laporan biokim
DESCRIPTION
aTRANSCRIPT
PEMBAHASAN
Pada praktikum ini kami melakukan percobaan secara invitro mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi aktivitas enzim amylase yang terdapat pada air liur. Faktor yang
mempengaruhi aktivitas enzim diantaranya adalah konsentrasi enzim, konsentrasi ion hydrogen
(pH), suhu dan konsentrasi substrat.
Dalam praktikum kali ini digunakan amilum dan NaCl 0,9 yang diindikasikan sebagai
substrat. Sedangkan air liur digunakan untuk mengetahui reaksi enzimatik dari enzim amylase
di dalamnya. Larutan KI-KIO3 digunakan sebagai indicator perubahan warna dari larutan uji.
Pada ketiga percobaan perlakuan hampir sama pada pembuatan larutan uji dan blanko.
Perlakuan yang sama pada larutan uji dan blanko yaitu sample yang sama yaitu amilum dan
NaCl 0,9 yang berfungsi sebagai substrat. Lalu mencampurkan pati dengan air liur dimana pada
keadaan ini akan terjadi hidrolisis parsial. Kemudian ditambahkan Larutan KI-KIO3 yang akan
menandakan perbedaan warna dari masing-masing perlakuan pada percobaan factor yang
mempengaruhi kerja enzim, larutan KI-KIO3 ini merupakan indicator adanya karbohidrat atau
tidak dalam larutan
Pengaruh Ph
Berdasarkan data pengamatan pengaruh PH yang menggunakan larutan HCl dengan PH
sebesar 5, hampir semua laju reaksi yang dikatalisis oleh enzim memperlihatkan
ketergantungan yang signifikan pada ion hydrogen. Pada praktikum ini larutan penyanggah 15
mL , larutan amilum 3 mL, dan larutan NaCl 0,9 sebanyak 6 mL dikocok pada tabung
erlenmeyer lalu ditambah dengan larutan enzim 1 mL, kemudian setelah ditunggu selama 5
menit pertama penambahan larutan HCl dimulai dan dilakukan setiap interval 5 menit hingga 20
menit. Setelah itu tabung yang diisi HCL diisi 1 ml larutan KI-KIO3, dan dicampur sampai rata.
Lalu menentukan data pengamatan dengan menggunakan spectrometer.Setelah diperoleh hasil
pengamatan, diperoleh nilai absorbance pada sumber variasi asam pada interval 5 menit
adalah 4 % , pada interval 10 menit adalah 3 %, pada interval 15 menit adalah 3 %, sedangkan
pada interval 20 menit adalah 3 %. Pengaruh enzim pada PH basa cara kerja yang digunakan
sama, nilai absorbance pada interval 5 menit adalah 75,5 %, pada interval 10 menit adalah 85,5
%, pada interval 15 menit adalah 10 %, dan pada interval 20 menit adalah 30 %. Kerja enzim
sebagai katalis dipengaruhi oleh pH. adanya nilai pH tertentu, yang memungkinkan enzim
bekerja maksimum. pH tersebut dinamakan pH maksimum. Dalam lingkungan keasaman
seperti itu, protein enzim mengambil struktur 3 dimensi yang sangat tepat, sehingga ia dapat
mengikat dan mengolah substrat dengan kecepatan yang setinggi-tingginya. Di luar nilai ph
optimum tersebut, struktur 3 dimensi enzim mulai berubah, sehingga substrat tidak dapat lagi
duduk dengan tepat di bagian molekul enzim yang mengolah substrat. Akibatnya, proses
katalisis berjalan tidak optimum. Oleh karena itu, struktur 3 dimensi berubah akibat ph yang
tidak optimum ( Mohamad Sadikin, 2002). Maka pada PH yang extreme rendah atau tinggi
konsentrasi efektif dan enzim akan berkurang karena itu kecepatan reaksinya juga berkurang.
Pengaruh Suhu
Suhu mempengaruhi aktivitas katalisis enzim. Diluar suhu optimum aktivitas enzim menjadi
tidak maksimal. Bila suhu terlalu rendah, enzim menjadi tidak aktif, karena tidak terjadi benturan
antara molekul enzim dengan substrat. Sedangkan bila suhu terlalu tinggi, dimana benturan
yang terjadi semakin banyak maka struktur tiga dimensi dari enzim tersebut akan terganggu
sehingga enzim akan mengalami denaturasi, atau dapat dikatakan enzim akan kehilangan sifat
alamiahnya.
Pada percoban mengenai pengaruh suhu terhadap aktiivitas enzim, yang pertama kami
lakukan adalah menyiapkan 5 tabung reaksi dan masing masing ditambahkan 1 ml larutan HCl
0,05 N, lalu pada tabung Erlenmeyer dimasukkan 15 mL larutan penyanggah Ph 6,5 , 3 mL
larutan amilun, 6 mL larutan NaCl 0,9 lalu dikocok hingga rata. Kemudian larutan di inkubasi
pada suhu pada suhu yang ditentukan. Selanjutnya, ambil 1 mL larutan dari Erlenmeyer dan
dimasukkan pada tabung yang pertama, lalu Erlenmeyer ditambah larutan enzim 1 ml dan pada
interval 5 menit larutan pada Erlenmeyer dipipet dan masuk pada tabung ke 2, dan cara yang
sama pada interval menit ke 10, menit ke 15 dan menit ke 20. Setelah itu masing masing
tabung ditambah 1 mL larutan KI-KIO3 dan dikocok hingga rata. Lalu menentukan data
pengamatan dengan menggunakan spectrometer. Setelah itu di dapat nilai absorbance pada
suhu es saat interval 5 menit adalah 0,88 %, pada interval 10 menit adalah 0,07 %, pada
interval 15 menit adalah 0,05 %, dan pada interval 20 menit adalah 0,002 %. Pada suhu
optimum reaksi berlangsung paling cepat. Bila suhu dinaikkan terus, maka jumlah enzim yang
aktif akan berkurang karena mengalami denaturasi. Sementara nilai absorbance pada suhu
kamar, yaitu 37 derajat, adalah 0,02 % pada interval 5 menit, 0,01 % pada interval 10 menit,
0,02 % pada interval 15 menit, dan 0,03 % padainterval 20 menit. Enzim organisme mikro yang
hidup dalam lingkungan dengan suhu tinggi mempunyai suhu optimum yang tinggi. Dan nilai
absorbance pada suhu panas, yaitu 70 derajat adalah 0,9 % pada interval 5 menit, 10 menit, 15
menit maupun 20 menit. Dalam beberapa keadaan, jika pemanasan dihentikan dan enzim
didinginkan kembali aktivitas akan pulih. Hal ini disebabkan oleh karena proses denaturasi
masih reversible. Ph dan zat zat pelindung dapat mempengaruhi denaturasi pada pemanasan
ini.
Pengaruh Konsentrasi
Konsentrasi enzim mempengaruhi kecepatan reaksi enzimatik. Pengaruh konsentrasi
enzim ini yaitu pembentukan produk, dimana makin besar konsentrasi enzim makin banyak
pula produk yang dihasilkan sehingga dapat dinyatakan bahwa laju reaksi berbanding lurus
dengan konsentrasi enzim.
Pada percobaan pengaruh konsentrasi enzim ini, konsentrasi enzim amylase dari air liur
yang berbeda-beda didapatkan dari pengenceran larutan air liur. Yang pertama kami lakukan
adalah menyiapkan 5 tabung reaksi dan masing masing diberi larutan HCl 0,1 N. lalu 15 mL
larutan penyangga dengan Ph 6,5 ditambah 2 mL larutan amilum dan larutan NaCl 0,9
sebanyak 6 mL di kocok pada tabung Erlenmeyer. Ambil 1 mL dan masukkan pada tabung
reaksi pertama. Selanjutnya pada Erlenmeyer di beri larutan enzim 2 mL. Pada interval menit,
ambil 2 mL larutan pada Erlenmeyer dan pipet pada tabung ke 2, dengan cara yang sama pada
interval 10 menit, 15 menit dan 20 menit. Setelah itu masing masing tabung di beri 1 mL larutan
KI-KIO3 dan dikocok dengan rata. Selanjutnya menentukan nilai absorbance dengan
menggunakan spectrometer didapat pada sumber variasi 4 mL enzim + 4 mL buffer nilai
absorbance pada interval 5 menit adalah 0,05 % , pada interval 10 menit adalah 0,04 % , pada
interval 15 menit adalah 0,04 % , pada interval 20 menit adalah 0,04 % . Pada sumber variasi 3
mL enzim + 1 mL buffer nilai absorbance pada interval 5 menit adalah 0,04 % , pada interval
10 menit adalah 0,02 % , pada interval 15 menit adalah 0,02 % , dan pada interval 20 menit
adalah 0,02 %. Pada sumber variasi 2 mL enzim + 2 mL buffer nilai absorbance pada interval 5
menit adalah 0,02 % , pada interval 10 menit adalah 0,01 % , pada interval 15 menit adalah
0,01 % , dan pada interval 20 menit adalah 0,02 %. Pada sumber variasi 1 mL enzim + 3 mL
buffer nilai absorbance pada interval 5 menit adalah 0,04 % , pada interval 10 menit adalah 0,03
% , pada interval 15 menit adalah 0,02 % , dan pada interval 20 menit adalah 0,018 %. Pada
sumber variasi 0,5 mL enzim + 3,5 mL buffer nilai absorbance pada interval 5 menit adalah 0,03
% , pada interval 10 menit adalah 0,03 % , pada interval 15 menit adalah 0,4 % , dan pada
interval 20 menit adalah 0,02 %.
Dari hasil percobaan pengaruh konsentrasi enzim terlihat pada pergerakan laju reaksi
dari 0,01 hingga 0,04 dimana laju reaksi semakin meningkat, namun kondisi ini ini terus
menurun pada konsentrasi 0,04 hingga konsentrasi 0,01. Keadaan ini tidak dapat membuktikan
teori yang menyebutkan Hubungan antara laju reaksi dengan konsentrasi enzim ternyata
berbanding lurus. Jadi, makin besar konsentrasi enzim, maka makin cepat laju reaksi yang
tertera pada kurva ( Mohamad Sadikin, 2002).
KESIMPULAN
Dari hasil percobaan maka dapat kami simpulkan yaitu enzim dalam aktivitasnya
dipengaruhi oleh beberapa faktor.
1. Faktor pertama yaitu suhu, aktivitas enzim semakin meningkat seiring
bertambahnya suhu terlihat dari laju reaksi namun aktivitasnya menurun setelah
melewati suhu optimum.
2. Faktor kedua yaitu pH dimana terlihat perbedaan warna akibat kerja enzim pada
pH yang berbeda, dan aktivitas enzim dapat dikatakan bekerja cepat dan tepat
pada pH optimumnya.
3. Faktor ketiga yaitu konsentrasi enzim, dimana semakin tinggi konsentrasi enzim
semakin banyak produk yang dihasilkan.
Selain itu dapat kami simpulkan bahwa enzim amylase bekerja menghidrolis secara
parsial larutan KI-KIO3. Enzim amylase bekerja maksimum pada pH 7 dan pada suhu 37 0C.
sehingga dapat dikatakan pH 7 merupakan pH optimum dalam kerja enzim amylase.
Sedangkan suhu 37 0C merupakan suhu optimum bagi enzim amylase dalam melaksanakan
kerjanya.