laporan hasil observasi

54
LAPORAN HASIL OBSERVASI PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK DISUSUN OLEH NAMA : SATYA SADHU NIM : E1M 011 036 PRODI : PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI MATEMATIKAN DAN MIPA

Upload: devi-mimiko

Post on 05-Dec-2014

1.110 views

Category:

Documents


68 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN HASIL OBSERVASI

LAPORAN HASIL OBSERVASI

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

DISUSUN OLEH

NAMA : SATYA SADHU

NIM : E1M 011 036

PRODI : PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI MATEMATIKAN DAN MIPA

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

UNIVERSITAS MATARA

Page 2: LAPORAN HASIL OBSERVASI

2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia-NYA

kami dapat menyelesaikan tugas observasi ini dalam bidang studi Perkembangan

Peserta Didik yang bertemakan “Perkembangan Kognitif pada Remaja”

Mungkin dalam hasil observasi ini masih banyak memiliki kekurangan baik dari

segi penulisan, isi dan lain sebagainya. Maka kami sangat mengharapkan kritikkan dan

saran guna perbaikan untuk observasi di hari yang akan datang.

Demikianlah sebagai pengantar kata, dengan iringan serta harapan semoga

tulisan sederhana ini semoga dapat diterima dan bermanfaat bagi semua pembaca.

Khususnya bagi mahasiswa-mahasisiwi Fakultas Keguruaan dan Ilmu Pendidikan untuk

meningkatkan pengetahuan dan pengembangan keterampilan kependidikan demi

terciptanya pendidik professional.

Atas semua ini kami mengucapkan terimakasih bagi segala pihak yang telah ikut

membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Mataram, 21 Mei 2011

Penyusun

SATYA SADHU

Page 3: LAPORAN HASIL OBSERVASI

BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Peserta didik tidak pernah lepas dari belajar, baik di sekolah maupun dalam

lingkungan keluarga. Sehingga kemampuan kognitif sangat diperlukan peserta didik

dalam pendidikan. Perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek yang sangat

penting dalam perkembangan remaja. Kita ketahui bahwa peserta didik khususnya

remaja merupakan objek yang berkaitan langsung dengan proses pembelajaran,

sehingga perkembangan kognitif sangat menentukan keberhasilan peserta didik

dalam sekolah.

Menurut Piaget (dalam Santrock, 2001), seorang remaja termotivasi untuk

memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Dalam pandangan

Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, di mana informasi

yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka.

Remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting

dibanding ide lainnya, lalu remaja juga menghubungkan ide-ide tersebut. Seorang

remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja

mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru.

Dalam perkembangan kognitif di sekolah, guru sebagai tenaga kependidikan

yang bertanggung jawab dalam pengembangan kognitif peserta didik perlu memiliki

pemahaman yang sangat mendalam tentang perkembangan kognitif pada anak

didiknya.

Page 4: LAPORAN HASIL OBSERVASI

Orang tua juga tidak kalah penting dalam kognitif anak karena, perkembangan

dan pertumbuhan anak dimulai di lingkungan keluarga. Namun, sebagian pendidik

dan orang tua belum terlalu memahami tentang perkembangan kognitif anak, proses

perkembangan kognitif, bahkan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan

kognitif anak.

Melalui makalah ini saya mencoba untuk mengangkat masalah perkembangan

kognitif remaja agar guru dan orang tua dapat memberikan layanan pendidikan atau

melaksanakan proses pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan kognitif masing-

masing remaja dan melalui observasi ini saya mencoba mengetahui perkembangan

kognitif remaja pada zaman yang lebih modern ini.

B.RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian perkembangan kognitif pada remaja ?

2. Bagaimana proses perkembangan kognitif remaja?

3. Apa saja karakteristik perkembangan kognitif remaja?

4. Bagaimana perubahan kognitif remaja?

5. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan kognitif remaja ?

6. Bagaimana perkembangan kognitif remaja pada masa kini?

7. Bagaimana remaja menggunakan perkembangan kognitifnya dalam menghadapi

masalahnya?

Page 5: LAPORAN HASIL OBSERVASI

C.TUJUAN PENULISAN

1. Mengetahui pengertian perkembangan kognitif pada remaja

2. Mengetahui proses perkembangan kognitif pada remaja

3. Mengetahui karakteristik perkembangan kognitif pada remaja

4. Mengetahui perubahan kognitif pada remaja

5. Mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif pada remaja

6. Mengetahui perkembangan kognitif remaja masa kini

7. Mengetahui cara remaja dalam menyelesaiakan masalah dengan menggunakan

perkembangan kognitifnya

Page 6: LAPORAN HASIL OBSERVASI

BAB II

ISI LAPORAN

A. KONSEP DASAR DAN KARAKTERISTIK TENTANG PERKEMBANGAN

KOGNITIF REMAJA

A 1. Konsep Dasar Perkembangan Kognitif

a) Pengertian

Serupa dengan aspek-aspek perkembangan yang lainnya,

kemampuan kognitif anak juga mengalami perkembangan tahap demi tahap.

Secara sederhana, pada buku karangan (Desmita, 2009) dijelaskan

kemampuan kognitif dapat dipahami sebagai kemampuan anak untuk

berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan

pemecahan masalah. Dengan berkembangnya kemampuan kognitif ini akan

memudahkan peserta didik menguasai pengetahuan umum yang lebih luas,

sehingga anak mampu melanjutkan fungsinya dengan wajar dalam

interaksinya dengan masyarakat dan lingkungan.

Istilah kognitif berasal dari kata cognition yang padanannya

knowing, berarti mengetahui. Dalam arti yang luas, cognition (kognisi) ialah

perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan (Neisser, 1976)

Perkembangan intelegensi/kognitif adalah perubahan kemampuan mental

seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. 1976). Piaget (dalam

Papalia & Olds, 2001) mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi

kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna

dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi

Page 7: LAPORAN HASIL OBSERVASI

memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap

perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal (suatu tahap dimana

seseorang sudah mampu berpikir secara abstrak). Pada tahap ini, remaja juga

sudah mulai mampu berspekulasi tentang sesuatu, dimana mereka sudah

mulai membayangkan sesuatu yang diinginkan di masa depan.

Perkembangan kognitif yang terjadi pada remaja juga dapat dilihat dari

kemampuan seorang remaja untuk berpikir lebih logis. Remaja sudah mulai

mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana mereka mampu membuat

suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan (Santrock,

2001).

Salah satu bagian perkembangan kognitif masa kanak-kanak yang

belum sepenuhnya ditinggalkan oleh remaja adalah kecenderungan cara

berpikir egosentrisme (ketidakmampuan melihat suatu hal dari sudut

pandang orang lain) (Piaget dalam Papalia & Olds, 2001). Elkind (dalam

Beyth-Marom et al., 1993; dalam Papalia & Olds, 2001) mengungkap-kan

salah satu bentuk cara berpikir egosentrisme yang dikenal dengan istilah

personal fable (berisi keyakinan bahwa diri seseorang adalah unik dan

memiliki karakteristik khusus yang hebat, yang diyakini benar adanya tanpa

menyadari sudut pandang orang lain dan fakta sebenarnya).

Beberapa uraian tentang pengertian kecerdasan/intelegensi

menurut para ahli :

1. S.C. Utami Munandar mengatakan bahwa intelegensi merupakan

kemampuan berpikir, belajar, menyesuaikan diri.

2. Alferd Binet mengatakan bahwa intelegensi merupakan kemampuan

beradaptasi, mengadakan kritik terhadap masalah yang dihadapi, dan

kemampuan untuk memecahkan masalah.

Page 8: LAPORAN HASIL OBSERVASI

3. L.L. Thurstone mengatakan bahwa intelegensi merupakan kecakapan

mengamati dan menafsirkan, kecakapan dan kefasihan untuk

menggunakan kata – kata, kecakapan mengingat.

4. Edward Thorndike mengatakan bahwa intelegensi merupakan kemampuan

individu untuk memberikan respon yang tepat terhadap stimulasi yang

diterimanya.

5. George D. Stodard mengatakan bahwa intelegensi merupakan kecakapan

dalam menyatakan tingkah laku.

6. William Stern mengatakan bahwa intelegensi merupakan kapasitas atau

kecakapan umum pada individu secara sadar untuk menyesuaikan

pikirannya pada situasi yang dihadapinya.

7. Carl Whitherington mengatakan bahwa intelegensi merupakan

kemampuan bertindak sebagaimana dimanifestasikan dalam kemampuan

– kemampuan/kegiatan – kegiatan.

8. J.P. Chaplin (1975) mengatakan bahwa intelegensi merupakan kemampuan

menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan

efektif.

9. Anita E. Woolfok (1995) : kemampuan untuk belajar, memperoleh dan

menggunakan pengetahuan dalam rangka memecahkan masalah dan

beradaptasi dengan lingkungan.

Sejumlah ahli psikologi juga menggunakan istilah thinking atau

fikiran ini untuk menunjukkan pengertian yang sama dengan cognition, yang

mencakup berbagai aktifitas mental, seperti: penalaran, pemecahan masalah,

pembentukan konsep-konsep, dan lain-lain. Sehingga dalam hal ini, Myers

(1996) menjelaskan bahwa, “thinking, or cognition, is the mental activity

associated with processing, understanding, and communicating information…

Page 9: LAPORAN HASIL OBSERVASI

these mental activities, including the logical and sometimes illogical ways in

which we create concepts, solve problems, make decisions, and from

judgments”. Atkinson, dkk, (1991) mengartikan berfikir sebagai “kemampuan

membayangkan dan menggambarkan benda atau peristiwa dalam ingatan

dan bertindak berdasarkan penggambaran ini. Pemecahan masalah yang

berdasarkan pikiran dibedakan dengan pemecahan masalah melalui

manipulasi yang nyata.”

Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi

dan interaksi aktif anak dengan lingkungan. Pengetahuan datang dari

tindakan. Piaget meyakini bahwa pengalaman-pengalaman fisik dan

manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan.

Sementara itu bahwa interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya

berargumentasi dan berdiskusi membantu memperjelas pemikiran yang pada

akhirnya memuat pemikiran itu menjadi lebih logis (Nur, 1998), dalam

posting (Anwar Holil, 2008).

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan dan dapat

dipahami bahwa kognitif atau pemikiran adalah istilah yang digunakan oleh

ahli psikologi untuk menjelaskan semua aktivitas mental yang berhubungan

dengan persepsi, pikiran, ingatan dan pengolahan informasi yang

memungkinkan seseorang remaja memperoleh pengetahuan, memecahkan

masalah, dan merencanakan masa depan, atau semua proses psikologis yang

berkaitan bagaimana remaja mempelajari, memperhatikan, mengamati,

membayangkan, memperkirakan, menilai dan memikirkan lingkungannya.

(Desmita, 2009).

Page 10: LAPORAN HASIL OBSERVASI

b) Proses Perkembangan Kognitif

Dalam pembahasan proses perkembangan kognitif, ada dua alternative

proses perkembangan kognitif yaitu pada teori dan tahap-tahap

perkembangan yang dikemukakan oleh Piaget.

1. Teori Perkembangan Kognitif Piaget.

Piaget meyakini bahwa pemikiran seorang peserta didik

berkembang dari bayi sampai dia dewasa. Menurut teori Piaget, setiap

individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru di lahirkan sampai

mengijak usia dewasa mengalami empat tingkat perkembangan kognitif,

yaitu tahap aensori-motorik (dari lahir sampai 2 tahun), tahap pra-

operasional (usia 2 sampai 7 tahun), tahap konkret-operasional (usia 7

sampai 11 tahun), dan tahap operasional formal (usia 11 tahun ke atas),

dalam buku karangan Desmita(2009:101) dan (Anwar Holil,2008).

a. Tahap Sensori-Motorik (usia 0 sampai 2 tahun)

Inteligensi sensori-motor dipandang sebagai inteligensi praktis

(practical intelligence), yang berfaedah untuk belajar berbuat terhadap

lingkungannya sebelum mampu berfikir mengenai apa yang sedang ia

perbuat. Inteligensi individu pada tahap ini masih bersifat primitif,

namun merupakan inteligensi dasar yang amat berarti untuk menjadi

fundasi tipe-tipe inteligensi tertentu yang akan dimiliki anak kelak.

Sebelum usia 18 bulan, anak belum mengenal object permanence.

Artinya, benda apapun yang tidak ia lihat, tidak ia sentuh, atau tidak ia

dengar dianggap tidak ada meskipun sesungguhnya benda itu ada.

Dalam rentang 18 – 24 bulan barulah kemampuan object permanence

anak tersebut muncul secara bertahap dan sistematis.

b. Tahap Pra-Operasional (usia 2 sampai 7 tahun)

Page 11: LAPORAN HASIL OBSERVASI

Pada tahap ini anak sudah memiliki penguasaan sempurna tentang

object permanence. Artinya, anak tersebut sudah memiliki kesadaran

akan tetap eksisnya suatu benda yang harus ada atau biasa ada,

walaupun benda tersebut sudah ia tinggalkan atau sudah tak dilihat,

didengar atau disentuh lagi. Jadi, pandangan terhadap eksistensi

benda tersebut berbeda dengan pandangan pada periode sensori

motor, yakni tidak bergantung lagi pada pengamatannya belaka. Pada

periode ditandai oleh adanya egosentris serta pada periode ini

memungkinkan anak untuk mengembangkan diferred-imitation,

insight learning dan kemampuan berbahasa, dengan menggunakan

kata-kata yang benar serta mampu mengekspresikan kalimat-kalimat

pendek tetapi efektif. Pada tahapan pra-operasional menurut piaget

ada beberapa ciri antara lain :

Berpikir pra-operasional masih sangat egosentris. Anak belum

mampu (secara perseptual, emosional-motivational, dan

konsepsual) untuk mengambil perspektif orang lain.

Cara berpikir pra-operasional sangat memusat (centralized). Bila

anak dikonfrontasi dengan situasi yang multi-dimensional, maka ia

akan memusatkan perhatiannya hanya pada satu dimensi saja dan

mengabaikan dimensi-dimensi yang lain dan akhirnya juga

mengabaikan hubungannya antara dimensi-dimensi ini.

Berpikir pra-operasional adalah tidak dapat dibalik (irreversable).

Anak belum mampu untuk meniadakan suatu tindakan dengan

memikirkan tindakan tersebut dalam arah yang sebaliknya.

Berpikir pra-operasional adalah terarah statis.

Page 12: LAPORAN HASIL OBSERVASI

Berpikir pra-operasional adalah transductive (pemikiran yang

meloncat-loncat). Tidak dapat melakukan pekerjaan secara

berurutan.

Berpikir pra-operasional adalah imaginatif, yaitu menempatkan

suatu objek tidak berdasarkan realitas tetapi hanya yang ada dalam

pikirannya saja.

c. Tahap Konkret-operasional (usia 7 sampai 12 tahun)

Ditahap ini anak dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-

peristiwa yang konkret dan mengklasifikasikan benda-benda ke dalam

bentuk-bentuk yang berbeda (Desmita, 2009). Tetapi dalam tahapan

konkret-operasional masih mempunyai kekurangan yaitu, anak

mampu untuk melakukan aktivitas logis tertentu tetapi hanya dalam

situasi yang konkrit. Dengan kata lain, bila anak dihadapkan dengan

suatu masalah secara verbal, yaitu tanpa adanya bahan yang konkrit,

maka ia belum mampu untuk menyelesaikan masalah ini dengan baik.

Pada periode ini anak baru mampu berfikir sistematis mengenai

benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang konkret.

d. Tahap Operasional Formal (usia 12 tahun sampai dewasa)

Ditahap ini remaja berfikir dengan cara yang lebih abstrak, logis,

dan lebih idealistik. Pada periode ini seorang remaja telah memiliki

kemampuan mengkoordinasikan baik secara simultan maupun

berurutan dua ragam kemampuan kognitif yaitu :

a. Sifat deduktif-hipotesis

Ketika anak mendapatkan masalah, maka mereka akan membentuk

strategi-strategi penyelesaian berdasarkan hepotesis permasalahan

Page 13: LAPORAN HASIL OBSERVASI

tersebut. Maka dari itulah berpikir operasional formal juga disebut

berpikir proporsional.

b. Berpikir operasional formal juga berfikir kombinatoris.

Berpikir operasional formal memungkinkan orang untuk

mempunyai tingkah laku problem solving yang betul-betul ilmiah.

Dengan menggunakan hasil pengukuran tes inteligensi yang

mencakup General Information and Verbal Analogies, Jones dan

Conrad ( Loree dalam Abin Syamsuddin M, 2001 ) menunjukkan

bahwa laju perkembangan inteligensi berlangsung sangat pesat

sampai masa remaja, setelah itu kepesatannya berangsur menurun.

c) Karakteristik Perkembangan Kognitif

Dalam buku karangan (Desmita, 2009) karakteristik perkembangan kognitif

peserta didik dibagi dalam dua tahap yaitu tahap usia sekolah (SD) dan Remaja

(SMP dan SMA).

1. Usia Sekolah (Sekolah Dasar)

Berdasarkan pada teori kognitif piaget, pemikiran anak-anak usia sekolah

dasar masuk dalam tahap pemikiran kongkret-operasional, yaitu masa dimana

aktivitas mental anak terfokus pada objek-objek yang nyata atau pada

berbagai kejadian yang pernah dialaminya. Menurut pieget, operasi adalah

hubungan-hubungan logis di antara konsep-konsep atau skema-skema.

Sedangkan opersi kongkret adalahaktifitas mental yang difokuskan pada objek-

objek dan peristiwa-peristiwa nyata atau kongkreat dapat di ukur

Artinya anak usia sekolah dasar sudah memiliki kemampuan untuk berpikir

melalui urutan sebab akibat dan mulai mengenali berbagai cara pemecahan

permasalahan yang dihadapinya. Anak usia ini juga dapat mempertimbangkan

secara logis hasil dari sebuah kondisi atau situasi serta tahu beberapa aturan

Page 14: LAPORAN HASIL OBSERVASI

atau strategi berpikir, seperti penjumlahan, pengurangan penggandaan,

mengurutkan sesuatu secara berseri dan mampu memahami operasi dalam

sejumlah konsep, seperti 5 x 6 = 30 dan 30 : 6 = 5 (Jhonson & Medinnus, 1974).

Dalam buku psikologi perkembangan peserta didik karangan Desmita

(2009:104) menurut pieget, anak-anak pada masa kongkret operasional (masa

sekolah SD) ini telah mampu menyadari konservasi, yakni kemampuan anak

untuk berhubungan dengan sejumlah aspek yang berbeda secara serempak

(Jhonson & Medinnus, 1974). Hal ini adalah karena pada masa ini anak telah

mengembangkan tiga macam proses yang disebut dengan operasi-operasi:

negasi, resiprokasi dan identitas.

a. Negasi (negation)

Pada masa pra-opersional anak hanya melihat keadaan permulaan dan akhir

dari deretan benda, dengan kata lain mereka hanya mengetahui permulaan

dan akhirnya saja tetapi belum memahami alur tengahnya. Tetapi pada

masa kongkret opersional, anak memahami proses apa yang terjadi diantara

kegiatan itu dan memahami hubungan-hubungan antara keduanya.

b. Hubungan timbal balik (resiprokasi)

Ketika anak melihat bagaimana deretan dari benda-benda itu diubah, anak

mengetahui bahwa deretan benda-benda bertambah panjang, tetapi tidak

rapat lagi dibandingkan dengan deretan lain. Karena anak mengetahui

hubungan timbale balik antara panjang dan kurang rapat atau sebaliknya

kurang panjang tetapi lebih rapat, maka anak tahu pula bahwa jumlah

benda-benda yang ada pada kedua deretan itu sama. Desmita (2009:105).

Sehingga dalam masa ini anah mulai mengerti tentang hubungan timbal

balik.

Page 15: LAPORAN HASIL OBSERVASI

c. Identitas

Pada usia sekolah (SD) anak sudah mengetahui berbagai benda yang berada

dalam suatu deretan, bisa menghitung, sehingga meskipun susunan dalam

deret di pindah, anak tetap mengetahui jumlahnya sama. (Gunaris, 1990)

dalam (Desmita,2009). Jadi, anak pada usia sekolah (masa Konkrit

operasional) dapat mengetahui identitas berbagai benda dan mulai

memahami akan susunan dan urutan tertentu

2. Remaja (SMP dan SMA)

Pada masa remaja, kemampuan anak sudah semakin berkembang hingga

memasuki tahap pemikiran operasional formal. Yaitu suatu tahap

perkembangan kognitif yang dimulai pada usia kira-kira 11 dan 12 tahun dan

terus berlanjut sampai usia remaja sampai masa dewasa (Lerner & Hustlsch,

1983). Pada masa remaja, anak sudah mampu berfikir secara abstrak, menalar

secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang sudah tersedia.

Pada masa remaja, anak sudah mampu berfikir secara abstrak dan

hipotesis, sehingga ia mampu berfikir apa yang terjadi atau apa yang akan

terjadi. Mereka sudah mampu berfikir masa akan datang dan mampu

menggunakan symbol untuk sesuatu benda yang belum diketahui.

Karakteristik pemikiran remaja berupa :

1. Perkembangan kognisi sosial : remaja mengembangkan suatu egosentrisme

khusus, remaja yakin bahwa orangtua memperhatikan dirinya sebagaimana

halnya dengan dirinya sendiri.

2. Rasa unik pribadi remaja membuat mereka merasa bahwa tidak seorangpun

dapat mengerti bagaimana perasaan mereka sebenarnya.

Page 16: LAPORAN HASIL OBSERVASI

Ada beberapa ciri pemikiran praoperasional formal pada remaja :

1. Abstrak yaitu mampu memunculkan kemungkinan-kemungkinan hipotesis atau

dalil-dalil dan penalaran yang benar-benar abstrak.

2. Idealis yaitu mulai berpikir tentang ciri-ciri ideal bagi mereka sendiri, orang

lain, dan dunia, dan membandingkan diri mereka dengan orang lain dan

standard-standard ideal ini.

3. Logis yaitu mulai mampu mengembangkan hipotesis atau dugaan terbaik

akan jalan keluar suatu masalah, menyusun rencana-rencana untuk

memecahkan masalah-masalah dan menguji pemecahan-pemecahan masalah

secara sistematis.

Pada perkembangan kognisi remaja juga dipengaruhi oleh pengambilan keputusan

yang berupa :

- Remaja cenderung menghasilkan pilihan-pilihan: menguji situasi dari berbagai

perspektif, mengantisipasi akibat-akibat dari keputusan-keputusan dan

mempertimbangkan kredibilitas sumber-sumber.

- Remaja perlu punya lebih banyak peluang untuk mempraktekkan dan mendiskusikan

pengambilan keputusan yang realistis.

Misal : Dalam pengambilan keputusan oleh remaja mulai dari pemikiran, keputusan

sampai pada konsekuensinya, bagaimana lingkungannya yang menunjukkan peran

lingkungan dalam membantu pengambilan keputusan pada remaja.

d) Perbuhan kognitif

Ada 5 perubahan Kognitif

1. Remaja sdh bisa melihat ke depan (future) ke hal-hal yg mungkin, termasuk

mengerti keterbatasannya dlm memahami realita, sistem abstraksi,

pendekatan & penalaran yg sistematis (logis-idealis), sampai ke berfikir

Page 17: LAPORAN HASIL OBSERVASI

hipotetis yang berdampak pada perilaku sosial, berperan dlm meningkatkan

kemampuan membuat keputusan

2. Remaja mampu berfikir abstrak. Kemampuan ini berdampak dan dapat

diaplikasikan dalam proses penalaran dan berfikir logis

3. Remaja mulai berfikir lebih sering tentang berfikir itu sendiri yang biasa

dikenal dengan istilah Metacognition, yaitu monitoring tentang aktivitas

kognitifnya sendiri selama proses berfikir menjadikannya instrospektif terkait

dengan adolescence egocentrism

4. Pemikirannya lebih multidimensional dibandingkan singular yang mampu

melihat dari berbagai perspektif yang lebih sensitif pada kata-kata sarkastik,

sindiran “double entendres”

5. Remaja mengerti hal-hal yg bersifat relatif, tidak selalu absolut yang sering

muncul saat remaja meragukan sesuatu yang ditandai dengan seringnya

berargumentasi dengan orang tua terutama tentang nilai-nilai moral

e) Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif

Perkembangan kognitif merupakan salah satu topik yang sering

dibicarakan dan diperdebatkan banyak orang. Berbagai cara dilakukan supaya

perkembangan kognitif seorang anak menjadi optimal. Perkembangan kognitif

meliputi perkembangan dalam hal pemikiran, intelegensi, dan bahasa.

Perkembangan kognitif pada anak memang tidak dapat dikatakan sama

dari anak yang satu dengan anak yang lain. Perbedaan perkembangan ini tidak

lepas dari beberapa faktor. Paling tidak terdapat 4 ( empat ) faktor yang

mempengaruhi perkembangan kognitif pada diri seorang anak, yaitu :

1. Perkembangan organik dan kematangan sistem syaraf

Hal ini erat kaitannya dengan pertumbuhan fisik dan perkembangan

organ tubuh anak itu sendiri. Seorang anak yang memiliki kelainan fisik belum

Page 18: LAPORAN HASIL OBSERVASI

tentu mengalami perkembangan kognitif yang lambat. Begitu juga sebaliknya,

seorang anak yang pertumbuhan fisiknya sempurna bukan merupakan

jaminan pula perkembangan kognitifnya cepat. Sistem syaraf dalam diri anak

turut mempengaruhi proses perkembangan kognitif anak itu sendiri. Bila syarf

dalam otaknya terdapat gangguan tentu saja perkembangan kognitifnya tidak

seperti anak-anak pada umumnya (dalam hal ini anak dalam kondisi normal),

bisa jadi perkembangannya cepat tetapi bisa juga sebaliknya.

2. Latihan dan Pengalaman

Hal ini berkaitan dengan pengembangan diri anak melalui

serangkaian latihan-latihan dan pengalaman yang diperolehnya.

Perkembangan kognitif seorang anak sangat dipengaruhi oleh latihan-latihan

dan pengalaman.

3. Interaksi Sosial

Perkembangan kognitif anak juga dipengaruhi oleh hubungan anak

terhadap lingkungan sekitarnya, terutama situasi sosialnya, baik itu interaksi

antara teman sebaya maupun orang - orang terdaekatnya.

4. Ekuilibrasi

Ekuilibrasi merupakan proses terjadinya keseimbangan yang

mengacu pada keempat tahap perkembangan kognitif menurut Jean Piaget.

Keseimbangan tahapan yang dilalui si anak tentu menjadi faktor penentu bagi

perkembangan kognitif anak itu sendiri.

Berdasarkan posting dari (Wiriana, 2008), kemampuan kognitif seseorang

dipengaruhi oleh dua hal yaitu, faktor herediter atau keturunan dan faktor non

herediter. Faktor herediter merupakan faktor yang bersifat statis, lebih sulit

untuk berubah. Sebaliknya, faktor non herediter merupakan faktor yang lebih

plastis, lebih memungkinkan untuk diutak-atik oleh lingkungan. Pengaruh non

Page 19: LAPORAN HASIL OBSERVASI

herediter antara lain peranan gizi, peran keluarga, dalam hal ini lebih mengarah

pada pengasuhan, dan peran masyarakat atau lingkungan termasuk pengalaman

dalam menjalani kehidupan.

Perkembangan kognitif sendiri sudah dapat dipersiapkan sejak dalam

kandungan sampai dewasa. Asupan gizi yang sehat dan seimbang menjadi fondasi

bagi perkembangan kognitif. Calon bayi juga dapat dirangsang dengan cara

memberikan stimulus atau rangsangan seperti, mengajak bercakap-cakap,

mendengar musik, melakukan relaksasi, menjaga stabilitas emosi pada ibu.

Setelah lahir, rangsangan yang diberikan juga tetap diberikan.

Salah satu perkembangan fisik yang mempengaruhi perkembangan

kognitif adalah perkembangan otak (Wiriana, 2008). Otak berkembang paling

pesat pada masa bayi. Pada masa kanak-kanak otak tidak bertumbuh dan

berkembang sepesat masa bayi. Pada masa awal kanak-kanak, perkembangan

otak dan sistem syaraf berkelanjutan. Otak dan kepala bertumbuh lebih pesat

daripada bagian tubuh lainnya. Bertambah matangnya otak, dikombinasikan

dengan kesempatan untuk mengalami suatu pengalaman melalui rangsangan dari

lingkungan menjadi sumbangan terbesar bagi lahirnya kemampuan-kemampuan

kognitif pada anak. Artinya, perkembangan kognitif menjadi optimal jika ada

kematangan dalam pertumbuhan otak serta ada rangsangan dari lingkungannya.

Kasih sayang merupakan suatu aspek penting dari relasi keluarga pada

masa bayi yang dapat mempengaruhi perkembangan kognitif pada anak ke

depannya (Wiriana, 2008). Penting diperhatikan bahwa kasih sayang pengasuh

pada tahun-tahun pertama kehidupan anak menjadi kunci pada perkembangan

selanjutnya. Seorang pakar psikologi perkembangan, Diana Baumrind meyakini

bahwa orang tua hendaknya tidak menghukum atau mengucilkan anak namun

sebagai gantinya orang tua harus mengembangkan aturan-aturan dan

mencurahkan kasih sayang pada anak.

Page 20: LAPORAN HASIL OBSERVASI

Dalam posting (Wiriana, 2008) pun dijelaskan tentang faktor yang

mempengaruhi perkembangan kognitif adalah:

1. Gaya pengasuhan.

Baumrind menekankan tiga tipe gaya pengasuhan yang dapat

mempengaruhi perkembangan kognitif, pada anak (Wiriana, 2008), yaitu :

a. Gaya pengasuhan Otoriter (authoritarian parenting)

Gaya pengasuhan otoriter adalah suatu gaya yang membatasi dan

menghukum yang menuntut anak untuk mengikuti perintah-perintah

orangtua dan menghormati pekerjaan dan usaha. Orangtua yang otoriter

menetapkan batasan-batasan yang tegas dan tidak memberikan peluang

pada anak untuk berbicara atau bermusyawarah. Perkembangan kognitif

anak juga menjadi kurang optimal karena kurang ada kesempatan untuk

mengekspresikan rasa ingin tahu, mengembangkan kreativitas serta

menyelesaikan masalah secara mandiri.

b. Gaya pengasuhan Otoritatif (authoritative parenting)

Gaya pengasuhan Otoritatif adalah merupakan pengasuhan yang

mendorong anak untuk tetap mandiri tapi masih menetapkan batas-batas

dan pengendalian atas tindakan-tindakan mereka. Orangtua mampu

menunjukkan kehangatan dan kasih sayang sekaligus memungkinkan

untuk melakukan musyawarah dalam menghadapi persoalan.

Pengasuhan otoritatif diasosiasikan dengan kompetensi sosial yang baik

pada anak. Perkembangan kognitif diprediksikan menjadi lebih optimal

karena anak memiliki kesempatan untuk mengembangkan kreativitas,

kemampuan untuk menyelesaikan masalah (problem solving) namun tetap

mengetahui norma atau aturan yang berlaku, maupun mengembangkan

rasa ingin tahu tanpa mengalami ketakutan.

Page 21: LAPORAN HASIL OBSERVASI

c. Gaya pengasuhan Permisi (permissive parenting)

Gaya pengasuhan permisi dibagi menjadi dua yaitu : Pengasuhan

permissive indulgent merupakan suatu gaya pengasuhan dimana orangtua

menjadi sangat terlibat dalam kehidupan anak tetapi menetapkan sedikit

batasan atau kendali terhadap perilaku mereka. Perkembangan kognitif ini

menjadi kurang optimal karena tidak mengetahui mana hal yang benar dan

kurang benar. Biasanya mereka jarang menaruh hormat pada orang lain,

cenderung egois (selfistype), dan mengalami kesulitan untuk

mengendalikan perilaku mereka.

Pengasuhan permissive indifferent adalah gaya pengasuhan dimana

orangtua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak. Mereka

berkembang menjadi pribadi yang cenderung liar, kurang mampu

mengenal aturan serta menjadi kurang mampu membangun kemandirian

dengan baik.

2. Pengaruh lingkungan.

Pengaruh lingkungan juga memberikan andil yang cukup besar

terhadap perkembangan kognitif anak. Lingkungan dalam konteks ini adalah

lingkungan di luar rumah atau keluarga. Lingkungan pertama yang

berpengaruh adalah sekolah, pengaruh teman sebaya (peers), status sosial

ekonomi, peran gender dalam keluarga, dan media masa.

Lingkungan yang kondusif bagi perkembangan kognitif anak adalah

lingkungan yang mampu merangsang rasa ingin tahu, kemampuan untuk

mengamati serta menyelesaikan masalah serta mengembangkan alternative

penyelesaian masalah.

Beberapa tips untuk mengembangkan kemampuan kognitif pada

anak (Wiriana, 2008), antara lain :

Page 22: LAPORAN HASIL OBSERVASI

a. Asupan gizi yang memadai dan disesuaikan dengan kebutuhan anak.

b. Melakukan beberapa latihan fisik dan relaksasi seperti, brain gym.

c. Keluarga sebagai fondasi bagi perkembangan anak ke depan hendaknya

mampu menciptakan suasana yang harmonis, hangat dan penuh kasih

sayang.

f) Perkembangan Kognitif Remaja pada Masa Kini

Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang

ahli perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam

tahap pertumbuhan operasi formal (period of formal operations). Pada periode

ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha

memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir

para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat

membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan

akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka

berkembang sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan.

Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi

mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan

pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman

masa lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan

rencana untuk masa depan. Dengan kemampuan operasional formal ini, para

remaja mampu mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka.

Pada kenyataan, di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia)

masih sangat banyak remaja (bahkan orang dewasa) yang belum mampu

sepenuhnya mencapai tahap perkembangan kognitif operasional formal ini.

Sebagian masih tertinggal pada tahap perkembangan sebelumnya, yaitu

operasional konkrit, dimana pola pikir yang digunakan masih sangat sederhana

dan belum mampu melihat masalah dari berbagai dimensi. Hal ini bisa saja

Page 23: LAPORAN HASIL OBSERVASI

diakibatkan sistem pendidikan di Indonesia yang tidak banyak menggunakan

metode belajar-mengajar satu arah (ceramah) dan kurangnya perhatian pada

pengembangan cara berpikir anak. penyebab lainnya bisa juga diakibatkan oleh

pola asuh orangtua yang cenderung masih memperlakukan remaja sebagai anak-

anak, sehingga anak tidak memiliki keleluasan dalam memenuhi tugas

perkembangan sesuai dengan usia dan mentalnya. Semestinya, seorang remaja

sudah harus mampu mencapai tahap pemikiran abstrak supaya saat mereka lulus

sekolah menengah, sudah terbiasa berpikir kritis dan mampu untuk menganalisis

masalah dan mencari solusi terbaik

g) Cara remaja menggunakan kognisinya dalam menghadapi permasalahan

permasalahan sosial yang dihadapinya

Social Cognition Remaja merupakan k emampuan remaja dalam

menggunakan kognisinya dalam menghadapi permasalahan-permasalahan sosial

yang dihadapinya

Meliputi aktivitas kognitif :

• Berfikir ttg orang lain

• Berfikir ttg hubungan social

• Berfikir ttg institusi social

Dibedakan menjadi 3 :

• Impression Formation

• Social Perspective Takin

• Moraly and Social Convention

Page 24: LAPORAN HASIL OBSERVASI

B. PENYUSUNAN INSTRUMEN DAN PENGAMATAN

B.1 Penyusunan Intrumen

No Kognitif RemajaSkor

1 2 3 4

1 Memiliki motivasi dalam menjalani kehidupan

2Mampu memikirkan suatu situasi yang masih

berupa rencana atau suatu bayangan

3Membayangkan tentang masa depan yang akan

datang

4 Membuat perencanaan untuk masa depan

5

Mampu membayangkan dan menggambarkan

benda atau peristiwa dalam ingatan dan bertindak

berdasarkan penggambaran tersebut

6

Mampu memperkirakan konsekuensi dari tindakan

yang di lakukan, termasuk kemungkinan yang

mungkin membahayakan dirinya

7Mempelajari suatu hal melalui pengalaman-

pengalaman

8

Kecakapan umum pada individu secara sadar untuk

menyesuaikan pikirannya pada situasi yang

dihadapinya.

9Dapat memikirkan hal-hal yang tidak nyata,

sebagaimana hal-hal yang nyata

10Dapat menarik kesimpulan dari informasi yang

tersedia

Page 25: LAPORAN HASIL OBSERVASI

11 Dapat membuktikan kebenaran dari hipotesis

12 Dapat berpikir secara ilmiah

13Tidak berpikir secara egosentrisme (melihat suatu

hal dari sudut pandang orang lain)

14Dapat berpikir secara luas terhadap suatu point

(non-centralized) berpikir secara prespektif

15Mampu mengelola cara berpikir dan memunculkan

suatu ide

16Dapat membandingkan hal-hal atau ide-ide yang

lebih penting di banding ide lainnya

17Dapat melakukan penalaran dan pemecahan

masalah

18Dapat berargumentasi dan berdiskusi dengan baik

dalam suatu kelompok atau komunitas

19Dapat melakukan penilaian atau presepsi tentang

sesuatu

20Dapat mengklasfikasikan objeck sesuai dengan

klafikasinya

21Dapat menemukan alternative jawaban atau

penjelasan atas suatu hal

22Dapat dengan baik berinteraksi dengan masyarakat

dan sosial

23Kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri

terhadap situasi baru secara cepat dan efektif

24Kemampuan individu untuk memberikan respon

yang tepat terhadap stimulasi yang diterimanya

Page 26: LAPORAN HASIL OBSERVASI

25Dapat dengan mudah mengigat suatu hal atau

kejadian dalam jangka waktu lama

26Telah mampu berpikir secara abstrak, logis dan

realistis

27 Tidak di batasi oleh hal-hal atau objek yang konkret

28 Dapat berpikir secara fleksibel dan kompleks

29 Dapat memahami kejadian-kejadian di sekitarnya

30 Dapat melakukan pekerjaan secara berurutan

Jumlah Skor Tiap Kolom

Total Skor Aktual

Skor Maksimal Ideal

Keterangan

1 = 1 2 = 2 3 = 3 4 = 4

B.2 Pedoman Penskoran dan Analisis Data

Rumus :

Page 27: LAPORAN HASIL OBSERVASI

B.3 Pedoman Penilaian (Konversi)

-3SD -2SD -1SD M +1SD +2SD +3SD

0 100

Page 28: LAPORAN HASIL OBSERVASI

Pedoman Penilaian (Konversi) :

≥ M + 2SD

M + 1 SD s/d < M + 2 SD

M – 1SD s/d < M – 1SD

M – 2SD s/d < M – 1 SD

< M – 2SD

Berarti :

84 - 100 ( Sangat Baik )

67 - 83 ( Baik )

33 - 66 ( Cukup Baik )

16 - 32 ( Kurang Baik )

0 - 15 ( Tidak Baik )

B.4 Pelaksanaan Pengamatan

Pengamatan dilakukan pada hari minggu tanggal 20 Mei 2012,

Pengamatan observasi dilakukan pada salah satu siswa – siswi SMP di Kota

Mataram. Dengan cara siswi-siswi mengisi lembar observasi yang sudah di

sediakan. Yang nanti data yang sudah diisi akan di analisis.

Page 29: LAPORAN HASIL OBSERVASI

B.5 Analisis Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan yang dilakukan kepada siswi SMP yang berbeda. Sebagai

Berikut :

LAMPIRAN OBSERVASI 1

Nama : Rimaning Ginantri Sekolah/Kelas : SMPN 1 Mataram/XII

No Kognitif RemajaSkor

1 2 3 4

1Memiliki sebuah motivasi dalam menjalani

kehidupan√

2Mampu memikirkan suatu situasi yang masih

berupa rencana atau suatu bayangan√

3Membayangkan tentang masa depan yang akan

datang√

4 Membuat perencanaan untuk masa depan √

5

Mampu membayangkan dan menggambarkan

benda atau peristiwa dalam ingatan dan bertindak

berdasarkan penggambaran tersebut

6

Mampu memperkirakan konsekuensi dari tindakan

yang di lakukan, termasuk kemungkinan yang

mungkin membahayakan dirinya

7Mempelajari suatu hal melalui pengalaman-

pengalaman√

8 Kecakapan umum pada secara sadar untuk

menyesuaikan pikirannya pada situasi yang

Page 30: LAPORAN HASIL OBSERVASI

dihadapinya.

9Dapat memikirkan hal-hal yang tidak nyata,

sebagaimana hal-hal yang nyata√

10Dapat menarik kesimpulan dari informasi yang

tersedia√

11 Dapat membuktikan kebenaran dari hipotesis √

12 Dapat berpikir secara ilmiah √

13Tidak berpikir secara egosentrisme (melihat suatu

hal dari sudut pandang orang lain)√

14Dapat berpikir secara luas terhadap suatu point

(non-centralized) berpikir secara prespektif√

15Mampu mengelola cara berpikir dan memunculkan

suatu ide√

16Dapat membandingkan hal-hal atau ide-ide yang

lebih penting di banding ide lainnya√

17Dapat melakukan penalaran dan pemecahan

masalah√

18Dapat berargumentasi dan berdiskusi dengan baik

dalam suatu kelompok atau komunitas√

19Dapat melakukan penilaian atau presepsi tentang

sesuatu√

20Dapat mengklasfikasikan objeck sesuai dengan

klafikasinya√

21Dapat menemukan alternative jawaban atau

penjelasan atas suatu hal√

22Dapat dengan baik berinteraksi dengan masyarakat

dan social√

Page 31: LAPORAN HASIL OBSERVASI

23Kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri

terhadap situasi baru secara cepat dan efektif√

24Kemampuan untuk memberikan respon yang tepat

terhadap stimulasi yang diterimanya√

25Dapat dengan mudah mengigat suatu hal atau

kejadian dalam jangka waktu lama√

26Telah mampu berpikir secara abstrak, logis dan

realistis√

27 Tidak di batasi oleh hal-hal atau objek yang konkret √

28 Dapat berpikir secara fleksibel dan kompleks √

29 Dapat memahami kejadian-kejadian di sekitarnya √

30 Dapat melakukan pekerjaan secara berurutan √

Jumlah Skor Tiap Kolom 2 14 42 28

Total Skor Aktual 86

Skor Maksimal Ideal 120

Page 32: LAPORAN HASIL OBSERVASI

LAMPIRAN OBSERVASI 2

Nama : Baiq Dwi Mulyani Putri Sekolah/Kelas : SMPN 1 Mataram/XII

No Kognitif RemajaSkor

1 2 3 4

1Memiliki sebuah motivasi dalam menjalani

kehidupan√

2Mampu memikirkan suatu situasi yang masih

berupa rencana atau suatu bayangan√

3Membayangkan tentang masa depan yang akan

datang√

4 Membuat perencanaan untuk masa depan √

5

Mampu membayangkan dan menggambarkan

benda atau peristiwa dalam ingatan dan bertindak

berdasarkan penggambaran tersebut

6

Mampu memperkirakan konsekuensi dari tindakan

yang di lakukan, termasuk kemungkinan yang

mungkin membahayakan dirinya

7Mempelajari suatu hal melalui pengalaman-

pengalaman√

8

Kecakapan umum pada individu secara sadar untuk

menyesuaikan pikirannya pada situasi yang

dihadapinya.

9 Dapat memikirkan hal-hal yang tidak nyata, √

Page 33: LAPORAN HASIL OBSERVASI

sebagaimana hal-hal yang nyata

10Dapat menarik kesimpulan dari informasi yang

tersedia√

11 Dapat membuktikan kebenaran dari hipotesis √

12 Dapat berpikir secara ilmiah √

13Dapat melihat suatu hal dari sudut pandang orang

lain√

14Dapat berpikir secara luas terhadap suatu point

(non-centralized) berpikir secara prespektif√

15Mampu mengelola cara berpikir dan memunculkan

suatu ide√

16Dapat membandingkan hal-hal atau ide-ide yang

lebih penting di banding ide lainnya√

17Dapat melakukan penalaran dan pemecahan

masalah√

18Dapat berargumentasi dan berdiskusi dengan baik

dalam suatu kelompok atau komunitas√

19Dapat melakukan penilaian atau presepsi tentang

sesuatu√

20Dapat mengklasfikasikan objeck sesuai dengan

klafikasinya√

21Dapat menemukan alternative jawaban atau

penjelasan atas suatu hal√

22Dapat dengan baik berinteraksi dengan masyarakat

dan social√

23Kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri

terhadap situasi baru secara cepat dan efektif√

Page 34: LAPORAN HASIL OBSERVASI

24Dapat untuk memberikan respon yang tepat

terhadap stimulasi yang diterimanya√

25Dapat dengan mudah mengigat suatu hal atau

kejadian dalam jangka waktu lama√

26Telah mampu berpikir secara abstrak, logis dan

realistis√

27 Tidak di batasi oleh hal-hal atau objek yang konkret √

28 Dapat berpikir secara fleksibel dan kompleks √

29 Dapat memahami kejadian-kejadian di sekitarnya √

30 Dapat melakukan pekerjaan secara berurutan √

Jumlah Skor Tiap Kolom 10 51 32

Total Skor Aktual 93

Skor Maksimal Ideal 120

Dari data yang diperoleh maka dapat di analisis bahwa perkembangan kognitif siswi

tersebut (remaja) mencapai tingkat yang sama. Apabila dilihat dari konversi dan

pensekoran pada siswi A (rimaning ginantri) mencapai 86 dari skor maksimal ideal yaitu

120 dengan rumus :

Dari data yang di peroleh maka tingkat kognitif yaitu 71,66 termasuk dalam golongan

Baik.

Page 35: LAPORAN HASIL OBSERVASI

Sedangkan pada siswi B (putri) mencapai 51 dari skor maksimal ideal 80 dapat dihitung

dengan rumus, seperti diatas :

Dari data yang di peroleh maka tingkat kognitif yaitu 77,5 termasuk dalam golongan

Baik.

Jika dilihat dari kedua siswi tersebut maka tingkat kognitif pada ramaja sama –

sama Baik. Sehingga tingkat kognitif pada masa remaja masih cukup maksimal dicapai

khusus pada siswa / siswi SMP, dimana masih merupakan remaja awal. Dalam artian

masih belum matang mulai dari segala aspek terutama perkembangan kognitif mereka.

Remaja pada fasa ini masih mengalami kebingungan dalam dirinya belum menemukan

jati diri. Dari data yang di peroleh kita dapat melihat bagaimana remaja bisa

mngaplikasikan kognitif dalam kehidupan sehari – harinya.

Pada masa ini juga remaja masih butuh perhatian dari orang sekelilingnya

terutama orang tua dalam mengembangankan dan membimbing mereka. Kognitif

remaja cenderung labil, masih bimbang atau bingung. Remaja pada masa ini mulai

mencari tentang dirinya sendiri dan lingkungannya. Pada masa ini remaja sudah bisa

memikirkan apa yang akan dilakukannya di masa yang akan datang. Namun belum

berani untuk menentang ketika dihadapkan dengan situasi yang salah. Dan merasa

cemas dengan keadaan yang cenderung baru di alami. Dan juga masih belum terlalu

percaya diri dengan apa yang dia miliki.

Page 36: LAPORAN HASIL OBSERVASI

B.6 Kesimpulan Analisis Data

Dari data di atas, maka tingkat perkembangan kogntif pada remaja umunya masih

tergolong baik. Yang dimana remaja telah cukup baik dalam memahami perkembangan

kognitif mereka. Sehingga mereka dapat melakukan suatu tindakan dengan baik.

Perkembangan kognitif yang dimiliki sudah baik pada fase remaja awal.

Page 37: LAPORAN HASIL OBSERVASI

DAFTAR PUSTAKA

Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Fatimah, E. 2010. Psikologi Perkembangan (perkembangan peserta didik). Bandung: CV Pustaka Setia.

Holil, A. 2008. Teori perkembangan kognitif Piaget. (online).

(http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/teori-perkembangan-kognitif-piaget.html, diakses 2

November 2010).

Arya. 2010. Perkembangan kognitif pada anak. (online).

(http://ilmupsikologi.wordpress.com/2010/03/31/perkembangan-kognitif-pada-anak/, diakses 2

November 2010).

Joesafira. 2010. Perkembangan kognitif pada anak. (online).

(http://delsajoesafira.blogspot.com/2010/05/perkembangan-kognitif-pada-anak.html, diakses 2

November 2010).

Wiriana, 2008. Perkembangan kognitif pada anak. (online).

(http://www.doctoc.com/docs/20992333/perkembangankognitif-padaanak, diakses 4 November 2010).

Hetherington, E. Mavis & Parke, Ross D. 1986. Child Psychology : A Contemporary Viewpoint. McGraw-

Hill, Inc, Singapore.

Miller, P.H. 1993. Theories of Developmental Psychology (3rd Ed.).W.H. Freeman & Co., New York.

Knoers, A.M.P. Haditono, S.R. 1992. Psikologi Per-kembangan. Yogyakarta : Gadjah Mada University

Press.

Morgan, C.T.;King, R.A.; Weisz, J.R. & Schopler, J. Intoduction to psychology.(7th Ed).McGraw-Hill Book

Company.Singapore.

Papalia, D.E. & S.W. Olds.1989. Human Development. 4 th ed. McGraw-Hill, Inc. New York.

Santrock, J.W.1986.Psychology: The Science of Mind and Behaviour.WM.C. Brown Publishers. Dubuque,

Iowa.

Seifert, K.L. & Hoffnung, R.J. 1987. Child and Adolescent Development. Houghton Mifflin Co. Boston.

Sobur, Alex, Drs., M.si. 2003. Psikologi umum. Bandung : Pustaka Setia.

Page 38: LAPORAN HASIL OBSERVASI

AKHMAD SUDRAJAT: TENTANG PENDIDIKAN Tahapan Perkembangan Kognitif Individu-Piaget TENTANG PENDIDIKAN

PERKEMBANGAN KOGNITIF sarwo_09320036 on February 7, 2011

Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif Anak

Abdul  Ahmadi. Psikologi Umum. Rineka Cipta. Edisi Kedua Jakarta. 1998

Muhibbin Syah. Psikologi Belajar. PT. Rajagrafindo Persada. Jakarta. 2003.

Mubbin & Ani Cahyadi. Psikologi Perkembangan. Penerbit Quantum Teaching. Ciputat. 2003.

Perkembangan Kognitif Remaja Ditulis pada 21 November 2010 MasBied.com

7:18 am - Selasa Mei 22, 2012

Konseling Center Indonesia

Pusat Informasi Bimbingan dan Konseling di Indonesia (Psikologi Remaja)

Page 39: LAPORAN HASIL OBSERVASI