laporan ekologi tumbuhan minimal area

Upload: anggi-dyah-aristi

Post on 14-Jan-2016

780 views

Category:

Documents


49 download

DESCRIPTION

Area minimum adalah luas terkecil yang dapat mewakili karakteristik komunitas tumbuhan atau vegetasi secara keseluruhan. Minimal area merupakan luas atau ukuran minimal plot yang representatif untuk suatu areal.

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangIlmu vegetasi sudah di mulai hampir tiga abad yang lalu, mula- mula kegiatan utama dilakukan lebih di arahkan pada deskripsi dari bentang alam dan vegetasinya. Kemudian pada abad ke XX usaha-usaha di arahkan untuk menyederhanakan deskripsi dan vegetasi dengan tujuan untuk meningkatkan keakuratan dan untuk mendapatkan standar dasar dalam evolusi secara kuantitatif.Vegetasi sebagai salah satu komponen dari ekosistem yang dapat menggambarkan pengaruh dari kondisi-kondisi fakta lingkungan yang mudah di ukur dan nyata. Dalam mendeskripsikan vegetasi harus di mulai dari suatu titik padang bahwa vegetasi merupakan suatu pengelompokkan dari suatu tumbuhan yang hidup di suatu hidup tertentu yang mungkin di karakterisasi baik oleh spesies sebagai komponennya maupun oleh kombinasi dan struktur serta fungsi sifat-sifatnya yang mengkarakterisasi gambaran vegetasi secara umum.Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Pengamatan parameter vegetasi berdasarkan bentuk hidup pohon, perdu, serta herba. Suatu ekosistem alamiah maupun binaan selalu terdiri dari dua komponen utama yaitu komponen biotik dan abiotik. Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh komponen ekosistem lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh secara alami pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan pencerminan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan dan dapat mengalami perubahan drastis karena pengaruh anthropogenik. Pada suatu daerah vegetasi umumnya akan terdapat suatu luas tertentu, dan daerah tadi sudah memperlihatkan kekhususan dari vegetasi secara keseluruhan.yang disebut luas minimum area. Minimal area dianalisis untuk melihat luas minimum yang mewakili suatu komunitas. Dengan melihat minimal area, kita dapat melihat keanekaragaman dari suatu area. Semakin banyak spesies pada minimal area tersebut, maka tingkat keanekaragaman semakin tinggi. Semakin tinggi tingkat keanekaragamannya maka semakin kompleks pula suatu ekosistem. Dan juga kita dapat melihat spesies mana yang dominan (yang paling banyak/massive) dan spesies mana yang minoritas pada suatu daerah tersebut. Sehingga kita dapat menentukan pola dari suatu ekosistem, potensi suatu ekosistem, upaya pengembangan ekosistem, serta dapat menentukan upaya konservasi demi melestarikan keanekaragaman.Dengan mengetahui spesies apa saja yang dapat tumbuh pada suatu lingkungan, maka dapat pula diprediksi jenis tanah, kandungan hara di dalam tanah, dan besarnya daya dukung lingkungan pada suatu ekosistem. Karena tumbuhan hijau berperan sebagai produsen pada ekkosistem, maka tumbuhan yang ada pada area tersebut juga turut mempengaruhi hewan-hewan apa saja yang dapat hidup di area tersebut, dan menyebabkan keberlangusungan serta keseimbangan ekosistem. Sehingga analisa vegetasi sederhana seperti ini sebenarnya memiliki makna yang sangat besar bila dicermati. Hal ini akan terlihat lebih penting lagi artinya bagi kelangsungan ekosistem-ekosistem binaan, dan juga bisa dijadikan dasar dalam ilmu-ilmu pertanian dan bercocok tanam lainnya.Sebagai contoh, apabila penguasaan sarana tumbuh pada suatu area dimenangkan oleh gulma, maka pada umumnya tanaman akan mengalami gangguan fisiologis yang berakibat pada penurunan produksi atau bahkan kematian tanaman itu sendiri. Kematian tersebuat selain karena kesulitan mendapatkan nutrisi, ada jenis gulma tertentu yang mampu mengeluarkan enzim akar yang mampu merusak atau meracuni tanaman. Kerusakan yang ditimbulkan gulma akan menentukan apakah gulma tersebut merupakan gulma penting atau bukan. Kerusakan tersebut umumnya memiliki hubungan dengan ambang ekonomi pertanian yang dapat berbeda pada setiap tanaman berdasarkan nilai ekonominya.

B. TujuanMenentukan luas petak minimum yang representatif dengan komunitas tumbuhan yang dianalisis.

BAB IILANDASAN TEORI

Tumbuhan berbagai jenis hidup decara alami di suatu tempat membentuk suatu kumpulan yang di dalamnya menemukan lingkungan yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam kumpulan ini terdapat kerukunan untuk hidup bersama, toleransi kebersamaan dan hubungan timbal balik yang menguntungkan sehingga dalam kumpulan ini terbentuk sutu derajat keterpaduan (resosoedarmo, 1990).Suatu komunitas dapat mengkarakteristikkan suatu unit lingkungan yang mempunyai kondisi habitat utama yang seragam. Unit lingkungan ini disebut biotop. Biotop ini juga dapat dicirikan oleh unsur organismenya, misalnya padang alnag-alang, hutan tusam, hutan cemara, rawa kumpai, dan sebagainya (Santoso, 1994).Penyebaran atau distribusi individu dalam duat populasi bermacam-macam, pada umumnya memperlihatkan tiga pola penyebaran, yaitu :1. Penyebaran secara acak, jarang terdapat di alam. Penyebaran ini biasanya terjadi apabila faktor lingkungan sangat seragam untuk seluruh daerah dimana populasi berada, selain itu tidak ada sifat-sifat untuk berkelompok dari organisme tersebut. Dalam tumbuhan ada bentuk-brntuk organ tertentu yang menunjang untuk terjadinya pengelompokan trmbuhan.2. Penyebaran secara merata, penyebaran ini umumnya terdapat pada tumbuhan. Penyebaran semacam ini terjadi apabila da persaingan yang kuat antara individu-individu dalam populasi tersebut. Pada tumbuhan misalnya persaingan untuk mendapatkan nutrisi dan ruang.3. Penyebaran secara berkelompok, penyebaran ini yang paling umum terdapat di alam, terutama untuk hewan(Surasana, 1990).Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis. Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penvusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan (Greig-Smith, 1983). Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi dikelompokkan ke dalam 3 kategori yaitu : 1. Posisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis dan membandingkan dengan areal lain atau areal yang sama namun waktu pengamatan berbeda. 2. Menduga tentang keragaman jenis dalam suatu areal. 3. Melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu atau beberapa faktor lingkungan (Greig-Smith, 1983). Analisis komunitas tumbuhan merupakan cara mempelajari susunan atau komposisi spesies dan bentuk atau struktur masyarakat tumbuhan (vegetasi).Dalam ekologi hutan, satuan vegetasi yang dipelajari adalah suatu komunitastumbuhan yang merupakan asosiasi konkret dari semua spesies tumbuhan yangmenempati habitat. Analisis komunitas bertujuan untuk mengetahui komposisispesies dan struktur komunitas yang ada di suatu wilayah yang dipelajari danhasilnya disajikan secara deskripsi (Rahardjanto, 2001). Ada sejumlah cara untuk mendapatkan informasi tentang struktur dan komposisi komunitas tumbuhan darat. Namun yang paling banyak diterapkan adalah cara sampling dengan kuadrat atau plot. Untuk plot ditentukan berdasarkan minimal area (ukuran plot minimal) lokasi yang akan dianalisis. Pada metoda sample diambil menggunakan plot dengan berbagai bentuk dan ukuran. Bentuk plot bervariasi seperti bujur sangkar, empat persegi panjang, lingkaran, dll. Umumnya bentuk plot yang dipakai adalah bentuk bujur sangkar karena hal ini dilakukan lebih mudah ketika harus dibuat plot dua kali lipat dari ukuran semula. Ukuran plot ini harus sesuai dengan minimum area lokasi yang akan dianalisis. Ukuran plot minimal dapat ditentukan dengan cara survei pendahuluan. Menentukan luas minimal plot dapat dilakukan dengan cara membuat kurva minimal area terlebih dahulu. Untuk bentuk plot persegi, dimulai dengan membuat plot persegi pada suatu tegakan dengan luas terkecil. Selanjutnya dicatat spesies tumbuhan yang ada dalam kuadrat tersebut. Kemudian kuadrat diperluas duakali semula, catat pertambahan jenis. Penambahan luas kuadrat dua kali semula dilakukan sampai tidak ada penambahan jenis (Santoso, 1994)

Minimal AreaArea minimum adalah luas terkecil yang dapat mewakili karakteristik komunitas tumbuhan atau vegetasi secara keseluruhan. Luas minimum dan jumlah minimum dapat digabung dengan menentukan luas total dari jumlah minimum yang sesuai dengan luas minimum yang sudah dapat didapat terlebih dahulu. Penyebaran individu suatu populasi mempunyai 3 kemungkinan yaitu: Penyebaran acak, Penyebaran secara merata, Penyebaran secara kelompok, untuk mengetahui apakah penyebaran individu suatu polpulasi secara merata atau kelompok maka penentuan letak percontoh dalam analisis vegetasi dapat dibedakan dengan cara pendekatan yaitu: Penyebaran percontohan secara acak, penyebaran percontohan secara sistematik, penyebaran secara semi acak dan semi sistematik ( Rahadjanto, 2001).Minimal area merupakan luas atau ukuran minimal plot yang representatif untuk suatu areal. Minima area ini dapat ditentukan dengan sistem nested plot yang dilanjutkan dengan membuat kurva minimal area. Minimal Area adalah suatu metode dalam penelitian ekologi tumbuhan dengan menggunakan plot- plot dengan ukuran relative untuk mengambil sampel-sampel yang ada. Metode ini merupakan metode yang objektif bila digunakan pada daerah-daerah yang mempunyai vegetasi homogeni seperti padang rumput, hutan dan lain-lain. Dengan metode ini kita dapat mengetahui secara kualitatif dan kuantitatif dari jenis-jenis tumbuhan yang terdapat pada suatu daerah tertentu. Biasanya plot ini menggunakan ukuran kecil lalu diluaskan dua kali lipat dan seterusnya digandakan dua kali lipat lagi. Plot tunggal biasanya digunakan untuk daerah yang tidak terlalu luas.Plot tunggal biasa disebut dengan minimal area yang didalamnya mempelajari spesies apa saja yang ada dan kepentigannya didalam komunitas seperti penyebaran atau frekuensinya , kelimpahan dan kerimbunannya. Untuk memahami luas dan metode yang dipakai untuk menggambarkan suatu vegetasi yang penting adalah harus disesuaikan dengan tujuan luas atau sempitnya suatu area yang diamati. (Anwar,1995). Ukuran minimum dari suatu petak plot dicari dengan menghitung pertambahan jumlah dari spesies tumbuhan bersamaaan dengan penggandaan luas area. Dengan cara, mendata jenis-jenis tumbuhan yang ada dalam petak. Kemudian, ukuran petak dilipatgandakan menjadi dua kali dari ukuran sebelumnya. Ada tiga cara untuk mendapatkan tanaman pada plot : secara acak atau sembarang, cara sistematik untuk memudahkan dalam pembuatan plot pada vegetasi yang homogen dan cara stratified bila vegetasi kurang homogen dapat dilakukan penempatan secara bertingkat.Ukuran minimum dari suatu plot tunggal tergantung kepada kerapatan dan banyaknya jenis-jenis tumbuhan yang terdapat dalam plot tersebut. Ukuran minimum ini digunakan pada kurva spesies area. Kurva spesies area merupakan langkah awal yang digunakan untuk menganalisis suatu vegetasi yang menggunakan plot atau kuadrat. Luas minimum digunakan untuk memperoleh luasan sampling area yang dianggap representatif dengan suatu tipe vegetasi pada suatu habitat tertentu yang sedang dipelajari. Luas petak contoh mempunyai hubungan erat dengan keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut. Makin tinggi keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut, makin luas petak contoh yang digunakan. Bentuk luas minimum dapat berbentuk bujur sangkar, empat persegi panjang dan dapat pula berbentuk lingkaran. Luas petak contoh minimum yang mewakili vegetasi hasil luas minimum, akan dijadikan patokan dalam analisis vegetasi dengan metode kuadrat.Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jumlah spesies di dalam suatu daerah adalah iklim, keragaman habitat, ukuran. Fluktuasi iklim yang musiman merupakan faktor penting dalam membagi keragaman spesies. Suhu maksimum yang ekstrim, persediaan air, dan sebagainya yang menimbulkan kemacetan ekologis (bottleck) yang membatasi jumlah spesies yang dapat hidup secara tetap di suatu daerah. Habitat dengan daerah yang beragam dapat menampung spesies yang keragamannya lebih besar di bandingkan habitat yang lebih seragam.Daerah yang luas dapat menampung lebih besar spesies di bandingkan dengan daerah yang sempit. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa hubungan antara luas dan keragaman spesies secara kasaradalah kuantitatif. Rumus umumnya adalah jika luas daerah 10 x lebih besar dari daerah lain maka daerah itu akan mempunyai spesies yang dua kali lebih besar (Harun, 1993).

BAB III METODOLOGI

A. Lokasi dan Waktu PengamatanPengamatan dilakukan di lapangan sepak bola velodrome, kampus B UNJ pada hari Selasa, 22 Oktober 2013, pukul 13.00 WIB sampai dengan selesai.

B. Alat dan Bahan 1. Tali rafia dan patok 2. Alat ukur3. Buku kunci determinasi tumbuhan 4. Alat Tulis.

C. Cara kerja 1. Menentukan Lokasi yang akan dianalisis.2. Membuat pot dengan ukuran tertentu (misalnya 50 x 50 cm).3. Mencatat semua jenis tanaman yang terdapat dalam plot.4. Perbesar plot menjadi dua kali semula.5. Mencatat pertambahan jumlah jenis.6. Melakukan perbesaran plot menjadi dua kali semula berulang kali sampai tidak ditemukan penambahan jumlah jenis. 7. Melakukan replikasi.8. Membuat kurva minimal area berdasarkan jumlah kumulatif spesies dan luas sub plot.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil PengamatanNo. Sub PlotUkuran Plot(m)SpesiesJumlah total SpesiesJumlah Kumulatif Spesies % penambahan

10,25Poaceae sp1.Sp2.Passiflora foetidaMurayya koenigi44-

20,5Solanaceae sp11525%

31Araceae1620%

42Sp11716,7%

54Tidak ada penambahan070%

B. PembahasanPada praktikum ekologi tumbuhan mengenai minimal area dilakukan untuk menentukan minimal area sampling vegetasi, mengetahui jumlah spesies dari minimal area sampling, memahami pembuatan minimal area, dan mengetahui keanekaragaman spesies tumbuhan yang terdapat dalam plot.Lokasi vegetasi yang dianalisis berada di lapangan sepak bola velodrome. Vegetasi yang ada pada tempat tersebut didominansi oleh Passiflora foetida. Plot dibuat dengan ukuran 50 x 50 cm, lalu dicatat semua jenis tanaman yang ada pada plot tersebut. Selanjutnya plot diperbesar dua kali ukuran semula, dan mencatat pertambahan jenis tanaman. Perbesaran plot dilakukan berulang kali hingga tidak ditemukan lagi jenis yang baru. Adapun metode yang digunakan metode non-destruktif dimana tidak dilakukan pengambilan sampel, dan pengindentifikasian jenis tetapi hanya dicatat jumlah jenisnya saja.Pada kegiatan praktikum ini hanya didapatkan 4 sub plot disebabkan karena hampir semua jenis yang didapat didominasi oleh Passiflora foetida. Passiflora foetida ini bersifat infasih untuk tanaman lain, sehingga tanaman lain sulit tumbuh di lokasi tersebut dan lokasi tersebut di dominasi oleh Passiflora foetida. Sehingga luas minimal area yang kami dapatkan tidak terlalu luas atau besar. Adapun total ukuran plot yang dibuat adalah 4 m2 dikarenakan pada plot ke 5 sudah tidak mengalami penambahan jenis. Berdasarkan hasil kurva, maka luas minimal area pada plot tersebut adalah 4 m2. Cara menentukan luas minimal area adalah dengan mendaftarkan jenis-jenis yang terdapat pada petak kecil, kemudian petak tersebut diperbesar dua kali dan jenis-jenis yang ditemukan kembali didaftarkan. Pekerjaan berhenti sampai dimana penambahan luas petak tidak menyebabkan penambahan yang berarti pada banyaknya jenis. Luas minimun ini ditetapkan dengan dasar jika penambahan luas petak tidak menyebabkan kenaikan jumlah jenis lebih dari 5-10% (Oosting, 1958; Cain & Castro, 1959).Berdasarkan hasil perluasan plot pada ukuran 4 m2, tidak menyebabkan penambahan jenis tanaman sehingga presentasenya 0% yang artinya dibawah 5%, maka dapat ditetapkan bahwa luas plot yang dapat mewakili vegetasi tersebut adalah 4 m2. Luas tersebut dan jenis tumbuhan yang mendominasi di dalamnya dapat mewakili karakteristik dari suatu vegetasi.

IIIIIIIV

Gambar 2. Bentuk plot minimal area yang diperoleh

Pada lokasi yang sama yaitu di lapangan bola namun dengan penempatan plot yang berbeda didapat data vegetasi yang berbeda. Data yang didapat sebagai berikut :

No. Sub PlotUkuran Plot(m)SpesiesJumlah total SpesiesJumlah Kumulatif Spesies %Penambahan

10,25Passiflora sp., Mimosa sp., Rumput sp1.Sp2.33-

20,5Rumput sp2., X sp1.2566,7%

31X sp2., Rumput sp3. 2740%

42Mimosa sp2.1814,3%

54X sp3.1912,5%

68X sp4., X sp5., X sp6., X sp7.41344,4%

716X sp8., X sp9.,21515,38%

832 Tidak ada penambahan0150%

Jenis tumbuhan yang didapat pada tempat plot kedua lebih banyak dibanding plot pertama karena tidak ada jenis tanaman yang menggangu pertumbuhan tanaman jenis lainnya sehingga terdapat keragaman jenis tanaman pada plot kedua ini dibandingkan plot pertama. Makin tinggi keanekaragaman yang terdapat pada areal tersebut, maka semakin luas pula petak contoh yang digunakan.penentuan luas minimum apabila dalam suatu luas area terkecil dapat mewakili karakteristik komunitas tumbuhan atau vegetasi secara keseluruhan. Hal tersebut yang menjadi perbedaan pada plot pertama dan kedua. Luas minimal pada tempat plot kedua adalah 32 m2 karena pada luasan ini tidak terdapat penambahan jenis tanaman lagi.

BAB VPENUTUPA. Kesimpulan1. Minimal area merupakan luas atau ukuran minimal plot yang representatif untuk suatu areal. Minimal area ini dapat ditentukan dengan sistem nested plot yang dilanjutkan dengan membuat kurva minimal area. 2. Pada pengamatan minimal area, total ukuran plot yang didapat yaitu sebesar 4 m2, karena pada plot ini sudah tidak ada lagi penambahan jenis/ spesies. 3. Hampir semua jenis tanaman yang didapat pada plot tersebut didominasi oleh Passiflora foetida. Tanaman ini bersifat invasif untuk tanaman lain, sehingga menyulitkan tanaman jenis/ spesies lain untuk hidup di tempat tersebut. Hal inilah juga yang menyebabkan pada plot dengan ukuran 4 m2 tidak terjadi penambahan jenis/ spesie tanaman lain.4. Terdapat perbedaan jumlah jenis pada plot pertama dan kedua. Plot kedua, jenis tumbuhan yang didapat lebih banyak dibandingkan dengan plot satu, karena pada plot ini tidak ada tumbuhan yang bersifat infasih sehingga tumbuhan jenis lain dapat tumbuh dan menyebabkan banyak keanekaragaman jenis tumbuhan yang muncul pada tempat tersebut.5. Makin tinggi suatu keanekragaman pada suatu areal, maka semakin luas pula petak contoh yang digunakan dalam penentuan luas minimum. Artinya pada luas habitat yang sebenarnya maka spesies yang ditemukan pada tempat tersebut semakin banyak.6. Spesies tanaman yang terdapat pada plot yang dibuat dapat mewakili keanekaragaman spesies yang ada di habitat tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, 1995, Biologi Lingkungan. Ganexa exact. Bandung.Greig-Smith, P. 1983. Quatitative Plant Ecology. 3rd .ed. Blackwell Scientific Publications, Great Britain.Harun, 1993. Ekologi Tumbuhan. Bina Pustaka. Jakarta.Rahardjanto Abdul Kadir,2005. Buku Petunjuk Pratikum Ekologi Tumbuhan. UMM Press. MalangResosoedarmo, soedjiran. 1984. Pengantar Ekologi. Bandung: PT Remaka RosdakaryaSantoso. 1994. Ekologi Umum. Malang: UMM Press.Surasana, syafeieden. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: FMIPA Biologi ITB