. “Tidak”, bila anak belum pernah / tidak pernah /ibu tidak tahu

“Ya” berjumlah 9-10, berarti perkembangananak sesuai tahap perkembangannya (S)Kesimpulan : sesuai dengan perkembangan

3.2 Daftar pertayaan Test daya dengarUmur 12-24 bulan Hasil

1. Pada waktu anak tidur kemudian anda berbicara atau

membuat kegaduhan apakah anak akan? Bergerak atau

terbangun dari tidurnya?

ya Tidak

2. Pada waktu bayi anda telentang dan anda duduk di

dekat kepalanya pada posisi yang terlihat bayi, kemudian anda

menepuk tangan keras-keras. Apakah bayi anda terkejut atau

mengerdipkan matanya atau menegangkan tubuh sambil

Ya Tidak

| 12

mengangkat kaki tangannya ke atas?

3. Apabila ada suara nyaring (misal suara batuk, salak

anjing, piring jatuh ke lantai dan lain-lainnya) apakah bayi anda

akan terkejut atau terlompat?

Ya Tidak

4. Anda berada disisi yang tidak terlihat oleh bayi, sebutlah namanya atau bunyikan sesuatu. Apakah bayi memalingkan kepala mencari sumber suara?

Ya Tidak

5. Ucapkan kata-kata yang mudah dan sederhana dapatkah ia meniru anda

Ya Tidak

Sumber : Depertement Kesehatan RI Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi

Dini Tumbuh Kembang Anak Ditingkat Pelayanan Kesehatan dasar 2005 Jakarta :

Depertement Kesehatan(6)

Dilakukan Mulai umur 3 bulan diulang Tiap 3 bulan sampai umur 1 tahun

Tiap 6 bulan umur 1-6 tahun. Untuk umur < 24 bln dijawab oleh ibu / pengasuh dan

Umur > 24 bln perintah melalui ibu/ pengasuh agar dikerjakan oleh anak.

Kesimpulan : tidak ada kelainan.

| 13

3.3. Cek list autis Prasekolah

Kesimpulan : tidak ada kelainan

| 14

3.4. Formula Deteksi Dini GPPH

No Kegiatan yang diamati 0 1 2 31 Tidak kenal lelah, atau aktivitas yang berlebihan 02 Mudah menjadi gembira, impulsive 23 Gagal menyelesaikan kegiatan yang telah

dimulai, rentang perhatian pendek1

4 Menggerak-gerakan anggota badan atau kepala secara terus menerus

0

5 Kurang perhatian, mudah teralihkan 16 Permintaannya harus segera dipenuhi, mudah

menjadi frustasi3

7 Sering dan mudah menangis 29 Suasana hatinya mudah berubah dengan cepat

dan drastic3

10 Ledakkan kekesalan, tingkah laku eksplosif dan tak terduga

0

Jumlah Nilai Total 12Kesan : dalam batas normal Penilaian

Tidak pernah, nilai 0 Kadang-kadang, nilai 1 Sering, nilai 2 Selalu, nilai 3

Interpretasi : Anak kemungkinan dengan GPPH bila jumlah nilai total > 13

Sumber : Depertement Kesehatan RI Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Ditingkat Pelayanan Kesehatan dasar 2005 Jakarta : Depertement Kesehatan(6)

Kesimpulan: Dalam Batas Normal

| 15

3.5 The Capute skales scoring sheet

Kesimpulan :Anak ini masih berada dalam tahapan bicara anak umur 16 bulan yang artinya 9 bulan lebih lambat dari usia anak yang sekarang 24 bulan

Pemeriksaan Penunjang :

Tes audiometric dalam batas normal

| 16

Assegment : 1. delayed speech 2. microcephal

Planning terapi : FisioterapiPlanning edukasi : memberikan stimulasi yang benar terhadap anak , membiarkan

anak bermain karena sesuai dengan masanya

III. Diskusi

Dalam kasus ini pasien tidak dapat bicara walaupun usia anak sudah umur 2 tahun,

anak ini hanya bisa mengucapkan kata mama, gukguk untuk anjing, papa anak ini

didiagnosa dengan delayed speech, karena pada tahapan umur ini seharusnya anak

sudah bisa Perbendaharaan kata lebih dari 50 kata, kalimat terdiri dari 2 kata, bicara

sudah harus dimengerti orang lain, dapat menunjuk dan menyebutkan bagian tubuh:

mulut, hidung, mata dan kuping. Namun anak ini tidak dapat melakukannya. Pada

penilaian selanjutnya menggunakan The Capute skales scoring sheet ditunjukan

bahwa anak ini masih berada dalam tahapan bicara anak umur 16 bulan yang artinya

9 bulan lebih lambat dari usia anak yang sekarang 24 bulan.

Dalam kasus Delayed speech biasanya timbul pada reterdasi mental, autism,

hearing lost, keterlambatan kedewasaan, expressive language disorder (devolemental

expressive aphasia), bilingualism, psychosocial deprivation, autism dan cerebral

palsy. Oleh karena itu untuk mengetahui apakah pada anak ini terjadi delayed speech

yang berhubungan dengan autisme, gangguan pendengaran ,dan cerebral palsy dan

elective mutism, maka saya melakukan screening perkembangan dengan KTSP,

M.CHAT dan test dini gangguan pendengaran serta GPPH. Dan teryata pada hasil

screening yang dilakukan anak ini dapat disimpulkan bahwa anak ini tidak memiliki

gangguan perkembangan lain selain gangguan bahasa karena hasil pemeriksaan

dengan baik dengan CHAT, KPSP serta GPPH anak ini tidak memiliki gangguan

apapun, dan menunjukan perkembangan yang normal.

Pada kasus ini, anak ini memiliki factor risiko, keterlambatan bicara yang khas

dikatakan bahwa anak ini memiliki ayah yang juga terlambat bicara, ayahnya bisa

| 17

bicara setelah usia 2 tahun 7 bulan, dikatakan bahwa terdapat korelasi genetic antara

riwayat keluarga dengan terlambat bicara dengan anak yang terlambat

bicara .Spesific Language Impairment Consortium menemukan hubungan

(linkage) antara gangguan bahasa dengan dua lokus yang terpisah

pada kromosom 16 dan 19. Lokus pada kromosom 16, dihubungkan

dengan penampilan yang buruk pada tes repetisi kata dan memori

jangka pendek,Dalam Stromsworld menyatakan terdapat empat

belas penelitian yang menyelidiki insidensi riwayat keluarga dengan

gangguan berbahasa, biasanya hubungan derajat pertama/first

degree relative memiliki gangguan berbahasa atau riwayat gangguan

berbahasa. Pada penelitian-penelitian tersebut rata-rata insidensi

riwayat keluarga yang menderita disfasia perkembangan sebanyak

39% .(3) (4)

Factor risiko lain pada anak ini adalah anak ini jarang

berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar, karena

ibu pasien hanya mengijinkan anaknya bermain dalam kamar

bersama ibunya, sehingga tidak ada stimulasi dari dunia luar

terhadap anak ini untuk melakukan stimulasi bicara secara dini,

disamping itu anak ini kata berusaha diajari oleh ibunya mengganti

sebutan mama dengan bunda papa dengan ayah, anak ini sudah

distimulasi berbicara dengan cara yang slah sejak awal, anak

seharusnya dibiarkan bicara sesuai umurnya jangan distimulasi

bahasa atau kata yang sulit hal ini mengakibatkan anak kesulitan

berbicara, hal serupa juga terjadi pada anak dengan bilagual, anak-

anak ini cenderung kesulitan berbica dikarenakan stimulasi yang

membingungkan dari ke 2 bahasa yang dipelajari.

| 18

Gambar 2 alogaritma disfasia perkembangan (1)

Selain factor risiko yang disebutkan diatas, pada anak ini juga

terdapat risiko perinatal karena lahir dengan A/S =6/8 yang artinya

memiliki riwayat asfiksia ringan sewaktu lahir ditambah stimulasi

dari ibu yang kurang dan riwayat kelahiran dengan tindakan. Hal

inilah yang menyebabkan anak ini keterlambatan bicara .(2) (3) (7)

Pada anak ini ditemukan microcephal, hal ini merupakan salah satu factor risiko

yang terjadi pada anak ini,dimana sel-sel otak mengalami distrofi yang bisa

berhubungan dengan keterlambatan tumbuh kembang pada anak itu sendiri, oleh

karena itu pada anak ini penting dilakukan CT-SCAN untuk melihat kelainan organic

lain pada otak anak ini.

| 19

Pemeriksaan seperti kelainan disfungsi minimal otak

umumnya, jarang sekali digunakan pemeriksaan tambahan seperti

foto rontgen, Elektroensefalografi (EEG) dan CT scan. Untuk

menyingkirkan adanya gangguan pendengaran perlu dilakukan

pemeriksaanotologis dan audiometris. Pada kasus ini anak hanya

hanya dilakukan test audiometric dan didapatkan hasil yang

normal, alasan kenapa hanya dilakukan test ini dikarnakan anak ini

menunjukan pada screening pemeriksaan tidak ditemukan kelainan

apapun selain masalah dalam bicara. Serta tidak indikasi harus

dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Terapi yang tepat yang dapat dilakukan pada anak ini harus ditangaani secara

individu/ tersendiri, harus terbentuk team kesehatan yang tepat yang didalamnya

terdiri dari Psykiater, terapi bicaranya dan pekerja social. Seorang psykiater harus

bisa mengetahui penyebab anak tersebut terlambat bicara dan bagaimana respontnya

terhadap berbagai terapi medis yang diberikan.

Seorang terapis harus bisa merencanakan rencana yang tepat agar bisa

menghasilkan hasil yang diinginkan, dengan cara membantu anak dan membantu

orang tua dengan member informasi yang benar bagaimana menstimulasi anak ini.

Terkadang dapat di psykoterapi pada anak-anak yang terlambat bicara yang

dipengaruhi ketakutan terhadap sesuatu atau anak yang mengalami depresi.

Orang tua dan perawat yang bekerja untuk anak-anak dengan keterlambatan

bicara harus sadar akan kebutuhan untuk menyokong pertumbuhan anak agar dapat

berbicara sesuai tahap kebutuhan dasar seorang anak adalah ASIH, ASAH dan ASUH

.Pada anak ini factor resiko yang dapat diperbaiki adalah memberikan stimulasi

(ASUH) yang benar terhadap anak ini dengan cara di fisioterapi dan pemberian

edukasi kepada orang tua bagaimana cara menstimulasi anak ini agar dapat berbicara

dengan baik.

| 20

Secara teori komplikasi yang dapat terjadi pada anak ini adalah gangguan

kemampuan membaca, kemampuan verbal, perilaku, penyesuaian psikososial dan

kemampuan akademis yang buruk . karena pasien memiliki riwayat keluarga yang

pernah mengalami hal yang sama kemudian kesadaran orang tua serta deteksi dini

yang dilakukan sudah cukup baik maka Prognosis pada anak ini cukup baik, namun

penting untuk dilakukan pemeriksaan penunjang seperti CT- SCAN untuk

mengetahui factor resiko atau gambaran otak anak ini sehingga bisa diketahui apakah

anak ini masih bisa distimulasi apakah dapat membaik atau tidak.

IV. Kesimpulan1. Gangguan perkembangan berbahasa (dysphasia) adalah

ketidakmampuan atau keterbatasan kemampuan anak untuk

menggunakan simbol linguistik untuk berkomunikasi secara

verbal, atau terdapatnya keterlambatan perkembangan bicara

dan bahasa jika dibandingkan dengan anak lain yang sama

umurnya, jenis kelamin, adat istiadat dan kecerdasannya

2. Delayed speech adalah ketika bahasa anak berkembang dalam urutan yang benar,

tetapi pada tingkat yang lebih lambat

3. Dalam kasus ini pasien tidak dapat bicara walaupun usia anak sudah umur 2

tahun, anak ini hanya bisa mengucapkan kata mama, gukguk untuk anjing, papa

anak ini didiagnosa dengan delayed speech, karena pada tahapan umur ini

seharusnya anak sudah bisa Perbendaharaan kata lebih dari 50 kata, kalimat

terdiri dari 2 kata, bicara sudah harus dimengerti orang lain, dapat menunjuk dan

menyebutkan bagian tubuh: mulut, hidung, mata dan kuping. Namun anak ini

tidak dapat melakukannya

4. Terapi yang tepat pada anak dengan delayed speech adalah terapi berdasarkan

etiologi keterlambatan, pada anak . pada anak ini dilebihkan pada keterlambatan,

memberikan stimulasi dan pemberian stimulasi yang salah.

| 21

DAFTAR PUSTAKA

| 22

i Hidajati Z. Faktor Resiko Disfasia Perkembangan Pada Anak [tesis]. Semarang: Fakultas

Kedokteran Universitas Diponegoro.2009:30-1. 50-2, 60-

2. American Speech-Language-Hearing Association. What Is Language? What is Speech? Diunduh dari http://www.asha.org/public/speech/development/language_speech.htm pada tanggal 14 April 2013

3. Speech and Language Delay and Disorder: Your Child: University of Michigan Health System diunduh dari http://www.med.umich.edu/yourchild/topics/speech.htm pada tanggal 28 september 2014

4. Speech-Language Impairment: Most Common and Least Diagnosed Disability diunduh dari http://www.medscape.org/viewarticle/575732 pada tanggal 28 september 2014

5. Speech Delays, Genetics, and Intervention: Human Genome and Clinical Diagnosis: The Yin and the Yang diunduh dari http://boards.medscape.com/forums/?128@@.2a2f321e!comment=1 pada tanggal 28 september 2014

6. bauerspeechdelay.pdf diunduh dari http://pediatrics.uchicago.edu/chiefs/cliniccurriculum/documents/bauerspeechdelay.pdf pada tanggal 28 september 2014

7. Leung K.C evaluation and management of child with speech delay American Family Phycian diunduh dari http:// www. Aafp. Org./afp/ view artikel last update pada tanggal 28 september 2014

8. Depertement Kesehatan RI Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Ditingkat Pelayanan Kesehatan dasar 2005 Jakarta : Depertement Kesehatan

9. Tallo. V. Gangguan Bicara dan bahasa [referat].Kupang fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana. 2013.3-5.

Lampiran 1

Lampiran 2