laporan kasus (1)

32
Laporan Kasus Putri Chairani 112014007 Dokter pembimbing : dr.Rompu Roger Aruan Sp.KK

Upload: putrichairani

Post on 12-Dec-2015

37 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

erupsi akibat obat

TRANSCRIPT

Laporan Kasus

Laporan Kasus Putri Chairani112014007Dokter pembimbing : dr.Rompu Roger Aruan Sp.KKIdentitas masalahNama : An TFJenis kelamin : perempuanUmur : 11 tahun Pekerjaan : masih sekolahAgama : IslamAlamat :Jln. Walang sari raya Status pernikahan : Belum menikah Anamnesis Anamnesis dilakukan di ruang perawatan RSUD Koja pada tanggal 23 Juli 2015 jam 08.30WIB secara autoanamnesis.Keluhan utaman : bentol-bentol kemerahan diseluruh tubuh Keluhan tambahan : gatal-gatal, panas dan terasa perih

Anamnesis Os datang ke IGD Rumah Sakit Umum Daerah Koja dengan keluhan bentol bentol kemerahan di seluruh tubuh sejak 1 hari SMRS. Selain bentol-bentol kemerahan os juga mengeluhan gatal-gatal pada seluruh tubuh, dan terkadang terasa panas dan nyeri pada persendian. Mual, muntah, batuk dan flu tidak ada. Os mengatakan satu minggu SMRS os menderita sakit cacar dan di bawa ke IGD RSUD koja. Dari dokter IGD Os diberi obat. Setelah satu hari Os meminum obat dari RS, Os mengeluhakan timbul bentol-bentol kemerah di seluruh tubuh dan terasa gatal.Setelah dirawat di rumah sakit koja, os ada meminum obat kembali, dan setelah meminum obat tersebut, bentol-bentol diseluh tubuh muncul kembali dan sedikit lebih parah. Riwayat penyakit dahuluSebelumnya pasien belum pernah mengalami seperti iniRiwayat Alergi : tidak ada Riwayat penyakit keluarga : tidak ada Status GeneralisKesadaran Umum : tidak tampak sakitKesadaran : Compos mentisTanda-tanda vital Tekanan darah :Nadi : 86 x/menitPernapasan : 24 x/menitSuhu : 36c Status Gizi : baik Kepala : Normocepali, rambut hitam, distribusi merataMata : CA -/-, SI -/-, konjungtivitisStatus DermatologiDistribusi Regional Lokasi : generalisasiEffloresensi : Primer : urtika kemerah Skunder : eskoriasis Bentuk/susunan : polisiklikJumlah : multipel Ukuran : miliar - plakat

Paha kanan dan kiri,Urtika kemerahan, multipel,letikuler plakat, teratur, polisiklik

Tangan kanan dan kiri, urtika kemerahan, multipel, letikuler numular, teratur

Punggung, urtika kemerahan, multipel, miliar plakat, teratur, Resume Os datang ke IGD Rumah Sakit Umum Daerah Koja dengan keluhan urtika kemerahan diseluruh tubuh sejak 1 hari SMRS. Selain urtikal kemerahan os juga mengeluhan gatal-gatal pada seluruh tubuh, dan terkadang terasa seperti panas dan nyeri pada persendian. Dari dokter IGD Os diberi obat. Setelah satu hari Os meminum obat dari RS, Os mengeluhakan timbul urtika kemerah di seluruh tubuh dan terasa gatal.Setelah dirawat di rumah sakit koja, os ada meminum obat kembali, dan setelah meminum obat tersebut, urtika kemerahan diseluh tubuh muncul kembali dan sedikit lebih parah. Pada pemeriksaan fisik di dapatkan, urtika kemerahan di seluruh tubuh, ukuran miliar plakat, bentuk teratur, polisiklik Diagnosis Erupsi Obat AlergiPenatalaksanan CausatifSuportif Dexametasone 0,5/kgbb/hariLoratadine 10 mg X 1 Prognosis Ad vitam : bonamAd fungtionam : bonamAd sanationam : bonam

Erupsi obat alergik Reaksi alergik pada kulit atau daerah mukokutan yang terjadi sebagai akibat pemberian obat yang biasanya sistemikMerupakan reaksi hipersensitivitas yang ditandai oleh satu atau lebih makula yang berbatas jelas, berbentuk bulat atau oval dengan ukuran lesi bervariasidari beberapa milimeter sampai beberapa sentimeterEpidemiologi Angka kejadian erupsi obat alergi meningkat, disebabkan konsumsi obat meningkat pada masyarakat, insiden erupsi obat alergi sekitar 6-10 % dari keseluruhan reaksi simpang obat yang dilaporkanEtiologi Jenis obat penyebab alergi sangat Tingginya angka kejadian alergi obat tampak berhubungan erat dengan kekerapan pemakaian obat tersebut. Diduga risiko terjadinya reaksi alergi sekitar 1 3% terhadap sebagian besar jenis obat. Pada umumnya laporan tentang obat tersering penyebab alergi adalah golongan penisilin, sulfa, salisilat dan pirazolon. Obat lain yang sering pula dilaporkan adalah analgetik lain (asam mefenamat), antikonvulsan (dilantin, mesantoin, tridion), sedatif (terutama luminal) dan trankuilizer (fenotiazin, fenergan, klorpromazin, meprobamat). Tetapi, alergi obat dengan gejala klinis berat paling sering dihubungkan dengan penisilin dan sulfa.Patofisiologi Mekanisme terjadinya erupsi alergi obat dapat terjadi secara nonimunologik dan imunologik (alergik), tetapi sebagian besar merupakan reaksi imunologik. Pada mekanisme imunologik, erupsi alergi obat terjadi pada pemberian obat kepada pasien yang sudah tersensitasi dengan obat tersebut. Obat dengan berat molekul yang rendah awalnya berperan sebagai antigen yang tidak lengkap (hapten). Obat atau metabolitnya yang berupa hapten ini harus berkonjugasi dahulu dengan protein, misalnya jaringan, serum atau protein dari membran sel untuk membentuk antigen yaitu kompleks hapten protein. Obat dengan berat molekul yang tinggi dapat berfungsi langsung sebagai antigen lengkap. Sehingga mengakibatkan terjadinya erupsi obat MANIFESTASI KLINISTipe I (Hipersensivitas Tipe Cepat)Manifestasi yang terjadi merupakan efek mediator kimia akibat reaksi antigen dengan IgE yang telah terbentuk menyebabkan kontraksi otot polos. Meningkatnya permeabilitas kapiler serta hipersekresi kelenjar mukus.

. a) Kejang bronkus gejalanya berupa sesak, kadang kadang kejang bronkus disertai kejang laring. Bila disertai edema laring keadaan karena pasien tidak dapat atau sangat sulit bernapas b) Urtikariac) Angiodema d) Pingsan dan hipotensiPada tipe I ini terjadi beberapa fase yaitu :a. Fase sensitasi yaitu waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan IgE;b. Fase aktivasi yaitu fase yang terjadi karena paparan ulang antigen spesifik. Akibat aktivasi ini sel mast basofil mengeluarkan kandungan yang berbentuk granual yang dapat menimbulkan reaksi;c. Fase efektor yaitu fase terjadinya respon imun yang kompleks akibat pelepasan mediator.

Tipe II

Reaksi hipersensivitas tipe II atau reaksi sitotaksik terjadi karena terbentuknya IgM atau IgG oleh pajanan antigen. Antibodi tersebut dapat mengaktifkan sel sel yang memiliki reseptornya (FcgR). Manifestasi klinis reaksi alergi tipe II umumnya berupa kelainan darah seperti anemia hemolitik, trombositopena, eosinofilia dan granulasitopenia. Nefritis interstisial dapat juga merupakan reaksi alergi tipe iniTipe IIIReaksi ini disebut reaksi kompleks imun dan akan terjadi bila kompleks ini mengendap pada jaringan. Antibodi yang berperan di sini ialah IgM dan IgG. Kompleks ini akan mengaktifkan pertahanan tubuh yaitu dengan penglepasan komplemen.a. Demam;b. Limfadenopati;c. Kelainan sendi, artralgia dan efusi sendi;d.Urtikaria, angiodema, eritema, makulopapula, eritema multiforme. Gejala tersebut sering disertai pruritis;e.Lainnnya seperti kejang perut, mual, neuritis optik, glomerulonefritis, sindrom lupus eritematosus sistemk serta vaskulitis.Gejala tadi timbul 5 20 hari setelah pemberian obat, tetapi bila sebelumnya pernah mendapat obat tersebut gejalanya dalam waktu 1 5 hari.

Tipe IV Reaksi tipe IV disebut Delayed Type Hypersensitivity (DTH) juga dikenal sebagai Cell Mediated Imunity (reaksi imun seluler). Pada reaksi ini tidak ada peranan antibodi. Reaksi terjadi karena respon sel T yang telah disensitasi oleh antigen tertentuManifestasi klinis reaksi alergi tipe IV dapat berupa reaksi paru akut seperti demam, sesak, batuk, infiltrat paru dan efusi pleuraBerbagai jenis Delayed Type Hypersensitivity (DTH) antara lain :a. Cutaneous Basophil Hypersensitivity;b. Hipersensivitas kontak (kontak dermatits);c. Reaksi tuberkulin;d. Reaksi granuloma.

Diagnosis Anamnesis Pemeriksaan penunjang Uji Tempel (patch test) Uji Tusuk (prick/scratch test)Uji Provokasi (exposure test)

Penatalaksanaan A. Melindungi kulit, pemberian obat yang diduga menjadi penyebab erupsi kulit harus dihentikan segera; B. Menjaga kondisi pasien dengan selalu melakukan pengawasan untuk mendeteksi kemungkinan timbulnya erupsi yang lebih parah atau relaps setelah berada pada fase pemulihan;C. Menjaga kondisi fisik pasien termasuk asupan nutrisi dan cairan tubuhnya. Berikan cairan via infus bila perlu. Pengaturan keseimbangan cairan elektrolit dan nutrisi penting karena pasien sukar atau tidak dapat menelan akibat lesi di mulut dan tenggorok serta kesadaran dapat menurun. Untuk itu dapat diberikan infus, misalnya berupa glukosa 5% dan larutan DarrowSistemik 1). KortikosteroidPada EOA ringan dapat diberikan kortikosteroid 0,5 mg/kgbb/hari, sedangkan pada EOA berat dapat diberikan kortikosteroid 1- 4 mg/kgbb/hari. Selama pemberian kortikosteroid waspadai efek samping yang terjadi .2). Antihistamin Antihistamin terutama diberikan EOA tipe urtikaria dan angioderma. Dapat dberikan sebagai terapi simtomatis pada EOA berat, misalnya eritroderma atau eksantermatosa Topikal Pengobatan topikal tergantung pada keadaan kelainan kulit, apakah kering atau basah. Jika dalam keadaan kering dapat diberikan bedak salisilat 2% ditambah dengan obat antipruritus seperti mentol - 1% untuk mengurangi rasa gatal. Jika dalam keadaan basah perlu digunakan kompres, misalnya larutan asam salisilat 1%.