laporan fome

15
BAB I PENDAHULUAN Penyakit tidak menular merupakan penyebab kematian terbanyak di Indonesia. Peningkatan penyakit ini berdampak negatif pada ekonomi dan produktivitas bangsa, karena pengobatannya seringkali memakan waktu lama dan memerlukan biaya yang besar. Berkaitan hal tersebut dilakukanlah suatu upaya pengendalian penyakit tidak menular ini melalui program pengendalian penyakit tidak menular meliputi beberapa penyakit diantaranya yaitu hipertensi, Penyakit Jantung Koroner, stroke, diabetes mellitus, kanker leher rahim, kanker payudara, PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik), asma, osteoporosis, gagal ginjal kronik, serta kecelakaan lalu lintas darat. Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang berdampak pada produktivitas dan dapat menurunkan sumber daya manusia. Penyakit ini tidak hanya berpengaruh secara individu, tetapi sistem kesehatan suatu negara. Jumlah penderita DM di dunia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003, jumlah penderita DM mencapai 194 juta jiwa dan diperkirakan meningkat menjadi 333 juta jiwa di tahun 2025 mendatang, dan setengah dari angka tersebut terjadi di negara berkembang, termasuk negara Indonesia. Angka kejadian DM di Indonesia menempati urutan keempat tertinggi di dunia

Upload: frystka-hamelia-sari

Post on 12-Jan-2016

9 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Bab I-III

TRANSCRIPT

Page 1: laporan fome

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit tidak menular merupakan penyebab kematian terbanyak di Indonesia.

Peningkatan penyakit ini berdampak negatif pada ekonomi dan produktivitas bangsa, karena

pengobatannya seringkali memakan waktu lama dan memerlukan biaya yang besar. Berkaitan

hal tersebut dilakukanlah suatu upaya pengendalian penyakit tidak menular ini melalui

program pengendalian penyakit tidak menular meliputi beberapa penyakit diantaranya yaitu

hipertensi, Penyakit Jantung Koroner, stroke, diabetes mellitus, kanker leher rahim, kanker

payudara, PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik), asma, osteoporosis, gagal ginjal kronik,

serta kecelakaan lalu lintas darat.

Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang berdampak

pada produktivitas dan dapat menurunkan sumber daya manusia. Penyakit ini tidak hanya

berpengaruh secara individu, tetapi sistem kesehatan suatu negara.

Jumlah penderita DM di dunia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.

Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003, jumlah penderita DM

mencapai 194 juta jiwa dan diperkirakan meningkat menjadi 333 juta jiwa di tahun 2025

mendatang, dan setengah dari angka tersebut terjadi di negara berkembang, termasuk negara

Indonesia. Angka kejadian DM di Indonesia menempati urutan keempat tertinggi di dunia

yaitu 8,4 juta jiwa. Di wilayah kerja Puskesmas Gambok DM merupakan kasus kematian

terbanyak kedua dari beberapa kasus penyakit tidak menular yang ada.

Oleh karena itu, pasien DM perlu diamati karena sifat penyakit yang kronik progresif,

jumlah penderita semakin meningkat dan banyak dampak negatif yang ditimbulkan.

Distribusi penyakit ini juga menyebar pada semua tingkatan masyarakat dari tingkat sosial

ekonomi rendah sampai tinggi, pada setiap ras, golongan etnis dan daerah geografis. Gejala

DM yang bervariasi yang dapat timbul secara perlahan-lahan sehingga penderita tidak

menyadari akan adanya perubahan seperti minum yang lebih banyak, buang air kecil lebih

sering ataupun berat badan yang menurun, gejala tersebut berlangsung lama tanpa

memperhatikan diet, olah raga, pengobatan sampai orang tersebut memeriksakan kadar gula

darahnya.

Page 2: laporan fome

Dengan adanya program keluarga binaan pada pasien DM ini diharapkan dapat

meningkatkan kesadaran pasien akan kesehatan diri dan keluarganya, meningkatkan kualitas

hidup, dan kesejahteraan keluarga.

Page 3: laporan fome

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN

Menurut American Diabetes Association (ADA) 2003, diabetes melitus merupakan

suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena

kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada

diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang dan disfungsi beberapa organ tubuh,

terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah, yang menimbulkan berbagai

macam komplikasi, antara lain aterosklerosis, neuropati, gagal ginjal dan retinopati.

2.2 ETIOLOGI

Menurut Jeffrey, peningkatan kadar gula darah pada lanjut usia disebabkan oleh

beberapa hal, yaitu :

Fungsi sel pankreas dan sekresi insulin yang berkurang.

Perubahan karena lanjut usia sendiri yang berkaitan dengan resistensi insulin, akibat

kurangnya massa otot dan perubahan vaskular.

Aktivitas fisik yang berkurang, banyak makan, badan kegemukan.

Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress, operasi.

Faktor keturunan dan penggunaan obat-obatan tertentu.

2.3 PATOSIOLOGI

Pengolahan bahan makanan dimulai dari mulut kemudian ke lambung dan selanjutnya

ke usus. Di dalam saluran pencernaan, makanan yang terdiri dari karbohidrat dipecah menjadi

Page 4: laporan fome

glukosa, protein dipecah menjadi asam amino dan lemak menjadi asam lemak. Ketiga zat

makanan itu diedarkan ke seluruh tubuh untuk dipergunakan oleh organ-organ di dalam

tubuh sebagai bahan bakar. Supaya berfungsi sebagai bahan bakar zat makanan itu harus

diolah, dimana glukosa dibakar melalui proses kimia yang menghasilkan energi yang disebut

metabolisme.

Dalam proses metabolisme, insulin memegang peranan penting yaitu memasukkan

glukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar. Insulin adalah suatu zat atau

hormon yang dihasilkan oleh sel beta di pankreas, bila insulin tidak ada maka glukosa tidak

dapat masuk sel dengan akibat glukosa akan tetap berada di pembuluh darah yang artinya

kadar glukosa di dalam darah meningkat.

Pada diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel beta pankreas.

Pasien diabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik yang merupakan predisposisi untuk

kerusakan autoimun sel beta pankreas. Respon autoimun dipacu oleh aktivitas limfosit,

antibodi terhadap sel pulau langerhans dan terhadap insulin itu sendiri.

Pada diabetes melitus tipe 2 jumlah insulin normal, tetapi jumlah reseptor insulin yang

terdapat pada permukaan sel yang kurang sehingga glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit

dan glukosa dalam darah menjadi meningkat.

2.4 GAMBARAN KLINIS

Tanda-tanda dan gejala klinik diabetes melitus pada lanjut usia :

Penurunan berat badan yang drastis dan katarak yang sering terjadi pada gejala awal.

Infeksi bakteri dan jamur pada kulit (pruritus vulva untuk wanita) dan infeksi traktus

urinarius sulit untuk disembuhkan.

Disfungsi neurologi, termasuk parestesi, hipestesi, kelemahan otot dan rasa sakit,

mononeuropati, disfungsi otomatis dari traktus gastrointestinal (diare), sistem

kardiovaskular (hipotensi ortostatik), sistem reproduksi (impoten), dan inkontinensia

stress.

Makroangiopati yang meliputi sistem kardiovaskular (iskemi, angina, dan infark

miokard), perdarahan intra serebral (TIA dan stroke), atau perdarahan darah tepi

(tungkai diabetes dan gangren).

Mikroangiopati meliputi mata (penyakit makula, hemoragik, eksudat), ginjal

(proteinuria, glomerulopati, uremia).

Page 5: laporan fome

2.5 DIAGNOSIS

Kriteria diagnostik :

Gejala klasik DM ditambah Gula Darah Sewaktu ≥200 mg/dl. Gula darah sewaktu

merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memerhatikan waktu makan

terakhir, atau Kadar Gula Darah Puasa ≥ 126 mg/dl. Puasa diartikan pasien tidak mendapat

kalori tambahan sedikit nya 8 jam, atau Kadar gula darah 2 jam pada TTGO ≥200 mg/dl.

TTGO dilakukan dengan standard WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan

75 gram glukosa anhidrus yang dilarutkan dalam air.

Gejala tidak klasik ditambah hasil pemeriksaan gula darah abnormal minimal 2x.

2.6 KOMPLIKASI DIABETES MELITUS

a. Komplikasi akut

1) Ketoasidosis Diabetikum

2) Hipoglikemia

3) Infeksi

b. Komplikasi kronis

1) Penyakit jantung dan pembuluh darah

2) Kerusakan pada ginjal (Nefropati)

3) Kerusakan saraf (Neuropati)

4) Kerusakan pada mata (Retinopati)

2.7 PENATALAKSANAAN

Tujuan pengobaan mencegah komplikasi akut dan kronik, meningkatkan kualitas

hidup dengan menormalkan KGD, dan dikatakan penderita DM terkontrol sehingga sama

dengan orang normal.

Pedoman penatalaksanaan diabetes pada lanjut usia adalah:

Menilai penyakitnya secara menyeluruh dan memberikan pendidikan kepada pasien dan

keluarganya.

Menghilangkan gejala-gejala akibat hiperglikemia.

Lebih bersifat konservatif, usahakan agar glukosa darah tidak terlalu tinggi (200-220

mg/dl) dan tidak terlampau rendah karena bahaya terjadinya hipoglikemia.

Mengendalikan glukosa darah dan berat badan sambil menghindari resiko hipoglikemi.

Page 6: laporan fome

Pilar penatalaksanaan Diabetes mellitus dimulai dari :

1. Edukasi

Pemberdayaan penyandang diabetes memerlukan partisipasi aktif pasien, keluarga dan

masyarakat.

2. Terapi gizi medis

Terapi ini pada prinsipnya melakukan pengaturan pola makan yang didasarkan pada status

gizi diabetes dan melakukan modifikasi diet berdasarkan kebutuhan individual.

3. Latihan Jasmani

Manfaat latihan jasmani pada pasien DM yaitu memperbaiki metabolisme, meningkatkan

kerja insulin, membantu menurunkan berat badan, meningkatkan kesegaran jasmani, dan

menurunkan resiko penyakit kardiovaskular.

4. Intervensi Farmakologis

Intervensi farmakologis ditambahkan jika sasaran glukosa darah belum tercapai degan

pengaturan makanan dan latihan jasmani.

Obat Hipoglikemik Oral (OHO)

Insulin

Terapi Kombinasi

Page 7: laporan fome

BAB III

PERMASALAHAN

3.1 IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. N

Umur : 56 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : D3

Pekerjaan : PNS

Suku : Caniago

Hubungan dengan keluarga : Istri

Alamat : Muaro Sijunjung

3.2 IDENTITAS KEPALA KELUARGA

Nama : Tn. A

Umur : 58 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : D3

Pekerjaan : Pensiun

Suku bangsa : Melayu

Alamat : Muaro Sijunjung

Page 8: laporan fome

3.3 ANAMNESIS

Keluhan utama : badan lemas

Telaah :

- Hal ini dialami pasien sejak sepuluh tahun yang lalu dan memberat

dalam dua tahun ini, sehingga pasien terganggu dalam melakukan

aktivitas.

- Keluhan sering makan dan sering minum dialami pasien tetapi tidak

disertai kenaikan berat badan. Riwayat penurunan berat badan (+).

- Kaki kanan dan kiri kesemutan sejak lima tahun yang lalu, yang

dirasakan hilang timbul.

- Keluhan sering BAK terutama malam hari juga dikeluhkan pasien yang

dialami sejak dua tahun yang lalu. Frekuensi > 5 kali dimalam hari.

- BAB biasa, 1xsehari, warna kuning kecoklatan.

- Riwayat keluhan edema palpebra dan edema anasarka (+) pada bulan

Februari 2015.

- Keluhan penglihatan kabur (-) dan keluhan luka yang sukar sembuh (-)

- Riwayat penyakit terdahulu : DM

- Riwayat Penyakit Keluarga : Ibu kandung menderita DM

- Riwayat pemakaian obat : Glibenklamid, metformin, furosemid.

3.4 TANDA-TANDA VITAL

- Keadaan umum : baik

- Kesadaran : compos mentis (GCS 15)

- Suhu : 36,5o C

- Nadi : 88x/menit

- Pernafasan : 24x/menit

- Tekanan darah : 120/80 mmHg

- BB : 58 kg

- TB : 158 cm

- BMI : 23,23 (normal)

Page 9: laporan fome

3.5 PEMERIKSAAN FISIK

KEPALA

- Mata : conjunctiva anemis (-), sklera ikterik (-), refleks cahaya (+/+)

- Telinga : tidak dijumpai kelainan

- Hidung : tidak dijumpai kelaianan

- Mulut : tidak dijumpai kelaianan

LEHER

- Bentuk : simetris

- Pembesaran KGB : tidak teraba

THORAK

- Inspeksi : normochest, pergerakan nafas kanan dan kiri simetris.

- Palpasi : fremitus kanan dan kiri simetris.

- Perkusi : sonor dikedua lapangan paru

- Auskultasi : Suara pernapasan vesikuler dikedua lapangan paru.

JANTUNG

- Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat

- Palpasi : iktus kordis tridak teraba

- perkusi : batas jantung dalam batas normal

- Auskultasi : bunyi jantung normal

ABDOMEN

- Inspeksi : simetris

- Palpasi : nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba

- Perkusi : timpani

- Auskultasi : peristaltik usus (+) normal

GENITALIA

- Kelamin : perempuan, pruritus vulva (+)

Page 10: laporan fome

EKSTREMITAS

- Superior : tidak dijumpai kelainan

- Inferior : tidak dijumpai kelainan

3.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG

KGD n : 263 mg/dl

KGD 2 jam pp : 197 mg/dl

3.7 AKTIVITAS SEHARI-HARI

3.7.1 Nutrisi

- Selera makan : normal

- Menu makan dalam 24 jam : nasi, lauk, sayur, dan makanan ringan disela waktu

makan.

- Frekuensi makan dalam 24 jam : 3-4 kali

- Makanan yang disukai dan makanan pantangan : semua suka

- Pembatasan pola makan : tidak ada, diet tidak terkontrol

- Cara makan (bersama keluarga, alat makan yang digunakan) : sendiri sendiri

- Jenis minuman yang dikonsumsi dalam 24 jam : air putih dan teh

- Frekuensi minum : sering

3.7. 2 BAB dan BAK

- BAB

o Frekuensi : 1 kali sehari

o Konsistensi : lunak

o Warna : kuning

o Tempat pembuangan : WC

- BAK

o Frekuensi : sering, > 5 kali

Page 11: laporan fome

3.7.3 Istirahat tidur

- Apakah cepat tidur : tidak

- Jam tidur malam : 23.30 wib

- Apakah tidur secara rutin : rutin

3.7.4 Olahraga

- Program olahraga tertentu : tidak ada

3.7.5 Rokok/alcohol dan obat-obatan

- Tn. A adalah perokok, menghabiskan 1-2 bungkus rokok perhari

3.7.6 Personal hygiene

- Mandi 2 kali sehari memakai sabun dan shampoo

- Mencuci tangan dengan sabun

- Cuci rambut : 3 hari sekali

- Gunting kuku : sekali seminggu

3.8 PENATALAKSANAAN

Non-medikamentosa

- Edukasi

- Gizi

- Aktivitas fisik

Medikamentosa

- Glibenkamid

- Metformin

- Neurodex