laporan kasus kista coklat
Post on 03-Feb-2016
267 views
DESCRIPTION
laporanTRANSCRIPT
LAPORAN KASUSKISTA ENDOMETRIOSIS
Oleh:
Anggoro Satrio Bimantoro
Steven Budiharjo
Nathalia Chrisanty
Prayogo James Anggono
Pembimbing :
dr. Hermawan Wibisono, SpOG(K)
LATAR BELAKANG
Endometriosis merupakan suatu kondisi yang
dicerminkan dengan keberadaan dan
pertumbuhan jaringan endometrium di luar
uterus.
Jaringan endometrium itu bisa tumbuh di ovarium,
tuba falopii, ligamen pembentuk uterus, atau
bisa juga tumbuh di apendiks, colon, ureter
dan pelvis.
Endometriosis terjadi ketika salah satu jaringan normal dari lapisan uterus,
yaitu endometrium, tumbuh secara ektopik
pada organ-organ tubuh selain uterus
TUJUANUntuk mengetahui gambaran lengkap tentang
endometriosis
Untuk mengetahui faktor resiko yang diduga berperan dalam terjadinya kista coklat pada pasien
dalam laporan kasus ini.
Untuk mengetahui bagaimana mendiagnosis kista coklat pada pasien dalam laporan kasus ini.
Untuk mengetahui penatalaksanaan pada pasien dengan kista coklat.
Untuk mengetahui prognosis pada pasien dengan kista coklat
URAIAN KASUSIdentitas Pasien
Register : 1508060109Nama : Ny. MUmur : 34 thAlamat : Ds. Gandusari rt. 30/ rw. 10, TrenggalekPendidikan : SMAPekerjaan : Ibu rumah TanggaStatus : Menikah 1x : 14 tahunAgama : IslamBangsa : Indonesia
Identitas Pasangan Nama : Tn. H Umur : 54 th Alamat : Ds. Gandusari rt. 30/ rw. 10, Trenggalek Pendidikan: SMP Pekerjaan : Buruh Agama : Islam Bangsa : Indonesia
Subyektif
Ny. M/ 34 tahun/ menikah 1x, 14 th / Anak terakhir usia 13 tahun/ P1001 Ab000 / HPHT: 30 Juli 2015 / tidak memakai KB
Keluhan utama: benjolan di perut kurang lebih 3 bulan dan terasa nyeri
Pasien rujukan dari RSUD dr. Soedomo Trenggalek dengan diagnosis kista ovarii curiga keganasan
Pasien mengeluh benjolan di perut sejak 3 bulan yang lalu, makin lama semakin membesar. Keluhan disertai nyeri.
5 Agustus 2015 pasien berobat ke RSUD Dr. Soedomo dan dicurigai kista ovarii. Kemudian pasien dirujuk ke RSSA.
BAB dan BAK saat ini dalam batas normal, penurunan berat badan disangkal, tidak didapatkan keluhan lain.
Menarche usia 12 tahun. Riwayat menstruasi 1 kali per bulan, lama haid per siklus 4-5 hari dengan perdarahan sedang (3-4 pembalut dalam sehari), nyeri haid (+), keputihan (-)
Riwayat kehamilan dan persalinan
NO.At/P/
I/Ab/EBBLf Cara lhr Penolong L/P Umur H/M
1. At 3500gr spontan Bidan L 14th H
Riwayat penyakit dahulu : hipertensi (-), penyakit jantung (-), DM (-), penyakit ginjal (-)
Riwayat operasi sebelumnya : disangkal Riwayat penyakit keluarga : ibunya mengalami
pendarahan pada usia 50 tahun. Sudah dirawat di rumah sakit tapi psien lupa diagnosis pada ibunya. Ibu pasien meninggal 5 tahun yang lalu karena penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan
Riwayat terapi : pasien belum pernah berobat sebelumnya.
OBJEKTIF STATUS GENERALIS
KU : baik, CM, GCS 456
Vital Sign : Tensi 110/70 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
RR : 18 kali/menit
Tax :36.5o C
K/L : anemis -/-, icterus -/-
Thoraks : Cor: S1-S2 reguler, murmur (-)
Pulmo : Rhonki -/-, Wheezing -/-
Abdomen : teraba massa kistik ukuran + 10x10cm, permukaan rata, berbatas tegas, mobilitas terbatas, nyeri (-)
Ekstremitas : akral hangat, edema (-)
STATUS GENITALIS GE : v/v fluor (-), flux (-) Inspekulo : v/v fluor (-), flux (-), OUE tertutup,
licin, terdorong ke arah kiri VT : v/v flux (-) minimal, fluor (-) POMP tertutup, licin, terdorong ke arah kiri CUAF dalam batas normal Adnexa Parametrium D/S : massa kistic ukuran +
10x10 cm, permukaan rata, batas tegas, nyeri (-), mobilitas terbatas
Cavum Douglas : tidak menonjol
Pemerksaan Penunjang Laboratorium (tanggal 6 Agustus 2015)
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan
Hematologi
Hemoglobin 12,70 g/dL 11.4-15.1
Eritrosit 4,52 g/dL 4,0-5,0
Leukosit 8,83 µL 4.700 -11.300
Hematokrit 37,40 % 38-42
Trombosit 412 103/µL 142-424
Diff count 2,8/0,6/56,1/32,7/7,8 %
MCV/MCH/MCHC 82,7/28,10/34,0
Faal hemostasis
PPT
APTT
10,70
31,20
Detik
Detik
11,5-11,8
27,4-28,6
Faal Hati
AST/SGOT 13 U/L 0-32
ALT/SGPT 11 U/L 0-33
Albumin 4,62 g/dL 3,5 – 5,5
Faal Ginjal
Ureum/Creatinin 22,50/0,74 mg/dL 16.6-48.5/ <1.2
Metabolisme Karbohidrat
Glukosa Darah
Sewaktu
100 mg/dL <200
Elektrolit Serum
Na/K/Cl 140/3,90/107 mmol/L 136-145/ 3,5-5/ 98-
106
Penanda Tumor
Ca 125 101,40 U/ml <35
Tampak lesi kistik berdinding tegas permukaan reguler, dengan internal echo homogen didalamnya. Ukuran +11,9x10x6,9 cm pada proyeksi adnexa kiri, disertai septa didalamnya yang dengan teknik color doppler tampak vaskularisasi pada dinding septanya dengan RI 0,6. Tidak tampak struktur ovarium kiri normal
Ovarium kanan : ukuran membesar +5x4,7 cm dengan korpus luteum diameter +2 cm dan lesi kistik ukuran + 4,3x2,3 cm, dinding reguler, disertai internal echo homogen tipis dengan teknik color doppler tampak vaskularisasi pada dinding dengan RI 0,77
Tidak tampak echo cairan bebas intraperitoneum
Massa kistik adnexa bilateral dengan skor B mode = 2 dan color doppler = 1 (benign) ; sesuai gambaran
chocolate cyst dextra & sinistra (dominan sinistra)
Assessment
Cystoma ovarii suspect ganas
Planning Therapy
Konsultasi ke bagian kardiologi dan anastesi untuk persiapan cysteretomy
Planning KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi)
Memberitahukan kepada pasien tentang penyakit yang diderita pasien saat ini.
Menjelaskan kepada keluarga pasien tentang rencana diagnosis dan rencana terapi yang akan dilakukan pada pasien.
Menjelaskan tentang prognosa pasien.
DEFINISI
ENDOMETRIOSIS
• Implan jaringan (sel-sel kelenjar dan stroma) abnormal mirip endometrium (endometrium like tissue) yang tumbuh di sisi luar kavum uteri, dan memicu reaksi peradangan menahun
• Jaringan ini terdiri dari kelenjar dan stroma
KISTA ENDOMETRIOSIS
• suatu jenis kista yang berasal dari jaringan endometrium
Insiden endometriosis meningkat pada wanita dengan Usia usia produktif Menstruasi Dini ( <10 thn) Riwayat Keluarga Siklus haid pendek Menoragia
FAKTOR RESIKO
1. Teori retrograde menstruasi
Disebut teori implantasi jaringan endometrium yang viable (hidup).
Didasari 3 asumsi:
Terdapat darah haid berbalik melewati tuba falopii
Sel-sel endometrium yang mengalami refluks hidup dalam rongga peritoneum
Sel-sel endometrium tersebut dapat menempel ke peritoneumd (invasi), implantasi dan proliferasi.
Penelitian:
Laparoskopi : ditemukan refluks darah haid dalam cairan peritoneum pada 75-90% wanita dengan tuba falopii paten.
dilakukan kultur sel hidup, melekat dan menembus permukaan mesotelial peritoneum.
ETIOLOGI
2. Teori metaplasia soelomik
Berasal dari perubahan metaplasia spontan sel-sel mesotelial yang berasal dari epitel soelom (terletak dalam peritoneum dan pleura)
Perubahan ini dirangsang oleh faktor infeksi, hormonal dan rangsangan induksi lainnya.
3. Teori transplantasi langsung
Transplantasi langsung jaringan endometrium pada saat tindakan yang kurang hati-hati, seperti saat SC, operasi bedah lain, atau perbaikan episiotomi
mengakibatkan timbulnya jaringan endometriosis pada bekas parut operasi dan pada perineum bekas perbaikan episiotomi tersebut (Lee, 2009).
4. Teori Genetik dan Imun 6-7 kali lebih sering : hubungan keluarga ibu dan anak gangguan respon imun pembuangan debris pada
darah haid yang membalik tidak efektif. Makrofag terdapat dalam cairan peritoneum dan
jumlah serta aktifitasnya meningkat teraktivasi sitokin yang merangsang proliferasi dari endometrium ektopik dan menghambat fungsi pemakannya.
Aktifitas sitotoksik menurun dan lebih jelas terlihat pada stadium endometriosis lanjut
5. Faktor Endokrin
Perkembangan dan pertumbuhan endometriosis tergantung kepada estrogen (estrogen-dependent disorder).
Penyimpangan sintesa dan metabolisme estrogen implikasi patogenesa endometriosis.
KLASIFIKASI
• Lesi di peritoneum akan banyak tumbuh vaskularisasi sehingga menimbulkan perdarahan saat menstruasi
PERITONEAL ENDOMETRIOSIS
• Ovarian endometrioma diduga terbentuk akibat invaginasi dari korteks ovarium setelah penimbunan debris menstruasi dari perdarahan jaringan endometriosis.
ENDOMETRIOMA
• Jaringan ektopik menginfiltrasi septum rektovaginal atau struktur fibromuskuler pelvis seperti uterosakral dan ligamentum utero-ovarium
DEEP NODULAR ENDOMETRIOSIS
Derajat endometriosis berdasarkan skoring dari Revisi AFS (American Fertility Society, 2007)
Skor 1-5: Stadium I (penyakit minimal)
Skor 6-15: Stadium II (penyakit sedang)
Skor 16-40: Stadium III (penyakit berat)
Skor >40: Stadium IV (penyakit sangat berat)
Histogenesis
• endometriosis terjadi karena adanya proses regurgitasi darah haid melalui tuba kedalam rongga pelvis
TEORI SAMPSON
• endometriosis terjadi karena rangsangan pada sel-sel epitel berasal dari selom yang dapat mempertahankan hidupnya di daerah pelvis
TEORI ROBERT MEYER
• faktor genetik dan imunologis sangat berperan terhadap timbulnya endometriosis
TEORI DMOWSKI
GAMBARAN PATOLOGIS
• Gambaran mikroskopik variabel
• ovarium dan biasanya bilateral
Lokasi
• Pada ovarium : kista-kista biru kecil sampai besar berisi darah tua menyerupai coklat
• Darah tua dapat keluar sedikit-sedikit karena luka pada dinding kista , menyebabkan perlekatan antara permukaan ovarium dengan uterus, sigmoid dan dinding pelvis
• kelenjar dan stroma endometrium dan perdarahan berupa eritrosit, pigmen hemosiderin dan sel-makrofag berisi hemosiderin.
• sel-sel radang dan jaringan ikat sebagai reaksi dari jaringan normal di sekelilingnya.
Histologi
• Nyeri perut bawah yang progresif dan dekat pahaDismenore
• karena adanya endometriosis di kavum Douglasi.Dispareunia
• waktu defekasi, karena endometriosis pada dinding rekstosigmoid.
• Kadang terjadi stenosis dari lumen usus besar
Nyeri
• 30-40%• motilitas tuba terganggu karena fibrosis
dan perlekatan jaringan di sekitarnyaInfertilitas
GEJALA KLINIS
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : CA-125 Imaging : USG, MRI, CT
Pemeriksaan FisikPemeriksaan abdomen Pemeriksaan rektovaginal
AnamnesisNyeri daerah pelvis, adanya benjolan pada perut bagian bawah, kadang
mempunyai gangguan haid & ada nyeri,infertilitas
DIAGNOSIS
Terapi Pembedahan
Konservatif
Semi Konservatif
PENATALAKSANAAN
Radikal
Jika fungsi reproduksi berusaha dipertahankan
jika kemampuan reproduksi dikurangi tetapi fungsi ovarium masih ada
jika uterus dan ovarium diangkat secara keseluruhan
PENATALAKSANAAN
• Adhesi peritubal and periovarian menginterferensi transportasi ovum secara mekanik dan berperan dalam subfertilitas
• Pilihan lain untuk mendapatkan kehamilan: inseminasi intrauterin, superovulasi, dan fertilisasi invitro
Endometriosis dan subfertilitas
• Terapi medis: pil kontrasepsi oral kombinasi, danazol, agen progestational, dan analog GnRH
• pil kontrasepsi oral kombinasi supresi ovarium, efek progestin lama
• Progesteron atrofi endometrium• Analog GnRH menurunkan gejala nyeri, tidak berefek fertilitas• Danazol hambat siklus FSH dan LH, mencegah steroidogenesis
di corpus luteum
Terapi Medikamentosa (Hormonal)
Konservatif
• Metode konservatif. Ablasi dikalukan dengan laser atau elektrodiatermi
• 19% rekuren, 87% mengurangi nyeri
Laparoskopi
merusak jaringan endometriosis &melepas perlengketan perituba dan periovarian yang menjadi sebab nyeri dan mengganggu transportasi ovum
Laparoscopic Uterine Nerve Ablation (LUNA) • Flushing tuba dengan media larut minyak
• neurektomi presakral. pada dismenorhea yang hebattranseksi nerve bundle pada vertebra sakral III, dan bagiandistalnya diligasi• Laparoscopic Uterine Nerve Ablation (LUNA) mengurangi
dispareunia dan nyeri punggung bawah.
Lain-lain
Tingkat kepercayaan laparaskopi terdiri atas 4 tingkatan (Martin, 2009): Tingkat 1: Mungkin endometriosis – Vesikel peritoneal,
polip merah, polip kuning, hipervaskularisasi, jaringan parut, adhesi
Tingkat 2: Diduga endometriosis – Kista coklat dengan aliran bebas dari cairan coklat
Tingkat 3: Pasti endometriosis – Lesi jaringan parut gelap, lesi merah dengan latar belakang jaringan ikat sebagai jaringan parut, kista coklat dengan areamottle merah dan gelap denganlatar belakang putih.
Tingkat 4: Endometriosis – Lesi gelap dan jaringan parut pada pembedahan pertama.
Semi Konservatif
PENATALAKSANAAN
• Indikasi : wanita yang telah melahirkan anak dengan lengkap, dan terlalu muda untuk menjalani pembedahan radikal, merasa terganggu oleh gejala-gejala endometriosis.
• Histerektomi dan sitoreduksi dari jaringan endometriosis pelvis Kista endometriosis bisa diangkat karena sepersepuluh dari jaringan ovarium yang berfungsi diperlukan untuk memproduksi hormon.
• mempertahankan ovarium memiliki risiko enam kalilipat lebih besar untuk mengalami rekurensi dibandingkan dengan wanita yang dilakukan histerektomi dan ooforektomi.
Histerektomi total
Radikal
Laparoscopic Uterine Nerve Ablation (LUNA)
• Obstruksi ureter memerlukan tindakan bedah untuk mengeksisi bagian yang mengalami kerusakan.
• Pada endometriosis dengan obstruksi usus dilakukan reseksi anastomosis jika obstruksii di rektosigmoid anterior
Reseksi anastomosis
Histerektomi total dengan ooforektomi bilateral dan sitoreduksi dari endometrium yang terlihat.Adhesiolisis mengembalikan mobilitas dan hubungan antara organ-organ di dalam rongga pelvis.
DIAGNOSA BANDING
Adenomiosis uteri, radang pelvik, dengan tumor adneksa menimbulkan kesukaran dalam
diagnosis
Karsinoma: untuk endometriosis yang berasal dari rektosigmoid
PROGNOSIS
Rekurensi 20% dalam waktu 5 tahun, kecuali telah dilakukan dengan histerektomi dan ooforektomi bilateral
Ablasi komplit dari endometriosis efektif dalam menurunkan 90% gejala nyeri
Pada kasus infertilitas, keberhasilan tindakan bedah berhubungan dengan tingkat berat atau ringannya penyakit.
Peluang untuk hamil 60% pada endometriosis sedang, 35% pada endometriosis berat
Faktor Resiko Kista Coklat
Wanita usia subur
Menarke usia dini
Gangguan anatomis
Asia
Hyperesterogen (penggunaan terapi hormonal/ obesitas)
Siklus menstruasi banyak dan lama
Riwayat Keluarga
Mutasi genetik
• Wanita usia subur• Menarke usia dini (-)• Suspek gangguan
anatomis: uterus bersepta (USG)
• Asia• Tidak menggunakan KB• Siklus menstruasi banyak
dan lama• Riwayat Keluarga
menderita kanker• Mutasi genetik tidak
diketahui
TEORI
KASUS
Penegakan Diagnosis Kista Coklat (Anamnesis)
Nyeri Siklik (Dysmenorrhea)
Nyeri pelvis kronis
Dyspareunia
Subfertilitas
Riwayat haid: banyak dan lama
• Keluhan utama: benjolan di perut 1 tahun dan nyeri perut kanan 1 bulan• Dysmenorrhea• Riwayat haid: 1x
per bulan, durasi 4-5 hari, pendarahan sedang (3-4 pembalut sehari)
TEORI
KASUS
Penegakan Diagnosis: Pemeriksaan Fisik
Palpasi abdomen: teraba massa kistik
Genital Exam:
Inspeksi normal
Palpasi: teraba massa kistik di adnexa (dengan atau tanpa nyeri tekan)
• Massa kistik pada palpasi abdomen
Bimanual palpasi:
• teraba masa kistik pada adnexa parametrium kiri berukuran 10x10dengan permukaan rata, berbatas tegas, mobilitas terbatas, tidak nyeri
• Adnexa kanan tidak teraba massa maupun nyeri tekan
TEORI
KASUS
Penegakan Diagnosis: Pemeriksaan Penunjang
USG
Masa kistik, dengan atau tanpa septa, permukaan rata dengan internal eko
Ca125 (normal <35 U/ml)
Laparoskopi
lesi coklat kehitaman
Patologi Anatomi
Endometrium dengan sel atypical
USG• Uterus bersepta• Tampak lesi kistik
berdinding tegas permukaan reguler, berukuran +11,9x10x6,9 cm, dengan internal echo homogen didalamnya Ca125: 101,40 U/ml
TEORI
KASUS
Tatalaksana
Direncakan oprasi hysterectomy
Pasca operasi, jika masih didapatkan jaringan endometriosis maka direncanakan pemberian GnRH agonist yakni injeksi endrolin 1 bulan sekali selama 6 bulan
TEORI
KASUS
Prognosis
Endometrioma merupakan penyakit yang progresif dan tidak secara langsung menyebabkan kematian
Keluhan nyeri pada pasien dapat diterapi dengan NSAID dan pil kontrasepsi kombinasi, 80-85% menyatakan keluhan berulang
50% wanita mengeluhkan gejala berulang 5 tahun setelah medikasi
Pembedahan definitive (total hysterectomy dengan bilateral salpingo-oophorectomy dan peritoneal stripping) menawarkan pengangkatan nyeri jangka panjang
KESIMPULAN Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
penunjang, pasien dalam laporan kasus ini didiagnosis dengan cystoma ovarii.
Pasien ini dicurigai dengan jenis kista endometriosis atau dikenal dengan kista cokelat dengan ditemukannya gambaran internal echo pada pemeriksaan USG.
Pasien ini direncanakan oprasi hysterectomy untuk menegakkan diagnosis pasti kista coklat. Kemudian jaringan tumor dilakukan pemeriksaan PA.
Terapi pasca operasi disesuaikan dengan hasil temuan..
SARAN Diperlukan deteksi dini terhadap semua
penyakit kandungan terutama kista coklat karena dapat menyebabkan infertilitas, oleh karena itu tenaga kesehatan hendaknya meningkatkan kemampuan dalam mendiagnosis penyakit kista coklat terutama bila dijumpai gangguan berupa nyeri haid dan nyeri saat sengggama
Pentingnya KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) tentang pencegahan, faktor resiko, dan deteksi dini terjadinya kista coklat pada wanita usia remaja sampai lanjut usia. Selain itu jadwal kontrol kehamilan yang dianjurkan juga perlu untuk diberikan sebagai edukasi.
Pentingnya KIE pada pasien yang menderita kista cokelat untuk menjalani pengobatan yang tepat.