makalah psikiatri

21
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk bio-psiko-sosio-spiritual yang unik dan menerapkan system terbuka dan saling berinteraksi. Manusia selalu berusaha mempertahankan keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk menyesuaikan diri dengan linkungannya. Keadaan individu yang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan disebut sehat, sebaliknya dikatakan sakit apabila gagal dalam menyesuikan diri dengan lingkungannya. Manusia sebagai system terbuka terdiri dari berbagai sub system atau komponen yang saling berhubungan secara terintegrasi untuk menjadi satu total system yaitu komponen biologik , komponen psikologik , komponen sosial dan komponen spiritual. Dalam memberikan asuhan keperawatan, konsep manusi sebagai makhluk bio psiko sosio spiritual mutlak harus kita terapkan. Karena konsep ini memandang manusia atau individu sebagai suatu kesatuan yang utuh dan bukan sebagai bagian atau system yang terpisah pisah. Jika mempelajari suatu bagian dari manusia harus mempertimbangkan bagaimana bagian tersebut berhubungan atau mempengaruhi bagian yang lainnya disamping itu juga harus mempertimbangkan interaksi atau hubungan individu dengan lingkungan eksternal 1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah pengertian dari bio-psiko-sosio-spiritual? 2. Bagaimana konsep manusia sebagai makhluk bio-psiko-sosio- spiritual? 3. Bagaimana perkembangan model bio-psiko-sosio-spiritial dalam psikologi kesehatan? 4. Apa sajakah pendekatan-pendekatan dalam ilmu psikiatri?

Upload: dian-alessa

Post on 01-Jan-2016

208 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

stikes icsada

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH PSIKIATRI

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia adalah makhluk bio-psiko-sosio-spiritual yang unik dan

menerapkan system terbuka dan saling berinteraksi. Manusia selalu berusaha

mempertahankan keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan

oleh setiap individu untuk menyesuaikan diri dengan linkungannya. Keadaan

individu yang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan disebut sehat,

sebaliknya dikatakan sakit apabila gagal dalam menyesuikan diri dengan

lingkungannya.

Manusia sebagai system terbuka terdiri dari berbagai sub system atau

komponen yang saling berhubungan secara terintegrasi untuk menjadi satu total

system yaitu komponen biologik , komponen psikologik , komponen sosial dan

komponen spiritual.

Dalam memberikan asuhan keperawatan, konsep manusi sebagai makhluk

bio psiko sosio spiritual mutlak harus kita terapkan. Karena konsep ini

memandang manusia atau individu sebagai suatu kesatuan yang utuh dan bukan

sebagai bagian atau system yang terpisah – pisah.

Jika mempelajari suatu bagian dari manusia harus mempertimbangkan

bagaimana bagian tersebut berhubungan atau mempengaruhi bagian yang lainnya

disamping itu juga harus mempertimbangkan interaksi atau hubungan individu

dengan lingkungan eksternal

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari bio-psiko-sosio-spiritual?

2. Bagaimana konsep manusia sebagai makhluk bio-psiko-sosio-

spiritual?

3. Bagaimana perkembangan model bio-psiko-sosio-spiritial dalam

psikologi kesehatan?

4. Apa sajakah pendekatan-pendekatan dalam ilmu psikiatri?

Page 2: MAKALAH PSIKIATRI

2

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian bio-psiko-sosio-spiritual

2. Mengetahui konsep manusia sebagai makhluk bio-psiko-sosio-spiritual

3. Mengetahui perkembangan model bio-psiko-sosio-spiritual

4. Mengetahui pendekatan-pendekatan dalam ilmu psikiatri

Page 3: MAKALAH PSIKIATRI

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Bio-Psiko-Sosio-Spiritual

Dimensi Organo-biologis yaitu aspek pengetahuan tentang organ-organ

tubuh serta fungsi fisiologis tubuh manusia khususnya yang berkaitan

langsung dengan aspek kesehatan jiwa (seperti Sistem Susunan Saraf

Pusat)

Dimensi Psiko-edukatif yaitu aspek pengetahuan tentang perkembangan

psikologis manusia serta pengaruh pendidikan-pengajaran terhadap

seorang manusia sejak lahir hingga lanjut usia.

Dimensi Sosial-Lingkungan yaitu aspek pengetahuan tentang pengaruh

kondisi sosial-budaya serta kondisi lingkungan kehidupan terhadap derajat

kesehatan jiwa manusia.

Dimensi Spiritual-Religius yaitu aspek pengetahuan tentang pengaruh

taraf penghayatan dan pengamalan nilai-nilai spiritual-religius terhadap

derajat kesehatan jiwa manusia.

2.2 Konsep manusia sebagai makhluk bio-psiko-sosio-spiritual

Manusia sebagai makhluk holistic

Holistic = keseluruhan / utuh,

Manusia atau individu adalah satu kesatuan yang utuh dari bio ( fisik / raga /

tubuh ) psiko (jiwa ) sosio ( hubungan dengan orang lain ) dan spiritual (

keyakinan / religius ). Manusia atau individu tidak bisa dipandang sebagai bagian

atau system per system yang dapat dipisah-pisahkan , antara bio – psiko – sosio –

spiritual saling mempengaruhi . dimana jika salah satu system yang terganggu

akan mempengaruhi atau mengganggu system yang lainnya. Sebagai contoh jika

kita ( tubuh ) mengalami sakit, kejiwaan kita cemas, marah atau sedih, sosial

; kita membutuhkan bantuan / pertolongan dari orng lain spiritual ; lebih

mendekatkan diri pada tuhan.

Page 4: MAKALAH PSIKIATRI

4

BIOLOGIK

- Manusia merupakan suatu kesatuan dari unsur terkecil yakni sel,

dimana sekumpulan sel akan membentuk jaringan , sekumpulan jaringan

akan membentuk organ , organ yang memiliki fungsi sama akan

membentuk system organ, sekumpulan system organ akan membentuk

individu.

- Manusia memiliki kebutuhan untuk mempertahankan hidup. Dengan

cara homeostasis yakni mempertahankan keseimbangan dalam tubuh kita

( internal ) dan adaptasi yakni penyesuaian diri terhadap lingkungan

( eksternal )

- Manusia terikat atau tidak lepas dari hukum alam yakni dilahirkan –

berkembang – mati.

PSIKOLOGIK

- Manusia memiliki stuktur kepribadian

- Manusia bertingkah laku atau berprilaku sebagai manifestasi kejiwaan

- Mempunyai daya pikir dan kecerdasan

- Mempunyai kebutuhan psikologik agar pribadi dapat berkembang

SOSIAL

- Manusia perlu hidup bersama, berhubungan dan saling kerja sama

dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidupnya

- Kehidupan dipengaruhi oleh kebudayaan

- Dipengaruhi dan beradaptasi dengan lingkungan sosial

- Dituntut untuk brtingkah laku sesuai dengan harapan dan norma yang

berlaku.

SPIRITUAL

- Mempunyai keyakinan atau mengakui adanya tuhan

- Memiliki pandangan hidup , motif atau dorongan hidup yang sejalan

dengan sifat – sifat religius yang dianutnya.

Page 5: MAKALAH PSIKIATRI

5

2.3 Perkembangan model bio-psiko-sosio-spiritial dalam psikologi

kesehatan

Pada abad 19, menurut Jane Ogden (2004), manusia lebih dipandang sebagai

mahluk biologis. Asumsi biologis yang berkembang saat itu dalam dunia medis

adalah:

(1) Penyebab penyakit ada di luar, individu lebih dianggap sebagai korban,

karena penyakit datang dari perubahan biologis yang berada di luar kontrol

individu. Penanganan penyakit dilakukan dengan usaha medis fisik di mana

dokter bertanggungjawab penuh pada penanganannya.

(2) Tidak ada kontinum antara sehat dan sakit.

(3) Mind-body split, pikiran ataupun perasaan saling independent dengan otak

ataupun organ fisik tubuh yang lain. Peran dari psikologi adalah bahwa sakit

membawa akibat pada keadaan psikologis, dan bukan sebaliknya.

Masih dalam buku yang sama, pada abad 20 muncul pandangan-pandangan baru

dalam dunia medis tentang hubungan mind – body yang mulai lebih

memperhitungkan faktor non medis, antara lain :

(1) Psychosomatic medicine, pandangan awal tentang psikis sebagai sebab

sakit adalah analisis Freud pada kasus histerycal paralysis (kelumpuhan

anggota badan tanpa ada sebab fisik biologis). Freud mengemukakan adanya

proses represi pengalaman/perasaan dalam mind (aspek mental) individu yang

akhirnya tampil dalam masalah fisik.

(2) Behavioral Health; menekankan peran tingkahlaku pada pembentukan life

style yang sehat (tingkah laku merupakan salah satu faktor yang berkontribusi

pada kondisi kesehatan)

(3) Behavioral medicine (Schwartz & Wartz, 1977 dalam Ogden: 2004); terapi

(modifikasi) tingkahlaku baik sebagai treatment atau usaha prevensi pada

penyakit fisik (hipertensi, addictive, obesity)

(4) Health Psychology (Matarazzo 1980, dalam Ogden: 2004),

menjelaskannya sebagai suatu agregat dari specific educational (‘pendidikan’

Page 6: MAKALAH PSIKIATRI

6

spesifik), dan kontribusi scientific profesional(profesional ilmiah), dari

disiplin psikologi untuk memajukan atau memelihara kesehatan, termasuk

juga didalamnya penanganan penyakit dan aspek-aspek lain yang terkait

dengannya.

Namun demikian, berbeda dengan pandangan psikosomatis, ataupun perilaku,

pendekatan ini menitikberatkan lebih spesifik dalam kajian ilmu psikologi. Dalam

pandangan Health Psychology atau Psikologi Kesehatan, sebab dari kondisi sakit

adalah Bio (virus, bakteri, luka), Psiko (tingkah laku, belief/keyakinan,

coping/strategi penanggulangan, stres, pain/nyeri), dan Sosial (kelas sosial, ethnis,

employment). Individu tidak dipandang semata korban penyakit, namun juga ikut

bertanggungjawab terhadap kondisi sakitnya. Perawatan yang berkembang dalam

penanganan penyakit tidak hanya medis, tetapi ‘perawatan’ tingkah laku, yang

menyangkut keyakinan, strategi penanggulangan, dan kepatuhan baik kepada

dokter ataupun tenaga profesional lain yang kompeten dalam penanganan

medisnya. Dalam pandangan ini, pasien (individu) ikut bertanggungjawab atas

keberhasilan perawatan penyakit yang diberikan. Mind (aspek mental/jiwa) dan

body (badan) dipandang sebagai entitas tersendiri yang saling berhubungan.

Psikologi lebih berperan, karena faktor psikologis bukan hanya sekedar akibat

namun bisa juga sebagai sebab.

Latar belakang tingkah laku manusia ternyata tidak hanya dapat dijelaskan

hanya dengan latar belakang psikologis dan sosial, apalagi jasmaniah semata. Di

dalam diri manusia terdapat ‘sesuatu’ yang begitu kuat mengarahkan manusia

dalam menerima dan menghadapi situasi. Manusia bisa terkena penyakit, ia bisa

terjebak dalam penderitaan yang tidak berujung, namun di dalam diri manusia

seperti ada ‘api’ semangat yang menyala dan memberikan manusia suatu nilai

yang seolah berada di luar jangkauan kemanusiaannya sendiri. Itulah aspek

spiritual, yang disebut Wong (2004) dalam makalahnya yang menarik sebagai

‘core’ dari healing. Spiritualitas dapat memberikan harapan dalam situasi di mana

harapan sudah tidak ada lagi. Harapan tersebut memberikan makna dan cara

pandang lain yang membuat kehidupan seseorang menjadi lebih berarti dan penuh

hikmah bagi dirinya sendiri dan orang lain. Dengan ‘cahaya’ psikologi positif, dan

Page 7: MAKALAH PSIKIATRI

7

pemikiran Victor Frankl, Wong melihat kaitan antara aspek biologis, psikologis,

sosial, dan spiritual sebagai berikut :

Seseorang hidup dalam konteks sosiokultural yang tidak bisa dilepaskan

dari dirinya. Dimensi ini memberikan landasan penting bagi perkembangan

somatik (dan psikosomatik) yang membuat ia memiliki kerangka berfikir tertentu

tentang diri, badan, penyakit, dan kesehatan. Melalui proses meta komunikasi

yang dilakukan dengan dirinya sendiri (tentu dalam konteks sosial di mana ia

berada), ia memberikan makna bagi kondisi dirinya. Seperti Frankl yang

kemudian menemukan makna di dalam penderitaannya, seseorang

mengembangkan sikap tersendiri ketika ia berada di dalam penderitaan. Proses ini

dapat membawanya ke dalam suatu tahap transendensi, sehingga ia berpeluang

memandang ‘penderitaan’nya dari sudut yang lebih ‘luas’, lebih ‘dalam’ dan lebih

‘bermakna’. Bila hal ini dapat dikembangkan secara berkesinambungan dan

tumbuh secara konsisten melalui berbagai pengalaman, kematangan spiritual

dapat berkembang menjadi suatu ‘optimisme’, yang disebut Wong sebagai

Positive Psychology ‘optimism’. Optimisme ini dapat bertumbuh berdasarkan

suatu tahapan-tahapan di mana dalam suatu kondisi tertentu (yang biasanya

tragis), manusia :

1. Menerima – menerima realitas, seburuk apapun kondisinya

2. Meng’afirmasi’ – menerima secara lebih mendalam nilai dan makna hidup

yang datang bersamaan dengan situasi tersebut

3. Berani – berani ‘hijrah’ ke kondisi pemaknaan ataupun situasi yang lebih

baik

4. Takdir – Meyakini Tuhan/sesuatu di luar diri sebagai kuasa yang lebih

besar

5. Transendensi Diri – melihat situasi/yang lain sebagai sesuatu yang lebih

besar dari dirinya sendiri

Dengan demikian, tidak ada penyangkalan, misalnya, dan tidak ada angan-

angan kosong yang diterima sebagai khayalan belaka. Suatu situasi dipandang

sebagai sesuatu yang nyata, yang harus diterima dan masih memungkinkan

Page 8: MAKALAH PSIKIATRI

8

terjadinya ‘dinamika’ selama kita mengharapkan sesuatu yang lebih baik

dalam situasi yang terbatas/sangat tidak menguntungkan sekalipun.

2.4 Pendekatan-pendekatan dalam ilmu psikiatri

A. Pendekatan biologis

M enu r u t mo d e l i n i , p r i l ak u abn o rm al t imb u l k a r ena

an ek a k on d i s i organis tak sehat yang merusak fungsi sistem syaraf

pusat di otak. Gangguan prilaku di pandang sebagai suatu penyakit yang

langsung menyerang otak atau keadaan tidak ideal pada tubuh yang

akhirnya juga berakibat mengganggu atau melumpuhkan kerja

otak.Contohnya adalah infeksi sipilis tahap lanjut yang menyerang otak

atau keracunan obat dan malnutrisi atau kekurangan gizi yang dapat

mempengaruhi secara negatif kerja otak. Untuk mengatasinya, sumber

gangguan yang bersifat b i o l o gi s a t au f i s ik i t u p e r l u d i a t a s i

a t au d i h i l an gk an d en gan o b a t -o b a t an . Pendekatan ini juga

disebut dengan pendekatan medis. Menurut marlina (bahan ajar mata

kuliah psikiatri 5: 2007) pendekatan dalam psikiatri yang memandang

ganggguan mental sebagai penyakit saraf pusat yang di sebabkan oleh

patologi otak. Akar dari pandangan biologis di tandai oleh tiga hal yaitu:

1. Patologi otak sebagai factor penyebab

2. Penyebab biokimiawi atas abnormalitas

3. Factor factor genetic dalam abnormalitas

B. Pendekatan Psikoanalistik

Model ini diturunkan dari teori psikoanalisis yang dikemukakan

oleh Sigmund Freud. Menurut Freund, aneka situasi menekan yang

mengancamakan menimbulkan kecemasan dalam diri seseorang. Kecemasan

ini berfungsi sebagai peringatan bahaya sekaligus merupakan kondisi tak

menyenangkan yang perlu di atasi. Menyenangkan yang perlu diatasi.

Jika individu mampu mengatasi sumber tekanan, kecemasan akan hilang.

Sebaliknya jika gagal dan kecemasan terus mengancam, m u n gk in dengan

intensitas yang meningkat pula maka individu akan menggunakan

Page 9: MAKALAH PSIKIATRI

9

salah satu atau beberapa bentuk merkanisme pertahanan diri.langkah ini secara

suprfisial dapat membebaskan individu dari kecemasannya, namun akibatnya

dapat timbulkesenjangan antara pengalaman individu dan realitas.

Model psikionalitik dalam mengkaji gangguan pasien senantiasa menilik-

jauh ke masa masa pekembangan pasien. Kajian itu ingin melihat kalau kalu

pasien pernah trauma atau frustasi yang di alami dalam menjalani kehidupan,

yaitu masa oral, masa anal, masa phallis, masa laten,hingga masa genital. Lebih

jauh lagi, mengkaji secara hipnotisbekas tauma di alam ketidak sadaran si

pasien.

Untuk menolongnya, sumber gangguan berupa frustasiberat yang di tekan

kedalam ketidak sadaran itu harus di bongkar, di angkat ke permukaan untuk

selanjutnya di terima atau di akui dan di atasi, lewat teknik psikoanalitik.

C. Pendekatan Behavioristik

Pada pendekatan ini, penyakit gangguan prilaku adalah proses belajar yang

salah. Bentuk kesalahan belajar itu ada dua kemungkinan yaitu:

a. pertama, Gagal mempelajari bentuk prilaku atau kekacauan

adaptif yang diperlukan dalam hidup. Kegagalan ini dapat

bersumber tidak adanya kesempatan untuk belajar. Misalnya, seorang

anak laki laki di besarkan ibunya, sudah dewasa dia bersifat feminism,

karena tidak pernah menemukan model untuk mempelajari sifat sifat dan

peran lelaki.

b. Kedua, Mempelajari tingkah laku yang mal adaptif. Misalnya, seorang

anak yang telah dewasa cendrung agresif dan asocial karena di besarkan di

tengah keluarga yang retak dengan ayah pemabuk, senang memukuli istri

dan anak anaknya.

Menurut model behavioristik, tingkah laku mal adaptif yang terlajur terbentuk

dapat di hilangkan dengan cara yang bersangkutan ditolong belajar

menghilamgkannya sekaligus mempelajari tingkah laku baru yang lebih menjamin

kebahagiaan bagi dirinya sendiri maupun dalam hubungannya dengan orang lain.

Page 10: MAKALAH PSIKIATRI

10

D. Pendekatan kognitif

Pendekatan ini merupakan kelanjutan dari pendekatan behaviorisme,

dimana pendekatan kognitif berpendapat bahwa kognisi adalah pikiran dan

keyakinan yang membentuk perilaku kita maupun emosi yang kita alami.

E. Pendekatan Humanistik

Menurut pendekatan humanistik, penyebab gangguan prilaku

adalah terhambat atau terdistorikannya perkembangan pribadi dan

kecendrungan wajar arah kesehatan fisik dan mental. Hambatan ini bersumber

dari faktor:

a. Penggunaan mekanisme pertahanan diri yang berlebihan sehingga individu

semakin kehilangan kontak dengan realitas.

b. Kondisi sosial yang tidak menguntungkan serta proses belajar yang tidak

semestinya.

c. Stress yang berlebihan.

Menurut pendekatan ini, tujuan psikotrapi adalah menolong individu

meninggalkan benteng-benteng atau topeng topeng pertahanan diri dan belajar

mengakui dan menerima pengalaman-pengalaman sejati mereka, belajar

mengembangkan bentuk kompetensi yang diperlukan dan menemukan nilai-nilai

hidup.

F. Pendekatan Eksistensial

Menurut para eksistensial, manusia modern terjebak dalam situasi hidup tidak

menyenangkan yang merupakan buah pahit dari modernisasi yang berupa:

a. Melemahnya nilai-nilai tradisional,

b. Krisis iman,

c. Hilangnya pengakuan atas diri individu sebagai pribadi akibat

berubahnya masyarakat agraris/ tradisional ke arah masyarakat biokratik

yang melayani.

d. Menghilangnya banyak hal yang dapat menjadi sumber makna hidup,

seperti, persahabatan, kesetiakawanan, gotong royong, dan sebagainya.

Page 11: MAKALAH PSIKIATRI

11

Dengan kata lain, orang modern mengalami alienasi atau keterasingan. Ia tidak

lagi mengenal tuhan, tidak lagi mengenal sesamanya, bahkan tidak belaka. Situasi

ini membuat orang merasa kosong hidupnya, merasa serba cemas, dan akhirnya

terperosok kedalam psikopatologi. Maka, menurut modelek sistensial, tujuan

psikoterapi adalah menolong orang menjernihkan nilai hidupnya dan membuat

hidup lebih bermakna. Sebagai makhluk yang di yakini mampu membuat

keputusan pilihan secara rasional dan bertanggung jawab, individu ditolong

mmengembangkan gaya hidup yang lebih menjamin terciptanya hubungan yang

konstruktif dengan sesamanya serta tercapai pemenuhan diri.

G. Pendekatan Interpersonal

Menurut model ini, hubungan antar pribadi yang tidak

memuaskan salah satu pihak merasa bahwa keuntungan yang di terimanya tidak

sepadan dengan pengorbanan yang telah di berikannya, maka ia akan merasa rugi

dan menderita. Kalau ia memiliki cukup kebebasan, mungkin ia akan memutuskan

hubungan tersebut. Sebaliknya, kalau ia tidak dapat keluar dari situasi hubungan

tidak adil yang menibulkan penderitaan itu, setelah melewati batas kemampuan

tertentu, mungkin ia akan ambruk terjerembab kedalam psikopatologis.

Menurut model ini, tujuan psikoterapi adalah menolong orang

keluar dari hubungan yang bersifat patogenik atau menimbulkan masalah, dan

mengembangkan hubungan hubungan baru yang yang lebih manusiawi dan

memuaskan.

H. Pendekatan Sosiokultur

Sumber penyebab utama prilaku abnormal adalah keadaan obyektif

dimasyarakat yang bersifat merugikan, seperti kemiskinan,

diskriminasi, dan prasangka ras, ataupun kekejaman dan kekerasan. Maka

bentuk stressoratau situasi menekan di berbagai tempat dapat berbeda beda

bergantung kontekssosiokultural dimana individu hidup.

Misalnya, dii daerah pedesaan yang masyarakatnya bersifat homogen, sumber

utama penyebab gangguan perilaku kemungkinana besar adalah kemiskinan.

Sebaliknya, di kota kota besar dengan dengan masyarakat yang heterogen,

Page 12: MAKALAH PSIKIATRI

12

penyebab penting timbulnya gangguan perilaku dikalangan kelompok minoritas

mungkin berupa diskriminasi. Selain itu, pola gangguan perilaku di suatu

masyarakat dapat berubah ubah sejalan dengan perubahan peradapan. Sebagai

contoh, pada masa ketika sigmun freud hidup, gangguan perilaku yang banyak di

temukan pada kaum wanita adalah sejenis neorosis yang disebut hysteria. Pada

zaman modern sekarang, gangguan yang cukup ‘populer ‘ dimana mana,

khususnya di kota kota besar adalah stress.

KESIMPULAN

A. Pendekatan biologis

Pendekatan yang memandang terjadinya gangguan pada pusat sitem syaraf

pusat (patologi otak).

B. Pendekatan psikoanalitis

Pendekatan yang memandang terjadinya abnormalitas pada psikologis

seseorang.

C. Pendekatan behavioristik

Pendekatan ini memandang terjadinya ke abnormalan pada tingkah laku

seseorang dan prilaku seseorang yang di sebabkan dengan pengajarannya pada

waktu masih kecil.

D. Pendekatan kognitif

Pendektan memandang terjadinya mal adaptif bersebab karena kognitif

seseorang.

E. Pendekatan humanistic

Pendekatan ini memandang penyebab gangguan prilaku adalah

terhambat atau terdistorikannya perkembangan pribadi dan

kecendrunganwajar arah kesehatan fisik dan mental.

F. Pendekatan eksistensial

Pendekatan ini menekankan pada realitas primer kesadaran atau pengalaman

dan keputusan keputusan individual yang dilakukan secara sadar.

Page 13: MAKALAH PSIKIATRI

13

G. Pendekatan interpersonal

Pendekatan ini menekankan pada peran relasi antar pribadi dan membentuk

perkembangan dan prilaku individual.

H. Pendekatan sosiokultural

Pendekatan ini menekankan pada perubahan social dan ketidak pastian yang

terjadi di lingkungan.

.

Page 14: MAKALAH PSIKIATRI

14

BAB III

KASUS

A. Pengkajian Kasus.

3.1 Identitas

N a m a : TN. S No. Reg. 10166130

U m u r : 25 tahun Tgl. MRS : 24-5-2002

Jenis kelamin : Laki-laki Tgl Pengkjian : 31—5-2002

Agama : Islam

Informasi : Ny. R

A l a m a t : Wonosari Lor 116 B Surabaya.

3.2 Alasan MRS : Sejak 1 minggu sebelum pasien MRS, pasien tidak mau

bicara, sulit tidur, makan/minum hanya sedikit, pasien tidak mau

keluar rumah, sering menyendiri dikamar, tidak mau kerja dan tidak

mau membantu orang tua.

3.3 Faktor predisposisi. Pernah mengalami sakit jiwa 1 tahun yang lalu

sepulang dari Bali (diajak teman-teman hanya satu hari saja). Sejak

saat itu pasien lebih banyak diam, tidak mau keluar rumah. Saat sakit

tidak berobat ke Pelkes(RS) hanya berobat kedukun (para normal)

dengan harapan agar dapat sembuh. Klien saat ini dirawat pertama kali

di ruang jiwa C RSUD Dr Soetomo Surabaya oleh karena tidak

manpan berobat pada dukun (paranormal). Anggota keluarga tidak ada

yang menderita gangguan jiwa.

3.4 Faktor Presipitasi : Keterangan dari ibu klien pernah mendapatkan

pekerjaan yaitu pelayaran antar pulau, tapi tidak sesuai dengan

keinginannya yaitu ingin kerja dikantor, tapi tidak tercapai. Akhirnya

pasien lebih banyak waktu luangnya dirumah, sejak itu klien lebih

banyak mengeluh tentang keadaanya.

Page 15: MAKALAH PSIKIATRI

15

3.5 Pemeriksaan fisik : Tanda vital : T : 120/80 mmhg N : 80x/mt

S : 36,50 C R : 18x/mt

Page 16: MAKALAH PSIKIATRI

16

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Konsep diri (biologi)

a. Citra tubuh : Klien mengatakan badanya kurus dan tak tahu tentang keadaanya.

b.Identitas diri : Klien belum jelas menyebutkan nama, menyatakan sudah tidak

bekerja.

c. Peran : Anak ke 7 dari 7 bersaudara, karena terakhir maka sangat dimanjakan

oleh kedua orang tuanya.

d. Ideal diri : Klien mengatakan ingin pulang kerumah ingin kumpul lagi

bersama keluarga.

e. Harga diri : Klien tidak suka bergaul dengan teman-teman sebayanya atau

dengan tetangganya.

4.2 Status mental (psikologi)

a. Penampilan sehari-hari : klien penampilan sehari-hari rapih dan postur tubuh

agak kurus, mandi kadang bila dibantu, rambut tersisir rapih, berpakaian sesuai.

b. Pembicaraan : Nada bicara lambat, klien menjawab pertanyaan dengan singkat.

c. Aktifitas motorik : Klien tampak lemah dan sering duduk sendirian kadang-

kadang duduk ditempat tidur, psikomotor menurun (Negativisme +).

d. Alam perasaan : Sedih, pandangan kosong, berdiam diri dan tampak ekspresi

wajah lemah.

e. Afek/Emosi : dangkal.

f. Interaksi Selama wawancara : Saat diajak bicara kontak mata tidak ada,

sering menunduk, jawabanya singkat hanya sesuai apa yang ditanyakan,

komunikasi verbal sangat minimal & tak lancar.

g. Persepsi sulit dievaluasi oleh karena mutisme.

h.Arus pikir : daya ingat klien masih baik, mampu jawab pertanyaan walaupun

terbatas/tidak lancar.

i. Isi pikir : Tidak terjadi waham, hanya saja mengeluh badannya lemah dan tak

bertenaga, ludah keluar terus sampai terasa mual.

Page 17: MAKALAH PSIKIATRI

17

j. Tingkat kesadaran berubah, orientasi daya ingat sulit dievaluasi oleh karena

mutisme.

k. Memori/daya ingat baik, klien ingin pulang karena rindu keluarga dirumah.

l. Kemampuan penilaian masih bias membedakan antara hal yang bersih dan

kotor.

m. Intelegensia sulit dievaluasi oleh karena mutisme

n. Kemauan sulit dievaluasi oleh karena mutisme.

4.3 Hubungan social

Orang terdekat adalah ayah/ibu, klien tidak pernah terlibat dalam kegiatan social.

Klien akhir-akhir ini lebih banyak diam dirumah dan menyendiri dikamar.

4.4 Spiritual

Klien beragama Islam dan percaya bahwa Tuhan itu ada. Kegiatan ibadah akhir-

akhir ini jarang dilaksanakan, hanya sering memakai penutup kepala.

4.5 Therapi medis

- Largactil 50 mg IM

- Trifluofenazine 2x 2,5 mg

- Promactil 2 x 100 mg

4.6 Intervensi

1. Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi

terapeutik:

Sapa klien dengan ramah

Perkenalkan diri dengan sopan

Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan

Jelaskan tujuan

Jujur dan menepati janji

Tunjukan sikap empati dan menerima apa adanya

Beri perhatian

Page 18: MAKALAH PSIKIATRI

18

2. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien

Setiap ketemu klien jangan menilai negatif

Utamakan memberi pujian yang realistik

3. Diskusikan dengan klien kemampuan yang digunakan selama sakit

Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaanya.

4. Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan

Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi pasien

Berikan contoh kegiatan yang boleh dilakukan klien

5. Beri kesempatan klien untuk mencoba kegiatan yang telah dikemukakan

Beri pujian atas keberhasilanya

Diskusikan kemungkinan pelaksanaan dirumah

Page 19: MAKALAH PSIKIATRI

19

BAB V

KESIMPULAN

Manusia atau individu tidak bisa dipandang sebagai bagian atau system

per system yang dapat dipisah-pisahkan , antara bio – psiko – sosio – spiritual

saling mempengaruhi . dimana jika salah satu system yang terganggu akan

mempengaruhi atau mengganggu system yang lainnya. Dalam pandangan Health

Psychology atau Psikologi Kesehatan, sebab dari kondisi sakit adalah Bio (virus,

bakteri, luka), Psiko (tingkah laku, belief/keyakinan, coping/strategi

penanggulangan, stres, pain/nyeri), dan Sosial (kelas sosial, ethnis, employment).

Pendekatan-pendekatan dalam ilmu psikiatri adalah :

A. Pendekatan biologis

Pendekatan yang memandang terjadinya gangguan pada pusat sitem syaraf

pusat (patologi otak).

B. Pendekatan psikoanalitis

Pendekatan yang memandang terjadinya abnormalitas pada psikologis

seseorang.

C. Pendekatan behavioristik

Pendekatan ini memandang terjadinya ke abnormalan pada tingkah laku

seseorang dan prilaku seseorang yang di sebabkan dengan pengajarannya pada

waktu masih kecil.

D. Pendekatan kognitif

Pendektan memandang terjadinya mal adaptif bersebab karena kognitif

seseorang.

E. Pendekatan humanistic

Pendekatan ini memandang penyebab gangguan prilaku adalah

terhambat atau terdistorikannya perkembangan pribadi dan

kecendrunganwajar arah kesehatan fisik dan mental.

F. Pendekatan eksistensial

Pendekatan ini menekankan pada realitas primer kesadaran atau pengalaman

dan keputusan keputusan individual yang dilakukan secara sadar.

G. Pendekatan interpersonal

Pendekatan ini menekankan pada peran relasi antar pribadi dan membentuk

perkembangan dan prilaku individual.

Page 20: MAKALAH PSIKIATRI

20

H. Pendekatan sosiokultural

Pendekatan ini menekankan pada perubahan social dan ketidak pastian yang

terjadi di lingkungan.

Page 21: MAKALAH PSIKIATRI

21

DAFTAR PUSTAKA

http://id.netlog.com/ahmadgimmy/blog/blogid=164362

http://irvanzaky.blogspot.com/2011/10/biopsiko-sosio-spiritual.html

http://www.scribd.com/doc/42242706/Bahan-Ajar-Psikiatri

Marlina.2007.Bahan Ajar Mata Kuliah Psikiatri.unp: padang

MFI baihaqi dkk.2007.Psikiatri. PT.refika aditama: bandung