laporan kasus psikiatri

24
Laporan Kasus Skizofrenia Pembimbing: dr. Dharmady Agus, Sp. KJ Penyusun: Adhytio Yasashii | NIM: 07120100012 KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN JIWA RUMAH SAKIT JIWA DHARMAWANGSA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN

Upload: adhytio-yasashii

Post on 06-Dec-2015

38 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

lapkas psikiatri

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kasus Psikiatri

Laporan Kasus

Skizofrenia

Pembimbing:

dr. Dharmady Agus, Sp. KJ

Penyusun:

Adhytio Yasashii | NIM: 07120100012

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN JIWA

RUMAH SAKIT JIWA DHARMAWANGSA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN

Periode: Agustus 2015 – September 2015

Page 2: Laporan Kasus Psikiatri

Laporan Kasus Psikiatri

Fakultas Kedokteran – UPH

RS Dharmawangsa

No. Rekam Medis : 112.12.16

Tanggal Masuk Rumah Sakit : 14 Juli 2015

Riwayat Perawatan : Pasien Lama (perawatan ke 11 sejak tahun 1983)

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. S

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 49 tahun

Bangsa/Suku : Jawa dan Medan

Agama : Islam

Pendidikan : Sekolah Menengah Atas

Pekerjaan : Tidak bekerja

Status Pernikahan : Tidak menikah

Alamat : Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, DKI Jakarta

II. RIWAYAT PSIKIATRIK

Anamnesis diperoleh dari:

1. Autoanamnesis

2. Alloanamnesis (18 Juli 2015, Ny. D, teman sekolah pasien sejak SD)

A. Keluhan Utama

Pasien mengalami gejala halusinasi, mood swing yang meliputi

serangan depresi, dan waham sejak 2 minggu sebelum masuk rumah

sakit.

B. Riwayat Gangguan Sekarang

Pasien merasakan halusinasi yang didengar oleh pasien menjadi

lebih keras dan mengganggu. Halusinasi diakui pasien telah muncul

sejak ia berusia 13 tahun. Serangan kali ini bersifat cukup berat pada

Page 3: Laporan Kasus Psikiatri

pengakuan keluarga pasien. Pasien berteriak teriak dan tidak bisa

tidur, ditambah dengan gejala mood swing yang cukup buruk. Hal

kedua yang membuat pasien dirawat kali ini adalah keluarga pasien

sedang pergi berlibur sehingga pasien dititipkan pada RS

Dharmawangsa.

Halusinasi saat ini diakui pasien bahwa ia mendengar dan melihat

hal yang seharusnya tidak ada. Riwayat penyakit pasien yang sudah

lama membuat pasien dapat mengetahui kata-kata psikopatologi yang

sering dipakai seperti halusinasi, ilusi dan waham. Halusinasi yang

didengar pasien bersifat negatif, mulai dari menyuruh pasien untuk

membunuh orang lain, hingga membunuh diri pasien sendiri. Hal ini

dikatakan pasien sebagai sesuatu yang sudah biasa, tetapi pada

serangan terakhir ini pasien sudah merasa terpojokkan, karena ada 10

orang yang menyuruhnya. Semua suara yang didengarnya berasal dari

pria yang bersuara gagah dan seperti menyuruh kasar. Halusinasi

yang dilihat pasien ada berupa penampakkan setan dalam berbagai

bentuk sehingga pasien merasa takut. Pada hari pertama pasien

dirawat kali ini, pasien mandi dan kemudian sesaat setelah ia

mengejamkan mata, muncul setan yang membuatnya terkaget

sehingga takut untuk sendirian.

Pasien merasa bahwa dirinya merupakan seseorang yang spesial,

dimana ia memiliki tingkat intelegensi yang sangat tinggi. Pasien

mengaku sebagai penemu satelit yang dikirim ke luar angkasa untuk

komunikasi. Pasien juga mengaku bahwa ia merupakan anak jenderal

yang paling berkuasa di Indonesia sehingga ia kebal hukum. Seiring

dengan pengobatan pasien, hal-hal ini menjadi makin berkurang.

Pada serangan kali ini pasien merasakan suatu rasa sedih yang

menurutnya berlebihan, tetapi hal ini terjadi diantara perasaan yang

normal. Hal ini telah terjadi sebelumnya, tetapi kal ini ia tidak terlalu

bisa menahannya. Saat pasien merasa sedih, ia lampiaskan kepada

orang lain melalui kata-kata kasar dan kemarahan bahkan pada orang

yang ia tidak kenal. Pada hari-hari awal perawatan, pasien terus

menerus marah kepada setiap orang yang ada di sekitarnya, ia berkata

Page 4: Laporan Kasus Psikiatri

bahwa biasanya ia orang yang riang tetapi hanya saat sedih ia menjadi

pemarah. Seiring dengan pengobatan yang dikonsumsi pasien, ia

merasa lebih baik dan sekarang sudah lebih normal, ia bilang

serangan sedih menjadi jauh berkurang.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya

Pada awalnya pasien mendengar suara dari satu orang yang

menyuruhnya untuk melakukan berbagai macam hal. Perintah yang

lebih banyak diberikan adalah yang bersifat buruk seperti mendorong

adik pasien dari balkoni. Hal ini awalnya dianggap sebagai kenakalan

biasa oleh orang tua pasien, tetapi seiring berkembangnya pasien, ia

menjadi makin nakal dan tidak dapat dikontrol. Alasan awal pasien

dibawa ke dokter spesialis jiwa adalah karena pasien buang air kecil

di sembarang tempat tanpa peduli larangan, mendengar hal-hal yang

tidak ada, dan ia sangat mudah marah. Sejak pertama kali diagnosa

skizofrenia ditegakkan pada pasien, pemberian obat dilakukan secara

rutin, dan terkadang ada episode serangan yang berlebihan sehingga

pasien harus dirawat di sanatorium.

Penyakit lain yang diderita oleh pasien adalah diabetes mellitus,

tetapi pasien sudah menjalani pengobatan untuk penyakit itu hingga

sekarang. Pasien sudah mengetahui gangguan jiwa yang ia derita dan

tahu kapan ia merasakan serangan yang berlebihan. Pasien mengaku

telah menggunakan banyak zat psikoaktif sejak pasien berada di

bangku SMA, tetapi pasien tidak tahu zat apa yang ia pakai, hanya

mengetahui nama panggilan zat-zat tersebut. Zat-zat yang

dideskripsikan oleh pasien mengarah kepada zat-zat psikoaktif yang

bersifat sebagai upper, kemungkinan besar adalah ekstasi. Pasien

hanya mencoba-coba saja dan kemudian berhenti setelah selesai SMA.

Pasien mengaku tidak pernah merasa ketergantungan apalagi hingga

sakau.

D. Riwayat Kehidupan Pribadi

Page 5: Laporan Kasus Psikiatri

Pasien lupa dengan riwayat ibu pasien saat sednang mengandung

pasien. Hal yang diingat oleh pasien adalah ketika pasien masih kecil

saat di sekolah dasar. Pasien saat SD dan beralih ke SMP mulai

mendengar bisikan-bisikan yang ia tidak tahu asalnya darimana, dan

ia pun cenderung menjadi lebih nakal dari sebelumnya. Saat itu pasien

juga sempat mendorong adik pasien dari balkoni hingga adik pasien

luka-luka dan butuh dijahit. Pasien saat itu mengaku tidak merasa

salah karena ia hanya mengikuti bisikan. Setelah kejadian itu pasien

dibawa ke dokter oleh ayah dan ibu pasien karena dianggap nakalnya

berlebihan.

Pada saat pubertas, pasien masuk ke SMA dan sangatlah nakal, ia

sering ikut dan bahkan memulai tawuran dengan SMA seberang,

tetapi ia berhenti ketika salah satu temannya meninggal karena

tawuran. Saat SMA pasien memiliki sebuah geng yang bernama “Black

Power”, kelompok ini berguna sebagai teman pasien dalam melakukan

kegiatan nakal, seperti menggunakan berbagai macam narkoba dan

juga melakukan tindakan seks diluar nikah dengan beberapa wanita.

Pasien mengaku memiliki banyak pacar, dan salah satu pacar pasien

hamil tetapi hal ini tidak dapat dikonfirmasi lebih lanjut. Saat sedang

pesta narkoba dengan teman-teman pasien, ia pernah ditangkap oleh

polisi tetapi dibebaskan kemudian setelah diinterogasi dan ditemukan

pasien merupakan salah satu pasien sanatorium. Setelah selesai SMA,

pasien melanjuti kuliah tetapi setelah 2 tahun ia keluar karena tidak

mau lanjut.

Saat ini pasien mengaku tidak pernah menikah secara resmi, hanya

pernah sekali menikah siri karena salah satu pacarnya hamil,

kemudian ia memiliki anak kedua dengan wanita tersebut. Setelah

anak kedua lahir, ia meninggalkan wanita tersebut dan tidak pernah

mendengar kabar mereka lagi.

E. Riwayat Keluarga

Page 6: Laporan Kasus Psikiatri

Meninggal dunia Pasien

F. Situasi Kehidupan Ekonomi Sekarang

Ekonomi keluarga pasien ditopang oleh adik pasien yang bernama Tn.

Y, saat ini adik pasien bekerja sebagai pialang saham dan memiliki

penghasilan yang cukup untuk merawat pasien. Pasien tidak memiliki

penghasilan sendiri, oleh karena itu ia hanya mengandalkan adiknya,

sehingga saat adik pasien menyuruh pasien untuk dirawat, ia hanya bisa

menurut saja, ia kurang suka dengan hal ini tetapi ia senang adiknya

berhasil tidak seperti dirinya.

III. STATUS MENTAL (3 September 2015)

A. Deskripsi Umum

1. Penampilan

Pasien merupakan laki-laki usia 49 tahun, penampilan pasien

sesuai dengan usia pasien. Pasien cenderung terlihat kurang

terurus, karena rambut pasien sudah beruban dengan gigi yang

sudah banyak lepas. Selain hal diatas, pasien terlihat baik,

dengan pakaian yang sesuai, bahkan terkesan modis karena

masih menggunakan kalung dan gelang. Ia mengaku

menggunakan sandal yang berbeda warna karena ia ingin

terlihat keren, berbeda dari yang lain. Kebersihan diri terlihat

cukup baik, dan pasien memiliki postur yang baik. Tidak ada

Page 7: Laporan Kasus Psikiatri

suatu kebiasaan yang janggal saat melakukan anamnesa

terhadap pasien.

2. Perilaku dan aktivitas psikomotor

Saat sebelum wawancara pasien sedang mengobrol dengan

pasien-pasien lain serta bernyanyi santai, dan ia menyambut

pemeriksa dengan senang. Pasien tanggap dan mengajak

pemeriksa untuk duduk bersama sehingga wawancara dapat

dilaksanakan dengan baik. Selama wawancara pasien terlihat

sangat kooperatif, dan tampak senang, kemudian ia pun

melanjutkan wawancara sambil merokok, ia bilang ia menjadi

lebih tenang dengan merokok. Setelah usai wawancara, pasien

memohon ijin untuk makan siang, bahkan mengajak pemeriksa

untuk ikut makan dengannya.

3. Sikap terhadap pemeriksa

Pasien termasuk sangat kooperatif saat sedang diperiksa,

bahkan ia mengatakan kepada pemeriksa bahwa ia sangat

senang jika sedang berbicara dengan pemeriksa, ia pun

memohon untuk dijadikan tugas tulis pemeriksa.

B. Pembicaraan

Pasien memiliki kuantitas bicara yang dalam batas normal,

dapat merespons terhadap pertanyaan pemeriksa dengan

spontan, lancar, serita memiliki ekspresi yang ceria.

C. Mood dan Afek

1. Mood : euthym

2. Afek : normal

3. Keserasian : serasi

D. Gangguan Persepsi

1. Halusinasi : auditorik (+), visual (+), gustatorik (-),

kinestesia (-), olfaktorik (-)

2. Ilusi : tidak ada

3. Depersonalisasi : tidak ada

4. Derealisasi : tidak ada

E. Proses Pikir

Page 8: Laporan Kasus Psikiatri

1. Arus pikir :

a. Produktivitas : cukup ide

b. Kontinuitas : asosiasi longgar (-),

inkoherensi (-), word salad (-), flight of ideas (-)

c. Hendaya berbahasa : tidak terganggu

2. Isi pikir :

a. Preokupasi : tidak ada

b. Waham : grandiosa, dan dipengaruhi

F. Sensorium dan Kognisi

1. Kesadaran

a. Kesadaran Neurologik : compos mentis

b. Kesadaran Psikologik : terganggu

2. Inteligensia : taraf pendidikan sesuai dengan tingkat

pendidikan/akademik

3. Orientasi :

a. Waktu

Pasien mengetahui hari, tanggal, bulan dan tahun

b. Tempat

Pasien mengetahui bahwa dirinya di sanatorium

Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Jakarta, dekat dengan

blok M, dan juga Bulungan, tetapi jauh dari rumah

pasien

c. Orang

Pasien dapat menyebutkan nama anggota keluarga

pasien, dokter yang merawatnya, dan juga nama

pemeriksa saat ini

4. Memori :

a. Jangka Panjang

Pasien dapat mengingat alamat tempat tinggalnya,

kegiatan apa saja yang dilakukannya dan tempat-tempat

yang pernah ia kunjungi sebelum perawatan

b. Jangka Pendek

Page 9: Laporan Kasus Psikiatri

Pasien dapat menceritakan apa yang dia alami pada pagi

hari

c. Sesaat

Pasien dapat mengulang hal yang baru saja ia katakan

5. Konsentrasi dan perhatian :

Selama wawancara konsentrasi pasien kurang baik,

terdapat beberapa kali pasien menoleh menjauhi

pemeriksa, sehingga harus dipanggil untuk melanjutkan

wawancara. Pasien dapat menjawab pertanyaan-

pertanyaan dengan baik

6. Kemampuan membaca dan menulis :

Pasien dapat menuliskan namanya dan alamat tempat

tinggalnya dengan benar. Pasien juga dapat membaca

kalimat yang dituliskan oleh pemeriksa. Kemampuan

berhitung pasien cukup baik.

7. Kemampuan visuospasial :

Pemeriksa meminta pasien untuk menggambarkan dua

buah pentagon yang berpotongan dan dapat ditiru dengan

benar.

8. Pikiran abstrak :

Pasien dapat menceritakan kisah “Kancil dan Pak Tani”

dengan baik, menggunakan ungkapan-ungkapan yang

kreatif, seperti “sepintar-pintarnya tupai meloncat”

9. Kemampuan menolong diri sendiri :

Pasien dapat mandi, makan dan mengganti pakaian sendiri

tanpa bantuan orang lain

G. Pengendalian Impuls

Pasien dapat mengendalikan keinginannya dengan cukup baik

dibandingkan hari awal perawatan, sekarang lebih dapat menahan

perintah-perintah dari bisikan yang ia dengar, pasien juga lebih dapat

menahan rasa marah dari kesedihan yang ia rasakan.

Page 10: Laporan Kasus Psikiatri

H. Judgment dan Tilikan

Derajat 5 : Sadar bahwa dirinya sakit tetapi tidak bisa menerapkan

dalam mengatasinya, ia membutuhkan bantuan dan obat.

I. Taraf Dapat Dipercaya

Pasien dapat dipercaya sebagian, karena setelah dilakukan perkataan

pasien dengan data yang terdaftar pada rekam medis, dan juga

alloanamnesa terdapat kecocokan.

IV. PEMERIKSAAN FISIK

Status Internus

Keadaan Umum : sehat

Kesadaran :

compos mentis

Tensi : 120/80

mmHg

Nadi : 88x/menit

Suhu Badan : 36,6 C

Pernafasan :

18x/menit

Tinggi Badan : 176 cm

Berat Badan : 68 kg

Bentuk Badan : kurus, normal

Sistem kardiovaskular : suara jantung S1S2 reguler, gallop (-), murmur (-)

Sistem respiratorius : bunyi nafas vesikuler +/+, ronchi -/-, wheezing -/-

Sistem gastrointestinal : abdomen supel, timpani, nyeri tekan (-), massa (-)

Sistem muskuloskeletal : jalan normal, nyeri (-), deformitas (-)

Sistem urogenital : nyeri berkemih (-), urine kuning, jernih, kelainan

(-)

Sistem dermatologi : tidak ada kelainan

Status Neurologikus

Saraf kranialis (I – XII)

N. Olfaktorius : dbn

N. Optikus : dbn

N. Okulomotoris : dbn

N. Troklearis : dbn

N. Trigeminus :

dbn

N. Abdusens : dbn

N. Fasialis : dbn

N. Vestibulokoklearis :

dbn

N. Glosofaringeal : dbn

N. Vagus : dbn

N. Aksesorius : dbn

N. Hipoglosus : dbn

Page 11: Laporan Kasus Psikiatri

Gejala rangsang selaput otak : (-)

Gejala tekanan intrakranial : (-)

Mata : gerakan ke 8 arah normal, tidak ada kelumpuhan, nistagmus (-)

Pupil : bulat, isokor, refleks cahaya langsung +/+

Motorik : tonus baik, kekuatan 5/5/5/5, koordinasi baik, refleks fisiologis

(+)

Sensibilitas : baik

Sistem saraf otonom : dalam batas normal

Fungsi luhur : terganggu

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hasil Laboratorium 19 Agustus 2015

  Hasil Lab Nilai StandarHemoglobin 13,3 13-16Leukosit 9,8 5 - 10'Basofil 0 <1Eosinofil 3 1- 3'Neutrofil Batang 2 2 - 6'Neutrofil Segmen 54 50 - 70Limfosit 33 20 - 40Monosit 6 2 - 8'Laju Endap Darah 13 <15Trombosit 340 150-400     Triglesira 145 <200Kolesterol Total 166 <200HDL 39 35 - 55LDL 98 <130     Ureum 34 10 - 50'Kreatinin 0,8 0,5 - 1,4     Asam Urat 3,8 3,4 - 7     SGOT 33 <37SGPT 38 <40Protein 8,2 6 - 8,4Albumin 5 3,5 - 5,5Globulin 3,2 2,3 - 3,5     Gula Darah Puasa 115 70 - 110Gula 2 jam PP 166 < 140

Page 12: Laporan Kasus Psikiatri

Kesan : terdapat sedikit peningkatan pada gula darah puasa dan gula

darah 2 jam post prandial, menunjukkan kecurigaan pada diabetes mellitus

tipe 2. Riwayat penyakit pasien menunjukkan gula darah pasien terkontrol

jika melihat hasil diatas.

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Pasien Tn. S usia 49 tahun, suku Batak dan Jawa, beragama Islam,

merupakan anak ketiga dari lima bersaudara. Pendidikan terakhir SMA.

Pasien dirawat di Sanatorium Dharmawangsa dengan keluhan halusinasi,

mood swing yang meliputi serangan depresi, dan waham sejak 2 minggu

sebelum masuk rumah sakit.

Gejala ini sudah ada sejak pasien usia 13 tahun, dimulai dari suatu

kenakalan kanak-kanak hingga akhirnya menyebabkan adik pasien terluka.

Pasien mendengar suara-suara yang memerintahkan pasien untuk

membunuh orang lain dan dirinya sendiri. Pasien melihat banyak makhluk

gaib yang membuatnya terkejut. Pasien merasa bahwa dirinya merupakan

seseorang yang spesial, merupakan penemu satelit dan juga orang yang

sangat kaya serta disegani.

Saat datang penampilan pasien cukup baik, tetapi memiliki mood swing

yang berlebihan, diakui sebagai pelampiasan rasa sedih dan stres pasien

sehingga ia membentak orang disekitarnya. Selama perawatan, gejala-gejala

tersebut berkurang, dan ia dapat bergaul dengan pasien lain secara baik.

Pasien terkesan ramah terhadap orang lain jika tidak diganggu, tetapi sangat

galak jika ada yang menyelak pembicaraannya. Pasien suka memanggil

dirinya sebagai “Pak RT” karena ia mengaku mengenal semua pasien beserta

penyakitnya.

Dalam wawancara yang dilakukan beberapa kali oleh pemeriksa, pasien

tampak kooperatif, tetapi dalam beberapa pertemuan pasien nampak lebih

sedih dan suram dibandingkan hari lainnya. Saat pasien sedang sedih,

pemeriksa hanya menemaninya duduk dan ia akan berterima kasih kepada

pemeriksa. Pasien sering mengajak pemeriksa untuk makan siang

bersamanya ataupun menunjukkan barang-barang miliknya.

Page 13: Laporan Kasus Psikiatri

Secara umum didapat kesan bahwa informasi yang diberikan pasien

cukup dapat dipercaya, dimana informasi yang diperoleh pasien sesuai

dengan keterangan dari alloanamnesis dan juga rekam medis pasien.

Kemampuan menilai realita pasien terganggu karena terdapat waham

grandiosa, halusinasi auditorik dan juga halusinasi visual. Daya nilai sosial

pasien tidak terganggu. Selama wawancara perhatian pasien beberapa kali

teralihkan sehingga harus dipanggil kembali agar dapat melanjutkan

wawancara.

Pemeriksaan fisik dan neurologis tidak memberikan hasil yang bermakna.

Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan sedikit abnormalitas yang dapat

menunjukkan pasien menderita diabetes mellitus tipe 2.

VII. FORMULASI DIAGNOSTIK

Pada pasien ini ditemukan adanya perubahan pola perilaku atau

psikologis yang secara klinis bermakna dan secara khas berkaitan dengan

suatu gejala yang menimbulkan penderitaan dan gangguan dalam berbagai

fungsi psikososial dan pekerjaan, sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien

ini mengalami gangguan jiwa.

Berdasarkan dari hasil anamnesa, wawancara, pemeriksaan status

mental, laboratorium, dan pemeriksaan fisik, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut:

AXIS I:

A. Berdasarkan gejala-gejala, terdapat pola perilaku atau psikologik yang

secara klinik bermakna yang ditemukan pada pasien yaitu:

1. Tilikan terganggu

2. Kemampuan menilai realita terganggu (adanya waham dan

halusinasi)

3. Lingkungan terganggu

4. Aktivitas sehari-hari dan fungsi sosial terganggu

Maka dapat disimpulkan bahwa pasien menderita suatu psikosis.

B. Berdasarkan pemeriksaan lebih lanjut:

Page 14: Laporan Kasus Psikiatri

1. Kesadaran neurologis : Compos Mentis (E4V5M6)

2. Orientasi : Baik

3. Daya ingat : Baik

4. Kemunduran intelektual : Ada

5. Tidak terdapat kelainan organik yang dapat dikaitkan dengan

gangguan jiwa atas dasar riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik.

6. Penggunaan zat psikoaktif : Tidak ada saat ini atau dalam

5 tahun terakhir

Maka dapat disimpulkan bahwa pasien TIDAK menderita suatu

gangguan mental organik serta TIDAK menderita suatu gangguan mental

dan gangguan perilaku akibat zat psikoaktif.

C. Berdasarkan penemuan bermakna yang didapat dari auto dan allo

anamnesa, didapatkan:

1. Waham grandiosa

2. Waham dipengaruhi (delusion of influence)

3. Halusinasi auditorik dan visual

4. Berlangsung lebih dari 1 bulan

5. Halusinasi dan waham sangat menonjol dibandingkan gejala

lainnya

Maka dapat disimpulkan bahwa pasien menderita SKIZOFRENIA (F20)

D. Berdasarkan penelahaan lebih dalam, didapatkan:

1. Memenuhi kriteria umum diagnosa skizofrenia

2. Suara halusinasi memberi perintah (+)

3. Halusinasi visual (+)

4. Waham dipengaruhi (+)

5. Waham grandiosa (+)

6. Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta

gejala katatonik secra relatif tidak menonjol.

Maka dapat disimpulkan bahwa pasien menderita SKIZOFRENIA

PARANOID (F20.0)

Page 15: Laporan Kasus Psikiatri

AXIS II:

Berdasarkan auto dan alloanamnesis disimpulkan bahwa, pasien tidak

memiliki gangguan kepribadian dan tidak ada retardasi mental.

AXIS III:

Berdasarkan auto dan alloanamnesa, pemeriksaan fisik dan neurologis,

dikatahui bahwa pasien tidak memiliki penyakit yang mempengaruhi kondisinya

sekarang. Pasien memiliki diabetes mellitus tipe 2 yang terkontrol dengan

Biguanide.

AXIS IV:

Berdasarkan auto dan alloanamnesa, tidak ditemukan stresor psikososial

dan lingkungan yang dapat mempengaruhi kondisi pasien saat ini.

AXIS V:

Berdasarkan skala Global Assessment of Functioning (GAF) pada kasus ini

adalah 60-51 (gejala sedang, disabilitas sedang).

VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL

Axis I : F20.0 Skizofrenia Paranoid

Axis II : Z03.2 Tidak ada diagnosis

Axis III : Diabetes Mellitus tipe 2

Axis IV : Tidak ada

Axis V : GAF = 60

IX. DAFTAR PROBLEM

1. Organobiologik : Diabetes Mellitus tipe 2

2. Psikologik : Skizofrenia Paranoid

3. Sosial/Keluarga/Budaya : Tidak ada

X. PROGNOSIS

A. Faktor-faktor yang mendukung ke arah prognosis baik:

Page 16: Laporan Kasus Psikiatri

Pasien sadar dengan kondisinya

Pasien mau minum obat

Pasien kooperatif

B. Faktor-faktor yang mendukung ke arah prognosis buruk:

Tidak ada penjaga khusus pasien dirumah

Terkesan sendiri tanpa teman

XI. TERAPI

A. Psikofarmaka

Aripiprazole 1 x 10 mg (tab)

B. Psikoterapi

Konseling keluarga:

o Memberi informasi dan edukasi kepada keluarga mengenai

penyakit pasien dan pentingnya memberi dukungan moril

serta motivasi pada pasien.

Terapi suportif :

Memberi motivasi pada pasien untuk mengkonsumsi obat

secara rutin dan teratur demi kesembuhan penyakitnya

Pengawasan minum obat rutin, agar gejala dan keluhan

menjadi lebih ringan

Memberi dukungan moril dan mental pada pasien

Terapi sosial :

Mengikutsertakan pasien dalam kegiatan rekreasi

Mengikutsertakan pasien dalam kegiatan berkelompok, seperti

bermain bersama

C. Terapi problem organobiologik

Metformin 2 x 500 mg (tab)

Page 17: Laporan Kasus Psikiatri

XII.LAMPIRAN - LAMPIRAN