laporan bedah fix2

Upload: maula-gapke-na

Post on 11-Feb-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 laporan bedah fix2

    1/17

    PENDAHULUAN

    Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi,

    tulang rawan epifisis yang bersifat total maupun parsial. Fraktur juga melibatkan jaringan otot,

    saraf, dan pembuluh darah di sekitarnya. Secara klinis,dibagi menjadi fraktur terbuka, yaitu jika

    patahan tulang itu menembus kulit sehingga berhubungan dengan udara luar, dan fraktur

    tertutup, yaitu jika fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar atau kulit di lokasi

    fraktur masih intak. Pembagian fraktur terbuka berdasarkan Gustillo dan Anderson dibagi

    menjadi derajat I, II, IIIA, IIIB, dan IIIC. Patah tulang terjadi jika tenaga yang melawan kekuatan

    tulang lebih besar dari tenaga tulang. Penyebab tersering dari fraktur adalah kecelakaan lalu

    lintas (70/%), jatuh (11%), kena tembakan (8%), dan lain-lain. Fraktur femur adalah salah satu

    jenis fraktur yang sering terjadi. Insiden fraktur femur di USA diperkirakan 1 orang setiap

    10.000 penduduk setiap tahunnya. Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Unit Pelaksana

    Teknis Terpadu Imunoendokrinologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada tahun

    2006 di Indonesia dari 1.690 kasus kecelakaan lalu lintas, 249 kasus atau 14,7%-nya mengalami

    fraktur femur.1

    Penanganan fraktur terdiri atas penanganan preoperatif, intraoperatif dan pascaoperatif.

    Preoperatif berupa pertolongan pertama (bantuan hidup dasar) yang dikenal dengan singkatan

    ABC. ABC pada trauma meliputi A untuk airway atau jalan napas yaitu pembebasan jalan napas;

    B untuk breathing atau pernapasan yaitu dengan pemberian O2, memperhatikan adakah tanda-

    tanda hemothoraks, pneumothoraks, flail chest; C untuk circulation atau sirkulasi/fungsi jantung

    untuk mencegah atau menangani syok; D untuk disability yaitu mengevaluasi status neurologik

    secara cepat; dan E untuk exposure/ environment yaitu melakukan pemeriksaan secara teliti,

    pakaian penderita harus dilepas, selain itu perlu dihindari terjadinya hipotermi. Selanjutnya

    prinsip dalam penanganan pertama pada patah tulang adalah jangan membuat keadaan lebih jelek

    (do no harm) dengan menghindari gerakan-gerakan/gesekan-gesekan pada bagian yang patah.

    Tindakan ini dapat dilakukan pembidaian/pasang spalk dengan menggunakan kayu atau benda

    yang dapat menahan agar kedua fraksi yang patah tidak saling bergesekan. Khusus pada patah

    tulang terbuka, harus dicegah agar luka tidak terinfeksi yang seharusnya dilakukan dalam 6-8

    jam pertama yang dikenal sebagai golden period disertai pemberian antibiotik spektrum luas dan

    antitetanus.1

  • 7/23/2019 laporan bedah fix2

    2/17

    SURVEI PRIMER

    IDENTITAS PASIEN

    Nama : TN. Ks

    Jenis Kelamin : Laki-laki

    Umur : 64 tahun

    A : Adekuat

    B : Nafas 20 x/ menit

    C : Teraba nadi 96 x/ menit, reguler, isi dan tegangan cukup

    Tekanan darah 130/80 mmHg

    Capillary Refill < 2

    Extremitas dingin -/-

    D : GCS 15

    E : Didapatkan deformitas pada tungkai atas kiri

    SURVEI SEKUNDER

    IDENTITAS LENGKAP

    Nama : TN. Ks

    Jenis Kelamin : Laki-laki

    Umur : 64 tahun

    Pekerjaan : Wiraswasta (pemilik toko kelontong)

    Alamat : Kinibaru Barat no. 2 B Semarang

    Biaya Pengobatan : Biaya sendiri

    No. CM : 1234A

    Tanggal Periksa : 06 Mei 2013

  • 7/23/2019 laporan bedah fix2

    3/17

    ANAMNESIS

    Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 6 Mei 2013 jam 08.00 WIB di ruang

    praktek dokter umum

    Keluhan Utama : Nyeri paha kiri

    Riwayat Penyakit Sekarang :

    Pasien datang dibopong oleh sesama penonton sepak bola dengan keluhan nyeri pada tungkai

    atas kiri. 2 jam yang lalu pasien mengalami kecelakaan di lapangan sepak bola. Pasien tertabrak

    oleh salah satu pemain sepak bola dengan posisi jatuh miring ke kanan dan kaki kiri pasien

    tertindih oleh tubuh pemain sepak bola tersebut. Posisi pasien jatuh di atas tanah. Nyeri yang

    dirasakan terus menerus dan bertambah berat bila pasien bergerak sehingga mengganggu

    aktivitas. Tidak ada demam, pingsan, sakit kepala, mual atau muntah, luka terbuka, dan

    perdarahan. Setelah kecelakaan terjadi pasien langsung dibawa ke praktek dokter umum dengan

    mengendarai angkutan umum dengan posisi kaki diluruskan.

    Riwayat Penyakit Dahulu :

    Riwayat alergi obat disangkal, riwayat penggunaan obat- obatan sebelumnya disangkal, riwayat

    darah tinggi disangkal, riwayat kencing manis disangkal, riwayat maag disangkal, riwayat

    kelainan darah (darah sukar membeku) disangkal riwayat penyakit tulang disangkal, riwayat

    operasi di tungkai atas kiri disangkal, riwayat pemasangan PEN disangkal, riwayat patah tulang

    disangkal, riwayat trauma pada tungkai atas kiri disangkal.

    Riwayat Penyakit Keluarga :

    Riwayat penyakit tulang disangkal, riwayat osteomalasia disangkal.

    Riwayat Sosial Ekonomi :

    Pasien berobat menggunakan biaya sendiri. Pasien tinggal dirumah bersama dengan istrinya.

    Pasien mempunyai 2 orang anak yang sudah menikah dan mempunyai rumah sendiri. Pasien

    bekerja bersama istrinya sebagai wiraswasta yaitu pemilik toko kelontong dengan gaji 500.000 -

  • 7/23/2019 laporan bedah fix2

    4/17

    1.000.000 per bulan. Jarak antara rumah dan rumah sakit cukup jauh. Kesan sosial ekonomi

    cukup.

    PEMERIKSAAN FISIK

    Keadaan Umum : Pasien tampak kesakitan

    Kesadaran : Compos mentis

    Tanda vital :

    - Tekanan Darah : 130/80 mm Hg- RR : 20 x/ menit- Nadi : 96 x/ menit, reguler, isi dan tegangan cukup.- Suhu : 36,50 C (axiller)- BB : 55 kg- TB : 165 cm- Kesan Gizi : Cukup

    Status Interna :

    - Kepala : mesocephal- Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edem palpebra (-/-), pupil isokor

    3mm/ 3mm, reflek cahaya (+/+)

    - Hidung : nafas cuping (-), deformitas (-), sekret (-)- Telinga : serumen (-/-), nyeri tragus (-/-), nyeri mastoid (-/-)- Mulut : bibir kering (-), bibir sianosis (-)- Leher : pembesaran kelenjar limfe (-), pembesaran tiroid (-), deviasi trakea (-)

  • 7/23/2019 laporan bedah fix2

    5/17

    - Thorax :Pulmo

    Dextra Sinistra

    Depan

    1. I nspeksiBentuk dada

    Hemitorak

    2.PalpasiStem fremitus

    Nyeri tekan

    Pelebaran ICS

    3.Perkusi4.Auskultasi

    Suara dasar

    Suara tambahan

    L > AP

    Simetris

    Dextra = sinistra

    (-)

    (-)

    Sonor diseluruh lapang paru

    Vesikuler

    (-)

    L > AP

    Simetris

    Dextra = sinistra

    (-)

    (-)

    Sonor di seluruh lapang paru

    Vesikuler

    (-)

    Belakang1. I nspeksi

    Bentuk dada

    Hemitorak

    2.PalpasiStem fremitus

    Nyeri tekan

    Pelebaran ICS

    3.Perkusi4.Auskultasi

    Suara dasarSuara tambahan

    L > AP

    Simetris

    Dextra = sinistra

    (-)

    (-)

    Sonor di seluruh lapang paru

    Vesikuler(-)

    L > AP

    Simetris

    Dextra = sinistra

    (-)

    (-)

    Sonor di seluruh lapang paru

    Vesikuler(-)

    Cor

    - Inspeksi : ictus cordis tidak tampak- Palpasi : ictus cordis teraba ICS V 2 cm media linea midclavicula sinistra- Perkusi :

    Batas kanan atas : ICS II linea parasternal dextra Batas kiri atas : ICS II linea parasternal sinsitra Batas pinggang jantung : ICS III linea parasternal sinistra Batas kanan bawah : ICS V linea sternalis dextra Batas kiri bawah : ICS V 2 cm medial linea midclavikula sinistra Konfigurasi jantung : Kesan normal

  • 7/23/2019 laporan bedah fix2

    6/17

    - Auskultasi : RegulerSuara jantung murni: SI,SII (normal) reguler.

    Suara jantung tambahan gallop (-), murmur (-) SIII (-), SIV (-)

    - AbdomenInspeksi : Permukaan datar, warna sama seperti kulit di sekitar, ikterik (-)

    Auskultasi : Bising usus (+) normal

    Perkusi : Timpani seluruh regio abdomen, pekak sisi (-), pekak alih (-)

    Palpasi : Nyeri tekan epigastrum (-), hepar,lien dan ginjal tidak teraba

    - EktremitasSuperior : dalam batas normal, jejas (-)

    Inferior :

    Kelainan Kanan Kiri

    Pembengkaka

    n

    -/-/- +/-/-

    Sianosis -/-/- -/-/-

    Hiperemis -/-/- -/-/-

    Laserasi -/-/- -/-/-

    Perdarahan -/-/- -/-/-

    Hematom -/-/- +/-/-

    Rotasi -/-/- +/-/-

  • 7/23/2019 laporan bedah fix2

    7/17

    Angulasi -/-/- +/-/-

    Bryants

    triangle

    Panjanganato

    mis

    45 cm 42,5 cm

    Panjangklinis 48 cm 45,5 cm

    Gerak +/+/+ Terbata

    skarena

    nyeri

    Kekuatan 5/5/5 Sulitdin

    ilai

    Tonus +/+/+ +/+/+

    Refleksensori

    k

    +/+/+ +/+/+

    Nyeritekan -/-/- +/-/-

    Pulsasi distal

    (A. Poplitea,

    A. Tibialis

    posterior,

    A.Dorsalisped

    is)

    +/+/+ +/+/+

    Sensibilitas + +

  • 7/23/2019 laporan bedah fix2

    8/17

    STATUS LOKALIS :

    Femoralis Sinistra

    Look : Hiperemis (-), sianosis (-), laserasi (-), perdarahan(-),pemendekanklinis(45,5cm),pemendekan anatomis (42,5cm), pembengkakan (13cm),

    hematom (10cm), rotasi (eksorotasi), angulasi (ke arah lateral sudut 150), gerak (terbatas

    karena nyeri), kekuatan (sulit dinilai karena nyeri), tonus (+), reflek sensorik (+)

    Feel : Terdapat nyeri tekan (+), pulsasi distal A.Poplitea, A.Tibialis posterior,A.Dorsalis pedis(+), sensibilitas (+), suhu hangat

    Movement : Nyeri gerak aktif sendi coxae (bisa digerakkan terbatas karena nyeri), nyerigerak pasif sendi coxae (bisa digerakkan terbatas karena nyeri), nyeri sumbu coxae (-),nyeri sumbu genu (+), ROM sulit dinilai

    Resume

    Tuan Ks laki-laki 64 tahun nyeri, oedem, hematom di regio femoralis sinistra sejak 2 hari

    lalu. Febris (-), sinkop (-), sephalgi (-), nausea (-), vomitus (-),laserasi (-), bleeding (-),

    riwayat penyakit ostium (-), riwayat gastritis (-)

    Pemeriksaan fisik ditemukan tensi : 130/80 mmHg, RR : 20 x/menit, nadi : 96x/menit,reguler, isi dan tegangan cukup, Suhu : 36,5

    0C (axiller). Pemendekan klinis (45,5cm),

    pemendekan anatomis (42,5cm), pembengkakan (13cm), hematom (10cm), rotasi

    (eksorotasi), angulasi (ke arah lateral sudut 150), gerak (terbatas karena nyeri), kekuatan

    (sulit dinilai karena nyeri), tonus (+), reflek sensorik (+), nyeri tekan (+),pulsasi distal

    A.Poplitea, A.Tibialis posterior, A.Dorsalis pedis(+++), sensibilitas (+), suhu hangat,

    nyeri gerak aktif sendi coxae (bisa digerakkan terbatas karena nyeri), nyeri gerak pasif

    sendi coxae (bisa digerakkan terbatas karena nyeri), nyeri sumbu genu (+), nyeri sumbu

    coxae(-) ROM sulit dinilai.

  • 7/23/2019 laporan bedah fix2

    9/17

    Diagnosis kerja: Fraktur femur sinistra tertutup non komplikata

    Initial plan fraktur femur sinistra tertutup non komplikata

    Ip dx- S : -- O: Pemeriksaan penunjang

    X-Foto AP-L femur sinistra Ip tx

    - Non Medikamentosa Pemasangan bidai pada kaki kiri

    - Medikamentosa Ketorolac 30 mg IM Ranitidine PO 2x150 mg

    Ip Mx- Memantau keadaan umum- Memantau pulsasi distal- Memantau pengobatan

    Ip Ex- Menjelaskan kepada keluarga penderita bahwa penderita mengalami patah tulang di

    paha

    - Konsul dokter bedah orthopedic untuk penanganan lebih lanjut

    Prognosis

    Quo ad vitam : dubia ad bonam

    Quo ad sanam : dubia ad bonam

    Qua ad fungsionam : dubia ad bonam

  • 7/23/2019 laporan bedah fix2

    10/17

    TINJAUAN PUSTAKA

    Definisi Fraktur

    Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang

    umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Rusaknya kontinuitas tulang ini dapat disebabkan oleh

    trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang atau

    osteoporosis.2

    Jenis jenis fraktur2

    1. Fraktur komplit : garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui keduakorteks tulang.

    2. Fraktur tidak komplit : garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang.3. Fraktur terbuka : bila terdapat luka yang menghubungkan tulang yang fraktur dengan

    udara luar atau permukaan kulit. Fraktur terbuka juga dibedakan menjadi :

    - Grade 1 dengan luka bersih panjangnya kurang dari 1 cm- Grade II luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif- Grade III luka yang sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan jaringan lunak

    ekstensif, merupakan yang paling berat

    4. Fraktur tertutup : bilamana tidak ada luka yang menghubungkan fraktur dengan udaraluar atau permukaan kulit.

    Fraktur Femur3

    Fraktur Femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh

    trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang atau

    osteoporosis. Batang Femur dapat mengalami fraktur akibat trauma langsung, puntiran, atau

    pukulan pada bagian depan yang berada dalam posisi fleksi ketika kecelakaan lalu lintas

    Etiologi3

    1.Cedera traumatikCedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :

    - Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang patasecara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan

    pada kulit diatasnya.

  • 7/23/2019 laporan bedah fix2

    11/17

    - Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan,misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur klavikula.

    - Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat.2. Fraktur Patologik

    Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor dapat

    mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan berikut :

    - Tumor tulang (jinak atau ganas) : pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendalidan progresif

    - Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapattimbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit nyeri.

    - Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi Vitamin D yangmempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan oleh defisiensi diet,

    tetapi kadang-kadang dapat disebabkan kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh

    karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah.

    3. Secara spontan : Disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada penyakitpolio dan orang yang bertugas di kemiliteran.

    Patofisiologi3

    Patofisiologi fraktur adalah jika tulang mengalami fraktur, maka periosteum, pembuluh darah di

    korteks, marrow dan jaringan disekitarnya rusak. Terjadi pendarahan dan kerusakan jaringan di

    ujung tulang. Terbentuklah hematoma di canal medulla. Pembuluh-pembuluh kapiler dan

    jaringan ikat tumbuh ke dalamnya., menyerap hematoma tersebut, dan menggantikannya.

    Jaringan ikat berisi sel-sel tulang (osteoblast) yang berasal dari periosteum. Sel ini menghasilkan

    endapan garam kalsium dalam jaringan ikat yang di sebut callus. Callus kemudian secara

    bertahap dibentuk menjadi profil tulang melalui pengeluaran kelebihannya oleh osteoclast yaitu

    sel yang melarutkan tulang.

    Pada permulaan akan terjadi pendarahan disekitar patah tulang, yang disebabkan olehterputusnya pembuluh darah pada tulang dan periost, fase ini disebut fase hematoma. Hematoma

    ini kemudian akan menjadi medium pertumbuhan sel jaringan fibrosis dengan kapiler

    didalamnya. Jaringan ini yang menyebabkan fragmen tulang-tulang saling menempel, fase ini

    disebut fase jaringan fibrosis dan jaringan yang menempelkan fragmen patah tulang tersebut

    dinamakan kalus fibrosa. Kedalam hematoma dan jaringan fibrosis ini kemudianjuga tumbuh sel

  • 7/23/2019 laporan bedah fix2

    12/17

    jaringan mesenkin yang bersifat osteogenik. Sel ini akan berubah menjadi sel kondroblast yang

    membentuk kondroid yang merupakan bahan dasar tulang rawan. Kondroid dan osteoid ini mula-

    mula tidak mengandung kalsium hingga tidak terlihat foto rontgen. Pada tahap selanjutnya

    terjadi penulangan atau osifikasi. Kesemuanya ini menyebabkan kalus fibrosa berubah menjadi

    kalus tulang.

    Manifestasi Klinis3

    1.Nyeri hebat ditempat fraktur2. Tak mampu menggerakkan ekstremitas bawah3. Diikuti tanda gejala fraktur secara umum, seperti : fungsi berubah, bengkak, sepsis pada

    fraktur terbuka dan deformitas

    Diagnosis2,3

    1. AnamnesisBila tidak ada riwayat trauma, berarti fraktur patologis. Trauma harus diperinci kapan

    terjadinya, di mana terjadinya, jenisnya, berat-ringan trauma, arah trauma, dan posisi pasien

    atau ekstremitas yang bersangkutan (mekanisme trauma). Jangan lupa untuk meneliti kembali

    trauma di tempat lain secara sistematik dari kepala, muka, leher, dada, dan perut.

    2. Pemeriksaan UmumDicari kemungkinan komplikasi umum seperti syok pada fraktur multipel, fraktur pelvis,

    fraktur terbuka, tanda-tanda sepsis pada fraktur terbuka yang mengalami infeksi.

    3. Pemeriksaan Fisik- Look (inspeksi): bengkak, deformitas, kelainan bentuk.- Feel/palpasi: nyeri tekan, lokal pada tempat fraktur- Movement/gerakan: gerakan aktif sakit, gerakan pasif sakit krepitasi.

    4. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan penunjang yang penting untuk dilakukan adalah pencitraan menggunakan

    sinar Rontgen (X-ray) untuk mendapatkan gambaran 3 dimensi keadaan dan kedudukan

    tulang, oleh karena itu minimal diperlukan 2 proyeksi yaitu antero posterior (AP) atau AP

    lateral. Dalam keadaan tertentu diperlukan proyeksi tambahan (khusus) atau indikasi untuk

    memperlihatkan patologi yang dicari, karena adanya superposisi. Untuk fraktur baru indikasi

  • 7/23/2019 laporan bedah fix2

    13/17

    X-ray adalah untuk melihat jenis dan kedudukan fraktur dan karenanya perlu tampak seluruh

    bagian tulang (kedua ujung persendian).

    Penatalaksanaan Fraktur3

    Fraktur biasanya menyertai trauma. Untuk itu, sangat penting untuk melakukan pemeriksaan

    terhadap jalan napas (airway), proses pernapasan (breathing), dan sirkulasi (circulating), apakah

    terjadi syok atau tidak. Bila sudah dinyatakan tidak ada masalah, baru dilakukan anamnesis dan

    pemeriksaan fisik secara terperinci. Waktu terjadinya kecelakaan penting ditanyakan untuk

    mengetahui berapa lama sampai di RS mengingat golden periode 1-6 jam. Bila lebih dari 6 jam,

    komplikasi infeksi akan semakin besar. Prinsip penanganan fraktur meliputi :

    - Recognition : diagnosa dan penilaian frakturPrinsip pertama adalah mengetahui dan menilai keadaan fraktur dengan anannesis,

    pemeriksaan klinis dan radiologi. Pada awal pengobatan perlu diperhatikan : lokasi fraktur,

    bentuk fraktur, menentukan tehnik yang sesuai untuk pengobatan, komplikasi yang mungkin

    terjadi selama pengobatan.

    - ReductionTujuannya untuk mengembalikan panjang dan kesegarisan tulang. Dapat dicapai yang

    manipulasi tertutup/reduksi terbuka progresi. Reduksi tertutup terdiri dari penggunaan

    traksimoval untuk menarik fraktur kemudian memanupulasi untuk mengembalikan

    kesegarisan normal/dengan traksi mekanis. Reduksi terbuka diindikasikan jika reduksi

    tertutup gagal atau tidak memuaskan. Reduksi terbuka merupakan alat frusasi internal yang

    digunakan itu mempertahankan dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid

    seperti pen, kawat, skrup dan plat. Reduction interna fixation (orif) yaitu dengan pembedahan

    terbuka kan mengimobilisasi fraktur yang berfungsi pembedahan untuk memasukkan

    skrup/pen kedalam fraktur yang berfungsi untuk menfiksasi bagian-bagian tulang yang fraktur

    secara bersamaan.

    -

    Retentionimobilisasi fraktur tujuannya mencegah pengeseran fregmen dan mencegah pergerakan yang

    dapat mengancam union. Untuk mempertahankan reduksi (ektrimitas yang mengalami

    fraktur) adalah dengan traksi. Traksi merupakan salah satu pengobatan dengan cara

    menarik/tarikan pada bagian tulang-tulang sebagai kekuatan dngan kontrol dan tahanan beban

    keduanya untuk menyokong tulang dengan tujuan mencegah reposisi deformitas, mengurangi

  • 7/23/2019 laporan bedah fix2

    14/17

    fraktur dan dislokasi, mempertahankan ligamen tubuh/mengurangi spasme otot, mengurangi

    nyeri, mempertahankan anatomi tubuh dan mengimobilisasi area spesifik tubuh. Ada 2

    pemasangan traksi yaitu : skin traksi dan skeletal traksi.

    - Rehabilitation : mengembalikan aktiftas fungsional seoptimal mungkinPenatalaksanaan fraktur mengacu kepada empat tujuan utama yaitu:

    - Mengurangi rasa nyeri, Trauma pada jaringan disekitar fraktur menimbulkan rasa nyeri yanghebat bahkan sampai menimbulkan syok. Untuk mengurangi nyeri dapat diberi obat

    penghilang rasa nyeri, serta dengan teknik imobilisasi, yaitu pemasangan bidai / spalk,

    maupun memasang gips.

    - Mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur. Seperti pemasangan traksi kontinyu, fiksasieksternal, fiksasi internal, sedangkan bidai maupun gips hanya dapat digunakan untuk fiksasiyang bersifat sementara saja.

    - Membuat tulang kembali menyatu Tulang yang fraktur akan mulai menyatu dalam waktu 4minggu dan akan menyatu dengan sempurna dalam waktu 6 bulan.

    - Mengembalikan fungsi seperti semula. Imobilisasi dalam jangka waktu yang lama dapatmenyebabkan atrofi otot dan kekakuan pada sendi. Maka untuk mencegah hal tersebut

    diperlukan upaya mobilisasi. Penyatuan dari kedua fragmen terus berlanjut sehingga terbentuk

    trebekula oleh osteoblas, yang melekat pada tulang dan meluas menyebrangi lokasi fraktur.

  • 7/23/2019 laporan bedah fix2

    15/17

    PEMBAHASAN

    Tuan Ks laki-laki 64 tahun nyeri, oedem, hematoma di regio femoralis sinistra sejak 2

    hari lalu. Febris (-), sinkop (-), sephalgi (-), nausea (-), vomitus (-),laserasi (-), bleeding (-), riwayat penyakit

    ostium (-), riwayat gastritis (-).

    Pemeriksaan fisik ditemukan tensi : 130/80 mmHg, RR : 20 x/menit, nadi : 96x/menit, reguler,

    isi dan tegangan cukup, Suhu : 36,50C (axiller). Pemendekan klinis (45,5cm), pemendekan anatomis (42,5cm),

    oedem (13cm), hematom (10cm), rotasi (eksorotasi), angulasi (ke arah lateral sudut 150), gerak

    (terbatas karena nyeri), kekuatan (sulit dinilai karena nyeri), tonus (+), reflek sensorik (+), nyeri

    tekan (+), pulsasi distal (+++), sensibilitas (+), suhu hangat, nyeri gerak aktif sendi coxae (bisa digerakkan

    terbatas karena nyeri), nyeri gerak pasif sendi coxae (bisa digerakkan terbatas karena nyeri), nyeri sumbu (+),

    ROM sulit dinilai.

    Jika tulang mengalami fraktur, maka periosteum, pembuluh darah di korteks, marrow dan

    jaringan disekitarnya rusak. Terjadi pendarahan dan kerusakan jaringan di ujung tulang.

    Terbentuklah hematoma di canal medulla. Pembuluh-pembuluh kapiler dan jaringan ikat tumbuh

    ke dalamnya menyerap hematoma tersebut, dan menggantikannya. Jaringan ikat berisi sel-sel

    tulang (osteoblast) yang berasal dari periosteum. Sel ini menghasilkan endapan garam kalsium

    dalam jaringan ikat yang di sebut callus. Callus kemudian secara bertahap dibentuk menjadi

    profil tulang melalui pengeluaran kelebihannya oleh osteoclast yaitu sel yang melarutkan tulang.

    Pada permulaan akan terjadi pendarahan disekitar patah tulang, yang disebabkan oleh

    terputusnya pembuluh darah pada tulang dan periost, fase ini disebut fase hematoma. Hematoma

    ini kemudian akan menjadi medium pertumbuhan sel jaringan fibrosis dengan kapiler

    didalamnya. Jaringan ini yang menyebabkan fragmen tulang-tulang saling menempel, fase ini

    disebut fase jaringan fibrosis dan jaringan yang menempelkan fragmen patah tulang tersebut

    dinamakan kalus fibrosa. Kedalam hematoma dan jaringan fibrosis ini kemudian juga tumbuh sel

    jaringan mesenkin yang bersifat osteogenik. Sel ini akan berubah menjadi sel kondroblast yang

    membentuk kondroid yang merupakan bahan dasar tulang rawan. Kondroid dan osteoid ini mula-

    mula tidak mengandung kalsium hingga tidak terlihat foto rontgen. Pada tahap selanjutnya

    terjadi penulangan atau osifikasi. Kesemuanya ini menyebabkan kalus fibrosa berubah menjadi

    kalus tulang.

  • 7/23/2019 laporan bedah fix2

    16/17

    Hematoma akan mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi edem lokal maka

    penumpukan didalam tubuh. Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang

    dapat menimbulkan ganggguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat

    terjadi revral vaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggau.

    Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi

    infeksi dan kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan integritas kulit.

  • 7/23/2019 laporan bedah fix2

    17/17

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Patel M. Open tibia fractures [online]. 2006 Mar 30 [cited 2013 May 06];Availablefrom:URL:http://www.emedicine.com/ortho/TOPIC392.HTM

    2. Sjamsuhidayat, R dan Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah edisi 3.EGC: Jakarta.2010.3. Rasjad C. Trauma. Dalam: Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Makassar:Bintang

    Lamumpatue; 2000. h.343-536.

    http://www.emedicine.com/ortho/TOPIC392.HTMhttp://www.emedicine.com/ortho/TOPIC392.HTM