laporan kasus bronkitis kronis ikm2

Upload: silviana-sari

Post on 08-Jan-2016

129 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

LAPORAN KASUS BRONKITIS KRONISIKM 2.LAPKAS

TRANSCRIPT

BAB ISTATUS PASIEN

I. Identitas PasienNama/Jenis Kelamin/Umur:Tarzan / Laki-laki / 17 tahunAlamat:Pondok pesantren Nurul Iman Ulu GedongPekerjaan:-Pendidikan: SMP

II. Latar Belakang Sosio-Ekonomi-Demografi dan Lingkungan Keluargaa. Status Perkawinan:-b. Jumlah anak/saudara:- c. Status ekonomi: Cukupd. Kondisi rumah dan keseharian pasien:Pasien tinggal di pondok pesantren dengan bangunan rumah panggung berlantai kayu dan beratap seng. Memiliki 1 ruang tamu,,10 kamar tidur, dan 1 dapur dan 3 kamar mandi. Sumber air dari sumur. Kamar mandi menggunakan wc jongkok. Kondisi pondok pesantren kurang terawat dan kurang pencahayaan karena rumah tersebut hanya memiliki 2 jendela di bagian depan dan jarak antara bangunan ke bangunan yang lain berdekatan.e. Kondisi Lingkungan Keluarga: Pasien merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara. Kakak pertama dan adik pasien tinggal bersama keluarga di luar kota. Pasien disini merantau untuk mencari ilmu di pondok pesantren. Hubungan antara pasien dengan keluarga cukup baik dan sering berkomunikasi lewat telepon. Pasien dan teman-teman di pondok pesantren cukup akrab dan saling tolong menolong.

III. Aspek psikologis di keluarga : baikIV. Anamnesa :a. Keluhan utama :Batuk berdahak makin sering sejak 5 hari yang lalub. Keluhan tambahan :Sesak Nafasc. Riwayat perjalanan penyakitPasien mengeluh batuk berdahak sejak 6 bulan yang lalu, dahak berwarna putih kekuningan, banyak dan kental. Munculnya batuk tidak dipengaruhi oleh alergi. Awalnya badan pasien terasa dingin kemudian perut panas lalu muncul sesak nafas kemudian akhirnya batuk. Keadaan kemudian membaik sendiri setelah 20 menit. Pasien juga mengalami nyeri dada pada saat batuk. Setelah keadaan membaik, sekitar 2 jam kemudian pasien akan merasakan batuk lagi yang kemudian akan membaik lagi dengan sendirinya, begitu seterusnya. Tidak ada mual, muntah, dan tidak ada keluhan pada BAB dan BAK. Dahulu pasien adalah perokok aktif dan sekarang sudah berhenti merokok 1 bulan yang lalu.

V. Riwayat penyakit dahulu/penyakit keluarga : Pasien tidak pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama Riwayat alergi makanan, cuaca, debu dan bulu disangkal Riwayat penyakit Hipertensi disangkal Riwayat Penyakit Diabetes Melitus disangkal Riwayat merokok (+) sejak usia 15 tahun. Pasien adalah perokok berat, dalam sehari menghabiskan 1 bungkus rokok. 1 bulan terakhir pasien sudah mulai berhenti merokok.

VI. Pemeriksaan FisikKeadaan Umum :Keadaan umum: Tampak sakit ringanKesadaran: Compos mentisTD: 120/80 mmhgNadi: 80 x/menitRR: 22 x/menitSuhu: 36 C

Pemeriksaan OrganKepalaBentuk: Simetris, normocephalMata: Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/- Telinga: Dalam Batas Normal Hidung: Napas cuping hidung -/-, Sekret -/-, Epistaksis -/- Mulut: Dalam Batas Normal ThoraksInspeksi: Simetris, retraksi (-)Palpasi: Krepitasi (-), vokal fremitus sama kanan dan kiriPerkusi: Sonor pada kedua lapang paruAuskultasi: Vesikuler +/+, Rhonki +/+, wheezing -/- BJI dan II regular, BJ III (-), bising jantung (-) AbdomenInspeksi : Datar, sikatriks (-). Palpasi : Nyeri tekan (-) Perkusi : Timpani (+) Auskultasi : Bising usus (+) normal

Ekstremitas: Akral hangat +/+, edema -/-

VII. Pemeriksaan anjuran Pemeriksaan Sputum Darah Lengkap Rontgen

VIII. DiagnosaBronkitis Kronis

IX. Diagnosa Banding1. TB paru2. Asma

X. Manajemen Promotif : Memberikan edukasi kepada pasien tentang penyakitnya serta komplikasi yang dapat terjadi Memberikan pengetahuan tentang pengobatan yang diberikan serta pentingnya keteraturan dalam berobat Memberi edukasi kepada keluarga pasien tentang penyakit pasien serta menciptakan lingkungan bebas polusi di rumah Menghirup uap air panas 2-3x selama 15 30 menit/hari Menghindari zat zat yang mengiritasi bronkus seperti berhenti merokok, menghindari asap rokok orang lain (perokok pasif) serta memakai masker bila terpapar zat yang bisa mengiritasi bronkus Latihan fisik, psikososial, latihan pernapasan

Preventif Mengurangi paparan terhadap asap baik asap bakaran ataupun asap rokok Mengurangi aktivitas berlebihan untuk meminimalkan terjadinya sesak Menciptakan lingkungan yang bebas dari polusi Meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi tinggi

Kuratif Non Farmakologi1. Istirahat di rumah2. Menggunakan masker3. Makan makanan yang bergizi untuk menjaga imunitas tubuh, bila dianggap perlu dapat diberikan vitamin tambahan4. Berolahraga ringan dan teratur untuk memperbaiki pernapasan dan memperbanyak oksigen masuk ke paru-paru

F armakologi Paracetamol tablet 500 mg 3 x 1 Amoxicilin tablet 500 mg 3 x 1 OBH sirup 3 x 1 sendok makan Vitamin B Complex tablet 1 x 1

Tradisional Rebus 30 gram seledri, 10 gram kulit jeruk mandarin kering dengan 3 gelas air,tambahkan 25 gram gula aren. Angkat rebusan jika air tersisa setengahnya,saring dan tiriskan. Ramuan siap di gunakan. Minum ramuan pagi dan sore, masing-masing 1 setengah gelas. Ulangi selama beberapa hari Cuci 7 lembar daun sirih dan rajang. Rebus dengan 2 Gelas air serta tambahkan 1 potong gula batu. Saring air setelah mendidih dan air tersisa 1 gelas. Air rebusan siap di gunakan. Minum ramuan tersebut 3 kali sehari, masing masing 3 sendok makan setiap malam. Lakukan secara rutin selama beberapa hari.

Rehabilitatif Menjalankan pengobatan dengan teratur Sebisa mungkin untuk tidak melakukan kontak kontak dengan asap, baik asap rokok ataupun asap pembakaran Menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makanan bergizi tinggi Jika keluhan tidak membaik dan dirasa semakin sesak segera berobat ke RS/Puskesmas terdekat

XI. ResepDinas Kesehatan Kota JambiPuskesmas Olak Kemang

Dokter : Anita Rahayu WijayantiSIP : No. 212/SIK/2015

Tanggal : 14 Februari 2015

R/ Paracetamol tab 500 mg No IX 3 dd tab I R/ Amoxicilin tab 500 mg No IX 3 dd tab I R/ Vitamin B Comp tab No III 1 dd tab IR/ OBH syr No. I 3 dd C 1

Pro : Tarzan Umur : 17 tahunAlamat : Pondok Pesantren Nurul Iman Olak Kemang

Resep Tidak Boleh Ditukar Tanpa Sepengetahuan Dokter

BAB IITINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Bronkitis KronikBronkhitis kronis adalah suatu bentuk penyakit obstruksi paru kronik, pada keadaan ini terjadi iritasi bronkhial dengan sekresi yang bertambah dan batuk produktif selama sedikitnya tiga bulan atau bahkan dua tahun berturut-turut, biasanya keadaan ini disertai emfisema paru.12.2 EpidemiologiDi Indonesia, belum ada angka kesakitan Bronkitis kronis secara pasti. Sebagai perbandingan, di AS ( National Center for Health tatistics ) diperkirakan sekitar 4% dari populasi didiagnosa sebagai Bronkitis kronis. Angka ini pun diduga masih di bawah angka kesakitan yang sebenarnya (underestimate) dikarenakan tidak terdiagnosanya Bronkitis kronis. Di sisi lain dapat terjadi pula overdiagnosis bronkitis kronis pada pasien-pasien dengan batuk non spesifik yang self-limited (sembuh sendiri). Bronkitis kronis dapat dialami oleh semua ras tanpa ada perbedaan. Frekuensi angka kesakitan Bronkitis kronis lebih kerap terjadi pada pria dibanding wanita. Hanya saja hingga kini belum ada angka perbandingan yang pasti.1,2,32.3 Etiologi41. Asap rokok.2. Polusi udara.3. Pekerjaan : lebih umum pada perempuan terkena debu atau gas beracun.4. Infeksi: serangan berulang bronkitis akut.5. Perokok pasif dan perokok aktif.

2.4 Gejala dan KeluhanKeluhan dan gejala-gejala klinis Bronkitis kronis adalah sebagai berikut:2,4,5 Batuk dengan dahak atau batuk produktif dalam jumlah yang banyak. Dahak makin banyak dan berwarna kekuningan (purulen) pada serangan akut (eksaserbasi). Kadang dapat dijumpai batuk darah. Sesak napas. Sesak bersifat progresif (makin berat) saat beraktifitas. Adakalanya terdengar suara mengi (ngik-ngik). pada pemeriksaan dengan stetoskop (auskultasi) terdengar suara krok-krok terutama saat inspirasi (menarik napas) yang menggambarkan adanya dahak di saluran napas.

2.5 PatofisiologiBronkitis Kronik berhubungan dengan berlebihnya mukus trakeobronkial, cukup membuat batuk dengan dahak selama 3 bulan dalam setahun sekurangnya 2 tahun berurutan. Gambaran histopatologinya menunjukkan hipertrofi kelenjar mukosa bronkial dan peradangan peribronkial yang menyebabkan kerusakan lumen bronkus berupa metaplasia skuamos, silia yang abnormal, hiperplasia sel otot polos saluran pernapasan, peradangan dan penebalan mukosa bronkus. Ditemukan banyak sel neutrofil pada lumen bronkus dan infiltrat neutrofil pada submukosa.1,3,5Terjadi peradangan hebat pada bronkiolus respiratorius, banyak sel mononuklear, sumbatan mukus. Semua hal diatas menyebabkan obstruksi saluran pernapasan. Sel epitel pada saluran pernapasan melepaskan mediator mediator inflamasi sebagai respon dari zat toksik,infeksi, ditambah lagi berkurangnya pelepasan dari produk regulatori seperti ACE (angiotensin-converting enzym) dan neutral endopeptidase.1,2Bronkitis kronik dapat dikategorikan sebagai bronkitis kronik sederhana, bronkitis kronik mukopurulent, atau bronkitis kronik dengan obstruksi. Bronkitis kronik dengan ditandai oleh produksi mucoid sputum. Produksi sputum yang tetap atau berulang tanpa adanya penyakit supuratif seperti bronkiektasis mengarah pada bronkitis kronik mukopurulen.Bronkitis kronik harus dapat dibedakan dengan asma. Perbedaannya didasarkan pada riwayat penyakit sebelumnya: pasien yang menderita bronkitis kronik mengalami batuk produktif yang lama dan mengi atau wheezing yang muncul setelahnya,sedangkan pasien dengan asma mengalami mengi yang lama dan diikuti oleh batuk produktif. Bronkitis kronik bisa akibat dari serangkaian serangan akut dari bronkitis akut.6

2.6 Klasifikasi6,71. Bronkitis kronis ringan ( simple chronic bronchitis), ditandai dengan batuk berdahak dan keluhan lain yang ringan.2. Bronkitis kronis mukopurulen ( chronic mucupurulent bronchitis), ditandai dengan batuk berdahak kental, purulen (berwarna kekuningan).3. Bronkitis kronis dengan penyempitan saluran napas ( chronic bronchitis with obstruction ), ditandai dengan batuk berdahak yang disertai dengan sesak napas berat dan suara mengi.Untuk membedakan ketiganya didasarkan pada riwayat penyakit dan pemeriksaan klinis oleh dokter disertai pemeriksaan penunjang (jika diperlukan), yakni radiologi (rontgen), faal paru, EKG, analisa gas darah.2.7 Diagnosis1. AnamnesisAdanya batuk berdahak ataupun tidak, biasanya di sertai sesak nafas yang memberat saat melakukan aktifitas.2. Pemeriksaan fisikPada pemeriksaan fisik biasanya ditemukan keadaan normal dan kadang-kadang terdengar suara wheezing di beberapa tempat. Rhonki dapat terdengar jika produksi sputum meningkat 3. Pemeriksaan Penunjanga. Foto thoraxFoto thorax biasanya menunjukkan gambaran normal atau tampak corakan bronkial meningkat dan terdapat gambaran air bonkogram. Diagnosis ditegakkan dengan foto thorax dengan gambaran fotonya tidak dijumpai infiltrat.

b. Uji faal paruPada beberapa penderita menunjukkan adanya penurunan uji fungsi paru. c. LaboratoriumPada bronkhitis didapatkan jumlah leukosit meningkat.2.8 Diferensial Diagnosis1. Empisema2. TB Paru3. Asma

2.9 PenatalaksanaanPenatalaksanaan Bronkitis kronik dilakukan secara berkesinambungan untuk mencegah timbulnya penyulit, meliputi:8 Edukasi, yakni memberikan pemahaman kepada penderita untuk mengenali gejala dan faktor-faktor pencetus kekambuhan Bronkitis kronis. Sedapat mungkin menghindari paparan faktor-faktor pencetus. Rehabilitasi medik untuk mengoptimalkan fungsi pernapasan dan mencegah kekambuhan, diantaranya dengan olah raga sesyuai usia dan kemampuan, istirahat dalam jumlah yang cukup, makan makanan bergizi. Oksigenasi (terapi oksigen) Obat-obat bronkodilator dan mukolitik agar dahak mudah dikeluarkan. Antibiotika. Digunakan manakala penderita Bronkitis kronis mengalami eksaserbasi oleh infeksi kuman (H. influenzae, S. pneumoniae, M. catarrhalis). Pemilihan jenis antibiotika (pilihan pertama, kedua dan seterusnya) dilakukan oleh dokter berdasarkan hasil pemeriksaan.Para penderita Bronkitis kronik sebaiknya memeriksakan diri dan berkonsultasi ke dokter manakala mengalami keluhan-keluhan batuk berdahak dan lama, sesak napas, agar segera mendapatkan pengobatan yang tepat.BAB IIIANALISA KASUSPENDEKATAN HOLISTIKANALISIS PASIEN SECARA HOLISTIKa. Hubungan Diagnosis dengan keadaan Rumah dan Lingkungan SekitarPasien tinggal di pondok pesantren dengan bangunan rumah panggung berlantai kayu dan beratap seng. Memiliki 1 ruang tamu,,10 kamar tidur, dan 1 dapur dan 3 kamar mandi. Sumber air dari sumur. Kamar mandi menggunakan wc jongkok. Kondisi pondok pesantren kurang terawat dan kurang pencahayaan karena rumah tersebut hanya memiliki 2 jendela di bagian depan dan jarak antara bangunan ke bangunan yang lain berdekatan.Penyakit bronkitis kronis dipengaruhi oleh keadaan lingkungan yang berdebu dan berpolusi. Biasanya pada daerah perkotaan atau tempat tinggal yang dekat dengan jalan raya maupun dekat dengan pabrik. Pondok pesantren pasien terletak di pinggir jalan raya yang padat. Pasien juga tinggal di daerah yang polusi udaranya cukup banyak. Di sekitar tempat tinggal pasien terdapat pabrik ataupun bangsal kayu yang menghasilkan banyak debu. Sehingga pada pasien ini ada hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar.

b. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga.Keadaan keluarga dan hubungan pasien dengan keluarga tergolong baik. Karena pasien tinggal di pondok pesantren, pasien selalu berhubungan dengan keluarga lewat telepon. Keseharian pasien bersama teman-teman dan guru pasien di pondok pesantren dan hubungan mereka cukup baik. Namun beberapa teman-teman dan guru pasien merupakan perokok sehingga sering merokok di lingkungan pondok pesantren. Penyakit bronkitis dipengaruhi oleh keadaan keluarga maupun hubungan antar kerabat dekat karena faktor resiko terjadinya bronkitis kronik adalah paparan debu, asap, kebiasaan merokok. Sehingga dapat disimpulkan ada hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga.

c. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan lingkungan sekitar.Pasien dulunya adalah seorang perokok aktif. Pasien mulai merokok saat usia 15 tahun. Dalam 1 hari pasien bisa menghabiskan sekitar 1 bungkus rokok. Walaupun sejak dahulu pasien sudah mulai merasakan batuk dan sedikit sesak namun pasien tetap mengkonsumsi rokok. Hal ini menandakan pasien tidak memiliki kepedulian terhadap perilaku kesehatan dirinya. Lingkungan sekitar pasien juga tidak sehat. Dahulu kebanyakan teman teman pasien adalah perokok aktif, hal ini menyebabkan pasien sering terkena paparan asap rokok dari lingkungan sekitar. Lingkungan sekitar pasien juga merupakan tempat yang berdebu dan berpolusi tinggi karena pondok pesantren pasien terletak di pinggir jalan sehingga mudah terpapar debu dan polusi udara. Pada pasien ini ada hubungan antara perilaku kesehatan dalam keluarga dan dengan lingkungan sekitar.

d. Analisis kemungkinan berbagai faktor resiko atau etiologi penyakit pada pasien iniKemungkinan faktor resiko terjadinya bronkitis kronis pada pasien ini adalah kebiasaan merokok dan paparan debu dari lingkungan sekitar. Merokok merupakan penyebab tersering bronkitis kronis karena komponen asap rokok menstimulasi perubahan pada selsel penghasil mukus bronkus dan silia. Komponenkomponen tersebut juga menstimulasi inflamasi kronis. Secara patologis rokok berhubungan dengan hiperplasi kelenjar mucus bronkus dan metaplasia skuamus epitel saluran pernapasan juga dapat menyebabkan bronkokonstriksi kronis. Eksasebasi bronkhitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling banyak adalah hemophilus influenza dan streptococcus pneumonie. Pajanan debu dan gas berbahaya. Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai factor penyebab, tetapibila ditambah merokok resiko akan lebih tinggi. Zat-zat kimia dapat juga menyebabkan bronkhitis adalah zat-zat pereduksi O2, zat-zat pengoksidasi seperti N2O, hidrokarbon, aldehid,ozon. Pada kasus ini dapat disimpulkan bahwa faktor resiko pada pasien ini kebiasaan merokok.e. Analisis untuk mengurangi paparan/memutuskan rantai penularan dengan faktor resiko atau etiologi pada pasien iniUntuk mengurangi paparan/memutuskan rantai penularan dengan faktor resiko atau etiologi pada pasien ini adalah dengan cara berhenti merokok, tidak berada didekat orang yang sedang merokok, tidak berada di tempat yang banyak debu serta menghindari terkena penyakit inflamsi paru lainnya. Selain itu pasien juga disarankan untuk mengkonsumsi makanan yang tinggi zat gizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh, karena penyakit bronkitis kronis juga sering mengenai mereka yang daya tahan tubuhnya sedang tidak baik. Pasien juga disarankan untuk rutin berobat ke puskesmas dan mengkonsumsi obat secara teratur.

DAFTAR PUSTAKA

1. Snell, SR. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Jakarta: EGC; 2006. hal. 88-90.2. Hartanto H, Natalia S, Pita W, Dewi AM. Anatomi dan fisiologi sistem pernapasan. Dalam Wilson LM, editor. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi ke-enam. Terjemahan Price SA, Lorraine MW. Pathophysiology: Clinical concepts of disease processes. Jakarta: EGC; 2005. hal. 736-69. 3. Novrianti A, Frans D, Titiek R, Luqman YR, Husny M, Aryandhito WN, et al, editor. Fisiologi kedokteran. Edisi ke-dua puluh dua. Terjemahan Ganong WF. Medical physiology. Jakarta: EGC; 2008. hal. 669-78.4. Rachman LY, Huriawati H, Andita N, Nanda W, editor. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-sebelas. Terjemahan Guyton AC, Hall JE. Textbook of medical physiology. Jakarta: EGC; 2007. hal. 495-559.5. Santoso BI, editor. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi ke-dua. Terjemahan Sherwood L. Human physiology: from cells to systems. Jakarta: EGC; 2001. hal. 410-35.6. PDT Ilmu Penyakit Paru FK Unair, RSU Dr. Soetomo, edisi 3, 2005.7. Bronchitis, Jazeela Fayyaz, DO, eMedicine Specialties Pulmonology, 20098. Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Dalam, Lawrence M, Tierney, Jr, MD et all, 2002.

DOKUMENTASI

Anamnesa deng an pasien di pondok pesantren Nurul Iman

Kondisi kamar pasien di pondok pesantren Nurul Iman1