laporan assigment blok ii

33
LAPORAN ASSIGMENT BLOK II PRAKTEK DOKTER LANANG disusun oleh : KHOTI MULIYA DAMIYATI (04091001078) FAKULTAS KEDOKTERAN

Upload: khoti-muliya-damiyati

Post on 23-Jun-2015

255 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Assigment Blok II

LAPORAN ASSIGMENT BLOK II

PRAKTEK DOKTER LANANG

disusun oleh :

KHOTI MULIYA DAMIYATI

(04091001078)

FAKULTAS KEDOKTERAN

PENDIDIKAN DOKTER UMUM

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2009

Page 2: Laporan Assigment Blok II

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Segala puji

bagi Allah yang senantiasa memberi kekuatan kepada penulis untuk menyelesaikan laporan

assigment blok 2 ini.

Secara singkat, skenario yang terkandung dalam assigment ini mengandung kompetensi

Kaidah Dasar Bioetik (KDB), Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI), Undang-Undang

Praktik Kedokteran (UUPK) No. 29 tahun 2004, UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992, Hubungan

Dokter-Pasien, Profesionalisme Kedokteran, Komunikasi Medik, Empati dan Etik Profesi

Kedokteran. Melalui langkah-langkah Problem Based Learning yang diterapkan dalam

menganalisis skenario tersebut, diharapkan setiap mahasiswa mampu untuk menggali lebih

dalam critical thinking and reasoning yang sebenarnya sudah tertanam dalam diri masing-

masing.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada setiap orang yang telah berjasa dalam

membantu penulis menyelesaikan laporan assigment blok 2 ini.

Laporan assigment ini tentu saja belum sempurna karena tiada hal yang sempurna kecuali

Allah SWT. Kritik dan saran dari Anda sangat penulis harapkan sebagai refleksi untuk

meningkatkan kualitas pengerjaan tugas berikutnya.

Demikian sepatah kata dari penulis. Semoga laporan assigment blok 2 ini bermanfaat

bagi semua pihak.

Penulis

Page 3: Laporan Assigment Blok II

DAFTAR ISI

ANGGOTA KELOMPOK I.....................................................................................2

KATA PENGANTAR...............................................................................................3

DAFTAR ISI.............................................................................................................4

SKENARIO...............................................................................................................5

I. Klarifikasi istilah...........................................................................5

II. Identifikasi masalah......................................................................6

III. Analisis Permasalahan...................................................................7

IV. Perumusan Hipotesis.....................................................................8

V. Learning Issues..............................................................................9

VI. Mensintesis dan merangkum hasil belajar mandiri......................11

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................43

Page 4: Laporan Assigment Blok II

Skenario

Praktek Dokter Lanang

Dokter Lanang yang praktek di Jalan Ramai yang praktek sejak 2 tahun yang lalu adalah

seorang dokter umum yang memiliki pasien yang cukup banyak, terutama pada hari sabtu dan

minggu.

Dengan ruang praktek yang cukup luas dr. Lanang dapat leluasa memeriksa pasiennya

dari satu tempat ke tempat lainnya. Namun di sisi lain terdapat kesulitan bila ada pasien yang

datang dengan kelainan kulit dimana ia harus memeriksa pasien dalam keadaan setengah

telanjang.

Pada hari Sabtu Minggu lalu, sudah ada 10 antrian pasien pada saat beliau datang. Tujuan

memasyarakatkan budaya antri, dr. Lanang memeriksa pasien sesuai dengan nomor urut

pendaftaran. Sesuai dengan dugaan, pasien pertama, kedua, dan ketiga datang dengan keluhan

batuk pilek. Maka, dr. Lanang pun memberikan puyer batuk pilek pada ketiganya serta nasehat

untuk istirahat cukup, banyak minum air putih serta mengkonsumsi buah-buahan.

Pasien keempat sore itu adalah seorang ibu berusia 60 tahun diantar oleh anak laki-

lakinyadatang dengan keluhan nyeri ulu hati yang menjalar ke punggung. Merasa tidak yakin

dengan kemungkinan sakit maag yang diderita ibu ini, maka dr. Lanang melakukan pemeriksaan

EKG (elektrokardogram) karena kecurigaan terjadi penyempitan pembuluh darah jantung. Hasil

yg diperoleh tidak ada kelainan. Melihat usia, kondisi fisik ibu yang cukup gemuk serta tekanan

darah 140/90 maka dr. Lanang memberikan surat rujukan beberapa pemerikasaan laboratorium.

Dokter Lanang merujuk ibu tersebut ke LAB KLINIK ‘Titrasi Cepat”, langganannya yang tidak

begitu jauh dari tempat prakteknya. Dari Lab Klinik ini dr. Lanang mendapat bingkisan kue yang

dia amati ternyata sejajar jumlahnya dengan pasien yang ia kirim ke sana. Pernah dua bulan yang

lalu, dengan 20 pasien yang ia kirim, ia memperoleh voucher belanja Rp 300.000,- di

supermarket yang terkenal di kotanya.

Pasien pulang dengan membawa obat maag, penenang dan surat permintaan labolatorium

serta diminta datang kembali setalah memperoleh hasil labolatorium. Setelah menyelesaikan

administrasi ibu tersebut masuk kembali ke kamar periksa karena merasa ada yang kurang yaitu

belum disuntik seperti biasa ia dapatkan bila berobat ke dokter. Pada saat masuk, tanpa sengaja

ibu tadi melihat pasien laki-lakimuda bertato di bawah perut sedang menutup kembali celana

dalamnya. Anak muda tadi “tidak mengikuti nomor antrian” karena mengaku taman SMP dr.

Page 5: Laporan Assigment Blok II

Lanang, sehingga suster memasukan lebih dahulu ke ruang sekat kiri, ruang tempat pasien

memerlukan perlakuan khusus. Ia sempat sepintas melihat celana dalam tadi berflek-flek putih

kekuningan. Anak muda tadi memelototi si ibu, yang kemudian dr. Lanang meminta sang ibu

keluar sebentar menunggu giliran sehabis anak muda itu. Ibu yang agak cerewet tadi meminta

maaf, namun tanpa dosa ia menyorocos menanyakan apa penyakit anak muda tadi, dr. Lanang

agak terpana untuk menjawab pertanyaan awam si ibu ini. “ah, Cuma panas dalam di perut”,

jawab dr. Lanang kalem. “saya suntiknya sambil berdiri aja dok, kalo tiduran takut ketularan

penyakit kelaminnya anak tadi” cerocos sang pasien.

Pasien kalima dan keenam adalah seorang wanita muda dan setengah baya. Sebut saja

mbak Modis dan ibu Menor. Mbak Modis mengeluh beberapa hari badannya panas dingin, mual

dan beberapa kali muntah. Sedangkan ibu Menor mengeluh kepala pusing yang hilang timbul.

Dia sudah beberapa kali datang ke dokter yang berbedadan dikatakan tidak apa-apa, hanya

pusing biasa. Dokter terakhir yang ia kunjungi menyarankan melakukan CT Scan kepala.

Kamudian ia datang ke dr. Lanang dengan membawa hasil CT Scan. Surat keterangan yang

terdapat dalam amplop CT Scan tersebut menyatakan adanya kecurigaan SOL (Space Occupying

Lesion). Tanpa penjelasan mengenai isi di dalam surat keterangan tersebut, dr. Lanang memberi

surat rujukan ke Rumah Sakit Bagian Saraf. Sementara Mbak Modis tak sempat dilakukan

pengukuran tekanan darahnya, langsung diberikan resep sakit kencing yang sudah langgana ia

derita 5 tahun ini. Dokter Lanang hanya memeriksa sekilas dan menyalin resep dari catatan

medis yang disodorkan suster.

Suster telah mengingatkan dua pasien berikutnya adalah Tn. Garputala, 46 tahun dengan

muntah berak belasan kalidan satu lagi pelajar putri, 15 tahun. Sebut saja Nn. Rana Omnivora

yang ia kenal sebagai anak pertama OKB (Orang Kaya Baru) tetangganya, yang anggota DPR

salah satu parpol besar, serta baru saja menerima telpon ada pesien langganan yang mau datang.

Garputala adalah hansip setempat yang merasa belum afdok kalau belum “dipegang” dr.

Lanang. Ia melonggok sebentar pasien tadi, memegang nadinya yang terasa kecil dan lemah,

mencubit kulit perutnya yang ternyata sudah mengendur. “sus, carikan becak!” instruksinya ke

suster setelah meyakinkan sang hansip agar cepat dirawat. Tak lupa ia menitipkan amplop berisi

Rp 25.000,- bagi sang hansip. “untuk transport, ya pak Tala. Cepat sembuh deh!” sambil

memberi sebungus oralit dan lalu mengirimkannya ke RSU setempat.

Page 6: Laporan Assigment Blok II

Saat mempersilahkan Nn. Rana masuk keruang sekat kanan, dr. Lanang terkaget karena

serombongan orang menyela sambil menggendok pasien dalam keadaan berdarah. Ia menolong

Malthus dulu selama 45 menit, sementara Rana terpana sendirian karena suster juga sibuk

membantu dr. Lanang mengatasi pendarahan si Malthus di sekat kiri. Lanang tidak sempat

berbicara ke Nn. Rana. Para pengantar Malthus justru meminta Rana sabar. Tentu sambil

mencuri pandang, karena walaupun bukan bernama Menor, Rana memang menor malam itu.

Sambil bersimbah peluh, Lanang akhirnya mendengarkan keluhan Rana. Ia stress karena

barusaja mengambil uang ayahnya tanpa izin demi menolong sahabat seumurannya untuk aborsi

di Klinik Antah Berantah. Lanang menawarkan untuk menjadi mediator menyampaikan apa

adanya kepada bapak Rana. Toh menurutnya dan menurut Rana, sang anggota DPR ini cukup

mampu menolong sahabat Rana. “Biar uang saku saya dipotong deh dok asal papi tak nyap-nyap

sama saya”, kata si manis Rana.

Begitulah keseharian dr. Lanang dalam membantu menyelesaikan masalah pasien-

pasiennya sampai ia rela pulang larut malam.

Identifikasi masalah

1. Ruang praktek dr. Lanang cukup luas sehingga ia dapat memeriksa pasien dengan

leluasa, namun ia juga kesulitan memeriksa pasien yang menderita kelainan kulit dan

kelamin dimana ia harus memeriksa dalam keadaan setengah telanjang.

2. Dokter Lanang menerapkan budaya antri dalam memeriksa pasiennya.

3. Dokter Lanang memberikan puyer batuk pilek untuk pasien pertama, kedua dan ketiga

yang menderita batuk pilek.

4. Dokter Lanang merujuk pasien ketiga ke LAB KLINIK ”Titrasi Cepat” langganannya

yang tidak begitu jauh dari tempat prakteknya.

5. Seorang anak muda yang mengaku teman SMP dr. Lanang dibiarkan masuk ke ruang

praktek tanpa mengikuti nomor antrian

6. Pasien ketiga tanpa sengaja mengetahui penyakit yang diderita oleh anak muda tadi.

7. Dokter Lanang memberikan surat rujukan ke rumah sakit bagian saraf kepada pasien

keenam, Ibu Menor, tanpa menjelaskan isi surat keterangan CT Scan kepada ibu Menor.

Page 7: Laporan Assigment Blok II

8. Dokter Lanang tidak sempat melakukan pengukuran tekanan darah dan hanya memeriksa

sekilas pasien kelima,mbak Modis, lalu menyalin catatan medis yang disodorkan suster.

9. Dokter Lanang memeriksa tuan garputala sebentar, memberi oralit dan mengirimkannya

ke RSU setempat.

10. Dokter Lanang menolong Malthus terlebih dahulu daripada Nn. Rana.

11. Dokter Lanang menawarkan diri menjadi mediator untuk menyampaikan masalah Nn.

Rana kepada ayahnya.

Analisis Masalah

1. Ruang praktek dr. Lanang cukup luas sehingga ia dapat memeriksa pasien dengan

leluasa, namun ia juga kesulitan memeriksa pasien yang menderita kelainan kulit dan

kelamin dimana ia harus memeriksa dalam keadaan setengah telanjang.

a. Bagaimana gambaran ruang praktek dr. Lanang?

b. Apakah ruang tersebut sudah memenuhi standar ruang praktek dokter?

Belum, karena tempat praktek dokter yang layak itu harus mempunyai ruang tempat

menerima penderita dengan aman dan tenang, mempunyai fasilitas kedokteran yang

seperlunya, dan dapat menjaga privacy pasien. Tempat praktik dr. Lanang belum

terdapat ruangan dimana privacy pasien dapat terjaga, sehingga masih kesulitan untuk

memeriksa pasien yang datang dengan kelainan kulit maupun kelamin.

Ruang sekat kanan ruang sekat kiri

Ruang tunggu

Page 8: Laporan Assigment Blok II

2. Dokter Lanang menerapkan budaya antri dalam memeriksa pasiennya.

a. Apakah tindakan dr. Lanang tersebut sudah tepat?

Belum.

b. Mengapa tindakan dr. Lanang itu belum tepat?

Karena ditinjau dari sisi dr. Lanang penerapan budaya antri ini dapat memudahkan ia

dan suster dalam memeriksa pasien dan tentu saja lebih adil. Namun terkadang dr.

Lanang menemukan situasi dimana ada pasien yang dalam keadaan gawat namun

giliran antrinya masih panjang, dr. Lanang harus bijak dalam mengambil keputusan

mengenai kasus tersebut.

c. Apa cara terbaiku untuk memecahkan kasus dr. Lanang ini?

Dokter Lanang dapat meminta suster untuk menganamnesis gejala-gejala penyakit

pasien-pasien tersebut terlebih dahulu untuk mengetahui pasien mana saja yang dalam

keadaan gawat. Pasien yang dalam keadaan darurat hendaknya diobati terlebih

dahulu. Dengan cara seperti ini, dokter tetap dapat menerapkan azaz Kaidah Dasar

Bioetik yaitu justice dimana artinya adalah membedakan segala sesuatu secara

universal dan memberikan kontribusi yang relatif sama.

3. Dokter Lanang memberikan puyer batuk pilek untuk pasien pertama, kedua dan ketiga

yang menderita batuk pilek.

Menurut etik farmasi, apakah tindakan dokter tersebut dapat dibenarkan?

Tindakan dokter tersebut dapat dibenarkan jika di dekat tempat praktek dokter itu tidak

ada apotek. Hal ini untuk memudahkan pasien dalam mencari obat yang dimaksud.

Namun, bila di dekat tempat praktek dokter itu ada apotek, maka seharusnya dokter

hanya menuliskan resep yang kemudian diberikan ke apotek untuk ditembus.

4. Dokter Lanang merujuk pasien ketiga ke LAB KLINIK ”Titrasi Cepat” langganannya

yang tidak begitu jauh dari tempat prakteknya.

a. Sudah tepatkah tindakan dr. Lanang tersebut?

Tindakan dr. Lanang merujuk pasien ke LAB KLINIK “Titrasi Cepat” yang tidak

begitu jauh dari rumahnya itu sudah tepat. Hal ini dapat dilihat dari Kaidah Dasar

Bioetik, yaitu beneficence dan non maleficence. Namun, bila dilihat dari etik

Page 9: Laporan Assigment Blok II

farmasi dan KODEKI, dr. Lanang dan apotik tersebut melanggar apa yang telah di

tetapkan dalam etik farmasi dan KODEKI.

KAIDAH DASAR BIOETIK

Bioetika secara terminologi berasal dari Bio dan Etika. Etika itu sendiri menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan :

1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan

kewajiban moral (akhlak)

2. Kumpulan azaz atau nilai yang berkenaan dengan akhlak

3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.

Adapun azaz-azaz etika medis dewasa ini terbagi menjadi tradisional yang meliputi :

beneficence, non maleficence (primum non nocere), menghormati hidup manusia,

konfidesialitas, kejujuran (veracity), tidak mementingkan diri sendiri, dan budi pekerti

serta tingkah laku luhur dan azaz etik medik kontemporer yang meliputi : menghormati

otonomi pasien, keadilan (justice) dan kejujuran (veracity).

Dokter dalam bekerja selalu membuat pertimbangan dalam mengambil keputusan.

Landasan pertimbangan itu disebut dengan Kaidah Dasar Bioetik (KDB). Sebenarnya

KDB ada banyak, namun sekarang digunakan 4 untuk penyeragaman. KDB itu antara lain

:

a. Beneficence

b. Non-maleficence

c. Justice

d. Autonomy

Sehubungan dengan kasus dalam skenario, kaidah bioetik yang relevan adalah

beneficence dan non-maleficence. Oleh karena itu dalam sintesis kali ini yang akan

dibahas secara menyeluruh adalah beneficence dan non-maleficence.

a. Beneficence

Beneficence bila diartikan dalam bahasa indonesia adalah suatu tindakan berbuat

baik. Tindakan ini terbagi menjadi dua, yaitu:

Page 10: Laporan Assigment Blok II

i. General beneficence yang meliputi melindungi dan mempertahankan

hak yang lain, mencegah terjadinya kerugian pada yang lain dan

menghilangkan kondisi penyebab kerugian pada yang lain.

ii. Specific beneficence meliputi menolong orang cacat dan

menyelamatkan orang dari bahaya

Menurut Kaidah Beneficence, dalam identifikasi masalah ini, sebagai

seorang dokter, dr. Lanang telah menerapkan kaidah Beneficence, yaitu:

i. Mengutamakan kepentingan pasien

Dokter Lanang merujuk pasien ke Lab Klinik yang ada di dekat

rumahnya. Dengan begitu dr. Lanang bisa mengetahui dengan cepat apa

hasil labolatorium Lab Klinik itu mengenai penyakit pasien ketiga. Dan

dokter bisa dengan cepat memberikan pertolongan atau merujuk pasien

tersebut ke rumah sakit atau dokter spesialis yang lebih mampu, bila dr.

Lanang merasa itu bukan kompetensinya sebagai dokter umum.

ii. Maksimalisasi akibat baik (termasuk jumlahnya lebih besar dari

akibat buruk yang ditimbulkan)

Dengan merujuku ke Lab Klinik dekat rumahnya, dr. Lanang dapat

segera apa penyakit pasien dan lebih cepat melakukan pengobatan kepada

pasien.

b. Non-maleficence

Secara umum, non-maleficence diartikan sebagai suatu tindakan tidak

merugikan pasien (primum non nocere). Berbeda dengan beneficence, non-

maleficence mengungkap sisi komplementer dari beneficence menurut sudut

pandang pasien seperti :

i. Tidak boleh berbuat jahat (evil) atau membuat derita (harm) pasien

ii. Minimalisasi akibat buruk

Non-maleficence menuntut dokter untuk bertindak sesuai yang berlaku

apabila :

i. Pasien dalam keadaan amat berbahaya atau berisiko hilangnya

sesuatu yang penting

Page 11: Laporan Assigment Blok II

ii. Dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebut

iii. Tindakan dokter tadi terbukti efektif

iv. Manfaat bagi pasien lebih besar ketimbang kerugian dokter (hanya

mengalami risiko minimal)

Yang perlu dicermati adalah kaidah non-maleficence hanya berisi norma

tunggal yaitu larangan. Adapun kriteria non-maleficence yang sebaiknya

diterapkan Dr. Sayang antara lain :

i. Mengobati secara proporsional

ii. Mencegah pasien dari bahaya

iii. Tidak membahayakan kehidupan pasien karena kelalaian.

Namun, dalam hal tersebut, dr. Lanang juga melanggar KODEKI dan Etik Farmasi:

KODEKI

Pada hipotesis ini dr. Lanang melanggar KODEKI pasal 3

“dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi

oleh sesuatu yang menyebabkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi”.

Seorang dokter tidak dibenarkan ikut serta dalam usaha apotik, optisen, labolatorium

klinik selama ia masih berpraktik. Karena dengan perjanjian itu ia tidak bebas lagi

mengemukakan pendapat mengenai suatu produk perusahaan.

ETIK FARMASI

Pasal 5 ayat 1.1

“Pemberian hadiah tidak boleh dikaitkan dengan penulisan resep atau anjuran

penggunaan produk tersebut “kontrak” dan pemberian hadiah tidak boleh

sedemikian rupa sehingga menyebabkan dipengaruhinya penulisan resep”

5. Seorang anak muda yang mengeku teman SMP dr. Lanang dibiarkan masuk ke ruang

praktek tanpa mengikuti nomor antrian.

a. Apakah tindakan tersebut anak muda tersebut sesuai dengan budaya antri yang

diterapkan oleh dr. Lanang?

Tidak.

b. Apakah dampak dari tindakan anak muda tadi?

Page 12: Laporan Assigment Blok II

Dari segi anak muda itu sendiri, Ia kehilangan autonomy atas dirinya sendiri karena

pasien ketiga sudah meihat apa penyakitnya dan dari segi dr. Lanang menyebabkan

dr. Lanang kesulitan menjelaskan kepada ibu itu mengenai apa yang diderita anak

muda tadi.

c. Bagaimana seharusnya tindakan dr. Lanang dalam menghadapi kasus ini?

Dokter klanang seharusnya tegas dalam bersikap. Bila ia sudah memutuskan untuk

menerapkan budaya antri, maka seharusnya anak muda yang merupakan teman SMP

dr. Lanang itu tetap mengikuti prosedur yang ada. Tidak langsung dipersilahkan

masuk begitu saja. Dokter Lanang juga menjelaskan kepada anak muda tersebut

bahwa ia menerapkan budaya antri di kliniknya.

6. Pasien ketiga tanpa sengaja mengetahui penyakit yang diderita oleh anak muda tadi.

a. Apakah dr. Lanang berkewajiban menjaga rahasia tentang penyakit anak muda tadi?

Tentu saja iya. Karena berdasarakan KODEKI dan Kaidah Dasar Bioetik, seorang

dokter berkewajiban untuk menjaga rahasia semua hal yang ia ketahui tentang pasien.

KODEKI

Pasal 12: setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya

tentang seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.

LAFAL SUMPAH DOKTER INDONESIA

Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan

saya dan karena keilmuan saya sebagai dokter.

PERATURAN PEMERINTAH NO. 10 TAHUN 1966 TENTANG WAJIB

SINPAN RAHASIA KEDOKTERAN

UUPK no. 29 tahun 2004 pasal 48 paragraf 4 tentang rahasia kedokteran.

UUPK No.29 tahun 2004 paragraf 6 pasal 51c tentang kewajiban Dokter

rahasia.

KAIDAH DASAR BIOETIK (Menghormati martabat manusia/kemandirian

(respect for person/autonomy))

Pertama, setiap individu (pasien) harus diperlakukan sebagai manusia yang memiliki

otonomi (hak untuk menentukan nasib diri sendiri), dan kedua, setiap manusia yang

otonominya berkurang atau hilang perlu mendapatkan perlindungan.

Page 13: Laporan Assigment Blok II

Ciri: :

· Menghargai hak menentukan nasib sendiri

· Berterus terang

· Menghargai privasi pasien

· Menjaga rahasia

· Melaksanakan informed consent

Pandangan Kant : otonomi kehendak = otonomi moral yakni : kebebasan

bertindak, memutuskan (memilih) dan menentukan diri sendiri sesuai dengan kesadaran

terbaik bagi dirinya yang ditentukan sendiri tanpa hambatan, paksaan atau campur-tangan

pihak luar (heteronomi), suatu motivasi dari dalam berdasar prinsip rasional atau self-

legislation dari manusia. Pandangan J. Stuart Mill : otonomi tindakan/pemikiran =

otonomi individu, yakni kemampuan melakukan pemikiran dan tindakan (merealisasikan

keputusan dan kemampuan melaksanakannya), hak penentuan diri dari sisi pandang

pribadi.

Menghendaki, menyetujui, membenarkan, mendukung, membela, membiarkan

pasien demi dirinya sendiri = otonom (sebagai mahluk bermartabat). Kaidah ikutannya

ialah : Tell the truth, hormatilah hak privasi, lindungi informasi konfidensial, mintalah

consent untuk intervensi diri pasien; bila ditanya, bantulah membuat keputusan penting.

Erat terkait dengan doktrin informed-consent, kompetensi (termasuk untuk kepentingan

peradilan), penggunaan teknologi baru, dampak yang dimaksudkan (intended) atau

dampak tak laik-bayang (foreseen effects), letting die.

b. Bagaimana cara dr. Lanang meyakinkan ibu itu bahwa anak muda tersebut tidak

menderita penyakit kelamin?

Dokter Lanang harus menerapkan komunikasi medik yang baik. Agar si ibu tidak

bertanya lebih jauh dan kerahasiaan mengenai penyakit anak muda tadi tetap terjaga.

7. Dokter Lanang memberikan surat rujukan ke rumah sakit bagian saraf kepada pasien

keenam, Ibu Menor, tanpa menjelaskan isi surat keterangan CT Scan kepada ibu Menor.

a. Apakah dr. Lanang telah menerapkan komunikasi medis yang tepat?

Belum.

b. Bagaimana komunikasi medis yang seharusnya diterapkan dr. Lanang?

Page 14: Laporan Assigment Blok II

Dokter dapat menerapkan metode P E A R L S:

P artenrship ( prinsip saling menghargai satu sama lain karena dokter-pasien bekerja

bersama-sama)

E mpathy (dokter harus saling menghargai dan mengerti penderitaan pasien)

A pology ( dokter harus meminta maaf apabila membuat pasiennya menunggu)

R espect ( menghormati pendapat pasien)

L egitimization ( mengerti kondisi mental pasien seperti marah, frustasi, depresi, dll.

S uport ( dokter tidak merepotkan pasien dan sebaliknya mendukung keputusan

pasien berkenaan tindakan medis yang akan dilakukan)

c. Apakah ibu Menor berhak mengetahui isi surat keterangan CT scan tersebut?

Ya. Karena isi rekam medik adalah milik pasien sedangkan berkasnya milik dokter.

Pengaturan tentang Hal ini terdapat dalam:

Pernyataan Ikatan Dokter Indonesia tentang REKAM MEDIS (Lampiran SK

PB IDI No. 315/PB/A.4/88 point ke 8 dan 9

Poin 8: berkas rekam medis adalah milik rumah sakit, fasilitas kesehatan

lainnya atau dokter praktik pribadi/berkelompok. Oleh karena itu, rekam

medis hanya boleh disimpan oleh rumah sakit, fasilitas kesehatan atau praktik

dokter pribadi atau berkelompok.

Poin 9: pasien adalah pemilik kandungan isi rekam medis yang bersangkutan,

maka dalam hal pasien tersebut menginginkannya dokter yang merawatnya

harus mengutarakannya, baik secara lisan maupun tulisan.

Undang-Undang Praktek Kedokteran no.29 tahun 2004 paragraf 3 pasal 46

dan 47 tentang REKAM MEDIS, paragraf 7 pasal 52e tentang hak pasien

mendapat isi rekam medik.

Kaidah Dasar Bioetik (AUTONOMY)

Ciri-ciri:

Menjaga rahasia pesien

Meaksanakan inform

d. Apa yang seharusnya dilakukan oleh dr. Lanang?

Dokter Lanang harus mengikuti prinsip-prinsip etik dan hukum yang telah

dikeluarkan oleh instansi-instansi terkait hal tersebut. Bila tidak, artinya dr. Lanang

Page 15: Laporan Assigment Blok II

melanggar etik dan hukum dan dapat menerapkan komunikasi medik yang baik antara

diri sendiri dengan pasien.

8. Dokter Lanang tidak sempat melakukan pengukuran tekanan darah dan hanya

memeriksa sekilas pasien kelima, mbak Modis, lalu menyalin catatan medis yang

disodorkan suster.

a. Apakah tindakan yang dilakukan dr. Lanang sudah mencerminkan sikap profesional?

Belum.

Profesional:

Profesionalisme adalah suatu paham yang mencitakan dilakukannya kegiatan-

kegiatan kerja tertentu dalam masyarakat, berbekalkan keahlian yang tinggi dan

berdasarkan rasa keterpanggilan -- serta ikrar (fateri/profiteri) untuk menerima

panggilan tersebut -- untuk dengan semangat pengabdian selalu siap memberikan

pertolongan kepada sesama yang tengah dirundung kesulitan ditengah gelapnya

kehidupan (Wignjosoebroto, 1999).

Secara sederhana, Profesionalisme yaitu gabungan antara kemampuan knowledge dan

etik. 3 komponen profesionalisme yaitu :knowledge, skill, dan attitudes.

Elemen-elemen profesionalisme :

1.Altruisme = Berani berkorban, mementingkan orang lain: → sikap profesional:suka

membantu, problem solver, membuat keputusan secara tepat, obyektif. dokter

mendahulukan kepentingan pasien daripada kepentingan sendiri

2.Komitmen terhadap kesempurnaan Acuntability: → sikap profesional: efektif – efisien,

memberikan/ mengerjakan yang terbaik. dokter bertanggung jawab terhadap pasien atas

pelayanan medis yang diberikan terhadap masyarakat dalam masalah kesehatan

masyarakat dan terhadap profesi

3.Toleransi : → sikap profesional: adaptable, suka bekerjasama, komunikatif, bijaksana,

minta tolong jika memerlukan.

4. Integritas dan karakter : → sikap profesional: jujur, teguh,, tidak plin-plan, percaya diri,

berjiwa pemimpin, memberi teladan. dokter harus jujur dan berterus terang dalam

interaksi dengan pasien dan Profesi

Page 16: Laporan Assigment Blok II

5.Respek kepada semua orang : → sikap profesional: menerima kritik, menepati janji,

memegang rahasia, menghormati orang lain, tahu diri. dokter harus mempertimbangkan

terhadap pasien dan keluarga serta tim kerjanya

6.Sense of duty : → sikap profesional: disiplin, tepat waktu, taat aturan. dokter harus siap

dan responsive jika dibutuhkan, menerima Komitmen melayani dalam profesi dan

dalam masyarakat.

Dasar professionalisme seorang dokter :

Sumpah Dokter

KODEKI pasal 2 da 7a

UUPKK no.29 tahun 2004

Standar kompetensi dokter (SK Mendiknas no.45 / 2002)

Dalam kasus ini, dr. Lanang belum menerapkan karakteristik profesional yang sense of

duty. Karena ia belum bisa memanagement waktunya dengan baik. Dan tidak

menerapkan SOP.

b. Bagaimana seharusnya komunikasi yang diterapkan oleh dr. Lanang?

Manfaat komunikasi yaitu :

1.Meningkatkan kepuasan pasien.

2.Meningkatkan kepercayaan pasien.

3.Meningkatkan keberhasilan diagnosis terapi.

4.Meningkatkan kepercayaan diri pasien.

Keuntungan komunikasi medik yang baik

• Membangun Kepercayan antara dokter dan pasien

• Mengikutsertakan pasien dalam membuat keputusan

• Membantu pasien mendapatkan yang terbaik dalam keputusannya

• Meningkatkan kepuasan pasien

• Menciptakan praktek yang efektif

• Mengurangi risiko error

• Membantu pasien untuk membuka informasi

Elemen penting komunikasi medik adalah

• Bangun suatu relationship Partnership Empathy Apology Respect

Page 17: Laporan Assigment Blok II

Legitimization Support

• Berdiskusi antara dokter dan pasien

• Kumpulkan informasi

• Mengerti sudut pandang dan pola pikir pasien

• Bertukar informasi

• Adanya persetujuan atas masalah dan rencana

• Tutuplah diskusi tersebut

Sesi Komunikasi

Terdapat 2 sesi dalam komunikasi antara dokter dan pasien:

1. Sesi pengumpulan Informasi

a. Mengenali alasan kedatangan pasien

b. Pasien paling tahu dengan dirinya

c. Dokter sebagai pendengar yang baik

d. . Penggalian riwayat penyakit(anamnesis)

2. Sesi penyampaian informasi

a. Materi Informasi apa yang disampaikan

b. Siapa yang diberi informasi

c. Berapa banyak atau sejauh mana

d. Kapan menyampaikan informasi

e. Di mana menyampaikannya

f. Bagaimana menyampaikannya

Pada kasus ini dr. Lanang tidak melakukan anamnesis.

c. Apa saja faktor yang dapat menyebabkan komunikasi dokter-pasien menjadi buruk?

• Dokter tidak mampu berkomunikasi dengan baik

Page 18: Laporan Assigment Blok II

• Waktu yang mendesak

• Kurangnya penghargaan atas otonomi pasien

• Kurangnya sensitivitas dan empati

• Perbedaan bahasa, budaya, status sosial, agama

d. Apakah dampak dari komunikasi yang buruk tersebut?

Menurunnya kepercayaan dan kerahasiaan dalam medical care

Terjadi misunderstanding

Misinterpretation of medical advice

Pasien tidak bisa menyampaikan informasi yang penting

Patient Distress (bukannya memberikan kenyamanan)

9. Dokter Lanang memeriksa tuan garputala sebentar, memberi oralit dan mengirimkannya

ke RSU setempat.

Benarkah tindakan dr. Lanang tersebut?

Benar. Tuan Garputala dalam keadaan darurat dan secepatnya mendaat pertolongan

pertama. Dokter Lanang telah menerapkan KODEKI pasal 13 tentang gawat darurat dan

segera merujuk tuan Garputala ke rumah sakit setempat untuk mendapatkan perawatan

yang lebih intensif, tindakan ini juga termasuk KODEKI pasal 10 tentang merujuk pasien

yang tidak mampu ditangani.

10. Dokter Lanang menolong Malthus terlebih dahulu daripada Nn. Rana.

Sudah profesionalkah tindakan dr. lanang ini?

Belum. Dokter lanang memang telah mengikuti SOP yang ada yaitu melakukan

pertolongan pertama pada pasien gawat darurat. Namun, dr. Lanang tidak melakukan

komunikasi denga Nn. Rana. Sebagai seorang yang profesional seharusnya dr. Lanang

mengkomunikasikan kepada Nn. Rana untuk menunggu sebentar karena ada pasien

gawat darurat yang harus ditolong terlebih dahulu.

11. Dokter Lanang menawarkan diri menjadi mediator untuk menyampaikan masalah Nn. Rana

kepada ayahnya.

a. Apakah dalam situasi ini masih termasuk dalam hubungan dokter-pasien?

Page 19: Laporan Assigment Blok II

Rambu-rambu profesi kedokteran dalam hubungan dokter-pasien:

1. penjelasan diberikan kepada pasien secara seksama dan bijaksana.

2. memperhatikan tingkat pemahaman pasien.

3. menjadi pendidik kepada pasien.

4. hindari keterangan yang membuat pasien putus asa atau ketakutan.

5. berilah keterangan berdasarkan bukti yang ada.

6. menyadari keterbatasan diri, jangan berjanji bahwa pasien pasti akan sembuh.

7. membiarkan pasien menyimpulkan sendiri apa ingin menerima diagnosis dokter atau

tidak.

Azas-azas hubungan dokter-pasien:

konsensual (masing-masing pihak harus menyatakan persetujuannya)

itikat baik (harus dengan itikat baik)

bebas (semua pihak bebas menentukan hak dan kewajiban masing-masing sepanjang hal

itu telah disepakati semua pihak)

tidak melanggar hukum (semua pihak bebeas menentukan isi kesepakatan, asal tidak

melanggar hukum)

kapatutan dan kebiasaan (mengenai kepercayaan dan pengambilan keputusan)

Beberapa cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan hubungan dokter-pasien:

1. Menghormati pendapat.

2. Melakukan pendekatan secara holistic.

3. Bicara langsung dengan keluarganya.

4. Mencarikan alternatif obat.

Dalam hal ini dr. Lanang tidak mempunyai kewajiban untuk mencampuri urusan keluarga Rana.

Dokter Lanang tidak saja berempati terhadap masalah Nr. Rana, tetapi ia juga bersimpati.

Adapun perbedaan keduanya adalah:

Empati adalah “suatu kualitas atau proses memasuki secara penuh melalui imaginasi ke

dalam perasaan-perasaan atau motif-motif orang lain”. Empati (dari Bahasa Yunani εμπάθεια

yang berarti "ketertarikan fisik") didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengenali,

mempersepsi, dan merasakan perasaan orang lain

Komunikasi Empati berarti hubungan antara satu pihak dengan pihak lain, dimana

pihak-pihak yang berkomunikasi mampu memahami perasaan / kondisi pihak lain tanpa

Page 20: Laporan Assigment Blok II

terbawa untuk mengikuti kepentingan pihak lain dan mengabaikan kepentingan diri sendiri.

(bersifat Objective).

Komunikasi Simpatik berarti hubungan antara satu pihak dengan pihak lain, dimana

pihak-pihak yang berkomunikasi mampu memahami perasaan / kondisi pihak lain dan terbawa

untuk berpihak kekondisi tsb.(bersifat Subjective). agamanya, pendidikannya, sosial budaya,

ekonomi, etniknya.

Secara umum empati terbagi atas :

Empati kognitif adalah keterlibatan dalam mengambil perspektif (cara pandang)

orang lain.

Empati emosional adalah respon emosional, apakah dikarenakan kesamaan perasaan

(empati paralel) atau karena reaksi terhadap pengalaman emosional orang lain

(empati reaktif).

Tujuan empaty:

• Menghubungkan perasaan tiap manusia

• Membangun dan memulihkan rasa kepercayaan

Cara mengapai empaty:

• Action: melakukannya demi dan untuk pengetahuan serta keterampilan

• Relationship: memberikan empati dan lebih mengutamakan kepentingan pasien

• Presence: selalu ada untuk pasien

Dalam komunikasi dokter-pasien diperlukan kemampuan berempati, yaitu

Upaya menolong pasien dengan pengertian.

Menghormati dan menghargai pasien,

Bersikap adil.

Menghindarkan diri dari perlakuan diskriminatif.

James T. Hardee MD. memberikan beberapa petunjuk untuk meningkatkan empati dokter kepada

para pasien. Dalam Komunikasi Empati hal-hal itu dapat diperhatikan dan tentu akan sangat

bermanfaat namun bukan merupakan syarat bagi keberhasilannya.

Langkah-langkah kunci yang disarankannya mencakup hal-hal seperti:

Page 21: Laporan Assigment Blok II

- Mengakui adanya perasaan-perasaan kuat dalam situasi klinis bagi pasien seperti rasa

takut, marah terpendam, kesedihan, kekecewaan dsb.

- Berhenti sejenak dan membayangkan apa yang sedang diraskan oleh pasien yang

bersangkutan.

- Mengekspresikan persepsi doktervtentang perasaan pasien tersebut (Misalnya, “Saya

dapat membayangkan bahwa anda...” atau “sepertinya anda merasa kesal tentang ...”)

- Melegitimasi perasaan-perasaan tersebut.

- Menghargai usaha-usaha pasien untuk bekerjasama dalam proses pengobatan.

- Menawarkan suatu dukungan atau kerjasama (Misalnya: “Saya janji untuk memberikan

kerjasama yang sebaik-baiknya...” atau ‘Mari kita lihat apa yang dapat kita lakukan

bersama untuk mengatasi hal ini...”)

Page 22: Laporan Assigment Blok II

DAFTAR PUSTAKA

Jusuf, M. Hanafian. 1999. Etika kedokteran dan hukum kesehatan.Jakarta:EGC

M, Chrisdiono Achadat. 2006. Dinamika Etika dan Hukum Kedokteran Dalam Tantangan

Zaman. Jakarta:EGC

Undang-undang Praktik Kedokteran 2004. Jakarta:Sinar Grafika

Pandu Yudha.2009.Undang-Undang RI No.29 Tahun 2004 tentang Praktik

Kedokteran.Jakarta:Indonesia Legal Center Publishing

Catatan Kuliah Instruksional: Etika dan Humaniora, Prof. dr. H. Chairil Anwar, SpPark, PhD

Richo.2009.Undang – Undang Kesehatan dan Praktik Kedokteran. Yogyakarta:Best Publisher