presentasi kasus psikiatri ratna
TRANSCRIPT
-
7/27/2019 Presentasi Kasus Psikiatri Ratna
1/25
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. YD
Jenis Kelamin : laki laki
Usia : 18 tahun
Alamat : Tanah Sereal Tambora, Jakarta Barat
Status : belum menikah
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : -
Suku : Jawa
Agama : Islam
Tanggal masuk : 10 Juni 2013
NRM : 293-20-30
II. RIWAYAT PSIKIATRI
Diperoleh dari: autoanamnesis dan alloanamnesis sejak tanggal
21 Juni -25 Juni 2013
A. Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan marah-marah sejak 1 hari yang lalu.
B. Riwayat Gangguan Sekarang
pasien datang ke IGD Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan
dengan keluhan marah- marah dan menjadi galak sejak 1 hari yang
lalu. Sejak 2 minggu yang lalu, Pasien selalu marah-marah dan
sering mengancam ibunya hendak memukul ibunya. Menurut
tetangganya, Awalnya pasien sering bicara sendiri, ketawa-ketawa
sendiri dan bicaranya kacau, karena dikiranya pasien telahmengkonsumsi obat-obatan terlarang sehingga menjadi teler.
Namun gejala seperti ini terus berlangsung. pasien sering keluar
rumah dengan tidak memakai pakaian sehelai pun. Empat hari
sebelum dibawa ke rumah sakit, Pasien pernah berupaya untuk
bunuh diri ingin melompat dari atap rumahnya. Pasien juga pernah
mencoba membakar dirinya dengan menaik ke atas kompor yang
menyala. Pasien juga membakar barang- barang berharganya
1
-
7/27/2019 Presentasi Kasus Psikiatri Ratna
2/25
seperti KTP dan isi dompetnya sendiri di penggorengan karena
menurutnya ada yang membisikannya dan menyuruhnya untuk
melakukan hal-hal tersebut.
Saat autoanamnesis, alasan pasien datang kerumah sakit adalahkarena dia merasa telah masuk ke lingkaran setan. Os merasa os
telah salah pergaulan karena os pernah memakai obat obat
terlarang sejak lulus SMP. Os juga mengaku sering mendengar
suara- suara yang tidak bisa di dengar orang lain. Suara itu suara
seseorang yang sering memaki-makinya dengan kata-kata kotor
sehingga os merasa kesal. Menurut pasien, suara itu berasal dari
ayahnya dan Gusti Allah. Pasien tidak ingat kapan pertama kali
suara itu muncul namun bisikan itu muncul setelah dia berhenti
memakai obat-obatan. Pasien juga mengatakan dan meyakini
bahwa orang-orang disekitarnya saat ini adalah orang-orang yang
rakus dan ingin mengambil rejekinya.
Saat berada di perawatan bagian NAPZA RSJSH, os sering menangis
sendiri karena os sering merasa rindu dengan ibu nya. Os mengaku
sulit tidur karena os memikirkan orang tuanya. Os juga sering
merasa ketakutan terhadap ayahnya, yang menurutnya ayahnya
benci terhadapnya karena os melakukan hal buruk selama ini.
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah mengalami trauma kepala, kecelakaan. Os
Pasien juga menyangkal adanya riwayat sering sakit kepala
maupun sering demam tinggi.
2. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif
Pasien merokok, minum-minum alkohol, pernah mengkonsumsi
metadon satu kali dengan cara disedot, sering menggunakan
ganja (gelek) dan sabu-sabu di lingkungan sekitar rumahnya.
Pertama kali menggunakan ini sejak lulus SMP.
3. Riwayat Gangguan Psikiatri Sebelumnya
2
-
7/27/2019 Presentasi Kasus Psikiatri Ratna
3/25
Os belum pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya
ataupun mengalami penyakit jiwa yang lain.
D. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Riwayat Prenatal dan PerinatalPasien lahir spontan ditolong bidan, cukup bulan, dengan berat
lahir cukup. Riwayat trauma, infeksi, dan kejang selama hamil
disangkal.
2. Riwayat Masa Kanak Awal
Pasien diasuh oleh orang tua pasien. Menurut ibu pasien saat
balita pasien pernah mengalami kejang demam satu kali.
3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan
Pasien tinggal bersama orang tua pasien. Orang tua pasien sering
ribut dan pasien sering mendapatkan imbasnya sering dipukul
oleh ayahnya. Pasien adalah seorang anak yang penurut tehadap
orangtuanya.
4. Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja
Pasien di sekolahkan di pesantren di Pati jawa tengah. Pasien
dapat bergaul dengan teman di sekolahnya, pasien juga
berperilaku baik selama di dalam pondok.
5. Riwayat Masa Dewasa
a. Riwayat Pendidikan
Pasien hanya bersekolah hingga 1 SMK. Pasien mengambil
jurusan Akutansi.
b. Riwayat Pekerjaan
Pasien pernah bekerja sebagai pekerja serabutan dan pasien
menikmati pekerjaan tersebut.
c. Riwayat Pernikahan
Belum menikah
d. Riwayat Kehidupan Beragama
Pasien beragama Islam. Walaupun dari kecil pengetahuan
tentang agama nya baik namun dalam kehidupan kesadaran
dalam menjalankan ibadah masih sangat kurang.
e. Riwayat Militer
3
-
7/27/2019 Presentasi Kasus Psikiatri Ratna
4/25
Pasien tidak pernah mengikuti kegiatan militer.
f. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien pernah tertangkap oleh polisi dan dibawa ke kantor
polisi setempat karena telah mencuri handphone.namun tidaksampai di penjara. Alasan pasien mencuri karena pasien butuh
uang untuk makan, karena sejak orang tuanya bercerai pasien
jarang dikasih makan.
g. Riwayat Psikoseksual
Pasien belum menikah
h. Aktivitas Sosial
Pasien jarang mengikuti aktivitas yang bersifat sosial di
lingkungan sekitar rumahnya.
i. Situasi Kehidupan Sekarang
sebelum sakit pasien sering pergi dari rumahnya kabur lalu
tidur di pinggir jalan. Lalu sering bergaul dengan teman-
temanya yang dia anggap sebagai abangnya dan sering
mengkonsumsi minuman-minuman keras serta obat-obatan
terlarang. Lalu penyakit nya yang diderita sekarang muncul, os
hanya dirumah sehari-hari sering melamun, bicara sendiri,
ketawa sendiri dan marah-marah. Os masih dapat melakukan
kegiatan Activity Daily Living (ADL).
6. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Ayah
dan ibu pasien bercerai pada tahun 2011, dan setelah itu pasien
tinggal bersama ibunya. Sejak kecil kedua orangtua pasien sering
marah dan galak pada pasien tanpa alasan yang jelas, padahal
menurut tetangganya pasien adalah anak yang baik dan sangat
penurut. Sejak orangtuanya bercerai, pasien tinggal bersama
ibunya yang pada tahun 2012 menikah lagi. Ayah pasien tidak
mampu menafkahi pasien karena hanya bekerja tukang sablon
yang ikut dengan temannya. Sedangkan ibu pasien tidak bekerja
dan terlilit hutang sampai 20 juta, tapi menurut tetangganya
walaupun banyak berhutang tapi uangnya tidak digunakan untuk
4
-
7/27/2019 Presentasi Kasus Psikiatri Ratna
5/25
-
7/27/2019 Presentasi Kasus Psikiatri Ratna
6/25
: tinggal satu rumah
/ : sudah meninggal: bercerai
8. Persepsi Keluarga tentang Diri Pasien
Keluarga pasien menganggap bahwa pasien adalah anak yang
baik dan penurut. Namun anaknya sering berperilaku aneh karena
akibat dari pergaulan-pergaulan yang salah akibat penggunaan
obat-obat terlarang.
9. Impian, Fantasi, dan Cita-cita Pasien
Pasien ingin bisa membuat suatu bangunan dan pasien ingin bisa
memberikan rejeki kepada orang tuanya.
III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
(Dilakukan pada tanggal 21 Juni 2013)
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Seorang laki-laki, berpenampilan sesuai usianya,
berpakaian kusut. Secara umum, penampilan pasien
menunjukkan pasien dapat merawat diri.
2. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Pasien terlihat kurang tenang saat diwawancara. Kontak
mata baik
3. Sikap Terhadap Pemeriksa
Pasien memberikan keterangan cukup jelas, terbuka, dan
tidak berbelit-belit. Sikap pasien terhadap pemeriksa
kooperatif.
B. Mood dan Afek
1. Mood : hipothym
2. Afek : terbatas, tumpul
3. Keserasian : serasi
C. Pembicaraan
Pasien berbicara dengan lancar namun tidak menjawab
semua pertanyaan. Jumlah kata-kata yang dikeluarkan pasien
6
-
7/27/2019 Presentasi Kasus Psikiatri Ratna
7/25
cukup (produktivitas sudah baik). Kontak mata dengan
pemeriksa baik.
D. Gangguan Persepsi
Terdapat halusinasi auditorik berupa bisikan-bisikan yangsering berkata kotor kepadanya dan juga bisikan bisikan
berupa perintah untuk melakukan sesuatu. Terdapat ilusi
yaitu pasien melihat seseorang berubah menjadi setan karena
mata orang-orang tersebut berubah menjadi hitam.
E. Pikiran
1. Proses Pikir/Bentuk Pikir
Tidak ditemukan gangguan proses pikir
2. Isi Pikir
Terdapat ide-ide paranoid terhadap ayahnya yang dia rasa
membenci dirinya. Terdapat pikiran curiga terhadap orang-
orang disekitarnya yang dia pikir akan mengambil
rejekinya.
F. Kesadaran dan Kognisi
1. Taraf Kesadaran dan Kesigapan
Kompos Mentis. Pasien memiliki kesan sigap bila ada
bahaya yang akan datang pada pasien.
2. Orientasi Waktu:baik (pasien dapat menyebutkan hari, tanggal,
bulan)
Tempat: baik (pasien mengetahui tempat pasien
berada saat wawancara dan letak rumah pasien)
Orang: baik (pasien dapat menyebutkan nama orang-
orang di sekitar pasien
3. Daya Ingat
Jangka panjang : baik (pasien masih ingat masa
kecilnya ketika
SD sampai SMP, pasien juga ingat
pengalaman-pengalamannya semasakanak-kanak)
7
-
7/27/2019 Presentasi Kasus Psikiatri Ratna
8/25
Jangka sedang : baik (pasien masih ingat hal-hal yang
membawa pasien datang ke rumah
sakit dan orang-orang yang
mengantar pasien ke rumah sakit) Jangka pendek : baik (pasien ingat akan menu makan
paginya
dan nama pewawancara)
Segera : baik (pasien dapat
menyebutkan empat
macam benda yang disebutkan oleh
pemeriksa)4. Konsentrasi dan Perhatian
Baik. Pasien dapat mempertahankan konsentrasinya saat
diwawancarai .
5. Kemampuan Membaca dan Menulis
Baik. Pasien dapat membaca dan menulis sesuai
permintaan.
6. Kemampuan VisuospasialBaik. Pasien dapat menggambar lingkaran segitiga dan
satu buah kubus sesuai dengan permintaan.
7. Pikiran Abstrak
Cukup baik. Pasien dapat menyebutkan persamaan apel
dan pisang pasien mengerti peribahasa ada udang dibalik
batu
8. Inteligensi dan Kemampuan InformasiCukup baik. Pasien tau informasi di Indonesia bahwa bbm
telah naik harga.
9. Kemampuan Menolong Diri Sendiri
Baik (pasien dapat makan, minum, mandi, dan mencuci
baju sendiri).
G. Pengendalian Impuls
8
-
7/27/2019 Presentasi Kasus Psikiatri Ratna
9/25
Baik. Pasien tidak menujukkan agresivitas selama
diwawancara. Namun pasien sering menangis saat
menceritakan soal ibunya.
H. Daya Nilai dan Tilikan1. Daya Nilai Sosial: baik (pasien mengatakan bahwa
memakai narkoba itu tidak baik).
2. Uji Daya Nilai: baik, pasien mengatakan bahwa koruptor
seharusnya dipenjara dan mendapat hukuman yang berat
3. Penilaian Realita: baik (pasien menyadari kenyataan
yang sesungguhnya pada diri dan lingkungannya)
4. Tilikan: Derajat 1. Pasien merasa dirinya tidak sedang
sakit.
I. Taraf Dapat Dipercaya
Secara umum dapat dipercaya meskipun keterangan pasien
suka berubah-rubah.
IV. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
Keadaan umum : Sakit ringan
Kesadaran : kompos mentis
Tekanan darah : 110/80mmHg
Frekuensi nadi : 92x / menit
Frekuensi napas: 20x / menit
Suhu : afebris
Kepala : deformitas (-), rambut hitam, tidak mudah
dicabut
Mata : konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-,
refleks pupil
baik
THT : deformitas (-), serumen (-/-)
Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-)
Mulut : oral higiene cukup
Jantung : BJ I/II normal, murmur (-), gallop (-)
9
-
7/27/2019 Presentasi Kasus Psikiatri Ratna
10/25
Paru : vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : datar lemas, nyeri tekan (-), bising usus (+)
normal
Ekstremitas : simetris, akral hangat, edema -/-, perfusiperifer
cukup, needle tract (-), terdapat luka
bekas sundutan rokok
B. Status Neurologikus
a. Gejala rangsang selaput otak (-)
b. Pupil bulat, isokor, 3mm/3mm, RCL +/+ dan RCTL +/+
c. Refleks fisiologis normal
d. Nervus kranialis: kesan paresis (-), nistagmus (-)
e. Refleks patologis (-)
e. Pemeriksaan Motorik : 5555 5555
5555 5555
f. Gejala ekstrapiramidal :
- gaya berjalan dan postur tubuh normal
- stabilitas postur tubuh normal
- rigiditas ekstremitas tidak ada
- gangguan keseimbangan dan tremor (-)
g. Pemeriksaan Sensorik
Sensibilitas : parestesia di kaki-tangan kiri dan kanan (-)
h. Pemeriksaan Saraf Otonom
Inkontinensia alvi dan urin(-), anhidrosis(-)
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Telah diperiksa seorang laki-laki, Tn.Y 18 tahun, bertempat tinggal
di Tanah Sereal, suku Jawa, agama Islam, status belum menikah,
pendidikan terakhir SMK kelas 1. Pasien mengalami keluhan marah-
marah dan menjadi galak sejak 1 hari yang lalu. Sejak 2 minggu
yang lalu, Pasien selalu marah-marah dan sering mengancam
ibunya hendak memukul ibunya. Menurut tetangganya, Awalnya
pasien sering bicara sendiri, ketawa-ketawa sendiri dan bicaranya
10
-
7/27/2019 Presentasi Kasus Psikiatri Ratna
11/25
kacau, karena dikiranya pasien telah mengkonsumsi obat-obatan
terlarang sehingga menjadi teler. Namun gejala seperti ini terus
berlangsung. pasien sering keluar rumah dengan tidak memakai
pakaian sehelai pun. Empat hari sebelum dibawa ke rumah sakit,Pasien pernah berupaya untuk bunuh diri ingin melompat dari atap
rumahnya. Pasien juga pernah mencoba membakar dirinya dengan
menaik ke atas kompor yang menyala. Pasien juga membakar
barang- barang berharganya seperti KTP dan isi dompetnya sendiri
di penggorengan karena menurutnya ada yang membisikannya dan
menyuruhnya untuk melakukan hal-hal tersebut.
Alasan pasien datang kerumah sakit adalah karena dia merasa telah
masuk ke lingkaran setan. Os merasa os telah salah pergaulan
karena os pernah memakai obat obat terlarang sejak lulus SMP. Os
juga mengaku sering mendengar suara- suara yang tidak bisa di
dengar orang lain. Suara itu suara seseorang yang sering memaki-
makinya dengan kata-kata kotor sehingga os merasa kesal. Menurut
pasien, suara itu berasal dari ayahnya dan Gusti Allah. Pasien tidak
ingat kapan pertama kali suara itu muncul namun bisikan itu
muncul setelah dia berhenti memakai obat-obatan. Pasien juga
mengatakan dan meyakini bahwa orang-orang disekitarnya saat ini
adalah orang-orang yang rakus dan ingin mengambil rejekinya.
Saat berada di perawatan bagian NAPZA RSJSH, os sering menangis
sendiri karena os sering merasa rindu dengan ibu nya. Os mengaku
sulit tidur karena os memikirkan orang tuanya. Os juga sering
merasa ketakutan terhadap ayahnya, yang menurutnya ayahnya
benci terhadapnya karena os melakukan hal buruk selama ini.
Os adalah seorang pengguna obat obatan terlarang yaitu metadon,
ganja dan sabu. Os adalah korban dari perceraian kedua orang tua
nya.
Dari pemeriksaan status mental ditemukan masih ada
halusinasi auditori. Namun sudah sedikit berkurang. Pada pasien
didapat ide-ide paranoid dan curiga. Sedangkan dari pemeriksaan
11
-
7/27/2019 Presentasi Kasus Psikiatri Ratna
12/25
-
7/27/2019 Presentasi Kasus Psikiatri Ratna
13/25
2. Adanya riwayat waham curiga dan paranoid(pasien merasa
ada orang yang ingin mengambil rejekinya dan ketakutan
akan ayahnya)
3. Adany ilusi (melihat manusia berubah jadi setan dan matapada manusia berubah menjadi hitam).
4. Gejala tersebut sudah muncul kurang dari satu bulan (sejak
dua minggu sebelum masuk rumah sakit)
Berdasarkan gejala-gejala yang ditemukan saat ini, diagnosis
pada pasien adalah gangguan psikotik akut (F23) yang sedang
dalam pengobatan. Gannguan mental dan perilaku penggunaan zat
multiple dan zat psikoakfif merupakan diagnosis banding pada
pasien ini.
Diagnosis Aksis II
Tidak ada diagnosis.
Diagnosis Aksis III
Tidak ada diagnosis
Diagnosis Aksis IV
Pasien mengalami masalah pada keluarga. Sejak kecil pasien sering
berada ditengah-tengah pertengkaran ayah dan ibunya sehingga
pasien sering terkena marah bahkan terkena pukulan dari ayahnya.
Kemudian ayah dan ibunya bercerai, lalu ibunya menikah lagi.
Pasien tidak diurusi oleh orang tuanya sehingga pasien sering kabur
dari rumah dan mencuri supaya bisa membeli makanan.
Masalah ini tidaklah jelas sebagai stressor untuk diagnosis.
Tetapi stressor yang berpengaruh dalam pengobatan dan prognosis.
Diagnosis Aksis V
Pada aksis V, dinilai kemampuan penyesuaian diri pasien dengan
menggunakan GAF ( Global Assessment of Functioning ). GAF saat
dilakukan pemeriksaan adalah 70-(beberapa gejala ringan dan
menetap disabilitas ringan dalam fungsi,secara umum masih baik).
Hal ini ditetapkan karena pasien tetap bisa melakukan kegiatan
sehari-hari seperti makan, mandi dan berpakaian,walaupun
terkadang masih ada halusinasi auditorik dalam kuantitas dan
13
-
7/27/2019 Presentasi Kasus Psikiatri Ratna
14/25
kualitas minimal (saat pemeriksaan tidaka ada) Sedangkan nilai
tertinggi GAF 1 tahun yang lalu adalah 90
VII. DAFTAR MASALAH
1. Organobiologis: -2. Psikologis:
Riwayat halusinasi auditorik yang bersifat commanding
dan commenting
Ilusi
Riwayat waham curiga
3. Lingkungan dan sosial ekonomi:
Masalah keluarga: kedua orang tuanya sering bertengkardan memukul pasien, perceraian kedua orang tuanya
mengakibatkan pasien tidak diurusi dan akhirnya masuk ke
dalam pergaulan yang salah
VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I : gangguan psikotik akut
DD/ Gannguan mental dan perilaku penggunaan zatmultiple dan zat psikoakfif
Aksis II : tidak ada diagnosis.
Aksis III : tidak ada diagnosis
Aksis IV : masalah keluarga
Aksis V : GAF Current sebelum ke RS: 20
GAF Highest Level Past Year : 90IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanactionam : dubia ad bonam
Faktor-faktor yang berpengaruh positif terhadap perjalanan
penyakit pasien:
Pria
14
-
7/27/2019 Presentasi Kasus Psikiatri Ratna
15/25
Onset pada usia dewasa
Adanya pengetahuan pasien untuk berobat
Tidak ada anggota keluarga yang menderita kelainan yang
sama Respon terhadap pengobatan baik
Sikap pasien yang kooperatif
Faktor-faktor yang berpengaruh negatif terhadap perjalanan
penyakit pasien : Gangguan berulang
Pasien sewaktu-waktu gelisah
Dukungan yang kurang dari keluarga (hanya ibu dan kakak
kandungnya)
Belum menikah
X. FORMULASI PSIKODINAMIK
Gangguan psikiatri dapat terjadi apabila terdapat
ketidakseimbangan adaptasi antara faktor biologis, sosiokultural,
dan psikologis. Psikodinamika adalah suatu pendekatan konseptual
yang memandang proses-proses mental sebagai gerakan dan
interaksi energi psikis, yang berlangsung intra- maupun inter-
individual.
Berdasarkan definisi tersebut, psikodinamika berusaha
mempelajari struktur (kepribadian), kekuatan (dorongan), gerakan
(aksi), pertumbuhan dan perkembangan, serta maksud dan tujuan
dari fenomena patologik yang ada pada seseorang. Psikodinamika
menganggap bahwa gejala-gejala psikosis yang dialami pasien
terjadi akibat konflik yang dialaminya.
Freud berpendapat bahwa skizofrenia terjadi akibat fiksasi
dalam perkembangan kepribadian dan adanya defek ego. Karena
kedua hal tersebut, seseorang akan mengalami regresi ke tingkat di
mana terjadi fiksasi apabila ia mengalami konflik atau kejadian yang
signifikan dalam hidupnya.
15
-
7/27/2019 Presentasi Kasus Psikiatri Ratna
16/25
Skizofrenia digambarkan oleh Freud sebagai keadaan
pecahnya objek dari emosi dari pikiran, ide, atau seseorang, dan
sebuah regresi yang merupakan respon terhadap frustasi atau
konflik terhadap orang lain. Pada berulangnya kasus pasien inikarena tidak ada pekerjaan sehingga pasien merasa putus asa.
Onset dari gejala-gejala skizofrenia biasanya mulai muncul
pada fase kehidupan adolesence , di mana pada saat ini seorang
remaja membutuhkan ego yang kuat untuk berfungsi secara bebas,
terlepas dari orang tua, untuk mengidentifikasi tugas, untuk
mengkontrol insting-insting dasar, dan untuk menyeimbangkan diri
dengan stimulasi eksternal yang intense . Gejala psikotik muncul
pada pasien ketika usia dewasa tepat setelah masa adolescense .
Teori psikoanalisis lain mengatakan bahwa setiap gejala
psikosis memiliki makna simbolik bagi pasien. Halusinasi timbul
akibat ketidakmampuan pasien dalam menghadapi kenyataan
objektif dan menggambarkan ketakutan atau keinginan pasien yang
terpendam. Sedangkan waham merupakan upaya-upaya regresif
untuk menciptakan suatu realita yang baru atau untuk
mengekspresikan ketakutan atau impuls yang tersembunyi.
Pada kasus ini, gejala-gejala psikosis yang dialami pasien
(dalam hal ini berupa antara lain halusinasi anditorik yang bersifat
commanding dan commenting . Pada pasien dengan gangguan
psikotik, mekanisme pertahanan yang digunakan biasanya berupa
penyangkalan, proyeksi, regresi dan distorsi (semuanya merupakan
mekanisme pertahanan yang imatur).
Etiologipada pasien ini belum jelas. Namun beberapa faktor
diduga berpengaruh terhadap etiologi penyakit ini. Factor pertama
adalah faktor sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa status
perkawinan orangtua, jumlah sanak saudara, status sosial keluarga,
perpisahan orangtua, perceraian, fungsi perkawinan, atau struktur
keluarga banyak berperan dalam terjadinya gangguan psikosis.
Faktor yang lain diduga berpengaruh adalah factor
penggunaan zat-zat psikoaktif dimana dapat mempengaruhi
16
-
7/27/2019 Presentasi Kasus Psikiatri Ratna
17/25
gangguan mental dan perilaku pada pasien terutama saat pasien
mengalami putus obat pasien mulai mengalami halusinasi-
halusinasi.
XI. RENCANA TERAPI
1. Rawat Inap, indikasi:
Keadaan pasien yang dapat membahayakan dirinya dan
mengganggu ibunya.
A. Psikofarmaka
a. Olanzapine 1x10 mg
b. Diazepam 1x 2mg
B. Psikoterapi
Dilakukan melalui:
a. Psikoterapi suportif
Psikoterapi ini dapat dilakukan dengan bimbingan, reassurance ,
serta terapi kelompok
b. Psikoterapi reedukatif
Terhadap Pasien
Memberikan informasi kepada pasien dan edukasi mengenai
penyakit yang dideritanya, gejala-gejala, dampak, faktor-
faktor penyebab, pengobatan, komplikasi, prognosis, dan
risiko kekambuhan agar pasien tetap taat meminum obat dan
segera datang ke dokter bila timbul gejala serupa di kemudian
hari
Memotivasi pasien untuk berobat teratur
Mengajarkan terapi relaksasi pada pasien saat pasien marah
ataupun akan marah sehingga diharapkan pasien dapat
17
-
7/27/2019 Presentasi Kasus Psikiatri Ratna
18/25
mengontrol marahnya dan mengemukakan amarahnya
dengan cara yang lebih halus.
Terhadap Keluarga
Memberikan edukasi dan informasi mengenai penyakit pasien,gejala, faktor-faktor pemicu, pengobatan, komplikasi,
prognosis, dan risiko kekambuhan di kemudian hari.
Menjelaskan kepada keluarga bahwa salah satu faktor pemicu
penyakit pasien saat ini adalah keluarga pasien yang
mengabaikan pasien
Meminta keluarga untuk mendukung pasien pada saat-saat
setelah sakit agar pasien dapat mengalami remisi.
XII. DISKUSI
Gangguan psikotik singkat/akut didefinisikan sebagai suatugangguan kejiwaan yang terjadi selama 1 hari sampai kurang dari 1
bulan, dengan gejala psikosis, dan dapat kembali ke tingkat
fungsional premorbid.
Didalam DSM IV menempatkan diagnosis gangguan psikotik
singkat didalam kategori yang sama dengan banyak diagnosis
psikiatrik utama lainnya yang penyebabnya tidak diketahui dan
diagnosis kemungkinan termasuk gangguan yang heterogen.
Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tapi sebagian
besar di jumpai pada pasien dengan gangguan kepribadian mungkin
memiliki kerentanan biologis atau psikologis terhadap
perkembangan gejala psikotik. Satu atau lebih faktor stres berat,
18
-
7/27/2019 Presentasi Kasus Psikiatri Ratna
19/25
seperti peristiwa traumatis, konflik keluarga, masalah pekerjaan,
kecelakaan, sakit parah, kematian orang yang dicintai, dan status
imigrasi tidak pasti, dapat memicu psikosis reaktif singkat.
Beberapa studi mendukung kerentanan genetik untuk gangguan
psikotik singkat.
Menurut definisinya, perjalanan penyakit gangguan psikotik
singkat adalah kurang dari satu bulan. Namun demikian,
perkembangan gangguan psikiatrik bermakna tertentu dapat
menyatakan suatu kerentanan mental pada pasien. Sejumlah pasien
dengan persentasi yang tidak diketahui, yang pertama kali di
klasifikasikan menderita gangguan psikotik singkat selanjutnya
menunjukkan sindroma psikiatrik kronis, seperti skizofrenia dan
gangguan mood. Tetapi, pada umumnya pasien dengan gangguan
psikotik singkat memiliki prognosis yang baik, dan penelitian
di Eropa telah menyatakan bahwa 50 sampai 80 persen dari semua
pasien tidak memilki masalah psikiatrik berat lebih lanjut.
Lamanya gejala akut dan residual sering kali hanya beberapa hari.
Kadang-kadang, gejala depresif mengikuti resolusi gejala psikotik.
Bunuh diri adalah suatu keprihatinan pada fase psikotik maupun
fase depresif pascapsikotik. Sejumlah indikator telah dihubungkan
dengan prognosis yang baik. Pasien dengan ciri-ciri
tersebut memiliki kemungkinan kecil untuk kemudian menderita
skizofrenia atau suatu gangguan mood .
Gambaran utama perilaku:
19
-
7/27/2019 Presentasi Kasus Psikiatri Ratna
20/25
Perilaku yang diperlihatkan oleh pasien yaitu :
1. Mendengar suara-suara yang tidak ada sumbernya
2. Keyakinan atau ketakutan yang aneh/tidak masuk akal
3. Kebingungan atau disorientasi
4. Perubahan perilaku; menjadi aneh atau menakutkan seperti
menyendiri, kecurigaan berlebihan, mengancam diri sendiri, orang
lain atau lingkungan, bicara dan tertawa serta marah-marah atau
memukul tanpa alasan.
Gejala gangguan psikotik singkat selalu termasuk sekurang
kurangnya satu gejala psikosis utama, biasanya dengan onset yang
tiba-tiba, tetapi tidak selalu memasukkan keseluruhan pola gejala
yang ditemukan pada skizofrenia. Beberapa klinisi telah mengamati
bahwa gejala afektif, konfusi dan gangguan pemusatan perhatian
mungkin lebih sering ditemukan pada gangguan psikotik singkat
daripada gangguan psikotik kronis. Gejala karakteristik untuk
gangguan psikotik singkat adalah perubahan emosional, pakaian
atau perilaku yang aneh, berteriak teriak atau diam membisu dan
gangguan daya ingat untuk peristiwa yang belum lama terjadi.
Beberapa gejala tersebut ditemukan pada gangguan yang
mengarahkan diagnosis delirium dan jelas memerlukan
pemeriksaan organik yang lengkap, walaupun hasilnya mungkin
negatif.
Pemeriksaan status mental biasanya hadir dengan agitasi
psikotik parah yang mungkin terkait dengan perilaku aneh, tidak
kooperatif, agresif fisik atau verbal, tidak teratur berbicara,
20
-
7/27/2019 Presentasi Kasus Psikiatri Ratna
21/25
berteriak atau kebisuan, suasana hati labil atau depresi, bunuh diri,
membunuh pikiran atau perilaku, kegelisahan , halusinasi, delusi,
disorientasi, perhatian terganggu, konsentrasi terganggu, gangguan
memori, dan wawasan miskin.
Seperti pada pasien psikiatrik akut, riwayat yang diperlukan
untuk membuat diagnosis mungkin tidak dapat diperoleh hanya dari
pasien. Walaupun adanya gejala psikotik mungkin jelas, informasi
mengenai gejala prodromal, episode suatu gangguan mood
sebelumnya, dan riwayat ingesti zat psikotomimetik yang belum
lama mungkin tidak dapat diperoleh dari wawancara klinis saja.
Disamping itu, klinis mungkin tidak mampu memperoleh informasi
yang akurat tentang ada atau tidaknya stressor pencetus.
Contoh yang paling jelas dari stresos pencetus adalah peristiwa
kehidupan yang besar yang dapat menyebabkan kemarahan
emosional yang bermakna pada tiap orang. Peristiwa tersebut
adalah kematian anggota keluarga dekat dan kecelakaan kendaraan
yang berat. Beberapa klinis berpendapat bahwa keparahan
peristiwa harus dipertimbangkan didalam hubungan dengan
kehidupan pasien. Walaupun pandangan tersebut memiliki alasan,
tetapi mungkin memperluas definisi stressor pencetus dengan
memasukkan peristiwa yang tidak berhubungan dengan episode
psikotik. Klinisi lain berpendapat bahwa stressor mungkin
merupakan urutan peristiwa yang menimbulkan stress sedang,
bukannya peristiwa tunggal yang menimbulakan stress dengan
jelas. Tetapi penjumlahan derajat stress yang disebabkan oleh
21
-
7/27/2019 Presentasi Kasus Psikiatri Ratna
22/25
urutan peristiwa memerlukan suatu derajat pertimbangan klinis
yang hampir tidak mungkin.
F. Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis gejala pasti gangguan psikotik
akut adalah sebagai berikut :
1) Halusinasi (persepsi indera yang salah atau yang dibayangkan :
misalnya, mendengar suara yang tak ada sumbernya atau melihat
sesuatu yang tidak ada bendanya).
2) Waham (ide yang dipegang teguh yang nyata salah dan tidak
dapat diterima oleh kelompok sosial pasien, misalnya pasien
percaya bahwa mereka diracuni oleh tetangga, menerima pesan
dari televisi, atau merasa diamati/diawasi oleh orang lain).
3) Agitasi atau perilaku aneh (bizar)
4) Pembicaraan aneh atau kacau (disorganisasi)
5) Keadaan emosional yang labil dan ekstrim (iritabel)
Berdasarkan DSM-IV diagnosisnya terutama atas lama gejala,
untuk gejala psikotik yang berlangsung sekurangnya satu hari tetapi
kurang satu bulan dan yang tidak disertai dengan suatu gangguan
mood, gangguan berhubungan dengan zat, atau suatu gangguan
psikotik karena kondisi medis umum, diagnosis gangguan psikotik
singkat kemungkinan merupakan diagnosis yang tepat. Untuk gejala
psikotik yang berlangsung lebih dari satu hari, diagnosis sesuai
yang harus dipertimbangkan adalah gangguan delusional (jika
waham adalah gejala psikotik yang utama), gangguan
22
-
7/27/2019 Presentasi Kasus Psikiatri Ratna
23/25
skizofreniform ( jikagejala berlangsung kurang dari 6 bulan), dan
skizofrenia (jika gejala telah berlangsung lebih dari 6 bulan).
23
-
7/27/2019 Presentasi Kasus Psikiatri Ratna
24/25
Adanya satu (atau lebih) gejala berikut :
1). Waham
2). Halusinasi
3). Bicara terdisorganisasi (misalnya sering menyimpang
atau inkoherensi)
4). Perilaku terdisorganisasi jelas atau katatonik
Catatan: jangan masukan gejala jika pola respon yang diterima
secara kultural.
b) Lama suatu episode gangguan adalah sekurangnya satu hari
tetapi kurang dari satu bulan, akhirnya kembali penuh kepada
tingkat funsi pramorbid.
c) Gangguan tidak lebih baik diterangkan oleh suatu ganggan
mood dengan ciri psikotik, gangguan skizoafektif, atau
skizofrenia dan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu
zat (misalnya obat yang disalahgunakan) atau suatu kondisi
umum.
24
-
7/27/2019 Presentasi Kasus Psikiatri Ratna
25/25
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jendral Pelayanan Medik.
Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ
III). Jakarta : Departemen Kesehatan RI. 1993.
2. Kaplan HI, Saddock BJ, Greb JA. Synopsis of Psychiatry:
Behavioral Sciences / Clinical Psychiatry. 9 th ed. USA : Lippincott
Williams & Wilkins. 2003.
3. Maslim R. Paduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik
Jakarta : PT Nuh Jaya. 1996.
4. Birnkrant J, Carlsen A. Crash course Psychiatry: The Psychotic
Disorders and The Mood disorders. In: Horton-Szar D, editor. U.K
ed. China: Mosby Elsevier Inc.2007.
5. Albers J L, Hahn RK, Reist C. Handbook of Psychiatric Drugs. 2005
edition. Current Clinical Strategies Publishing. Diunduh dari:
www.ccspublishing.com/ccs pada tanggal 25 Juni 2013.
http://www.ccspublishing.com/ccshttp://www.ccspublishing.com/ccs