laporan farmakognosi repaired)

83
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tumbuhan merupakan salah satu organisme yang hidup dan berkembangbiak di alam ini selain hewan dan manusia. Tumbuhan ini ada yang tergolong tumbuhan yang dapat membuat makanan sendiri dan ada pula yang tidak dapat membuat makanan sendiri. Sekarang ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan telah memulai pengembangan teknik-teknik dalam mengolah hasil alam yaitu tumbuhan yang diyakini berkhasiat sebagai obat. Sehingga mengurangi pemakaian bahan-bahan kimia yang dapat berdampak negatif bagi tubuh manusia. Hal ini juga dapat mensejahterakan masyarakat karena dapat memperoleh obat yang harganya lebih terjangkau, bermutu, mudah didapat, dan kurang atau tidak ada efek sampingnya. Adapun ilmu yang mempelajari mengenai pemanfaatan obat dari bahan alam ini adalah “Farmakognosi”. Farmakognosi adalah ilmu pengetahuan tentang obat- obatan alamiah. Dalam buku Materia Medica diuraikan bahwa pharma (obat) dan cognitive (pengenalan). Jadi Laporan Farmakognosi I Page 1

Upload: lia-wando

Post on 04-Jul-2015

4.286 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Farmakognosi Repaired)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Tumbuhan merupakan salah satu organisme yang hidup dan

berkembangbiak di alam ini selain hewan dan manusia. Tumbuhan ini ada yang

tergolong tumbuhan yang dapat membuat makanan sendiri dan ada pula yang

tidak dapat membuat makanan sendiri.

Sekarang ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang

kesehatan telah memulai pengembangan teknik-teknik dalam mengolah hasil

alam yaitu tumbuhan yang diyakini berkhasiat sebagai obat. Sehingga

mengurangi pemakaian bahan-bahan kimia yang dapat berdampak negatif bagi

tubuh manusia. Hal ini juga dapat mensejahterakan masyarakat karena dapat

memperoleh obat yang harganya lebih terjangkau, bermutu, mudah didapat, dan

kurang atau tidak ada efek sampingnya. Adapun ilmu yang mempelajari

mengenai pemanfaatan obat dari bahan alam ini adalah “Farmakognosi”.

Farmakognosi adalah ilmu pengetahuan tentang obat-obatan alamiah.

Dalam buku Materia Medica diuraikan bahwa pharma (obat) dan cognitive

(pengenalan). Jadi farmakognosi merupakan cara pengenalan

ciri-ciri/karakterisik obat yang berasal dari bahan alam.

Farmakognosi mempelajari tentang bahan bahan farmasetis yang berasal

dari mahluk hidup, meliputi dimana terdapatnya di alam, biosintesanya,

identifikasinya dan penentuan kadar secara kuantitatif di dalam bahan alam ,

darimana bahan tersebut berasal. Juga termasuk di dalam farmakognosi, cara cara

penanaman, seleksi, pengumpulan, produksi, pengawetan, dan penyimpanan.

Mengingat luasnya ruang lingkup farmakognosi, maka kita harus

menentukan suatu metode untuk membahas obat obat dalam farmakognosi. Di

dalm farmakognosi, obat obatan atau bahan obat diklasifikasikan berdasarkan :

Morfologi.

Laporan Farmakognosi I Page 1

Page 2: Laporan Farmakognosi Repaired)

Taksonomi dari pada tanaman dan hewan dari mana bahan obat

tersebut diperoleh.

Penggunaan terapeutiknya.

Isi kimiawinya.

Dalam rangka menunjang pembelajaran farmakognosi maka pada tanggal 4

desember 2009 diadakan Praktik Kerja Lapangan bagi mahasiswa farmasi

Universitas Negeri Gorontalo yang memprogramkan mata kuliah ini. Adapun

PKL ini bertempat di desa Girisa Kecamatan Paguyaman Kabupaten Bualemo..

Pada PKL ini mahasiswa mengambil sampel di daerah gunung desa Girisa.

Pengambilan sampel dilakukan pada pukul 08.00-10.00 setelah itu seluruh

praktikan kembali di desa untuk mengolah sampel menjadi herbarium dan

simplisia guna dilakukan penelitian pada praktikum nantinya.

Untuk lebih jelasnya proses pengambilan sampel serta sampel yang

dijadikan herbarium dan juga sampel yang dijadikan simplisia serta cara

pembuatannya akan diuraikan pada bab-bab selanjutnya dalam laporan ini.

I.2 Tujuan

Adapun tujuan yang akan dicapai dalam praktikum kerja lapangan ini adalah :

1. Mahasiswa dapat mengetahui berbagai macam bahan alam ( tanaman yang

berkhasiat obat )

2. Mahasiswa dapat mengetahui berbagai manfaat bahan alam ( tanaman yang

berkhasiat obat )

3. Mahasiswa mengetahui teori serta cara membuat simplisia dan herbarium

BAB II

Laporan Farmakognosi I Page 2

Page 3: Laporan Farmakognosi Repaired)

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Simplisia

a. Pengertian

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang

belum mengalami proses pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain,

berupa bahan yang telah dikeringkan (FI III : XXX).

b. Penggolongan

Materia Medika Indonesia halaman XXX, menjelaskan bahwa simplisia

terbagi atas tiga yaitu :

1. Simplisia nabati

Simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat

tanaman. Eksudat tanaman ialah isi sel yang secara spontan keluar dari

tanaman atau isi sel yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya,

atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari

tanamannya dan belum berupa zat kimia murni.

2. Simplisia hewani

Simplisa yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna

yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.

3. Simplisia pelican (mineral)

Simplisia yang berupa bahan pelican (mineral) yang belum diolah dengan

cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni.

c. Tahap-Tahap Pembuatan Simplisia

1. Pengambilan Sampel

Ketentuan saat pemanenan atau pengambilan tumbuhan atau bagian

tumbuhan adalah sebagai berikut :

a. Biji

Laporan Farmakognosi I Page 3

Page 4: Laporan Farmakognosi Repaired)

Pengambilan biji dapat dilakukan pada saat mulai mengeringnya buah

atau sebelum semuanya pecah.

b. Buah

Pengambilan buah tergantung tujuan dan pemanfaatan kandungan

aktifnya. Panen buah bisa dilakukan saat menjelang masak, setelah

benar-benar masak (misalnya adas), atau dengan cara melihat

perubahan warna/bentuk dari buah yang bersangkutan (misalnya,

jeruk, asam, dan pepaya).

c. Bunga

Panen dapat dilakukan saat menjelang penyerbukan,saat bunga masih

kuncup(seperti pada Jasminum sambac,melati), atau saat bunga sudah

mulai mekar (misalnya Rosa sinensis,mawar)

d. Daun

Panen daun dilakukan pada saat proses fotosintesis berlangsung

maksimal, yaitu ditandai dengan saat-saat tanaman mulai berbunga

atau buah mulai masak. Untuk pengambilan pucuk daun, dianjurkan

dipungut pada saat warna pucuk daun berubah menjadi daun tua.

e. Kulit batang

Pemanenan kulit batang hanya dilakukan pada tanaman yang sudah

cukup umur. Saat panen yang paling baik adalah awal musim kemarau

sehingga kulit kayu mudah dikelupas.

f. Umbi lapis

Panen umbi dilakukan pada waktu umbi mencapai besar optimum,

yaitu pada waktu bagian atas tanaman sudah mulai mengering.

Laporan Farmakognosi I Page 4

Page 5: Laporan Farmakognosi Repaired)

g. Rimpang

Panen rimpang dilakukan pada saat awal musim kemarau.

h. Akar

Panen akar dilakukan pada saat proses pertumbuhan berhenti atau

tanaman sudah cukup umur (Ilmu Obat Alam : 25).

2. Penyortiran (segar)/sortasi basah

Tahap ini dilakukan dengan tujuan untuk memisahkan kotoran-kotoran

atau bahan-bahan asing, bahan yang tua dengan yang muda atau bahan

yang ukurannya lebih besar atau lebih kecil.

3. Pencucian

Pencucian bertujuan menghilangkan kotoran-kotoran dan mengurangi

mikroba-mikroba yang melekaa pada bahan. Pencucian harus segera

dilakukan setelah pengambilan sampel karena dapat mempengaruhi mutu

bahan. Pencucian harus dilakukan dalam waktu sesingkat mungkin untuk

menghindari larut dan terbuangnya zat yang terkandung dalam bahan.

Pencucian sebaiknya jangan menggunakan air sungai, karena cemarannya

berat. Sebaiknya digunakan air dari mata air, sumur, atau air ledeng

(PAM). Pencucian bahan dapat dilakukan dengan beberapa cara antara

lain :

a. Perendaman bertingkat

Perendaman biasanya dilakukan pada bahan yang tidak banyak

mengandung kotoran seperti daun, bunga dan buah. Proses

perendaman dilakukan beberapa kali pada wadah dan air yang

berbeda. Metode ini akan menghemat penggunaan air, namun sangat

mudah melarutkan zat-zat yang terkandung dalam bahan.

b. Penyemprotan

Laporan Farmakognosi I Page 5

Page 6: Laporan Farmakognosi Repaired)

Penyemprotan biasanya dilakukan pada bahan yang kotorannya

banyak melekat pada bahan seperti rimpang, akar, umbi dan lain-lain.

Proses penyemprotan dilakukan dengan menggunakan air yang

bertekanan tinggi.

c. Penyikatan (manual maupun otomatis)

Pencucian dengan menyikat dapat dilakukan terhadap jenis bahan

yang keras/tidak lunak dan kotorannya melekat sangat kuat.

Penyikatan dilakukan terhadap bahan secara perlahan dan teratur agar

tidak merusak bahannya. Pembilasan dilakukan pada bahan yang

sudah disikat. Metode pencucian ini dapat menghasilkan bahan yang

lebih bersih dibadingkan dengan metode pencucian lainnya, namun

meningkatkan resiko kerusakan bahan, sehingga merangsang

tumbuhnya bakteri atau mikroorganisme.

4. Penirisan

Setelah pencucian bahan langsung ditiriskan untuk menghilangkan

kadar air yang ada selama proses pencucian berlangsung.

5. Perajangan

Perajangan pada bahan dilakukan untuk mempermudah proses

selanjutnya seperti pengeringan, pengemasan, penyulingan minyak atsiri

dan penyimpanan. Perajangan biasanya hanya dilakukan pada bahan yang

ukurannya agak besar dan tidak lunak seperti akar, rimpang, batang buah

dan lain-lain. Perajangan teralu tipis dapat mengurangi zat aktif yang

terkandung dalam bahan. Sedangkan jika terlalu tebal, maka pengurangan

kadar air dalam bahan agak sulit dan memerlukan waktu yang lama dalam

penjemuran dan kemungkinan besar bahan mudah ditumbuhi jamur.

Pada dasarnya tujuan pengubahan bentuk simplisia adalah untuk

memperluas permukaan bahan baku. Semakin luas permukaan maka

Laporan Farmakognosi I Page 6

Page 7: Laporan Farmakognosi Repaired)

bahan baku akan cepat kering. Proses pengubahan bahan bentuk ini

meliputi beberapa perlakuan:

1) Perajangan untuk rimpang, daun dan herba

2) Pengupasan untuk buah, kayu, kulit kayu, dan biji-bijian yang

ukurannya besar.

3) Pemiprilan khusus untuk jagung, yaitu biji di pisahkan dari

bongkolnya.

4) Pemotongan untuk akar, batang, kayu, kulit kayu, dan ranting.

5) Penyerutan untuk kayu.

6. Pengeringan

Pengeringan adalah suatu cara pengawetan atau pengolahan pada

bahan dengan cara mengurangi kadar air, sehingga proses pembusukan

dapat terhambat. Pengeringan akan menghindari terurainya kandungan

kimia karena pengaruh enzim. Pengeringan yang cukup akan mencegah

pertumbuhan mikroorganisme dan kapang (jamur). Menurut persyaratan

obat tradisional, pengeringan dilakukan sampai kadar air tidak lebih dari

10%. Pengeringan sebaiknya jangan dibawah sinar matahari langsung,

melainkan dengan almari pengering yang dilengkapi dengan kipas

penyedot udara sehingga terjadi sirkulasi yang baik. Bila terpaksa

dilakukan pengeringan di bawah sinar matahari maka perlu ditutup

dengan kain hitam untuk menghindari terurainya kandungan kimia dan

debu. Agar proses pengeringan berlangsung lebih singkat bahan harus

dibuat rata dan tidak bertumpuk. Waktu pengeringan bergantung pada

jenis bahan yang dikeringkan seperti rimpang, daun kayu, ataupun bunga.

7. Penyortiran (kering)

Laporan Farmakognosi I Page 7

Page 8: Laporan Farmakognosi Repaired)

Simplisia yang telah kering tersebut masih sekali lagi dilakukan sortasi

untuk memisahkan kotoran, bahan organik asing, dan simplisia yang

rusak sebagai akibat proses sebelumnya.

8. Pengemasan

Pengemasan dapat dilakukan terhadap simplisia yang sudah

dikeringkan. Persyaratan jenis kemasan yaitu dapat menjamin mutu

produk yang dikemas, mudah dipakai, tidak mempersulit penanganan.

Dapat melindungi isi pada waktu pengangkutan, tidak beracun dan tidak

bereaksi dengan isi dan kalau boleh mempunyai bentuk dan rupa yang

menarik.

9. Penyimpanan

Penyimpanan simplisia dapat dilakukan di ruang biasa (suhu kamar)

ataupun di ruang ber AC. Ruang tempat pemnyimpanan harus bersih,

udaranya cukup kering dan berventilasi.

II.2 Herbarium

a. Pengertian

Herbarium adalah spesimen yang digunakan untuk studi taksonomi,

berupa tumbuhan segar yang masih hidup tapi biasanya berupa bahan

tumbuhan yang telah dimatikan dan diawetkan dengan metode tertentu

(Taksonomi Umum ; 152-153).

b. Penggolongan

Berdasarkan cara pengawetannya, herbarium digolongkan atas :

1. Herbarium basah

Yang dimaksud dengan herbarium basah adalah spesimen tumbuhan

yang telah diawetkan dan disimpan dalam suatu larutan yang dibuat dari

berbagai macam zat dengan komposisi yang berbeda. Disamping itu dapat

Laporan Farmakognosi I Page 8

Page 9: Laporan Farmakognosi Repaired)

pula ditempatkan zat-zat lain untuk tujuan-tujuan tertentu, untuk sejauh

mungkin mempertahankan warna asli bahan tumbuhan yang diawetkan.

Adapun bahan pengawet yang digunakan adalah formalin.

2. Herbarium kering

Yaitu herbarium yang cara pengawetannya dengan cara dikeringkan.

Sebagian besar specimen herbarium yang disimpan sebagai awetan dalam

herbarium-herbarium di dunia ini diproses melalui pengeringan.

Pengeringan biasanya dilakukan dengan sinar matahari, kecuali bila ada

pertimbangan-pertimbangan lain misalnya keadaan cuaca. Pada musim

penghujan, pengeringan tidak dapat berlangsung cepat sehingga bahan

yang dikeringkan kadang-kadang terganggu oleh jamur (Bahan Ajar

Farmakognosi : 10 ).

c. Pembuatan

Herbarium dapat dibuat dengan tahap-tahap berikut :

1. Pembuatan herbarium kering

Mengambil salah satu tanaman atau bagian tanaman. Syarat-syarat

dalam pengambilan tanaman yaitu, tanaman harus lengkap.

Mencuci tanaman dengan menggunakan air yang mengalir,lalu

diangin-anginkan.

Sterilisasi tanaman yaitu dengan mengoleskan alkohol 70% pada

seluruh bagian tanaman.

Cara 1: memasukkan tanaman pada sasak bambu yang telah dibuat.

Diatur sedemikian rupa pada lembaran kertas yang dapat menghisap

air seperti kertas koran, yang berukuran kira-kira 28 ½ x 41 cm (11 ½

x 16 ½ inci). Bahan-bahan tadi dipress diantara lapisan-lapisan

tersebut dan mengeringkannya dengan penjemuran.

Laporan Farmakognosi I Page 9

Page 10: Laporan Farmakognosi Repaired)

Cara 2 : mengatur posisi tanaman pada lembaran kertas koran hingga

rata. Dilapisi lagi dengan beberapa lembar koran, tangkup dengan

tripleks pada kedua sisinya lalu ikat dengan kencang sehingga tanaman

terpress dengan kuat. Ganti koran dengan yang kering setiap kali koran

pembungkus tanaman basah. Lakukan berulang-ulang hingga tanaman

betul-betul kering.

Tanaman dikatakan kering jika sudah cukup kaku dan tidak terasa

dingin.

Tanaman yang akan dibuat herbarium sebaiknya memiliki bagian-

bagian yang lengkap. Jika bunganya mudah gugur maka masukkan

bunganya dalam amplop dan selipkan pada herbarium. Daun atau

bagian tanaman yang terlalu panjang, bisa dilipat.

Menempelkan tanaman yang telah dikeringan pada karton dengan

menggunakan jahitan tali atau selotip. Usahakan penampakan atas dan

bawah dapat diperlihatkan.

Melengkapi keterangan yang terdapat pada collector book.

Menempelkan etiket.

2. Pembuatan herbarium basah

Siapkan spesimen yang akan diawetkan.

Sediakan formalin yang telah diencerkan sesuai dengan keinginan.

Masukkan spesimen pada larutan formalin yang telah ada dalam botol

jam dan telah diencerkan.

Tutup rapat botol dan kemudian beri label yang berisi nama spesimen

tersebut dan familinya.

Laporan Farmakognosi I Page 10

Page 11: Laporan Farmakognosi Repaired)

II.3 Deskripsi tanaman

Pepaya

Carica papaya

a. Klasifikasi ilmiah

Regnum : Plantae (Tumbuhan)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Class : Magnoliopsida (Tumbuhan berkeping dua)

Ordo : Brassicales (Tumbuhan berbunga)

Famili : Caricaceae (Suku pepaya-pepayaan)

Genus : Carica

Spesies : Carica papaya L.

b. Deskripsi

Pepaya (Carica papaya L.), atau betik adalah tumbuhan yang berasal dari

Meksiko bagian selatan dan bagian utara dari Amerika Selatan, dan kini

menyebar luas dan banyak ditanam di seluruh daerah tropis untuk diambil

buahnya. Carica papaya adalah satu-satunya jenis dalam genus Carica.

Pohon pepaya umumnya tidak bercabang atau bercabang sedikit, tumbuh

hingga setinggi 5-10 m dengan daun-daunan yang membentuk serupa spiral

pada batang pohon bagian atas. Daunnya menyirip lima dengan tangkai yang

Laporan Farmakognosi I Page 11

Page 12: Laporan Farmakognosi Repaired)

panjang dan berlubang di bagian tengah. Bentuknya dapat bercangap ataupun

tidak. Pepaya kultivar biasanya bercangap dalam.

Pepaya adalah monodioecious (berumah tunggal sekaligus berumah dua)

dengan tiga kelamin: tumbuhan jantan, betina, dan banci (hermafrodit).

Tumbuhan jantan dikenal sebagai "pepaya gantung", yang walaupun jantan

kadang-kadang dapat menghasilkan buah pula secara "partenogenesis". Buah

ini mandul (tidak menghasilkan biji yang banyak). Bunga pepaya memiliki

mahkota bunga berwarna kuning pucat dengan tangkai atau duduk pada

batang. Bunga jantan pada tumbuhan jantan tumbuh pada tangkai panjang.

Bunga biasanya ditemukan pada daerah sekitar pucuk.

Bentuk buah bulat hingga memanjang, dengan ujung biasanya meruncing.

Warna buah ketika muda hijau gelap, dan setelah masak hijau muda hingga

kuning. Bentuk buah membulat bila berasal dari tanaman betina dan

memanjang (oval) bila dihasilkan tanaman banci. Tanaman banci lebih

disukai dalam budidaya karena dapat menghasilkan buah lebih banyak dan

buahnya lebih besar.

Pada pengambilan sampel yang digunakan adalah biji dari pepaya betina,

karena jenis pepaya ini menghasilkan biji yang lebih banyak dibanding jenis

pepaya lainnya.

c. Kegunaan

Beberapa kegunaan dari pepaya adalah sebagai berikut :

1. Daging buah dapat dijadikan sebagai sayuran

2. Bunga pepaya dapat diurap menjadi sayuran

3. Getah pepaya (dapat ditemukan di batang,daun dan buah) mengandung

enzim papain yang dapat melunakkan daging dan mengubah konformasi

protein lainnya.

4. Daun pepaya dapat berkhasiat obat dan perasannya digunakan untuk

menambah nafsu makan.

Laporan Farmakognosi I Page 12

Page 13: Laporan Farmakognosi Repaired)

JAMBU MONYET

(Anacardium occidentale)

a. Klasifikasi Ilmiah

Regnum : Plantae (Tumbuhan)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Class : Magnoliopsida (Berkeping dua)

Ordo : Sapindales (Tumbuhan berbunga)

Family : Anacardiaceae (Suku mangga-manggaan)

Genus : Anacardium

Spesis : Anacardium occidentale

b. Deskripsi

Syarat tumbuh

Jambu mede memerlukan suhu tinggi. Faktor yang lebih penting adalah

distribusi curah hujan, sedangkan jumlahnya kurang penting. Jambu mede

akan berbuah dengan baik jika tidak terlalu banyak hujan pada saat

pembungaan, dan jika buah menjadi dewasa pada musim kering; musim

kering itulah yang menjamin kualitas buah secara baik. Pohon jambu mede

akar dapat beradaptasi dengan keadaan lingkungan yang kering sekali

selama sistem perakarannya yang luas itu dapat mencapai air tanah. Di

Laporan Farmakognosi I Page 13

Page 14: Laporan Farmakognosi Repaired)

daerah yang lebih kering (curah hujannya 800-1000 mm) diperlukan adanya

tanah yang dalam dan mudah dikeringkan tanpa adanya lapisan yang sulit

ditembus air. Suatu data kebutuhan air yang sederhana dengan bantuan

angka penguapan panci (pan evaporation figure) dapat memperlihatkan

kedalaman tanah yang diperlukan.

Morfologi Annacardium occidentale

1. Batang

Anacardium occidentale, mempunyai batang pohon yang tidak rata

dan berwarna coklat tua, pohon yang berbatang bengkok, bercabang dekat

tanah, tinggi 8-12 m. Ranting hanya berdaun pada ujungnya. Potongan

kulit melengkung atau menggulung membujur pada kedua sisi, bentuk

pipa, kadang-kadang agak pipih, tebal kulit 2mm sampai 3mm, lapisan

gabus, warna kelabu kecoklatan mudah mengelupas, pemukaan luar kulit

tanpa gabus berwarna coklat, permukaan dalam berwarna coklat muda

dengan garis-garis halus membujur. Kulit agak sukar dipatahkan, agak

liat, bekas patahan berserabut berwarna coklat muda.

2. Daun

Daun bertangkai pendek dan berbentuk lonjong (bulat telur) sungsang

sampai bundar telur sungsang-jorong dengan tepian berlekuk-lekuk, dan

guratan rangka daunnya terlihat jelas bulat telur terbalik, kebanyakan

dengan pangkal runcing dan ujung membulat, melekuk ke dalam. Helaian

daun tunggal,warna hijau kekuningan sampai hijau tua kecoklatan,

panjang 4 cm sampai 22 cm, lebar 2 cm samapai 15 cm, ujung daun

membundar (rotundatus) seperti pada ujung yang tumpul tapi tidak

terbentuk sudet sama sekali hingga ujung daun merupakan suatu busur,

tumpul dengan lekukan kecil di tengah, pangkal daun runcing (acutus)

yakni jika kedua tepi daun di kanan kiri ibu tulang sedikit demi sedikit

menuju ke atas dan pertemuannya pada puncak daun membentuk suatu

Laporan Farmakognosi I Page 14

Page 15: Laporan Farmakognosi Repaired)

sudut lancip (kurang dari 90º), pinggir daun rata (truncatus), panjang

tangkai daun sampai 3 cm, tulang daun menyirip (penninervis)

mempunyai satu ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung dan

merupakan terusan dari tangkai daun, permukaan atas dan bawah daun

licin (laevis),tidak berambut.

3. Akar

Akar tunggangnya lebih dari 3 m dalamnya, dan tetap langgeng; akar

lateralnya memencar sampai di batas proyeksi tajuknya, dengan akar-akar

penyerap hara menancap sedalam 6 m. Akar penyerap ini mempunyai

fungsi menyerap air maupun zat makanan.

4. Bunga dan Buah

Berumah satu berkelamin campuran, anak tangkai bunga 2-5 mm.

Kelopak berambut, tinggi 4-5 mm. Daun mahkota runcing, berambut,

putih, segera berganti warna merah. Perdaunannya mengendur di ujung,

menggantung, berbentuk malai berbunga banyak, panjang perbungaan itu

mencapai 25 cm, berisi bunga jantan yang harum dan bunga-bunga

herrnafrodit; daun kelopaknya 5 helai, berbentuk lanset sampai bundar

telur-jorong, (4-15) mm x (1-2) mm, berbulu balig (pubescent); daun

mahkotanya 5 helai juga, berbentuk lanset memanjang, (7-13) mm x (1-

1,5) mm; melipat keluar, waktu bunga mekar berwarna keputih-putihan,

kemudian berubah menjadi merah-agak merah jambu.

Bagian buahnya yang membesar, berdaging lunak, berair,dan

berwarna kuning kemerah-merahan adalah buah semu. Bagian itu bukan

buah sebenarnya, tetapi merupakan tangkai buah yang membesar,

membengkak, membentuk buah semu yang menyerupai buah, bentuknya

seperti buah alvokad. Ukurannya (10-20) cm x (4-8) cm, berkilap, merah

sampai kuning, lembut dan berair. Sedangkan buahnya (jambu mete),

berukuran kira-kira 3 cm x 1,2 cm, berbentuk ginjal dan bijinya berkeping

dua terbungkus kulit yang mengandung getah. Memiliki warna coklat

Laporan Farmakognosi I Page 15

Page 16: Laporan Farmakognosi Repaired)

kelabu, mengandung resin yang dapat mengeras. Kulit buah berwarna

abu-abu dan berguna sebagai obat. Tumbuhan ini tidak termasuk

golongan jambu melainkan golongan mangga.

5. Biji

Bijinya berbentuk ginjal, berkulit biji berwarna coklat kemerah-

merahan. Inti bijinya, yang tertinggal setelah kulit biji dikupas, itulah

yang disebut biji jambu mede dalam perdagangan.

c. Kandungan Kimia

Jambu monyet (Anacardium occidentale) antara lain mengandung

senyawa kimia seperti tanin, anacardic acid dan cardol, yang bermanfaat

sebagai antibakteri dan antiseptik. Selain itu daun jambu monyet yang masih

muda juga mempunyai komposisi kandungan kimia seperti vitamin A sebesar

2689 SI per 100 gram, vitamin C sebesar 65 gram per 100 gram, kalori 73

gram per 100 gram, protein 4,6 gram per 100 gram, lemak 0,5 gram per 100

gram, hidrat arang 16,3 gram per 100 gram, kalsium 33 miligram per 100

gram, fosfor 64 miligram per 100 gram, besi 8,9 miligram dan air 78 gram per

100 gram.

d. Manfaat Tanaman

Tanaman jambu mete merupakan komoditi ekspor yang banyak

manfaatnya, mulai dari akar, batang, daun, dan buahnya. Selain itu juga biji

mete (kacang mete) dapat digoreng untuk makanan bergizi tinggi. Buah mete

semu dapat diolah menjadi beberapa bentuk olahan seperti sari buah mete,

anggur mete, manisan kering, selai mete, buah kalengan, dan jem jambu mete.

Kulit kayu jambu mete mengandung cairan berwarna coklat. Apabila

terkena udara, cairan tersebut berubah menjadi hitam. Cairan ini dapat

digunakan untuk bahan tinta, bahan pencelup, atau bahan pewarna. Selain itu,

Laporan Farmakognosi I Page 16

Page 17: Laporan Farmakognosi Repaired)

kulit batang pohon jambu mete juga berkhasiat sebagai obat kumur atau obat

sariawan. Batang pohon mete menghasilkan gum atau blendok untuk bahan

perekat buku. Selain daya rekatnya baik, gum juga berfungsi sebagai anti

gengat yang sering menggerogoti buku. Akar jambu mete berkhasiat sebagai

pencuci perut. Daun Jambu mete yang masih muda dimanfaatkan sebagai

lalap, terutama di daerah Jawa Barat. Daun yang tua dapat digunakan untuk

obat luka bakar.

JAMBU BIJI

(Psidium guajava L. )

a. Klasifikasi

Regnum : Plantae (Tumbuhan)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Class : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Ordo : Myrtales (Berbunga)

Famili : Myrtaceae (Suku jambu-jambuan)

Genus : Psidium

Spesies : Psidium guajava L.

Laporan Farmakognosi I Page 17

Page 18: Laporan Farmakognosi Repaired)

b. Deskripsi

Tanaman perdu, tinggi 5-10 meter. Batang berkayu, bulat, kulit kayu

licin, merngelupas, bercabang, warna cokelat kehijauan. Daun tunggal, bulat

telur, ujung tumpul, pangkal membulat, tepi rata, panjang 6-14 cm, lebar 3-6

cm, pertulangan menyirip, warna hijau kekuningan. Bunga tunggal di ketiak

daun, mahkota bulat telur, panjang 1,5 cm, warna putih kekuningan. Buah

buni, bulat telur, warna putih kekuningan. Tanaman ini Tumbuh pada tempat

terbuka, tumbuh liar dan dapat ditemukan pada ketinggian 1-1.200 m dpl.

c. Kandungan Kimia

Buah, daun dan kulit batang pohon jambu biji mengandung tanin, sedang

pada bunganya tidak banyak mengandung tanin. Daun jambu biji juga

mengandung zat lain kecuali tanin, seperti minyak atsiri, asam ursolat, asam

psidiolat, asam kratogolat, asam oleanolat, asam guajaverin dan vitamin.

Kandungan buah jambu biji (100 gr) – Kalori 49 kal – Vitamin A 25 SI –

Vitamin B1 0,02 mg – Vitamin C 87 mg – Kalsium 14 mg – Hidrat Arang

12,2 gram – Fosfor 28 mg – Besi 1,1 mg – Protein 0,9 mg – Lemak 0,3 gram

– Air 86 gram.

d. Khasiat

Antiinflamasi; hemostatik; astringen

Laporan Farmakognosi I Page 18

Page 19: Laporan Farmakognosi Repaired)

BAKUNG PUTIH

(Crinum asiaticum L)

a. Klasifikasi

Regnum : Plantae (Tumbuhan)

Divisi : Spermatophyta (Tumbuhan berbunga)

Class : Monocotyledonae (Berkeping satu)

Ordo : Liliaceae (Berbunga)

Famili : Amaryllliaceae (Bunga-bungaan)

Marga : Crinum

Spesies : Crinum asiaicum L.

b. Deskripsi

Crinum asiaicum L. merupakan herba tahunan yang memiliki tinggi

1,3 m. Tanaman ini memiliki batang semu dengan diameter 10 cm. Berbatang

tegak (erectus), lunak (herbaceus), dan berwarna putih kehijauan.

Laporan Farmakognosi I Page 19

Page 20: Laporan Farmakognosi Repaired)

Bakung putih memiliki daun tunggal (folium simplex), bentu daun

lanset (lanceolatus) dengan panjang 32-120 cm dan lebar 3-10 cm. Daun

tebal dengan tepi rata (integer), ujung meruncing (acuminatus), pangkal daun

tumpul , bila dipotong melintang nampak lubang-lubang. Warna daun hijau.

Tanaman ini memiliki perbungaaan majemuk (inflorescentia), bentu

payung, bertangkai pipih dengan panjang 35-120 cm. Pangkal mahkota

berlekatan, bentuk corong, berwarna putih.

Buah berbentik kotak, bulat telur, tiap kotak terdapat 1 biji. Biji keras,

berwarna hitam berbentuk ginjal dengan panjang 5 cm. Akar bakung

berwarna putih.

c. Kandungan Kimia

Akar dan daun bakung mengandung alkaloida, saponin, flavonoida

dan polifenol, sedangkan bunganya mengandung saponin, flavonoida dan

tanin.

d. Khasiat dan Kegunaan

Akar bakung berhasiat sebagai peluruh keringat dan obat luka, daunnya

sebagai obat memar. Untuk peluruh keringat, dipakai 10 gram akar segar

bakung , dipotong kecil-kecil, direbus dengan 2 gelas air selama 20 menit,

dinginkan dan disaring. Hasil saringan diminum sehari dua kali sama banyak

pagi dan sore.

Laporan Farmakognosi I Page 20

Page 21: Laporan Farmakognosi Repaired)

Brotowali

(Tinospora tuberculata)

a. Klasifikasi

Regnum : Plantae (Tumbuhan)

Divisio : Spermatophyta (Tumbuhan berbunga)

Class : Dicotyledonae (Berkeping dua)

Ordo : Ranunculales (Berbunga)

Familia : Menispermaceae (Berbunga)

Genus : Tinospora

Spesies : Tinospora tuberculata L.

b. Deskripsi

Tanaman Brotowali / Batrawali ini tumbuh subur dan liar dihutan dan

diladang, namun kebanyakan sekarang sengaja ditanam orang sebagai bahan

tanaman obat. Brotowali termasuk pada tanaman perdu yang menyukai

Laporan Farmakognosi I Page 21

Page 22: Laporan Farmakognosi Repaired)

tempat panas, tumbuh memanjat / merambat dengan tinggi bisa mencapai 2,5

meter.

Daunnya tunggal, bertangkai, bentuk seperti jantung atau bundar telur

berujung lancip dengan panjang 7 – 12 cm, dan lebar 5 -10 cm. Batangnya

sebesar kelingking, dan terlihat berbintil-bintil rapat sedangkan rasanya sangat

pahit sekali. Bunganya kecil-kecil berwarna hijau muda berbentuk tandan

semu. Pernbanyakkan tanaman bisa dengan cara stek.

c. Kandungan Kimia

Antara lain mengandung Alkaloid, Damar lunak, pati, glikosida

pikroretosid, pikroretin, harsa, berberin, dan palmatin, akar mengandung

alkaloid berberin dan kolumbin.

d. Kegunaan

Brotowali berguna sebagai penghilang rasa sakit, menurunkan panas dan

melancarkan meridian.

Laporan Farmakognosi I Page 22

Page 23: Laporan Farmakognosi Repaired)

PISANG

(Musa paradisiaca)

a. Klasifikasi

Regnum : Plantae (Tumbuhan)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Class : Liliopsida (Berkeping satu/monokotil)

Ordo : Zingiberales (Rimpang)

Famili : Musaceae (Suku pisang-pisangan)

Genus : Musa

Spesies : Musa paradisiaca L.

b. Deskripsi

1. Bentuk buah melengkung dengan ujung meruncing.

2. Kulit buah tebal berwarna kuning berbintik coklat.

3. Cara pembentukan buah yaitu partenokarpi.

4. Kulit batang agak licin.

5. Termasuk tumbuhan berkeping satu.

6. Sistem perakaran memiliki akar serabut.

7. Daun berwarna hijau.

8. Memiliki jantung berwana merah tua.

9. merupakan tanaman yang tidak memiliki batang sejati.

10. Batang terbentuk dari perkembangan dan pertumbuhan pelepah-pelepah

yang mengelilingi poros yang lunak dan panjang.

Laporan Farmakognosi I Page 23

Page 24: Laporan Farmakognosi Repaired)

11. Batang pisang sebenarnya pada bonggol yang tersembunyi dalam tanah.

c. Kandungan Kimia

Mengandung lemak, vitamin (A, B1, C), mineral, kalium, klor, natrium,

magnesium, air, sukrosa dan karbohidrat.

d. Khasiat

1. Buah pisang rasanya manis, sifatnya dingin, astrigen. Sebagai pelumas

usus, penawar racun, penurun panas (Antipiretik), anti radang, peluruh

kencing (diuretik), laksatif ringan.

2. Akar berkhasiat sebagai penawar racun, peredam panas, mendinginkan

darah, anti radang dan peluruh kencing.

3. Hati batang pisang berkhasiat penurun panas dan untuk perawatan

rambut. Cairan bonggol mengatasi infeksi saluran kencing, menghentikan

pendarahan (hemostatik), penurun panas, serta penghitam dan mencegah

rambut rontok.

4. Buah muda dan akar berkhasiat astrigen. Buah muda berkhasiat anti

diare, dan untuk pengobatan tukak lambung.

5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tepung pisang batu yang diberikan

pada tikus dapat mencegah timbulnya tukak lambung (ulcus peptic) jika

tikus tersebut diberikan aspirin. Hal itu bisa terjadi akibat meningkatnya

sekresi lender (mucus) di lambung.

Laporan Farmakognosi I Page 24

Page 25: Laporan Farmakognosi Repaired)

KAKTUS PAKIS GIWANG

(Euphorbia milii)

a. Klasifikasi

Regnum : Plantae (Tumbuhan)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Class : Magnoliopsida (Berkeping dua)

Ordo : Malpighiales

Famili : Euphorbiaceae (Tumbuhan berbunga)

Genus : Euphorbia

Spesies : Euphorbia milii Ch.Des Moulins

b. Deskripsi

Semak tahunan ini tumbuh tegak, tinggi mencapai 1 m, percabangan

rapat, dan berbunga sepanjang tahun. Batangnya persegi, warna coklat

kelabu, berduru kasar, tajam, rapat dan bergetah. Daun tunggal, bertangkai

pendek, berkumpul di ujung batang, bentuknya bundar telur sungsang, tepi

rata dan warnanya hijau. Bunga majemuk, keluar dari ketiak daun, bentuk

payung, panjang ibu tangkai bunga 5-10 cm, warnanya bermacam-macam,

oranye, kuning, dadu, dan merah. Berbunga sepanjang tahun. Biji bulat, kecil,

dan berwarna coklat.

Laporan Farmakognosi I Page 25

Page 26: Laporan Farmakognosi Repaired)

c. Kandungan Kimia

Daun batang dan bunga mengandung saponin dan tanin. Bunganya juga

mengandung flavonoid.

d. Sifat dan Khasiat

Rasanya pahit, sifatnya netral, astringen, sedikit toksik.

Bunga berkhasiat untuk penghenti pendarahan ( hemostatis ).

Batang dan daun berkhasiat menghilangkan bengkak, aniradang, dan

antiseptik.

Laporan Farmakognosi I Page 26

Page 27: Laporan Farmakognosi Repaired)

SAMBILOTO

(Andrographis paniculata)

a. Klasifikasi

Regnum : Plantae (tumbuhan)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Class : Magnoliopsida (Berkeping dua)

Ordo : Scrophulariales

Famili : Acanthaceae

Genus : Andrographis

Spesies : Andrographis paniculata

b. Deskripsi

Sambiloto tumbuh liar di tempat terbuka, seperti di kebun, tepi

sungai, tanah kosong yang agak lernbap, atau di pekarangan. Tumbuh

di dataran rendah sampai ketinggian 700 m dpl. Terna semusim, tinggi

50 - 90 cm, batang disertai banyak cabang berbentuk segi empat

(kwadrangularis) dengan nodus yang membesar. Daun tunggal,

bertangkai pendek, letak berhadapan bersilang, bentuk lanset, pangkal

runcing, ujung meruncing, tepi rata, permukaan atas hijau tua, bagian

Laporan Farmakognosi I Page 27

Page 28: Laporan Farmakognosi Repaired)

bawah hijau muda, panjang 2 - 8 cm, lebar 1 - 3 cm. Perbungaan

rasemosa yang bercabang membentuk malai, keluar dari. ujung batang

atau ketiak daun. Bunga berbibir berbentuk tabung;kecil- kecil,

warnanya putih bernoda ungu. Buah kapsul berbentuk jorong, panj ang

sekitar 1,5 cm, lebar 0,5 cm, pangkal dan ujung tajam, bila masak akan

pecah mernbujur menjadi 4 keping. Biji gepeng, kecil-kecil, warnanya

cokelat muda.

c. Kandungan Kimia

Daun dan percabangannya mengandung laktone yang terdiri

dari deoksiandrografolid, andrografolid (zat pahit), neoandrografolid,

14-deoksi-11-12-didehidroandrografolid, dan homoandrografolid.

Juga terdapat flavonoid, alkane, keton, aldehid, mineral (kalium,

kalsium, natrium), asam kersik, dan damar.

d. Khasiat

Herba ini berkhasiat bakteriostatik, antiinflamasi, antipiretik.

Laporan Farmakognosi I Page 28

Page 29: Laporan Farmakognosi Repaired)

BAB III

METODE KERJA

III.1 Alat

III.1.1 Herbarium

1. Alat tulis

2. Cutter

3. Gunting

4. Kapas

5. Kertas koran

6. Kertas label

7. Sasak dari bambu

8. Selotip

9. Tali rafia

III.1.2 Simplisia

1. Alat tulis

2. Ayakan

3. Blender

4. Botol jam

5. Kertas koran

6. Kertas label

7. Pisau

8. Pot plastik

III.2 Bahan

III.2.1 Herbarium

1. Air

2. Alkohol

3. Aquadest

4. Sampel tanaman

Laporan Farmakognosi I Page 29

Page 30: Laporan Farmakognosi Repaired)

III.2.2 Simplisia

1. Air

2. Sampel tanaman

Laporan Farmakognosi I Page 30

Page 31: Laporan Farmakognosi Repaired)

III.3 Cara Kerja

III.3.1 Cara kerja simplisia

a. Simplisia biji pepaya (Carica semen)

Biji diambil pada saat buah mulai

mengering atau sebelum pecah

Pepaya disortasi, dipilih yang baik

pepaya dibelah, dan biji pepaya

dikeluarkan

Dicuci biji pepaya dengan

menggunakan air yang mengalir untuk

membersihkan kotoran yang menempel

Biji dikeringkan tidak langsung di

bawah sinar matahari

Biji pepaya yang sudah kering dibagi

menjadi dua bagian

Hasil biji pepaya kering Diblender

Disimpan dalam botol jam sampai halus

Diberi etiket Diayak

Disimpan

dalam pot

plastik

Diberi etiket

Laporan Farmakognosi I Page 31

Pengambilan biji pepaya

Pengolahan biji pepaya

Biji pepaya kering

Biji pepaya kering 1 Biji pepaya kering 2

Haksel biji pepaya

Serbuk biji pepaya

Page 32: Laporan Farmakognosi Repaired)

b. Simplisia daun jambu monyet (Anacardium folium)

Sampel diambil pada saat fotosintesis

berlangsung

Daun Jambu

Daun jambu monyet disortasi basah

Dicuci daun jambu monyet dengan

menggunakan air yang mengalir untuk

membersihkan kotoran yang menempel

Daun dirajang dengan ukuran yang sama

Daun dikeringkan dengan cara diangin-

anginkan

Daun jambu monyet yang sudah kering

dibagi menjadi dua bagian

Hasil daun jambu monyet kering Diblender

Disimpan dalam botol jam sampai halus

Diberi etiket Diayak

Disimpan

dalam

pot plastik

Diberi etiket

Laporan Farmakognosi I Page 32

Pengambilan daun jambu monyet

Pengolahan daun jambu monyet

Daun jambu monyet kering

Daun jambu monyet kering 1 Daun jambu monyet kering 2

Haksel daun jambu monyet

Serbuk daun jambu monyet

Page 33: Laporan Farmakognosi Repaired)

c. Simplisia buah jambu biji (Psidium fructus)

Dilakukan saat buah menjelang masak

Jambu biji disortasi, dipilih yang baik

Dicuci buah jambu biji dengan

menggunakan air yang mengalir untuk

membersihkan kotoran yang menempel

Buah dirajang dengan ukuran 1x1 cm

Buah dikeringkan disinar matahari

langsung dengan menggunakan penutup

kain hitam

Buah yang sudah kering dibagi menjadi

dua bagian

Hasil buah jambu biji kering Diblender

Disimpan dalam wadah kaca sampai halus

Diberi etiket Diayak

Disimpan

dalam

pot plastik

Diberi etiket

Laporan Farmakognosi I Page 33

Pengambilan buah jambu biji

Pengolahan buah jambu biji

Buah jambu biji kering

Buah jambu biji kering 1 Buah jambu biji kering 2

Haksel buah jambu biji

Serbuk buah jambu biji

Page 34: Laporan Farmakognosi Repaired)

d. Simplisia batang brotowali (Tinospora caulis)

Diambil pada saat tanaman telah cukup

umur

Batang brotowali disortasi, dipilih yang

baik

Dicuci batang brotowali dengan

menggunakan air yang mengalir untuk

membersihkan kotoran yang menempel

Batang dirajang dengan ukuran 1x1 cm

Batang dikeringkan tidak langsung

dibawah sinar matahari

Batang yang kering di bagi menjadi 2

bagian

Hasil batang brotowali kering Diblender

Disimpan dalam botol jam sampai halus

Diberi etiket Diayak

Disimpan

dalam

pot plastik

Diberi etiket

Laporan Farmakognosi I Page 34

Pengambilan batang brotowali

Pengolahan batang brotowali

Batang brotowali kering

Batang brotowali kering 1 Batang brotowali kering 2

Haksel batang brotowali

Serbuk batang brotowali

Page 35: Laporan Farmakognosi Repaired)

e. Simplisia akar pisang(Musa Radix)

Sampel diambil saat pertumbuhan

berhenti

Akar pisang disortasi, dipilih yang baik

Dicuci akar pisang dengan

menggunakan air yang mengalir untuk

membersihkan kotoran yang menempel

Akar dirajang dengan ukuran 1x1 cm

Akar dikeringkan dibawah sinar

matahari dengan ditutupi kain hitam

Akar yang sudah kering dibagi menjadi

dua bagian

Hasil akar pisang kering Diblender

Disimpan dalam wadah kaca sampai halus

Diberi etiket Diayak

Disimpan

dalam

pot plastik

Diberi etiket

Laporan Farmakognosi I Page 35

Pengambilan akar pisang

Pengolahan akar pisang

Akar pisang kering

Akar pisang kering 1 Akar pisang kering 2

Haksel akar pisang

Serbuk akar pisang

Page 36: Laporan Farmakognosi Repaired)

f. Simplisia rimpang kencur(Kaemferia rhizoma)

Diambil pada awal musim kemarau

Kencur disortasi, dipilih yang baik

Dicuci rimpang kencur dengan

menggunakan air yang mengalir untuk

membersihkan kotoran yang menempel

Dirajang dengan ukuran 1x1 cm

Rimpang dikeringkan langsung di

bawah sinar matahari ditutup dengan

kain hitam

Rimpang yang sudah kering dibagi

menjadi dua bagian

Hasil rimpang kencur kering Diblender

Disimpan dalam botol jam sampai halus

Diberi etiket Diayak

Disimpan

dalam

pot plastik

Diberi etiket

Laporan Farmakognosi I Page 36

Pengambilan rimpang kencur

Pengolahan rimpang kencur

Rimpang kencur kering

Rimpang kencur kering 1 Rimpang kencur kering 2

Haksel rimpang kencur

Serbuk rimpang kencur kencur

Page 37: Laporan Farmakognosi Repaired)

g. Simplisia bunga euphorbia(Euphorbia flos)

Sampel diambil saat bunga mekar

Bunga kaktus disortasi, dipilih yang

baik

Dicuci bunga dengan menggunakan air

yang mengalir untuk membersihkan

kotoran yang menempel

Bunga dikeringkan tidak langsung di

bawah sinar matahari

Bunga yang sudah kering dibagi

menjadi dua bagian

Hasil bunga kaktus kering Diblender

Disimpan dalam botol jam sampai halus

Diberi etiket Diayak

Disimpan

dalam

pot plastik

Diberi etiket

Laporan Farmakognosi I Page 37

Pengambilan bunga kaktus pakis giwang

Pengolahan bunga kaktus Pakis giwang

Bunga kaktus pakis giwang kering

Bunga kaktus pakis giwang kering 1 Bunga kaktus pakis giwang kering 2

Haksel bunga kaktus pakis giwang

Serbuk bunga kering

Page 38: Laporan Farmakognosi Repaired)

h. Simplisia tanaman sambiloto(Andrographis Herba)

Diambil saat proses fotosintesis

berlangsung maksimal.

Sambiloto disortasi, dipilih yang baik

Dicuci sambiloto dengan

menggunakan air yang mengalir untuk

membersihkan kotoran yang menempel

Sambiloto dirajang dengan ukuran yang

sesuai

Sambiloto dikeringkan tidak langsung

di bawah sinar matahari

Sambiloto yang sudah kering dibagi

menjadi dua bagian

Hasil sambiloto kering Diblender

Disimpan dalam botol jam sampai halus

Diberi etiket Diayak

Disimpan

dalam

pot plastik

Diberi etiket

Laporan Farmakognosi I Page 38

Pengambilan herba sambiloto

Pengolahan herba sambiloto

sambiloto kering

Sambiloto kering 1 sambiloto kering 2

Haksel herba sambiloto

Serbuk herba sambiloto

Page 39: Laporan Farmakognosi Repaired)

Pengambilan tanaman pepaya

Pengolahan tanaman pepaya

Herbarium pepaya

III.3.2 Cara kerja herbarium

a. herbarium tanaman pepaya (Carica papaya Linn)

Tanaman pepaya dicuci dengan

menggunakan air mengalir

Tanaman diangin-anginkan

Tanaman dibersihkan dengan

menggunakan alkohol 70%

Tanaman dimasukkan kedalam lipatan

koran, agar tanaman tidak bergeser

diberi selotip, tetapi jangan sampai

mengenai bagian tanaman

Lipatan koran ditumpuk menjadi satu

dalam sasak

Tanaman dipress dengan

menggunakan sasak dan diikat dengan

tali rafia

Laporan Farmakognosi I Page 39

Page 40: Laporan Farmakognosi Repaired)

b. herbarium tanaman jambu monyet(Anacardium occidentale)

Tanaman jambu monyet dicuci dengan

menggunakan air mengalir

Tanaman diangin-anginkan

Tanaman dibersihkan dengan

menggunakan alkohol 70%

Tanaman dimasukkan kedalam lipatan

koran, agar tanaman tidak bergeser

diberi selotip, tetapi jangan sampai

mengenai bagian tanaman

Lipatan koran ditumpuk menjadi satu

dalam sasak

Tanaman dipress dengan

menggunakan sasak dan diikat dengan

tali rafia

Laporan Farmakognosi I Page 40

Pengambilan tanaman jambu monyet

Pengolahan tanaman jambu monyet

Herbarium jambu monyet

Page 41: Laporan Farmakognosi Repaired)

c. Herbarium tanaman jambu biji (Psidium guajava)

Tanaman jambu biji dicuci dengan

menggunakan air mengalir

Tanaman diangin-anginkan

Tanaman dibersihkan dengan

menggunakan alkohol 70%

Tanaman dimasukkan kedalam lipatan

koran, agar tanaman tidak bergeser

diberi selotip, tetapi jangan sampai

mengenai bagian tanaman

Lipatan koran ditumpuk menjadi satu

dalam sasak

Tanaman dipress dengan

menggunakan sasak dan diikat dengan

tali rafia

Laporan Farmakognosi I Page 41

Pengambilan tanaman jambu biji

Pengolahan tanaman jambu biji

Herbarium jambu biji

Page 42: Laporan Farmakognosi Repaired)

d. Herbarium tanaman bakung putih (Crinum asiaticum)

Tanaman bakung putih dicuci dengan

menggunakan air mengalir

Tanaman diangin-anginkan

Tanaman dibersihkan dengan

menggunakan alkohol 70%

Tanaman dimasukkan kedalam lipatan

koran, agar tanaman tidak bergeser

diberi selotip, tetapi jangan sampai

mengenai bagian tanaman

Lipatan koran ditumpuk menjadi satu

dalam sasak

Tanaman dipress dengan

menggunakan sasak dan diikat dengan

tali rafia

Laporan Farmakognosi I Page 42

Pengambilan tanaman bakung putih

Pengolahan tanaman bakung putih

Herbarium bakung putih

Page 43: Laporan Farmakognosi Repaired)

Pengambilan tanaman bakau

Pengolahan tanaman bakau

Herbarium bakau

e. Herbarium Bakau ( Rhizophora mangle )

Tanaman bakau dicuci dengan

menggunakan air mengalir

Tanaman diangin-anginkan

Tanaman dibersihkan dengan

menggunakan alkohol 70%

Tanaman dimasukkan kedalam lipatan

koran, agar tanaman tidak bergeser

diberi selotip, tetapi jangan sampai

mengenai bagian tanaman

Lipatan koran ditumpuk menjadi satu

dalam sasak

Tanaman dipress dengan

menggunakan sasak dan diikat dengan

tali rafia

Laporan Farmakognosi I Page 43

Page 44: Laporan Farmakognosi Repaired)

Pengambilan tanaman kencur

Pengolahan tanaman kencur

Herbarium kencur

f. Herbarium kencur (Kaemferia galanga)

Tanaman kencur dicuci dengan

menggunakan air mengalir

Tanaman diangin-anginkan

Tanaman dibersihkan dengan

menggunakan alkohol 70%

Tanaman dimasukkan kedalam lipatan

koran, agar tanaman tidak bergeser

diberi selotip, tetapi jangan sampai

mengenai bagian tanaman

Lipatan koran ditumpuk menjadi satu

dalam sasak

Tanaman dipress dengan

menggunakan sasak dan diikat dengan

tali rafia

Laporan Farmakognosi I Page 44

Page 45: Laporan Farmakognosi Repaired)

g. Herbarium euphorbia(Euphorbia milii Ch.des Moulins)

Tanaman euphorbia dicuci dengan

menggunakan air mengalir

Tanaman diangin-anginkan

Tanaman dibersihkan dengan

menggunakan alkohol 70%

Tanaman dimasukkan kedalam lipatan

koran, agar tanaman tidak bergeser

diberi selotip, tetapi jangan sampai

mengenai bagian tanaman

Lipatan koran ditumpuk menjadi satu

dalam sasak

Tanaman dipress dengan

menggunakan sasak dan diikat dengan

tali rafia

Laporan Farmakognosi I Page 45

Pengambilan tanaman euphorbia

Pengolahan tanaman euphorbia

Herbarium euphorbia

Page 46: Laporan Farmakognosi Repaired)

h. Herba sambiloto (Andrographis paniculata)

Tanaman sambiloto(kecuali akar)

dicuci dengan menggunakan air

mengalir

Tanaman diangin-anginkan

Tanaman dibersihkan dengan

menggunakan alkohol 70%

Tanaman dimasukkan kedalam lipatan

koran, agar tanaman tidak bergeser

diberi selotip, tetapi jangan sampai

mengenai bagian tanaman

Lipatan koran ditumpuk menjadi satu

dalam sasak

Tanaman dipress dengan

menggunakan sasak dan diikat dengan

tali rafia

Laporan Farmakognosi I Page 46

Pengambilan tanaman sambiloto

Pengolahan tanaman sambiloto

Herba sambiloto

Page 47: Laporan Farmakognosi Repaired)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil

IV.1.1 Herbarium

IV.1.2 Simplisia

Simplisia biji pepaya serbuk biji pepaya

Laporan Farmakognosi I Page 47

Page 48: Laporan Farmakognosi Repaired)

Simplisia daun jambu monyet serbuk daun jambu monyet

Simplisia buah jambu biji serbuk buah jambu biji

Simplisia batang brotowali serbuk batang brotowali

Simplisia akar pisang serbuk akar pisang

Laporan Farmakognosi I Page 48

Page 49: Laporan Farmakognosi Repaired)

Herba sambiloto serbuk herba sambiloto

IV.2 Pembahasan

Herbarium

Herbarium merupakan tanaman yang telah dikeringkan. Herbarium

adalah koleksi tumbuhan atau bagian tumbuhan yang diawetkan, specimen ini

digunakan sebagai bahan rujukan untuk menafsirkan takson tumbuhan. Dalam

ilmu taksonomi tumbuhan istilah herbarium digunakan untuk dua pengertian

yaitu untuk objek study yang berupa bahan tumbuhan yang diawetkan, dan

lembaga atau laboratorium tempat ahli-ahli taksonomi melakukan study

taksonomi tumbuhan yang sekaligus juga merupakan tempat untuk

menyimpan koleksi bahan study yang telah diawetkan dengan cara atau

bentuk manapun. Tujuan dari pembuatan herbarium ini yaitu untuk

mengawetkan tanaman agar nanti jika tanaman itu punah dapat dilihat

morfologi dari tanaman itu.

Cara kerja dari dari herbarium ada 2 cara, yaitu cara basah dan cara

kering. Pada praktikum kerja lapangan farmakognosi ini kami melakukan

pembuatan herbarium dengan cara kering karena alat dan bahan yang

digunakan lebih sedikit serta prosesnya lebih mudah dibandingkan proses

awetan basah. Pertama-tama dilakukan pengambilan sampel berupa tanaman

utuh yang dapat dijadikan tanaman obat contohnya sambiloto. Setelah

Laporan Farmakognosi I Page 49

Page 50: Laporan Farmakognosi Repaired)

pengambilan sampel, kemudian dilakukan sortasi basah yaitu dengan

memisahkan tanaman dari bahan-bahan organic seperti kerikil dan tanah.

Tujuan dari sortasi basah untuk memisahkan bahan-bahan asing atau kotoran

serta memisahkan bagian tumbuhan yang tidak bagus dari yang bagus.

Kemudian dilakukan pencucian pada air yang mengalir untuk mengeluarkan

kotoran yang menempel pada tanaman, lalu dikeringkan dengan cara diangin-

anginkan tidak langsung dibawah panas matahari agar tidak merusak enzim

yang terkandung dalam tumbuhan untuk menghilangkan kadar air akibat

proses pencucian sebelumnya. Kemudian tanaman dibersihkan dengan cara

diolesi dengan alkohol menggunakan kapas untuk mempercepat dalam proses

pengeringan, membunuh bakteri dan membantu dalam proses pengawetan.

Proses selanjutnya tanaman ditempelkan pada kertas koran (karena kertas

koran dapat menyerap air) dengan menggunakan selotip. Selotip tidak boleh

menyentuh permukaan dari tanaman agar saat penggunaan tanaman nanti

tidak rusak, oleh karena itu selotip ditempeli koran terlebih dahulu. Usahakan

tampak depan dan tampak belakang daun terlihat. Setelah semuanya telah

dilekatkan, tanaman dibungkus lagi dengan kertas koran dan dimasukkan

dalam sasak bambu yang telah dibuat. Digunakan sasak bambu karena mudah

didapat serta harganya terjangkau. Sasak diikat dengan tali rafia untuk

mempererat pengepresan lalu disimpan ditempat yang tidak lembab. Waktu

yang dibutuhkan untuk mengawetkan tanaman utuh selama kurang lebih 2

bulan. Tanaman dikatakan kering jika sudah cukup kaku dan tidak terasa

dingin.

Simplisia

Simplisia merupakan tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat tanaman

yang berkhasiat sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun

kecuali dinyatakan lain berupa bahan alam yang telah dikeringkan. Pada

pembuatan simplisia ini diawali dengan pengambilan sampel yang berfungsi

Laporan Farmakognosi I Page 50

Page 51: Laporan Farmakognosi Repaired)

sebagai obat baik itu akar, batang, daun, bunga, buah, biji, umbi dan rimpang.

Pengambilan biji dapat dilakukan pada saat mulai mengeringnya buah atau

sebelum semuanya pecah. Pengambilan buah tergantung tujuan dan

pemanfaatan kandungan aktifnya. Panen buah biasa dilakukan menjelang

masak, setelah benar-benar masak, atau dengan cara melihat perubahan

warna/bentuk dari buah yang bersangkutan. Pemanenan bunga bergantung

dari tujuan pemanfaatan kandungan aktifnya. Panen dapat dilakukan pada saat

menjelang penyerbukan, saat bunga masih kuncup, atau saat bunga sudah

mulai mekar. Panen daun atau herba dilakukan pada saat proses fotosintesis

berlangsung maksimal, yaitu ditandai dengan saat-saat tanaman mulai

berbunga atau buah mulai masak. Untuk pengambilan daun, dianjurkan

diambil pada saat proses fotosintesis berlangsung. Pemanenan kulit batang

hanya dilakukan pada tanaman yang sudah cukup umur. Saat panen yang

paling baik adalah awal musim kemarau. Panen umbi dilakukan pada saat

akhir pertumbuhan. Panen rimpang dilakukan pada saat awal musim kemarau.

Panen akar dilakukan pada saat pertumbuhan berhenti atau tanaman sudah

cukup umur. Panen dilakukan terhadap akar umumnya akan mematikan

tanaman yang bersangkutan karena akar berfungsi untuk menguatkan tanaman

serta sebagai jalan pengangkutan air dan mineral dari tanah ke seluruh bagian

tumbuhan.

Setelah sampel diambil lalu disortasi basah yang dimaksudkan untuk

memisahkan sampel dari kotoran-kotoran yang ikut serta pada saat

pengambilan sampel. Lalu dilakukan pencucian dengan menggunakan air

yang mengalir contohnya air PAM atau air sumur hingga sampel benar-benar

bersih, lalu sampel dilakukan pengubahan bentuk dengan tujuan untuk

memperkecil luas permukaan sehingga proses pengeringan berlangsung lebih

cepat. Proses selanjutnya sampel dikeringkan dibawah sinar matahari dengan

menggunakan kain hitam sebagai penutup. Sampel tidak boleh berkontak

langsung dengan sinar matahari karena akan merusak aktivitas enzim. Setelah

Laporan Farmakognosi I Page 51

Page 52: Laporan Farmakognosi Repaired)

kering sempurna sampel disortasi kering, dipisahkan sampel yang gosong atau

rusak akibat proses sebelumnya. Kemudian sampel dibuat menjadi 2 bentuk

yaitu haksel dan serbuk.

Haksel merupakan hasil dari tanaman setelah perajangan dan

pengeringan dan disimpan dalam botol kaca berukuran 60 ml, sedangkan

serbuk merupakan haksel yang dihaluskan dengan cara diblender untuk

memperoleh partikel-partikel serbuk. Setelah jadi serbuk kemudian diayak

dan disimpan dalam wadah pot plastik.

Laporan Farmakognosi I Page 52

Page 53: Laporan Farmakognosi Repaired)

BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

1. Sampel yang digunakan pada praktikum ini adalah

Untuk herbarium

Jambu monyet (Anacardium occidentale)

Pepaya (Carica papaya)

Bakung putih (Crinum asiaticum)

Jambu biji (Psidium guajava)

Kencur (Kaemferia galanga)

Euphorbia (Euphorbia milii)

Sambiloto (Andrographis paniculata)

Untuk simplisia

Daun jambu monyet (Anacardium folium)

Biji pepaya (Carica semen)

Batang brotowali (Tinospora caulis)

Rimpang kencur (Kaemferia rhizoma)

Bunga euphorbia (Euphorbia flos)

Akar pisang (Musa radix)

Herba sambiloto (Andrographis herba)

2. Khasiat dari tanaman obat yang dijadikan sampel

Daun jambu monyet

Berkhasiat sebagai antiradang

Bunga euphorbia

Bunga berkhasiat sebagai hemostatis

Biji pepaya

Berkhasiat sebagai antipiretik

Laporan Farmakognosi I Page 53

Page 54: Laporan Farmakognosi Repaired)

Batang brotowali

Berkhasiat sebagai antipiretik

Akar pisang

Berkhasiat sebagai antipiretik, diuretik, antiradang.

Buah jambu biji

Berkhasiat sebagai antiinflamasi, hemostatik dan astringen.

Herba sambiloto

Herba ini berkhasiat bakteriostatik, antiinflamasi, antipiretik.

3. Herbarium merupakan tanaman yang telah dikeringkan. Tujuan dari

pembuatan herbarium ini yaitu untuk mengawetkan tanaman agar nanti

jika tanaman itu punah dapat dilihat morfologi dari tanaman itu.

4. Simplisia merupakan tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat tanaman

yang berkhasiat sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun

kecuali dinyatakan lain berupa bahan alam yang telah dikeringkan.Pada

pembuatan simplisia ini diawali dengan pengambilan sampel yang

berfungsi sebagai obat baik itu akar, batang, daun, bunga, buah, biji, umbi

dan rimpang.

V.2 Saran

Berdasarkan perkembangan zaman telah banyak obat-obatan sintetik

yang telah beredar di pasaran. Obat-obat sintetik itu dapat menyembuhkan

dengan cepat namun memiliki efek samping yang dapat mempengaruhi tubuh.

Saat ini telah disarankan kepada masyarakat untuk kembali

menggunakan obat tradisional. Walaupun pengobatan tradisional memerlukan

efek terapi yang cukup lama namun efek samping yang ditimbulkan terhadap

tubuh lebih kecil dibandingkan dengan efek samping yang ditimbulkan oleh

obat-obatan sintetik.

Laporan Farmakognosi I Page 54

Page 55: Laporan Farmakognosi Repaired)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1977. ”Materia Medika Indonesia Jilid 1”. Jakarta : Depkes RI, Ditjen POM

ANS, Thomas. 1989. ”Tanaman Obat Tradisional 1”. Yogyakarta : Kanisius

Dalimartha, Setiawan dr. 2006. ”Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 3”. Jakarta :

Puspa Swara

Rasdianah, Nur. 2009. ”Bahan Ajar Farmakognosi I”. Gorontalo : UNG

Rasdianah,Nur.2009.”Penuntun Praktikum Farmakognosi I”. Gorontalo : UNG

www.google.com//tanaman obat berkhasiat//diakses tanggal 24 desember 2009

www.plantfrom.com//tanaman obat indonesia//diakses tanggal 24 desember 2009

Laporan Farmakognosi I Page 55

Page 56: Laporan Farmakognosi Repaired)

Laporan Farmakognosi I Page 56