buku petunjuk skill lab nss 12 fix2

69
BLOK NEUROLOGY & SPECIFIC SENSE SYSTEMS (NSS) BUKU PETUNJUK SKILL LAB 0

Upload: edy-ground

Post on 05-Aug-2015

130 views

Category:

Documents


21 download

TRANSCRIPT

Page 1: Buku Petunjuk Skill Lab Nss 12 Fix2

BLOK NEUROLOGY & SPECIFIC SENSE SYSTEMS (NSS)

BUKU PETUNJUK SKILL LAB

TIM BLOK NSS2012

JURUSAN KEDOKTERANFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

0

Page 2: Buku Petunjuk Skill Lab Nss 12 Fix2

PURWOKERTO

1

Page 3: Buku Petunjuk Skill Lab Nss 12 Fix2

Pada akhir sesi,mahasiswa mampu :1. Definisi Glasgow Coma Scale dan Paediatric Coma Scale.2. Indikasi pemeriksaan GCS dan PCS.3. Melakukan prosedur pemeriksaan GCS dan PCS dengan baik dan benar.4. Menjelaskan parameter normal hasil pemeriksaan GCS dan PCS.5. Menginterpretasikan hasil pemeriksaan GCS dan PCS.

Glasgow Coma Scale adalah parameter untuk pemeriksaan kesadaran kuantitatif pada orang dewasa,sedangkan paediatric coma scale adalah parameter untuk pemeriksaan kesadaran secara kuantitatif pada anak-anak.

Kesadaran adalah keadaan yang mencerminkan pengintegrasian impuls eferen (output) dan aferen (input) di susunan saraf pusat. Dapat juga diartikan sebagai kemampuan untuk berespon terhadap rangsangan dari luar.Kesadaran dapat diditentukan baik secara kualitas maupun kuantitasnya. Derajat kesadaran (kuantitatif) ditentukan dari jumlah input susunan saraf pusat,sedangkan cara pengolahan input tersebut sehingga menghasilkan pola-pola output susunan saraf pusat menentukan kualitas kesadaran.Input susunan saraf pusat dapat dibedakan jadi 2 yaitu :a. Spesifik : berasal dari semua lintasan aferen impuls protopatik,propioseptif,dan perasaan panca indera.Lintasan ini

menghubungkan satu titik pada tubuh dengan suatu titik pada kortek perseptif primer.b. Non spesifik : merupakan sebagian dari impuls aferen spesifik yang disalurkan melalui aferen non spesifik,menghantarkan

setiap impuls dari titik manapun dalam tubuh ke titik-titik pada seluruh kedua kortek serebri.Tingkat kesadaran sangat penting pada pasien cedera kepala.Glasgow coma Scale sudah digunakan secara luas untuk

menentukan tingkat kesadaran penderita.Glasgow Coma Scale meliputi :1. Eye / Mata

Spontan membuka mata 4Membuka mata dengan perintah(suara) 3Membuka mata dengan rangsang nyeri 2Tidak membuka mata dengan rangsang apapun 1

2. Verbal Berorientasi baik 5Bingung (bisa membentuk kalimat tapi arti keseluruhan kacau) 4Bisa membentuk kata tapi tidak bisa membentuk kalimat 3Bisa mengeluarkan suara yang tidak memiliki arti 2Tidak bersuara 1

3. Motorik Menurut perintah 6Dapat melokalisir rangsang nyeri 5Menolak rangsangan nyeri pada anggota gerak (withdrawal) 4Reaksi fleksi (dekortifikasi)(berikan rangsang nyeri, misalnya menekan dengan objek keras, seperti ballpoint, pada jari kuku. Bila sebagai jawaban siku mem-fleksi, terdapat reaksi fleksi terhadap nyeri (fleksi pada pergela-gan tangan mungki ada atau tidak ada))

3

Reaksi ekstensi (deserebrasi)(dengan rangsang nyeri tsb di atas terjadi ekstensi pada sikuIni selalu disertai fleksi spastik pada pergelangan tangan)

2

Tidak ada reaksi/tidak ada tonus(sebelum memutuskan bahwa tidak ada reaksi, harus diyakinkan bahwa rangsang nyeri memang cukup adekuat diberikan)

1

Kriteria : kesadaran baik/normal : GCS 15Koma : GCS < 7

2

PEMERIKSAAN GLASGOW COMA SCALE (GCS)DAN PAEDIATRIC COMA SCALE (PCS)

B. TINJAUAN PUSTAKA

A. TUJUAN PEMBELAJARAN :

Page 4: Buku Petunjuk Skill Lab Nss 12 Fix2

Sedangkan Paediatric coma Scale merupakan modifikasi dari Glasgow Coma Scale karena pada anak-anak yang belum bisa berbicara akan menyulitkan pemeriksa dalam menentukan skor verbal-nya.

Paediatric Coma Scale meliputi :1. Eyes opening / Respon membuka mata

Spontaneously 4to verbal stimuli 3to pain 2Never 1

2. Non verbal children & Best verbal response / respon verbal terbaikNon Verbal Children Best Verbal Response Score

smiles oriented to sound follows objects interacts

oriented and converses 5

consolable when crying and interacts inappropriately

disoriented and converses 4

inconsistently consolable and moans; makes vocal sounds

inappropriate words 3

inconsolable irritable and restless; cries

incomprehensible sounds 2

no response no response 1

3. Best motor response/ respon motorik terbaikobeys commands 6localizes pain 5flexion withdrawal 4abnormal flexion (decorticate rigidity) 3extension (decerebrate rigidity) 2no response 1

Children Coma Scale : Skor membuka mata + respon verbal/nonverbal terbaik + respon motorikInterpretasi :1. Skor minimum adalah 3, prognosis sangat buruk 2. Skor maksimum adalah 15, prognosis baik3. Skor ≥ 7 kesempatan untuk sembuh besar4. Skor 3-5 berpotensi fatal5. Anak-anak usia dibawah 5 tahun memiliki skor lebih rendah karena pengurangan terjadi pada respon motorik dan verbal.

1. Usia 0-6 bulan :Respon verbal terbaik pada usia ini adalah menangis, skor yang diharapkan adalah 22. Usia 6-12 bulan :

Pada usia ini bayi sudah dapat membentuk suara, skor yang diharapkan adalah 3.Bayi akan melokalisir nyeri tapi tidak menuruti perintah, skor yang diharapkan adalah 4.

3. Usia 12-24 bulan :Kata-kata yang diucapkan sudah dapat dimengerti, skor yang diharapkan adalah 4.Bayi akan melokalisir nyeri tapi tidak menuruti perintah, skor yang diharapkan adalah 4.

4. Usia 2-5 tahun :Kata-kata yang diucapkan sudah dapat dimengerti,skor yang diharapkan adalah 4.Bayi sudah menuruti perintah,skor yang diharapkan adalah 5.

5. Usia diatas 5 tahun :Orientasi baik bila pasien mengetahui bahwa ia di rumah sakit,skor verbal normal yang diharapkan adalah 5.

Skor normal berdasarkan umur :0-6 bulan 96-12 bulan 1112-24 bulan 122-5 tahun 13> 5 tahun 14

3C. ALAT DAN BAHAN :

Page 5: Buku Petunjuk Skill Lab Nss 12 Fix2

1. Alat : skor GCS dan PCS.2. Bahan : tidak ada.

a. Pasien dibaringkan di atas tempat tidurb. Nilai status pasien,adakah kelainan gawat yang harus ditangani terlebih dahulu/tidak.c. Periksa kesadaran pasien dengan GCS (dewasa) dan PCS (anak-anak)d. GCS :

d.1 Eye :- saat dokter mendatangi pasien,pasien spontan membuka mata dan memandang dokter : skor 4.- pasien membuka mata saat namanya dipanggil atau diperintahkan untuk membuka mata oleh dokter : skor 3.- pasien membuka mata saat dirangsang nyeri (cubitan) : skor 2.- pasien tidak membuka mata dengan pemberian rangsang apapun: skor 1.d.2 Verbal :- pasien berbicara secara normal dan dapat menjawab pertanyaan dokter dengan benar (pasien menyadari bahwa ia ada di

rumah sakit,menyebutkan namanya,alamatnya,dll) : skor 5.- pasien dapat berbicara normal tapi tampak bingung,pasien tidak tahu secara pasti apa yang telah terjadi pada dirinya,dan

memberikan jawaban yang salah saat ditanya oleh dokter : skor 4.- pasien mengucapkan kata “jangan/stop” saat diberi rangsang nyeri,tapi tidak bisa menyelesaikan seluruh kalimat,dan tidak

bisa menjawab seluruh pertanyaan dari dokter : skor 3.- pasien tidak bisa menjawab pertanyaan sama sekali,dan hanya mengeluarkan suara yang tidak membentuk kata

(bergumam) : skor 2.- pasien tidak mengeluarkan suara walau diberi rangsang nyeri (cubitan) : skor 1. d.3 Motoric :- pasien dapat mengikuti perintah dokter,misalkan “Tunjukkan pada saya 2 jari!” : skor 6.- pasien tidak dapat menuruti perintah,tapi saat diberi rangsang nyeri (penekanan ujung jari/penekanan strenum dengan

jari-jari tangan terkepal) pasien dapat melokalisir nyeri : skor 5.- pasien berusaha menolak rangsang nyeri : skor 4.- saat diberi rangsang nyeri,kedua tangan pasien menggenggam dan di kedua sisi tubuh di bagian atas sternum (posisi

dekortikasi) atau kedua tangan fleksi abnormal: skor 3.- saat diberi rangsang nyeri,pasien meletakkan kedua tangannya secara lurus dan kaku di kedua sisi tubuh (posisi

deserebrasi) atau kedua tangan ekstensi abnormal : skor 2.

- pasien tidak ada tonus walaupun diberi rangsang nyeri : skor 1.e. PCS :

e.1 Eye :pemeriksaan sama dengan GCS.

e.2 Non verbal :- pasien tersenyum saat diberi obyek/mainan dan bisa mengikutinya saat digerakkan : skor 5.- pasien dapat mengucapkan konsonan saat menangis,interaksi kurang baik : skor 4.- pasien mengeluarkan suara yang tidak konsisten (konsonan),dan rintihan saat menangis : skor 3.- pasien gelisah,tidak bisa istirahat/diam,menangis : skor 2.- pasien tidak memberikan respon terhadap rangsang apapun : skor 1.e.3 Verbal :

sama dengan pemeriksaan GCS.e.4 Motoric :

4

D. PROSEDUR TINDAKAN/PELAKSANAAN :

Page 6: Buku Petunjuk Skill Lab Nss 12 Fix2

sama dengan pemeriksaan GCS.

1. Children’s Coma Scale (Modified Glasgow coma Scale, Adelaide Coma Scale). Algorithm. Available at : www.child-neuro.org.uk/content/publish/algorithms/article_211.shtml-51k. Accessed 22nd March,2005.

2. Mackreth B. Glasgow coma scale training exercise. Matanuska-Susitna Borough Dept of Public Safety. Available from : URL :www.chems.alaska.gov/EMS/documents/GCS_Activity_2003.Accessed 22nd March,2005.

3. Mardjono M,Sidharta P. Neurologi klinis dasar. 6th ed. Jakarta : Dian Rakyat. 1997; 183-5.

Penilaian Keterampilan Pemeriksaan GCS dan PCS

Nama :NIM :

No. Aspek yang dinilai Nilai0 1 2

I Pemeriksaan GCS : A. Pemeriksaan Eye/mata :1. Pemeriksa mendekati pasien dan pasien spontan membuka mata dan

memandang pemeriksa : skor 42. Pemeriksa memanggil nama pasien/memerintahkan pasien untuk membuka

mata : skor 33. Pemeriksa memberi rangsang nyeri berupa cubitan,pasien akan membuka

mata : skor 24. Pemeriksa memberi rangsang apapun (suara keras/cubitan) pasien tidak

membuka mata : skor 1B. Pemeriksaan Verbal :5. Pemeriksa menanyakan orientasi pasien (tempat,orang,waktu),pasien

menjawab dengan jelas,benar,dan cepat : skor 56. Pemeriksa menanyakan orientasi pada pasien,pasien dapat menjawab tapi

bingung,tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya : skor 47. Pemeriksa memberi pertanyaan tapi pasien tidak dapat menjawab seluruh

pertanyaan dan tidak dapat menyelesaikan seluruh kalimat : skor 38. Pemeriksa memberi pertanyaan dan pasien hanya bisa bergumam : skor 29. Pemeriksa memberikan rangsang tapi pasien tidak mengeluarkan suara

/tidak ada respon : skor 1C. Pemeriksaan motorik

10. Pemeriksa memberi perintah dan pasien dapat melaksanakannya : skor 611. Pemeriksa memberi perintah,tapi pasien mangabaikannya,diberi rangsang

nyeri pasien dapat melokalisir nyeri : skor 512. Pemeriksa memberi rangsang nyeri dan pasien berusaha menolaknya : skor

4.13. Pemeriksa memberi rangsang nyeri,reaksi fleksi (dekortifikasi) : skor 3.14. Pemeriksa memberi rangsang nyeri , reaksi ekstensi (deserebrasi): skor 2.15. Pemeriksa memberi rangsang apapun pasien tidak bergerak/tidak berespon :

skor 1.II Pemeriksaan PCSA. Pemeriksaan mata/eye16. Pemeriksa mendekati pasien dan pasien spontan membuka mata dan

memandang pemeriksa : skor 417. Pemeriksa memanggil nama pasien/memerintahkan pasien untuk membuka

mata : skor 3

5

E. Daftar Pustaka

Page 7: Buku Petunjuk Skill Lab Nss 12 Fix2

18 Pemeriksa memberi rangsang nyeri berupa cubitan,pasien akan membuka mata : skor 2

19. Pemeriksa memberi rangsang apapun (suara keras/cubitan) pasien tidak membuka mata : skor 1

B. Pemeriksaan non verbal20. Pemeriksa memberi rangsang berupa obyek/mainan yang menarik perhatian

pasien dan pasien tersenyum serta bisa mengikutinya saat digerakkan : skor 5.

21. Interaksi pasien dengan pemeriksa kurang baik,pasien dapat mengucapkan konsonan saat menangis: skor 4.

22. Pemeriksa mencoba berinteraksi dengan pasien tapi pasien mengeluarkan suara yang tidak konsisten (konsonan),dan rintihan saat menangis : skor 3.

23. Pasien gelisah,tidak bisa istirahat/diam,menangis : skor 2.24. Pemeriksa memberi rangsangan tapi pasien tidak memberikan respon

terhadap rangsang apapun : skor 1.C. Pemeriksaan verbal :

25. Pemeriksa menanyakan orientasi pasien (tempat,orang,waktu),pasien menjawab dengan jelas,benar,dan cepat : skor 5

26. Pemeriksa menanyakan orientasi pada pasien,pasien dapat menjawab tapi bingung,tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya : skor 4

27. Pemeriksa memberi pertanyaan tapi pasien tidak dapat menjawab seluruh pertanyaan dan tidak dapat menyelesaikan seluruh kalimat : skor 3

28. Pemeriksa memberi pertanyaan dan pasien hanya bisa bergumam : skor 229. Pemeriksa memberikan rangsang tapi pasien tidak mengeluarkan suara

/tidak ada respon : skor 1D. Pemeriksaan motorik30. Pemeriksa memberi perintah dan pasien dapat melaksanakannya : skor 631. Pemeriksa memberi perintah,tapi pasien mangabaikannya,diberi rangsang

nyeri pasien dapat melokalisir nyeri : skor 532. Pemeriksa memberi rangsang nyeri dan pasien berusaha menolaknya : skor

4. 33. Pemeriksa memberi rangsang nyeri,kedua tangan pasien menggenggam dan

di kedua sisi tubuh di bagian atas sternum (posisi dekortikasi) : skor 3.34. Pemeriksa memberi rangsang nyeri ,pasien meletakkan kedua tangannya

secara lurus dan kaku di kedua sisi tubuh (posisi deserebrasi) : skor 2.35. Pemeriksa memberi rangsang apapun pasien tidak bergerak/tidak berespon :

skor 1.Total Nilai

6

Page 8: Buku Petunjuk Skill Lab Nss 12 Fix2

Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan saraf kranialis.

Saraf kranialis dibagi menjadi 12 jenis, yaitu :

1. Saraf I (N. Olfaktorius)Pemeriksaan dapat secara subyektif dan obyektif. Subyektif hanya ditanyakan apakah penderita masih dapat membaui

bermacam-macam bau dengan betul.Obyektif dengan beberapa bahan yang biasanya sudah dikenal oleh penderita dan biasanya bersifat aromatik dan tidak merangsang seperti : golongan minyak wangi, sabun, tembakau, kopi, vanili, dan sebagainya (3 atau 4 macam). Bahan yang merangsang mukosa hidung (alkohol, amonia) tidak dipakai karena akan merangsang saraf V. Yang penting adalah memeriksa kiri, kanan dan yang diperiksa dari yang normal. Ini untuk pegangan, sebab tiap orang tidak sama. Kemudian abnormal dibandingkan dengan yang normal. Tetapi dalam pembuatan status dilaporkan yang abnormal dahulu.

Cara Pemeriksaan : Kedua mata ditutup Lubang hidung ditutup salah satu Dilihat apakah tidak ada gangguan pengaliran udara, mahasiswa melihat lubang hidung pasien

dengan senter Kemudian bahan satu persatu didekatkan pada lubang hidung yang terbuka dan penderita

diminta menarik nafas panjang, kemudian diminta mengidentifikasi bahan tersebut.

Yang harus diperhatikan pada pemeriksaan adalah : Penyakit pada mukosa hidung, baik yang obstruktif (rinitis) atau atropik (ozaena) akan menimbulkan positif

palsu. Pada orangtua fungsi pembauan bisa menurun (hiposmia). Yang penting adalah gangguan pembauan yang sesisi (unilateral) tanpa kelainan intranasal dan kurang disadari

penderita (kronik), perlu dipikirkan suatu glioma lobus frontalis, meningioma pada crista sphenoidalis dan tumor parasellar. Fungsi pembauan juga bisa hilang pada trauma kapitis (mengenai lamina cribosa yang tipis) dan meningitis basalis (sifilis, tuberkulosa).

Untuk membedakan hambatan pembauan karena penyebab psychic dengan organik, pemeriksaan tidak hanya memakai zat yang merangsang N II, tapi juga yang merangsang N V (seperti amoniak). Meskipun N I tidak dapat membau karena rusak, tetapi N V tetap dapat menerima rangsangan amoniak. Bila dengan amoniak tetap tidak membau apa-apa maka kemungkinan kelainan psycis.

2. Saraf II (N. Opticus)Pemeriksaan meliputi :2.1. Penglihatan sentral

Untuk keperluan praktis, membedakan kelainan refraksi dengan retina digunakan PIN HOLE (apabila penglihatan menjadi lebih jelasmaka berarti gangguan visus akibat kelainan refraksi). Lebih tepat lagi dengan optotype Snellen. Yang lebih sederhana lagi memakai jari-jari tangan dimana secara normal dapat dilihat pada jarak 60 m dan gerakan tangan dimana secara normal dapat dilihat pada jarak 300 m

2.2. Penglihatan Periferdiperiksa dengan :

a. Tes Konfrontasi. Pasien diminta untuk menutup satu mata, kemudian menatap mata pemeriksa sisi lain. Mata pemeriksa juga ditutup pada sisi yang lain, agar sesuai denganlapang pandang pasien. Letakkan jari tangan pemeriksa atau benda kecil pada lapang pandang pasien dari 8 arah. Pasien diminta untuk menyatakan bila melihat benda tersebut. Bandingkan lapang pandang pasien dengan lapang

pandang pemeriksa. Syarat pemeriksaan tentunya lapang pandang pemeriksa harus normal

b. Perimetri/Kampimetri

7

PEMERIKSAAN SARAF KRANIALIS

TINJAUAN PUSTAKA

LEARNING OUTCOME

Page 9: Buku Petunjuk Skill Lab Nss 12 Fix2

Biasanya terdapat di bagian mata dan hasilnya lebih teliti daripada tes konfrontasi.

2.3.Melihat warnaPersepsi warna dengan gambar stilling Ishihara. Untuk mengetahui adanya polineuropati pada N II.

2.4.Pemeriksaan Fundus OcculiPemeriksaan ini menggunakan alat oftalmoskop. Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat apakah pada papilla N II terdapat :1. Stuwing papil atau protusio N II

Kalau ada stuwing papil yang dilihat adalah papilla tersebut mencembung atau menonjol oleh karena adanya tekanan intra cranial yang meninggi dan disekitarnya tampak pembuluh darah yang berkelok-kelok dan adanya bendungan.

2. Neuritis N IIPada neuritis N II stadium pertama akan tampak adanya udema tetapi papilla tidak menyembung dan bial neuritis tidak acut lagi akan terlihat pucat.

Dengan oftalmoskop yang perlu diperhatikan adalah : Papilla N II, apakah mencembung batas-batasnya. Warnanya Pembuluh darah Keadaan Retina

3. Saraf III (N. Oculo-Motorius)Pemeriksaan meliputi :

1. Retraksi kelopak mata atas, dilakukan dengan inspeksi pada kelopak mata atas

Bisa didapatkan pada keadaan : Hidrosefalus (tanda matahari terbit) Dilatasi ventrikel III/aquaductus Sylvii Hipertiroidisme

Cara pemeriksaan :

2. PtosisPada keadaan normal bila seseorang melihat kedepan, maka batas kelopak mata atas akan memotong iris pada titik yang sama secara bilateral. Bila salah satu kelopak mata atas memotong iris lebih rendah daripada mata yang lain, atau bila pasien mendongakkan kepala ke belakang/ ke atas (untuk kompensasi) secara kronik atau mengangkat alis mata secara kronik dapat dicurigai sebagai ptosis.Penyebab Ptosis adalah: False Ptosis : enophtalmos (pthisis bulbi), pembengkakan kelopak mata (chalazion). Disfungsi simpatis (sindroma horner). Kelumpuhan N. III Pseudo-ptosis (Bell’s palsy, blepharospasm) Miopati (miastenia gravis).Cara pemeriksaan :Inspeksi :

Melihat apakah kelopak mata atas memotong iris pada titik yang sama secara bilateral atau tidak. Melihat apakah pasien mendongakkan kepala ke atas untuk melihat objek yang berada di depan pasien Melihat apakah pasien cenderung mengangkat alis untuk melihat objek yang berada di depan

Palpasi (untuk menilai ptosis karena kelumpuhan M.levator palpebrae akibat kelumpuhan N III): Meminta pasien memejamkan mata, kemudian disuruh membukanya Saat pasien membuka mata, lakukan fiksasi dengan cara memegang palpebra superior serta dengan menekan alis mata

dengan tangan yang lain

3. PupilPemeriksaan pupil meliputi : Bentuk dan ukuran pupil.

Bentuk yang normal adalah bulat, jika tidak maka ada kemungkinan bekas operasi mata. Pada sifilis bentuknya menjadi tidak teratur atau lonjong/segitiga. Ukuran pupil yang normal kira-kira 2-3 mm (garis tengah). Pupil yang mengecil disebut Meiosis, yang biasanya terdapat pada Sindroma Horner, pupil Argyl Robertson( sifilis, DM, multiple sclerosis). Sedangkan pupil yang melebar disebut mydriasis, yang biasanya terdapat pada parese/ paralisa m. sphincter dan kelainan psikis yaitu histeris

Perbandingan pupil kanan dengan kiriPerbedaan diameter pupil sebesar 1 mm masih dianggal normal. Bila antara pupil kanan dengan kiri sama besarnya maka disebut isokor. Bila tidak sama besar disebut anisokor. Pada penderita tidak sadar maka harus dibedakanapakah

8

Page 10: Buku Petunjuk Skill Lab Nss 12 Fix2

anisokor akibat lesi non neurologis(kelainan iris, penurunan visus) ataukah neurologis (akibat lesi batang otak, saraf perifer N. III, herniasi tentorium.

Refleks pupilTerdiri atas :

- Reflek cahaya Diperiksa mata kanan dan kiri sendiri-sendiri. Satu mata ditutup dan penderita disuruh melihat jauh supaya tidak ada akomodasi dan supaya otot sphincter relaksasi. Kemudian diberi cahaya dari samping mata. Pemeriksa tidak boleh berada ditempat yang cahayanya langsung mengenai mata. Dalam keadaan normal maka pupil akan kontriksi. Kalau tidak maka ada kerusakan pada arcus reflex (mata---N. Opticus---pusat---N. Oculomotorius)- Reflek akomodasiPenderita disuruh melihat benda yang dipegang pemeriksa dan disuruh mengikuti gerak benda tersebut dimana benda tersebut digerakkan pemeriksa menuju bagian tengah dari kedua mata penderita. Maka reflektoris pupil akan kontriksi. Reflek cahaya dan akomodasi penting untuk melihat pupil Argyl Robetson dimana reflek cahayanya negatif namun reflek akomodasi positif.

- Reflek konsensualAdalah reflek cahaya disalah satu mata, dimana reaksi juga akan terjadi pada mata yang lain. Mata tidak boleh langsung terkena cahaya, diantara kedua mata diletakkan selembar kertas. Mata sebelah diberi cahaya, maka normal mata yang lain akan kontriksi juga.

4. Gerakan bola mata (bersama-sama dengan N. IV dan VI)Gerakan bola mata yang diperiksa adalah yang diinervasi oleh nervus III, IV dan VI. Dimana N III menginervasi m. Obliq inferior (yang menarik bala mata keatas), m. rectus superior, m. rectus media, m. rectus inferior. N IV menginervasi m. Obliq Superior dan N VI menginervasi m. rectus lateralis.N III selain menginervasi otot-otot mata luar diatas juga menginervasi otot sphincter pupil. Pemeriksaan dimulai dari otot-otot luar yaitu penderita disuruh mengikuti suatu benda kedelapan jurusan.

Yang harus diperhatikan ialah melihat apakah ada salah satu otot yang lumpuh. Bila pada 1 atau 2 gerakan mata ke segala jurusan dari otot-otot yang disarafi N III berkurang atau tidak bisa sama sekali, maka disebut opthalmoplegic externa. Kalau yang parese otot bagian dalam (otot sphincter pupil) maka disebut opthalmoplegic interna. Jika hanya ada salah satu gangguan maka disebut opthalmoplegic partialis, sedangkan kalau ada gangguan kedua macam otot luar dan dalam disebut opthalmoplegic totalis

Cara pemeriksaan : meminta penderita untuk menggerakkan bola mata ke berbagai arah (superior, inferior, medial, temporal, superolateral, superomedial, inferiomedial dan inferolateral)

5. Sikap Bola MataSikap bola mata yaitu kedudukan mata pada waktu istirahat. Kelainan –kelaian yang tampak diantaranya adalah :- Exopthalmus, dimana mata terdorong kemuka karena proses mekanis retroorbital, dan celah

mata tampak lebih besar.- Strabismus yang dapat divergen atau convergen.Secara subyektif ditanyakan apakah ada

diplopia. Pemeriksaan subyektif ini penting karena kadang-kadang strabismus yang ringan tak kelihatan pada pemeriksaan obyektif. Perhatikan apakah terdapat kontraksi/tarikan yang berlebihan dari otot antagonisnya.

- Nystagmus atau gerakan bola mata yang spontan. Dalam hal ini tidak hanya memeriksa otot-otot yang menggerakkan bola mata sja, tetapi sekaligus melihat adanya kelainan dalam keseimbangan atau N VIII.Cara pemeriksaan : penderita diminta melirik ke satu arah selama 5 atau 6 detik. Interpretasi hasil : terdapat gerakan bola mata spontan selama jangka waktu tersebut

- Deviasi conjugae, adalah sikap bola mata yang dalam keadaan istirahat menuju kesatu jurusan tanpa dapat dipengaruhi oleh kesadaran, dengan sumbu kedua mata tetap sejajar secara terus-menerus. Lesi penyebab bisa di lobus frontalis atau di batang otak, bisa lesi destruktif (infark) atau irirtatif (jaringan sikatriks post trauma/ epilepsi fokal & perdarahan)

4. Saraf V (N. Trigeminus)Pemeriksaan meliputi :

1. SensibilitasSensibilitas N V ini dapat dibagi 3 yaitu :- bagian dahi, cabang keluar dari foramen supraorbitalis- bagian pipi, keluar dari foramen infraorbitalis- bagian dagu, keluar dari foramen mentale.Pemeriksaan dilakukan pada tiap cabang dan dibandingkan kanan dengan kiri

2. Motorik

9

Page 11: Buku Petunjuk Skill Lab Nss 12 Fix2

Penderita disuruh menggigit yang keras dan kedua tangan pemeriksa ditruh kira-kira didaerah otot maseter. Jika kedua otot masseter berkontraksi maka akan terasa pada tangan pemeriksa. Kalau ada parese maka dirasakan salah satu otot lebih keras

3. Reflek Penderita diminta melirik kearah laterosuperior, kemudian dari arah lain limbus (tepi) kornea disentuhkan dengan kapas agak basah. Bila reflek kornea mata positif, maka mata akan menutup.

5. Saraf VII (N. Facialis)A. Dalam keadaan diam, perhatikan :

- asimetri muka (lipatan nasolabial)- gerakan-gerakan abnormal (tic fasialis, grimacing, kejang tetanus/rhesus sardonicus, tremor,

dsb)B. Atas perintah pemeriksa

1. Mengangkat alis, bandingkan kanan dengan kiri.2. Menutup mata sekuatnya (perhatikan asimetri), kemudian pemeriksa mencoba

membuka kedua mata tersebut (bandingkan kekuatan kanan dan kiri).3. Memperlihatkan gigi (asimetri).4. Bersiul dan mencucu (asimetri/deviasi ujung bibir).5. Meniup sekuatnya (bandingkan kekuatan udara dari pipi masing-masing).6. Menarik sudut mulut ke bawah (bandingkan konsistensi otot platisma kanan dan

kiri). Pada kelemahan ringan, kadang-kadang tes ini dapat untuk mendeteksi kelemahan saraf fasialis pada stadium dini.

C. Sensorik khusus (pengecapan 2/3 depan lidah)Melalui chorda tympani. Pemeriksaan ini membutuhkan zat-zat yang mempunyai rasa :- manis, dipakai gula- pahit, dipakai kinine- asin, dipakai garam- asam, dipakai cukaPaling sedikit menggunakan 3 macam. Penderita tidak boleh menutup mulut dan mengatakan perasaannya dengan menggunakan kode-kode yang telah disetujui bersama antara pemeriksa dan penderita. Penderita diminta membuka mulut dan lidah dikeluarkan. Zat-zat diletakkan di 2/3 bagian depan lidah. Kanan dan kiri diperiksa sendiri-sendiri, mula-mula diperiksa yang normal.

6. Saraf VIII (N. Acusticus)Pemeriksaan pendengaran

1. Detik arlojiArloji ditempelkan ditelinga, kemudian dijauhkan sedikit demi sedikit, sampai tak mendengar lagi, dibandingkan kanan dan kiri.

2. Gesekan jari

3. Tes WeberGarpu tala yang bergetar ditempelkan dipertengahan dahi. Dibandingkan mana yang lebih keras, kanan/ kiri.

4. Tes Rinne Garpu tala yang bergetar ditempelkan pada Processus mastoideus. Sesudah tak mendengar lagi dipindahkan ke telinga maka terdengar lagi. Ini karena penghantaran udara lebih baik daripada tulang.

Pemeriksaan dengan garpu tala penting dalam menentukan nervus deafness atau tranmission deafness. Pemeriksaan pendengaran lebih baik kalau penderita ditutup matanya untuk menghindari kebohongan.

7. Saraf IX-X (N. Glossopharyngeus-N. Vagus)Pemeriksaan saraf IX dan X terbatas pada sensasi bagian belakang rongga mulut atau 1/3 belakang lidah dan faring, otot-otot faring dan pita suara serta reflek muntah/menelan/batuk.a. Gerakan Palatum

Penderita diminta mengucapkan huruf a atau ah dengan panjang, sementara itu pemeriksa melihat gerakan uvula dan arcus pharyngeus. Uvula akan berdeviasi kearah yang normal (berlawanan dengan gerakan menjulurkan lidah pada waktu pemeriksaan N XII).

b. Reflek Muntah dan pemeriksaan sensorikPemeriksa meraba dinding belakang pharynx dan bandingkan refleks muntah kanan dengan kiri. Refleks ini mungkin menghilang pada pasien lanjut usia.

10

Page 12: Buku Petunjuk Skill Lab Nss 12 Fix2

c. Kecepatan menelan dan kekuatan batuk

8. Saraf XI (N. Accesssorius)Hanya mempunyai komponen motorik.Pemeriksaan :

a. Kekuatan otot sternocleidomastoideus diperiksa dengan menahan gerakan fleksi lateral dari kepala/leher penderita atau sebaliknya (pemeriksa yang melawan/ mendorong sedangkan penderita yang menahan pada posisi lateral fleksi)

b. Kekuatan m. Trapezius bagian atas diperiksa dengan menekan kedua bahu penderita kebawah, sementara itu penderita berusaha mempertahankan posisi kedua bahu terangkat (sebaliknya posisi penderita duduk dan pemeriksa berada dibelakang penderita)

9. Saraf XII (N. Hypoglossus)Pada lesi LMN, maka akan tamapk adanya atrofi lidah dan fasikulasi (tanda dini berupa perubahan pada pinggiran lidah dan hilangnya papil lidah)

Pemeriksaan :a. Menjulurkan lidah

Pada lesi unilateral, lidah akan berdeviasi kearah lesi. Pada Bell,s palsy (kelumpuhan saraf VII) bisa menimbulkan positif palsu.

b. Menggerakkan lidah kelateralPada kelumpuhan bilateral dan berat, lidah tidak bisa digerkkan kearah samping kanan dan kiri.

c. Tremor lidahDiperhatikan apakah ada tremor lidah dan atropi. Pada lesi perifer maka tremor dan atropi papil positip

d. ArticulasiDiperhatikan bicara dari penderita. Bila terdapat parese maka didapatkan dysarthria.

1. Juwono T, Pemeriksaan klinik neurologik dalam praktek, Jakarta, EGC, 19962. http://endeavor.med.nyu.edu/neurosurgery/cranials.html 3. Lumbantobing, Neurologi Klinik “Pemeriksaan Fisik dan Mental”, Jakarta, FKUI,

20084. Wirawan, Pemeriksaan Neurologi, Semarang, Senat Mahasiswa Universitas

Diponegoro

KETRAMPILAN PEMERIKSAAN SARAF KRANIALNama : NIM :No Aspek Yang Dinilai Nilai

1 2 31. Menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan2. Menyiapkan penderita dan meminta kerjasama

penderita dalam pelaksanaan PemeriksaanMelakukan pemeriksaan N. I

3. Kedua mata pasien ditutup4. Lubang hidung pasien ditutup salah satu5. Melihat kedua lubang hidung pasien dengan

menggunakan senter, apakah ada gangguan pengaliran udara

6. Satu persatu bahan didekatkan pada lubang hidung yang terbuka

7. Meminta pasien menarik napas panjang, kemudian mengidentifikasi bahan tersebut

8. Melakukan pemeriksaan retraksiMelakukan pemeriksaan ptosis

11

DAFTAR PUSTAKA

Page 13: Buku Petunjuk Skill Lab Nss 12 Fix2

9. Inspeksi palpebra superior10. Meminta pasien menutup mata, kemudian membukanya11. Memfiksasi ringan palpebra superior dan alis mata

Melakukan pemeriksaan pupil12. Melihat ukuran pupil : isokor/anisokhor13. Melihat bentuk dan diameter pupil14. Meminta penderita menutup salah satu mata15. Mengarahkan senter dari samping untuk menilai reflex

cahaya16. Melakukan pemeriksaan pada mata kontralateral

Melakukan pemeriksaan gerakan bola mata17 Memfiksasi kepala pasien lurus ke depan18 Meminta penderita menggerakkan bola mata ke

berbagai arah19 Melakukan pemeriksaan sikap bola mata20 Melakukan pemeriksaan N. V sensibilitas21 Melakukan pemeriksaan N.V motorik22 Melakukan pemeriksaan N.V reflek23 Melakukan pemeriksaan N. VII atas perintah pemeriksa 24 Melakukan pemeriksaan N. VII sensorik khusus25 Melakukan pemeriksaan N. IX-X gerakan palatum26 Melakukan pemeriksaan N. IX-X reflek muntah dan

sensorik27 Melakukan pemeriksaan N. XI m. Sternocleidomastoid28 Melakukan pemeriksaan N. XI M. Trapezius29 Melakukan pemeriksaan N. XII

TOTAL NILAI

12

Page 14: Buku Petunjuk Skill Lab Nss 12 Fix2

Thianti Sylviningrum

Pada akhir sesi, mahasiswa mampu :1. Mengetahui definisi pemeriksaan reflek fisiologis.2. Indikasi pemeriksaan reflek fisiologis.3. melakukan prosedur pemerikdaan reflek fisiologis dengan baik dan benar.4. menjelaskan parameter normal hasil pemeriksaan reflek fisiologis5. melakukan interpretasi hasil pemeriksaan reflek fisiologis.

Reflek adalah jawaban terhadap suatu rangsang. Sedangkan reflek fisiologis adalah mucle stretch reflexes sebagai jawaban atas perangsangan tendo, periosteum, tulang, sendi, fasia, aponeurosis, kulit, semua impuls perseptif termasuk panca indera dimana respon tersebut muncul pada orang normal. Semua gerakan yang bersifat reflektorik merupakan suatu usaha tubuh untuk menyesuaikan diri bahkan membela diri. Gerakan reflektorik dapat dilakukan oleh semua otot seran lintang.

Pemeriksaan reflek fisiologis merupakan satu kesatuan dengan pemeriksaan neurologi lainnya, dan terutama dilakukan pada kasus-kasus mudah lelah, sulit berjalan, kelemahan/kelumpuhan, kesemutan, nyeri otot anggota gerak, gangguan trofi otot anggota gerak, nyeri punggung/pinggang gangguan fungsi otonom.

Interpretasi pemeriksaan reflek fisiologis tidak hanya menentukan ada/tidaknya tapi juga tingkatannya. Adapun kriteria penilaian hasil pemeriksaan reflek fisiologis adalah sebagai berikut :1. Positif Normal2. Positif Meningkat3. Positif Menurun

Suatu reflek dikatakan meningkat bila daerah perangsangan meluas, dan respon gerak reflektorik meningkat dari keadaan normal.

Rangsangan yang diberikan harus cepat dan langsung, kerasnya rangsangan tidak boleh melebihi batas sehinggajustru melukai pasien. Sifat reaksi setelah perangsangan tergantung tonus otot sehingga otot yang diperiksa sebaiknya dalam keadaan sedikit kontraksi, dan bila hendak dibandingkan dengan sisi kontralateralnya maka posisi keduanya harus simetris.

Palu reflek terbuat dari karet

- Penentuan lokasi pengetukan yaitu tendon, periosteum, dan kulit- Anggota gerak yang akan diketuk harus dalam keadaan santai- Dibandingkan dengan sisi lainnyha dalam posisi yang simetris

REFLEK FISIOLOGIS DI EKSTREMITAS ATAS :1. Reflek bisep :

a. Pasien duduk santaib. Lengan rileks, posisi antara fleksi dan ekstensi dan sedikit pronasi, lengan diletakkan di atas lengan pemeriksac. Ibu jari pemeriksa diletakkan diatas tendo bisep, lalu pukullah ibu jari tadi dengan palu reflekd. Respon : fleksi ringan di siku.

2. Reflek trisepa. Pasien duduk rileksb. lengan pasien diletakkan di atas lengan pemeriksa c. Pukullah tendo trisep melalui fosa olekranid. Respon : ekstensi lengan bawah di siku.

3. Reflek brakhioradialis :a. Posisi pasien sama dengan pemeriksaan reflek bisepb. Pukullah tendo brakhioradialis pada radius distal dengan palu reflekc. Respon : muncul terakan menyentak pada lengan

4. Reflek periosteum radialis :

13

Pemeriksaan Reflek Fisiologis

A. Tujuan Pembelajaran

B. Tinjauan Pustaka

D. Prosedur Tindakan Pelaksanaan:

C. Alat dan Bahan

Page 15: Buku Petunjuk Skill Lab Nss 12 Fix2

a. Lengan bawah sedikit di fleksikan pada sendi siku dan tangan sedikit di pronasikanb. Ketuk periosteum ujung distal os. Radialisc. Respon : fleksi lengan bawah dan supinasi lengan

5. Reflek periosteum ulnaris :a. Lengan bawah sedikit di fleksikan pada siku, sikap tangan antara supinasi dan pronasib. Ketukan pada periosteum os. Ulnaris.c. Respon : pronasi tangan.

REFLEK FISIOLOGIS DINDING PERUTReflek dinding perut:

a. Kulit dinding perut digores dengan bagian tumpul palu reflek dengan arah dari samping ke garis tengahb. Respon : kontraksi dinding perut

REFLEK FISIOLOGIS EKSTREMITAS BAWAH :1. Reflek patella :

a. Pasien duduk santai dengan tungkai menjuntaib. Raba daerah kanan-kiri tendo untuk menentukan daerah yang tepatc. Tangan pemeriksa memegang paha pasiend. Ketuk tendo patela dengan palu reflek menggunakan tangan yang lain.e. Respon : pemeriksa akan merasakan kontraksi otot kuadrisep, ekstensi tungkai bawah.

2. Reflek Achillesa. Penderita berbaring terlentangb. Kaki yang akan diperiksa ditumpangkan pada os. Tibia kaki lainnyac. 1 tangan pemeriksa memegang jari-jari kaki yang akan diperiksa, sedangkan tangan yang lain mengetuk tendo achillesd. Respon : plantarfleksi kaki

3. Reflek Plantar : a. Telapak kaki pasien digores dengan ujung tumpul palu reflek.b. Respon : plantar fleksi kaki dan fleksi semua jari kaki.

1. Sidharta P. Tata Pemeriksaan Klinis dalan Neurologi. 4th ed. Jakarta : Dian Rakyat. 1999; 429-40.2. Laboratorium Ketrampilan Keperawatan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah

Mada. Skills Lab pendidikan ketrampilan keperawatan program B semester I. Yogyakarta : Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. 2002; 28-38.

3. Neurologie examination Available at :http://medinfo.ufl.edu/year1/bes/clist/neuro.html.Accessed 19th May, 2005.

14

E. Daftar Pustaka :

Page 16: Buku Petunjuk Skill Lab Nss 12 Fix2

Penilaian Ketrampilan Pemeriksaan Reflek FisiologisNama / N I M : No. Aspek Yang Dinilai Nilai

1. Beri salam pada pasien * 0 1 22. Memperkenalkan diri pada pasien3. Menjelaskan pada pasien pemeriksaan yang akan dilakukan

dan tujuannya.*4. Pemeriksaan bisep:

a. Pasien duduk santaib. Lengan rileks, posisi antara fleksi dan ekstensi dan

sedikit pronasi, lengan diletakkan diatas lengan pemeriksac. Ibu jari pemeriksa diletakkan di atas tendo bisep,

lalu pukullah ibu jari tadi dengan palu reflek.*d. Respon : fleksi ringan disiku*

5. Pemeriksaan Reflek Trisep :a. Pasien duduk rileksb. Lengan pasien diletakkan diatas lengan pemeriksac. Pukullah tendo trisep melalui fosa olekrani *d. Respon : ekstensi lengan bawah di siku *

6. Pemeriksaan Reflek brachioradialis:a. Posisi pasien sama dengan pemeriksaan reflek bisepb. Pukullah tendo brakhioradialis pada radius distal

dengan palu reflek *c. Respon : muncul gerakan menyentak pada tangan *

7. Pemeriksaan Reflek ulnaris :a. Lengan bawah sedikit di fleksikan pada sikap tangan

antara supinasi dan pronasib. Ketukan pada periosteum os. Ulnaris *c. Respon : pronasi tangan *

8. Pemeriksaan Reflek radialis :a. Lengan bawah sedikit di fleksikan pada sendi siku

dan tangan sedikit di pronasikanb. Ketuk periosteum ujung distal os. Radialis *c. Respon : fleksi lengan bawah dan supinasi lengan *

9. Pemeriksaan Reflek patella:a. Pasien duduk santai dengan tungkai menjuntaib. Raba daerah kanan-kiri tendo untuk menentukan

daerah yang tepatc. Tangan pemeriksa memegang paha pasien.d. Ketuk tendo patela dengan palu reflek

menggunakan tangan yang lain *e. Respon : pemeriksa akan merasakan kontraksi otot

kuadrisep, ekstensi tungkai bawah.*10. Pemeriksaan Reflek Achilles :

a. Penderita berbaring terlentangb. Kaki yang akan diperiksa ditumpangkan pada os. Tibia kaki

lainnyac. 1 tangan pemeriksa memegang jari-jari kaki yang akan

diperiksa, sedangkan tangan yang lain mengetuk tendo achilles

d. Respon : plantarfleksi kaki *11. Pemeriksaan Reflek dinding perut:

a. Kulit dinding perut digores dengan bagian tumpul palu reflek dengan arah dari samping ke garis tengah

b. Respon : kontraksi dinding perut *12 Pemeriksaan Reflek Plantar :

a. Telapak kaki pasien digores dengan ujung tumpul palu reflek

b. Respon : plantar fleksi kaki dan fleksi semua jari kaki. *

15

Page 17: Buku Petunjuk Skill Lab Nss 12 Fix2

Total Nilai

16

Page 18: Buku Petunjuk Skill Lab Nss 12 Fix2

Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan reflek patologis.

Secara umum reflek adalah respon motorik spesifik akibat rangsang sensorik spesifik. Ada 3 unsur yang berperan yaitu jaras aferen, bussur sentral, dan jaras eferen.

Perubahan ketiga komponen tersebut akan mengakibatkan perubahan dalam kualitas maupun kuantitas dari reflek. Intergritas dari arcus reflek akan terganggu jika trdapat malfungsi dari organ reseptor,nercus sensorik, ganglion radiks posteior, gray matter medula spinal, radik anterior, motor end plate, atau organ efektor.

Pengetahuan tentang reflek dapat dugunakan untuk menentukan jenis kerusakan yang terjadi pada sistem persyarafan. Ada beberapa pembagian tentang reflek :1. Brainstem reflek2. Deep reflek / reflek tendon3. Superficial reflek /skin reflek4. Abnormal reflek / patologisada juga yang menambahkan reflek-reflek primitif.

Ada 5 gradasi dari kekuatan reflek :0 : absent1 : minimal tetapi ada2 : normal3 : hiperativity4 : hiperactivity with clonus

Ada beberapa prinsip umum mengenai reflek :1. Lesi UMN cenderung akan mengakibatkan peningkatan reflek, kecuali :

a. stadium akutb. reflek abdominal / dinding perut dan reflek kremaster akan menurun baik lesi UMN atau LMN

2. Reflek tidak akan dipengaruhi pada lesi CNS yang mengenai sistem sensorik, cerebelar, atau ganglia basalis3. Setelah stadium akut umumnya lesi cereblar lebih cepat menimbulkan reflek yang meningkat dari pada lesi sppinal.4. Sdanya asimetri reflek bila disertai tanda-tanda lain berupa defisit mototrik dan sensorik pada satu sisi, maka pada satu sisi

yang mengalami defisit motorik atau sensorik tersebut adalah abnormal /patologi5. Reflek kornea tidak dipengaruhi oleh lesi UMN

Pembagian reflek1. reflek braistem / reflek saraf otak

- reflek pupil- refelk konsensual pupil- cornela reflek - jaw reflek- gag reflek, dll

2. deep reflek / tendon- biceps- triceps- patela- ankle jerk- dll

3. reflek superficial- dinding perut- cremaster- anal- dll

4. reflek primitif- snouting- palmo mental- glabela

17

PEMERIKSAAAN REFLEK PATOLOGIS

TINJAUAN PUSTAKA

TUJUAN PEMBELAJARAN

Page 19: Buku Petunjuk Skill Lab Nss 12 Fix2

- dll5. reflek abnormal/ patologi /

- babinsky- hoffmann- gordon- dll

Berikut akan disampaikan reflek yang terkait dengan reflek patologik dan reflek primitif.1. Reflek hoffmann tromer

Tangan pasien ditumpu oleh tangan pemeriksa, kemusian ujung jari tangan pemeriksa yang lain disentilkan ke ujung jari tengah tangan penderita. Kita lihat respon jari tangan penderita, yaitu fleksi jari-jari yang lain, aduksi dari ibu jari.Reflek positif bilateral bisa dijumpai pada 25 % orang normal, sedangkan unilateral hoffmann indikasi untuk suatu lesi UMN .

2. Grasping reflekGores palmar penderita dengan telunjuk jari pemeriksa diantara ibujari dan telunjuk penderita. Maka timbul genggaman dari jari pendeirta, menjepit jari pemeriksa. Jika reflek ini ada maka penderuta tidak dapat membebaskan jari pemeriksa.Normal masih terdapat pada anak kecil. jika positif ada pada dewasa, maka kemungkinan terdapat lesi di area premotorik cortex.

3. Reflek palmomentalGarukan pada telapak tangan pasien menyebabkan kontraksi muskulus mentali ipsilateral. Reflek patologis ini timbul akibat kerusakan lesi UMN di atas inti saraf VII kontralateral.

4. Reflek snouting / menyusuo Ketukan hammer pada tendo insertio m. Orbicularos oris, maka akan menimbulkan reflek menyusu.o Menggaruk bi bir dengan tingue spatel maka akn timbul reflek menyusu.Normal pada bayi, jika positif pada dewasa menandakan lesi UMN bilateral.

5. Mayer reflekFleksikan jari manis di sendi metacarpophalangeal, cecara firmly normal akan timbul adduksi dan aposisi dai ibu jari. Absennya respon ini menandakan lesi di tractus pyramidalis.

6. Reflek BabinskiLakukan goresan pada telapak kaki dari arah tumit ke arah jari melalui sisi lateral menuju medial (arah ibu jari kaki),

orang noramla akan memberikan respon fleksi jari-jari kaki dan penarikan tungkai. Pada lesi UMN maka akan timbul respon jempol kaki akan dorsofleksi, sedangkan jari-jari lain akan menyebar atau membuka.

Normal pada bayi masih ada.7. Reflek Oppenheim

Lakukan goresan pada sepanjang tepi depan tuilang tibia dari atas ke bawah, dengan kedua jari telunjuk dan tengah., jika posistidf maka akan timbul reflek seperti babinski

8. Reflek gordonLakukan goresan / memencet otot gastrocnemius . jika posistif maka akan timbul reflek seperti babinski

9. Reflek schaeferLakukan pemencetan pada tendo achiles. Jika positif maka akan timbul reflek seperti babinski

10. Reflek chaddockLakukan goresan sepanjang tepi lateral punggung kaki di luar telapak kaki, dari tumit ke depan. Jika posistif maka akan

timbul reflek seperti babinski11. Reflek Rossolimo

Pukulkan hammer reflek pada dorsal kaki pada tulang cuboid. Reflek akan terjadi fleksi jari-jari kaki.12. Reflek Mendel-Bacctrerew

Pukulan telapak kaki bagian depan akan memberikan respon fleksi jari-jari kaki

18

Page 20: Buku Petunjuk Skill Lab Nss 12 Fix2

PENILAIAN KETRAMPILAN PEMERIKSAAN REFLEK PATOLOGISNama :NIM: No Aspek yang dinilai Skor

0 1 21 Siapkan alat2 Jelaskan tujuan3 Melakukan pemeriksaan Reflek hoffmann tromer4 Melakukan pemeriksaan Grasping reflek5 Melakukan pemeriksaan Reflek palmomental6 Melakukan pemeriksaan Reflek snouting /

menyusu7 Melakukan pemeriksaan Mayer reflek

8 Melakukan pemeriksaan Reflek Babinski9 Melakukan pemeriksaan Reflek Oppenheim10 Melakukan pemeriksaan Reflek gordon11 Melakukan pemeriksaanReflek schaefer 12 Melakukan pemeriksaan Reflek chaddock13 Melakukan pemeriksaan Reflek Rossolimo14 Melakukan pemeriksaan Reflek Mendel-

Bacctrerew15 Rapikan alat16 Cuci tangan17 Dokumentasikan

TOTAL NILAI

19

Page 21: Buku Petunjuk Skill Lab Nss 12 Fix2

PEMERIKSAAN SENSORIK, KESEIMBANGAN DAN KOORDINASIEvy Sulistyoningrum

Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan sensorik, posisi, keseimbangan dan koordinasi

Adanya gangguan pada otak, medulla spinalis, dan saraf tepi dapat menimbulkan gangguan sensorik. Gangguan ini tidak tampak seperti halnya pada gangguan motorik maupun trofi otot. Gangguan sensorik dapat menimbulkan perasaan kesemutan atau baal (parestesi), kebas atau mati rasa, kurang sensitif (hipestesi) dan ada pula yang sangat sensitif (hiperestesi). Pemeriksaan sensorik adalah pemeriksaan yang paling sulit di antara pemeriksaan neurologik yang lain karena sangat subjektif.

Sehubungan dengan pemeriksan fungsi sensorik maka beberapa hal berikut ini harus dipahami dulu:1. Kesadaran penderita harus penuh dan tajam. Penderita tidak boleh dalam keadaan lelah, kelelahan akan mengakibatkan

gangguan perhatian serta memperlambat waktu reaksi.2. Prosedur pemeriksan harus benar-benar dimengerti oleh penderita, karena pemeriksaan fungsi sensorik benar-benar

memerlukan kerja sama yang sebaik-baiknya antara pemeriksa dan penderita. Dengan demikian cara dan tujuan pemeriksaan harus dijelaskan kepada penderita dengan istilah yang mudah dimengerti olehnya.

3. Kadang-kadang terlihat adanya manifestasi obyektif ketika dilakukan pemeriksaan anggota gerak atau bagian tubuh yang dirangsang, misalnya penderita menyeringai, mata berkedip-kedip serta perubahan sikap tubuh.

4. Yang dinilai bukan hanya ada atau tidak adanya sensasi tetapi juga meliputi perbedaan-perbedaan sensasi yang ringan, dengan demikian harus dicatat gradasi atau tingkat perbedaannya.

5. Ketajaman persepsi dan interpretasi rangsangan berbeda pada setiap individu, pada tiap bagian tubuh, pada individu yang sama tetapi dalam situasi yang berlainan. Dengan demikian dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan ulangan pada hari berikutnya.

6. Azas simetris: pemeriksaan bagian kiri harus selalu dibandingkan dengan bagian kanan. Hal ini untuk menjamin kecermatan pemeriksaan.

7. Pemeriksaan ini harus dikerjakan dengan sabar (jangan tergesa-gesa), menggunakan alat yang sesuai dengan kebutuhan/ tujuan, tanpa menyakiti penderita, dan penderita tidak boleh dalam keadaan tegang.

PRINSIP-PRINSIP UMUM

1. Mencari defisit sensibilitas (daerah-daerah dengan sensibilitas yang abnormal, bisa hipestesi, hiperestesi, hipalgesia atau hiperalgesia)

2. Mencari gejala-gejala lain di tempat gangguan sensibilitas tersebut, misalnya atrofi, kelemahan otot, refleks menurun/negative, menurut distribusi dermatom.

3. Keluhan-keluhan sensorik memiliki kualitas yang sama, baik mengenai thalamus, spinal, radix spinalis atau saraf perifer. Jadi untuk membedakannya harus dengan distribusi gejala/keluhan dan penemuan lain.

4. Lesi saraf perifer sering disertai berkurang atau hilangnya keringat, kulit kering, perubahan pada kuku dan hilangnya sebagian jaringan di bawah kulit.

Bahan yang dipakai untuk pemeriksaan sensorik meliputi:1. Jarum berujung tajam dan tumpul (dapat digunakan jarum pentul atau jarum pada palu refleks) untuk rasa nyeri superficial.2. Kuas halus, kapas, bulu, tissue, atau bila terpaksa dengan ujung jari tangan yang disentuhkan ke kulit secara halus sekali

untuk rasa raba/taktil.3. Tabung yang diisi air dingin atau air panas untuk sensasi suhu. Lebih baik menggunakan tabung dari metal daripada tabung

gelas karena gelas merupakan konduktor yang buruk. Untuk sensai dingin menggunakan air bersuhu 5-10ºC dan sensasi panas diperlukan suhu 40-45ºC. suhu kurang dari 5ºC dan lebih dari 45ºC dapat menimbulkan rasa nyeri.

4. Garpu tala berfrekuensi 128 atau 256 Hz untuk sensasi getar.5. Lain-lain (untuk pemeriksaan fungsi sensorik diskriminatif), seperti:

Jangka untuk two point tactile discrimination Benda-benda berbentuk (kunci, uang logam, botol, dan lain-lain) untuk pemeriksaan stereognosis.

20

TINJAUAN PUSTAKA

PEMERIKSAAN FUNGSI SENSORIK DAN POSISI

Alat dan Bahan

TUJUAN PEMBELAJARAN

Page 22: Buku Petunjuk Skill Lab Nss 12 Fix2

Pensil untuk pemeriksaan graphestesi.6. Untuk pemeriksaan sensasi gerak dan posisi tidak diperlukan alat khusus.

CARA PEMERIKSAAN SENSORIK DAN POSISI:A. Anamnesis

a. Apa yang dikeluhkan.Keluhan dapat berupa: kesemutan atau baal (parestesi) rangsang yang tidak nyeri dirasakan sebagai nyeri (disestesi/painful parestesi) kurang peka (hipestesi) terlalu peka (hiperestesi) gangguan keseimbangan dan gait (gaya berjalan) modalitas sensorik normal tetapi tidak bias mengenal benda pada perabaan tangan

(astereognosis) lain-lain keluhan

b. Kapan timbulnya keluhan.c. Lokasi keluhan.

Keluhan positif semacam parestesi, disestesi dan nyeri biasanya dapat dilokalisir, tetapi gejala-gejala negative seperti hipestesi dan anogsia sulit dilokalisir.

d. Sifat keluhan.Penderita diminta menggambarkan sifat keluhan. Pada keluhan nyeri perlu juga diketahui derajat rasa nyeri yang timbul.

e. Kejadian-kejadian tertentu yang berkaitan.Apakah ada kejadian-kejadian yang memicu terjadinya keluhan. Misalnya pada HNP, penderita merasakan ischialgia pada waktu mengangkat benda berat, dan nyeri meningkat pada keadaan-keadaan yang menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial, misalnya batuk, mengejan, bersin), dan lain-lain.

f. Kelainan neurologis yang menyertai.Dapat berupa kelemahan/gangguan motorik, gangguan bahasa, kejang, gangguan defekasi dan miksi, dan gangguan saraf otonom.

B. Pemeriksaan fisik1. Pemeriksaan modalitas

modalitas primer dari sensasi somatik (seperti rasa nyeri, raba, posisi, getar dan suhu) diperiksa lebih dulu sebelum memeriksa fungsi sensorik diskriminatif/kortikal. Pemeriksaan sensasi nyeri superfisial

Nyeri merupakan sensasi yang paling baik untuk menentukan batas gangguan sensorik. Alat yang digunakan adalah jarum berujung tajam dan tumpul. Cara pemeriksan: a. Mata penderita ditutupb. Pemeriksa terlebih dahulu mencoba jarum pada dirinya sendiri. c. Tekanan terhadap kulit penderita seminimal mungkin, jangan sampai menimbulkan perlukaan.d. Rangsangan terhadap terhadap kulit dilakukan dengan ujung runcing dan ujung tumpul secara bergantian.

Penderita diminta menyatakan sensasinya sesuai yang dirasakan. Penderita jangan ditanya: apakah anda merasakan ini atau apakah ini runcing?

e. Bandingkan daerah yang abnormal dengan daerah normal yang kontralateral tetapi sama (misalnya: lengan bawah volar kanan dengan kiri)

f. Penderita juga diminta menyatakan apakah terdapat perbedaan intensitas ketajaman rangsang di derah yang berlainan.

g. Apabila dicurigai daerah yang sensasinya menurun/meninggi maka rangsangan dimulai dari daerah tadi ke arah yang normal.

Pemeriksaan sensasi nyeri tekan dalamPemeriksaan dilakukan dengan cara menekan tendo Achilles, fascia antara jari tangan IV dan V atau testis.

Pemeriksaan sensasi taktil/rabaAlat yang dipakai adalah kapas, tissue, bulu, kuas halus, dan lain-lain. Cara pemeriksaan :a. Mata penderita ditutupb. Pemeriksa terlebih dahulu mencoba alat pada dirinya sendiri. c. Stimulasi harus seringan mungkin, jangan sampai memberikan tekanan terhadap jaringan subkutan. Tekanan

dapat ditambah sedikit bila memeriksa telapak tangan atau telapak kaki yang kulitnya lebih tebal. d. Mulailah dari daerah yang dicurigai abnormal menuju daerah yang normal. Bandingkan daerah yang abnormal

dengan daerah normal yang kontralateral tetapi sama (misalnya: lengan bawah volar kanan dengan kiri)e. Penderita diminta untuk mengatakan “ya” atau “tidak” apabila merasakan adanya rangsang, dan sekaligus

juga diminta untuk menyatakan tempat atau bagian tubuh mana yang dirangsang.

21

Page 23: Buku Petunjuk Skill Lab Nss 12 Fix2

Pemeriksaan sensasi getar/vibrasiAlat yang digunakan adalah garpu tala berfrekuensi 128 atau 256 Hz.Cara pemeriksaan:a. Garpu tala digetarkan dengan memukulkan pada benda padat/keras.b. Kemudian pangkal garpu tala diletakkan pada daerah dengan tulang yang menonjol seperti ibu jari kaki,

pergelangan tangan, maleolus lateralis/medialis, procc. spinosus vertebrae, siku, bagian lateral clavicula, lutut, tibia, sendi-sendi jari dan lainnya. (Gambar 1)

c. Bandingkan antara kanan dan kiri.d. Catat intensitas dan lamanya vibrasi.e. Untuk penentuan lebih cermat, garpu tala kemudian dipindahkan pada bagian tubuh yang sama pada

pemeriksa. Apabila pemeriksa masih merasakan getaran, berarti rasa getar penderita sudah menurun.

Gambar 1 Pemeriksaan sensasi gerak dan posisi

Tujuannya adalah memperoleh kesan penderita terhadap gerakan dan pengenalan terhadap arah gerakan, kekuatan, lebar atau luas gerakan (range of movement) sudut minimal yang penderita sudah mengenali adanya gerakan pasif, dan kemampuan penderita untuk menentukan posisi jari dalam ruangan. Tidak diperlukan alat khusus.Cara pemeriksaan:a. Mata penderita ditutup.b. Penderita diminta mengangkat kedua lengan di depan penderita menghadap ke atas.c. Penderita diminta mempertahankan posisi tersebut. Pada kelemahan otot satu sisi atau gangguan

proprioseptik maka lengan akan turun dan menuju ke arah dalam.Modifikasi dari tes ini adalah dengan menaik turunkan kedua tangan dan penderita diminta menanyakan tangan mana yang posisinya lebih tinggi.Kedua tes di atas dapat dikombinasi dengan modifikasi tes Romberg. Caranya: penderita diminta berdiri dengan tumit kanan dan jari-jari kaki kiri berada pada satu garis lurus dan kedua lengan ekstensi ke depan. Kemudian penderita diminta menutup matanya. Bila ada gangguan proprioseptik pada kaki maka penderita akan jatuh pada satu sisi.Untuk tes posisi dapat dilakukan dengan cara berikut:a. Penderita dapat duduk atau berbaring, mata penderita ditutup.b. Jari-jari penderita harus benar-benar dalam keadaan relaksasi dan terpisah satu sama lain sehingga tidak

bersentuhan.c. Jari penderita digerakkan secara pasif oleh pemeriksa, dengan sentuhan seringan mungkin sehingga tekanan

terhadap jari-jari tersebut dapat dihindari, sementara itu jari yang diperiksa tidak boleh melakukan gerakan aktif seringan apapun.

d. Penderita diminta untuk menyatakan apakah ada perubahan posisi jari atau adakah gerakan pada jarinya.Cara lain adalah dengan menempatkan jari-jari salah satu penderita pada posisi tertentu dan meminta penderita diminta menirukan posisi tersebut pada jari yang lain.

Pemeriksaan sensasi suhuAlat yang dipakai adalah tabung berisi air bersuhu 5-10ºC untuk sensasi dingin dan air 40-45ºC untuk sensasi panas.Cara pemeriksaan:a. Penderita lebih baik pada posisi berbaring. Mata penderita ditutup.b. Tabung panas/dingin lebih dahulu dicoba terhadap diri pemeriksa.c. Tabung ditempelkan pada kulit penderita dan penderita diminta menyatakan apakah terasa dingin atau

panas. 2. Pemeriksan sensorik diskriminatif/kortikal

Syarat pemeriksaan ini adalah fungsi sensorik primer (raba, posisi) harus baik dan tidak ada gangguan tingkat kesadaran, kadang-kadang ditambah dengan syarat harus mampu memanipulasi objek atau tidak ada kelemahan otot-otot tangan (pada tes barognosis)

22

Page 24: Buku Petunjuk Skill Lab Nss 12 Fix2

Macam-macam gangguan fungsi sensorik kortikal:a. gangguan two point tactile discrimination

Gangguan ini diperiksa dengan dua rangsangan tumpul pada dua titik di anggota gerak secara serempak, bisa memakai jangka atau calibrated two point esthesiometer. Pada anggota gerak atas biasanya diperiksa pada ujung jari. Orang normal bisa membedakan dua rangsangan pada ujung jari bila jarak kedua rangsangan tersebut lebih besar dari 3 mm. Ketajaman menentukan dua rangsangan tersebut sangat bergantung pada bagian tubuh yang diperiksa, yang penting adalah membandingkan kedua sisi tubuh. (Gambar 2)

Gambar 2b. gangguan graphesthesia

Pemeriksaan graphesthesia dilakukan dengan cara menulis beberapa angka pada bagian tubuh yang berbeda-beda dari kulit penderita. Pasien diminta mengenal angka yang digoreskan pada bagian tubuh tersebut sementara mata penderita ditutup. Besar tulisan tergantung luas daerah yang diperiksa. Alat yang digunakan adalah pensil atau jarum tumpul. Bandingkan kanan dengan kiri. (Gambar 3)

Gambar 3Gambar 4

c. gangguan stereognosis = astereognosisDiperiksa pada tangan. Pasien menutup mata kemudian diminta mengenal sebuah benda berbentuk yang ditempatkan pada masing-masing tangan dan merasakan dengan jari-jarinya. Ketidakmampuan mengenal benda dengan rabaan disebut sebagai tactile anogsia atau astereognosis. Syarat pemeriksaan, sensasi proprioseptik harus baik. (Gambar 4)

d. gangguan topografi/topesthesia = topognosiaKemampuan pasien untuk melokalisasi rangsangan raba pada bagian tubuh tertentu. Syarat pemeriksaan, rasa raba harus baik.

e. gangguan barognosis = abarognosisMembedakan berat antara dua benda, sebaiknya diusahakan bentuk dan besar bendanya kurang lebih sama tetapi beratnta berbeda. Syarat pemeriksaan, rasa gerak dan posisi sendi harus baik.

f. sindroma Anton-Babinsky = anosognosiaAnosognosia adalah penolakan atau tidak adanya keasadaran terhadap bagian tubuh yang lumpuh atau hemiplegia. Bila berat, pasien akan menolak adanya kelumpuhan tersebut dan percaya bahwa dia dapat menggerakkan bagian-bagian tubuh yang lupuh tersebut.

g. sensory inattention = extinction phenomenonAlat yang digunakan adalah kapas, kepala jarum atau ujung jari. Cara pemeriksaan adalah dengan merangsang secara serentak pada kedua titik di anggota gerak kanan dan kiri yang letaknya setangkup, sementara itu mata ditutup. Mula-mula diraba punggung tangan pasien dan pasien diminta menggenal tempat yang diraba. Kemudian rabalah pada tititk yang satangkup pada sisi tubuh yang berlawanan dan ulangi perintah yang sama. Setelah itu dilakukan perabaan pada kedua tempat tersebut dengan tekanan yang sama secara serentak. Bila ada extinction phenomen maka pasien hanya akan merasakan rangsangan pada sisi tubuh yang sehat saja.

23

Page 25: Buku Petunjuk Skill Lab Nss 12 Fix2

3. Pemeriksaan sensorik khusus Tinel’s sign

Umumnya digunakan untuk tes saraf medianus pada sindroma Carpal-Tunnel. Tepukan ujung jari pada saraf medianus di tengah-tengah terowongan carpal akan menimbulkan disesthesi (rasa paresthesi dan nyeri yang menjalar mulai dari tempat rangsang ke jari-jari telunjuk, tengah dan manis yang mirip aliran listrik).

Perspiration testPrinsip: adanya keringat akan bereaksi dengan amilum/tepung yang diberi yosium, sehingga memberikan warna biru.Cara pemeriksaan : a. Bagian depan tubuh (leher ke bawah) disapu dengan tepung yang mengandung yodium. b. Kemudian tubuh penderita ditutup dengan semacam sungkup supaya cepat berkeringat (bila perlu diberi obat

antipiretik). c. Setelah 1-2 jam sungkup dibuka dan dicatat bagian tubuh yang tetap putih (tidak ada produksi keringat).Tes ini adalah tes yang obyektif dan digunakan pada kasus-kasus paraplegia untuk menentukan batas lesinya.

Koordinasi adalah penggunaan normal dari faktor-faktor motorik, sensorik dan sinergik dalam melakukan gerakan. Pusat koordinasi adalah cerebellum.

Gangguan koordinasi dibagi menjadi:1. Gangguan equlibratory coordination (mempertahankan keseimbangan, khususnya pada posisi berdiri), diperiksa dengan:

a. Tes RombergPenderita diminta berdiri dengan kedua tumit saling merapat. Pertama kali dengan mata terbuka kemudian penderita diminta menutup matanya. Pemeriksa menjaga jangan sampai penderita jatuh tanpa menyentuh penderita. Hasil positif didapatkan apabila penderita jatuh pada satu sisi.

b. Tes tandem walkingPenderita diminta berjaln pada satu garis lurus di atas lantai, dengan cara menempatkan satu tumit langsung di depan ujung jari kaki yang berlawanan, baik dengan mata terbuka atau tertutup

2. Gangguan non equilibratory coordination (pergerakan yang disengaja dari anggota gerak, terutama gerakan halus), diperiksa dengan:a. Finger-to-nose test.

Bisa dilakukan dengan posisi pasien berbaring, duduk atau berdiri. Dengan posisi abduksi dan ektensi secara komplit, mintalah pada pasien untuk menyentuh ujung hidungnya sendiri dengan ujung jari telunjuknya. Mula-mula dengan gerakan perlahan kemudian dengan gerakan cepat, baik dengan mata terbuka dan tertutup.

b. Nose-finger-nose-testSerupa dengan finger to nose test, tetapi setelah menyentuh hidungnya, pasien diminta menyentuh ujung jari pemeriksa dan kembali menyentuh ujung hidungnya. Jari pemeriksa dapat diubah-ubah baik dalam jarak maupun bidang gerakan. (Gambar 6)

c. Finger-to-finger testPenderita diminta mengabduksikan lengan pada bidang horizontal dan diminta untuk menggerakkan kedua ujung jari telunjuknya saling bertemu tepat ditengah-tengah bidang horizontal tersebut. Pertama dengan gerakan perlahan kemudian dengan gerakan cepat, dengan mata ditutup dan dibuka.

d. DiadokokinesisPenderita diminta untuk menggerakan kedua tangannya bergantian pronasi dan supinasi dengan posisi siku diam, mintalah gerakan tersebut secepat mungkin dengan mata terbuka atau mata tertutup. Diadokokinesis pada lidh dapat dikerjakan dengan meminta penderita menjulurkan dan menarik lidah atau menggerakkan ke sisi kanan dan kiri secepat mungkin. (Gambar 7)Tapping test merupakan variasi test diadokokinesis, dilakukan dengan menepuk pinggiran meja/paha dengan telapak tangan secara berselingan bagian volar dan dorsal tangan dengan cepat atau dengan tepukan cepat jari-jari tangan ke jempol.

24

PEMERIKSAAN KOORDINASI DAN KESEIMBANGAN

Page 26: Buku Petunjuk Skill Lab Nss 12 Fix2

e. Heel-to-knee-to-toe testPenderita diminta untuk menggerakkan tumit kakinya ke lutut kontralateral, kemudian diteruskan dengan mendorong tumit tersebut lurus ke jari-jari kakinya. (Gambar 9) Variasi dari test ini adalah toe-finger test, yaitu penderita diminta untuk menunjuk jari penderita dengan jari-jari kakinya atau dengan cara membuat lingkaran di udara dengan kakinya.

f. Rebound testPenderita diminta adduksi pada bahu, fleksi pada siku dan supinasi lengan bawah, siku difiksasi/diletakkan pada meja periksa/alas lain, kemudian pemeriksa menarik lengan bawah tersebut dan penderita diminta menahannya, kemudian dengan mendadak pemeriksa melepaskan tarikan tersebut tetapi sebelumnya lengan lain harus menjaga muka dan badan pemeriksa supaya tidak terpukul oleh lengan penderita sendiri bila ada lesi cerebellum.

1. Duss P, Diagnosis Topik Neurologi. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kepokteran EGC; 1996.2. Juwono T, Pemeriksaan Klinik Neurologik dalam Praktek. Jakarta: Penerbit Buku kedokteran EGC; 1987. 3. Laboratorium Ketrampilan Medik FK UGM. Skills Lab Semester 2 Tahun kademik 1998-1999. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran

UGM. 19994. Sidharta P. Pemeriksaan Neurologis Dasar. PT. Dian Rakyat . 19995. Weiner H dan Levitt L. Buku Saku Neurologi. Edisi 5. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2001

Penilaian Keterampilan Fungsi Sensorik, Posisi, Keseimbangan dan Koordinasi

A. Pemeriksaan Sensasi TaktilNo Aspek yang dinilai Nilai

0 1 21 Memberi salam dan memperkenalkan diri2 Melakukan anamnesis seperlunya3 Menjelaskan prosedur dan tujuan pemeriksaan4 Memilih dengan benar alat yang akan dipergunakan5 Meminta penderita untuk relaks dan memejamkan mata6 Mencoba alat pada dirinya sendiri7 Meminta penderita mengatakan “ya” atau “tidak” apabila

merasakan adanya rangsang 8 Meminta penderita menyebutkan tempat yang dirangsang 9 Memberikan rangsang pada penderita pada daerah yang dicurigai

abnormal menuju ke daerah normal10 Membandingkan daerah yang diperiksa pada tempat setangkup

kontralateral.11 Melaporkan hasil pemeriksaan

TOTAL NILAI

25

DAFTAR PUSTAKA

Page 27: Buku Petunjuk Skill Lab Nss 12 Fix2

B. Pemeriksaan Sensasi Nyeri Superfisial

No Aspek yang dinilaiNilai

0 1 2

1 Memberi salam dan memperkenalkan diri2 Melakukan anamnesis seperlunya3 Menjelaskan prosedur dan tujuan pemeriksaan4 Memilih dengan benar alat yang akan dipergunakan5 Meminta penderita untuk relaks dan memejamkan mata6 Mencoba alat pada dirinya sendiri7 Meminta penderita untuk menyebutkan apakan rangsangnya

tajam atau tumpul. 8 Menanyakan apakah ada perbedaan intensitas ketajaman

rangsangan. 9 Memberikan rangsang seminimal mungkin tanpa menimbulkan

luka/perdarahan pada penderita pada daerah yang dicurigai abnormal menuju ke daerah normal.

10 Melakukan rangsangan dengan ujung tajam dan tumpul secara bergantian

11 Membandingkan daerah yang diperiksa pada tempat setangkup kontralateral.

12 Melaporkan hasil pemeriksaanTOTAL NILAI

C. Pemeriksaan Posisi

No Aspek yang dinilaiNilai

0 1 2

1 Memberi salam dan memperkenalkan diri2 Melakukan anamnesis seperlunya3 Menjelaskan prosedur dan tujuan pemeriksaan4 Meminta penderita untuk duduk atau berdiri5 Meminta penderita memejamkan mata6 Meminta penderita untuk mengistirahatkan jari-jari tangannya

dan memisahkan satu sama lain.7 Menggerakkan jari penderita secara pasif dengan sentuhan

seringan mungkin. 8 Meminta penderita menyatakan adakah perubahan posisi atau

adakah gerakan pada jarinya.9 Melaporkan hasil pemeriksaan

TOTAL NILAI

D. Pemeriksaan Keseimbangan dan Koordinasi

No Aspek yang dinilaiNilai

0 1 2

1 Memberi salam dan memperkenalkan diri2 Melakukan anamnesis seperlunya3 Menjelaskan prosedur dan tujuan pemeriksaan

Tes Romberg 4 Meminta penderita untuk berdiri dengan kedua tumit saling

merapat5 Meminta penderita melakukan hal tersebut pada mata terbuka

kemudian mata tertutup.6 Melaporkan hasil pemeriksaan.

Tes Tandem Walking7 Meminta penderita berjalan pada satu garis lurus di lantai,

dengan menempatkan satu tumit langsung di depan ujung jari

26

Page 28: Buku Petunjuk Skill Lab Nss 12 Fix2

kaki yang berlawanan.8 Meminta penderita melakukan hal tersebut pada mata terbuka

dan mata tertutup.9 Melaporkan hasil pemeriksaan

Finger-to-nose test10 Meminta penderita menyentuh ujung hidungnya dengan ujung

jari telunjuknya dengan gerakan abduksi dan ekstensi lengan secara komplit.

11 Meminta penderita melakukan mula-mula dengan perlahan kemudian cepat.

12 Meminta penderita melakukan hal tersebut dengan mata terbuka dan mata tertutup.

13 Melaporkan hasil pemeriksaanNose-finger-nose test

14 Meminta penderita menyentuh ujung hidungnya dengan ujung jari telunjuknya dengan gerakan abduksi dan ekstensi lengan secara komplit kemudian menyentuh ujung jari pemeriksa dan kembali menyentuh ujung hidungnya

15 Meminta penderita melakukan mula-mula dengan perlahan kemudian cepat.

16 Meminta penderita melakukan hal tersebut dengan mata terbuka dan mata tertutup.

17 Mengubah-ubah jari pemeriksa baik dalam jarak maupun bidang gerakan

18 Melaporkan hasil pemeriksaanFinger-to-finger test

19 Meminta penderita mengabduksikan lengan pada bidang horizontal dan diminta untuk menggerakkan kedua ujung jari telunjuknya saling bertemu tepat ditengah-tengah bidang horizontal tersebut.

20 Meminta penderita melakukan mula-mula dengan perlahan kemudian cepat.

21 Meminta penderita melakukan hal tersebut dengan mata terbuka dan mata tertutup.

22 Melaporkan hasil pemeriksaanDiadokokinesis

23 Penderita diminta untuk menggerakan kedua tangannya bergantian pronasi dan supinasi dengan posisi siku diam.

24 Meminta penderita melakukan gerakan tersebut secepat mungkin.

25 Meminta penderita melakukan hal tersebut dengan mata terbuka dan mata tertutup.

26 Melaporkan hasil pemeriksaanHeel-to-knee-to-toe test

27 Meminta penderita untuk menggerakkan tumit kakinya ke lutut kontralateral, kemudian diteruskan dengan mendorong tumit tersebut lurus ke jari-jari kakinya.

28 Melaporkan hasil pemeriksaanRebound test

29 Penderita diminta adduksi pada bahu, fleksi pada siku dan supinasi lengan bawah, siku difiksasi/diletakkan pada meja periksa/alas lain.

30 Menarik lengan bawah penderita dan penderita diminta menahannya

31 Dengan mendadak melepaskan tarikan tersebut32 Sebelumnya lengan lain harus menjaga muka dan badan

pemeriksa supaya tidak terpukul oleh lengan penderita sendiri 33 Melaporkan hasil pemeriksaan

TOTAL NILAI

27

Page 29: Buku Petunjuk Skill Lab Nss 12 Fix2

PEMERIKSAAAN MENGINGEAL SIGN & PEMERIKSAAN TANDA IRITASI RADIX PADA DAERAH VERTEBRALIS

Mahasiswa mampu :1. Melakukan pemeriksaan meningeal sign dan pemeriksaan tanda iritasi radix pada daerah vertebralis2. Menginterpretasikan hasil pemeriksaan meningeal sign dan pemeriksaan neurologis pada kasus low back pain

Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piameter (lapisan dalam selaput otak) dan arakhnoid serta dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan medula spinalis yang superfisial. Saluran nafas merupakan port d’entree utama pada penularan penyakit ini. Bakteri-bakteri ini disebarkan pada orang lain melalui pertukaran udara dari pernafasan dan sekresi-sekresi tenggorokan yang masuk secara hematogen (melalui aliran darah) ke dalam cairan serebrospinal dan memperbanyak diri didalamnya sehingga menimbulkan peradangan pada selaput otak dan otak.Tanda-tanda perangsangan selaput otak:1. Kaku kuduk

Pastikan bahwa penderita tidak ada cedera servikal kemudian letakkan tangan kiri dibawah kepala pasien. Menggoyangkan kepala pasien ke kanan dan ke kiri. Memfleksikan maksimal kepala ke anterior, sampai dagu menyentuh dada. Hasil positif apabila dagu tidak dapat menyentuh dada.

2. Brudzinski’s signa. Neck sign

Memfleksikan kepala secara pasif hingga dagu menyentuh sternum. Hasil positif bila gerakan fleksi pasif tersebut disusul dengan gerakan fleksi reflektoris di sendi lutut dan panggul kedua tungkai.

b. Leg signPenderita terlentang dan dilakukan fleksi pasif pada salah satu panggul (salah satu tungkainya dapat diangkat pada sikap lurus di sendi lutut dan ditekukkan di sendi panggul. Hasil positif jika tungkai kontralateral timbul fleksi reflektoris di sendi lutut dan sendi panggul

c. Cheek signPenekanan pada pipi kedua sisi tepat dibawah os zigomatikum akan disusul gerakan fleksi reflektoris keatas sejenak dari kedua lengan

d. Symphisis signPenekanan pada simfisis pubis akan disusul dengan timbulnya gerakan fleksi reflektoris pada kedua tungkai di sendi lutut dan panggul. Syarat dilakukan tes ini adalah kandung kemih kosong dan tidak ada fraktur pada os.coxae

3. Kernig’ signPenderita terlentang, pemeriksa menekuk tungkai atas penderita sehingga paha penderita tegak lurus terhadap tubuh kemudian tungkai bawah penderita diluruskan di sendi lutut. Gerakan ini akan mendapat tahanan dan sekaligus membangkitkan nyeri pada otot biseps femoris. Hasil positif apabila ekstensi lutut tidak mencapai 135° oleh karena nyeri dan spasme otot paha sedangkan tungkai sisi kontralateral fleksi di lutut dan panggul secara reflektoris.

Cervical syndrome adalah sindrome atau keadaan yang ditimbulkan oleh adanya iritasi atau kompresi pada radiks saraf servikal ditandai dengan adanya rasa nyeri pada leher yang dijalarkan ke bahu dan lengan sesuai dengan radiks yang terganggu. Rasa nyeri yang dijalarkan tersebut disebut nyeri radikuler artinya bahwa rasa nyeri tersebut berpangkal pada tempat perangsangan dan menjalar ke daerah persarafan radiks yang terkena. Daerah ini sesuai dengan kawasan suatu dermatom. Untuk mengetahui adanya nyeri di tengkuk yang mungkin bersifat radikuler dapat dikerjakan tes-tes sebagai berikut:4. Tes Kompresi Lhermitte

Pada pasien yang duduk dilakukan kompresi pada kepalanya dalam berbagai posisi : miring kanan, miring kiri, tengadah dan menunduk. Hasil tes dinyatakan positif bila pada penekanan tersebut dirasakan adanya nyeri yang dijalarkan

5. Tes ValsavaPada pasien yang duduk, penderita disuruh mengejan dengan epiglottis menutup (penderita disuruh menahan napas). Hasil tes positif bila timbul rasa nyeri yang ditimbulkan

6. Tes NaffzigerKedua vena jugularis ditekan dan penderita diuruh mengejan. Dengan ini tekanan intrakranial ditingkatkan yang akan diteruskan ke sepanjang rongga arakhnoidal medula spinalis. Jika terdapat proses desak ruang di kanalis vertebralis maka radiks yang terbentang atau teregang mendapat perangsangan pada saat tes dikerjakan. Oleh karena itu akan timbul rasa nyeri yang dijalarkan melintasi kawasan dermatomnya.

28

TUJUAN PEMBELAJARAN

TINJAUAN PUSTAKA

Page 30: Buku Petunjuk Skill Lab Nss 12 Fix2

Low back pain (LBP) / nyeri punggung bawah merupakan keluhan yang cukup sering muncul di pelayanan kesehatan. Low back pain disebabkan oleh berbagai hal. Sebab terbanyak kasus low back pain meliputi trauma muskuloskeletal, penyakit degeneratif, hernia nukleus pulposus (HNP), dan stenosis spinalis. Penyebab lain yang dapat mengakibatkan low back pain yaitu keganasan, infeksi tulang belakang, spondilitis dan nyeri alih dari organ-organ viseral. Penegakan diagnosis pada kasus LBP memerlukan pemeriksaan yang sistematis. Anamnesis dan pemeriksaan fisik merupakan langkah awal yang sangat menentukan ketepatan penegakan diagnosis pada pasien LBP.Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan fisik untuk menegakkan diagnosis LBP antara lain :1. inspeksi tulang belakang : mengamati ada/tidaknya ketidaknormalan kurvatura vertebrae. 2. observasi cara berjalan pasien : diamati pada saat berjalan3. Observasi posisi duduk pasien4. palpasi / perkusi vertebra5. range of motionSetelah melakukan beberapa pemeriksaan fisik diatas, dapat dilakukan beberapa tes yang dapat membantu mengarahkan diagnosis nyeri punggung bawah1. Tes Patrick

Penderita posisi terlentang, tumit atau maleolus externus tungkai yang sakit diletakkan diatas lutut tungkai yang lain ( fleksi, abduki, eksorotasi) kemudian dilakukan penekanan pada lutut yang difleksikan tersebut. Hasil positif apabila nyeri pada sendi panggul yang terkena penyakit

2. Tes Kontra PatrickPenderita terlentang, tungkai yang sakit dilipat, endorotasi dan adduksi kemudian dilakukan penekanan pada lutut tungkai tersebut sejenak. Hasil positif apabila nyeri pada sendi sacroiliaka

3. Tes LasequeAngkat tungkai pasien dalam keadaan lurus. Untuk menjamin lurusnya tungkai maka tangan si pemeriksa yang satu mengangkat tungkai dengan memegang pada tumit pasien, sedangkan tangan lain pemeriksa memegang serta menekan pada lutut pasien. Fleksi pasif tungkai dalam keadaan lurus di sendi panggul menimbulkan peregangan nervus ischiadikus. Apabila salah satu radiks yang menyususn nervus ischiadikus mengalami penekanan, pembentangan dan sebagainya karena HNP atau tumor kanalis vertebralis maka tes laseque membangkitkan nyeri yang berpangkal pada radiks yang terkena dan menjalar sepanjang perjalanan perifer ischiadikus

1.Lumbantobing, S.M. dr. DR. Prof. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. FK UI. 20082.Sidharta P. Pemeriksaan Neurologis Dasar. PT. Dian Rakyat . 1999

1.Bed Periksa2.Lampu/penerangan yang cukup

29

ALAT DAN BAHAN

DAFTAR PUSTAKA

Page 31: Buku Petunjuk Skill Lab Nss 12 Fix2

PEMERIKSAAN MENINGEAL SIGN & PEMERIKSAAN TANDA IRITASI RADIX PADA DAERAH VERTEBRALIS

Pemeriksaan Meningeal sign

No Aspek yang dinilaiNilai

0 1 2

1 Memberi salam dan memperkenalkan diri2 Melakukan anamnesis seperlunya3 Menjelaskan prosedur dan tujuan pemeriksaan4 Meminta penderita untuk posisi tiduran

Kaku kuduk5 Pastikan tidak ada cedera servikal6 Letakkan tangan kiri dibawah kepala pasien7 Menggoyangkan kepala pasien ke kanan dan ke kiri8 Memfleksikan maksimal kepala ke anterior, sampai dagu

menyentuh dada9 Melaporkan hasil pemeriksaan

Brudzinski’s SignNeck Sign

10 Memfleksikan kepala secara pasif hingga dagu menyentuh sternum

11 Melaporkan hasil pemeriksaanLeg Sign

12 Mengangkat salah satu tungkai dalam sikap lurus pada sendi lutut dan kemudian ditekukkan pada sendi panggul

13 Melaporkan hasil pemeriksaanCheek Sign

14 Menekan pipi kedua sisi tepat di bawah os.zigomatikum15 Melaporkan hasil pemeriksaan

Symphisis Sign16 Pastikan kandung kemih kosong dan tidak ada fraktur pada

os.coxae17 Menekan pada simfisis pubis18 Melaporkan hasil pemeriksaan

Kernig’s Sign19 Memfleksikan sendi panggul 90°20 Mengekstensikan sendi lutut 21 Melaporkan hasil pemeriksaan

TOTAL NILAI

Pemeriksaan Tanda Iritasi Radix Pada Daerah Vertebralis

No Aspek yang dinilaiNilai

0 1 2

1 Memberi salam dan memperkenalkan diri2 Melakukan anamnesis seperlunya3 Menjelaskan prosedur dan tujuan pemeriksaan4 Meminta penderita untuk posisi tiduran

Tes Patrick5 Meletakkan maleolus eksterna tungkai yang sakit pada lutut

tungkai lainnya 6 Melakukan penekanan pada lutut yang difleksikan7 Melaporkan hasil pemeriksaan

Tes Kontrapatrick8 Mengendorotasikan & mengaduksikan tungkai yang sakit

30

PROSEDUR TINDAKAN

Page 32: Buku Petunjuk Skill Lab Nss 12 Fix2

9 Menekan sejenak sendi lutut tungkai yang sakit10 Melaporkan hasil pemeriksaan

Tes Laseque11 Mengangkat tungkai pasien dalam keadaan lurus dengan cara

tangan kanan pemeriksa memegang tumit pasien12 Memfiksasi lutut pasien dengan tangan kiri13 Melaporkan hasil pemeriksaan

Tes Naffziger14 Menekan kedua vena jugularis dan penderita disuruh mengejan15 Melaporkan hasil pemeriksaan

Tes Valsava16 Meminta penderita posisi duduk17 Meminta pasien untuk mengejan sewaktu pasien menahan napas18 Melaporkan hasil pemeriksaan

Tes Kompresi Lhermitte19 Melakukan kompresi pada kepala penderita dalam berbagai posisi

miring kanan, miring kiri, tengadah, menunduk20 Melaporkan hasil pemeriksaan

TOTAL NILAI

31

Page 33: Buku Petunjuk Skill Lab Nss 12 Fix2

Setelah menyelesaikan modul pemeriksaan fisik mata, mahasiswa diharapkan mampu :1. Melakukan pemeriksaan tajam penglihatan (visus) 2. Melakukan pemeriksaan lapang pandang 3. Melakukan oftalmoskopi4. Melakukan pemeriksaan buta warna5. Melakukan pemeriksaan papan placido (astigmatisma)6. Melakukan pemeriksaan sistem lakrimalis7. Melakukan pemeriksaan tonometri8. Melakukan pemeriksaan otot penggerak bola mata

Sistem VisualCahaya masuk melalui media refrakta (berurutan dari kornea, COA, lensa dan corpus vitreum). Alat penangkap rangsang

cahaya ialah sel batang dan kerucut yang terletak di retina. Impuls kemudian dihantarkan melalui serabut saraf yang membentuk nervus optikus. Sebagian dari serabut ini, yaitu serabut yang menghantarkan rangsang yang datang dari bagian medial retina menyimpang ke sisi lainnya di khiasma optic. Dari khiasma, serabut melanjutkan diri dengan membentuk traktus optic ke korpus genikulatum lateral, dan setelah bersinaps disini, rangsang diteruskan melalui traktus genikulokalkarina ke korteks optic. Daerah berakhirnya serabut ini di korteks disebut korteks striatum (area 17) yang merupakan pusat persepsi cahaya.

Disekitar area 17, terdapat daerah yang berfungsi untuk asosiasi rangsang visual, yaitu area 18 dan 19. Area 18 yang disebut juga area parastriatum atau parareseptif, menerima dan menginterpretasi impuls dari area 17. Area 19 yaitu korteks peristriatum atau perireseptif, mempunyai hubungan dengan area 17 dan 18 dan dengan bagian-bagian lain dari korteks. Ia berfungsi untuk pengenalan dan persepsi visual kompleks, asosiasi visual, revisualisasi, diskriminasi ukuran dan bentuk, orientasi ruangan serta peenglihatan warna.

Serabut yang mengurus refleks optic pupil setelah melalui khiasma optic dan traktus optic menyimpang di anterior korpus genikulatum lateral, dan menuju serta bersinaps di nucleus pretektalis di batang otak (setinggi kolikuli superior). Disini ia bersinaps dengan neuron berikutnya yang mengirim serabut ke nucleus Edinger Westphal sisi yang sama dan sisi kontralateral. Dari sini rangsang kemudian diteruskan melalui nervus okulomotorius (N.III) ke sfingter pupil.

Serabut yang mengurusi refleks somatovisual, yaitu refleks pergerakan bola mata dan kepala sebagai jawaban terhadap rangsang visual, menuju kolikulus superior dan kemudian melalui fasikulus medial longitudinal menuju nucleus nervus okulomotorius dan melalui traktus tektospinalis untuk kemudian menginervasi otot-otot skelet. Selain itu kita juga mengenal traktus kortikotektal internus yang datang dari area 18 dan 19 di korteks oksipital melalui radiasi optic dan menuju ke kolikulus superior. Traktus ini juga ikut mengatur refleks dengan jalan berhubungan dengan otot-otot penggerak bola mata dan struktur lainnya.

Keluhan yang berhubungan dengan sistem visual berupa ketajaman penglihatan berkurang, lapang pandang berkurang, ada bercak di dalam lapang pandang yang tidak dapat dilihat (skotoma). Selain itu, fotofobi, yaitu mata mudah silau, takut akan cahaya, yang dapat dijumpai pada penderita meningitis.Sistem non visual

Sistem non visual terdiri dari kelopak mata, sistem lakrimal, konjungtiva dan otot-otot penggerak bola mata. Kelopak mata atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan kornea. Palpebra merupakan alat penutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata dari trauma sinar dan pengeringan bola mata. Gangguan penutupan kelopak akan mengakibatkan keringnya permukaan mata yang dapat menyebabkan keratitis et lagoftalmus.

Sistem lakrimal terdiri atas 2 bagian yaitu, sistem produksi atau glandula lakrimal yang terletak di temporoanterosuperior rongga orbita dan sistem ekskresi yang terdiri atas pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal, dan duktus nasolakrimal. Film air mata sangat berguna untuk kesehatan mata. Untuk melihat adanya sumbatan pada duktus nasolakrimal, maka sebaiknya dilakukan penekanan pada sakus lakrimal. Bila terdapat penyumbatan yang disertai dakriosistitis, maka cairan berlendir kental akan keluar melalui pungtum lakrimal.

Konjungtiva merupakan membrane yang menutupi sclera dan kelopak mata bagian belakang. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel goblet. Musin bersifat membasahi bola mata terutama kornea.

Gerak bola mata yang normal ialah gerak terkonjugasi, yaitu gerak bola mata kiri dan kanan selau bersama-sama, dengan sumbu mata yang sejajar. Disamping itu mata juga melakukan konvergensi yaitu sumbu mata saling berdekatan dan

32

PEMERIKSAAN FISIK MATA

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

B. TINJAUAN PUSTAKA

Page 34: Buku Petunjuk Skill Lab Nss 12 Fix2

menyilang pada objek fiksasi. Otot-otot penggerak bola mata melakukan fungsi ganda tergantung letak dan sumbu penglihatan sewaktu aksi otot.

Terdapat enam otot penggerak bola mata, yaitu :1. m. Oblikus inferior

Dipersarafi N.III, bekerja menggerakkan mata keatas, abduksi dan eksiklotorsi2. m. Oblikus superior

Dipersarafi N.IV, berfungsi menggerakkan bola mata untuk depresi terutama bila mata melihat ke nasal, abduksi dan insiklorotasi.

3. m. Rektus inferiorDipersarafi oleh N.III, berfungsi menggerakkan bola mata depresi, eksiklorotasi dan aduksi.

4. m. Rektus lateralDipersarafi oleh N.VI, dengan fungsi abduksi bola mata.

5. m. Rektus mediusDipersarafi oleh N.III, berfungsi untuk aduksi bola mata

6. m. Rektus superiorDipersarafi oleh N.III, berfungsi pada elevasi, aduksi dan insiklorotasi bola mata.

1. Optotype snellen2. Oftalmoskop3. Tonometer4. Loupe dengan slitlamp5. Kampimeter6. Fluorescein7. Ishihara book8. Papan placido9. Senter10. Kasa dan kapas

I. Inspeksi Pemeriksa duduk berhadapan dengan pasien.

Perhatikan :

Posisi kedua mata (simetris atau tidak) Apakah mata sembab Bagaimana keadaan sekitar orbita Perhatikan alis mata : apakah bagian lateral menipis/rontok Perhatikan apakah kelopak mata dapat menutup dan membuka dengan sempurna Perhatikan konjungtiva palpebra. (membuka mata, menarik palpebra inferior, menekan canthus medialis.) Perhatikan :

1. Adakah ikterus2. Bagaimanakah warna ikterus , kuning kejinggaan atau kehijauan3. Apakah pucat (anemia)4. Apakah kebiruan (sianosis)5. Adakah pigmentasi lain6. Adakah petechie bercak perdarahan atau/white centered spot.7. Apakah ada obstruksi ductus nasolacrimalis.

Pemeriksa duduk di lateral pasien, perhatikan :

Adakah exopthalmos (Dengan penggaris, dibandingkan kanan dan kiri. normal sampai 16 mm dan pasti patologis apabila > 20 mm.)

Simetriskah exopthalmus iniII. Pemeriksaan visus

1. Penderita dan pemeriksa berhadapan. 2. Penderita duduk pada jarak 6 m dari Optotype Snellen, mata yang satu ditutup.

33

C. ALAT DAN BAHAN

D. PROSEDUR TINDAKAN/PELAKSANAAN

Page 35: Buku Petunjuk Skill Lab Nss 12 Fix2

3. Penderita dipersilahkan untuk membaca huruf/gambar yang terdapat pada Optotype, dari yang paling besar sampai pada huruf/gambar yang dapat terlihat oleh mata normal.

4. Apabila penderita tak dapat melihat gambar yang terdapat pada Optotype, maka kita mempergunakan jari kita. 5. Penderita diminta untuk menghitung jari pemeriksa, pada jarak 1 m, 2 m, sampai dengan 6 m. 6. Dalam hal demikian maka visus dari penderita dinyatakan dalam per-607. Apabila penderita tak dapat menghitung jari, maka dipergunakan lambaian tangan pemeriksa pada jarak 1m sampai 6

m8. Dalam hal ini, maka visus penderita dinyatakan dalam per 300.9. Apabila lambaian tangan tak terlihat oleh penderita, maka kita periksa visusnya dengan cahaya (sinar baterai). 10. Untuk ini maka visus dinyatakan dalam per tak terhingga.

III. Pemeriksaan Obligue Illuminasi.1. Penderita duduk di kursi dalam kamar gelap 2. Pemeriksa berdiri di depan penderita.3. Dengan condensing lens, pemeriksa mengarahkan sinar yang datang dari lampu pijar kearah mata penderita. 4. Pemeriksa memakai loupe, memperhatikan :

Conjunctiva, selera, cornea, COA, iris, lensa, pupil adakah Tyndall effect.

IV. Fundus refleks :1. Mata penderita ditetesi dulu dengan midriatikum dan dibiarkan selama 5 menit didalam kamar gelap.2. Pemeriksa dan penderita didalam kamar gelap di samping meja dan lampu pijar pada jarak kurang lebih 50 cm. 3. Sinar yang datang dari lampu dipantulan oleh cermin datar atau cekung, masuk ke pupil penderita.4. Pemeriksa menilai kejernihan : cornea, COA, lensa dan corpus vitreum (media -refrakta ).

Apabila media refrakta jernih, maka dari jauh saja pemeriksa dapat melihat refleksi fundus yang berwarna merah jingga

cemerlang.

V. Pemeriksaan funduscopi :1. Penderita duduk dalam kamar gelap.2. Pemeriksa dengan Oftalmoskop berdiri disamping penderita3. Bila kita akan memeriksa fundus secara ideal maka sebaiknya pupil dilebarkan dulu.4. Bila mata kanan yang penderita akan diperiksa, maka pemeriksa memegang opthalmoscope dengan tangan kanan

dan melihat fundus mata dengan mata kanan pula.5. Pemeriksa memperhatikan :

papila N II : adakah papil oedema, papil atrofi macula lutea pembuluh darah retina

VI. Pemeriksaan Lapangan Pandang.A. Metode konfrontasi

1. Pemeriksa dan penderita saling berhadapan. 2. Satu mata penderita yang akan diperiksa memandang lurus kedepan (kearah mata pemeriksa). 3. Mata yang lain ditutup4. Bila yang akan diperiksa mata kanan, maka mata kanan pemeriksa juga dipejamkan. 5. Tangan pemeriksa direntangkan, salah satu tangan pemeriksa atau kedua tangan pemeriksa digerak-gerakkan dan

penderita diminta untuk menunjuk ke arah tangan yang bergerak (dari belakang penderita).B. Metode Kampimeter

1. Dalam ruang, penderita duduk menghadap kampimeter. 2. Pemeriksa berdiri disamping penderita. 3. Mata penderita yang tak diperiksa ditutup. 4. Mata yang diperiksa berada pada posisi lurus dengan titik tengah kampimeter. Pandangan lurus ke depan (titik

tengah kampimeter).5. Pemeriksa menggerakkan obyek dari perifer menuju ketitik tengah kampimeter. 6. Bila penderita telah melihat obyek tersebut, maka pemeriksa memberi tanda pada kampimeter. 7. Demikian dilakukan sampai 360 derajat sehingga dapat digambarkan lapangan pandang dari mata yang

diperiksa.

VII. Pemeriksaan tonometri :A. Pemeriksaan secara kasar (metode digital)

1. Penderita diminta untuk melirik kebawah.

34

Page 36: Buku Petunjuk Skill Lab Nss 12 Fix2

2. Kedua jari telunjuk kita gunakan untuk pemeriksaan fluktuasi pada bola mata penderitaB. Menggunakan Tonometer dari Schiotz.

1. Persiapan : Mata penderita terlebih dulu ditetesi dengan larutan anestesi lokal.2. Tonometer didesinfeksi dengan dicuci alkohol atau dibakar dengan api spiritus. Penderita tidur telentang,

mata yang akan diperiksa melihat lurus keatas tanpa berkedip. 3. Tonometer diletakkan dengan perlahan-lahan dan hati-hati diatas cornea penderita. 4. Pemeriksa membaca angka yang ditunjuk oleh jarum tonometer. 5. Kemudian pemeriksa melihat pada tabel, dimana terdapat daftar tekanan bola mata.

VIII. Pemeriksaan keseimbangan otot1. Penderita berhadap-hadapan dengan pemeriksa. 2. Corneal refleks : pada orang normal refleksi cahaya pada kornea sama tinggi pada kedua mata.3. Cover test : pada orang normal tak akan ada gerak dari mata, sedang pada penderita strabisnius akan ada gerak dari

mata kearah posisi primer.4. Tes konvergensi : dengan meminta penderita untuk mengikuti ujung vulpen yang kita bawa kearah ujung hidung,

normal terlihat kedua kornea bergerak ke nasal dan pupil menyempit (aksi N. III).5. Gerak-gerak bola mata menuju ke temporal, nasal, kiri atas, kiri bawah, kanan atas dan kanan bawah menunjukkan

aksi dari N. III, N.IV dan N. VI.

IX. Pemeriksaan sistem lakrimalis.A. Menggunakan larutan Fluorescein 3 %

1. Penderita duduk di kursi, pemeriksa disamping penderita2. Mata yang diperiksa ditetesi dengan larutan Fluorescein 3 %. 3. Lubang hidung yang sesuai dengan mata tersebut ditutup dengan kapas putih yang basah. 4. Penderita diminta untuk bersin atau sisi. Bila sistem lakrimalis lancar, maka akan terlihat kapas menjadi berwarna

hijau.B. Menggunakan larutan garam fisiologis

1. Penderita dipersiapkan dulu dengan obat anestesi lokal (Pantocain 0,5%), ditunggu 1-2 menit. 2. Kita ambil larutan garam fisiologis kedalam spuit, lalu dengan jarum tumpul kita masukkan larutan garam tadi

kedalam canalis lacrimalis. 3. Bila lancar, berarti tak ada sumbatan pada sistema lacrimalis.

X. Pemeriksaan dengan Fluorescein untuk Cornea1. Mata yang diperiksa ditetesi dengan larutan Fluorescein 3%2. Penderita diminta untuk berkedip-kedip sebentar. 3. Kemudian mata tersebut dicuci dengan boorwater sampai bersih. 4. Dengan Oblique Illumination dilihat apakah ada warna hijau yang tertinggal pada kornea. 5. Bila ada defek epitel kornea, maka akan terlihat warna hijau menempel pada kornea.

XI. Pemeriksaan sensibilitas kornea ( N.V )Di bagian mata biasanya tes ini dilakukan bila kita curiga adanya Keratitis Herpetika, dimana sensibilitas korneanya menurun.1. Penderita dan pemeriksa saling berhadapan2. Penderita diminta untuk melihat jauh3. Pemeriksa memegang kapas yang dipilih ujungnya dan menyentuh kornea (yang jernih). 4. Perhatikan apakah penderita mengedipkan mata atau mengeluarkan air mata. 5. Bila demikian berarti sensibilitas kornea baik.

XII. Tes Buta WarnaDengan menggunakan buku ishihara, lakukan tes buta warna dengan cara meminta penderita membaca dan menyebutkan angka yang tampak pada setiap halaman buku. Hasil bacaan penderita dikonfirmasikan dengan jawaban yang tersedia untuk menentukan diagnosis.

1. DeGowin RL, Donald D Brown.2000.Diagnostic Examination. McGraw-Hill.USA.2. Ilyas S.1999.Ilmu Penyakit Mata.Balai Penerbit FKUI.Jakarta3. Lumbantobing SM.2000.Neurologi Klinik: Pemeriksaan Fisik dan Mental. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

35

E. DAFTAR PUSTAKA

Page 37: Buku Petunjuk Skill Lab Nss 12 Fix2

Penilaian Keterampilan Pemeriksaan Fisik Mata

Nama :NIM :

No Aspek Yang DinilaiNilai

0 1 21. Menyapa pasien dengan ramah2. Menjelaskan dan meminta persetujuan kepada pasien

tentang tindakan yang akan dilakukan3. Inspeksi orbita dan daerah sekitarnya4. Melakukan pemeriksaan visus menggunakan optotype

snellen5. Melakukan pemeriksaan lapangan pandang

menggunakan tes konfrontasi6. Melakukan pemeriksaan papan placido7. Melakukan pemeriksaan tonometri digital

Pemeriksaan oftalmoskopi8. Melakukan pemeriksaan fundus reflek9. Melakukan pemeriksaan funduskopi

10. Melakukan pemeriksan otot penggerak bola mata11. Melakukan pemeriksaan tes buta warna

TOTAL NILAI

36

Page 38: Buku Petunjuk Skill Lab Nss 12 Fix2

Setelah menjalani sesi, mahasiswa diharapkan mampu :1. Melakukan pemeriksaan fisik telinga dengan benar2. Melakukan pemeriksaan fisik hidung dengan benar3. Melakukan pemeriksaan fisik tenggorok dengan benar

Untuk dapat menegakkan diagnosis suatu kelainan atau penyakit THT, diperlukan kemampuan dan keterampilan melakukan anamnesis dan pemeriksaan organ-organ tersebut.

TelingaKeluhan utama yang sering ditemui pada penderita dengan gangguan telinga berupa :

1. Gangguan pendengaran/tuli2. Suara berdenging (tinnitus)3. Rasa pusing yang berputar (vertigo)4. Rasa nyeri didalam telinga (otalgia)5. Keluar cairan dari telinga (otore)

Gangguan pada telinga dapat terjadi pada satu ataupun kedua telinga, timbul tiba-tiba ataupun bertambah secara bertahap. Gangguan pendengaran dapat terjadi akibat trauma kepala, trauma akustik, infeksi (parotitis, influenza berat dan meningitis) atau sebagai efek samping dari pemakaian obat-obatan yang bersifat ototoksik. Gangguan pendengaran dapat diderita sejak bayi sehingga biasanya disertai juga dengan gangguan bicara dan komunikasi. Gangguan pendengaran biasanya disertai dengan tinnitus pada awalnya, walaupun pada beberapa kasus ketulian dapat terjadi total dan mendadak.Gangguan telinga luar dan telinga tengah dapat menyebabkan tuli konduktif, sedangkan gangguan telinga dalam menyebabkan tuli saraf, mungkin tuli koklea atau tuli retrokoklea. Pada tuli konduktif terdapat gangguan hantaran suara, sedangkan pada tuli saraf terdapat kelainan perseptif dan sensorineural. Tuli campur merupakan kombinasi tuli konduktif dan tuli saraf, dapta merupakan satu penyakit ataupun karena dua penyakit yang berbeda.Vertigo merupakan keluhan gangguan keseimbangan dan rasa ingin jatuh. Perubahan posisi biasanya mempengaruhi kualitas dan kuantitas vertigo. Vertigo biasanya juga disertai dengan keluhan mual, muntah, rasa penuh di telinga dan telinga berdenging yang kemungkinan kelainannya terdapat di labirin atau disertai keluhan neurologis seperti disartri dan gangguan penglihatan sentral. Kadang-kadang keluhan vertigo akan timbul bila ada kekakuan pergerakan otot-otot leher. Penyakit diabetes mellitus, hipertensi, arteriosclerosis, penyakit jantung, anemia, kanker, sifilis dapat menimbulkan keluhan vertigo dan tinnitus.Otalgia biasanya merupakan nyeri alih dari rasa nyeri pada gigi molar, sendi rahang, dasar mulut, tonsil atau tulang servikal. Sedangkan otore dapat berasal dari infeksi telinga luar, namun bila secret banyak dan bersifat mukoid umumnya berasal dari infeksi telinga tengah. Bila secret bercampur darah harus dicurigai adanya infeksi akut berat atau keganasan, dan harus diwaspadai adanya LCS bila cairan keluar seperti air jernih.Hidung

Hidung memiliki fungsi yang penting sebagai jalan nafas, pengatur kondisi udara, penyaring udara, indra penghidu, resonansi suara, turut membantu proses bicara dan refleks nasal. Keluhan utama penyakit atau kelainan hidung dapat berupa sumbatan hidung, secret hidung dan tenggorok, bersin, rasa nyeri di daerah muka dan kepala, perdarahan hidung dan gangguan penghidu. Gangguan penghidu dapat berupa hilangnya penciuman (anosmia) atau berkurang (hiposmia), disebabkan karena adanya kerusakan pada saraf penghidu ataupun karena sumbatan pada hidung.

Sinusitis adalah radang mukosa sinus paranasal, sering dijumpai dengan tanda dan gejala nyeri di daerah dahi, pangkal hidung, pipi dan tengah kepala. Rasa nyeri dapat bertambah bila menundukkan kepala dan dapat berlangsung sampai beberapa hari. Sinusitis yang paling sering ditemukan ialah sinusitis maksilaris, kemudian sinusitis etmoidalis, sinusitis frontalis dan sinusitis sfenoidalis.

TenggorokTenggorok dibagi menjadi faring dan laring. Berdasarkan letaknya faring dibagi atas:

1. Nasofaring2. Orofaring

Dinding posterior faring Fossa tonsil Tonsil

3. Laringofaring (Hipofaring)

37

FISIK DIAGNOSTIK THT

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

B. TINJAUAN PUSTAKA

Page 39: Buku Petunjuk Skill Lab Nss 12 Fix2

Sedangkan fungsi faring terutama untuk respirasi, proses menelan, resonansi suara dan artikulasi. Keluhan di daerah faring umumnya berupa nyeri tenggorok (odinofagi), rasa penuh dahak di tenggorok, rasa ada sumbatan dan sulit menelan (disfagi). Kelainan yang sering dijumpai pada faring yaitu tonsillitis, faringitis, tonsilofaringitis dan karsinoma nasofaring.Laring merupakan bagian terbawah dari saluran nafas bagian atas. Bentuknya menyerupai limas segitiga terpancung, dengan bagian atas lebih besar daripada bagian bawah. Laring berfungsi untuk proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi, menelan, emosi serta fonasi. Fungsi laring untuk proteksi ialah mencegah makanan dan benda asing masuk ke dalam trakea dengan jalan menutup aditus laring dan rima glottis secara bersamaan. Selain itu dengan refleks batuk, benda asing yang telah masuk ke dalam trakea dapat dibatukkan keluar.

Suara parau merupakan gejala penyakit yang khas untuk kelainan tenggorok khususnya laring terkait dengan fungsi fonasi dari laring. Sedangkan lainnya dapat berupa batuk, disfagi, dan rasa ada sesuatu di tenggorok. Kelainan yang sering dijumpai pada laring yaitu laryngitis, paralisa otot laring dan tumor laring.

1. Lampu Kepala 2. Spatel lidah3. Spekulum hidung4. Corong telinga5. Garpu Tala6. Kaca laring

1. Memakai lampu kepala Lampu kepala ditengah-tengah antara kedua mata kanan-kiri 20 – 25 cm (“sekilan” tangan) di depan objek. Fokus jatuh tepat pada organ/bagian yang ingin diperiksa.

2. Duduk berhadapan dengan penderitaKedua kaki penderita rapat, demikian juga kaki pemeriksa : kaki-kaki pemeriksa sejajar dengan kaki-kaki penderita. Jangan menjepit kaki penderita diantara kaki pemeriksa Inspeksi muka

Lihat muka penderita dari depan, kalau dipandang perlu juga dari samping kanan dan kiri. Perhatikan bentuk muka, hidung, bentuk kedudukan dan letak kedua telinga kanan-kiri.

Palpasi sinus para nasal Pegang kepala penderita dengan kedua tangan di kanan dan kiri kepala penderita; ibu jari di depan, jari-jari lain di belakang kepala. Tekan dengan ibu jari kanan dan kiri. Bandingkan nyeri tekan kanan dengan kiri

3. Memangku penderita (anak kecil)Anak dipangku, tangan kiri memegang/menahan kepala (dagu) anak; tangan kanan memegang kedua tangan anak. Kedua kaki anak dijepit kaki pemangku. Teknik ini untuk melihat bagian depan dan bagian samping kanan. Untuk melihat bagian samping kiri, tangan kanan memegang dahi (sebaliknya).

4. Memeriksa faringTangan kanan memegang spatel, tangan kiri memegang/menahan tengkuk/belakang kepala penderita. Spatel diletakkan untuk menahan lidah (jangan menekan keras). Memeriksa : cavum oris dan gigi, orofaring : tonsil, palatum molle, dinding belakang faring. Perhatikan warna, bengkak, tumor, gerakan.

5. Memeriksa hidung Pemeriksaan Hidung Luar dilakukan dengan cara inspeksi dan palpasi. Kelainan-kelainan yang mungkin didapat adalah Kelainan kongenital seperti agenesis hidung, hidung bifida, atresia nares anterior. Radang, misal selulitis, infeksi spesifik Kelainan bentuk, misal saddle nose, hidung betet (hump). Kelainan akibat trauma TumorRinoskopi Anterior adalah pemeriksaan rongga hidung dari depan dengan memakai spekulum hidung. Tangan kiri memegang speculum dengan ibu jari (di atas/depan) dan jari telunjuk (dibawah/belakang) pada engsel speculum. Jari tengah diletakan dekat hidung, sebelah kanan untuk fiksasi. Jari manis dan kelingking membuka dan menutup spekulum. Speculum dimasukkan tertutup ke dalam vestibulum nasi setelah masuk baru dibuka. Tangan kanan bebas : dapat membantu memegang alat-alat pinset dan kait dsb, menahan kepala dari belakang/tengkuk atau mengatur sikap kepala. Melebarkan nares anterior dengan meregangkan ala nasi. Melihat jelas dengan menyisihkan rambut hidung.Hal-hal yang harus diperhatikan pada rinoskopi anterior :

38

D. PROSEDUR TINDAKAN/PELAKSANAAN

C. ALAT DAN BAHAN

Page 40: Buku Petunjuk Skill Lab Nss 12 Fix2

Mukosa. Dalam keadaaan normal berwarna merah muda, pada radang berwarna merah, pada alergi pucat atau kebiruan (livid)

Septum. Normalnya terletak ditengah dan lurus, perhatikan apakah terdapat deviasi, krista, spina, perforasi, hematoma, abses, dll.

Konka. Perhatikan apakah konka normal (eutrofi), hipertrofi, hipotrofi atau atrofi Sekret. Bila ditemukan sekret perhatikan jumlah, sfat dan lokalisasinya Massa.

6. Pemeriksaan telinga Duduk berhadapan dengan penderita.Inspeksi dan palpasi. Amati telinga luar apakah terdapat kelainan/abnormalitas. Palpasi dengan penekanan pada tragus, aurikula, dan os. Mastoideus di posterior aurikula. Perhatikan adanya nyeri tekan, kemungkinan otitis eksterna dan mastoiditis. Otoskopi. Tangan kiri, jari tengah dan jari kelingking memegang bagian atas daun telinga dan menariknya ke superoposterior. Tangan kanan memasukkan corong telinga ke dalam kanalis auditorius eksterna. Corong kemudian dipegang dengan tangan kiri, ibu jari dan jari telunjuk mengamati telinga luar dan sekitarnya. Memeriksa kanalis auditorius eksterna dan membrana timpani.

7. Pemeriksaan pendengaran dengan garpu talaa. Rinne Garpu tala (frekuensi 256/512) digetarkan. Tangkai garpu tala diletakkan di processus mastoid penderita. Bila penderita tidak mendengar suara lagi, kaki garpu tala didekatkan di depan liang telinga penderita kira-kira 2,5 cm. Bila masih terdengar disebut Rinne (+), bila tidak terdengar disebut Rinne (-).b. Weber Garpu tala digetarkan kemudian tangkainya diletakkan di tengah garis kepala (vertex, dahi, pangkal hidung, tengah-tengah gigi seri, atau di dagu) penderita. Apabila bunyi garputala terdengar lebih keras pada salah satu telinga disebut weber lateralisasi ke telinga tersebut. Bila tidak dapat dibedakan ke arah mana bunyi terdengar lebih keras dikatakan weber tidak ada lateralisasi. c. Schwabach Garpu tala digetarkan, kemudian tangkai garpu tala diletakkan pada processus mastoid pemeriksa, bila telah tidak terdengar diletakkan pada penderita atau sebaliknya. (dianggap pemeriksa normal). Apabila penderita masih mendengar meskipun pemeriksa sudah tidak mendengar berarti Schwabach memanjang. Apabila pemeriksa masih mendengar meskipun tidak lagi terdengar oleh penderita berarti Schawach memendek.

Tes Rinne Tes Weber Tes Schwabach DiagnosisPosittif Lateralisasi (-) Sama dengan

pemeriksaNormal

Negatif Lateralisasi ke telinga yang sakit

Memanjang Tuli konduktif

Positif Lateralisasi ke telinga yang sehat

Memendek Tuli sensorineural

Catatan : Pada tuli konduktif < 30 dB, Rinne bisa masih positif

8. Pemeriksaan keseimbangan. Akan dibicarakan pada materi neurologi.

1. Buku Ajar Ilmu Penyakit THT. Ed.3.1998. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.2. DeGowin RL, Donald D Brown.2000.Diagnostic Examination. McGraw-Hill.USA.3. Lumbantobing SM.2000.Neurologi Klinik: Pemeriksaan Fisik dan Mental. Balai Penerbit FKUI. Jakarta

39

E. DAFTAR PUSTAKA

Page 41: Buku Petunjuk Skill Lab Nss 12 Fix2

Penilaian Keterampilan Pemeriksaan THT

Nama :NIM :

No Aspek yang dinilai SKOR0 1 2

1 Menyapa dan memperlakukan pasien dengan ramah dan sopan2 Menjelaskan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan dan

meminta persetujuan pasien3 Menggunakan sumber cahaya (lampu kepala) 4 Mengarahkan cahaya/ sinar ke daerah pemeriksaan5 Mengatur posisi pemeriksa dan penderita (kaki kanan pemeriksa

bertemu kaki kanan penderita atau sebaliknya)6 Melakukan inspeksi daun telinga dan jaringan sekitarnya (regio pre

dan retro aurikuler)7 Melakukan palpasi pada tragus dan daerah retroaurikuler 8 Melakukan inspeksi liang telinga dengan mengatur posisi aurikula

(dewasa: ditarik ke belakang atas; anak: ditarik ke belakang bawah)9 Menggunakan otoskop (untuk memeriksa telinga kanan penderita,

otoskop dipegang tangan kanan begitu sebaliknya)10 Memasukan spekulum otoskop dengan lembut ke dalam liang

telinga11 Tangan yang memegang otoskop bersandar pada kepala penderita;

tangan yang tidak memegang mengatur posisi aurikula12 Mengarahkan spekulum otoskop ke arah anterior, kemudian

menilai membran tympani (cone of light membran tympani)13 Melakukan pemeriksaan garpu tala Rinne

a. Garputala digetarkanb.Meletakkkan tangkai garputala di proc.mastoideus pasien, hingga

pasien tidak mendengar suara lagic. Mendekatkan tangkai garputala di depan liang telinga pasien kira-

kira 2,5 cmd. Interpretasi hasil (+) atau ( - )e. -CHL

-SNHL-Normal

14 Melakukan pemeriksaan garpu tala Weber a.Garputala digetarkan

b. Meletakkan tangkai garputala pada vertex/glabella/tengah incisivus pasien

c. Meminta pasien untuk membandingkan suara garputala terdengar lebih keras pada salah satu telinga atau sama keras

d.Interpretasi terdapat lateralisasi atau tidake.–CHL

-SNHL-Normal

15 Melakukan pemeriksaan garpu tala Schwabacha.Garputala digetarkan

b. Meletakkan garputala pada proc. Mastoideus pasien, hingga pasien tidak mendengar suara lagi

c. Meletakkan garputala pada proc. Mastoideus pemeriksad.Interpretasi apakah sama dengan pemeriksa, memanjang, atau

memendeke.Melakukan sebaliknya (meletakkan garputala pada

proc.Mastoideus pemeriksa)f. –CHL

-SNHL-Normal

16 Kesimpulan dari ketiga pemeriksaan garputala

40

Page 42: Buku Petunjuk Skill Lab Nss 12 Fix2

- CHL- SNHL- Normal

17 Melaporkan/ menulis hasil pemeriksaanTOTAL NILAI

41

Page 43: Buku Petunjuk Skill Lab Nss 12 Fix2

JADWAL BLOK NSS TA 2011/2012MINGGU 1

HariWaktu

Senin5 Maret 2012

Selasa6 Maret 2012

Rabu7 Maret 2012

Kamis8 Maret 2012

Jumat9 maret 2012

07.00-07.50 Kontrak pembelajaran(Tim NSS) Kuliah anatomi SSP&SST

(dr.Agus BS, Sp.BS)

Skill lab kelas besar Anamnesis&pemeriksaan

fisik SSP (dr.Tutik E, Sp.S)

Kuliah saraf kesadaran,ensefalopati (HT,metabolik),koma(dr.Muttaqien P, Sp.S)

Kuliah saraf SNH (TIA,RIND,infark)&SH(dr.Bambang SD,Sp.S)08.00-08.50 Kuliah anatomi embriologi SSP

(dr.Lantip R,M.Si.M.ed)09.00-09.50

Kuliah fisiologi SSP(dr.Tutik E, Sp.S)

Kuliah saraf neoplasma (dr.Muttaqien P, Sp.S) PBL 1.2

10.00-10.50 Kuliah histologi SSP(dr.Evy S,M.Sc)

Kuliah saraf lesi kranial dan batang otak

(dr.Tutik E, Sp.S)11.00-11.50 Istirahat PBL 1.1

Istirahat + sholat Jumat12.00-12.50 Istirahat Istirahat13.00-13.50 Kuliah anak kelainan kongenital

SSP(dr.Hartono,Sp.A)

Skill lab saraf I(kel.1-7)

Kuliah pengantar bedah saraf (dr.Agus BS,Sp.BS)

Skill lab saraf 1(kel.8-14)14.00-14.50

15.00-15.50 Kuliah biokimia saraf (Dr.Saryono) Praktikum Anatomi 1.APraktikum Histologi 1.B,C

Praktikum Anatomi 1.CPraktikum Histologi 1.D,A

Praktikum Anatomi 1.B Praktikum Anatomi 1.D16.00-16.50

MINGGU IIHari

WaktuSenin

12 Maret 2012Selasa

13 Maret 2012Rabu

14 Maret 2012Kamis

15 Maret 2012Jumat

16 Maret 201207.00-07.50

Kuliah bedah saraf cedera kepala(dr.Agus BS,Sp.BS)

Kuliah saraf trigeminal neuralgia (dr.Untung G,Sp.S)

Kuliah saraf brain death(dr.Muttaqien P, Sp.S) Kuliah saraf infeksi

(dr.Bambang SD,Sp.S)

Kuliah RM Rehabilitasi Ggn Neurologi anak

(dr.Wati ,Sp.RM)08.00-08.50 Kuliah saraf parkinson(dr.Muttaqien P, Sp.S) Kuliah radiologi kelainan

SSP I(dr.Markus BR,Sp.Rad)

09.00-09.50 Kuliah PA SSP(lesi neoplastik)

(dr.Dody N,Sp.PA)Kuliah PA SSP lesi non

neoplastik(dr,Hidayat S, Sp.PA)

Kuliah saraf tumor medula spinalis (dr.Bambang

SD,Sp.S)PBL 2.2

10.00-10.50

Skill lab saraf 2(kel.1-7)

Kuliah forensik vehicle injury (dr,Zaenuri

S.H,Sp.KF)11.00-11.50 Kuliah mikrobiologi mikroba pada

kelainan SSP (Dra.IDSAP Peramiarti, M.Kes)

Kuliah PK pungsi lumbal (dr.Dharma K,Sp.PK) PBL 2.1 Istirahat + sholat Jumat

12.00-12.50 Istirahat Istirahat13.00-13.50 Istirahat Kuliah saraf TTH,migrain,cluster

headache,cranial arteritis (dr.Untung G,Sp.S)

PBL 1.3 Skill lab saraf 2(kel. 8-14)

Kuliah farmakologi obat-obatan SSP I(dr.Setiawati)

14.00-14.50 Kuliah anak Gangguan tumbuh kembang SSP (dr.Hartono,Sp.A)

42

Page 44: Buku Petunjuk Skill Lab Nss 12 Fix2

15.00-15.50 Praktikum Anatomi 2.APraktikum Histologi 2.B,C

Praktikum Anatomi 2.CPraktikum Histologi 2.D,A

Praktikum Anatomi 2.B Praktikum Anatomi 2.D

MINGGU IIIHari

WaktuSenin

19 Maret 2012Selasa

20 Maret 2012Rabu

21 Maret 2012Kamis

22 maret 201207.00-07.50

Kuliah saraf epilepsi(dr.Bambang SD,Sp.S)

Kuliah RM rehabilitasi pada Gangguan saraf(dr.Wati,Sp.RM)

Kuliah saraf demensia,amnesia,afasia(dr.Muttaqien P, Sp.S)

Kuliah saraf lesi transversal(dr.Untung G,Sp.S)

08.00-08.50 Kuliah parasitologi parasit pada kelainan SSP

(dr.Lieza D,M.Kes)

Kuliah anak infeksi SSP(dr.Nur Faizah,Sp.A)

Kuliah pediatri konvulsi(dr.Nur Faizah,Sp.A)09.00-09.50

UTK I 10.00-10.50

Skill lab saraf 3(kel. 1-7)

Kuliah farmakologi obat-obatan SSP II(dr.Setiawati)

HNP(dr.Tutik E, Sp.S)11.00-11.50

PBL 2. 3 PBL 3.1

12.00-12.50 Istirahat Istirahat13.00-13.50

Praktikum Farmakologi BPraktikum mikro A

Praktikum Farmakologi DPraktikum Mikro C

Kuliah bedah saraf cedera vertebra & MS

(dr.Agus BS, Sp.BS)

Skill lab saraf 3(kel 8-14)14.00-14.50

15.00-15.50 Praktikum Anatomi 3.CPraktikum mikro D

Praktikum Anatomi 3.APraktikum Mikro B

Praktikum Anatomi 3.BPraktikum Farmakologi A

Praktikum Anatomi 3.DPraktikum Farmakologi C16.00-16.50

MINGGU IVHari

WaktuSenin

26 Maret 2012Selasa

27 Maret 2012Rabu

28 Maret 2012Kamis

29 Maret 2012Jumat

30 Maret 201207.00-07.50 Penyakit neuromuskuler &

neuropati(dr.Tutik E, Sp.S)

Kuliah saraf vertigo vestibuler & nonvestibuler

(dr.Untung G,Sp.S)

Kuliah RM rehabilitasi pada kelainan tulang

belakang & nyeri(dr.Wati,Sp. RM)

Kuliah fisiologi penglihatan(dr.Teguh Anamani,Sp.M)

Kuliah skill mata anamnesis & pemeriksaan

fisik mata(dr.Wahid Heru,Sp.M)08.00-08.50 Kuliah radiologi vertebra & MS

(dr.Markus BR, Sp.Rad) Skill lab radiologi(dr.Markus BR,Sp.Rad)

09.00-09.50

Kuliah anatomi organ penglihatan (dr.Nasid

Abdulah)

Kuliah mata sistem lakrimalis

(dr.Sjarif Djati,Sp.M)PBL 5.1

10.00-10.50 Kuliah saraf vertebra & medula spinalis

(dr.Untung G,Sp.S)PBL 4.1

Kuliah mata palpebra(dr.Sjarif Djati,Sp.M)

11.00-11.50PBL 3.2

Kuliah histologi organ penglihatan

(dr.Evy S,M.Sc)

Skill lab saraf 4(Kel.8-14)

Istirahat + sholat Jumat12.00-12.50 Istirahat

13.00-13.50 Praktikum Fisiologi A&B Praktikum Fisiologi C&D PBL 4.2 Istirahat Skill lab indera I (mata)

43

Page 45: Buku Petunjuk Skill Lab Nss 12 Fix2

Praktikum PA 1 C&D Praktikum PA 1 A&B (Kel.4-6)14.00-14.50 Skill lab indera I (mata)(Kel 1-3)15.00-15.50 Skill lab saraf 4

(Kel.1-7)Skill lab indera I (mata)

(Kel.7-9)16.00-16.50

MINGGU VHari

WaktuSenin

2 April 2012Selasa

3 April 2012Rabu

4 April 2012Kamis

5 April 201207.00-07.50 Kuliah mata kornea & sklera

Kuliah mata konjungtiva(dr.Sjarif Djati,Sp.M)

Kuliah mata lensa & katarak(dr.Wahid Heru,Sp.M)

Kuliah mata muscle balance(dr.Dian Isworo,Sp.M)

Kuliah mata pediatri oftalmologi

(dr.Dian Isworo,Sp.M)08.00-08.50 Kuliah mata glaukoma(dr.Wahid Heru,Sp.M)

Kuliah mata neurooftalmologi(dr.Dian Isworo,Sp.M)

09.00-09.50

UTK 2

Kuliah mata traumatologi(dr.Teguh Anamani,Sp.M)

Fisiologi dan anatomi Pendengaran ,Anamnesis dan

pemeriksaan fisik THT, Sp(dr.Anton BD, Sp.THT)

Kuliah mata uvea & vitreous humour

(dr.Tuti S,Sp.M)10.00-10.50 Kuliah farmakologi obat-obatan

mata (dr.Setiawati) PBL 6.211.00-11.50 Skill lab indera I (mata)(kel.13-14)12.00-12.50 Istirahat Istirahat

13.00-13.50 Kuliah mata neoplasma(dr.Teguh Anamani,Sp.M) PBL 6.1

Praktikum Anatomi 4 D,APraktikum Histologi 3 B,C

14.00-14.50PBL 5.2

Praktikum Anatomi 4 B,CPraktikum Histologi 3 D,A15.00-15.50 Skill lab indera I (mata)

(kel.10-12)16.00-16.50

MINGGU VIHari

WaktuSenin

9 April 2012Selasa

10 April 2012Rabu

11 April 2012Kamis

12 April 2012Jumat

13 April 201207.00-07.50 Kuliah mata refraksi

(dr.Teguh Anamani,Sp.M) Kuliah THT telinga luar (dr.Nur Mei, Sp.THT) Kuliah THT telinga tengah I

(dr.Nur Mei,Sp.THT)Kuliah THT telinga

dalam,vestibuler,n.fascialis(dr.Anton BD, Sp. THT)

Kuliah audiologi (dr.Supriyo,Sp.THT)08.00-08.50 Kuliah mata retina

(dr.Tuti S,Sp.M) Kuliah radiologi mata & THT(dr.Markus BR,Sp.Rad)

Kuliah THT telinga tengah II(dr.Nur Mei,Sp.THT)

09.00-09.50 Kuliah mata oftalmologi komunitas

(dr.Tuti S,Sp.M)Kuliah PA mata & telinga

(dr.Hidayat S, Sp.PA)PBL 7.1 PBL 7.2

10.00-10.50

Skill lab indera 2 (telinga)(Kel. 1-4)

11.00-11.50

PBL 6.3

Kuliah farmakologi obat-obatan telinga(dr.Setiawati)

Pengantar OPE Istirahat + sholat Jumat

12.00-12.50 Istirahat istirahat

44

Page 46: Buku Petunjuk Skill Lab Nss 12 Fix2

13.00-13.50 IstirahatPraktikum Anatomi 5 A,B

Praktikum PA 2C&D

Praktikum Anatomi 5 C,DPraktikum PA 2

A&B

Skill lab indera 2 (telinga)(kel.5-8)

Skill lab indera 2 (telinga)(kel.13-14)14.00-14.50

Kuliah histologi organ pendengaran(dr.Evy S, M.Sc)15.00-15.50 Skill lab indera 2 (telinga)

(kel. 9-12)MINGGU VII

HariWaktu

Senin16 April 2012

Selasa17 April 2012

Rabu18 April 2012

Kamis19 April 2012

Jumat20 April 2012

07.00-07.50

OPE UTK 3

08.00-08.50Ujian identifikasi

HistologiFisiologi

Farmakologi

Ujian Identifikasi :Anatomi

MikrobiologiPA

SOCA09.00-09.5010.00-10.50

11.00-11.50 Sosialisasi Ujian12.00-12.50 Istirahat13.00-13.50

PBL 7.3 Diskusi perceptor OPE Remidi UTK I Remidi UTK II SOCA14.00-14.5015.00-15.5016.00-16.50

MINGGU VIIIHari

WaktuSenin

23 April 2012Selasa

24 April 2012Rabu

25 April 2012Kamis

26 April 2012Jumat

27 April 201207.00-07.5008.00-08.50

OSCE OSCE REMIDI SOCA REMIDI OSCE

REMIDI IDENTAnatomi

MikrobiologiPA

09.00-09.5010.00-10.5011.00-11.5012.00-12.50 istirahat Istirahat istirahat istirahat Istirahat13.00-13.50

OSCE REMIDI UTK III REMIDI SOCA REMIDI OSCE

REMIDI IDENTHistologiFisiologi

Farmakologi

45

Page 47: Buku Petunjuk Skill Lab Nss 12 Fix2

JADWAL SKILL LAB BLOK NSS TA 2011/2012

Kode Tutor :JM = Joko Mulyanto, AL = Alfi Muntafiah, AN = Arini Nur Famila, DK = Diah Krisnansari, DW= Dwi Adi Nugroho, ES = Evy Sulistyoningrum, EP = Edy Priyanto, MA = Madya

Ardi, KM = Khusnul Muflikhah, MF = Miko Ferine, MS = Mustofa, NA = Nasid Abdullah, SW = Setiawati, TL = Tri Lestari

46

Hari/Tanggal Waktu Kegiatan Kelompok1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Rabu,7 Maret 2012

13.00 – 14.40

Pemeriksaan Meningeal Sign JM AL

OFFPemeriksaan Saraf Kranialis DK DWPemeriksaan Reflek Fisiologis & Patologis KM MSPemeriksaan Keseimbangan & Koordinasi ES

Jum’at,9 Maret 2012

13.00 – 14.40

Pemeriksaan Meningeal Sign

OFF

ALPemeriksaan Saraf Kranialis MA SWPemeriksaan Reflek Fisiologis & Patologis KM MSPemeriksaan Keseimbangan & Koordinasi EP NA

Rabu,14 Maret 2012

10.00 – 11.40

Pemeriksaan Meningeal Sign JM

OFFPemeriksaan Saraf Kranialis DW DKPemeriksaan Reflek Fisiologis & Patologis KM MSPemeriksaan Keseimbangan & Koordinasi ES MF

Kamis,15 Maret 2012

13.00 – 14.40

Pemeriksaan Meningeal Sign

OFF

AN TLPemeriksaan Saraf Kranialis DWPemeriksaan Reflek Fisiologis & Patologis JM ALPemeriksaan Keseimbangan & Koordinasi EP NA

Senin,19 Maret 2012

10.00 – 11.40

Pemeriksaan Meningeal Sign AN TL

OFFPemeriksaan Saraf Kranialis DKPemeriksaan Reflek Fisiologis & Patologis AL JMPemeriksaan Keseimbangan & Koordinasi ES MF

Kamis,22 Maret 2012

13.00 – 14.40

Pemeriksaan Meningeal Sign

OFF

AN TLPemeriksaan Saraf Kranialis MA SWPemeriksaan Reflek Fisiologis & Patologis MSPemeriksaan Keseimbangan & Koordinasi EP NA

Rabu,28 Maret 2012

15.00 – 16.40

Pemeriksaan Meningeal Sign JM AL

OFFPemeriksaan Saraf Kranialis DK DWPemeriksaan Reflek Fisiologis & Patologis KMPemeriksaan Keseimbangan & Koordinasi ES EP

Kamis29 Maret 2012

11.00-12.40

Pemeriksaan Meningeal Sign

OFF

AN TLPemeriksaan Saraf Kranialis MA SWPemeriksaan Reflek Fisiologis & Patologis JM ALPemeriksaan Keseimbangan & Koordinasi NA

Kamis, 29 Maret 2012 14.00 – 15.40 Pemeriksaan Mata DK KM MSJum’at,

30 Maret 201213.00 – 14.40 Pemeriksaan Mata DK MA SW15.00 – 16.40 Pemeriksaan Mata DW KM MS

Selasa, 3 April 2012 15.00 – 16.40 Pemeriksaan Mata DW MA SWRabu,4 April 2012 11.00 - 12.40 Pemeriksaan Mata MA SW

Selasa, 10 April 2012 10.00 - 11.40 Pemeriksaan Telinga EP MF NA ANKamis,

12 April201213.00 - 14.40 Pemeriksaan Telinga MF EP TL15.00 - 16.40 Pemeriksaan Telinga ES MF NA AN

Jum’at, 13 April 2012 13.00 - 14.40 Pemeriksaan Telinga ES MF TL

Page 48: Buku Petunjuk Skill Lab Nss 12 Fix2

JADWAL SKILLS LAB BLOK NSS 2011/2012

No Nama Tutor Hari/tanggal Waktu Kegiatan Klmpk1 Dr.Joko Mulyanto,M.Sc Rabu, 7 Maret 2012 13.00-14.40

Px. Meningeal Sign1

Rabu, 14 Maret 2012 10.00-11.40 7Kamis, 15 Maret 2012 13.00-14.40

Px.Refleks Fisiologis&patologis8

Senin, 19 Maret 2012 10.00-11.40 2Rabu, 28 Maret 2012 15.00-16.40 Px. Meningeal Sign 3Kamis, 29 Maret 2012 11.00-12.40 Px.Refleks Fisiologis&patologis 12

2 Dr.Evy S,M.Sc Rabu, 7 Maret 2012 13.00-14.40

Px.Keseimbangan&koordinasi

7Rabu, 14 Maret 2012 10.00-11.40 5Senin, 19 Maret 2012 10.00-11.40 3Rabu, 28 Maret 2012 15.00-16.40 1Kamis, 12 april 2012 15.00-16.40

Pemerik saan Telinga8

Jum’at, 13 April 2012 13.00-14.40 123 Dr. Edy Priyanto, Sp.OG Jum’at, 9 Maret 2012 13.00-14.40

Px.Keseimbangan&koordinasi

12Kamis, 15 Maret 2012 13.00-14.40 10Kamis, 22 Maret 2012 13.00-14.40 8Rabu, 28 Maret 2012 15.00-16.40 2Selasa, 10 April 2012 10.00-11.40

Pemerik saan Telinga1

Kamis, 12 april 2012 13.00-14.40 64 Dr.Diah Krisnansari,M.Kes Rabu, 7 Maret 2012 13.00-14.40

Px. Saraf Kranialis

3Rabu, 14 Maret 2012 10.00-11.40 2Senin, 19 Maret 2012 10.00-11.40 7Rabu, 28 Maret 2012 15.00-16.40 5Kamis, 29 Maret 2012 14.00-15.40

Pemeriksaan Mata1

Jum’at, 30 Maret 2012 13.00-14.40 45 Dr.Nasid Abdullah Jum’at, 9 Maret 2012 13.00-14.40

Px.Keseimbangan&koordinasi

13Kamis, 15 Maret 2012 13.00-14.40 11Kamis, 22 Maret 2012 13.00-14.40 9Kamis, 29 Maret 2012 11.00-12.40 14Selasa, 10 April 2012 10.00-11.40

Pemerik saan Telinga3

Kamis, 12 April 2012 15.00-16.40 106 Dr.Mustofa,M.Sc Rabu, 7 Maret 2012 13.00-14.40

Px.Refleks Fisiologis&patologis

6Jum’at, 9 Maret 2012 13.00-14.40 11Rabu, 14 Maret 2012 10.00-11.40 4Kamis, 22 Maret 2012 13.00-14.40 14Kamis,29 Maret 2012 14.00-15.40

Pemeriksaan Mata3

Jum’at, 30 Maret 2012 15.00-16.40 97 Dr.Miko Ferine Rabu, 14 Maret 2012 10.00-11.40

Px.Keseimbangan&koordinasi6

Senin, 19 Maret 2012 10.00-11.40 4Selasa, 10 April 2012 10.00-11.40

Pemerik saan Telinga

2Kamis, 12 April 2012 13.00-14.40 5Kamis, 12 April 2012 15.00-16.40 9Jum’at, 13 April 2012 13.00-14.40 13

8 Dr.Madya Ardi W,M.Kes Jum’at, 9 Maret 2012 13.00-14.40Px. Saraf Kranialis

8Kamis, 22 Maret 2012 13.00-14.40 12Kamis, 29 Maret 2012 11.00-12.40 10Jum’at, 30 Maret 2012 13.00-14.40

Pemeriksaan Mata5

Selasa, 3 April 2012 15.00-16.40 11Rabu, 4 April 2012 11.00-12.40 13

9 Dr.Khusnul Muflikhah Rabu, 7 Maret 2012 13.00-14.40

Px.Refleks Fisiologis&patologis

5Jum’at, 9 Maret 2012 13.00-14.40 10Rabu, 14 Maret 2012 10.00-11.40 3Rabu, 28 Maret 2012 15.00-16.40 7Kamis,29 Maret 2012 14.00-15.40

Pemeriksaan Mata2

Jum’at, 30 Maret 2012 15.00-16.40 810 Dr.Setiawati Jum’at, 9 Maret 2012 13.00-14.40

Px. Saraf Kranialis9

Kamis, 22 Maret 2012 13.00-14.40 13Kamis, 29 Maret 2012 11.00-12.40 11Jum’at, 30 Maret 2012 13.00-14.40

Pemeriksaan Mata6

Selasa, 3 April 2012 15.00-16.40 12Rabu, 4 April 2012 11.00-12.40 14

47

Page 49: Buku Petunjuk Skill Lab Nss 12 Fix2

11 Dr.Alfi Muntafiah Rabu, 7 Maret 2012 13.00-14.40Px. Meningeal Sign

2Jum’at, 9 Maret 2012 13.00-14.40 14Kamis, 15 Maret 2012 13.00-14.40

Px.Refleks Fisiologis&patologis9

Senin, 19 Maret 2012 10.00-11.40 1Rabu, 28 Maret 2012 15.00-16.40 Px. Meningeal Sign 4Kamis, 29 Maret 2012 11.00-12.40 Px.Refleks Fisiologis&patologis 13

12 Dr.Arini Nur Famila Kamis, 15 Maret 2012 13.00-14.40

Px. Meningeal Sign

12Senin, 19 Maret 2012 10.00-11.40 5Kamis, 22 Maret 2012 13.00-14.40 10Kamis, 29 Maret 2012 11.00-12.40 8Selasa, 10 April 2012 10.00-11.40

Pemerik saan Telinga4

Kamis, 12 April 2012 15.00-16.40 1113 Dr.Dwi Adi Nugroho Rabu, 7 Maret 2012 13.00-14.40

Px. Saraf Kranialis

4Rabu, 14 Maret 2012 10.00-11.40 1Kamis, 15 Maret 2012 13.00-14.40 14Rabu, 28 Maret 2012 15.00-16.40 6Jum’at, 30 Maret 2012 15.00-16.40

Pemeriksaan Mata7

Selasa, 3 April 2012 15.00-16.40 1014 Dr.Tri Lestari Kamis, 15 Maret 2012 13.00-14.40

Px. Meningeal Sign

13Senin, 19 Maret 2012 10.00-11.40 6Kamis, 22 Maret 2012 13.00-14.40 11Kamis, 29 Maret 2012 11.00-12.40 9Selasa, 10 April 2012 10.00-11.40

Pemerik saan Telinga7

Jum’at, 13 April 2012 13.00-14.40 14

TRAINER SKILL LAB CADANGANNO NAMA TRAINER JENIS SKILL LAB

1. Dr. Wiwiek FaturochmahPemeriksaan Meningeal signPemeriksaan Reflek Fisiologis & Patologis

2. Dr. Vidya DewantariPemeriksaan Keseimbangan & KoordinasiPemeriksaan Mata

3. Dr. Viva Ratih Bening AtiPemeriksaan Saraf KranialisPemeriksaan Telinga

48

Page 50: Buku Petunjuk Skill Lab Nss 12 Fix2

DAFTAR KELOMPOK PBL, SKILL LAB & OPE LAPANGAN (DAFTAR NAMA TUTOR DIBAWAH INI MERUPAKAN TUTOR

PBL & OPE LAPANGAN U/ TRAINER SKILL LAB LIHAT DI JADWAL SKILL LAB)

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

TUTOR: dr. Agung Saprasetya D.L, MSc.PH TUTOR: dr. Evy Sulistyoningrum, MSc

NO NIM NAMA NO NIM NAMA

1 G1A009016 BUNGA 1 G1A009051 SUDJATI ADHINUGROHO

2 G1A009020 DERA FAKHRUNNISA 2 G1A009061 TRI SEJATI RAHMAWATI

3 G1A009033 BAGUS SANJAYA H. 3 G1A009065 SISKA LIA KISDIYANTI

4 G1A009037 AYU ASTRINI N PS 4 G1A009066 SYLVIANA KUSWANDI

5 G1A009059 KARINA ADZANI HERMA 5 G1A009075 AISYAH NUR AINI

6 G1A009073 RAHMI LAKSITARUKMI 6 G1A009090 SAIDATUN NISA

7 G1A009078 AMRINA A F 7 G1A009101 FAIDH HUSNAN

8 G1A009084 TITIYAN HERBIYANTO NUGROHO 8 G1A009123 RENDHA FATIMA RYSTA

9 G1A009094 SURYO ADI KUSUMO B. 9 G1A009134 FIRMAN PRANOTO

10 K1A006112 WIDHITYA S. P 10 G1A007064 AJAR P

11 G1A008115 ANDHITA CHAIRUNNISA

KELOMPOK 3 KELOMPOK 4

TUTOR: dr. Diah Krisnansari, MSi TUTOR: dr. Joko Mulyanto, MSc

NO NIM NAMA NO NIM NAMA

1 G1A009015 SARAH MAULINA OKTAVIA 1 G1A009009 GOHLENA RAJA NC

2 G1A009019 DIKODEMUS GINTING 2 G1A009018 ISTIANI DANU PURWANTI

3 G1A009034 DIAS ISNANTI 3 G1A009023 PRASASTIE GITA W.

4 G1A009048 PRABAWA YOGASWARA 4 G1A009031 DAVID SANTOSO

5 G1A009052 FEMY INDRIANI 5 G1A009044 FAMILA

6 G1A009103 RADITA IKAPRATIWI 6 G1A009064 ALFIAN TAGAR A.D

7 G1A009106 ESTI SETYANINGSIH 7 G1A009080 HERLINDA YUDI SAPUTRI

8 G1A009119 BENZA ASA DICARAKA 8 G1A009088 DHYAKSA CAHYA P

9 G1A009128 WINDA TRYANI 9 G1A009081 RAHMA DEWI A.

10 G1A008018 ELIS MA'RIFAH 10 G1A009085 SEMBA ANGGEN RACHMANI

11 G1A009137 M. KALIOBAS

49

Page 51: Buku Petunjuk Skill Lab Nss 12 Fix2

KELOMPOK 5 KELOMPOK 6TUTOR: dr. Mustofa, MSc TUTOR: dr. Nasid Abdullah

NO NIM NAMA NO NIM NAMA

1 G1A009002 AULIA DYAH FEBRIANTI 1 G1A008058 ANGGIA PUSPITASARI

2 G1A009011 MINA RAHMANDA PUTRI 2 G1A009008 FICKRY ARDIANSYAH N3 G1A009026 OCTI GUCHIANI 3 G1A009027 DANNIA RISKI ARIANI

4 G1A009067 SUCI NURYANTI 4 G1A009032 YULITA SWANDANI AZIZ

5 G1A009072 RAHMAT HUSEIN 5 G1A009035 WINDY NOFIATRI R.

6 G1A009089 MAULANA RIZQI YUNIAR 6 G1A009058 WILY GUSTAFIANTO

7 G1A009097 YUNI HANIFAH 7 G1A009074 ANDROMEDA

8 G1A009108 ARIS WIBOWO 8 G1A009087 FARIZA ZUMALA LAILI

9 G1A009117 ARFIN HERI INDARTO 9 G1A009105 NURTIKA

10 G1A009126 SABHRINA RESI PUTRI 10 G1A009122 EGI DWI SATRIA

11 G1A008029 ERLI NUR R 11 G1A008054 SITI MASLIKHA

12     12

KELOMPOK 7 KELOMPOK 8TUTOR: dr. Dwi Arini Ernawati TUTOR: dr. Setiawati

NO NIM NAMA NO NIM NAMA

1 G1A009004 INDAH ANNISA D 1 G1A009046 AFIF IMAN HIDAYAT

2 G1A009014 DIAH RIZKY FARADILA 2 G1A009083 NOVIANA

3 G1A009038 TESSA SEPTIAN A. 3 G1A009104 SELLY MARCHELLA P.

4 G1A009041 ARGARINI DIAN P 4 G1A009107 ARAS NURBARICH A

5 G1A009045 ASTRID MEILINDA 5 G1A009109 FELLICIA WIDYA W.

6 G1A009047 ASEP CEVY SAPUTRA 6 G1A009116 DEVY DESTRIANA M. A.

7 G1A009057 ANDINA FRASTININGSIH 7 G1A009127 HAFIDH RIZA PERDANA

8 G1A009070 SADDAM HUSEIN S 8 G1A009130 YOHAN PARULIAN

9 G1A009091 KUNANGKUNANG P BULAN 9 G1A009136 KHAFIZATI AMALINA FR

10 G1A009111 ARGO MULYO 10 G1A008063 BANGKIT PANK B

11 G1A008088 NONI FRISTA 11 G1A007052 MEGA PUTRI KD

12     12    

50

Page 52: Buku Petunjuk Skill Lab Nss 12 Fix2

KELOMPOK 9 KELOMPOK 10TUTOR: dr. Miko Ferine TUTOR: dr. Alfi Muntafiah

NO NIM NAMA NO NIM NAMA

1 G1A009006 MEGA 1 G1A009001 TIARA MELODI M

2 G1A009029 ANDIKA KHALIFAH ARDI 2 G1A009003 KHOIRUL ANAM

3 G1A009049 SRI WAHYUDI 3 G1A009025 RYAN APRILIAN PUTRI

4 G1A009077 GINA RAHAYU I 4 G1A009036 MASRUROTUT DAROEN

5 G1A009082 ZAHRA IBADINA SILMI 5 G1A009050 PURINDRI MAHARANI S

6 G1A009095 ANGGITA DYAH INTAN S 6 G1A009053 VEMY MELINDA

7 G1A009098 FAWZIA MERDHIANA 7 G1A009054 KUSNENDAR IRMANDONO

8 G1A009113 ARYA YUNAN PERMAIDI 8 G1A009093 FITRI YULIANTI

9 G1A009131 HERIYANTO EDY I. 9 G1A009129 AUZIA TANIA UTAMI

10 G1A008073 NUNUNG HASANAH 10 G1A009135 BELLINDRA PUTRA H.

11 G1A008124 REDHO A 11 G1A008102 TRIBUANA Y

12     12    

KELOMPOK 11 KELOMPOK 12TUTOR : dr. Khusnul Muflikhah TUTOR: dr. Madya Ardi W, Msi

NO NIM NAMA NO NIM NAMA

1 G1A009010 KARINA ADISTIARINI 1 G1A009013 MUARIF

2 G1A009068 MIFTAHUL FALAH YUNI A. 2 G1A009022 ROSTIKAWATY AZIZAH

3 G1A009069 AKHMAD IKHSAN P. P. 3 G1A009042 KINANTHI CAHYANING U.

4 G1A009086 RIZKA OKTAVIANA P 4 G1A009079 YANUAR FIRDAUS

5 G1A009096 NITA IRMAWATI 5 G1A009092 INDAH PERMATA SARI

6 G1A009100 HANDIANA SAMANTA 6 G1A009043 RAHAJENG PUSPITANINGRUM

7 G1A009114 NUGROHO RIZKI P 7 G1A009120 NURUL ARSY M

8 G1A009115 IRMA WIDYANINGTYAS 8 G1A009121 UNGGUL ANUGRAH PEKERTI

9 G1A009118 ANNISAA AULIYAA 9 G1A009132 FAUZIAH RIZKI I.

10 G1A008027 TINI ROCHMANTINI 10 G1A007111 SYAZILIASNUR Q

11 G1A008067 IRHAM TAHKIK 11 G1A008008 WHIDY SURYA P

KELOMPOK 13 KELOMPOK 14

47

Page 53: Buku Petunjuk Skill Lab Nss 12 Fix2

TUTOR: dr. Arini Nur Famila TUTOR: dr. Tri LestariNO NIM NAMA NO NIM NAMA1 G1A009005 LUCKY MARIAM 1 G1A009007 APSOPELA SANDIVERA2 G1A009030 GITA IKA IRSATIKA 2 G1A009012 NOVIA MANTARI3 G1A009040 SUKMA SETYA NURJATI 3 G1A009017 CHYNTIA PUTRIASNI K4 G1A009056 FIKRI FAJRUL FALAH 4 G1A009024 GIZZA DANDY PRADANA5 G1A009063 DYAH HANDAYANI N 5 G1A009028 NONI MINTY BELANTRIC6 G1A009071 ZULDI ERDIANSYAH 6 G1A009039 NOERAY PRATIWI M.7 G1A009099 ALIFAH NURMALA SARI 7 G1A009060 BUNGA WIHARNING S. P.8 G1A009102 PRAMASANTI HERA K. 8 G1A009062 YANUARY TEJO BUNTOLO9 G1A009124 GESA GESTANA A 9 G1A009133 PANDU NUGROHO KANTA

10 G1A008003 ARY SUHENDRA 10 G1A008006 HANIFAN HERU11 G1A008028 NIKITA R. A 11 G1A008107 MIRLANDA H

48