laporan kasus impetigo krustosa

36
REFLEKSI KASUS IMPETIGO KRUSTOSA Disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSD dr. Soebandi Jember Oleh: Yuyun Mawaddatur Rohmah 082011101034 Pembimbing: dr. Gunawan Hostiadi, Sp.KK SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN RSD dr. SOEBANDI FAKULTAS KEDOKTERAN

Upload: yuchan135

Post on 02-Jan-2016

1.908 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

laporan kasus impetigo krustosa

TRANSCRIPT

Page 1: laporan kasus impetigo krustosa

REFLEKSI KASUS

IMPETIGO KRUSTOSA

Disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik

SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin

RSD dr. Soebandi Jember

Oleh:

Yuyun Mawaddatur Rohmah

082011101034

Pembimbing:

dr. Gunawan Hostiadi, Sp.KK

SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN RSD dr. SOEBANDI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS JEMBER

2013

Page 2: laporan kasus impetigo krustosa

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA

1.1 PENDAHULUAN

Kulit adalah organ tubuh yang paling luar dan membatasinya dari

lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan berat kira-kira

15% dari berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta

merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis

dan sensitif, bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung

pada lokasi tubuh. Bakteri, jamur dan virus, dapat menyebabkan banyak penyakit

kulit. Manifestasi morfologik penyakit-penyakit infeksi bakteri pada kulit sangat

bervariasi. Infeksi pada kulit oleh bakteri piogenik biasanya berasal dari luar

tubuh. Pioderma merupakan penyakit yang sering dijumpai. Pioderma juga

merupakan infeksi purulen pada kulit yang disebabkan oleh Staphylococcus dan

Streptococcus atau keduanya. Pioderma memiliki banyak bentuk diantaranya

impetigo, folikulitis, furunkel, eritrasma, erysipelas, selulitis, abses, dan lain-lain.

Bakteri yang menyerang epidermis dapat menyebabkan impetigo. Dinamakan

impetigo menurut bahsa Perancis dan Latin yang berarti “erupsi keropeng yang

menyerang”. Impetigo adalah penyakit kulit superfisial yang disebabkan infeksi

piogenik oleh bakteri Gram positif. Impetigo lebih sering terjadi pada usia anak-

anak walaupun pada orang dewasa dapat terjadi. Penularan impetigo tergolong

tinggi, terutama melalui kontak langsung. Individu yang terinfeksi dapat

menginfeksi dirinya sendiri atau orang lain setelah menggaruk lesi. Infeksi

seringkali menyebar dengan cepat di sekolah, tempat penitipan anak atau pada

tempat dengan hygiene buruk atau juga tempat tinggal yang padat penduduk

1.2 DEFINISI

Impetigo adalah suatu infeksi/peradangan kulit yang terutama disebabkan

oleh bakteri Streptococcus pyogenes, yang dikenal dengan Streptococcus beta

hemolyticus grup A. Kadang-kadang disebabkan oleh bakteri lain seperti

Staphylococcus aureus pada isolasi lesi impetigo

Page 3: laporan kasus impetigo krustosa

Istilah impetigo berasal dari bahasa Latin yang berarti serangan, dan telah

digunakan untuk menjelaskan gambaran seperti letusan berkeropeng yang biasa

nampak pada daerah permukaan kulit.

Impetigo mengenai kulit bagian atas ( epidermis superfisial).dengan dua macam

gambaran klinis, impetigo krustosa ( tnpa gelembung, cairan dengan krusta,

keropeng, koreng) dan impetigo bulosa ( dengan gelembung berisi cairan).

Impetigo krustosa disebut juga impetigo kontagiosa, impetigo vulgaris, dan

impetigo Tillbury Fox, sedangkan impetigo bulosa disebut juga impetigo vesiko-

bulosa, dan cacar monyet

1.3 EPIDEMIOLOGI

Di Amerika Serikat, kurang lebih 9 – 10 % dari anak-anak yang datang ke

klinik kulit menderita impetigo. Perbandingan antara jenis kelamin laki-laki dan

perempuan adalah sama. Impetigo lebih sering menyerang anak-anak, jenis yang

terbanyak (kira-kira 90%) adalah impetigo bullosa yang terjadi pada anak yang

berusia kurang dari 2 tahun.

Terjadinya penyakit impetigo krustosa di seluruh dunia tergolong relatif

sering. Penyakit ini banyak terjadi pada anak - anak kisaran usia 2-5 tahun dengan

rasio yang sama antara laki-laki dan perempuan. Di Inggris kejadian impetigo

pada anak sampai usia 4 tahun sebanyak 2,8% pertahun dan 1,6% pada anak usia

5-15 tahun

Impetigo krustosa banyak terjadi pada musim panas dan daerah lembab,

seperti Amerika Selatan yang merupakan daerah endemik dan predominan,

dengan puncak insiden di akhir musim panas. Anak-anak prasekolah dan sekolah

paling sering terinfeksi. Pada usia dewasa, laki-laki lebih banyak dibanding

perempuan. Disamping itu, ada beberapa faktor yang dapat mendukung terjadinya

impetigo krustosa seperti:

- hunian padat

- higiene buruk

- hewan peliharaan

Page 4: laporan kasus impetigo krustosa

keadaan yang mengganggu integritas epidermis kulit seperti gigitan serangga,

herpes simpleks, varisela, abrasi, atau luka bakar.

1.4 ETIOLOGI

Mikroorganisme penyebab impetigo adalah Staphylococcus aureus dan

Streptococcus B hemoliticus. Untuk impetigo bulosa sebabnya lebih sering karena

Staphylococcus aureus. Pada negara maju, impetigo krustosa banyak disebabkan

oleh Staphylococcus aureus dan sedikit oleh Streptococcus group A beta-

hemolitikus (Streptococcus pyogenes). Banyak penelitian yang menemukan 50-

60% kasus impetigo krustosa penyebabnya adalah Staphylococcus aureus dan 20-

45% kasus merupakan kombinasi Staphylococcus aureus dengan Streptococcus

pyogenes. Namun di negara berkembang, yang menjadi penyebab utama impetigo

krustosa adalah Streptococcus pyogenes. Staphylococcus aureus banyak terdapat

pada faring, hidung, aksila dan perineal merupakan tempat berkembangnya

penyakit impetigo krustosa

KLASIFIKASI

Impetigo diklasifikasikan menjadi dua bentuk yaitu:

1. Impetigo krustosa

2. Impetigo bulosa

Gambar . impetigo krustosa di ekstremitas superior pada anak-anak

Impetigo krustosa dimulai ketika trauma kecil terjadi pada kulit normal

sebagai portal of entry yang terpapar oleh kuman melalui kontak langsung

Page 5: laporan kasus impetigo krustosa

dengan pasien atau dengan seseorang yang menjadi carrier. Kuman tersebut

berkembang biak dikulit dan akan menyebabkan terbentuknya lesi dalam satu

sampai dua minggu.

Cara infeksi pada impetigo krustosa ada 2, yaitu infeksi primer dan infeksi

sekunder.

Infeksi Primer

Infeksi primer, biasanya terjadi pada anak-anak. Awalnya, kuman

menyebar dari hidung ke kulit normal (kira-kira 11 hari), kemudian

berkembang menjadi lesi pada kulit. Lesi biasanya timbul di atas kulit

wajah (terutama sekitar lubang hidung) atau ekstremitas setelah trauma.

Infeksi sekunder

Infeksi sekunder terjadi bila telah ada penyakit kulit lain sebelumnya

(impetiginisasi) seperti dermatitis atopik, dermatitis statis, psoariasis

vulgaris, SLE kronik, pioderma gangrenosum, herpes simpleks, varisela,

herpes zoster, pedikulosis, skabies, infeksi jamur dermatofita, gigitan

serangga, luka lecet, luka goresan, dan luka bakar, dapat terjadi pada

semua umur

Impetigo krustosa biasanya terjadi akibat trauma superfisialis dan robekan

pada epidermis, akibatnya kulit yang mengalami trauma tersebut menghasilkan

suatu protein yang mengakibatkan bakteri dapat melekat dan membentuk suatu

infeksi impetigo krustosa. Keluhan biasanya gatal dan nyeri. Impetigo krustosa

sangat menular, berkembang dengan cepat melalui kontak langsung dari orang ke

orang. Impetigo banyak terjadi pada musim panas dan cuaca yang lembab. Pada

anak-anak sumber infeksinya yaitu binatang peliharaan, kuku tangan yang kotor,

anak-anak lainnya di sekolah, daerah rumah kumuh, sedangkan pada dewasa

sumbernya yaitu tukang cukur, salon kecantikan, kolam renang, dan dari anak-

anak yang telah terinfeksi.

HISTOPATOLOGI

Terjadinya inflamasi superfisialis pada folikel pilosebaseus bagian atas.

Terdapat vesikopustul di subkorneum yang berisi coccus serta debris berupa

Page 6: laporan kasus impetigo krustosa

leukosit dan sel epidermis. Pada dermis terjadi inflamasi ringan yang ditandai

dengan dilatasi pembuluh darah, edema, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear.

Seringkali terjadi spongiosis yang mendasari pustula. Pada lesi terdapat kokus

Gram positif.

MANIFESTASI KLINIS

Impetigo krustosa dapat terjadi di mana saja pada tubuh, tetapi biasanya

pada bagian tubuh yang sering terpapar dari luar misalnya wajah, leher, dan

ekstremitas. Impetigo Krustosa diawali dengan munculnya eritema berukuran

kurang lebih 2 mm yang dengan cepat membentuk vesikel, bula atau pustul

berdinding tipis. Kemudian vesikel, bula atau pustul tersebut ruptur menjadi erosi

kemudian eksudat seropurulen mengering dan menjadi krusta yang berwarna

kuning keemasan (honey-colored) dan dapat meluas lebih dari 2 cm. Lesi

biasanya berkelompok dan sering konfluen meluas secara irreguler. Pada kulit

dengan banyak pigmen, lesi dapat disertai hipopigmentasi atau hiperpigmentasi.

Krusta pada akhirnya mengering dan lepas dari dasar yang eritema tanpa

pembentukan jaringan scar.

Lesi dapat membesar dan meluas mengenai lokasi baru dalam waktu

beberapa minggu apabila tidak diobati. Pada beberapa orang lesi dapat remisi

spontan dalam 2-3 minggu atau lebih lama terutama bila terdapat penyakit akibat

parasit atau pada iklim panas dan lembab, namun lesi juga dapat meluas ke dermis

membentuk ulkus (ektima).

Kelenjar limfe regional dapat mengalami pembesaran pada 90% pasien

tanpa pengobatan (terutama pada infeksi Streptococcus) dan dapat disertai

demam. Membran mukosa jarang terlibat.

1.5PATOFISIOLOGI

Impetigo adalah infeksi yang disebabkan oleh Streptococcus beta hemolyticus

grup A dan/atau Streptococcus aureus. Organisme tersebut masuk melalui kulit

yang terluka melalui transmisi kontak langsung. Setelah infeksi, lesi yang baru

mungkin terlihat pada pasien tanpa adanya kerusakan pada kulit. Seringnya lesi

Page 7: laporan kasus impetigo krustosa

ini menunjukkan beberapa kerusakan fisik yang tidak terlihat (mikrolesi) pada

saat dilakukan pemeriksaan. Impetigo memiliki lebih dari satu bentuk. Beberapa

penulis menerangkan perbedaan bentuk impetigo dari strain Staphylococcus yang

menyerang dan aktivitas eksotoksin yang dihasilkan.

Streptococcus masuk melalui kulit yang terluka dan melalui transmisi kontak

langsung, setelah infeksi, lesi yang baru mungkin terlihat pada pasien tanpa

adanya kerusakan pada kulit. Bentuk lesi mulai dari makula eritema yang

berukuran 2 – 4 mm. Secara cepat berubah menjadi vesikel atau pustula. Vesikel

dapat pecah spontan dalam beberapa jam atau jika digaruk maka akan

meninggalkan krusta yang tebal, karena proses dibawahnya terus berlangsung

sehingga akan menimbulkan kesan seperti bertumpuk-tumpuk, warnanya

kekuning-kuningan. Karena secara klinik lebih sering dilihat krusta maka disebut

impetigo krustosa. Krusta sukar diangkat, tetapi bila berhasil akan tampak kulit

yangerosif. Impetigo bulosa adalah suatu bentuk impetigo dengan gejala utama

berupa lepuh-lepuh berisi cairan kekuningan dengan dinding tegang, terkadang

tampak hipopion.Mula-mula berupa vesikel, lama kelamaan akan membesar

menjadi bula yang sifatnya tidak mudah pecah, karena dindingnya relatif tebal

dari impetigo krustosa. Isinya berupa cairan yang lama kelamaan akan berubah

menjadi keruh karena invasi leukosit dan akan mengendap. Bila pengendapan

terjadi pada bula disebut hipopion yaitu ruangan yang berisi pus yang mengendap,

bila letaknya di punggung, maka akan tampak seperti menggantung.

1.6GEJALAKLINIS

Gejala klinis impetigo dimulai dari munculnya kelainan kulit berupa eritema dan

vesikel yang cepat menyebar dan memecah dalam waktu 24 jam. Lesi yang pecah

akan mengeluarkan sekret/cairan berwarna kuning encer. Lesi ini paling sering

ditemukan di daerah kaki, tangan, wajah dan leher. Pada umumnya tidak dijumpai

demam. Pada awalnya, kemungkinan akan dijumpai; ruam merah yang lembut,

kulit mengeras/krusta (Honey-colored crusts), gatal, luka yang sulit menyembuh.

Pada impetigo bullosa, mungkin akan dijumpai gejala; demam, diare, dan

kelemahan umum.

Page 8: laporan kasus impetigo krustosa

1. Impetigo Kontagiosa

Keluhan utama adalah rasa gatal. Lesi awal berupa makula eritematosa berukuran

1 – 2 mm, segera berubah menjadi vesikel dan bula. Karena dinding vesikel tipis,

mudah pecah dan mengeluarkan sekret seropurulen kuning kecoklatan,

selanjutnya mengering membentuk krusta yang berlapis-lapis. Krusta mudah

dilepaskan, dibawah krusta terdapat daerah erosif yang mengeluarkan sekret,

sehingga krusta kembali menebal.

Pemeriksaan Kulit:

Lokalisasi: daerah yang terpapar, terutama wajah (sekitar hidung dan mulut),

tangan, leher dan ekstremitas.

Efloresensi: makula eritematosa miliar sampai lentikular, difus, anular, sirsinar,

vesikel dan bula lentikular difus, pustula miliar sampai lentikular; krusta kuning

kecoklatan, berlapis-lapis, mudah diangkat.

2. Impetigo Bulosa

Lepuh tiba-tiba muncul pada kulit sehat, bervariasi mulai dari miliar hingga

lentikular, biasanya dapat bertahan 2 – 3 hari. Berdinding tebal dan terdapat

hipopion. Bila pecah menimbulkan krusta yang berwarna coklat datar dan tipis.

Pemeriksaan kulit:

Lokalisasi: ketiak, dada, punggung, dan ekstremitas atas atau bawah.

Efloresensi: tampak bula dengan dinding tepal dan tipis, miliar hingga

lentikular, kulit sekitarnya tidak menunjukkan peradangan, terkadang-kadang

tampak hipopion.

Keadaan umum tidak dipengaruhi. Tempat predileksi di ketiak, dada, punggung.

Sering bersama-sama miliaria. Terdapat pada anak dan orang dewasa. Kelainan

kulit berupa eritema, bula, dan bula hipopion.

Impetigo dapat timbul sendiri (primer) atau komplikasi dari kelainan (sekunder)

baik penyakit kulit( gigitan serangga, varicella, infeksi herpes simpleks, dermatitis

atopi) atau penyakit sistemik yang menurunkan kekebalan tubuh

Page 9: laporan kasus impetigo krustosa

Gambaran khas dari impetigo bulosa seperti:

• Vesikel ( gelembung berisi cairan dengan diameter < 0,5 cm) yang timbul

sampai bulla ( gelembung berisi cairan dengan diameter >0,5 cm) kurang dari 1

cm pada kulit yang utuh, dengan kulit sekitar normal atau kemerahan. Pada

awlnya vesikel berisi cairan yang jernih yang berubah menjadi vesikel berisi

cairan yang jernih yang berubah menjadi warna keruh.

• Bulla yang utuh jarang ditemukan karena sangat rapuh

• Bila impetigo menyertai kelainan kulit lainnya, maka kelainan itu dapat

menyertai dermatitis atopi, varisela, gigitan binatang dan lain-lain.

• Lesi dapat lokal atau tersebar, sering kali di wajah atau tempat lain, seperti

tempat yag lembab, lipatan kulit, ketiak atau lipatan leher.

• Atap dari bula pecah dan meninggalkan gambaran “collarette” pada pinggirnya.

Krusta “varnishlike” terbentuk pada bagian tengah yang jika disingkirkan

memperlihatkan dasar yang merah dan basah.

• Tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening di dekat lesi.

• Pada bayi, lesi yang luas dapat disertai dengan gejala demam, lemah, diare.

Jarang sekali disertai dengan radang paru, infeksi sendi atau tulang

Impetigo krustosa

Awalnya berupa warna kemerahan pada kulit (makula) atau papul

(penonjolan padat dengan diameter <0,5cm) yang berukuran 2-5 mm.

Lesi papul segera menjadi menjadi vesikel atau pustul (papula yang

berwarna keruh/mengandung nanah/pus) yang mudah pecah dan menjadi

papul dengan keropeng/koreng berwarna kunig madu dan lengket yang

berukuran <2cm dengan kemerahan minimal atau tidak ada kemerahan

disekelilingnya.

Lesi muncul pada kulit normal atau kulit yang kena trauma sebelumnya

atau mengikuti kelainan kulit sebelumnya (skabies, vasisela, dermatitis

atopi) dan dapat menyebar dengan cepat.

Lesi berada sekitar hidung, mulut dan daerah tubuh yang sering terbuka

( tangan dan kaki).

Page 10: laporan kasus impetigo krustosa

Kelenjar getah bening dapat menbesar dan dapat nyeri

Lesi juga menyebar ke daerah sekitar dengan sendirinya (autoinokulasi)

Jika dibiarkan tidak diobati maka lesi dapat menyebar terus karena

tindakan diri sendiri (digaruk lalu tangan memegang tempat lain sehingga

mengenai tempat lain). Lalu dapat sembuh dengan sendirinya dalam

beberapa minggu tanpa jaringan parut.

Walaupun jarang, bengkak pada kaki dan tekanan darah tinggi dapat

ditemukan pada orang dengan impetigo krustosa sebagai tanda

glomerulonefritis (radang pada ginjal) akibat reaksi tubuh terhadap infeksi

oleh kuman Streptokokus penyebab impetigo

Tidak ada tanda gejala radang tenggorokan

1.7 DIAGNOSIS

PEMERIKSAAN FISIK

Tipe dan lokasi lesi:

Sering terjadi pada wajah (sekitar mulut dan hidung) atau dekat rentan

trauma.

Makula merah atau papul sebagai lesi awal.

Lesi dengan bula yang ruptur dan tepi dengan krusta.

Lesi dengan krusta berwarna seperti madu.

Vesikel atau bula.

Pustula.

Basah, dangkal, dan ulserasi eritematous.

Lesi satelit.

Limphadenopaty regional. (umumnya pada impetigo kontagiosa dan

jarang pada impetigo bulosa).

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Laboratorium.

Pada keadaan khusus, dimana diagnosis impetigo masih diragukan, atau

pada suatu daerah dimana impetigo sedang mewabah, atau pada kasus

yang kurang berespons terhadap pengobatan, maka diperlukan

Page 11: laporan kasus impetigo krustosa

pemeriksaan-pemeriksaan sebagai berikut:

Pewarnaan gram. Pada pemeriksaan ini akan mengungkapkan adanya

neutropil dengan kuman coccus gram positif berbentuk rantai atau

kelompok.

Kultur cairan. Pada pemeriksaan ini umumnya akan mengungkapkan

adanya Streptococcus aureus, atau kombinasi antara Streptococcus

pyogenes dengan Streptococcus beta hemolyticus grup A (GABHS), atau

kadang-kadang dapat berdiri sendiri.

Biopsi dapat juga dilakukan jika ada indikasi.

2. Pemeriksaan Lain:

Titer anti-streptolysin-O ( ASO), mungkin akan menunjukkan hasil

positif lemah untuk streptococcus, tetapi pemeriksaan ini jarang dilakukan.

Streptozyme. Adalah positif untuk streptococcus, tetapi pemeriksaan ini

jarang dilakukan.

Pemeriksaan penunjang

- Laboratorium rutin

Pada pemeriksaan darah rutin, lekositosis ringan hanya ditemukan pada

50% kasus pasien dengan impetigo.

- Pemeriksaan imunologis

Pada impetigo yang disebabkan oleh streptococcus dapat ditemukan

peningkatan kadar anti deoksiribonuklease (anti DNAse) B antibody.

- Pemeriksaan mikrobiologis

Eksudat yang diambil di bagian bawah krusta dan cairan yang berasal dari

bulla dapat dikultur dan dilakukan tes sensititas. Hasil kultur bisa

memperlihatkan S. pyogenes, S. aureus atau keduanya. Tes sensitivitas

antibiotic dilakukan untuk mengisolasi metisilin resistar. S. aureus

(MRSA) serta membantu dalam pemberian antibiotic yang sesuai.

Pewarnaan gram pada eksudat memberikan hasil gram positif.

Pada blood agar koloni kuman mengalami hemolisis dan memperlihatkan

daerah yang hemolisis di sekitarnya meskipun dengan blood agar telah

Page 12: laporan kasus impetigo krustosa

cukup untuk isolasi kuman, manitol salt agar atau medium Baierd-Parker

egg Yolk-tellurite direkomendasikan jika lesi juga terkontaminasi oleh

organism lain. Kemampuan untuk mengkoagulasi plasma adalah tes paling

penting dalam mengidentifikasi S. aureus. Pada sheep blood agar, S.

pyogenes membentuk koloni kecil dengan daerah hemolisis

disekelilingnya. Streptococcus dapat dibedakan dari Staphylokokkus

dengan tes katalase. Streptococcus memberikan hasil yang negative.

1.8 DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding Impetigo krustosa terdiri dari:

a. Dermatitis Atopik

Terdapat riwayat atopik seperti asma, rhinitis alergika. Lesi pruritus kronik

dan kulit kering abnormal dapat disertai likenifikasi.

b. Dermatitis Kontak

Gatal pada daerah sensitif yang kontak dengan bahan iritan.

c. Herpes Simpleks

Vesikel dengan dasar eritema yang ruptur menjadi erosi ditutupi krusta.

Umumnya terdapat demam, malaise, disertai limfadenopati.

d. Varisela

Terdapat gejala prodomal seperti demam, malaise, anoreksia. Vesikel

dinding tipis dengan dasar eritema (bermula di trunkus dan menyebar ke

wajah dan ekstremitas) yang kemudian ruptur membentuk krusta (lesi

berbagai stadium).

e. Kandidiasis

Kandidiasis (infeksi jamur candida): papul eritem, basah, umumnya di

daerah selaput lendir atau daerah lipatan.

f. Diskoid lupus eritematous

Ditemukan (plak), batas tegas yang mengenai sampai folikel rambut.

g. Ektima

Lesi berkrusta yang menutupi daerah ulkus yang menetap selama beberapa

minggu dan sembuh dengan jaringan parut bila menginfeksi dermis.

Page 13: laporan kasus impetigo krustosa

h. Gigitan serangga

Terdapat papul pada daerah gigitan, dapat nyeri.

i. Skabies

Papul yang kecil dan menyebar, terdapat terowongan pada sela-sela jari,

gatal pada malam hari.

Diagnosis banding lainnya dari impetigo bulosa :

Eritema multiforme bulosa : vesikel atau bulla yang timbul dari plak

(penonjolan datar di atas permukaan kulit) merah, berdiameter 1-5cm,

pada daerah dalam dari alat gerak (daerah ekstensor)

Lupus eritematosa bullosa : lesi vesikel dan bula yang menyebar dapat

gatal, seringkali melibatkan bagian atas badan dan daerah lengan

Pemfigus bulosa : vesikel dan bula timbul cepat dan gatal menyeluruh,

dengan plak urtikaria

Herpes simplex : vesikel berkelompok dengan dasar kemerahan yang

pecah menjadi lecet dan tertutup krusta, biasanya pada bibir dan kulit

Gigitan serangga : bulla dengan papul pruritus (gatal) berkelompok di

daerah yang terkena gigitan

Pemfigus vulgaris : bulla yang tidak gatal, ukuran bervariasi dari 1 sampai

beberapa sentimeter, muncul bertahap dan menjadi menyeluruh, lecet

muncul seminggu sebelum penyembuhan dengan hiperpigmentasi (warna

kulit yang lebih gelap dari sebelumnya), tidak ada jaringan parut

Sindrom steven-johnson : vesikulobulosa (lesi gelembung mulai dari

vesikel sampai bulla) yang melibatkan kulit, mulut, mata dan genitalia;

sariawan yang dalam degan krusta akibat perdarahan adalah gambaran

khas.

Luka bakar : terdapat riwayat luka bakar derajat dua

Toxic epidermal necrolysis : seperti sindrom steven-johnson yang diikuti

pengelupasan kulit badian atas (epidermis) secara menyeluruh.

Page 14: laporan kasus impetigo krustosa

Varisela :  vesikel pada dasar kemerahan bermula di badan dan menyebar

ke tangan kaki dan wajah; vesikel pecah dan membentuk krusta; lesi

terdapat pada beberapa tahap (vesikel, krusta) pada saat yang sama.

1.9PENCEGAHAN

Kebersihan sederhana dan perhatian terhadap kecil dapat mencegah timbulnya

impetigo. Seseorang yang sudah terkena impetigo atau gejala-gejala

infeksi/peradangan Streptococcus beta hemolyticus grup A (GABHS) perlu

mencari perawatan medik dan jika perlu dimulai dengan pemberian antibiotik

secepat mungkin untuk mencegah menyebarnya infeksi ini ke orang lain.

Penderita impetigo harus diisolasi, dan dicegah agar tidak terjadi kontak dengan

orang lain minimal dalam 24 jam setelah pemberian antibiotik. Pemakaian barang-

barang atau alat pribadi seperti handuk, pakaian, sarung bantal dan seprai harus

dipisahkan dengan orang-orang sehat. Pada umumnya akhir periode penularan

adalah setelah dua hari permulaan pengobatan, jika impetigo tidak menyembuh

dalam satu minggu, maka harus dievaluasi.

PROGNOSIS

Umumnya baik

Di luar periode neonatal, pasien yang mendapatkan terapi lebih dini dan baik,

akan memiliki kesempatan untuyk sembuh tanpa bekas luka atau komplikasi

Insidens infeksi umum dan meningitis lebih tinggi pada neonatus

Dengan terapi yang tepat, lesi dapat sembuh sempurna dalam 7 – 10 hari

Terapi antibiotik tidak dapat mencegah atau menghentikan glomerulonefritis

Pada lesi yang tidak sembuh dalam 7 – 10 hari setelah diterapi, perlu dilakukan

kultur

KOMPLIKASI

1. Ektima

Page 15: laporan kasus impetigo krustosa

Impetigo yang tidak diobati dapat meluas lebih dalam dan penetrasi ke

epidermis menjadi ektima. Ektima merupakan pioderma pada jaringan

kutan yang ditandai dengan adanya ulkus dan krusta tebal.

2. Selulitis dan Erisepelas

Impetigo krustosa dapat menjadi infeksi invasif menyebabkan terjadinya

selulitis dan erisepelas, meskipun jarang terjadi. Selulitis merupakan

peradangan akut kulit yang mengenai jaringan subkutan (jaringan ikat

longgar) yang ditandai dengan eritema setempat, ketegangan kulit disertai

malaise, menggigil dan demam. Sedangkan erisepelas merupakan

peradangan kulit yang melibatkan pembuluh limfe superfisial ditandai

dengan eritema dan tepi meninggi, panas, bengkak, dan biasanya disertai

gejala prodromal.

3. Glomerulonefritis Post Streptococcal

Komplikasi utama dan serius dari impetigo krustosa yang umumnya

disebabkan oleh Streptococcus group A beta-hemolitikus ini yaitu

glomerulonefritis akut (2%-5%). Penyakit ini lebih sering terjadi pada

anak-anak usia kurang dari 6 tahun. Tidak ada bukti yang menyatakan

glomerulonefritis terjadi pada impetigo yang disebabkan oleh

Staphylococcus. Insiden glomerulonefritis (GNA) berbeda pada setiap

individu, tergantung dari strain potensial yang menginfeksi nefritogenik.

Faktor yang berperan penting atas terjadinya GNAPS yaitu serotipe

Streptococcus strain 49, 55, 57,dan 60 serta strain M-tipe 2. Periode laten

berkembangnya nefritis setelah pioderma streptococcal sekitar 18-21 hari.

Kriteria diagnosis GNAPS ini terdiri dari hematuria makroskopik atau

mikroskopik, edema yang diawali dari regio wajah, dan hipertensi.

4. Rheumatic Fever.

Sebuah kelainan inflamasi yang dapat terjadi karena komplikasi infeksi

streptokokus yang tidak diobati strep throat atau scarlet fever. Kondisi

tersebut dapat mempengaruhi otak, kulit, jantung,dan sendi tulang.

5. Pneumonia.

Page 16: laporan kasus impetigo krustosa

Pneumonia merupakan penyakit ynag banyak ditemui setiap tahun.

Penyakit ini biasa terjadi pada perokok dan seseorang yang menggunakan

obat yang menekan sistem imunitas.

6. Infeksi Methicilin- resistant staphylococcus aureus (MRSA).

MRSA adalah sebuah strain bakteri stafilokokus yang resisten terhadap

sejumlah antibiotik. MRSA dapat menyebabkan infeksi serius pada kulit

yang sangat sulit diobati. Infeksi kulit dapat dimulai dengan sebuah eritem,

papul, atau abses yang mengeluarkan pus. MRSA juga dapat

menyebabkan pneumonia dan bakterimia.

7. Osteomielitis

Sebuah inflamasi pada tulang disebabkan bakteri. Inflamasi biasanya

berasal dari bagian tubuh yang lain yang berpindah ke tulang melalui

darah.

8. Meningitis

Sebuah inflamasi pada membran dan cairan serebrospinal yang melingkupi

otak dan medula spinalis. Meningitis merupakan sebuah penyakit serius

yang dapat mempengaruhi kehidupan dan menghasilkan komplikasi

permanen seperti koma, syok, dan kematian.

Penatalaksanaan

PENATALAKSANAAN

A. Umum

Menjaga kebersihan agar tetap sehat dan terhindar dari infeksi kulit.

Menindaklanjuti luka akibat gigitan serangga dengan mencuci area kulit

yang terkena untuk mencegah infeksi.

Mengurangi kontak dekat dengan penderita

Bila diantara anggota keluarga ada yang mengalami impetigo diharapkan

dapat melakukan beberapa tindakan pencegahan berupa:

- Mencuci bersih area lesi (membersihkan krusta) dengan sabun dan

air mengalir serta membalut lesi.

Page 17: laporan kasus impetigo krustosa

- Mencuci pakaian, kain, atau handuk penderita setiap hari dan tidak

menggunakan peralatan harian bersama-sama.

- Menggunakan sarung tangan ketika mengolesi obat topikal dan

setelah itu mencuci tangan sampai bersih.

- Memotong kuku untuk menghindari penggarukan yang

memperberat lesi.

- Memotivasi penderita untuk sering mencuci tangan.

B. Khusus

Pada prinsipnya, pengobatan impetigo krustosa bertujuan untuk

memberikan kenyamanan dan perbaikan pada lesi serta mencegah

penularan infeksi dan kekambuhan.

1. Terapi Sistemik

Pemberian antibiotik sistemik pada impetigo diindikasikan bila

terdapat lesi yang luas atau berat, limfadenopati, atau gejala sistemik.

a. Pilihan Pertama (Golongan ß Lactam)

Golongan Penicilin (bakterisid)

o Amoksisilin+ Asam klavulanat

Dosis 2x 250-500 mg/hari (25 mg/kgBB) selama 10 hari.

Golongan Sefalosporin generasi-ke1 (bakterisid)

o Sefaleksin

Dosis 4x 250-500 mg/hari (40-50 mg/kgBB/hari) selama 10

hari.3

o Kloksasilin

Dosis 4x 250-500 mg/hari selama 10 hari.

b. Pilihan Kedua

Golongan Makrolida (bakteriostatik)

o Eritromisin

Dosis 30-50mg/kgBB/hari.

o Azitromisin

Page 18: laporan kasus impetigo krustosa

Dosis 500 mg/hari untuk hari ke-1 dan dosis 250 mg/hari

untuk hari ke-2 sampai hari ke-4.

2.Terapi Topikal

Penderita diberikan antibiotik topikal bila lesi terbatas, terutama pada

wajah dan penderita sehat secara fisik. Pemberian obat topikal ini

dapat sebagai profilaksis terhadap penularan infeksi pada saat anak

melakukan aktivitas disekolah atau tempat lainnya. Antibiotik topikal

diberikan 2-3 kali sehari selama 7-10 hari.

o Mupirocin

Mupirocin (pseudomonic acid) merupakan antibiotik yang berasal

dari Pseudomonas fluorescent .Mekanisme kerja mupirocin yaitu

menghambat sintesis protein (asam amino) dengan mengikat

isoleusil-tRNA sintetase sehingga menghambat aktivitas coccus

Gram positif seperti Staphylococcus dan sebagian besar

Streptococcus. Salap mupirocin 2% diindikasikan untuk

pengobatan impetigo yang disebabkan Staphylococcus dan

Streptococcus pyogenes.

o Asam Fusidat

Asam Fusidat merupakan antibiotik yang berasal dari Fusidium

coccineum. Mekanisme kerja asam fusidat yaitu menghambat

sintesis protein. Salap atau krim asam fusidat 2% aktif melawan

kuman gram positif dan telah teruji sama efektif dengan mupirocin

topikal.

o Bacitracin

Baciracin merupakan antibiotik polipeptida siklik yang berasal dari

Strain Bacillus Subtilis. Mekanisme kerja bacitracin yaitu

menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan menghambat

defosforilasi ikatan membran lipid pirofosfat sehingga aktif

melawan coccus Gram positif seperti Staphylococcus dan

Streptococcus. Bacitracin topikal efektif untuk pengobatan infeksi

bakteri superfisial kulit seperti impetigo.

Page 19: laporan kasus impetigo krustosa

o Retapamulin

Retapamulin bekerja menghambat sintesis protein dengan

berikatan dengan subunit 50S ribosom pada protein L3 dekat

dengan peptidil transferase. Salap Retapamulin 1% telah diterima

oleh Food and Drug Administraion (FDA) pada tahun 2007

sebagai terapi impetigo pada remaja dan anak-anak diatas 9 bulan

dan telah menunjukkan aktivitasnya melawan kuman yang resisten

terhadap beberapa obat seperti metisilin, eritromisin, asam fusidat,

mupirosin, azitromisin.

Page 20: laporan kasus impetigo krustosa

BAB 2 LAPORAN KASUS

Identitas Pasien

Nama : An. D

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 16 bulan

Alamat : Rejosari Tembokrejo Gumukmas, Jember

Autoanamnesis

- Keluhan Utama : bintik – bntik merah dan berisi air pada daerah punggung

dan leher

- Riwayat penyakit sekarang :

Timbul bintik-bintik merah dan membentuk gelembung gelembung

yang berisi air kurang lebih sejak sepuluh hari yang lalu, sebelumnya

pasien mengeluh badannya panas kurang lebih 3 hari, panas dirasakan

terus menerus lalu timbul bintik-bintik awalnya timbul pada daerah leher

kemudian menyebar hingga ke punggung juga pada ketiak. Bintil-bintil itu

berisi air yang kemudian pecah dan berwarna merah pada tepinya timbul

keropeng.

- Riwayat penyakit dahulu : -

- Riwayat penyakit keluarga : -

- Riwayat pengobatan :

Belum pernah berobat

- Riwayat alergi :

Pasien tidak pernah alergi terhadap makanan ataupun obat-obatan.

Pemeriksaan fisik

- Status Generalis :

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Kepala/leher : Dalam batas normal

Page 21: laporan kasus impetigo krustosa

Thoraks : Dalam batas normal

- Status Lokalis :

R. colli, thoracalis anterior et posterior,

Ditemukan efloresensi berupa papul-papul eritematous, vesikel tersebar di atas

kulit yang eritematous. Tampak juga vesikel telah pecah serta krusta berwarna

kuning kecoklatan yang tepinya meluas. Krusta dilepas tampak erosi dibawahnya.

Gambar. Foto regio thoracalis anterior Pasien

Page 22: laporan kasus impetigo krustosa

Resume

Timbul bintik-bintik merah dan membentuk gelembung gelembung yang berisi air

kurang lebih sejak sepuluh hari yang lalu, sebelumnya pasien mengeluh badannya

panas kurang lebih 3 hari, panas dirasakan terus menerus lalu timbul bintik-bintik

awalnya timbul pada daerah leher kemudian menyebar hingga ke punggung juga

pada ketiak. Bintil-bintil itu berisi air yang kemudian pecah dan berwarna merah

pada tepinta timbul keropeng. Pada Regio. colli, thoracalis anterior et posterior,

ditemukan efloresensi berupa papul-papul eritematous, vesikel tersebar di atas

kulit yang eritematous. Tampak juga vesikel telah pecah serta krusta yang tepinya

meluas. Tidak ditemukan nodula maupun kista. Selain itu tampak hiperpigmentasi

pasca peradangan Sebelumya pasien belum pernah berobat kemanapun dan pada

keluarga pasien juga tidak ada yang menderita penyakit yang sama. Pasien tidak

mempunyai alergi obat-obatan ataupun makanan.

Diagnosis banding

- Impetigo bulosa

- Varisela

- Dermatitis atopik

Diagnosis kerja

Impetigo Krustosa

Penatalaksanaan

1. Antibiotik : Pirotap cs 2x oles

2. Edukasi :

a. Menjaga kebersihan agar tetap sehat dan terhindar dari infeksi kulit

b. Mencuci bersih area lesi (membersihkan krusta) dengan sabun dan

air mengalir serta membalut lesi.

c. Mencuci pakaian, kain, atau handuk penderita setiap hari dan tidak

menggunakan peralatan harian bersama-sama.

Page 23: laporan kasus impetigo krustosa

d. Menggunakan sarung tangan ketika mengolesi obat topikal dan

setelah itu mencuci tangan sampai bersih.

e. Memotong kuku untuk menghindari penggarukan yang

memperberat lesi.

f. Kontrol kembali setelah 1 minggu

Prognosis

Bonam

Page 24: laporan kasus impetigo krustosa

DAFTAR PUSTAKA

Djuanda, Adhi. 2009. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelaamin Edisi kelima). Balai

Penerbit FKUI: Jakarta.

Sukanto, martodihardjo, dan Zulkarnain. 2005. Pedoman Diagnosis dan Terapi

Bag/SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi III. RSU dr. Soetomo:

Surabaya.

Wolff, Goldsmith, Katz, David. 2008. Fitzpatrick’s Dermatology in General

Medicine Seventh Edition. The Mc graw Hill Companies: New York.

Murtiastutik, Dewi; et al. 2011. Penyakit Kulit dan kelamin Edisi 2. Surabaya.

DEP/SMF Kesehatan Kulit dan kelamin FK UNAIR RSUD dr.

SOETOMO

Lewis, Lisa. 20120. Impetigo: Treatment & Medication. Virginia. Dept of

Pediatrics, Professor of Pediatrics, Virginia Commonwealth University