laporan farmako bab ii
DESCRIPTION
farmasiTRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penulisan Resep
Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter untuk menyiapkan dan / atau
membuat,meracik, serta menyerahkan obat kepada pasien. Yang berhak menulis resep adalah
dokter, dokter gigi, dan juga dokter hewan.
Resep harus ditulis dengan jelas dan lengkap seperti yang terlihat pada Gambar 2.1.
Resep yang lengkap memuat hal-hal sebagai berikut :
1. Nama, alamat, dan nomor ijin praktek dokter, dokter gigi, atau dokter hewan;
2. Tanggal penulisan resep (inscriptio);
Gambar 2.1 Contoh resep
3. Tanda R pada bagian kiri setiap penulisan resep (invocatio)
4. Nama setiap obat dan komposisinya (praescriptio/ordonatio)
5. Aturan pemakaian obat yang tertulis (signatura)
6. Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku (subscriptio)
7. Jenis hewan serta nama dan alamat pemiliknya untuk resep dokter hewan
8. Tanda seru dan / atau paraf dokter untuk resep yang melebihi dosis maksimalnya.
Pada resep yang mengandung narkotik tidak boleh tercantum tulisan atau tanda iter
(iterasi:dapat diulang), m.i (mihi ipsi:untuk dipakai sendiri), atau u.c (usus cognitus:pemakaian
diketahui). Untuk resep yang memerlukan penanganan segera, dokter dapat memberi tanda di
bagian kanan atas resepnya dengan kata-kata : cito (segera), statim (penting), urgent (sangat
penting), atau P.I.M (periculum in mora:berbahaya bila ditunda).
Bila mengkehendaki, resep tersebut tidak boleh diulang tanpa sepengetahuannya. Oleh
karena itu, pada resep tersebut dapat ditulis singkatan n.i (ne iteratur:tidak dapat diulang). Resep
yang tidak boleh diulang adalah resep yang mengandung narkotik, psikotropika, dan obat keras
yang ditetapkan oleh Pemerintah/Menteri Kesehatan R.I.
2.2 Cara Menyusun Penulisan Obat dalam Resep
Penulisan obat di dalam resep disusun berdasarkan urutan sebagai berikut :
1. Obat pokok ditulis terlebih dahulu, yang disebut remidium cardinale (basis)
2. Remidium adjuvantia/ajuvans, yaitu bahan atau obat yang menunjang kerja bahan obat utama.
3. Corrigens, yaitu bahan atau obat tambahan untuk memperbaiki warna, rasa, dan bau obat
utama. Corrigens dapat berupa :
(a) Corrigens actionis, yaitu obat yang memperbaiki atau menambah efek obat utama.
(b) Corrigens saporis (memperbaiki rasa).
(c) Corrigens odoris (memperbaiki bau).
(d) Corrigens coloris (memperbaiki warna)
(e) Corrigens solubillis untuk memperbaiki kelarutan obat utama.
4. Constituens/vehiculum/exipiens, yaitu bahan tambahan yang dipakai sebagai bahan pengisi
dan pemberi bentuk untuk memperbesar volume obat.
Aturan pakai dalam resep sering ditulis berupa singkatan bahasa latin sebagai berikut :
(a) Tentang waktu
Omni hora cochlear (o.h.c) : tiap jam satu sendok makan
Omni bihora cochlear (o.b.h.c) : tiap 2jam satu sendok makan
Post coenam (p.c) : sesudah makan
Ante coenam (a.c) : sebelum makan
Mane (m) : pagi
Ante meridiem (a.merid) : sebelum tengah sore
Mane et vespere (m.et. v.) : pagi dan sore
Nocte (noct) : malam
(b) Tentang tempat yang sakit
Pone aurem (pon.aur) : di belakang telinga
Ad nucham (ad.nuch) : di tengkuk
(c) Tentang pemberian obat
In manum medici (i.m.m) : di serahkan dokter
Detur sub sigillo (det.sub.sig) : berikan dalam segel
Da in duplo (d.i.dupl) : berikan dua kalinya
Reperatur (Iteratur) ter. (Rep.ter) : diulang tiga kali
2.3 Kopi resep
Selain memuat semua keterangan yang termuat dalam resep asli, kopi resep harus pula
memuat :
1. nama dan alamat apotek
2. nama dan nomor SIK APA
3. tanda tangan atau paraf APA
4. Tanda det (detur) untuk obat yang sudah diserahkan, atau tanda nedet (ne detur) untuk obat
yang belum diserahkan.
5. nomor resep dan tanggal pembuatan
Kopi resep atau resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis resep, penderita
yang bersangkutan, petugas kesehatan, atau petugas lain yang berwenang menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2.4 Macam-Macam Dosis
2.4.1 Dosis Terapi
Dosis terapi (dosis medicinalis, dosis therapeutica, dosis lazim): rentangan jumlah obat
yang diberikan kepada penderita dewasa untuk satu kali pemberian atau untuk jangka
waktu tertentu secara per oral untuk mendapatkan efek terapi.
Dosis minimal: jumlah terkecil yang dibutuhkan penderita dewasa untuk satu kali minum
atau jangka waktu tertentu secara per oral untuk mendapatkan efek terapi.
Dosis maksimal: jumlah terbesar dari rentangan obat yang masih aman diberikan kepada
penderita dewasa dan belum menimbulkan gejala-gejala keracunan.
2.4.2 Dosis Toksik
Dosis obat yang diberikan melebihi dosis terapeutik, sehingga dapat menyebabkan
terjadinya keracunan obat.
2.4.3 Dosis Lethal
Dosis yang menyebabkan kematian pada hewan coba
Besarnya melebihi dosis toksik
2.4.4 Dosis Tunggal (Single Dose)
Pola pemberian obat satu kali sudah mampu memberikan efek terapi dengan efektif
secara klinik.
2.4.5 Dosis Awal (Initial Dose)
Dosis yang diberikan pada awal suatu terapi sampai tercapai kadar kerja yang diinginkan
secara terapi.
2.4.6 Maintenance Dose
Sejumlah obat yang diberikan dengan tujuan untuk dapat menjaga kadar obat dalam
tubuh tertentu pada periode tertentu.
2.4.7 Dosis Muatan (Loading Dose)
Sejumlah obat yang digunakan untuk memacu percepatan waktu penyampaian kadar
efektif minimum.
2.4.8 Dosis Berganda (Multiple Dose)
Pola pemberian obat berulang. Pengulangan dilakukan saat obat diperkirakan akan
mengalami eliminasi pada jumlah tertentu dengan interval pemberian tertentu untuk mencapai
efek terapi.
2.5 Perhitungan Dosis Anak
1. Secara Individual, menggunakan ukuran fisik anak
a. Dengan ukuran BB anak
Mengalikan BB anak dengan besar dosis tiap kg. Contoh: Amoxycillin, dosis terapi
10-25mg/kg/BB/kali dapat diberikan setiap 6-8 jam, maka: anak umur 2 tahun dengan
BB 10 kg, dapat diberikan dosis 10x(10-25)mg = 100-250 mg, setiap 6-8 jam.
b. Perhitungan dengan ukuran LPT anak
Contoh: diketahui dosis pemeiharaan metrotreksat untuk penderita leukimia 15mg/m2
LPT/minggu, maka untuk anak 12 tahun dengan LPT 1,20 m2 dapat diberikan dosis
sebesar 1,20/1,73 x 15 mg = 10, 4 mg.
2. Dihitung dari dosis dewasa
Rumus Young (anak < 8 tahun)
Contoh: Dosis (dewasa) GG100-200 mg/kali, maka dosis untuk anak 4 tahun: 4/12+4
x (100-200) = 25-50 mg/kali.
Rumus Dilling (anak > 8 tahun)
Maka dosis untuk anak 10 tahun: 10/20 x (100-200) = 50-100 mg/kali.
Rumus Clark (BB anak)
Contoh: dosis terapi GG untuk anak 8 tahun dengan BB 21 kg adalah: 21/70 x (100-
200) mg/kali = 30-60 mg/kali.
LPT Anak (Rumus Crawford-Terry-Rourke)
Contoh: dosis terapi GG untuk anak umur 8 tahun dengan LPT 0,9 m2 adalah: 0,9/1,8
x (100-200) mg/kali = 50-100 mg/kali
Catatan:
Penggunaan rumus Young sebaiknya dihindari, karena sering tidak tepat
Kadang dalam literatur ditemukan dosis anak dengan kriteria umur, misalnya: Dosis
cyproheptadin: anak umur < 2 tahun tidak dianjurkan. 2-6 tahun: 2 mg, 2-3 kali/hr, maks 12
mg/hr. 7-14 tahun 4mg, 2-3 kali/hr, maks 16mg/hr. Cara ini mengarah generalisasi dosis, artinya
anak umur 2-6 tahun dosisnya sama, demikian juga untuk anak 7-14 tahun. Cara ini perlu
dicermati bila digunakan obat dengan indeks terapi sempit, agar tidak menimbulkan masalah.
Daftar pustaka:
Syamsuni. Buku Farmasetika Dasar & Hitungan Farmasi. penerbit Buku Kedokteran EGC.
2011.