laporan hasil evaluasi nasional r eformasi birokrasi

44
LAPORAN HASIL EVALUASI NASIONAL REFORMASI BIROKRASI TAHUN 2019

Upload: others

Post on 30-Apr-2022

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN HASIL EVALUASI NASIONAL R EFORMASI BIROKRASI

LAPORAN HASIL EVALUASI NASIONAL

REFORMASI BIROKRASITAHUN 2019

Page 2: LAPORAN HASIL EVALUASI NASIONAL R EFORMASI BIROKRASI

1

PENGANTAR

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015 – 2019 telah disusun strategi pembangunan melalui tiga dimensi pembangunan, yaitu: Dimensi Pembangunan Manusia, Dimensi Pembangunan Sektor Unggulan, dan Dimensi Pemerataan dan Kewilayahan.

Dimensi-dimensi pembangunan dimaksud hanya dapat diwujudkan pelaksanaannya, jika didukung dengan kepastian dan penegakan hukum, keamanan dan ketertiban, politik dan demokrasi, serta tata kelola dan reformasi birokrasi yang berjalan dengan baik. Dengan demikian, pelaksanaan reformasi birokrasi memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung pelaksanaan pembangunan nasional. Tanpa adanya dukungan tata kelola yang baik, target-target pembangunan tidak mungkin dapat dicapai dengan baik pula.

Tujuan akhir yang diharapkan melalui pelaksanaan reformasi birokrasi sesuai dengan Road Map Reformasi Birokrasi tahun 2015 – 2019, adalah pemerintahan yang berbasis kinerja. Pada tahun 2025, sesuai dalam tahapan dalam Road Map tersebut, diharapkan pemerintahan sudah beranjak pada tatanan pemerintahan yang dinamis.

Pemerintah yang berbasis kinerja ditandai dengan, seluruh instansi pemerintah telah menerapkan manajemen kinerja yang didukung dengan penerapan sistem berbasis elektronik. Kinerja pemerintah telah difokuskan pada upaya untuk mewujudkan outcomes (hasil). Penyelenggaraan pemerintahan telah dilaksanakan dengan berorientasi pada prinsip efektif, efisien, dan ekonomis. Selain itu, setiap individu pegawai memiliki kontribusi yang jelas terhadap kinerja unit kerja terkecil, satuan unit kerja di atasnya, hingga pada organisasi secara keseluruhan. Pada akhirnya, setiap instansi pemerintah sesuai dengan tugas dan fungsinya, secara terukur juga memiliki kontribusi terhadap kinerja pemerintah secara keseluruhan.

Keberhasilan pelaksanaan reformasi birokrasi bukan pada prosedur atau laporan saja, namun bagaimana masyarakat yang kita layani dapat merasakan dampak perubahan yang lebih baik. Itulah makna yang sebenarnya dari revolusi mental di bidang aparatur. Salah satu faktor kunci keberhasilan pelaksanaan reformasi birokrasi adalah sikap, perilaku, pola pikir dan budaya kinerja para birokrat setiap instansi pemerintah. Mental aparatur inilah yang paling mendasar untuk diubah, melalui revolusi mental, sehingga pelaksanaan reformasi birokrasi dapat secara efektif mencapai sasaran reformasi birokrasi yang dicita-citakan.

Berbagai capaian reformasi birokrasi telah menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan, meskipun masih perlu dioptimalkan. Hasil survei menunjukkan bahwa masyarakat semakin merasakan perkembangan reformasi birokrasi. Indeks

Page 3: LAPORAN HASIL EVALUASI NASIONAL R EFORMASI BIROKRASI

2

reformasi birokrasi rata-rata nasional dan instansi pemerintah yang memiliki indeks reformasi baik, juga terus mengalami peningkatan.

Beberapa tantangan pelaksanaan reformasi birokrasi ke depan, antara lain: penguatan payung hukum reformasi birokrasi nasional; akselerasi pelaksanaan reformasi birokrasi di pemerintah daerah mengingat pelaksanaan di daerah belum optimal; penyelesaian peraturan perudangan tentang sistem pengawasan instansi pemerintah, untuk meningkatkan independensi dan memperkuat pengawasan; serta penguatan reformasi birokrasi yang menyeluruh dan komprehensif.

Jakarta, … April 2020

Plt. Deputi Bidang Reformasi Birokrasi, Akuntabilitas Aparatur dan Pengawasan

selaku

Ketua Unit Pengelola Reformasi Birokrasi Nasional,

Jufri Rahman

Page 4: LAPORAN HASIL EVALUASI NASIONAL R EFORMASI BIROKRASI

3

DAFTAR ISI

PENGANTAR .............................................................................................................. 1

DAFTAR ISI ................................................................................................................ 3

PENDAHULUAN ......................................................................................................... 4

PERENCANAAN REFORMASI BIROKRASI ........................................................... 10

A. Grand Design Reformasi Birokrasi 2010 – 2025 ..................................... 10

a. Arah kebijakan Reformasi Birokrasi ........................................................ 10

b. Visi dan Misi Reformasi Birokrasi ............................................................ 10

c. Tujuan dan Sasaran Reformasi Birokrasi ................................................ 11

d. Strategi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi ............................................. 12

B. Road Map Reformasi Birokrasi 2015 - 2019 ............................................ 14

a. Keterkaitan Grand Design dengan Road Map Reformasi Birokrasi ..... 14

b. Sasaran dan Ukuran Keberhasilan Reformasi Birokrasi 2015 – 2019 .. 15

c. Area Perubahan dan Hasil yang Diharapkan .......................................... 17

d. Program-program Reformasi Birokrasi 2015 – 2019 .............................. 20

C. Penilaian mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi ............................. 21

CAPAIAN REFORMASI BIROKRASI ...................................................................... 24

A. Capaian Reformasi Birokrasi .................................................................... 25

B. Indeks Reformasi Birokrasi Rata-rata Nasional ...................................... 33

C. Instansi Pemerintah dengan Indeks Reformasi Birokrasi Baik ............ 34

D. Survei Hasil Pelaksanaan Reformasi Birokrasi ...................................... 36

E. Indikator-indikator Reformasi Birokrasi Lainnya ................................... 38

PENUTUP ................................................................................................................. 42

Page 5: LAPORAN HASIL EVALUASI NASIONAL R EFORMASI BIROKRASI

4

PENDAHULUAN

Dalam rangka mempercepat tercapainya tata kelola pemerintahan yang baik, diperlukan reformasi birokrasi di seluruh kementerian/Lembaga/pemerintah daerah (K/L/Pemda). Pelak-sanaan reformasi birokrasi dilaksanakan berdasarkan Grand Design Reformasi Birokrasi (GDRB) 2010 – 2025. Grand Design menjadi acuan bagi k/l/pemda dalam melakukan reformasi birokrasi dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik. Pelaksanaan operasional GDRB 2010 – 2025 dituangkan dalam Road Map Reformasi Birokrasi (RMRB), yang ditetapkan setiap 5 (lima) tahun sekali oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menteri PANRB).

Dalam perkembangan pelaksanaan reformasi gelombang pertama, reformasi di bidang birokrasi mengalami ketertinggalan dibanding reformasi di bidang politik, ekonomi, dan hukum. Oleh karena itu pada tahun 2004, pemerintah telah menegaskan kembali akan pentingnya penerapan prinsip-prinsip clean government dan good governance, yang secara universal diyakini menjadi prinsip yang diperlukan untuk memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut, program utama yang dilakukan pemerintah adalah membangun aparatur negara melalui penerapan reformasi birokrasi.

Reformasi Birokrasi bermakna sebagai sebuah perubahan besar dalam paradigma dan tata kelola pemerintahan Indonesia, juga bermakna sebagai sebuah pertaruhan besar bagi bangsa Indonesia dalam menyongsong tantangan abad ke – 21.

• Mengurangi dan akhirnya menghilangkan setiap penyalahgunaan kewenangan publik oleh pejabat di instansi yang bersangkutan;• Menjadikan negara yang memiliki most-improved bureaucracy;• Meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat;• Meningkatkan mutu perumusan dan pelaksanaan kebijakan/program instansi;• Meningkatkan efisiensi (biaya dan waktu) dalam pelaksanaan semua segi tugas organisasi;• Menjadikan birokrasi Indonesia antisipatif, proaktif, dan efektif dalam menghadapi globalisasi dan dinamika perubahan lingkungan strategis.

TUJUAN REFORMASI BIROKRASI:

Page 6: LAPORAN HASIL EVALUASI NASIONAL R EFORMASI BIROKRASI

5

Reformasi birokrasi berkaitan dengan ribuan proses tumpang tindih (overlapping) antarfungsi-fungsi pemerintahan, melibatkan jutaan pegawai, dan memerlukan anggaran yang tidak sedikit. Selain itu, reformasi birokrasi pun perlu menata ulang proses birokrasi dari tingkat (level) tertinggi hingga terendah, dan melakukan terobosan baru (innovation breakthrough) dengan langkah-langkah bertahap, konkret, realistis, sungguh-sungguh, berfikir di luar kebiasaan/rutinitas yang ada (out of the box thinking), perubahan paradigma (a new paradigm shift), dan dengan upaya yang luar biasa (business not as usual). Oleh karena itu, reformasi birokrasi nasional perlu merevisi dan membangun berbagai regulasi, memodernkan berbagai kebijakan dan praktik manajemen pemerintah pusat dan daerah, serta menyesuaikan tugas dan fungsi instansi pemerintah dengan paradigma dan peran baru.

Kondisi yang Diinginkan Pada tahun 2019, diharapkan dapat diwujudkan kualitas penyelenggaraan

pemerintahan yang baik, bersih, dan bebas korupsi, kolusi, serta nepotisme (KKN). Selain itu, diharapkan pula dapat diwujudkan pelayanan publik yang sesuai dengan harapan masyarakat, harapan bangsa Indonesia, yang semakin maju dan mampu bersaing dalam dinamika global yang semakin ketat, kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi semakin baik, SDM aparatur semakin profesional, serta mind-set dan culture-set yang semakin mencerminkan integritas dan kinerja semakin tinggi.

Pada tahun 2025, diharapkan telah terwujud tata pe-merintahan yang baik dengan bi-rokrasi pemerintah yang profesional, berintegritas tinggi, dan menjadi pelayan masyarakat dan abdi negara.

Page 7: LAPORAN HASIL EVALUASI NASIONAL R EFORMASI BIROKRASI

6

Permasalahan Birokrasi a. Organisasi

Organisasi pemerintahan belum tepat fungsi dan tepat ukuran (right sizing).

b. Peraturan perundang-undangan

Masih ada peraturan perundang-undangan yang tumpang tindih, inkonsisten, tidak jelas, dan multitafsir. Selain itu, masih ada pertentangan antara peraturan yang satu dengan lainnya, baik yang sederajat maupun antara pusat dan daerah, juga banyak yang belum disesuaikan dengan dinamika perubahan penyelenggaraan pemerintahan dan tuntutan masyarakat.

c. SDM Aparatur

Masalah utama adalah alokasi dalam hal kuantitas, kualitas, dan distribusi PNS menurut teritorial (daerah) tidak seimbang, serta tingkat produktivitas PNS masih rendah. Manajemen SDM aparatur belum dilaksanakan secara optimal untuk meningkatkan profesionalisme, kinerja pegawai, dan organisasi. Sistem penggajian belum didasarkan pada bobot pekerjaan. Gaji pokok belum mencerminkan beban tugas dan tanggung jawab. Tunjangan kinerja belum dikaitkan dengan prestasi kerja, serta pensiun belum menjamin kesejahteraan.

d. Kewenangan

Masih adanya praktik penyimpangan dan penyalahgunaan wewenang dalam proses penyelenggaraan pemerintahan dan belum mantapnya akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.

e. Pelayanan Publik

Belum dapat mengakomodir kepentingn seluruh lapisan masyarakat dan belum memenuhi hak-hak dasar warga negara/penduduk, serta belum sesuai dengan harapan bangsa berpendapatan menengah yang semakin maju dan persaingan global yang semakin ketat.

f. Pola pikir (mind-set) dan budaya kerja (culture-set)

Belum sepenuhnya mendukung birokrasi yang efisien, efektif, produktif, dan profesional. Selain itu, belum memiliki pola pikir yang melayani masyarakat, belum mencapai kinerja yang lebih baik (better performance), dan belum berorientasi pada hasil (outcome).

Page 8: LAPORAN HASIL EVALUASI NASIONAL R EFORMASI BIROKRASI

7

ARAHAN PRESIDEN TENTANG REFORMASI BIROKRASI

Salah satu sasaran prioritas nasional dalam visi Indonesia Maju, sebagaimana disampaikan oleh Presiden Joko Widodo di Sentul 14 Juli 2019, yaitu terwujudnya Reformasi Birokrasi.

Reformasi Birokrasi merupakan sebuah kebutuhan yang perlu dipenuhi dalam rangka memastikan terciptanya perbaikan tata kelola pemerintahan yang baik. Semakin baik tata kelola pemerintahan suatu negara, semakin cepat pula perputaran roda pembangunan nasional negara tersebut.

Page 9: LAPORAN HASIL EVALUASI NASIONAL R EFORMASI BIROKRASI

8

Hasil yang di-harapkan dari reformasi birokrasi adalah ter-ciptanya pemerintahan bersih, akuntabel, dan kapabel, sehingga dapat melayani masyarakat secara cepat, tepat, profesional, serta bersih dari praktik KKN (korup-si, Kolusi, Nepotisme) sebagaimana tercermin dalam tiga sasaran hasil utama program refor-masi birokrasi. Hal ini jelas sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Presiden Joko Widodo, bahwa kecepatan me-layani serta birokrasi akuntabel, efektif, dan efisien menjadi kunci bagi terwujudnya re-formasi birokrasi kita.

Page 10: LAPORAN HASIL EVALUASI NASIONAL R EFORMASI BIROKRASI

9

Reformasi birokrasi mendorong setiap instansi pemerintah agar manfaat keberadaannya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. Di tengah tuntutan masyarakat yang semakin tinggi, Reformasi Birokrasi mendesak Instansi Pemerintah untuk terus meningkatkan kualitas pelayanan publik.

Perubahan mindset dan culture set harus terus didorong agar birokrasi mampu menujukan performa/kinerja nya. Tidak hanya itu, dalam berbagai kesem- patan, Presiden Joko Widodo juga kerap menekankan birokrasi juga harus lebih lincah, sederhana, adaptif dan inovatif, serta mampu bekerja secara efektif dan efisien.

Berbagai arahan Presiden tersebut menunjukkan bahwa reformasi birokrasi harus dibangun secara sistematis dan berkelanjutan. Reformasi Birokrasi harus disadari dan dibangun bersama oleh seluruh Instansi Pemerintah di Indonesia, tanpa kecuali dalam mewujudkan Visi Indonesia Maju.

“ ……. Sangat penting bagi kita untuk mereformasi birokrasi kita. REFORMASI STRUKTURAL! Agar lembaga semakin sederhana, semakin simpel, semakin lincah! Hati-hati, kalo pola pikir, mind-set birokrasi tidak berubah, saya pastikan, AKAN SAYA PANGKAS! ”

Page 11: LAPORAN HASIL EVALUASI NASIONAL R EFORMASI BIROKRASI

10

Perencanaan Reformasi Birokrasi

Pelaksanaan reformasi birokrasi di seluruh kementerian/lembaga/ pemerintah daerah (K/L/Pemda), menuju tercapainya tata kelola pemerintahan yang baik, dilaksanakan berdasarkan Grand Design Reformasi Birokrasi (GDRB) 2010 – 2025. Grand Design menjadi acuan bagi k/l/pemda dalam melakukan reformasi birokrasi dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik.

Pelaksanaan operasional GDRB 2010 – 2025 dituangkan dalam Road Map Reformasi Birokrasi (RMRB) yang ditetapkan setiap 5 (lima) tahun sekali oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menteri PANRB).

A. Grand Design Reformasi Birokrasi 2010 – 2025

GDRB bertujuan untuk memberikan arah kebijakan pelaksanaan reformasi bitokrasi nasional selama kurun waktu 2010 – 2025, agar pelaksanaan reformasi birokrasi di K/L/Pemda dapat berjalan secara efektif, efisien, terukur, konsisten, terintegrasi, melembaga, dan berkelanjutan.

a. Arah kebijakan Reformasi Birokrasi Arah kebijakan reformasi birokrasi adalah:

a. Pembangunan aparatur negara dilakukan melalui reformasi birokrasi, untuk meningkatkan profesionalisme aparatur negara dan untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik, baik di pusat maupun di daerah, agar mampu mendukung keberhasilan pembangunan di bidang lainnya;

b. Kebijakan pembangunan di bidang hukum dan aparatur diarahkan pada perbaikan tata kelola pemerintahan yang baik, melalui pemantapan pelaksanaan reformasi birokrasi.

b. Visi dan Misi Reformasi Birokrasi

Visi reformasi birokrasi adalah “Terwujudnya Pemerintahan Kelas Dunia”, yaitu pemerintahan yang profesional dan berintegritas tinggi, yang mampu menyelenggarakan pelayanan prima kepada masyarakat, dan manajemen

Page 12: LAPORAN HASIL EVALUASI NASIONAL R EFORMASI BIROKRASI

11

pemerintahan yang demokratis, agar mampu menghadapi tantangan pada abad ke-21, melalui tata pemerintahan yang baik pada Tahun 2025.

Reformasi birokrasi memiliki beberapa misi sebagai berikut:

a. Membentuk/menyempurnakan peraturan perundang-undangan dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik;

b. Melakukan penataan dan penguatan organisasi, tatalaksana, manajemen sumber daya manusia aparatur, pengawasan, akuntabilitas, kualitas pelayanan publik, mind-set dan culture-set;

c. Mengembangkan mekanisme control yang efektif;

d. Mengelola sengketa administratif secara efektif dan efisien.

c. Tujuan dan Sasaran Reformasi Birokrasi

Reformasi birokrasi bertujuan untuk menciptakan birokrasi pemerintah yang profesional dengan karakteristik adaptif, berintegritas, berkinerja tinggi, bersih dan bebas KKN, mampu melayani publik, netral, sejahtera, berdedikasi, dan memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode etik aparatur negara.

Sasaran Reformasi Birokrasi adalah:

a. Terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme;

b. Meningkatnya kualitas pelayanan publik kepada masyarakat;

c. Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi.

Page 13: LAPORAN HASIL EVALUASI NASIONAL R EFORMASI BIROKRASI

12

d. Strategi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi

Pelaksanaan reformasi birokrasi dilakukan melalui tiga tingkat pelaksanaan, sebagaimana dijelaskan pada tabel di bawah ini:

Page 14: LAPORAN HASIL EVALUASI NASIONAL R EFORMASI BIROKRASI

13

Pengorganisasian pelaksana reformasi birokrasi dapat digambarkan sebagai berikut:

Strategi pelaksanaan reformasi birokrasi dilakukan melalui program-program yang berorientasi pada hasil (outcome oriented program). Program-program tersebut dilaksanakan sesuai dengan tingkat pelaksanaannya sebagaimana tercantum pada tabel di bawah ini:

Page 15: LAPORAN HASIL EVALUASI NASIONAL R EFORMASI BIROKRASI

14

B. Road Map Reformasi Birokrasi 2015 – 2019

GDRB 2010 – 2025 menjadi pedoman dalam penyusunan RMRB 2010 – 2014, RMRB 2015 – 2019, dan RMRB 2020 – 2024.

a. Keterkaitan Grand Design dengan Road Map Reformasi Birokrasi

Tujuan akhir dalam pada tahun 2019 diharapkan melalui reformasi birokrasi pe-merintah sudah beranjak ke tahap-an pemerintahan yang berbasis kinerja, dan pada tahun 2025 diharapkan pemerintahan sudah beranjak pada tatanan pemerintahan yang dinamis.

Pemerintahan berbasis kinerja ditandai dengan beberapa hal, antara lain:

a. Penyelenggaraan pe-merintahan dilaksanakan dengan berorientasi pada prinsip efektif, efisien, dan ekonomis;

b. Kinerja pemerintah difokuskan pada upaya untuk mewujudkan outcomes (hasil).

c. Seluruh instansi pemerintah menerapkan manajemen kinerja yang didukung dengan penerapan sistem berbasis elektronik untuk memudahkan pengelolaan data kinerja;

d. Setiap individu pegawai memiliki kontribusi yang jelas terhadap kinerja unit kerja terkecil, satuan unit kerja di atasnya, hingga pada organisasi secara keseluruhan. Setiap instansi pemerintah, sesuai dengan tugas dan fungsinya, secara terukur juga memiliki kontribusi terhadap kinerja pemerintah secara keseluruhan.

Page 16: LAPORAN HASIL EVALUASI NASIONAL R EFORMASI BIROKRASI

15

b. Sasaran dan Ukuran Keberhasilan Reformasi Birokrasi 2015 – 2019

Untuk mewujudkan tujuan pemerintahan yang berbasis kinerja pada tahun 2019, dirumuskan sasaran reformasi birokrasi sebagai berikut:

1. Birokrasi yang bersih dan akuntabel; 2. Birokrasi yang efektif dan efisien; 3. Birokrasi yang memiliki pelayanan publik berkualitas.

SASARAN REFORMASI BIROKRASI 2010-2014

PERBANDINGAN SASARAN REFORMASI BIROKRASI

Terwujudnyapemerintahan yang bersih

dan bebas KKN

Meningkatnya kapasitasdan akuntabilitas kinerja

birokrasi

Meningkatnya kapasitasdan akuntabilitas kinerja

birokrasi

SASARAN REFORMASI BIROKRASI 2015-2019

Terwujudnyapemerintahan yang bersih

dan bebas KKN

Meningkatnya kapasitasdan akuntabilitas kinerja

birokrasi

Meningkatnya kapasitasdan akuntabilitas kinerja

birokrasi

Page 17: LAPORAN HASIL EVALUASI NASIONAL R EFORMASI BIROKRASI

16

Untuk melihat keberhasilan upaya pencapaian sasaran reformasi birokrasi, ditetapkan ukuran keberhasilan dengan indikator-indikator sebagai berikut:

Page 18: LAPORAN HASIL EVALUASI NASIONAL R EFORMASI BIROKRASI

17

c. Area Perubahan dan Hasil yang Diharapkan Untuk mewujudkan ketiga sasaran reformasi birokrasi tersebut di atas,

ditetapkan area-area perubahan birokrasi. Perubahan-perubahan pada area tertentu dalam lingkup birokrasi diharapkan menciptakan kondisi yang kondusif untuk mendukung pencapaian tiga sasaran reformasi birokrasi.

Inti perubahan dari reformasi birokrasi adalah perubahan pada mental aparatur. Tetapi perubahan tersebut tidak dapat dilakukan hanya melalui langkah-langkah yang ditujukan langsung kepada aparatur, tetapi juga harus ditujukan kepada seluruh sistem yang melingkup aparatur.

Area Perubahan dan Sasaran Reformasi Birokrasi

Page 19: LAPORAN HASIL EVALUASI NASIONAL R EFORMASI BIROKRASI

18

Area-area perubahan tersebut dan hasil yang diharapkan adalah sebagai berikut:

Page 20: LAPORAN HASIL EVALUASI NASIONAL R EFORMASI BIROKRASI

19

Page 21: LAPORAN HASIL EVALUASI NASIONAL R EFORMASI BIROKRASI

20

d. Program-program Reformasi Birokrasi 2015 – 2019 Program-program reformasi birokrasi, baik dalam tingkatan makro, meso,

maupun mikro adalah sebagai berikut:

Page 22: LAPORAN HASIL EVALUASI NASIONAL R EFORMASI BIROKRASI

21

C. Penilaian mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi

Pelaksanaan Reformasi Birokrasi sebagai-mana diamanatkan dalam Peraturan Presiden Nomor 81 tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010 – 2025 sudah memasuki tahun ke 10 (sepuluh) dan sudah di-laksanakan pada seluruh instansi pusat dan hampir seluruh pemerintah daerah.

Agar pelaksanaan reformasi birokrasi dapat berjalan sesuai dengan arah yang telah ditetapkan, maka perlu dilakukan monitoring dan evaluasi berkala untuk mengetahui sejauh mana kemajuan dari hasil pelaksanaannya. Disamping itu monitoring dan evaluasi juga dimaksudkan untuk memberikan masukan dalam menyusun rencana aksi perbaikan berkelanjutan bagi pelaksanaan reformasi birokrasi periode atau tahun berikutnya.

Kementerian PANRB telah menetapkan Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) yang digunakan sebagai instrumen untuk mengukur kemajuan pelaksanaan reformasi birokrasi secara mandiri (self-assessment).

Pelaksanaan PMPRB dilaksanakan berdasarkan Peraturan Menteri PANRB Nomor 8 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri PANRB Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pedoman Evaluasi Reformasi Birokrasi Instansi

Page 23: LAPORAN HASIL EVALUASI NASIONAL R EFORMASI BIROKRASI

22

Pemerintah. Perubahan mendasar dari pedoman tersebut adalah penekanan cakupan evaluasi hingga ke unit kerja yang tidak diatur pada pedoman sebelumnya.

Adapun tujuan dilakukan PMPRB, adalah untuk:

a. Memperoleh informasi tentang pelaksanaan reformasi birokrasi di lingkugan internal instansi pemerintah;

b. Menggambarkan pelaksanaan dan pencapaian reformasi birokrasi di lingkungan internal instansi pemerintah;

c. Memonitor rencana aksi tindak lanjut hasil penilaian mandiri di lingkungan internal instansi pemerintah periode sebelumnya.

Model PMPRB yang digunakan disusun atas dasar Peraturan Menteri PANRB Nomor 11 Tahun 2015 tentang Road Map Reformasi Birokrasi Tahun 2015 – 2019. Dalam peraturan ini digunakan program-program reformasi birokrasi sebagai unsur komponen pengungkit dan sasaran reformasi birokrasi sebagai hasil.

Model ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Melalui model tersebut dapat diuraikan bahwa program-program yang dicanangkan dalam Road Map Reformasi Birokrasi 2015 – 2019 merupakan proses yang menjadi pengungkit yang diharapkan dapat menghasilkan sasaran peningkatkan kapasitas dan akuntabilitas organisasi, pemerintahan yangbersih dan bebas KKN, serta peningkatan kualitas pelayanan publik.

Page 24: LAPORAN HASIL EVALUASI NASIONAL R EFORMASI BIROKRASI

23

Penilaian terhadap setiap program dalam komponen pengungkit (proses) dan sasaran reformasi birokrasi diukur melalui indikator-indikator yang dipandang mewakili program tersebut. Sehingga dengan menilai indikator tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran pencapaian upaya yang berdampak pada pencapaian sasaran.

Penyimpulan atas hasil PMPRB dilakukan dengan menjumlahkan angka tertimbang dari masing-masing komponen. Nilai hasil akhir dari penjumlahan komponen-komponen akan dipergunakan untuk menentukan tingkat pelaksanaan reformasi birokrasi, dengan kategori sebagai berikut:

Page 25: LAPORAN HASIL EVALUASI NASIONAL R EFORMASI BIROKRASI

24

CAPAIAN REFORMASI BIROKRASI

Tujuan pelaksanaan evaluasi reformasi birokrasi adalah memetakan perkembangan/kemajuan pelaksanaan reformasi birokrasi dan memberikan saran dalam rangka perbaikan dan percepatan pelaksanaan reformasi birokrasi. Diharapkan hasil dari evaluasi reformasi birokrasi dapat menggambarkan pemerintahan yang bersih dan akuntabel, pemerintah yang efektif dan efisien dan mampu memberikan pelayanan publik yang berkualitas.

Pelaksanaan evaluasi berpedoman pada Peraturan Menteri PANRB Nomor 8 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri PANRB Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pedoman Evaluasi Reformasi Birokrasi Instansi Pemerintah. Perubahan mendasar dari pedoman tersebut adalah penekanan cakupan evaluasi hingga ke unit kerja yang tidak diatur pada pedoman sebelumnya. Peraturan ini menjadi acuan dan dasar hukum dalam melakukan evaluasi RB. Evaluasi ini dilakukan oleh kementerian/lembaga masing-masing terlebih dahulu (self assessment) kemudian hasil dari self assessment diverifikasi oleh Kementerian PANRB.

Page 26: LAPORAN HASIL EVALUASI NASIONAL R EFORMASI BIROKRASI

25

A. Capaian Reformasi Birokrasi

Page 27: LAPORAN HASIL EVALUASI NASIONAL R EFORMASI BIROKRASI

26

Page 28: LAPORAN HASIL EVALUASI NASIONAL R EFORMASI BIROKRASI

27

Sasaran 1 - Birokrasi yang Bersih dan Akuntabel 1. Opini WTP atas Laporan Keuangan

Opini BPK atas Laporan Keuangan mencerminkan kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan yang didasarkan pada empat kriteria yakni:

a. Kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan b. Kecukupan pengungkapan (adequate disclosures) c. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan d. Efektivitas sistem pengendalian intern

Opini tertinggi atas Laporan Keuangan adalah Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) yang memiliki makna bahwa :

a. Pengelolaan keuangan telah dicatat sesuai standar akuntansi pemerintahan. b. Tidak ada pelanggaran peraturan perundangan. c. Sistem pengendalain internal telah mampu mencegah kemungkinan

terjadinya risiko.

Capaian sasaran Birokrasi yang Bersih dan Akuntabel dari indikator Opini WTP atas Laporan Keuangan memperlihatkan hal yang menggembirakan. Dari target yang akan dicapai dalam Roadmap Nasional 2015-2019, capaian indikator Opini WTP atas Laporan Keuangan pada Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota telah melebihi target. Kini Pemerintah dapat lebih fokus pada perbaikan pengelolaan keuangan pemerintah pusat yaitu pada Kementerian dan Lembaga.

Selain WTP, opini atas laporan keuangan adalah Wajar Dengan Pengecualian (WDP), Tidak memberikan Pendapat (TMP) dan Tidak Wajar. Capaian indikator Opini WTP atas Laporan keuangan disajikan sebagai berikut:

OPINIBPK

Page 29: LAPORAN HASIL EVALUASI NASIONAL R EFORMASI BIROKRASI

28

2. Tingkat Kapabilitas APIP (Level 3)

Kapabilitas APIP mencerminkan kapasitas dan kemampuan APIP dalam menjalankan perannya sebagai auditor intern pada instansinya masing-masing. Tingkat kapabilitas APIP disimpulkan dari hasil penilaian tingkat kapabilitas yang dilaksanakan oleh BPKP dan atau dilaksanakan sendiri oleh APIP K/L/Pemda dengan quality assurance dari BPKP menggunakan pedoman penilaian kapabilitas APIP yang dikembangkan oleh BPKP.Target kapabilitas APIP pada akhir tahun RoadMap RB adalah level 3. Tingkat kapabilitas APIP level 3 mengambarkan kemampuan APIP dalam menilai efisiensi, efektivitas ekonomis suatu kegiatan dan mampu memberikan konsultasi pada tatakelola, manajemen risiko, dan pengendalian intern.

Capaian sasaran Birokrasi yang Bersih dan Akuntabel dari indikator Tingkat Kapabilitas APIP (Level 3) ini memperlihatkan bahwa target yang akan dicapai dalam Roadmap Nasional 2015-2019 masih memerlukan upaya yang lebih besar karena masih jauh dari target yang akan dicapai terutama untuk K/L dan pemerintah daerah kabupaten/kota.

3. Tingkat Kematangan Implementasi SPIP (level 3)

Pengertian Sistem Pengendalian Intern menurut PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang SPIP adalah "Proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan."

Tingkat kematangan (maturitas) Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) adalah kerangka kerja yang menunjukkan karakteristik dasar kematangan penyelenggaran SPIP yang terstruktur dan berkelanjutan serta dapat digunakan sebagai instrument evaluatif dan panduan generik peningkatan efektivitas SPIP. Semakin tinggi tingkat kematangan penyelenggaraan SPIP, maka diharapkan akan semakin baik kualitas pencapaian tujuan instansi pemeirntah dan semakin berkualitas birokrasi.

Tingkat kematangan SPIP pada level 3 menunjukkan bahwa instansi pemerintah telah melaksanakan praktik pengendalian intern dan terdokumentasi dengan baik. Capaian sasaran Birokrasi yang Bersih dan Akuntabel dari indikator Tingkat Kapabilitas APIP (Level 3) ini memperlihatkan bahwa target yang akan dicapai dalam Roadmap Nasional 2015-2019 masih memerlukan upaya yang besar terutama untuk kabupaten/kota.

Page 30: LAPORAN HASIL EVALUASI NASIONAL R EFORMASI BIROKRASI

29

4. Instansi Pemerintah yang Akuntabel (Skor B atas SAKIP)

Skor Akuntabilitas Kinerja (SAKIP) mengambarkan efektifitas dan efisiensi penggunaan anggaran setiap instansi pemerintah. Semakin tinggi skor AKuntabilitas Kinerja semakin efektif dan efisien penggunaan anggaran pada instansi pemerintah. Skor B adalah skor minimal ketika instansi pemerintah bisa dianggap efektif dan efisien.

Secara umum tingkat efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran, capaian kinerja, upaya terwujudnya pemerintahan yang berorientasi hasil pada Kementerian, Lembaga, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota tahun 2019 berada pada kondisi baik. Semua capaian baik pada Kementerian, Lembaga, dan Pemerintah Daerah pada tahun 2019 ini telah memenuhi target yang telah ditetapkan pada Roadmap Nasional 2015-2019.

Dukungan dan dorongan Presiden dan Wakil Presiden terhadap penerapan manajemen pemerintahan yang berorientasi hasil telah terlihat nyata demi mewujudkan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dukungan dan dorongan Presiden dan Wakil Presiden tersebut juga terwujud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2017 tentang Sinkronisasi Proses Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Nasional.

Untuk terus meningkatkan kualitas atas penerapan Sistem AKIP, beberapa Kementerian, Lembaga, dan Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten, serta Pemerintah Kota telah berupaya mengarahkan penggunaan sumber dayanya dalam upaya pencapaian kinerja sesuai dengan harapan masyarakat. Namun demikian, sebagian lainnya belum mampu mengelola sumber dayanya untuk memberikan hasil yang terbaik bagi masyarakat. Masih diperlukan perbaikan yang komprehensif dalam upaya penerapan SAKIP ini, baik dari sisi manajerial untuk setiap tingkatan pejabat, maupun penyempurnaan dari sisi kebijakan. Harmonisasi kebijakan perencanaan, penganggaran dan akuntabilitas kinerja mutlak perlu dilakukan agar terwujud sinergi dalam mendorong penerapan manajemen kinerja sektor publik.

5. Penggunaan e-Procurement terhadap belanja pengadaan

Penggunaan e-Procurement terhadap Belanja Pengadaan menggambarkan sejauh mana penerapan pengadaan barang dan/ jasa secara elektronik dilakukan oleh Kementerian/Lembaga/ Pemerintah Daerah. Capaian indikator Penggunaan e-Procurement terhadap belanja pengadaan dilihat dari besaran persentase belanja pengadaan yang dilakukan melalui proses

Page 31: LAPORAN HASIL EVALUASI NASIONAL R EFORMASI BIROKRASI

30

pengadaan secara elektronik terhadap total anggaran belanja pengadaan yang ada.

E-Procurement dilaksanakan dalam rangka menekan terjadinya pertemuan antara pihak penyedia barang/jasa dan pihak instansi pemerintah. Dengan semakin rendahnya intensitas pertemuan, bahkan tidak sama sekali dilakukan pertemuan, maka diharapkan dapat menekan risiko terjadinya tindak kecurangan seperti penggelembungan harga (markup), suap, atau bentuk kecurangan. Selain itu, dengan mekanisme e-procurement, segala bentuk transaksi memiliki rekam jejak dan pencatatan sehingga memudahkan proses monitoring dan evaluasi, serta pelaporan atas pengadaan Barang Milik Negara (BMN).

Capaian sasaran Birokrasi yang Bersih dan Akuntabel dari indikator Penggunaan e-Procurement terhadap Belanja Pengadaan pada tahun 2019 ini memperlihatkan bahwa target yang telah ditetapkan pada Roadmap Nasional 2015-2019 telah berhasil dicapai. Hal ini tentunya akan semakin memberikan dampak yang semakin baik pada proses pengadaan yang dilakukan oleh instansi pemerintah.

Sasaran 2 - Birokrasi yang Efektif dan Efisien 1. Indeks Reformasi Birokrasi Rata-Rata Nasional

Indeks Reformasi Birokrasi mengambarkan sejauh mana instansi pemerintah melaksanakan perbaikan tata kelola pemerintahan yang bertujuan pada pemerintahan yang efektif dan efisien, bersih dari KKN, dan memiliki pelayanan publik yang berkualitas. Semakin tinggi indeks Reformasi Birokrasi, semakin baik pengelolaan tata pemerintahan yang efektif dan efisien, bersih dari KKN, dan memiliki pelayanan publik yang berkualitas.

Pelaksanaan evaluasi Kemajuan Reformasi Birokrasi Tahun 2019, dilaksanakan pada 84 Kementerian/Lembaga, 34 Pemerintah Provinsi dan 303 Pemerintah Kabupaten/Kota. Capaian indeks RB pada pemerintah pusat maupun pemerintah daerah cukup baik jika dibandingkan dengan target Roadmap Nasional 2015-2019, namun tetap memerlukan upaya yang konsisten, sistematis, dan terencana dari seluruh pihak yang diberikan mandat untuk memenuhi target yang ditetapkan. Upaya percepatan Reformasi Birokrasi tahun 2019 pada Instansi Pemerintah mengalami perkembangan positif. Hal ini terlihat dari penerapan unit kerja pelayanan percontohan, rekrutmen SDM yang semakin transparan, sistem

Page 32: LAPORAN HASIL EVALUASI NASIONAL R EFORMASI BIROKRASI

31

promosi yang baik, serta pemangkasan proses bisnis pelayanan. Meskipun mengalami perkembangan yang positif, namun reformasi birokrasi belum dirasakan secara optimal oleh masyarakat dan masih perlu perbaikan yang diperlukan.

2. Indeks E-Government Nasional

Penerapan e-government yang terintegrasi merupakan kunci bagi keberhasilan reformasi birokrasi terutama ditujukan untuk mewujudkan proses kerja yang efisien, efektif, transparan, dan akuntabel serta meningkatkan kualitas pelayanan publik. Indeks e-Government Nasional adalah indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat penerapan sistem informasi pada instansi pemerintah. Sampai saat ini kami belum bisa menyajikan data dan informasi atas ketercapaian indikator Indeks E-Government Nasional.

Sasaran 3 - Birokrasi yang Memiliki Pelayanan Publik Berkualitas

Sasaran terciptanya Birokrasi yang memiliki Pelayanan Publik yang Berkualitas diarahkan pada menguatnya kelembagaan dan manajemen pelayanan, serta menguatnya kapasitas pengeliolaan kinerja pelayanan publik. Sasaran ini memiliki dua indikator, yaitu Indeks Integritas Nasional, dan Persentase kepatuhan Pelaksanaan UU Pelayanan Publik (Zona Hijau).

1. Indeks Integritas Nasional

Indeks integritas aparatur digunakan sebagai indikator untuk mengetahui sejauh mana integritas aparatur dalam melaksanakan tugasnya. Indeks integritas aparatur diukur dari pelaksanaan sistem penilaian kinerja pegawai, pelaksanaan kode etik pegawai, pelaksanaan kebijakan gratifikasi, whistle blowing system, benturan kepentingan, transparansi pelaporan harga kekayaan pegawai dan penguatan sistem pengendalian internal, serta dilihat dari survey kepada masyarakat atas perilaku integritas aparatur dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Sampai saat ini kami belum bisa menyajikan data dan informasi atas ketercapaian indikator Indeks Integritas Nasional.

Page 33: LAPORAN HASIL EVALUASI NASIONAL R EFORMASI BIROKRASI

32

2. Persentase kepatuhan Pelaksanaan UU Pelayanan Publik (Zona Hijau) Penilaian kepatuhan pelaksanaan UU Nomor 25 Tahun 2009 Tentang

Pelayanan Publik diperlukan untuk memastikan bahwa setiap instansi pemerintah, khususnya yang memberikan pelayanan secara langsung kepada masayrakat, telah memenuhi setiap unsur yang terdapat dalam UU tersebut. Unsur-unsur pelayanan yang disebutkan dalam undang-undang tersebut, antara lain Standar Peayanan, Maklumat Pelayanan, Sistem Infomrasi Pelayanan Publik, Sarana dan prasarana Fasilitas, Pelayanan Khusus, Pengellaan Pengaduan, Penilaian Kinerja, Visi Misi dan Moto Pelayanan, Atribut, serta Pelayanan terpadu.

Penilaian atas kepatuhan pelaksanaan Undang-Undang Pelayanan Publik mengkategorikan instansi pemerintah kedalam tiga zona, yaitu Zona Merah (rendah), Zona Kuning (Sedang), dan Zona Hijau (Tinggi). Semakin mendekati zona hijau, maka pemenuhan unsur pelayanan publik dapat dikatakan sudah baik. Sebaliknya, semekin mendekati merah, berarti pemenuhan atas unsur-unsur pelayanan publik masih buruk. Di bawah ini adalah kategorisasi penilaian tingkat kepatuhan:

Nilai Kementerian

Nilai Pemerintah Daerah

Tingkat Kepatuhan Zona

0 – 55 0 – 50 Rendah Merah 56 – 88 51 – 80 Sedang Kuning

89 – 110 81 – 100 Tinggi Hijau

Sampai dengan tahun 2019 Ombudsman RI telah mensurvei Kementerian sebanyak 25 Kementerian yang memiliki pelayanan publik, dan yang telah berada pada zona hijau ada sebanyak 23 Kementerian. Untuk Lembaga sampai dengan tahun 2019 Ombudsman RI telah mensurvei Lembaga sebanyak 16 Lembaga yang memiliki pelayanan publik, dan yang telah berada pada zona hijau ada sebanyak 13 Lembaga. Sampai dengan tahun 2019 Ombudsman RI telah mensurvei 34 provinsi dan yang telah berada pada zona hijau sebanyak 30 provinsi. Untuk Kab/Kota sampai dengan tahun 2019 Ombudsman RI telah mensurvei sebanyak 306 Kabupaten dan 85 Kota, dan yang telah berada pada zona hijau sebanyak 162 Kabupaten dan 61 Kota.

Page 34: LAPORAN HASIL EVALUASI NASIONAL R EFORMASI BIROKRASI

33

K P K K

I B N

B. Indeks Reformasi Birokrasi Rata-rata Nasional

Indeks Reformasi Birokrasi Rata - Rata Nasional menggambarkan tingkat kemajuan pelaksanaan reformasi birokrasi secara nasional. Diukur dari jumlah nilai reformasi birokrasi instansi pemerintah yang dievaluasi pada tahun 2019 dibagi jumlah instansi pemerintah yang dievaluasi.

Pencapaian di tahun 2019 masih terdapat realisasi yang belum 100% (kementerian/lembaga), namun bila dilihat dari angka realisasi, masih menunjukkan hasil yang positif, kecuali Indeks RB rata-rata yang ada di pemerintah daerah kabupaten/kota. Penambahan jumlah evaluasi sangat mempengaruhi nilai rata-rata Indeks RB rata-rata yang ada di pemerintah daerah kabupaten/kota. Meskipun demikian, capaiannya masih diatas target yang ditetapkan.

Indeks RB dari pemerintah daerah kabupaten/kota yang baru dievaluasi pada tahun 2019 ini memiliki kecenderungan menghasilkan indeks RB yang masih belum baik, sehingga mempengaruhi nilai rata-ratanya. Pada tingkat kabupaten/ kota tahun 2018 yang dievaluasi sebanyak 207 kabupaten/kota dan meningkat di tahun 2019 menjadi 303 kabupaten/kota.

Semakin banyak kabupaten/ kota yang menerapkan reformasi birokrasi apabila dibandingkan dengan tahun lalu, sehingga jumlah pemerintah daerah yang dievaluasi semakin banyak. Kabupaten/ kota yang sudah lama menerapkan reformasi birokrasi memiliki kecenderungan indeks RB-nya naik dibandingkan dengan tahun lalu, sementara yang baru menerapkan tidak.

Page 35: LAPORAN HASIL EVALUASI NASIONAL R EFORMASI BIROKRASI

34

C. Instansi Pemerintah dengan Indeks Reformasi Birokrasi Baik (Katagori B ke atas)

Peningkatan efektivitas pelaksanaan reformasi birokrasi nasional keberhasilannya diukur dengan indikator kinerja “Persentase Instansi Pemerintah yang memiliki nilai indeks Reformasi Birokrasi (RB) “Baik” (kategori “B” ke atas). Persentase Instansi Pemerintah dengan Indeks RB ”Baik” dihitung berdasarkan Jumlah Kementerian/Lembaga/Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota dengan indeks RB ”Baik” dibagi dengan populasi 84 Kementerian/Lembaga, 34 Pemerintah Provinsi dan 508 Pemerintah Kabupaten/Kota sebagai pembaginya. Selama periode tahun 2015 - 2019, kecenderungan indeks RB pada instansi pemerintah dapat digambarkan sebagai berikut:

Evaluasi terhadap pelaksanaan RB dilakukan dengan menggunakan instrumen yang diamanatkan dalam Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pedoman Evaluasi Reformasi Birokrasi Instansi Pemerintah. Evaluasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi yang mulai dilakukan Tahun 2014 tersebut lebih difokuskan pada implementasi reformasi birokrasi pada tingkatan Instansi Pemerintah (Kementerian/Lembaga/Provinsi/ Kabupaten/ Kota) dan pada pemenuhan infrastruktur pelaksanaan reformasi birokrasi.

Setelah evaluasi pelaksanaan reformasi birokrasi dilakukan secara berkelanjutan sejak Tahun 2014 tersebut, ternyata dijumpai permasalahan-permasalahan yang memerlukan penyempurnaan terhadap pedoman Evaluasi Reformasi Birokrasi. Kemudian pada tahun 2018 Evaluasi Reformasi Birokrasi telah berhasil diterbitkan Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 30 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pedoman Evaluasi Reformasi Birokrasi Instansi Pemerintah. Perubahan Pedoman

I P I B B

K P K K

I P I B B

K P K K

Page 36: LAPORAN HASIL EVALUASI NASIONAL R EFORMASI BIROKRASI

35

tersebut menitikberatkan pada penambahan beberapa indikator penilaian baru yang sebelumnya tidak ada, antara lain penambahan Indeks Arsip, Maturitas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), Indeks Internal Audit Capability Model (IACM), Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) dan Laporan Harta Kekayaan Aparatur Sipil Negara (LHKASN), serta Penanganan Pengaduan Masyarakat.

Pada tahun 2019 evaluasi pelaksanaan RB menggunakan Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 8 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pedoman Evaluasi Reformasi Birokrasi Instansi Pemerintah. Perubahan mendasar dari pedoman tersebut adalah penekanan cakupan evaluasi pelaksanaan Reformasi Birokrasi lebih mendalam sampai ke unit kerja, yang pada pedoman sebelumnya evaluasi dilakukan hanya sampai tingkatan Instansi Pemerintah. Pedoman evaluasi yang terbaru tersebut dimaksudkan untuk memastikan bahwa pelaksanaan reformasi birokrasi lebih merata pada seluruh unit kerja dengan meningkatkan keterlibatan seluruh anggota organisasi masing-masing instansi pemerintah.

Sejak Tahun 2015 perkembangan instasni pemerintah yang melaporkan perkembangan implementasi reformasi birokrasi melalui aplikasi Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) menunjukkan kecenderungan semakin meningkat. Hal ini berdampak pada jumlah instansi pemerintah yang dievaluasi pelaksanaan reformasi birokrasinya juga semakin bertambah banyak, karena evaluasi didasarkan pada instansi pemerintah yang telah melaporkan PMPRB. Kementerian/Lembaga sejak Tahun 2014 memang yang paling banyak melaporkan PMPRB dan hasil evaluasinya juga menunjukkan kecenderungan yang semakin membaik. Hal tersebut disebabkan besaran pemberian tunjangan kinerja kepada para pegawai Kementerian/Lembaga didasarkan pada indeks reformasi birokrasi Kementerian/Lembaga yang bersangkutan. Semakin tinggi indeks reformasi birokrasi Kementerian/Lembaga maka akan mendapatkan tunjangan kinerja yang semakin besar juga.

Apabila melihat grafik kecenderungan instansi pemerintah dengan indeks RB “Baik” di atas, maka terlihat jelas persoalan yang mendesak untuk diatasi adalah implementasi reformasi birokrasi pada Pemerintah Kabupaten/Kota. Hal ini terlihat jelas pada realisasi tahun 2019, sebanyak 81 dari 85 kementerian/lembaga telah memiliki indeks RB “Baik”, untuk provinsi sebanyak 25 dari 34 provinsi telah memiliki indeks RB “Baik”, namun baru 128 dari 508 kabupaten/kota yang telah memilki indeks RB “Baik”.

Meskipun demikian, sebenarnya perkembangan pelaksanaan RB pada tingkat Pemerintah Kabupaten/Kota dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan, walaupun belum signifikan. Hal ini terlihat dari data evaluasi pelaksanaan Reformasi Birokrasi, pada tahun 2015 sebanyak 33 Pemerintah Kabupaten/Kota, terus

Page 37: LAPORAN HASIL EVALUASI NASIONAL R EFORMASI BIROKRASI

36

meningkat setiap tahunnya sehingga dalam tahun 2019 menjadi sebanyak 303 kabupaten/kota yang dievaluasi. Hal ini menunjukkan mulai timbunya kepedulian Pemerintah Kabupaten/Kota untuk melaksanakan Reformasi Birokrasi semakin baik. Perkembangan pelaksanaan reformasi birokrasi pada Pemerintah Kabupaten/Kota akan semakin meningkat lagi sehubungan telah ditetapkannya kebijakan dari Kementerian Dalam Negeri yang mewajibkan kepada setiap Pemerintah Daerah untuk mendasarkan pemberian Tunjangan Kinerja Daerah ataupun Tunjangan Perbaikan Penghasilan dengan besaran indeks reformasi birokrasi setiap Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota yang bersangkutan.

Untuk menetapkan langkah-langkah lanjutan pelaksanaan Reformasi Birokrasi 5 tahun kedepan, telah dilakukan pembahasan-pembahasan yang melibatkan seluruh stakeholder yang terkait maupun praktisi dan perguruan tinggi dalam merumuskan berbagai strategi percepatan pelaksanaan Reformasi Birokrasi secara nasional, dengan memperhatikan berbagai permasalahan, kendala dan hasil-hasil yang telah dicapai dalam pelaksanaan Reformasi Birokrasi sejak 2015 - 2019. Hasil pembahasan dimaskud akan dituangkan dalam Road Map Reformasi Birokrasi 2020-2024, yang saat ini memasuki tahap finalisasi peraturan formalnya.

D. Survei Hasil Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Indeks persepsi korupsi merupakan pengukuran terhadap tingkat korupsi di

suatu negara yang dilakukan secara berkala oleh Lembaga Transparency International. Sejak diluncurkan pada tahun 1995, Corruption Perceptions Index (CPI) atau yang kita kenal sebagai Indeks Persepsi Korupsi (IPK) digunakan oleh banyak negara sebagai referensi tentang situasi korupsi. IPK merupakan indeks gabungan yang mengukur persepsi korupsi secara global. Indeks gabungan ini berasal dari 13 (tiga belas) data korupsi yang dihasilkan oleh berbagai lembaga independen yang kredibel. IPK digunakan untuk membandingkan kondisi korupsi di suatu negara terhadap negara lain. IPK mengukur tingkat persepsi korupsi di sektor publik, yaitu korupsi yang dilakukan oleh pejabat negara dan politisi. Sampai dengan akhir tahun 2019, tren IPK Indonesia adalah sebagai berikut:

I P K I

I P K

Page 38: LAPORAN HASIL EVALUASI NASIONAL R EFORMASI BIROKRASI

37

Skor IPK tahun 2019 sebesar 40 atau urutan ke 85 dari 180 negara. Meskipun membaik dibanding tahun sebelumnya namun dibanding dengan negara-negara ASEAN perkembangan indeks persepsi korupsi juga masih dibawah Singapura (85), Brunei Darussalam (60), dan Malaysia (53). Peningkatan Skor IPK Indonesia selama dua tahun terakhir didorong oleh efektivitas pencegahan dan pemberantasan korupsi di Indonesia yang semakin membaik.

Survei Hasil Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (SHPRB) dilakukan dalam rangka memberikan penilaian terhadap persepsi atas kualitas layanan dan persepsi anti korupsi yang dilakukan terhadap pengguna layanan. Survei ini diberikan kepada pengguna layanan pada setiap instansi pemerintah yang dilakukan penilaian pelaksanaan RB dan pembangunan zona integritas yang merupakan kerja sama antara BPS dan Kementerian PANRB. Hasil penilaian merupakan cerminan bagaimana masyarakat sebagai pengguna layanan memberikan persespi yang didasarkan dari pengalaman pengguna layanan dalam menerima layanan di instansi pemerintah tersebut.

Hasil survei sejalan dengan peningkatan Indeks Persepsi Korupsi yang dilakukan oleh Lembaga Transparency International, nilai indeks meningkat namun tidak secara signifikan. Hal ini tentunya masih menjadi perhatian khusus bagi pelaksanaan pembangunan integritas untuk mencegah korupsi yang masih terjadi di Indonesia.

Page 39: LAPORAN HASIL EVALUASI NASIONAL R EFORMASI BIROKRASI

38

E. Indikator-indikator Reformasi Birokrasi Lainnya Berbagai capaian dan kemajuan reformasi birokrasi di indonesia mampu

mendobrak berbagai indeks/indikator global yang mengukur dan mengindikasikan keberhasilan reformasi birokrasi disuatu negara. Beberapa indikator diantaranya ialah Ease of Doing Business (Kemudahan Melakukan Berbisnis) yang dikeluarkan oleh World Bank, Corruption Perceptions Index (Indeks Persepsi Korupsi) yang dikeluarkan oleh Transparency International, Government Effectiveness Index yang dikeluarkan oleh World Bank, Trust Barometer yang dikeluarkan oleh Edelman. Semua indeks tersebut mengalami peningkatan dan menunjukan trand positif dalam empat tahun terahkir. Hal ini mengindikasikan adanya progres maupun keberhasilan dalam pelaksanaan Refor- masi Birokrasi di Indonesia. lebih lanjut dapat dilihat pada table berikut

Page 40: LAPORAN HASIL EVALUASI NASIONAL R EFORMASI BIROKRASI

39

Berbagai upaya strategis pelaksanaan reformasi birokrasi yang telah dilakukan untuk mendorong perbaikan diberbagai bidang aparatur adalah sebagai berikut :

1. Ditetapkannya Undang-Undang Aparatur Sipil Negara (UU No 5 Tahun 2014). Dengan adanya undang-undang ini, ASN semakin dibangun karakter dan budaya kinerjanya agar lebih berintegritas, professional, netral dan bebas dari intervensi politik, bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme, serta mampu menyelenggarakan pelayanan publik yang berkualitas untuk masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai unsur perekat dan persatuan dan kesatuan bangsa. Selain itu, undang-undang ini mendorong peningkatkan kualitas manajemen aparatur sipil negara dalam suatu sistem merit yang berdasarkan pada kualifikasi, kompeten- si dan kinerja mulai dari proses rekrutmen dan seleksi, pengembangan kompetensi, penempatan, promosi, rotasi, dan karir.

2. Diterapkannya Talent Pool ASN Nasional sebagai dasar mana- jemen ASN yang transparan, kompetitif dan berbasis merit. Talent Pool ASN dapat mewujudkan sistem pengkaderan pejabat tinggi ASN. Hal ini dilakukan melalui penerapan sistem promosi terbuka, transparan, kompetitif dan berbasis kompetensi untuk jabatan pimpinan tinggi.

3. Dilakukan kajian untuk menelaah keberadaan Lembaga Non Struktural. Hasil kajian merekemendasikan untuk melikuidasi dan fungsi-fungsinya dilaksanakan oleh instansi terkait, integrasi atau penggabungan LNS yang memiliki tugas fungsi serupa, integrase LNS ke kementerian atau Lembaga yang membidangi urusan pemerintahan yang sama.

Tindak lanjut hasil kajian tersebut dilakukan dengan penataan Kelembagaan Non Struktural (LNS) oleh Presiden, dimana sepanjang tahun 2014-2017 telah dihapus sebanyak 23 LNS.

4. Telah diterbitkan Perpres Nomor 95 Tahun 2018 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) yang bertujuan untuk mewujudkan sistem pemerintahan berbasis elektronik yang terpadu baik di instansi Pusat maupun Pemerintah Daerah. Arsitektur SPBE Nasional akan digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan integrasi proses bisnis, data, infrastruktur, aplikasi dan keamana SPBE untuk menghasilkan keterpaduan secara nasional. Berdasarkan kebijakan tersebut, seluruh instansi pemerintah wajib menerapkan SPBE atau

Page 41: LAPORAN HASIL EVALUASI NASIONAL R EFORMASI BIROKRASI

40

yang lebih dikenal dengan e-government. Dengan adanya SPBE ini akan terwujud satu data Indonesia (open data) melalui bagi pakai data antar instansi pemerintah, minimalisir duplikasi pembangunan aplikasi antar K/L sehingga meningkatkan efisiensi anggaran dan mengurangi pemborosan dalam pembangunan Pemerintahan Berbasis Elektronik.

5. Sistem rekrutmen ASN berbasis kompetensi dengan CAT (Computer Assited Test). Dengan metode ini pelaksanaan rekrutmen semakin objektif, transparan dan akuntabel. Karena hasil seleksi dapat diketahui secara langsung tanpa perlu menunggu lama (hasil ujian akan langsung keluar setelah selesai mengikuti ujian). Dari total keseluruhan 652 Instansi terdapat 51 instansi provinsi/kabupaten dan kota di Indonesia yang belum memanfaatkan CAT. Berikut presentasi instansi pemerintah yang memanfaatkan CAT dari tahun 2015-2018.

6. Hadirnya pelayanan terpadu yang mengintegrasikan pelayanan dari pemerintah

pusat, daerah dan swasta dalam satu lokasi yang dekat dengan pusat kegiatan ekonomi masyarakat, dimana konsep pelayanan terpadu ini dikemas dengan sebutan Mal Pelayanan Publik (MPP). Dengan adanya MPP, masyarakat akan semakin merasakan kemudahan, transparansi, dan kecepatan pelayanan dalam mengurusi berbagai jenis layanan atau perizinan baik secara individu maupun sebagai badan usaha. Sehingga dapat meningkatkan nilai Ease of Doing Business (EoDB) di Indonesia. Hadirnya pelayanan terpadu yang mengintegrasikan pelayanan dari pemerintah pusat, daerah dan swasta dalam satu lokasi yang dekat dengan pusat kegiatan ekonomi masyarakat, dimana konsep pelayanan terpadu ini dikemas dengan sebutan Mal Pelayanan Publik (MPP). Dengan adanya MPP, masyarakat akan semakin merasakan kemudahan, transparansi, dan kecepatan pelayanan dalam mengurusi berbagai jenis layanan atau perizinan baik secara individu maupun sebagai badan usaha. Sehingga dapat meningkatkan nilai Ease of Doing Business (EoDB) di Indonesia.

Page 42: LAPORAN HASIL EVALUASI NASIONAL R EFORMASI BIROKRASI

41

7. Diterapkannya Pengelolaan Pengaduan Pelayanan Publik Nasional (SP4N) berbasis online dengan aplikasi LAPOR! (Layanan Aspirasi dan Pengaduan Online Rakyat) dengan adanya SP4N ini, penanganan pengaduan semakin efektif dan memberikan penyelesaian bagi masyarakat sehingga akan berkontribusi langsung terhadap perbaikan tata kelola pemerintahan yang baik dan memperkuat fungsi pelayanan publik. Selain itu pemanfaatan SP4N-LAPOR! dapat mencegah terjadi nya tindak pidana korupsi, mengurangi konflik sehing- ga membantu terciptanya rasa aman di tengah-tengah masyarakat. Saat ini 34 Kementerian, 97 Lembaga, 116 BUMN, 130 PTN/ PTS/Kopertis, 130 Perwakilan RI di LN, 341 Pemda Kabupaten, 85 Pemda Kota, 31 Pemda Provinsi telah terhubung dengan aplikasi LAPOR. Rata-rata jumlah laporan per hari pada tahun 2018 ini sebanyak 575 laporan. Dengan total pengaduan dari 2012-2018 sebanyak 1.333.389 jumlah laporan yang diterima. Tingkat penyelesaian laporan dengan status selesai sebanyak 86%, Proses 4% dan Belum 10%.

Page 43: LAPORAN HASIL EVALUASI NASIONAL R EFORMASI BIROKRASI

42

PENUTUP

Birokrasi pemerintah harus dikelola berdasarkan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik dan profesional. Birokrasi harus sepenuhnya mengabdi pada kepentingan rakyat, dan bekerja untuk memberikan pelayanan prima, transparan, akuntabel, dan bebas dari praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Semangat inilah yang mendasari pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah di Indonesia.

Pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah harus mampu mendorong perbaikan dan peningkatan kinerja birokrasi pemerintah, baik di pusat maupun daerah. Kinerja akan meningkat apabila ada motivasi yang kuat secara keseluruhan. Motivasi akan muncul, jika setiap program/kegiatan yang dilaksanakan menghasilkan keluaran (output), nilai tambah (value added), hasil/manfaat (outcome), yang lebih baik dari tahun ke tahun, disertai dengan sistem reward and punishment yang dilaksanakan secara konsisten dan berkelanjutan.

Aparatur harus sadar bahwa reformasi birokrasi akan mengubah birokrasi pemerintah menjadi birokrasi yang kuat dan menjadi pemerintahan kelas dunia, yang mampu memberikan fasilitasi dan pelayanan publik yang prima dan bebas dari KKN. Untuk itu, reformasi birokrasi harus dilakukan secara bersunguh-sungguh, konsisten, melembaga, bertahap, dan berkelanjutan.

Dengan demikian, diharapkan akan terbentuk birokrasi yang mampu mendukung dan mempercepat keberhasilan pembangunan di berbagai bidang. Kegiatan ekonomi akan semakin meningkat dan secara agregat akan mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi. Dengan kegiatan ekonomi yang semakin luas, akan tersedia basis penerimaan negara yang lebih besar untuk membiayai keberlanjutan reformasi birokrasi dan pembangunan di bidang lainnya yang lebih luas.

Page 44: LAPORAN HASIL EVALUASI NASIONAL R EFORMASI BIROKRASI

DEPUTI BIDANG REFORMASI BIROKRASIAKUNTABILITAS APARATUR DAN PENGAWASAN