laporan kasus 2

56
LAPORAN KASUS FRAKTUR MAKSILOFASIAL Oleh: Gibrael Jireh 10700376 SMF BEDAH RSD dr. SOEBANDI JEMBER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA 2015

Upload: gibrael-jireh

Post on 17-Nov-2015

105 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

laporan kasus bedah

TRANSCRIPT

  • LAPORAN KASUSFRAKTUR MAKSILOFASIAL

    Oleh:Gibrael Jireh10700376

    SMF BEDAH RSD dr. SOEBANDI JEMBERFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA2015

  • 1. TINJAUAN PUSTAKA

  • DefinisiFraktur adalah hilang atau putusnya kontinuitas jaringan keras tubuh (tulang).Fraktur maksilofasial adalah fraktur yang terjadi pada tulang-tulang wajah yaitu:Fraktur FrontalFraktur NasalFraktur TemporalFraktur MaxillaFraktur ZygomaFraktur Mandibula

  • EtiologiPenyebab trauma maksilofasial bervariasi, mencakup kecelakaan lalu lintas, kekerasan fisik, terjatuh, olah raga dan trauma akibat senjata api. Kecelakaan lalu lintas adalah penyebab utama trauma maksilobasial

  • Epidemiologi

  • Anatomi Neuroccranium dibentuk oleh Os. Frontale Os. Parietale Os. Temporale Os. Sphenoidale Os. OccipitalisOs. Ethmoidalis

  • Viscerocranium dibentuk oleh : Os. Maksilare Os. Palatinum Os. Nasale Os. Lacrimale Os. Zygomatikum Os. Concha nasalis inferior Os. Mandibulare

  • Tulang-tulang kraniofasial terdiri atas tulang yang memiliki ketebalan berbeda. Tulang dengan struktur yang tebal disebut sebagai 'buttress' yang menopang/penyangga proporsi kraniofasial dalam ukuran tinggi, lebar dan proyeksi antero-posterior. Buttress pada maksila meliputi tulang nasomaksilaris pada medial, tulang zigomatikomaksilaris pada lateral dan tulang pterygomaksilaris pada posterior. Ketiga buttress ini menghasilkan suatu sistem penyangga unit-unit fungsi pada oral, nasal dan orbital

  • Penegakkan DiagnosisAnamnesisRiwayat trauma yang akurat dapat menjadi informasi yang bernilai untuk penegakan diagnosis dan penentuan perawatan

  • Pemeriksaan Klinis

    Pasien yang mengalami cedera maksilofasial biasanya disertai dengan tersumbatnya jalan pernapasan akibat perdarahan eksternal, perdarahan internal, atau benda asing. Pemeriksaan fisik baru dapat dilakukan setelah pasien dalam kondisi stabil, perdarahan dan jalan pernapasan telah ditangani

  • Pemeriksaan KepalaPemeriksaan ini meliputi seluruh kerangka kraniomaksilofasial dan jaringan lunak disekitarnya. Pasien harus dibersihkan dari semua darah dan benda asing secara hati-hati.Rangka kraniofasial terdiri dari pertautan dan penonjolan tulang, maka pemeriksaannya harus meliputi ada atau tidaknya step atau jarak, discontinuitas, pergeseran, dan hilangnya penonjolanHarus dilakukan palpasi secara hati-hati terhadap kranium, sambungan daerah fronto-orbital, naso-orbital kompleks, artikulasi zygomatik, dan mandibula

  • Pemeriksaan Wajah Bagian TengahEvaluasi wajah bagian tengah dimulai dengan memperkirakan adanya mobilitas dari maksila sebagai struktur maksila itu sendiri atau hubungannya dengan zygoma atau tulang nasal. Untuk memeriksa adanya mobilitas maksila, kepala pasien harus distabilisasikan dengan cara menekan kening pasien cukup kuat dengan satu tangan Palpasi Manual

  • Pemeriksaan MandibulaLokasi mandibula terhadap maksila dievaluasi apakah tetap digaris tengah, terjadi pergeseran lateral, atau inferior Pergerakan mandibula juga dievaluasi dengan jalan memerintahkan pasien melakukan gerakan-gerakan tertentu, dan apabila ada penyimpangan juga dicatat

  • Pemeriksaan Tenggorokan dan Rongga MulutPemeriksaan ini meliputi evaluasi oklusi dan penghitungan gigi yang hilangGigitan terbuka lateral (open bite lateral) juga dapat mengindikasikan adanya fraktur mandibula atau gangguan TMJ. Sedangkan gigitan terbuka anterior (open bite anterior) mengindikasikan adanya fraktur Le Fort (I, II, ataupun III)

  • Pemeriksaan Radiografi Waters Foto: melihat Fraktur zygoma,Orbtita ,MaksillaEiser Foto: Melihat Mandibula ,TMJFoto Panoramic :Melihat Mandibula dan Barisan gigi Geligi Ct-Scan

  • Penatalaksanaan Pengelolaan DaruratPerawatan Jalan nafas Perawatan Pendarahan

  • Fraktur Maxilla

  • Penatalaksaan Fraktur MaksilaPrinsip:Pengelolaan jalan nafasPengelolaan perdarahanTindakan operatif

  • Penatalaksanaan FM Le Fort IArch bar dan rubber band (bila tidak didapatkan rubber band dapat digunakan wire)Tujuan utama pengelolaan fraktur lefort I adalah mengembalikan fungsi oklusi gigi, dan tindakan ini harus dilakukan sebelum melakukan tindakan fiksasi maksila .

  • Penatalaksanaan FM Le Fort IIFiksasi intermaksillary rubber band Fiksasi dengan jalan interosseous wiring pada daerah infra orbital (syarat: tidak didapatkan adanya fraktur pada tepi os orbital dan zygoma)Fiksasi dengan kawat penggantung craniomaksiller dari proc. zigomatikus os frontalis.

  • Penatalaksanaan FM Le Fort IIITatalaksana fraktur multipel kombinasi fiksasi inter maksiler dan fiksasi internal dengan wire.

  • Fraktur ZygomaFraktur zigoma merupakan merupakan fraktur fasial yang paling sering terjadi. Tingginya insiden dari fraktur zigoma berhubungan dengan lokasi zigoma yang lebih menonjol.

  • Penatalaksanaan Fraktur ZygomaDiplopia merupakan indikasi untuk reposisi fraktur zygoma.Prinsip: reduksi dan menstabilisasi tulang zigoma, maksilla dan dasar orbita satu miniplate pada buttres zygomatiko maxilary dan maxilary serta titanium mesh pada dasar orbitaJika pada pasien tidak didapatkan keadaan diplopia konservatif.

  • Fraktur Mandibula

  • Penatalaksanaan Fraktur MandibulaKunci utama untuk penanganan fraktur mandibula adalah reduksi dan stabilisasi.Fraktur Stabil Wiring untuk menyatukan gigi atas dan bawah [Ivy loops dan MMF (maxillomandibular fixation)] Archbar dan dilakukan IMF (intermaxillary fixation)Fiksasi eksternal, screw dan Gunning splintPada fraktur kominutiva, fraktur fraktur yang tidak stabil dan fraktur dengan dislokasi segmen ORIF (open reduction internal fixation)

  • PrognosisPrognosis pada fraktur maksilofasial cepat atau lambatnya fiksasi intermaksilar yang dilakukan.Semakin cepat ditangani banyak deformitas diwajah yang dapat sesegera mungkin di eliminasi prognosa baik.

  • KomplikasiPerdarahan Pendarahan masif oleh karena fragmen fraktur yang mengakibatkan trauma akut akibat robekan jaringan lunak, pembuluh darah tidak teratasi mengancam jiwaSumbatan jalan nafas Garis fraktur diatas gigi, kavum nasal ,dan sinus maksilaris akan menyebabkan sumbatan jalan nafas akibat adanya bekuan darah fragmen tulang dan lepas gigi. Jalan nafas harus dibersihkan dari benda asing tersebut, apabila perlu dapat digunakan nasopharingeal tube atau tracheostomi.

    *

  • KomplikasiInfeksi Pada fraktur maksila dapat terjadi komplikasi infeksi pada sinus maksilaris jaringan lunak drainase, mengeluarkan benda asing serta pemberian antibiotik yang adekuat.Komplikasi lambat Dapat terjadi malunion , obstruksi nasal , chronik sinusitis , maloklusi , deformitas , gangguan funsi , kelenjar lakrimalis hilangnya fungsi penciuman dan anastesi

  • 2. LAPORAN KASUS

  • Keluhan UtamaNyeri wajah post KLL

  • Laporan KasusNama: Tn. EDNUsia: 24 tahunJenis kelamin: Laki-LakiAlamat: Jl. Jawa II, Sumbarsan, SitubondoAgama: IslamBangsa / Suku: Jawa Tanggal MRS: 27 Desember 2014Tanggal Pemeriksaan: 31 Desember 2014Tanggal Follow-up: 2 Januari 2015

  • Riwayat Penyakit SekarangPasien pengendara spm menguluh merasa nyeri di bagian wajah post KLL.Pasien pengendara spm menabrak truk yang sedang parkir dari arah belakang. Pasien mengeluh kesulitan membuka mulut dan pada saat mengunyah gigi atas dan bawah tidak bisa bertemu. Pasien juga mengeluh bagian wajah kiri dan kanannya tidak simetris, namun pasien tidak mengeluhkan penglihatan ganda, pasien juga mengeluh keluar darah dari hidung. Helm (+), pusing (+), mual (), muntah (-), pingsan (-), kejang (-).

  • Riwayat penyakit dahuluPasien tidak pernah menderita gejala penyakit serupa sebelumnya.Riwayat hipertensi, diabetes mellitus, alergi disangkal.

    Riwayat pemberian obatPasien belum diberikan pengobatan apapun.

  • Pemeriksaan fisik (31Desember 2014)A. Pemeriksaan Umum1. Keadaan Umum: Cukup2. Kesadaran: Compos mentis3. Vital SignTekanan Darah: 130/80 mmHgNadi: 90 x/menitRR: 24 x/menitSuhu: 36,5 C

  • B. Pemeriksaan Khusus1. Kulit : Ptechia (-), Purpura (-)2. Kepalaa. Mata Konjungtiva: Anemis -/-, perdarahan -/-Sklera: ikterus -/-Palpebra: oedem +/-Pupil: refleks cahaya +/+, isokor 3mm/3mm

  • b. TelingaLubang telinga: Sekret -/-, Darah -/-Bentuk : Normal/NormalLubang: Normal/NormalPendengaran: Normal/Normalc. HidungSekret (-), perdarahan (+), massa (-), deformitas (+), krepitasi (+).

  • D. MulutBibir: simetris, tidak sianosis, mukosa tidak pucatLidah: tidak ada deformitase. LeherKGB: tidak ada pembesaranTiroid: tidak ada pembesaran

  • f. ThoraxParuInspeksi : Simetris, tidak ada retraksi, tidak ada ketertinggalan gerak antara dada kanan dan dada kiri.Palpasi : Fremitus raba normalPerkusi: Sonor di kedua lapangan paruAuskultasi : Ves +/+ Rh -/- Wh -/-JantungInspeksi: ictus cordis tidak tampakPalpasi: ictus cordis tidak terabaPerkusi: redupAuskultasi: S1 S2 tunggal, e/g/m = -/-/-

  • g. AbdomenInspeksi : Cembung, jejas (-) Auskultasi: BU (+) NormalPalpasi: SoepelPerkusi: Tympanih. EkstremitasAkral Hangat + +Oedem - - + + - -

  • Status LokalisRegio maksilofacial :Look: Deformitas (+), Edema (+), Vulnus Abrasi Regio Buccal Dextra (+)Feel : Krepitasi (+), Nyeri tekan (+), Floating Maksilla (+) Move : Maloklusi (+), Palpasi bimanual mandibula (+), ROM Terbatas

  • Hasil Pemeriksaan Laboratorium (27 Desember 2014)

  • Hasil Pemeriksaan Foto Waters (29 Desember 2014)

  • DiagnosaClose Fraktur Maksila Le Fort III + Close Fraktur Zygoma Dextra + Close Fraktur Parasimfisis Mandibulla DextraDifferensial diagnosaClose Fraktur Dentoalveolar PenatalaksanaanPro archbar + suspensi wiring + trakeostomiInfus RL:D5=2:1 (1500cc/24jam)Injeksi Antrain 3 x 1000 mg

  • Follow Up (2 Januari 2015)S : Nyeri pada wajah O : Keadaan Umum: LemahKesadaran: Compos mentisVital SignTekanan Darah: 150/70 mmHgNadi: 84 x/menitRR: 20 x/menitSuhu: 36,8 C

  • KepalaKonjungtiva: Anemis -/-, perdarahan +/-Sklera: ikterus -/-Palpebra: oedem +/-

    LeherKGB: tidak ada pembesaranTiroid: tidak ada pembesaran

  • ThoraksParuInspeksi : Simetris, tidak ada retraksi, tidak ada ketertinggalan gerakPalpasi : Fremitus raba normalPerkusi: Sonor di kedua lapangan paruAuskultasi : Ves +/+ Rh -/- Wh -/-

  • JantungInspeksi: ictus cordis tidak tampakPalpasi: ictus cordis tidak terabaPerkusi: redupAuskultasi: S1 S2 tunggal; e/g/m = -/-/-

  • AbdomenInspeksi : CembungAuskultasi: BU (+) NormalPalpasi: SoepelPerkusi: TympaniEkstremitasAkral Hangat + +Oedem - - + + - -

  • Regio Maksilo-facialLook: Deformitas (-), Edema (+), Vulnus Abrasi Regio Buccal Dextra (+), Tampon regio nasal (+), Plester di regio orbita dextra sinistra (+)Feel : Krepitasi regio nasal(+), Nyeri tekan (+) Movement : Maloklusi (-), ROM Terbatas Regio ColliKanul trakeostomi (+)

  • Foto Rontgen Skul AP / Lat Post Op (5 Januari 2015)

  • Laporan Operasi

  • A: CF Maksilla lefort III + CF zygoma D + CF Parasimfisis Mandibula D + Post Suspeinsion Wiring + Arch Bar + Trakeostomi H2 P: Infus RL : D5 : 2:1 (1500cc/24 jam) Inj. Ceftriaxon 2x1 gr IV Inj. Antrain 3x1000mg Inj. Metronidazole 3x 500 mg Nebul + suction kanul trakeostomi Kumur betadin 3x1

  • TERIMA KASIH

    *