laporan blok 7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
lapTRANSCRIPT

Laporan Hasil Diskusi Tutorial 3
KERASIONALAN FARMAKOTERAPI
BLOK 7 / SEMESTER III
dr Nurina Tyagita
Moderator : Abdul Rozak (H2A010001)
Anggota kelompok :
1. Anita Mayasari (H2A010006)
2. Devi Yanuar P. (H2A010011)
3. Festi Tsaqofah (H2A010016)
4. Gananda Laksa (H2A010021)
5. Iqbal Donarika W. (H2A010026)
6. M. Candra Rusdi A. (H2A010031)
7. N. Ulfah Azzahro’ (H2A010036)
8. Prinanda Putra Hendri W. (H2A010041)
9. Sandhy Hapsari A (H2A010046)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2011/2012

Skenario 3
Kerasionalan Farmakoterapi
Seorang pasien datang dengan keluhan demam, anyang-anyangen dan nyeri
pinggang serta nyeri bila BAK. Oleh dokter di resepkan obat sebagai berikut
R/ Amoxicilin no X
S3 dd 1
R/ Antalgin no X
S3 dd 1
Setelah minum obat, pasien mengeluh deg-degan, keringat dingin, kulit gatal dan
melepuh. Pasien datang ke RS oleh dokter di diagnosis alergi obat. Keluarga
pasien menyalahkan dan menuntut dokter yang memberi resep.
STEP 1
1. Resep : Permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter
hewan kepada apoteker untuk membuat obat dalam bentuk sediaan
tertentu dan menyerahkannya kepada pasien.
2. Alergi obat : Reaksi abnormal jaringan terhadap berbagai jenis
substansi atau suatu reaksi hipersensitivitas.
3. Anyang-anyangen : keadaan dimana frekwensi mixi kandung kemih
lebih besar dari pada biasanya.
4. Nyeri pinggang : gejala dan gangguan dalam tubuh di sekitar
pinggang.
5. Deg – degan: keadaaan tubuh merasakan denyut jantung berlebih
(takikardi) dan biasanya dibarengi dengan tekanan darah naik (hipertensi)

Pengertianya adalah amoxicillin 10 tablet dan juga antalgin
10 tablet, masing – masing diminum 3 kali sehari
6. Amoxicilin : suatu derivat semisintetik dari ampisilin yang efektif
melawan spektrum luas bakteri gram positif dan gram negatif terutama
digunakan dalam pengobatan infeksi akibat strain haemophilus
influenza,escheria colli,neisseria gonorhea,streptococci dan stafilokokus
yang tidak menghasilkan penisilin diberikan secara oral.
7. Antalgin : derivat metansulfat dan amidopirina yang bekerja terhadap
susunan saraf pusat yaitu mengurangi sensitifitas reseptor rasa nyeri dan
mempengaruhi pusat pengatur suhu tubuh.
8. Melepuh : vesikel besar pada kulit yangmengandung cairan atau
suplemen.
9. R/ Amoxicillin no X
S3 dd 1
R/ Antalgin no X
S3 dd 1
STEP 2
1. Mengapa pasien tersebut demam, anyang-anyangen, nyeri pinggang, nyeri
BAK?
2. Mengapa dokter memberi resep amoxicilin dan antalgin?
3. Mengapa setelah minum obat deg-degan, keringat dingin, kulit gatal, dan
melepuh?
4. Apakah dokter melakukan malpraktek atau tidak dalam kasus ini?
STEP 3
1. Demam adalah suatu gejala di mana tubuh kita mendapati reaksi terhadap
alergi. Anyang-anyangen dan nyeri pinggang di sebabkan karena ada

sumbatan. Nyeri BAK di sebabkan karena Infeksi Saluran Kemih. ISK
terjadi akibat masuknya mikroorganisme kedalam saluran kemih. Bakteri
tersebut biasanya E. Colli, Proteus Sp, Kliebsella Sp, dan stafilokokus.
Infeksi saluran kemih biasanya cenderung mengalami disuria (nyeri saat
BAK). Dan mengalami sindrom uretra akut dimana seseorang sering
kencing (anyang-anyangen). Menurut penelitian 40 % pasien dengan
pemasangan kateter urin mengalami infeksi nosokomial yaitu ISK.
2. Amoxicilin merupakan penisilin yang termasuk antibiotik, pada kasus
adanya infeksi saluran kemih karena bakteri / mikroorganisme. Amoxicilin
membunuh mikroorganisme, menghambat sintesis dinding sel bakteri.
Antalgin dalam kasus ini memberikan indikasi analgesik dimana pasien
mengeluhkan nyeri bila BAK dan nyeri pinggang. Tidak hanya itu,
antalgin memberikan efek antipiretik juga dengan manifestasi pasien
mengalami demam.
3. Reaksi suatu obat sangat tergantung pada dosisnya dan bisa dengan daya
terima pasien. Obat antalgin yang semakin tinggi dosisnya juga bisa
berefek besar untuk lebih kuat memicu jantung sehingga terjadi palpitasi
(deg-degan). Obat yang di konsumsi biasanya mengandung antikolinergik
yang mempengaruhi sistem saraf pusat untuk merangsang produksi
keringat. Efek gatal dari obat karena sistim imun/ daya tahan tubuh yang
rendah sehingga mudah terkena alergi obat. Alergi sangat tergantung dari
berat molekul. Molekul yang berat dapat merangsang langsung sistem
imun tubuh.
4. Dalam kasus dokter tidak menggali informasi dan tidak menjalankan
komunikasi dokter pasien, riwayat alergi pasien sehingga terjadi
pemakaian antibiotik secara irasional. Dan pasien pun tidak memberikan
informasi yang jelas kepada dokter bahwa apakah pasien mempunyai

riwayat alergi obat, ataukah lupa dengan riwayat alergi dirinya atau juga
bisa belum pernah terjadi alergi sebelumnya.
STEP 4
STEP 5
Sasaran belajar
1. Komunikasi efektif dokter-pasien
2. Resep (ketentuan, cara menulis resep, aspek medikolegal)
Pasien demam, anyang-anyangen, nyeri pinggang, nyeri BAK
Dokter
Antibiotik (amoxicilin)
Analgesik (antalgin)
Deg-degan, kulit gatal, melepuh
Alergi obat
Dokter
ESO
I
KI
Mekanisme
ESO
I
KI
Mekanisme
Mekanisme
Type
Pencegahan
Penatalaksanaan

3. Amoxicilin dan antalgin (mekanisme, ESO, Ki)
4. Kerasionalan terapi
5. Alergi Obat
STEP 6 Belajar Mandiri
STEP 7
1) Komunikasi Efektif
Komunikasi efektif dokter pasien adalah pengembangan hubungan
dokter-pasien secara efektif yang berlangsung secara efisien, dengan
tujuan utama penyampaian informasi atau pemberian penjelasan yang
diperlukan dalam rangka membangun kerja sama antara dokter dengan
pasien. Komunikasi yang dilakukan secara verbal dan non-verbal
menghasilkan pemahaman pasien terhadap keadaan kesehatannya, peluang
dan kendalanya, sehingga dapat bersama-sama dokter mencari alternatif
untuk mengatasi permasalahannya.1
Komunikasi yang baik dan berlangsung dalam kedudukan setara
(tidak superior-inferior) sangat diperlukan agar pasien mau/dapat
menceritakan sakit/keluhan yang dialaminya secara jujur dan jelas.
Komunikasi efektif mampu mempengaruhi emosi pasien dalam
pengambilan keputusan tentang rencana tindakan selanjutnya, sedangkan
komunikasi tidak efektif akan mengundang masalah. 1
Komunikasi efektif diharapkan dapat mengatasi kendala yang
ditimbulkan oleh kedua pihak, pasien dan dokter. Opini yang menyatakan
bahwa mengembangkan komunikasi dengan pasien hanya akan menyita
waktu dokter, tampaknya harus diluruskan. Sebenarnya bila dokter dapat
membangun hubungan komunikasi yang efektif dengan pasiennya, banyak
hal-hal negatif dapat dihindari. Dokter dapat mengetahui dengan baik

kondisi pasien dan keluarganya dan pasien pun percaya sepenuhnya
kepada dokter. Kondisi ini amat berpengaruh pada proses penyembuhan
pasien selanjutnya. Pasien merasa tenang dan aman ditangani oleh dokter
sehingga akan patuh menjalankan petunjuk dan nasihat dokter karena
yakin bahwa semua yang dilakukan adalah untuk kepentingan dirinya.
Pasien percaya bahwa dokter tersebut dapat membantu menyelesaikan
masalah kesehatannya. 1
Tujuan
Dari sekian banyak tujuan komunikasi maka yang relevan dengan profesi
dokter adalah:
Memfasilitasi terciptanya pencapaian tujuan kedua pihak (dokter dan
pasien).
Membantu pengembangan rencana perawatan bersama pasien, untuk
kepentingan pasien dan atas dasar kemampuan pasien, termasuk
kemampuan finansial.
Membantu memberikan pilihan dalam upaya penyelesaian masalah
kesehatan pasien.
Membimbing pasien sampai pada pengertian yang sebenarnya tentang
penyakit/masalah yang dihadapinya.
Membantu mengendalikan kinerja dokter dengan acuan langkah-
langkah atau hal-hal yang telah disetujui pasien. 1
Manfaat
Manfaat komunikasi efektif dokter-pasien di antaranya:
Meningkatkan kepuasan pasien dalam menerima pelayanan medis dari
dokter atau institusi pelayanan medis.

Meningkatkan kepercayaan pasien kepada dokter yang merupakan
dasar hubungan dokter-pasien yang baik.
Meningkatkan keberhasilan diagnosis terapi dan tindakan medis.1
Satu aspek yang penting dalam komunikasi efektif antara dokter-pasien
adalah anamnesis, yaitu proses penggalian riwayat penyakit pasien oleh
dokter dengan menggunakan pedoman sacred 7 dan fundamental 4.
FUNDAMENTAL 4
(KELUHAN UTAMA)
1. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG (RPS)
2. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU (RPD)
3. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA (RPK)
4. RIWAYAT SOSIAL EKONOMI (R SOSEK) 2
SACRED 7
1. ONSET/AWITAN
2. LOKASI
3. KRONOLOGI
4. KUALITAS
5. KUANTITAS
6. FAKTOR YANG BERPENGARUH (MEMPERBERAT DAN
MEMPERINGAN)
7. GEJALA PENYERTA2
Satu hal yang juga tidak kalah penting untuk ditanyakan dalam
menganamnesis pasien adalah riwayat penyakit dahulu pada pasien
semisal adakah penyakit lain yang sedang atau pernah di derita? (penyakit-
penyakit yang ada hubungannya, riwayat alergi obat, alergi makanan,
riwayat pengobatan, riwayat trauma, dll). Dengan mengetahui riwayat
penyakit dahulu pada pasien, seorang dokter dapat menentukan langkah

selanjutnya dalam terapi dan dapat menghindari hal-hal yang bisa
menimbulkan masalah di kemudian hari.
2) Resep3
PENGERTIAN UMUM MENGENAI RESEP
Resep dalam arti yang sempit ialah suatu permintaan tertulis dari
dokter, dokter gigi, atau dokter hewan apoteker untuk membuat obat
dalam bentuk sediaan tertentu dan menyerahkannya kepada penderita.
BEBERAPA PENENTUAN DALAM MENULIS RESEP
1. Secara hukum dokter yang menandatangani suatu resep bertanggung
jawab sepenuhnya tentang resep yang ditulisnya penderitanya
2. Resep ditulis demikian rupa sehingga akan dapat dibaca, sekurang-
kuranya oleh petugas di apotek.
3. Resep ditulis dengan tinta atau lainnya, sehingga tidak akan mudah
dihapus
4. Tanggal suatu resep ditulis dengan jelas, Tanggal resep ditebus oleh
penderita di apotek tidak mutlak sama dengan tanggal resep yang
ditulis oleh dokter, obat bisa saja baru diambil oleh penderita satu atau
beberapa hari setelah resep diterimanya dari dokter (oleh karena sebab
/ alasan tertentu)
5. Bila penderita seorang anak maka harus dicantumkan umurnya ini
penting bagi apoteker untuk mengkalkulasi apakah dosis obat yang
akan ditulis pada resep sudah cocok dengan umur si anak. Ada nama
penderita saja tanpa umur, resep tersebut dianggap untuk seorang
dewasa.
6. Dibawah nama penderita handaknya dicantumkan juga alamatnya ; ini
penting dalam keadaan darurat (misalnya salah obat) penderita akan

langsung dapat dihubungi alamat penderita di resep juga akan
mengurangi kesalahan / tertukar memberikan obat bila pada suatu
waktu ada dua orang yang menunggu resepnya dengan nama yang
kebetulan sama.
7. Untuk jumlah obat yang diberikan dalam resep dihindari memakai
angka desimal untuk menghindari kemungkinan kesalahan.
Contoh :
Untuk obat yang diberikan dalam jumlah kurang dari satu
gram, ditulis dalam miligram misalnya 500 mg dan tidak 0,5
gram
Untuk obat yang diberikan dalam jumlah yang kurang dari satu
miligram, ditulis dalam microgram misalnya 100 microgram
dan tidak 0,1 mg
8. Untuk obat yang dinyatakan dengan satuan Unit, jangan disingkat
menjadi U
9. Untuk obat atau jumlah obat berupa cairan, dinyatakan dengan satuan
ml hindarkan menulis cc atau cm3
10. Preparat cairan yang berupa obat dan akan diminum untuk anak,
diberikan sebanyak 50 ml, 60 ml, 100 ml, atau 150 ml
11. Preparat cairan untuk orang dewasa, diberikan sebanyak 150 ml, 200
ml, 300 ml
12. Untuk obat tetes (obat tetes mata / hidung telinga) diberikan sebanyak
10 ml

13. MODEL RESEP YANG LENGKAP
Resep harus ditulis dengan lengkap, supaya akan dapat
memenuhi syarat untuk dibuatkan obatnya di Apotek, resep yang
lengkap terdiri atas :
1. Nama dan alamat dokter serta nomor surat ijin praktek, dan dapat
pula dilengkapi dengan nomor telepon, jam, dan hari praktek
2. Nama kota serta tanggal resep itu ditulis oleh dokter
3. Tanda R/ singkatan dari recipe yang berarti ”harap diambil” ada
hipotesis bahwa tanda R/ berasal dari tanda 2 yaitu tanda jupiter,
dewa utama mitologi Romawi kuno, hipotesis yang lan
mengatakan tanda R/ itu akan berasal dari tanda € atau Ra = ”Mata
Keramat” dari dewa Matahari’ Mesir Kuno
Nomor 1-3 diatas disebut inscriptio.
4. Nama setiap jenis dan / bahan obat yang diberikan serta
jumlahnya :
a. Jenis / bahan obat dalam resep terdiri dari
- Remedium cardinale , atau obat pokok yang mutlak harus
ada. Obat pokok ini akan dapat berupa bahan tunggal, tetapi
juga akan dapat terdiri dari beberapa bahan
- Remedium adjuvans, yaitu bahan yang membantu kerja
obat pokok ; adjusvan tidak akan mutlak perlu ada dalam
tiap resep
- Corringe hanya kalau dperlukan untuk memperbaiki rasa,
atau warna bau obat (Corrigens saporis, colorins dan
adoris)
- Constituens atau vehikulum, seringkali akan perlu, terutama
kalau resep berupa komposisi dokter sendiri dan bahan obat
akan jadi misalnya kontitunes obat minum umumnya air

b. Jumlah bahan obat dalam resep dinyatakan dalam satuan berat
untuk bahan padat (microgram, miligram, gram) dan satuan
dari isi untuk cairan (tetes, mililiter, liter)
Perlu diingat bahwa dengan menulskan angka tanpa keterangan
lain, yang dimaksud ialah ”gram”
5. Cara pembuatan atau bentuk sediaan yang dikehendaki misalnya
f.I.a.pulv = fac lege artis pulveres = buatlah sesuai aturan obat,
berupa puyer.
Nomor 4-5 diatas disebut Praescritio
Nomor : 4-5 diatas disebut pranesciptio
6. Aturan permintaan obat akan dibuat oleh penderita pada umumnya
ditulis dengan singkatan bahasa Latin (lihat daftar singkatan-
singkatan Latin halaman 15-20)
Aturan pakai ditandai dengan sign, biasanya disingkat dengan S
7. Nama penderita dibelakang kata Pros merupakan identifikasi
penderita dan sebaiknya dilengkapi dengan alamatnya yang akan
memudahkan penelusuran bila akan terjadi sesuatu dengan obat
pada penderita
dalam hal ini penderita seorang anak, maka harus dituliskan
umurnya sehingga apoteker dapat mengecek apakah dosis yang
diberikan sudah cocok untuk anak umur sekian. Penulis nama
penderita tanpa umur pada resep dapat dianggap dengan resep
itu akan diperuntuhkan bagi orang dewasa idealnya bila
menuliskan resep untuk orang dewasa, akan dicantumkan
dibelakang Pro ; Tuan / Nyoya atau Bapak / Ibu diikuti dengan
nama penderita sehingga akan dapat dipastikan ini bukan
seorang anak

Pada resep dokter hewan dibelakang Pro : harus ditulis dengan
jenis hewan serta nama dan alamatnya pemiliknya
Nomor 6-7 diatas disebut signature
8. Tanda tangan atau paraf dari dokter / dokter gigi / dokter hewan
yang akan menuliskan resep tersebut yang akan menjadikan suatu
resep itu otentik. Resep obat suntik dari golongan Narkotika harus
dibubuhi tanda tangan lengkap oleh dokter / dokter gigi / dokter
hewan akan menuliskan resep dan tidak cukup dengan paraf saja
Nomor 8 diatas disebut subscripto

Tiga contoh resep yang lengkap (dua resep pribadi dokter dan satu
resep rumah Sakit) dapat dilihat dibawah ini.
Surabaya, 7 Agustus
2010
Dr. Hartono
Jalan ABC No. 7
Surabaya
SID ..... SIP .....
R/ Paracetamol 500 mg
Coffein 50 mg
CTM 2 mg
m.f. pulv.d.t.d.No.XV
S.3 d.d. pulv.I
Paraf dokter
Surabaya, 7
Agustus 2010
Pro : Ny. Amir
Umur : -
Alamat : Jalan ABC no. 17

RUMAH SAKIT DR. SOETOMO
SURABAYA
Dokter : Hartono
Bagian : Ilmu Penyakit Dalam
Tanggal : 7 Agustus 2010
R/ Tabl Diazepam 5 mg No. XV
S.2 d.d Tabl I
R/ Tabl Vitamin B-Compl No. XV
S.3 d.d. Tabl I
Paraf Dokter
Pro : Ny. Tanzil
Umur : -
Alamat : Jalan DEF No. 17
Diatas dicantumkan tiga contoh resep, yaitu pertama dan kedua
contoh resep dari pribadi (praktek partikiler) dokter contoh resep
ketiga ialah kertas resep dari Rumah sakit dimana harus dicantumkan
tidak saja umum rumah sakit, tetapi harus dengan jelas nama dokter
yang menulis resep serta bagian pelayanan dari Rumah Sakit yang
bersangkutan.

Kalau lebih dari satu R/ ditulis atas satu kertas resep, pribadi
maupun untuk rumah sakit maka harus dipisah dengan tanda # dan tiap
resep R/ diparaf atau ditandatangani.
Resep obat suntik yang berupa Obat Bius tidak akan cukup
dengan hanya dibubuhi paraf tetapi harus dengan tanda lengkap dari
dokter yang bersangkutan.
SENI DAN KEAHLIAN MENULIS RESEP YANG TEPAT DAN
RASIONAL
Penulisan resep adalah ”tindakan terakhir” dari dokter untuk
penderitanya yaitu setelah menentukan anemsia diagnosis dan
prognosis serta tetapi yang akan diberikan tetapi dapat profilaktik,
simtomatik atau kunsul tetapi ini diwujudkan dalam bentuk resep.
Penulisan yang tepat dan rasional merupakan penerapan berbagai ilmu
karena begitu banyak variabel-variabel yang harus diperhatikan
maupun variabel unsur obat dan kemungkinan kombinasi obat ataupun
variabel penderitanya secara individual
Dalam farmakoterapi dipakai sebagai motto :
Berikanlah obat :
Obat yang tepat
Dengan dosis yang tepat
Dalam bentuk sediaan yang sesuai
Pada waktu yang tepat
Kepada pederita yang tepat dengan semua parameter yang harus
diperhitungkan

Untuk dapat menuliskan resep yang tepat dan rasional seperti akan
diuraikan diatas, seorang dokter harus memiliki cukup pengetahuan
dasar mengenai ilmu-ilmu Farmakologi, Farmakodiani, Farmakoterapi
disamping pengetahuan mengenai sifat-sifat fisiko kimia obat yang
diberikan.
Idealnya juga akan ada pengetahuan mengenai ”nasib” di dalam tubuh
dari obat yang diberikan yaitu penyerapan, distribusi, metabolisme
serta eksresi obat dan hal nasib obat dalam tubuh ini merupakan suatu
disiplin ilmu relatif baru yang akhir-akhir ini berkembang Ilmu
Famtakokinetika.
3) Amoxicilin dan Antalgin
AMOKSICILLIN4
a. Mekanisme Kerja
Amoksicillin merupakan golongan aminopenisillin yang
bekerja menghambat pembentukan peptide yang di perlukan untuk
sintesis sel mikroba.
Sistem Kerja:
1. Obat bergabung dengan penicillin –dinding protein pada
kuman (PB Ps) pada kuman.
2. Terjadi hambatan sistesis dinding sel kuman karena proses
transpeptidasi antar rantai peptidoglikan terganggu.
3. Kemudian terjadi aktivasi enzyme proteolitik pada dinding sel.
b. Farmakokinetik
- Absorbsi: penyerapan Amoksicillin tidak terhambat oleh
makanan

- Distribusi: Amox masuk kedalam empedu melalui sirkulasi
enterohepatik tetapi diekskresi bersama tinja jumlah cukup
banyak.
c. Biotransformasi dan Ekskresi
- Biotransformasi dilakukan oleh mikroba berdasarkan pengaruh
enzyme penicilinase dan amidase.
- Ekskresinya melalui proses sekresi di tubuli ginjal yang dapat
dihambat probenobenesid.
d. Indikasi
- Infeksi telinga, hidung dan tenggorokan.
- Infeksi saluran nafas & bronchitis.
- Infeksi saluran kemih dan gonorrhea.
e. Dosis
- Dewasa: 250-500 mg tiap 8 jam.
- Bayi: (<6kg) 25-50 mg tiap 8 jam
(6-8kg) 50-100 mg tiap 8 jam.
- Anak: (<20kg) 20-40 mg/kg/hr tiap 8 jam
(>20kg) dosis dewasa
f. Kontraindikasi Obat
- Hipersebsitif insulin
g. Efek Samping Obat
- Saluran pencernaan: rasa mual, muntah & diare.
- Hipersensitif: Urtikaria, nyeri sendi, demam, edema,
angioneurotik dan syok anafilaksis.
h. Interaksi Obat
- Probenesid meningkatkan kadar amoksicillin dalam darah.

ANTALGIN6
a. Komposisi
Tiap tablet mengandung antalgin 500 mg.
b. Cara Kerja Obat:
Antalgin adalah derivat metansulfonat dan amidopirina yang
bekerja terhadap susunan saraf pusat yaitu mengurangi sensitivitas
reseptor rasa nyeri dan mempengaruhi pusat pengatur suhu tubuh. Tiga
efek utama adalah sebagai analgesik, antipiretik dananti-inflamasi.
Antalgin mudah larut dalam air dan mudah diabsorpsi ke dalam
jaringan tubuh.
c. Indikasi:
Untuk menghilangkan rasa sakit, terutama kolik dan
sakit setelah operasi. Karena risiko efek sampingnya, penggunaannya
sebagai analgesik-antipiretik sangat dibatasi yaitu:
Nyeri akut hebat sesudah luka atau pembedahan.
Nyeri karena tumor atau kolik.
Nyeri hebat akut atau kronik bila analgesik lain tidak menolong.
Demam tinggi yang tidak bisa diatasi antipiretik lain.
d. Kontraindikasi:
Pada penderita yang alergi terhadap derivat pirazolon. Kasus
porfiria hati (amat jarang) dan defisiensi bawaan glukosa-6-
fosfat-dehidrogenase.
Penderita yang hipersensitif.
Bayi 3 bulan pertama atau dengan berat badan
dibawah 5 kg.
Wanita hamil trisemester pertama dan 6 minggu terakhir.
Penderita dengan tekanan darah <100 mmHg.
e. Dosis:
Oral
Dewasa: 500 - 1000 mg 3 - 4 kali sehari (maksimum 3 gram sehari).

Anak-anak: 250 - 500 mg 3 - 4 kali sehari (maksimum 1 gram untuk <
6 tahun dan 2 gram untuk 6 - 12 tahun).
Parental
500 - 1000 mg sekali suntik. Jangan lebih dari 1 gram karena dapat
menimbulkan syok.
f. Perhatian:
Pengobatan harus segera dihentikan bila timbul gejala pertama
turunnya jumlah sel darah atau granulositopenia atau sakit tenggorokan
atau tanda infeksi lain.
Hati-hati pada penderita yang pernah memiliki penyakit darah.
Jangan digunakan untuk kelainan yang ringan, masih ada obat lain
yang lebih aman.
g. Efek Samping:
Infeksi lambung, hiperhidrosis, Retensi cairan dan garam
Reaksi elaergi cukup sering: reaksi kulit dan edemaangioneurotik.
Efek samping yang berat: agranulositosis, pansitopenia dan nefrosis
4) Kerasionalan Obat7
Suatu obat dikatakan rasional bila memenuhi beberapa kriteria
tertentu antara lain :
a. Ketepatan indikasi
b. Ketepatan pemilihan obat
c. Ketepatan cara pemakaian obat dan dosis obat
d. Ketepatan penilaian kondisi pasien atau dan tindak lanjut efek
pengobatan
Pemilihan jenis obat harus memenuhi segi pertimbangan antara lain :
a. Kemanfaatan dan keamanan obat sudah terbukti secara pasti
b. Resiko dari pengobatan di pilih yang paling kecil untuk pasien
dan seimbang dengan manfaat yang di peroleh

c. Biaya obat paling sesuai untuk alternatif , obat dan keamanan
yang sama dan terjangkau oleh pasien
d. Cara pemakaian paling cocok dan paling mudah di ikuti pasien
Faktor pokok dalam POSR :
a. Pasien
b. Obat
c. Preskripsi
Kriteria:
1. Tepat indikasi (+)
Dalam kasus ini gejala yang dialami oleh pasien sangat
berkesinambungan / cocok dengan obat yang diberikan dokter tersebut
2. Tepat pasien (-)
Dalam kasus ini tidak tepat pasien, dikarenakan setelah mengkonsumsi
obat, pasien langsung mengalami alergi akibat efek samping obat.
3. Tepat Obat (+)
Dalam kasus ini obat sangat tepat / rasional dengan manifestasi yang
dialami pasien
4. Tepat cara pakai (-)
Dalam kasus ini tidak diperjelas dengan sediaan obat dengan dosis
berapa?
Dan juga tidak diberikan test alergi / skin test sebelum memberikan
obat.

5) Alergi Obat8
REAKSI HIPERSENSITIVITAS
Pada dasarnya tubuh kita memiliki imunitas alamiah yang bersifat
non-spesifik dan imunitas spesifik ialah sistem imunitas humoral yang
secara aktif diperankan oleh sel limfosit B, yang memproduksi 5 macam
imunoglobulin (IgG, IgA, IgM, IgD dan IgE) dan sistem imunitas seluler
yang dihantarkan oleh sel limfosit T, yang bila mana ketemu dengan
antigen lalu mengadakan diferensiasi dan menghasilkan zat limfokin, yang
mengatur sel-sel lain untuk menghancurkan antigen tersebut.
Bilamana suatu alergen masuk ke tubuh, maka tubuh akan
mengadakan respon. Bilamana alergen tersebut hancur, maka ini
merupakan hal yang menguntungkan, sehingga yang terjadi ialah keadaan
imun. Tetapi, bilamana merugikan, jaringan tubuh menjadi rusak, maka
terjadilah reaksi hipersensitivitas atau alergi.
Reaksi hipersentsitivitas memiliki 4 tipe reaksi menurut Gell dan
Coombs seperti berikut:
1. Tipe I : Hipersensitivitas tipe cepat
Manifestasi klinis yang terjadi merupakan efek mediator kimia
akibat reaksi antigen dengan IgE yang telah terbentuk yang
menyebabkan kontraksi otot polos. Meningkatnya permeabilitas
kapiler serta hipersekresi kelenjar mukus.
Tipe ini terdapat 3 fase yaitu :
1. Fase Sensitasi : waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan
IgE
2. Fase Aktifasi : fase yang terjadi karena paparan ulang
antigen spesifik

3. Fase Efektor : fase terjadinya respon imun yang komplek
akibat penglepasan mediator.
2. Tipe II : reaksi sitotoksik
Terjadi karena terbentuknya IgM atau IgG oleh pajanan
antigen. Antibodi tersebut dapat mengaaktifkan sel-sel yang
memiliki reseptornya. Ikatan antigen-antibodi juga dapat
mengaktifkan komplemen melalui reseptor komplemen.
Manifestasi klinis :
Berupa kelainan darah, seperti : anemia hemolitik,
trombositopenia, eosinofilia, granolositopenia, nefritis interstitial.
3. Tipe III : reaksi imun kompleks
Terjadi bila komplek ini mengendap pada jaringan antibodi
yang berperan IgM dengan IgG. Komplek ini akan mengaktifkan
pertahanan tubuh yaitu dengan penglepasan komplemen.
Manifestasi klnik :
- Urtikaria
- Angiodema
- Eritema
- Makulopapula
- Eritema Multiforme
Gejala ini sering disertai
- Pruritus
- Demam
- Limfadenopati
- Kelainan sendi

- Atralgia
- Efusi sendi
Gejala timbul 5-20 hari setelah pemberian obat, gejala timbul
dalam waktu 1-5 hari.
4. Tipe IV : Delayed Type Hypersensitivity (DTH) atau Cell
Mediated Imunity (Reaksi Imun Seluler)
Disini tidak ada peran antibodi, terjadi karena respon sel T
yang telah disensitasi oleh antigen tertentu.
Jenis DTH yaitu :
- Cutaneous Basophil hypersensitivity
- Hipersensitivitas Kontak (Contact Dermatitis)
- Reaksi Tuberkulin
- Reaksi Granuloma
Manifestasi klinik :
Reaksi paru akut seperti : demam, sesak, batuk, infiltrat
paru dan efusi pleura.
Obat yang sering menyebabkan reaksi : Nitrofurantoin, Nefritis
Interstitial, Esefalomielitis.
PENCEGAHAN ALERGI
Anamnesis riwayat kemungkinan alergi obat sebelumnya
penting untuk selalu dilakukan walaupun harus dinilai dengan
kritis untuk menghindari tindakan berlebihan. Misalnya ruam kulit
setelah pemberian ampisilin pada seorang anak belum tentu karena
alergi obat. Bila dokter telah mengetahui atau sangat curiga bahwa
pasiennya alergi terhadap obat tertentu maka hendaknya ia

membuatkan surat keterangan tentang hal tersebut yang akan
sangat berguna untuk upaya pencegahan pada semua keadaan.
Semakin sering seseorang memakai obat maka akan
semakin besar pula kemungkinan untuk timbulnya alergi obat. Jadi
pemakaian obat hendaknya dengan indikasi kuat dan bila mungkin
hindari obat yang dikenal sering memberikan sensitisasi pada
kondisi tertentu (misalnya aspirin pada asma bronkial).
Cara pembuatan obat harus diperbaiki dengan mengurangi
dan menghilangkan bahan yang potensial dapat menjadi penyebab
alergi, atau bahan yang dapat menyebabkan reaksi silang
imunogenik. Contohnya adalah pembuatan vaksin bebas protein
hewani, atau antibodi dari darah manusia.
Uji kulit dapat memperkirakan kemungkinan terjadinya
alergi obat, tetapi prosedur ini hanya bermanfaat untuk alergen
makromolekul, sedangkan untuk obat dengan berat molekul rendah
sejauh ini hanya terhadap penisilin (dengan uji alergen
benzilpenisiloil polilisin).
Bila seseorang telah diketahui atau diduga alergi terhadap
obat tertentu maka harus dipertimbangkan pemberian obat lain.
Obat alternatif tersebut hendaknya bukan obat yang telah dikenal
mempunyai reaksi silang dengan obat yang dicurigai. Misalnya
memberikan aminoglikosida sebagai alternatif untuk penisilin. Bila
obat tersebut sangat dibutuhkan sedangkan obat alternatif tidak
ada, dapat dilakukan desensitisasi secara oral maupun parenteral.
Misalnya desensitisasi penisilin untuk penderita penyakit jantung
reumatik atau desensitisasi serum antidifteri. Desensitisasi
merupakan prosedur yang berisiko sehingga harus dipersiapkan

perlengkapan penanganan kedaruratan terutama untuk reaksi
anafilaksis.
PENATALAKSANAAN ALERGI
Dasar utama penatalaksanaan alergi obat adalah
penghentian obat yang dicurigai kemudian mengatasi gejala klinis
yang timbul.
Penghentian obat kalau memungkan semua obat dihentikan
dulu kecuali obat yang memang perlu dan tidak dicurigai sebagai
penyebab reaksi alergi atau menggantikan dengan obat lain. Bila
obat tersebut dianggap sangat penting dan tidak dapat digantikan,
dapat terus diberikan atas persetujuan keluarga, dan dengan cara
desensitisasi.
Pengobatan : manifestasi klinik ringan umumnya tidak
memerlukan pengobatan kusus, untuk pruritus, urtikaria atau
edema angionerotikdapat diberikan antihistamin. Misal :
Diphenhidramin, Loratadin atau Cetirizine dan bila kelainan cukup
luas diberi pula Adrenalin subkutan dengan dosis 0,01 mg/kg/dosis
maksimal 0,3 mg/dosis.

KESIMPULAN
Satu aspek yang penting dalam komunikasi efektif antara dokter-
pasien adalah anamnesis, yaitu proses penggalian riwayat penyakit pasien
oleh dokter dengan menggunakan pedoman sacred 7 dan fundamental 4.
FUNDAMENTAL 4
(KELUHAN UTAMA)
1. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG (RPS)
2. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU (RPD)
3. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA (RPK)
4. RIWAYAT SOSIAL EKONOMI (R SOSEK)
SACRED 7
1. ONSET/AWITAN
2. LOKASI
3. KRONOLOGI
4. KUALITAS
5. KUANTITAS
6. FAKTOR YANG BERPENGARUH (MEMPERBERAT DAN
MEMPERINGAN)
7. GEJALA PENYERTA
Satu hal yang juga tidak kalah penting untuk ditanyakan dalam
menganamnesis pasien adalah riwayat penyakit dahulu pada pasien
semisal adakah penyakit lain yang sedang atau pernah di derita? (penyakit-
penyakit yang ada hubungannya, riwayat alergi obat, alergi makanan,
riwayat pengobatan, riwayat trauma, dll). Dengan mengetahui riwayat
penyakit dahulu pada pasien, seorang dokter dapat menentukan langkah
selanjutnya dalam terapi dan dapat menghindari hal-hal yang bisa
menimbulkan masalah di kemudian hari.
Berikanlah obat :

Obat yang tepat
Dengan dosis yang tepat
Dalam bentuk sediaan yang sesuai
Pada waktu yang tepat
Kepada pederita yang tepat dengan semua parameter yang harus
diperhitungkan
DAFTAR PUSTAKA
1. makalah Konsil Kedokteran Indonesia, Jakarta 2006
2. materi pembekalan blok 1 dr Wahyu BM tentang Anamnesi
3. Zaman, Nanizar. 2002. Ars Prescribendy resep Yang Rasional
1.Surabaya : Airlangga University press.
4. MIMS
5. http://sulungfarmasi.blogspot.com/
6. http://www.dechacare.com/Antalgin-P716.html
7. Zaman, Nanizar. 2002. Ars Prescribendy resep Yang Rasional
3.Surabaya : Airlangga University press.
8. Sudoyo, Aro. W .2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III .
Jakarta: FK UI