makalah pancasila fix2
TRANSCRIPT
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Zaman telah berubah, segala keterbatasan yang terjadi di masa lalu seperti keterbatasan
dalam akses informasi, komunikasi jarak jauh, dan banyak lagi lainnya kini sudah tak lagi
terjadi.
Sekarang segalanya mudah diakses, siapapun, kapanpun dan di manapun dapat terus
update informasi, berkomunikasi dengan orang lain. Bahkan berbagi pengetahuan di
bidang IPTEK menjadi semakin mudah. Semua aspek kehidupan kini telah mendunia.
Namun, pada kenyataannya kini segala kemudahan itu menjadi sebuah tantangan besar
yang dihadapi sebuah negara berdaulat, terutama Indonesia.
Setelah para tokoh pahlawan berhasil berjuang melawan penjajah dengan kobaran api
semangat sekalipun harus berkucuran darah,selama lebih kurang 350 tahun lamanya
hingga akhirnya Indonesia merdeka tak lantas mengakhiri perjuangan itu.
Kini tantangan itu adalah melawan diri sendiri dari sikap anti nasionalisme. Sebab tanpa
nasionalisme itu, maka harapan untuk terus mempertahankan keutuhan negara sama
dengan nol.
Semua aspek pertahanan berpondasi pada nasionalisme kebangsaan, rasa cinta tanah air.
Nasionalisme menjadi tombak semangat untuk bersatu akan terus berapi-api. Sehingga
keutuhan negar tidak akan tergugat oleh siapapun dan apapun.
Itulah latarbelakang pembuatan makalah ini, menilitik seberapa besar pengaruh dinamika
nasionalisme hingga kini terhadap keberlangsungan sebuah negara dan bangsa.
1.2. Rumusan Masalah 1. Apakah negara identik dengan bangsa?2. Apakah faktor bertahannya sebuah negara?3. Apakah suatu negara bisa bubar?4. Apakah suatu bangsa bisa punah?5. Apakah problem yang mengancam nasionalisme sekarang?
1
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui keidentikan negara dengan bangsa2. Untuk mengetahui faktor bertahannya sebuah negara3. Untuk mengetahui kemungkinan negara bubar4. Untuk mengetahui kemungkinan bangsa punah5. Untuk mengetahui problem yang mengancam nasionalisme
1.4. Manfaat
1. Semakin mengerti akan hakikat sebuah negara dan bangsa
2. Meningkatkan rasa nasionalisme dalam diri sendiri maupun kelompok
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Apakah Negara Identik dengan Bangsa?
Pengertian bangsa menurut Hans Kohn (Kaelan, 2002: 212-213) yaitu bangsa terbentuk oleh
persamaan bahasa, ras, agama, peradaban, wilayah, negara dan kewarganegaraan. Di samping itu
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bangsa adalah rakyat atau orang-orang yang berada
dalam suatu masyarakat hukum yang terorganisir. Kelompok ini umumnya menempati bagian
atau wilayah tertentu, berbicara dalam bahasa sama, memiliki sejarah, kebiasaan, dan
kebudayaan yang sama, serta terorganisir dalam suatu pemerintahan yang berdaulat.
Sedangkan pengertian Negara Oleh Aristoteles adalah perpaduan beberapa keluarga mencakupi
beberapa desa, hingga pada akhirnya dapat berdiri sendiri sepenuhnya, dengan tujuan
kesenangan dan kehormatan bersama. Untuk pengertian umumnya, Negara dapat diartikan
sebagai organisasi tertinggi di antara suatu kelompok masyarakat yang mempunyai cita-cita
untuk bersatu, hidup didaerah tertentu yang mempunyai pemerintahan yang berdaulat.
Dari kedua definisi diatas, diketahui bahwa bangsa dan negara terbentuk karena adanya
kelompok-kelompok yang memiliki persamaan wilayah dan mempunyai tujuan yang sama.
Merunut pada penjelasan itu, maka negara bisa dikatakan identik dengan suatu bangsa. Hampir semua
Negara di dunia, rakyatnya merupakan anggota bangsa yang menempati wilayah Negara itu sendiri.
Pernyataan itu dipertegas lagi dengan alasan keberadaan suatu bangsa dan negara. Baik bangsa maupun
negara, keduanya sama-sama ada sebagai keinginan dari keberagaman kelompok untuk mencapai cita-cita
bersama melalui kerja sama. Hal tersebut didasarkan pada teori beberapa tokoh tentang unsur-unsur
keberadaan bangsa dan negara.
Unsur-unsur disini mencermikan tujuan mengapa bangsa dan Negara dalam menggapai cita-cita
bersama. Fredrich Hertz dalam bukunya “Nationality in History and Politics” mengemukakan
bahwa setiap bangsa mempunyai 4 (empat) unsur aspirasi sebagai berikut:
3
1. Keinginan untuk mencapai kesatuan nasional yang terdiri atas kesatuan sosial, ekonomi,
politik, agama, kebudayaan, komunikasi, dan solidaritas.
2. Keinginan untuk mencapai kemerdekaan dan kebebasan nasional sepenuhnya, yaitu bebas
dari dominasi dan campur tangan bangsa asing terhadap urusan dalam negerinya.
3. Keinginan dalam kemandirian, keunggulan, individualisme, keaslian, atau kekhasan.
4. Keinginan untuk menonjol (unggul) diantara bangsa-bangsa dalam mengejar kehormatan,
pengaruh, dan prestise.
Negara juga memiliki unsur-unsur aspirasi, Menurut Plato, asal mula terjadinya
negara adalah karena:
1. Adanya keinginan dan kebutuhan manusia yang beraneka ragam sehingga menyebabkan
mereka harus bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan hidup;
2. Manusia tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa berhubungan dengan manusia
lain dan harus menghasilkan segala sesuatu yang bisamelebihi kebutuhannya sendiri untuk
dipertukarkan;
3. Mereka saling menukarkan hasil karya satu sama lain dan kemudian bergabung dengan
sesamanya membentuk desa;
4. Hubungan kerja sama antardesa lambat laun menimbulkan masyarakat (negara kota).
4
2.2 Apakah Faktor Bertahannya Sebuah Negara?
Lahirnya sebuah negara merupakan tantangan terbesar dari sebuah bangsa. Tidak sedikit
pengorbanan yang dipertaruhkan. Pengorbanan itu terutama untuk menyatukan tekad dan cita-
cita bersama sebagai pondasi utama membentuk sebuah negara. Menyatukan tekad dan cita-cita
dari sekelompok orang yang beragam hingga lahir kata sepakat untuk satu tujuan bersama yaitu
satu bangsa satu negara.
Belum lagi, jika tantangannya itu berupa penjajahan. Pengorbanannya tidak hanya pada harta
benda, bahkan nyawa sekalipun tak segan-segan dipertaruhkan. Demi sebuah cita-cita bersama,
merdeka.
Penjajahan juga bahkan menjadi tantangan Indonesia masa itu. Masa sebelum lahirnya
Indonesia sebagai negara yang berdaulat. Masa yang melahirkan banyak tokoh pahlawan yang
dengan gagahnya bertarung merebut kemerdekaan dari para penjajah.
Tak kurang dari 350 tahun, masa tersuram Indonesia tanpa kedaulatan. Masa tersulit
Indonesia untuk bebas berkembang sebagaimana sekarang. Hingga akhirnya masa kelam itu
sirna dan berganti terang-benderang seperti sekarang ini.
Sekarang kita telah bebas berkarya, berprestasi, dan berinovasi. Siapapun berkesempatan
mengembangkan dirinya di bidang keilmuannya masing-masing. Tapi, tetap pada satu tujuan
yang sama, memajukan Indonesia.
Sekalipun demikian, bangsa kita tidaklah luput dari masalah-masalah atau bisa dikatakan
tantangan. Penjajahan seperti dulu memang tidak lagi dirasakan. Tetapi, bukan berarti kita aman.
Keutuhan negara kita saat ini masih tetap riskan. Artinya sewaktu-waktu bisa saja Indonesia
gagal dipertahankan dan kembali seperti dulu.
Tantangan ini bukan hanya milik negara Indonesia saja. Negara manapun berpotensi untuk
gagal dipertahankan. Ini semua tergantung seberapa tangguh bangsanya dalam menjaga
negaranya.
5
Atas dasar itu muncullah beberapa faktor rujukan, yang bisa dijadikan pedoman dalam upaya
mempertahankan keutuhan sebuah negara. Faktor-faktor itu adalah sebagai berikut:
a. Faktor Ideologi
Faktor terpenting bertahannya suatu Negara adalah Faktor Ideologi. Karena Ideologi
diperlukan oleh suatu bangsa untuk mewujudkan tujuan negaranya. Tanpa kesepakatan
bersama, tidak mungkin tujuan untuk meraih cita-cita atau harapan negara dapat menjadi
kenyataan.
Arti penting Ideologi adalah sebagai berikut:
1. Negara mampu membangkitkan kesadaran akan kemerdekaan, memberikan orientasi
mengenai dunia beserta isinya, seta memberikan motivasi perjuangan untuk mencapai
apa yang dicita-citakan
2. Dengan ideologi nasionalnya, suatu bangsa dan negara dapat berdiri kukuh dan tidak
mudah terombang-ambing oleh pengaruh ideologi lain serta mampu menghadapi
persoalan-persoalan yang ada.
3. Ideologi memberikan arah dan tujuan yang jelas menuju kehidupan yang di cita-
citakan. Ideologi yang dipahami, dihayati, dan diamalkan oleh seluruh rakyat dapat
mewujudkan persatuan dan kesatuan demi kelangsungan hidupnya.
4. Ideologi dapat mempersatukan orang dari berbagai golongan, suku, ras, dan agama,
bahkan dari berbagai ideologi
5. Ideologi dapat mempersatukan orang dari berbagai agama.
6. Ideologi mampu mengatasi konflik atau ketegangan social.
b. Faktor Kekuatan Nasional
Faktor lain yang mempengaruhi bertahannya suatu Negara adalah kekuatan nasional.
Faktor-faktor yang memengaruhi kekuatan nasional tersebut adalah faktor geografi,
6
sumber daya alam, kemampuan industri, kesiagaan militer, penduduk, moral nasional,
kualitas demokrasi dan kualitas pemerintah.
c. Faktor Geografi
Geografi merupakan faktor yang paling stabil dan menjadi andalan dalam
kekuatan suatu Negara. Dikatakan fakto yang stail dikarenakan wilayah suatu Negara
adalah tetap dan tidak mudah berubah kecuali dikarenakan kerusakan alam. Geografi atau
menentukan posisi suatu Negara. Dan akan menjadi pusat atau letak kekuatan suatu
Negara.
d. Faktor Sumber Daya Alam
Sumber daya alam berupa pangan dan bahan mentah. Pangan jelas menjadi faktor
yang penting karena merupakan kebutuhan primer yang menjadi sumber kekuatan utama.
Sedangkan bahan mentah juga penting contohnya minyak bumi. Minyak bumi menjadi
bahan bakar untuk menjalankan teknologi yang dikembangkang suatu Negara.
e. Faktor Kemampuan Industri
Faktor kemampuan industri adalah kemampuan suatu negara dalam mengolah
sumber daya yang dimilikinya. Tanpa adanya kemampuan industri, walaupun suatu
negara memiliki SDA yang melimpah maka akan sia-sia. Karena SDA juga perlu di olah
menggunakan kemampuan industri agar menjadi sesuatu yang bisa dimanfaatkan untuk
menyokong kekuatan suatu negara.
f. Faktor Kesiagaan Militer
Faktor ini adalah faktor yang paling berpengaruh untuk bertahan dari serangan
musuh. Beberapa faktor yang telah disebutkan sebelumnya adalah faktor yang
memberikan arti penting kekuatan suatu negara yang menunjang kesiagaan militer. Bisa
dikatakan bahwa kekuatan nasional bergantung pada kesiagaan militer. Karena kesiagaan
militer menjaga keamanan suatu negara.namun kekuatan militer suatu negara juga
memiliki faktor-faktor pendukung. Seperti inovasi teknologi. Kemajuan teknologi di 7
suatu negara akan membuat negara menjadi kuat, terutama dalam teknologi persenjataan.
Kemudian dibutuhkan juga pemimpin yang cerdas dan unggul dalam siasat untuk
memimpin angkatan perangnya. Walaupun suatu negara memiliki inovasi teknologi yang
maju dan pemimpin yang unggul dalam siasat, tapi jika tidak memiliki pranata militer
yang punya kekuatan pada tiap-tiap komponennya maka militer negara itu akan lemah
g. Faktor Penduduk
Kekuatan sebuah negara tidak hanya membutuhkan kekuatan dari segi materi saja,
namun suatu negara membutuhkan kekuatan dari segi manusia. Dalam hal ini penduduk
atau masyarakat suatu negara yang berperan. . Jumlah penduduk yang besar belum tentu
menjamin kekuatan suatu negara. Karena jika jumlah penduduk bisa mempengaruhi
mutlak kekuatan suatu negara maka negara-negara besar seperti cina, india, dan amerika
akan menjadi negara-negara terkuat di dunia. Tidak bisa di pungkiri memang bahwa
jumlah penduduk juga berpengaruh. Karena jumlah penduduk yang besar akan
menambah jumlah pasukan militer suatu negara dan akan memperkuat kekuatan militer
suatu negara. Namun persebarannya juga harus di perhatikan, karena menentukan
perhitungan kekuatan suatu negara.
h. Faktor Moral Nasional
Moral nasional adalah tekad bangsa dalam mendukung politik luar negeri
pemerintahnya ketika sedang dalam keadaan damai maupun perang. Moral nasional ini
pasti menyebar ke seluruh kegiatan negara. Moral nasional penting karena jika suatu
negara tidak memiliki moral nasional maka kekuatan nasional negara tersebut hanya
kekuatan nasional belaka atau hanya merupakan kemampuan yang dengan sia-sia
menantikan realisasinya.
i. Faktor Kualitas Demokrasi
Kualitas diplomasi adalah faktor yang menggabungkan beberapa faktor yang
berlainan menjadi satu yang bisa memberikan arah, bobot dan membangkitkan
kemampuan yang kurang aktif dan menambah kekuatan suatu negara. Bisa dikatakan
diplomasi adalah otak dari kekuatan nasional dan moral nasional adalah jiwanya.8
j. Faktor Kualitas Pemerintah
Yang terakhir adalah kualitas pemerintah. Pemerintah yang baik akan bisa
menjanjikan banyak hal bagi kekuatan nasional negaranya. Pemerintah yang baik akan
mampu menyeimbangkan SDA dengan SDMnya. Politik luar negerinya akan bisa
berjalan dengan baik dan akan mendapatkan dukungan rakyatnya untuk mendukung
politik luar negerinya. Namun pada intinya kekuatan nasional suatu negara sangat
bergantung dengan kualitas pemerintahnya. Jika pemerintah suatu negara mampu
merepresentasikan negaranya dengan baik, paham akan keinginan dan cita-cita rakyatnya
yang menjadi tujuan politik luar negerinya, maka negara itu memiliki kesempatan untuk
menjadi sebuah negara yang memiliki kekuatan nasional yang besar.
Negara akan dapat bertahan menjadi suatu kesatuan Negara yang utuh karena
Negara tersebut memiliki kekuatan nasional yang baik. Delapan faktor diatas merupakan
faktor kekuatan nasional suatu Negara yang dapat membuta suatu Negara bertahan. Jika
salah satu faktor diatas tidak dipenuhi maka yang bersangkutan akan mudah goyah dan
mudah dijajah atau dipengaruhi oleh bangsa lain. Akibatnya Negara tersebut akan mudah
mengalami konflik dan bahkan dapat menjadi hancur atau bubar. Dan fakktoryang paling
pentinga adalah faktor Ideologi suatu Negara. Jika sutau Negara tidak memiliki ideologi
maka Negara tersebut akan mudah terombang-ambing karena tidak mempunyai tujuan
yang jelas dan akan mudah terpecah belah karena tidak ada yang mempersatukan orang
dari berbagai golongan, suku, ras, dan agama untuk mencapai tujuan bersama.
9
2.3 Apakah Suatu Negara Bisa Bubar?
Negara adalah persekutuan bangsa yang hidup dalam satu daerah/wilayah dengan
batas-batas tertentu yang diperintah dan diurus oleh suatu badan pemerintah dengan teratur.
Unsur pokok berdirinya negara : rakyat/masyarakat, wilayah/daerah (meliputi udara, darat, dan
perairan), dan pemerintah yang berdaulat.
Suatu negara dapat dikatakan bubar apabila unsur pokok berdirinya suatu negara tidak
terpenuhi. Dalam konteks ini perlu dipahami, bangsa dan negara hanyalah sebuah konsensus.
Bila konsensus tidak lagi diakui, maka eksistensi bangsa dengan sendirinya hilang, dan
bersamaan dengan itu negara pun akan rontok. Manusia dan masyarakat yang sebelumnya
pernah sepakat menjadi satu bangsa mungkin masih tetap eksis, tetapi mereka tidak lagi terikat
dalam ikatan kebangsaan yang sama. Demikian pula halnya dengan territori negara yang secara
fisik tetap ada, namun garis-garis demarkasi yang sebelumnya pernah diakui bersama sudah
berubah. Penyebab bubarnya suatu negara antara lain :
Pertama, krisis ekonomi yang akut dan berlangsung lama. Krisis di sektor ini selalu merupakan
faktor amat signifikan dalam mengawali lahirnya krisis yang lain (politik-pemerintahan, hukum,
dan sosial). Secara garis besar, krisis ekonomi ditandai merosotnya daya beli masyarakat akibat
inflasi dan terpuruknya nilai tukar, turunnya kemampuan produksi akibat naiknya biaya modal,
dan terhambatnya kegiatan perdagangan dan jasa akibat rendahnya daya saing. Muara dari semua
ini adalah tutupnya berbagai sektor usaha dan membesarnya jumlah penganggur dalam
masyarakat. Dalam keadaan seperti ini, harapan satu-satunya adalah investasi melalui proyek-
proyek pemerintah, misalnya, untuk pembangunan infrastruktur transportasi secara besar-besaran
sebagai upaya menampung tenaga kerja dan memutar roda ekonomi. Namun, ini memerlukan
syarat adanya kepemimpinan nasional yang kreatif dan terpercaya karena integritasnya,
tersedianya cadangan dana pemerintah yang cukup, serta bantuan teknis melalui komitmen
internasional. Tanpa terobosan investasi baru, krisis ekonomi akan berlanjut. Biasanya, krisis
ekonomi yang berkepanjangan dan tak teratasi akan menciptakan ketegangan-ketegangan baru
dalam hubungan antar-elite. Mereka akan berlomba untuk saling menyalahkan dan mencari
10
kambing hitam. Pada saat yang sama, krisis ekonomi akan memperlemah kemampuan negara
untuk menutupi berbagai ongkos pengelolaan kekuasaan dan pemeliharaan berbagai fasilitas
umum. Akibatnya, akan terbentuk rasa tidak puas yang luas, baik dari mereka yang menjadi
bagian dari kekuasaan itu sendiri (pegawai negeri dan tentara/polisi) maupun warga masyarakat.
Bila situasi ini tidak berhasil diatasi oleh mekanisme sistem politik yang berlaku, maka krisis
politik akan sulit dihindari.dddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd
Kedua, krisis politik berupa perpecahan elite di tingkat nasional, sehingga menyulitkan lahirnya
kebijakan yang utuh dalam mengatasi krisis ekonomi. Krisis politik juga bisa dilihat dari
absennya kepemimpinan politik yang mampu membangun solidaritas sosial untuk secara solid
menghadapi krisis ekonomi. Dalam situasi di mana perpecahan elite pusat makin meluas dan
kepemimpinan nasional makin tidak efektif, maka kemampuan pemerintah dalam memberi
pelayanan publik akan makin merosot. Akibatnya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah
akan semakin menipis. Keadaan ini biasa menjadi pemicu lahirnya gerakan-gerakan massal
anti-pemerintah yang terorganisasi. Bila gerakan-gerakan itu menguat dan pada saat sama lahir
gerakan massa tandingan yang bersifat kontra terhadap satu sama lain-apalagi jika terjadi
bentrokan fisik yang intensif di antara mereka, atau antara massa dengan aparat keamanan
negara-maka perpecahan di antara top elite di pusat kekuasaan makin tak terhindarkan. Jurang
komunikasi akan makin lebar. Dalam situasi di mana kebencian dan saling curiga antarkelompok
sudah amat mengental, tidak ada satu pihak pun yang memiliki legitimasi untuk memprakarsai
upaya rekonsiliasi. Akibatnya, jalan menuju rontoknya bangunan kekuasaan di tingkat pusat
akan semakin lempang. Perkembangan ini secara otomatik akan mendorong penguatan potensi
gerakan-gerakan separatisme. Gerakan ini bisa menguat dari wilayah yang sudah sejak lama
menyimpan bibit-bibit mikro nasionalisme, bisa juga dari wilayah yang sama sekali tidak
memiliki bibit itu, namun terdorong oleh kalkulasi logis mereka ketika berhadapan dengan
situasi yang bersifat fait a compli. Yang terakhir ini merupakan kesadaran yang lahir secara
kondisional dari para pemimpin di wilayah-wilayah yang relatif jauh dari pusat kekuasaan
berdasarkan asumsi: daripada mengikuti pemerintahan yang sudah rontok di pusat, lebih baik
kami memisahkan diri.ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
11
Ketiga, krisis sosial dimulai dari terjadinya disharmoni dan bermuara pada meletusnya konflik
kekerasan di antara kelompok-kelompok masyarakat (suku, agama, ras). Jadi, di kala krisis
ekonomi sudah semakin parah, yang akibatnya antara lain terlihat melalui rontoknya berbagai
sektor usaha, naiknya jumlah penganggur, dan meroketnya harga berbagai produk, maka
kriminalitas pun akan meningkat dan berbagai ketegangan sosial menjadi sulit dihindari. Dalam
situasi seperti ini, hukum akan terancam supremasinya dan kohensi sosial terancam robek.
Suasana kebersamaan akan pupus dan rasa saling percaya akan terus menipis. Sebagai gantinya,
eksklusivisme, entah berdasar agama, ras, suku, atau kelas yang dibumbui sikap saling curiga
yang terus menyebar dalam hubungan antarkelompok. Bila berbagai ketegangan ini tidak segera
diatasi, maka eskalasi konflik menjadi tak terhindarkan. Disharmoni sosial pun dengan mudah
akan menyebar. Modal sosial berupa suasana saling percaya, yang merupakan landasan bagi
eksistensi sebuah masyarakat bangsa, perlahan-lahan akan hancur.
Keempat, intervensi internasional yang bertujuan memecah-belah, seraya mengambil
keuntungan dari perpecahan itu melalui dominasi pengaruhnya terhadap kebijakan politik dan
ekonomi negara-negara baru pascadisintegrasi. Intervensi itu bergerak dari yang paling lunak,
berupa pemberian advis yang membingungkan kepada pemerintah nasional yang pada dasarnya
sudah kehilangan arah; ke bentuk yang agak kenyal, berupa provokasi terhadap kelompok-
kelompok yang berkonflik; hingga yang paling keras, berupa suplai kebutuhan material untuk
memperkuat kelompok-kelompok yang berkonflik itu. Proses intervensi terakhir ini amat
mungkin terjadi saat pemerintah nasional sudah benar-benar tak berdaya mengontrol lalu lintas
informasi, komunikasi, mobilitas sosial, serta transportasi darat, laut, dan udara. Bila ini terjadi,
maka jalan menuju disintegrasi semakin jelas, hanya menunggu waktu sebelum menjadi
kenyataan.
Kelima, demoralisasi tentara dan polisi dalam bentuk pupusnya keyakinan mereka atas makna
pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya sebagai bhayangkari negara. Demoralisasi itu, pada
kadar yang rendah dipengaruhi oleh merosotnya nilai gaji yang mereka terima akibat krisis
ekonomi. Kemerosotan itu umumnya terjadi akibat inflasi. Tetapi dalam kasus tertentu hal itu
diakibatkan oleh kebijakan pemerintah untuk menurunkan gaji mereka atau membayar kurang
12
dari 100 persen dan sisanya menjadi utang pemerintah. Pada tingkat tinggi, demoralisasi itu
berupa hilangnya kepercayaan mereka terhadap nilai pengabdian setelah mengalami tekanan-
tekanan psikologis yang berat dalam waktu lama akibat krisis politik yang akut. Dalam situasi
seperti ini, tentara dan polisi yang seyogianya mencegah konflik social malah bisa tergiring
untuk mengambil bagian dalam konflik itu dengan berbagai alasan. Secara teoretik, ketika negara
tidak lagi memberi harga yang pantas terhadap pengorbanan tentara dan polisi dalam menjaga
integrasi bangsa, maka tempat paling aman bagi segmen-segmen tertentu dari mereka adalah
kelompok-kelompok sosial di mana mereka bisa mengidentikkan dirinya. Karena itu,
demoralisasi tentara dan polisi amat rawan terhadap perluasan dan intensitas konflik sosial yang
sedang terjadi. Keterlibatan yang luas dari tentara dan polisi dalam konflik sosial akan
mengkonversi konflik itu sendiri menjadi perang saudara yang justru merupakan episode terakhir
dari proses disintegrasi bangsa dan keruntuhan sebuah negara.
Misalnya seperti kasus bubarnya negara
Tibet, 1913-1951
Sementara tanah yang dikenal sebagai Tibet telah ada selama lebih dari seribu tahun dan
sejak tahun 1913 dikelola menjadi sebuah negara yang merdeka. Di bawah pengawasan damai
dari rantaian Dalai Lama, akhirnya diduduki Komunis Cina pada 1951. Pasukan Mao telah
13
mengakhiri Tibet sebagai bangsa yang berdaulat singkat. Tibet semakin tegang pada tahun 50-an
sampai negara tersebut akhirnya memberontak pada tahun 1959, yang mengakibatkan aneksasi
Cina dan pembubaran pemerintah Tibet.
Tibet selesai sebagai negara untuk selamanya dan Cina mengubahnya hanya menjadi
“wilayah,” bukan negara. Meskipun hari ini tetap menjadi daya tarik wisata besar bagi
pemerintah China, Tibet masih memiliki masalah dengan Beijing, dan menuntut kemerdekaan
sekali lagi.
Bagaimana dengan Indonesia? Bukan tidak mungkin kalau sewaktu-waktu Indonesia bisa
bubar. Desas desus mengenai bubarnya negara Indonesia telah lama diperbincangkan. Bahkan
telah ada buku yang dengan tegas menguatkan sinyal itu. buku itu berjudul “Tahun 2015
Indonesia Pecah” yang ditulis Djuyoto Suntani, Presiden The World Peace Committee (WPC).
Buku itu memaparkan secara lugas tentang kekuatan konspirasi dunia internasional, menggarap
pemecahan NKRI menjadi sekitar 17 negara bagian. Bagian pertama buku tersebut mengupas
strategi konspirasi global menghancurkan NKRI yang nyaris tidak terdeteksi. Strategi tersebut
diulas secara rinci pada bagian ketiga, di mana memuat tujuh strategi konpirasi global
menghancurkan NKRI, yaitu 1) memperlemah Negara Kesatuan (NKRI); 2) menghapus Ideologi
Pancasila, 3) menempatkan uang sebagai dewa, 4) menghapus Rasa Cinta Tanah Air, 5)
menciptakan sistem Multi Partai, 6) menumbuhkan sekularisme, dan 7) membentuk tata dunia
baru. Fenomena perpecahan bagi Republik Indonesia itu sudah makin nyata di depan mata,
melalui lepanya provini ke-27 Timor Timur pada 1999 menjadi negara Republik Demokrat
Timor Lete (RDTL). Lalu semangat Otonomi Daerah, di mana para Bupati dan Wali Kota
menjelma menjadi ”Raja-Raja Kecil’ di daerah. Mereka sering memandang sebelah mata
keberadaan pemerintah pusat. Sinyal nyata lainnya adalah meletusnya konflik sesama anak
bangsa secara sporadis di berbagai daerah, yang didasari kepentingan primordial atau kesamaan
etnis, kepentingan bisnis, kepentingan politik dan kepentingan membangun negara berdasarkan
agama. Ada lagi konflik HKBP di Bekasi, bentrokan massa antarwarga di Tarakan, perang
antarkelompok di Jalan Ampera Raya Jakarta Selatan, dan konflik lain yang terjadi sebelumnya.
Tanda-tanda di bidang ekonomi juga semakin nyata, jika kita menilik semakin banyaknya aset
penting dan berharga yang dikuasai invetor asing di bawah kendali organisasi keuangan
14
internasional. Sementara di bidang kebudayaan, ditandai dengan begitu derasnya kebudayaan
global memengaruhi gaya hidup kalangan muda. Dan, fakta paling nyata dan mengerikan terkini
adalah meningkatnya kejahatan bersenjata api dan bentrokan bersenjata api. Walhasil, memotret
peristiwa yang terjadi sepanjang 2010 bisa diperoleh gambaran nyata tentang tanda-tanda
Indonesia yang sedang berjalan menuju perpecahan bangsa seperti yang sudah terjadi di Uni
Soviet, Yugoslavia, Kosovo dan dmikian juga Cekoslowakia. Kita semua, sebagai anak-anak
bangsa, harus lebih peka dan tidak memandang semua ini dengan sebelah mata. Kita perlu
mengkaji kembali kekuatan Pancasila sebagai simbol persatuan dan kesatuan yang dibingkai
dalam Bhinneka Tunggal Eka.
15
2.4 Apakah Suatu Bangsa Bisa Punah?
Bangsa yang punah diartikan sebagai bangsa yang habis semua tidak ada sisanya;benar-benar
binasa atau lenyap. Dalam konteks ini kami meninjau bahwa punah tidak hanya diartikan
lenyapnya fisik dari suatu bangsa tapi juga jati diri bangsa. Menilik pada sejarah terdahulu
tentang keberadaan beberapa bangsa besar, yang pada zaman kini tidak ada lagi, atau bisa
dikatakan punah, maka telah jelas bahwa suatu bangsa bisa saja punah.
Bangsa-bangsa besar yang disebutkan tadi seperti ; bangsa Skandinavia, Maya, Astec, Inca, dll.
Punahnya bangsa-bangsa itu disebabkan oleh beberapa faktor; diantaranya bencana alam, krisis
moral, peperangan antarsuku, penjajahan, dan ketidakmampuan beradaptasi dengan perubahan
alam.
Lantas bagaimana dengan bangsa Indonesia? Bangsa Indonesia bisa saja punah. Karena dari
kesemua faktor tersebut, ada yang tengah dialami oleh Indonesia, yaitu krisis moral. melihat
kenyataan sekarang ini sungguh memprihatinkan. Khususnya terhadap moral dan perilaku
generasi penerus bangsa yang mulai gemar bertingkah laku dan berpakaian dan berbahasa gaul
ala barat. Akan tetapi malu dengan budaya sendiri hanya karena malu dibilang norak, kuno, jadul
dan sebgainya. Inilah zaman modernisasi atau zaman globalisasi. Yang bercirikan cepatnya
perubahan sosial dan teknologi informasi. Segalanya berlalu begitu cepat.yang hari ini muncul
dan hari besok sduah dibilang ketinggalan jaman.yang tidak bisa mengikuti perkembangan
zaman akan cepat tertinggal peradaban modern. Bisa dibilang orang gaptek atau gagap
teknologi( tidak tahu menahu seluk beluk teknologi dan informasi modern). Karena anak seusia
TK saja barang kali jaman sekarang ini sudah kenal namanya chatting-an, facebook-an apalagi
ABG/ remaja. Dan saya heran orang dewasa bahkan kakek-nenekpun tidak mau ketinggalan.
Ikut-ikutan tren masa kini dengan bergaya ala remaja dengan membawa telepon genggap atau hp
sambil chattingan dan sms atau facebook-an dengan teman mereka. Sungguh hal yang agak
janggal namun tidak semua orang mau menydari hal ini. Karena seharusnya yang lebih tua yang
dewasa, apalagi yang tua renta menjadi panutan bagi generasi penerusnya supaya jangan sampai
terlalu terperosok dalam arus kebudayaan barat namun melupakan jati dirinya sebagai orang
Indonesia. Bangsa Indonesia kita adalahsebuah bangsa yang mempunyai peradaban dan budaya
adat istiadat yang beragam.namun sebanyak apapun kekayaan budaya yang kita miliki akan sirna
ditelan jaman jika tidak ada yang amau melestarikan.
16
Hanya sedikit orang yang mau menyelamatkan identitas atau jati diri ditengah cepatnya
perubahan peradaban social. Yaitu segelintir di antara kita yang tidak terlalu mempersoalkan
gengsiala barat dan segala tiruannya namun lebih cenderung gemar melestarikan adat istiadat
sendiri.sedangkan budaya asing yang masuk tidak langsung saja dikonsumsi mentah-mentah
melainkan disaring dan dicocokkan dengan budaya luhur sendiri. Yang jelek dibuang, yang baik
dipakai.dan juga tidak terlalu fanatic dengan budaya sendiri sehingga menjadi anti dengan
teknologi akhirnya jadi orang yang gaptek. Orang gaptek dijaman sekarang ini akan mudah
sekali tertipu orang lain dalam segala urusan.
Awal punahnya peradaban bangsa kita
Dan segala kerusakan moral para remaja kita sekarang ini sesungguhnya tidak lepas dari
pengaruh globalisasi dan invasi budaya barat. Karena bodohnya dan kolotnya bangsa kita adalah
budaya yang jelek dari barat gemar ditiru namun budaya yang baik misalanya perkembangan
iptek oleh barat jarang ditiru atau dipelajari. Yang ditiru hanya budaya yang glamor, ngawur dan
amburadul.misalnya budaya konsumtif belanja di mal-mal biar dikira orang kaya dan tidak mau
belanja di pasar tradisioanal karena menganggap pasarnya orang miskin,kemudian budaya
pacaran, membuat gank-gank jalanan, tawuran, berpakaian ala rok mini dan sebagainya.
Akhirnya yang terjadi adalah bangsa kita menjadi bangsa yang semakin bodoh namun sombong
dengan gengsi ala baratnya. Bangsa yang miskin namun sok kaya kemana-mana nenteng laptop
sama hp padahal cuman utk facebook-an.bangsa yang kaya akanbudaya luhur namun telah
menjadi bangsa yang miskin peradaban dan tengah dilanda krisis moral. Bangsa kita ini
hakikatnya sedang dijajah habis-habisan dalam hal pemikiran dan budaya kehiduapan. Namun
banyak yang tidak menyadari bahwa bangsa kita sedang menuju kehancuran. Seperti yang
dialami kaum yang punah terdahulu karena berawal dari kerusakan moral yang merajalela.
Agama sekarang ini hanya dijadikan topeng untuk menutupi sebuah kebohongan.dan banyak
ilmu yang dicari bukan untuk membangun negeri namun untuk merusak negeri.contohnya para
koruptor ( kalangan terpelajar). Mereka ramai-ramai berebut kursi jabatan lalu saling menonjok
dan menjatuhkan.mereka ramai-ramai berbisnis tidak peduli caranya halal atau haram. Ditengah
krisis moral seperti itu rakyat kecil hanya jadi korban kebuasan penguasa lalu fakir miskin, anak
17
yatim, kalangan lemah dan anak-anak jalanan maupun tunawisma hanya menjadi sebuah
tontonan orang lewat di jalan raya.tanpa ada sedikitpun segelintir manusia yang masih peduli
dengan sesamanya.
Jika sini semua kita biarkan maka tak pelak bangsa yang besar dan beragam ini hanya tinggal
cerita masa lalu bagi anak cucu. Alias kiamat. Seperti kaum-kaum terdahulu yang dibinasakan
Tuhan karena kerusakan moral yang merajalela dan tidak ada sedikitpun manusia yang peduli
akan hal itu.
Ternyata tidak hanya Indonesia, ada bangsa Jepang, yang dikabarkan juga akan punah. Isu ini
tidaklah muncul sebagai kabar burung belaka. Isu ini beredar setelah didapai hasil survey
kependudukan jepang yang kian waktu kian berkurang.
Hal ini ditenggarai oleh menurunnya angka kelahiran di Jepang. Beberapa peneliti Jepang,
mengungkapkan "jam penduduk" yang memperlihatkan rakyat negara itu secara teori dapat
punah dalam waktu 1.000 tahun akibat penurunan angka kelahiran.
Beberapa sivitas akademika di kota Sendai, Jepang utara, mengatakan penduduk anak-anak di
Jepang, yang berusia sampai 14 tahun dan sekarang berjumlah 16,6 juta, menyusut dengan angka
satu dalam setiap 100 detik Ramalan mereka menunjuk kepada Jepang tanpa anak kecil dalam
waktu satu milenium.mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
"Jika angka kemerosotan ini berlangsung terus, kita akan dapat merayakan Hari Anak pada 5
Mei 3011 sebagai hari libur masyarakat, sebab hanya akan ada satu orang anak," kata Hiroshi
Yoshida, profesor ekonomi di Tohoku University.mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
"Namun 100 detik kemudian takkan ada anak yang tersisa," katanya. "Kecenderungan secara
keseluruhan tersebut menuju kepada kepunahan, yang berawal pada 1975, ketika angka
kesuburan di Jepang anjlok di bawah dua.”mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Yoshida mengatakan ia menciptakan jam penduduk guna mendorong pembahasan "mendesak"
mengenai masalah itu. Satu studi lain awal tahun ini memperlihatkan penduduk Jepang
diperkirakan menyusut jadi sepertiga jumlah saat ini, 127,7 juta, dalam waktu satu
abad.mmmmmmmmmmmmmm
Proyeksi pemerintah memperlihatkan angka kelahiran hanya akan mencapai 1,35 anak per satu
perempuan dalam waktu 50 tahun, jauh di bawah angka pergantian. Sementara itu, harapan hidup
yang sudah menjadi salah satu yang tertinggi di dunia-- diperkirakan akan naik dari 86,39 tahun
18
pada 2010 jadi 90,93 tahun pada 2060 bagi perempuan dan dari 79,64 tahun jadi 84,19 tahun
buat pria.m……….mmmm…..mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Lebih dari 20 persen penduduk Jepang berusia 65 tahun atau lebih, salah satu bagian orang yang
berusia lanjut paling tinggi di dunia.
Jepang memiliki sangat sedikit imigrasi dan setiap saran mengenai pembukaan perbatasan bagi
pekerja muda yang dapat membantu menutup jurang pemisah penduduk malah memicu reaksi
keras dari masyarakat. mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Apa Problem yang Mengancam Nasionalisme Sekarang?
Salah satu faktor kuat yang terus mengikis nasionalisme bangsa Indonesia adalah
globalisasi. Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak
mengenal batas wilayah. Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang
dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada
suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa- bangsa di seluruh
dunia
Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara termasuk
Indonesia. Globalisasi mempunyai pengaruh yang positif dan juga pengaruh negatif, dimana
pengaruh-pengaruh tersebut tidak secara langsung berpengaruh terhadap nasionalisme. Namun
secara keseluruhan dapat menimbulkan rasa nasionalisme terhadap bangsa menjadi berkurang
atau hilang. Sebab globalisasi mampu membuka pandangan masyarakat secara global.
Dampak negatif dari globalisasi yang dapat mengancam nasionalisme saat ini yaitu :
1. Globalisasi dapat memberikan pandangan pada masyarakat bahwa liberalisme dapat
membawa perubahan yang baik pada mereka. Sehingga tidak menutup kemungkinan
berubah arah dari ideologi Pancasila ke ideologi liberalisme. Jika hal tesebut terjadi
akibatnya rasa nasionalisme bangsa akan hilang.
2. Dari globalisasi aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri
karena banyaknya produk luar negeri (seperti Mc Donald, Coca Cola, Pizza Hut,dll.)
19
membanjiri di Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri
menunjukan gejala berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat kita terhadap bangsa
Indonesia.
3. Mayarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai
bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya yang cenderung meniru budaya barat.
4. Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan miskin,
karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Apabila dalam suatu
komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu yang dapat mengikuti arus
modernisasi dan globalisasi maka akan memperdalam jurang pemisah antara individu
dengan individu lain yang stagnan. Hal tersebut dapat menimbulkan pertentangan
antara yang kaya dan miskin yang dapat mengganggu kehidupan nasional bangsa.
5. Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian antarperilaku
sesama warga. Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat
mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitasnya. Kadang
mereka lupa bahwa mereka adalah makhluk sosial. Dengan adanya individualisme
maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan berbangsa dan bernegara.
6. Sikap mental yang kuat dan konsisten serta mampu mengeksplorasi diri adalah salah
satu bentuk konkrit yang dibutuhkan bangsa Indonesia pada saat ini. Beberapa contoh
sikap untuk menghadapi dampak negatif dari globalisasi misalnya :
7. Menanamkan dan mengamalkan nilai- nilai Pancasila dengan sebaik- baiknya terutama
dengan memperkuat keimanan kita terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
8. Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan sebaik- baiknya.
9. Belajar tekun agar menjadi manusia yang berguna dan dapat membedakan perilaku
yang benar dan salah.
10. Memperkuat rasa persatuan dan kesatuan bangsa.
11. Menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh, misal semangat mencintai produk
dalam negeri.
12. Mempertimbangkan setiap perbuatan agar tidak merugikan diri sendiri dan orang lain.
13. Menggunakan waktu dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat.
20
14. Bergaul dengan orang-orang yang berakhlak baik dan tidak terpengaruh terhadap
lingkungan dan pergaulan buruk.
15. Mewujudkan supremasi hukum, menerapkan dan menegakkan hukum dalam arti
sebenar- benarnya dan seadil- adilnya.
16. Selektif terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ideologi, ekonomi, sosial
budaya bangsa.
21
BAB IIIPENUTUP
3.1 Kesimpulan Dari pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan:
1. Negara Identik dengan bangsa. Hal ini didasarkan atas beberapa kesamaan di antara
keduanya. Seperti, kesamaan atas dasar pengertian dan alasan keberadaanya.
2. Faktor-faktor bertahannya sebuah negara:
3. Negara bisa saja bubar, termasuk Indonesia. Hal ini tentunya terjadi saat hal-hal yang
mendasari bersatunya rakyat dalam sebuah negara tidak lagi mampu mempertahankan
keutuhan negaranya.
4. Bangsa bisa menjadi punah.
5. Problematika nasionalisme, terutama disebabkan oleh pengaruh globalisasi.
22
3.2 Daftar Pustaka
Bueno de mesquite, Bruce. (2003) Principles of Internasional Politics, People’s Power, Preferences, and Perception QC Press, pp.222-286.
Inggit Bayu Setiawan, 2012, Arti Penting Ideologi Suatu Negara.http://inggitberbagi.blogspot.com/2012/10/arti-penting-ideologi-bagi-suatu-bangsa.html
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0102/27/OPINI/fakt04.htm
http://international.kompas.com/read/2012/05/11/204750/57/Seribu.Tahun.Lagi.Jepang.Punah
http://xfile-engma.blogspot.com/2009/10/para-ilmuan-mengidentifikasi-penyebab.html?m=1
http://rovicky.wordpress.com/2001/04/30/kepunahan-bangsa-mind-reform/
http://kikizone.wordpress.com/2011/10/24/pengaruh-globalisasi-terhadap-semangat-nasionalisme-bangsa-indonesia/
23