laporan kasus ischialgia

46
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan masa dan perubahan zaman yang cepat, menuntut orang untuk bekerja keras dalam memenuhi kebutuhan hiupnya. Tuntunan itu dapat menimbulkan beberapa sikap tubuh tidak disadari oleh penderitaannya, terutama sikap tubuh yang menjadi kebiasaan sehari-hari dan bekerja. Nyeri pinggang juga dapat menurunkan produktivitas manusia. Daerah punggung bawah bagian lumbal di syarafi oleh Nervus Ischiadicus yang merupakan syaraf perifer paling besar yang terdiri dari serabut- serabut saraf Spinal L 4 - S 3 . Nervus Ischiadicus jika terjadi penekanan oleh neoplasma atau osteofit di Spina Ischiadicus akan menimbulkan nyeri yang terasa menjalar di sepanjang perjalanan. Nervus Ischiadicus yang disebut nyeri Ischialgia (Priguna, 1988). Penyakit Ischialgia akibat Spondiloarthritis maka penyebab timbulnya kelainan adalah proses degenerasi yang erat hubungannya dengan adanya

Upload: deviinatalia

Post on 20-Jan-2016

1.276 views

Category:

Documents


166 download

TRANSCRIPT

Page 1: laporan kasus ischialgia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perubahan masa dan perubahan zaman yang cepat, menuntut orang

untuk bekerja keras dalam memenuhi kebutuhan hiupnya. Tuntunan itu

dapat menimbulkan beberapa sikap tubuh tidak disadari oleh penderitaannya,

terutama sikap tubuh yang menjadi kebiasaan sehari-hari dan bekerja. Nyeri

pinggang juga dapat menurunkan produktivitas manusia.

Daerah punggung bawah bagian lumbal di syarafi oleh Nervus

Ischiadicus yang merupakan syaraf perifer paling besar yang terdiri dari

serabut-serabut saraf Spinal L4 - S3. Nervus Ischiadicus jika terjadi

penekanan oleh neoplasma atau osteofit di Spina Ischiadicus akan

menimbulkan nyeri yang terasa menjalar di sepanjang perjalanan. Nervus

Ischiadicus yang disebut nyeri Ischialgia (Priguna, 1988). Penyakit Ischialgia

akibat Spondiloarthritis maka penyebab timbulnya kelainan adalah proses

degenerasi yang erat hubungannya dengan adanya trauma atau proses

ketuaan. Proses degeneratif ini dimulai dari Discus Intervertebralis yaitu

timbulnya proses dehidrasi dan berkurangnya kekenyalan Nucleus pulposus

disertai degenerasi Fibriler dan Annulus fibrosu kehilangan elastisitasnya.

Akibat proses ini pada korpus vertebralis di bagian tulang khondral

yang menghadap kearah nucleus pulposus mengeras dan melebar, berbentuk

osteofit di ujung-ujung tulang. Sehingga merangsang ligamentum dan

jaringan Myofascia yang sangat peka terhadap rangsangan sehingga timbul

rasa nyeri di daerah tersebut ( TITAFI, 1988).

Page 2: laporan kasus ischialgia

Penekanan rasa nyeri syaraf  Ischiadicus biasanya timbul rasa nyeri

sepanjang perjalanan syarafnya, adnya spasme pada otot pinggang, adanya

keterbatasan lingkup gerak sendi (LGS) pada trunk, adanya kelemahan otot

yang disyarafi beberapa problematik fisioterapi. Fisioterapi sebagai salah

satu tenaga kesehatan yang dapat melakukan tindakan terapi kesehatan yang

dapat melakukan tindakan terapi pada kondisi ini dengan menggunakan

Short Wave Diathermy (SWD).Trans Electrical Nerve Stimulation (TENS)

sebagai modalitasnya dan Willium Flexi Exercise sebagai latihannya.

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum

Mengetahui penantalaksanaan Fisioterapi pada kondisi

Ischialgia.

1.2.2 Tujuan Khusus

Untuk memenuhi tugas akhir praktikum lapangan dalam

penulisan makalah dan laporan kasus mahasiswa program Binawan

di Rumah Sakit Persahabatan Jakarta.

1.3 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Ischialgia?

2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan Ischialgia?

3. Gejala apa yang ditimbulkan dari ischialgia?

4. Bagaimana intervensi fisioterapi pada pasien dengan kasus Ischialgia?

Page 3: laporan kasus ischialgia

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Bagi penulis

Mengetahui proses asuhan fisioterapi pada kasus

musculoskletal dengan masalah pada Ischialgia secara teoritis dan

klinis serta mengaplikasikannya dalam praktek secara baik dan

benar.

1.4.2 Bagi mahasiswa/I fisioterapi

Menjadi bahan masukan dalam menambah pengetahuan

sebagai upaya memberikan pelayanan fisioterapi yang lebih baik.

Page 4: laporan kasus ischialgia

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Ischialgia

Iskialgia atau sciatika adalah nyeri yang menjalar (hipoestesia,

parestesia atau disastesia) ke bawah sepanjang perjalanan akar saraf

iskidikus (Cailliet,1981).

Ischialgia sebagai gejala nyeri yang timbul akibat perangsangan

nervus ischiadicus (Soemarmo Markam, 1982).

Ischialgia sebagai nyeri di daerah pangkal paha (Kamus Kedokteran,

1983).

Ischialgia sebagai nyeri yang berpangkal pada daerah lumbosakralis

yang menjalar ke pantat dan selanjutnya ke bagian posterolateral tungkai

atas, bagian lateral tungkai bawah, serta bagian lateral kaki (Mahar Mardjono

dan Priguna Sidharta, 1978).

Ischialgia adalah nyeri pada daerah tertentu sepanjang tungkai yang

merupakan manifestasi rangsangan saraf sensoris perifer dari nervus

iskhiadikus (Sidharta,1999).

Menurut Sidharta (1999) iskhialgia dibagi menjadi tiga yaitu:

1. Iskhialgia sebagai perwujudan neuritis iskhiadikus primer

Iskhialgia akibat neuritis iskhiadikus primer adalah

ketika nervus iskhiadikus terkena proses radang. Tanda dan

gejala utama neuritis iskhiadikus primer adalah nyeri yang

dirasakan bertolak dari daerah sakrum dan sendi panggul,

tepatnya di foramen infra piriformis atau incisura iskhiadika

Page 5: laporan kasus ischialgia

dan menjalar sepanjang perjalanan nervus iskhiadikus dan

lanjutannya pada nervus peroneus dan tibialis. Nyeri tekan

ditemukan pada incisura iskhiadika dan sepanjangspasium

poplitea pada tahap akut. Juga tendon archiles dan otot tibialis

anterior dan peroneus longus terasa nyeri pada penekanan.

Kelemahan otot tidak seberat nyeri sepanjang tungkai. Karena

nyeri itu maka tungkai di fleksikan, apabila diluruskan nyeri

bertambah hebat. Tanda-tanda skoliosis kompensatorik sering

dijumpai pada iskhialgia jenis ini.

Diagnosa neuritis iskhiadikus primer ditetapkan apabila

nyeri tekan pada otot tibialis anterior dan peroneus longus.

Dan pada neuritis sekunder nyeri tekan disepanjang nervus

iskhiadikus, tetapi di dekat bagian nervus iskhiadikus yang

terjebak saja. Timbul nyerinya akut dan tidak disertai adanya

nyeri pada punggung bawah merupakan ciri neuritis primer

berbeda dengan iskhialgia yang disebabkan oleh problem

diskogenik. Reflek tendon archiles dan tendon lutut biasanya

tidak terganggu.   

2. Iskhialgia sebagai perwujudan entrapment radikulitis atau

radikulopati

Pada iskhialgia radikulopati merupakan akibat dari

jebakan oleh tumor, nukleus pulposus yang menjebol ke

dalam kanalis vertebralis maupun osteofit atau peradangan

(rematois spondilitis angkilopoetika, herpes zoster,

tuberkulosa) yang bersifat menindihi, menjerat dan

sebagainya terjadi radikulopati.

Page 6: laporan kasus ischialgia

Pola umum iskhialgia adalah nyeri seperti sakit gigi

atau nyeri hebat yang dirasakan bertolak dari vertebra

lumbosakralis dan menjalar menurut perjalanan nervus

iskhiadikus dan lanjutannya pada nervus peroneus atau nervus

tibialis. Makin jauh ke tepi nyeri makin tidak begitu hebat,

namun parestesia atau hipoastesia sering dirasakan.

Pada data anamnestik yang bersifat umum antara lain:

nyeri pada punggung bawah selalu mendahului iskhialgia,

kegiatan yang menimbulkan peninggian tekanan intra spinal

seperti batuk, bersin dan mengejan memprofokasi adanya

iskhialgia, faktor trauma hampir selamanya dapat ditelusuri,

kecuali kalau proses neoplasmik atau infeksi yang

bertanggung jawab. Adapun data diagnostik non fisik yang

bersifat umum adalah : kurva lordosis pada lumbosakral yang

mendatar, vertebra lumbosakral memperlihatkan fiksasi, nyeri

tekan pada salah satu ruas vertebra lumbosakralis hampir

selalu ditemukan, test lasegue hampir selalu positif pada

derajat kurang dari 70, tesr naffziger dan valsava hampir

selalu positif. Data anamnestik dan diagnostik fisik yang

bersifat spesifik berarti informasi yang mengarahkan ke suatu

jenis proses patologik atau yang mengungkapkan lokasi di

dalam vertebra lumbosakralis atau topografi radiks terhadap

lesi yang merangsangnya.

Page 7: laporan kasus ischialgia

3. Iskhialgia sebagai perwujudan entrapment neuritis

Unsur-unsur nervus iskhiadikus yang dibawakan oleh

nervi L4, L5, S1, S2 dan S3 menyusun pleksus lumbosakralis

yang berada di fasies pelvina os sakri. Di situ pleksus

melintasi garis sendi sakroiliaka dan sedikit lebih distal

membentuk nervus iskhiadikus, yang merupakan saraf perifer

terbesar. Selanjutnya dalam perjalanannya ke tepi nervus

iskhiadikus dapat terjebak dalam bangunan-bangunan yang

dilewatinya. Pada pleksus lumbosakral dapat diinfiltrasi oleh

sel-sel karsinoma ovarii, karsinoma uteri atau sarkoma

retroperineal. Di garis persendian sakroiliaka komponen-

komponen pleksus lumbosakralis sedang membentuk nervus

iskhiadikus dapat terlibat dalam proses radang (sakroilitis). Di

foramen infra piriformis nervus iskhiadikus dapat terjebak

oleh bursitis otot piriformis. Dalam trayek selanjutnya nervus

iskhiadikus dapat terlibat dalam bursitis di sekitar trochantor

major femoris. Dan pada trayek itu juga, nervus iskhiadikus

dapat terganggu oleh adanya penjalaran atau metastase

karsinoma prostat yang sudaj bersarang pada tuber iskhii.

Simtomatologi entrapment neuritis iskhiadika sebenarnya

sederhana yaitu pada tempat proses patologik yang

bergandengan dengan iskhiagia.

Page 8: laporan kasus ischialgia

2.2 Etiologi

Herniated disc

Lumbar spinal stenosis

Spondylolisthesis

Trauma

Sindrom piriformis

Tumor tulang belakang

2.3 Patologi

Ischialgia merupakan nyeri menjalar sepanjang perjalanan nervus

ischiadicus L4-S2. Ischialgia yang terasa bertolak dari lokasi foramen

infrapiriformis dan menjalar menurut perjalanan nervus ischiadicus cum

nervus poroneus dan nervus tibialis harus di curigaisebagai

manifestasiischiadicus primer atau entrapment neuritis dengan tempat

jebakan di daerah sacroiliaca.

Nyeri saraf itu terasa sepanjang perjalanan saraf tepi. Ia bertolak dari

tempat saraf sensorik terangsang dan menjalar berdasarkan perjalanan

serabut sensorik itu ke perifer. Perangsangan terhadap berkas saraf perifer

biasanya berarti perangsangan pada saraf motorik dan sensorik.Gangguan

sensibilitas yang terasa sepanjang parjalanan saraf tepi dan biasanya juga

disertai gangguan motorik yang di sebut Neuritis. Neuritis di tungkai dapat

terjadi oleh karena berkas saraf tertentu terkena infeksi atau terkena

patologic di sekitarnya.

Nyeri atau rasa tidak enak yang menjalar harus diartikan sebagai

perwujudan hasil perangsangan terhadap saraf sensori. Nyeri saraf itu terasa

sepanjang perjalanan saraf tepi. Ia bertolak dari tempat saraf sensorik

terangsang dan menjalar berdasarkan perjalanan serabut sensorik itu ke

perifer. Perangsangan terhadap berkas saraf perifer biasanya berarti

perangsangan pada saraf motorik dan sensorik.Gangguan sensibilitas yang

Page 9: laporan kasus ischialgia

terasa sepanjang parjalanan saraf tepi dan biasanya juga disertai gangguan

motorik yang di sebut Neuritis. Neuritis di tungkai dapat terjadi oleh karena

berkas saraf tertentu terkena infeksi atau terkena patologic di sekitarnya.

2.4 Manifestasi Klinik

Nyeri punggung bawah

Nyeri daerah bokong

Rasa kaku pada punggung bawah

Nyeri menjalar seperti rasa kesetrum yang dirasakan dari bokong

menjalar ke daerah paha, betis bahkan sampai kaki, tergantung

bagian saraf mana yang terjepit.

Rasa nyeri sering ditimbulkan setelah melakukan aktifitas yang

berlebihan, terutama banyak membungkukkan badan atau banyak

berdiri dan berjalan.

Kesemutan dan baal.

Timbul kelemahan otot, dan hilangnya reflek patella dan achilles.

Nyeri bertambah dengan batuk, bersin dan mengangkat.

2.5 Anterolisthesis

Kondisi tulang belakang di mana tubuh bagian atas dari tulang

belakang, daerah berbentuk seperti Drum di bagian depan tiap vertebrae

tergelincir ke depan ke vertebra (Medical Dictionary for the Health Professions

and Nursing, 2012).

2.6 Anatomi dan Biomekanik

Page 10: laporan kasus ischialgia

Vertebra terdiri dari tujuh vertebra cervikal, dua belas vertebra

thoracalis, lima vertebra lumbalis, lima vertebra sacralis, dan empat

cogcygeus. Vertebra yang paling besar diantara yang lainnya adalah vertebra

lumbalis dan berbentuk seperti ginjal. Procesus spinosusnya lebar dan

berbentuk seperti kampak kecil. Procesus transversusnya berbentuk panjang

dan langsing. (Evelyn, 1992).

Saraf spinalis L4-S3 pada fossa poplitea membelah dirinya menjadi

saraf perifer yakni Nervus tibialis dan Nervus poreneus. Nervus ischiadicus

keluar dari foramen ischiadicus mayor tuberositas anterior 1/3 bawah dan

tengah dari SIPS kebagian dari tuberositas ischii.

Tengah 2 antara tuberositas ischii dan trochanter yaitu pada saat

Nervus ischiadicus keluar dari gluteus maximus berjalan melalui collum

femoris. Sepanjang paha bagian belakang sampai fossa poplitea.

Perjalanan Nervus Ischiadicus di mulai dari L4-S3, dan saraf ini

memiliki percabangan antara lain:

N. lateral poplital yang terdapat pada caput fibula

N. Medial popliteal yang terdapat pada fossa polpliteal

N. Tibialis Posterior yang terdapat pada sebelah bawah

N. Suralis/Saphenus yang terdapat pada tendon ascilles

N. Plantaris Yang berada pada telapak kaki

Tulang belakang merupakan bangunan yang kompleks yang dapat

dibagi menjadi 2 bagian. Dibagian ventral terdiri dari korpus vertebra yang

dibatasi satu dengan lainnya oleh diskus intervertebra dan ditahan satu dengan

lainnya oleh ligamentum longitudinal ventral dan dorsal. Bagian dorsal tidak

begitu kuat dan terdiri atas arkus vertebra dengan lamina dan pedikel yang

diikat satu dengan lainnya oleh berbagai ligamen diantaranya ligamen

interspinal, ligamen intertranversa dan ligamen flavum. Pada procesus

spinosus dan tranversus melekat otot-otot yang turut menunjang dan

melindungi kolum vertebra. Seluruh bangunan kolum vertebra mendapat

Page 11: laporan kasus ischialgia

inervasi dari cabang-cabang saraf spinal yang sebagian besar keluar dari

ruangan kanalis vertebra melalui foramen intervertebra dan sebagian dari

ramus meningeal yang menginervasi duramater. Diskus intervertebra dan

nukleus pulposus tidak mempunyai inervasi sensibel biarpun berbatasan

langsung dengan ligamen longitudinal yang mengandung serabut sensibel.

Bagian lumbal merupakan bagian tulang punggung yang mempunyai

kebebasan gerak yang terbesar. Tarikan tekanan dan torsi yang dialami pada

gerakan-gerakan antara bagian toraks dan panggul menyebabkan daerah ini

dapat mengalami cedera lebih besar daripada daerah lain, biarpun tulang-

tulang vertebra dan ligamen di daerah pinggang relatif lebih kokoh. Perbedaan

hentakan antara tulang dengan jaringan dalam peranan mereka sebagai sendi

pendukung akan menyebabkan penyakit yang karakteristik unik pada daerah

yang bersangkutan. Sebagian besar lesi pada diskus lumbal adalah mengenai

jaringan lunak dan sering sekali menghasilkan protrusi inti (nucleus) yang

kemudian menekan akar saraf.

N. Ischiadicus mempersarafi:

m. Semitendinosus

m. Semimbranosus

m. Biceps Femoris

m. Adduktor Magnus

N. Poroneus Mempersarafi

m. tibialis anterior

m. ekstensor digitorum longus

m. ekstensor halluci longus

m. digitorum brevis

m. poroneus tertius

N. Tibialis Mempersarafi

m. gastrocnemius

Page 12: laporan kasus ischialgia

m. popliteus

m. soleus

m. plantaris

m. tibialis posterior

m. fleksor digitorum longus

m. fleksor hallucis longus

Hip joint merupakan sendi yang arah gerakannya sangat luas atau yang

biasa disebut dengan Ball and Socked joint. Hip joint juga bagian terpenting

dalam pembentuk postur seseorang dan berperan penting dalam setiap

aktivitas terutama dalam berjalan. Hip joint ini terbentuk atas beberapa

tulang, ligamen, dan otot dimana kesemuanya itu saling berhubungan dan

saling menguatkan.

Beberapa tulang pembentuk hip joint :

1) Acetabulum

Acetabulum merupakan pertemuan antara os ilium, os ischium,

dan os pubis yang bertugas sebagai mangkuk sendi. Dilapisi hyalin

cartilage dan tertutup lagi acetabulum labrium yang merupakan fibro

cartilage, keduanya tebal ditepi dan tipis di center

2) Os Femur

Pada bagian Os femur terdapat dua bagian yang sangat terkait

dalam pergerakan sendi Hip Joint, bagian itu adalah :

Caput femur

Caput femur merupakan tulang yang berbentuk

setengah bola dilapisi hyalin cartilage, kedistal sebagai

collum femoris (sering fraktur), kedistal terdapat

trochanter mayor dan minor, selanjutnya kedistal

sebagai (shaff of) femur.

Collum Femur

Collum femur merupakan processus tulang yang

berbentuk piramidal yang menghubungkan corpus

Page 13: laporan kasus ischialgia

dengan caput femur dan membentuk sudut pada bagian

medial. Sudut terbesar terjadi pada saat bayi dan akan

berkurang seiring dengan pertumbuhan, sehingga pada

saat pubertas akan membentuk suatu kurva pada aksis

corpus kurva. Pada saat usia dewasa, collum femur

membentuk sudut sebesar 1250 dan bervariasi

tergantung pada perkembangan pelvis wanita lebih

besar.

Ada beberapa ligament pembentuk hip joint, dimana ligamen-ligament

ini sangat kuat sebagai penyambung antara acetabulum dan caput femur.

Ada lima ligament terkuat pada hip joint, antara lain :

1) Ligamentum Capitis Femoris

Ligament ini diliputi oleh membran sinovial yang

terbentang dari fosa acetabuli dimana terdapat bantalan lemak

menuju ke caput femoris, selain itu ligament ini mengandung

arteria yang menuju caput femoris yang datang dari r.acetabuli

arteria abturatoria. Caput femoris disuplai oleh A circumfleksa

medialis dan A circumfleksa lateralis.

2) Ligamentum Pubofemoral

Berasal dari crista obturatoria dan membrana obturatoria

yang berdekatan. Ligament ini memamcar kedalam capsula

articularis zona orbicularis pada khususnya melanjukan diri

melalui jalan ini ke femoris.

3) Tranverse Acetabulum Ligament

Ligament ini berfungsi menjembatani incisura acerabuli

dan seluruh permukaan caput femoris.

4) Iliofemoral Ligament

Berasal dari spina iliaca anterior inferior dan pinggiran

acetabulum serta membentang ke linea intertrochanterica.

Page 14: laporan kasus ischialgia

5) Ischiofemoral Ligament

Berasal dari ischium di bawah dan berjalan hampir

horizontal melewati collum femoris menuju ke perlekatan pars

lateralis ligament iliofemoral. Ligament ini mencegah rotasi

medial paha.

2.6.1 Biomekanik Lumbal dan Hip

Gerakan dari vetikal lumbalis boleh dikatakan relatif bebas

dibandingkan dengan vertebra lainnya. Hal ini oleh karena bentuk

diskusnya besar dari arah foccetnya berlainan. Gerakan fleksi dari

lumbal berakhir pada lumbal 4-5 dan diperkirakan 75% dari fleksi

kedepan seluruhnya terjadi pada L4-S1 yang disebut lumbo sacral dan

luas gerakannya merupakan terbesar dari seluruh gerakan fleksi dari

vertebra spinalis (Soekarno, 1999).

2.6.1.2 Osteokinematika Lumbal

Flexi

Extensi

Lateral flexi

Rotasi

2.6.1.3 Artrokinematika Lumbal

Gerakan flexi lumbal terjadi gerakan luncur ke ventral

corpus dibawahnya. Processus articularis inferior bergerak ke

cranio vertikal dan timbul “Gapping” atau celah. Pada gerakan

flexi juga terjadi pelebaran fragmen discus intervertebralis

sehingga dapat terjadi benturan processus articularis dengan

arcus vertebra. Pada gerakan lateral flexi, corpus sisi konkaf

saling merapat dan terjadi gerakan luncur ke cranio medial.

Gerakan rotasi lumbal, corpus vertebra superior bergerak di

Page 15: laporan kasus ischialgia

atas corpus vertebra inferior berlawanan arah dengan

processus articularis dan processus spinosus sehingga terjadi

penekanan pada nukleus dan renggang dengan arah menyilang

(oblique).

2.6.1.4 Osteokinematik Hip Joint

Hip merupakan sendi Ball and Socked joint sehingga

gerakan sendinya sangat luas kesegala arah, adapun gerakan

yang terjadi pada hip joint adalah :

i. Fleksi

Otot penggerak utamanya adalah :

Iliacus :

Origo : Superior 2/3 dari fossa iliaca crest,

anterior crest, anterior sacroiliaca, dan

iliolumbal ligament, ala of sacrum.

Insersio : tendon dari psoas major, dan body of

femur

Psoas mayor :

Origo : sides of vertebral bodies dan

conesponding intervertebralis disc of T12-L5

dan procesus transversus dari L1-L5.

Insersio : Leser trochanter of femur

Sedangkan otot lain yang berhubungan dengan gerak fleksi

adalah

Sartorius :

Origo : anterior superior iliac spine, upper aspec

of iliac notch

Insersio : Proksimal aspec of medial surface tibia

ii. Ekstensi

Gluteus Maksimus

Page 16: laporan kasus ischialgia

Origo : Posterior gluteal line of ilium, iliac crest,

dorsum of sacrum dan cocyx, saerotuberous

ligament

Insersio : iliotibial tract, gluteal tuberositas

femur

Semitendinosus :

Origo : ishial tuberositas

Insersio : Proksimal aspect of medial surface

tibia

Semimembrannosus

Origo : ischial tuberositas

Insersio : Medial condilus tibia

Biceps Femoris :

Origo : Ischial tuberositas, lateral tip of linea

aspec femur dan lateral intermuscular septum

Insersio : Lateral aspect of head fibula

iii. Abduksi

Gluteus medius

Origo : outer surface ilium antara dan posterior

dan anterior gluteal lines

Insersio : Greater trohanter femur

Gluteal Minimus :

Origo : outer surface ilium antara anterior dan

posterior gluteal lines

Insersio : greater trohanter femur

Sedangkan otot lain yang berhubungan dengan gerakan ini

adalah :

Tensor Facia Latae

Page 17: laporan kasus ischialgia

Origo : anterior superior iliac spine, anterior

aspect of auterlip ofiliac crest

Insertio: illiotibial tractus aproximately 1/3 dwon

the tight

iv. Adduksi

Adductor Magnus

Origo : inferior rami of pubis dan ischium ischial

tuberosity

Insertio:a line fro great trochanter to linea

aspera femur,linea aspera ,adductor tubercole ,

medil supra condilare line of femur

Adductor longus

Origo : Anterior aspec of pubis

Insersio : Linea aspera along middle 1/3 femur

Adductor brevis

Origo : Inferior ramus of pubis

Insersio : line lesser trohanter to linea aspera,

upper portion of linea aspera

Pectineus

Origo : pectineal line of pubis

Insersio : Line from lesser trohanter to linea

aspera

Gracilis

Origo : Body and ramus of pubis

Insersio : proksimal aspecct of medial surface

tibia

v. Medial rotasi

Tensor facia latae

Gluteaus minimus

Page 18: laporan kasus ischialgia

Gluteus medius

vi. Lateral rotasi

Piriformis

Origo : anterior suface sacrum, sacrotuberous

ligament

Insersio : Freater trohanter femur

Gemellus superior

Origo : iscial tuberositas

Insersio : Greater trohanter femur

Obturator internus :

Origo : Obturatory membran dan forament, inner

surface of pelvis, inferior rami of pubis dan

ischium

Insersio : greater trohanter femur

Obturator Eksternus :

Origo : rami of pubis dan ischium, outer surface

of obturatory membran

Insersio : Greater trohanter femur

Quadrratus femoris

Origo : ischial tubrosity

Insersio : quadrate tuberosity femur

Page 19: laporan kasus ischialgia

2.7 Penatalaksanaan fisioterapi pada Ischialgia

I. Assessment

a. Anamnesa

Anamnesis pada pasien ischialgia mencakup identitas

pasien (nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, agama,

diagnosa medis, tgl operasi, jenis operasi dan tanggal

pemeriksaan) dan riwayat penyakit (keluhan utama, riwayat

penyakit sekarang dan riwayat penyakit dahulu), data didapat

dengan cara wawancara secara langsung pada pasien atau

keluarga pasien, selain itu data dapat kita dapatkan dari dokter

yang merujuk dan perawat.

b. Inspeksi

Ini dilihat sejak pasien masuk keruangan fisioterapi.

Inspeksi yang dilakukan dimulai dari warna kulit pasien,

oedema, atropy otot, dan bekas sayatan saat operasi serta melihat

kemampuan berjalan saat latihan berjalan sehingga bisa

diketahui kondisi serta kemampuan gerak dan fungsinya.

c. Pemeriksaan Gerak dan Fungsi

Pemeriksaan ini meliputi fungsi gerak pasif dan aktif,

pada tungkai yang patologis, gerakan yang dilakukan adalah

gerakan yang mengindikasikan, dan tidak melakukan gerakan

yang menjadi kontra indikasi. Dari hasil pemeriksaan ini

bisasanya didapat keterbatasan gerak karena adanya nyeri,

oedema, kekakuan dan spasme otot.

Test Khusus

Page 20: laporan kasus ischialgia

a. Palpasi

Biasanya palpasi dilakukan setelah pemeriksaan fungsi

dengan tujuan untuk mengetahui respon dan struktur yang

bersangkutan setelah aktifitas palpasi dilakukan terutama pada

kulit dan subcutaneus untuk mengetahui temperatur, oedema dan

spasme, pada anggota gerak bawah setelah operasi.

b. Antropometri Panjang tungkai

Pengukuran ini dilakukan untuk membuat perbandingan

antara sisi yang sakit (dalam hal ini sisi yang mengalami operasi)

dan sisi yang sehat untuk menentukan apakah ada pemendekan

dari pada tungkai.

c. Pemeriksaan kekuatan otot

Terutama otot penggerak hip dan knee, yang dilakukan

dengan menggunakan metode manual muscle test (MMT).

d. Nyeri

Nyeri merupakan suatu mekanisme pertahanan tubuh

yang bersifat subjektif, pada post AMP sering ditemukan nyeri

pada wilayah sayatan operasi. Salah satu metode pengukuran

nyeri yang dapat digunakan adalh VAS (Visual Analog Scale).

e. ROM (Range Of Motion)

Pemeriksaan ROM dilakukan dengan menggunakan

goniometer dan dituliskan dengan metode ISOM (International

Standar Of Measurement).

II. Problem Fisioterapi

Page 21: laporan kasus ischialgia

Asuhan pelayanan fisioterapi yg diberikan pada pasien Fracture

Collum Femoris Dextra dilakukan secara bertahap sesuai dengan problema

yg ditemukan pada saat melakukan assessment.

III. Diagnosa Fisioterapi

Diagnosa fisioterapi dibuat berdasarkan analisa dari hasil

pemeriksaan fisioterapi. Diagnosa tersebut haruslah menggambarkan

anatomi jaringan spesifik, patologi dan ganggun gerak dan fungsi.

IV. Program Fisioterapi

Dalam menentukan perencanaan, harus ditentukan terlebih dahulu

tujuan yang akan dicapai, yang mencakup tujuan jangka pendek dan

jangka panjang. Adapun penentuan tujuan dilakukan berdasarkan

problema fisioterapi yang ditemukan dalam proses assessment.

V. Intervensi

Intervensi yang dilakukan haruslah sesuai dengan kebutuhan

pasien atau keluhan utama pasien, agar dalam melakukan intervensi

selanjutnya pasien dapat melakukannya dengan rasa nyaman dan sesuai

pada tujuan akhir yang akan dicapai. Adapun berbagai intervensi yang

dapat dilakukan antara lain, yaitu :

VI. Evaluasi

Evaluasi dapat dilakukan secara berkala (misal dua kali seminggu)

atau setiap hari, dimana tujuan dari evaluasi ini adalah untuk mengetahui

apakah terapi yang kita berikan bermanfaat atau berguna bagi

penyembuhan pasien, ataukah harus dirubah jika tidak ada perubahan

terhadap penyembuhan keadaan pasien. Evaluasi yang dapat kita lakukan

dapat lihat dari perubahan masalah yang dihadapi pasien.

Page 22: laporan kasus ischialgia

BAB III

STATUS KLINIK

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. E J

Umur : 47 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Pulo gebang

A. Riwayat penyakit

a. Keluhan utama

Os mengeluh nyeri pinggang bawah hingga ke tungkai kanan dan

menjalar ke jari-jari kaki.

b. Riwayat penyakit sekarang

Pada bulan September 2013 pasien merasakan nyeri di pinggang

sampai tungkai bawah dan tidak tahu penyebab utamanya.

c. Riwayat penyakit terdahulu

Tidak ada

d. Riwayat penyakit keluarga

Tidak ada

Page 23: laporan kasus ischialgia

B. Pemeriksaan Umum

1) Tekanan darah : 120/80 mmHg

2) Denyut nadi : 86x/ menit

3) Frekuensi pernapasan : 22x/ menit

4) Suhu tubuh : 36oC

C. Pemeriksaan Khusus

a. Inspeksi

─ Statis

Pasien tidak dapat duduk dan selalu mengangkat pantat

yg sakit.

Pasien tidak dapat berjalan dalam waktu yg lama.

─ Dinamis

Pasien terlihat kesakitan ketika dilakukan gerakan pada

daerah pinggang.

Pada saat berjalan pasien lebih menumpu ke kaki yg

sehat.

b. Palpasi

Nyeri tekan pada m. Piriformis dan spasme pada m.

Gastrocnemius.

Ada spasme m. Piriformis dan m. Gastrocnemius

Adanya spasme pada m. Erektor spine.

c. Tes orientasi

Page 24: laporan kasus ischialgia

Aktifitas jongkok – berdiri (squad and bounching)

menimbulkan nyeri pada knee.

d. Pemeriksaan fungsi dasar

Gerakan Aktif Pasif

Fleksi Nyeri, ROM normal Nyeri, elastis end feel, ROM normal

Ekstensi Tidak Nyeri, ROM normal Tidak Nyeri, elastic end feel, ROM normal

Rotasi sinister Tidak nyeri, ROM normal Tidak nyeri, elastis end feel, ROM normal

Rotasi dextra Tidak nyeri, ROM normal Tidak nyeri, elasti end feel, ROM normal

L.fleksi sinistra Tidak Nyeri, ROM normal Tidak Nyeri, elastis end feel, ROM normal

L. fleksi dextra Tidak nyeri, ROM normal Tidak nyeri, end elastic end feel, ROM normal

Regio Lumbal

Regio HIP joint

Gerakan Aktif Pasif

Fleksi Tidak Nyeri, ROM terbatas Nyeri, elasitis end feel, ROM terbatas

Ekstensi Tidak Nyeri, ROM terbatas Tidak nyeri, elastis end feel, ROM terbatas

Abduksi Tidak nyeri, ROM normal Tidak nyeri, elastis end feel, ROM normal

Adduksi Tidak nyeri, ROM normal Tidak nyeri, elastis end feel, ROM normal

Internal rotasi Tidak Nyeri, ROM normal Tidak nyeri, elastis end feel, ROM normal

External rotasi Tidak nyeri, ROM normal Tidak nyeri, elastis end feel, ROM normal

Page 25: laporan kasus ischialgia

e. Pemeriksaan VAS

0 1-4 5-7 8-10

0 : tidak ada nyeri

1-4 : nyeri ringan

5-7 : nyeri sedang

8-10 : nyeri berat

Hasil dari pengukuran nilai ambang nyeri adalah 6 yang berarti

sedang.

f. Tes SLR + Bragard

Hasilnya : nyeri

Ada gangguan pada tendon aschilles dan m. tibialis anterior peroneus

longus dan penyempitan n. Ischiadicus.

g. Tes Patrick

Hasilnya : tidak ada nyeri

Tidak ada gangguan pada l. Sacroilliaca anterior.

h. Tes Antipatrik

Hasilnya : tidak nyeri

Tidak ada gangguan pada l. sacroilliaca posterior.

Page 26: laporan kasus ischialgia

i. Tes Kontraktur

Hasil : Nyeri pada m. Piriformis sinistra, m. Rectus femoris, m.

Hamstring.

Adanya pemendekan pada m. Hamstring.

II. PROBLEM FISIOTERAPI

─ Adanya nyeri menjalar sampai ketungkai

─ Kontraktur pada m. Hamstring

─ Spasme m. Piriformis, m. Erector spine, m. gastrocnemius

─ Terjepitnya n. Ischiadicus

III. DIAGNOSIS FISIOTERAPI

Gangguan fungsional pinggang bawah dan tungkai sinistra akibat ischialgia

IV. PROGRAM FISIOTERAPI

a. Tujuan

1) Jangka Pendek

Mengurangi nyeri

Mengurangi spasme m. piriformis dan m. gastrocnemius

Mengurangi kontraktur pada m. Hamstring

Melepaskan penjepitan n. Ishiadicus

2) Jangka Panjang

Mengembalikan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional

berjalan pasien.

Page 27: laporan kasus ischialgia

V. INTERVENSI FISIOTERAPI

MWD

Posisi pasien tengkurap,jarak antara tranduser dengan permukaan

tubuh pasien 3 cm.

Tujuan : untuk melancarkan sirkulasi darah, untuk menurunkan

nyeri.

─ Dosis

F : 3 x seminggu

I : 80 MHZ

T : Coplanar dengan intermitten

T : 10 menit

TENS

Tujuan : untuk menaikan sirkulasi darah secara local dan membantu

mengurangi nyeri.

─ Dosis

F : 3 x seminggu

I : 45 Ma

T : Kontak langsung (2 pet)

T : 15 Menit

Friction

Pasien tengkurap kemudian fisioterapis menekan otot piriformis/otot

yang spasme, menggunakan ibu jari atau bagian-bagian tubuh yang

runcing.

Tujuan : untuk melemaskan otot yg spasme

Page 28: laporan kasus ischialgia

─ Dosis:

F : 3 x Semingggu

I : Toleransi Pasien

T : kontraksi isotonik maupun isometric

T : 3 x hitungan dengan 5 x repitisi

Streching

Pasien terlentang dengan posisi knee di tekuk kemudian fisioterapis

membawa lututnya kesamping badan kiri dan kanan sampai terasa

terulur.

Tujuan : untuk mengulur otot Quadratus lumborum.

─ Dosis:

F : 3 x seminggu

I : toleransi pasien

T : kontak langsung hold relax

T : 8x hitungan dan 6x repetisi

Strengtening

Pasien terlentang dengan posisi knee di tekuk kemudian fisioterapis

membawa lututnya kesamping badan kiri dan kanan sampai terasa

terulur dan diberikan tahanan di lateral knee kearah dalam dan kearah

keluar.

Tujuan : untuk penguatan otot abductor dan adductor.

─ Dosis:

F : 3 x seminggu

I : toleransi pasien

T : active assisted

T : 8 x hitungan dan 6 x repitisi

Page 29: laporan kasus ischialgia

VI. HOME PROGRAM

a) Pasien dilarang mengangkat barang dalam keadaan berdiri.

b) Pasien dianjurkan memakai korset / brace.

c) Dalam keadaan berdiri disarankan agar satu kaki pasien di sanggah

dengan bangku.

d) Saat ingin bangun dari tempat tidur, diharuskan memposisikan tubuh

miring terlebih dahulu, baru kemudian bangun.

Page 30: laporan kasus ischialgia

Kamali A. (1983). Kamus Kedokteran. Penerbit PT.Dian Rakyat. JakartaMardjono M dan Sidharta P. (1978). Neurologi Klinis Dasar. PenerbitPT.Dian Rakyat, JakartaMarkam S. (1982). Neurologi. Penerbit PT.EGC. JakartaGanong, W. F. (Edisi Bahasa Indonesia Wijaya Kusumah M) (1999). Buku Ajar Fisioterapi Kedokteran (Review of Medical Physiologi) edisi 14, Cetakan 1, Buku Kedokteran EGC.

Page 31: laporan kasus ischialgia
Page 32: laporan kasus ischialgia