laporan hasil penelitian calon dosen tahun ......willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang...

63
LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN TAHUN ANGGARAN 2018 ASUPAN SERAT, INDEKS GLIKEMIK PANGAN DAN STATUS GIZI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI PUSKESMAS SOSIAL PALEMBANG Tim Peneliti : Eliza, S.Gz, M. Si Imelda Telisa, S.Gz, M.P Manuntun Rotua, SKM, M.Kes PRODI D-III GIZI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG TAHUN 2018

Upload: others

Post on 25-Oct-2020

18 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN TAHUN ......Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN

TAHUN ANGGARAN 2018

ASUPAN SERAT, INDEKS GLIKEMIK PANGAN DAN STATUS GIZI

PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI PUSKESMAS SOSIAL

PALEMBANG

Tim Peneliti :

Eliza, S.Gz, M. Si Imelda Telisa, S.Gz, M.P

Manuntun Rotua, SKM, M.Kes

PRODI D-III GIZI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG

TAHUN 2018

Page 2: LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN TAHUN ......Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

ii

HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul : Asupan Serat, Indeks Glikemik Pangan dan Status

Gizi Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II di

Puskesmas Sosial Palembang

2. Peneliti 2.1 Ketua Peneliti / Peneliti

Utama

a. Nama Lengkap : Eliza, S.Gz, M.Si b. Jenis Kelamin : Perempuan c. NIP/Golongan : 197702082001122002 / III.c

d. Strata/ Jabatan Fungsional : S2 / -

e. Prodi / Jurusan : D-III Gizi

e. Bidang Ilmu : Gizi

f. Alamat Kantor : Jln. Sukabangun I Km. 6,5 Palembang

g. No. HP / e-mail : 081367112221 / [email protected]

2.2 Anggota / Peneliti I a. Nama Lengkap : Imelda Telisa, S.Gz, MP b. Jenis Kelamin : Perempuan c. NIP/Golongan : 197711102001122002 / III.c d. Strata/ Jabatan Fungsional : S2 / - Anggota / Peneliti II

a. Nama Lengkap : Manuntun Rotua, SKM, M.Kes b. Jenis Ke lamin : Perempuan c. NIP/Golongan : 196303121991032012 / IV.a d. Strata/ Jabatan Fungsional : S2 / -

3. 1. Jurusan : Gizi 3. 2. Prodi : D III

4. Jangka Waktu Penelitian : 3 bulan

5. Lokasi Penelitian : Puskesmas Sosial Palembang

6. Jumlah Dana Penelitian : Rp. 7.500.000,-

Menyetujui,

Pembantu Direktur I

Eddy Susanto, SKM, M.Kes NIP. 195612111983031004

Menyetujui,

Ka.Prodi D III

Hana Yuniarti, SKM, M.Kes NIP. 195706031982012004

Palembang, Desember 2018 Ketua Peneliti,

Eliza, S.Gz, M.Si NIP. 197702082011122002

Mengesahkan

Direktur Poltekkes

Drg. Nur Adiba Hanum, M.Kes

NIP. 19620602198912001

Page 3: LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN TAHUN ......Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

iii

ABSTRAK

International Diabetes Federation (IDF) tahun 2013 menyatakan bahwa lebih dari 382 juta orang di dunia penderita Diabetes mellitus. Indonesia merupakan negara yang menempati urutan ke-5 di dunia dengan jumlah penderita diabetes sebanyak 8,5 juta jiwa. Data Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan tahun 2013, jumlah penderita Diabetes mellitus di Sumatera Selatan mencapai 21.418 orang, sedangkan tahun 2014 mengalami penurunan menjadi 17.541 penderita, sementara di tahun 2015, mengalami peningkatan lagi menjadi 22.042 penderita. Berdasarkan data dari profil kesehatan Provinsi Sumatera Selatan tahun 2010, prevalensi penyakit Diabetes mellitus tertinggi berada di Kota Palembang sebesar 22,79%.

Perencanaan makan yang tidak baik menyebabkan tidak adanya keseimbangan asupan zat gizi pada penderita Diabetes mellitus. Hasil penelitian yang telah dilakukan Nurgajayanti (2017) di wilayah kerja Puskesmas Jetis Provinsi Yogyakarta menyatakan bahwa responden yang memiliki asupan serat kurang dari 25 g/hari ditemukan 31 orang (86,11%).

Pada penderita Diabetes mellitus tipe II asupan serat yang kurang menyebabkan penimbunan lemak dalam tubuh sehingga menyebabkan kenaikan berat badan dan memiliki risiko 6,9 kali lebih besar untuk tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah.

Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan penurunan kerja pangkreas karena memproduksi insulin lebih banyak.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui asupan serat, indeks glikemik pangan, status gizi dan kadar glukosa darah pada pasien diabetes mellitus di Puskesmas Sosial Kota Palembang.

Uji statistik menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara asupan serat, asupan indeks glikemik pangan, status gizi berdasarkan lingkar pinggang, status gizi berdasarkan komposisi lemak tubuh, status gizi berdasarkan lemak visceral dengan kadar glukosa darah pasien diabetes mellitus di Puskesmas Sako Palembang. Namun uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara status gizi berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) dengan kadar glukosa darah pada pasien diabetes mellitus.

Dari hasil penelitian ini diperlukan pengarahan kepada pasien diabetes mellitus bahwa gaya hidup merupakan hal yang penting dalam mengontrol kadar glukosa darah. Penerapan gaya hidup sehat seperti mengkonsumsi makanan tinggi serat, mengurangi mengkonsumsi makanan/ minuman yang mengandung indeks glikemik yang tinggi serta banyak melakukan aktivitas fisik supaya dapat menurunkan berat badan.

Page 4: LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN TAHUN ......Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’la, berkat rahmat dan

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Asupan

Serat, Indeks Glikemik Pangan dan Status Gizi pada Pasien Diabetes Mellitus di

Puskesmas Sosial Palembang”. Penulisan penelitian ini dibiayai oleh DIPA

Poltekkes Palembang dimana peneliti mendapatkan dana sebagai penelitian

calon dosen.

Dalam penulisan penelitian ini disadari sepenuhnya bahwa tanpa adanya

bimbingan, bantuan, dorongan, serta petunjuk dari semua pihak tidak mungkin ini

dapat diselesaikan. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan

terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Ibu drg. Nur Adiba Hanum, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Palembang.

2. Ibu Hana Yuniarti, SKM, M.Kes, selaku Ketua Jurusan Gizi Poltekkes

Kemenkes Palembang.

3. Bapak Eddy Susanto, SKM, M.Kes, selaku reviewer.

4. Ibu Dra. Sarmalina Simamora, Apt, M.Kes, selaku reviewer.

5. Kepala Puskesmas, Tenaga medis dan para medis beserta staf

Puskesmas Sosial Palembang.

6. Saudara Jesika Sri Raskuri, A.Md.Gz dan Trisna Nopelita, A.Md.Gz,

selaku enumerator dalam pengambilan data pada penelitian ini.

7. Segenap dosen dan staf di Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes

Palembang, atas dukungan dan bantuannya selama melaksanakan

penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih sangat jauh dari

kesempurnaan dan masih banyak kekurangan, untuk itu penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan

yang lebih baik.

Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua dan

apa yang kita lakukan mendapat Ridho dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Aamiin

Penulis

Page 5: LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN TAHUN ......Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

v

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ......................................................................................................

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................

ABSTRAK …………………………………..…………………………………

KATA PENGANTAR …………………………………………………………

DAFTAR ISI ..............................................................................................

DAFTAR TABEL ………………………………………………………………

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………….

i

ii

iii

v

vi

viii

ix

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... A. Latar Belakang ........................................................................ B. Rumusan Masalah .................................................................. C. Tujuan Penelitian ....................................................................

1. Tujuan Umum ................................................................... 2. Tujuan Khusus ..................................................................

D. Manfaat Penelitian .................................................................. E. Luaran Penelitian………………………………….....…………

1 1 3 3 3 3 4 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................

A. Telaah Pustaka ....................................................................... 1. Diabetes Mellitus .............................................................. 2. Serat Makanan ………....................................................... 3. Indeks Glikemik Pangan ................................................... 4. Status Gizi ………. ............................................................

B. Kerangka Teori …................................................................... C. Kerangka Konsep ………………………………………………. D. Variabel Penelitian……………………………………………….. E. Definisi Operasional ................................................................

5 5 5 9

12 14 16 17 17 17

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................

A. Ruang Lingkup ....................................................................... B. Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................ C. Besar Sampel……………………………………………………. D. Populasi dan Sampel .............................................................. E. Jenis dan Pengumpulan Data ................................................ F. Pengolahan, Analisis dan Penyajian Data ..............................

20 20 20 20 21 21 22

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………..

A. A. Gambaran Umum Puskesmas Sosial…………………………. B. Karakteristik Responden………………………………………….

C. Analisis Univariat………………………………………………….

D. Analisis Bivariat……………………………………………………

24

24

26

30

33

Page 6: LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN TAHUN ......Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

vi

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………..

A. Kesimpulan ………….…………………………………………….

B. Saran ...……………………………………………………………..

41

41

42

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 7: LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN TAHUN ......Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

vii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Perbedaan Gambaran Klinis Diabetes Tipe 1 dan Tipe 2 …………... 6

2. Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa …………………………… 7

3. Kandungan Serat dalam 100 gram Bahan Makanan ………………... 11

4. Kandungan Serat dalam 100 gram Sayuran dan Buah ……………... 12

5. Kandungan Indeks Glikemik Berbagai Pangan ……………………… 13

6. Jumlah Penduduk ……………………………………………………….. 25

7. Distribusi Ketenagaan Puskesmas Sosial Palembang …………........ 26

8. Distribusi Frekuensi Responden menurut Jenis Kelamin …………… 27

9. Distribusi Frekuensi Responden menurut Pekerjaan ………………... 28

10. Distribusi Frekuensi Responden menurut Pendidikan ………………. 28

11. Distribusi Frekuensi Responden menurut Riwayat Penyakit

Keluarga …………………………………………………………………..

29

12. Distribusi Frekuensi Responden menurut Kadar Glukosa Darah ….. 30

13. Distribusi Frekuensi Asupan Serat Responden ……………………… 30

14. DIstribusi Frekuensi Indeks Glikemik Pangan Responden …………. 31

15. Distribusi Frekuensi Status Gizi berdasarkan IMT …………………... 31

16. Distribusi Frekuensi Status Gizi berdasarkan Lingkar Pinggang …… 32

17. Distribusi Frekuensi Status Gizi berdasarkan Komposisi Lemak

Tubuh ……………………………………………………………………...

32

18. Distribusi Frekuensi Status Gizi berdasarkan Lemak Viseral ……… 33

19. Hubungan antara Asupan Serat dengan Kadar Glukosa Darah pada

Pasien Diabetes Mellitus ………………………………………………..

33

20. Hubungan antara Asupan Indeks Glikemik Pangan dengan Kadar

Glukosa Darah pada Pasien Diabetes Mellitus ……………………….

34

21. Hubungan antara IMT dengan kadar Kadar Glukosa Darah pada

Pasien Diabetes Mellitus ………………………………………………..

36

22. Hubungan antara Lingkar Pinggang dengan Kadar Glukosa Darah

pada Pasien Diabetes Mellitus ………………………………………….

37

Page 8: LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN TAHUN ......Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

viii

23. Hubungan antara Komposisi Lemak Tubuh dengan Kadar Glukosa

Darah pada Pasien Diabetes Mellitus ………………………………….

38

24. Hubungan antara Lemak Viseral dengan Kadar Glukosa Darah

pada Pasien Diabetes Mellitus ………………………………………….

39

Page 9: LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN TAHUN ......Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kandungan Indeks Glikemik Pangan Berbagai Pangan …….…........ 48

2. Inform Concern …………………………………………………………...

3. Form Identitas Pasien ……………………………………………………

4. Form Recall ……………………………………………………………….

5. Dokumentasi Kegiatan Penelitian ……………………..……………….

6. Surat Izin Penelitian ……………………………………………………...

49

50

51

52

53

Page 10: LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN TAHUN ......Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes mellitus (DM) merupakan masalah kesehatan yang besar.

Diperkirakan 347 juta orang di dunia menderita Diabetes mellitus (WHO,

2013). Diabetes mellitus menduduki peringkat ke-2 di dunia dibandingkan

penyakit lain. International Diabetes Federation (IDF) tahun 2013

menyatakan bahwa lebih dari 382 juta orang di dunia penderita Diabetes

mellitus. Indonesia merupakan negara yang menempati urutan ke-5 di dunia

dengan jumlah penderita diabetes sebanyak 8,5 juta jiwa.

Data hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 menunjukkan bahwa

proporsi penduduk umur ≥15 tahun dengan Diabetes mellitus (DM) adalah

5.7% (Depkes, 2008). Pada tahun 2013 dilakukan survei kembali dan

terdapat peningkatan proporsi penduduk umur ≥15 tahun dengan diabetes

mellitus (DM) yakni sebesar 6.9% (Kemenkes, 2013).

Data Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan tahun 2013,

jumlah penderita Diabetes mellitus di Sumatera Selatan mencapai 21.418

orang, sedangkan tahun 2014 mengalami penurunan menjadi 17.541

penderita, sementara di tahun 2015, mengalami peningkatan lagi menjadi

22.042 penderita. Berdasarkan data dari profil kesehatan Provinsi Sumatera

Selatan tahun 2010, prevalensi penyakit Diabetes mellitus tertinggi berada di

Kota Palembang sebesar 22,79% dibandingkan dengan Kabupaten/Kota

lainnya di Provinsi Sumatera Selatan seperti kabupaten OKI sebesar 1,42%

dan kabupaten Musi Banyuasin hanya sebesar 1,03% (Dinas Kesehatan

Kota Palembang, 2013).

Penderita Diabetes mellitus pada dasarnya bisa hidup normal jika

menjalani empat pilar yaitu mentaati edukasi, terapi gizi medis, latihan

jasmani, dan terapi farmakologis (Perkeni, 2015).

Perencanaan makan yang tidak baik menyebabkan tidak adanya

keseimbangan asupan zat gizi pada penderita Diabetes mellitus. Hasil

Page 11: LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN TAHUN ......Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

2

penelitian yang telah dilakukan Nurgajayanti (2017) di wilayah kerja

Puskesmas Jetis Provinsi Yogyakarta menyatakan bahwa responden yang

memiliki asupan serat kurang dari 25 g/hari ditemukan 31 orang (86,11%).

Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rimbawan

(2004) yaitu asupan serat pangan responden Diabetes mellitus hanya 11,9

g/hari, sehingga responden memiliki kadar glukosa darah puasa tidak

terkontrol.

Pada penderita Diabetes mellitus tipe II asupan serat yang kurang

menyebabkan penimbunan lemak dalam tubuh sehingga menyebabkan

kenaikan berat badan dan memiliki risiko 6,9 kali lebih besar untuk tidak

dapat mengendalikan kadar glukosa darah (Nurgajayanti, 2017).

Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung

indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

penurunan kerja pangkreas karena memproduksi insulin lebih banyak.

Mirarefin et al,. (2014) menyatakan bahwa peningkatkan lemak tubuh

terutama adipositas viseral yang sering menyertai penuaan dapat

berkontribusi untuk pengembangan resistensi insulin. Mekanisme DM tipe 2

diketahui bahwa penuaan menurunkan sensitivitas insulin dan perubahan

atau tidak cukup kompensasi fungsional sel beta dalam memproduksi

insulin.

Menurut Arif (2014), obesitas dan kelebihan berat badan

berhubungan dengan risiko kejadian DM Tipe 2. Status gizi obesitas

menyebabkan resistensi insulin yang dapat berdampak buruk terhadap

jaringan sehingga menimbulkan komplikasi kronis terutama obesitas sentral

karena lipolisis pada obesitas sentral lebih resisten terhadap efek insulin

dibandingkan dengan adiposit di daerah lain (Pusparini, 2007).

Zhang et al., (2014) juga menyatakan bahwa adanya hubungan yang

erat antara status gizi lebih dengan status glukosa darah. Wahyuni (2013)

menyatakan bahwa persentase lemak tubuh wanita lebih tinggi daripada

pria, terutama pada perut, lemak pada organ perut lebih mudah diolah untuk

Page 12: LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN TAHUN ......Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

3

menjadi energi. Ketika lemak diolah menjadi energi kadar asam lemak dalam

darah meningkat, tingginya asam lemak di dalam darah sehingga resistensi

terhadap insulin juga meningkat.

B. Rumusan Masalah

Wahyuni (2013) menyatakan bahwa persentase lemak tubuh wanita

lebih tinggi daripada pria, terutama pada perut, lemak pada organ perut lebih

mudah diolah untuk menjadi energi. Ketika lemak diolah menjadi energi

kadar asam lemak dalam darah meningkat, Tingginya asam lemak di dalam

darah menyebabkan resistensi insulin juga meningkat.

Penelitian Bintanah (2012) menyatakan bahwa ada hubungan antara

asupan serat dengan kadar glukosa darah. Semakin rendah asupan serat,

maka semakin tinggi kadar glukosa darah. Hal tersebut dikarenakan serat

pangan mampu menyerap air dan mengikat glukosa, sehingga mengurangi

ketersediaan glukosa. Serat juga dapat mengikat kelebihan serta membuang

glukosa darah (Witasari, 2009).

Mengingat prevalensi penyakit Diabetes mellitus di Indonesia masih

sangat tinggi begitu pula prevalensi penyakit Diabetes mellitus untuk

Provinsi Sumatera Selatan juga tinggi yaitu 22,79% , maka peneliti tertarik

untuk meneliti tentang asupan serat, indeks glikemik pangan dan status gizi

pada pasien Diabetes mellitus di Puskesmas Sosial Palembang.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui asupan serat, indeks glikemik pangan, status gizi dan

kadar glukosa darah pada pasien Diabetes mellitus di Puskesmas Sosial

Kota Palembang.

2. Tujuan Khusus

a. Mengukur kadar glukosa darah pasien Diabetes mellitus di

Puskesmas Sosial Kota Palembang Tahun 2018.

Page 13: LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN TAHUN ......Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

4

b. Mengidentifikasi karakteristik pasien Diabetes mellitus (umur, jenis

kelamin, pekerjaan) di Puskesmas Sosial Kota Palembang Tahun

2018.

c. Menganalisis asupan serat dan indeks glikemik pangan pada pasien

Diabetes mellitus di Puskesmas Sosial Kota Palembang Tahun 2018.

d. Mengukur status gizi pada pasien Diabetes mellitus di Puskesmas

Sosial Kota Palembang Tahun 2018.

e. Menganalisis hubungan antara asupan serat dengan kadar glukosa

darah pada pasien Diabetes mellitus di Puskesmas Sosial Kota

Palembang Tahun 2018.

f. Menganalisis hubungan antara indeks glikemik pangan dengan kadar

glukosa darah pada pasien Diabetes mellitus di Puskesmas Sosial

Kota Palembang Tahun 2018.

g. Menganalisis hubungan antara status gizi dengan kadar glukosa

darah pada pasien Diabetes mellitus di Puskesmas Sosial Kota

Palembang Tahun 2018.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Jurusan Gizi

Dapat menambah referensi di bidang gizi klinik dan dapat dijadikan

bahan penelitian untuk selanjutnya.

2. Bagi Penderita dan Masyarakat

Memberikan pengetahuan bagi pasien, keluarga dan masyarakat dalam

upaya memperbaiki dan meningkatkan status kesehatan serta untuk

mencegah risiko penyakit Diabetes mellitus.

3. Bagi Puskesmas

Sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk memberikan

informasi kepada pasien Diabetes mellitus tentang pentingnya asupan

serat dan indeks glikemik pangan dan status gizi pada pasien Diabetes

mellitus di Puskesmas Sosial Palembang.

E. Luaran Penelitian

Hasil penelitian akan dipublikasi di Jurnal Nasional.

Page 14: LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN TAHUN ......Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Diabetes Mellitus

a. Pengertian Diabetes mellitus

Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit metabolik yang bersifat

kronik, ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa darah sebagai

akibat dari adanya gangguan penggunaan insulin, sekresi insulin, atau

keduanya (ADA, 2014).

DM tipe I adalah penyakit gangguan metabolik yang ditandai

oleh kenaikan kadar gula darah akibat destruksi (kerusakan) sel beta

pankreas karena suatu sebab tertentu yang menyebabkan produksi

insulin tidak ada sama sekali sehingga penderita sangat memerlukan

tambahan insulin dari luar (Perkeni, 2015).

Diabetes Mellitus (DM) Tipe II merupakan penyakit hiperglikemi

akibat insensivitas sel terhadap insulin. Kadar insulin mungkin sedikit

menurun atau berada dalam rentang normal. Karena insulin tetap di

hasilkan oleh sel-sel beta pankreas, maka diabetes mellitus tipe II

dianggap sebagai non insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)

(Corwin, 2001).

b. Patofisiologi Diabetes Mellitus Tipe II

Patofisiologi Diabetes mellitus dapat diawali dari penurunan

jumlah insulin yang menyebabkan glukosa sel menurun atau tidak ada

sama sekali, sehingga energi di dalam sel untuk metabolisme seluler

berkurang, kondisi tersebut direspon tubuh dengan meningkatkan

kadar glukosa darah. Respon tersebut antara lain sensasi lapar,

mekanisme lipolisis dan glukoneogenesis. Jika respon tersebut terjadi

berkepanjangan maka tubuh mengalami penurunan protein jaringan

dan menghasilkan benda keton. Kondisi ini dapat mengakibatkan

ketosis dan ketoasidosis (Daniels dan Nicoll, 2012).

Page 15: LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN TAHUN ......Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

6

c. Gambaran Klinis Diabetes Mellitus Tipe II

Penderita Diabetes mellitus biasanya tidak menyadari bahwa

dirinya telah mengidap Diabetes mellitus. Beberapa keluhan yang

harus diketahui atau dicurigai adanya Diabetes mellitus dalam diri

seseorang menurut Perkeni (2015) adalah sebagai berikut:

1) Poliuria (banyak kencing)

2) Polidipsia (rasa haus sehingga jadi banyak minum)

3) Polifagia (banyak makan karena perasaan lapar terus–menerus)

4) Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya

5) Lemas, mudah lelah, semutan

6) Penglihatan kabur

7) Penyembuhan luka yang buruk

8) Disfungsi ereksi pada pasien pria

9) Gatal pada kelamin pasien wanita

Penderita diabetes tipe 1 dan tipe 2 memiliki gambaran klinis

yang berbeda, perbedaan gambaran klinis tersebut akan dijelaskan

pada tabel 1 berikut ini.

Tabel. 1

Perbedaan Gambaran Klinis Diabetes Tipe 1 dan Tipe 2.

Diabetes tipe 1 Diabetes tipe 2

a. Tubuh tidak bisa memproduksi insulin, atau jumlahnya minim sekali.

b. Sekitar 10% kasus diabetes adalah tipe 1.

c. Umumnya terjadi di usia anak-anak atau remaja.

d. Disebabkan oleh kelainan system kekebalan tubuh.

e. Sel penghasil insulin (sel beta) mengalami kerusakan permanen.

f. Penyakitnya muncul tiba-tiba dan berkembang cepat, hanya beberapa bulan, langsung menjadi penyakit kronis.

a. Insulin bisa dihasilkan, tapi tubuh tidak bisa menerimanya.

b. Sekitar 90% kasus diabetes adalah tipe 2.

c. Umumnya terjadi di usia dewasa di atas 30 tahun.

d. Faktor risiko utama adalah kegemukan/ obesitas.

e. Sel penghasil insulin tidak rusak.Penyakit berkembang lambat, butuh waktu bertahun-tahun, umumnya akibat pola hidup tidak sehat.

Sumber : Perkeni, 2015

Page 16: LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN TAHUN ......Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

7

d. Diagnosis Diabetes Mellitus Tipe II

Diagnosa Diabetes mellitus perlu dilakukan untuk mengetahui

kadar glukosa darah dalam tubuh. Menurut American Diabetes

Association (2016), cara untuk mendiagnosa Diabetes mellitus yaitu test

random glukosa yang dilakukan dengan memeriksa kadar glukosa darah

setiap hari, biasanya dilakukan pada penderita Diabetes mellitus yang

sudah parah. Dinyatakan Diabetes mellitus jika kadar glukosa darah

sewaktu 200 mg/dl.

Diagnosis Diabetes mellitus tidak hanya didasarkan atas

ditemukanya glukosa pada urin saja. Diagnosis pemeriksan kadar

glukosa darah dari pembuluh vena sedangkan untuk melihat dan

mengontrol hasil terapi dapat dilakukan dengan memeriksa kadar glukosa

darah kapiler dengan glukometer.

Tabel 2

Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa

Glukosa darah Pemeriksaan Bukan

DM

Belum

Pasti DM DM

Kadar glukosa

darah Plasma vena <100 100-199 ≥200

sewaktu (mg/dl)

Darah

kapiler <90 90-199 ≥200

Kadar glukosa

darah Plasma vena <100 100-125 ≥126

puasa (mg/dl)

Darah

kapiler <90 90-99 ≥100

Sumber: Perkeni, 2015.

e. Faktor Penyebab Diabetes Mellitus Tipe II

Orang yang mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya Diabetes mellitus

Tipe II, yaitu :

1. Usia

Risiko DM pada usia 40–59 tahun secara signifikan dipengaruhi

oleh status gizi. Orang dengan status gizi lebih memiliki risiko lebih

tinggi untuk mengalami DM (Wannamethee et al., 2004).

Kadar glukosa darah

sewaktu (mg/dl)

Kadar glukosa

darah puasa (mg/dl)

Page 17: LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN TAHUN ......Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

8

2. Obesitas atau kegemukan

Yanita dkk (2016) dan Fatimah (2015) menyatakan bahwa orang

yang berusia ≥ 45 tahun dengan status gizi overweight mempunyai

risiko 9 kali untuk terjadinya DM tipe 2 dibandingkan dengan yang

berumur kurang dari 45 tahun dengan status gizi overweight.

Zhang et al., (2014) juga menyatakan bahwa adanya hubungan

yang erat antara status gizi lebih dengan status glukosa darah.

Wahyuni (2013) menyatakan bahwa persentase lemak tubuh wanita

lebih tinggi daripada pria, terutama pada perut, lemak pada organ

perut lebih mudah diolah untuk menjadi energi. Ketika lemak diolah

menjadi energi kadar asam lemak dalam darah meningkat, tingginya

asam lemak di dalam darah sehingga resistensi terhadap insulin juga

meningkat.

3. Pola makan

Pola makan yang serba instan saat ini memang sangat digemari

oleh sebagian masyarakat perkotaan. Pola makan yang tidak sesuai

dengan kebutuhan tubuh dapat menjadi penyebab DM.

4. Riwayat Diabetes mellitus pada keluarga

Sekitar 15-20% penderita NIDDM (Non Insulin Dependen Diabetes

mellitus) mempunyai riwayat keluarga DM sedangakan IDDM (Insulin

Dependen Diabetes mellitus) sebanyak 57% berasal dari keluarga

DM.

5. Kurang aktivitas fisik

Voulgari et al., (2012) menyatakan bahwa aktivitas fisik

merupakan elemen kunci dalam pencegahan dan manajemen

obesitas dan DM. Aktivitas fisik secara teratur efisien mendukung

penurunan berat badan, mengontrol peningkatan glikemik, dan dapat

mencegah atau menunda diagnosis DM tipe 2. Selain itu, aktivitas

fisik positif mempengaruhi profil lipid, tekanan darah, mengurangi

tingkat kardiovaskular dan mortalitas, serta mengembalikan kualitas

hidup pasien DM tipe 2.

Page 18: LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN TAHUN ......Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

9

f. Klasifikasi Diabetes melitus

Berdasarkan etiologis, Diabetes melitus diklasifikasikan menjadi 4

tipe yaitu : (Perkeni, 2015) :

1) DM tipe 1 adalah penyakit gangguan metabolik yang ditandai oleh

kenaikan kadar gula darah akibat destruksi (kerusakan) sel beta

pankreas karena suatu sebab tertentu yang menyebabkan produksi

insulin tidak ada sama sekali sehingga penderita sangat memerlukan

tambahan insulin dari luar.

2) DM tipe 2 adalah penyakit gangguan metabolik yang ditandai oleh

kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta

pankreas dan atau fungsi insulin (resistensi insulin).

3) DM gestasional adalah penyakit gangguan metabolik yang ditandai oleh

kenaikan kadar glukosa darah yang terjadi pada wanita hamil, biasanya

terjadi pada usia 24 minggu masa kehamilan, dan setelah melahirkan

kadar gula darah kadar gula darah kembali normal.

4) DM tipe lain adalah penyakit gangguan metabolik yang ditandai oleh

kenaikan kadar gula darah akibat defek genetik fungsi sel beta, efek

genetik fungsi insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, karena

obat atau zat kimia, infeksi, sebab imunologi yang jarang, sindrom

genetik lain yang berkaitan dengan DM.

2. Serat Makanan

Komposisi kimia serat makanan bervariasi tergantung dari komposisi

dinding sel tanaman penghasilnya. Pada dasarnya komponen-komponen

penyusun dinding sel tanaman terdiri dari selulosa, hemiselulosa, pektin,

lignin, gum, mucilage yang serat kesemuanya ini termasuk ke dalam serat

makanan. Metabolisme serat makanan tidak sama dengan makronutrien

lainnya. Beberapa serat makanan dapat difermentasi oleh mikroorganisme

dalam usus besar. Jenis dan jumlah serat yang dapat difermentasi sangat

bervariasi. Selulosa tahan terhadap fermentasi sedangkan β-glukan sangat

mudah difermentasi dan sempurna didegradasi dalam kolon (Tensiska,2008).

Mekanisme serat terhadap penurunan kadar glukosa darah pada

penderita DM tipe II sangat dipengaruhi oleh penyerapan karbohidrat di dalam

Page 19: LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN TAHUN ......Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

10

usus. Semakin rendah karbohidrat yang diserap oleh tubuh maka semakin

rendah kadar glukosanya, dalam hal ini serat dapat menurunkan efisiensi

penyerapan karbohidrat yang dapat menyebabakan menurunnya respon

insulin. Apabila respon insulin menurun, kerja pankreas akan semakin ringan

sehingga dapat memperbaiki fungsi pankreas dalam memproduksi insulin

(Astawan, 2012).

Asupan serat dianjurkan 25 g/hari dengan mengutamakan serat larut

air yang terdapat di dalam sayur dan buah. Menu seimbang rata-rata

memenuhi kebutuhan serat sehari (Almatsier, 2010).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Bintanah dkk (2012), ada

hubungan antara asupan serat dengan kadar glukosa darah. Semakin rendah

asupan serat, maka semakin tinggi kadar glukosa darah. Hal tersebut

dikarenakan serat pangan mampu menyerap air dan mengikat glukosa,

sehingga mengurangi ketersediaan glukosa. Serat juga dapat mengikat

kelebihan serta membuang glukosa darah (Witasari, 2009).

The American cancer society, the American heart association, dan the

American diabetic association menyarankan agar mengkonsumsi 25-35 gr

serat makanan perhari dari berbagai jenis bahan makanan. Kandungan serat

yang tinggi dalam makanan mempunyai indeks glikemik yang rendah

sehingga dapat memperpanjang pengosongan lambung yang dapat

menurunkan sekresi insulin dan kolesterol total dalam tubuh.

Menurut Almatsier (2010) terdapat dua golongan serat, yaitu serat

tidak dapat larut dan larut dengan air. Serat yang tidak dapat larut air adalah

selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Sedangkan serat yang larut dalam air

adalah pektin, gum, mukilase, glukan dan alga. Serat larut tidak dapat dicerna

oleh enzim pencernaan manusia tetapi larut dalam air panas, sedangkan serat

tidak larut tidak dapat dicerna dan juga tidak larut dalam air panas.

Page 20: LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN TAHUN ......Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

11

Tabel 3 Kandungan Serat Dalam 100 Gram Bahan Makanan

No Jenis Bahan Makanan Serat (g)

Serealia

1 Beras hitam 20,1

2 Beras lading 5,9

3 Beras tumbuk 3,8

4 Jagung kuning 10

5 Jagung putih 10

Umbi dan hasil olahan

6 Gembili 4,2

7 Ubi kuning 4,2

8 Ubi putih mentah 4

9 Keripik kentang 3,8

10 Keriipik ubi 14,3

Kacang dan biji-bijian

11 Kacang merah 26,3

12 Kacang hitam 22,8

13 Kacang kuning 15,1

14 Kacang mentega 13

15 Biji mete 12,9

16 Kacang hijau 7,5

17 Kacang kedelai 3,2

18 Kacang bogor 2,5

Sumber: Departemen Kesehatan RI (2001)

Page 21: LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN TAHUN ......Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

12

Tabel 4

Kandungan Serat Dalam 100 Gram Sayuran dan Buah

Sumber: Departemen Kesehatan RI (2001)

3. Indeks Glikemik Pangan

Willet et al. (2002.) menyatakan bahwa makanan yang mengandung

indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

penurunan kerja pangkreas karena memproduksi insulin lebih banyak.

Berikut ini kandungan IG beberapa pangan dapat dilihat pada Tabel 5.

No Jenis Bahan Makanan Serat (g)

Sayur-sayuran

1 Rebung 9,7

2 Daun kelor 8,2

3 Daun ubi kuning 6,4

4 Kulit melinjo 5

5 Daun ubi putih 4,8

6 Bakung 3,8

7 Daun singkong 3,5

8 Daun kubis 3,4

9 Kacang Panjang 2,7

Buah-buahan

1 Mangga manalagi 11,8

2 Markisa 11,4

3 Mangga benggala 5,8

4 Kawista 4,6

5 Rambutan binjai 3,8

6 Jambu bol 3,5

7 Jeruk banjar 5,4

8 Pisang gapi 11,7

9 Mangga kwini 6,5

10 Pisang kapok 5,7

11 Pisang goroho 4,6

12 Jambu biji putih 4,5

13 Kranji 3,6

14 Salak medan 3,2

Page 22: LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN TAHUN ......Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

13

Tabel 5

Kandungan Indeks Glikemik Berbagai Pangan

Jenis Nama Pangan Indeks glikemik

Ukuran saji

Kandungan KH (g/ukuran saji)

Beban Glikemik

Kue Kue pisang (dengan gula)

45-65 80 g 38 18

Kue pisang (tanpa gula)

39-55 80 g 29 16

Kue coklat 35-41 111 g 52 20 Kue bolu 40-52 63 g 36 17 Donat 76 47 g 23 17

Jus Jus apel, murni (tanpa pemanis)

34-54 - - -

Jus wortel, segar

35-51 250 ml 23 10

Jus anggur (tanpa pemanis)

48 250 ml 22 11

Jus jeruk 66 - - - Jus nanas 46 250 ml 34 16 Jus tomat (tanpa gula)

34-42 250 ml 9 4

Minuman Coca-cola, soft drink

63 250 ml 26 16

Fanta orange, soft drink

62-74 250 ml 34 23

Susu condensed, sweetened

55-67 250 ml 136 83

Gula Gula Fruktosa 17-21 10 g 10 2 Glukosa 96-102 10 g 10 10 Madu 50-60 25 g 18 10 Sukrosa 63-73 10 g 10 7

Sumber: Rimbawan dan Siagian 2004

Oba et al., (2013) menyatakan bahwa konsumsi makanan yang

mengandung indeks glikemik (IG) yang tinggi secara sering berhubungan

positif terhadap peningkatan risiko kejadian DM terutama pada usia paruh

baya.

Rimbawan dan Siagian (2004) menyatakan bahwa kandungan IG

tinggi yaitu >70. Kandungan IG dipengaruhi oleh proses pemasakan bahan

pangan seperti biskuit yang dimasak dengan cara di panggang. Monro dan

Shaw (2008) mengungkapkan juga bahwa biskuit memiliki IG kategori

sedang sekitar 55-69, sedangkan kategori tinggi dengan IG 77 yaitu biskuit

buah. Mirmiran et al., (2014) menyatakan bahwa konsumsi makanan manis

seperti biskuit, cake, coklat, permen, dan minuman ringan dapat

Page 23: LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN TAHUN ......Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

14

meningkatkan asupan kalori dan berpengaruh terhadap kejadian metabolik

sindrom dengan indikator peningkatan glukosa darah puasa, lingkar

pinggang yang berlebih, HDL kolesterol yang rendah, peningkatan kolesterol

LDL dan trigliserida. Kandungan Indeks glikemik berbagai pangan lainnya

dapat dilihat pada Lampiran 1.

4. Status Gizi

Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau

sekelompok orang sebagai akibat dari konsumsi, penyerapan (absorbsi),

dan utilisasi (utilization) zat gizi makanan. Penilaian status gizi secara

langsung dapat dibagi menjadi empat, yaitu antropometri, klinis, biokimia,

dan biofisik, sedangkan secara tidak langsung dibagi menjadi tiga yaitu

survei konsumsi pangan, statistik vital dan faktor ekologi (Supariasa et al.

2002).

Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah salah satu cara untuk mengukur

status gizi seseorang. Menurut Supariasa et al., (2002), penggunaan IMT

hanya berlaku untuk orang dewasa berumur diatas 18 tahun. IMT tidak

dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan.

Disamping itu, IMT tidak bisa diterapkan pada keadaan khusus (penyakit)

lainnya seperti edema, asites, dan hepatomegali.

Tobias et al., 2014 menemukan bahwa seseorang yang semakin

gemuk memiliki tingkat risiko terhadap DM dengan melihat IMT (indeks

massa tubuh) yang lebih dari 25.0. Jerant et al., (2015) menyatakan bahwa

IMT yang berlebih pada orang DM akan memiliki kaitan yang erat terhadap

status kesehatan fisik yang lebih buruk dibandingkan dengan seseorang

yang non DM. Status kesehatan fisik yang semakin buruk akan

memperparah konsisi pasien dan akan menyebabkan kematian.

Waspadji et al., (2013) yang melakukan studi di Desa Ende, Nusa

Tenggara Timur menyatakan bahwa status gizi berdasarkan kategori lingkar

pinggang pada wanita lebih banyak memiliki status gizi obes (>80 cm),

sedangkan pada pria tergolong status gizi normal. Hal yang sama yang

ditemukan oleh Assah et al., (2015) juga menemukan bahwa status gizi

Page 24: LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN TAHUN ......Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

15

pada wanita ditemukan lebih gemuk dibandingkan dengan status gizi pria.

Hal tersebut dipengaruhi oleh aktivitas fisik pria lebih tinggi dibandingkan

dengan aktivitas fisik wanita.

Soniya et al., (2014) menyatakan bahwa komposisi lemak tubuh

memiliki hubungan dengan IMT dan berperan dalam terjadinya DM tipe 2.

Komposisi lemak tubuh wanita lebih tinggi daripada pria sehingga wanita

lebih berisiko terhadap terjadinya DM tipe 2. Meisinger et al., 2006

menunjukkan bahwa lingkar pinggang berpengaruh terhadap kejadian DM

tipe 2. Pria yang memiliki lingkar pinggang lebih dari 90 cm dan wanita yang

memiliki lingkar pinggang lebih dari 80 cm memiliki risiko terhadap kejadian

DM.

Lemak viseral adalah salah satu dari dasar kondisi klinis pada

kejadian metabolik sindrom yang merupakan penyebab terjadinya risiko

penyakit kardiovaskular seperti DM, dislipidemia, peningkatan tekanan

darah, dan memiliki pengaruh terhadap aterosklerosis (Unno et al., 2012).

Obesitas viseral memiliki hubungan yang tinggi dengan kejadian DM tipe 2

dan resistensi insulin dianggap sebagai penyebab peningkatan angka

kesakitan di dunia (Tchemof A and Despres, 2013).

Anjana et al., (2004) menyatakan bahwa lemak viseral memiliki

korelasi yang kuat terhadap kejadian DM. Lemak viseral yang tinggi pada

orang yang gemuk memiliki hubungan yang lebih tinggi terhadap kejadian

DM. Lemak viseral berbanding lurus terhadap diameter lingkar perut dan

komposisi lemak abdominal. Lemak viseral dan lemak abdominal

berasosiasi terhadap kejadian DM tipe 2. Lemak viseral dan lemak

abdominal keduanya berkorelasi satu sama lain terhadap lingkar pinggang

dan diameter sagital perut (saggital abdominal diameter/SAD). Selain itu,

lemak viseral juga dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin dalam

hubungannya terhadap kejadian DM.

Page 25: LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN TAHUN ......Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

16

B. Kerangka Teori

Dikutip dari : Murray et al., dalam Amanina 2015.

Diabetes Melitus

Faktor yang mempengaruhi kadar gula darah : 1. Enzim 2. Hormon

3. Sistem

Gastroinstestinal

4. Stress

5. Asupan

karbohidrat

Faktor lain yang

mempengaruhi kadar

gula darah :

Gaya hidup yang

diabetogenik :

1. Asupan serat &

indeks glikemik

2. Aktivitas fisik yang

rendah

3. Obesitas

Kadar Glukosa

Darah

Penatalaksanaan

Diabetes Melitus:

1. 1. Edukasi

2. 2. Terapi gizi 3. medis

3. Latihan jasmani

4. 4. Farmakologi

5.

1. Gejala Akut

a.Banyak makan (Polifagia)

b.Banyak Kencing (Polyuria)

c.Banyak minum (Polydipsi)

2. Gejala Kronik

a.Kesemutan

b.Kulit terasa panas

c.Rasa tebal dikulit

d.Kram

e.Mudah capek

f. Mata kabur

g.Gigi mudah lepas dan

goyang

Page 26: LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN TAHUN ......Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

17

C. Kerangka Konsep

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Independen : Asupan serat, Indeks glikemik pangan dan

status gizi

2. Variabel Dependen : Kadar glukosa darah pasien DM.

E. Definisi Operasional

a. Kadar Glukosa Darah

Tingkat konsentrasi glukosa dalam darah yang dinyatakan dalam mg/dL.

Kadar glukosa darah yang diambil yaitu kadar glukosa darah sewaktu

ditentukan dari mengambil darah kapiler pada suatu waktu tanpa adanya

puasa. Pengambilan darah akan dilakukan 2 jam setelah makan pagi

Cara ukur : Pengukuran langsung

Alat ukur : Gluko meter

Hasil ukur : Hiperglikemia : 200 mg/dL

Normal : < 200 mg/dL

(Perkeni, 2015).

Skala ukur : ordinal

Asupan serat

Asupan Indeks Glikemik Pangan

Kadar Glukosa

Darah

Status gizi :

• IMT

• Lingkar perut

• Komposisi lemak tubuh

• Lemak viseral

Page 27: LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN TAHUN ......Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

18

b. Asupan Indeks Glikemik Pangan

Asupan Indeks glikemik pangan merupakan tingkatan pangan menurut

efeknya terhadap kadar glukosa darah, yang diperoleh dari metode recall

24 jam.

Cara ukur : Wawancara

Alat ukur : Recall 24 jam

Hasil ukur :Rendah : < 55

Sedang : 55-70

Tinggi : > 70

(Miller, 1996 dalam Rimbawan dan Siagian, 2004).

Skala ukur : Ordinal

c. Asupan Serat

Asupan serat merupakan banyaknya konsumsi serat yang dikonsumsi oleh

responden dan diperoleh dari metode recall 24 jam.

Cara ukur : Wawancara

Alat ukur : Recall 24 jam

Hasil ukur : baik : 20 g / hari

kurang : < 20 g / hari

(Perkeni, 2015)

Skala ukur : Ordinal.

d. Status Gizi

Status gizi adalah keadaan kesehatan akibat interaksi antara makanan

dengan tubuh manusia diukur dengan menggunakan indeks massa tubuh

(IMT), selain itu dengan menggunakan pengukuran lingkar pinggang,

komposisi lemak tubuh, dan lemak viseral.

1. IMT : yaitu rasio dari berat badan (kg) dengan kuadrat dari tinggi

badan (m).

Cara ukur : Penimbangan BB dan pengukuran TB

Alat ukur : Timbangan dan Microtoise

Hasil ukur : Kurus ( IMT < 18,5)

Normal (18.5 ≤ IMT < 25.0)

Overweight (25.0 ≤ IMT < 27.0)

Obesitas (IMT ≥ 27.0)

Page 28: LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN TAHUN ......Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

19

Skala ukur : Ordinal.

2. Lingkar pinggang : pengukuran lingkar pinggang pada pasien DM

dilakukan tanpa menggunakan baju dengan menggunakan pita ukur.

Cara ukur : Pengukuran lingkar pinggang

Alat ukur : pita ukur

Hasil ukur : Normal (pria < 90 cm, wanita < 80 cm)

Gemuk (pria ≥ 90 cm, wanita ≥ 80 cm)

Skala ukur: Ordinal.

3. Komposisi lemak tubuh

Cara ukur : Pengukuran menggunakan BIA

Alat ukur : BIA (Body Index Analazer)

Hasil ukur : Kurus (pria < 13, wanita < 25)

Normal (13 ≤ pria < 24; 25 ≤ wanita <35)

Lebih (pria ≥ 24; wanita ≥ 35)

(Gallagher et al., 2000)

Skala ukur : Ordinal.

4. Lemak viseral. Pengukuran lemak viseral dengan menggunakan BIA.

Cara ukur : Pengukuran menggunakan BIA

Alat ukur : BIA (Body Index Analazer)

Hasil ukur : Normal : < 10

Gemuk : ≥ 10

(Unno et al., 2012)

Skala ukur : Ordinal.

Page 29: LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN TAHUN ......Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

20

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Sosial Kota Palembang Provinsi

Sumatera Selatan pada bulan Oktober sampai November Tahun 2018.

B. Jenis Penelitian dan Racangan Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian epidemiologi yang

bersifat observasional analitik dengan menggunakan desain cross sectional

study.

C. Besar Sampel

Besar sampel menggunakan rumus Lemeshow (1997) sebagai berikut :

Z (1-ɑ/2).P.Q

d2

n = 1,96 . 0,22 . 0,78

(0,1)2

n = 0,33

0,01

n = 33,6 + 10%

n = 33,6 + 3,3

n = 37 orang

Keterangan

Z(1-α/2) : Koefisien kepercayaan 95% (1,96)

P : Pravalensi rata-rata Diabetes Mellitus di

Palembang (22,79%)

Q : 1-P

d : Presisi (10%)

n : Jumlah sampel

n

=

Page 30: LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN TAHUN ......Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

21

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien rawat jalan penyakit

Diabetes Melitus Tipe II di Puskesmas Sosial Kota Palembang.

2. Sampel

Pengambilan sampel penelitian dilakukan secara purposive sampling

yaitu pengambilan subjek dengan pertimbangan penelitian dimana unsur

dikehendaki terdapat pada kriteria. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi adalah

sebagai berikut :

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

1) Pasien Diabetes Melitus tipe II rawat jalan di Puskesmas Sosial

Kota Palembang.

2) Dalam keadaan sadar dan mampu berkomunikasi dengan baik.

3) Bersedia menjadi responden.

b. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah :

1) Wanita hamil

2) Komplikasi dengan penyakit hipertensi, penyakit jantung dan gagal

ginjal

E. Jenis dan Pengumpulan Data

1. Jenis Data

a. Data Primer

Data primer ini terdiri dari data tentang pasien Diabetes mellitus

yang dilakukan melalui wawancara langsung di Puskesmas Sosial Kota

Palembang dengan menggunakan alat bantu formulir identitas yang

terdiri dari nama pasien, umur, jenis kelamin, pekerjaan dan alamat

serta kadar glukosa dalam darah.

b. Data Sekunder

Data sekunder ini terdiri dari data mengenai gambaran umum

lokasi penelitian dan alamat tempat tinggal responden.

Page 31: LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN TAHUN ......Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

22

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Data Primer.

1) Data identitas responden, diperoleh melalui wawancara langsung

kepada responden dengan form identitas responden.

2) Data asupan makanan responden diperoleh dengan

wawancara dengan metode food record 3 x 24 jam.

3) Melakukan pengukuran tinggi badan, berat badan, lingkar

pinggang, komposisi lemak tubuh dan lemak viseral . Data berat

badan (kg), komposisi lemak tubuh dan lemak viseral diukur

dengan menggunakan Bioelectrical Impedance Analysis (BIA)

merek Omron. Pengukuran tinggi badan dengan menggunakan

microtoise dengan kapasitas 200 cm dan ketelitian 0,1 cm.

Lingkar pinggang diukur menggunakan pita pengukur dengan

ketelitian 0,1 cm.

4) Melakukan pengukuran kadar glukosa darah dengan

menggunakan glucometer.

b. Data Sekunder.

1) Data mengenai gambaran umum lokasi penelitian diperoleh

melalui observasi.

2) Data identitas responden pasien rawat jalan.

3) Alamat tempat tinggal responden diperoleh melalui observasi.

3. Alat Pengumpulan Data

a. Data mengenai asupan serat dan indeks glikemik pangan

menggunakan Form food record 3 x 24 jam

b. Data pengukuran status gizi menggunakan Bioelectrical Impedance

Analysis (BIA)

c. Data mengenai glukosa darah dengan menggunakan glucometer.

F. Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

a. Editing (Pengeditan data)

Data-data yang didapat dari instrumen penelitian diteliti kembali

apakah sudah benar dan dapat diproses lebih lanjut.

Page 32: LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN TAHUN ......Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

23

b. Coding (pengkodean data)

Coding ini berupa usaha mengklasifikasikan jawaban-jawaban atau

hasil-hasil yang ada menurut macamnya secara ringkas dengan

menggunakan kode-kode.

c. Entry Data (memasukkan data)

Setelah data selesai di coding dan buku kode selesai dibuat, tahap

berikutnya adalah memasukkan data ke dalam tabulasi. Kemudian

dibuat tabulasinya dalam bentuk distribusi frekuensi. Data tersebut

terdiri dari :

1) Data identitas responden pasien Diabetes Mellitus.

2) Data tentang asupan zat gizi pasien berdasarkan hasil food

record 3x24 jam. Data diolah dengan menggunakan Nutrisurvey,

lalu dibandingkan dengan perhitungan kebutuhan per orang per

hari.

3) Data tentang kadar glukosa darah.

d. Cleaning Data (pembersihan data)

Pembersihan data adalah memastikan bahwa data tersebut benar

adanya dan benar-benar sudah bebas dari kesalahan.

2. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan variabel bebas (asupan

serat, indeks glikemik pangan dan status gi) dan variabel terikat (kadar

glukosa darah) untuk memperoleh gambaran atau karakteristik dengan

membuat tabel distribusi frekuensi dan dilakukan dengan narasi.

b. Analisis Bivariat

Data yang diperoleh dianalisis disajikan dalam bentuk tabel dengan

penjelasan deskriftif. Uji statistik yang digunakan adalah uji chi square.

Page 33: LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN TAHUN ......Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

24

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Gambaran Umum Puskesmas Sosial

1. Sejarah Puskesmas Sosial

Puskesmas Sosial awalnya terletak di Jalan Sosial Komplek PSBD sosial

dibangun dan digunakan pada tahun 1978, namun pada tahun 2013 Puskesmas

Sosial dibangun di Jalan H. Sanusi Lr. Mekar Kelurahan Sukabangun Kecamatan

Sukarami Kota Palembang dan digunakan mulai bulan Januari 2014.

2. Keadaan Umum

Perbatasan wilayah kerja Puskesmas Sosial Palembang dengan wilayah

sekitarnya, sebagai berikut :

a. Sebelah utara berbatasan dengan Jalan Kolonel H. Burlian

b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Sukamaju Kenten

c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Sukarami

d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Talang Aman.

Wilayah kerja Puskesmas Sosial mencakup dua kelurahan yaitu

Kelurahan Sukabangun dengan luas tanah 360 Ha dengan 48 RT dan 7 RW

sedangkan Kelurahan Sukajaya luas 540 Ha dengan 108 RT dan 10 RW. Jadi

luas wilayah kerja Puskesmas Sosial 900 Ha. Luas wilayah kerja 900 ha yang

terdiri dari 2 kelurahan binaan yaitu Kelurahan Sukabangun dan Kelurahan

Sukajaya.

3. Keadaan Kependudukan

Jumlah penduduk 63.810 jiwa, paling tinggi jumlah penduduk laki-laki

sebanyak 32.288 jiwa sedangkan jumlah penduduk perempuan hanya 31.522

jiwa.

Page 34: LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN TAHUN ......Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

25

Tabel 6 Jumlah Penduduk

Kelurahan Jenis Kelamin

Total Laki-laki Perempuan

Sukabangun 8,435 8,716 17,151

Sukajaya 23,853 22,806 46,659

Jumlah 32,288 31,522 63,81

Sumber : Data Sasaran Puskesmas Sosial Tahun 2018

4. Keadaan Ekonomi

Di wilayah kerja Puskesmas Sosial kebanyakan pekerjaan penduduk PNS

6.868 jiwa, ABRI 565 jiwa, wiraswasta 2.787 jiwa, , BUMN 686 jiwa, pensiunan

311 jiwa, dagang 2.184 jiwa, swasta 12.291 jiwa, wirakawuri 93 jiwa, tani, 750

jiwa, jasa 1.444 jiwa, pelajar 12.198 dan mahasiswa 4.538 jiwa. Lainnya 13.995

jiwa.

a. Tindakan Medik Ringan

Jahitan Luka Penjahitan, Jahitan Luka dalam Penjahitan, Ganti Verban,

Insisi Abses, Sirkumvisi/ Khitanan, Tindik Daun Telinga, Pemasangan dan

Pencabutan IUD, Pemasangan Implant, Pencabutan Implant, Penyuntikan

ATS, Eksplorasi Luka, Ekstresi Benda Asing pada THT, Elektro Kardiologi

(EKG), Pasang Kateter, Pasang Infus, O2 dalam / 15 menit, Ekstrasi kuku,

Pasang Bidai, Pemeriksaan IVA (Insfeksi Visual Asam Asetat)

b. Tindakan Medik Gigi

1) Pencabutan Gigi

Pencabutan gigi sulung, pencabutan gigi untuk satu gigi graham kesatu,

pencabutan gigi untuk satu gigi graham kedua, pencabutan gigi untuk

satu gigi permanan depan, pencabutan gigi untuk satu gigi kedelapan/

graham

2) Insisi Abses Gigi

3) Tumpatan Gigi

Tumpatan gigi sementara, tumpatan gigi dengan glassionomer.

Page 35: LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN TAHUN ......Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

26

c. Pemeriksaan Penunjang Diagnostik

1) Darah rutin

Pemeriksaan Hb (Hemoglobin), pemeriksaan hitung jumlah leukosit,

pemeriksaan hitung jumlah trombosit,pemeriksaan hitung jumlah

eritrosit, pemeriksaan hitung jumlah hematocrit, pemeriksaan hitung

jenis leukosit (Differential Count Darah), pemeriksaan hematologi

2) Golongan Darah Rutin, Dahak/ Sputum, Malaria, Rhesus, Tes Kehamilan,

Reduksi Urine, Protein Urine, Gula Darah (GDS), Asam Urat, Kolesterol.

5. Tenaga Kesehatan

Jumlah tenaga kesehatan Puskesmas Sosial dapat dilihat pada tabel 7

berikut ini.

Tabel 7

Distribusi Ketenagaan Puskesmas Sosial Palembang

No Tenaga Jumlah (orang)

1 Dokter Umum 3

2 Dokter Gigi 1

3 Perawat 10

4 Perawat gigi 1

5 Bidan 13

6 Kesehatan Masyarakat 3

7 Apoteker 2

8 Ahli Gizi 2

9 Analis Laboratorium 1

10 Sanitarian 1

Sumber : Profil Puskesmas Sosial 2018

B. Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang diamati dalam penelitian ini terdiri dari

tiga variabel, diantaranya adalah jenis kelamin, pekerjaan dan pendidikan.

1. Jenis Kelamin

Karakteristik responden menurut jenis kelamin dikategorikan menjadi

dua yaitu laki-laki dan perempuan. Distribusi frekuensi responden menurut

umur dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini.

Page 36: LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN TAHUN ......Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

27

Tabel 8 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin

Jenis kelamin n %

Laki-Laki 30 37.5

Perempuan 50 62.5

Total 80 100

Berdasarkan tabel 8 diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar

responden adalah perempuan yaitu 62.5% dan laki-laki 37.5%.

Hal ini sesuai dengan penelitiaan Erniati (2013) yang menyatakan bahwa

penderita Diabetes mellitus berjenis kelamin perempuan sebesar 78,9%, lebih

tinggi dari responden berjenis kelamin laki-laki. Perempuan lebih banyak

menderita Diabetes mellitus karena sebagian besar perempuan memiliki berat

badan yang berlebih dan setelah dilakukan recall makanan, responden

perempuan lebih banyak mengkonsumsi karbohidrat dan lemak sehingga

terjadinya penumpukan lemak dalam tubuh dan memicu timbulnya obesitas.

Menurut Irawan (2010), bahwa perempuan lebih berisiko mengidap

diabetes karena secara fisik perempuan memiliki peluang peningkatan indeks

massa tubuh yang lebih besar karena Insulin berfungsi untuk metabolisme gula

dalam darah. Timbunan lemak yang berlebihan di dalam tubuh penderita

obesitas dapat mengakibatkan resistensi insulin yang berpengaruh terhadap

kadar gula darah penderita diabetes mellitus dan sindroma siklus bulanan

(premenstrual syndrome), pasca-menopouse yang membuat distribusi lemak

tubuh menjadi mudah terakumulasi akibat proses hormonal tersebut, sehingga

perempuan mudah terkena Diabetes mellitus Tipe II.

2. Pekerjaan

Karakteristik responden menurut pekerjaan dikategorikan menjadi enam

yaitu pensiunan/tidak bekerja, PNS/TNI/Polri, wiraswasta/pedagang laki-laki dan

perempuan. Distribusi frekuensi responden menurut umur dapat dilihat pada

tabel 9.

Page 37: LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN TAHUN ......Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

28

Tabel 9 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pekerjaan

Pekerjaan n %

Pensiunan/Tidak Bekerja 17 21.3

PNS/TNI/Polri 2 2.5

Wiraswasta/Pedagang 12 15.0

Pegawai Swasta 6 7.5

Ibu Rumah Tangga 39 48.8

Buruh 4 5.0

Total 80 100

Berdasarkan tabel 9 diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar

responden adalah ibu rumah tangga yaitu 48.8%.

3. Pendidikan

Karakteristik responden menurut pendidikan dikategorikan menjadi empat

SD, SLTP, SLTA dan Akademi / Perguruan Tinggi. Distribusi frekuensi

responden menurut pendidikan dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10

Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pendidikan

Pendidikan n %

Dasar 29 36.3

Menengah 43 53.7

Tinggi 8 10.0

Total 80 100

Pendidikan dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu pendidikan dasar

(tidak sekolah, SD tidak tamat, SD dan SLTP), Pendidikan menengah (SLTA)

dan pendidikan tinggi (Akademi/PT).

Berdasarkan tabel 10 diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar

responden termasuk pada kategori berpendidikan menengah yaitu sebesar

53,7%.

Page 38: LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN TAHUN ......Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

29

Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden dengan

tingkat pendidikan menegah belum mengetahui tentang apa sebenarnya yang

dimaksud dengan diet Diabetes mellitus yang selama ini dianjurkan ahli gizi

selama mereka melakukan konsultasi di Puskesmas Sosial.

Tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kejadian penyakit

Diabetes Melitus Tipe II. Orang yang tingkat pendidikannya tinggi biasanya akan

memiliki banyak pengetahuan tentang kesehatan, dengan adanya pengetahuan

tersebut oarang akan memiliki kesadaran dalam menjaga kesehatannya (Irawan,

2010).

Menurut Ramadahan (2015), peningkatan kejadian diabetes didorong

oleh faktor pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap kejadian Diabetes

mellitus. Orang dengan pendidikan tinggi biasanya memiliki pengetahuan

banyak tentang kesehatan dan orang yang memiliki tingkat pendidikannya

rendah biasanya kurang pengetahuan. Dengan adanya pengetahuan tersebut

orang akan memiliki kesadaran untuk menjaga kesehatan.

4. Riwayat Keluarga

Karakteristik responden menurut riwayat penyakit dalam keluarga

dikategorikan menjadi dua yaitu ada dan tidak ada menderita Diabetes mellitus.

Distribusi frekuensi responden menurut riwayat penyakit keluarga dapat dilihat

pada tabel 11.

Tabel 11

Distribusi Frekuensi Responden Menurut Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat Penyakit Keluarga n %

Ada 35 43.8

Tidak ada 45 56.3

Total 80 100

Berdasarkan Tabel 11 diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar

responden tidak mempunyai riwayat keluarga yang menderita Diabetes mellitus

yaitu sebesar 56.3%.

Page 39: LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN TAHUN ......Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

30

C. Analisis Univariat

Analisa univariat digunakan untuk mendeskripsikan setiap variabel yang

diteliti. Pendeskripsian tersebut dapat dilihat pada gambaran distribusi frekuensi

dari variabel yang diteliti yaitu kadar glukosa darah, asupan serat, indeks

glikemik pangan, status gizi (IMT, lingkar pinggang, komposisi lemak tubuh dan

lemak visera) yang disajikan dalam bentuk tabel frekuensi.

1. Kadar Glukosa Darah Responden

Kadar glukosa darah responden yang diambil adalah glukosa darah

sewaktu yang dikategorikan menjadi dua yaitu tinggi (hiperglikemia) dan

normal. Distribusi frekuensi responden menurut kadar glukosa darah sewaktu

dapat dilihat pada tabel 12.

Tabel 12

Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kadar Glukosa Darah

Kadar Glukosa Darah n %

Hiperglikemia 48 60.0

Normal 32 40.0

Total 80 100

Berdasarkan tabel 12 dapat dilihat bahwa sebagian besar kadar

glukosa darah responden di Puskesmas Sosial Palembang memiliki kadar

glukosa darah dengan kategori hiperglikemia sebanyak 48 responden

(60.0%).

2. Asupan Serat Responden

Distribusi frekuensi asupan serat dapat dilihat pada tabel 13 berikut ini.

Tabel 13 Distribusi Frekuensi Asupan Serat Responden

Asupan Serat n %

Kurang 54 67.5

Baik 26 32.5

Total 80 100

Page 40: LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN TAHUN ......Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

31

Berdasarkan tabel 13 dapat dilihat bahwa sebagian besar asupan

serat responden kurang yaitu sebanyak 54 responden (67.5%).

3. Indeks Glikemik Pangan Responden

Distribusi frekuensi asupan indeks glikemik pangan responden dapat

dilihat pada tabel 14.

Tabel 14 Distribusi Frekuensi Indeks Glikemik Pangan Responden

Indeks Glikemik Pangan N %

Rendah 1 1.3

Sedang 10 12.5

Tinggi 69 86.2

Total 80 100

Berdasarkan tabel 14 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden

mengonsumsi makanan yang memiliki indeks glikemik pangan tinggi yaitu

sebanyak 69 responden (86.2%).

4. Status Gizi Responden

Penilaian status gizi responden di Puskesmas Sosial Palembang diukur

menggunakan indeks massa tubuh (IMT), lingkar pinggang, komposisi lemak

tubuh dan lemak visceral.

a. Status Gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT)

Distribusi frekuensi Indeks massa tubuh dapat dilihat pada tabel 15

berikut ini.

Tabel 15

Distribusi Frekuensi Status Gizi Berdasarkan IMT

Indeks Massa Tubuh n %

Kurus 1 1.3 Normal 36 45.0 Overweight 16 20.0 Obesitas 27 33.7

Total 80 100

Page 41: LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN TAHUN ......Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

32

Berdasarkan tabel 15 dapat dilihat bahwa sebagian besar status gizi

responden berdasarkan IMT dengan kategori normal yaitu sebanyak 36

responden (45.0%).

b. Status Gizi berdasarkan Lingkar Pinggang

Distribusi frekuensi status gizi berdasarkan lingkar pinggang dapat

dilihat pada tabel 16 berikut ini.

Tabel 16

Distribusi Frekuensi Status Gizi berdasarkan Lingkar Pinggang

Lingkar Pinggang n %

Obesitas 46 57.5

Normal 34 42.5

Total 80 100

Berdasarkan tabel 16 dapat dilihat bahwa sebagian besar status gizi

responden berdasarkan pengukuran lingkar pinggang dengan kategori

obesitas yaitu sebanyak 46 responden (57.5%).

c. Status Gizi Responden Komposisi Lemak Tubuh

Distribusi frekuensi status gizi berdasarkan komposisi lemak tubuh

dapat dilihat pada tabel 17.

Tabel 17

Distribusi Frekuensi Status Gizi berdasarkan Komposisi Lemak Tubuh

Komposisi Lemak Tubuh n %

Kurus 3 3.7

Normal 42 52.5

Lebih 35 43.8

Total 80 100

Berdasarkan tabel 17 dapat dilihat bahwa sebagian besar status gizi

responden berdasarkan komposisi lemak tubuh dengan kategori normal yaitu

sebanyak 42 responden (52.5%).

Page 42: LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN TAHUN ......Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

33

d. Status Gizi Responden Lemak Viseral

Distribusi frekuensi status gizi berdasarkan lemak visceral dapat dilihat

pada tabel 18.

Tabel 18

Distribusi Frekuensi Status Gizi berdasarkan Lemak Viseral

Lemak Viseral N %

Obesitas 44 55.0

Normal 36 45.0

Total 80 100

Berdasarkan tabel 18 dapat dilihat bahwa sebagian besar status gizi

responden berdasarkan lemak viseral dengan kategori obesitas yaitu sebanyak

44 responden (55.0%).

D. Analisis Bivariat

1. Hubungan antara Asupan Serat dengan Kadar Glukosa Darah pada Pasien

Diabetes Mellitus

Hubungan antara asupan serat dengan kadar glukosa darah pada

pasien Diabetes mellitus di Puskesmas Sosial Palembang dapat dilihat pada

tabel 19.

Tabel 19

Hubungan antara Asupan Serat dengan Kadar Glukosa Darah pada Pasien

Diabetes Mellitus

Asupan Serat

Glukosa Darah Jumlah

P value

OR Hiperglikemia Normal

n % n % n %

Kurang 37 68.5 17 31.5 54 100 0.025 2.968

Baik 11 42.3 15 57.7 26 100

Total 48 60.0 32 40.0 80 100

Berdasarkan tabel 19 dapat dilihat bahwa pasien dengan kadar glukosa

darah yang tinggi (hiperglikemia) banyak terjadi pada pasien dengan asupan

serat kurang yaitu sebesar 68.5% dibandingkan dengan pasien dengan

asupan serat baik (11,1%).

Page 43: LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN TAHUN ......Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

34

Dari hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square

didapatkan nilai p = 0,025 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan

yang signifikan antara asupan serat dengan kadar glukosa darah pada

pasien Diabetes mellitus.

Hasil penelitian ini sama dengan yang dilakukan oleh Muliani (2013)

yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara asupan serat

dengan kadar gula darah pasien.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Bintanah, dkk (2012)

menyatakan bahwa ada hubungan antara asupan serat dengan kadar glukosa

darah. Semakin rendah asupan serat, maka semakin tinggi kadar glukosa

darah. Hal tersebut dikarenakan serat pangan mampu menyerap air dan

mengikat glukosa, sehingga mengurangi ketersediaan glukosa. Serat juga

dapat mengikat kelebihan serta membuang glukosa darah (Witasari, 2009).

Kandungan serat yang tinggi dalam makanan mempunyai indeks

glikemik yang rendah sehingga dapat memperpanjang pengosongan lambung

yang dapat menurunkan sekresi insulin dan kolesterol total dalam tubuh.

2. Hubungan antara Indeks Glikemik Pangan dengan Kadar Glukosa Darah

pada Pasien Diabetes Mellitus

Hasil analisis mengenai hubungan antara asupan indeks glikemik

pangan dengan kadar glukosa darah dapat dilihat pada tabel 20.

Tabel 20

Hubungan antara Asupan Indeks Glikemik Pangan dengan

Kadar Glukosa Darah pada Pasien Diabetes Mellitus

Asupan Indeks Glikemik Pangan

Glukosa Darah Jumlah

P value OR Hiperglikemia Normal

N % N % n %

Tinggi 45 65.2 24 34.8 69 100 0.018 5.000

Sedang 3 27.3 8 72. 11 100

Total 48 60.0 32 40.0 80 100

Berdasarkan tabel 20 dapat dilihat bahwa pasien dengan kadar glukosa

darah yang tinggi (hiperglikemia) banyak terjadi pada pasien dengan asupan

Page 44: LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN TAHUN ......Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

35

indeks glikemik pangan tinggi yaitu sebesar 65.2% dibandingkan dengan

pasien dengan asupan indeks glikemik sedang (27.3%).

Dari hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square

didapatkan nilai p = 0,018 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan

yang signifikan antara asupan indeks glikemik dengan kadar glukosa darah

pada pasien Diabetes mellitus.

Hasil penelitian ini sama dengan yang dilakukan oleh Astuti, Ani dan

Maulani (2017) yang menyatakan bahwa indeks glikemik pangan yang tinggi

mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kadar glukosa darah pasien

DM tipe II.

Willet et al., (2002.) menyatakan bahwa makanan yang mengandung

indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

penurunan kerja pangkreas karena memproduksi insulin lebih banyak.

Makanan yang mengandung indeks glikemik pangan yang tinggi banyak

terdapat pada makanan dan minuman yang manis karena banyak

mengandung glukosa yang sangat tinggi.

Menurut Rimbawan dan Siagian (2004) banyak pangan

berkarbohidrat seperti beras, kentang dan roti yang dapat dicerna dan

diserap sangat cepat sehingga dapat meningkatkan kadar glukosa darah.

Karbohidrat dalam pangan yang dapat dipecah dengan cepat selama proses

percernaan memiliki indeks glikemik tinggi. Jika karbohidrat dalam pangan

dipecah secara lambat sehingga pelepasan glukosa ke dalam darah berjalan

lambat memiliki indeks glikemik rendah.

Oba et al., (2013) menyatakan bahwa konsumsi makanan yang

mengandung indeks glikemik (IG) yang tinggi secara sering berhubungan

positif terhadap peningkatan risiko kejadian DM. Mirmiran et al., (2014)

menyatakan bahwa konsumsi makanan manis seperti biskuit, cake, coklat,

permen, dan minuman ringan dapat meningkatkan asupan kalori dan

berpengaruh terhadap kejadian metabolik sindrom dengan indikator

peningkatan glukosa darah puasa, lingkar pinggang yang berlebih, HDL

kolesterol yang rendah, peningkatan kolesterol LDL dan trigliserida.

Page 45: LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN TAHUN ......Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

36

3. Hubungan antara Status Gizi dengan Kadar Glukosa Darah pada Pasien

Diabetes Mellitus

Pada penelitian ini status gizi menggunakan indikator berdasarkan

Indeks Massa Tubuh (IMT), lingkar pinggang, komposisi lemak tubuh dan

lemak viseral. Hubungan antara status gizi dengan dengan kadar glukosa

darah pada pasien Diabetes mellitus di Puskesmas Sosial Palembang

dapat dilihat pada tabel 21, 22, 23 dan 24 berikut ini.

a. Hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan Kadar Glukosa Darah

Pada Pasien Diabetes Mellitus

Tabel 21

Hubungan antara IMT dengan Kadar Glukosa Darah

pada Pasien Diabetes Mellitus

Indeks Massa Tubuh

Glukosa Darah Jumlah

P value

OR Hiperglikemia Nomal

N % N % n %

Obesitas 27 62.8 16 37.2 43 100 0.583 -

Normal 21 56.8 16 43.2 37 100

Total 48 60.0 32 40.0 80 100

Berdasarkan tabel 21 dapat dilihat bahwa pasien dengan kadar

glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia) terjadi pada pasien dengan

indeks massa tubuh yang obesitas yaitu sebesar 62.8% dan pasien

dengan IMT normal (56.8%).

Dari hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square

didapatkan nilai p = 0,583 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada

hubungan yang signifikan antara status gizi berdasarkan IMT dengan

kadar glukosa darah pada pasien Diabetes mellitus.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Yunianto (2015) yang

menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara IMT

dengan kadar glukosa darah. Jerant et al., (2015) menyatakan bahwa

IMT yang berlebih pada orang DM akan memiliki kaitan yang erat

terhadap status kesehatan fisik yang lebih buruk dibandingkan dengan

seseorang yang tidak DM. Status kesehatan fisik yang semakin buruk

akan memperparah kondisi pasien dan akan menyebabkan kematian.

Page 46: LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN TAHUN ......Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

37

b. Hubungan antara Lingkar Pinggang dengan Kadar Glukosa Darah

pada Pasien Diabetes Mellitus

Tabel 22

Hubungan antara Lingkar Pinggang dengan Kadar Glukosa Darah

pada Pasien Diabetes Mellitus

Lingkar Pinggang

Glukosa Darah Jumlah

P value

OR Hiperglikemia Normal

N % N % N %

Obesitas 39 84.8 7 15.2 46 100 0.000 15.476

Normal 9 26.5 25 73.5 34 100

Total 48 60.0 32 40.0 80 100

Berdasarkan tabel 22 dapat dilihat bahwa pasien dengan kadar

glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia) banyak terjadi pada pasien

dengan lingkar pinggang yang obesitas yaitu sebesar 84.8% dibandingkan

dengan pasien dengan lingkar pinggang yang normal (26.5%).

Dari hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square

didapatkan nilai p = 0.000 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan

yang signifikan antara status gizi berdasarkan lingkar pinggang dengan

kadar glukosa darah pada pasien Diabetes mellitus.

Hasil penelitian ini tidak sama dengan penelitian yang dilakukan

Manungkalit, dkk (2015) dan Yunianto (2015) yang menyatakan bahwa

tidak ada hubungan besarnya nilai lingkar pinggang dengan nilai kadar gula

darah.

Penelitian Meisinger et al., (2006) menunjukkan bahwa lingkar

pinggang berpengaruh terhadap kejadian DM tipe 2. Pria yang memiliki

lingkar pinggang lebih dari 90 cm dan wanita yang memiliki lingkar

pinggang lebih dari 80 cm memiliki risiko terhadap kejadian DM.

Zhang et al., (2013) menyebutkan bahwa obesitas sentral sangat

berpengaruh terhadap status glukosa darah. Obesitas sentral dapat diukur

berdasarkan ukuran lingkar pinggang yang merupakan indikator obesitas

viseral dan terkait dengan kejadian gangguan metabolik. Oleh karena itu,

Page 47: LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN TAHUN ......Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

38

mempertahankan status gizi normal pada usia paruh baya harus

dipertahankan agar terhindar dari kejadian obesitas.

DM Tipe 2 sangat erat hubungannya dengan obesitas.

Berdasarkan laporan International Diabetes Foundation (IDF) tahun 2011

menunjukkan bahwa 80% dari penderita diabetes memliki berat badan

berlebih. Pada orang yang obesitas, terdapat kelebihan kalori akibat makan

yang berlebih sehingga menimbulkan penimbunan lemak di jaringan kulit.

Resistensi insulin akan timbul pada daerah yang mengalami penimbunan

lemak sehingga akan menghambat kerja insulin di jaringan tubuh dan otot.

Hal ini menyebabkan glukosa tidak dapat diangkat ke dalam sel sehingga

akan meningkatkan kadar glukosa dalam darah. Mc Wright (2008) dalam

Adnan (2013) menjelaskan bahwa timbunan lemak bebas yang tinggi

dapat menyebabkan meningkat-nya up-take sel terhadap asam lemak

bebas dan memacu oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat

penggunaan glukosa dalam otot.

c. Hubungan antara Komposisi Lemak Tubuh dengan Kadar Glukosa Darah

pada Pasien Diabetes Mellitus

Tabel 23

Hubungan antara Komposisi Lemak Tubuh dengan

Kadar Glukosa Darah pada Pasien Diabetes Mellitus

Komposisi Lemak Tubuh

Glukosa Darah Jumlah p

value OR Hiperglikemia Normal

N % n % N %

Obesitas 26 74.3 9 25.7 35 100 0.021 3.020

Normal 22 48.9 23 51.1 45 100

Total 48 60.0 32 40.0 80 100

Berdasarkan tabel 23 dapat dilihat bahwa pasien dengan kadar

glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia) banyak terjadi pada pasien

dengan komposisi lemak tubuh yang obesitas yaitu sebesar 74.3%

dibandingkan dengan pasien dengan komposisi lemak tubuh yang normal

(48.9%).

Dari hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square

didapatkan nilai p = 0.021 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan

Page 48: LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN TAHUN ......Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

39

yang signifikan antara status gizi berdasarkan komposisi lemak tubuh

dengan kadar glukosa darah pada pasien Diabetes mellitus.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Soniya et al., (2014)

yang menyatakan bahwa komposisi lemak tubuh memiliki hubungan

dengan kadar gukosa darah dan berperan dalam terjadinya DM mellitus

tipe 2. Komposisi lemak tubuh wanita lebih tinggi daripada pria sehingga

wanita lebih berisiko terhadap terjadinya DM tipe 2.

Waspadji (2004) menyatakan bahwa timbunan lemak yang

berlebih didalam tubuh dapat mengakibatkan resistensi insulin yang

berpengaruh terhadap kadar gula darah penderita diabetes melitus.

d. Hubungan antara Lemak Viseral dengan Kadar Glukosa Darah pada

Pasien Diabetes Mellitus

Tabel 24

Hubungan antara Lemak Viseral dengan Kadar Glukosa Darah

pada Pasien Diabetes Mellitus

Lemak Viseral

Glukosa Darah Jumlah

p value OR Hiperglikemia Normal

n % n % n %

Obesitas 33 75.0 11 25.0 44 100 0.002 4.200

Normal 15 41.7 21 58.3 36 100

Total 48 60.0 32 40.0 80 100

Berdasarkan tabel 24 dapat dilihat bahwa pasien dengan kadar

glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia) banyak terjadi pada pasien

dengan lemak viseral yang obesitas yaitu sebesar 75.0% dibandingkan

dengan pasien yang lemak viseralnya normal (41.7%).

Dari hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square

didapatkan nilai p = 0. 002, maka dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara status gizi berdasarkan lemak viseral

dengan kadar glukosa darah pada pasien diabetes mellitus.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Anjana et al., (2004)

yang menyatakan bahwa lemak viseral memiliki korelasi yang kuat

Page 49: LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN TAHUN ......Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

40

terhadap kadar glukosa darah pada DM. Lemak viseral yang tinggi pada

seseorang memiliki hubungan yang lebih tinggi terhadap kadar glukosa

darah.

Lemak viseral adalah salah satu dari dasar kondisi klinis pada

kejadian metabolik sindrom yang merupakan penyebab terjadinya risiko

penyakit kardiovaskular seperti DM, dyslipidemia dan peningkatan

tekanan darah (Unno et al., 2012). Obesitas viseral memiliki hubungan

yang tinggi dengan kejadian DM tipe 2 dan resistensi insulin dianggap

sebagai penyebab peningkatan angka kesakitan di dunia (Tchemof A

and Despres, 2013).

Lemak viseral berbanding lurus terhadap diameter lingkar perut

dan komposisi lemak abdominal. Lemak viseral dan lemak abdominal

berasosiasi terhadap kejadian DM tipe 2. Lemak viseral dan lemak

abdominal keduanaya berkorelasi satu sama lain terhadap lingkar

pinggang dan diameter sagital perut (saggital abdominal diameter/SAD).

Page 50: LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN TAHUN ......Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

41

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Sebagian besar kadar glukosa darah responden di Puskesmas Sosial

Palembang memiliki kadar glukosa darah tinggi (hiperglikemia) yaitu

sebanyak 48 responden (60.0%).

2. Sebagian besar asupan serat responden kurang yaitu sebanyak 54

responden (67.5%).

3. Sebagian besar responden mengonsumsi makanan yang memiliki indeks

glikemik pangan tinggi yaitu sebanyak 69 responden (86.2%).

4. Sebagian besar status gizi responden berdasarkan IMT dengan kategori

normal yaitu sebanyak 36 responden (45.0%).

5. Sebagian besar status gizi responden berdasarkan pengukuran lingkar

pinggang dengan kategori obesitas yaitu sebanyak 46 responden

(57.5%).

6. Sebagian besar status gizi responden berdasarkan komposisi lemak

tubuh dengan kategori normal yaitu sebanyak 42 responden (52.5%).

7. Sebagian besar status gizi responden berdasarkan lemak viseral dengan

kategori obesitas yaitu sebanyak 44 responden (55.0%).

8. Ada hubungan yang signifikan antara asupan serat dengan kadar

glukosa darah pada pasien Diabetes mellitus.

9. Ada hubungan yang signifikan antara asupan indeks glikemik pangan

dengan kadar glukosa darah pada pasien Diabetes mellitus.

10. Tidak ada hubungan yang signifikan antara status gizi berdasarkan

Indeks Massa Tubuh dengan kadar glukosa darah pada pasien Diabetes

mellitus.

11. Ada hubungan yang signifikan antara status gizi berdasarkan lingkar

pinggang dengan kadar glukosa darah pada pasien Diabetes mellitus.

12. Ada hubungan yang signifikan antara status gizi berdasarkan komposisi

lemak tubuh dengan kadar glukosa darah pada pasien Diabetes mellitus.

Page 51: LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN TAHUN ......Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

42

13. Ada hubungan yang signifikan antara status gizi berdasarkan lemak

viseral dengan kadar glukosa darah pada pasien diabetes mellitus.

C. Saran

1. Gaya hidup merupakan hal yang penting dalam mengontrol kadar glukosa

darah pada pasien DM. Pasien diharapkan dapat menerapkan gaya hidup

sehat seperti mengonsumsi makanan yang tinggi serat yang banyak

terdapat dalam sayur dan buah, mengurangi mengonsumsi makanan/

minuman yang mengandung indeks glikemiks yang tinggi serta banyak

melakukan aktivitas fisik supaya dapat menurunkan berat badan.

2. Petugas kesehatan sebaiknya dapat memberikan konsultasi dan

penyuluhan tentang gaya hidup yang sehat kepada pasien agar kadar

glukosa darah terkontrol.

Page 52: LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN TAHUN ......Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

43

DAFTAR PUSTAKA

Adnan M, Mulyati T, Isworo JT. 2013. Hubungan Indeks massa tubuh (IMT) dengan kadar gula darah penderita diabetes melitus (DM) tipe 2 rawat jalan di RS tugurejo semarang. Jurnal Gizi Muhammadiyah Semarang.

Amanina A. 2015. Hubungan Asupan Karbohidrat dan Serat dengan Kejadian

Diabetes Mellitus Tipe II di Wilayah Kerja Purwosari. Surakarta.

Almatsier S. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

American Diabetes Association. 2014. Genetics of Diabetes.

http://www.diabetes.org/diabetes.basics/genetics-of-diabetes.html.

Diakses tanggal 8 Februari 2018.

_____________________. 2016. Diagnosing Diabetes and Learning About

Prediabetes. http://www.diabetes.org/diabetes-basics/diagnosis. Diakses

tanggal 8 Februari 2018.

Anjana M, Sandeep S, Deepa R, Vimaleswaran Ks, Farooq S, Mohan V. 2004. Visceral and central abdominal fat and anthropometry in relation to diabetes in Asian Indians. Diabetes Care 27 (12): 2948–2953.

Arif M. 2014. Obesitas dan Kelebihan berat badan berhubungan dengan risiko

Kejadian DM Tipe 2. htt2p://digilib.unila.ac.id/2447/11/BAB%2011.pdf.

Diakses tanggal 23 Januari 2018.

Assah F, Mbanya JC, Ekelund U, Wareham N, BrageS. 2015. Patterns and correlates of objectively measured free-living physical activity in adults in rural and urban Cameroon. J Epidemiol Community Health.0:1–8. doi:10.1136/jech-2014-205154.

Astawan T. 2012. Sehata Bersama Aneka Serat Pangan Alami. Tiga Serangkai:

Solo.

Bintanah S. 2012. Asupan Serat dengan Kadar Gula Darah, Kolesterol Total dan

Status Gizi pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Rumah Sakit

Roemani Semarang.

Corwin EJ. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC (E-Book).

http://pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.pdf. Diakses tanggal 26

Januari 2018.

Page 53: LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN TAHUN ......Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

44

Daniels R dan Nicoll LH. 2012. Contemporary Medical Surgical Nursing Second

Editions. Delmar: Cengage Learning, Canada: 1591-1614

Departemen Kesehatan RI. 2001.Pedoman Pengendalian Diabetes Mellitus dan

Penyakit Metabolik. Jakarta (ID).

___________. 2008. Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta (ID): Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.

Dinas Kesehatan Kota Palembang. 2013. Profil Dinas Kesehatan Palembang

Tahun 2013. http://dinkes.palembang.go.id/tampung/dokumen/dokumen-

122-166.pdf. Diakses tanggal 6 Februari 2018.

Fatiman RN. 2015. Diabetes Mellitus Tipe 2.

http://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/31787259/511-570-

1-PB. Diakses tanggal 10 Februari 2018.

International Diabetes Federation. 2011. Diabetes Evidence Demands Real Action From The Un Summit On Non-Communicable Diseases. [http://www.idf.org/diabetes-evidence-demands-real-action-un-summit-non-communicable-diseases].

International Diabetes Federation (IDF). 2015. IDF Diabetes Atlas Sixth Edition.

http://www.idf.org/diabetes-evidence-demands-realaction-unsummit-non-

communicable-disease. Diakses tanggal 12 Januari 2018.

Irawan D. 2010. Prevalensi dan Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2

di Daerah Urban Indonesia (Analisa Data Sekunder Riskesdas 2007).

Thesis Universitas Indonesia.

Jerant A, Bertakis KD, Franks P. 20015. Body mass index and health status in diabetic and non-diabetic individuals. Nutrition & Diabetes. 5: e152. doi:10.1038/nutd.2015.2.

Kementerian Kesehatan. 2011. Petunjuk Teknis Pengukuran Faktor Risiko

Diabetes Melitus. Jakarta (ID) : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta (ID):

Badan Penelitian Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.

Meisinger C, Döring A, Thorand B, Heier M, Löwel H. 2006. Body fat distribution and risk of type 2 diabetes in the general population: are there differences between men and women? The MONICA/KORA Augsburg Cohort Study. Am J Clin Nutr.84:483–489.

Page 54: LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN TAHUN ......Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

45

Mirarefin M, Sharifi F, Fakhrzadeh F, Amini MR, Ghaderpanahi M, Shoa NZ, Badamchizadeh Z, TajalizadeKhoob Y, Nazari N, Larijani B. 2014. Waist circumference and insulin resistance in elderly men: an analysis of Kahrizak elderly study. Journal of Diabetes & Metabolic Disorders. 13 (28) : 1-7.

Mirmiran P, Bahadoran Z, Delshad H, Azizi F. 2014. Effects of energy-dense

nutrient-poor snacks on the incidence of metabolic syndrome: A prospective approach in Tehran Lipid and Glucose Study. Nutrition. 30 : 538–543. doi: 10.1016/j.nut.2013.09.014.

Monro JA, Shaw M. 2008. Glycemic impact, glycemic glucose equivalents,

glycemic index, and glycemic load: definitions, distinctions, and implications. Am J Clin Nutr. 87(suppl): 237S–43S.

Manungkalit M, Kusnanto, Ana DAP. 2015. Hubungan Lingkar Pinggang Dengan

Faktor Risiko Diabetes Mellitus (Tekanan Darah, Kadar Gula Darah Dan Indeks Massa Tubuh) Pada Usia Dewasa Awal Di Wilayah Kecamatan Gerih Kabupaten Ngawi. Jurnal Ners LENTERA, Vol. 3, No. 1.

Muliani U. 2013. Asupan Zat-Zat Gizi dan Kadar Gula Darah Penderita DM Tipe

2 Di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Jurnal Kesehatan, Volume IV, Nomor 2,325-332

Nurgajayanti C. 2017. Hubungan antara Status Gizi, Asupan Karbohidrat, Serat

dan Aktivitas Fisik dengan Kadar Glukosa Darah pada Pasien Rawat

Jalan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Puskesmas Jetir Kota Yogyakarta.

Oba S, Nanri A, Kurotani K, Goto A, Kato M, Mizoue T, Noda M, Inoue M, Tsugane S. 2013. Dietary glycemic index, glycemic load and incidence of type 2 diabetes in Japanese men and women: the Japan public health center-based prospective study. Nutrition Journal.12(165) : 1 – 10.

PERKENI. 2015. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus

Tipe 2 di Indonesia 2015. http://pbperkeni.or.id/doc/konsensus.pdf.

Diakses tanggal 4 Februari 2018..

Pusparini. 2007. Obesitas Sentral, Sindroma Metabolik dan Diabetes Mellitus

Tipe 2. File://C:/Users/user/Downloads/312-630-1-SM%20(4).pdf. Diakses

30 Desember 2017.

Rimbawan dan Siagian. 2004. Indeks Glikemik Pangan. Bogor : Penebar

Swadaya.

Rosalina. 2008. Hubungan asupan karbohidrat, serat, dan indeks massa tubuh (IMT) dengan kadar glukosa darah penderita diabetes melitus tipe 2 di RSUD dr. agoesdjam ketapang. Artikel Penelitian Program Studi Imu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.

Page 55: LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN TAHUN ......Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

46

Soniya I, Devi MA, Rosemary S. 2014. Body composition in diabetes mellitus. IOSR Journal of Dental and Medical Sciences (IOSR-JDMS). 13(1-10): 68-70.

Supariasa IDN, Bakri B, Fajar I. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta (ID): Buku

Kedokteran EGC.

Tensiska. 2008. Serat Makanan. Jurusan Teknologi Industri Pangan. Fakultas

Teknologi Industri Pertanian. Universitas Padjadjaran. Jawa Barat.

Tobias DK, Jackson CL, O’Reilly EJ, Ding EL, Willett WC, Manson JE, Hu FB. 2014. Body-mass index and mortality among adults with incident type 2 diabetes. N Engl J Med. 370:233-44.doi: 10.1056/NEJMoa1304501.

Unno M, Furusyo N, Mukae H, Koga T, Eiraku K, Hayashi J. 2012. The utility of

viseral fat level by bioelectrical impedance analysis in the screening of metabolic syndrome. J Athreroscler Thromb. 19 : 462 – 470.

Voulgari C, Pagoni S, vinik A, Poirier P. 2012. Exercise improves cardiac

autonomic function in obesity and diabetes. Metabolism Clinical and Experimental. 62 : 602 – 621. doi : 10.1016/j.metabol.2012.09.005.

Wahyuni S. 2013. Diabetes Mellitus pada Perempuan Usia Reproduksi di

Indonesia. Program Studi Kesehatan Masyarakat.

Waspadji, Sarwono, Kartini Sukardji, Meida Oktarina. 2004. Pedoman Diet Diabetes Melitus.

Jakarta: Balai Penerbit FKUI. __________, Soewondo P, Subekti I, Soebandi S, Harbuwono DS, Pramono LA,

Supali T. 2013. Ende diabetes study: diabetes and its characteristics in rural areaEast Nusa Tenggara. Med J Indones. 22: 30 – 38.

Witasari U, Setianingrum R, Siti Z. 2009. Hubungan Tingkat Pengetahuan,

Asupan Karbohidrat dan Serat dengan Pengendalian Kadar Glukosa

Darah pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2. Jurnal penelitian Sains

dan Teknologi Vol. 10 No. 2. 2009: 130-138. Program Studi Gizi, Fakultas

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Wannamethee SG, Shaper AG, Walker M. 2004. Overweight and obesity and weight change in middle aged men: impact on cardiovascular disease and diabetes. J Epidemiol Community Health. 59:134–139. doi: 10.1136/jech.2003.015651.

Willett W, Manson J, Liu S. 2002.Glycemic index, glycemic load, and risk of type

2 diabetes. Am J Clin Nutr.76(suppl):274S–80S.

Yanita dkk. 2016. Obesitas Abdominal Sebagai Faktor Risiko Peningkatan Kadar

Glukosa Darah.

Page 56: LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN TAHUN ......Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

47

Yunianto AE. 2015. Pengetahuan, Gaya Hidup, Dan Status Gizi Serta Kaitannya Dengan Status Glukosa Darah Pada Pria Dan Wanita Perdesaan. Tesis Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Zhang L, Shen Y, Zhou J, Pan Jm, Yu Hy, Chen Hb, Li Q, Li M, Bao Yq, Jia Wp.

2014. Relationship between waist circumference and elevation of carotid intima-media thickness in newly-diagnosed diabetic patients. Biomed Environ Sci. 27(5): 335-342. doi: 10.3967/bes2014.058.

Page 57: LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN TAHUN ......Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

48

Lampiran 1. Kandungan Indeks Glikemik Pangan Berbagai Pangan

Jenis Nama Pangan Indeks

Glikemik

Ukuran

Saji

Kandungan KH

(g/ukuran saji)

Beban

Glikemik

Minuman

olahraga

Gatorade 65-91 250 ml 15 12

Isostar 55-85 250 ml 18 13

Sport plus 68-80 250 ml 17 13

Sustagen 34-52 250 ml 49 21

Milo, dilarutkan air 52-58 250 ml 16 9

Quik, cokelat 48-58 250 ml 7 4

Quik, stroberi 56-72 250 ml 8 5

Roti

Oat bread 60 30 g 19 12

Roti (tepung beras) 63-81 30 g 18 8

Roti, tepung gandum hitam 41-45 30 g 12 5

Roti, tepung terigu 50-56 30 g 20 10

Serealia

Barley (kanada) 24-26 150 g 42 11

Barley (hordeum vulgare) 37-49 150 g 42 26

Barley, cracked (Tunisia) 50 150 g 42 21

Barley, rolled (Australia) 61-71 150 g 38 25

Jagung 59 - - -

Beras putih 54-84 150 g 43 30

Terigu (india) 21-39 50 g 38 11

Terigu (Kanada) 42 50 g 33 14

Quick cooking wheat

(Australia)

43-65 150 g 47 25

Mie instan, didihkan 2

menit

46-48 180 g 40 19

Macaroni, didihkan 5 menit 45 180 49 22

Spageti, didihkan 7 menit 27-38 180 g 44-52 14-17

Dairy

product

Es krim 54-68 50 13 8

Susu 23-31 250 ml 12 3

Pudding 40-48 100 g 16 7

Yogurt, tidak spesifik

(Kanada)

32-40 200 ml 9 3

Yogurt, rendah lemak, gula

(Australia)

26-40 200 ml 31 10

Yogurt, bebas lemak

(Australia)

21-25 200 ml 14 3

Susu kedelai, full fat (3%) 39-49 250 ml 17 8

Susu kedelai, reduce fat

(1.5%), 120 Ca, light

41-47 250 ml 17 8

Yogurt kedelai, peach, dan

manga, 2% lemak, gula

47-53 200 ml 26 13

Polong dan

kacang-

kacangan

Buncis, didihkan 17 menit 24-32 150 g 25 7

Kacang polong, didihkan 22 150 g 9 2

Kacang kedelai 15-21 150 g 6 1

Kacang hijau 32 - - -

Kacang merah 27 - - -

Kacang tanah 23 - - -

Page 58: LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN TAHUN ......Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

49

Lampiran 2. Inform Consent

INFORM CONSENT

(SURAT PERNYATAAN BERSEDIA MENJADI RESPONDEN)

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Tanggal Lahir / Umur :

Jenis Kelamin :

Alamat :

Bersedia dan mau ikut berpartisipasi menjadi responden pada penelitian yang

berjudul: “Asupan Serat, Indeks Glikemik Pangan dan Status Gizi Pada

Pasien Diabetes Mellitus di Puskesmas Sosial Palembang”, yang dilakukan

oleh Saudara Eliza, S.Gz, M.Si (Dosen Prodi D III Gizi Poltekkes Kemenkes

Palembang).

Tindakan yang akan dilakukan adalah :

1. Wawancara konsumsi makanan

2. Pengukuran status gizi secara antropometri.

3. Pengukuran kadar glukosa darah

Responden berhak untuk mengetahui status gizi dan kadar glukosa

darahnya.

Responden

(……………………….)

Page 59: LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN TAHUN ......Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

50

Lampiran 3. Form Identitas Pasien

DATA IDENTITAS PASIEN

No. Responden : …………………………

Nama : …………………………

Tempat / Tgl lahir : …………………………

Jenis Kelamin : L / P

Alamat : ………………………………………………………………….

……………………………………………………………………

Pendidikan Terakhir :

1. SD 2. SLTP 3. SLTA 4. Akademi / PT

Pekerjaan :

1. Pensiunan / Tidak bekerja 2. PNS/TNI/Polri 3. Wiraswasta / Pedagang 4. Pegawai Swasta 5. Ibu Rumah Tangga 6. Buruh / Tukang

Pengukuran :

1. TB =…………………..cm 2. BB = ………………….kg 3. Lingkar pinggang = ………………….cm 4. Komposisi lemak tubuh = ……………….. 5. Lemak viseral =…………………

Page 60: LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN TAHUN ......Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

51

Lampiran 4. Form Recall

FORM RECALL KONSUMSI MAKANAN

Kode Sampel :

Nama Responden : ………………..

Hari/Tanggal :

Waktu

Makan

Hidangan Bahan Makanan Berat

URT Gram

Pagi

Selingan

Siang

Selingan

Malam

Selingan

Page 61: LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN TAHUN ......Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

52

Lampiran 5. Dokumentasi Kegiatan Penelitian

Foto Kegiatan Penelitian

Page 62: LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN TAHUN ......Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

53

Page 63: LAPORAN HASIL PENELITIAN CALON DOSEN TAHUN ......Willet et al., (2002) menyatakan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dapat meningkatkan resistensi insulin dan

54

Lampiran 6. Surat Izin Penelitian